• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINGKAIAN BERITA BOM BUNUH DIRI DI SOLO PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN SURYA (Studi Analisis Framing berita bom bunuh diri di Solo pada Surat kabar Jawa Pos dan Surya edisi 26-29 September 2011).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINGKAIAN BERITA BOM BUNUH DIRI DI SOLO PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN SURYA (Studi Analisis Framing berita bom bunuh diri di Solo pada Surat kabar Jawa Pos dan Surya edisi 26-29 September 2011)."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Program studi Ilmu Komunikasi

Oleh :

NURMA AYU BUDI UTAMI

0743010259

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”J AWATIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI……….……….ii

KATA PENGANTAR………..………….iii

DAFTAR ISI………..………vi

DAFTAR GAMBAR………...ix

DAFTAR TABEL...………...x

DAFTAR LAMPIRAN……….xi

ABSTRAKSI………xii

BAB I PENDAHULUAN ………..1

1.1Latar Belakang Masalah ………1

1.2Perumusan Masalah………...8

1.3Tujuan Penelitian ……….………...8

1.4Manfaat Penelitian……….…………9

1.4.1 Secara Teoritis………...9

1.4.2 Manfaat praktis………...………...9

Bab II KAJ IAN PUSTAKA………10

2.1 Landasan Teori ………10

2.1.1 Surat kabar sebagai tanggung jawab social……….10

2.1.2 Surat kabar sebagai kontrol social………...……10

(3)

2.1.6 Berita sebagai hasil konstruksi realitas……...……….21

2.1.7 Teori Hierarchy of Influence……….………...23

2.1.8 Analisis framing ………...………30

2.1.9 Model framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki…………..…..33

2.2 Kerangka berpikir……….39

BAB III METODE PENELITIAN ………42

3.1 Metode penelitian ………42

3.1.1 Definisi operasional…. ………...………...44

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian ……….45

3.3 Unit Analisis ………...45

3.4 Populasi dan Korpus………45

3.5 Teknik Pengumpulan Data………...47

3.6 Teknik Analisis Data………...47

3.7 Langkah- langkah Analisis Framing………48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………49

4.1Gambaran Umum Obyek Penelitian……….49

4.1.1 Profil perusahaan Jawa Pos………..………..49

4.1.2 Kebijaksanaan Redaksional Jawa Pos ……….55

(4)

4.2.1 Analsis Framing Surat Kabar Jawa Pos dan Surya………...72

4.2.1.1 Frame Jawa Pos 26 September 2011………..72

4.2.1.2 Frame Jawa Pos 29 September 2011………..76

4.2.1.3 Frame Surya 26 September 2011………...80

4.2.1.4 Frame Surya 29 September 2011………...84

4.2.2 Frame Keseluruhan dari Jawa Pos dan Surya………...……87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..………91

5.2 Saran………..………...91

Daftar Pustaka………..93

(5)
(6)

Tabel 2.1 Kerangka Framing Pan dan Kosicki ... …..34

Tabel 4.1 Deskripsi halaman surat kabar Jaw a Pos………58

Tabel 4.2. Deskripsi halaman surat kabar Surya………...67

Tabel 4.3. Korpus Penelit ian……….71

Tabel 4.4. St rukt ur Frame Jaw a Pos 26 Sept ember 2011………75

Tabel 4.5. St rukt ur Frame Jaw a Pos 29 Sept ember 2011………79

Tabel 4.6. St rukt ur Frame Surya 26 Sept ember 2011……….………..83

Tabel 4.7. St rukt ur Frame Surya 29 Sept ember 2011……….………..86

(7)

2. Lampiran 2 Densus Buron Lain ke Surabaya………96

3. Lampiran 7 Bomber Gereja dibantu Warga Solo………...97

4. Lampiran 8 Teroris Bondo Nekat Ngebom Gereja………98

5. Lempira 9 Teroris………...………..99

(8)

Pos dan Sur ya edisi 26-29 Septmber 2011)

The exist ence of r eport ing a suicid e bombing at Bet hel Gospel Church in Jebr es, Solo, Cent ral Java. In t his t ragedy t he bombing suspect named Ahmad Hayat Yosepa t he scene w ere killed and dozens w ounded j ema'at Bet hel Gospel church. This st udy aim ed t o find out how new spapers framed t he Sun Java Post and new s. Because, basically, t he new s media is pengkonst ruksi r ealit y t hat t hey serve, it can happen because t her e are loads of polit ical int erest s, economic as w ell as t he int er est s of t he ow ners of t he new s media.

To see t he differ ence of t he media in const ruct ing a realit y, penelit ih choose framing analysis as a met hod of research using t he model of Pan and Kosicki framing. To analyze t he differ ences in new s coverage and cont ent of each new spaper, r esearcher s used a device ow ned by Pan and Kosicki w hich examined t he four st ructur es of syntax, script , t hemat ic, and rhet orical.

The r esult s of t he analysis t he r esearcher s not e t hat t he frame coverage Java Pos daily new spaper has t he view t hat suicide bombin g in Solo associat ed w it h cases of suicide bombings earlier, namely in Cirebon Police mosque. M eanw hile, according t o daily new spaper Sur ya, t he case of suicide bombing is linked t o t he unrest in Ambon. In spit e of it all, t he media should be able t o posit ion it self as a neut ral part y, and can pr esent a valid message t o t he communit y.

Key w ords: Analysis of framing, suicide bombings

ABSTRAKSI

NURMA AYU BUDI UTAMI, PEMBINGKAIAN BERITA BOM BUNUH DIRI DI SOLO PADA SURAT KABAR J AWA POS DAN SURYA ( Studi analisis fr aming ber ita bom bunuh dir i di Solo pada surat kabar J awa Pos dan Sur ya edisi 26-29 Septmber 2011)

(9)

menggunakan perangkat framing model Pan dan Kosicki. Untuk menganalisis perbedaan pemberitaan dan isi berita masing-masing surat kabar, peneliti menggunakan perangkat milik Pan dan Kosicki yang meneliti pada empat struktur yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.

Hasil analisis peneliti diketahui bahwa frame pemberitaan surat kabar harian Jawa Pos mempunyai pandangan bahwa bom bunuh diri di Solo terkait dengan kasus bom bunuh diri sebelumnya, yakni di masjid Polres Cirebon. Sedangkan menurut surat kabar harian Surya, kasus bom bunuh diri ini terkait dengan kerusuhan di Ambon. Terlepas dari itu semua, media hendaknya dapat memposisikan diri sebagai pihak yang netral, dan dapat menyajikan berita yang valid kepada masyarakat.

(10)

BUNUH DIRI DI SOLO PADA SURAT KABAR J AWA POS DAN SURYA ( Studi analisis fr aming ber ita bom bunuh dir i di Solo pada surat kabar J awa Pos dan Sur ya edisi 26-29 Septmber 2011)

The exist ence of r eport ing a suicid e bombing at Bet hel Gospel Church in Jebr es, Solo, Cent ral Java. In t his t ragedy t he bombing suspect named Ahmad Hayat Yosepa t h e scene w ere killed and dozens w ounded j ema'at Bet hel Gospel church. This st udy aim ed t o find out how new spapers framed t he Sun Java Post and new s. Because, basically, t he new s media is pengkonst ruksi r ealit y t hat t hey serve, it can happen because t here ar e loads of polit ical int erest s, economic as w ell as t he int er est s of t he ow ners of t he new s media.

To see t he diff erence of t he media in const ruct ing a realit y, penelit ih choose framing analysis as a met hod of r esearch using t he model of Pan and Kosicki framing. To analyze t he differ ences in new s coverage and cont ent of each new spaper, r esear cher s used a device ow ned by Pan and Kosicki w hich examined t he four st ructur es of syntax, script , t hemat ic, and rhet orical.

The result s of t he analysis t he researchers not e t hat t he fram e coverage Java Pos daily new spaper has t he view t hat suicide bombing in Solo associat ed w it h cases of suicide bombings earlier , namely in Cirebon Police mosque. M eanw hile, according t o daily new spap er Sur ya, t he case of suicide bombing is linked t o t he unrest in Ambon. In spit e of it all, t he media should be able t o posit ion it self as a neut ral part y, and can present a valid message t o t he communit y.

(11)

Pos dan Sur ya edisi 26-29 Septmber 2011)

Adanya pemberitaan bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil di Jebres, Solo, Jawa Tengah. Dalam tragedi ini tersangka pengeboman yang bernama Ahmad Yosepa Hayat tewas ditempat kejadian dan berhasil melukai puluhan jema’at gereja Bethel Injil. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana surat kabar Jawa Pos dan Surya membingkai berita tersebut. Karena pada dasarnya media merupakan pengkonstruksi realitas berita yang mereka sajikan, hal itu dapat terjadi karena ada muatan kepentingan politik, ekonomi maupun kepentingan pemilik terhadap pemberitaan media tersebut.

Untuk melihat perbedaan media dalam mengkonstruksi suatu realitas, penelitih memilih analisis framing sebagai metode penelitian dengan menggunakan perangkat framing model Pan dan Kosicki. Untuk menganalisis perbedaan pemberitaan dan isi berita masing-masing surat kabar, peneliti menggunakan perangkat milik Pan dan Kosicki yang meneliti pada empat struktur yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.

Hasil analisis peneliti diketahui bahwa frame pemberitaan surat kabar harian Jawa Pos menjabarkan bahwa jaringan yang terkait aksi bom bunuh diri di Solo diduga jaringan teroris yang sebelumnya telah melakukan aksinya di masjid mapolresta Cirebon yang telah terjadi beberapa pekan lalu.. Sedangkan menurut surat kabar harian Surya, kasus bom bunuh diri ini terkait dengan kerusuhan di Ambon.

(12)

2.1. Landasan Teor i

2.1.1. Surat Kabar sebagai Tanggung J awab Sosial

Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, cerita, artikel, iklan, dan sebagainya yang dicetak kedalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan secara teratur (Djuroto, 2002:11). Pada ilmu komunikasi khususnya studi komunikasi massa, surat kabar merupakan salah satu kajiannya. Dalam buku “Enslikopedia Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan yang diterbitkan secara berkala dan diedarkan secara umum (Junaedhi, 1991:257).

Pada perkembangannya, surat kabar menjelma sebagai salah satu bentuk dari pers yang memiliki kekuatan dan kewenangan untuk menjadi sebuah kontrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini disebabkan adanya falsafah pers yang selalu identik dengan kehidupan sosial, politik, dan budaya.

(13)

kualitas penerbitan, tidak hanya tentang obyektifitas berimbang, ketepatan, kejelasan, kejujuran, dan kelengkapan, tetapi juga mengenai nilai-nilai berita yang dikandung oleh suatu peristiwa yang menjadi berita. Untuk objektifitas berita banyak ditentukan oleh cover both side dan oleh ketidak berpihakan (Encip dalam jurnal ISKI, edisi 5 Oktober 2 000:48).

2.1.2. Surat Kabar sebagai Kontr ol Sosial

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya, sela menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif, menghibur, melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran positif dari masyarakat itu sendiri (Efendi,2003:149).

Sementara dalam Jurnalistik Indonesia ( Sumadiria, 2005:32-35) menunjukkan 5 (lima) fungsi dari pers, yaitu :

1. Fungsi informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya, yang aktual, akurat, tajam, dan terpercaya.

2. Fungsi edukasi, informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam rangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.

(14)

4. Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengembang fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam suatu masyarakat atau negara.

5. Fungsi mediasi, dimaksudkan disini adalah pers mampu menjadi fasilitator atau mediator yang menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain.

Kontrol sosial menurut J. S. Roucek dalam pengadilan sosial (1987:2) adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang mana individu diajarkan atau dipaksa tidak menerima cara-cara dan nilai kehidupan kelompok.

Dari definisi ini menonjolkan sifat kolektif dan usaha kelompok untuk mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh kelompok dimulai dengan baik. Dalam hubungan ini individu bahkan kalau diperlukan dapat dipaksa untuk bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.

Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial adalah tekanan mental terhadap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai penilaian kelompok. Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial bertujuan untuk :

1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya. 2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri. 3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma

(15)

2.1.3. Media dan Kontr uksi Realitas

Dalam pandangan kontruksionis, media dilihat bukan hanya sekedar saluran yang bebas, tapi juga subyek yang ,memgkonstruksi realitas lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihaknya. Media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam mendefinisikan aktor dengan bingkai tertentu yang pada akhirnya menentukan bagaimana khalayak harus melihat dan memahami peristiwa dalam kaca mata tertentu (Eriyanto, 2005:24).

(16)

2.1.4. Ideologi Media

Konsep ideologi dalam sebuah institusi media massa ikut berpengaruh dalam menentukan arah dan isi pemberitaan yang akan disampaikan kepada pembaca. Hal ini disebabkan karena teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktek ideologi atau pencerminan ideologi tertentu (Eriyanto, 2005:75)

Dalam pembuatan berita selalu melibatkan pandangan dan ideologi wartawan atau bahkan media yang bersangkutan. Ideologi ini menentukan aspek fakta dipilih dan membuang apa yang ingin dibuang. Artinya jika seorang wartawan menulis berita dari satu sisi, menampilkan sumber dari satu pihak dan memasukkan opininya pada berita, semua itu dilakukan dalam rangka pembenaran tertentu. Dapat dikatakan media bukanlah merupakan sarana yang netral dalam menampilkan kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa adanya, tetapi kelompok dan ideologi yang dominan dalam media itulah yang akan ditampilkan dalam berita-beritanya.

(17)

tertentu untuk ditonjolkan dari pada fakta yang lain, walaupun hal itu merugikan pihak lain, menempatkan sumber berita yang satu lebih menonjol dari pada sumber yang lain, ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada pihak tertentu artinya ideologi wartawan dan media yang bersangkutanlah yang secara strategis menghasilkan berita-berita seperti itu. Disini dapat dikatakan bahwa media merupakan inti instrumen ideologi yang tidak dipandang sebagai zona netral dimana berbagai kelompok dan kepentingan ditampung, tetapi media lebih sebagai subyek yang mengkonstruksi realitas atas penafsiran wartawan atau media sendiri untuk disebarkan kepada khalayak (Eriyanto, 2005:95).

2.1.5. Pr oduksi Ber ita

(18)

Rutinitas organisasi ada banyak faktor kenapa peristiwa tertentu diberitakan sementara dan lainnya tidak. Lebih banyak proses seleksi dan sortir itu terjadi dalam rutinitas kerja redaksi. Setiap hari institusi media secara teratur memproduksi berita dan proses seleksi itu adalah bagian dari ritme dan keteraturan kerja yang dijalankan setiap harinya sebagai bagian untuk mengefektifkan organisasi media mengkategorisasikan peristiwa dalam kategori atau bidang tertentu. Wartawan dibagi dalam berbagai departemen, dari ekonomi sampai olahraga supaya mereka menghasilkan laporan yang berhubungan dengan bidangnya tersebut. Wartawan juga diklasifikasikan sebagai koresponden daerah dan nasional. Praktek organisasi semacam ini yang semula dimaksudkan sebagai pembagian kerja, efektivitas dan pelimpahan wewenang akhirnya berubah menjadi bentuk seleksi tersendiri.

Nilai ber ita. Seperti kerja profesional lainnya, wartawan dan orang yang bekerja di organisasi media juga memiliki batasan profesional untuk menilai kualitas pekerjaan mereka. Peristiwa yang disajikan oleh wartawan harus memenuhi nilai berita untuk dianggap sebagai berita. Nilai-nilai berita bukan hanya menentukan peristiwa apa saja yang diberitakan, melainkan juga bagaimana berita itu dikemas. Hanya peristiwa yang memeiliki aturan-aturan tertentu saja yang layak dan bisa disebut sebagai berita. Ini adalah prosedur pertama dari bagaimana peristiwa dikonstruksi (Eriyanto,2002:104).

(19)

bukan hanya menjadi ukuran dan standar kerja, melainkan juga telah menjadi ideologi dari kerja wartawan.

Berhubungan dengan orientasi media dengan khalayak, shoemaker dan Reese mengungkapkan bahwa nilai berita adalah elemen yang ditujukan kepada khalayak (Eriyanto, 2006:105). Memproduksi berita tidak berbeda dengan memproduksi barang, keduanya ditujukan pada khalayak. Nilai berita adalah produk dari konstruksi wartawan. Secara umum, nilai berita sebagai berikut :

1. Pr ominace, nilai berita diukur dari kebesaran peristiwanya atau arti pentingnya. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang dipandang penting. Misalnya kecelakaan pesawat adalah berita, sementara kecelakaan sepeda motor bukanlah berita.

2. Human Inter est, peristiwa yang diberitakan lebih banyak mengandung unsur haru, sedih dan mengurus emosi khalayak. Misalnya abang becak yang mengayuh becaknya dari Surabaya ke Jakarta merupakan berita, sementara abang becak yang mengayuh becak keliling Surabaya bukan berita.

3. Conflict/Contr over cy, peristiwa yang mengandung konflik lebih potensial disebut berita dari pada peristiwa yang biasa-biasa saja. Misalnya kerusuhan antara etnis Madura dan etnis Dayak disebut berita, sementara pertengkaran antar ibu-ibu bukan berita.

(20)

5. Pr oximity, peristiwa yang lebih dekat lebih layak diberitakan daripada peristiwa yang jauh, baik dari segi fisik maupun emosional dengan khalayak.

Nilai berita tersebut merupakan produk dari konstruksi sosial, ia menentukan apa yang layak dan apa yang tidak layak disebut berita. Nilai berita membatasi peristiwa mana yang layak disebut berita dan mana yang tidak.

Kategor i Ber ita. Selain nilai berita, hal prinsip lain dalam proses produksi berita adalah apa yang disebut sebagai kategori berita. Secara umum, menurut Tuchman, wartawan memakai lima kategori berita : hard news, soft news, spot

news, developing news, dan continuing news (Eriyanto,2002:109) :

1. Ha r d news : kategori ini merupakan berita mengenai peristiwa yang terjadi saat itu sehingga sangat dibatasi oleh waktu dan aktualisasi. Ukuran keberhasilannya adalah seberapa cepat berita ini disampaikan. Peristiwa yang masuk dalam kategori ini bisa peristiwa yang direncanakan (Sidang Paripurna, Penyidikan oleh KPK), bisa juga peristiwa yang tidak direncanakn (bencana alam, kerusuhan).

(21)

seperti hariamu langka yang melahirkan atau orang buta yang menyelesaikan studi Strata tiga.

3. Spot news : spot news merupakan bagian dari hard news. Dalam spot news peristiwa yang akan diliput tidk bisa direncanakan, misalnya bencana alam dan tindak kriminal.

4. Developing news : Developing news juga merupakan bagian dari hard news. Ia juga memberitakan peristiwa yang tidak direncanakan. Namun, developing news merupakan berita lanjutan dari berita sebelumnya yang telah ditambahi elemen-elemen lain. Misalnya berita pertama menceritakan kecelakaan bis yang menewaskan 23 penumpangnya di Tuban, kemudian dilanjutkan oleh berita selanjutnya yang mencantumkan daftar nama-nama korban, dan seterusnya.

5. Continuing news : Continuiting news juga bagian dari hard news. Ia memberitakan peristiwa mana yang direncanakan. Satu peristiwa bisa terjadi kompleks dan tidak terduga tapi mengarah padasatu tema tertentu. Misalnya peristiwa Sidang Istimewa.

(22)

Ideologi Pr ofesional/Obyek tifitas. Standard professional berhubungan dengan jaminan yang ditekankan kepada khalayak bahwa apa yang disajikan adalah suatu kebenaran. Obyektifitas dalam proses produksi berita secara umum digambarkan sebagai tidak mencampur adukkan antara fakta dan opini. Berita adalah fakta dan karenanya dalam proses pencarian berita dan penulisan berita sama sekalitidak terdapat opini. Upaya memisahkan fakta dan opini ini biasanya dijabarkan dengan beberapa prosedur. Pertama, dengan melakukan repotase baik lewat pengamatan maupun dengan wawancara. Seringkali pengamatan itu ditekankan dengan kata-kata, seperti langsung dari lapangan. Sedangkan wawancara dengan sumber diberi tanda kutip untuk menekankan bahwa apa yang tersaji adalah tergambar di lapangan, bukan rekaan dari wartawan. Kedua, pendapat antara satu sumber dikontraskan dengan sumber lain ini seringkali dikatakan sebagai liputan dua sisi ( cover both side). Wartawan mewawancarai sumber yang saling bersebrangan untuk menekankan bahwa berita ini tidak memiliki satu sisi.

(23)

harus dilakukan wartawan agar apa yang ditulis dapat disebut sebagai subyektif (Eriyanto, 2002:111).

Berbagai prosedur itu terinternalisasi dalam pikiran dan diperaktekkan dalam produksi berita oleh wartawan. Tuchman menyebut ada empat strategi dasar. Pertama, menampilkan semua kemungkinan konflik yang muncul. Kedua , menampilkan fakta-fakta pendukung. Ketiga, pemakaian kutipan pendapat. Keempat, menyusun informasi dalam tata urutan tertentu. Format yang paling umum adalah piramida terbalik, diaman informasi yang penting disjaikan lebih dulu.

Prosedur tersebut semacam jaminan dan pertanggung jawaban kepada khalayak. Sebuah peristiwa bisa disajikan dan dibingkai dengan jalan yang berbeda oleh wartawan yang berbeda. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis framing, peneliti harus menjauh dari terminalogi seperti bias atau distorsi. Dengan praktek objektivitasseperti yang disebut sebelumnya, media hendak menyatakan bahwa peristiwanya memang benar-benar terjadi.

2.1.6. Ber ita Sebagai Hasil Konstr uksi Realitas

(24)

Peristiwa-peristiwa yang dijadikan berita oleh media massa tentunya melalui proses penyeleksian terlebih dahulu, hanya peristiwa yang memenuhi criteria kelayakan informasi yang menjadi berita. Peristiwa yang layak menjadi beritaakan diangkat oleh media massa kemudian ditampilkan khalayak (Eriyanto, 2005:26).

Setelah proses penyeleksian tersebut, maka peristiwa itu akan dibingkai sedemikian rupa oleh wartawan. Pembingkaian yang dilakukan wartawan tentunya melalui proses konstruksi atau realitas ini dapat berupa penonjolan dan penekanan pada aspek tertentu atau dapat juga berita tersebut ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2005:3).

Berita merupakan hasil konstruksi social dimana selalu melibatkan pandangan, ideology dan nilai-nilai dari wartawan ataupun dari institusi media, tempat dimana wartawan tersebut bekerja. Bagaimana realitas tersebut dan dimaknai (Bhirowo, 2004:176).

(25)

dalam masyarakat tergantung pada banyak gal seperti pada etika, moral, dan nilai-nilai.

Aspek;aspek etika, moral dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilngkan dalam pemberitaan media. Hal ini merupakan bagian dari integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi suatu realitas. Media menjadi tempat pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat.

2.1.7 Teor i Hier ar chy of Influence

(26)

Gambar 1

Model Hier ar chy of Influence

Tingkat Ideologis

Tingkat Ekstramedia

Tingkat Organisasi

Tingkat Rutinitas Media

Tingkat Individu

(Sumber : Shoemaker and Reese, 1993:64)

Model tersebut menggambarkan beberapa pengaruh faktor internal media, yaitu :

1. Tingkat Individu ( Individual Level )

(27)

juga menunjukkan latar belakang profesional dan pengalaman (seperti latar belakang pendidikan). Pada tingkatan selanjutnya pengalaman profesional seperti pengalaman kerja dibidang komunikasi (jurnalistik) akan membentuk aturan dan etika profesional komunikator. Etika dan aturan profesional ini akan berdampak langsung pada isi media massa (Shoemaker dan Resse,2004:65).

Sikap, nilai, agama, individu tidak secara langsung mempengaruhi isi media. Dalam bukunya politik media dan pertarungan wacana (Sudibyo) mengatakan bahwa latar belakang individu mempengaruhi apa yang akan ditampilkan media. Hal ini disebabkan karena aspek personal dari wartawan yang akan mempengaruhi pemberitaan (Sudibyo,2001:8).

Namun seperti apa yang diungkapkan Shoemaker dan Resse, “....the efect

of personal attitudes, value believe on mask media content is indirect, operating

only to the eksten that individual power within their media organisation....”. jadi

(28)

Gambar 2

Factor Inter insik dar i komunikator yang mempengar uhi isi media

2. Tingkat Rutinitas Media (Media Routine Level)

Pengaruh rutinitas media apa yang dihasilkan oleh media massadi pengaruhi oleh kegiatan-kegiatan seleksi yang dilakukan oleh komunikator, termasuk deadline dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan tempat (space), struktur piramida terbalik dalam penulisan berita dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber resmi dalam berita yang dihasilkan.

karakt erist ik, lat ar belakang personal dan pengalaman kom unikat or

Sikap, nilai, dan kepercayaan komunikat or

kekuatan/ kekuasaan kom unikat or dalam organisasi

ef ek dari karakterist ik, lat ar belakang, pengalaman, sikap, nilai, agama, at uran, et ika,

dan kekuasaan kom unikat or dalam isi media

at uran dan et ika profesional komunikat or lat ar belakang profesi dan pengalaman

(29)

Pada tingkatan ini dijelaskan tentang mekanisme dan proses penentuan berita. Media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut berita dan juga cirri-ciri berita yang baik (kritria kelayakan berita). Ukuran-ukuran ini menjadi prosedur bagi pengelola media dalam menjalankan produksi berita setiap harinya (Sudibyo, 2001:8). Rutinitas media ini pada akhirnya mempengaruhi konstruksi berita, tidak terkecuali berita politik. Rutinitas media ini meliputi apa yang kita sebut sebagai nilai berita dan objektifitas yang keduanya berhubungan sangat erat dengan pemberitann.

3. Tingakat Or ganisasi (Organizasation Level)

Pengaruh organisasional, yaitu bahwa media mencari keuntungan materi. Tujuan dari media akan berpengaruh pada isi yang dihasilkan. Dalam organisasi media terdapat bagian-bagian seperti bagian redaksi, bagian sirkulasi, bagian pemasaran dan bagian umum. Semua bagian-bagian ini memiliki kepentingan, tujuan dan target masing-masing dan mempengaruhi bagaimana sebuah berita ditata serta perkembangan berita itu sendiri (Sudibyo,2001:19). Besar kecilnya organisasi media akan berpengaruh pada kerja jurnalistik.

(30)

Bagi media yang berorientasi pasar, media akan mengedepankan berita berdasarkan apa yang diinginkan khalayak dan juga pengiklan, dan media cenderung menyuguhkan apa yang disukai publik. Dalam menentukan isi media, tidak hanya pimpinan redaksi dan sifatnya yang menetukan, namun pemimpin bagian sirkulasi dan pemimpin gabian iklan juga dilibatkan sebab ini menyangkut kelangsungan hidup media. Karena isi media ditentukan lebih banyak pihak pastinya berita akan dikonstruksi sesuai dengan kepentingan pihak-pihak yang bersangkutan.

4. Tingkat Extr amedia (Extr amedia Level)

Yang dimaksudkan disisni adalah penagruh dari luar organisasi media. Lingkungan diluar organisasi media sedikit banyak mempengaruhi pemberitaan media. Faktor-faktor tersebut adalah sumber berita, sumber penghasilan media dan pihak eksternal lainnya. Sumber berita memiliki pengaruh yang besar pada isi media, sebab jurnalis tidak dapat memasukkan laporan berita yang tidak mereka ketahui, jadi keberadaan narasumber sangatlah penting (Shoemaker dan Reese, 1996:178).

(31)

dalam membentuk citra melalui media. Namun, wartawan juga bisa memilih narasumber lain, bukan hanya mereka yang terlibat langsung dengan peristiwa, sumber-sumber tidak langsungpun, seperti ahli dan juga reaksi dan opini dari orang-orang dijalan juga dapat dimasukkan ke dalam berita. Menurut Gans dalam Shoemaker dan Reese, sumber berita yang memiliki kekuatan ekonomi maupun politik lebih mungkin untuk mempengaruhi kekuatan. Selain itu pihak eksternal seperti kelompok kepentingan, media lain (saingan) dan pemerintah juga mempengaruhi konstruksi berita (Shoemker dan Reese, 1996:189).

5. Tingkat Ideologi (Ideological Level)

Pengaruh ideology merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh dari semua pengaruh. Ideology disini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat. Ideology diartikan sebagai kerangka berfikiryang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya (Sudibyo,2001:12).

(32)

Antonio Gramsci Alex Sobour melihat “media sebagai ruang dimana bebagai ideology dipresentasikan. Disatu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideology penguasa, alat legitimasi dan control atas wacana publik. Namun di sisi lain, media juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideology dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga bisa jadi instrument perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kulturnya dan ideology tandingan.”

Motif-motif itulah yang akan membentuk laporan berita akan mengarah, laporan berita tidak sekedar mengkonstruksikan realitas, Tetapi dipercaya membungkus satu atau sejumlah kepentingan.

2.1.8 Analisis Fr aming

(33)

Todd Gitlin (dalam Eriyanto, 2002:68) mengatakan bahwa framing adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan diserderhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agartampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Frame adalah prinsip dari seleksi, penekanan dan presentasi dari realitas. Gitlin (dalam Wolfsfeld, 1993:33) menyatakan media frames are persistent pattern of cignition, interpretation, andpresentation of selection, emphasis, andexclusion, by which symbol-handlers routinely organize discourse, whether verbal or visual. Frame media adalah bentuk dari kognisi (pikiran), interpretasi(penafsiran), dan penayjian melalui seleksi, penekanan dan mengesampingkan serta melakukan penyimbolan dan secararutin membuat wacana, baik verbal maupun visual.

(34)

berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Pembentukan sebuah relaitas dalam media dapat didukung dengan kata, kalimat, proporsisi apa, dengan bantuan foto dan gambar dan sebagainya yang dianggap dapat membentuk realitas. Fakta yang sudah dipilih tesebut ditekankan dengan pemakain perangkat tertentu dengan menempatkan berita secara mencolok (padaheadline), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, label tertentu ketika menggambarkan orang/peristiwa yangdiberitakan,asosiasi terhadap symbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan pemakaian kata yang mencolok, gambar dan sebagainya (Eriyanto, 2002:69-70).

(35)

2.1.9 Model Fr aming Zhogdang Pan Dan Gerald M. Kosicki

Framing didefinisikan sebagai proses memuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Menurut pan dan kosicki, ada konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama, konsepsi psikologi. Dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditujukkan dalam skema tertentu. Framing disini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik atau khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatau isu atau peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas. Kedua, konsepsi sosiologis. Pandangan sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi social atau realitas. Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame disini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu. Inilah dua dasar konsep dari framing.

(36)

mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak. Model framing Pan dan Kosicki ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda ke dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu)ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna, bagimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi kedalam empat struktur besar yakni : struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris. Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media (Eriyanto, 2002:252-256).

KERANGKA FRAMING PAN DAN KOSICKI

STRUKTUR PERANGKAT

FRAMING

UNIT YANG DIAMATI SINTAKSIS

Cara wartawan menyusun informasi

1. Skema berita Headline, lead, latar,

fakta, kutipan sumber, pernyataan, penutup SKRIP

Cara wartawan menulis fakta

2. Kelengkapan berita 5W + 1H

TEMATIK

Cara wartawan

3. Detail

4. Maksud, kalimat,

(37)

mengisahkan fakta hubungan

5. Nominalisasi antar kalimat

6. Koherensi 7. Bentuk kalimat 8. Kata ganti RETRORIS

Cara wartawan menekankan berita

9. Leksikon 10.Grafis 11.Metafora 12.pengandaian

Kata, idiom,

gambar/foto grafik

Tabel 2.1 : Kerangka Framing Pan dan Konsicki

a. Str uktur Sintaksis

Sintaksis berhubungan dengan bagaimana seorang wartawan menyusun peristiwa (pernyataan, opini, kutipan,pengamatan atas peristiwa) ke dalam bentuk susunan berita. Sintaksis ini dapat dilihat dari skema bertita, yang biasanya tersusun atas judul headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, penutup. Bentukskema berita pada umumnya berbentuk piramida trbalik.

1. Headline, bagian dari berita yang memiliki kemenonjolan tinggi

[image:37.612.125.512.104.369.2]
(38)

2. Lead, umunya memberikan sudut pandang dari berita yang

menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan. 3. Latar, merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna

yang ingin ditampilkan wartawan. Latar yang dipilih menetukan kearah mana pandangan khalayak hendak dibawa.

4. Pengutipan sumber, bagian ini dalam penulisan berita dimaksudkan untuk membangun objektifitas (prinsip keseimbangan dan tidak memihak).

b. Str uktur Skr ip

Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaiman strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita. Bentuk umum dari struktur skrip adalah pola 5W + 1H (who, what, when, why dan how). Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Pola 5W + 1H tersebut menunjuk pada kelengkapan berita. Jika penulisan berita sudah memenuhi 5W + 1H maka berita tersebut dapat dikatakan lengkap. Unsure kelengkapan berita ini menjadi penanda framing yang penting. Bentuk umum dari struktur skrip adalah pola 5W + 1H terdiri dari:

(39)

When : Kapan peristiwa itu terjadi ? Where : Dimana peristiwa itu terjadi ? Why : Mengapa peristiwa itu terjadi ? How : Bagimana terjadinya peristiwa itu ? c. Str ukur Tematik

Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandanganya atas peristiwa ke dalam porposisi, kalimatatau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil. Menurut pan dan kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ini kita gunakan untuk menyebut struktur tematik dari berita. Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Perangkat framing dari struktur tematik dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Deta il, dalam penulisan berita harus jelasdan terinci dengan menampilkan data-data yang lengkap.

(40)

3. Nominalisasi antar kalimat, dengan melakukan nominalisasi maka dapat member sugesti kepadakhalayak adanya generalsasi. 4. Koher ensi, kata penghubung yang dipilih untuk menghubungkan

proposisi (dua kalimat) yang menggambarkan fakta yang berbeda. 5. Bentuk kalimat, struktur kalimat bisa dibuat aktif maupun pasif

yang menentukan apakah tokoh-tokoh dalam berita tersebut diekspresikan secara eksplisit atau implicit sehingga menentukan makna yang dibentuk oleh sususnan kalimat tersebut.

6. Kata ganti, penggunaan kata ganti untuk menciptakan imajinasi posisi seseorang dalam wacana berita, apakah diposisikan sebagai sendiri atau jamak.

d. Str uktur Retor itis

Retoritis berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memakai pilhan kata, idiom, grafik dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu pada pembaca. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dariwacana berita juga menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran.

(41)

2. Gr afis, biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah dan huruf yang dibuat lebih besar. Termasuk di dalamnya pemakaian grafik, gambar, table dan caption.

3. Meta for a, penggunaan ungkapan atau kiasan dengan tujuan membentuk citra yang diinginkan wartawan.

2.2. Ker angka ber pikir

Pekerjaan media pada dasarnya adalah yang berhubungan dengan pembentukan realitas. Realitas bukanlah sesuatu yang tersedia, yang kemudian ditampilkan wartawan dalam pesan-pesannya lewat berita. Berita merupakan hasil konstruksi dan realitas dari sebuah proses manajemen ternyata tidak selalu menghasilkan makna yang sama seperti diharapkan wartawan dalam diri khalayak pembacanya.

(42)

harian Jawa Pos dan Surya yang menampilkan tragedi Bom Solo sebagai headline dengan konstruksi realitas masing-masing media. Dengan demikian kedua koran tersebut menganggap berita ini merupakan berita yang sangat penting untuk khalayak pembaca.

Jika suatu media menaruh sebuah peristiwa di halaman muka, maka diasunsikan peristiwa tersebut pasti memperoleh perhatian besar dari khalayak umum. Setiap peristiwa yang dianggap dapat memperoleh menarik minat pembaca selalu dijadikan headline atau diletakkan pada halaman muka (Sobur,2001:167).

Pembuatan berita Bom Solo pada media cetak Jawa Pos dan Surya dipilih peneliti karena memiliki konstruksi realitas yang berbeda. Harian Jawa Pos mengangkat kasus Bom Solo berkaitan dengan peristiwa Bom Cirebon. Sedangkan pada harian Surya menerangkan bahwa kasus Bom Solo terkait dengan peristiwa kerusuhan di Ambon.

(43)
(44)

3.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian berdasarkan pada paradigma konstruktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat diskriptif dan gambaran tentang peristiwa yang terjadi. Selain itu, penelitian ini berusaha untuk meanangkap perspektif pemberitaan dalam kaitannya dengan bagaimana pemberitaan itu memperlihatkan orientasi sebuah media dengan cara tertentu dalam memperlakukan suatu realitas atau fakta. Peneliti menggunakan interpretasi subjektif dari peneliti sendiri tanpa mengabaikan data-data yang ada, yaitu berita yang dimuat dalam surat kabar harian Jawa Pos dan Surya tentang kasus Bom Solo.

(45)

Penelitian ini menggunakan analisis metode analisis framing model Zhogdang Pan dan Gerald M. Kosicki melihat framing sebagai cara untuk mengetahui bagaimana suatu media mengemas berita dan mengkonstruksi realitas melalui perangkat framing dan perangkat lunak untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca.

Model ini mengoperasionalisasikan dua perangkat ide sentral diterjemahkan dalam teks berita. Perangkat sentral tersebut yaitu :

a. Struktur Sintaksis

Berhubungan dengan bagaimana wartawan menyususn berita mengenai kasus Bom Solo. Struktur ini bisadiamati dari bagan/skema berit, antara lain :

headline, lead, latar informasi, pengutipan sumber berita, pernyataan, penutup.

b. Struktur Skrip

Berhubungan dengan bagaimana strategi wartawan ketika menceritakan kasus Bom Solo kedalam bentuk berita.

c. Struktur tematik

Berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandanganya atas kasusu Bom Solo ke dalam porposisi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. d. Struktur Retoritis

(46)

meningkatkan gambaran yang diinginkan dari peristiwa tersebut dengan melihat elemen-elemen dari struktur retoris seperti penggunaan leksikon, foto, metafora, pengandaian.

Sehingga peneliti akan menjelaskan bagaimana cara media mebingkai atau mengkonstruksi berita-berita mengenai kasus Bom Solo padasurat kabar harian Jawa Pos dan Surya., yang meliputi penyeleksian isu dan penulisan berita.

3.1.1. Definisi Oper asional

1. Kasus Bom Solo

Kasus Bom Solo terjadi di Gereja Bethel Injil Sepenuh Solo Jawa Tengah pada tanggal 25 September 2011. Bom tersebut menewaskan pelaku dan melukai puluhan korban yang diantaranya jamaat gereja. Bom tersebut meledak di depan pintu utama gereja. Kaus ini telah ditangani oleh pihak berwajib. Penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan perangkat framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki.

2. Berita di surat kabar Jawa Pos dan Surya

(47)

3.2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah surat kabar harian Jawa Pos dan Surya edisi 26 -29 September 2011 Oobyek dari penelitian ini adalah pemberitaan tentang kasus Bom Solo.

3.3. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit reference, yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat dan kata yang dimuat dalam teks berita kasus Bom Solo pada surat kabar harian Jawa Pos dan Surya edisi 26 – 29 September 2011.

Analisis teks media dengan melihat hubungan antar kalimat, foto, grafik dan pendapat dari narasumber untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap bingkai dan perspektif yang digunakan oleh media dalammelihat suatu peristiwa.

3.4. Populasi dan Kor pus

Populasi penelitian ini adalah semua berita yang dimuat pada surat kabar harian Jawa Pos dan Surya edisi26 – 29 September 2011 tentang kasus Bom Solo. Selama periode tersebut, surya memuat tiga berita dan Jawa Pos memuat empat berita.

Populasi di Jawa Pos :

(48)

3. 28 September 2011, “Tujuh Bom Siap Meledak”.

4. 29 September 2011, “Bomber Gereja Dibantu Warga Solo”.

Populasi di Surya :

1. 26 September 2011, “Teroris Bondo Nekat Ngebom Gereja”

2. 27 September2011, “ Ahmad Yosepa Hayat, pengebom Gereja Solo” 3. 28 September 2011, “Ada 7 Bom Aktif, Surabaya Siaga”.

4. 29 September 2011,”Polisi : Jaringan Bom Solo Kabur ke Jatim”.

Korpus atau sampel dalam penelitian kualitatif adalah sekumpulan bahan yang terbatas, yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan semacam kesemenaan dan bersifat sehomogen mungkin. Sifat yang homogen ini diperlukan untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis sebagai keseluruhan ( Kurniawan, 2001:70).

Sampel dalam penelitian ini adalah berita-berita tentang Kasus Bom Solo. Sampel yang akan diteliti adalah sebaga berikut :

Sampel di Jawa Pos :

1. 26 September 2011, “Bomber Solo Jaringan Cirebon”. 2. 29 September 2011, “Bomber Gereja Dibantu Warga Solo”.

Sampel di Surya :

(49)

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini melalui teknik dokumentasi, yaitu dengan cara mengkliping berita surat kabar harian Jawa Pos dan Surya mengenai Kasus Bom Solo dalam periode 26-29 September 2011. Data-data pada penelitian ini diperoleh dari pengumpulan berita secara langsung dari medianya dengan mengidentifikasi wacana berita yang berpedoman pada model analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Selanjutnya dianalisis guna mengetahui bagaimana kedua surat kabar harian tersebut mengemas atau mengkonstruksi suatu realitas yaitu Kasus Bom Solo.

3.6. Teknik Analisis Da ta

Model analisis framing yang digunakan oleh peneliti adalah model yang dikembangkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Konsep framing ini digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media massa. Framing memberikan tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau diaanggap penting oleh penulis ( Eriyanto, 2005:186).

(50)

3.7. Langkah-Langkah Analisis Fr aming

Peneliti akan menguraikan semua berita yang memuat tentang kasus Bom Solo pada surat kabar harian Jawa Pos dan Surya sebagai berikut :

1. Peneliti mengumpulkan semua berita yang memuat tentang kasus bom Solo pada surat kabar haris Jawa Pos dan Surya edisi 26-29 September 2011. Lalu peneliti menentukan sampel yang akan diteliti dan membuat kerangka framing model Zhongdang Pan Gerald M.Kosicki.

2. Peneliti menganalisis semua pemberitaan dan membuat interpretasi terhadap berita tersebut berdasarkan dua perangkat milik Zhongdang Pan Gerald M.Kosicki yaitu sebagai berikut :

(51)

4.1 Gambar an Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Profil perusahaan J awa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 1 juli 1949 oleh

perusahaan bersama PT. Jawa Pos Concern Ltd. Berlokasi di jalan kembang jepun

166-169. Pendirinya adalah seorang WNI keturunan dengan kelahiran bangsa yang

bernama The Chung Shen alias Soeseno Tedjo. Sebagai perintis berdirinya Jawa Pos,

soesono Tedjo mulanya bekerja di kantor film Surabaya. Soeseno Tedjo bertugas

untuk menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya lancer dan dari situ ia

mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata menguntungkan maka pada tanggal

1 juli 1949 surat kabardengan nama Jawa Pos didrikan. Surat kabar saat itu dikenal

sebagai harian melayu tionghoa dengan pimpinan redaksi pertama yang bernama Goh

Tjing Hok. Selanjutnya sejak tahun 1951 pemimpin redaksinya adalah thio oen sik.

Keduanya dikenal sebagai orang-orang republiken yang tak pernah goyah. Pada saat

itu The Chung Sen Dikenal Sebaga raja Koran karena memiliki tiga buah surat kabar

yang diterbitkan dengan tiga bahasa yang berbeda. Surat kabar yang berbahasa

Indonesia bernama jawa post yang berbahasa tiong hoa Huo Chian Shin Wan,

(52)

Vrije pers dilarang terbit berkenaan dengan peristiwa Trikora untuk merebut Irian

Jaya dari tangan Belanda. Sebagai gantinya diterbitkan surat kabar yang berbahsa

Inggris dengan nama Indonesia Daily News pada tahun 1981 terpaksa berhenti karena

minimnya iklan. Sedangkan meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan

pelarangan terbit pada harian Huo Chau Shin Wan. Maka sejak tahun 1981 Jawa pos

yang tetap bertahan untuk terbit denagn oplah yang sangat minim dan

memperihatinkan hanya 10.000 eksemplar.

Pada awal terbitnya Jawa Pos memiliki ciri utama terbit pada pagi hari dengan

menampilkan berita-berita umum. Terbitan Jawa Pos pertama kali di cetak di

percetakan Aqil di jalan Kiai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan oplah 100

eksemplar . Semenjak 1 april 1954 jawa pos dicetak di percetakan Vrije pers di jalan

kaliasin 52 Surabaya, dan selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya mengalami

peningkatan.

Tercatat pada tahun 1954-1957 dengan oplah sebesar 4000 eksemplar dan

mulai tahun 1958-1964 oplahnya mencapai 10.000beksemplar. Karena perubahan

ejaan pada tahun 1958 Jawa Post berganti menjadi Djawa Pos dan mulai tahun 1961

berubah menjadi Jawa Pos. pada periode 1971-1981 oplah tercatat pada 10.000

eksemplar, namun pada tahun 1982 terjadi penurunan oplah ke 6700 eksemplar

dengan jumlah pendistribusian 2.000 eksemplar pada kota Surabaya dan sisanya pada

kota lain. Penurunan terjadi karena system manajemen yang semakin kacau, tiadanya

(53)

tidak terkejar. The Chung sen alias Soeseno Tedjo sebagai pemilik perusahaan

menerima tawaran untuk menjual mayoritas dari sahamnya pada PT. Grafoto Pers

(penerbit TEMPO) pada tanggal 1 April 1982. Pada tanggal itu juga Dahlan iskan

ditumnjuk sebagai pimpinan utama dan pimred oleh Dirut PT. Grafiti Pers Bapak

Eric Samola, SH Untuk membenahi kondisi PT. jawa post Concern Ltd. Hanya

dengan waktu dua tahun oplah jawa pos semakin menakjubkan dan menjadi surat

kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi

mejadi 320.000 eksemplar.

Pada tanggal 2 mei 1985 sesuai dengan kata notaries Liem Shen Hwa, SH No.

8 pasal 4 menyatakan nama PT. Java Post Concern Ltddiganti dengan nama PT. Jawa

Pos dan sesuai dengan surat MENPEN No. 1/Perl/Menpen/84 menegenai siup,

khusunya pemilikn saham maka 20 % dari saham harus dimiliki karyawan untuk

menciptakan rasa saling memiliki.

Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan Jawa Pos tidak merubah secara

esendial isi pemberitaanya yang menyajikan berita-berita umum. Berita -berita umum

ini meliputi peristiwa nasional yang menyakut peristiwa ekonomi,politik, hukumm,

sosial dan budaya, pemerintah, olahraga, disamping pemberitaan peristiwa yang

terjadi di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.

Melejitnya oplah Jawa Pos ini, tidak lepas dari perjuangan dan kepupoleran

(54)

masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Waktu itu budaya masyarakat membaca

Koran adalah sore hari. Ketika Jawa Pos memmpelopori terbit pagi, banyak warga

menertawai “Koran kok, pagi” banyak diantaranya menolak.

Banyak agen dan loper yang tidak mau menjual Jawa Pos, bahkan di titipi saja

agen dan loper menolak. Manajemen Jawa Pos lantas memutar otak kalau tidak ada

loper koran dan agen lewat apa koran ini dipasarkan? Akhirnya ditemukan cara lain :

istri-istri atau keluarga wartawan diminta menjadi agen atau loper termasuk istri

Dahlan Iskan sendiri, sebab kendala utama adalah di pemasaran. Kedua, menambah

income keluarga wartawan waktu itu gaji wartawan masih kecil, dengan cara ini

keluarga Jawa Pos akan menambah pendapatan. Ketiga, memberikan kebanggaan

kepada keluarga karyawan koran Jawa Pos atau usaha suaminya dan kelak di

kemudian hari beberapa istri atau keluarga wartawan ini menjadi agen besar koran

Jawa Pos. Perjuangan dan kepeloporan ini ternyata membuahkan hasil termasuk

perubahan mendasar keredaksian. Warga Surabaya utamanya lebih memilih koran

Jawa Pos dan pada tahun 1985 oplah Jawa Pos telah menembus angka 250.000

eksemplar perharinya.

Jawa pos sanggup mengalahkan tiras penerbitan-penerbitan lain yang telah

berada di Surabaya sejak lama dan bahkan mendominasi pasar Surabaya seperti

Surabaya Pos. Banyak strategi yang dilakukan Jawa Pos untuk mencapai kondisi

seperti ini diantaranya dengan menjadi surat kabar yang melakukan hal-hal baru

(55)

pertama yang terbit di hari libur nasional serta muncul dengan ukuran kecil tanpa

mengurangi isi ketika krisis moneter terjadi di Indonesia.

Salah satu hal yang benar-benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi sebuah

kelompok media yang sangat besar adalah dengan adanya JPNN(Jawa Pos News

Networking), JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana untuk menampung

beritadari seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber berita berbagai

media cetak yang berada dalam satu naungan dengan kelompok Jawa Pos. Hal ini

menyebabkan berita di satu daerah di luar Surabaya tidak perlu dikerjakan layoutnya

di Surabaya dan berita tersebut dapat dikerjakan di kota bersangkutan lalu hasilnya

dikirimkan ke JPNN untuk diambil oleh redaksi yang ada di Surabaya. Saat ini

dimana masanya media online sedang berkembang, Jawa Pos juga tidak mau

ketinggalan untuk ikut berpartisipasi dengan memberikan fasilitas Jawa Pos yang bisa

diakses melalui internet dengan alamat situs : www.jawapos.co.id

Ketika dalam waktu singkat Jawa Pos mampu menembus oplah di atas

100.000 eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi akhirnya Jawa Pos

“bermimpi” lagi dengan ambisi menembus oplah 1.000.000 eksemplar. Berbagai

upaya dilakukan baik dari redaksi pemasaran maupun lainnya untuk menembus

angka itu, ternyata sulit. Jawa pos bertahan dengan oplah 400.000 eksemplar.

Manajemen lantas memutar otak agar sumber daya dan yang dimiliki tetap optimal.

Lantas munculah ide ekspansi yakni mebuat koran-koran di daerah – daerah

(56)

maju, setiap kota mempunyai satu koran dari kenyataan itu ia berasumsi bahwa di

kota-kota besar di Indonesia bisa didirikan koran di berbagai daerah di Indonesia.

Ada yang menghidupkan usaha koran yang mau gulung tikar atau tinggal SIUPPnya

saja. Ada yang kerjasama dan banyak diantaranya yang didirikan Jawa Pos.

Berhasil di satu kota dilakukan di kota lain gagal, di satu kota dicoba di kota

lain dan April 2011 anak perusahaan Jawa Pos sudah mencapai 99 Group.

Koran-koran yang dahulu menjadi anak perusahaan Jawa Pos kini juga mendirikan Koran-

koran-koran, majalah, atau tabloid-tabloid yang menjadi cucu dari Jawa Pos.

Beberapa media dikelolah oleh Jawa Pos di berbagai daerah di Indonesia

diantaranya adalah Suara Indonesia yang telah berganti nama menjadi Radar

Surabaya, Dharma Nyata, Manuntung, Ackhnya, Fajar, Riau Pos, Menado Pos, Suara

Nua, Memorandum, Karya Dharma, Bhirawa, Mercususar, Cendrawasih Pos,

Kompetisi, Komputek, Agrobis, Librty, Mentari, Oposisi, Gugat, Posmo, Harian

Rakyat Merdeka, Amanat, Demokrat, Harian Duta Masyarakat Baru. Media itu bisa

berupa bantuan modal, baik berupa uang maupun mesin cetak ataupun sumber daya

manusia.

Kini hampir di seluruh propinsi Indonesia terdapat Jawa Pos group terkecuali

di Aceh dan NTT. Bisnisnya tidak hanya koran namun juga percetakan, pabrik kertas,

(57)

Iskan. Bagaimana mimpi oplah satu juta? Dahlan pun bilang “kita sudah

mencapainya, kalau seluruh oplah Jawa Pos Group dikumpulkan”.

4.1.2. Kebiajaksanaan Redaksional J awa Pos

Dalam menulis berita Jawa Pos terlebih dahulu melewati penyeleksian dengan

melihat situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan, pemuatan berita

tergantung dari bobot berita tersebut. Secara tidak langsung bahwa berita yang besar

atau yang mendapat perhatian masyarakat banyak dan sedang menjadi isu

pembicaraan masyarakat akan mendaptkan porsi yang lebih banyak untuk dimuat dan

diulas dari berbagai aspek oleh Jawa Pos. hal itu dilakukan Jawa Pos untuk

memenuhi keingintahuan masyarakat akan informasi-informasi yang dibutuhkan.

Jawa pos mempunyai keinginan untuk memberikan kepuasan informasi kepada

masyarakat, untuk itu padahalaman pertama jawa pos menyajikan satu tema berita

dengan berbagai ulasan dari berbagai aspek atau sudut pandang.

Dibidang keredaksian kepopuleran Jawa Pos adalah membuat berita besar,

dibesarkan dengan cara judul-judul berita pada Jawa Pos dibuat dalam ukuran besar

menjadi empat lima kolom bahkan memenuhi seluruh kolom. Pemberitaan Jawa Pos

pun berangel-angel sehingga pembaca mendapatkan informasi dalam berbagai

perspektif. Tidak hanya radikalnya Jawa Pos mempelopori penulisan feature yang

(58)

Menurut jawa pos dibutuhkan kemampuan untuk menyajikan fakta yang

sama sekaligus mengaduk-ngaduk emosi pembaca, semua itu tergantung dari cara

reporter dalam mencari berita, menemukan sumber berita yang tepat sesuai dengan

criteria seperti kredebilitas, kompetensitas nara sumber, serta kemampuan

menuliskannya kedalam sebuah teks berita. Selanjutnya adalah kemampuan redaktur

dalam kesanggupan menyeleksi dan mengedit berita yang layak muat. Begitulah

proses sebuah berita dalam institusi Jawa Pos. Selain itu Jawa Pos juga menalami

perubahan dalam halaman sambungan, dari halaman satu ke halaman yang lain. Di

Jawa Pos, sambungannya diberi judul lagi, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan

pembaca mencari sambungan berita tersebut. Hal ini merupakan kebijaksanaan dari

layout Jawa Pos.

Pemuatan halaman Metropolis disebabkan sebagian besar pasar Jawa Pos ada

di Surabaya. Metropolis juga memuat berita-berita yang sedang berkembang di

masyarakat Surabaya. Yang dimaksud dengan berita Surabaya oleh Jawa Pos adalah

berita yang tempat kejadiannya di kota Surabaya. Namun jika pokok bahasannya

terlalu nasional maka berita itu bukan disebut sebagai berita Surabaya.

Pengaruh berita Surabaya bagi Jawa Pos sangat besar sekali. Dalam mengejar

berita, terdapat kerjasama antara wartawan dan redaktur berita. Bisa jadi satu berita

diliput karena perintah redaktur atau inisiatif wartawan sendiri yang menganggap

bahwa peristiwa tersebut memang layak muat, cara mendapatkan berita yang

(59)

adalah dengan menempatkan wartawan di pos masing-masing. Ada pos criminal, pos

pemda, pos hamkam, dan lain-lain. Pemberitaan Jawa Pos berkenaan dengan

peristiwa sangatlah fleksibel, baik yang sifatnya terencana (momentum) dan dapat

juga peristiwa yang bersifat mendadak. Dalam memperkuat fakta pemberitaannya

disertakan pula berbagai nara sumber. Para pakar serta pihak-pihak dengan cara

investigasi langsung. Setiap hari Jawa Pos ada rapat perencanaan yang selalu

mengevaluasi apa yang telah dikerjakan, juga menetukan apa yang diberitakan besok

atau tentang kelanjutan berita sebelumnya.

Sampai dengan tahun 1985, Jawa Pos dengan 16 halaman dan ditambah

suplemenronce setiap hari senin, rabu, dan sabtu. Pada perkembangan selanjutnya,

pada awal tahun 1996, Jawa Pos terbit 20 halaman. Untuk menarik minat pembaca

dan memenangkan persaingan atas ketatnya kompetisi antar lembaga media, maka

Jawa Pos melakukan berbagai terobosan termasuk diantaranya terbit 24 halaman tiap

harinya. Bahkan sekarang telah mencapai 44 halaman. Secara garis besar Jawa Pos

terbagi atas tiga sesi, antara lain :

Koran 1 (bagian umum) memuat liputan-liputan utama mengenai peristiwa

nasional maupun internasional. Koran II (Olah raga) memuat berita olah raga dan

(60)
[image:60.612.108.536.149.682.2]

Tabel 4.1 : Deskr ipsi Halaman Sur at Kabar J awa Pos

Koran I

(Bagian utama)

Mulai halaman 1-16

Halaman I

Memuat berita-berita utama yang bernilai

berita tinggi dan menyangkut kepentingan

nasional ditambah dengan kolom feature.

Halaman 2

Memuat berita-berita politik

Halaman 3

Memuat berita-berita utama jawa pos

Halaman 4

Memuat jati diri, opini, surat pembaca,

gagasan dan keredaksian

Halam 5-6

Memuatberita-beritaekonomis bisnis

Halaman 7

Memuat berita-berita internasional

Halaman 8-9

Memuat berita-berita laporan khusus

Halaman 10

Memuat berita-berita nusantara

Halaman 11

Memuat berita-berita komunikasi bisnis

Halaman 12-13

Memuat berita-berita daerah jawa timur

selain Surabaya

Halaman 14

Memuat berita-berita show &selebriti

Halaman 15

Memuat berita-berita sambungan dari

(61)

Halaman 16

Berisi tentang sosok dan sisi lain

Koran II

(bagian olah raga)

Mulai halaman 17 – 23

Halaman 17-19

Memuat berita-berita seputar peristiwa

sepak bola internasional

Halaman 20-21

Memuat berita-berita seputar sepak bola

nasional

Halaman 22-23

Memuat berbagai iklan komersil (iklan

jitu) yang dimuat secararutin, terutama

hari sabtu antara lain mengenai lowongan

pekerjaan, jual beli kendaraan dan rumah,

serta aneka kebuuhan

Halaman 24-26

Memuat tentang berita olah raga seputar

jawa timur (arena Jatim)

Haaman 27

Memuat berita-berita tentang olah raga

baik internasional maupun naisonal selain

sepak bola (Total sport)

Halaman 28

Memuat tentang berita-berita seputar

basket (NBL Indonesia)

Koran III

(metropolis)

(62)

Halaman 29

Berisis

berita-berita

seputar

daerah

Surabaya, bsertafeature yang berkaitan

dengan kejadian di wilayah regional

Surabaya

Halaman 30

Memuat tentangperistiwa-peristiwayang

berkaitan dengan suraaya

Halaman 31

Memuat tentang berita-berita di wilayah

Surabaya selatan

Halaman 32

Memuat tentang berita-beritadi wilayah

Surabaya utara

Halaman 33

Memuat berita-berita di wilayah Surabaya

barat

Halaman 34

Memuat berita-berita di wilayah Surabaya

timur

Halaman 35

Halaman “deteksi” berisi tentang berbagai

kehidupan muda-mudi Surabaya dan

tanggapan merek dengan memanfaatkan

metode polling

Halaman 36-38

Memuat tentang gaya ( de-style, mainan

(toys), informasi kartun dan komik

(63)

(Shop&style),

pengetahuan

(science),

informasi kesehatan (visite), dan hidup

sehat( life)

Halaman 39

Memuat tentang komunikasi bisnis

Halaman 40

Memuat halaman ruang publik, kolom,

dan opini mahasiswa

Halaman 41

Meuat berita-berita di daerah Sidoarjo

Halaman 42

Memuat berita-berita di daerah Gersik

Halaman 43

Berisi

berita-berita

sambungan

dari

halaman 29

Halaman 44

Memuat tentang berita, festival seni dan

budaya, kekeluargaan (family) dan

solusi-solusi dari tokoh-tokoh di Surabaya

4.1.3 Profil Perusahaan Sur ya

Surat kabar Surya diterbitkan pertama kali oleh PT.Antara Surya Jaya yang

bergerak di bidangpenerbitan dan percetakan yang tergabung dalam group penerbitan

pos kota Jakarta. PT. Antara Surya Jaya berdiri atas prakarsa Ivan Harsono di

(64)

PT. Antara Surya Jaya selain menerima order cetak juga menerbitkan surat

kabar berlogo “Surya” yang diterbitkan setiap seminggu sekali. Dengan konsentrasi

pemasarannya meliputi daerah Jawa Timur dan Indonesia bagian timur. Surat kabar

mingguan ini memiliki kantor sekaligus divisis percetakan dalam satu lokasi yang

bertempat di jalan KH. Abdul Karim 37-39 Kecamatan Rungkut Menanggal

Surabaya.

Pada tanggal 10 November 1989 Surya mengubah pola terbitnya menjadi

surat kabar harian. Perbedaan surat kabar mingguan dan harian ditandai dengan

perubahan logo Surya yang semula berwarna dasar hitam pada tulisannya. Untuk

memperluas daerah pemasaran kemudian kerja sama dengan kelompok Kompas

Gramedia (KKG) Jakarta. Kegiatan operasional baik divisi penerbitan dan divisi

bisnis harian pagi Surya pindah kantor ke Jalan Basuki Rahmat 93-95 Surabaya.

Seiring dengan perkembangan masyarakat dan pasar yang menuntut informasi

secara actual dan cepat, surat kabar Surya selalu membenahi diri dengan

meningkatkan kualitas, peningkatan kualitas ini tercermin pada perubahan tampilan

penyajian, bahasa, jenis rubric yang ditampilkan, teknik penulisan serta pemasaran.

Harian Surya juga mengubah segmen pembacanya yang sebelumnya bersegmen

masyarakat menegah bawah menjadi menegah atas.

Surya mendapatkan surat ijin usaha penerbitan pers dari menteri penerangan

(65)

202/SK/MENPENA/A7/1986. Untuk menjelaskan fungsi-fungsi acuan dan dasar nilai

yang perlu dihayati bersama oleh para jurnalisnya. Harian Surya mengikrarkan visi

dalam kebijakan keredaksionalan. Visi tersebut adalah “Manusia dan kemanusiaan

serta mencoba dan permasalahannya berikut aspirasi dan hasratnya”. Visi dalam

keredaksionalan ini berperan sebagai acuan dan nilai dasar yang dihayati bersama

para jurnalisnya.

Dengan kemajuan dan perkembangan surat kabar Surya yang sedemikian

pesat, disamping kebijakan manajemen dan sirkulasi menyebabkan PT. Antara Surya

Jaya pindah ke jalan Raya margorejo Indah Blok D-108 Surabaya, pada tanggal 15

Maret 1997. Lokasi baru ini merupakan lokasi yang strategis untuk medistribusikan

surat kabar

Gambar

Gambar 1 Model Hierarchy of Influence
Gambar 2 Factor Interinsik dari komunikator yang mempengaruhi isi media
gambar/foto grafik
Tabel 4.1 : Deskripsi Halaman Surat Kabar Jawa Pos
+6

Referensi

Dokumen terkait

suhu, dan intensitas cahaya, maka digunakan empat sensor yang mendukung guna.. mendapatkan data

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih dan karunia yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Namun sekalipun perbuatan penyalahguna narkotika bagi diri sendiri memenuhi unsur kualifikasi tindak tindak pidana yang diatur dalam pasal yang lain, sepanjang niat

Puji dan syukur yang besar penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penulis telah berhasil menyelsaikan skripsi dengan jud ul “ Analisis Kinerja

Peneliti Saras Pangestika (1106010001) dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan yang dilaksanakan di

menyimpulkan bahwa remaja adalah individu yang menjadi lebih dewasa. dengan perubahan fisik, sosial, psikologis

terhadap gaya manajemen konflik pada perawat Rumah Sakit

baik pada aspek kuantitas dan kualitasnya. Sumber daya manusia yang kuat dan berdaya saing tinggi dalam berbagai aspek akan mendukung peningkatan pembangunan di