PELAKSANAAN BOUNDING ATTACHMENT PADA IBU NIFAS DI KLINIK NINING PELAWATI KECAMATAN
LUBUK PAKAM
DEWI KOMALA SARI NASUTION 135102152
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIKA
PELAKSANAAN BOUNDING ATTACHMENT PADA IBU NIFAS DI KLINIK NINING PELAWATI KECAMATAN LUBUK PAKAM TAHUN 2014
ABSTRAK
Dewi Komalasari Nasution
Latar Belakang: Bounding attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus menerus. Menurut penelitian ningrum (2013) di RSUD
Surakarta sebanyak 29,8% ibu yang tidak mengerti melakukan bounding attachment.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui pelaksanaan bounding attachment di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam tahun 2014
Metodelogi: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif , penelitian ini dilakukan di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam pada tanggal 11 maret 2014. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 103 responden dan sampel sebanyak 60 responden dalam pengambilan sampel menggunakan konsekutive sampling.
Instrumen penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pelaksanaan
bounding attachment pada ibu nifas analisa data menggunakan analisa Univariate.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ibu yang melaksanaan bounding attachment
sebanyak 55 orang (91,7%) dan ibu yang tidak melakukan bounding attachment
sebanyak 5 orang (8,3%).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian menunjukkan masih adanya ibu yang tidak melakukan bounding attachment sebanyak 5 orang (8,3%) dikarenakan faktor kelelahan setelah persalinan, bayi sakit, penolakan dari ibu itu sendiri untuk melaksanakan bounding attachment . menurut hasil penelitian hendaknya bidan memberikan pemahaman kepada ibu nifas dan memberikan pelayanan dalam penerapan bounding attachment secara langsung kepada ibu dan bayinya, misalnya pada saat melaksanaan Imunisasi Menyusui dini dan rooming in. dan ibu mencari informasi tentang teknik dan manfaat dari bounding attachment .
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaika Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul Pelaksanaan bounding attachment di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk
Pakam tahun 2014.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan
masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S,Kep.Ns, M.Kep. selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Farida Lindasari siregar S.Kep, Ns, M.Kep. selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis
Ilmiah.
4. Ibu Febri Oktavinola kaban, SST, M.Keb selaku penguji II
5. Ibu klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk pakam yang telah memberikan
saya tempat untuk penelitian.
6. Kak Rika Am.Keb pegawai klinik Nining Pelawati yang telah banyak membantu
saya dalam menyelesaikan penelitian.
7. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D IV Bidan Pendidik
8. Kedua orang tua, kakak dan adik yang penulis cintai yang telah memberikan
dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat
Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan, serta
semangat kepada penulis.
10 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan,
untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi
perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan, dorongan dan
semangat yang telah diberikan. Sekian dan terima kasih.
Medan, Juni 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
DAFTAR SKEMA... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang... 1
B. Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D.Manfaat Penelitian... 5
1. Pelayanan Kebidanan... 5
2. Bagi ibu... 5
3. Bagi Peneliti... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nifas... 6
1. Pengertian... 6
2. Tahapan Masa Nifas... 6
3. Perubahan fisiologis dan antomis puerperium... 7
4. Perubahan sistem reproduksi... 7
5. Perubahan sistem pencernaan... 12
6. Perubahan sistem perkemihan... 13
7. Perubahan sistem muskuloskeletal... 13
9. Perubahan tanda vital... 15
10.Perubahan sistem kaedio vaskuler... 16
11.Perubahan sistem Hematologi... 17
12.Perubahan Komponen Darah... 17
B.Bounding attachment... 18
1. Pengertian... 18
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses bounding attachment... 19
3. Cara untuk melakukan bounding attachment... 20
4. Prinsip-prinsip dan Upaya Meningkatkan bounding attachment... . 22
5. Manfaat bounding attachment... 23
6. Hambatan bounding attachment... 24
7. Peran Bidan Dalam Mendukung Terjadinya Bounding Attachment... 24
8. Tahap-Tahap bounding attachment... 25
9. Elemen-Elemen bounding attachment... 25
10.Respon ayah dan keluarga... 27
11.Prilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua terhadap bayi baru lahir... 29
12.Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor... 30
13.Kondisi yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap Bayi... 31
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL A.Kerangka Konseptual... 33
B.Defenisi Operasional... 34
B.Populasi dan Sampel... 35
C.Tempat penelitian... 36
D.Waktu penelitian... 36
E. Etika penelitian... 36
F. Alat pengumpulan data... 37
G.Prosedur pengumpulan data... 38
H.Analisa Data... 38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 39
B. Pembahasan... 40
1. Karakteristik Responden... 40
2. Pelaksanaan bounding attachment... 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... . 41
A. Kesimpulan... 41
B. Saran... 41
1. Bagi Ibu nifas... 41
2. Bagi bidan... 42
3. Bagi peneliti selanjutnya... 42
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi karakteristik pelaksanaan Bounding attachment
Pada ibu nifas di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk pakam
Tahun 2014... 40
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi pelaksanaan Bounding Attachment pada
Ibu nifas di Klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Melaksanakan Penelitian
Lampiran 3 : Sampul luar
Lampiran 4 : Sampul dalam
Lampiran 5 : Abstrak Bahasa Indonesia
Lampiran 6 : Daftar isi
Lampiran 7 : Daftar tabel
Lampiran 8 : Daftar Skema
Lampiran 9 : Defenisi Operasional
Lampiran 10 : Tabel
Lampiran 11 : Lembar persetujuan Responden
Lampiran 12 : Kuisoner
PELAKSANAAN BOUNDING ATTACHMENT PADA IBU NIFAS DI KLINIK NINING PELAWATI KECAMATAN LUBUK PAKAM TAHUN 2014
ABSTRAK
Dewi Komalasari Nasution
Latar Belakang: Bounding attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus menerus. Menurut penelitian ningrum (2013) di RSUD
Surakarta sebanyak 29,8% ibu yang tidak mengerti melakukan bounding attachment.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui pelaksanaan bounding attachment di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam tahun 2014
Metodelogi: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif , penelitian ini dilakukan di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam pada tanggal 11 maret 2014. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 103 responden dan sampel sebanyak 60 responden dalam pengambilan sampel menggunakan konsekutive sampling.
Instrumen penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pelaksanaan
bounding attachment pada ibu nifas analisa data menggunakan analisa Univariate.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ibu yang melaksanaan bounding attachment
sebanyak 55 orang (91,7%) dan ibu yang tidak melakukan bounding attachment
sebanyak 5 orang (8,3%).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian menunjukkan masih adanya ibu yang tidak melakukan bounding attachment sebanyak 5 orang (8,3%) dikarenakan faktor kelelahan setelah persalinan, bayi sakit, penolakan dari ibu itu sendiri untuk melaksanakan bounding attachment . menurut hasil penelitian hendaknya bidan memberikan pemahaman kepada ibu nifas dan memberikan pelayanan dalam penerapan bounding attachment secara langsung kepada ibu dan bayinya, misalnya pada saat melaksanaan Imunisasi Menyusui dini dan rooming in. dan ibu mencari informasi tentang teknik dan manfaat dari bounding attachment .
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelahiran adalah sebuah momen yang dapat membentuk suatu ikatan antara ibu
dan bayinya. Saat bayi dilahirkan adalah saat yang menakjubkan bagi seorang ibu
karena ibu dapat melihat, memegang dan memberikan ASI pada bayinya untuk
pertama kali. Masa tenang diperoleh ibu setelah melahirkan pada saat ibu merasa
rileks. Masa tenang ini memberikan peluang ideal untuk memulai pembentukan
ikatan batin ( Muslihatun, 2010 : hal 52).
Bayi yang baru lahir menunjukkan serba tidak berdaya, namun dibalik
Ketidak berdayaannya tersebut pada dirinya terdapat berbagai potensi yang siap
berkembang. Bayi akan berkembang dengan baik dan berbagai potensi yang dimiliki
dapat berubah menjadi kemampuan nyata bila dirinya mendapatkan stimuli dari
lingkungannya terutama lingkungan sosial (Kuntjojo, 2010: ¶1).
Kontak ibu dan ayah akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi optimal.
Pada proses ini, terjadi penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus
dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam
perawatannya. Kebutuhan untuk menyentuh dan disentuh adalah kunci dari insting
primata. Bayi mempelajari lingkungan dengan membedakan sentuhan dan
pengalaman antara benda yang lembut dan yang keras, sama halnya dengan
membedakan suhu panas dan dingin (Sulistyawati, 2009 : hal 59).
Perkembangan bayi normal sangat tergantung dari respon kasih sayang ibu yang
dimulai sejak anak belum dilahirkan dengan suatu perencanaan dan konfirmasi
kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh individu. Sesudah lahir sampai
minggu-minggu berikutnya, kontak visual dan fisik bayi memicu penghargaan satu
sama lain ( Marmi, 2012 : hal 71).
Setelah lelah dalam proses persalinan , ibu nifas akan merasa bahagia bila dekat
dengan bayinya. Ibu dapat membelai-belai bayinya, mendengar tangis bayi,
mencium-cium dan meperhatikan bayinya yang tidur di sampingnya ibu nifas dan
bayi dapat segera mengenal. bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu,
kelembutan dan kasih sayang bounding effect (Winkjosastro, dkk, 2006).
Bounding merupakan suatu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan afeksi
(kasih sayang ) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir. Attachment merupakan
interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. Jadi Bounding
Attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk
memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara
terus menerus. Dengan kasih sayang diberikan terhadap bayinya maka akan
berbentuk ikatan batin antara orang tua dan bayinya (Marmi, 2012 : hal 67).
Ikatan awal diartikan sebagaimana perilaku orang tua terhadap kelahiran bayinya
pada masa-masa awal. Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Yang termasuk dalam faktor internal, antara lain bagaimana dia dirawat
oleh orang tuanya, bawaan genetiknya, internalisasi praktik, kultural, adat istiadat
dan nilai, hubungan antar pasangan keluarga-orang lain, pengalaman kelahiran dan
ikatan sebelumnya, bagaimana memfantasikan sebagai orang tua, daan lain-lain
sedangkan faktor eksternal meliputi perawatan yang diterima pada saat kehamilan,
persalinan dan pasca partum, keadaan bayi yang baru lahir dan apakah bayi
Adapun bentuk ikatan awal antara ibu dan bayi seperti : sentuhan, ibu memulai
dengan sentuhan ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan ektremitas
bayinya, perabaan digunakan untuk membelai tubuh dan mungkin bayi akan dipeluk
oleh lengan ibunya, gerakan dilanjutkan sebagai usapan lembut untuk menenangkan
bayi, bayi akan merapat pada payudara ibu, menggenggam satu jari atau seuntai
rambut dan terjadilah ikatan antara keduanya. Kemudian kontak mata, bau badan,
kehangatan tubuh, suara ( Sulistyawati, 2009 : hal 68).
Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat
diperoleh dari kontak dini yaitu kadar oksitosin dan prolaktin meningkat, refleks
menghisap dilakukan dini, pembentukan kekebalan aktif dimulai, mempercepat
ikatan antara orang tua dan anak (body warmth (kehangatan tubuh) ; waktu
pemberian kasih sayang ; stimulasi hormonal (Marmi, 2012 : hal 70).
Menurut hasil studi yang dilakukan Mahardika Cahya Ningrum di RSUD
Surakarta sebanyak 29,8% ibu yang tidak mengerti melakukan Bounding Attachment
pada ibu nifas .
Mengingat pentingnya kasih sayang antara ibu dan anak ( Bounding Attachment )
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pelaksanaan
Bounding Attachment pada ibu nifas di klinik Nining Pelawati kecamatan lubuk
pakam Tahun 2014”.
Dilakukannya penelitian di Klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam
karena masih banyaknya ibu yang tidak melakukan Bounding Attachment.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut “ Bagaimana Bonding Attachment pada ibu nifas di Klinik Nining Pelawati
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui Pelaksanaan Bounding attachment pada ibu nifas di Klinik Nining
Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Kebidanan
Dapat membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam
jam pertama pasca kelahiran.
2. Bagi ibu
lebih meningkatkan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara
orang tua dan bayi.
3. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman serta mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang telah telah dipelajari selama perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Nifas
a. Pengertian
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya periode ini tak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4
sampai 6 minggu ( Williams, 2013).
Periode pasca partum (Nifas) adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput
janin (menandakan akhir dari periode intrapartum) hingga kembalinya traktus
reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil . periode pemulihan pasca partum
berlangsung sekitar enam minggu ( Varney, 2008).
Masa nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira 6 minggu ( Marmi, 2012).
b. Tahapan masa nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu Puerperium dini, puerpurium
intermedial, dan remote puerperium ( Sulystyawati, 2009).
1). Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan dalam agama islam, dianggap bersih
2). Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia, yang lamanya 6-8 minggu.
3). Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung
selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.
c. Perubahan fisiologis dan anatomis puerperium ( Varney, 2008 ).
Meskipun istilah involusi telah digunakan untuk menunjukkan perubahan
retrogresif yang terjadi sistem organ dan struktur saluran reproduksi, istilah ini
lebih spesifik menunjukkan adanya perubahan retrogresif pada uterus yang
menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. Demi kejelasan, defenisi involusi
puerperium dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain
hanya dianggap sebagai perubahan pueperium.
d. Perubahan sistem reproduksi ( Sulystyawati, 2009 ).
1). Perubahan Uterus
a). Uterus
(1). Pengeluaran Rahim ( involusi )
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadiu neurotic (layu/mati). Perubahan ini
dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba
(a). Pada saat bayi lahir, fundus uteri teraba 2 jari dibawah pusat dengan berat
1000 gram.
(b). Pada akhir kala III , Tinggi Fundus uteri teraba 2 jari di bawah pusat
(c). Pada 1 minggu post partum, tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat
simpisis dengan berat 500 gram.
(d). Pada 2 minggu post partum tinggi fundus uteri teraba di atas simfisis dengan
berat 350 gram.
(e). Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan berat
50 gram.
involusi terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain :
I. Autolysis
Autolysis merupakan penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uteri.
Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur
hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum hamil.
Sitoplasma sel yang berlebihan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro
elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
I. Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar,
kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen
yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus,
lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan
basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.
II. Efek Oksitosin ( Kontraksi)
Intensitas Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan
membantu proses homeostais. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi
suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat
implantasi plasenta dan mengurangi perdarahan. Luka bekas lekatan plasenta
memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
Selama 1-2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi uterus dapat berkurang
dan menjadi teratur. Oleh karena itu, penting sekali untuk menjaga dan
mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin biasanya
diberikan secara intraven atau intramuskulaer, segera setelah kelahiran bayi lahir
akan merangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara.
2). Lokhea
Lokhea adalah ekresesi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai
reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan
volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume
karena adanya proses involusi.
a) Lokhea dibagikan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
(1). Lokhea Rubra/Merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum
cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa
(2). Lokhea Sanguinolentha
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari
hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum
(3). Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum leukosit,
dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14
(4). Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama
2-6 minggu post partum.
3). Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada servuks ialah bentuk serviks agak menganga seperti
corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah
pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Konsentensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan yang kecil.
Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah
kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup
secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk kedalam rongga
rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. pada minggu ke-6 post partum,
2). Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan
vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina pada
umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman ( sembuh dengan
sendirinya), kecuali apabila terjadi infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang
dapat menjalar sehingga terjadi sepsis.
3). Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang
oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian tonus-nya sekalipun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum hamil.
d. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan
karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong pengeluaran cairan yang berlebih pada waktu
persalinan, kurangnya saupan caitan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.
Supaya konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi
kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan
e. Perubahan sistem perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air
kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah
terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini
mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum, kadar
hormon estrogennya yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan oedem dan hyperemia, kadang-kadang
oedem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi retensio
uterine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas
bertambah sehingga setia kali kencing masih tinggal urine residual (normal kurang
lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih sewaktu
persalinan dapat menyebabkan infeksi.
f. Perubahan sistem muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah
yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan.
Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu
persalinan secara berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak
menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah
persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik dikulit dan distensi yang berlangsung
lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak
dan kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan
penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat
fisioterapi.
g. Perubahan sistem endokrin
1) Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun denga cepat setelah persalinan HCG (Human
Chorionic Gonadotropin ) menurun denga cepat dan menetap sampai 10% dalam
3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada
hari ke-3 post partum.
2) Hormon Pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
menyusui, prolaktin akan menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan
meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah
sehingga ovulasi terjadi.
3) Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor
menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya
4) Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga
aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar
mamae dalam menghasilkan ASI (Air susu ibu ).
h. Perubahan tanda vital
1). Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5-38 C)
sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.
Apabila keadaan normal suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke 3
suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan Air susu ibu. Payudara menjadi
bengkak dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun,
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastitis, tractus genitalis, atau
sistem lain).
2). Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut
nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang
melebihi 100 kali permenit adalah abnormal dan hal ini akan menunjukkan
adanya kemungkinan infeksi
3). Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah . kemungkinan tekanan darah akan
lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi
4). Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali bila
ada gangguan khusus pada saluran pencernaan.
i. Perubahan sistem kardio vaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran
darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri.
Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat
sehingga mengurangi volume plasenta kembali pada proporsi normal. Aliran ini
terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu banyak
sekali jumlah urine. Hilangnya pengesteran membantu mengurangi retensi cairan
yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama
kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan .
Pada persalinan,vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada
persalinan pada sectio caesarea, pemgeluaran dua kali lipatnya. Perubahan terdiri
dari volume darah dan kadar Hmt (haematokrit). Setelah persalinan, shunt akan
hilang tiba-tiba. Volume darah ibu akan relatif bertambah keadaan ini akan
menyebabkan pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada
pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
pada sedia kala. Umumnya ini terjadi pada 3-5 hari post partum.
j. Perubahan sistem hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta
faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama post partum,
mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukotositosis yang
meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses
persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari post partum. Jumlah sel darah
tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologi
jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama.
Jumlah Hb,Hmt, dan erytrosit sangat bervariasi pada saat awal-awal masa post
partum sebagai sebagai akibat volume darah, plasenta, dan tingkat volume darah
yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan
hidrasi wanita tersebut. Selama kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan darah
sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7 post
partum, yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu post partum.
k. Perubahan komponen darah
Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel darah
putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan berfluktasi,
namun dalam satu minggu pasca persalinan biasanya semuanya akan kembali pada
keadaan semula. Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa oleh jantung akan
tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali normal.
2. Bounding Attachment a. Pengertian
Bounding attachment dapat dimulai pada saat persalinan memasuki kala IV,
dengan cara diadakan kontak antara ibu-ayah-anak yang berada dalam ikatan kasih
sayang. Menurut Brazelton (1978), Bounding merupakan suatu ketertarikan mutual,
pertama antar individu, misalnya orang tua dan anak pada saat pertama kali ketemu.
individu dengan individu yang lain. Menurut Nelson & May (1996), attachment
merupakan ikatan antara individu meliputi pencurahan perhatian serta adanya
hubungan emosi dan fisik yang akrab.
Menurut Klaus, Kennel (1992), Bounding attachment bersifat unik, spesifik dan
bertahan lama. Ikatan orang tua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan
selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaan secara
fisik tidak terlihat.
Menurut Saxton dan Pelikan (1996), Bounding adalah suatu langkah untuk
mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera
setelah lahir, sedangkan attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara
spesifik sepanjang waktu.
Jadi menurut Maternal Neonatal Health, Bounding attachment adalah kontak dini
secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada saat
persalinan kala III sampai dengan post partum ( Muslihatun 2010).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses Bounding Attachment
1) Kesehatan Emosional orang tua
Orang tua mengharapkan kehadiran sang anak dalam kehidupannya tentu akan
memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan
kelahiran bayi tersebut.respon emosi yang positif dapat membantu terjadinya
bounding attachment ini.
2). Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
Dalam berkomunikasi dan keterampilan merawat anak, oraang tua satu dengan
masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan
semakin mudah pula bounding attachment terwujud.
3). Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan.
Dukungan keluarga, teman terutama dari pasangan merupakan faktor yang juga
penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang
terdekat akan memberikan suatau semangat/ dengan dorongan positif yang kuat bagi
ibu untuk memberikan kasih sayang penuh kepada bayinya.
4). Kedekatan antara Orang tua dan anak
Dengan menggunakan metode rooming in kedekatan antara kedua orang tua dan
anak akan terjalin secara langsung dan menjadi cepatnya ikatan batin terwujud
diantara keduanya.
5) Kesesuaian antara Orang tua dan anak ( keadaan anak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan
anak sehat/normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.
c. Cara Untuk Melakukan Bounding Attachment
1). Sentuhan
Sentuhan, atau indra praba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh
lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara
mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu
pola sentuhan yang hampir sama yakni suatu pengasuh memulai eksplorasi jari
tangan kebagian kepala dan tungkai kaki.
Tidak lama kemudian pengasuh mamakai telapak tangannya untuk mengelus
badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya ( Rubin, 1963; Kennel, 1982;
2) Kontak Mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata,
orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang.
Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih
dekat dengan bayinya
3). Suara
Saling mendengar dan meresponi suara antara orang tua dan bayinya juga penting.
Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang, sedangnkan bayi
akan menjadi tanang dan berpaling kearah orang tua mereka saat orang tua mereka
berbicara dengan suara bernada tinggi.
4). Aroma
Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayinya ialah respon terhadap
aroma/bau masing-masing. Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang
unik (Porter, Cernoch, Perrly, 1983). Sementara itu bayi belajar dengan cepat untuk
membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
5). Gaya Bahasa
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengna struktur pembicaraan orang dewasa.
Bayi menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki,
seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat
anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang
tua dan menegakana suatu pola komunikasi efektif yang positif.
6) Rawat Gabung
Rawat gabung meruapakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar anatara ibu
dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan
selanjutnya. Karena kehangatan tubuh itu merupakan stimulasi mental yang mutlak
dibutuhkanoleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar
terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari.
7). Inisiasi Dini
Setelah bayi lahir dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. ia akan merangkak
dan mencari puting susu ibunya dengan demikian dia melakukan reflek sucking.
d. Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment
1) Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2) Sentuhan orang tua pertama kali.
3) Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua dan anak.
4) Kesehatan emosional orang tua.
5) Terlibat memberikan hubungan dan proses persalinan.
6) Persiapan Post Natal Care sebelumnya.
7) Adaptasi.
8) Tingkat kemampuan, komunikasi, dan keterampilan untuk merawat anak.
9) Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan
pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
10) Fasilitas untuk kontak lebih lama.
11) Penekanan pada hal-hal positif.
12) Perawat maternitas khusus (bidan)
13) Libatkan anggota keluarga lainnya atau dukungan sosial dari keluarga teman
dan pasangan.
14) Informasi bertahap mengenai bounding attachment Dilakukan segera (menit
e. Manfaat bounding attachment
1) Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai,menumbuhkan sikap sosial.
2) Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
Namun menurut Klaus, kennel (1982) ada beberapa keuntungan fisiologis yang
dapat diperoleh dari kontak dini
a) Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
b) Reflek mengisap dilakukan dini.
c) Pembentukan kekebalan aktif dimulai.
d) Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (Body warm
(kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).
3) Akan sangat berpengaruh positif pada pola prilaku dan kondisi psikologis bayi
kelak
f. Hambatan bounding attacment
1) Kurangnya support sistem.
2) Ibu dengan resiko (ibu sakit).
3) Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
4) Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
g. Peran bidan dalam mendukung terjadinya bounding attachment
1). Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam
pertama pasca kelahiran .
2). Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif
tentang bayinya baik melalui sikap ucapan maupun tindakan.
3). Sewaktu pemeriksaan ANC bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh
dan meraba perutnya yang semakin membesar.
5). Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah
satu cara bounding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran
hendaknya bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan bidan
mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayi
dan ingin segera memeluk bayinya. Pada kasus bayi atau ibu beresiko, ibu
dapat tetap melakukanj bounding attachment ketika ibu memberi ASI bayinya
atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal.
h. Tahap-Tahap Bounding attachment
1) Perkenalan (acquintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh
berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayi nya.
2) Bounding (keterikatan)
3) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
Menurut Klaus, kenell (1982), bagian penting dari iktan ialah perkenalan
i. Elemen-elemen bounding attachment
1) Sentuhan
Sentuhan, atau indra praba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan
pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara
mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan
suatu pola sentuhan yang hampir sama yakni suatu pengasuh memulai eksplorasi
jari tangan kebagian kepala dan tungkai kaki.
Tidak lama kemudian pengasuh mamakai telapak tangannya untuk mengelus
badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya ( Rubin, 1963; Kennel,
2) Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata,
orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka
merasa lebih dekat dengan bayinya (Kennel,1982).
3) Suara
Saling mendengar dan meresponi suara antara orang tua dan bayinya juga
penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang,
sedangnkan bayi akan menjadi tanang dan berpaling kearah orang tua mereka saat
orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi.
4) Aroma
Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayinya ialah respon terhadap
aroma/bau masing-masing. Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma
yang unik (Porter, Cernoch, Perrly, 1983). Sementara itu bayi belajar dengan
cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
5) Entrainment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengna struktur pembicaraan orang
dewasa. Bayi menggoyangkan tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya.
Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi
umpan balik positif kepada orang tua dan menegakana suatu pola komunikasi
efektif yang positif.
6) Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme
(Bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang
yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan
prilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan
kesempatan bayi untik belajar
j. Repon ayah dan keluarga
Sebagai ayah baru peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri.
Tentu sang ayah tidak mengadung sibayi selama sembilan bulan, tetapi harus
membuat penyesuaian secara fisik dan emosi ketika watu persalina semakin dekat
dan persiapan untuk bayi menjadi penting sekali. Disatu pihak ssang ayah mungkin
merasa seolah-olah tidak ada hubungan dengan persalinan tetapi pada sisi lain adalah
bayinya juga.
Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan juga
gembira serta gugup. Suatu menyaksikan kelahiran bayinya perasaan komitmen dan
cinta membanjir kepermukaan menghilangkan kekhawatiran bahwa sang ayah tidak
akan pernah mempunyai keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan
penghargaan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Pada
waktu yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk merawat bayi ini selama dua
puluh tahun kedepan dapat membuat sang ayah lemah.
Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah seaktif mungkin, misalnya, saat isrinya
melahirkan dirumahsakit, ayah mungkin ditempatkan didalam ruang rawat
gabungsampai waktunya membawa bayi nya pulang kerumah. Ini akan membantu
ayah merasa tidak seperti penonton tetapi lebih sebagai eserrta aktif.ayah akan
mengenal bayinya dari permulaan juga memungkinkan ayah berbagi pengalaman
Tidak ada alasan mengapa seorang ayah tidak mampu melaksanakan pekerjaan
sehari-hari mengurus rumah tangga dan anak sebaik itu. Reaksi orang tua dan
keluarga terhadap bayi yang baru lahir\, beda-beda hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman.masalah yang lain juga
dapat berpengaruh, misalnya pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain.
Respon yang mereka perlihatkan pada bayi yang baru lahir ada yang pisitif dan ada
juga yang negatif.
1) Respon positif
Respon positif dapat ditunjukan dengan:
a) Ayah dan keluarga menyambut kelahiran byinya dengan bahagia.
b) Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik
c) Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
d) Persasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
2) Respon negatif
a) Kelahiran bayi tidak diinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak
sesuai dengan keinginan.
b) Kurang berbahagia karena kegagalan KB (Keluarga berencana)
c) Perawatan ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah kurang
perhatian.
d) Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran
dalam membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
e) Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat
f) Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan
k. Perilaku otang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua terhadap bayi baru lahir
1) Prilaku memfasilitasi
a) Menatap, mencari ciri khas anak,
b) Kontak mata
c) Memberikan perhatian
d) Menganggaap anak sebagai individu yang unik
e) Menganggap anak sebagai anggota keluarga
f) Memberikan senyuman
g) Berbicara ataupun bernyanyi
h) Menunjukkan kebanggaan pada anak
i) Mengajak anak pada acara keluarga
j) Memahami prilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak
k) Bereaksi positif terhadap prilaku anak.
2) Prilaku penghambat
a) Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar,
menolak untuk menyentuh anak.
b) Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak
memberikan nama pada anak.
c) Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.
d) Tidak menggenggam jarinya.
e) Ter buru-buru dalam menyusui.
l. Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu ;
1) Faktor internal
Yang termasuk faktor internal antara lain genetika, kebudayaan yang mereka
praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai,
kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasikan diri mereka
sendiri mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan menjadi orang tua yang telah
diimpikan dan efek pelatihan selama kehamilan.
2) Faktor eksternal
Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang diterima selama
kehamilan, melahirkan dan post partum, sikap dan prilaku pengunjung dan apakah
bayi terpisah dari orang tua selama satu jam pertama dan hari-hari dalam
kehidupannya.
m. Kondisi yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap bayi
1) Kurang kasih sayang
2) Persaingan tugas sebagai orang tua
Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman merawat anak-anaknya lebih
yakin melaksanakan peran orang tua dari pada mereka yang tidak mempunyai
pengalaman merawat anak-anak.
3) Pengalaman melahirkan
Sikap ibu pada bayi akan lebih menyenangkan kalau pengalaman melahirkan
relative lebih mudah daripada pengalaman lahir yang lama, sukar dan disertai
4) Kondisi fisik ibu setelah melahirkan
Semakin cepat kesehatan ibu pulih setelah melahirkan, semakin menyenangkan
sikapnya terhadap bayi dan semakin yakin ia pada kemampuan untuk
melaksanakan peran ibu secara memuaskan.
5) Cemas tentang biaya
6) Cacat atau kelainan pada bayi
7) Penyesuaian diri bayi pasca natal
8) Tangisan bayi
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau masalah kaitan antara
konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka
konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar
tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep
ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan dibab tinjauan
pustaka atau kalau boleh dikatakan oleh penulis merupakan ringkasan dari tinjauan
pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang akan diteliti (Setiadi,
2007, hal. 64).
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Ibu nifas Pelaksanaan Bounding
attachment
1. Inisiasi Menyusu Dini 2. Sentuhan
3. Kontak mata 4. Aroma
5. Kehangatan tubuh 6. suara
B. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah
pebaca dalam mengartikan makna penelitian (setiadi, 2007, hal.72).
No Variabel Defenisi Alat ukur cara ukur Hasil ukur Skala ukur
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu suatu metode yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran pelaksanaan Bounding
attachment pada ibu nifas di klinik Nining pelawati kecamatan Lubuk pakam .
B. Populasi dan Sampel 1. populasi
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas di klinik pelawati kecamatan lubuk
pakam. Dari hasil survei pendahuluan jumlah populasi adalah 140 orang, data
diambil pada bulan desember 2012 sampai dengan desember 2013.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (setiadi, 2007, hal.177). sampel dari
penelitian ini yaitu seluruh ibu post partum yang ada di klinik Nining Pelawati
kecamatan Lubuk Pakam.
Untuk menentukan jumlah sampel dengan menggunakan ketetapan absolut
dan menggunakan rumus :
n = �
1+(�2)
keterangan :
N = Jumlah Populasi
d = ketetapan relative yang ditetapkan oleh peneliti (0,05)
jadi sampel dalam penelitian ini adalah :
diketahuin N = 140 ;
n = �
1+� ( �2) =
140 1+140 (0.05)2
= 140
1+140(0,0025)
= 140
1+0,35
= 140
1,35
= 103
Jadi sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 103 responden. Dari hasil
yang diperkirakan terdapat 60 responden.
Teknik Pengambilan Sampel menggunakan pendekatan secara consekutive
sampling, yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi
kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu,
sehingga jumlah sampel terpenuhi ( setiadi,2007, hal. 183).
C. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di klinik Nining Pelawati kecamatanLubuk pakam
D. Waktu penelitian
E. Etika penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi
pendidikan yaitu program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan Izin Pimpinan Klinik Bersalin.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan
etik, yaitu :
1. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah
agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia,
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak
bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian pada responden, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti. Data-data diperoleh dari
F. Instrumen penelitian data
Instrumen penelitian ini terdiri dari variabel tunggal yaitu pelaksanaan
Bounding attachment pada ibu nifas. Dalam pengumpulan data, data yang di
kumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh
Langsung dari subjek Penelitian dengan menggunakan alat pengumpulan atau
pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari
(Saryono, 2011).
Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi dengan model
check- list (√) yang berhubungan tentang “Pelaksanaan Bounding attachment pada
ibu nifas di klinik Nining pelawati Kecamatan Lubuk Pakam tahun 2014”.
Lembar check- list akan di isi oleh peneliti sesuai dengan hasil observasi terhadap
indikator penilaian pelaksanaan Bounding attachment pada ibu nifas di klinik
Nining pelawati kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2014. Dengan jumlah
pernyataan 8 soal . ibu dikatakan melakukan bounding attachment apabila
pernyataan dari lembar observasi terisi 7-8 pernyataan yang telah dibuat oleh
peneliti, dan apabila ibu tidak melakukan bounding attachment pernyataan dari
lembar observasi hanya 1-6 yang terjawab atau dilaksanakan.
G. Prosedur pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah mengajukan surat
permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program Studi D-IV Bidan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat
permohonan izin melaksanakan penelitian di klinik Nining Pelawati Kecamatan
Lubuk Pakam. Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Disini peneliti menemui responden
menandatangi informed consent, setelah bersedia peneliti kemudian mengisi
lembar kuisoner dalam bentuk observasi. dalam pengisian lembar kuisoner lembar
observasi ini peneliti menggunaka asisten untuk membantu peneliti
mengumpulkan data karena keterbatasan waktu. Peneliti juga mendokumentasikan
data responden melihat pada data rekam medik berapa ibu yang melahirkan di
klinik nining pelawati dalam jangka bulan desember 2013 sampai dengan
desember 2014.
H. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data kembali dengan
memeriksa semua lembar checklist apakah data sudah lengkap dan benar
(editing). Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan analisa data pengelolahan data serta pengambilan kesimpulan data
yang dimasukkan kedalam bentuk tabel. Entry data dilakukan dengan
menggunakan teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry
yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan. Analisa data dilakukan menggunakan analisa
Univariant. analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik
masing-masing variabel yang ditetili, yakni data yang bersifat kategori akan dicari
frekuensi dan persentasenya dengan menggunakan Rumus :
P
=
�� � 100 %Keterangan :
P = prosentase
F = Jumlah jawaban yang benar
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pelaksanaan bounding
attachment pada ibu nifas di klinik nining pelawati kecamatan lubuk pakam tahun
2014.
1. Analisis Univariant
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing
variabel yang diteliti. data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan proporsi
yaitu umur, pendidikan dan pekerjaan. hasil akan disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi karakteristik responden di klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam tahun 2014.
Karakteristik responden F %
Dari tabel di atas mayoritas umur responden 21-25 tahun sebanyak 30 orang
(50%), mayoritas tingkat pedidikan SMP sebanyak 18 orang (30%), dan mayoritas
pekerjaan IRT sebanyak 27 orang (45%).
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi Pelaksanaan Bouding Attachment pada ibu Nifas di klinik Nining Pelawati kecamatan Lubuk Pakam tahun 2014
Pelaksanaan Bounding attachment F %
Inisiasi menyusu dini 44 73,3%
Sentuhan 55 91,7%
Dari tabel diatas ibu yang melakukan pelaksanaan bounding attachment yaitu
inisiasi menyusu dini sebanyak 44 orang (73,3%), sentuhan sebanyak 54 orang
(90%), kontak mata sebanyak 54 orang (90%), aroma sebanyak 44 orang (73,3%),
kehangatan tubuh 54 sebanyak 54 orang (90%) suara sebanyak 54 orang (90%), gaya
bahasa sebanyak 54 orang (90%) dan rawat gabung sebanyak 48 orang (80%).
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap 60 responden,
diketahui mayoritas ibu berumur antara 21-25 tahun sebanyak 30 orang (50%). Hal
ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo, (2003) bahwa umur seseorang
berpengaruh terhadap kehidupannya. Menurut UNFD (2001) umur merupakan
salah satu faktor yang yang mempengaruhi pelaksanaan bounding attachment pada
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu berpendidkan SMP sebanyak 18
orang (30%). Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock, (2004) bahwa pendidikan
berperan penting dalam menentukan kualitas manusia, dan akan dianggap lebih
berpengetahuan apabila mengecap pendidikan. Menurut Dewi (2010) pendidikan
adalah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu pekerjaannya IRT sebanyak 27
Responden (45%). Menurut Thomas (2010) pekerjaan adalah keburukam yang
harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga.
2. Pelaksanaan Bounding Attachment
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 60 responden, ibu
yang melakukan bounding attachment dengan IMD sebanyak 44 orang (73,3%)
yang tidak melakukan sebanyak 17 orang (28,3%), ibu yang tidak melakukan IMD
dikarenakan sudah dikasih susu formula setelah melahirkan, dan ada penolakan dari
ibu sendiri untuk melakuikan IMD. sentuhan 55 orang (91,7%) yang tidak
melakukan sebanyak 5 orang (8,3%) dikarenakan bayi sakit, kontak Mata 55 orang
(91,7%) yang tidak melakukan sebanyak 5 orang (8,3%) dikarenakan bayi sakit,
aroma sebanyak 44 (73,3%) yang tidak melakukan sebanyak 5 orang (8,3%)
dikarenakan tidak melakukan IMD dan penolakan dari ibu itu sendiri, kehangatan
tubuh sebanyak 55 orang (91,7%), yang tidak melakukan sebanyak 5 orang (8,3%),
suara sebanyak 55 orang (91,7), yang tidak melakukan sebanyak 5 orang (8,3%),gaya
bahasa sebanyak 55 orang (91,7%) yang tidak melakukan sebanyak 5 orang (8,3%),
rawat gabung sebanyak 48 orang (80%) dan yang tidak melakukan sebanyak 12
Jadi secara keseluruhan yang melakukan bounding attachment sebanyak 55
orang (91,7%) dan yang tidak melakukan sebanyak 5 orang (8,3%). Ibu yang tidak
melakukan bounding attachment itu dikarena faktor kelelahan ibu setelah melahirkan
sehingga ibu malas untuk melaksanaan bounding attachment, kemudian ada ibu yang
yang melakukan penolakan saat diminta melakukan bounding attachment seperti
melakukan IMD, aroma dan bayi sakit sehingga ibu tidak bisa melaksanakan
bounding attachment, kemudian tidak adanya pengalaman ibu tentang merawat bayi
tersebut.
Bounding attachment dapat dimulai pada saat persalinan memasuki kala IV,
dengan cara diadakan kontak antara ibu-ayah-anak yang berada dalam ikatan kasih
sayang. Menurut Brazelton (1978), Bounding merupakan suatu ketertarikan mutual,
pertama antar individu, misalnya orang tua dan anak pada saat pertama kali ketemu.
Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang meningkat
individu dengan individu yang lain. Menurut Nelson & May (1996), attachment
merupakan ikatan antara individu meliputi pencurahan perhatian serta adanya
hubungan emosi dan fisik yang akrab.
Menurut Klaus, Kennel (1992), Bounding attachment bersifat unik, spesifik dan
bertahan lama. Ikatan orang tua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan
selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaan secara
fisik tidak terlihat.
Menurut Saxton dan Pelikan (1996), Bounding adalah suatu langkah untuk
mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera
setelah lahir, sedangkan attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara
Jadi menurut Maternal Neonatal Health, Bounding attachment adalah kontak dini
secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada saat
persalinan kala III sampai dengan post partum ( Muslihatun 2010). pemberian kasih
sayang ; stimulasi hormonal (Marmi, 2012 : hal 70).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses bounding
attachment adalah kesehatan emosional orang tua, tingkat kemampuan, komunikasi
dan keterampilan untuk merawat anak, dukungan sosial seperti keluarga,teman dan
pasangan, kedekatan orang tua dengan anak, kesesuaian orang tua dan anak.
Menurut hasil studi yang dilakukan Ningrum (2013) di RSUD Surakarta
sebanyak 29,8% ibu yang tidak mengerti melakukan Bounding Attachment pada ibu
nifas . menurut hasil penelitian Novi (2012) di klinik Cermin desa pegajahan
kabupaten serdang bedagai sebanyak 32,3% ibu yang tidak melakukan bounding
attachment. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh wiwik (2013) di RSU
Muhammaddiyah medan sebanyak 20,2% ibu yang tidak mengerti melakukan
bounding attachment dan menurut hasil penelitian yang saya lakukan di Klinik
Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam Sebanyak (8,3%) ibu yang tidak
melakukan bounding attachment dikarenakan kurang mengertinya ibu tentang teknik
dan manfaat bounding attachment, faktor kelelahan setelah persalinan, bayi sakit dan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian mengenai pelaksanaan Bounding Attachment di
Klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2014. Yang dilakukan
pada 60 responden maka disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan karakteristik responden mayoritas ibu yang berusia 21-25 tahun
sebanyak 30 orang (50%), mayoritas tingkat pedidikan SMP sebanyak 18 orang
(30%), dan mayoritas pekerjaan IRT sebanyak 27 orang (45%).
2. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ibu yang tidak melakukan
bounding attachment sebanyak 5 orang (8,3%) dikarenakan faktor kelelahan
setelah persalinan, bayi sakit dan penolakan dari ibu itu sendiri untuk melakukan
bounding attachment.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Bagi ibu Nifas
Hendaknya ibu nifas lebih meningkatkan pengetahuan dan mengetahui
informasi tentang bounding attachment melalui media cetak maupun media
elektronik sehingga mengetahui tentang teknik dan manfaat dari bounding
attachment dalam rangka meningkatkan interaksi kasih sayang dengan
2. Bagi bidan
Hendaknya bidan memberikan pemahaman kepada ibu nifas dan memberikan
pelayanan dalam penerapan bounding attachment secara langsung kepada ibu
dan bayinya, misalnya pada saat pelaksanaan inisiasi menyusui dini dan
rooming in.
3. Bagi peneliti selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Cahyaningrum, M. (2013). Tingkat Pengetahuan ibu nifas tentang Bounding
Attachment di RSUD Kota Surakarta. Surakarta : Sekolah Tinggi ilmu
Kesehatan Kusuma Husada. Karya Tulis Ilmiah.
Hidayat, A.A. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data
Jakarta : Salemba Medika.
Kuntjojo.(2010). PentingnyaBounding dan Attachment dalam perkembangan bayi
Dalam perkembangan bayi. http;//bekunt.wordpress.com 4 oktober 2012
Machfoedz,I. (2009). Metodologi penelitian bidang kesehatan, keperawatan,
Kebidanan, kedokteran, disertai contoh KTI, Skripsi, Tesis.Yogyakarta :
Fitramaya.
Marmi, (2009). Asuhan Kebidanan pada masa nifas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Muslihatun, W.N. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya
Setiadi, (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha ilmu
Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu nifas. Yogyakarta :
Andi.
Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta :
Nuha Medika
Varney, H. Kriebs, JM, dan Gegor CL. 2008. Buku ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4,
Volume 2. Jakarta : EGC
Lembar Observasi
1. Identitas Responden
No responden :
Pelaksanaan Bounding attachment Pada Ibu Nifas
No Perilaku yang di observasi Ya Tidak
1 Sentuhan
Membelai tubuh bayi, kemungkinan bayi akan
dipeluk dilengan ibu,memberikan usapan
lembut untuk menenangkan bayi,
menggenggam pada satu jari atau seuntai
rambut dan terjadilah ikatan diantara keduanya
2. Kontak Mata
Ibu dan bayi melakukan saling memandang
3. Aroma
bayi belajar cepat untuk membedakan aroma
susu ibunya. Bayi akan berinteraksi untuk
mencari bau susu ibunya apabila dia sudah
mendapatnya dia akan berhenti berinteraksi
4. Kehangatan Tubuh
Seorang ibu akan dapat langsung meletakkan
bayinya diatas perut ibu, setelah proses
melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong
Kontak kulit ini akan membantu agar bayi tetap
hangat.
5 Suara
Orang tua menantikan tangisan bayi saat
6. Gaya bahasa
Bayi bergerak-gerak sesuai dengan struktur
gaya pembicaraan orang dewasa. Bayi
menggoyangkan tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendang kaki.
1. Rawat Gabung
Setelah bayi lahir Ibu dan bayi berada didalam
satu ruangan, tidak dipisahkan.
2. Inisiasi Dini
Setelah melahirkan diletakkan diatas ibu
sehingga bayi merangkak mencari puting susu
Master Tabel
58 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1
Frequencies
FREQUENCIES VARIABLES=imd sentu konta aroma keha suara gaya rawat /ORDER=ANALYSIS.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak melakukan 17 28,3 28,3 28,3
melakukan 43 71,7 71,7 100,0
Total 60 100,0 100,0
Sentuhan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak melakukan 5 8,3 8,3 8,3
melakukan 55 91,7 91,7 100,0
Total 60 100,0 100,0
kontak mata
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak melakukan 5 8,3 8,3 8,3
melakukan 55 91,7 91,7 100,0