• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Pasien Pengguna Kartu Jamkesmas Terhadap Persepsi Pasien Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan di RSUD Sidikalang Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik Pasien Pengguna Kartu Jamkesmas Terhadap Persepsi Pasien Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan di RSUD Sidikalang Tahun 2010"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN PENGGUNA KARTU JAMKESMAS TERHADAP PERSEPSI TENTANG KUALITAS

PELAYANAN KESEHATAN DI RSUD SIDIKALANG TAHUN 2010

Oleh :

NIM. 081000217

Asna Sinulingga

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN PENGGUNA KARTU JAMKESMAS TERHADAP PERSEPSI TENTANG KUALITAS

PELAYANAN KESEHATAN DI RSUD SIDIKALANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syrat Untuk emperoleh gelar Srajana Kesehatan Masyarakat

Oleh : Asna Sinulingga NIM. 081000217

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul:

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN PENGGUNA KARTU JAMKESMAS TERHADAP PERSEPSI PASIEN TENTANG KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI RSUD SIDIKALANG

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh

ASNA SINULINGGA NIM. 081000217

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 08 Januari 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Drs. Alam Bakti Keloko,M.Kes) (Drs. Eddy Syahrial, MS) NIP.19620604 199203 1 001 NIP.19590713 198703 1 001

Penguji II Penguji III

(Siti Khadijah, SKM, M.Kes) (Dr.Drs.R.Kintiko Rochadi,MKM) NIP. 19730803 199903 2 001 NIP. 19671219 199303 1 003

Medan, Juni 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

(4)

Abstrak

Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Permasalahan yang ditemukan adalah pada penelitian awal tentang kepuasan pasien diketahui 18,6% merasa tidak puas dan 2,1% sangat tidak puas terhadap pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan terutama pada Pasien Jamkesmas.

Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan metode cross

sectional yaitu untuk mencari hubungan antara karakteristik pasien pengguna kartu

Jamkesmas terhadap persepsi pasien tentang kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang tahun 2010. Sampel adalah pasien Jamkesmas yang dirawat inap RSUD Sidikalang dengan kriteria pasien yang telah dirawat minimal 3 hari sebanyak 40 orang.

Hasil penelitian bahwa berdasarkan umur sebagian besar responden memiliki persepsi baik terhadap kualitas pelayanan yaitu berumur >34 Tahun (65%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 26 responden (65%), status kawin sebanyak 31 responden (77,5 %), Suku Batak sebanyak 34 responden ( 85,0%), tingkat pendidikan tinggi sebanyak 23 responden (57,5%), yang bekerja adalah sebanyak 26 responden (65,0%), penghasilan responden dibawah Rp. 1.020.000.,- sebanyak 38 responden (95%) dan paling lama dirawat sekitar >5 hari sebanyak 36 orang (90%).

Persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang adalah berpersepsi baik dari segi Tangible (berwujud) yaitu 63,1%; Realibility (keandalan) yaitu 78,1%; Responsiveness (cepat tanggap) yaitu 85,8%; Assurance (kepastian) yaitu 93,1%; Empaty (empati) yaitu 65%.Persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang berpersepsi tidak baik dari segi

Tangible (berwujud) yaitu 36,9%; Realibility (keandalan) yaitu 21,8; Responsiveness

(cepat tanggap) yaitu 14,1%; Assurance (kepastian) yaitu 6,9%; Empaty (empati) yaitu 35%.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik (Uji hipotesis Chi Square) dan didapat nilai P < 0,05%, yaitu Umur nilai P=0,031, Jenis Kelamin P= 0,004, Pekerjaan nilai P= 0.031, Pendidikan nilai P=0,007, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien pengguna kartu Jamkesmas terhadap persepsi pasien tentang kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang.

Disarankan kepada petugas kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien pengguna kartu Jamkesmas dengan tidak memandang karakteristik pasien.

(5)

Abstract

Public Health Insurance (JAMKESMAS) is social subsidy for health service of poor and disable community. The program is nationally implemented that the cross-subsidy for realization of the integrated health service for the poor community. The problem found in the preliminary study related to the satisfaction of patients in which it has been known that some 18.6% were unsatisfactory and 2.1% significantly satisfactory for the health service provided by the Regencial Hospital of Sidikalang, by which it is required to make a study to know the health service quality especially for the patients of public health insurance.

The type of the study is an analytic one using a cross-sectional method to find know the correlation between the characteristics of patients as the users of Public Health Insurance Card and their perceptions of the health service quality of Regencial Hospital of Sidikalang in 2010. The samples included those patients who were hospitalized in the Regencial Hospital with the criterion of 40 patients who have been cared at least 3 days.

The result of the study showed that in term of age, majority of the respondents (65%) aged ≥34 years have good perceptions of the health service, majority of the patients or 26 respondents (65%) are female majority of the patients or 31 respondents (77.5%) are with marital status, majority of the patients or 34 respondents (85.5%) are Batak ethnic, majority of the patients or 23 respondents(57.5%) have high education, majority of the patients or 26 respondents (65.0%) have worked , majority of the patients or 38 respondents ( 95%) have income less than Rp 1.020.000 and majority of the patients or 36 respondents (90%) were hospitalized for longer than 5 days.

The perceptions of the patients of the health service of the Regencial Hospital of Sidikalang included good in term of tangible of 63.1%., reliability of 78.1%, responsiveness of 85.8%, assurance of 93.1%, empathy of 65%. The perception of patients of the health service of the Regencial Hospital of Sidikalang was categorized into bad in term of tangible of 36.9%, reliability of 21.8%, responsiveness of 14.1%, assurance of 6.9% and empathy of 35%.

The present study was conducted by using a statistic test (chi-square) and found that P < 0.05, the age with p-value of 0.031, Sex with the p-value of 0.004, occupation with the p-value of 0.031, education with the p-value of 0.007. It indicates that there is a significant correlation between the characteristics of the patients as the user of the insurance card and the perceptions of the health service quality of the Regencial Hospital of Sidikalang.

It is suggested that the health providers more improve the health service to those patients as the users of insurance card irrespective of the characteristics of the patients.

Keywords : Characteristics of the patients, Public Health Insurance, Perception, Service quality

(6)

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan

rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan

Karakteristik Pasien Pengguna Kartu Jamkesmas Terhadap Persepsi Pasien Tentang Kualitas

Pelayanan Kesehatan di RSUD Sidikalang Tahun 2010”.

Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam skripsi ini masih banyak kritik dan

saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun dalam memperbaiki skripsi ini.

Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan

dukungan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penlis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs.Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan kesehatan dan Ilmu

Perilaku yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama

menuntut ilmu di FKM USU.

3. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu

dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk, saran dan supportnya yang

tiada terhingga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes, Selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk, saran dan

supportnya yang tiada terhingga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Ibu Siti Khadijah, SKM, MKes selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan

(7)

6. Bapak DR.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan saran dan masukan kepada penulis.

7. Ibu Dra.Syarifah, MS selaku Dosen Pembina Akademik yang telah membimbing penulis

selama belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

8. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Departemen PKIP yang telah memberikan Ilmu yang

bermanfaat serta motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.

9. Bapak Bupati Dairi (KRA. Johni Sitohang Adinegoro) yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan.

10. Bapak dr. Lomo Daniel P. Sianturi selaku Direktur RSUD.Sidikalang yang telah

memberikan izin melakukan penelitian di rumah sakit tersebut.

11. Kedua orang tua ku yang terkasih Ayahanda dan Ibunda, atas dukungan penuh dan doa,

pengorbanan dan kesabaranMu, serta saudara saudaraku; yang telah memberikan

semangat dan dukungan penuh, baik moril maupun material sehingga Sikripsi ini dapat

selesai.

12. Seseorang yang kusayangi, Suamiku tercinta Suruyo,ST, yang telah memberikan

semangat dan dukungan penuh, baik moril maupun material serta doa dan waktunya

yang selalu setia menemaniku dalam suka maupun duka hingga penulis dapat

menyelesaikan sikripsi ini. Anak-anakku tersayang Nasywa Yoana Syifa dan Akbar Yoana

Kumoro yang selalu memberi semangat melalui senyumannya.

13. Teman-teman di FKM, khususnya Departemen PKIP dan juga teman-teman stambuk

2008 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

14. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu

(8)

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini

baik dari segi isi maupun penyajiannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata

semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Desember 2010

(9)

DAFTAR ISI

2.2.1. Tujuan dan Sasaran JAMKESMAS ... 12

2.2.2. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) ... 13

2.2.3. Pelayanan Yang Dibatasi ... 13

2.2.4. Pelayanan Yang Tidak Dijamin (Exclusion)... 14

2.3. Dimensi/Ukuran Kualitas Jasa/ Pelayanan ... 15

2.4. Kualitas Pelayanan Kesehatan ... 15

2.5. Defenisi Rumah Sakit ... 16

2.5.1. Klasifikasi Rumah Sakit ... 17

2.5.2. Aspek Mutu Pelayanan Medis Rumah Sakit ... 18

(10)

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 2

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 28

4.2. Karakteristik Responden ... 32

4.3. Persepsi Responden Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan ... 34

4.4. Hasil Analisis Bivariat ... 39

BAB V. PEMBAHASAN ... 44

5.1. Karakteristik Responden ... 44

5.2. Persepsi Responden Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan ... 47

5.3. Pembahasan Analisis Bivariat ... 49

BAB VI. PENUTUP ... 51

6.1. Kesimpulan ... 51

6.2. Saran ... 51 Daftar Pustaka

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Jumlah Pegawai RSUD Sidikalang ... Tabel 4.2. Kualifikasi Pendidikan Pegawai RSUD Sidikalang ... Tabel 4.3. Data Pangkat / Gol Pegawai RSUD Sidikalang ... Tabel 4.4. Jumlah Pejabat Struktural dan Fungsional di RSUD Sidikalang ... Tabel 4.5. Data Sarana dan Prasarana RSUD Sidikalang... Tabel 4.6. Distribusi Karakteristik Responden di RSUD Sidikalang Tahun 2010 ... Tabel 4.7. Distribusi Persepsi Pasien Dari Segi Tangibles/Berwujud Di RSUD Sidikalang Tahun 2010 ... Tabel 4.8. Distribusi Persepsi Pasien Dari Segi Reliability/Keandalan Di RSUD

Sidikalang Tahun 2010 ... Tabel 4.9. Distribusi Persepsi Pasien Dari Segi Responsiveness/CepatTanggap Di RSUD Sidikalang Tahun 2010 ... Tabel 4.10. Distribusi Persepsi Pasien Dari Segi Empathy/Perhatian nggap Di RSUD Sidikalang Tahun 2010 ... Tabel 4.11. Distribusi Persepsi Pasien Dari Segi Assurance/Kepastian Di RSUD Sidikalang Tahun 2010 ... Tabel 4.12. Hubungan Karakteristik Responden ( Umur ) Terhadap Persepsi Responden Tentang Kualitas Pelayanan di RSUD Sidikalang Tahun 2010 .... Tabel 4.13. Hubungan Karakteristik Responden ( Umur ) Terhadap Persepsi

Responden Tentang Kualitas Pelayanan di RSUD Sidikalang Tahun 2010 .... Tabel 4.14. Hubungan Karakteristik Responden ( Suku Bangsa) Terhadap Persepsi Responden Tentang Kualitas Pelayanan di RSUD Sidikalang Tahun 2010 .... Tabel 4.15. Hubungan Karakteristik Responden ( Pendidikan ) Terhadap Persepsi

Responden Tentang Kualitas Pelayanan di RSUD Sidikalang Tahun 2010 .... Tabel 4.16. Hubungan Karakteristik Responden ( Pekerjaan ) Terhadap Persepsi

Responden Tentang Kualitas Pelayanan di RSUD Sidikalang Tahun 2010 .... Tabel 4.17. Hubungan Karakteristik Responden ( Penghasilan ) Terhadap Persepsi Responden Tentang Kualitas Pelayanan di RSUD Sidikalang Tahun 2010 .... Tabel 4.18. Hubungan Karakteristik Responden ( Lama dirawat) Terhadap Persepsi Responden Tentang Kualitas Pelayanan di RSUD Sidikalang Tahun 201 ... Tabel 4.19. Hubungan Karakteristik Responden ( Status Perkawinan ) Terhadap

Persepsi Responden Tentang Kualitas Pelayanan di RSUD Sidikalang Tahun 2010 ...

(12)

Abstrak

Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Permasalahan yang ditemukan adalah pada penelitian awal tentang kepuasan pasien diketahui 18,6% merasa tidak puas dan 2,1% sangat tidak puas terhadap pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan terutama pada Pasien Jamkesmas.

Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan metode cross

sectional yaitu untuk mencari hubungan antara karakteristik pasien pengguna kartu

Jamkesmas terhadap persepsi pasien tentang kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang tahun 2010. Sampel adalah pasien Jamkesmas yang dirawat inap RSUD Sidikalang dengan kriteria pasien yang telah dirawat minimal 3 hari sebanyak 40 orang.

Hasil penelitian bahwa berdasarkan umur sebagian besar responden memiliki persepsi baik terhadap kualitas pelayanan yaitu berumur >34 Tahun (65%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 26 responden (65%), status kawin sebanyak 31 responden (77,5 %), Suku Batak sebanyak 34 responden ( 85,0%), tingkat pendidikan tinggi sebanyak 23 responden (57,5%), yang bekerja adalah sebanyak 26 responden (65,0%), penghasilan responden dibawah Rp. 1.020.000.,- sebanyak 38 responden (95%) dan paling lama dirawat sekitar >5 hari sebanyak 36 orang (90%).

Persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang adalah berpersepsi baik dari segi Tangible (berwujud) yaitu 63,1%; Realibility (keandalan) yaitu 78,1%; Responsiveness (cepat tanggap) yaitu 85,8%; Assurance (kepastian) yaitu 93,1%; Empaty (empati) yaitu 65%.Persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang berpersepsi tidak baik dari segi

Tangible (berwujud) yaitu 36,9%; Realibility (keandalan) yaitu 21,8; Responsiveness

(cepat tanggap) yaitu 14,1%; Assurance (kepastian) yaitu 6,9%; Empaty (empati) yaitu 35%.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik (Uji hipotesis Chi Square) dan didapat nilai P < 0,05%, yaitu Umur nilai P=0,031, Jenis Kelamin P= 0,004, Pekerjaan nilai P= 0.031, Pendidikan nilai P=0,007, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien pengguna kartu Jamkesmas terhadap persepsi pasien tentang kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang.

Disarankan kepada petugas kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien pengguna kartu Jamkesmas dengan tidak memandang karakteristik pasien.

(13)

Abstract

Public Health Insurance (JAMKESMAS) is social subsidy for health service of poor and disable community. The program is nationally implemented that the cross-subsidy for realization of the integrated health service for the poor community. The problem found in the preliminary study related to the satisfaction of patients in which it has been known that some 18.6% were unsatisfactory and 2.1% significantly satisfactory for the health service provided by the Regencial Hospital of Sidikalang, by which it is required to make a study to know the health service quality especially for the patients of public health insurance.

The type of the study is an analytic one using a cross-sectional method to find know the correlation between the characteristics of patients as the users of Public Health Insurance Card and their perceptions of the health service quality of Regencial Hospital of Sidikalang in 2010. The samples included those patients who were hospitalized in the Regencial Hospital with the criterion of 40 patients who have been cared at least 3 days.

The result of the study showed that in term of age, majority of the respondents (65%) aged ≥34 years have good perceptions of the health service, majority of the patients or 26 respondents (65%) are female majority of the patients or 31 respondents (77.5%) are with marital status, majority of the patients or 34 respondents (85.5%) are Batak ethnic, majority of the patients or 23 respondents(57.5%) have high education, majority of the patients or 26 respondents (65.0%) have worked , majority of the patients or 38 respondents ( 95%) have income less than Rp 1.020.000 and majority of the patients or 36 respondents (90%) were hospitalized for longer than 5 days.

The perceptions of the patients of the health service of the Regencial Hospital of Sidikalang included good in term of tangible of 63.1%., reliability of 78.1%, responsiveness of 85.8%, assurance of 93.1%, empathy of 65%. The perception of patients of the health service of the Regencial Hospital of Sidikalang was categorized into bad in term of tangible of 36.9%, reliability of 21.8%, responsiveness of 14.1%, assurance of 6.9% and empathy of 35%.

The present study was conducted by using a statistic test (chi-square) and found that P < 0.05, the age with p-value of 0.031, Sex with the p-value of 0.004, occupation with the p-value of 0.031, education with the p-value of 0.007. It indicates that there is a significant correlation between the characteristics of the patients as the user of the insurance card and the perceptions of the health service quality of the Regencial Hospital of Sidikalang.

It is suggested that the health providers more improve the health service to those patients as the users of insurance card irrespective of the characteristics of the patients.

Keywords : Characteristics of the patients, Public Health Insurance, Perception, Service quality

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009, Bab VI pasal 46 dan 47 bahwa untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,

diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya

kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan

diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan

berkesinambungan. Untuk keberhasilan upaya pembangunan kesehatan tersebut maka

masyarakat perlu diikuti sertakan agar berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.

Dalam konsitusi dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Bab IV tentang

rumah sakit bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk

dalam hal ini menjamin pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau

orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28-H, Undang-Undang Nomor 23/1992

tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan

pelayanan kesehatan, karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak

memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab

mengatur agar terpenuhinya hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi

(15)

Berdasarkan konsitusi dan Undang-Undang tersebut pemerintah dalam hal ini

Departemen Kesehatan telah melaksanakan penjaminan pelayanan kesehatan

terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini telah berjalan sejak tahun

2005 dengan nama ASKESKIN yang kemudian ditahun 2008 berganti nama menjadi

JAMKESMAS. Program JAMKESMAS telah memasuki tahun ketiga dan telah

banyak perubahan-perubahan perbaikan yang dilakukan.

Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan

dari pasiennya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan bahkan pemerintah

sekalipun. Mutu akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya interaksi antara

penerima pelayanan dan pemberi pelayanan. Jika pemerintah yang menyampaikan

kritikan ini dapat berarti bahwa masyarakat mendapatkan legalitas bahwa memang

benar mutu pelayanan kesehatan harus diperbaiki. Mengukur mutu pelayanan dapat

dilakukan dengan melihat indikator-indikator mutu pelayanan rumah sakit yang ada

di beberapa kebijakan pemerintah, melalui indikator-indikator tersebut kita bisa

melihat standar pelayanan medik terhadap pasien di suatu rumah sakit, (

Jonirasmanto, 2009).

Menurut Agus Hendroyono Zeithmalh, dkk (1990: 23) menyatakan bahwa

dalam menilai kualitas jasa/pelayanan, terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa/

pelayanan, yaitu : Tangible (nyata/berwujud), Reliability (keandalan), Responsiveness

(Cepat tanggap), Competence (kompetensi), Access (kemudahan), Courtesy

(keramahan), Communication (komunikasi), Credibility (kepercayaan), Security

(16)

Selanjutnya oleh Parasuraman et al.(2005) dimensi tersebut difokuskan

menjadi 5 dimensi (ukuran) kualitas jasa/pelayanan, yaitu: Tangible (berwujud);

Realibility (keandalan); Responsiveness (cepat tanggap); Assurance (kepastian);

Empaty (empati);

Pada penelitian terdahulu dibeberapa tempat pelayanan kesehatan didapati

Penelitian Istino (1998) tentang Analisis kesenjangan persepsi mutu Rumah Sakit

Panti Rapih antara pasien rawat inap dan penyelenggara, menyimpulkan bahwa

terdapat kesenjangan persepsi antara harapan dan kenyataan mengenai standar

pelayanan rumah sakit. persepsi pasien terhadap mutu pelayanan berhubungan

dengan kenyamanan dan biaya pelayanan dalam memilih tempat pelayanan

(Sugiatno, 2001). Ada hubungan antara keterampilan dokter, keramahan petugas,

kemudahan pelayanan, dan lingkungan rumah sakit dengan persepsi mutu (Ade,

2004). Kurnia Tahun (2007) yang menyimpulkan bahwa variable tangible tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pasien dengan nilai signifikasi

sebesar 0.389. Penelitian Sri Ridhayanti Harahap (2007) tentang Pengaruh harapan

terhadap persepsi pasien tentang mutu pelayanan menyimpulkan Aspek realibility

65% menyatakan tidak baik, aspek responsiveness 61% menyatakan tidak baik, dan

empathy 62% menyatakan tidak baik.

Peserta Program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan tidak mampu

selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS sejumlah 76,4 juta jiwa yang dijadikan

dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI

(Menkes), Jumlah masyarakat miskin dan tidak mampu di Indonesia untuk

(17)

tangga miskin, 76.400.000 jiwa anggota rumah tangga miskin sedangkan

anak-anak terlantar, panti jompo dan masyarakat tidak memiliki KTP sebanyak

2.629.309 jiwa, (BPS, 2006).

Penduduk di Sumatera Utara sejumlah 12.450.911 jiwa dengan rumah tangga

miskin sebanyak 944.972 rumah tangga dan 4.124.247 jiwa anggota rumah tangga

miskin (BPS, 2006).

Jumlah penduduk Kabupaten Dairi pada tahun 2010 sebanyak 267.629 jiwa

dengan 30.311 rumah tangga miskin dan 137.138 jiwa anggota rumah tangga

miskin. Pada RSUD Sidikalang jumlah peserta Jamkesmas sebanyak 990 jiwa. Pada

bulan januari sampai dengan juni 2010 ( semester I tahun 2010 ) rawat jalan sebanyak

4.316 jiwa dan rawat inap terdapat 229 jiwa pasien dengan rata-rata kunjungan rawat

inap sebesar 38 jiwa/bulan (Profil RSUD Sidikalang, 2009).

Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang yang merupakan satu-satunya RS

Pemerintah di Kabupaten Dairi, yang didirikan pada tahun 1982 dan dioperasionalkan

pada tahun 1983, dengan status pada waktu itu adalah Rumah Sakit kelas D, dengan

kapasitas 30 tempat tidur. Pada tahun 1994 melalui SK Menteri Kesehatan RI No.

94/Menkes/SK/II/1994 tanggal 7 Pebruari 1994, status RS ditingkatkan menjadi kelas

C dengan kapasitas 34 tempat tidur, dengan dibuka beberapa ruangan baru pada tahun

2004 jumlah tempat tidur menjadi 60 buah dan kondisi sekarang (tahun 2010)

meningkat menjadi 75 tempat tidur untuk rawat inap dengan jumlah ketenagaan 346

jiwa. Penduduk yang mendiami Kabupaten Dairi dapat disebut sudah heterogen yang

(18)

lain-lain. Jumlah penduduk berdasarkan hasil pendaftaran penduduk tahun 2006,

tercatat sebesar 267.629 orang (Profil RSUD Sidikalang, 2009).

Berdasarkan Survey awal di RSUD Sidikalang diketahui dari beberapa

indikator pelayanan rumah sakit pada tahun 2009 dapat diperinci sebagai berikut

BOR (86,5%), LOS (3 hari), TOI (3 hari), BTO (73kali), GDR (2%). Pasien yang

paling banyak dirawat adalah pasien Jamkesmas/Maskin sebanyak (2.275 jiwa),

Askes Sosial (1.304 jiwa) sedangkan pasien umum sebesar (1930 jiwa). (Profil

RSUD Sidikalang, 2009).

Pada Tahun 2006 telah dilakukan Penelitian tentang Survey Kepuasan Pasien

di RSUD Sidikalang bahwa secara keseluruhan kepuasan responden terhadap

pelayanan RSUD Sidikalang kategori puas 70,7%, tidak puas 18,6% dan sangat tidak

puas 2,1%. Hal ini dilakukan sebagai bahan penunjang untuk pelaksanaan akreditas

RSUD Sidikalang.

Pada Tahun 2009 RSUD Sidikalang telah mendapat pengakuan Akreditas dari

Kepmenkes Nomor : YM.01.10/III/179/09 tanggal 19 Januari 2009 tentang

Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Dasar Kepada RSUD Sidikalang Jalan

Rumah Sakit No.19 Sidikalang, Kab Dairi Propinsi Sumatera utara.

Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui Persepsi Pasien Pengguna

Kartu Jamkesmas terhadap Pelayanan Kesehatan setelah Rumah Sakit mendapatkan

(19)

1.2. Rumusan Masalah

Dari permasalahan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana

Hubungan Karakteristik Pasien Pengguna Kartu JAMKESMAS Terhadap Persepsi

Pasien Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan di RSUD Sidikalang Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Ada pun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana

Hubungan Karakteristik Pasien Pengguna Kartu Jamkesmas Terhadap Persepsi pasien

tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan di RSUD Sidikalang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien pengguna kartu Jamkesmas

terhadap persepsi pasien tentang kualitas pelayanan kesehatan di RSUD

Sidikalang Tahun 2010.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatannya.

2. Menambah kemampuan dan pengetahuan peneliti.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan perlakuan yang melibatkan penafsiran melalui proses

pemikiran tentang apa yang dilihat, dengar, alami atau dibaca, sehingga persepsi

sering mempengaruhi tingkah laku, percakapan serta perasaan seseorang. Persepsi

yang positif akan mempengaruhi rasa puas seseorang dalam bentuk sikap dan

perilakunya terhadap pelayanan kesehatan, begitu juga sebaliknya persepsi negatif

akan ditunjukkan melalui kinerjanya (Tjiptono, 2000).

Winardi (2001) mengemukakan persepsi merupakan proses yang bermanfaat

sebagai filter dan metode untuk mengorganisasikan stimulus, yang memungkinkan

kita menghadapi lingkungan kita. Proses persepsi menyediakan mekanisme melalui

stimulus yang diseleksi dan dikelompokkan dalam wujud yang berarti, yang hampir

bersifat otomatik dan bekerja dengan cara yang sama pada masing-masing individu,

sehingga secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda-beda.

Menurut Wudayatun (1999), persepsi adalah proses mental yang terjadi pada

diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar dan

merasakan serta meraba (kerja indra) disekitar kita. Defenisi lain persepsi adalah

pengamatan yang merupakan hasil penglihatan. pendengaran. penciuman, serta

pengalaman masa lalu. Hal ini sangat berpengaruh dalam pembentukan dan

perubahan perilaku. Suatu objek yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda oleh

(21)

Persepsi atau pandangan adalah suatu proses dimana individu

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna

kepada lingkungan mereka. Bagaimanapun, apa yang telah dipersepsikan seseorang

dapat berbeda dari kenyataan objektif. Tidak harus demikian, tetapi sering ada

ketidaksepakatan. Persepsi menjadi penting dikarenakan perilaku orang-orang di

dalam organisasi didasarkan kepada persepsi mereka mengenai apa yang realitas itu,

bukan mengenai realitas itu sendiri (Robbins, 2001).

Menurut Rakbrnad (1992), persepsi adalah pengalaman tentang objek,

peristiwa atau hubungan yang diperolch dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun

objeknya sama, dengan demikian persepsi juga adalah sebagai pengalaman yang

dihasilkan oleh indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya.

Menurut Sears dkk (1999) menyebutkan bahwa persepsi manusia dinominasi

dua asumsi yakni (1) Proses pembentukan kesan dianggap agak bersifat mekanis dan

cenderung hanya memantulkan sifat manusia yang memberi stimulus (2) Proses itu

berada dibawah dominasi perasaan atau evaluasi dan bukan oleh pikran atau kognisi.

Pembentukan kesan tersebut secara mekanis memantulkan terkumpulnya informasi

dalam pikiran seseorang.

Pentingnya persepsi itu semata-mata karena perilaku orang-orang didasarkan

pada persepsi mereka mengenai apa realitas itu, bukan mengenai realitas itu sendiri.

Individu-individu mungkin memandang satu benda yang sama mempersepsikan

secara berbeda. Sejumlah faktor membentuk dan kadang memutar-balik persepsi.

(22)

objeknya atau target yang dipersiapkan, atau dalam konteks situasi dimana persepsi

itu dilakukan (Robbins, 2001).

2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Baltus (1983), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut

Baltus (1983):

1) Kemampuan dan keterbatasan fisik dan alat indera dapat mempengaruhi

persepsi untuk sementara waktu atau permanen.

2) Kondisi lingkungan.

3) Pengalaman masa lalu. Bagaimana cara individu untuk menginterpretasikan

atau bereaksi terhadap stimulus tergantung pada pengalaman masa lalunya.

4) Kebutuhan dan keinginan. Ketika seorang individu membutuhkan atau

menginginkan sesuatu maka ia akan terus berfokus pada hal yang dibutuhkan

dan diinginkan tersebut.

5) Kepercayaan, prasangka dan nilai. Individu akan lebih memperhatikan dan

menerima orang lain yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama

dengannya. Sedangkan prasangka dapat menimbulkan bias dalam

mempersepsi sesuatu.

Menurut Prasetijo (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

persepsi seseorang adalah :

1) Faktor internal

i. Pengalaman

ii. Kebutuhan saat itu

(23)

iv. pengharapan

2) Faktor eksternal

i. Tampakan produk

ii. Sifat-sifat stimulus

iii. Situasi lingkungan

Menurut Gunarsa (1995) dan Charles Abraham dan Eamon Shanley (1997:48)

ada beberapa faktor yang mempengaruhi pernyataan kepuasan pasien adalah latar

belakang pasien yang berbeda-beda adalah sebagai berikut:

1. Umur

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yaitu usia 15 – 64 tahun

(Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2000:

193).Semuanya memberikan kepribadian yang berbeda-beda terhadap

pelayanan kesehatan.

2. Pendidikan

Pendidikan dan pengetahuan pasien yang kurang, membutuhkan lebih banyak

perhatian khusus. Setiap orang akan memeperhatikan aspek yang berbeda dari

objek yang mereka temui, sesuai dengan pengalaman masa lalu, keahlian dan

minatnya masing-masing. Pendidikan seseorang mmempengaruhi cara

berpikir dalam menghadapi segala sesuatu (Depkes RI. 1990: 103).

3. Pekerjaan

Pasien yang mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda dan tingkat

penghasilan yang berbeda pula. Menurut Green (1970) dalam Lumenta

(24)

berpendidikan formal rendah yang menimbulkan sikap masa bodoh dan

pengingkaran serta rasa takut yang tidak mendasar.

4. Jenis kelamin

Emosi seseorang jelas mempengaruhi persepsi seseorang. Laki-laki cenderung

bisa mengendalikan emosinya dibanding dengan wanita (Deddy Mulyana.

2001: 183).

2.1.3 Objek Persepsi

Sebagaimana disebutkan bahwa persepsi itu merupakan proses pengamatan,

maka hal-hal apa yang diamati dapat dibedakan atas dua bentuk dan disebut sebagai

obyek dan persepsi itu. Adapun obyek persepsi adalah sebagai berikut:

1) Manusia termasuk didalamnya kehidupan sosial manusia, nilai-nilai kultural

dan lain-lain, dalam hal ini digunakan istilah persepsi interpersonal.

2) Benda-benda mati seperti balok, pohon dan sebagainya.

Menurut Setiadi (2003) ada 3 faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu keadaaan

stimulus yang diamati, situasi social tempat pengamatan itu terjadi dan

karakteristik pengamatan. Beberapa karakteristik pasien yang mempengaruhi

persepsi pasien adalah sebagai berikut ;

1. Kelas social, mengacu pada pengelompokan orang yang sama dalam perilaku

mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka dipasar. Kelompok status

bercermin suatu harapan komunitas akan gaya hidup dikalangan

masing-masing kelas dan estimasi social yang positif atau negative mengenai

kehormatan yang diberikan kepada masing-masing kelas. Kelas social dengan

(25)

tempat tinggal, pemilikan barang dan kekayaan, pekerjaan yang dilakukan oleh

konsumen/pasien yang sangat mempengaruhin gaya hidup, prestise,

kehormatan dan respek.

2. Budaya, bahwa budaya suatu masyarakat bias diidentifikasikan berdasarkan

etnis, agama, demografi dan lain-lain. Veriabel demografi menjelaskan

karakteristik suatu populasi dan dikelompokkan kedalam karakteristik yangs

sama. Variable yang termasuk kedalam demografi adalah etnis, kebangsaan,

umur, agama, jenis kelamin, dan lain-lain.

3. Peran ekspektasi pada persepsi, harapan atau ekspektasi adalah keyakinan,

kepercayaan, individual sebelumnya mengenai apa yang seharusnya terjadi

pada situasi tertentu.

2.2. Defenisi Pasien Pengguna Kartu JAMKESMAS

Kata pasien dari analog dengan kata patient dari. Patient diturunkan dari

artinya "menderita". Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis.

Sering kali, pasien menderita

untuk memulihkannya. JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah

program pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin yang sebelumnya disebut

Asuransi Kesehatan untuk Masyarakat Miskin (Askeskin). (Depkes RI,2009)

Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam

rangka mewujudkan pelayanankesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.

Program ini telah berjalan sejak tahun 2005 dengan nama ASKESKIN yang

(26)

JAMKESMAS telah memasuki tahun kedua dan telah banyak perubahan-perubahan

perbaikan yang dilakukan, walaupun belum sempurna tetapi pemerintah berupaya

untuk mendekati pengelolaan yang sebaik-baiknya (Depkes RI, 2009).

Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi

tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah. Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi

sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal.

2.2.1. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan Penyelenggaraan Jamkesmas

Tujuan Umum :

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan sehingga tercapai derajat

kesehatan yang optimal secara efektif dan efisien bagi seluruh peserta

JAMKESMAS.

Tujuan Khusus

1. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta

diseluruh jaringan PPK JAMKESMAS.

2. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang berstandart bagi peserta,

tidak berlebihan sehingga terkendali mutu dan biayanya.

3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transfaran dan akuntabel

2.2.2. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)

Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), dilaksanakan pada ruangan perawatan

kelas III RS Pemerintah, meliputi :

(27)

2. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan

3. Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik

4. Tindakan medis

5. Operasi sedang dan besar

6. Pelayanan rehabilitasi medis

7. Perawatan intensif (ICU,ICCU,PICU,NICU,PACU)

8. Pemberian obat mengacu Formulasi RS program ini

9. Pelayanan Darah

10.Bahan dan alat kesehatan habis pakai

11.Persalinan dengan risiko tinggi dan penyulit (PONEK)

2.2.3. Pelayanan Yang Dibatasi

a.Kacamata diberikan pada kasus gangguan refraksi dengan lensa koreksi

minimal +1/-1, atau lebih sama dengan –+0,50 cylindris karena kelainan

cylindris (astigmat sudah mengganggu penglihatannya), dengan nilai

maksimal Rp.150.000 berdasarkan resep dokter

b. Alat bantu dengar diberi penggantian sesuai resep dokter THT, pemilihan

alat bantu dengan berdasarkan harga yang paling efisien sesuai kebutuhan

medis pasien dan ketersediaan alat di daerah.

c.Alat bantu gerak (tongkat penyangga, kursi roda, dan korset) diberikan

berdasarkan resep dokter dan disetujui Komite Medik atau pejabat yang

ditunjuk dengan mempertimbangkan alat tersebutmemang dibutuhkan untuk

(28)

didasarkan pada harga dan ketersediaan alat yang paling efisien didaerah

tersebut.

d. Kacamata, alat bantu dengar dan alat bantu gerak tersebut diatas disediakan

oleh RS bekerjasama dengan pihak-pihak lain dan diklaimkan terpisah dari

paket INA-DRG.

2.2.4. Pelayanan Yang Tidak Dijamin (Exclusion)

a. Pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan .

b. Bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetika.

c. General Check Up.

d. Prothesis Gigi Tiruan.

e. Pengobatan alternatif (antara lain : akupuntur, pengobatan tradisional) dan

pengobatan lain yang belumterbukti secara ilmiah.

f. Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya mendapat

keturunan, termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi.

g. Pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat bencana alam.

h. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan bakti sosial.

2.3. Dimensi/Ukuran Kualitas Jasa/Pelayanan

Menurut Parasuraman et al.(1990) dimensi tersebut difokuskan menjadi 5

dimensi (ukuran) kualitas jasa/pelayanan, yaitu :

1. Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan,karyawan

dan alat-alat komunikasi.

2. Realibility (keandalan); yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah

(29)

3. Responsiveness (cepat tanggap); yaitu kemauan untuk membantu pelanggan

(konsumen) dan menyediakan jasa/ pelayanan yang cepat dan tepat.

4. Assurance (kepastian); mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan para

karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan

keyakinan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari

bahaya, risiko atau keragu-raguan.

5. Empaty (empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual

kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan

memahami kebutuhan pelanggan.

2.4. Kualitas Pelayanan Kesehatan

Dengan semakin kritisnya masyarakat saat ini terhadap pelayanan kesehatan

yang diterimanya dan semakin ketatnya persaingan di era pasar bebas, menuntut

banyak hal dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit yang harus dibenahi khususnya

kualitas pelayanan (Lestari, 2004).

Goesth dan Davis (1994) yang dikutip oleh Tjiptono (2004) menyatakan

bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Definisi

kualitas jasa atau kualitas pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan

keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan

pelanggan (Tjiptono, 2004).

Pohan (2003) menyatakan pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah suatu

(30)

pelayanan kesehatan dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien/konsumen ataupun

masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.

2.5.Defenisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan

terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan

pemeliharaan kesehatan yang baik. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit

yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.

(Siregar,2004).

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana

kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan

rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan

dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan (Siregar,2004).

2.5.1. Klasifikasi Rumah Sakit

Klasifikasi Rumah Sakit Pengelompokan rumah sakit berdasar perbedaan

tingkat kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan. Berdasarkan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia nomor : 983. Menkes/SK/1992 tentang pedoman

(31)

diklasifikasikan menjadi rumah sakit umum tipe A, B, C dan D. Klasifikasi tersebut

didasarkan pada unsur pelayanan yang dimiliki. Klasifikasi tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub spesialistik luas.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medis sekurang – kurangnya 11 spesialistik dan sub

spesialistik terbatas.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.

Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik dasar.

2.5.2. Aspek Mutu Pelayanan Medis Rumah Sakit

Aspek mutu pelayanan medis dirumah sakit berkaitan erat dengan masalah

medikolegal. Dalam memberikan pelayanan medis yang berkualitas, para tenaga

medis diharapkan dapat :

a. Memberikan pelayanan medik dengan standar yang tinggi

b. Mempunyai sistem dan proses untuk melakukan monitoring dan meningkatkan

pelayanan:

c. Konsultasi yang melibatkan pasien

d. Manajemen resiko klinis

e. Audit medis

(32)

g. Pengorganisasian dan manajemen staf medis

h. Pendidikan, pelatihan dan pengembangan profesi berkelanjutan (Continuing

Professional Development/CPD)

i. Memanfaatkan informasi tentang pengalaman, proses dan outcome

Secara efekif melaksanakan clinical governance yaitu:

a. Adanya komitmen untuk mutu

b. Meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan pasien secara berkesinambungan

c. Memberikan pelayanan dengan pendekatan yang berfokus pada pasien

d. Mencegah clinical medical error

Dalam memberikan pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat, perlu adanya

Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang berarti adalah penyelenggaraan pelayanan

manajemen rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan

keperawatan baik rawat inap maupun rawat jalan yang minimal harus

diselenggarakan oleh rumah sakit.

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit yang dapat dipakai untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit.

Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :

1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur) BOR menurut

Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count

days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005),

BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.

Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat

(33)

RI, 2005). Rumus : BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat

tidur X Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%

2. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) AVLOS

menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient

discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI

(2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping

memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu

pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang

perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara

6-9 hari (Depkes, 2005). Rumus : AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien

keluar (hidup + mati)

3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)TOI menurut Depkes RI (2005)

adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat

terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi

penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran

1-3 hari. Rumus : TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) /

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)BTO menurut Huffman

(1994) adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”.

BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada

satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.

Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus :

(34)

5. NDR (Net Death Rate)NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48

jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini

memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus : NDR = (Jumlah

pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) ) X 1000 ‰

6. GDR (Gross Death Rate)GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian

umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Rumus : GDR = ( Jumlah pasien mati

seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 ‰

Dalam memberikan pelayanan rawat inap yang mencakup seluruh lapisan

masyarakat, Rumah Sakit menyediakan enam kelas jasa yaitu VIP, Utama I, Utama

II, Kelas I, Kelas II, Kelas III. Yang masing-masing kelas mempunyai fasilitas yang

berbeda-beda. Sebagai contoh, fasilitas yang ditawarkan tiap kelas pada suatu rumah

sakit yaitu:

1. Ruang VIP Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien (multi fungsi), tempat

tidur penunggu, AC split, TV, kulkas, sofa, over table, kursi teras, nurse call,

almari pakaian, kamar mandi + kloset duduk, westafel + cermin hias, jemuran

handuk kecil, jam dinding. Satu kamar ditempati oleh seorang pasien. Ukuran

kamar 4 x 7m.

2. Ruang Utama Fasilitas yang tersedia adalah tempat tidur pasien, TV almari

pasien, kursi teras, kursi penunggu, nurse call, kamar mandi, westafel + cermin

hias, jam dinding. Satu kamar ditempati oleh seorang pasien. Ukuran kamar 4 x 4

(35)

3. Kelas I Fasilitas yang disediakan adalah tempat tidur pasien, kamar mandi, kipas

angin, meja pasien, almari pasien, nurse call, kursi penunggu. Satu kamar

ditempati oleh dua orang. Ukuran kamar 4 x 3m.

4. Kelas II Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi penunggu, meja

pasien. Satu kamar ditempati 4 orang pasien. Ukuran kamar untuk kelas II adalah

4 x 8 m. 5)

5. Kelas III Fasilitas yang diberikan yaitu tempat tidur pasien, almari pasien, kursi

penunggu, meja pasien. Satu kamar ditempati oleh 10 pasien. Ukuran kamar 9 x 8

m.

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini, dapat dilihat pada skema

dibawah ini :

2.7. Hipotesis Penelitian

Ha = Ada hubungan karakteristik pasien pengguna kartu Jamkesmas terhadap

persepsi pasien tentang kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang

Tahun 2010.

Karakteristik Pasien: - Umur

- Pendidikan - Pekerjaan - Penghasilan

perbulan - Lama dirawat

Persepsi Pasien Kualitas Pelayanan:

- Tangible/ berwujud

- Realibility/ keandalan

- Responsiveness/ cepat

Tanggap

- Assurance/ kepastian

(36)

BAB III

MATODE PENELITIAN

1.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan metode

cross sectional yaitu untuk mencari hubungan antara karakteristik pasien pengguna

kartu Jamkesmas terhadap persepsi pasien tentang kualitas pelayanan kesehatan di

RSUD Sidikalang tahun 2010 .

1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

1.2.1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.

Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah :

1. Adanya kritikan dan keluhan pasien pengguna kartu Jamkesmas terhadap kualitas

pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang.

2. Belum pernah dilakukan penelitian serupa dilokasi tersebut.

1.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan antara bulan Agustus sampai dengan September

2010.

1.3. Populasi dan Sampel

1.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pasien Pengguna Kartu

Jamkesmas yang dirawat diruang rawat inap selama penelitian berlangsung, pasien

Jamkesmas yang telah dirawat minimal 3 hari karena pasien tersebut diasumsikan

(37)

dapat berkomunikasi dengan baik, anak diwakili orang tuanya, dan bersedia menjadi

responden.

1.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling ini dilakukan

dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia.

1.4. Metoda Pengumpulan Data

Pada penelitian ini penulis terlibat langsung dan dibantu oleh pegawai RSUD

Sidikalang. Data penelitian ini meliputi data Primer dan data sekunder.

1.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada pengguna kartu

Jamkesmas di RSUD Sidikalang dengan menggunakan daftar pertanyaan (Kuesioner)

yang telah dipersiapkan sebelumnya.

1.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data pasien yang ada di Rumah Sakit dan

petugas pengelola Jamkesmas di RSUD Sidikalang.

1.5. Definisi Operator Variabe

1. Karakteristik pasien pengguna kartu JAMKESMAS dan perilaku pasien.

• Umur adalah usia responden terhitung dari tanggal lahir sampai dengan ulang

tahun terakhir.

• Jenis Kelamin adalah jenis kelamin pasien pengguna kartu Jamkesmas yang

(38)

• Suku bangsa adalah kesatuan terkecil/adat budaya yang diwariskan secara

turun temurun .

• Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti

responden.

• Pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang dilakukan responden diluar maupun

didalam rumah sebagai sumber pengahasilan utama.

• Penghasilan adalah jumlah rata-rata pendapatan keluarga responden yang

dihitung berdasarkan UMR 2010. (Rp.<1.020.000,- />Rp.1.020.000)

• Lama dirawat adalah berapa lama pasien pengguna kartu JAMKESMAS

tersebut dirawat di RSUD Sidikalang dengan kategori: Hari, Minggu, Bulan.

• Kualitas Pelayanan adalah suatu pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh

pasien pengguna kartu Jamkesmas di RSUD Sidikalang yang meliputi :

Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas,

peralatan,karyawan dan alat-alat komunikasi.

Realibility (keandalan); yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang

telah dijanjikan secara konsisten dan dapat diandalkan (akurat).

Responsiveness (cepat tanggap); yaitu kemauan untuk membantu

pelanggan (konsumen) dan menyediakan jasa/ pelayanan yang cepat dan

tepat.

Assurance (kepastian); mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan para

(39)

keyakinan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf,

bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan.

Empaty (empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara

individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi

yang baik, dan memahami kebutuhan pelanggan.

1.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden

terhadap pertanyaan dari kuesioner yang disesuaikan dengan skor. Nilai yang

dikumpulkan dikategorikan menjadi tingkat tiga, baik pada Karakteristik Pasien

,pengukuran pengetahuan, sikap dan tindakan dan Dimensi pasien sebagai penerima

pelayanan tentang kualitas pelayanan . Sedangkan untuk pengolahan data hasil

kuesioner menggunakan SPSS.

1.6.1. Pengukuran Kulitas Pelayanan

Untuk mengetahui kualitas pelayanan disusun pertanyaan sebanyak 8 dengan

menggunakan skala Rating Scale total skor 72 masing-masing pertanyaan

mempunyai nilai tertinggi = 4 dan terendah = 1. Berdasarkan jumlah nilai yang

didapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:

a. Tindakan baik, apabila jumlah nilai responden (>75%) dari nilai tertinggi seluruh

pertanyaan dengan total nilai 72 yaitu >54

b. Tindakan sedang, apabila jumlah nilai responder (40%-75%) dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 72 yaitu 32-54

c. Tindakan kurang, apabila jumlah nilai responden (<40%) dari nilai tertinggi

(40)

3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa kuesioner

yang berisi pertanyaan untuk mengukur hubungan karakteristik pasien pengguna

kartu jamkesmas terhadap persepsi pasien tentang kualitas pelayanan kesehatan di

RSUD Sidikalang

3.8. Teknik Analisis Data

3.8.1. Univariat

Analisa univariat dilakukan pada tiap variable dari hasil penelitian dengan

mendeskripsikan setiap variabel penelitian dengan cara membuat tabel distribusi

frekuensi pada tiap variabel. Diantaranya variabel bebas (independen) karakteristik

pasien seperti Umur, Jenis kelamin, Suku bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Status

perkawinan, Penghasilan perbulan, dan Lama dirawat. Pada variable antara yang

dideskripsikan adalah persepsi pasien pengguna kartu Jamkesmas terhadap kualitas

pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang.

3.8.2. Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara persepsi pasien

pengguna kartu Jamkesmas terhadap kualitas pelayanan kesehatan di RSUD

Sidikalang. Uji hipotesis Chi Square, yaitu untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas(independen) dengan variabel terikat (dependen) dan variabel antara

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitan

4.1.1. Identitas Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang :

a) Nama Unit : Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang

b) Nama Pimpinan : dr. Lomo Daniel P. Sianturi

c) Alamat Kantor : Jalan Rumah Sakit No. 19 Sidikalang

d) Nomor Telp. / Fax : (0627) 21008 / 21096

e) Luas Areal : 20.000 M2

Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang adalah satu-satunya RS milik

Pemerintah Kabupaten Dairi, yang didirikan pada tahun 1982 dan dioperasionalkan

pada tahun 1983, dengan status pada waktu itu adalah Rumah Sakit kelas D, dengan

kapasitas 30 tempat tidur. Pada tahun 1994 melalui SK Menteri Kesehatan RI No.

94/Menkes/SK/II/1994 tanggal 7 Pebruari 1994, status RS ditingkatkan menjadi kelas

C dengan kapasitas 34 tempat tidur. Dengan dibuka beberapa ruangan baru pada

tahun 2004 jumlah tempat tidur menjadi 60 buah dan kondisi sekarang (tahun 2010)

meningkat menjadi 75 tempat tidur.

Cakupan pelayanan kesehatan RSUD Sidikalang meliputi Kabupaten Dairi,

(42)

4.1.2. Susunan Struktur Organisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang

Susunan Struktur Organisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang :

i. Direktur RSUD Sidikalang

ii.Kepala Bagian Tata Usaha, terdiri dari :

a. Kepala Sub Bagian Umum

b. Kepala Sub Bagian Keuangan

c. Kepala Sub Bagian Pelaporan dan Program

iii. Kepala Bidang Keperawatan, terdiri dari :

a. Kepala Seksi Keperawatan I

b. Kepala Seksi Keperawatan II

iv. Kepala Bidang Pelayanan Medis, terdiri dari :

a. Kepala Seksi Pelayanan Medis I

b. Kepala Seksi Pelayanan Medis II

v.Kepala Bidang Pelayanan Non Medik, terdiri dari :

a. Kepala Seksi Rekam Medik

b. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana

vi. Kelompok Jabatan Fungsional/ Instalasi terdiri dari :

a. Komite Medis

b. Komite Keperawatan

c. Instalasi Rawat Jalan

d. Instalasi Rawat Inap

e. Instalasi Gawat Darurat

(43)

g. Instalasi Laboratorium

h. Instalasi Radiologi

i. Instalasi Farmasi

j. Instalasi Gizi

k. Instalasi Bedah Sentral

l. Instalasi Sterilisasi Sentral

m. Instalasi Kamar Jenazah

n. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPRS)

o. Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)

p. Unit Laundry (Benatu)

q. Instalasi Pengelolaan Limbah

r. Team Pengendalian Infeksi

s. Team K3 RS dan Kewaspadaan Bencana

4.1.3. Ketenagaan Rumah Sakit Umum

a. Sumber Daya Manusia

Tabel 4.1. Jumlah Pegawai RSUD Sidikalang

NO JENIS KEPEGAWAIAN Tahun 2008 Tahun 2009

1 PNS 159 198

2 CPNS 11 31

3 PTT 1 1

4 Tenaga Sukarela 123 116

(44)

Tabel 4.2. Kualifikasi Pendidikan Pegawai RSUD Sidikalang

NO JENIS PENDIDIKAN Tahun 2008 Tahun 2009

1 S2 4 3

Tabel 4.3. Data Pangkat / Gol Pegawai RSUD Sidikalang

NO JENIS GOL Tahun 2008 Tahun 2009

Tabel 4.4.Jumlah Pejabat Struktural dan Fungsional di RSUD Sidikalang

NO JENIS KEPEGAWAIAN Tahun 2008 Tahun 2009

1 Struktural

(45)

Tabel 4.5. Data Sarana dan Prasarana RSUD Sidikalang

NO SARANA DAN PRASARANA

Tahun 2008

Tahun 2009 Bangunan

1 Ruangan Administrasi 1 unit 1 unit

2 Ruangan IGD 1 unit 1 unit

3 Ruangan Perawatan Umum 4 unit 4 unit

4 Ruangan Perawatan Kebidanan 1 unit 1 unit

5 Ruangan OK 1 unit 1 unit

6 Ruangan Poliklinik 1 unit 1 unit

7 Ruangan Perawatan VIP 4 unit 7 unit

8 Ruangan Instalasi Gizi 1 unit 1 unit

9 Ruangan Laundry 1 unit 1 unit

10 Ruangan Perawatan Anak 1 unit 1 unit

11 Ruangan Laboratorium 1 unit 1 unit

12 Ruangan Radiologi 1 unit 1 unit

13 Ruangan Farmasi/ Apotik 1 unit 1 unit

14 Ruangan Genset 1 unit 1 unit

15 Ruangan Parkir 4 unit 4 unit

Kenderaan Dinas

16 Mobil Dinas 1 unit 1 unit

17 Ambulance 4 unit 4 unit

4.2. Karakteristik Responden

4.2.1. Diskriptif Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah pasien pengguna kartu Jamkesmas yang

menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang berjumlah 40 orang.

(46)

Tabel 4.6.Distribusi Karakteristik Responden di RSUD SidikalangTahun 2010

No Karakteristik Responden Jumlah %

6 Status Perkawainan Janda/Duda/Belum Kawin

Dari tabel diatas diketahui bahwa berdasarkan umur sebagian besar responden

adalah berumur ≥ 34 Tahun yaitu sebanyak 26 responden (65,0%), jenis kelamin

terbanyak adalah perempuan sebanyak 26 responden (65,0%), status kawin sebanyak

31 responden (77,5% %), Suku Batak sebanyak 34 responden (85,0%), tingkat

pendidikan terbesar adalah tinggi sebanyak 23 responden (57,5%), Status Pekerjaan

(47)

responden diatas Rp. 1.020.000,- sebanyak 38 responden (95,0%) dan paling lama

dirawat < 5 hari sebanyak 36 orang (90,0 %).

4.3. Persespsi Responden Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan

4.3.1.Persespsi Responden Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan di RSUD Sidikalang Tahun 2010

Hasil penelitian yang dilakukan di ruang rawat inap RSUD Sidikalang dari 40

responden diketahui distribusi persepsi responden tentang kualitas pelayanan

kesehatan yang meliputi :Tangibles/Berwujud, Reliability/Keandalan,

Responsiveness/CepatTanggap, Empathy/Perhatian, Assurance/Kepastian adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.7.Distribusi Persepsi Pasien Dari Segi Tangibles/Berwujud Di RSUD Sidikalang Tahun 2010

No Tangibles/ Baik

Tidak

Baik Total

Berwujud N % n % N %

1 Kebersihan,kerapian dan

kenyamanan ruangan 20 50,0 20 50,0 40 100

2 Penataan ekserior dan

interior ruangan 21 52,5 19 47,5 40 100

3

Kebersihan, kesiapan dan kelengkapan alat-alat yang dipakai rapi dan bersih

30 75,0 10 25,0 40 100

Dari tabel tangibles diatas terlihat bahwa 20 responden (50,0%) ,menyatakan

baik terhadap kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan dan 20 responden

(50,0%) menyatakan kurang baik. Penataan ekserior, interior ruangan sebanyak 21

(48)

kesiapan dan kelengkapan alat-alat yang dipakai sebanyak 30 responden (75,0%)

menyatakan baik dan sebanyak 10 responden (25,0%) menyatakan tidak baik. Untuk

penampilan petugas (dokter, perawat, administrasi) keadaanya rapi dan bersih.

sebanyak 30 responden (75,0%) menyatakan baik dan sebanyak 10 responden

(25,0%) menyatakan tidak baik.

Tabel 4.8. Distribusi Persepsi Pasien Dari Segi Reliability/Keandalan Di RSUD Sidikalang Tahun 2010

No Reliability/ Baik pasien yang cepat dan tepat

31 77,5 9 22,5 40 100

2

Pelayanan pemeriksaan, pengobatan perawat cepat dan tepat

28 70,0 12 30,0 40 100

3

Jadwal pelayanan rumah sakit dijalankan dengan tepat (visite/kunjungan dokter, perawat, istirahat)

31 77,5 9 22,5 40 100

4 Prosedur pelayanan tidak

berbelit-belit 35 87,5 5 12,5 40 100

Dari tabel reliability/keandalan diatas terlihat bahwa 31 responden (77,5%)

,menyatakan baik terhadap prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat dan 9

responden (22,5%) menyatakan tidak baik. Pelayanan pemeriksaan, pengobatan

perawat cepat dan tepat sebanyak 28 responden (70,0%) menyatakan baik dan 12

responden (30,0%) menyatakan tidak baik. Jadwal pelayanan rumah sakit dijalankan

dengan tepat (visite/kunjungan dokter, perawat, istirahat) sebanyak 31 responden

(49)

pelayanan tidak berbelit-belit sebanyak 35 responden (87,5%) menyatakan baik dan 5

responden (12,5%) menyatakan tidak baik.

Tabel 4.9.Distribusi Persepsi Pasien Dari Segi Responsiveness/CepatTanggap Di RSUD Sidikalang Tahun 2010

No Responsiveness/ Cepat Tanggap

Baik Tidak

Baik Total

N % n % N %

1 Kemampuan dokter dan

perawat untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien

34 85,0 6 15,0 40 100

2 Petugas memberikan

informasi yang jelas dan mudah dimengerti

40 100 - - 40 100

3 Tindakan cepat pada saat

pasien membutuhkan 29 72,5 11 27,5 40 100

Dari tabel responsiveness/cepat tanggap diatas terlihat bahwa 34 responden

(85,0%) menyatakan baik terhadap kemampuan dokter dan perawat untuk cepat

tanggap menyelesaikan keluhan pasien, petugas memberikan informasi yang jelas dan

mudah dimengerti dan sebanyak 6 responden (15,0%) menyatakan tidak. Untuk

tindakan petugas dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti,

sebanyak 40 responden (100%) menyatakan baik. Untuk tindakan ceepat pada saat

pasien membutuhkan, sebanyak 29 responden (72,5%) menyatakan baik dan

(50)

Tabel 4.10. Distribusi Persepsi Pasien Dari Segi Empathy/Perhatian Di RSUD Sidikalang Tahun 2010

No Empathy/ Perhatian Baik

Tidak

Baik Total

n % n % N %

1

Petugas memberikan perhatian khusus kepada setiap pasien

19 52,5 21 47,5 40 100

2

Petugas perhatian terhadap keluhan pasien dan

keluarganya

27 67,5 13 32,5 40 100

3

Petugas memberikan pelayanan tanpa

memandang status social dan lain-lain

30 75,0 10 25,0 40 100

Dari tabel empathy/perhatian tanggap diatas terlihat bahwa Petugas

memberikan pelayanan tanpa memandang status sosial dan lain-lain sebanyak 19

responden (52,5%) menyatakan baik dan sebanyak 21 responden (47,5%)

menyatakan tidak baik, Petugas perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarga

sebanyak 27 responden (67,5%) menyatakan baik dan sebanyak 13 responden

(32,5%) menyatakan tidak baik. Petugas memberikan perhatian khusus kepada setiap

pasien sebanyak 30 responden (75,0%) menyatakan baik dan sebanyak 10 responden

Gambar

Tabel 4.1. Jumlah Pegawai RSUD Sidikalang
Tabel 4.2. Kualifikasi Pendidikan Pegawai RSUD Sidikalang
Tabel 4.5. Data Sarana dan Prasarana RSUD Sidikalang
Tabel 4.6.Distribusi  Karakteristik Responden di RSUD SidikalangTahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji statistik chi square yang dilakukan diketahui ada hubungan antara kelengkapan diagnosa sekunder dan klaim INA-CBGs dengan p value sebesar (0,000). 3)

Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan uji Chi- square , memakai rumus Pearson Chi Square pada nilai α= 0,05 didapat nilai p = 0,029

Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p- value = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dan Kepatuhan

Hasil uji statistik dengan meng- gunakan chi-square diperoleh nilai p=0,000 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi dengan implementasi keselamatan pasien

Berdasarkan hasil uji statistik pearson chi-square didapat nilai p = 0,000 artinya ada hubungan yang bermakna antara pendidikan terhadap pelaksanaan mobilisasi dini

Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji chi square menunjukkan nilai yakni 0,017 yang jauh lebih kecil dari 0,05 sebagai taraf yang telah ditetapkan (P &lt;

Pada penelitian uji statistik dengan menggunakan Chi Square Test diperoleh nilai p-Value= 0,130 nilai P &gt; (α= 0,05), hal ini berarti Ha ditolak dan Ho diterima

Dari hasil uji statistik uji chi square x2 dengan fisher's exact test didapat nilai p-value=0,453 dibandingkan dengan α alpha= 5%, maka p > 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak