• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan interpretasi trail dari Tanjung Lame-Karangranjang-Cibandawoh-Cikeusik, Taman Nasional Ujung Kulon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan interpretasi trail dari Tanjung Lame-Karangranjang-Cibandawoh-Cikeusik, Taman Nasional Ujung Kulon"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN INTERPRETASI TRAIL DARI

TANJUNG LAME - KARANGRANJANG – CIBANDAWOH - CIKEUSIK TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

Oleh : BETI NURBAETI

E34101043

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Perencanaan Interpretasi Trail dari (TanjungLame-KarangRanjang-Cibandawoh-Cikeusik)

Taman Nasional Ujung Kulon.

Nama Mahasiswa : Beti Nurbaeti

Nomor Pokok Departemen Fakultas

: : :

E34101043

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Kehutanan

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I : Dosen Pembimbing II :

Dr. E.K.S. Harini Muntasib Badi’ah S.Si. M.Si

Tanggal : Tanggal :

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

(3)

PERENCANAAN INTERPRETASI TRAIL DARI

TANJUNG LAME - KARANGRANJANG – CIBANDAWOH - CIKEUSIK TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

Oleh : BETI NURBAETI

E34101043

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

RINGKASAN

Beti Nurbaeti (E3101043). Perencanaan Interpretasi Trail dari TanjungLame-KarangRanjang-Cibandawoh-Cikeusik Taman Nasional Ujung Kulon. Di bawah bimbingan Dr. E.K.S. Harini Muntasib dan Badi’ah S.Si. M.Si.

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan kawasan pelestarian alam terpenting di Indonesia yang ditetapkan sebagai World Heritage site oleh UNESCO. Kawasan ini memiliki luas ± 120,551 Ha, yang terdiri dari kawasan darat 76,214 Ha dan kawasan perairan laut 44,337 Ha. Secara administratif terletak pada Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Propinsi Banten.

Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang berbatasan dengan Samudera Indonesia adalah pantai selatan Semenanjung Ujung Kulon. Salah satu bagian dari kawasan Semenanjung Ujung Kulon disebelah selatan yaitu jalur TanjungLame – KarangRanjang – Cibandawoh – Cikeusik. Jalur tersebut dilalui oleh pengunjung yang berwisata ke Taman Nasional Ujung Kulon.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menyusun perencanaan interpretasi Trail dari TanjungLame-KarangRanjang-Cibandawoh-Cikeusik Taman Nasional Ujung Kulon. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dalam merencanakan kegiatan dan program-program interpretasi yang dapat dilaksanakan di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.

Metode penelitian yang dilakukan adalah studi pustaka untuk mendapatkan informasi mengenai interpretasi yang pernah direncanakan dalam kawasan, pengamatan di lapangan merupakan kegiatan verifikasi terhadap obyek yang telah diidentifikasi berdasarkan pustaka pada kondisi sebenarnya dilapangan, wawancara dilakukan kepada pengunjung dan pengelola dan analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif.

Dari hasil penelitian karakteristik pengunjung didapatkan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (70,15 %) dengan kelompok umur dominan adalah antara <20-30 tahun (66,7%) tingkat pendidikan didominasi oleh pengunjung dari Perguruan tinggi (53,3%) dan sebagian dari mereka mempunyai pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil sebesar (36,7%). Informasi mengenai kawasan Taman Nasional Ujung Kulon berasal dari teman sebesar (43,3%), media elektronik (40%). Pengunjung yang datang yaitu pengunjung domestik yang berasal dari kota Jakarta, Tangerang dan Bogor.

Tujuan pengunjung di jalur TanjungLame-KarangRanjang yaitu 30% memilih vegetasi hutan hujan tropis dataran rendah dan satwa, trail KarangRanjang-Cibandawoh 45,5% menyatakan tertarik dengan vegetasi hutan hujan tropis dataran rendah, obyek lainnya antara lain kondisi hutan (30%), satwa (20%) dan pantai (10%), sedangakan 45,5% responden menyatakan tertarik dengan hamparan pasir putih pada trail Cibandawoh-Cikeusik.

(5)

cordata), Pacing (Coctus spec), Sariawan (Symplocos odoratiasima) dan paku-pakuan (Tectaria sp).

Potensi fauna sebagai obyek interpretasi trail TanjungLame-KarangRanjang-Cibandawoh-Cikeusik diantaranya : Burung Madu Kelapa (Anthreptes malacensis), Rangkong badak (Buceros rhinoceros), Madu Srigunting (Nectarinia jugulari), Madu Bakau (Nectarinia calostetha), Cabai Jawa (Dicaeum trochileum),Takur Tulung Tumpuk (Megalaima javensis) jejak Badak jawa (Rhinoceros sondaicus), Macan Tutul (Panthera pardus) dan Babi (Sus scrofa)serta ditemukannya jenis Primata Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Lutung (Presbytis cistata), Owa (Hylobathes moloch) Wili-wili Besar (Burhinus giganteus), Kuntul Karang (Egretta sacra), Belibis Batu (Ictinaetus malayensis), Elang Hitam (Dendrocygna javanica), dan Alap-alap Macan (Falco severus) .

Perencanaa interpretasi trail ini diarahkan pada pembuatan program interpretasi yang disusun berdasarkan karakteristik dan daya tarik pengunjung terhadap potensi sumberdaya yang ada di trail Tanjunglame-KarangRanjang-Cibandawoh-Cikeusik.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Labuan, Kabupaten Pandeglang, pada tanggal 8 November 1983. dari pasangan Bapak Ukat Sukatma dan Ibu Epon Sutarsiah, sebagai anak kedelapan dari delapan bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1989 di SDN 7 Labuan dan lulus pada tahun 1995, kemudian melanjutkan pendidikan lanjutan tingkat pertama SLTPN 1 Labuan dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan lanjutan tingkat menengah SMAN 1 Labuan, lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutanan, penulis pernah melakukan Praktek Lapang pada tahun 2004 yaitu Praktek Umum Kehutanan di Kawah Kamojang dan Cagar Alam Leuweung Sancang, Garut. Jawa Barat. Praktek Umum Pengenalan Hutan di BKPH Garawangi tepatnya di RPH Ciniru dan RPH Pakembangan. KPH Kuningan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Pada tahun 2005 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Baluran (TNB). Banyuwangi. Jawa Timur.

Selain kegiatan Praktek Lapang, penulis telah mengikuti berbagai kegiatan dan organisasi baik di dalam maupun di luar perguruan tinggi. Organisasi yang pernah diikuti antara lain Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (HIMAKOVA), dan Asean Forestry Student Asociation (AFSA), selain itu di luar kegiatan kampus diantaranya adalah kegiatan magang di Kebun Raya Bogor di bagian Tumbuhan Obat pada tahun 2002.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun berdasarkan Penelitian mengenai ”Perencanaan Interpretasi Trail dari TanjungLame-KarangRanjang-Cibandawoh-Cikeusik Taman Nasional Ujung Kulon”, Propinsi Banten. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Interpretasi adalah pelayanan kepada pengunjung yang berupa rantai komunikasi antara pengunjung dengan sumberdaya yang ada. Di dalam aktivitas rekreasi alam, interpretasi merupakan bentuk pelayanan kepada pengunjung untuk lebih mengenal, mengerti dan memahami kawasan yang dikunjunginya secara menyenangkan. Keberadaan Taman Nasional Ujung Kulon berfungsi sebagai pelestarian dan perlindungan, juga sebagai salah satu tempat untuk wisata. Dengan adanya interpretasi diharapkan dapat mendorong pengunjung agar mau berpartisipasi dalam melestarikan sumberdaya alam. Kegiatan interpretasi inii dapat berjalan dengan lancar apabila dilaksanakan secara terencana, oleh karena itu sebelumnya harus disusun perencanaan interpretasi sesuai dengan kondisi kawasan, pengelola dan pengunjung.

Perencanaan interpretasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan terus berkembang, oleh karena itu diperlukan kritik dan saran agar dapat terus menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pengelola Taman Nasional Ujung Kulon, sebagai salah satu bagian Perencanaan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon dalam upaya pengembangan wisata.

Bogor, Juni 2006

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia serta kasih sayang-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua ku yang tersayang yaitu Bapak dan Umi tidak ada kata satupun yang bisa anakmu ungkapkan selain ucapan terimakasih banyak atas semua materi, semangat dan do’a yang telah kalian berikan

2. Dr. E.K.S. Harini Muntasib dan Badi’ah S.Si, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah sabar memberikan arahan dan masukannya sehingga menjadi sebuah skripsi

3. Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan

4. Ir. Kasno, M. Sc selaku dosen penguji dari Departemen Silvikultur

5. Ir. Puja Utomo M.Sc sebagai Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon terimakasih atas bantuannya

6. Semua Staf Taman Nasional Ujung Kulon yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Bogor, Juni 2006

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN... i

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan Penelitian... 2

C. Manfaat Penelitian... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Taman Nasional………... 3

B. Interpretasi B.1. Definisi Interpretasi... 3

B.2. Tujuan Interpretasi………... 4

B.3. Obyek Interpretasi……… 4

B.4. Metode Interpretasi……….. 5

B.5. Program Interpretasi………. 6

B.6. Jalur Interpretasi………... 6

(10)

III. KONDISI UMUM

A. Sejarah Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon... 12

B. Kondisi Fisik……… 13

B.1. Letak dan Luas………. 13

B.2. Topografi... 13

B.3. Iklim………. 13

B.4. Tanah……… 13

B.5. Aksesibilitas... 13

C. Kondisi Biotik... 14

C.1. Flora………. 14

C.2. Fauna……….... 14

IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 15

B. Bahan dan Alat……… 15

B.1. Bahan……… 15

B.2. Alat………... 15

C. Metode Penelitian………. 15

C.1. Jenis Data………. 15

C.2. Pengumpulan Data………... 17

C.3. Analisis Data……… 20

C.4. Perencanaan Interpretasi ... 20

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengunjung... ... 22

A.1. Karakteristik Pengunjung... 23

A.2. Penilaian Pengunjung terhadap Trail Interpretasi... 23

A.3. Penilaian Pegunjung terhadap Obyek Interpretasi... 24

A.4. Penilaian Pengunjung terhadap Fasilitas Interpretasi………. 25

(11)

B.2. Potensi Fauna... 27

B.3. Keindahan Alam………. 29

C. Sejarah/Mitos di sepanjang trail……… 31

D. Kondisi Fisik Trail……… 32

E. Wawancara dengan Pengelola... 34

VI. PERENCANAAN INTERPRETASI A. Usulan Program Interpretasi………... 35

A.1. Tema Interpretasi……… 35

A.2. Program Kegiatan Interpretasi……… 35

B. Fasilitas Pendukung Interpretasi……….. 40

D. Bentuk Pelayanan Interpretasi………. 42

VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 43

B. Saran……….. 44

DAFTAR PUSTAKA………. 45

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Matrik Pengamatan Satwa………. 18

Tabel 2. Karakteristik Pengunjung……….. 23

Tabel 3. Penilaian Pengunjung terhadap Trail Interpretasi... 24

Tabel 4. Penilaian Pengunjung terhadap Obyek Interpretasi... 25

Tabel 5. Penilaian Pengunjung terhadap Fasilitas Interpretasi………... 26

Tabel 6. Obyek interpretasi dari Tanjunglame-KarangRanjang... 37

Tabel 7. Obyek Interpretasi dari Cibandawoh-Cikeusik... 39

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tahapan Model Perencanaan Interpretasi………. 9

Gambar 2. Bagan Alir Prosedur Kerja Penelitian………... 21

Gambar 3. Butun (Baringtonia asiatica)... 27

Gambar 4. Lame (Alstonia scholaris)... 27

Gambar 5. Pandan laut (Pandanus tectorius)... 27

Gambar 6. Akar Bakau... 27

Gambar 7. Formasi Hutan Pantai... 29

Gambar 8. Formasi Hutan Dataran Rendah... 29

Gambar 9. Sungai Ciperepet... 29

Gambar 10. Pintu Masuk Makam... 30

Gambar 11. Makam Kuta Karang... 30

Gambar 12. Pantai Selatan... 30

Gambar 13. Muara Sungai Cikeusik... 31

Gambar 14. Pintu Masuk Trail Tanjunglame-KarangRanjang…………... 32

Gambar 15. Trail Melewati Pemukiman Penduduk………... 32

Gambar 16. Trail yang Rimbun dengan Jenis Paku-pakuan... 33

Gambar 17. Kondisi Trail KarangRanjang-Cibandawoh... 33

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian...

47

Lampiran 2. Peta Perencanaan Jalur Interpretasi...48

Lampiran 3. Daftar jenis Flora Pada Trail TanjungLame-KarangRanjang... 49

Lampiran 4. Daftar jenis Flora Pada Trail KarangRanjang-Cibandawoh... 50

Lampiran 5. Daftar jenis Flora Pada Trail Cibandawoh-Cikeusik... 51

Lampiran 6. Daftar Jenis Burung Pada Trail TanjungLame-KarangRanjang... 52

Lampiran 7. Daftar Jenis Burung Pada Trail KarangRanjang-Cibandawoh... 57

Lampiran 8. Daftar Jenis Burung Pada Trail Cibandawoh-Cikeusik... 60

Lampiran 9. Daftar Jenis Mamalia Pada Trail TanjungLame-KarangRanjang... 61

Lampiran 10. Daftar Jenis Primata Pada Trail TanjungLame-KarangRanjang... 61

Lampiran 11. Kuesioner untuk Pengunjung...62

Lampiran 12. Panduan Wawancara untuk Pengunjung... 67

Lampiran 13. Panduan Wawancara untuk Pengelola... 68

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan kawasan pelestarian alam terpenting di Indonesia yang ditetapkan sebagai World Heritage site oleh UNESCO. Kawasan ini memiliki luas ± 120,551 Ha, yang terdiri dari kawasan darat 76,214 Ha dan kawasan perairan laut 44,337 Ha. Secara administratif terletak pada Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Propinsi Banten. Taman Nasional Ujung Kulon menyimpan berbagai potensi alam, diantaranya yaitu keanekaragaman hayati flora dan fauna, berbagai tipe vegetasi yang merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas, juga sebagai habitat bagi kelangsungan hidup badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus) yang termasuk satwa langka dilindungi. Potensi tersebut perlu kita informasikan kepada masyarakat luas agar mereka mengetahui semua potensi alam yang ada di dalam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.

Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang berbatasan dengan Samudera Indonesia adalah pantai selatan Semenanjung Ujung Kulon. Di Pantai Selatan Semenanjung Ujung Kulon terdapat jalur TanjungLame – KarangRanjang – Cibandawoh – Cikeusik. Kebanyakan orang yang masuk ke wilayah pantai selatan Semenanjung Ujung Kulon melalui jalan darat biasanya melewati jalur tersebut. Pengunjung yang datang ke Semenanjung Ujung Kulon disamping mempunyai tujuan untuk melakukan kegiatan hiking, trekking dan ziarah pada jalur-jalur yang sudah disediakan oleh taman nasional, juga untuk menikmati sumberdaya alam lainnya yang sesuai dengan keinginan dan harapannya. Sehingga pengunjung yang datang dapat menikmati berbagai potensi berupa keanekaragaman flora dan fauna yang khas, sekaligus menikmati hamparan ekosistem hutan yang berbeda, hamparan pasir putih dan deburan ombak yang indah.

(16)

sumberdaya yang ada (Sharpe, 1982), interpretasi memegang peranan penting dalam mengarahkan perilaku pengunjung. Selain itu, interpretasi juga berfungsi untuk meningkatkan kesadaran akan pelestarian sumberdaya alam secara bijaksana dengan meminimumkan dampak kerusakkannya, sehingga sumberdaya yang ada di dalam kawasan taman nasional tetap terjaga dan lestari. Untuk itu diperlukan sebuah perencanaan interpretasi yang baik agar kegiatan interpretasi yang diadakan bisa memberikan manfaat sesuai dengan apa yang dinginkan.

B. Tujuan Penelitian

Untuk menyusun Perencanaan Interpretasi Trail dari (TanjungLame-KarangRanjang, KarangRanjang - Cibandawoh, Cibandawoh-Cikeusik) Taman Nasiomal Ujung Kulon.

C. Manfaat Penelitian

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Taman Nasional

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun (1990). Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Sedangkan kawasan pelestarian alam sendiri mendefinisikan sebagai kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di laut yang mempunyai fungsi pelindung sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

B.1. Definisi Interpretasi

Menurut Tilden (1957), Interpretasi lingkungan adalah suatu aktivitas pendidikan untuk mengungkapkan arti dan hubungan antara obyek alami dengan pengunjung melalui pengalaman maupun menggunakan ilustrasi media dan bukan hanya menyampaikan keterangan-keterangan berdasarkan fakta semata.

Interpretasi adalah pelayanan kepada pengunjung yang datang ke taman-taman, hutan, tempat yang dilindungi dan tempat-tempat rekreasi lainnya yang sejenis. Meskipun maksud pengunjung datang ke tempat rekreasi untuk bersantai dan mencari inspirasi, tetapi juga memiliki keinginan untuk mempelajari tentang alam dan kebudayaan. Sumberdaya alam yang ingin dilihat bisa berupa proses geologis, binatang, tumbuhan, komunitas ekologis, sejarah dan prasejarah manusia. Interpretasi adalah suatu mata rantai komunikasi antara pengunjung dan sumberdaya yang ada (Sharpe, 1982).

(18)

B.2. Tujuan Interpretasi

Tilden (1957) menyebutkan tujuan interpretasi ada 2 yaitu :

1. Tujuan utama untuk membantu mengubah tingkah laku dan sikap untuk memotivasi, memberikan inspirasi, mangambil informasi dan membuatnya berarti dan menarik

2. Tujuan akhir adalah untuk membawa pengunjung melalui proses sensitivitas-kewaspadaan-pemahaman-apresiasi dan akhirnya komitmen. Berkaitan dengan pengelolaan kawasan konservasi, interpretasi merupakan suatu cara yang strategis (Ditjen PHPA, 1988). Dalam hal ini, interpretasi mempunyai dua tujuan pokok, yaitu:

a. Untuk membantu pengunjung agar kunjungannya lebih menyenangkan dan lebih kaya akan pengalaman dengan cara meningkatkan kesadaran, penghargaan dan pengertian kawasan konservasi yang dikunjunginya, antara lain melalui:

1. Pemanfaatan waktu yang efisien selama kunjungan yang sifatnya rileks, menyenangkan dan penuh inspirasi.

2. Penambahan pengetahuan mengenai hubungan timbal balik dari aspek-aspek yang diamati, termasuk dengan kehidupan mereka sendiri.

3. Penyampaian informasi yang tepat, benar dan menarik.

b. Pencapaian tujuan pengelolaan kawasan konservasi yang bersangkutan, yaitu dengan cara:

1. Meningkatkan penggunaan sumberdaya rekreasi bagi pengunjung secara bijaksana.

2. Menanamkan pengertian bahwa kawasan konservasi yang dikunjungi tersebut adalah tempat yang istimewa sehingga memerlukan perlakuan yang khusus.

B.3. Obyek Interpretasi

(19)

Agar interpretasi dapat berjalan dengan baik, maka pemilihan dan penggunaan serta pembinaan obyek interpretasi perlu dilakukan secara seksama. Seleksi penentuan obyek harus memperhatikan sifat dan keadaan pengunjung serta sifat sumberdaya atau potensi sejarah dan budaya yang menjadi obyek interpretasi. Dalam seleksi penentuan obyek interpretasi, obyek yang dipilih haruslah potensial, misalkan karena: tingkat kelangkaannya tinggi, peranannya dalam kehidupan manusia sangat menonjol, mudah dan aman untuk dipegang, dilihat langsung, dicium ataupun di pegang oleh pengunjung. Demikian juga tentang jarak antara tempat dan sarana kemudahan bagi pengunjung dengan letak sumberdaya alam yang potensial untuk rekreasi. Potensi obyek interpretasi yang rawan rusak dan penuh resiko seharusnya tidak dipilih sebagai sebagai obyek interpretasi secara langsung, begitu juga dengan sumberdaya alam yang berbahaya terhadap keselamatan manusia (Ditjen PHPA,1988).

Obyek interpretasi sumberdaya alam suatu kawasan dapat berupa flora, fauna, tipe-tipe ekosistem yang khas, tanah dan geologi, kawah, gua, air terjun, danau atau telaga, sungai, perairan laut, pantai, termasuk juga bawah laut (under water), pemandangan alam dan lain sebagainya. Obyek interpretasi budaya atau sejarah dapat berupa batu-batu megalithic, situs-situs dan benda-benda peninggalan purbakala, situs-situs sejarah, bekas pemukiman yang sudah lama ditinggalkan, pemukiman dan perikehidupan penduduk asli sekitar kawasan konservasi, sejarah kawasan dan legenda yang terdapat dalam masyarakat (Ditjen PHPA, 1988).

B.4. Metode Interpretasi

Secara garis besar terdapat dua metode dalam penyampaian interpretasi (Sharpe, 1982) :

1. Teknik secara langsung (Attended service)

(20)

2. Teknik secara tidak langsung (Unattended service)

Teknik secara tidak langsung adalah kegiatan interpretasi yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu dalam memperkenalkan obyek interpretasi.

B.5. Program interpretasi

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (1988), Program interpretasi merupakan suatu pola pelaksanaan interpretasi menurut waktu tertentu dan skenario cerita yang akan menjadi tuntunan dalam pelaksanaan interpretasi. Demikian pula dijelaskan bahwa “Materi Interpretasi” adalah sesuatu yang digunakan untuk menyusun suatu program interpretasi dan yang akan menjadi isi dan maksud interpretasi yang diprogramkan tersebut. Selain itu, dijelaskan pula bahwa media interpretasi adalah foto, poster, slide, video, brosur, booklet dan leaflet.

Menurut Sharpe (1982), program interpretasi adalah pengetahuan dari seluruh usaha interpretasi. Dalam hal ini mencakup personel, fasilitas dan seluruh kegiatan interpretasi kelembagaan serta tempat rekreasi itu sendiri. Selanjutnya dijelaskan bahwa program interpretasi menghubungkan sumberdaya alam atau budaya suatu areal dengan pengunjung yang menggunakan berbagai macam variasi.

B.6. Jalur Interpretasi

Trapp et al (1994), menyebutkan trail sebagai pemenuhan kebutuhan fundamental dari pencarian pengunjung yang ingin mendapatkan antara lain ; keindahan, pengalaman baru, makna, lari dari kebosanan/stress, pencerahan, tempat yang pribadi, kedamaian, inspirasi, sesuatu yang baru, persahabatan, romantisme, petualangan, kenangan.

Berkmuller (1981), menjelaskan bahwa karakteristik dari sebuah trail yang bagus adalah :

(21)

terselubung, persembunyian satwa, gua, aliran sungai, pemberhentian tua dari pepohonan, dan lain-lain

•Sebuah trail yang bagus adalah nyaman digunakan untuk berjalan,

menghindari jalan yang licin, pendakian yang terjal, Lumpur dan air

•Sebuah trail yang baik memelihara pengunjung dari ketegangan. Selain itu

dalam trail tersebut terdapat tempat-tempat khusus yang menarik, dimana jaraknya tidak terlalu jauh dan trailnya tidak pernah berupa jalan lurus untuk jarak yang relative panjang

•Trail yang baik juga mementingkan kemudahan bagi pengunjung. Trail

tersebut dilengkapi fasilitas yang bersih, dan jelas sekali menurut petunjuk symbol-simbol dan petunjuk jarak

•Trail yang bagus menghindari kemungkinan-kemungkinan lokasi yang berbahaya dan daerah-daerah rentan seperti; komunitas tanaman yang rentan dan habitat dari kehidupan liar yang mudah rusak.

Douglass (1982), mendefinisikan trail interpretasi adalah suatu rute yang dirancang untuk mengarahkan pengunjung ke tempat-tempat dimana obyek-obyek geologis, biologis, historis dan kebudayaan yang menarik akan dijelaskan kepada mereka dengan bantuan pemandu, tanda-tanda, pamflet atau peralatan elektronik sehingga pengunjung mendapatkan pengalaman tentang faktor-faktor lingkungan tersebut dengan pengalaman langsug dilapangan.

C. Perencanaan Interpretasi

Perencanaan adalah semua metode yang terperinci dan diformulasikan sebagai dasar untuk melaksanakan sesuatu, secara implisit hal ini berupa ide-ide untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan adalah suatu proses yang dan memiliki tahapan-tahapan logis serta berkelanjutan. Perencanaan juga merupakan alat yang dinamis dan harus fleksible pada perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga terbuka kemungkinan untuk selalu direvisi.

Pengertian lain dari perencanaan antara lain: 1. Perencanaan merupakan suatu pengembangan.

(22)

3. Perencanaan adalah cara penentuan tujuan dan memilih sarana untuk mencapai tujuan tersebut.

4. Perencanaan merupakan pemanduan dalam berpikir untuk menciptakan cara-cara yang masuk akal untuk mencapai tujuan.

5. Perencanaan adalah proses dalam membuat keputusan untuk tujuan yang akan datang, arah ke depannya dan tindakan-tindakan alternatif yang bisa dilakukan, yang didasarkan pada keinginan dan tujuan yang ingin dicapai sebelumnya.

Perencanaan interpretasi adalah sebuah proses yang bertahap dan berkelanjutan terutama sebagai pendekatan dalam kegiatan pengelolaan. Proses ini secara umum tertuang dalam dokumen perencanaan yang berupa panduan dalam melakukan pengelolaan, perlindungan dan pemeliharaan program interpretasi. Perencanaan interpretasi juga mencakup tujuan-tujuan, pemeliharaan kawasan, penggunaan kawasan dan manfaat yang dihasilkan, bagaimana seharusnya kawasan tersebut di kelola, sarana dan prasarana dan layoutnya serta informasi-informasi yang menjadi dasar perencanaan itu sendiri (Sharpe, 1982). Hal-hal yang diperlukan untuk menyusun rencana interpretasi antara lain:

1. Kondisi umum lokasi 2. Maksud dan tujuan 3. Kebijakan pengelolaan 4. Prioritas pengelolaan kawasan 5. Karakteristik pengunjung 6. Unit organisasi

7. Unit pengelola

(23)

Proses perencanaan yang baik harus merupakan proses yang dinamis dan meningkat secara sistematik, proses seperti bagan alir berikut :

Gambar 1. Proses perencanaan interpretasi menurut (Sharpe, 1982) Penjabaran dari tahapan tersebut adalah :

Tahap 1. Menentukan tujuan

Tujuan adalah pemandu untuk tindakan-tindakan spesifik yang diperlukan dalam sebuah perencanaan interpretasi. Menurut Young dalam Sharpe (1982), pedoman pemanduan ini harus:

a. Menyatakan suatu keseluruhan tujuan

b. Menandai adanya suatu kesadaran dari implikasi menyangkut tujuan itu atau tujuan lain

c. Menyediakan suatu target yang mencerminkan keseluruhan tujuan dan hasil yang mungkin dicapai.

d. Menunjukkan bagian-bagian kegiatan Tahap 2. Inventarisasi dan pengumpulan data

Tujuan dalam tahap inventarisasi ini adalah mengidentifikasi lokasi untuk menemukan sumberdaya serta keindahan alam. Aspek-aspek yang diidentifikasi antara lain: fisik, biologi dan lingkungan budaya. Inventarisasi yang baik sangat diperlukan untuk memberikan sebuah data dasar, yang berfungsi untuk keefektifan penyampaian informasi interpretasi. Selain itu, inventarisasi ini diperlukan sebagai sebuah pertimbangan dalam pemakaian lahan dan kesempatan untuk memasukkan kegiatan interpretasi didalamnya.

Teknik-teknik inventarisasi yang digunakan tergantung terhadap sumber informasinya. Sebagai prosedur standar adalah: mencari literatur yang terbaru,

Tujuan Inventarisasi dan pengumpulan

data

Analisis Sintesis Rencana Imlpementasi Evalua Masukan

(24)

menguji kembali data yang telah dipetakan, wawancara terhadap pengelola, masyarakat dan orang-orang yang sudah berpengalaman dilapangan.

Tahap 3. Analisis

Data-data yang diperoleh dalam inventarisasi haruslah menggambarkan kondisi yang berbeda untuk seluruh elemen yang mencakup alam dan sistem budaya. Dalam analisis data, informasi-informasi yang didapatkan harus diuji dan dievaluasi sehingga menghasilkan kritik dan saran untuk pengembangan rencana interpretasi dan disusun dalam sistem yang interaktif.

Hal lain yang diperlukan dalam tahap analisis yaitu mengidentifikasi potensi dari tema-tema interpretasi. Dasar tema bisa saja berupa seputar ciri khusus dari suatu daerah, atau yang sifatnya lebih umum dan unik.

Tahap 4. Sintesis dan alternatif perencanaan

Tahap ini merupakan tahapan untuk memadukan berbagai alternatif kegiatan dan mengidentifikasikan masing-masing penerapannya. Rancangan dan ide imajinatif menjadi penting, penyediaan selang pemilihan antara alternatif yang sama baiknya dengan basis untuk seleksi program.

Tahap 5. Perencanaan

Tahap dari proses perencanaan menitikberatkan pada pemilihan alternatif, yaitu sesuatu yang lebih memuaskan untuk semua kepentingan. Dalam tahap ini perencana harus melakukan perbaikan yang diperlukan dan mulai melengkapi semua aspek dari rencana yang diperoleh, termasuk pendugaan secara terperinci dari Dampak implementasinya.

Tahap 6. Implementasi

Mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemilihan cara dan tempat pelaksanaan interpretasi. Langkah ini bertujuan untuk melaksanakan penyampaian cerita sekaligus memecahkan masalah yang timbul.

Tahap 7. Evaluasi dan perbaikan rencana.

(25)

III. KONDISI UMUM

A. Sejarah Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon

Kawasan Ujung Kulon pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli botani Berkebangsaan Jerman , F. Junghun pada tahun 1846, ketika sedang mengumpulkan tumbuhan tropis. Pada masa itu kekayaan flora dan fauna Ujung Kulon sudah mulai dikenal oleh para peneliti, bahkan perjalanan ke Ujung Kulon ini sempat masuk di dalam jurnal ilmiah beberapa tahun kemudian. Tidak banyak catatan mengenai Ujung Kulon sampai meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883 yang memporak-porandakan semua vegetasi yang ada baik flora dan faunanya, tidak hanya itu pemukiman penduduk pun menjadi rata. Tetapi setelah beberapa tahun kejadian tersebut ekosistem vegetasi dan satwaliar di Ujung Kulon tumbuh dengan cepat (Rencana Pengelolaan Taman Nasional, 2005)

(26)

Pada tahun 1967, kawasan Suaka Alam Ujung Kulon melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.16/Kpts/Um/3/1967 tanggal 16 Maret 1967 mendapat penambahan kawasan dengan masuknya Gunung Honje selatan seluas 10.000 Ha yang bergandengan dengan bagian timur Semenanjung Ujung Kulon, juga bagian utara Gunung Honje seluas 9.498 Ha, dimasukkan kawasan Cagar Alam Ujung Kulon melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 39/Kpts/Um/1979 tanggal 11 Januari 1979. Pada tahun 1984, Menteri Kehutanan melalui Surat keputusan bernomor 96/Kpts/II/1984 tanggal 12 Mei 1984, dikelola dengan taman nasiona meliputi : Semenanjung Ujung Kulon seluas 39.120 Ha, Gunung Honje seluas 19.498 Ha, Pulau Peucang dan Panaitan seluas 17.500 Ha, kepulauan Krakatau seluas 2.405 Ha dan Hutan Wisata Carita seluas 95 Ha.

Tahun 1990, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian alam (PHPA) melalui Surat Keputusannya yang bernomor 44/Kpts/Dj/1990 tanggal 8 Mei 1990, menyerahkan pengelolaan pulau-pulau Krakatau seluas 2.405 ha kepada BKSDA II TanjungKarang, Lampung dan Hutan Wisata Gn. Aseupan Carita seluas 95 ha kepada pihak Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, Menteri Kehutanan menetapkan Ujung Kulon sebagai taman nasional secara resmi dengan Surat Keputusan No. 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 pebruari 1992, yang mempunyai luas 120,551 Ha, meliputi daratan 76.214 Ha dan kawasan laut 44.337 Ha. Pada tahun yang sama dengan ditetapkannya sebagai Warisan Dunia (The Worid Heritage Site), dengan Surat Keputusan Komisi Warisan Dunia UNESCO No. Sc/Eco/5867.2.409, tanggal 1 Pebruari 1992 (Rencana Pengelolaan Taman Nasional, 2005).

B. Kondisi Fisik B.1. Letak dan Luas

(27)

B.2. Topografi

Semenanjung Ujung Kulon mempunyai topografi datar disepanjang pantai utara, timur dan bagian barat daya dari selatan Gn. Telanca dengan puncak tertingginya 480 meter di atas permukaan laut. Dataran rendahnya merupakan rawa-rawa yang ditumbuhi bakau dan pantainya terdiri dari formasi daerah pesisir dan batu karang. Bagian tengah dan timur Semenanjung Ujung Kulon terdiri dari formasi batu kapur miosen yang tertutupi oleh endapan aluvial di bagian baratnya terdiri dari deretan Gn. Payung terbentuk oleh endapan batu miosen (Rencana Pengelolaan Taman Nasional, 2005).

B.3. Iklim

Semenanjung Ujung Kulon memiliki iklim Tropis laut dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3.249 mm dan temperatur 25 – 300 C0 serta kelembaban 80-90%. Musim hujan terjadinya musim barat laut. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei- September (Rencana Pengelolaan Taman Nasional, 2005).

B.4. Tanah

Keadaan tanah di Semenanjung Ujung Kulon adalah jenis tanah kompleks grumosol, regosol dan mediteran dengan fisiografi bukit lipatan (Rencana Pengelolaan Taman Nasional, 2005).

B.5. Aksesibilitas

Untuk sampai ke Taman Nasional Ujung Kulon dapat melalui jalan darat dengan rute sebagai berikut :

1.Rute Jakarta – Labuan dengan waktu tempuh 3-4 jam Jakarta-Cilegon-Labuan atau

Jakarta-Serang-Pandeglang-Labuan 2. Rute Bogor dengan waktu tempuh 4-5 jam

Bogor-Jakarta-Cilegon-Labuan atau

(28)

Dari Labuan menuju kawasan Taman Nasional Ujung Kulon dari Labuan dapat ditempuh dengan jalan darat atau laut, antara lain:

1. TamanJaya, 90 Km

Perjalanan darat menggunakan kendaraan umum dari Labuan-Sumur (70 km/2 jam). Sumur-TamanJaya dapat ditempuh dengan kendaraan mobil dan motor (20 km/1 jam) atau melalui laut dengan cara menyewa perahu motor dari Sumur (1,5 jam)

2. Pulau Handeuleum

Perjalanan laut dengan menggunakan motor laut dari Labuan 2-6 jam, 2 jam perjalanan laut dari Sumur, 40 menit perjalanan laut dari TamanJaya 3. Pulau Peucang dan Pulau Panaitan

Perjalanan laut 2-6 jam dari Labuan, 3,5 jam perjalanan dari Sumur, 3 jam perjalanan laut dari TamanJaya.

C. Kondisi Biotik C.1. Flora

Kawasan Semenanjung Ujung Kulon memiliki flora yang beragam, flora tersebut membentuk formasi hutan yang dicirikan adanya hutan hujan tropika dataran, hutan rawa, mangrove dan hutan pantai. Beberapa jenis tumbhan langka antara lain Palahlar (Dipterocarpus haseltii), kimenyan (Gorcinia rostata) dan Burahol (Stelecocarpus burahol).

C.2. Fauna

(29)

IV. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Ujung Kulon, Provinsi Banten, tepatnya pada jalur TanjungLame-KarangRanjang-Cibandawoh-Cikeusik Semenanjung Ujung Kulon. Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu bulan Januari – Pebruari 2006.

B. Bahan dan alat B.1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Buku Field Guide Pengenalan Burung dan Mamalia, Kuesioner, pedoman wawancara dan peta kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.

B.2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : alat tulis, kamera, stop watch, Global Positioning System (GPS) dan Binokuler.

C. Metode Penelitian C.1. Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup : a. Sejarah Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon b. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

1. Letak dan Luas 2. Topografi 3. Iklim 4. Tanah 5. Aksesibilitas 6. Flora dan Fauna c. Pengunjung

1.Karakteristik pengunjung(jenis kelamin, umur, asal, tingkat pendidikan, tingkat pekejaan, dll)

(30)

3.Tujuan kunjungan 4.Frekuensi kunjungan 5.Frekuensi tinggal

6.Aktivitas yang dilakukan 7.Obyek yang menarik

8.Pendapat dan saran pengunjung mengenai fasilitas interpretasi yang ada di sepanjanag jalur.

d. Sumberdaya Alam 1. Kondisi Biotik

a)Flora, meliputi jenis dan famili, warna, bau aroma, keunikan, kegunaan dan penyebaran di sepanjang jalur

b)Fauna, meliputi jenis dan famili, estetika, perilaku, status kelangkaan, penyebaran, waktu dan cara melihatnya

2. Kondisi Fisik a)Fenomena Alam

1.Hutan 2.Sungai 3.Pantai

4.Ekosistem yang khas b)Jalur Interpretasi

1.Panjang jalur 2.Lebar jalur

3.Kondisi jalur (naik, turun, alami atau sudah ada pergeseran, pengerasan, licin)

4.Fasilitas pendukung, meliputi : macam, jumlah, bentuk dan desain, kegunaan, kondisi fasilitas

3. Kondisi Sejarah dan Budaya

a)Peninggalan/benda sejarah yang ada disepanjang jalur b)Mitos/legenda yang ada disepanjang jalur

e. Pengelolaan Kawasan

(31)

3.Fasilitas yang direncanakan di setiap jalur

4.Rencana pengembangan interpretasi di setiap jalur f. Masyarakat Sekitar Kawasan

1.Sejarah, legenda/mitos yang ada di setiap jalur lokasi penelitian

2.Pemanfaatan masyarakat terhadap sumberdaya yang ada di jalur lokasi penelitian

3.Pengetahuan tentang sumberdaya yang ada di jalur lokasi penelitian 4.Partisipasi dan interaksi masyarakat terhadap taman nasional

C.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan 3 metode yaitu : Studi pustaka, Observasi lapangan dan wawancara

a. Studi Pustaka

Studi Pustaka ini dimaksud untuk menghimpun data sekunder yang diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku, laporan-laporan, peta-peta dan bentuk publikasi lainnya. Data yang dihimpun antara lain :

1. Kondisi umum (sejarah kawasan, letak dan luas, topografi, iklim, tanah dan aksesibilitas)

2. Kondisi Biologi (flora dan fauna)

3. Kondisi fisik (potensi obyek yang menarik, jalur dan fasilitas) 4. Sejarah dan legenda yang ada di setiap jalur

5. Peta Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon

Data – data ini digunakan sebagai acuan guna menentukan awal penelitian perumusan metode dan melengkapi data penelitian langsung di lapangan. Kegiatan studi pustaka ini dilakukan pada saat penelitian dan setelah penelitian. b. Obsevasi Lapangan

(32)

1.Kondisi Biologi 1.Flora

Berdasarkan hasil pustaka sebelumnya dilakukan verifikasi untuk mengetahui jenis dan famili, warna, bau/aroma, estetika, penyebaran di sepanjang jalur, keunikan dan kegunaannya. Kemudian dilakukan observasi di lapangan dengan cara mencatat tiap-tiap jenis flora yang ditemukan di sepanjang jalur, mendeskripsikan ciri morfologinya serta melakukan penandaan dengan titik koordinat GPS untuk jenis yang menarik dan didokumentasikan kedalam foto.

2.Fauna

Data mengenai fauna yaitu jenis dan famili, warna, estetika, status kelangkaan, perilaku, penyebaran di sepanjang jalur, waktu perjumpaan dan cara melihatnya. Data ini didapat dari hasil verifikasi yang sudah ada pada setiap jalur, kemudian mengamati fauna yang ada di setiap jalur baik secara langsung maupun tidak langsung di lapangan. Lokasi perjumpaan ditandai dengan titik koordinat GPS.

[image:32.612.148.383.447.580.2]

Untuk memudahkan dalam pengamatan satwa maka dibuat terlebih dahulu tabel matrik untuk pengamatan satwa sebagai berikut :

Tabel 1. Matrik Pengamatan Satwa

Pukul (WIB) Hari Pengamatan

1 2 3 4 5 6 06.00 – 09.00 T1 T2 T3

09.00 – 12.00 T2 T1 T3

12.00 – 15.00 T1 T2 T3

15.00 – 18.00 T2 T1 T3

Keterangan : Kegiatan pengamatan ini dilakukan pada lokasi jalur yang akan diinterpretasikan

(33)

2.Kondisi Fisik a. Fenomena Alam

1. Hutan 2. Sungai 3. Pantai

4. Ekosistem yang khas b. Jalur Interpretasi

1. Panjang jalur 2. Lebar jalur

3. Kondisi jalur (naik, turun, alamiatau sudah ada pergeseran, pengerasan, licin)

4. Fasilitas pendukung, meliputi : macam, jumlah, bentuk dan desain,kegunaan, kondisi fasilitas

Data mengenai kondisi fisik ini didapat dari hasil verifikasi yang sudah ada pada setiap jalur, kemudian melihat langsung dilapangan kondisi yang sekarang masih ada, hasilnya dicatat dan didokumentasikan dalam foto. 3.Kondisi Sejarah dan Budaya

a. Peninggalan/benda sejarah yang ada disepanjang jalur b. Mitos/legenda yang ada disepanjang jalur

c. Wawancara

Kegiatan wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data lebih lanjut mengenai kawasan penelitian. Pencatatan data dilakukan secara langsung melalui wawancara terhadap pengunjung yang berkunjung ke jalur, pengelola kawasan dan masyarakat sekitar kawasan.

(34)

dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yang disesuaikan dengan kemampuan dana dan waktu yang dimiliki peneliti.

Wawancara dengan pengelola dimaksudkan untuk melengkapi data yang diambil secara langsung di lapangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perencanaan interpretasi, fasilitas, serta rencana pengembangan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon dimasa yang akan datang.

Kegiatan wawancara ini dilakukan secara terpadu dengan menggunakan panduan wawancara (Lampiran 13)

Wawancara dengan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon dimaksudkan untuk memperoleh data Sejarah, legenda/mitos yang ada di setiap jalur lokasi penelitian pemanfaatan masyarakat terhadap sumberdaya yang ada di jalur lokasi penelitian pengetahuan tentang sumberdaya yang ada di jalur lokasi penelitian partisipasi dan interaksi masyarakat terhadap taman nasional.

Kegiatan wawancara ini dilakukan secara terpadu dengan menggunakan panduan wawancara (Lampiran 14)

C.3. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan data-data potensi sumberdaya, pengunjung dan pengelola. Data tersebut dianalisis secara deskriptif yaitu suatu analisis yang memberikan penjelasan, keterangan dan gambaran tentang data-data potensi yang diambil, sesuai dengan kriteria dari masing-masing komponen yang diamati.

C.4. Perencanaan Interpretasi Jalur

(35)
[image:35.612.104.538.88.662.2]

Bagan Alir Prosedur Penelitian

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian dan Perencanaan Interpretasi Taman Nasional Ujung Kulon

Teknik Pengumpulan Data - Studi Pustaka

- Observasi Lapangan - Wawancara

Sumberdaya Alam dan Budaya

-kondisi biologi

(flora dan Fauna)

-Kondisi Fisik

-Peninggalan sejarah

Pengelola -Penelaahan

mengenai tujuan dari kegiatan interpretasi yang telah dilakukan taman nasional

Masyarakat - Sejarah dan Mitos

- Pengetahuan sumberdaya

- Pemanfaatan sumberdaya

-Partisipasi dan interaksi

Karakteristik Pengunjung -Keinginan -Tujuan -Aktivitas -Obyekyang

menarik - Harapan

Fasilitas dan sarana pendukung yang ada

Analisis

Perencanaan Interpretasi Trail dari

(36)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengunjung

A.1. Karakteristik Pengunjung

Pengunjung merupakan salah satu unsur pokok dalam menyusun perencanaan interpretasi, mereka datang untuk melihat, merasakan dan mempelajari keistimewaan dan keunikan kawasan sebagai pengalaman barunya. Interpretasi diharapkan dapat membantu pengunjung dalam mengembangkan apresisasi dan pengertian tentang lokasi dan daya tarik yang dikunjunginya sehingga dengan waktu kunjungan yang singkat mereka dapat memanfaatkan kunjungannya.

Data Karakteristik pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon didapat berdasarkan jumlah responden sebanyak 30 orang, yang dilakukan dengan pembagian kuesioner dan wawancara pengunjung yang datang melewati trail TanjungLame-KarangRanjang-Cibandawoh-Cikeusik.

Berdasarkan hasil pengumpulan kuesioner dan wawancara pengunjung didapatka pengunjung domestik dari daerah Jabotabek (Jakarta, Bogor dan Tangerang). Usia pengunjung rata-rata berkisar antara 21 sampai dengan 30 tahun. Kebanyakan berjenis kelamin laki-laki lebih besar 66,7% dibandingkan dengan perempuan sebesar 33,3%, Hal ini karena trail yang dilalui masih alami, sehingga cocok bagi orang-orang yang mempunyai jiwa petualang yang tinggi, sedangkan tingkat pendidikan didominasi oleh pengunjung tingkat pendidikan Perguruan tinggi (53,3%) dan sebagian dari mereka mempunyai pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil sebesar 36,7%.

(37)
[image:37.612.131.508.248.471.2]

Umumnya sebagian pengunjung mendapatkan informasi mengenai kawasan Taman Nasional Ujung Kulon dari teman yang sudah mengunjungi Taman Nasional Ujung Kulon (43,3%) serta dari Media elektronik (40%). 76,7% Pengunjung baru pertama kali mengunjungi trail TanjungLame-KarangRanjang-Cibandawoh-Cikeusik sebagian lagi mengatakan sudah pernah mengunjungi trail lebih dari 2 kali. umumnya pengunjung mengadakan kunjungan selama 2 hari (40%).

Tabel 2. Karakteristik pengunjung (Asal, Jenis kelamin, Kelompok umur, Pekerjaan, Tingkat pendidikan) berdasarkan data responden di kawasan TNUK pada bulan Januari-Pebruari 2006

A.2. Penilaian Pengunjung terhadap Trail Interpretasi

Berdasarkan hasil wawancara dan pembagian kuesioner, pengunjung sebesar 40% mengunjungi trail TanjungLame-KarangRanjang, 33,3% mengunjungi trail KarangRanjang-Cibandawoh sedangkan 26,7% mengunjungi trail Cibandawoh-Cikeusik .

Trail yang diinginkan oleh sebagian besar pengunjung yaitu trail dibiarkan alami dan dipasang rambu-rambu interpretasi, ini untuk memudahkan pengunjung dalam menikmati obyek wisata dengan menggunakan trail.

Waktu yang dapat tempuh selama perjalanan berbeda-beda tergantung dari kemampuan fisik masing-masing orang, tetapi dari hasil wawancara bahwa 4 responden mengatakan trail TanjungLame-KarangRanjang dapat ditempuh

No Karakteristik Pengunjung ∑ Responden Presentase (%)

1. Jenis Kelamin

a. Laki-laki b. Perempuan 20 10 66,7 33,3

2. Kelompok Umur

a. <20 tahun b. 21-30 tahun c. 31-40 tahun d. 41-50 tahun

9 14 3 4 30 46,7 10 13,3

3. Tingkat pendidikan

a. Sekolah Menengah Pertama (SMP) b. Sekolah Menengah Atas (SMA) c. Perguruan Tinggi

3 11 16 10 36,7 53,3 4. Pekerjaan

(38)
[image:38.612.131.508.178.343.2]

dengan waktu 2-3 jam 66,7%, 83,3 % mengatakan trail KarangRanjang-Cibandawoh ditempuh dengan jarak 3-4 jam, 75% mengatakan trail KarangRanjang- Cibandawoh-Cikeusik dapat ditempuh dengan jarak 3-7 jam.

Tabel 3. Penilaian pengunjung terhadap trail interpretasi berdasarkan responden dikawasan TNUK pada bulan Januari-Pebruari 2006

No Kriteria

Trail

TL - KR KR - CB CB - CK

% % %

2. Waktu tempuh

a. 2-3 jam b.3-4 jam c. 3-7 jam

4 2 - 66,7 33,3 2 10 - 16,7 83,3 - 3 9 - 5,6 75

4. Tingkat kesulitan

a. tidak ada trail b.medan terlalu berat c. tidak ada pemberhentian

5 4 5 35,7 28,6 35,7 2 2 3 28,6 28,6 42,8 - 5 4 - 55,5 44,4 5. Trail yang diinginkan

a. dibiarkan alami (seperti sekarang) b.diberi rambu-rambu interpretasi c. a dan b

7 3 2 58,3 25 16,7 5 3 5 38,5 23,1 38,5 2 3 - 40 60 - Keterangan :

TL – KR : TanjungLame-KarangRanjang KR – CB : KarangRanjang-Cibandawoh CB – CK : Cibandawoh-Cikeusik

(39)
[image:39.612.133.508.104.260.2]

Tabel 4. Ketertarikan pengunjung terhadap sumberdaya alam sebagai obyek interpretasi di kawasan TNUK berdasarkan data responden pada bulan Januari-Pebruari 2006.

No Kriteria

Trail

TL - KR KR - CB CB - CK

% % %

1. Obyek yang menarik

a. Vegetasi hutan hujan dataran rendah b. Satwa

c. Pantai d. Hutan

e. Muara sungai Cikeusik

3 3 2 2 - 30 30 20 20 - 5 2 1 3 - 45,5 20 10 30 - 1 - 5 - 3 10 - 45,5 - 30

2. Penjelasan/cerita obyek interpretasi a. Mitos

b. Sejarah

c. Deskripsi dan karakteristik mengenai obyek interpretasi 1 - 5 16,7 - 83,3 3 2 15 15 10 75 - 2 2 - 50 50 Keterangan :

TL – KR : TanjungLame-KarangRanjang KR – CB : KarangRanjang-Cibandawoh CB – CK : Cibandawoh-Cikeusik

(40)
[image:40.612.131.507.105.319.2]

Tabel 5. Fasilitas dan interpretasi yang dibutuhkan pada setiap trail berdasarkan data responden kawasan TNUK pada bulan Januari-Pebruari 2006.

No Kriteria

Trail

TL - KR KR - CB CB - CK

% % %

1. Fasilitas yang dibutuhkan

a. Papan interpretasi (papan nama obyek, papan petunjuk arah, papan larangan, papam cerita)

b. Shelter

c. Menara pengamatan

5 4 3 41,7 33,3 25 7 3 - 70 30 - 6 2 - 75 25

2. Bentuk program interpretasi

a. Interpretasi yang memandu sepanjang perjalanan menyusuri jalan

b. interpreter yang memandu hanya pada tiap-tiap tempat pemberhentian tertentu

c. Rambu interpretasi

6 4 3 46,1 30,7 23,1 5 3 3 45,4 27,2 27,2 3 2 1 50 33,3 16,6 3. Kelengkapan yang diperlukan dalam menikmati

daya tarik wisata

a. Buku panduan (Booklet) b. Selebaran (Leaflet)

c. Pemutaran slide/film tentang kawasan TNUK Keseluruhan 7 4 3 50 28,5 21,4 3 5 1 33,3 55,5 11,1 5 1 1 71,4 14,2 14,2 Keterangan :

TL – KR : TanjungLame-KarangRanjang KR – CB : KarangRanjang-Cibandawoh CB – CK : Cibandawoh-Cikeusik

B. Potensi Obyek Interpretasi di sepanjang trail B.1. Potensi Flora

Hutan hujan tropis dataran rendah kaya akan potensi sumberdaya flora. Hal ini terlihat dari diketemukannya jenis-jenis tumbuhan yang ada pada setiap trail yang merupakan salah satu potensi kawasan yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai obyek interpretasi.

Data-data tentang flora diperoleh melalui observasi, wawancara dan studi pustaka. Berdasarkan hasil pengamatan disepanjang trail TanjungLame-KarangRanjang jenis flora yang teridentifikasi 32 jenis terdiri dari jenis pohon, liana dan perdu. Jenis perdu yang mendoninasi adalah Rotan (Daemonorops melanochaetes), perdu ini hampir tersebar merata di kanan kiri menuju KarangRanjang. Jenis pohon yang dapat ditemui diantaranya Kiara (Ficus hirta) waru laut (Hibiscus tiliaeus), Bayur (Pterospermum javanicum), Salam (Eugenia polyantha) dan Butun (Baringtonia asiatica). (Lampiran 3)

(41)

pinnata), Pandan bidur (Pandanus bidur), Pandan laut (Pandanus tectoralis), selain itu terdapat juga tumbuhan bawah yang mendominasi diantaranya : Canar (Smilax leucophylla), Sempur (Dillenia aurea), Capi tuhur (Micania cordata), Pacing (Coctus spec), Sariawan (Symplocos odoratissima) dan jenis Paku-pakuan (Tectaria sp). (Lampiran 4)

Sedangkan trail Cibandawoh-Cikeusik dapat ditemui jenis-jenis tumbuhan pantai diantaranya yaitu Waru laut (Thespia populnea), Ketapang (Terminalia cattapa), Kanyere laut (Desmodium heterophyllum), Butun (Baringtonia asiatica), Bungur (Lagerstroemia speciosa), Nyamplung (Calophyllum inophyllum) dan jenis Pandan laut (Pandanus tectorius). (Lampiran 5)

Gambar 3.Butun (Baringtonia asiatica) Gambar 4. Lame (Alstonia scholaris)

Gambar 5. Pandan laut (Pandanus tectorius) Gambar 6. Akar Bakau

B.2. Potensi Fauna

Satwa yang terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon walaupun secara umum sulit untuk diamati secara langsung tetapi dari jejaknya dapat menjadi salah satu obyek interpretasi yang menarik. Dari hasil pengamatan di setiap trail lebih banyak ditemukan jenis satwa burung, dibandingkan dengan jenis satwa mamalia dan primata.

(42)

Untuk jenis satwa yang terdapat pada trail TanjungLame-KarangRanjang diantaranya Madu Kelapa (Anthreptes malacensis), Rangkong badak (Buceros rhinoceros), Madu Bakau (Nectarinia calostetha), Cabai Jawa (Dicaeum trochileum),dan Takur Tulung Tumpuk (Megalaima javensis) hampir disepanjang trail dapat melihat burung rangkong yang sedang terbang maupun sedang bertengger diatas pohon. Selain itu di trail ini ditemukan jejak Badak jawa (Rhinoceros sondaicus), Macan Tutul (Panthera pardus) dan Babi (Sus scrofa) serta ditemukannya jenis Primata Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Lutung (Presbytis cistata), Owa (Hylobates moloch)

(43)

B.3. Keindahan Alam

Keindahan alam yang dapat dinikmati di trail TanjungLame-KarangRanjang-Cibandawoh-Cikeusik adalah sebagai berikut :

1. Pemandangan alam

Pemandangan alam yang indah berupa (bentuk formasi hutan hujan tropis dataran rendah, hutan mangrove, hutan primer dan sekunder)

Gambar 7. Formasi Hutan Pantai Gambar 8. Formasi Hutan dataran rendah

2. Sungai Ciperepet

[image:43.612.126.501.205.335.2]

Sungai Ciperepet merupakan sungai yang mengalir sepanjang tahun, sungai ini berbatasan atau terletak dengan hutan mangrove, sungai ini memiliki keindahan tersendiri dengan pemandangan alam yang sangat menarik.

Gambar 9. Sungai Ciperepet

3. Makam Kuta Karang

Makam kuta karang merupakan salah satu tempat yang sering dijadikan oleh masyarakat untuk berziarah. Menurut sejarahnya, ada seorang kuncen yang mendapat wangsit untuk menjadikan tempat tersebut sebagai tempat ziarah sebelum ke Sanghyang sirah. Makam ini terletak di blok Cilintang, ± 20 menit

Sumber : BTNUK

(44)

perjalanan dengan berjalan kaki menyusuri jalan patroli Tanjung Lame - KarangRanjang.

Gambar 10. Pintu masuk Makam Gambar 11. Makam Kuta Karang

4. Pantai Selatan

[image:44.612.130.505.123.244.2]

Pantai Selatan adalah pesona lain yang tidak kalah menariknya dibandingkan ditempat lain di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Hamparan pasir putih pantai selatan merupakan yang terpanjang di kawasan ini, yaitu ± 28 km dengan deburan ombaknya yang kencang. Pantai Selatan memiliki panorama khas pantai Selatan sangat indah. Bila kita berjalan dari TanjungLame-KarangRanjang maka setelah sekian lama kita berada di rimbunnya hutan hujan tropis ketika kita sampai di Cibandawoh seolah-oleh tersibak dan kita akan melihat pemandangan yang sungguh sangat fantastis : deburan ombak kencang pantai Selatan di bawah dengan hamparan pasir putihnya.

Gambar 12. Pantai Selatan

Sumber : WWF

(45)

5. Muara Sungai Cikeusik

Muara sungai Cikeusik merupakan salah satu keindahan alam yang sangat menarik untuk dinikmati oleh wisatawan yang akan mengunjungi Taman Nasional Ujung kulon. Sungai Cikeusik merupakan muara sungai yang besar dan luas dengan gundukan pasir yang membukit di tepi pantai, dilatarbelakangi vegetasi hutan pantai dengan didominasi oleh tumbuhan jenis pandan.

Gambar 13. Muara Sungai Cikeusik

C. Sejarah/Mitos di sepanjang trail

Penduduk yang berdomisili di sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon masih mempercayai bahwa pada, memiliki adanya hal-hal gaib dan mistik yang ada di sepanjang trail pantai selatan terutama pada trail KarangRanjang-Cibandawoh yang konon katanya sepanjang trail ini merupkan pintu masuk kerajaan manusia harimau. Manusia harimau ini asalnya juga sama manusia yang memiliki ilmu harimau. Ada dua versi mengenai legenda ini, pertama versi waktu penyebaran agama Islam masuk Jawa Barat, mereka tidak mau masuk agama baru dan tetap mempertahankan agama lama yaitu Budha berpindah tempat. Pada waktu itu Prabu Siliwangi yaitu Purnawarman tersisih oleh Islam dan mundur ke daerah selatan yang diperkirakan adalah Taman Nasional Ujung Kulon, lalu menjelma menjadi harimau.

(46)

ketujuh orang itu sebelum masuk hutan, mereka menancapkan tujuh buah tongkat dari kayu bungur. Sampai sekarang ke enam orang tersebut belum kembali, menurut dongeng ke enam orang itu menjelma menjadi harimau, masyarakat dari dulu hingga sekarang masih menganut kepercayaan tertentu ketika berada didalam hutan.

Kepercayaan tersebut berupa larangan-larangan yaitu tidak boleh makan sambil berjalan, jika akan duduk harus diberi alas dedaunan, jangan bersiul, jangan pernah menyebut nama harimau, tidak boleh memetik daun atau memotong dahan tanpa pisau/golok, buang air kecil jangan sambil berdiri, tidak boleh berjalan waktu sore hari menjelang maghrib. Apabila larangan-larangan tersebut di indahkan, maka akan tidak bersahabat dengan roh-roh penghuni hutan ini sebagai akibatnya mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

D. Kondisi Fisik Trail

1. Trail dari TanjungLame-KarangRanjang

Trail ini dimulai dengan melewati pemukiman penduduk legon pakis yang ada disekitar kantor seksi konservasi Wilayah II Handeuleum, jalan tanah yang becek apabila musim hujan, trail yang dimulai dari legon pakis (Pos TanjungLame) sampai ke Pos KarangRanjang yaitu ± 5,5 km. Trail menuju KarangRanjang memiliki topografi yang datar. Trail TanjungLame-KarangRanjang terpotong 3 aliran sungai yaitu aliran sungai selokan duyung, sungai ciperepet dan sungai cilintang. Kondisi trail masih alami hampir semua jalannya becek dan licin. Pada awal-awal masuk trail, kondisi trail masih kering, tetapi sudah memasuki jarak ± 2,4 km trail mulai becek dan susah dilewati, karena tanahnya yang lunak, dan banyak duri rotan. Lebar trail dari TanjungLame-KarangRanjang antara 0,5-3,4 m dengan waktu tempuh ± 3 jam 33 menit.

[image:46.612.122.506.591.695.2]
(47)

2. Trail dari KarangRanjang-Cibandawoh

[image:47.612.130.508.278.415.2]

Trail KarangRanjang-Cibandawoh yaitu mengikuti jalan patroli dengan panjang trail dari pos KarangRanjang-Cibandawoh ± 5,7 km, dengan waktu tempuh ± 2 jam. Trail KarangRanjang menuju Cibandawoh memiliki topografi naik, turun, dengan kondisi hutan masih rimbun mencirikan hutan hujan tropis dataran rendah. Kondisi trail masih alami dan ada trail yang tertutup oleh tumbuhan jenis paku-pakuan. Pada jarak ± 2 km kondisi trail sedikit becek dan licin yang tidak terlalu panjang, kemudian trail kering sampai menuju shelter Cibandawoh. Lebar trail antara 0,5-1 m.Gambaran tentang kondisi trail disajikan pada gambar berikut ini :

Gambar 16. Trail yang rimbun dengan jenis paku-pakuan Gambar 17. Kondisi Trail KarangRanjang-Cibandawoh

3. Trail dari Cibandawoh-Cikeusik

[image:47.612.168.427.548.688.2]

Trail Cibandawoh-Cikeusik dapat ditempuh dengan waktu 2 jam 38 menit dengan panjang trail ± 7,6 km untuk sampai ke muara Cikeusik. Kondisi trail menuju Cikeusik semuanya menyusuri hamparan pasir yang cukup panjang sehingga trail ini dapat dikatakan cukup melelahkan.

(48)

E. Wawancara dengan Pengelola

Dari hasil wawancara dan penelaahan terhadap tujuan taman nasional diperoleh keterangan bahwa secara umum Perencanaan di trail-trail Interpretasi Taman Nasional Ujung Kulon ditujukan untuk pelayanan interpretasi dengan memperbaiki dan melengkapi sarana dan prasarana, salah satunya trail menuju Pantai Selatan yaitu trail TanjungLame-KarangRanjang-Cibandawoh-Cikeusik. Untuk trail pantai selatan akan di buat sarana berupa trail khusus yang dapat memudahkan pengawasan. Hal ini dikarenakan trail merupakan habitat Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), sedangkan untuk prasarana yang akan dibuat adalah pembuatan papan-papan interpretasi (papan nama obyek, papan petunjuk arah, papan interpretasi) dan shelter.

Perencanaan interpretasi ini sudah pada tahap Pembuatan Kerangka Perencanaan Interpretasi dan observasi lapangan. Kerangka perencanaan interpretasi dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung dan perhatian terhadap kebutuhan pengunjung. Kerangka ini di muat dalam Rencana Penggunaan Oleh Publik (POP) Taman Nasional Ujung Kulon, yang merupakan kerjasama BTNUK dengan UNESCO/RARE.

(49)

VI. PERENCANAAN INTERPRETASI

A. Penyusunan Program Interpretasi

Perencanaan interpretasi ini merupakan hasil dari keseluruhan observasi lapangan dan analisis hasil terhadap potensi sumberdya, pengunjung dan pengelola, dari ketiga analisis tersebut kemudian dipilih suatu program interpretasi beserta media yang akan disampaikan di sepanjang trail dengan berhenti pada setiap objek interpretasi yang mengandung sumberdaya yang menarik. pembahasan dari obyek interpretasi, trail interpretasi, fasilitas dan kegiatan interpretasi. Objek interpretasi yang ada pada setiap trail merupakan gambaran dari suatu tema yang telah ditentukan, selain itu tema digunakan untuk membimbing pengunjung dalam menikmati setiap sumberdaya yang merupakan bagian dari cerita interpretasi.

Penyusunan programinterpretasi trail Pantai Selatan dari TanjungLame-KarangRanjang-Cibandawoh-Cikeusik ini ditujukan untuk pengunjung kelompok umur lebih muda dari 20 tahun dengan tingkat pendidikan SMA dan kelompok umur 21-30 tahun dengan tingkat Perguruan Tinggi/Mahasiswa. Pertimbangan pemilihan kelompok umur ini disesuaikan dengan kondisi trail.

A.1. Tema Interpretasi Taman Nasional

Tema adalah komentar mengenai status sumberdaya dan kaitannya dengan gambaran yang lebih besar, atau sesuatu yang ingin disampaikan. Menurut Kohl (2003) dalam Badi’ah (2004) Pengunjung datang mengunjungi suatu taman nasional, karena menginginkan suatu pengalaman. Sehingga taman nasional harus mempunyai tema untuk disampaikan kepada pengunjung. Melalui pengalaman yang direncanakan dengan baik, pengunjung akan memperoleh tema yang akan mereka bawa pulang. Ujung Kulon mempunyai empat tema yang akan digunakan dalam pembuatan perencanaan interpretasi diantaranya yaitu:

(50)

2) Tema II : Karena terisolasi di Ujung Kulon Barat Pulau Jawa, TNUK merupakan tempat terakhir bagi habitat alami di pulau berpenduduk terbesar

3) Tema III : Badak Jawa harus menjadi punah dulu bagi masyarakat Indonesia sebelum ia akhirnya mendapatkan ketenarannya yang mendunia, hal tersebut menggambarkan bahwa seringkali penghargaan terhadap sesuatu itu datang sangat terlambat

4) Tema IV : Dengan adanya patung Arca Ganesha dan Syiwa serta tempat ziarah di Gua Sanghyang Sirah di TNUK, kawasan tersebut sejak lama telah menjadi tempat pemenuhan kebutuhan spiritual manusia. Kehadiran tempat-tempat tersebut memperkuat kepercayaan bahwa Ujung Kulon memiliki kekuatan magis dan mampu menjauhkan masyarakat setempat dari merusak kawasan tersebut.

Dari tema tersebut, maka tema yang paling tepat dalam pembuatan program interpretasi pada trail TanjungLame-KarangRanjang-Cibandawoh-Cikeusik yaitu Tema ke II. Tema/tema tersebut dipilih karena disesuaikan dengan sumberdaya yang ada di sepanjang trail dan daya tariknya. Dengan menghadirkan tema tersebut diharapkan pengunjung dapat memahami arti penting dari keberadaan taman nasional sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusinya terhadap kawasan konservasi yang ada.

A.2. Program Kegiatan Interpretasi

(51)

ekosistmnya dalam kegiatan wisata. Program kegiatan interpretasi yang dapat dikembangkan pada setiap trail adalah sebagai berikut :

1.Trail TanjungLame-KarangRanjang

Trail menuju KarangRanjang memiliki topografi yang datar. Kondisi trail masih alami hampir semua jalannya becek dan licin. Lebar trail dari TanjungLame-KarangRanjang antara 0,5-3,4 m dengan waktu tempuh ± 3 jam 33 menit. Program kegiatan interpretasi sebagai berikut :

a. Trekking Pantai selatan Materi yang disiapkan :

1. Mengenal ekosistem hutan dan obyek interpretasi 2. Pengenalan trail yang ditempuh

b. Pengenalan jenis flora dan fauna Materinya :

1. Ciri khas

2. Manfaatnya bagi manusia 3. Habitat dan ekosistemnya 4. Status perlindungan

5. Waktu,tempat dan cara melihatnya c. Mengenal sejarah

Materinya :

1. Mengenal sejarah kawasan 2. Cara-cara melestarikannya

[image:51.612.142.507.563.674.2]

Sumberdaya yang dijadikan sebagai obyek interpretasi pada lokasi ini dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Obyek interpretasi dari Tanjunglame-KarangRanjang

No Nama Obyek Keterangan Lokasi

1. Pemandangan Trail TanjungLame-KarangRanjang memiliki keindahan alam yang dapat dinikmati berupa terdapat beberapa formasi hutan, mulai dari hutan pantai, hutan mangrove, hutan rawa, dan hutan hujan tropis dataran yang masih alami, dengan perbedaan tersebut juga terdapat perbedaan dalam vegetasinya.

Sepanjang Trail TanjungLame-KarangRanjang

2. Makam Makam tua yaitu makan Raden mas Lintang yang terletak persis dipinggir sungai cilintang, makam ini banyak di kunjungi pengunjung yang akan berziarah ke Sanghyangsirah.

(52)
[image:52.612.132.508.94.432.2]

Tabel lanjutan

No Nama Obyek Keterangan Lokasi

3. Rotan

(Daemonorips melanochaetes)

Memiliki batang coklat kekuning-kuningan besarnya mencapai 15-25 mm. Memiliki ruas dengan panjnag 22-28 cm. Dapat digunakan sebagai bahan pengikat, daun-daunnya dapat digunakan untuk atap.

Dikanan-kiri trail

4. Kiara (Ficus hirta)

Memiliki batang besar, tumbuh tinggi tegak, tinggi sampai 2 m memiliki akar-akar gantung yang telah menyentuh tanah dan membentuk dahan besar yang menjalar. Terdapat didataran rendah ± 6oo mdpl, di hutan semak dan hutan sekunder. Daunya dapat digunakan sebagai pakan ternak.

Di blok ciperepet

5. Pandan laut (Pandanus tectorius)

Pohon yang memiliki tinggi hingga 7 m, tumbuh dengan tegak pada pangkal menjalar, bercabang renggang dan jarang, batangnya seperti kerucut. Daun mudanya yang belum berkembang dapat dimakan sebagai obat pusing, daun tua sebagai pembuatan tikar

Berada dipinggir pantai

6. Langkap (Arenga obtusifolia)

Jenis palm memiliki batang yang lurus atau sedikit bengkok dengan tinggi 6-8 m dengan besarnya mencapai 22 m. Palm ini biasanya berkelompok, kayunya dapat digunakan untuk pembuatan sarung senjata .

Di blok ciperepet

7. Rangkong (Buceros rhinoceros)

Berukuran sangat besar (110 cm) berwarna hitam dan putih, paruh dan tanduk besar diatas paruh berwarna merah-kuning. Ekor putih mencolok dengan garis hitam lebar melintng, kepala, punggung, sayap dan dada hitam, perut dan paha pitih. Iris putih sampai biru (betina) atau merah (jantan).

Di blok ciperepet

8. Takur tulung tumpuk (Megalaima javensis)

Berukuran agak besar (26 cm) berwarna-warni. Bulu dewasa biasanya hijau polos. Mahkota kuning dan bintik kuning dibawah mata, tenggorokan merah. Ada becak merah pada sisi dada dan kerah lebar hitm melewati dada atas dan sisi kepala sampai mata. Iris coklat, paruh hitam.

Disepanjang trail TanjungLame-KarangRanjang

2. Trail KarangRanjang-Cibandawoh

Trail KarangRanjang menuju Cibandawoh memiliki topografi naik, turun, dengan kondisi hutan masih rimbun mencirikan hutan hujan tropis dataran rendah. Lebar trail antara 0,5-1 m. Program kegiatan interpretasinya adalah :

a. Pengenalan Pakan Badak Materinya :

(53)

b. Pemantauan Badak bersama Ranger Materinya :

1. Mengenal alat-alat pemantauan Badak seperti GPS (Global Positioning System)

2. Perilaku Badak

3. melihat jejak/tapak, kubangan dan bekas makan

[image:53.612.89.513.253.651.2]

Sumberdaya yang dijadikan sebagai obyek interpretasi sepanjang trail dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Obyek Interpretasi dari Cibandawoh-Cikeusik

No Nama Obyek Keterangan Lokasi

1. Waru laut

(Hibiscus tiliaceus)

Pohon yang memiliki batang lurus dengan batang tidak terlalu besar, tajuk lebih kecil dengan cabang yang begitu bengkok, tumbuhan ini tumbuh pada daerah tropis, terutama tumbuh dipantai-pantai berpasir. Akarnya digunakan sebagai penurun panas

Dikanan kiri Pintu masuk trail

Cibandawoh

2. Pandan laut

(Pandanus tectorius)

Pohon yang memiliki tinggi hingga 7 m, tumbuh dengan tegak pada pangkal menjalar, bercabang renggang dan jarang, batangnya seperti kerucut. Daun mudanya yang belum berkembang dapat dimakan sebagai obat pusing, daun tua sebagai pembuatan tikar

Blok tanjungan treleng

3. Baintaro

(Cerbera manghas)

Pohon yang memiliki batang dengan tinggi lebih dari 15 m, memiliki cabang yang agak bengkok, kayunya berwarna putih, tumbuh di tepi-tepi sungai. Akarnya digunakan sebagai obat pencahar.

Blok pamancatan

4. Butun

(Baringtonia asiatica)

Pohon dari asia tenggara memiliki tinggi hanya17m, besar batang 50 cm pada umumnya agak bengkok bercabang banyak memiliki daun yang bagus serta bunganya yang indah. Tumbuh di pantai yang berpasir dan berkarang. Kayunya digunakan untuk bangunan rumah.

Di pinggir pantai blok tanjungan treleng 5. Sulangkar (Leea indica)

Tumbuhan perdu yang memiliki tinggi 3-11 m, berakar tunggang terdapat pada ketinggian 700 mdpl, tumbuh didalam belukar dan hutan-hutan, kayunya dapat digunakan sebagai obat luka dan daunnya untuk menyembuhkan obat tuli

Blok pamancatan disebelah kanan kiri trail 6. Sariawan

(Symplocos odoratiasima)

Pohon yang memiliki tinggi 25 m, dengan batnag yang kecil, daun berwarna hijau dan berbau khas. Daunnya dapat digunakan sebagai obat sakit perut.

Blok pamancatan

7. Gagak Hutan (Cervus enca)

Berukuran besar (45 cm) paruh jauh lebih besar. Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam

Blok pangukusan 8. Merak Hijau

(Pavo muticus)

Khas berukuran sangat besar (jantan 210 cm, betina 120 cm) dengan penutup ekor yang sangat panjang (jantan). Jambul tegak di atas pohon kepala. Iris dan paruh coklat, kaki hitam keabu-abuan.

Di pantai pos karangRanjang

9. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)

Memiliki warna coklat, warna rambut bervariasi tergantung umur, tetapi umumnya berwarna lebih gelap dan lebih mengkilap panjang kepala dan badan berkisar antara 350-455 mm, panjang ekor antara 400-565 mm telapak kaki belakang 120-140 mm. Hidup menghuni kawasan hutan.

Di belakang pos

karangRanjang

10. Rangkong (Buceros rhinoceros)

Berukuran sangat besar (110 cm) berwarna hitam dan putih, paruh dan tanduk besar diatas paruh berwarna merah-kuning. Ekor putih mencolok dengan garis hitam lebar melintng, kepala, punggung, sayap dan dada hitam, perut dan paha pitih. Iris putih sampai biru (betina) atau merah (jantan).

(54)

3. Trail Cibandawoh-Cikeusik

Trail Cibandawoh-Cikeusik dapat ditempuh dengan waktu 2 jam 38 menit dengan panjang trail ± 7,6 km untuk sampai ke muara cikeusik. Kondisi trail menuju cikeusik semuanya menyusuri hamparan pasir yang cukup panjang. Program kegiatan interpetasi adalah Trekking Pantai Selatan, materi yang disiapkan

1. Mengenal ekosistem hutan dan obyek interpretasi 2. Pengenalan trail yang ditempuh

[image:54.612.134.506.271.549.2]

Sumberdaya yang dijadikan sebagai obyek interpretasi sepanjang trail dapat dilihat pada tabel

Gambar

Gambar 1. Proses perencanaan interpretasi menurut (Sharpe, 1982)
Tabel 1. Matrik Pengamatan Satwa
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian dan Perencanaan Interpretasi
Tabel 2. Karakteristik pengunjung (Asal, Jenis kelamin, Kelompok umur,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Banten West Java Tourism Development Corporation sebagai badan usaha pengusul dan telah memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39

(9) Strategi pembangunan Fasilitas Kepariwisataan yang mendorong pertumbuhan, meningkatkan kualitas dan daya saing Parangtritis-Depok- Kuwaru dan sekitarnya sebagaimana

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa variasi tingkat keasaman berpengaruh nyata terhadap kadar metoksil pektin kulit buah durian Rata-rata kadar metoksil

Merancang upaya yang harus dilakukan pihak penyedia RTH-Kota berdasarkan keinginan penduduk (partisipan FGD). Upaya tersebut merupakan jawaban dari pertanyaan: apa

Bagi profesi keperawatan diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada diabetesi, yaitu seperti memberikan motivasi agar diabetesi dapat menyeimbangkan

Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil pendapat atau kesimpulan bahwa identitas diri tidak berpengaruh terhadap perilaku konsumtif yang dilakukan oleh siswa-siswi SMA Negeri

Sementara pada pasal 55 ayat (1), dijelaskan Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama, sedangkan ayat (2),

Limbah isi rumen dari rumah potong hewan (RPH) yang belum terkelola secara optimal memungkinkan menimbulkan masalah bagi lingkungan. Salah satu alternatif pengolahan limbah