KONSEP KOREOGRAFI TARI ZAPIN PECAH TIGA PADA
MASYARAKAT LABUHAN DELI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
HARRINI MAELINI MUBARRAK LUBIS
NIM. 2102142003
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Harrini Maelini Mubarrak Lubis, NIM 2102142003, Konsep Koreografi Tari Zapin Pecah Tiga Pada Masyarakat Labuhan Deli. Fakultas Bahasa dan berdasarkan tata aturan gerak pada tari Melayu, berdasarkan dinamika gerak pada tari Zapin Pecah Tiga dan tata aturan pola lantai.
Teori-teori yang digunakan berhubungan dengan topik penelitian yaitu teori koreografi pada konsep gerak tari Melayu, teori koreografi, pengertian tari Zapin, pengertian tari Zapin Pecah Tiga, pengertian dinamika dan pola lantai.
Waktu penelitian yang digunakan untuk membahas tentang tari Zapin Pecah Tiga pada masyarakat Labuhan Deli dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada awal bulan Desember 2014 sampai dengan bulan Februari 2015. Tempat penelitian adalah di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan. Populasi pada penelitian adalah masyarakat Labuhan Deli yang mengetahui tari Zapin Pecah Tiga, seniman-seniman dan penari-penari, sampel pada penelitian ini adalah bagian dari populasi, yaitu seniman dan penari yang mengerti tentang tari Zapin Pecah Tiga. Tekhnik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi, yang kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, konsep koreografi tari Zapin Pecah Tiga yaitu tarian ini memiliki konsep gerak berdasarkan konsep gerak tari Zapin yaitu gerak tahsyim, alif, sambar elang, tahtum dan konsep gerak berdasarkan gerak tari Melayu yaitu tandak, tari, liok, berdasarkan dinamika gerak pada tari Zapin Pecah Tiga dan memiliki tata aturan pola lantai yang menjadi ciri khas pada koreografi tarian ini yaitu segi tiga yang memiliki arti tongku tiga sebagai keseimbangan dalam hidup dengan penari berjumlah tiga orang.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas berkat rahmat-Nya yang memberikan
kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penulisan ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu. Adapun judul Skripsi ini adalah “Konsep Koreografi Tari Zapin Pecah Tiga Pada Masyarakat Labuhan Deli”
Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk meraih Gelar Sarjana
Pendidikan Tari. Tiada kata yang dapat diungkapkan untuk menyampaikan rasa
terima kasih. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
3. Uyuni Widiastuti, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa
dan Seni Universitas Negeri Medan.
4. Nurwani, S.S.T, M. Hum, selaku Ketua Prodi Pendidikan Tari
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
5. Dra. RR. RHD. Nugrahaningsih, M. Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I.
6. Irwansyah, S. Sn, M. Sn, selaku Dosen pembimbing II
yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis dalam proses
penelitian.
7. Martozet, S. Sn, M. A, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis
sekaligus Dosen Penguji I.
8. Semua Dosen Jurusan Sendratasik yang telah memberikan banyak ilmu dan
pengalaman selama perkuliahan yang tidak dapat disebutkan secara satu
persatu.
9. Teristimewa kepada orang tua penulis ayahanda Alm. Ir. M. Hasbi Lubis
mendoakan dan berjuang untuk penulis serta Abang Harris, kakak Harrisa
dan adik Harrida yang memberikan semangat kepada penulis.
10. Kepada yang terkasih Ido Putra Siregar S. Pd yang selalu membantu dan
memberikan dukungan kepada penulis dan yang tersayang sahabat penulis
Sandra, Lusi, Hasvara dan Jelita yang selalu mendukung penulis dan juga
kepada seluruh stambuk 2010.
11. Kepada Abangda Irfan Syah dan Atuk Kadek selaku narasumber dalam
penelitian ini.
12. Kepada Pemerintahan Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa
Bidik Misi sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1 dan
mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Dengan sepenuh hati penulis berterima kasih kepada semuanya yang
mungkin juga tidak dapat disebutkan semoga selalu berada dalam lindungan
Tuhan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini ataupun penelitian ini masih
banyak kekurangan, selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Februari 2015
Penulis,
Harrini Maelini Mubarrak Lubis
DAFTAR ISI
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN PERTANYAAN PENELITIAN 10
A. Landasan Teori ... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19
A. Metode Penelitian ... 19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19
1. Lokasi Penelitian ... 19
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20
A. Gambaran Umum Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan dan Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan .... 26
1. Letak Geografis ... 26
2. Sistem Religi ... 28
B. Upacara dan Perayaan Pada Masyarakat Melayu ... 28
1. Upacara Berinai ... 29
2. Perayaan Keagamaan... 31
C. Tari Zaipin Pecah Tiga Pada Masarakat Labuhan Deli... 32
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Susunan Ragam Gerak Tari Zapin Pecah Tiga berdasarkan
Gerak Tari Melayu... 35
2. Tabel 4.2 Penerapan Motif Gerak Tari Zapin Pecah Tiga Sesuai
Konsep Koreografi dan Gerak Tari Zapin... 42
3. Tabel 4.3 Dinamika Gerak Tari Zapin Pecah Tiga... . 50
DAFTAR GAMBAR
1. Gamabr 2.1 Bagan Kerangka Konseptual……… 18
2. Gambar 4.1 Peta Kotamadya Medan Kecamatan Medan Labuhan Dan Kecamatan Medan Marelan... 26
3. Gambar 4.2 Ilustrasi gerak tahsyim 1... 35
4. Gambar 4.3 Ilustrasi gerak tahsyim 2... 36
5. Gambar 4.4 Ilustrasi gerak tahsyim 3... 36
6. Gambar 4.5 Ilustrasi gerak Alif ... 37
7. Gambar 4.6 Ilustrasi gerak sambar elang 1... 38
8. Gambar 4.7 Ilustrasi gerak sambar elang 2... 38
9. Gambar 4.8 Ilustrasi gerak tahtum 1... 39
10. Gambar 4.9 Ilustrasi gerak tahtum 2... 39
11. Gambar 4.10 Ilustrasi gerak tahtum 3... 40
12. Gambar 4.11 Ilustrasi gerak tahtum 4... 40
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia termasuk salah satu negara yang ditempati oleh suku Melayu
dalam jumlah yang besar selain negara Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam
dan Afrika Selatan. Suku Melayu di pulau Sumatera, diantaranya berdiam di
Provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Palembang. Suku Melayu di Sumatera
Utara tersebar di beberapa daerah seperti Medan, Labuhan Deli, Langkat, Asahan,
Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Labuhan Batu. Masing-masing daerah
memiliki ciri khas kesenian tersendiri yang menjadi pembeda, ungkapan sebagai
ekspresi perasaan masyarakatnya meskipun masih dalam konteks yang sama,
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti letak geografis. Kenyataan ini
didukung oleh pendapat Susan K. Langer (2007:2l) yang menyatakan bahwa:
“Kesenian adalah penciptaan wujud-wujud yang merupakan simbol dari perasaan
manusia”.
Begitu juga dengan Suku Melayu, kesenian adalah salah satu identitas
yang dimiliki oleh suku Melayu, dimana kehidupan masyarakat Melayu dapat
dilihat dari kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Melayu tersebut. Salah satu
bentuk kesenian yang dimiliki oleh suku Melayu adalah tari. Menurut
Soerjodiningrat dalam Sumandyo (2005:14): “Tari tidak hanya keselarasan gerak
-gerak badan dengan iringan musik saja, tetapi seluruh ekspresi harus mengandung
adalah tari Serampang XII yang sangat fenomenal, yang kemudian menjadi tari
yang mentradisi pada suku Melayu. Tari Serampang XII adalah tari pergaulan
antara muda-mudi yang dikenal dengan percintaan mulai dari perkenalan hingga
pernikahan atau antara mudi-mudi yang diartikan sebagai persahabatan. Setiap
suku Melayu yang menyebar di berbagai daerah mempelajari tari Serampang XII,
tetapi setiap daerah memiliki gaya tersendiri.
Lebih jauh Menurut Goldsworthy dalam Tuanku Lukman Sinar
Basyarsayh II (2008:358) mengatakan bahwa: Tari–tarian Melayu Sumatera
Timur didasarkan kepada adat–istiadat dan dibatasi oleh pantangan adat, seperti
yang dijumpai dalam tari Zapin. Menurut Muhammad Takari (2008:152): “Tari
Zapin yang menjadi salah satu tari tradisi Melayu yang sangat populer dari dulu
hingga saat ini, yang merupakan tarian yang berasal dari Bangsa Arab. Memiliki
ciri khas pada gerak kaki, tarian ini juga mengandung unsur agama Islam dilihat
dari konsep koreografi berdasarkan etika dalam tarian”.
Tari Zapin berkembang di semua daerah yang didiami oleh suku Melayu,
salah satunya di daerah Labuhan. Di tempat ini terdapat tari Zapin yang dikenal
dengan nama tari Zapin Pecah Tiga. Tari Zapin berkembang pada masa
pemerintahan Tuanku Panglima Gandar Wahid pada abad ke-18 M yang
merupakan Raja Deli ke-V, tetapi tidak diketahui siapa penciptanya. Tari Zapin
Pecah Tiga berfungsi sebagai tari sosial yang digunakan sebagai hiburan dan
pertunjukan. Pada tahun 1886 pusat kerajaan Deli berpindah ke kota Medan,
karena perkembangan perdagangan tembakau yang semakin pesat pada masa Raja
ini, peranan politik luar yang mempengarui kesenian tradisional seperti pada tari
Zapin Pecah Tiga. Pusat kerajaan Deli yang berpindah ke kota Medan tidak
membawa tari Zapin Pecah Tiga untuk tetap berkembang di wilayah Istana. Hal
ini mengurangi eksistensi tari Zapin Pecah Tiga di wilayah kerajaan, tetapi
masyarakat Melayu tetap menjaga eksistensi tarian ini di wilayah masyarakat
Melayu Labuhan Deli (wawancara dengan narasumber tanggal 03 september
2014).
Pada tahun 1970, seniman Melayu di daerah Labuhan Deli mencoba untuk
memperkenalkan beberapa tari Zapin termasuk tari Zapin Pecah Tiga kepada
masyarakat luas dengan mengikuti perlombaan-perlombaan dan mengadakan
pertunjukan tari Zapin Labuhan sebagai salah satu kesenian tradisional yang
berasal dari Labuhan Deli. Fungsi dari tari Zapin Pecah Tiga yaitu sebagai tari
sosial. Wan Abdul Kadir (1998:122-123) berpendapat: “Tari sosial berhubungan
erat dengan pengalaman manusia dan struktur sosial, sikap dan tahapan
tekhnologi atau ringkasnya mencerminkan taraf kemajuan masyarakat. Tujuan
utama tari sosial adalah untuk hiburan dan memenuhi masa lapang selain juga
untuk tujuan manifestasi”. Berdasarkan pengertian di atas, tari Zapin Pecah Tiga
adalah salah satu bukti berkembangnya kerajaan Deli pada masa itu.
Koreografi tari Zapin Pecah Tiga berawal dari konsep tema yaitu tongku
tiga. Tarian ini menceritakan tentang kekokohan suatu pondasi keseimbangan
dalam hidup yang dilambangkan seperti tongku tiga. Hal ini digambarkan pada
pola lantai tari Zapin Pecah Tiga yang selalu berbentuk segi tiga. Setiap
pesan untuk tetap menjaga keseimbangan dalam kehidupan. Tarian ini juga
menjelaskan bahwa masyarakat Melayu hidup dalam berkelompok atau dikenal
dengan istilah “Rumpun Melayu”. Tari Zapin Pecah Tiga dipertunjukkan pada
malam berinai dan malam Sunnah Rasul seperti malam tahun baru Islam yaitu
perayaan 1 Muharram.
Tari Zapin Pecah Tiga memiliki gerak yang sederhana tetapi masih dalam
konsep gerak Melayu seperti yang diungkapkan oleh Mubin Sheppard dalam
Tuanku Lukman Sinar Basyarsyah II (1972:82): “Konsep tentang tari dalam
kebudayaan Melayu diwakili oleh empat kata yang memiliki arti bernuansa seperti
landak, igal, liok dan tari. Perbedaan maknanya ditentukan oleh dua faktor yaitu
penekanan gerak yang dilakukan anggota tubuh penari dan tekhniknya”. Gerak
tari Zapin Labuhan memiliki ciri khas yang membedakan antara tari Zapin pada
umumnya dengan tari Zapin Pecah Tiga yaitu pada gerak sambar elang. Konsep
gerak tari Zapin Pecah Tiga sama dengan konsep gerak tari Zapin lainnya yaitu
memiliki gerak salam pembuka, inti dan penutup.
Setiap tarian memiliki dinamika yang membuat tarian tersebut terlihat
bagus dan menarik. Begitu juga pada tari Zapin Pecah Tiga. Gerak-gerak pada
tarian ini memiliki dinamika meskipun tarian ini adalah tarian yang memiliki
tempo sedang dan gerak mengalun. Meskipun lebih banyak terdapat gerak yang
memiliki tenaga sedikit, tetapi gerakan yang memiliki tenaga kuat, juga terdapat
pada gerak tarian ini.
Pola lantai pada tari Zapin Pecah Tiga selalu membentuk segi tiga sama
pola lantai lainnya selain pola lantai segi tiga sama sisi, hanya saja arah hadap
penari dan posisi penari yang berpindah tempat, tetapi tetap saja membentuk pola
segi tiga sama sisi. Bentuk segi tiga mengecil dan membesar juga ada pada tari
Zapin Pecah Tiga.
Penerapan pola iringan tari Zapin Pecah Tiga yaitu pola iringan musik
eksternal. Iringan musik eksternal yaitu musik yang berasal dari luar bagian
penari. Musik eksternal menggunakan alat-alat musik. Pada tari Zapin Pecah Tiga
alat musik yang digunakan adalah Gambus, Gendang Pakpung dan Marwas.
Berdaarkan kebutuhan dalam berkesenian pada saat ini alat musik yang digunakan
untuk mengiringi tarian ini ditambah alat musik Biola dan Akordion.
Sebagaimana yang diketahui bahwa tari Zapin adalah tarian yang berasal
dari bangsa Arab, dimana tarian ini dibawa oleh pedagang Arab yang merupakan
laki-laki, oleh sebab itu penari dalam tari Zapin Pecah Tiga adalah laki-laki.
Seiring berkembangnya zaman, saat ini wanita dapat menarikan tarian ini
meskipun masih sangat jarang untuk ditemukan penari wanita yang menarikan tari
Zapin Pecah Tiga. Busana yang digunakan penari adalah baju teluk belanga, kain
songket dan peci atau pada saat ini berdasarkan perkembangan tanpa mengurangi
nilai, peci diganti menjadi topi Melayu sesuai dengan kebutuhan senian pada saat
ini.
Sesuai dengan namanya, tarian ini memiliki ciri khas pada angka tiga atau
segi tiga. Hal ini dikarenakan tarian ini berbeda dengan tari Zapin lainnya yang
berpasangan, tetapi tarian ini selalu membentuk pola segi tiga dengan jumlah
tertarik untuk mengangkat tarian ini menjadi topik penelitian dengan judul konsep
koreografi tari Zapin Pecah Tiga pada masyarakat Labuhan Deli.
Gerak tari Zapin Pecah Tiga pada awalnya tidak memiliki durasi atau batas
waktu dalam pertunjukannya. Berakhirnya tari Zapin Pecah Tiga ditentukan oleh
penari. Seiring berjalannya waktu, seniman dari Labuhan mencoba untuk
mengangkat tari Zapin Pecah Tiga sesuai dengan kebutuhan seni pada saat ini.
Salah satunya dengan cara membatasi durasi waktu pertunjukan tari Zapin Pecah
Tiga tanpa mengurangi maknanya. Konsep koreografi tari Zapin Pecah Tiga pada
saat ini yaitu salam, alif, pecahan (sambar elang) dan salam penutup. Gerak
sambar elang yang pada mulanya tidak memiliki durasi tetap, kemudian seniman
dari Labuhan membatasi durasi gerakan ini yaitu dengan durasi empat kali pantun.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba meneliti tentang
konsep koreografi tari Zapin Pecah Tiga, yang telah diangkat kembali oleh
seniman Labuhan sesuai dengan kebutuhan seni pada saat ini. Tanpa mengurangi
makna yang sebenarnya dan juga pola lantai yang menjadi ciri khas tari Zapin
Pecah Tiga yaitu berbentuk segi tiga, dengan judul konsep koreografi tari Zapin
pecah Tiga pada masyarakat labuhan Deli.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah hal-hal yang menjadi pertanyaan bagi peneliti
untuk dapat dicari jawaban. Identifikasi dipelukan untuk meliht apa saja yang ada
dalam latar belakang. Identifikasi masalah adalah suatu upaya pendekatan
atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
1. Bagaiman latar belakang Zapin Pecah Tiga?
2. Bagaimana penerapan motif gerak ?
3. Bagaimana dinamika gerak pada tari Zapin pecah Tiga ?
4. Bagaimana penerapan pola lantai?
5. Bagaimana penerapan koreografi tari Zapin Pecah Tiga berdasarkan pola
iringan?
C.Pembatasan Masalah
Identifikasi telah dilakukan dan ditemukan banyak faktor yang dapat
diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini, maka dari itu harus ada pembatasan agar
masalah yang ingin diteliti tidak menjadi semakin luas dan lebih terarah. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Menurut
Surahmad (1982:31) yang menyatakan bahwa: “masalah yang dirumuskan terlalu
umum dan luas, tidak pernh dapat dipakai sebagai masalah penyelidikan, oleh
karena itu tidak jelas batas-batas masalahnya.”
Berdasarkan identifikasi masalah maka pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan motif gerak?
2. Bagaimana dinamika gerak pada tari Zapin Pecah Tiga ?
D.Rumusan Masalah
Perumusan masalah adalah salah satu cara untuk memperjelas
pertanyaan-pertanyaan pada penelitian yang akan dijawab. Rumusan masalah juga merupakan
penegasan pertanyaan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi masalah dan
pembatasan masalah. Menurut H.Bahdin Nur Tanjung dan H.Ardial (2005:56)
menyatakan bahwa: “perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap
dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan
identifikasi dan pembatasan masalah.” Berdasarkan hal tersebut maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimana penerapan motif gerak, dinamika gerak pada tari Zapin Pecah
Tiga dan penerapan pola lantai”.
E.Tujuan Penelitian
Sebuah peneltian harus memiliki tujuan agar mendapat catatan yang lebih
jelas dan hasil yang dicapai lebih terarah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Suharsimi Arikunto (1978:69) yang menyatakan: “Pelitian adalah rumusan
kalimat yang menunjukkan adanya hasil yang diperoleh setelah penelitian ini
selesai.” Keberhasilan dan kegagalan suatu penelitian dapat dilihat dari tercapai
atau tidaknya tujuan suatu penelitian yang telah dibuat. Adapun tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan penerapan motif gerak.
2. Mendeskripsika dinamika gerak pada tari Zapin Pecah Tiga.
F. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian dibuat agar dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang
lain, begitu juga penelitian ini dibuat agar dapat bermanfaat bagi peneliti
khususnya dan bagi masyarakat luas umumnya dalam hal pengembangan ilmu,
sejarah dan seni serta banyak hal lainnya yang bermanfaat. Penelitian dilakukan
agar dapat mengetahui apa saja yang terjadi sesuai dengan masalah yang diteliti
dan hasilnya yang akan dicatat dalam penelitian, maka manfaat penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dalam menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai tari Zapin Pecah Tiga.
2. Sebagai informasi dan referensi bagi pemerintah provinsi Sumatera Utara
tentang kesenian budaya Melayu.
3. Sebagai informasi dan motivasi bagi para seniman dan mahasiswa yang
belajar tentang ilmu seni dan budaya.
4. Sebagai informasi bagi masyarakat luas terutama masyarakat Melayu dan
Labuhan Deli tentang keberadan dan bentuk koreografi tari Zapin Pecah
Tiga.
5. Sebagai informasi dan referensi untuk menambah acuan pada
BAB V
PENUTUP
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Banyak hal yang dicatat dan diperoleh dari kegiatan menuls dan mendata
tentang tari-tari yang ada di daerah Labuhan, salah satunya adalah Zapin Pecah
Tiga.
Kesimpulan dimulai dari keterangan yang menjelaskan bahwa :
1. Tari Zapin Pecah Tiga adalah salah satu tarian dan warisan budaya Melayu
yang berasal dari daerah Labuhan Deli ang sekarang dibagi menjadi dua
wilayah yaitu Labuhan Deli dan Pekan Labuhan.
2. Konsep koreografi dalam tari Zapin Pecah Tiga berawal dari konsep
keseimbangan hidup. Keseimbangan hidup yang dimaksud adalah masyarakat
Melayu hidup berkelompok atau berumpun, berkeyakinan, sopan santun dan
berbudi pekerti untuk tetap menjaga keseimbangan hidup. Latar belakang
penyusunan Tari Zapin Pecah Tiga adalah berdasarkan pada konsep
koreografi tari Zapin dalam penerapan motif gerak. Penyusunan motif gerak
juga berdasarkan konsep tari pada kesenian Melayu.
3. Suatu tarian terlihat menarik jika memiliki dinamika. Pada tari Zapin Pecah
Tiga, dinamika terdapat di dalam gerak-gerak tarian ini. Dinamikanya antara
terdapat maximum relax, ada yang hanya terdapat maximum tension dan ada
keduanya.
4. Pola lantai pada tari Zapin Pecah Tiga memiliki aturan dan makna tersendiri.
Dimana pola lantai selalu membentuk segi tiga meskipun pola hadap penari
berbeda-beda. Pola ini menggambarkan tongku tiga yang melambangkan
sebagai keseimbangan dalam kehidupan manusia.
B. Saran
Berdasarkan beberapa keimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis
dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Kepada pemerintah daerah di bidang kebudayaan dan pariwisata agar lebih
memberikan perhatian kepada kesenian tradisional khususnya kesenin
Melayu yang ada di beberapa daerah seperti Labuhan Deli dan Pekan
Labuhan.
2. Agar tari Zapin Pecah Tiga dapat dikembangkan karena tarian ini hampir
hilang dikarenakan narasumber atau pelatih tari Zapin sudah sangat tua dan
tidak banyak orang yang mengetahui tarian ini, begitu juga dengan beberapa
tari Zapin lainnya yang ada di daerah Labuhan.
3. Kepada generasi selanjutnya agara dapat lebih menggali tentang kesenian
tradisional Melayu karena masih banyak bentuk kesenian terutama tarian
yang menjadi bukti kejayaan kerajaan Deli pada masa lampau yang tidak
4. Diharapkan kepada koreografer-koreografer untuk bisa mengangkat kembali
koreografi tari Zapin Pecah Tiga yang hampir punah ini menjadi suatu produk
seni yang lebih menarik tanpa mengurangi keasliannya sesuai dengan
perkembangan zaman agar tarian ini dapat kembali populer seperti dulu pada
DAFTAR PUSTAKA
Anhar, Khairuna, 2013. “Pembelajaran 9 Tari Wajib Karya Sauti Dalam Tari Melayyu”. Universitas Negeri Medan : Medan
Arikunto, Suharsimi, 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta: Jakarta.
_________________, 1983. Pengantar Kreativitas Tari, Akademis Seni Tari Indonesia: Yogyakarta
Lamery, 1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari (soedarsono), Lagaligo: Yogyakarta
Lestari, Syera Fauzya , 2013. “Konsep Koreografi Tari Rapa’i Geleng Pada Masyarakat Aceh Utara”. Universitas Negeri Medan: Medan.
Murgiyanto, Sal, 1983. Koreografi . Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.
Nasution H Irwan, dkk, 2002. Metodologi Peneltian, IAIN Sumatera Utara: Medan.
Pidada, Riza Utari Ayu, 2014. “Karakteristik Tari Melayu Pada Masyarakat Melayu Di Kota Medan”. Universitas Negeri Medan : Medan
Sinar Basyarsyah II , Tuanku Lukman dan Syaifuddin, Wan, 2002. Kebudayaan Melayu Sumatera Timur, USU Press: Medan.
Soedarsono, 1972, Djawa Bali : Dua Pusat Perkembangan Dramaturgi Tradisional Di Indonesia. Gadja Mada Universitas Press, Yogyakarta.
Takari Muhammad, Heristina, 2008. Budaya Musik dan Tari Melayu Sumatera Utara,USPress: Medan.
Wati, Desi Pelita, 2014. “Bentuk Tari Bekhu Dihe Pada Masyarakat Alas
Kabupaten Aceh Tenggara”. Universitas Negeri Medan: Medan
Http:// www.wikipediaindonesia.com
Http://www.medanlabuhanensiklopedia,com
Http://www.kemdikbud.bpntanjungpinang.com