• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Risiko Sepsis Pada Pasien Dewasa Di Rsup Dr Kariadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor Risiko Sepsis Pada Pasien Dewasa Di Rsup Dr Kariadi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR RISIKO SEPSIS PADA PASIEN DEWASA

DI RSUP DR KARIADI

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 pendidikan dokter

YESSICA PUTRI H 22010110120030

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(2)
(3)

ABSTRAK

Latar Belakang Sepsis merupakan suatu keadaaan darurat medis yang harus segera ditangani. Ada beberapa faktor risiko yang dianggap berperan pada kejadian sepsis, antara lain: usia, jenis kelamin, tempat perawatan, riwayat penyakit ginjal kronik, riwayat diabetes melitus, riwayat HIV, riwayat penyalahgunaan alkohol, riwayat pemakaian kortikosteroid, riwayat kemoterapi, kadar albumin, dan kadar hemoglobin.

Tujuan Untuk mengetahui besarnya peran masing-masing faktor risiko terhadap kejadian sepsis dan distribusi frekuensi data dasar penderitanya.

Metode Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode penelitian kasus-kontrol, yang dilakukan mulai bulan Maret-Juni 2014. Kasus adalah penderita sepsis yang pernah menjalani perawatan di ICU atau bangsal RSUP dr. Kariadi, sedangkan kontrol adalah pasien non sepsis (infeksi lain) yang pernah menjalani perawatan di ICU atau bangsal RSUP dr. Kariadi. Data diambil dari catatan medik penderita dan kemudian dianalisis univariat, bivariat, dan multivariat untuk mengetahui kemaknaan hubungan dan faktor risiko. Analisa data menggunakan program SPSS.

Hasil Didapatkan 49 penderita sepsis sebagai kasus dan 49 penderita non sepsis sebagai control. Variabel yang terbukti secara statitik memiliki hubungan yang bermakna dan merupakan faktor risiko adalah tempat perawatan (p = 0,001, OR = 6,922; CI 95% = 2,313-20,714) dan kadar hemoglobin (p = 0,003, OR = 4,705; CI 95% = 1,710-12,948).

Kesimpulan Variabel yang terbukti sebagai faktor risiko penderita sepsis pada pasien dewasa adalah tempat perawatan dan kadar hemoglobin.

(4)

ABSTRACT

Background Sepsis is a medical emergency situation that must be handled as soon as possible. There are several risk factors are considered to play a role in the incidence of sepsis, sich as: age, sex, place of treatment, history of chronic kidney disease, history of diabetes mellitus, history of HIV, history of alcohol abuse, history of corticosteroid use, history of chemotherapy, albumin levels, and level of hemoglobin.

Objective To determine the role of each risk factor on the incidence of sepsis and baseline frequency distribution of the patients.

Methods The study was an observational analytic study with case-control study method, which was conducted from March-June 2014. Cases were patients with sepsis who had undergone treatment in the ICU or hospital ward at RSUP dr. Kariadi, while the control was non-sepsis patients (other infections) who had undergone treatment in the ICU or hospital ward at RSUP dr. Kariadi. The data was taken from the patient medical records and then was analyzed to determine the relationship and significance of risk factors. Data analysis using SPSS.

Results Obtained 49 sepsis patients as cases and 49 non-sepsis patients as a control. Variables statictically proven to have a meaningful relationship and a risk factor was place of treatment (p =0.001, OR=6.922; 95% CI=2.313 to 20.714) and hemoglobin(p =0.003, OR=4.705; 95% CI=1.710to 12.948).

Conclusion The variables proved to be a risk factor of sepsis in adult patients is place of treatment and hemoglobin levels.

(5)

PENDAHULUAN

Sepsis adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi tubuh yang berlebihan terhadap infeksi.Sepsis sering terjadi di rumah sakit misalnya pada pasien pasca operasi, pasien dengan ventilator di ICU atau penggunaan kateter pada geriatri. Pengobatan medis kedokteran seringkali juga menyebabkan sistem kekebalan pasien menjadi lemah (compromised) misalnya kemoterapi untuk kanker, steroid untuk inflamasi.1,2

Sepsis merupakan respon host terhadap infeksi yang bersifat sistemik dan merusak. Sepsis dapat mengarah pada sepsis berat (disfungsi organ akut pada curiga infeksi) dan syok septik (sepsis ditambah hipotensi meskipun telah diberikan resusitasi cairan). Sepsis berat dan syok septik adalah masalah kesehatan utama, yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia setiap tahun, menewaskan satu dari empat orang (dan sering lebih).3

Secara umum, sepsis terjadi pada sekitar 2% dari semua pasien rawat inap di negara maju.Sepsis dapat terjadi di antara 6-30% dari semua unit perawatan intensif pasien (ICU), dengan variasi yang cukup besar karena heterogenitas antara ICU.Di sebagian besar negara maju angka kejadian sepsis berat telah diidentifikasi antara 50-100 kasus per 100.000 orang dalam populasi.Sepertiga sampai setengah dari semua pasien sepsis meninggal dunia.Di negara berkembang, sepsis menyumbang 60-80% dari semua kematian.Ini membunuh lebih dari 6 juta bayi dan anak kecil, dan 100.000 ibu baru setiap tahunnya. Setiap 3-4 detik, seseorang di dunia meninggal karena sepsis.4-6

Penelitian yang dilakukan pada pasien sepsis berat di 150 unit pelayanan intensif (ICU) di 16 negara Asia didapatkan hasil angka mortalitas di rumah sakit mencapai 44,5%. Dalam penelitian di sebuah rumah sakit pendidikan di Yogyakarta, Indonesia, ada 631 kasus sepsis pada tahun 2007, dengan angka kematian sebesar 48,96%.7,8

Sepsis merupakan suatu keadaan darurat medis. Penanganan sepsis secara dini akan menghemat biaya dan mengurangi jumlah hari pelayanan rawat inap dan rumah sakit bagi pasien. Namun seringkali sepsis terlambat terdignosa karena

(6)

gejala klinis dan tanda laboratorium yang saat ini digunakan tidak cukup spesifik. Sepsis kurang dikenali dan dipahami karena definisinya yang membingungkan, kurangnya dokumentasi sepsis sebagai penyebab kematian, alat diagnostik yang tidak memadai, dan aplikasi yang tidak konsisten dari pedoman klinis standar untuk mengobati sepsis.6

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang dapat menyebabkan sepsis pada pasien dewasa di RSUP Dr. Kariadi,

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan metodekasus kontrol.Penelitian ini dilaksanakan di ICU dan Bangsal Penyakit Tropis Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sampel penelitian terdiri dari 49 pasien dewasa dengan kejadian sepsis yang telah terkonfirmasi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk kelompok kasus, 49 pasien dewasa dengan infeksi non sepsis untuk kelompok kontrol.

Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling . Pada metode ini setiap pasien yang sesuai dengan kriteria penelitian akan diikutsertakan dalam penelitian. Pengambilan sampel dihentikan apabila besar sampel telah terpenuhi.Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan medik pasien sepsis di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.Data yang diambil merupakan data sekunder, karena data diambil dari catatan medis yang sudah tersedia.

Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data-data yang ada di catatan medik pasien yang dirawat di BangsalInfeksi RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2012.

Data yang diambil meliputi: a. Usia

b. Jenis kelamin c. Tinggi badan

(7)

d. Berat badan

e. Riwayat penyakit ginjal kronik f. Riwayat diabetes melitus g. Riwayat HIV

h. Riwayat penyalahgunaan alkohol i. Riwayat terapi kortikosteroid j. Riwayat kemoterapi

k. Kadar hemoglobin l. Kadar albumin

Sebelum analisis data akan dilakukan persiapan data berupa data cleaning,

coding, tabulasi dan selanjutnya data dimasukkan ke dalam komputer. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat.

Pada analisis univariat, data yang berskala numerik seperti umur apabila berdistribusi normal akan dinyatakan sebagai rerata dan SD atau median dan

interquartil range apabila distribusinya tidak normal. Uji normalitas distribusi data akan menggunakan uji Saphiro-Wilk oleh karena besar sampel kecil (< 50 subyek). Apabila data yang didapatkan tidak memenuhi syarat maka akan dilakukan uji non parametrik Mann-Whitney. Data yang berskala kategorial seperti kategori jenis kelamin, riwayat penyakit ginjal kronik, riwayat diabetes melitus, riwayat HIV, riwayat terapi kortikosteroid, riwayat kemoterapi dan sebagainya akan dinyatakan sebagai distribusi frekuensi dan persentase. Data akan ditampilkan dalam bentuk tabel atau diagram.

Analisis bivariat hubungan antara kategori antarakategori usia,jenis kelamin, riwayat penyakit ginjal kronik, riwayat diabetes melitus, riwayat HIV, riwayat terapi kortikosteroid, riwayat kemoterapi dengan kejadian sepsis akan dianalisis dengan uji F2. Nilai p < 0,05 dianggap bermakna. Uji Fisher-exact dilakukan apabila hasil yang didapatkan tidak memenuhi syarat.Besarnya risiko kejadian sepsis pada pasien dewasa dinyatakan sebagai nilai OD (Odds Ratio).

Uji multivariat yang dilakukan adalah analisis regresi logistik. Variabel tergantung adalah kejadian sepsis, sedangkan variabel bebas adalah

(8)

variabel-variabel yang menjadi faktor risiko. Hanya variabel-variabel yang pada analisis bivariat memiliki p < 0,05 saja yang dimasukkan ke dalam analisis regresi logistik. Besarnya pengaruh dari variabel bebas terhadap kejadian sepsis ditunjukkan dengan nilai koefisien E. Nilai koefisien dikonversi menjadi nilai OR dengan perhitungan memakai rumus eksponensial koefisien E (eE). Nilai OR tersebut menunjukkan adjusted OR yang akan digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian. Variabel dinyatakan sebagai faktor risiko apabila nilai OR > 1 dan dinyatakan sebagai faktor protektif apabila OR < 1. Selain dengan nilai p, kemaknaan OR juga dinilai dengan rentang batas bawah dan atas interval kepercayaan 95% (95% confidence interval= CI). Apabila rentang nilai 95% CI melingkupi angka 1 maka variabel tersebut belum dapat disimpulkan sebagai faktor risiko. Nilai p dianggap bermakna apabila p< 0,05. Analisis statistik akan menggunakan komputer.

HASIL

Usia subjek dengan sepsis dan infeksi lainnya dijelaskan pada tabel 1. Tabel1. Sebaran Usia berdasarkan Sepsis dan Infeksi

Kelompok Mean r SD Median (min t max) p

Sepsis 49,29 r 17,399 53 (17 t 81) 0,158 Infeksi 44,35 r 20,495 43 (15 t 81) Keterangan : Á Mann Whitney

Hasil analisis dengan uji Mann-Whitney didapatkan nilai p = 0,158 (tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian sepsis).

(9)

Hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian sepsis pada kelompok pasien dewasa kasus dan kontrol ditampilkan pada tabel 2.

Tabel 2. Analisis bivariat

variabel Sepsis Infeksi p OR CI 95%

n % n % Bawah Atas Jenis kelamin Laki-laki 34 69,4 23 46,9 0,024*§ 2,562 1,121 5,858 Perempuan 15 30,6 26 53,1 Tempat perawatan ICU 23 46,9 6 12,2 0,000*§ 6,340 2,282 17,615 Bangsal 26 53,1 43 87,8 Riw. PGK Ya 11 22,4 0 0 0,000*§ t t t Tidak 38 77,6 49 100 Riw. DM Ya 12 24,5 6 12,2 0,118§ 2,324 0,794 6,804 Tidak 37 75,5 43 87,8 Riw. HIV Ya 0 0 1 2 1,000¤ t t t Tidak 49 100 48 98 Riw. Alkohol Ya 1 2 0 0 1,000¤ t t t Tidak 48 98 49 100 Kortikosteroid Ya 2 4,1 1 2 1,000¤ 2,043 0,179 23,292 Tidak 47 95,9 48 98 Kemoterapi Ya 0 0 0 0 t t t t Tidak 49 100 49 100 Albumin Tidak normal 45 91,8 35 71,4 0,009*§ 4,500 1,361 14,878 Normal 4 8,2 14 28,6

(10)

Hemoglobin Tidak normal 40 81,6 25 51 0,001*§ 4,267 1,709 10,649 Normal 9 18,4 24 49 Keterangan : * Signifikan p < 0,05 § Pearson Chi-Square ¤ )LVKHU¶V ([DFW

Hasil uji dengan metode chi-square didapatkan bahwa jenis kelamin, tempat perawatan, riwayat penyakit ginjal kronik, kadar albumin, dan kadar hemoglobin memiliki hubungan bermakna secara statistik dengan kejadian sepsis.

Berdasarkan data-data variable yang bermakna pada analisis bivariat, dilakukan analisis multivariat yang hasilnya akan ditampilkan pada table 3 berikut ini.

Tabel 3. Analisis multivariat

Variabel p OR CI 95% Bawah Atas Tempat perawatan 0,001* 6,922 2,313 20,714 Hemoglobin 0,003* 4,705 1,710 12,948 Keterangan : * Signifikan p < 0,05

Dari tabel regresi logistik didapatkan bahwa tempat perawatan dan hemoglobin merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian sepsis.

PEMBAHASAN

Sepsis merupakan suatu keadaaan darurat medis yang harus segera ditangani.Sepsis dapat dipicu oleh infeksi di bagian manapun dari tubuh, namun daerah infeksi yang paling sering menyebabkan sepsis adalah paru-paru, saluran

(11)

kemih, perut, dan panggul. Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat disebabkan oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur).9, 10

Ada beberapa faktor risiko yang dianggap berperan pada kejadian sepsis: usia, jenis kelamin, ras, penyakit komorbid, genetik, terapi kortikosteroid, kemoterapi, dan obesitas. Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai faktor-faktor risiko yang secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian sepsis secara umum di Indonesia dengan mengambil subyek dengan sepsis dan non sepsis (infeksi lain) di RSUP dr. Kariadi Semarang.

Pada usia muda dapat memberikan respon inflamasi yang lebih baik dibandingkan usia tua. Menurut Timothy D. Girard, Steven M. Opal, dan E. Wesley Ely, lebih dari 60% pasien yang menderita sepsis berat di Amerika Serikat berusia > 65 tahun, dan insidensi sepsis pada populasi ini cenderung meningkat. Pada penelitian yang telah dilakukan di RSUP dr. Kariadi didapatkan data sebaran umur pasien dengan sepsis rata-rata berusia 49,29 tahun dengan standar deviasi

±17.399, dan sebaran umur pasien dengan infeksi lain rata-rata berusia 44,35 dengan standar deviasi ± 20,495. Hasil analisis dengan uji Mann-Whitney didapatkan nilai p sebesar 0,158 yang berarti bahwa usia secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian sepsis.11

Sebagian besar penderita sepsis adalah laki-laki yaitu 34 orang (69,4%), dan sisanya sebanyak 15 orang (30,6%) adalah perempuan. Hasil analisis dengan uji Chi-square didapatkan nilai p sebesar 0,024 yang berarti jenis kelamin secara statistik memiliki hubungan bermakna dengan kejadian sepsis (p < 0,05). Pasien dewasa dengan jenis kelamin laki-laki lebih berisiko 2,562 kali menderita sepsis dibandingkan dengan pasien dewasa yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Melamed A, dkk yang menyatakan bahwa perempuan kurang mungkin untuk mengalami kematian yang berhubungan dengan sepsis dibandingkan laki-laki di semua kelompok ras/etnis. Pada penelitian Angele MK, dkk mengindikasikan bahwa female sex steroid menghasilkan zat-zat yang bersifat imunoprotektif apabila terjadi trauma atau perdarahan.12, 13

(12)

Berdasarkan analisis bivariat dengan uji chi-square didapatkan bahwa riwayat diabetes mellitus secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian sepsis.Penelitian sebelumnya menyebutkan kondisi komorbiditas kronis yang mengubah fungsi kekebalan tubuh, seperti gangguan ginjal kronik, diabetes mellitus, HIV, penyalahgunaan alkohol, lebih umum pada pasien sepsis.Diabetes dikaitkan dengan peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan sepsis.Neutrofil chemotaxis, adhesi, dan intercellular killing merupakan kelainan respon host yang dikaitkan dengan efek hiperglikemi dan predisposisi infeksi.Ketidaksesuaian ini mungkin disebabkan karena perbedaan jenis penelitian. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan sistem pengambilan sampel berupa simple random sampling, sedangkan penelitian yang sebelumnya menggunakan hystorical cohort study di National Hospital Discharge Survey dalam periode 25 tahun dari tahun 1979 sampai 2003. Kelemahan dari pengambilan sampel secara acak adalah sampel yang diambil kurang representatif dalam menggambarkan keadaan dari seluruh populasi yang dipelajari.14, 15

Hasil analisa secara statistik menunjukkan bahwa riwayat penggunaan kortikosteroid tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian sepsis.

+DVLO DQDOLVLV GHQJDQ XML )LVKHU¶V ([DFW GLGDSDWNDQ QLODL S VHEHVDU

Sedangkan seperti yang diketahui pasien yang menerima steroid kronis memiliki peningkatan kerentanan terhadap berbagai jenis infeksi, yang dapat mengarah pada kejadian sepsis. Namun pada meta-analisis terbaru kortikosteroid untuk sepsis berat secara konsisten tidak menemukan adanya peningkatan risiko superinfeksi, perdarahan saluran cerna, atau kelemahan otot.16

Dari 49 sampel pada kelompok kasus didapatkan 45 pasien dengan kadar albumin yang tidak normal (91,8%). Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,009 yang berarti kadar albumin yang tidak normal secara statistik memiliki hubungan bermakna dengan kejadian sepsis. Odds Ratio sebesar 4,500 dengan 95% Interval Kepercayaan : 1,361 < 4,500 < 14,878 menunjukkan bahwa kadar albumin yang abnormal merupakan faktor risiko terjadinya sepsis. Albumin serum yang rendah merupakan penanda non spesifik penyakit.Penyakit kritis mengubah distribusi albumin antara kompartemen

(13)

intravaskular dan ekstravaskular. Ada juga perubahan dalam tingkat sintesis dan degradasi protein. Konsentrasi serum albumin akan menurun, seringkali dari awal perjalanan dari penyakit kritis. Ini tidak akan meningkat lagi sampai tahap pemulihan dari penyakit.17

Sebanyak 40 pasien (81,6%) dari kelompok sepsis dan 25 pasien (51%) dari kelompok infeksi lain memiliki kadar hemoglobin yang tidak normal. Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar 0,001 yang berarti kadar hemoglobin yang tidak normal secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian sepsis. Perfusi jaringan yang buruk merupakan masalah penting dalam sepsis. Untuk memiliki kapasitaspembawa oksigen yang cukup, pasien membutuhkan jumlah sel darah merah yang cukup. Pada sepsis, tujuan utama pengobatan termasuk mempertahankan hematokrit> 30% dan konsentrasi hemoglobin> 10 g / dl. Kadar hematokrit dan hemoglobin pasien sepsis akan bervariasi karena pergeseran cairan antara kompartemen dalam tubuh, tapi seiring waktu nilai sel darah merah ini akan lebih rendah karena produksi sel darah merah dan kelangsungan hidupnya menurun selama sepsis.18

Setelah dilakukan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik didapatkan pada langkah 4 bahwa variable temapt perawatan dan hemoglobin merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian sepsis.Sepsis adalah salah satu sebab paling umum untuk masuk ke unit perawatan intensif (ICU) di seluruh dunia.Pasien sepsis umumnya dirawat di rumah sakit untuk waktu yang lama, jarang meninggalkan ICU sebelum 2-3 minggu.19

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa tempat perawatan dan hemoglobin secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian sepsis dan merupakan faktor risiko terjadinya sepsis.

Jenis kelamin, riwayat penyakit ginjal kronik dan kadar albumin secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian sepsis, namun bukan merupakan faktor risiko terjadinya sepsis. Riwayat diabetes melitus, riwayat HIV,

(14)

riwayat penyalahgunaan alkohol, riwayat pemakaian kortikosteroid, dan riwayat kemoterapi secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian sepsis dan bukan merupakan faktor risiko terjadinya sepsis.

Selain itu faktor risiko yang dihitung persentasi frekuensinya yaitu jenis kelamin dan lokasi perawatan pasien.Penderita sepsis banyak diderita oleh jenis kelamin laki-laki.Jumlah penderita sepsis di bangsal lebih banyak dibandingkan dengan ICU.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang besar dan faktor-faktor lain yang lebih rinci sehingga bisa menggambarkan insidensi sepsis dan hubungan bermakna yang lebih representatif.Selain itu juga perlu dilakukan perbaikan kelengkapan catatan medik, agar dapat memudahkan dalam penelusuran faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian sepsis.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Muchlis AU Sofro, SpPD-KPTI, FINASIM, Dr. dr. Shofa Chasani, SpPD-KGH, FINASIM, dan dr. Endang Sri Lestari, PhD, Instalasi Rekam Medis RSUP dr. Kariadi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang telah membantu terselenggaranya penelitian ini dan memberi masukan dalam penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. National health service United Kingdom. Sepsis [Internet]. [cited 2013 des 3]. Available from:

http://www.nhs.uk/Conditions/blood-poisoning/Pages/introduction.aspx

2. Ayudiatama SC. Uji diagnostik prokalsitonin dibanding kultur darah sebagai baku emas untuk diagnostis sepsis di RSUP dr. Kariadi. Semarang: Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro; 2011.

3. Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM, et al. Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock. 2012.

(15)

4. Vincent JL, Sakr Y, Sprung CL, et al. Sepsis in European intensive care units: results of the SOAP study. Crit. Care Med. 2006;34(2):344-53. 5. Danai P, Martin GS. Epidemiology of sepsis: recent advances. Curr.

Infect. Dis. Rep. 2005;7(5):329-34.

6. Global sepsis alliance. Sepsis facts [internet].[updated 2013; cited 2013 Dec 9]. Available from:

http://www.world-sepsis-day.org/?MET=SHOWCONTAINER&vPRIMNAVISELECT=3&vSEKN AVISELECT=1&vCONTAINERID=

7. Phua J, Koh YS, Du B, Tang YQ, Divatia JV, Gomersall CD, et al. Management of severe sepsis in patients admitted to Asian intensive care units: prospective cohort study. BMJ. 2011 [cited 2013 dec 9];342:d3245. Available from: British Medical Journal

8. Pradipta IS. Evaluation of antibiotic use in sepsis patients at ward of internal medicine Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta September-November 2008. M.Sc Thesis, Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada, Indonesia. 2009

9. Caterino JM, Kahan S. Master Plan Kedaruratan Medik. Indonesia: Binarupa Aksara Publisher; 2012

10.National health service United Kingdom. Sepsis [Internet]. [cited 2014 feb 7]. Available from:

http://www.nhs.uk/Conditions/Blood-poisoning/Pages/Causes.aspx

11.Girard TD, Opal SM, Ely EW. Oxford Journals: Insights into Severe Sepsis in Older Patients: From Epidemiology to Evidence-Based Management. Clin Infect Dis. (2005) 40 (5): 719-727. doi: 10.1086/427876

12.Melamed A, Sorvillo FJ. The burden of sepsis-associated mortality in the United States from 1999 to 2005: an analysis of multiple-cause-of-death data. Crit Care 2009, 13:R28

13.Angele MK, Frantz MC, Chaudry IH. Gender and sex hormones influence the response to trauma and sepsis ± potential therapeutic approaches.

(16)

Clinics vol.61 no.5 São Paulo Oct. 2006. Available from:

http://www.scielo.br/scielo.php?pid=s1807-59322006000500017&script=sci_arttext&tlng=en

14.Esper AM, Moss M, Lewish CA, Nisbet R, Mannino DM, Martin GS.The role of infection and comorbidity: Factors that influence disparities in sepsis. Crit Care Med 2006, 34:2576-82

15.Koh GCKW, Peacock SJ, Poll TVD, Wiersinga WJ. The impact of diabetes on the pathogenesis of sepsis. Eur J Clin Microbiol Infect Dis. Apr 2012; 31(4): 379±388. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3303037/

16.Annane D. Corticosteroids for severe sepsis: an evidence-based guide for physicians. Ann Intensive Care. 2011; 1: 7. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3224490/

17.Nicholson JP, Wolmarans MR, Park GR. The role of albumin in critical illness. Br. J. Anaesth.(2000) 85 (4): 599-610. Available from:

http://bja.oxfordjournals.org/content/85/4/599.full

18.A Train Education. Sepsis: Immune System Meltdown. [internet]. [cited 2014 July 11]. Available from: https://www.atrainceu.com/course-module/1884979-107_sepsis-module-05

19.Marik PE. Surviving sepsis: going beyond the guidelines. Annals of Intensive Care2011, 1:17. Available from:

Gambar

Tabel 2. Analisis bivariat
Tabel 3. Analisis multivariat

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel.4 evaluasi peringatan kekeringan meteorologis bulan Desember 2012 yang berisikan jumlah hujan minimum dan jumlah curah hujan pada bulan Desember 2012 di

Pandangan para responden seputar citra merek atau produk yang menggunakan jasa Kaskus (terdapat pada halaman jual beli atau halaman lain dalam diskusi) yaitu sebanyak 50

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Hutan Bayur, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, dapat disimpulkan bahwa ditemukan 18 jenis jamur makroskopis anggota kelas

Alat peraga termasuk ke dalam bagian dari sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran. Sarana dan prasarana merupakan faktor eksternal yang berpengaruh

Bagaimana Allah mau berbicara kepada pribadinya kalau mereka sendiri tidak pernah menelaah (menyelidiki) Alkitab padahal mereka adalah anak-anak Tuhan yang harus diberi

Acute Kidney Injury Following Cardiac Surgery - Incidence, Risk Factors, Association With Other Perioperative Complications, Survival, and Renal Recovery..

,espon dari pembacaan log pada litologi akan memberikan efek yang berbeda tiap kedalaman karena faktor kompaksi* peningkatan temperatur* dan lainlain. 8al tersebut men0adi

1. Pengertian Pembelajaran Kesehatan Reproduksi bagi Tunarungu Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan