• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Pengembangan Usaha Ikan Asin Di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kota Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Potensi Pengembangan Usaha Ikan Asin Di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kota Medan."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

 

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA IKAN ASIN DI

KELURAHAN BELAWAN BAHARI KECAMATAN MEDAN

BELAWAN KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

MEGAWATI SIGALINGGING

050304013

SEP-AGRIBISNIS

DEPERTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

 

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA IKAN ASIN DI

KELURAHAN BELAWAN BAHARI KECAMATAN MEDAN

BELAWAN KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

MEGAWATI SIGALINGGING

050304013

SEP-AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi) (Dr. Ir. Satya Negara Lubis, MEc)

DEPERTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

 

ABSTRAK

MEGAWATI SIGALINGGING (050304013), dengan judul “ Potensi Pengembangan Usaha Ikan Asin Di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kota Medan”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi dan Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, MEc.

Penanganan ikan segar merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri perikanan karena dapat mempengaruhi mutu. Kesegaran ikan tidak dapat ditingkatkan, tetapi hanya dapat dipertahankan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet produk perikanan pada pascapanen melalui proses pengolahan maupun pengawetan. Hasil perikanan di Indonesia pada umumnya disajikan dalam dua bentuk, yaitu segar dan olahan; yang meliputi olahan tradisional dan olahan modern.

Metode penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, dimana penentuan daerah sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, metode penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Metode analisis yang diganakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, Analisis SWOT, R/C ratio. Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Bahan Baku, Bahan Penunjang, Input Produksi dan Teknologi Usaha pengolahan ikan asin tersedia di daerah penelitian.

2. Usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian memberikan kesempatan kerja.

(4)

 

4. Dari kriteria kelayakan yang terpenuhi oleh Usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian, yang ditinjau dari potensi pengadaan input produksi, potensi sumber daya manusia (jumlah pengolah ikan asin dan kemampuan/keterampilan tenaga kerja), potensi pasar (penawaran dan permintaan) maka usaha ikan asin di daerah penelitian memiliki potensi untuk diusahakan dan dikembangkan.

(5)

 

RIWAYAT HIDUP

MEGAWATI SIGALINGGING, dilahirkan di Medan, pada tanggal 03 Oktober 1987, sebagai anak kedua dari lima bersaudara, dari keluarga Ayahanda B. Sigalingging dan Ibunda N. Sihaloho.

Pada tahun 2005, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah umum di SMU Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan. Pada tahun 2005, melalui jalur SPMB, diterima di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Tahun 2009, mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi.

(6)

 

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Potensi Pengembangan Usaha Ikan Asin Di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kota Medan”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan segala kerendahan hati kepada Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, MEc, selaku Anggota Komisi Pembimbing.

(7)

 

Penilis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kesempurnaan skripsi ini. Penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat berguna bagi kita semua, dan akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Oktober 2009

(8)

 

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjaun Pustaka………. 9

Landasan Teori………. 13

Kerangka Pemikiran………. 18

Hipotesis Penelitian………. 22

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Lokasi Penelitian……… 23

Metode Penentuan Sampel………. 23

Metode Pengumpulan Data………. 24

Metode Analisis Data………. 24

Defenisi dan Batasan Operasional Definisi………. 26

(9)

 

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskripsi Kelurahan……….. 28

Jumlah Pengolah Ikan Asin……….. 31

Proses Pengolahan Ikan Asin………..31

Sarana dan Prasarana……….. 35

HASIL DAN PEMBAHASAN Ketersediaan Bahan Baku, Bahan Penunjang, Input Produksi dan Teknologi Bahan Baku……….. 37

Bahan Penunjang……….. 39

Alat Produksi………. 41

Teknologi Pengolahan………42

Transportasi………42

Tenaga Kerja………..43

Kemampuan Usaha Pengolahan Ikan Asin Menyerap Tenaga Kerja………45

Analisis Finansial dan Kelayakan Usaha Pengolahan Ikan Asin Penerimaan……….47

Pendapatan Bersih………..48

R/C Ratio………48

Potensi Usaha Pengolahan Ikan Asin di Daerah Penelitian Potensi pengadaan input produksi………..49

Potensi sumber daya manusia (jumlah pengolah ikan asin dan kemampuan/keterampilan tenaga kerja) ……….50

Potensi pasar (penawaran dan permintaan) ………...50

(10)

 

DAFTAR TABEL

No. Judul halaman

1. Produksi Tahunan Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten

/ Kota 2007... 3 2. Unit Pengolahan Menurut Kabupaten/ Kota 2007... 6 3. Distribusi penduduk Kelurahan Belawan Bahari

Distribusi Penduduk Kelurahan Belawan Bahari Menurut

Kelompok Umur, 2008... 29 Distribusi Penganut Agama di Kelurahan Belawan Bahari, 2008... 29 Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Di Kelurahan Belawan Bahari, 2008... 30 4. Jumlah Penduduk Usia Produktif Kelurahan

Belawan Bahari, 2008... 30 5. Jumlah Pengolah Ikan Asin Di Kelurahan Belawan Bahari, 2008... 31 6. Sarana dan Prasarana Di Kelurahan Belawan Bahari, 2008………... 36 7. Rataan Volume dan Harga Beli Bahan Baku Menurut Jenis Ikan

Dalam Satu Tahun... 37 8. Rataan Tenaga Kerja Pada Tiap Tahapan Pengolahan Menurut Jenis

Ikan Dalam Satu Tahun... 46 9. Analisis Finansial Usaha Pengolahan Ikan Asin Menurut Jenis Ikan

(11)

 

DAFTAR GAMBAR

No. Judul halaman

1. Skema Kerangka Berpikir ...21

2. Proses penggaraman dan pengeringan ikan yang tidak dibelah (bulat) ...33

(12)

 

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul halaman

1. Karakteristik Sampel Pengolah Ikan Asin……… 62 2. Total Biaya Bahan Baku Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Gulama Sisik,

Gulama Pisang Belah, Caru per Ton Dalam Satu Tahun……….. 63 3. Total Biaya Bahan Baku Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Gulama Pisang

(Bulat) dan Kresek per Kg Dalam Satu Tahun………..64 4. Total Biaya Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Gulama

Sisik, Gulama Pisang Belah, Caru per Ton Dalam Satu Tahun……….65

5. Total Biaya Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Gulama Pisang Bulat, Kresek per Ton Dalam Satu Tahun……….66

6. Total Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Gulama Sisik per Ton Dalam Satu Tahun………67

7. Total Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Gulama

Pisang Belah per Kg Dalam Satu Tahun………. 68

8. Total Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Caru per Kg

Dalam Satu Tahun……… 69 9. Total Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Gulama

Pisang per Ton Dalam Satu Tahun……….. 70 10. Total Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Kresek per Kg

Dalam Satu Tahun……… 71 11. Total Biaya Upah Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Ikan Asin

Jenis Gulama Sisik Per Ton Dalam Satu Tahun……….. 72 12. Total Biaya Upah Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Ikan Asin

Jenis Gulama Pisang Belah Per Ton Dalam Satu Tahun………. 73 13. Biaya Upah Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis

Caru Per Ton Dalam Satu Tahun………. 74 14. Total Biaya Upah Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Ikan Asin

(13)

 

15. Total Biaya Upah Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Ikan Asin

Jenis Kresek Per Ton Dalam Satu Tahun………. 76 16. Penyusutan Alat Produksi dan Bangunan Untuk Tiap Jenis

Ikan Dalam Satu Tahun……… 77 17. Total Biaya Produksi Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Gulama

Sisik Per Ton Dalam Satu Tahun………. 89 18. Total Biaya Produksi Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Gulama

Pisang Belah Per Ton Dalam Satu Tahun……… 90 19. Total Biaya Produksi Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis

Caru Per Ton Dalam Satu Tahun………. 91 20. Total Biaya Produksi Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Kresek

Per Ton Dalam Satu Tahun……….. 92 21. Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan Bersih dan R/C Ratio

Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Gulama Sisik Belah

Per Ton Dalam Satu Tahun……… 93 22. Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan Bersih dan R/C Ratio

Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Gulama Pisang Belah Per Ton

Dalam Satu Tahun………... 94 23. Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan Bersih dan R/C Ratio

Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Caru Belah Per Ton

Dalam Satu Tahun………... 95 24. Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan Bersih dan R/C Ratio

Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Gulama Pisang Bulat

Per Ton Dalam Satu Tahun……… 96 25. Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan Bersih dan R/C Ratio

Usaha Pengolahan Ikan Asin Jenis Kresek Bulat Per Ton

(14)

 

ABSTRAK

MEGAWATI SIGALINGGING (050304013), dengan judul “ Potensi Pengembangan Usaha Ikan Asin Di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kota Medan”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi dan Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, MEc.

Penanganan ikan segar merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri perikanan karena dapat mempengaruhi mutu. Kesegaran ikan tidak dapat ditingkatkan, tetapi hanya dapat dipertahankan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet produk perikanan pada pascapanen melalui proses pengolahan maupun pengawetan. Hasil perikanan di Indonesia pada umumnya disajikan dalam dua bentuk, yaitu segar dan olahan; yang meliputi olahan tradisional dan olahan modern.

Metode penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, dimana penentuan daerah sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, metode penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Metode analisis yang diganakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, Analisis SWOT, R/C ratio. Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Bahan Baku, Bahan Penunjang, Input Produksi dan Teknologi Usaha pengolahan ikan asin tersedia di daerah penelitian.

2. Usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian memberikan kesempatan kerja.

(15)

 

4. Dari kriteria kelayakan yang terpenuhi oleh Usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian, yang ditinjau dari potensi pengadaan input produksi, potensi sumber daya manusia (jumlah pengolah ikan asin dan kemampuan/keterampilan tenaga kerja), potensi pasar (penawaran dan permintaan) maka usaha ikan asin di daerah penelitian memiliki potensi untuk diusahakan dan dikembangkan.

(16)

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang mempunyai wilayah perairan laut dan perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya alam ini salah satunya menghasilkan ikan dan hasil perikanan lainnya. Oleh karenanya, akhir-akhir ini pemerintah sangat mengintensifkan usaha penangkapan dan budi daya ikan dalam upaya mendapatkan pemasukan devisa yang lebih besar. Namun, usaha tersebut akan menjadi tidak berguna jika tidak dibarengi dengan peningkatan pengetahuan tentang penanganan ikan setelah penangkapan dan pemanenan (Junianto, 2003).

(17)

 

Dengan berbagai potensi yang dimiliki, Sumatera Utara (Sumut) adalah salah satu kekuatan perikanan di Tanah Air yang tak boleh diremehkan. Hal itu tak lepas dari letak geografisnya yang diapit lautan yaitu pantai timur (Selat Malaka) dan pantai barat (Samudera Hindia). Di lautan potensi perikanan tangkap dan budi daya pantai/tambak air payau-nya cukup besar. Sedangkan untuk serapan tenaga kerja, sektor perikanan Sumut menyerap 145.878 orang, 132.378 orang bergerak di penangkapan serta budi daya dan 13.500 orang lainnya bergerak di pengolahan. Secara umum mereka berlokasi di Belawan, Tanjung Balai, Sibolga, Langkat, dan kawasan perairan Danau Toba (http://www.warintek.ristek.go.id).

Usaha perikanan di Propinsi Sumatera Utara meliputi perikanan laut dan perikanan darat. Usaha perikanan laut tersebar di daerah Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan, Tapanui Tengah, daerah Kota Labuhan Batu, Asahan, Deli Serdang, Langkat, Tanjung Balai dan Medan (Ratna Evy, 1997).

Usaha perikanan darat tersebar di seluruh pulau Indonesia, yaitu pada perairan sungai, danau, waduk, bendungan, tambak, kolam dan daerah rawa. Selain penangkapan secara alami pada perairan bebas seperti sungai, danau, waduk, dan bendungan, terus dikembangkan budi daya air payau dalam bentuk tambak, kolam, perikanan sawah (mina padi) dan keramba (Ratna Evy, 1997).

(18)

 

Tabel 1. Produksi Tahunan Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten/ Kota 2007

Satuan: Ton

Kabupaten/ kota Jumlah/ Total

Penangkap an di Laut

Penangkapan di Perairan Umum Sungai Danau Rawa Waduk Jumlah Sumatera

Utara 361.673,7 348.222,1 5.488,7 4.524,9 3.206,5 231,6

(19)

 

19. Labuhan Batu 24.989,2 24.601,3 200,4 - 187,5 -

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sumatera Utara/ 2008

Dari Tabel 1 diketahui bahwa Kota Medan termasuk Wilayah Pengembangan III dengan total produksi perikanan tangkap yaitu 70.194,8 ton yang terdiri atas 70.160,4 ton dari produksi penangkapan di laut dan 34,4 ton dari produksi penangkapan dari perairan umum yaitu: sungai, danau, rawa dan waduk. Dengan produksi ikan yang cukup banyak maka usaha ikan asin tidak akan sulit memperoleh bahan baku yaitu ikan segar untuk diolah menjadi ikan asin.

Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh ikan telah dirasakan sangat menghambat usaha pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang menimbulkan kerugian besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet produk perikanan pada pascapanen melalui proses pengolahan maupun pengawetan. Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri perikanan (Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty, 1989).

(20)

 

Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan (http://www.warintek.ristek.go.id).

Pengawetan ikan dengan penggaraman sebenarnya terdiri dari dua proses, yaitu proses penggaraman dan proses pengeringan. Adapun tujuan utama dari penggaraman sama dengan tujuan proses pengawetan atau pengolahan lainnya yaitu dengan memperpanjang daya tahan dan daya simpan ikan. Hasil ikan olahan Sumatera Utara berupa ikan asin, telah lama dikenal masyarakat konsumen. Penyebarannya telah menembus beberapa kota besar di Indonesia. Kenyataan ini memperlihatkan bahwa pengolahan ikan merupakan usaha yang cukup berkembang di Sumatera Utara (Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty, 1989).

(21)

 

Tabel 2. Unit Pengolahan Menurut Kabupaten/ Kota 2007

No Kabupaten/ Kota Jlh Jenis Pengolahan Utama

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sumatera Utara/ 2008

Keterangan:

 1= Pengalengan  2= Pembekuan

 3= Penggaraman/ Pengeringan  4= Pemindangan

 5= Pengasapan/ Pemanggangan  6= Peragian/ Fermentasi

(22)

 

 8= Surimi/ Jeli Ikan  9= Produk Segar  10= Lainnya

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah total unit pengolahan ikan di Kota Medan adalah 15 unit pengolahan. Pengolahan Ikan yang paling banyak dilakukan di Medan adalah pengolahan dengan cara penggaraman/ pengeringan yaitu 13 unit dan 2 unit lagi pengolahan ikan dengan cara surimi/ jeli ikan.

Dengan adanya sumber daya alam (laut) di Belawan yang menghasilkan ikan yang cukup banyak maka ketersedian ikan laut segar sebagai bahan baku pembuatan ikan asin akan selalu ada tersedia (kontiniu), disamping itu jarak dari tempat pembelian ikan segar (TPI/ tempat pelelangan ikan) tidak jauh dari tempat pengolahan ikan sehingga dapat mengurangi biaya produksi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa penting untuk melakukan riset tentang potensi pengembangan usaha pengolahan ikan asin di kelurahan Belawan Bahari kecamatan Medan Belawan Kota Medan.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana ketersediaan input produksi (bahan baku, bahan penunjang, alat produksi, tenaga kerja dan teknologi pengolahan ) telah dapat dipenuhi didaerah penelitian tersebut.

(23)

 

3. Apakah usaha ikan asin layak dikembangkan secara finansial.

4. Bagaimana potensi pengembangan usaha ikan asin di daerah penelitian. 5. Bagaimana strategi pengembangan usaha ikan asin di daerah penelitian.

Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ketersediaan input produksi ( bahan baku, bahan penunjang, alat produksi, tenaga kerja dan teknologi pengolahan) di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui kemampuan usaha ikan asin memberikan kesempatan kerja

di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui tingkat kelayakan pengembangan usaha ikan asin secara finansial di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui potensi pengembangan usaha ikan asin di daerah penelitian. 5. Untuk mengetahui strategi pengembangan usaha ikan asin di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha ikan asin untuk memperbaiki kelemahannya sehingga dapat mengembangkan usahanya.

2. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi pengusaha-pengusaha ikan asin di daerah penelitian.

(24)

 

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Hasil perikanan di Indonesia pada umumnya disajikan dalam dua bentuk, yaitu segar dan olahan; yang meliputi olahan tradisional dan olahan modern. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Erizal Jamal (Pusat penelitian Agro Ekonomi Bogor,1991) adalah menyatakan bahwa kegiatan pengolahan ikan secara tradisional, khususnya kegiatan pengeringan dan penggaraman ikan, meerupakan bentuk pengolahan yang banyak dilakukan nelayan di Sumatera Utara. Sebesar 70,38% dari bentuk pengolahan ikan dilakukan dengan cara pengeringan dan penggaraman. Secara umum kegiatan pengolahan ikan secara tradisional di Sumatera Utara sudah mampu memberikan nilai tambah pada pengelolaannya dan dapat menanggulangi kemerosotan harga akibat pembusukan ikan.

(25)

 

proses perubahan ini akhirnya mengarah ke pembusukan. Dengan demikian, dapat dilakukan tindakan penangan yang baik dalam mempertahankan kesegaran ikan.

Penanganan ikan segar merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri perikanan karena dapat mempengaruhi mutu. Menurut Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty (1989), baik buruknya penanganan ikan segar akan mempengaruhi mutu ikan sebagai bahan makanan atau sebagai bahan mentah untuk proses pengolahan lebih lanjut. Oleh karena itu, untuk mencegah proses pembusukan perlu dikembangkan berbagai cara pengawetan dan pengolahan yang cepat dan cermat agar sebagian besar ikan yang diproduksi dapat dimanfaatkan.

Dasar pengawetan ikan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama atau sebaik mungkin. Hampir semua cara pengawetan ikan meninggalkan sifat khusus pada tiap hasil awetan karena berubahnya sifat-sifat bau (odor), cita rasa (flavour), wujud atau rupa (appearance) dan tekstur (texture) daging ikan. Pengawetan ikan juga bertujuan untuk menghambat dan menghentikan kegiatan enzim dan mikroorganisme yang dapat menimbulkan pembusukan (kemunduran mutu) dan kerusakan ikan.Menurut Sri Suhartini dan Nur Hidayat (2005), teknik yang umum digunakan dalam usaha pengawetan ikan untuk mencegah kerusakan ikan adalah:

(26)

 

2. Secara kimiawi yang menyangkut penggunaan garam yang dibarengi dengan pengeringan.

3. Cara pengasapan untuk mematikan aktivitas enzim mikrobia.

Penggaraman merupakan cara pengawetan ikan yang banyak dilakukan di berbagai Negara, termasuk Indonesia. Proses ini menggunakan garam sebagai media pengawet, baik yang berbentuk kristal maupun larutan. Menurut Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty (1989) selama proses penggaraman berlangsung terjadi penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dan keluarnya cairan dari tubuh ikan karena adanya perbedaan konsentrasi. Cairan ini dengan cepat akan melarutkan kristal garam atau mengencerkan larutan garam. Bersamaan dengan keluarnya cairan dari dalam tubuh ikan, partikel garam memasuki tubuh ikan.

Lama kelamaan kecepatan proses pertukaran garam dan cairan tersebut semakin lambat dengan menurunnya konsentrasi garam di dalam tubuh ikan, bahkan akhirnya pertukaran garam dan cairan tersebut berhenti sama sekali setelah terjadi keseimbangan antara konsentrasi garam di dalam tubuh ikan dengan konsentrasi garam di luar tubuh ikan. Pada saat itulah terjadi pengentalan cairan tubuh yang masih tersisa dan penggumpalan protein (denaturasi) serta pengerutan sel-sel tubuh ikan sehingga sifat dagingnya berubah.

(27)

 

aktivitas bakteri yang tahan terhadap garam berkonsentrasi tinggi dapat dihambat, bahkan bakteri dapat terbunuh.

Pada umumnya, pengusaha ikan asin merasa bahwa untuk membuat ikan asin cukup digunakan garam rakyat saja. Menurut Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty (1989) untuk mendapatkan ikan asin yang bermutu baik harus digunakan garam murni, yaitu garam dengan kandungan NaCl cukup tinggi (95%) dan sedikit sekali mengandung elemen-elemen yang dapat menimbulkan kerusakan (Magnesium dan Kalsium), seperti yang dijumpai pada garam rakyat. Ikan asin yang diolah dengan menggunakan garam murni memiliki daging berwarna putih kekuning-kuningan dan lunak. Jika dimasak rasa ikan asin ini seperti rasa ikan segar.

Menurut Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty (1989), proses penggaraman dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

1. Penggaraman Kering (Dry Salting)

Penggaraman kering dapat digunakan baik untuk ikan yang berukuran besar maupun kecil. Penggaraman ini menggunakan garam berbentuk Kristal. Ikan yang akan diolah ditaburi garam lalu disusun secara berlapis-lapis. Setiap lapisan ikan diselingi lapisan garam. Selunjutnya lapisan garam akan menyerap keluar cairan di dalam tubuh ikan, sehingga Kristal garam berubah menjadi larutan garam yang dapat merendam seluruh lapisan ikan.

2. Penggaraman Basah (Wet Salting)

(28)

 

(sehingga konsentrasinya menurun) dan ion-ion garam akan segera masuk ke dalam tubuh ikan.

3. Penggaraman Kering Tanpa Kedap Air (Kench Salting)

Penggaraman ikan dengan cara ini hampir serupa dengan penggaraman kering. Bedanya, metode ini tidak menggunakan bak kedap air. Ikan hanya ditumpuk dengan menggunakan keranjang. Untuk mencegah agar ikan tidak dikerumuni oleh lalat, hendaknya seluruh permukaan ikan ditutup dengan lapisan garam.

Landasan Teori

a. Ketersediaan Bahan Baku

Ikan yang akan diproses sebaiknya dipisahkan dahulu berdasarkan jenis, tingkat kesegaran dan ukuran ikan. Hal ini dimaksudkan untuk menyeragamkan proses penetrasi pada saat penggaraman berlangsung. Penyediaan garam sebanyak 10-35% dari berat totak ikan yang akan diolah, tergantung tingkat keasinan yang diinginkan. Sebaiknya digunakan garam murni agar diperoleh produk ikan asin yang berkualitas baik dari segi warna aroma, dan rasa (Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty, 1989).

(29)

 

bervariasi sepanjang waktu, dan karena adanya perbedaan antara musim seperti di atas, menyebabkan beberapa aspek dari kegiatan pengolahan bervariasi antar-musim (Erizal Jamal, 1991).

b. Sifat Usaha

Umumnya merupakan usaha rumah tangga yang berlokasi di desa pantai, di pinggir perairan umum dan sekitar wilayah pertambakan. Suplai bahan mentah berasal dari tangkapan nelayan atau pembalian melalui pelelangan ikan. Dibeberapa tempat terdapat pula usaha pengolahan tradisional yang hanya menyediakan fasilitas pengolahan bagi pengolah lain yang umumnya pendatang musiman (Erizal Jamal, 1991).

c. Tenaga Kerja

Pengolahan ikan secara tradisional, khususnya pengeringan dan penggaraman ikan, banyak dilakukan masyarakat nelayan Sumatera Utara. Secara umum kegiatan pengolahan ikan dengan pengeringan dan penggaraman cukup mampu menolong nelayan, dalam meningkatkan nilai tambah terhadap ikan yang dihasilkannya, dan dapat menetralisir penurunan harga karena proses pembusukan ikan.

(30)

 

mengumpulkan hasil tangkapan nelayan-nelayan yang telah terjerat utang pada mereka dan mengolahnya sebelum dikirim ke Medan (Erizal Jamal, 1991).

d. Permintaan

Dalam skala nasional, ikan asin merupakan salah satu produk perikanan yang mempunyai kedudukan penting, hampir 65% produk perikanan masih diolah dan diawetkan dengan cara penggaraman. Dengan demikian, tidaklah mengherankan apabila ikan asin termasuk dalam Sembilan bahan pokok penting bagi kebutuhan masyarakat. Meskipun memiliki nilai gizi yang tinggi, ikan asin sering dianggap sebagai makanan masyarakat golongan lemah. Tetapi, saat ini ikan asin telah diterima oleh masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas. Bahkan produk-produk ikan asin tertentu dapat dikategorikan sebagai makanan mewah (Eddy Afrianto dan Eviliviawaty, 1989).

Prospek pemasaran ikan asin cukup menggembirakan, baik di dalam maupun di luar negeri. Saat ini Arab Saudi dan Belanda telah berusaha mengimpor ikan asin dari Indonesia. Namun kesempatan ini belum dapat di penuhi seluruhnya, karena produksi ikan asin di negara kita masih rendah. Permintaan Arab Saudi akan ikan asin sebesar 4.200 ton/ tahun telah berhasil dipenuhi. Oleh karena itu kita perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk penggaraman (Eddy Afrianto dan Eviliviawaty, 1989).

e. Harga

(31)

 

Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan dan berakibat tidak lakunya produk tersebut di pasar. Secara finansialusaha pengolahan ikan dengan cara pengeringan dan penggaraman cukup menguntungkan (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Besarnya perbedaan jumlah ikan yang diolah antar musim, selain disebabkan jumlah hasil ikan tangkapan yang berbeda, hal ini disebabkan juga perbedaan harga ikan segar. Pada saat musim ikan, dengan jumlah ikan yang melimpah, harga ikan cendderung lebih murah sehingga jumlah yang mampu dibeli pengolah lebih banyak. Harga ikan hasil olahan berfluktuasi mengikuti harga ikan segar yang digunakan sebagai bahan baku, dengan kondisi seperti ini tingkat keuntungan yang didapat pengolah sangat tergantung dari harga ikan segar (Erizal Jamal, 1991).

f. Teknologi

Cara-cara penanganan ikan setelah penangkapan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menurunkan suhu ikan dan juga mempertahankan ikan tetap hidup. Teknik penanganan dengan menurunkan suhu ikan banyak dilkukan pada ikan-ikan hasil tangkapan di laut. Usaha untuk mempertahankan kesegaran ikan dengan teknik ini tergantung pada media pendingin yang digunakan untuk menurunkan suhu ikan. Teknik penanganan ikan dengan mempertahankan ikan tetap hidup telah banyak dilakukan.

(32)

 

ditangkap sampai ke tangan pembeli akan mendapatkan hasil tingkat kesegaran yang maksimal (Junianto, 2003).

Teknik pengolahan ikan secara penggaraman masih menggunakan teknik pengolahan yang sangat sederhana, dan belum berkembang, serta hampir tidak dijamah oleh kemajuan teknologi dan modernisasi. Kegiatan pengeringan dan penggaraman ikan merupakan salah satu cara mengawetkan ikan dan sekaligus memberi cita rasa tertentu yang disenangi konsumen (Erizal Jamal, 1991).

g. Kelayakan Usaha

Bilamana dana investasi besar diperlukan maka studi kelayakan harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa seluruh aspek yang berhubungan seperti aspek teknis, manajerial, organisasi, ekonomi dan keuangan, perelu diperhatikan. Manfaat dari ini untuk memperoleh bukti sebagai fakta apakah penggunaan modal akan dapat digunakan secara efektif atau tidak.

Kegunaan dari studi kelayakan dapat dicontohkan seperti: meyakinkan bahwa keadaan memungkinkan untuk proyek dilaksanakan secara teknis, dapat memberikan keuntungan dilihat secara keuangan dan ekonomis objektifitas tidak dapat dicapai dengan biaya yang lebih murah, dan apakah sasaran proyek telah sesuai dengan objektifitas ekonomi nasional (R. Siagian, 1999).

h. Analisis SWOT

(33)

 

Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi

dunia bisnis.

Analisis SWOT membandingkan antara factor eksternal Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan factor internal Kekuatan (Strenghts) dan Kelemahan (Weaknesses)

Metode SWOT dapat dijabarkan sebagai berikut:

Kekuatan (Strenght) : mengkaji kekuatan suatu usaha. Kelemahan (Weakness): mengkaji kelemahan suatu usaha.

Peluang (Opportunity): meneliti potensi yang dapat dikembangkan dari

suatu usaha.

Ancaman (Threat): menganalisa dan mengetahui ancaman yang dapat

menghambat perkembangan suatu usaha (Freddy Rangkuti, 1998).

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat alternative strategis

 SO : Menggunakan kekuatan untuk mengambil peluang yang ada.  ST : Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman yang ada.  WO: Menggunakan peluang untuk menutupi kelemahan yang ada.  WT: Menghindari ancaman untuk meminimisasi kelemahan yang ada.

(34)

 

Usaha pengolahan ikan segar hasil tangkapan nelayan menjadi produk olahan merupakan salah satu cara untuk mengurangi resiko kerugian akibat ikan segar mudah mengalami proses pembusukan, terlebih lagi pada saat ikan hasil tangkapan nelayan melimpah. Ikan-ikan segar akan diolah sesuai dengan kebutuhan untuk dijual secara komersial. Dalam hal ini ikan-ikan segar tersebut diolah menjadi ikan asin.

Ikan yang telah mengalami proses penggaraman, sesuai dengan prinsip yang berlaku, akan mempunyai daya simpan yang tinggi karena garam dapat berfungsi menghambat atau menghentikan sama sekali reaksi autolisis dan membunuh bakteri yang terdapat di dalam tubuh ikan.

Garam menyerap cairan tubuh ikan sehingga proses metabolisme bakteri terganggu karena kekurangan cairan bahkan akhirnya mematikan bakteri. Selain menyerap cairan tubuh ikan, garam juga menyerap cairan tubuh bakteri sehingga bakteri akan mengalami kekeringan dan akhirnya mati.

Di dalam usaha pengolahan ikan ini, sangat diperlukan adanya suatu kelayakan usaha, dimana dalam hal ini berbagai faktor yang dianalisis, seperti pengadaan bahan baku dan input produksi untuk usaha pengolahan ikan harus ada secara terus-menerus (kontinu).

(35)

 

Penggunaan teknologi juga perlu diperhatikan agar dapat mengolah ikan menjadi hasil yang lebih baik. Hal ini perlu dilakukan agar mutu, daya awet, dan tingkat higienisnya tinggi. Ikan yang mengalami proses penggaraman menjadi awet karena garam dapat menghambat atau membunuh bakteri penyebab pembusukan pada ikan.

Hasil akhir dari pengawetan dengan proses penggaraman adalah ikan asin, yaitu ikan yang telah mengalami proses penggaraman dan pengeringan. Mengingat ikan asin merupakan salah satu komoditas yang dianggap penting untuk konsumsi masyarakat, karena itu ikan asin dimasukkan dalam Sembilan bahan pokok di Indonesia.

Oleh karena itu, diperlukan adanya penggunaan teknologi yang efisien, dimana dapat menghasilkan ikan olahan dengan mutu baik, dan juga dapat mengurangi resiko kerugian bagi nelayan, dapat meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan.

Adanya permintaan atas ikan asin ini, sangat tergantung terhadap kualitas dan kuantitas ikan asin yang dihasilkan. Hasil ikan olahan yang berupa ikan asin, telah lama dikenal masyarakat konsumen. Penyebarannya telah menembus beberapa kota besar di Indonesia. Oleh karena itu, ikan asin yang dihailkan harus sesuai dengan syarat mutu.

(36)

 

kerja juga perlu diperhatikan agar para tenaga kerja juga dapat bekerja dengan baik.

Dalam usaha pengolahan ikan, banyak ditemui masalah-masalah. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya jalan keluar untuk memecahkan permasalahan yang sudah dan sedang berlangsung. Para pengusaha ikan asin dapat bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat untuk dapat memecahkan semua masalah yang berhubungan dengan pengolahan ikan segar menjaadi ikan asin.

Apabila pengadaan bahan baku, input produksi, penggunaan teknologi pengolahan, tenaga kerja secara keseluruhan sudah memenuhi kriteria kelayakan, juga adanya pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi, maka dapat dilihat bahwa usaha pengolahan ikan segar menjadi ikan asin mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan di daerah penelitian.

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengadaan USAHA PENGOLAHAN IKAN

MENJADI IKAN ASIN

(37)

 

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

Keterangan:

= menyatakan hubungan

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah diuraikan, maka berikut ini disajikan beberapa hipotesis, yaitu:

1. Usaha ikan asin layak dikembangkan secara finansial. KELAYAKAN USAHA

PENGOLAHAN IKAN MENJADI IKAN ASIN

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN IKAN MENJADI IKAN ASIN Kriteria

Kelayakan

(38)

 

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Sampel

(39)

 

teRP.ilih karena merupakan daerah yang memproduksi ikan asin di Medan dan jaraknya tidak terlalu jauh dengan pusat kota Medan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa di daerah ini Usaha Ikan Asin cukup menjanjikan karena dengan laut belawan yang memiliki potensi cukup banyak ikan, sehingga tidak sulit bagi pengusaha ikan asin memperoleh bahan bakunya yaitu ikan segar hasil tangkapan nelayan.

Metode Penarikan Sampel

Populasi responden dalam penelitian ini adalah pengusaha pengolah ikan asin di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Penentuan sampel dimulai dengan mensurvei lokasi usaha pengolahan ikan menjadi ikan asin dengan menggunakan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan dan informasi dari Kelurahan Belawan Bahari yakni sebanyak 57 kk (kepala keluarga) sebagai pengolah ikan asin. Dari jumlah populasi tersebut diambil 36 sampel penelitian dengan menggunakan metode penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling).

Adapun formula yang digunakan adalah metode penelitian menurut Slovin, yaitu:

n = N N(d)² + 1

Dimana: n = Sampel N = Populasi

(40)

 

misal : 0,1; 0,05; 0,01 (Jonathan sarwono, 2006)

Maka dari populasi sebanyak 57 kk, maka dapat ditentukan jumlah sampel penelitian yaitu sebagai berikut:

n = 57 = 36,30 = 36 sampel 57(0,1)² + 1

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar kuisioner. Data sekunder diperoleh dari lembaga, instansi atau dinas terkait dengan penelitian ini, hasil studi pustaka, baik berupa buku, jurnal ataupun data statistik yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

Metode Analisis Data

Setelah data diperoleh dan dikumpulkan selengkapnya, kemudian ditabulasi untuk selanjutnya dianalisis.

Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan mengamati sejauh mana ketersediaan input produksi (bahan baku, bahan penunjang, alat produksi, tenaga kerja dan teknologi pengolahan ) yang digunakan untuk usaha pembuatan ikan asin.

(41)

 

Untuk hipotesis 1, yaitu untuk melihat kelayakan dikembangkannya usaha pembuatan ikan asin, dianalisis dengan menggunakan perhitungan R/C (return cost ratio).

R/C (Return Cost Ratio) a = R/C

= Revenue Cost Keterangan:

R = Revenue (Penerimaan) C = Cost (Biaya)

Dengan indikator:

R/C = 1 usaha tidak untung dan tidak rugi R/C < 1 usaha rugi

R/C > 1 usaha untung

Untuk identifikasi masalah 4 yakni untuk melihat potensi usaha pembuatan ikan asin di daerah penelitian dianalisis dengan mengunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengamati input produksi, jumlah pengolah ikan asin, pasar, harga produk, produksi (penawaran) dan permintaan produk di daerah penelitian.

(42)

 

Defenisi dan Batasan Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini, maka digunkan defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Defenisi

a) Usaha pembuatan ikan asin adalah usaha yang mengolah ikan segar dengan teknologi tertentu sedemikian rupa sehingga menjadi produk olahan yang dinamakan ikan asin.

b) Penggaraman/ pengasinan ikan adalah kegiatan mengawetkan ikan segar agar dapat tahan lama disimpan dengan cara menggarami kemudian mengeringkan ikan.

c) Ikan asin adalah ikan awetan yang diolah dengan cara penggaraman dan pengeringan.

d) Pengusaha ikan asin adalah pemilik usaha pembuatan ikan asin.

e) Teknologi adalah penggunaan alat-alat produksi dan pengetahuan sederhana untuk menghasilkan produk.

f) Tenaga kerja adalah orang-orang yang bekeja dalam suatu industri.

g) Bahan baku adalah segala sesuatu atau bahan-bahan dasar yang dipakai untuk memulai suatu produksi yang akan menghasilkan suatu produk yang baru. h) Potensi usaha adalah kemampuan usaha ikan asin untuk dikembangkan. Batasan Operasional

(43)

 

b) Responden adalah pemilik usaha pembuatan ikan asin dan tenaga kerja dalam usaha pembuatan ikan asin.

c) Waktu penelitian diadakan pada tahun 2009.

d) Ikan yang diolah menjadi ikan asin adalah ikan jenis perairan laut yang dibeli di tempat penangkahan ikan di gabion (gulama sisik, gulama pisang, caru dan kresek).

e) Teknologi yang digunakan adalah teknologi tradisional dengan menggunakan peralatan produksi dan pengetahuan pengolahan yang sederhana.

(44)

 

1. Deskripsi Kelurahan

a. Letak dan Batas Kelurahan

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Kelurahan ini terletak pada ketinggian 0.5 m dari permukaan laut. Kelurahan ini mempunyai luas wilayah 1.03 Km². Kelurahan Belawan Bahari berjarak 1.5 Km dari Kecamatan Medan Belawan.

Batas- batas Geografis kelurahan adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kelurahan Belawan II

Sebelah Selatan : Kelurahan Pakan Labuhan

Sebelah Barat : Kelurahan Belawan Sicanang dan Kelurahan Belawan Bahagia

Sebelah Timur : Kelurahan Bagan Deli

b. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Belawan Bahari adalah 10473 jiwa yang terdiri dari 5236 jiwa laki-laki dan 5237 jiwa wanita. Jumlah Keluarga dikelurahan tersebut 2417 KK.

(45)

 

Tabel 3.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Belawan Bahari Menurut Kelompok

Umur, 2008.

Sumber: Kantor Kelurahan Belawan Bahari, 2008

Dari Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa penduduk Kelurahan Belawan Bahari yang tergolong usia kerja (13 tahun keatas) adalah sebesar 6498 jiwa (62,05%), sedangkan yang bukan usia kerja adalah sebanyak 3975 jiwa (37,95%). Kelompok umur usia 19 tahun keatas jumlah yang paling banyak yaitu berjumlah 5095 jiwa (48, 65%).

Keadaan Penduduk menurut agama di Kelurahan Belawan Bahari dapat dilihat pada Tabel III. 2 sebagai berikut:

Tabel 3. 2. Distribusi Penganut Agama di Kelurahan Belawan Bahari, 2008.

No Agama/ Kepercayaan Jumlah Jiwa Persentase (%)

Sumber: Kantor Kelurahan Belawan Bahari, 2008.

(46)

 

kemudian diikuti agama Protestan sebesar 2335 jiwa (22,30%), Katholik sebesar 886 jiwa (8,46%), dan Budha 391 jiwa (3,73%).

Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Belawn Bahari dapat dilihat pada Tabel 3. 3 sebagai berikut:

Tabel 3. 3. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kelurahan

Belawan Bahari, 2008. Sumber: Kantor Kelurahan Belawan Bahari, 2008.

Dari Tabel 3.3 tersebut terlihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Belawan Bahari rata- rata masih rendah. Proporsi pendidikan terbesar adalah pada pendidikan Sekolah Dasar.

Adapun jumlah penduduk usia produktif di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Usia Produktif Kelurahan Belawan Bahari, 2008.

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 13 – 15 954 9,11

2 16 – 18 449 4,29

3 19 keatas 5095 48,65

(47)

 

Sumber: Kantor Kelurahan Belawan Bahari, 2008.

Dari Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa penduduk usia produktif tersedia di daerah penelitian yaitu 6498 jiwa. Sehingga dengan ketersediaan penduduk usia produktif ini usaha pengolahan tidak mengalami hambatan dalam penyerapan tenaga kerja.

2. Jumlah Pengolah Ikan Asin

Adapun jumlah pengolah ikan asin yang berada di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Jumlah Pengolah Ikan Asin Di Kelurahan Belawan Bahari, 2008.

No Alamat (Lingkungan/ Lorong) Jumlah Pengolah Ikan Asin (kk)

Sumber: Kepala Lingkungan Kelurahan Belawan Bahari,2008. 3. Proses Pengolahan Ikan Asin Di Daerah Penelitian

Proses pengolahan ikan yang diproduksi oleh pengolah di Kelurahan Belawan Bahari adalah ikan segar dari perairan laut yang diolah dengan cara penggaraman dan pengeringan. Ikan asin merupakan salah satu produk pengolahan ikan yang telah diberi tambahan bahan-bahan seperti garam dan tawas. Adapun proses pengolahan penggaraman dan pengeringan ikan di daerah penelitian ada 2 bentuk yaitu:

(48)

 

 Penggaraman dan pengeringan ikan yang dibelah

1. Proses Penggaraman dan Pengeringan Ikan Yang Tidak Dibelah (Bulat) a. Pembelian Bahan Baku

Bahan baku berupa ikan segar dibeli dari tempat pelelangan ikan (TPI) di daerah Bagan yang jaraknya dekat dari tempat pengolahan. Di tempat pelelangan ikan (TPI) ikan- ikan tersebut sudah di sortir menurut mutu kesegaran dan ukuran ikan. Sehingga pengolah dapat langsung memilih ikan-ikan yang akan diolah baik dari segi mutu, ukuran ikannya, dan jumlah ikan yang akan diolah (Kg).

b. Pencucian Ikan

Ikan- ikan yang telah dilakukan penyiangan kemudian dicuci dengan air bersih, yang sesuai dengan standar air minum. Hal ini untuk menghindari sisa-sisa kotoran yang melekat.

c. Pembuatan Larutan Garam

Garam yang digunakan diperoleh dari agen dari pabrik garam yang berada di daerah Bagan. Garam kemudian dicampur dengan air bersih di dalam tong- tong dan diberi tawas agar lebih cepat ikan menyerap larutan garam.

d. Perendaman Ikan

Setelah larutan garam yang dicampur tawas dibuat dalam tong-tong kemudian ikan di masukkan kedalam tong-tong yang berisi larutan garam dan tawas. Lalu ikan direndam di dalam larutan selama 1 malam.

(49)

 

Setelah ikan direndam 1 malam kemudian ikan-ikan yang telah direndam dalam larutan garam di jemur di atas pin setinggi 1 m untuk proses pengeringan selama kurang lebih 9 jam.

f. Pengepakan Ikan

Ikan-ikan yang telah dikeringkan kemudian di susun rapi dimasukkan kedalam karton- karton. dalam 1 karton berisi 50 kg ikan asin/ ikan kering.

Proses penggaraman dan pengeringan ikan yang tidak dibelah (bulat) dapat dilihat dari gambar di bawah ini:

Gambar 2. Proses penggaraman dan pengeringan ikan yang tidak dibelah (bulat) 2. Proses Penggaraman dan Pengeringan Ikan Yang Dibelah

a. Pembelian Bahan Baku

Pembelian Bahan

Pencucian Ikan 1

Pembuatan Larutan  Garam dan Tawas 

Perendaman Ikan

Penjemuran Ikan

(50)

 

Bahan baku berupa ikan segar dibeli dari tempat pelelangan ikan (TPI) di daerah Bagan yang jaraknya dekat dari tempat pengolahan. Di tempat pelelangan ikan (TPI) ikan- ikan tersebut sudah di sortir menurut mutu kesegaran dan ukuran ikan. Sehingga pengolah dapat langsung memilih ikan-ikan yang akan diolah baik dari segi mutu,ukuran ikannya, dan jumlah ikan yang akan diolah (Kg).

b. Penyiangan Ikan

Ikan yang telah dibeli kemudian dibawa ke tempat pengolahan untuk kemudian dilakukan penyiangan agar ikan bersih dari kotorannya.

c. Pembelahan Ikan

Ikan yang telah disiangi dan telah dikeluarkan kotorannya kemudian di belah.

d. Pencucian Ikan

Ikan- ikan yang telah dilakukan penyiangan kemudian dicuci dengan air bersih, yang sesuai dengan standar air minum. Hal ini untuk menghindari sisa-sisa kotoran yang melekat.

e. Pembuatan Larutan Garam

Garam yang digunakan diperoleh dari agen dari pabrik garam yang berada di daerah Bagan. Garam kemudian dicampur dengan air bersih di dalam tong- tong.

(51)

 

Setelah larutan garam yang dibuat dalam tong-tong kemudian ikan di masukkan kedalam tong-tong yang berisi larutan garam. Lalu ikan direndam di dalam larutan selama 1 malam.

g. Penjemuran Ikan

Setelah ikan direndam 1 malam kemudian ikan-ikan yang telah direndam dalam larutan garam di jemur di atas pin setinggi 1 m untuk proses pengeringan selama kurang lebih 6 jam.

h. Pengepakan Ikan

Ikan-ikan yang telah dikeringkan kemudian di susun rapi dimasukkan kedalam karton- karton. dalam 1 karton berisi 50 kg ikan asin/ ikan kering. Proses penggaraman dan pengeringan ikan yang dibelah dapat dilihat dari gambar di bawah ini:

Pembelian Bahan Baku

Penyiangan Ikan

Pencucian Ikan 1

Pembuatan Larutan Garam  

Perendaman Ikan Pembelahan Ikan

(52)

 

Gambar 3. Proses penggaraman dan pengeringan ikan yang dibelah 4. Sarana Dan Prasarana Kelurahan Belawan Bahari

Adapun sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kota Medan dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Sarana dan Prasarana Di Kelurahan Belawan Bahari, 2008.

Prasarana/ Sarana Keterangan

1. Prasarana transportasi darat  Jalan kampung  Gang

 Jembatan kelurahan 2. Sarana transportasi darat  Bus umum

 Angkot  Ojek  Becak 3. Prasarana transportasi laut/

sungai 

Tambatan perahu 3 unit 4. Prasarana komunikasi  Wartel

Pelanggan telpon 260 orang Radio/ TV

5. Prasarana air bersih  Hidran minum 10 unit  PAM

MCK 2 unit

6. Prasarana drainase  Saluran drainase/ saluran pembuang air limbah

7. Prasarana pemerintahan  Kantor kelurahan  Mesin ketik 1 unit  Meja 5 unit  Kursi 5 unit

Lemari arsip 2 unit 8. Prasarana peribadatan  Mesjid 3 unit

(53)

 

 Mushola 5 unit  Gereja 9 unit  Wihara 1 unit

9. Prasarana kesehatan  Puskesmas pembantu 1 unit  Poliklinik/ balai pengobatan 5 unit  Posyandu 12 unit

Toko obat 1 unit 10. Prasarana pendidikan  SLTA/ Sederajat 1 unit

 SLTP/ Sederajat 1 unit  SD/ Sederajat 1 unit  TK 1 unit

TPA 3 unit

11. Prasarana Penerangan  Lampu penerangan jalan kampung 12. Prasarana hiburan/ pariwisata  Hotel Melati 1 unit

Sumber: Kantor Kelurahan Belawan Bahari, Tahun 2008

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketersediaan Input Produksi dan Teknologi

Bahan Baku

Bahan baku yang dipergunakan dalam pengolahan ikan asin adalah ikan laut yaitu ikan yang berasal dari perairan laut Belawan. Para pengolah ikan asin memperoleh bahan baku dari beberapa tangkahan (penyalur ikan hasil tangkapan nelayan) di Gabion yang letaknya dekat dengan perairan laut Belawan antara lain Tangkahan Mitra laut, PT.Laut, PT. Karya Agung, PT. KUD, PT. TPI, CV. Abadi Jaya, PT. Horas, PT. Pekong, PT. Kelong, PT. SBU, PT. Gusdur, PT. Olo,dan lain-lain.

(54)

 

Tabel 7. Rataan Volume dan Harga Beli Bahan Baku Menurut Jenis Ikan Dalam

Satu Tahun

Uraian Jenis Ikan

Gulama Sisik Belah

Gulama Pisang Belah

Caru Belah Gulama

Pisang Bulat

3.753 3.633 4.206 6.250 2.558

Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 2a,2b), Tahun 2008.

Ada beberapa ikan jenis yang diolah menjadi ikan asin, namun yang paling dominan ada 4 ikan jenis yang diolah adalah Gulama Sisik, Gulama Pisang, Caru,dan Kresek yang tiap ikan jenis berbeda bentuk pengolahannya. Untuk ikan jenis Gulama Sisik dan Caru diolah dalam bentuk ikan asin belah, untuk ikan jenis Gulama Pisang diolah dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk ikan asin belah dan bulat, sedangkan untuk Ikan jenis Kresek diolah dalam bentuk ikan asin bulat.

Dari Tabel 7 maka dapat disimpulkan bahwa ikan jenis Gulama sisik yang dibelah merupakan ikan jenis yang volume bahan baku paling besar yaitu 63,15 Ton/ Tahun, kemudian ikan Gulama Pisang yang dibulat yaitu 58,95 Ton/ Tahun, ikan Gulama Pisang dibelah yaitu 44,36 Ton/ Tahun, ikan Caru yang dibelah yaitu 27,95 Ton/ Tahun, dan yang terendah volumenya adalah ikan jenis Kresek yaitu 24,18 Ton/ Tahun.

(55)

 

belah yaitu Rp. 3634/Kg dan harga beli ikan yang paling rendah adalah ikan Kresek yaitu Rp. 2558/Kg.

Harga beli ikan segar untuk Jenis Gulama Pisang Yang diolah dalam bulat dan harga ikan Gulama Pisang yang diolah dalam bentuk bulat berbeda karena untuk ikan Gulama Pisang untuk diolah dalam bentuk bulat adalah Gulama Pisang yang berukuran besar sehingga harganya lebih mahal dibanding Gulama Pisang untuk diolah dalam bentuk belah.

Harga dari tiap ikan jenis tidak begitu berbeda dari masing-masing sampel artinya tidak mempengaruhi harga jual ikan. karena walaupun informasi pasar tentang harga ikan tidak tertulis, hal ini tetap memberi keuntungan bagi para pengolah ikan asin di daerah penelitian.

Volume bahan baku dan harga beli bahan baku dari masing-masing pengolah berbeda-beda sehingga biaya bahan baku yang dikeluarkan pun ikut berbeda.Menurut jenis ikan, secara keseluruhan penggunaan rata-rata biaya bahan baku per ton bahan baku dalam satu tahun tertinggi yaitu jenis ikan Gulama Pisang yang diolah dalam bentuk ikan asin bulat Rp. 6.245.801,527; kemudian jenis ikan Caru Rp. 4.186.046,51; jenis ikan Gulama Sisik Rp. 3.716.389,55; jenis ikan Gulama Pisang yang diolah dalam bentuk belah Rp. 3.632.551,85 dan yang terendah adalah jenis ikan Kresek Rp. 2.555.210,918.

(56)

 

mengalami masalah, hanya saja jumlah/ volumenya yang berfluktuasi karena bergantung pada keadaan alam.

Bahan Penunjang

Bahan yang digunakan pada proses pengolahan ikan asin, selain bahan baku adalah bahan penunjang yang berbeda untuk tiap perlakuan pada ikan jenis. Untuk ikan yang diolah dalam bentuk belah hanya menggunakan bahan penunjang berupa garam yang berfungsi sebagai pemberi rasa asin pada ikan sekaligus sebagai bahan pengawet yang dapat membuat ikan hasil olahan menjadi lebih tahan lama untuk disimpan.

Sedangkan untuk ikan yang diolah dalam bentuk bulat menggunakan bahan penunjang yaitu garam dan tawas. Garam berfungsi sebagai pemberi rasa asin pada ikan sekaligus sebagai bahan pengawet yang dapat membuat ikan hasil olahan menjadi lebih tahan lama untuk disimpan, sedangkan tawas berfungsi agar ikan yang diolah dalam bentuk bulat dapat cepat mengering dan tiddak busuk/ berulat.

Penggunaan garam pada pengolahan ikan asin untuk masing-masing sampel (pengolah) bervariasi yaitu 14% - 25% dari jumlah bahan baku yang diolah. Sedangkan penggunaan tawas untuk ikan asin yang diolah dalam bentuk bulat yaitu 3% - 8% dari jumlah bahan baku yang diolah.

(57)

 

dalam memperoleh bahan penunjang pengolah tidak mengalami kesulitan karena bahan penunjang selalu tersedia dan mudah diperoleh.

Secara keseluruhan rata-rata biaya bahan penunjang per ton bahan baku dalam satu tahun tertinggi pada jenis ikan Kresek Rp. 352.640,2; kemudian jenis ikan Gulama Pisang yang diolah dalam bentuk ikan asin bulat Rp. 337.834,1; jenis ikan Caru Rp. 186.704,47; jenis ikan Gulama Pisang yang diolah dalam bentuk ikan asin belah Rp. 185.978,81 dan yang terendah jenis ikan Gulama Sisik Rp. 182.388,92.

Biaya bahan penunjang yang dikeluarkan tergantung oleh besarnya volume bahan baku yang diolah. Biaya bahan penunjang untuk jenis ikan ikan laut yang diolah dalam bentuk ikan asin bulat seperti: Gulama Pisang dan Kresek lebih tinggi biaya bahan penunjangnya dibandingkan jenis ikan laut yang diolah dalam bentuk ikan asin belah seperti: Gulama Sisik, Gulama Pisang, dan Caru karena pada jenis ikan laut yang diolah dalam bentuk ikan asin bulat ada penambahan bahan penunjang selain garam yaitu tawas.

Alat Produksi

(58)

 

untuk tempat meletakkan ikan yang sudah dibelah/ dibersihkan dari kotorannya, Fiber yaitu tempat untuk meletakkan ikan-ikan laut yang belum diolah, Pin yaitu tempat untuk meletakkan ikan yang akan dijemur, Penyangga Pin yaitu tonggak kayu tempat meletakkan Pin, Pelastik untuk menutup ikan-ikan olahan yang sedang dijemur apabila hujan datang. Untuk Pisau/ Parang yang digunakan untuk membersihkan ikan-ikan dari kotorannya disediakan/ dibawa oleh tenaga kerja yang bertugas sebagai pembelah ikan.

Untuk alat produksi para pengolah tidak mengalami kesulitan dalm hal memperolehnya karena selain alat-alat yang digunakan sederhana juga selalu tersedia di pasar-pasar sekitar lokasi pengolahan, salah satunya di Pasar Belawan dan di pertokoan yang berada di dekat tangkahan ikan di Gabion.

Teknologi Pengolahan

(59)

 

Tenaga Kerja

Untuk menjalankan proses produksi tidak terlepas dari tenaga kerja. Ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian telah dapat dipenuhi, karena tenaga kerja yang digunakan pada usaha pengolahan ini tidak lain adalah pemuda/ pemudi, dan ibu-ibu rumah tangga yang bertempat tinggal disekitar tempat pengolahan ikan asin tersebut.

Tenaga kerja yang di gunakan dalam pengolahan ikan asin di daerah penelitian ada dua macam yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja cadangan. Upah tenaga kerja berbeda untuk tiap jenis kegiatan. Tenaga kerja tetap umumnya pria, adalah tenaga kerja yang mempunyai tugas rutin seperti mengangkat bahan baku dari pickup ataupun becak, mencuci ikan-ikan yang telah dikeluarkan kotorannya, mencuci kembali ikan-ikan yang telah direndam dalm larutan garam, kemudian mengangkat ikan-ikan yang telah dijemur dan menimbang ikan-ikan hasil olahan. Tenaga kerja tetap ini umumnya diupah harian, walaupun ada sebagian para pengusaha ikan asin yang mengupah berdasarkan jumlah bahan baku yang diolah. Upah tersebut berkisar antara Rp. 15000 – Rp. 45000 per hari.

(60)

 

Secara keseluruhan rata-rata biaya upah tenaga kerja yang dikeluarkan per ton bahan baku dalam satu tahun terbesar adalah pada jenis ikan Caru Rp. 1.082.200,358; kemudian jenis ikan Kresek Rp.939.698,0976; jenis ikan Gulama Pisang yang diolah dalam bentuk ikan asin belah Rp.809.373,309; jenis ikan Gulama Sisik Rp.672.747,4268; dan yang terendah adalah jenis ikan Gulama Pisang yang diolah dalm bentuk ikan asin bulat Rp.432.366,4122.

Jumlah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan tergantung oleh jumlah tenaga kerja yang diserap oleh masing-masing usaha pengolahan ikan asin dan volume bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.

Transportasi

Sumber bahan baku atau tempat pembelian bahan baku oleh pengolah ikan asin di daerah penelitian adalah bervariasi. Bahan baku diantar dengan menggunakan becak, speed boat, ataupun mobil pickup dengan upah angkut yang berbeda-beda.

Biaya transportasi ini ditanggung oleh pengusaha ikan asin. Sedangkan untuk penjualan ikan asin biasanya upah angkut ditanggung oleh konsumen, baik pedagang grosir/pengecer maupun konsumen akhir datang langsung ke lokasi usaha pengolahan ikan asin. Biaya transportasi biasanya berdasarkan jumlah bahan baku yang diangkut dari tempat pembelian ke lokasi pengolahan, berkisar antara Rp. 60 – Rp. 100 per kilogram.

(61)

 

Gulama Pisang yang diolah dalam bentuk ikan asin belah Rp. 76.167,72; jenis ikan Caru Rp. 75.477,64; jenis ikan Gulama Sisik Rp. 75.439,43 dan yang terendah adalah jenis ikan Gulama Pisang yang diolah dalam bentuk ikan asin bulat Rp. 74.927,905.

Dari analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa ketersediaan input produksi dan teknologi di daerah penelitian tidak mengalami hambatan, artinya mereka dapat memperoleh dengan mudah seluruh input produksi (bahan baku, bahan penunjang, alat produksi, tenaga kerja, modal) dan teknologi pengolahan yang diperlukan dalam proses produksi. Dengan demikian Identifikasi masalah 1 telah terjawab bahwa ketersediaan input produksi dan teknologi pengolahan dapat dipenuhi di daerah penelitiaan.

Kemampuan Usaha Pengolahan Ikan Asin Menyerap Tenaga Kerja

Kemampuan usaha pengolahan ikan asin untuk menyerap tenaga kerja dapat diukur dengan seberapa banyak tenaga kerja yang digunakan oleh usaha pengolahan ikan asin dalam menghasilkan produk ikan asin.

(62)

 

kerja pria berperan pada tahapan pencucian, pengangkatan, penyusunan, penggaraman dan penimbangan.

Untuk ikan laut yang diolah dalam bentuk ikan asin belah seperti: Gulama Sisik, Gulama Pisang, dan Caru tahapan kerjanya adalah pembelahan; penggaraman, pencucian dan pengangkatan; penjemuran. Sedangkan untuk ikan laut yang diolah dalam bentuk ikan asin bulat seperti: Gulama Pisang dan Kresek tahapan kerjanya adalah penggaraman dan pemberian tawas, pencucian dan pengangkatan, penjemuran.

Adapun curahan tenaga kerja tertinggi untuk ikan laut yang diolah dalam bentuk ikan asin belah terdapat pada tahap penggaraman, pencucian dan pengangkatan, disusul dengan tahap pembelahan dan tahap penjemuran. Sedangkan untuk ikan laut yang diolah dalam bentuk ikan asin bulat, curahan tenaga kerja tertinggi terdapat pada tahap penggaraman dan pemberian tawas, pencucian dan pengangkatan kemudian tahap penjemuran.

(63)

 

Jumlah rata-rata tenaga kerja yang diserap pada masing-masing tahapan pengolahan dari usaha ikan asin di daerah penelitian menurut jenis ikan dalam satu tahun dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Tenaga Kerja Pada Tiap Tahapan Pengolahan Menurut Jenis Ikan

Dalam Satu Tahun

Jenis Ikan Jumlah Tenaga Kerja Pada Tiap Tahapan Pengolahan (Orang)

Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 6a-6e)

Dari tabel 8 di atas dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan ikan asin ini menyerap tenaga kerja yang berada di sekitar daerah penelitian khususnya tenaga kerja wanita dan pemuda. Tahapan kerja yang paling banyak membutuhkan tenaga kerja adalah pada tahapan pembelahan. Dengan demikian Identifikasi masalah 2 telah terjawab bahwa usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian dapat memberikan kesempatan kerja.

Analisis Finansial dan Kelayakan Usaha Pengolahan Ikan Asin

(64)

 

Tabel 9. Analisis Finansial Usaha Pengolahan Ikan Asin Menurut Jenis Ikan

Dalam Satu Tahun.

Uraian Jenis Ikan

Gulama

Bahan Baku 234.690.000 161.140.000 117.000.000 368.190.000 61.785.000

Bahan Penunjang

11.517.860 8.250.020 5.218.390 19.915.320 8.526.840

Upah TK 42.484.000 35.903.800 30.247.500 25.488.000 22.721.900

Transportasi 4.764.000 3.378.800 2.109.600 4.417.000 1.846.400

Penyusutan 5.917.958,257 5.917.958,257 5.917.958,257 5.917.958,257 5.917.958,257

Total Biaya 299373818.3 214590578.3 160493448.3 824941514.4 100798098.3

Penerimaan 365.827.500 277.244.000 185.089.500 482.250.000 210.950.270

Pendapatan 66.453.681,74 97.308.921,74 24.596.051,74 58.321.721,74 14.802.619,61

R/C Ratio 1,209 1,451 1,157 1,133 1,073

Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 8a-8e), Tahun 2008.

Penerimaan, Pendapatan Bersih, R/C Ratio

Penerimaan

Penerimaan merupakan total produk yang dihasilkan yang dinilai dengan rupiah, atau dengan kata lain merupakan perkalian antara jumlah produk yang dihasilakan dengan harga jual produk.

Secara keseluruhan rata-rata penerimaan per ton bahan baku dalam satu tahun tertinggi adalah jenis ikan Gulama Pisang yang diolah dalam bentuk ikan asin bulat Rp. 482.250.000; kemudian jenis ikan Gulama Sisik Rp. 365.827.500; Gulama Pisang yang diolah dalam bentuk ikan asin belah Rp. 277.244.000; jenis ikan Kresek Rp. 210.950.270 dan yang terendah adalah jenis ikan Caru Rp. 185.089.500.

(65)

 

Pendapatan bersih dari usaha pengolahan ikan asin adalah penerimaan yang diperoleh pengolah ikan asin dikurangi dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Adapun rata-rata pendapatan bersih per ton bahan baku dalam satu tahun yang diperoleh usaha pengolahan ikan asin tertinggi adalah jenis ikan Gulama Pisang yang diolah dalam bentuk ikan asin belah Rp. 97.308.921,74; kemudian jenis ikan Gulama Sisik Rp. 66.453.681,74; jenis ikan Gulama Pisang yang diolah dalam bentuk ikan asin bulat Rp. 58.321.721,74; jenis ikan Caru Rp. 24.596.051,74 dan yang terendah adalah jenis ikan Kresek Rp. 14.802.619,61. R/C Ratio

Kelayakan usaha pengolahan ikan asin dapat diukur dengan menggunakan analisis R/C Ratio. R/C Ratio merupakan perbandingan anatara total penerimaan dengan total biaya produksi. Secara keseluruhan nilai R/C rata-rata menurut jenis ikan yang tertinggi adalah jenis ikan Gulama Pisang yang diolah dalam bentuk ikan asin belah yaitu 1,451; kemudian jenis ikan Gulama Sisik yaitu 1,209; jenis ikan Caru yaitu 1,157; jenis ikan Gulama Pisang yang diolah dalam bentuk ikan asin bulat 1,133 dan yang terendah adalah jenis ikan Kresek yaitu 1,073.

(66)

 

ini hipotesis 1 yang menyatakan bahwa usaha pengolahan ikan asin layak dikembangkan secara finansial dapat diterima.

Potensi Usaha Pengolahan Ikan Asin di Daerah Penelitian

Potensi usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian dilihat dari potensi pengadaan input produksi, potensi sumber daya manusia (jumlah pengolah ikan asin dan kemampuan/keterampilan tenaga kerja), potensi pasar (penawaran dan permintaan).

Potensi pengadaan input produksi

Pengadaan input produksi di daerah penelitian tidak mengalami kesulitan. Baik dari pengadaan bahan bakunya yaitu ikan laut yang berasal dari laut Belawan yang jaraknya dekat dengan usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian. Bahan baku di daerah penelitian ketersediaannya kontinu, namun jumlah/ volume bahan baku yang diperoleh para pengusaha berfluktuasi karena tergantung oleh keadaan alam, karena bahan baku ini adalah ikan-ikan tangkap perairan laut.

Begitu juga dengan pengadaan bahan penunjang berupa garam dan tawas, para pengolah biasanya membeli garam dan tawas di gudang yang jaraknya dekat dengan lokasi usaha pengolahan ikan asin, ada juga para distributor garam dan tawas yang datang ke tempat usaha pengolahan, sehingga dalam memperoleh bahan penunjang pengolah tidak mengalami kesulitan karena bahan penunjang selalu tersedia dan mudah diperoleh.

(67)

 

selalu tersedia di pasar-pasar sekitar lokasi pengolahan, salah satunya di Pasar Belawan dan di pertokoan yang berada di dekat tangkahan ikan di Gabion. Sama halnya dengan alat produksi, pengadaan teknologi pengolahan, ketersediaan tenaga kerja dan transportasi pengangkutan bahan baku dalam proses pengolahan ikan asin tidak menjadi hambatan karena semua tersedia di Kota Belawan yang jaraknya tidak jauh dari usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian.

Potensi sumber daya manusia (jumlah pengolah ikan asin dan

kemampuan/keterampilan tenaga kerja)

Jumlah Pengolah Ikan asin didaerah penelitian juga cukup banyak yaitu berjumlah 57 kk yang tersebar di beberapa lingkungan di Kelurahan Belawan Bahari, dimana para pengolah ini menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya.

Tenaga kerja yang dimiliki oleh usaha pengolahan ikan sin di daerah penelitian memiliki keterampilan yang cukup baik terutama dalam tahapan kerja pembelahan yang butuh keterampilan khusus, sebab jika salah dalam proses pembelahan maka ikan yang akan diolah akan rusak dan dapat menimbulkan kerugian bagi usaha pengolahan ikan asin.

Potensi pasar (penawaran dan permintaan).

(68)

 

harga ikan segar (bahan baku) turun maka harga ikan asin juga turun. Tetapi jika jumlah ikan asin di pasar melimpah maka pengolah juga tidak bisa menaikkan harga ikan asin terlalu tinggi.

Permintaan akan ikan asin di daerah penelitian stabil. Hanya saja permintaan sedikit menurun pada saat hari-hari besar agama seperti pada saat bulan ramadhan dan hari natal karena pada saat itu masyarakat cenderung mengkonsumsi daging. Pasar untuk pemasaran produk juga cukup luas selain di pasar sekitar daerah penelitian juga produk olahan dipasarkan di beberapa kota di luar Medan seperti Batam, Pekan Baru, Siantar, Tembung atau bahkan pasar antar propinsi seperti: Aceh, Jambi, Riau.

Berdasarkan penjelasan di datas maka usaha ikan asin di daerah penelitian memiliki potensi.

Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan Asin di Daerah Penelitian

Didalam menjalankan usaha pengolahan ikan asin para pengolah harus dapat memprediksi sejauh mana kemampuan yang dimiliki usaha pengolahannya dalam menanggapi berbagai peluang usaha ataupun untuk mampu bertahan dalam menghadapi persaingan usaha ataupun dalam menghadapi masalah-masalah yang mungkin terjadi di masa sekarang dan di masa yang akan datang.

(69)

 

Strategi pengembangan usaha ikan asin di daerah penelitian dapat dilihat dengan analisis SWOT yaitu dengan melihat kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang (Oppurtunity), dan ancaman (Threats).

Penentuan faktor-faktor strategis, pembobotan, penentuan rating dan skor

Faktor-faktor strategis merupakan faktor-faktor internal dan eksternal yang dianggap mempunyai pengaruh bessar dalam pengembangan usaha ikan asin di daerah penelitian. Pemberian bobot diberikan pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor-faktor strategis tersebut agar berhasil dalam pengembangan usaha ikan asin. Bobot ini ditentukan dengan membandingkan suatu faktor strategis dengan faktor strategis lainnya berdasarkan kepentingan relatifnya. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor di atas harus sama dengan 1,0.

Pada tahap penentuan rating, identifikasi faktor strategis eksternal ditinjau dari peluang dan ancaman yang ada dan identifikasi faktor strategis internal ditinjau dari kekuatan dan kelemahan yang ada. Rating diberikan kepada masing-masing faktor strategis internal dan eksternal untuk menunjukkan seberapa efektif pengolah merespon faktor-faktor strategis. Rating diberikan dari angka 1 sampai 4, yang di dasarkan atas keadaan dari usaha ikan asin.

Gambar

Tabel 1. Produksi Tahunan Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten/ Kota 2007
Tabel 2. Unit Pengolahan Menurut Kabupaten/ Kota 2007
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
Tabel 3.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Belawan Bahari Menurut Kelompok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemutih merupakan bahan tambahan pangan yang seringkali digunakan pada ikan asin dan produk olahan lainnya, dengan maksud karakteristik warna putih yang merupakan ciri khas ikan

Biaya total adalah penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan pengolah ikan asin untuk satu kali proses produksi.. Jumlah biaya yang terserap dalam

Analisis finansial pembuatan ikan asin bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha di tinjau dari modal tetap, modal kerja, investasi, biaya tetap, total biaya dan

Menganalisis input, proses dan output usaha pengolahan ikan asin di Kelurahan Pondok Batu Kecamatan Sarudik Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara.. Menghitung besarnya

Pengembangan usaha agroindustry ikan asin di daerah penelitian sangat menguntungkan bagi pelaku faktor eksternal dan faktor internal karena memiliki peluang

Biaya total adalah penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan pengolah ikan asin untuk satu kali proses produksi... Jumlah biaya yang terserap dalam

160 - 178 DOI : https://doi.org/10.37058/agristan.v5i1.7072 160 ISSN : 2723 – 5858 p ; 2723 – 5866 e ANALISIS USAHA PEMBUATAN IKAN ASIN DI DESA AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI

Melihat banyaknya Usaha Kecil dan Menengah di bidang pembuatan ikan asin ada di Kawasan 5 Ulu dapat dikatakan Intensitas penjualan memiliki prospek bagus sehingga banyak persaingan