• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kinerja kelembagaan agribisnis dan efisiensi teknik usahatani padi (kasus petani binaan lembaga pertanian sehat, kabupaten Bogor, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kinerja kelembagaan agribisnis dan efisiensi teknik usahatani padi (kasus petani binaan lembaga pertanian sehat, kabupaten Bogor, Jawa Barat)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI

(Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kab. Bogor, Jawa Barat)

Oleh : Amir Mutaqin

A08400033

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS

DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI

(Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kab. Bogor, Jawa Barat)

Oleh : Amir Mutaqin

A08400033

SKRIPSI

Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RINGKASAN

AMIR MUTAQIN. Analisis Kinerja Kelembagaan Agribisnis dan Efisiensi Teknik Usahatani Padi (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Dibawah Bimbingan EKA INTAN KUMALA P. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji upaya mewujudkan metode alternatif dalam budidaya pertanian. Sehingga biaya yang dikeluarkan oleh petani bisa ditekan dengan hasil yang tetap optimal. Salah satu alternatif yang mulai dicoba saat ini adalah memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di alam, yang bisa diolah sendiri oleh petani, menjadi pupuk atau pestisida alami atau yang pepuler dengan istilah pertanian organik. Selain biayanya murah, kualitas produk yang dihasilkan tetap terjaga bahkan memiliki keunggulan terbebas dari bahan kimia.

Lembaga Pertanian Sehat (LPS) adalah salah satu lembaga pemberdayaan petani yang berupaya mengembangkan teknologi ramah lingkungan dan membangun kelembagaan agribisnis yang mendukung petani binaannya. Permasalahan yang muncul dari upaya tersebut adalah sejauh mana kelembagaan tersebut telah mendukung aktivitas usahatani petani kecil, apakah petani sudah mampu menyerap masukan-masukan teknologi yang diupayakan untuk menggantikan teknik budidaya konvensional, dan apakah teknik usahatani petani sudah efisien ?

Untuk menjawab permasalahan tersebut maka penelitian ini ditujukan untuk (1) Mengkaji keragaan dan kinerja kelembagaan agribisnis padi sehat pada petani binaan LPS. (2) Mengkaji aplikasi teknologi yang dilakukan di tingkat petani binaan LPS. (3) Menganalisis efisiensi teknik dari proses produksi usahatani padi sehat petani binaan LPS.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif untuk tujuan pertama dan kedua dan metode kuantitatif untuk menganalisis tingkat efisiensi teknik dengan program Front.41. Data yang dipakai berupa data sekunder dari laporan LPS dan literatur lain serta data primer yang didapat dari hasil wawancara. Unit analisis dari penelitian ini adalah LPS, kelompok tani dan petani binaan LPS di Kabupaten Bogor yang dipilih secara purposive dan proporsional.

(4)

yang terdiri dari, (1) subsistem agribisnis hulu, yakni seluruh proses yang menghasilkan dan memperdagangkan sarana produksi pertanian primer ; (2) subsistem agribisnis budidaya/usahatani yakni kegiatan produksi untuk menghasilkan komoditas pertanian primer; (3) subsistem agribisnis hilir, yakni mengolah produk primer menjadi produk olahan beserta kegiatan perdagangannya; dan (4) subsistem jasa penunjang, yakni kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga subsistem di atas seperti infrastruktur, transportasi, perkreditan, penelitian dan pengembangan, pendidikan pelatihan, dan lain-lain.

Akan tetapi, apabila dilihat dari kepentingan petani, subsistem hulu dan hilir masih kurang mendukung. Hal itu dikarenakan pertama, dari sisi hulu, petani masih menjadikan pupuk kimia menjadi input utama. Sementara itu produksi dan distribusi pupuk kimia secara umum dilakukan dan dikendalikan oleh pihak luar. Keberadaan koperasi Gapoktan ataupun peran ketua kelompok tani baru sekedar pengecer yang tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan supply barang dan harganya. Kedua, dari sisi hilir, pengolahan produk primer menjadi produk olahan berupa beras SAE masih terbatas bagi beberapa kelompok di kecamatan Cigombong saja. Sementara hasil panen sebagian besar kelompok di luar Kecamatan Cigombong, sebanyak delapan kelompok, dijual ke penggilingan dalam bentuk GKP, selain untuk kebutuhan sendiri.

Ada kesamaan pemahaman antar kelompok tani tentang usaha penerapan teknologi baru yang tepat seperti yang diajarkan oleh LPS seperti dalam pengolahan lahan, penanaman dan pemeliharaannya. Namun dalam praktiknya terjadi perbedaan antar kelompok tani binaan terutama dalam penanaman, baik dalam jarak tanam, jenis varietas ataupun jumlah bibit per lubangnya; dan dalam pemupukan, berbeda dalam jumlah dosis dan jenis pupuk yang dipakai.

(5)

Judul : Analisis Kinerja Kelembagaan Agribisnis dan Efisiensi Teknik Usahatani Padi (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Nama : Amir Mutaqin

NRP : A08400033

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala P., MS NIP 131 918 659

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

(6)

Tanggal Kelulusan :

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL : ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI (KASUS PETANI BINAAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT) ADALAH KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN DALAM BENTUK

APAPUN KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER

INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, 1 April 2008

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Temanggung pada tanggal 16 April 1982 yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Asrori dan siti Munawaroh. Pendidikan formal ditempuh dari SDN Soborejo 2 (1988-1994), kemudian melanjutkan ke MTsN SMPN 2 Pringsurat (1994-1997) dan SMUN 2 Temanggung (1997-2000).

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2000. Selama kuliah penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan seperti, Lembaga Studi Islam Fakultas Pertanian, Badan Kerohanian Islam Mahasiswa dan organisasi ekstra kampus Gerakan Mahasiswa Pembebasan.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah SWT semata. Dialah yang telah mengutus Rasulullah SAW dengan membawa Islam sebagai satu-satunya Dien yang diridhoi-Nya. Semoga rahmat dan salam tetap Dia limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi, keluarganya, sahabatnya, orang-orang yang memperjuangkan risalah-Nya.

Skripsi ini berjudul Analisis Kinerja Kelembagaan Agribisnis dan Efisiensi Teknik Usahatani Padi (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Penelitian ini ditujukan untuk (1) Mengkaji keragaan dan kinerja kelembagaan agribisnis padi pada petani binaan LPS. (2) Mengkaji aplikasi teknologi yang dilakukan di tingkat petani binaan LPS. (3) Menganalisis efisiensi teknik dari proses produksi usahatani padi petani binaan LPS.

Penulis menyadari selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, baik institusi maupun pihak lain yang terkait secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati serta rasa hormat yang teramat dalam, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan.

Akhirnya dengan sangat terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menambah perbendaharaan dan perbaikan terhadap tulisan ini, karena tulisan ini hanyalah karya manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Penulis berharap semoga tulisan sederhana ini bermanfaat.

Bogor, April 2008

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk, pertolongan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eka Intan Kumala P., MS sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Dr. Ir. Isang Gonarsyah sebagai Dosen Pembimbing Skripsi pertama atas pelajaran yang dapat penulis ambil dari proses skripsi selama ini.

3. Ir. Sutara H, M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing Akademik

4. A. Faroby Faletehan, SP, ME dan Etriya, SP, MM selaku dosen penguji utama dan penguji dari komdik dalam sidang skripsi.

5. Staf sekretariat EPS, terutama Mba Pini Wijayanti, SP dan Pak Basir S, terima kasih atas bantuan dan kebaikannya.

6. Bapak Ir. Syamsudin. M.Si, Bapak Casdimin, SP dan semua staff Lembaga Pertanian Sehat yang telah memberikan kesempatan, bantuan dan fasilitas kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Para ketua dan anggota Kelompok Tani Sehat yang telah bersedia memberi informasi kepada penulis sebagai bahan penelitian ini.

8. Keluarga tercinta, Bapak, Ibu, Nenek, Adik, Mertua dan semuanya yang tidak pernah membuat penulis merasa pesimis menghadapi semua permasalahan yang ada

9. Istriku Rika Rizkawati dan Si kecil ’Wadon Ayu Sholehah’ Imtiyazah Labiqoh yang telah menjadi motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman sehidup, Harun, Dimin, Aji, Mas AWW, Mas Aris, Asep, Mas Elvin, Mas Chusnul, Mas Hasan, Jamil, El Jundi, Ihsan, Samsul, Dwi C. Rikza, Renato&Kafi, anak NC, MJ, BS, eks Annur, Arroya dll. Terima kasih atas semua bantuan, semangat dan kebersamaan selama ini.

(10)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN Halaman

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

2.3. Prinsip-Prinsip Dasar dalam Teori Produksi ... 16

2.4. Tinjauan Mengenai Pertanian Organik ... 17

2.5. Tinjauan Penelitian Sebelumnya ... 20

III. KERANGKA ANALISIS 5.1. Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Republika ... 37

(11)

DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI

(Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kab. Bogor, Jawa Barat)

Oleh : Amir Mutaqin

A08400033

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(12)

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS

DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI

(Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kab. Bogor, Jawa Barat)

Oleh : Amir Mutaqin

A08400033

SKRIPSI

Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(13)

RINGKASAN

AMIR MUTAQIN. Analisis Kinerja Kelembagaan Agribisnis dan Efisiensi Teknik Usahatani Padi (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Dibawah Bimbingan EKA INTAN KUMALA P. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji upaya mewujudkan metode alternatif dalam budidaya pertanian. Sehingga biaya yang dikeluarkan oleh petani bisa ditekan dengan hasil yang tetap optimal. Salah satu alternatif yang mulai dicoba saat ini adalah memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di alam, yang bisa diolah sendiri oleh petani, menjadi pupuk atau pestisida alami atau yang pepuler dengan istilah pertanian organik. Selain biayanya murah, kualitas produk yang dihasilkan tetap terjaga bahkan memiliki keunggulan terbebas dari bahan kimia.

Lembaga Pertanian Sehat (LPS) adalah salah satu lembaga pemberdayaan petani yang berupaya mengembangkan teknologi ramah lingkungan dan membangun kelembagaan agribisnis yang mendukung petani binaannya. Permasalahan yang muncul dari upaya tersebut adalah sejauh mana kelembagaan tersebut telah mendukung aktivitas usahatani petani kecil, apakah petani sudah mampu menyerap masukan-masukan teknologi yang diupayakan untuk menggantikan teknik budidaya konvensional, dan apakah teknik usahatani petani sudah efisien ?

Untuk menjawab permasalahan tersebut maka penelitian ini ditujukan untuk (1) Mengkaji keragaan dan kinerja kelembagaan agribisnis padi sehat pada petani binaan LPS. (2) Mengkaji aplikasi teknologi yang dilakukan di tingkat petani binaan LPS. (3) Menganalisis efisiensi teknik dari proses produksi usahatani padi sehat petani binaan LPS.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif untuk tujuan pertama dan kedua dan metode kuantitatif untuk menganalisis tingkat efisiensi teknik dengan program Front.41. Data yang dipakai berupa data sekunder dari laporan LPS dan literatur lain serta data primer yang didapat dari hasil wawancara. Unit analisis dari penelitian ini adalah LPS, kelompok tani dan petani binaan LPS di Kabupaten Bogor yang dipilih secara purposive dan proporsional.

(14)

yang terdiri dari, (1) subsistem agribisnis hulu, yakni seluruh proses yang menghasilkan dan memperdagangkan sarana produksi pertanian primer ; (2) subsistem agribisnis budidaya/usahatani yakni kegiatan produksi untuk menghasilkan komoditas pertanian primer; (3) subsistem agribisnis hilir, yakni mengolah produk primer menjadi produk olahan beserta kegiatan perdagangannya; dan (4) subsistem jasa penunjang, yakni kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga subsistem di atas seperti infrastruktur, transportasi, perkreditan, penelitian dan pengembangan, pendidikan pelatihan, dan lain-lain.

Akan tetapi, apabila dilihat dari kepentingan petani, subsistem hulu dan hilir masih kurang mendukung. Hal itu dikarenakan pertama, dari sisi hulu, petani masih menjadikan pupuk kimia menjadi input utama. Sementara itu produksi dan distribusi pupuk kimia secara umum dilakukan dan dikendalikan oleh pihak luar. Keberadaan koperasi Gapoktan ataupun peran ketua kelompok tani baru sekedar pengecer yang tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan supply barang dan harganya. Kedua, dari sisi hilir, pengolahan produk primer menjadi produk olahan berupa beras SAE masih terbatas bagi beberapa kelompok di kecamatan Cigombong saja. Sementara hasil panen sebagian besar kelompok di luar Kecamatan Cigombong, sebanyak delapan kelompok, dijual ke penggilingan dalam bentuk GKP, selain untuk kebutuhan sendiri.

Ada kesamaan pemahaman antar kelompok tani tentang usaha penerapan teknologi baru yang tepat seperti yang diajarkan oleh LPS seperti dalam pengolahan lahan, penanaman dan pemeliharaannya. Namun dalam praktiknya terjadi perbedaan antar kelompok tani binaan terutama dalam penanaman, baik dalam jarak tanam, jenis varietas ataupun jumlah bibit per lubangnya; dan dalam pemupukan, berbeda dalam jumlah dosis dan jenis pupuk yang dipakai.

(15)

Judul : Analisis Kinerja Kelembagaan Agribisnis dan Efisiensi Teknik Usahatani Padi (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Nama : Amir Mutaqin

NRP : A08400033

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala P., MS NIP 131 918 659

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

(16)

Tanggal Kelulusan :

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL : ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI (KASUS PETANI BINAAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT) ADALAH KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN DALAM BENTUK

APAPUN KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER

INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, 1 April 2008

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Temanggung pada tanggal 16 April 1982 yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Asrori dan siti Munawaroh. Pendidikan formal ditempuh dari SDN Soborejo 2 (1988-1994), kemudian melanjutkan ke MTsN SMPN 2 Pringsurat (1994-1997) dan SMUN 2 Temanggung (1997-2000).

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2000. Selama kuliah penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan seperti, Lembaga Studi Islam Fakultas Pertanian, Badan Kerohanian Islam Mahasiswa dan organisasi ekstra kampus Gerakan Mahasiswa Pembebasan.

(18)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah SWT semata. Dialah yang telah mengutus Rasulullah SAW dengan membawa Islam sebagai satu-satunya Dien yang diridhoi-Nya. Semoga rahmat dan salam tetap Dia limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi, keluarganya, sahabatnya, orang-orang yang memperjuangkan risalah-Nya.

Skripsi ini berjudul Analisis Kinerja Kelembagaan Agribisnis dan Efisiensi Teknik Usahatani Padi (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Penelitian ini ditujukan untuk (1) Mengkaji keragaan dan kinerja kelembagaan agribisnis padi pada petani binaan LPS. (2) Mengkaji aplikasi teknologi yang dilakukan di tingkat petani binaan LPS. (3) Menganalisis efisiensi teknik dari proses produksi usahatani padi petani binaan LPS.

Penulis menyadari selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, baik institusi maupun pihak lain yang terkait secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati serta rasa hormat yang teramat dalam, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan.

Akhirnya dengan sangat terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menambah perbendaharaan dan perbaikan terhadap tulisan ini, karena tulisan ini hanyalah karya manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Penulis berharap semoga tulisan sederhana ini bermanfaat.

Bogor, April 2008

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk, pertolongan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eka Intan Kumala P., MS sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Dr. Ir. Isang Gonarsyah sebagai Dosen Pembimbing Skripsi pertama atas pelajaran yang dapat penulis ambil dari proses skripsi selama ini.

3. Ir. Sutara H, M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing Akademik

4. A. Faroby Faletehan, SP, ME dan Etriya, SP, MM selaku dosen penguji utama dan penguji dari komdik dalam sidang skripsi.

5. Staf sekretariat EPS, terutama Mba Pini Wijayanti, SP dan Pak Basir S, terima kasih atas bantuan dan kebaikannya.

6. Bapak Ir. Syamsudin. M.Si, Bapak Casdimin, SP dan semua staff Lembaga Pertanian Sehat yang telah memberikan kesempatan, bantuan dan fasilitas kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Para ketua dan anggota Kelompok Tani Sehat yang telah bersedia memberi informasi kepada penulis sebagai bahan penelitian ini.

8. Keluarga tercinta, Bapak, Ibu, Nenek, Adik, Mertua dan semuanya yang tidak pernah membuat penulis merasa pesimis menghadapi semua permasalahan yang ada

9. Istriku Rika Rizkawati dan Si kecil ’Wadon Ayu Sholehah’ Imtiyazah Labiqoh yang telah menjadi motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman sehidup, Harun, Dimin, Aji, Mas AWW, Mas Aris, Asep, Mas Elvin, Mas Chusnul, Mas Hasan, Jamil, El Jundi, Ihsan, Samsul, Dwi C. Rikza, Renato&Kafi, anak NC, MJ, BS, eks Annur, Arroya dll. Terima kasih atas semua bantuan, semangat dan kebersamaan selama ini.

(20)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN Halaman

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

2.3. Prinsip-Prinsip Dasar dalam Teori Produksi ... 16

2.4. Tinjauan Mengenai Pertanian Organik ... 17

2.5. Tinjauan Penelitian Sebelumnya ... 20

III. KERANGKA ANALISIS 5.1. Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Republika ... 37

(21)

5.1.2. Aktivitas Lembaga ... 38

5.1.3. Produk Lembaga Pertanian Sehat ... 41

5.2. Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) ... 43

5.2.1. Tujuan Program... 43

5.2.2. Komponen Program ... 43

5.2.3. Wilayah Kerja P3S... 44

5.3. Pemberdayaan Agribisnis Padi Kabupaten Bogor ... 45

5.3.1. Deskripsi Lokasi ... 45

5.3.2. Program-Program Pemberdayaan di Kab. Bogor... 47

VI. KERAGAAN DAN KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS USAHATANI PADI 6.1. Kelembagaan Permodalan dan ... 52

6.2. Kelembagaan Penyediaan Input ... 55

6.3. Penerapan Teknologi Petani dan Kelembagaan di tingkat Petani... 57

6.4. Pemanenan dan Kelembagaan Borongan Panen... 65

6.5. Kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Kelembagaan Pengolahan ... 67

6.6. Kelembagaan Pemasaran dan Distribusi... 69

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK 7.1. Analisis Fungsi Produksi ... 70

7.2. Analisis Efisiensi Teknik ... 74

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan ... 79

8.2. Saran... 79

DAFTAR PUSTAKA... 81

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel.1. Kandungan Zat Gizi Beras Organik Per 100 Gram ... 3 Tabel 2. Pemakaian Input Pupuk dan Pestisida Sampel Anggota Kelompok

Tani Binaan Lembaga Pertanian Sehat. ... 5 Tabel 3. Kegiatan Penanganan Pasca Panen di Kelompok Tani Binaan

Lembaga Pertanian Sehat... 6 Tabel 4. Enam Bidang Kegiatan Pokok Lembaga Pertanian Sehat ... 39 Tabel 5. Produk Unggulan Lembaga Pertanian Sehat ... 42 Tabel 6. Data Kelompok Tani Peserta Program Pemberdayaan Petani Sehat

Cluster Kabupaten Bogor... 46 Tabel 7. Data Sebaran Luasan Lahan Garapan Kelompok Tani

Program Pemberdayaan Petani Sehat, Cluster Kabupaten Bogor. 47 Tabel 8. Subsidi Dan Upah Tenaga Kerja Langsung... 48 Tabel 9. Silabus Umum Materi Pembinaan Petani Sehat 2006 ... 49 Tabel 10. Pengelolaan Modal Petani Melalui Sistem Tabungan Tani ... 55 Tabel 11. Teknologi Pembenihan yang Diterapkan di Setiap

Kelompok Tani... 60 Tabel 12. Teknologi Pengolahan Lahan yang Diterapkan di Setiap

Kelompok Tani... 64 Tabel 13. Dosis Rata-Rata Pemakaian Pupuk dan Pestisida Nabati

Kelompok Tani... 65 Tabel 14. Perlakuan dan Sistem Pemanenan yang Dilaksanakan Petani ... 66 Tabel 15. Hasil Estimasi Untuk Parameter Fungsi Produksi ... 70 Tabel 16. Deskripsi Statistik Efisiensi Teknik Petani anggota

(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Keterkaitan Sistem Agribisnis... 27 Gambar 2. Kerangka Operasional PenelitIan... 31 Gambar 3. StruKtur Organisasi Lembaga Pertanian Sehat... 41 Gambar 4. Peta Lokasi Program Pemberdayaan Petani Sehat Cluster

Kabupaten Bogor, Jawa Barat... 46 Gambar 5. Rantai Kelembagaan Penyediaan Pupuk Kimia Bagi Petani

Binaan Lembaga Pertanian Sehat... 56 Gambar 6. Tingkat Efisiensi Teknik Masing-Masing Petani Binaan LPS... 75 Gambar 7. Distribusi Tingkat Efisiensi Teknik Pada Usahatani Padi Sehat

Petani Binaan LPS ... 76 Gambar 8. Perbandingan Rata-Rata Tingkat Efisiensi Teknik Dan Rata-Rata

(24)
(25)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian bagi Indonesia adalah sektor yang sangat penting dan berpengaruh, baik secara ekonomi, sosial, bahkan politik. Hal itu terkait pada penyediaan kebutuhan pangan pokok, terutama pada komoditas padi sebagai komoditas pangan utama. Hampir seluruh penduduk negeri ini tergantung pada padi sebagai makanan pokoknya. Padi menjadi komoditas yang sangat strategis dari beberapa aspek. Oleh karena itu, kapasitas produksi padi nasional menjadi salah satu permasalahan yang menonjol.

Upaya untuk meningkatkan produksi padi dapat ditempuh dengan dua pendekatan, yaitu : ekstensifikasi dengan membuka lahan sawah baru di daerah-daerah tertentu, terutama luar Jawa; dan intensifikasi, berupa kebijakan dan cara-cara tertentu untuk meningkatkan produktivitas lahan yang sudah ada. Dalam upaya intensifikasi pertanian, revolusi hijau adalah terobosan yang sangat fenomenal dan berpengaruh sangat besar.

Revolusi hijau telah mengubah pertanian tradisional menjadi pertanian modern yang serba instan dan mekanik. Mulai dari rekayasa genetis pada benih, penggunaan bahan-bahan kimia sintetis, sampai mekanisasi pertanian dan industri pasca panen, yang berpacu mengejar produksi maksimum sebagai tuntutan terhadap kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat.

(26)

swasembada beras. Gerakan Bimas berintikan tiga komponen pokok, yaitu penggunaan teknologi yang sering disebut Panca Usaha Tani, penerapan kebijakan harga sarana dan hasil produksi serta adanya dukungan kredit dan infrastruktur. Gerakan ini berhasil mengantarkan Indonesia pada swasembada beras.

Intensifikasi pertanian dengan input besar-besaran berupa bahan kimiawi, secara langsung atau tidak langsung, akan mempengaruhi lingkungan. Menurut Wijonarko (1998), pengaruh itu bisa berupa : Pertama, perubahan sumber daya alami berupa : kehilangan bahan organik tanah; ketergantungan pada pupuk tambahan khususnya pupuk N, P, dan K; dan pemberian pupuk N yang berlebihan juga berkorelasi positif dengan munculnya hama. Kedua, konsekuensi biologis yaitu dampak terhadap keseimbangan populasi makhluk hidup lain yang ada di dalam sistem tersebut, terutama berkaitan dengan ketersediaan inang atau hubungan antara predator dan mangsanya. Ketiga, interaksi dengan sekitar, karena tanpa pengelolaan yang baik, potensi polusi yang ditimbulkan dari sektor pertanian juga tidak kecil walau tidak sebesar sektor industri.

(27)

yang layak, dan seterusnya. Oleh karena itu, menjadi petani dianggap tidak lagi menarik hati, bahkan bagi keturunan petani sekalipun.

Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan metode alternatif dalam budidaya pertanian agar biaya yang dikeluarkan oleh petani bisa ditekan dengan hasil yang tetap optimal. Salah satu alternatif yang mulai dicoba saat ini adalah memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di alam, yang bisa diolah sendiri oleh petani, menjadi pupuk atau pestisida alami atau yang pepuler dengan istilah pertanian organik. Selain biayanya murah, kualitas produk yang dihasilkan tetap terjaga bahkan memiliki keunggulan terbebas dari bahan kimia.

Menurut Laporan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur (2004) dalam Maryana (2006), beras organik mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh diantaranya kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, kadar air dan kadar abu. Prosentase karbohidrat lebih tinggi daripada kadar protein dan kadar lemak.

Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Beras Organik Per 100 Gram

No. Parameter Pengujian Hasil Pemeriksaan

1. Kadar Air 11,7 %

2. Kadar Abu 0,36%

3. Kadar Lemak 0,24%

4. Kadar Karbohidrat 75,99%

5. Kadar Protein 6,27%

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Cianjur, 2004 dalam Maryana, 2006

(28)

Perubahan-perubahan secara bertahap dapat dilakukan dengan membimbing dan mengenalkan kepada petani untuk penggunaan sarana produksi yang aman, bijak, berbahan lokal dan harga terjangkau dengan proses bio-teknologi maupun rendah bahan kimia melalui pola pertanian terpadu yang berwawasan ramah lingkungan.

Apabila ditinjau dari sudut pandang yang lebih luas, maka transformasi teknologi tersebut mengharuskan adanya perubahan pula pada sistem agribisnisnya. Atau dengan kata lain, diperlukan adanya kelembagaan agribisnis yang mampu mendukung perubahan teknologi tersebut efisien secara teknis maupun sosial dan ekonomi.

Apa yang dilakukan oleh Lembaga Pertanian Sehat, Dompet Dhuafa Republika (LPS-DDR) menarik untuk dijadikan kajian terkait dengan upayanya untuk menjadi kelembagaan pendukung pengembangan pertanian alternatif. Misi LPS untuk mengembangkan teknologi-teknologi sarana produksi pertanian yang menggunakan bahan baku lokal, murah, sehat dan ramah lingkungan; merakit teknologi sistem pertanian terpadu dan berkelanjutan yang berbasis pada potensi sumberdaya alam lokal dan kompetensi; pemberdayaan petani kecil atau dhuafa; serta penanganan dan pemasaran hasil panen, akan menghasilkan program-program dan dinamika penerapan di lapangan yang dapat dijadikan pembelajaran baru.

1.2 Perumusan Masalah

(29)

menurun, harga saprotan yang tinggi, permodalan terbatas, SDM dan keahlian yang rendah, serta harga panen yang fluktuatif, disamping itu indeks nilai tukar petani (terms of trade) terhadap barang industri dan jasa semakin menurun yang mengindikasikan kehidupan petani semakin tidak sejahtera.

Penyediaan input produksi yang murah dan terjamin jumlahnya menjadi bagian dari kebutuhan petani yang sering terabaikan. Input produksi yang dibutuhkan petani kebanyakan masih ditangani oleh pihak luar yang tidak bisa mentoleransi keterbatasan modal petani karena prinsip yang dikedepankan adalah prinsip ekonomi. Proses usahatani di tingkat petani juga tidak lepas dari permasalahan keterbatasan pemahaman dalam teknik usahatani yang efisien. Selain itu, di sektor penanganan dan pemasaran hasil usahatani, petani belum mampu memberi nilai tambah yang lebih terhadap produknya. Beberapa permasalahan tadi menjadi mata rantai permasalahan yang selama ini dihadapi oleh sebagian besar petani padi. Hal itu memerlukan penanganan yang menyeluruh melalui program-program dalam kerangka yang lebih luas dan sistematis.

(30)

Mengubah sistem, bukan berarti melakukan perubahan secara total teknik dan pola perilaku yang sudah berjalan, namun diharapkan ajakan, bimbingan dan penggunaan teknologi serta saprotan yang aman dan murah mampu diserap dan diaplikasikan oleh pelaku/petani secara bertahap di lapangan. Penanganan masalah – masalah yang dihadapi oleh petani saat ini dan ke depan harus melalui program-program yang menyentuh langsung, berbasis sumber daya lokal bersifat membangun kemandirian, berteknologi mudah dan murah sehingga mudah diadopsi oleh mereka, dan dilaksanakan secara holistik, yaitu mengoptimalkan agrosistem secara produktif dan alami (LPS, 2005).

Mengharapkan perubahan dan perbaikan sistem pertanian secara top down dengan program-program nasional dari pemerintah bisa menjadi sangat lama dan belum tentu sesuai dengan kondisi dan kebutuhan petani yang lebih spesifik. Oleh karena itu, sangat menguntungkan apabila ada inisiatif nyata dari masyarakat untuk mempercepat perubahan tersebut dengan menghadirkan kelembagaan agribisnis yang dibutuhkan dan lebih spesifik.

Tabel 3. Kegiatan Penanganan Pasca Panen di Kelompok Tani Binaan Lembaga

Tunas Mekar GKP Mitra Kelompok Beras Curah

Sumber : diolah dari data primer

(31)

hingga saat ini, telah memulai mengembangkan pertanian organik (sehat) melalui program pengembangan dan penelitian produk sarana pertanian, pengembangan produk ‘beras sehat’, yaitu beras bebas pestisida kimia, dan pembinaan petani melalui Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) kepada Kelompok Tani Sehat (KTS).

Hasil pengamatan sementara menunjukkan petani binaan LPS masih memakai pupuk kimia sebagai input produksinya. Permasalahan yang kemudian muncul adalah dari mana dan berapa harga yang dibayar petani untuk memperolehnya. Sementara fakta lainnya adalah sebagian kelompok binaan LPS juga masih menjual hasil panennya dalam bentuk produk primer berupa gabah kering panen. Kelembagaan pengolahan dan pemasaran produk ‘padi sehat’ LPS belum mampu menangani semua produksi petani.

Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji hal sebagai berikut :

1. Bagaimana keragaan dan kinerja kelembagaan agribisnis padi sehat pada petani binaan LPS ?

2. Bagaimana aplikasi teknologi yang dilakukan di tingkat petani binaan LPS ?

3. Bagaimanakah efisiensi teknik dari proses produksi usahatani padi sehat petani binaan LPS ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis beberapa hal yang terkait dengan kelembagaan agribisnis padi sehat oleh LPS-DDR, yaitu :

(32)

2. Mengkaji aplikasi teknologi yang dilakukan di tingkat petani binaan LPS 3. Menganalisis efisiensi teknik dari proses produksi usahatani padi sehat

petani binaan LPS

1.4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dalam upaya mewujudkan sistem alternatif agribisnis padi yang tepat dan arif serta semoga dapat dijadikan masukan bagi perbaikan yang terus lilakukan oleh LPS-DDR untuk mencapai tujuannya. Secara khusus, penelitian ini menjadi pembelajaran dan tambahan informasi bagi penulis tentang dunia pertanian, utamanya intensifikasi pertanian, kelembagaan pertanian dan pertanian organik.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelembagaan

2.1.1. Definisi Kelembagaan

Menurut Mubyarto (1989), yang dimaksud lembaga (institution) adalah organisasi atau kaidah-kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Lembaga-lembaga dalam masyarakat ada yang berasal dari adat kebiasaan mereka turun-temurun tetapi ada pula yang baru diciptakan baik dari dalam maupun mengadopsi dari luar.

(34)

menghasilkan daya inovasi dan kreasi tinggi yang diperlukan sebagai energi dalam menghasilkan beras berkualitas sesuai permintaan pasar dan preferensi konsumen.

Kelembagaan dapat berupa adat istiadat, tradisi, aturan-aturan, atau hukum formal yang mengatur hubungan antar individu dalam suatu masyarakat terhadap sumberdaya. Kelembagaan inilah yang mengatur siapa yang boleh berpartisipasi dalam mengambil keputusan, mengatur siapa memperoleh apa dan berapa banyak. Kelembagaan menentukan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Implikasinya adalah kelembagaan inilah yang menentukan distribusi pendapatan dalam suatu masyarakat. Dalam hal peningkatan produksi padi, kelembagaan pasar dan bukan pasar seperti Bimas memegang peranan penting dalam alokasi dan distribusi sumberdaya manfaat.

2.1.2. Manfaat Kelembagaan

Mengingat pentingnya kelembagaan dalam mengatur sumberdaya dan distribusi manfaat, maka unsur kelembagaan ini perlu memperoleh perhatian khusus dalam analisis atau upaya peningkatan potensi desa untuk menunjang pembangunan desa. Dalim (1990) menambahkan bahwa kelembagaan pedesaan ini dapat berupa kelembagaan penguasaan tanah, kelembagaan hubungan kerja dan kelembagaan perkreditan.

(35)

pertanian. Dia harus berhubungan dan tergantung dengan pemilik lahan garapannya, penyedia input usahataninya, penyalur kredit untuk modalnya, penyuluh yang membina dia bahkan para pedagang yang akan membeli hasil budidayanya.

Beberapa fakta yang diuraikan oleh Dalim (1990) tentang dampak kelembagaan pemilikan tanah menunjukkan adanya perbedaan produktivitas antara status pemilikan tanah sendiri, bagi hasil dan sewa. Faktor kepemilikan tersebut mempengaruhi perilaku petani dalam berbudidaya, yaitu dalam pengalokasian sumberdaya input yang dihubungkan dengan risiko usaha yang akan ditanggung sesuai status kepemilikan tanah. Petani yang menggarap tanah sendiri akan lebih nyaman dan tidak ragu mengalokasikan sumberdaya input untuk tanah mereka sendiri karena risiko kegagalan yang akan mereka tanggung hanyalah kegagalan panen itu sendiri. Begitu pula dalam sistem bagi hasil jangka panjang. Sementara bagi penyewa lahan, mereka harus berpikir lebih panjang untuk mengalokasikan sumberdaya input, karena selain risiko gagal panen mereka juga harus menanggung biaya sewa sebagai tanggungan. Sehigga minimalisasi biaya bisa menjadi pilihan bagi mereka.

(36)

kesatuan sosial mandiri yang berintegrasi dengan lingkungannya, baik untuk mempertahankan hidupnya maupun untuk menyatakan identitasnya dalam karya-karya (perilaku) yang dilakukannya.

Transaksi tenaga kerja dikatakan sebagai suatu bentuk hubungan kerja apabila ada suatu ketentuan yang mengikat buruh tani untuk bekerja pada seorang pemilik tanah atau pemberi pinjaman dalam waktu yang lama, biasana beberapa musim. Dalam hubungan kerja ini tingkat upah lebih rendah dari upah yang berlaku. Hubungan kerja ini akan semakin berkembang dan tingkat upah yang dibayar akan semain rendah, sejalan dengan makin meningkatnya angka pengangguran dan angka setengah pengangguran, atau sangat terbatasnya kesempatan kerja d luar sektor pertanian, disertai dengan distribusi penguasaan tanah yang timpang serta mobilitas tenaga kerja yang sangat terbatas (Kasryno, 1984).

Dalim (1990) menambahkan dengan adanya hubungan kerja, buruh tani semakin terjamin dengan adanya pekerjaan yang tersedia, dan bagi petani pemberi pekerjaan, merasa terjamin dengan adanya buruh ang dapat dipercayai. Dalam keadaan lapangan kerja yang saangat terbatas, buruh tani didorong untuk bekerja dengan berpestasi, kalau tidak, hubungan kerja ini dapat diputuskan oleh pihak pemberi pekerjaan.

(37)

pada umumnya baik ditinjau dari segi peningkatan produksi maupun dari segi perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan. Peningkatan ini masih dapat ditingkatkan lebih jauh lagi apabila semua paket kredit Bimas tersebut digunakan sepenuhnya untuk meningkatkan produksi semata-mata (bukan untuk konsumtif).

Tujuan pertama, yang dicetuskan pertama kali pada saat dimulainya program Bimas 1964, ternyata dapat tercapai, hal ini terbukti dari semakin meningkatnya penggunaan teknologi baru dalam usaha tani dan peningkatan produksi pangan secara nasional. Dalam perjalanannya, program Bimas dan kelembagaan kredit petani mengalami banyak perubahan dan modifikasi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kebijakan. Pada tahun 1985, kredit Bimas dihentikan dan diganti dengan Kredit Usaha Tani (KUT) yang kemudian juga mengalami perubahan dan modifikasi lebih lanjut.

Pada hakekatnya program Bimas menggunakan pendekatan pengembangan delivery systems dan receiving systems. Guna memperkuat delivery sistems dibentuklah Koperasi Unit Desa (KUD) sebagai lembaga penyaluran kredit kepada petani. Adapun pengembangan program Intensifikasi Khusus (Insus) dan Supra Insus, yang merupakan program intensifikasi dengan pendekatan kelompok satu hamparan, dilaksanakan dalam rangka pengembangan receiving systems (Suryana, 2001).

2.1.3. Kapasitas dan Kinerja Kelembagaan

(38)

strategi kepemimpinan yang dipakai (strategic leadership), perencanaan program (program planning), manajemen dan pelaksanaannya (management and execution), alokasi sumberdaya yang dimiliki (resource allocation), dan hubungan dengan pihak luar yaitu terhadap cliens, partners, government policy makers, dan external donors.

Kinerja kelembagaan didefinisikan sebagai kemampuan suatu kelembagaan untuk menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara efisien dan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuannya dan relevan dengan kebutuhan pengguna (Peterson, 2003 dalam Syahyuti, 2004). Ada dua hal untuk menilai kinerja kelembagaan yaitu produknya sendiri berupa jasa atau material, dan faktor manajemen yang membuat produk tersebut bisa dihasilkan.

Lebih jauh Syahyuti (2004) merinci dari Mackay et al. (1998), terdapat tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam memahami kinerja kelembagaan yaitu keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan-tujuannya, efisiensi penggunaan sumberdaya, dan keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan para kelompok kepentingan di luarnya. Terkesan disini bahwa kalkulasi ekonomi merupakan prinsip yang menjadi latar belakangnya. untuk keefektifan dan efisiensi misalnya dapat digunakan analisis kuantitatif sederhana misalnya dengan membuat rasio antara perolehan yang seharusnya dengan yang aktual tercapai, serta rasio biaya dengan produktivitas.

2.2 Usahatani

(39)

telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa bercocok tanam atau memelihara ternak.

Berkaitan dengan pendefinisian Mosher di atas dan fakta pertanian di Indonesia, maka menurut penjelasan Mubyarto (1989), ada perbedaan yang amat besar antara keadaan pertanian rakyat (usahatani) dan perkebunan. Tidah hanya dalam luasnya usaha, tetapi juga dalam tujuan produksi dan cara mengusahakannya. Itulah sebabnya dikenal ilmu pengelolaan perkebunan (estate management), di samping ilmu usahatani (farm management). Jadi usahatani tidak dapat diartikan sebagai perusahaan tetapi suatu cara hidup (way of life) dan perkebunan adalah perusahaan.

Petani akan bertindak sesuai dengan prinsip ekonomi yaitu memperhitungkan antara hasil yang diharapkan diterima pada waktu panen (penerimaan) dengan pengorbanan (biaya) yang harus dikeluarkannya. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi, dan biaya yang dikeluarkannya disebut biaya produksi. Penghitungan yang cermat akan menghasilkan aktivitas usahatani yang bagus atau kita sebut sebagai usahatani yang produktif dan efisien. Usahatani yang produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efesiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input (Mubyarto, 1989)

(40)

manajemen terhadap sumberdaya yang dia kelola. Manajemen yang dilakukan petani tidak harus kompleks dan tertulis tetapi dia akan melakukan perhitungan-perhitungan ekonomi dan keuangan terkait dengan keputusan-keputusan yang akan dia ambil. Keputusan tersebut berkenaan dengan pengalokasian sumberdaya yang dia kelola sebagai faktor produksi untuk mencapai usahatani yang produktif dan efisien. Faktor produksi dalam pertanian yaitu tanah, modal dan tenaga kerja, di samping petani sebagai pengelola atau manajer usahatani.

2.3. Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Teori Produksi Pertanian

Teori produksi secara umum dimulai dengan pemikiran, kita memiliki sejumlah lahan (ruang), manajemen, tenaga kerja dan modal. Pada keadaan atau waktu tertentu, kita dapat menghasilkan sejumlah produk maksimum dari sumberdaya-sumberdaya di atas. Hubungan input dengan output secara teknis ini oleh ahli ekonomi disebut fungsi produksi.

Menurut Mubyarto (1989), fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi dituliskan sebagai :

Y = f (x1, x2 ... xn )

di mana Y = adalah hasil produksi fisik

x1 ... xn = faktor-faktor produksi

(41)

Ada dua pendekatan teori produksi dalam melakukan usahatani. Pendekatan pertama seperti yang dijelaskan Sukartawi (1987), bahwa dalam melakukan usaha pertanian, pengusaha harus berfikir bagaimana ia harus mengalokasikan input seefisien mungkin untuk dapat memperoleh produksi (output) yang maksimal. Dalam ilmu ekonomi, pendekatan ini disebut dengan pendekatan mamaksimumkan keuntungan (profit maximization). Akan tetapi, yang sering terjadi adalah petani menghadapi kendala keterbatasan biaya dalam usahataninya. Sehingga mereka berusaha memaksimalkan hasil produksi dengan memperhatikan kendala biaya produksi yang terbatas. Usaha ini mereka lakukan dengan prisip pendekatan kedua yaitu minimalisasi biaya (cost minimalization). 2.4. Tinjauan Mengenai Pertanian Organik dan Padi Sehat

Definisi Pertanian Organik

Pertanian organik (organic farming) merupakan sistem pertanian yang menjaga keselarasan kegiatan pertanian dengan lingkungan dengan pemanfaatan prose salami secara maksimal. Tidak menggunakan pupuk buatan dan pestisida, tetapi sedapatnya memanfaatkan limbah organik yang dihasilkan oleh kegiatan pertanian itu sendiri, sehingga sering juga disebut sebagai pertanian daur ulang.

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan sintetis (Karama, 2002). Sementara itu Orgnic Farming Reaserch Fundation (OFRF, 2000 dalam Dimyati 2002), merumuskan pertanian organik adalah sebagai berikut : “Organic farming system do not use toxic chemical pesticides or fertilzers. Instead, they are based

(42)

Pertanian organik didasarkan pada penggunaan input off-farm secara minimal dan praktek pengelolaan yang mengembalikan, menjaga dan memperkaya keharmonisan ekologis. Pedoman utama untuk produksi organik adalah menggunakan bahan-bahan dan praktik-praktik yang memperkaya keseimbangan ekologis sistem-sistem alamiah dan yang mengintegrasikan bagian-bagian sistem pertanian menjadi sebuah kesatuan ekologis.

Oleh karena itu, menurut Partohardjono (2002), sistem pertanian organik merupakan suatu pendekatan sistem produksi secara menyeluruh yang mendorong keberlanjutan agroekosistem yang meliputi keanekaragaman hayati secara fungsi-fungsi biologis dalam sistem. Dalam sistem pertanian organik dihindari penggunaan bahan-bahan agrokimia sintetis eksternal serta produk rekayasa genetik tanaman secara transgenik. Berangkat dari konsep tersebut sistem ini dikembangkan secara alamiah dengan memahami fungsi-fungsi dan proses biologis yang berlangsung di alam secara biologis.

Prinsip Ekologi Pertanian Organik

Beberapa prinsip ekologi dalam penerapan pertanian organik dapat dipilahkan sebagai berikut :

1. Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman, terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah

(43)

3. Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara mengelola iklim makro, pengelolaan air dan pencegahan erosi.

4. Membatasi kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan aman

5. Pemanfaatan sumber genetik (plasma nutfah) yang saling mendukung dan bersifat sinergisme dangan cara mengkombinasikan fungsi keragaman sistem pertanaman terpadu

Prinsip di atas dapat diterapkan pada berbagai macam teknologi dan strategi pengembangan. Masing-masing prinsip tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas, keamanan, kemalaran (continuity) dan identitas masing-masing usahatani, tergantung pada kesempatan dan pembatasan faktor lokal (kendala sumberdaya) dan dalam banyak hal sangat tergantung pada permintaan pasar.

Gambaran Umum Komoditas Beras Organik

Beras organik adalah beras yang dihasilkan dari budidaya padi secara organik atau tanpa masukan bahan kimia baik pupuk maupun pestisida. Sehingga beras organik terbebas dari residu pupuk kimia dan pestisida kimia yang membahayakan manusia.

(44)

Beras Sehat

Persyaratan dan kendala-kendala yang ada di lapangan untuk mencapai kondisi yang ideal dalam pertanian organik bagi sebagian besar petani dirasakan sangat berat. Petani di Indonesia telah mengadopsi pertanian konvensional selama lebih kurang 25 tahun dan sebagian besar lahan pertanian beserta ekosistemnya - khususnya di Pulau Jawa telah terkena pencemaran bahan kimia yang berasal dari pupuk kimia dan pestisida, sebagai akibat dari penggunaan pupuk dan pestisida yang tidak bijaksana dan terus menerus (LPS, 2005).

Beras sehat adalah produk organik antara yang dihasilkan dari usahatani padi dengan mengeliminasi penggunaan pestisida, karena dampak yang ditimbulkan jauh lebih luas dan lebih berbahaya dibandingkan pupuk kimia yang dampaknya tidak secara langsung kepada pemakai. Sehingga diharapkan bahan pangan yang dihasilkan oleh petani secara pelan-pelan akan mulai bebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi serta memiliki nilai tambah.

2.5 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang akan dilakukan kali ini adalah dalam ruang lingkup pertanian padi sehat, yang dapat disetarakan dengan pertanian organik, dan tentang masukan teknologi baru pada kegiatan usahatani. Untuk itu perlu ditinjau penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan ruang lingkup penelitian yang dilakukan saat ini.

(45)

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Kerawang, Propinsi Jawa Tengah; dan Kecamatan Cikalong, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Ketiga penelitian tersebut menggunakan metode analisis usahatani. Dan dapat disimpulkan bahwa berusahatani padi secara organik memberikan pendapatan yang lebih besar daripada usahatani padi secara an-organik. Meskipun, dari sisi produktivitas, usahatani padi an-organik lebih besar daripada usahatani padi organik.

Penelitian Kusumah (2004), dengan melakukan analisis perbandingan usahatani dan pemasaran antara padi organik dan padi an-organik di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat, juga memberikan informasi yang sama. Hal itu disebabkan karena biaya produksi dalam usahatani padi organik lebih rendah daripada usahatani padi anorganik. Selain itu, harga output berupa gabah atau beras organik lebih mahal daripada gabah atau beras an-organik.

(46)

Herdiansyah (2005) dalam penelitian yang dilakukan di Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi sistem usahatani padi organik dalam kesimpulannya menjelaskan bahwa berdasarkan analisis Logistic Regression Model atau fungsi logit variabel-variabel yang berpengaruh nyata tehadap kemauan petani dalam mengadopsi sistem usahatani padi organik terdiri atas (1) variabel tingkat pendidikan, (2) variabel sumber informasi, (3) variabel biaya pupuk, (4) variabel biaya tenaga kerja. Semua variabel tersebut berpengaruh nyata pada taraf 10 persen.

Penelitian lain yang berkaitan dengan penerapan teknologi baru adalah Pribadi (2006), dan Yuliarmi (2002) yang menganalisis faktor penentu adopsi teknologi Sawit Dupa dan teknologi pemupukan berimbang pada usahatani padi. Keduanya memakai medel logit untuk menilai persepsi petani tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adopsi teknologi. Penelitian pertama yang dilaksanakan pada usahatani padi pasang surut di propinsi Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa ketersediaan modal dan risiko produksi padi varietas unggul berpengaruh nyata. Pendapatan dari usahatani padi tersebut juga berpengaruh nyata pada petani transmigran. Sedang pada petani lokal faktor lain yang berpengaruh adalah besarnya jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, umur dan luas lahan. Adapun dalam penelitian kedua, harga gabah, biaya pupuk dan luas lahan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen, 5 persen dan 10 persen.

(47)

melaksanakan budidaya sawah tetapi belum sepenuhnya sesuai dengan anjuran penyuluh. Karakteristik internal berupa pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan garapan dan tingkat pendapatan menunjukkan hubungan yang nyata.

Sementara itu, Lian (1987), melakukan penelitian yang hampir mirip dengan penelitian ini. Penelitian tersebut menganalisis tentang pengaruh teknologi terhadap efisiensi ekonomi dan distribusi pendapatan di Kabupaten Subang. Perubahan teknologi tersebut berupa : (1) penggunaan air irigasi dan perbaikan saluran drainasi, (2) penggunaan traktor menggantikan tenaga manusia dan ternak, (3) penggunaan varietas padi unggul Cisadane, dan (4) peningkatan dosis pupuk. Model yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb Douglas dan analisis efisiensinya didapat dengan rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dan Biaya Korbanan Marjinal (BKM). Kesimpulannya, proses adopsi yang diwakili dengan perbandingan data tahun 1981 dan tahun 1986, adalah belum efisien.

(48)

III. KERANGKA ANALISIS

3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Kelembagaan

Menurut Mubyarto (1989), yang dimaksud lembaga (institution) adalah organisasi atau kaidah-kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Lembaga-lembaga dalam masyarakat ada yang berasal dari adat kebiasaan mereka turun-temurun tetapi ada pula yang baru diciptakan baik dari dalam maupun mengadopsi dari luar.

(49)

Pakpahan (1989) mengemukakan kelembagaan dicirikan oleh tiga hal utama: (1) Batas yurisdiksi; (2) Hak kepemilikan; dan (3) Aturan representasi. Batas yurisdiksi berarti hak hukum atas (batas wilayah kekuasaan) atau (batas otoritas) yang dimiliki oleh suatu lembaga, atau mengandung makna kedua-duanya. Penentuan siapa dan apa yang tercakup dalam suatu organisasi atau masyarakat ditentukan oleh batas yurisdiksi. Oleh karena itu dalam mengembangkan kelembagaan dalam rangka pengembangan agribisnis perberasan harus jelas batas yurisdiksinya, sebagai ilustrasi apakah kelompok tani yang akan dilibatkan didasarkan atas kelompok hamparan, domisili ataukah satu-kesatuan layanan daerah irigasi.

Konsep property atau pemilikan sendiri muncul dari konsep hak (right) dan kewajiban (obligations) yang diatur oleh hukum, adat dan tradisi, atau konsensus yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat dalam hal kepentingan terhadap sumberdaya (Pakpahan, 1990 dalam Saptana et.al., 2003). Tidak seorangpun yang dapat menyatakan hak milik tanpa pengesahan dari masyarakat dimana dia berada.

(50)

3.1.2. Konsep Agribisnis

Agribisnis (adapula yang menyebutnya agrobisnis) merupakan suatu cara lain untuk melihat pertanian sebagai suatu sistem bisnis yang terdiri dari beberapa subsistem yang terkait satu sama lain. Dalam agribisnis dikenal konsep agribisnis sebagai suatu sistem dan agribisnis sabagai suatu usaha (perusahaan). Disamping itu dikenal azas-azas dalam pengembangan agribisnis suatu komoditas, seperti yang dikemukakan oleh (Sudaryanto dan Hadi, 1993; Hadi et al.,1994 dalam Saptana et.al.,2003). Beberapa azas yang perlu diterapkan dalam pengembangan agribisnis, antara lain adalah : terpusat, efisien, menyeluruh dan terpadu dan kelestarian lingkungan.

Definisi yang lengkap dari pengertian agribisnis oleh Davis and Golberg (1957) dalam Saptana et.al. (2003), yaitu : "Agribisnis included all operations involved in the manufacture and distribution of farm suplies; production

operations on the farm; the storage, processing and distribution of farm

commodities made from them, trading (whosaler, retailers), consumers to it, all

(51)

yakni industri yang mengolah industri primer menjadi produk olahan beserta kegiatan perdagangannya; dan (4) subsistem jasa penunjang (supporting system agribusiness) yakni kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga subsistem di atas seperti infrastruktur, transportasi (fisik, normatif), perkreditan, penelitian dan pengembangan, pendidikan pelatihan, kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Secara sederhana sistem agribisnis dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Keterkaitan dalam Sistem Agribisnis

3.1.3. Efisiensi Teknik

Efisiensi teknik mengacu kepada pencapaian maksimum dari kemungkinan tingkat produksi untuk tiap kombinasi penggunaan input yang digunakan. didefinisikan sebagai rasio dari produksi aktual dari suatu perusahaan (atau petani) pada tingkat teknik kemungkinan produksi maksimum. Maksimum produksi disini dihitung dari frontier. Efisiensi teknis disini menyatakan kemungkinan peningkatan produksi tanpa meningkatkan ongkos atau tanpa pengaturan kembali kombinasi input yang digunakan. Suatu usaha dikatakan tidak efisien jika gagal untuk mencapai produksi maksimum apabila menggunakan sejumlah input yang ada (Farrell, 1957 dalam Utama, 2003)

Subsistem Hulu (upstream agribusiness)

Subsistem Usahatani (on-farm agribusiness)

Subsistem Hilir (downstream agribusiness)

(52)

Fungsi produksi stochastik frontier secara spesifik meliputi fungsi produksi untuk data cross-sectional yang mempunyai dua random efek dan komponen yang lain untuk in-efisensi teknik. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Yi = xiβ + (Vi - Ui) ,i=1,...,N,

dimana ;

Yi = produksi (atau logaritma dari produksi) dari usaha ke i.

Xi = transformasi dari jumlah faktor produksi ke i

β = parameter penduga yang belum diketahui

Vi = kesalahan acak dari model

Ui = variabel acak yang merepresentasikan inefisiensi teknik dari sampel

usahatani ke i

Karakteristik yang cukup penting dari model produksi frontier untuk mengestimasi efisiensi teknik adalah adanya pemisahan dampak dari shok variabel eksogenus terhadap output dengan kontribusi variasi dalam bentuk efisiensi teknik (Giannakes et.al., 2003 dalam Sukiyono,2004).

(53)

ketidakefisienan (U) dan E = V - U (Giannakes et.al., 2003 dalam Sukiyono, 2004).

Secara ekonometrik, efisiensi teknik suatu usahatani tertentu, TEi,

didefinisikan sebagai rasio dari rata-rata produksi usahatani ke i yang memiliki ui

positif, serta pada tingkat korbanan input tertentu ( xi) dengan rata-rata produksi jika ui = 0. Maka efisiensi teknik usahatani ke i dapat dirumuskan sebahai berikut:

TEi = exp( -ui )

Prediksi efisiensi teknik dari usahatani ke i memerlukan variabel acak yang tak terobservasi ui yang akan diperkirakan dari sampel yang diambil. Nilai ekspektasi µi dimana variabel acak adalah Ei = vi - ui dan dengan asumsi ui mempunyai distribusi setengah normal atau eksponensial.

3.2. Kerangka Operasional

Aktivitas usahatani yang dilakukan di tempat penelitian diasumsikan melibatkan tiga komponen yang saling berinteraksi. Komponen yang pertama adalah petani sebagai manajer usahatani. Petani memiliki kemampuan berupa akses terhadap sumberdaya atau input, penguasaan teknologi dan faktor kelembagaan di level petani. Kemampuan tersebut digunakan petani untuk menjalankan aktivitas usahataninya.

(54)

terakhir adalah komponen kelembagaan. Sesuai dengan tinjauan tentang ruang lingkup kelembagaan di atas, komponen ini memberikan peran penting dalam kelancaran proses usahatani. Kelembagaan tersebut meliputi kelembagaan permodalan, pengadaan input, kelembagaan pendampingan dan penyuluhan serta kelembagaan pemasaran dan distribusi.

Salah satu dampak dari kinerja kelembagaan terhadap aktivitas usahatani adalah dalam perbaikan praktik budidaya. Dalam upaya meningkatkan pendapatan usahatani, baik dengan meningkatkan produktivitas ataupun mengurangi biaya produksi, kelembagaan akan mengintroduksikan teknologi baru kepada petani. Teknologi baru tersebut dapat berupa pengetahuan manajemen, perbaikan ataupun masukan input baru atau juga perbaikan teknik budidaya. Untuk mendekati pengaruh dari masukan teknologi baru tersebut akan dilakukan analisis terhadap aplikasi penerapan teknologi di tingkat petani dan analisis efisiensi teknik dalam proses produksi.

Masuknya peran kelembagaan dalam proses agribisnis usahatani padi yang dilakukan petani akan dikaji dan dianalisis dalam hal keragaan dan kinerja kelembagaan agribisnis yang terbentuk. Apakah kelembagaan agribisnis padi yang dibangun LPS dan petani binaannya sudah maksimal dari sisi kelengkapan subsistem dan perannannya dalam mendukung usahatani petani.

(55)
(56)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi pengambilan data dari penelitian ini adalah lokasi binaan Lembaga Pertanian Sehat di Kecamatan Cigombong, Cijeruk dan Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pertimbangan penentuan lokasi penelitian adalah karena pada lokasi tersebut terdapat kelompok tani binaan Lembaga Pertanian Sehat dengan taraf keterbinaan yang berbeda, ada yang sudah lama dan mendekati adopsi yang sempurna dari setiap masukan yang diberikan oleh LPS dan ada yang masih baru. Penelitain ini dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai dengan bulan Maret 2008.

4.2. Pemilihan Sampel

Unit analisis dalam penelitian ini adalah Lembaga Pertanian Sehat (LPS), kelompok tani dan para petani anggota kelompok tani binaan LPS. Pemilihan LPS sebagai unit analisis dilakukan secara sengaja. Kelompok tani yang dibina oleh LPS berjumlah 16 kelompok, berdasarkan pertimbangan keaktifan, tingkat adopsi masukan LPS dan lama pembinaannya maka dipilih enam kelompok tani secara sengaja bedasarkan masukan dari narasumber dari LPS. Sampel untuk petani diambil sebanyak 32 petani dari total petani anggota kelompok tani binaan LPS yang mencapai 148 orang. Sampel petani diambil dari enam kelompok tani yang dipilih secara proporsional.

4.3. Pengumpulan Data

(57)

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diambil langsung dari petani melalui teknik wawancara langsung. Pengambilan data primer dilakukan dengan teknik survei yaitu suatu cara pengambilan data melalui sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data pokok (Singarimbun dan Effendi, 1989). Sedangkan data sekunder diperoleh melalui wawancara dengan narasumber yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan penelitian dan dari laporan-laporan Lembaga Pertanian Sehat ataupun dari literatur yang relevan.

4.4 Pengolahan Data

Pengolahan data untuk analisis kuantitatif yang berhubungan dengan permasalahan pertama dan kedua dioleh secara manual dan disajikan dalam bentuk tabulasi dan keterangan penjelas. Adapun data yang berhubungan dengan analisis fungsi produksi deolah dengan program statistik regresi dan efisiensi teknik diolah dengan menggunakan program Frontier versi 4.1, yaitu program komputer untuk menghitung tingkat efisiensi teknik setiap petani. Sedangkan data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden dan narasumber terkait akan disajikan secara deskriptif untuk menambah kejelasan analisis yang ada.

4.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data disesuaikan dengan data yang diperoleh. Langkah-langkah dalam analisis data ini dilakukan sebagai berikut :

Analisis deskripsi umum

(58)

penelitian. Pada bagian ini juga disertai gambaran umum wilayah dimana para petani tinggal.

Analisis Deskripsi Kinerja Kelembagaan dan Aplikasi Teknologi di Tingkat Petani

Menggambarkan kondisi kelembagaan yang ada pada setiap subsistem usahatani dan aplikasi teknologi yang dilakukan oleh petani dalam melaksanakan setiap tahap usahataninya. Analisis ini akan diperjelas dengan tabel-tabel yang mendukung.

Analisis Fungsi

(59)

ln (Yi) = β0 + β1 ln (BENIHi) + β2 ln (TKi) + β3 ln (UREAi) + β4 ln (SP 36i) + β5

BENIH = jumlah benih padi yang digunakan (gram) TK = jumlah tenaga kerja yang dicurahkan (HOK) UREA = jumlah pupuk Urea yang dipakai (kg) TSP = jumlah pupuk TSP yang dipakai (kg) KCl = jumlah pupuk KCl yang dipakai (kg)

Phonska = jumlah pupuk NPK Phonska yang dipakai (kg) P.ORGANIK = jumlah pupuk organik yang dipakai (kg) PASTI = jumlah pestisida nabati yang dipakai (liter) Lahan = luas lahan yang ditanami petani (ha)

D1 = Variabel dummy untuk jenis varietas (Var = 1 apabila petani menggunakan varietas Situbagendit, dan Var = 0

apabila memakai yang lainnya)

D2 = Variabel dummy untuk sistem tanam ( ST = 1 apabila

legowo dan ST = 0 apabila selainnya) Vi = kesalahan acak model dan

Ui = variable acak yang merepresentsikan inefisiensi teknik

dari sempel usahatani ke i

Efisiensi dan inefisiensi teknik usahatani padi ke i diprediksi dengan menggunakan persamaan yang diturunkan dari fungsi produksi stokastik frontier sebagai berikut :

TEi = exp( -ui )

(60)

TEi = E(exp(-ui)|Ei) =

[ ]

exp

{

i* + 0,5 σ*2

}

=

dimana : Ei=

v

i

u

i , µµµµi= dan

σ

*2 =

Hasil penghitungan yang didapat adalah tingkat efisiensi teknik setiap individu petani yang diobservasi. Hasil itu kemudian dianalisis secara individu sebagai petani binaan LPS dan secara kelompok sebagai dampak kinerja kelompok tani terhadap tingkat efisiensi teknik anggotanya. Penyajian data dalam bentuk diagram ataupun tabel yang dapat memperjelas informasi yang akan disampaikan.

1 - Φ(σ*

- µ*/σ*) 1 - Φ(- µ**

)

σ

v2

-

σ

u2

σ

v2

-

σ

u2

σ

v2x

σ

u2

(61)

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Republika 5.1.1. Sejarah Lembaga

Pada awalnya LPS-DDR berbentuk Laboratorium Pengendalian Biologi DD-Republika yang beroperasi mulai bulan Juni 1999 di Desa Cibanteng, Darmaga Kab. Bogor, laboratorium ini bertugas untuk mengembangkan dan memproduksi biopestisida NPV (nuclear polyhedrosis virus) yang ramah lingkungan. Produk biopestisida yang berbahan aktif virus patogen serangga hama tersebut, merupakan yang pertama kali diproduksi di Indonesia dengan nama :VIR-L, VIR-X dan VIR-H. Selain itu dari perluasan program tahun 2000, juga telah dikembangkan dan dibuat pupuk organik OFER dan pestisida nabati PASTI berbahan aktif akar tuba.

Gambar

Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Beras Organik Per 100 Gram
Tabel 2. Pemakaian Input Pupuk dan Pestisida Sampel Anggota Kelompok Tani Binaan Lembaga Pertanian Sehat
Tabel 3. Kegiatan Penanganan Pasca Panen di Kelompok Tani Binaan Lembaga Pertanian Sehat Gabah Yang
Gambar 1. Keterkaitan dalam Sistem Agribisnis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil menunjukan bahwa perlakuan media berpengaruh nyata terhadap diameter koloni dan kecepatan pertumbuhan miselium jamur merang (Volvariella volvaceae), dan media alternatif

verifik*si dan kiaritikasi terhadap Fenewera& s$t$k pkerjaa* dimaks*4 decrga* ini Faniria rt?irrg$Eirlrrrrkarr Fvrneiang l,*Iaiig cnt*k

Beberapa praktikum yang sering memerlukan alat ini yaitu praktikum mikrobiologi dan kultur jaringan, dimana neraca ini digunakan untuk menimbang bahan yang

Apabila ada penggunaan perbekalan farmasi emergensi, perawat ruangan menghubungi petugas apotek/depo terdekat dan menyampaikan nama obat dan alkes yang digunakan

Setelah melakukan observasi melalui hasil fakta melalui wawancara dengan dosen pengampuh mata kuliah dan mahasiswa, ditemukan indikator melalui rumusan sebagai

Nilai rata-rata uji organoleptik terhadap wanla, aroma, daya oles, rasa dan penerimaan umum formulasi pasta tauco rendah garam dengan penambahan bubur kedelai

Limbah kandang sapi potong dan kotoran sapinya adalah bahan baku utama pupuk organik (kompos). Namun, pembuatan pupuk organik berbahan baku limbah kandang masih

Metode penelitian deskriptif menurut Sugiono (2017:147) adalah sebagai berikut : “Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan