• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESULITAN PENGUASAAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOTEKNOLOGI PADA GURU BIOLOGI SMA SE-KABUPATEN LANGKAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KESULITAN PENGUASAAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOTEKNOLOGI PADA GURU BIOLOGI SMA SE-KABUPATEN LANGKAT."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESULITAN PENGUASAAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOTEKNOLOGI PADA GURU BIOLOGI SMA

SE-KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: FIRDAUS FAHDI

NIM: 8126173007

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

i ABSTRAK

Firdaus Fahdi. Analisis Kesulitan Penguasaan Perangkat Pembelajaran Bioteknologi pada Guru Biologi SMA se-Kabupaten Langkat. Medan. 2015.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Se–Kabupaten Langkat yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan guru biologi (1) SMA Se- Kabupaten Langkat; (2) yang sudah sertifikasi (3) yang belum sertifikasi Bioteknologi di SMA Se- Kabupaten Langkat; (4) yang mengajar di sekolah negeri; dan (5) yang mengajar di sekolah swasta. Sampel penelitian berjumlah 40 orang guru biologi dari populasi 40 orang guru biologi dari 19 SMA Se- Kabupaten Langkat. Instrumen penelitian berupa non tes yaitu dokumentasi, angket, lembar observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesulitan guru biologi: (1) SMA Se- Kabupaten Langkat tergolong sedang (58,61%); (2) yang sudah sertifikasi sangat rendah (18,42%); (3) yang belum sertifikasi tergolong rendah (41,68%); (4) yang mengajar di sekolah negeri tergolong sangat rendah (28,64%); (5) yang mengajar di sekolah swasta tergolong sangat rendah(29,54%). Hasil penelitian ini mengiplikasi pentingnya mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh guru dengan komunikasi antar guru bidang studi biologi memanfaatkan forum musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) dan perlunya menfasilitasi sekolah dengan sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan pembelajaran.

(5)

ii ABSTRACT

Firdaus Fahdi Difficulty Analysis Tool Mastery Learning in Teacher Biology Biotechnology high schools in Langkat. Medan. 2015.

This study was conducted in SMA Se-Langkat which aims to determine the level of difficulty biology teacher (1) SMA As Langkat; (2) that have been certified (3) that has not been certified in high school Biotechnology As Langkat; (4) which is taught in public schools; and (5) are taught in private schools. These samples included 40 teachers of biology of the population 40 teachers from 19 high school biology As Langkat. The research instrument is a non tests that documentation, questionnaire, interview and observation sheet. The results showed the difficulty level biology teachers: (1) SMA As Langkat classified as moderate (58.61%); (2) that have been certified very low (18.42%); (3) that has not been certified is low (41.68%); (4) who teach in public schools classified as very low (28.64%); (5) who teach in private schools classified as very low (29.54%). Results of this study mengiplikasi importance of addressing the difficulties faced by teachers with communication between teachers of biology utilizing discussion forum subject teachers (MGMP) and the need to facilitate schools with facilities and infrastructure that support the learning success..

(6)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Nama Sekolah, Jumlah Guru Biologi……….. 20 Tabel 3.2. Kategori Kesulitan Belajar Siswa……… 22 Tabel 3.3. Kategori Kesulitan Mengajar………26 Tabel4.1. Kesulitan Guru Pada Aspek Menyusun

Rencana Pembelajaran.…………...………..……27

Tabel 4.2. Kesuliatan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran ………… ……28 Tabel 4.3. Kesulitan Guru Dalam Menyusun Evaluasi Pembelajaran ..…………29 Tabel 4.4. Tingkat Kesulitan Guru Pada Pembelajaran Materi Bioteknologi……30 Tabel 4.5. Kesulitan Guru Pada Aspek Menyusun Rencana Pembelajaran..….…32 Tabel 4.6. Kesuliatan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran...…………33 Tabel 4.7. Kesulitan Guru Dalam Menyusun Evaluasi Pembelajaran………34 Tabel 4.8. Tingkat Kesulitan Guru Yang Sudah Sertifikasi

Pada Pembelajaran Materi Bioteknologi..………...…….…35 Tabel 4.9. Kesulitan Guru Yang Belum Sertifikasi Pada

Aspek Menyusun Rencana Pembelajar………...……...…36 Tabel 4.10. Kesuliatan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran ...37 Tabel 4.11. Kesulitan Guru Dalam Menyusun Evaluasi Pembelajaran ……..…..38 Tabel 4.12. Tingkat Kesulitan Guru Yang Belum Sertifikasi

Pada Pembelajaran Materi Bioteknologi………...………..39 Tabel 4.13. Kesulitan Guru Pada Aspek Menyusun Rencana Pembelajaran ….…41 Tabel 4.14. Kesuliatan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran …..…………...42 Tabel 4.15. Kesulitan Guru Dalam Menyusun Evaluasi Pembelajaran..……….…43 Tabel 4.16. Tingkat Kesulitan Guru Yang Mengajar di Sekolah

Negeri Pada Pembelajaran Materi Bioteknologi……….44 Tabel 4.17. Kesulitan Guru Pada Aspek Menyusun Rencana Pembelajaran .……46 Tabel 4.18. Kesuliatan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran ……….47 Tabel 4.19. Kesulitan Guru Dalam Menyusun Evaluasi Pembelajaran ……..……48 Tabel 4.20. Tingkat Kesulitan Guru Yang Mengajar di Sekolah Swasta

(7)

v

Tabel 4.21. Jawaban Responden Tentang Kesulitan Guru

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bioteknologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan

prinsip-prinsip ilmiah yang menggunakan makhluk hidup untuk menghasilkan

produk dan jasa guna kepentingan manusia (Putra, 2009). Polkinghorne dalam

(Tood & Murphy (2003) menyatakan bahwa Bioteknologi merupakan salah satu

disiplin ilmu yang relatif sulit tetapi juga merupakan ilmu yang berkembang

sangat kompleks dan menimbulkan perdebatan di berbagai area seperti etika,

politik dan moral. Bioteknologi dikenal sebagai ilmu yang bersifat

multidisipliner dan aplikatif sehingga membutuhkan penguasaan konsep-konsep

dasar yang cukup, dan perkembangannya sangat pesat karena manfaat

Bioteknologi bersentuhan langsung dengan peningkatan taraf hidup manusia

(Purwianingsih, 2009).

Penggunaan Bioteknologi sebagai ilmu maupun sebagai alat yang

bertanggungjawab dalam meningkatkan kemajuan secara cepat dalam berbagai

bidang kehidupan. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi menjadikan

Bioteknologi menjadi salah satu bidang ilmu dalam biologi yang harus dikuasai

bangsa Indonesia, termasuk para siswa SMA. Hal tersebut dikarenakan selain

banyak terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari, juga dapat dikaitkan dengan aspek ‘life skill’. Untuk memberikan penguasaan dan kebermaknaan yang

baik tentang Bioteknologi kepada siswa, guru dituntut mampu melakukan

(9)

2

siswanya. Menurut Hagerdon (dalam Sohan et al., 2003) siswa-siswa sekolah saat

ini perlu memiliki pemahaman yang baik terhadap resiko dan keuntungan dari

Bioteknologi untuk dapat memutuskan secara cerdas penggunaan pengetahuan

tersebut secara benar.

Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara

peningkatan penguasaan dan sikap serta persepsi positif siswa terhadap

Bioteknologi (Sohan, 2003; Dawson & Schibeci, 2003; Bal, et al., 2007).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila seorang siswa telah menguasai

dengan benar dan mampu memutuskan secara kritis tentang Bioteknologi , maka

mereka akan dapat bersikap secara benar terhadap Bioteknologi . Oleh karenanya,

Kesulitan memahami konsep Bioteknologi haruslah menjadi bagian dari unsur

yang harus dibekalkan pada siswa. Dawson & Schibeci (2003) menyatakan bahwa

dari sejumlah siswa yang diteliti di Australia, sepertiganya mempunyai

pemahaman yang rendah atau tidak memahami sama sekali tentang Bioteknologi

dan sepertiga lagi tidak dapat memberikan satu contoh pun tentang hasil

Bioteknologi secara benar. Penguasaan yang rendah dari siswa maupun

masyarakat umum terhadap ilmu tersebut, sangat mungkin disebabkan karena

kurangnya Kesulitan guru dalam membelajarkan Bioteknologi di sekolah,

sehingga diperlukan penyiapan guru yang lebih matang di bidang ini.

Agar siswa memahami konsep materi yang diajarkan, seorang guru

haruslah mempunyai pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan suatu bahan

ajar kepada muridnya. Guru yang ingin mengajar sains secara efektif harus lebih

dari sekedar mengetahui tentang isi (konten) yang akan diajarkan dan beberapa

(10)

3

mengintegrasikan pengetahuan konten ke dalam pengetahuan tentang kurikulum,

pembelajaran, mengajar dan siswa. Pengetahuan-pengetahuan tersebut akhirnya

dapat menuntun guru untuk merangkai situasi pembelajaran sesuai kebutuhan

individual dan kelompok siswa. Pengetahuan seperti ini dinyatakan sebagai

pengetahuan konten pedagogik/ pedagogical content knowledge (PCK).

(NSES,1996). Guru sebagai salah satu unsur paling penting yang harus

bertanggung jawab membelajarkan materi Bioteknologi dengan baik dan benar,

perlu dibekali dengan penguasaan konsep-konsep dasar yang kuat (konten)

sekaligus Kesulitan untuk membelajarkan konsep-konsep (paedagogi) tersebut

dengan baik dan benar. Hal tersebut berarti calon guru harus mempunyai

Kesulitan PCK (Pedagogical Content Knowledge) Bioteknologi yang memadai.

Dalam hal penguasaan konsep-konsep dasar yang menunjang

pembelajaran Bioteknologi, para guru masih banyak mengalami kesulitan dalam

penguasaan dan penyampaian materi, khususnya materi dasar mengenai

Bioteknologi. Materi yang diajarkan tersebut berupa Bioteknologi konvensional

dan Bioteknologi modern. Dalam pembelajaran materi Bioteknologi

konvensional seperti pembuatan tempe dan tahu, guru masih mengalami kesulitan

jika harus melakukan praktik langsung di lapangan. Namun, yang sering terjadi

pembelajaran dilakukan dengan ceramah atau hanya penyampaian konsep.

Padahal dalam pembelajaran Bioteknologi tidak hanya melalui konsep tetapi juga

aplikasi (Rustaman, 2007).

Materi Bioteknologi modern khususnya pada kultur jaringan kebanyakan

bersifat abstrak sehingga menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk

(11)

4

pembelajaran Bioteknologi tidak tercapai secara optimal. Terlebih adanya

keterbatasan waktu pada proses pembelajaran dan media pembelajaran yang

tersedia (enam jam pelajaran) menyebabkan pengetahuan siswa tentang

Bioteknologi kurang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penguasaan guru terhadap

materi Bioteknologi tentang suatu konsep dan cara penyampaiannya dalam

pembelajaran Bioteknologi di sekolah sangat berpengaruh terhadap tingkat

pemahaman siswa.

Selama ini kebanyakan guru membelajarkan topik Bioteknologi hanya

dengan metoda ceramah atau penugasan membaca dan merangkum suatu bahan

bacaan terkait dengan materi tersebut (Rustaman, 2007). Penelitian terakhir

menunjukan bahwa guru-guru sains mengenali adanya kebutuhan untuk

mengajarkan Bioteknologi , tetapi masih sedikit yang terlaksana. Faktor-faktor

yang membatasi pengajaran Bioteknologi meliputi : kurangnya keahlian guru

dalam konten bidang ini, kurangnya pengalaman dalam kecocokan aktivitas

mengajar; kurangnya sarana prasarana dan materi kurikulum dan kurangnya

waktu mengajar (Dawson & Schibeci, 2003). Hasil penelitian menunjukkan secara

umum guru belum memahami secara mendalam dasar-dasar pengetahuan yang

dibutuhkan untuk menjelaskan materi Bioteknologi sekaligus menemukan cara

pembelajaran yang tepat, kesulitan memperoleh sumber bahan ajar, aplikasi

rencana pembelajaran yang tidak tepat (Purwaningsih, 2009).

Analisis kesulitan pembelajaran Bioteknologi dimaksudkan untuk

mengidentifikasi masalah masalah yang dihadapi guru di lapangan dalam

melakukan pembelajaran Bioteknologi dan solusi untuk mengatasinya, karena

(12)

5

erat denga kehidupan sehari-hari. Dilakukan analisis kebutuhan yang diperlukan

untuk membekali guru dalam Kesulitan pedagogik adalah guru bidang studi

biologi yang ada di SMA Se- Kabupaten Langkat yang mengajar di kelas XII

yang telah mengikuti program Pendidikan dan Latihan Pendidikan Guru (PLPG)

dengan materi Bioteknologi sebagai responden. Penelitian ini menarik untuk

dilakukan karena dapat mengetahui kesulitan guru dalam penguasaan materi

Bioteknologi .

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan

beberapa masalah yang diperoleh, yaitu sebagai berikut:

1. Pemahaman siswa yang rendah atau tidak memahami sama sekali tentang

Bioteknologi .

2. Keahlian guru dalam mengajar Bioteknologi belum memadai

3. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana sekolah dalam mempelajari

Bioteknologi .

4. Keterbatasan waktu pada proses pembelajaran Bioteknologi

5. Media pembelajaran yang tersedia menyebabkan pengetahuan siswa tentang

Bioteknologi kurang.

6. Kurangnya pemahaman guru dalam menguasai perangkat pembelajaran

(13)

6

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan dan agar masalah

yang diteliti lebih jelas dan terarah maka pembatasan masalah penelitian ini

dibatasi pada kesulitan penguasaan materi Bioteknologi pada guru Biologi yang

diukur dari aspek pemahaman materi, penyusunan RPP, pelaksanaan

pembelajaran, pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Kesulitan guru tersebut diukur

menggunakan lembar observasi dan angket skala likert.

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana tingkat kesulitan guru biologi dalam menguasai perangkat

pembelajaran bioteknologi Bioteknologi di SMA Se- Kabupaten Langkat?

2. Bagaimana tingkat kesulitan guru biologi yang sudah sertifikasi dalam

menguasai perangkat pembelajaran bioteknologi Bioteknologi di SMA Se-

Kabupaten Langkat?

3. Bagaimana tingkat kesulitan guru biologi yang belum sertifikasi dalam

menguasai perangkat pembelajaran bioteknologi Bioteknologi di SMA Se-

Kabupaten Langkat?

4. Bagaimana tingkat kesulitan guru biologi yang mengajar di sekolah negeri

dalam menguasai perangkat pembelajaran bioteknologi Bioteknologi di SMA

Se- Kabupaten Langkat?

5. Bagaimana tingkat kesulitan guru biologi yang mengajar di sekolah swasta

dalam menguasai perangkat pembelajaran bioteknologi Bioteknologi di SMA

(14)

7

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui tingkat kesulitan guru biologi dalam menguasai perangkat

pembelajaran bioteknologi Bioteknologi di SMA Se- Kabupaten Langkat.

2. Untuk mengetahui tingkat kesulitan guru biologi yang sudah sertifikasi dalam

menguasai perangkat pembelajaran bioteknologi Bioteknologi di SMA Se-

Kabupaten Langkat.

3. Untuk mengetahui tingkat kesulitan guru biologi yang belum sertifikasi dalam

menguasai perangkat pembelajaran bioteknologi Bioteknologi di SMA Se-

Kabupaten Langkat.

4. Untuk mengetahui tingkat kesulitan guru biologi yang mengajar di sekolah

negeri dalam menguasai perangkat pembelajaran bioteknologi Bioteknologi di

SMA Se- Kabupaten Langkat.

5. Untuk mengetahui tingkat kesulitan guru biologi yang mengajar di sekolah

swasta dalam menguasai perangkat pembelajaran bioteknologi Bioteknologi di

SMA Se- Kabupaten Langkat

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

secara teoritis dan praktis. Manfaat teortis penelitian ini antara lain adalah :

(1) Dengan teranalisinya tingkat kesulitan guru biologi dalam proses

pembelajaran, yaitu guru kurang menggunakan variasi metode mengajar, kurang

menggunakan media pmbelajaran, dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana

(15)

8

proses pembelajaran biologi priode berikutnya, baik untuk perencanaan dan

pengembangan kurikulum oleh Depdiknas, dan (2) Hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan sumbangan pemikiran yang positif bagi pendidikan serta

memberikan manfaat sebagai salah satu bagian dalam usaha peningkatan proses

pembelajaran.

Manfaat penelitian secara praktis: (1) Dapat memberikan input bagi

sekolah terhadap tingkat kesulitan guru biologi dalam pelaksanaan pembelajaran

biologi di SMA Se –Kabupaten Langkat; (2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang positif bagi pendidikan serta

memberikan manfaat sebagai salah satu bagian dalam usaha peningkatan proses

pembelajaran; (3) Bagi pengambil keputusan dan penentu kebijakan di sekolah

(Kepala Sekolah /Pemerintah) dapat menjadi masukan dalam pengadaan sarana

dan prasarana serta pengembangan wawasan pendidikan; dan (4) Peningkatan

kompentensi guru dalam upaya menciptakan pembelajaran yang efektif dan

(16)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Analisis Kesulitan Penguasaan

Perangkat Pembelajaran Bioteknologi Pada Guru Biologi Sma Se-Kabupaten Langkat” yang disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Biologi Program Pascarajana Universitas Negeri Medan, serta shalawat dan salam kepada kepada Rasulullah SAW, semoga kita mendapatkan Syafaatnya di Yaumil Akhir kelak. Amiinn ya Rabbal’alamin. Seiring dengan terselesaikannya tesis ini, dengan segenap kerendahan hati penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Ibunda Syarifah Zuraida dan Ayahanda Drs. H. Suryadi Ramlan, atas cinta, kasih, doa, dukungan dan perjuangan yang tak terhingga. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka berlipat-lipat.

2. Abang, kakak tercinta yang telah memberikan semangat dan dukungan selama ini.

3. Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si, Dosen Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing II dan Ketua Prodi Pendidikan Biologi Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd, yang telah membimbing penulis dan membekali ilmu arahan, bimbingan, dan motivasi sejak awal sampai akhir penulisan.

4. Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si, Bapak Dr. H. Syahmi Edi, M.Si dan Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd, yang telah banyak mengkritisi, membimbing dan mengarahkan penulis.

(17)

iii

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini memiliki kekurangan oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan dan saran guna menyempurnakan penulisan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tesis ini bermanfaat bagi orang lain yang membacanya terutama bagi mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Billahi taufiq walhidayah.

Medan, Maret 2015

(18)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Tingkat Kesulitan Penguasaan Perangkat Pembelajaran

Bioteknologi Pada Guru Biologi ………...……….. 31 Gambar 4.2. Tingkat Kesulitan Penguasaan Perangkat Pembelajaran

Bioteknologi Pada Guru Biologi Yang Sudah Sertifikasi Dan

Guru Yang Belum Sertifikasi ………...………….. 35 Gambar 4.3. Grafik Tingkat Kesulitan Penguasaan Perangkat

Pembelajaran Bioteknologi Pada Guru Biologi Yang Sudah

Sertifikasi ………...………...……….. 40

Gambar 4.4. Grafik Tingkat Kesulitan Penguasaan Perangkat Pembelajaran Bioteknologi Pada Guru Biologi Yang

Belum Sertifikasi ………...………….. 45 Gambar 4.5. Tingkat Kesulitan Penguasaan Perangkat Pembelajaran

Bioteknologi Pada Guru Biologi Sekolah Negeri dan

(19)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Angket/Kuesioner…. ………....……….. 66 Lampiran 2. Instrumen Wawancara……..…. ………....……….. 69 Lampiran 3. Instrumen Observasi………..…. ………...……….. 71 Lampiran 4. Rekapitulasi Jawaban Responden Pada Angket

Penelitian…. ………...…...….. 72 Lampiran 5. Rekapitulasi Jawaban Responden Yang Mengajar Di

Sekolah Negeri …. ………....……….. 73

Lampiran 6. Rekapitulasi Jawaban Responden Yang Mengajar Di

Sekolah Swasta…. ………....……….….. 74

Lampiran 7. Rekapitulasi Jawaban Responden Yang Sudah

Sertifikasi…. ………....……….…….. 75

Lampiran 8. Rekapitulasi Jawaban Responden Yang Belum

Sertifikasi….………....…………...………….….. 76

Lampiran 9. Kesulitan Guru Pada Aspek Menyusun Rencana

Pembelajaran ……….…………..……….……….. 77 Lampiran 10. Kesuliatan Guru Dalam Melaksanakan

Pembelajaran …. ……..…....…………...………..….. 80 Lampiran 11. Kesulitan Guru Dalam Menyusun

Evaluasi Pembelajaran ………..…..……….……….…….... 83 Lampiran 12. Kesulitan Guru Pada Aspek Menyusun Rencana

Pembelajaran ……….…………..……….………...86 Lampiran 13. Kesuliatan Guru Dalam Melaksanakan

Pembelajaran...……….……... 89

Lampiran 14. Kesulitan Guru Dalam Menyusun Evaluasi

Pembelajaran……… ..92 Lampiran 15. Kesulitan Guru Pada Aspek

(20)

vi

Lampiran 16. Kesuliatan Guru Dalam Melaksanakan

Pembelajaran ………...……….98 Lampiran 17. Kesulitan Guru Dalam Menyusun Evaluasi

Pembelajaran ………101 Lampiran 18. Kesulitan Guru Pada Aspek Menyusun

(21)

iv

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Batasan Masalah... 6

2.1.2. Peranan Bioteknologi dalam Menentukan Kompetensi Kelulusan Bioteknologi………...….10

2.1.3. Ilmu yang Terkait dengan Bioteknologi ... 11

2.1.3.1. Mikrobiologi ... 11

2.1.6. Kesulitan-kesulitan Guru dalam Proses Pembelajaran Bioteknologi…17 2.1.7. Penelitian yang Relevan……….………...17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... ...20

3.2. Populasi dan Sampel ... ...20

3.3. Rancangan Penelitian ...21

3.4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... …....21

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data……….….21

(22)

iv BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian ... 27

4.2. Pembahasan………...………..…………...…….54

BAB V Simpulan, Implikasi Dan Saran 5.1. Simpulan ... ..61

5.2. Implikasi….………...………..…………...…….61

5.3. Saran…..….………...………..…………...…….62

DAFTAR PUSTAKA ... .63

(23)

63

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjadja. Y.H. (2008). Analisis Buku Ajar Sains Berdasarkan Literasi Ilmiah Sebagai Dasar untuk Memilih Buku Ajar Sains (Biologi). Bandung: Pend. Biologi FMIPA UPI.

Ali, H.M. (1992). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung; Angkasa.

BNSP. 2006. Standar Kompetensi Kelulusan. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Asmani, J, M. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Yogyakarta : Penerbit Power Books.

Bal, S., Samanci, N.K., & Bozkurt, O. (2007). “University Student Knowledge and Attitude about Genetic Engineering”. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 3 (2). 119-126.

Cochran, K.F., DeRuiter, J.A. & King, R.A. (1993). “Pedagogical content knowing: An integrative model for teacher preparation”. Journal of Teacher Education, 44 : 263-272.

Dahar, R.W & N. Siregar (2000). “Pedagogi Materi Subyek: Meletakkan Dasar

Keilmuan dari PBM”. Makalah pada Seminar Staf Dosen FPMIPA dalam Rangka Mensosialisasikan Pedagogi Materi Subyek. UPI, Bandung.

Darwis, M. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendididkan Bagi Guru Biologi Bersertifikasi, Jurnal Pendidikan Biologi, 1: 23-32.

Dawson, V. & Scibeci, R. (2003). “Western Australian High School Students Attitudes towards Biotecnology Processes”. Journal of Biological Education, 38 : 1-6.

Diefus-Dux, H.A., Dyehouse, M., Bennett, D., & Imbrie, P.K. (2007).

Nanotechnology Awareness of First-Year Food and Agriculture Student following a Brief Exposure”. Journal of Natural Resources & Life Sciences Education. 36. 58-65.

Djamarah dan Zain. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta .

E.Mulyasa. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fachrudin. 2009. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Gaung Persada

(24)

64

Menengah Atas Negeri di Kota Makassar. Jurnal Bionature, Volume 14, Nomor 1: 25-32.

Henderson, J. & Knutton, S. (1990). Biotechnology in School, A Hand Book for Teachers. Buckingham. St. Edmundsbury Press Ltd.

Karsidi, (2005). Profesionalisme Guru dan Peningkatan Mutu Pendidikan di Era Otonomi Daerah. Makalah Seminar Nasional. Solo.

Kusnandar. 2008 . Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada

.

Lestari S. (2010). Pengaruh sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru MTS . Skripsi. UINSK Jakarta.

Miarso, Yusufhadi. (2008). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Cetakan Ketiga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mustofa. 2010. Model Pendidikan Dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Penerbit Alfabeta

Muwarti,H. (2013). Pengaruh Sertifikasi Profesi Guru terhadap MotivasiKerja dan Kinerja Guru di SMK Negeri Se-surakarta. Jurnal Pendidikan Volume 1.1: hal 1-10.

Muyasa. (2004). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta, PT Bumi Aksara.

Nasir, M, Samingan, dan Abdullah. (2013) Studi Komparatif Kinerja Guru Biologi yang Belum Sertifikasi dengan Guru Biologi yang Sudah Sertifikasi pada SMA Negeri Rayon 01 Kabupaten Pidie. Jurnal Biologi Edukasi ,Vol 5, No 2

National Science Education Standard (NSES) (1996). Washington DC:National Academy Press.

(OECD) Organization for Economic Cooperation and Development. 1982. Eutrophication of Waters. OECD Publication Office. Paris

Primrose, S.B. (1987). Modern Biotechnology. Oxford: Blackwell Scientific Publications.

(25)

65

Putra, (2003). Bioteknologi untuk Kejayaan Perikanan Indonesia. Jakarta: PT. AgroMedia Pustaka.

Purwo, B. K. (2009). Menjadi Guru Pembelajar. Jurnal Pendidikan Penabur 8 (13):64-70.

Rothaar, R., Pittendirgh B.R., & Orvis K.S. (2006). “The Lego Analogy Model for Teaching Gene Sequencing and Biotechnology”. Jurnal Biological Education. 40 (4). 25-30. 13

Rustaman, N. (2007). “ Kesulitan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan Sains

dan Assesmennya”. Makalah pada The 1st International Seminar on Science Education. UPI Bandung.

Santyasa, I Wayan. (2007). Landasan Konseptual Pembelajaran. Disajikan dalam Worshop Media Pembelajaran Bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan. April 2007.

Saragih. (2008). “Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar”. Jurnal Tabularasa PPS Unimed (5) : 1.

Selvi. (2010). “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap. Kondisi Kesehatan Keuangan Perusahaan” Skripsi. Program Sarjana

Sohan, D.E., Waliczeck, T.M., & Briers, G.E. (2003). “Knowledge, Attitudes and Perception Regarding Biotechnology among College Students”. J.Nat.Resour.Life.Sci.Educ. 31 (5). 5-11.

Sudjarwo, S., editor. (1989). Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Mediatamaja Sarana Prakarsa

Suprayitno. (2013). Pengaruh Sertifikasi terhadap Kinerja Guru dengan Supervisi Akademik dan Internal Locus of Control. Jurnal ekonomi. volume 13: 1-7 Tood, A. & Murphy, D.J. (2003) “Evaluating University Masterclasses and

School Visits as Mechanisms for Enhanching Teaching and Learning Experiences for Undergraduate and school Pupils. A Pilot Study Involving Biotechnology student”. Bioscience Education e Journal. 1-10

Uno, Hamzah B. (2011). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 4.21. Jawaban Responden Tentang Kesulitan Guru
Gambar 4.1. Tingkat Kesulitan Penguasaan Perangkat Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antiinflamasi infusa daun sirih pada tikus putih jantan secara oral. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap

(1980) melakukan demetilenasi pada senyawa 1,3-benzodioksol, yaitu senyawa yang analog dengan safrol, menggunakan pereaksi AlBr 3 dengan etanatiol kering dan menghasilkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan suhu dan waktu perendaman panas dingin terhadap retensi dan penetrasi bahan pengawet Diffusol CB serta

Dari hasil penelitian tersebut, penulis mendapati bahwa penerapan prosedur pencairan gaji Pegawai Negeri Sipil di Kantor Pertanahan Kota Surakarta secara

Departemen sistem informasi diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik dalam memenuhi kebutuhan para pengguna jasanya, sehingga dapat memotivasi para pengguna

Pencocokan faktor strategis eksternal dan internal pada matriks SWOT menghasilkan delapan strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan, antara lain : (1)

Sodium starch glycolate mempunyai keuntungan disamping menghasilkan waktu hancur yang cepat, juga menghilangkan pengaruh disintegrasi dari bahan tambahan dalam tablet seperti

menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ Pelayanan Berbasis Android Menggunakan Aplikasi Ums Library di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah. Surakarta ” dengan