PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
CUT FAIZA SYAHRIDA 077017012/Akt
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
CUT FAIZA SYAHRIDA 077017012/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI, PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA Nama Mahasiswa : Cut Faiza Syahrida
Nomor Pokok : 077017012 Program Studi : Akuntansi
Mengetahui Komisi Pembimbing
(Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Telah di uji Pada
Tanggal : 28 Juli 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Erlina, SE, M.Si, Ph.D,Ak
Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunthe,M.Ec,Ac
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan Tesis yang berjudul ”Pengaruh Pemahaman
Sistem Akuntansi Keuangan dan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja
SKPD pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara”.
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan sepengetahuan saya belum
dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang
digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Juli 2009
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Penelitian di Sektor Publik telah banyak dilakukan dalam bidang pengelolaan keuangan daerah namun penelitian tentang pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kinerja SKPD masih sedikit diteliti. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris apakah ada pengaruh pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Populasi penelitian ini adalah seluruh SKPD yang ada dilingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Unit analisisnya adalah Pengguna Anggaran (Kuasa Pengguna Anggaran), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK). Pengumpulan data dilakukan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Pengujian data dilakukan dengan uji reliabilitas dan uji validitas serta uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas, sedangkan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dan Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja SKPD Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan secara parsial Pengelolaan Keuangan Daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja SKPD.
ABSTRACT
Research in the Public Sector has been made in the field of financial management areas, but research on the financial accounting system of the region's performance is still slightly SKPD examined. Goal of this research is conducted to explore whether there is empirical evidence of the influence of the financial accounting system and the financial management of local government performance SKPD in North Sumatra.
Population of this research is all organization units in North Sumatra Province. Unit of analysis is the User Budget (Budget Authorization User), the Technical Activities Executive Officers (PPTK), Financial Administrative Authority (PPK). The data were collected using questionnaire distributed directly by the researcher. Tests conducted with the test data and test reliability and test validity of classical assumptions used are multikolinieritas test, test heterokedastisitas, and normalitas test, while testing hypothesis with multiple regression analysis.
Research results indicate that simultaneously, Understanding Financial Accounting System and Local Finance Management Area in a significant effect on the performance SKPD the Provincial Government of North Sumatra. Partially, the Regional Financial Management has not significantly effect on the performance SKPD.
KATA PENGANTAR
Segala pujian atas kebenaran, kebaikan dan keindahan hanya untuk Allah
semata. Alhamdulillah, puji syukur tiada henti kita panjatkan kepada Allah swt atas
karuniaNya di dunia ini. Terutama karunia berupa selesainya tesis dengan judul
“Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja SKPD di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara”. Semoga dengan ini akan menambah kebaikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Tesis ini dapat selesai atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada;
1. Bapak Prof. Chairuddin, P. Lubis, DTM&H, SP,A(k), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Erlina, SE, M.Si, Ph.D,Ak, selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan arahan, bimbingan, koreksi dan memotivasi penulis dengan penuh
kesabaran sampai dengan selesainya tesis ini.
4. Bapak Drs. M.Lian Dalimunthe.M.Ec,Ac selaku dosen pembimbing yang telah
banyak menyumbangkan pemikiran dan saran dalam proses penulisan tesis ini.
5. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS., MBA., Ak selaku Ketua Program Magister
Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai
dosen pembanding dan juga telah banyak memberikan masukan dan bimbingan
6. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si,Ak selaku Sekretaris Program Magister
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaigus sebagai dosen
pembanding yang telah banyak memberikan masukan demi penyempurnaan tesis
ini.
7. Bapak Fahmi Natigor,M.Ec,Ac selaku dosen pembanding yang telah banyak
memberikan masukan demi penyempurnaan tesis ini.
8. Ayahanda Drs.T. Syahran Ilhamsyah dan Ibunda Hj. Asda Juita Lubis yang selalu
mendoakan, juga kepada saudara-saudaraku yang selalu setia membantu dan
senantiasa mendorongku untuk menjadi lebih baik.
9. Suamiku Syahril Amri,SE dan anakku tercinta Farhatsyah Zamri, terima kasih
atas energi dan spirit kebahagian yang selalu kalian berikan.
10.Semua sahabat-sahabatku di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang selalu
setia membantuku.
11.Rekan-rekan seangkatan dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga
penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Akhirnya hanya Allah saja yang mampu membalas semua jasa orang-orang
yang telah membantuku, mendorongku dan membimbingku. Hasil penelitian ini jauh
dari kesempurnaan kemungkinan baik yang bersifat teoritis, kesalahan dalam
penggunaan alat ukur variabel penelitian ini maupun kesalahan lainnya. Hal ini akibat
keterbatasan penguasaan pengetahuan terutama pengetahuan tentang metode
penelitian dan kurangnya pengalaman penulis dalam melakukan penelitian. Untuk itu
penulis membuka diri untuk dikritik dan diberi saran agar penelitian yang akan
dilakukan masa mendatang mendekati sempurna.
Medan, Juli 2009
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Cut Faiza Syahrida
Tempat/tgl lahir : Medan, 15 april 1976
Agama : Islam
Instansi : Inspektorat Provinsi Sumatera Utara
alamat kantor : Jl. K.H. Wahid Hasyim No.8 Medan
alamat rumah : Komp. Palem Kencana Blok XO No. 5, Muliorejo, Sunggal. Deli Serdang.
Telp. Rumah/hp : (061) 8455330 / 085261082688
pendidikan :
1. SD Negeri di Medan , Lulus Tahun 1988
2. SMP Yasporbi I Jakarta Selatan, Lulus Tahun 1991
3. SMA Negeri 6 Pekan Baru Riau, Lulus Tahun 1994
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ...iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ...xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Originalitas ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Landasan Teori ... 7
2.1.1. Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah ... 7
2.1.2. Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ... 9
2.1.3. Pengelolaan Keuangan Daerah ... 10
2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)... 14
3.1. Kerangka Konsep ... 18
3.2. Hipotesis ... 19
BAB IV METODE PENELITIAN ... 20
4.1. Jenis Penelitian ... 20
4.2. Lokasi Penelitian ... 20
4.3. Populasi dan Sampel ... 21
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 21
4.5. Definisi Operasional ... 22
4.6. Instrumen Penelitian ... 24
4.7. Metode Analisis Data... 25
4.7.1. Uji Kualitas Data ... 26
4.7.1.1. Uji Validitas ... ... 26
4.7.1.2. Uji Reliabilitas ... ... 26
4.7.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 27
4.7.2.1. Uji Normalitas ... 27
4.7.2.2. Uji Multikolinieritas... 28
4.7.2.3. Uji Heteroskedastisitas... 28
4.7.3. Pengujian Hipotesis ... 29
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 30
5.1. Deskriptif Data ... 30
5.1.1 Karakteristik Penelitian ... 31
5.1.2 Uji Response Bias ... 32
5.2 Analisis Data ... 33
5.2.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data... 33
5.2.1.1 Uji Validitas ... 33
5.4. Pengujian Asumsi Klasik ... 36
5.4.1. Pengujian Normalitas ... 36
5.4.2. Pengujian Multikolinearitas ... 37
5.4.3. Pengujian Heterokedastisitas ... 38
5.5. Pengujian Hipotesis ... 39
5.6. Hasil Analisis Data ... 42
5.6.1. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Terhadap Kinerja SKPD ... 43
5.6.2 Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja SKPD ... 44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
6.1. Kesimpulan ... 47
6.2. Keterbatasan ... 48
6.3. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ...50
DAFTAR TABEL
2.1 Review Peneliti Terdahulu... 16
4.5 Definisi Operasional & Pengukuran Variabel... 23
5.1 Distribusi Kuesioner ... 30
5.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 31
5.3 Jabatan Responden ... 31
5.4 Lama Bekerja Responden ... 32
5.5 Uji Validitas Variabel ... 34
5.6 Uji Reliabilitas Variabel... 35
5.7 Deskripsi Statistik ... 35
5.8 Uji Multikolinieritas... 38
5.9 Ringkasan Pengujian Hipotesis... 40
3.1 Kerangka Konseptual ... 18
5.1 Pengujian Normalitas Data ... 37
5.2 Uji Heteroskedastisitas... 39
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rencana Waktu Penelitian ... 53
2 Kuesioner ... 54
3 Ringkasan proses pengumpulan data ... 58
4 Data hasil Pengisian kuesioner... 63
5 Deskriptif Responden... 66
6 Uji Validitas dan Reliabilitas Data... 67
7 Deskriptif Statistik ... 69
8 Uji Asumsi Klasik ... 70
9 Pengujian Hipotesis... 73
ABSTRAK
Penelitian di Sektor Publik telah banyak dilakukan dalam bidang pengelolaan keuangan daerah namun penelitian tentang pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kinerja SKPD masih sedikit diteliti. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris apakah ada pengaruh pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Populasi penelitian ini adalah seluruh SKPD yang ada dilingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Unit analisisnya adalah Pengguna Anggaran (Kuasa Pengguna Anggaran), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK). Pengumpulan data dilakukan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Pengujian data dilakukan dengan uji reliabilitas dan uji validitas serta uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas, sedangkan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dan Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja SKPD Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan secara parsial Pengelolaan Keuangan Daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja SKPD.
ABSTRACT
Research in the Public Sector has been made in the field of financial management areas, but research on the financial accounting system of the region's performance is still slightly SKPD examined. Goal of this research is conducted to explore whether there is empirical evidence of the influence of the financial accounting system and the financial management of local government performance SKPD in North Sumatra.
Population of this research is all organization units in North Sumatra Province. Unit of analysis is the User Budget (Budget Authorization User), the Technical Activities Executive Officers (PPTK), Financial Administrative Authority (PPK). The data were collected using questionnaire distributed directly by the researcher. Tests conducted with the test data and test reliability and test validity of classical assumptions used are multikolinieritas test, test heterokedastisitas, and normalitas test, while testing hypothesis with multiple regression analysis.
Research results indicate that simultaneously, Understanding Financial Accounting System and Local Finance Management Area in a significant effect on the performance SKPD the Provincial Government of North Sumatra. Partially, the Regional Financial Management has not significantly effect on the performance SKPD.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perubahan yang mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah merupakan
wujud dari adanya tuntutan publik terhadap akuntabilitas dan transparansi manajemen
pemerintah, salah satunya adalah terkait dengan manajemen keuangan Negara
maupun Daerah. Baridwan (2004:27) menegaskan tuntutan publik akan pemerintahan
yang baik memerlukan adanya perubahan paradigma dan prinsip-prinsip manajemen
keuangan daerah, baik pada tahap penganggaran, implementasi maupun
pertanggungjawaban. Hal ini menandakan perubahan paradigma pengelolaan
keuangan daerah merupakan suatu tuntutan yang perlu direspon oleh pemerintah,
karena perubahan tersebut mengakibatkan manajemen keuangan daerah menjadi
semakin kompleks. Penekanan tersebut menunjukkan bahwa proses pengelolaan
keuangan dan pemahaman mengenai sistem akuntansi keuangan daerah sangat
diperlukan dalam manajemen pemerintahan.
Karakteristik yang menunjukkan perubahan mendasar dalam manajemen
keuangan daerah pasca reformasi keuangan daerah adalah perubahan sistem akuntansi
pemerintah pusat dan daerah. Inti dari perubahan tersebut adalah tuntutan
dilaksanakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah oleh pemerintah, baik
pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten dan kota, bukan pembukuan seperti
Tuntutan dilaksanakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah
sangat beralasan karena akuntansi dapat menjadi salah satu alat kontrol yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan pemerintah, yaitu meningkatkan kesejahteraan
rakyat melalui pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana dinyatakan oleh Neu
(2000:283) bahwa tehnik akuntansi dan teknik lain-lain dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pemerintah, yaitu tujuan makro dan mikro. Tujuan makro adalah
tujuan yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, sedangkan tujuan
mikro adalah tujuan yang mengarah pada kegiatan operasional organisasi dalam
menunjang tujuan makro.
Suwardjono (2005:159) menegaskan bahwa akuntansi akan mempunyai peran
yang nyata dalam kehidupan sosial ekonomi kalau informasi yang dihasilkan oleh
akuntansi dapat mengendalikan perilaku pengambil kebijakan ekonomi untuk
bertindak menuju ke suatu pencapaian tujuan sosial dan ekonomi negara. Salah satu
tujuan ekonomi negara adalah alokasi sumber daya ekonomi secara efisien sehingga
sumber daya ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak dapat dinikmati
masyarakat secara optimal. Hal senada dikemukakan Hay (1997:4) bahwa secara
umum tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan bagi pemerintah adalah untuk :
(1) menyajikan informasi keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan
ekonomik, politik dan sosial serta menampilkan akuntabilitas dan stewardship;
(2) menyajikan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kinerja manajer dan
Uraian diatas menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dalam alokasi
sumber daya ekonomi harus diperuntukkan untuk kepentingan publik dan proses
alokasi sumber daya perlu dikontrol atau diawasi. Salah satu alat yang dapat
digunakan untuk mengontrol kebijakan pemerintah adalah teknik akuntansi. Sebagai
alat kontrol dan alat untuk mencapai tujuan pemerintah. Akuntansi harus dapat
berperan dalam mengendalikan roda pemerintahan dalam bentuk pengelolaan
keuangan daerah berdasarkan aturan yang berlaku Suwardjono (2005:159). Agar
akuntansi dapat dijadikan salah satu alat dalam mengendalikan roda pemerintahan,
akuntansi harus dipahami secara memadai oleh pengelola dan penyaji informasi
keuangan.
Salah satu media yang berperan penting dalam mewujudkan akuntabilitas
pengelolaan keuangan Negara, termasuk keuangan daerah adalah pelaporan keuangan
pemerintah daerah, yang tercermin dalam APBD. Thomson (2003:18) menegaskan
akuntabilitas merupakan kunci dalam mencapai good governance, sedangkan
transparansi memiliki arti keterbukaan, yaitu keterbukaan pemerintah daerah dalam
memberikan informasi yang terkait dengan pengelolaan sumber daya publik kepada
pihak-pihak yang membutuhkan informasi yang merupakan bagian dari pelayanan
publik. Pemerintah daerah berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan dan
informasi lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi,
sosial, dan politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Peterson (1994:55) yang
menegaskan improving budgeting di Negara berkembang sulit dilakukan karena
Kerentanan tersebut menuntut pemahaman yang memadai dalam pengelolaan
keuangan daerah, termasuk penguasaan tentang teknik-teknik akuntansi keuangan
daerah.
Dalam situasi tertentu akuntansi menjadi salah satu kendala teknis bagi
eksekutif dalam pengelolaan keuangan daerah. Newkirk (1986:23) menegaskan
bahwa dari sekian banyak problem yang ada pada pemerintah daerah salah satunya
adalah tentang akuntansi. Pernyataan ini menandakan bahwa pengelola keuangan
daerah pada masing-masing satuan kerja perlu dilakukan secara cermat guna dapat
menyelesaikan problem akuntansi dan dapat melakukan penyajian informasi
keuangan secara memadai. Mardiasmo (2002:35) menegaskan bahwa sistem
pertanggungjawaban keuangan suatu institusi dapat berjalan dengan baik, bila
terdapat mekanisme pengelolaan keuangan yang baik pula. Ini berarti pengelolaan
keuangan daerah yang tercermin dalam APBD memiliki posisi strategis dalam
mewujudkan manajemen pemerintahan yang akuntabel. Pemahaman sistem akuntansi
merupakan faktor lain yang perlu dicermati, karena untuk dapat menyajikan informasi
keuangan yang memadai dalam bentuk pelaporan keuangan yang dapat dipahami oleh
pengguna, maka harus dilakukan oleh personel yang memiliki kompetensi di bidang
pengelolaan keuangan daerah, serta harus memahami sistem akuntansi, khususnya
akuntansi keuangan daerah. Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah
menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang mengacu pada Peraturan
Sumatera Utara disebabkan karena belum terlaksananya dan pemahaman sistem
akuntansi keuangan daerah
Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian lebih lanjut tentang sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan
keuangan daerah dengan judul “Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi,
Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah
penelitian dirumuskan sebagai berikut: “Apakah pemahaman sistem akuntansi daerah
dan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD baik secara
parsial maupun simultan?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemahaman
mengenai sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan
manfaat yang berarti yaitu :
a. bagi ilmu pengetahuan diharapkan dapat memberikan referensi dalam bidang
ilmu keuangan khususnya pengelolaan keuangan daerah;
b. bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dalam bidang keuangan daerah;
c. bagi pemerintah daerah dalam hal ini Biro Keuangan Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran di dalam
implementasi pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan
daerah.
1.5. Originalitas
Berbagai penelitian mengenai aspek yang berhubungan dengan pengelolaan
keuangan daerah telah sering dilakukan oleh para peneliti sebelumnya antara lain
Tuasikal (2007) melakukan penelitian tentang pemahaman sistem akuntansi dan
pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah di Kabupaten
Maluku Tengah.
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari peneliti sebelumnya oleh
Askam Tuasikal dimana perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
terletak pada daerah penelitian yaitu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan periode
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, khususnya dalam
kaitannya dengan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah,
pemahaman yang memadai tentang sistem akuntansi keuangan daerah
merupakan salah satu aspek penting, penyajian laporan keuangan
daerah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang telah
dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007.
2.1.1. Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah
Kinerja merupakan suatu prestasi atau tingkat keberhasilan yang dicapai oleh
individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :
477) kinerja (performance) merupakan kuantitas dan kualitas pekerjaan yang
diselesaikan oleh individu, kelompok atau organisasi. Pada sektor pemerintahan,
kinerja dapat diartikan sebagai suatu prestasi yang dicapai oleh pegawai pemerintah
atau instansi pemerintah dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dalam
suatu periode.
Kinerja manajerial merupakan kinerja para individu dalam kegiatan-kegiatan
manajerial, seperti perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan,
pengaturan staf, negosiasi dan perwakilan (Mahoney, 1963).
Prawirosentono (1999:2) mengartikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan
organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral dan etika.
Pengukuran kinerja memiliki peranan yang signifikan pengendalian internal
atau manajerial, guna menjamin bahwa organisasi dapat dikelola sesuai dengan
keinginan semua stakeholders. Laurensius dan Halim (2005 : 774) menegaskan
pengukuran kinerja instansi pemerintah dimaksud untuk meningkatkan akuntabilitas,
transparansi, pengelolaan organisasi dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Kimisean dkk (2004 : 490) bahwa kinerja pelayanan suatu organisasi merupakan hal
penting untuk dicermati supaya dapat mengukur suatu keberhasilan organisasi dalam
rangka mencapai tujuannya. Tujuan pengukuran kinerja pemerintah daerah adalah
untuk memotivasi pemerintah daerah meningkatkan kinerjanya khususnya dalam
merealisasikan good governance serta memberikan pelayanan publik.
Dalam konteks organisasi pemerintah daerah, pengukuran kinerja SKPD
dilakukan untuk menilai seberapa baik SKPD tersebut melakukan tugas pokok dan
fungsi yang dilimpahkan kepadanya selama periode tertentu. Pengukuran kinerja
SKPD merupakan wujud dari vertical accountability yaitu pengevaluasian kinerja
bawahan oleh atasannya dan sebagai bahan horizontal accountability pemerintah
daerah yaitu kepada masyarakat atas amanah yang diberikan kepadanya.
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah adalah sistem terpadu yang
menggabungkan prosedur manual dengan proses elektronis dalam pengambilan data,
pembukuan dan pelaporan semua transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas seluruh
entitas Pemerintah Daerah.
Herbert et.al (1984:3) menegaskan pada organisasi pemerintah terdapat dua
orientasi atau kepentingan yang diperankan dalam menjalankan roda pemerintahan,
yaitu orientasi laba dan bukan laba. Orientasi laba pada pemerintah adalah Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD). Oleh karena itu, pengelola administrasi pemerintahan
perlu memahami akuntansi. Mereka juga harus memahami pelaporan akuntansi, dan
juga memahami bagaimana informasi akuntansi digunakan untuk perencanaan,
pembuatan keputusan dan pengendalian. Hal senada ditegaskan oleh Collier
(1997 : 7) bahwa akuntansi memiliki implikasi terhadap hubungan antara pemegang
kekuasaan dan lingkungan organisasi, serta sistem akuntansi manajemen merupakan
suatu kekuatan yang mempengaruhi strategi. Ini menandakan bahwa untuk
memediasi hubungan antara pemerintah daerah dengan stakeholder diperlukan suatu
media untuk mengkomunikasikan program pemerintah. Salah satu media yang
dipandang relevan dalam mengkomunikasikan dan dijadikan sebagai alat untuk
mengawasi program-program pemerintah yang tercermin dalam APBD adalah sistem
akuntansi daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan dinyatakan bahwa pelaporan keuangan
bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat
keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik.
Lin (1998 : 113) menegaskan pengukuran kondisi keuangan
daerah dalam bentuk pengeluaran daerah dapat menggunakan akuntansi
pemerintah daerah. Pengeluaran daerah merupakan akumulasi dari
alokasi sumber daya daerah, maka diperlukan sistem untuk
mengevaluasi proses alokasi tersebut. Bila dikaitkan dengan organisasi
sektor publik, khususnya pemerintah daerah pemahaman yang memadai
tentang sistem akuntansi keuangan daerah dapat meningkatkan kinerja
pemerintah daerah termasuk satuan kerja.
2.1.3. Pengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur
keuangan daerah itu sendiri dengan prinsip-prinsip pengelolaan
keuangan daerah menurut (Permendagri Nomor 13, 2006; 16-17) adalah
sebagai berikut.
a. Tertib
Keuangan Daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
b. Taat pada peraturan perundang-undangan
Pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.
c. Efektif
Pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
d. Efisien
Pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan
masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
Pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga
yang terendah.
f. Transparan
Prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah.
g. Bertanggung jawab
Perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan
dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan
kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
h. Keadilan
Keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan
distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.
i. Kepatutan
Tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proposional.
j. Manfaat untuk masyarakat
Keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu alat
untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
tujuan otonomi daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab.Uraian ini
kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin untuk kepentingan daerah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun
2005 pasal 4 ayat (1) menyatakan Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat
untuk masyarakat.
Edward (1992 :13) menyatakan manajemen keuangan daerah dapat dilakukan
dengan baik jika pemerintah daerah dapat mendefinisikan secara jelas tujuan dari
manajemen keuangan. Hal ini menandakan bahwa bila pemerintah daerah secara jelas
dapat mendefinisikan atau merumuskan tujuan pengelolaan keuangan daerah, maka
kebijakan tentang alokasi sumber daya daerah untuk kepentingan publik dapat
tercapai. APBD memiliki potensi penyimpangan atau penyalahgunaan yang cukup
tinggi, karena berkaitan dengan pengelolaan asset daerah dalam bentuk keuangan
daerah. Dikatakan memiliki potensi penyimpangan tinggi, karena struktur dan bentuk
APBD saat ini jauh berbeda dengan struktur dan bentuk APBD sebelum implementasi
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 yang telah diperbaharui dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 29 Tahun 2002 dan juga telah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun
2007. Di samping itu, anggota dewan memiliki kewenangan yang cukup luas dalam
Konsekuensi dari aturan ini menunjukkan adanya kehati-hatian pemerintah daerah
dalam mengelola keuangan daerah dan menghendaki adanya bentuk
pertanggungjawaban dalam penggunaan setiap rupiah selama satu periode tahun
anggaran.
Anthony & Govindrajan (2003 : 17) menegaskan bahwa anggaran perlu
disiapkan secara detail dan melibatkan manajer pada setiap level organisasi.
Keterlibatan manajer dalam penyusunan anggaran khususnya dalam anggaran sektor
publik diharapkan berpengaruh positif terhadap kinerja pelayanan yang diberikan.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa keterlibatan setiap personel yang kompeten pada
setiap level organisasi dapat mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dalam
konteks pengelolaan keuangan daerah, implementasi program pemerintah daerah
yang mengkonsumsi sejumlah sumber daya tertentu dapat dievaluasi melalui kinerja
yang dihasilkan oleh setiap satuan kerja.
2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)
Penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah dilakukan
antara lain penelitian yang dilakukan Mahmudi dan Mardiasmo (2004) melakukan
penelitian tentang pengukuran kinerja pemerintah daerah di Yogyakarta. Kesimpulan
penelitian menunjukkan bahwa pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam
menentukan indikator outcome, benefit dan impact. Pengukuran kinerja yang
Ririn dan Mardiasmo (2004) melakukan penelitian tentang kinerja agensi
pemerintah daerah di Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
komitmen organisasional, struktur desentralisasi dan partisipasi penyusunan anggaran
berpengaruh terhadap kinerja manajer instansi pemerintah.
Tuasikal (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh pengawasan,
pemahaman sistem akuntansi terhadap pengelolaan keuangan daerah serta
implementasinya terhadap kinerja satuan kerja pemerintah daerah (studi pada
Provinsi dan Kabupaten/Kota di Maluku). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengawasan internal, eksternal dan pemahaman sistem akuntansi berpengaruh
terhadap pengelolaan keuangan daerah. Pengawasan internal,eksternal dan
pemahaman sistem akuntansi tidak berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja
pemerintah daerah. Pengawasan internal, eksternal dan pemahaman sistem akuntansi,
pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja pemerintah
daerah.
Tuasikal (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh pemahaman sistem
akuntansi, pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja satuan kerja di Kabupaten
Maluku Tengah Provinsi Maluku. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara
parsial menunjukkan bahwa pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan
daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Secara simultan menunjukkan bahwa
Haykal (2007) melakukan penelitian tentang analisis peran dan fungsi SKPD
dalam pengelolaan keuangan daerah serta pengaruhnya terhadap kinerja SKPD (Studi
kasus pada Pemkab Aceh Timur). Hasil penelitian tersebut bahwa perencanaan
anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD.
Tinjauan peneliti terdahulu berupa tahun penelitian, nama penelitian, variable
penelitian dan hasil penelitian dapat dilihat pada table 2.1 berikut :
Tabel 2.1. Review Peneliti Terdahulu
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti
mengindentifikasi 2 independen variabel yaitu pemahaman sistem akuntansi
keuangan daerah (X1) dan pengelolaan keuangan daerah (X2), yang diperkirakan
mempengaruhi baik simultan maupun parsial terhadap kinerja SKPD (Y).
Kerangka Konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan
sebagai berikut :
Independen Variabel Dependen Variabel
Kinerja SKPD (Y)
Pengelolaan Keuangan Daerah
(X2)
Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(X1)
Keterkaitan antara variabel independen dengan variabel dependen dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Semakin tinggi/rendah pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah, maka
semakin tinggi/rendah kinerja SKPD;
b. Semakin tepat/tidak tepat pengelolaan keuangan daerah, maka semakin
tinggi/rendah kinerja SKPD.
3.2. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teori dan review peneliti terdahulu maka hipotesis
penelitian ini yaitu Pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan
21
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal yaitu untuk
melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti, Umar (2008) menyebutkan
desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi
variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen dimana
variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat
dampaknya pada variabel dependen secara langsung.
4.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, rencana waktu
penelitian yakni selama 19 minggu (Februari s.d Juni 2009) dengan jadwal
sebagaimana tercantum pada lampiran 1. Jumlah SKPD di lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara sebanyak 37 SKPD. Setiap SKPD disebarkan untuk
Pengguna Anggaran (Kuasa Pengguna Anggaran), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK) dan Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK).
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada 2 variabel independen yang
diperkirakan berpengaruh terhadap kinerja SKPD yaitu pemahaman sistem akuntansi
keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah. Adapun jenis data yang
dengan memberikan lembaran kuesioner secara langsung, instrumen dalam
kuesioner berisi berbagai pertanyaan/pernyataan yang berkaitan dengan
variabel-variabel yang akan diteliti.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 3 orang pejabat yaitu Pengguna
Anggaran (Kuasa Pengguna Anggaran), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
dan Pejabat Penatausahaan Keuangan di seluruh SKPD Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara. Jumlah SKPD sebanyak 37 sehingga populasi sebanyak 111 orang
dan seluruhnya dijadikan sampel.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan
dalam penentuan metode pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan data primer.
Untuk mendapatkan data dari responden digunakan instrumen penelitian berupa
kuesioner yang akan diantar langsung oleh penulis dengan 2 tahap yaitu tahap
pertama akan dikirim sebanyak 111 kuesioner dan ditunggu selama 10 hari, jika
belum terpenuhi 111 kuesioner maka akan dikirim kembali sampai cukup untuk diuji.
Sebelum dilakukan pengujian statistik lebih lanjut maka kedua data responden
tersebut terlebih dahulu akan dilakukan uji response bias karena ada perbedaan waktu
pengumpulan data.
4.5. Definisi Operasional
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan
penelitian ini, maka perlu diberikan definisi variabel operasional yang akan diteliti
sebagai dasar dalam menyusun kuesioner penelitian, definisi operasional dapat
1. Kinerja SKPD (Y) yang merupakan variabel terikat adalah hasil dari proses
aktivitas manajerial yang efektif mulai dari proses perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan, investigasi, evaluasi dan staffing di setiap SKPD.
Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner dengan skala 9 point
yang dikembangkan oleh Mahoney et.al., (1963-1965), skala ini untuk
menunjukkan tingkat kinerja manajerial.
2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemahaman sistem akuntansi
keuangan daerah (X1), merupakan pemahaman pihak eksekutif mengenai sistem
akuntansi keuangan daerah. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen
kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa sejauhmana
pemahaman pihak eksekutif mengenai sistem akuntansi keuangan daerah.
3. Pengelolaan Keuangan Daerah (X2) adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan
pengawasan keuangan daerah. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen
kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan pengelolaan keuangan
daerah.
Tabel 4.1. Definisi Operasional & Pengukuran Variabel Variabel
Penelitian Definisi Operasional
Pengukuran
Kinerja SKPD (Y) Hasil dari proses kegiatan yang efektif mulai dari
Menggunakan skala 9 point untuk
proses perencanaan, skala 5 point untuk menunjukkan pemahaman sistem akuntansi
keuangan daerah yaitu memberikan nilai pada angka 1 untuk sangat tidak skala 5 point untuk menunjukkan pengelolaan
keuangan daerah yaitu memberikan nilai pada angka 1
setuju dan sampai dengan angka 5 untuk sangat setuju
4.6. Instrumen Penelitian
Untuk mengukur variabel yang akan diteliti digunakan instrumen penelitian
berupa kuesioner yang berhubungan dengan indikator yaitu kuesioner Kinerja
Manajerial adaptasi dari kuesioner yang dikembangkan oleh Mahoney
et.al.,(1963-1965), ”Development of Managerial Performance a Research Approach”, kuesioner
ini menghasilkan data interval dengan skor sebagai berikut:
Angka 1,2,3 = Kinerja dibawah rata-rata
Angka 4,5,6 = Kinerja rata-rata
Angka 7,8,9 = Kinerja diatas rata-rata
Kuesioner pemahaman sistem akuntansi di desain sendiri berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 kuesioner ini akan diuji pra test sebelum disebarkan kepada
responden, kuesioner ini menghasilkan data interval dengan skor sebagai berikut :
Angka 5 = Sangat Paham
Angka 4 = Paham
Angka 3 = Netral
Angka 2 = Tidak Paham
Angka 1 = Sangat Tidak Paham
Kuesioner pengelolaan keuangan daerah di desain sendiri oleh penulis
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 kuesioner ini akan diuji pra test sebelum
disebarkan kepada responden, kuesioner ini menghasilkan data interval dengan skor
sebagai berikut :
Angka 4 = Setuju
Angka 3 = Netral
Angka 2 = Tidak Setuju
Angka 1 = Sangat Tidak Setuju
4.7. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda. Sebelum dilakukan analisis regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji
kualitas instrumen pengamatan, uji normalitas data dan uji asumsi klasik. Pengolahan
data menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social Sciense) versi 15.0.
Model analisis regresi berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Y = a + b1x1 + b2x2 + e
Dimana :
Y = Kinerja SKPD
a = konstanta
b1,b2 = koefisien regresi
X1 = Pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah
X2 = Pengelolaan Keuangan Daerah
e = Error term
4.7.1. Uji Kualitas Data 4.7.1.1. Uji Validitas
Uji Validitas dimaksudkan untuk menilai sejauh mana suatu alat ukur di
yakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan/pernyataan
kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas
pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson
dengan ketentuan : jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka skor butir
4.7.1.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsisten antara hasil
pengamatan dengan instrumen atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang
berbeda-beda. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas pengamatan
adalah dengan menggunakan koefisien cronbach alpha, yaitu instrumen dikatakan
reliable jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5.
4.7.2. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi
berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian
normalitas, linieritas, mulikolinearitas, autokorelasi dan hetoroskedastisitas.
4.7.2.1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang
mempunyai pola seperti bentuk lonceng pada diagram histogram.
Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji
Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian satu sampel menggunakan pengujian satu
sisi yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikasi tertentu
yaitu :
1. Nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak
normal.
2. Nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.
Selain melihat nilai signifikansi dari uji kolmogorov-smirnof, untuk melihat
apakah suatu data mempunyai distribusi normal dapat dilihat dari nilai Zskewness
dan dengan melihat grafik.
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji, apakah ditemukan atau tidak
korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi korelasi antar variabel independen
maka akan ditemukan adanya masalah multikolinieritas. Suatu model regresi yang
baik harus tidak menimbulkan masalah multikolinieritas. Untuk itu diperlukan uji
multikolinieritas terhadap setiap data variabel bebas yaitu dengan :
1. Melihat angka collinearity Statistics yang ditunjukkan oleh nilai Variance
inflation Factor (VIF). Jika angka VIF > 5, maka variable bebas yang ada
memiliki masalah multikolinieritas (Santoso, 2002).
2. Melihat nilai tolerance pada output penilaian multikolinieritas yang tidak
menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,1 akan memberikan kenyataan
bahwa tidak terjadi masalah multikolinieritas.
4.7.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.7.3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas secara menyeluruh
Selanjutnya dilakukan pula penilaian setiap variable bebas yang dilakukan untuk
melihat variabel apa yang memberikan pengaruh paling dominan diantara variabel
yang ada. Pengujian dilakukan dengan uji t atau sering disebut uji parsial.
Tingkat pengaruh yang signifikan juga didasarkan pada α 5 %. Atau melihat nilai t
hitung harus lebih besar dari t tabel. Sebaliknya jika t hitung < dari t tabel maka
38
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskriptif Data
Jumlah kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 111
kuesioner dan dilakukan satu tahap. Kemudian sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, kuesioner dijemput kembali. Dari 111 kuesioner yang dikirim/dibagikan
yang kembali sebanyak 70 kuesioner dan yang cacat 1 kuesioner . Jadi kuesioner
yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data hanya sebanyak 69 kuesioner.
Jumlah sampel 69 dianggap sudah cukup mewakili populasi yang jumlahnya 111,
karena jumlah sampel sudah lebih besar dari 50 % maka sampel itu cukup
representatif karena sifat populasi dikatakan hampir homogen sebagaimana dapat
dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Distribusi Kuesioner J u m l a h
Kembali No Keterangan
Instansi Sebar
Baik Rusak tidak kembali
1 Sekretariat 2 6 6 - -
2 Badan 12 36 24 - 12
3 Dinas 19 57 33 1 23
4 Kantor 4 12 6 - 6
5.1.1. Karakteristik Penelitian
Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, maka diperoleh data
tentang demografi responden penelitian yang terdiri dari: (1) Tingkat pendidikan, (2)
jabatan responden, (3) pangkat dan golongan, (4) lama bekerja, dan (5) diklat yang
diikuti. Tabel 5.2 sampai 5.6 menyajikan ringkasan demografi responden.
Tabel 5.2. Tingkat Pendidikan Responden
No Latar Belakang Pendidikan Frekuensi Persentase
1 D3 3 4,35 %
2 S1 40 57,97 %
3 S2 26 37,68 %
Total 69 100 %
Tingkat pendidikan responden relatif tinggi, hal ini dapat dilihat bahwa hanya
3 orang atau 4,35 % dari responden mempunyai tingkat pendidikan di bawah S1,
sedangkan tingkat pendidikan S1 sebanyak 40 orang atau 57,97 %, dan 26 orang atau
37,68 % dari responden memiliki jenjang pendidikan S2.
Tabel 5.3. Jabatan Responden
No Jabatan Frekuensi Persentase
1 Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) 19 27,53 %
2 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 24 34,78 %
3 Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran (PA/KPA) 26 37,69 %
Hasil penelitian berdasarkan jabatan responden menunjukkan bahwa
pengisian kuesioner oleh Pengguna Anggaran (Kuasa Pengguna Anggaran) sebanyak
26 orang atau 37,69 %, dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) sebanyak 24
orang atau 34,78 %, sedangkan 27,53% selebihnya diisi oleh Pejabat Penatausahaan
Keuangan sebanyak 19 orang. Secara keseluruhan pengisian kuesioner telah diisi oleh
responden yang kompeten.
Tabel 5.4. Lama Bekerja Responden
No Lama Bekerja Frekuensi Persentase
1 1 – 10 tahun 7 10,14 %
2 11 – 20 tahun 24 34,78 %
3 > 20 tahun 38 55,08 %
Total 69 100 %
Dari 69 orang responden diketahui bahwa sebagian besar telah memiliki masa
kerja yang tinggi yaitu 38 orang atau 55,08%telah memiliki masa kerja lebih dari 20
tahun, dan hanya 7 orang atau 10,14 % yang memiliki masa kerja 1-10 tahun.
Sedangkan yang memiliki masa kerja antara 11-15 tahun sebanyak 24 orang atau
24,78%.
5.1.2. Uji Response Bias
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang diantar langsung oleh
peneliti (personally administered). Peneliti menemui setiap responden dan
memberikan kuesioner kepada mereka. Hampir seluruh kuesioner kembali pada hari
kuesioner yang satu dan lain relatif sama, maka dalam penelitian ini tidak dilakukan
pengujian response bias.
5.2. Analisis Data
5.2.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data
Sebelum dilakukan pengujian data baik untuk deskripsi data penelitian
maupun untuk pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan
uji validitas dan Reliabilitas data. Uji ini perlu dilakukan karena jenis data penelitian
adalah data primer.
5.2.1.1 Uji Validitas
Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan software statistik, nilai
validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika angka
korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritik (r-hitung > r-tabel) maka
instrumen tersebut dikatakan valid. Berdasarkan hasil uji validitas dapat disimpulkan
bahwa seluruh item pertanyaan untuk mengukur masing-masing variabel penelitian
dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat bahwa r-hitung lebih besar r-tabel, dimana nilai
r-tabel untuk sampel sebanyak 69 adalah 0,233, sebagaimana dapat digambarkan
Tabel 5.5. Uji Validitas Variabel
Variabel Butir Instrumen r-hitung R-tabel Ket Kinerja
Dari data di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan uji reliabilitas
menunjukkan alpha cronbach’s lebih besar dari 0,6 maka dapat dinyatakan instrumen
tersebut reliabel. Setelah dilakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah
melakukan uji reliabilitas data yaitu dengan melihat nilai cronbach’s alpha. Uji
reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
pengujian data menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal
ini menunjukkan bahwa data penelitian dinyatakan reliabel.
Tabel 5.6. Uji Reliabilitas Variabel
Variabel Alpha
Pemahaman Sistem Akuntansi (X1) Pengelolaan Keuangan Daerah (X2)
0,955
5.3Diskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka diperoleh diskripsi data
penelitian sebagai berikut :
Tabel 5.7. Deskripsi Statistik
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kinerja SKPD 69 3,67 7,67 5,9807 1,11933
Nilai rata-rata kinerja manajerial SKPD sebesar 5,9807 yang menunjukkan
bahwa kinerja manajerial di Provinsi Sumatera Utara berada di atas rata-rata.
Partisipasi responden dalam pemahaman sistem akuntansi dengan nilai rata-rata
sebesar 3,3551 menunjukkan bahwa responden mempunyai kemampuan yang cukup
daerah dengan nilai rata-rata sebesar 4,0166 menunjukkan bahwa pengelolaan
keuangan daerah cukup baik.
5.4. Pengujian Asumsi Klasik
Dalam analisis ini perlu dilihat terlebih dahulu apakah data tersebut bisa
dilakukan pengujian model regresi. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk
menentukan model regresi dapat diterima secara ekonometrik. Pengujian asumsi
klasik ini terdiri pengujian normalitas, multikolinearitas, dan pengujian
heteroskedastisitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-section.
Oleh karena itu, pengujian autokorelasi tidak perlu dilakukan.
5.4.1. Pengujian Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dan dengan melihat uji grafik, maka dapat disimpulkan bahwa data
mempunyai distribusi normal. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,042 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,228 (lihat
lampiran 8). Jika signifikansi nilai Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0.05, maka
dapat dinyatakan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini juga didukung
dengan grafik dimana data mengikuti garis diagonal. Grafik uji normalitas dapat
Observed Cum Prob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Ex
pec
te
d
Cum
Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Kinerja
Gambar 5.1. Pengujian Normalitas Data 5.4.2. Pengujian Multikolinearitas
Berdasarkan hasil uji korelasi diantara variabel independen, dapat dilihat
bahwa korelasi diantara variabel tersebut relatif tidak tinggi. Tidak ada korelasi yang
melebihi 0,6, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas
diantara variabel independen. Pengujian ini didukung dengan nilai VIF yang relatif
kecil, yaitu tidak ada yang lebih besar dari 5 dan nilai Tolerance tidak kurang dari
Tabel 5.8. Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics Model
Tolerance VIF
1 (Constant)
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ,953 1,050 Pengelolaan Keuangan Daerah ,953 1,050 Sumber: Lampiran 8
Hasil pengujian korelasi dapat dilihat pada lampiran 8, sedangkan untuk
melihat nilai VIF dapat dilihat pada lampiran 9.
5.4.3. Pengujian Heteroskedastisitas
Pengujian asumsi heteroskedastisitas menyimpulkan bahwa model regresi
tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan kata lain terjadi kesamaan varian dari
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Kesimpulan ini diperoleh
dengan melihat penyebaran titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk
sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 5.2
Regression Standardized Predicted Value
3 2
1 0
-1 -2
-3
Regression Studen
tized R
esidual
2
1
0
-1
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Kinerja
Gambar 5.2. Uji Heteroskedastisitas 5.5. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan bahwa
model telah dapat digunakan untuk dilakukan pengujian analisa regresi berganda,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang
akan diuji adalah pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah
Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini.
Tabel 5.9. Ringkasan Pengujian Hipotesis Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 2,939 1,385 2,122 ,038
SAKD ,689 ,290 ,285 2,377 ,020
1
PKD ,182 ,302 ,072 ,603 ,549
a. Dependent Variabel: KM R = 0,309 Adjusted R2 = 0,068 F = 3,484 Sig. F = 0,036 Sumber: Lampiran 9
Nilai R pada intinya untuk mengukur seberapa besar hubungan antara
independen variabel dengan dependen variabel. Berdasarkan hasil pengujian,
diperoleh nilai R sebesar 0,309, hal ini menunjukkan bahwa variabel pemahaman
sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah mempunyai hubungan yang cukup
kuat dengan kinerja manajerial.
Sedangkan nilai R square (R2) atau nilai koefisien determinasi pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai R2 adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
dependen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan,
sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai koefisien
determinasi yang tinggi.
Jika independen variabel lebih dari satu, maka sebaiknya untuk melihat
kemampuan variabel memprediksi variabel dependen, dalam penelitian ini nilai yang
digunakan adalah nilai adjusted R2. Nilai adjusted R2 sebesar 0,068 mempunyai arti
bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 6,8%.
Dengan kata lain 6,8 % perubahan dalam kinerja manajerial mampu dijelaskan
variabel pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan
daerah sisanya sebesar 93,2% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam
penelitian ini.
Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung dengan tingkat signifikan 0,036. Karena probabilitas 0,036 lebih kecil
dari 0,05, maka hasil dari model regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan
keuangan daerah terhadap kinerja SKPD. Dari uraian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh pemahaman
sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan
maka model penelitian adalah sebagai berikut:
Kinerja = 2,939 + 0,689 SAKD + 0.182 PKD + e
Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa koefisien dari variabel
pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah
menunjukkan angka positif. Berarti bahwa hubungan antara variabel pemahaman
sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah dengan kinerja
adalah positif yaitu semakin tinggi variabel pemahaman sistem akuntansi keuangan
Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial
terhadap kinerja SKPD, maka dapat dilihat dari nilai signifikansi t-hitung tersebut.
Jika t-hitung > t-tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen
mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen dan nilai signifikansi dari t-hitung
tersebut lebih kecil dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa variabel tersebut
berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Berdasarkan hasil pengujian data, maka
dapat dinyatakan bahwa variabel pemahaman sistem akuntansi berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD. Hal ini dapat dilihat bahwa hitung >
t-tabel (2,377 > 1,995) dengan tingkat signifikan sebesar 0,020. Sedangkan variabel
pengelolaan keuangan tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja SKPD. Hal ini
juga dilihat bahwa t-hitung < t-tabel (0,603 < 1,995) dengan tingkat signifikan
sebesar 0,549.
5.6. Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD, sedangkan pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD.
5.6.1. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Terhadap Kinerja SKPD
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial pemahaman sistem
keuangan daerah ditingkatkan maka dapat mendorong kinerja satuan kerja
Pemerintah Daerah. Secara teoritis pengaruh yang relatif lemah disebabkan oleh
masih rendahnya pengetahuan tentang sistem akuntansi keuangan daerah. Umumnya
responden masih sulit untuk mengikuti sistem akuntansi keuangan daerah yang baru.
Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia, motivasi
pegawai, latar pendidikan yang dimiliki dan masih ada faktor lain yang turut
berpengaruh seperti teknologi informasi dan budaya. Rendahnya pemahaman tentang
sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Hasil
penelitian ini sependapat dengan Tuasikal (2006) bahwa pemahaman sistem
akuntansi berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja Pemerintah Daerah dan juga
Tuasikal (2007) menunjukkan bahwa secara parsial pemahaman sistem akuntansi
berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja Pemerintah Daerah.
Collier (1997 : 7) berpendapat bahwa akuntansi memiliki implikasi terhadap
hubungan antara pemegang kekuasaan dan lingkungan organisasi, serta sistem
akuntansi manajemen merupakan suatu kekuatan yang mempengaruhi strategi. Ini
menandakan bahwa untuk memediasi hubungan antara pemerintah daerah dengan
stakeholder diperlukan suatu media untuk mengkomunikasikan program pemerintah.
Salah satu media yang dipandang relevan dalam mengkomunikasikan dan dijadikan
sebagai alat untuk mengawasi program-program pemerintah yang tercermin dalam
APBD adalah sistem akuntansi daerah.
Lin (1998 : 113) menegaskan pengukuran kondisi keuangan daerah dalam
Pengeluaran daerah merupakan akumulasi dari alokasi sumber daya daerah, maka
diperlukan sistem untuk mengevaluasi proses alokasi tersebut. Bila dikaitkan dengan
organisasi sektor publik, khususnya pemerintah daerah pemahaman yang memadai
tentang sistem akuntansi keuangan daerah dapat meningkatkan kinerja pemerintah
daerah termasuk satuan kerja.
5.6.2. Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja SKPD
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial pengelolaan keuangan
daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD. Kemungkinan
ketidaksignifikan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD disebabkan
ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu adanya kebijakan dari Kepala Daerah
sehingga pengelolaan keuangan daerah tidak dikelola secara tertib, efektif, efisien dan
juga kesulitan teknis dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah karena
pemahaman pelaksana yang kurang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa bila
pengelolaan keuangan daerah dapat dikelola berdasarkan aturan yang ditetapkan
maka dapat mendorong peningkatan kinerja satuan kerja Pemerintah Daerah. Hasil
penelitian ini tidak sependapat dengan penelitian Tuasikal (2006) bahwa pengelolaan
keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja satuan kerja
Pemerintah Daerah dan juga Tuasikal (2007) menunjukkan pengelolaan keuangan
daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja satuan kerja Pemerintah
Daerah. Hasil penelitian ini juga tidak sependapat dengan Ririn dan Mardiasmo
perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan
anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD.
Mardismo (2002 : 42) menyatakan terbatasnya jumlah personel pemerintah
daerah yang berlatar belakang pendidikan akuntansi menyebabkan pengelolaan
keuangan daerah tidak dikelola secara tertib, efisien, efektif, transparan dan
bertanggung jawab.
Edward (1992 :13) menyatakan manajemen keuangan daerah dapat dilakukan
dengan baik jika pemerintah daerah dapat mendefinisikan secara jelas tujuan dari
manajemen keuangan. Hal ini menandakan bahwa bila pemerintah daerah secara jelas
dapat mendefinisikan atau merumuskan tujuan pengelolaan keuangan daerah, maka
kebijakan tentang alokasi sumber daya daerah untuk kepentingan publik dapat
tercapai. APBD memiliki potensi penyimpangan atau penyalahgunaan yang cukup
tinggi, karena berkaitan dengan pengelolaan asset daerah dalam bentuk keuangan
daerah. Di samping itu, anggota dewan memiliki kewenangan yang cukup luas dalam
penyusunan dan penetapan APBD, sebagaimana dinyatakan dalam peraturan bahwa
penyusunan maupun revisi APBD harus mendapat persetujuan dari DPRD.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pasal 4 ayat (1) menyatakan
keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah
bertanggung jawab sehingga dapat bermanfaat untuk masyarakat. Semakin baik
pengelolaan keuangan daerah maka semakin tinggi kinerja SKPD tersebut.
Melihat ketidaksignifikan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap kinerja
SKPD, perlu dilakukan pengujian lanjutan dengan mempertimbangkan beberapa
faktor antara lain perbaikan pertanyaan/pernyataan instrumen penelitian dan juga
menambahkan variabel-variabel yang belum diteliti misalnya, memasukkan variabel
komitmen organisasi, komunikasi, motivasi menjadi pegawai negeri, loyalitas