• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Permainan Simulasi Me

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Model Permainan Simulasi Me"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SIMULASI MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK

The purpose of this study were (i) To determine how the image needs in the field of learning that can develop models of three-dimensional simulation game media in kindergarten; (ii) To know how to design models of three-dimensional simulation game media in developing moral children in kindergarten are valid, practical and attractive; (iii) To determine the model of the development of three-dimensional simulation game media: (iv) To find out how the effectiveness of the model of three-dimensional simulation game media against moral children in kindergarten. This study uses research and development of Barg Gall. The results showed that (i) Based on interviews with teachers and observation of kindergarten children, obtained a description of where the child's condition in terms of morale is still lacking. Besides learning tools, especially regarding moral books in kindergarten and the lack of ability of teachers in packaging material about the morals of the children in the kindergarten are still lacking. (ii) Draft models of three-dimensional simulation game media have met the criteria of validity. Based on the questionnaire responses of teachers, all aspects of the game simulation models of three-dimensional media by 84%; (iii) Model development of three-dimensional simulation game media such as media dice of flannel, which in each side attached drawings moral behavior and will be played by children. Each child throws the dice, the image that appears to be simulated with friends group (iv) Validation of Empirical analysis of the effectiveness of significance is less than 0.05 (0.000 <0.05), with a significance value of 0.000, meaning that there is a significant difference between the experimental group which has been given treatment with a control group that was not given treatments.

(2)

memiliki orang tua yang berprofesi sebagai pedagang dan nelayan dimana mereka sibuk dengan pekerjaannya tanpa menghiraukan perkembangan moral anak. Mereka tidak punya kesempatan untuk mengajarkan hal yang benar, sehingga anak meniru apa yang anak lihat di sekelilingnya.

Selain itu, guru di Taman Kanak Aisyiyah amanah Lutang dan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo masih kurang dalam hal menyampaikan materi tentang perilaku moral kepada anak baik dalam menggunakan strategi maupun dalam menggunakan media

pembelajaran. Pengembangan media

pembelajaranmerupakancarauntukmemecahkansuatumasalahpembelajarananakusiadinidalam meningkatkanperilakumoral anak.Penggunaan mediasangat diperlukan didalamkegiatanpembelajaran. Denganadanya media terutamabendatiruan, gambar, yang disajikanberanekaragamwarnadapatmencuriperhatianmereka,sehinggasangatefektifbagisiswadala mmenyampaikanpesan di Taman Kanak-Kanakmengingatanakusia Taman Kanak-Kanakmayoritasbelumlancarmembaca, sehingga media tiga dimensidapatmembantudalammenyampaikanpesanpembelajaran (Kustandi&Sutjipto, 2013)

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam memberikan contoh kepada anak yaitu melalui permainan simulasi dengan media tiga dimensi. Media tiga dimensi yang dimaksudkan adalah bentuk kubus yang di setiap sisinya terdapat gambar perilaku benar dan salah. Kubus ini dapat digunakan melalui sebuah permainan simulasi dengan melemparkan kubus ke sembarang arah, kemudian gambar yang muncul dipraktekkan oleh anak. Media ini sangat menarik dan menyenangkan karena dilakukan oleh anak melalui sebuah permainan sehingga anak tidak merasa jenuh dan penyampaian pesan moralpun dapat dipahami oleh anak.

(3)

meletakkan sepatunya di rak sepatu, merapikan kembali peralatan belajar atau mainan yang telah selesai digunakan, dan tidak tahu cara berbahasa yang sopan dan santun, seperti cara mengucapkan terima kasih, cara meminta tolong, dan perilaku lainnya. Setelah melakukan permainan simulasi media tiga dimensi, anak akan menjadi tahu dan memahami cara berperilaku

yang baik. Pendidikan moral

akanberhasilapabilapendidikanitudilakukansesuaidengantahapanperkembangan moral anak. Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga pendidikan yang memegang peranan formal strategis bagi pengembangan nilai-nilai moral anak. Masa-masa pendidikan anak di lembaga pendidikan TK merupakan periode emas bagi penanaman nilai moral.

Berdasarkan latar belakang di atas,

penelitiakanmelakukanpenelitiantentangmengetahuidanmembedakanmanaperilakusalahdanmana perilaku yang benar, denganjudul “Pengembangan Model Permainan Simulasi Media Tiga Dimensi Untuk Mengembangkan Moral Anak di Taman Kanak-Kanak”.Adapun rumusan masalah daripenelitianiniadalah:(1) Bagaimana gambaran kebutuhan lapangan dalam pembelajaran untuk mengembangkan model permainan simulasi media tiga dimensi di Taman Kanak-Kanak, (2) Bagaimana rancangan model permainan simulasi media tiga dimensi dalammengembangkan moral anak di Taman Kanak-Kanak yang valid, praktis dan menarik, (3) Bagaimana model pengembangan permainan simulasi media tiga dimensi yang valid danpraktisdalammengembangkanmoral anak di Taman Kanak-Kanak, (4) Bagaimana keefektifan model permainan simulasi dengan media tiga dimensi terhadap moral anak di Taman Kanak-Kanak.

(4)

sehingga anak dapat menangkis pengaruh buruk dari luar. Perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dengan standar norma dari kelompok sosial tertentu.Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok (Fikriyati, 2013). Moral itu sendiri berkaitan dengan standar suatu kelompok, yaitu aturan atau nilai-nilai yang didasarkan pada adat suatu daerah yang berlaku umum (Mini, dkk, 2001).

Moralitas adalah sistem kepercayaan, penghargaan, dan ketetapan tentang perbuatan benar dan salah yang terbentuk dari kebiasaan-kebiasan dari standar sosial yang dipengaruhi dari luar individu atau sesuai dengan harapan masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Perkembangan moral itu sendiri berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Moral berhubungan dengan penerapan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, dalam perbuatan yang seharusnya dilakukan dalam interaksi sosial. Melalui perilaku moral tersebut setiap individu akan mampu menempatkan diri dan diterima oleh lingkungan yang sesuai dengan standar norma-norma yang berlaku (Mini, dkk. 2001).

Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa moral sama artinya dengan akhlak atau bisa juga diartikan dengan sekumpulan prinsip atau standar perilaku. Pengembangan moral pada anak usia dini berkaitan dengan pendidikan karakter yang diajarkan di sekolah. Pendidikan karakter memberikan kesempatan untuk mengembangkan perilaku moral pada anak.

(5)

menagkap pengertian yang diberikan guru dan media belajar dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar-mengajar. Kosasih (2014:50).

Media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: mengubah titik berat pendidikan formal, membengktkan motivasi belajar pada peserta didik, memberikan kejelasan, dan memberikan rangsangan (Mc. Known dalam Hosnan, 2014).

Pembelajaran yang berhasil sekaligus menyenangkan memerlukan sebanyak-banyaknya media belajar. Salah satu prinsip belajar adalah banyak media bantu pembelajaran dimanfaatkan secara tepat makin besar daya serap siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Peserta didik diharapkan dapat lebih terlibat di dalam proses pembelajaran dengan memberikan pembelajaran yang melibatkan seluruh panca indera anak karena dengan panca indera itulah yang berperan sebagai pintu gerbang untuk menuju aktivitas mental, emosional dan intelektual anak untuk bisa memahami, menginternalisasi, dan mengaplikasikan materi pelajaran (Masitoh, 2012).

METODE

(6)

Rancangan penelitian yang digunakan berkaitan dengan tujuan penelitian pengembangan tersebut adalah rancangan pengembangan menurut Borg dan Gall menyatakan bahwa penelitian pengembangan pendidikan (educational research and development) adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan, dari sepuluh langkah, yaitu: (1) research and information collecting, (2) planning, (3) develop preliminary from of product, (4) preliminary field testing, (5) main product revision, (6) main field testing, (7) operational product revision, (8) operational field testing, (9) final product revision, and dissemination and implementation(Borg and Gall, 1983:p775).

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Kabupaten Majene. Subjek dalam penelitian ini adalah dua Taman kanak-kanak di Kabupaten Majene, yaitu Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah Lutang Kabupaten Majene dan Taman Kanak-Kanak-Kanak-Kanak Batu Pole Tamo Kabupaten Majene. Waktu pelaksanaan yaitu semester genap pada bulan Februari sampai bulan Mei tahun 2015.

(7)

Pemilihan lokasi penelitian di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah Lutang Kabupaten Majene dan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo Kabupaten Majene, didasari pada 2 hal, yakni (1) usia anak 5-6 tahun (kelompok B) telah memiliki kematangan berpikir dalam menjelajah dunianya melalui stimulasi yang diberikan guru dalam bermain, (2) Karena sebagian besar peserta didik di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah amanah Lutang dan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo berasal dari keluarga yang memiliki orang tua yang berprofesi sebagai pedagang dan nelayan dimana mereka sibuk dengan pekerjaannya tanpa menghiraukan perkembangan moral anak. Anak meniru perilaku yang terlihat di sekelilingnya, seperti berkata kasar, saling berebutan dan tidak rapi. Hal ini terjadi karena orang tua mereka tidak punya kesempatan untuk mengajarkan hal yang benar.

Lembar validasi model permainan simulasi media tiga dimensi yang meliputi; lembar validasi buku model permainan simulasi media tiga dimensi, lembar validasi rencana kegiatan harian (RKH), lembar pengamatan aktifitas guru (LPAG), lembar validasi angket respon guru (ARG), dan lembar observasi kegiatan anak (LOAG). Lembar validasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas/tingkat validitas perangkat pembelajaran berdasarkan penilaian para ahli. Lembar validasi ini digunakan sebagai pedoman dan masukan dalam merevisi model pembelajaran yang dikembangkan.

(8)

digunakan sebagai dasar untuk perbaikan/revisi perangkat pembelajaran dan pengembangan model pembelajaran selanjutnya.

Guna menjaring berbagai jenis informasi dari berbagai sumber, akan digunakan berbagai metode dan alat pengumpul data, sebagai berikut:

1. Focus Group Discussion (FGD)

Metode FGD digunakan untuk menjaring informasi dari guru kelas, kepala sekolah dan guru di sekolah yang menjadi sampel. Informasi yang akan digali lewat model permainan simulasi dengan media tiga dimensi ini antara lain: (1) pemahaman dan tanggapan terhadap konsep pengembangan model permainan simulasi dengan media tiga dimensi, (2) kelebihan dan kekurangan pengembangan model permainan simulasi dengan media tiga dimensi.

2. Wawancara

Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara pembicaraan informal yang terjadi dalam suasana wajar. Oleh karena itu pedoman wawancara penggunaannya tidak terlalu ketat, artinya lebih bersifat fleksibel, pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan penelitian dan mendorong informan untuk lebih terbuka.

(9)

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data tentang: (1) gambaran penerapan model permainan simulasi media tiga dimensi (2) untuk mengetahui kendala dan kemudahan yang diperoleh guru selama membelajarkan materi model model permainan simulasi media tiga dimensi (3) manfaat yang diperoleh anak didik selama guru menerapkan model permainan simulasi media tiga dimensi.

Penelitian ini dibagi dua kelompok, yang satu ditugaskan sebagai kelompok pembanding (control group), sedang kelompok yang satu lagi sebagai kelompok yang dibandingkan (experimental group). Langkah awal dijumpai ada masalah terhadap moral anak yang selama ini diajarkan melalui metode ceramah saja. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan moral anak melalui pembelajaran model permainan simulasi media tiga dimensi. Dari dua kelompok yang sudah mempunyai kesamaan itu dipilih secara acak atau random untuk menentukan mana kelompok kontrol dan mana yang akan ditugaskan sebagai kelompok eksperimen.Selama penelitian Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah Lutang sebagai kelompok eksperimen diberikan materi yang sama dengan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo sebagai kelompok kontrol.

(10)

beda uji-t. Sebelum dilakukannya uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dalam penggunaan analisi uji-t.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dipaparkan pada bab ini meliputi tiga hal, yaitu: (1) Hasil analisis kebutuhan pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi, (2) Hasil rancangan pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi, dan (3) Hasil pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk mengembangkan moral anak di Taman Kanak-Kanak, dan (4) Hasil Keefektifan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk mengembangkan moral anak di Taman Kanak-Kanak.

(11)

pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk mengembangkan moral anak.

Setelah melakukan analisis kebutuhan, peneliti juga melakukan studi EemuanyaEe dalam bentuk mengkaji teori (buku tentang moral dan psikologi perkembangan anak, jurnal, laporan penelitian, laporan pelaksanaan diklat, dan peraturan-peraturan yang mengatur tentang pembelajaran di PAUD, khususnya Taman Kanak-kanak) disertai konsultasi ahli dan diskusi teman sejawat.

Pada tahap studi pendahuluan, untuk mengembangkan model pembelajaran dilakukan beberapa kajian sebagai berikut:

a. Telaahteoritis

Tahap awal adalah dengan melakukan telaah teoritis/mengkaji secara teori moral anak usia dini, serta peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan petunjuk pelaksanaan pembelajaran yang harus dilakukan di lembaga PAUD. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan guru-guru PAUD yang pernah dikunjungi peneliti maupun hasil pengamatan terhadap anak Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah Lutang Kabupaten Majene, diperoleh gambaran bahwa pembelajaran moral yang diterapkan masih berupa ceramah dan Tanya jawab, belum dilaksanakan melalui bermain artinya anak masih mendengar pemahaman tentang moral tanpa melakukan secara langsung.

(12)

moral anak di TK juga masih kurang, sehingga hal ini merupakan tantangan besar dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bagi guru Taman Kanak-kanak bagaimana menyusun program permainan simulasi media tiga dimensi.

Melihat kondisi pembelajaran yang terjadi di sekolah saat ini, terutama masalah moral yang dihadapi oleh anak Taman Kanak-Kanak, khususnya di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah Lutang dan Taman Kanak-Kanak Batu Pole Tamo, maka diperlukan pengembangan model pembelajaran dalam proses pelaksanaan moral anak secara umum. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara terpadu di PAUD, guru harus memerlukan bekal dan wawasan yang memadai tentang pendekatan pembelajaran tersebut.

Dalam pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi, penting dipahami bahwa implemementasi model permainan simulasi media tiga dimensi menuntut kemampuan guru untuk dapat menerapkan materi pembelajaran di kelas. Setiap guru yang menerapkan model permainan simulasi media tiga dimensi harus terlebih dahulu memahami materi apa yang diajarkan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas saat bersama anak. Dengan demikian diharapkan Model permainan simulasi media tiga dimensi akan meningkatkan moral anak.

(13)

b. KajianEemuany

Kajian Eemuany artinya kajian yang bergantung pada bukti, konsekuensi atau hal-hal yang dapat dilihat. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengkaji secara Eemuany pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi di Taman Kanak-Kanak Kelompok B adalah:

1. Hasil analisis kebutuhan pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi

Tahap awal yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah melakukan studi pendahuluan dalam bentuk observasi dan memberikan Eemuan/respon di sepuluh lembaga PAUD di Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene. Angket/respon ini khususnya difokuskan pada aspek pengetahuan yang terkait tentang rencana pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi.

2. Hasil rancangan pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi.

Hasil rancangan awal merupakan draft awal model pembelajaran yang meliputi modul, RPP, dan media tiga dimensi. Draft awal ini kemudian dilanjutkan pada tahap pengembangan untuk divalidasi dan dilakukan revisi. Adapun gambaran desain atau prototipe model pengembangan simulasi media tiga dimensi, secara rinci diuraikan sebagai berikut:

a. Buku modul

(14)

media tiga dimensi di Taman Kanak-kanak PAUD kelompok B usia 5-6 tahun. Modul ini memuat komponen-komponen filosofis yang menjadi landasan yaitu rasional, tujuan, ruang lingkup, pendukung dan peran guru. Sedangkan komponen operasionalnya adalah prosedur pelaksanaan yang merupakan penahapan atau langkah kerja dan jenis kegiatan yang dilakukan dalam menerapkan permainan simulasi media tiga dimensi melalui angket respon guru yang diberikan kepada guru setelah model diterapkan.

Hasil yang didapatkan pada tahapan desain ini adalah modul permainan simulasi media tiga dimensi, media tiga dimensi berupa dadu dan rencana kegiatan harian yang kemudian akan dikembangkan pada tahap berikutnya sehingga akan menjadi modul yang siap pakai.

b. Media tiga dimensi

Media tiga dimensi yang dihasilkan berupa dadu yang terbuat dari kain flanel. Berikut cara penggunaannya:

1. Guru memperkenalkan media 3 dimensi yang berebntukdadusertabeberapagambarperilaku yang akandipelajari.

2. Guru menjelaskangambarperilaku yang akandisimulasikan.

3. Guru menunjukkangambar-gambarperilakudarisetiapsisi yang adadalam media 3 dimensi. 4. Guru membagi anak menjadi 3 kelompok, kemudiananakdisuruhmengambil,

melempardanmenyebutkanperilakuapa yang munculdarilemparantadi. 5. Anakmajukedepanuntukmempraktekkangambar yang muncul.

6. Guru

menanyakantentangperilakutersebutyaitumengapaperilakutersebutbenar/salahdanmengapabol eh/tidakbolehdilakukan.

(15)

c. RKH

Rencana kegiatan harian (RKH) adalah rancangan kegiatan untuk satu hari mengetengahkan proses bermain sambil belajar yang terstruktur, yang dilakukan secara klasikal, kelompok atau individual. RKH yang dikembangkan tersebut memuat komponen: waktu, hari, minggu, alokasi waktu, semester, lama kegiatan satu hari, indikator, kegiatan pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat dan penutup), alat/sumber pembelajaran dan penilaian perkembangan belajar anak didik.

Terdapat 5 rencana kegiatan harian (RKH) selama satu minggu penelitian ini berlangsung, dari jumlah keseluruhan 17 rencana kegiatan harian (RKH) selama satu semester dalam kalender pendidikan. Berikut ini disajikan 1 rencana kegiatan yang dikembangkan dalam rencana kegiatan harian (RKH).

(16)

adalah (1) anak mampu mengucapkan salam, dan (2) anak mengetahui cara meminta ijin. Pada RKH lima dengan alokasi waktu 60 menit memuat materi berbahasa yang sopan dan santun. Tujuan pembelajaran RKH lima adalah (1) anak mengetahui cara meminta maaf.

3. Hasil pengembangan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk mengembangkan moral anak di Taman Kanak-Kanak.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah validasi ahli, revisi dan uji coba. Tahap pengembangan bertujuan untuk menghasilkan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk mengembangkan perilaku moral anak. Untuk mendapatkan hasil model permainan simulasi media tiga dimensi bagi anak Taman Kanak-Kanak Kelompok B yang telah dirancang sebelumnya, maka dilakukan validasi isi (content validity) dan validasi empirik.

a. Validasi isi

Setelah diperoleh draft-1 model permainan simulasi media tiga dimensi yang terdiri dari modul, media tiga dimensi dan rencana kegiatan harian, kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan kegiatan uji kevalidan isi dari modul yang dikembangkan oleh dua orang ahli. Validasi para ahli dilakukan untuk melihat validitas isi dan bahasa yang mencakup semua model yang dikembangkan. Para validator memberikan penilaian atau pendapatnya melalui lembar validasi yang disediakan kemudian hasil validasi para ahli digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi dan penyempurnaan terhadap model pembelajaran, selanjutnya diujicobakan.

(17)

diujicobakan pada anak di Taman Kank-Kanak Aisyiyah Amanah lutang kelompok B. Uji coba dilakukan untuk melihat keefektifan dan kepraktisan model permainan simulasi media tiga dimensi.

4. Hasil keefektifan model permainan simulasi media tiga dimensi untuk mengembangkan moral anak di Taman Kanak-Kanak.

Model pembelajaran efektif apabila memenuhi kriteria-kriteria tersebut dibawah ini yaitu adalah (1) ketercapaian keaktifan anak mengikuti seluruh proses pembelajaran yaitu minimal 70%, dan (2) aktivitas anak didik selama kegiatan belajar memenuhi kriteria ideal apabila nilai AS minimal berada dalam kategori tinggi ( 50≤ AS<75 ).Penelitian tanggal 24 april 2015 pukul 09.30. Merupakan pemberian treatmen pertama dengan waktu 60 menit dengan menggunakan media tiga dimensi. Jumlah anak-anak yang menjadi kelompok eksperimen adalah 6 anak.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uji coba model permainan simulasi media tiga dimensi di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Amanah Lutang, dengan menggunakan prosedur pengembangan model (Research and Development : R & D) versi Borg and Gall, dimana produk model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan ini meliputi modul, Rencana Kegiatan Harian (RKH), lembar observasi aktivitas anak (LOAA), Lembar Pengamatan Aktifitas Guru (LPAG), dan angket Respon Guru (ARG).

(18)

anak-anak yang berlatar belakang petani dan nelayan memiliki moral yang masih kurang dan metode yang digunakan dalam pembelajaran nilai-nilai moral adalah metode bercakap-cakap. Model Pengembangan simulasi media tiga dimensi merupakan pengembangan dari sebuah media dadu dimana melalui sebuah permainan dadu tersebut, maka moral anak meningkat.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Fikriyati, M. 2013. Perkembangan Anak Usia Dini (Golden Age) . Jakarta.: Kencana Prenadamedia Group Prenadamedia Group

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia

Ibung, Dian. 2009. Mengembangkan Nilai Moral pada Anak. Jakarta.: PT Elex Media Komputindo

Kosasih. 2014. Strategi belajar dan Pembelajaran implementasi kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya

Masitoh. 2006. Strategi Pembelajaran di TK. Jakarta :Universitas Terbuka

(20)

JURNAL ELEKTIKA

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SIMULASI MEDIA TIGA

DIMENSI UNTUK MENGEMBANGKAN MORAL ANAK

DI TAMAN KANAKKANAK

ST. MARIA ULFAH

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Sertifikat kompetensi (SK) yang dikeluarkan oleh Kolegium Dokter Parasitologi Klinik Indonesia (KPDSPARKI), bersama dengan Surat Tanda Registrasi (STR) yang dikeluarkan oleh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Perilaku Ibu Dalam Mencegah

Sosialisasi merupakan tahapan penting dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan yang ditujukan kepada masyarakat banyak, termasuk kebijakan kesehatan. Tanpa sosialisasi yang baik

Balanced Scorecard adalah metode alternatif yang digunakan perusahaan untuk mengatur kinerja perusahaan secara lebih komprehensif, tidak hanya terbatas pada kinerja

Strategi pembiasaan shalat berjama‟ah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MI Hidayatul Mubtadi‟in Wates dan MIN Pandansari Ngunut Tulungagung ... Metode pembiasaan

(1999) menyatakan bahwa akar permasalahan dalam kesulitan penerapan sistem ERP berasal dari dua masalah : perusahaan tidak membuat strategi yang tepat untuk

Ikan beronang ( Siganus canaliculatus ) termasuk salah satu hasil tangkapan dominan dari nelayan jaring pantai di padang lamun Selat Lonthoir, Kepulauan

Di dalam susu murni, asam folat berikatan dengan suatu protein yang disebut protein ikat folat (PIF).. Protein ini juga terdapat di dalam makanan, lambung, darah, dan