• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Warna Kuning Telur Itik Lokal dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra (Calliandra Calothyrsus) dan Daun Singkong (Manihot Esculenta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Warna Kuning Telur Itik Lokal dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra (Calliandra Calothyrsus) dan Daun Singkong (Manihot Esculenta"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN

PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA (Calliandra

calothyrsus) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta

Crantz) PADA PAKAN

SKRIPSI

GILANG MARADIKA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

GILANG MARADIKA. D14101037. 2006. Perubahan Warna Kuning Telur Itik Lokal dengan Penambahan Tepung daun Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan Daun Siongkong (Manihot esculenta Crantz) pada Pakan. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Insitut Pertanian Bogor.

Pembimbing utama : Ir. Rukmiasih MS.

Pembimbing Anggota : Prof. (Emer). Dr. Drh. Peni S. Hardjosworo. MSc.

Lahan Pertanian yang semakin berkurang telah mendorong peternak itik mengalihkan sistem beternak itik dari ekstensif menjadi intensif, sehingga kebutuhan pakan itik sangat bergantung kepada peternak. Pakan yang diberikan selama ini menghasilkan kuning telur dengan warna yang kurang disukai oleh masyarakat karena kuning telur hasil pemeliharaan intensif lebih pucat daripada kuning telur hasil pangonan. Itik pangonan memakan hijauan berupa rumput-rumput di sawah sehingga warna kuning telur berwarna kuning tua. Penelitian ini menggunakan daun kaliandra dan daun singkong sebagai pengganti hijauan sawah dengan harapan kuning telur yang dihasilkan sesuai dengan selera konsumen.

Penelitian ini menggunakan 49 ekor itik betina berumur enam bulan yang berasal dari Cirebon. Penelitian dilakukuan di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Unggas Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama empat minggu, dengan dengan rincian dua minggu pertama untuk menyeragamkan skor warna kuning telur pada kisaran skor satu, dan dua minggu kedua untuk pengambilan data. Data yang diamati adalah data konsumsi pakan dan skor warna kuning telur yang kemudian dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 9% memiliki tingkat konsumsi pakan yang paling rendah yaitu 141,54 gram/ekor/hari, hal tersebut disebabkan oleh kandungan tanin dalam daun kaliandra yang mempengaruhi palatabilitas pakan. Konsumsi pakan tertinggi didapat oleh itik dengan perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 6% sebesar 165,53 gram/ekor/hari.

Konsumsi pakan mempengaruhi produksi harian itik. Produksi harian tertinggi pada itik perlakuan penambahan tepung daun kaliandra dihasilkan oleh itik dengan penambahan tepung kaliandra 6% (K6) sebesar 64, 28%. Produksi telur pada itik perlakuan penambahan tepung daun singkong dihasilkan oleh itik dengan penambahan tepung daun singkong sebanyak 9% (S9) dengan produksi 57,14 %.

(3)
(4)

ABSTRACT

Yolk Colour Change at Local Duck with Addition of Calliandra Leaf Meal (Calliandra calothyrsus) and Cassava Leaf Meal (Manihot esculenta Crantz)

Maradika G., Rukmiasih, and P. S. Hardjosworo

Kaliandra leaf meal and cassava leaf meal used to increase egg yolk colour at level 0, 3, 6 and 9%. Fourty nine ducks were used in treatment at Laboratory of Animal Production Technology in Husbadry Faculty of Bogor Agricultural University. The experiment period were 14 days the first 7 for observing the increase of yolk_colour and the last 7 for observing stabilized yolk colour. Ducks were in battery cage while for collecting eggs. Feeding was given at 07.00 am and 04.00 pm. Diet contained in crude protein: 15,91 %; crude fat:4,85% and brutto energi: 4111,0 kkal/kg. During the first 7 days, yolk colour was increasing from score 1 to maximal score for each treatment and the last 7 days , yolk colour was stabil. There were significant difference in apparent consumption of all leaves with linear increase as cassava and calliandra leaf meal increase. The suggest result that usage of cassava and caliandra leaf meal up to 9% in laying ducks can improve yolk colour up to score 9.

(5)

PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN

PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA (Calliandra

calothyrsus) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta

Crantz) PADA PAKAN

GILANG MARADIKA D14101037

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN

PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA (Calliandra

calothyrsus) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta

Crantz) PADA PAKAN

oleh

GILANG MARADIKA D14101037

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 29 Desember 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Rukmiasih, MS Prof. (emir). Dr. Peni S. Hardjosworo., MSc NIP. 131 284 605

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Maret 1984 di Subang Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Amin Syaripudin

(Alm) dan Ibu Kurnia.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN Ekasari Pamanukan, pendidikan sekolah menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SMPN 1 Pamanukan, pendidikan sekolah menegah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 1 Pamanukan.

Penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2001.

Selama mengikuti pendidikan penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Cabang Bogor tahun 2002

hingga saat ini menjabat sebagai ketua HMI cabang bogor. Selain itu penulis aktif pada Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI-HMI) Cabang Bogor tahun 2002 - 2004, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor tahu 2003 - 2004, Forum Aktifitas Mahasiswa Muslim (FAMM) Al-An’aam Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor tahun 2002-2003, Forum Komunikasi Kulawargi

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kehadirat

Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Perubahan Warna Kuning Telur Itik Lokal dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz)” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini didasari bahwa permasalahan yang timbul akibat perubahan sistem peternakan dari sistem ekstensif menjadi sistem intensif salah satunya adalah pakan itik yang sepenuhnya sangat bergantung kepada peternak. Pemberian pakan tanpa komposisi ransum yang tepat dapat mengakibatkan penurunan kuantitas dan kualitas telur. Salah

satu faktor kualitas telur yang perlu diperhatikan adalah warna kuning telur yang pada umumnya masyarakat lebih menyukai warna kuning telur yang lebih pekat.

Itik pada sistem pemeliharaan ekstensif memiliki telur dengan warna kuning telur yang pekat. Hal ini disebabkan itik tersebut mengkonsumsi hijauan sawah, untuk itu pada sistem peternakan secara intensif diperlukan hijauan pengganti yang dapat

meningkatkan kepekatan warna kuning telur. Penelitian ini menggunakan daun kaliandra dan daun singkong sebagai pengganti hijauan sawah karena kedua daun tersebut mengandung pigmen karotenoid yang dapat meningkatkan kepekatan warna kuning telur.

Penulis sadari bahwa tulisan ini sangat jauh dari sempurna dan masih banyak

kekurangan,. Meskipun demikian diharapkan bahwa tulisan ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2007

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Persentase Pigmen Xantofil pada Kuning Telur Dihitung Berdasar

Berat Kuning Telur 19 Gram ... 3 2. Kandungan Nutrisi Daun Kaliandra ... 6 3. Komposisi Kimia Daun Ubi Kayu untuk Setiap 100 Gram Bahan ... 8 4. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Ransum untuk Itik Petelur

Penelitian ... 14 5. Hasil Analisa Kimia ransum Basal ... 14 6. Rataan Konsumsi Pakan Itik dengan Penambahan Tepung Daun

Kaliandra Selama Masa Penelitian ... 16 7. Rataan Konsumsi Pakan Itik dengan Penambahan Tepung Daun

Singkong Selama Masa Penelitian ... 17 8. Rataan Produksi Harian Telur Itik yang Ditambahkan Tepung

Daun Kaliandra ... 18 9. Rataan Produksi Harian Telur Itik yang Ditambahkan Tepung

Daun Singkong ... 18 10. Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun

Kaliandra Hari ke 1-7 ... 23

11. Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun Kaliandra Hari ke 8-14 ... 24 12. Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun

Singkong Hari ke 1-7 ... 26 13. Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun

(11)

DAFTAR GAMBAR

10. Sebaran warna Kuning Telur Selama Masa Penelitian pada Itik Kontrol ... 19

11. Sebaran warna Kuning Telur Selama Masa Penelitian pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra 3% (K3) .... 20

12. Sebaran warna Kuning Telur Selama Masa Penelitian pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra 6% (K6) .... 20

13. Sebaran warna Kuning Telur Selama Masa Penelitian pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra 9% (K9) .... 21

14. Sebaran warna Kuning Telur Selama Masa Penelitian pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Singkong 3% (S3) ... 21

15. Sebaran warna Kuning Telur Selama Masa Penelitian pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Singkong 6% (S6) ... 22

16. Sebaran warna Kuning Telur Selama Masa Penelitian pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Singkong 9% (S9) ... 22

17. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra sebanyak 3% ... 24

18. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra Sebanyak 6%. ... 25

19. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra Sebanyak 9%. ... 25

20. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Singkong Sebanyak 3%. ... 27

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Para peternak itik sekarang ini kesulitan mendapatkan lahan pangonan. Hal ini disebabkan oleh menyempitnya lahan pesawahan karena digunakan menjadi lahan pemukiman dan industri. Selain itu peternak itik juga kesulitan mendapatkan tenaga pengangon karena masyarakat desa atau masyarakat di daerah pinggiran kota lebih tertarik untuk menjadi buruh pabrik.

Dampak dari kesulitan-kesulitan tersebut di atas menyebabkan peternak itik mengalihkan sistem pemeliharaan itik dari ekstensif ke sistem pemeliharaan itik secara intensif. Pada pemeliharaan itik secara intensif kebutuhan pakan itik sangat tergantung kepada peternak. Pakan yang digunakan peternak biasanya adalah pakan buatan sendiri

atau berupa pakan jadi. Pemberian pakan tersebut mengakibatkan warna kuning telur menjadi pucat karena minimnya kandungan pigmen dalam pakan, sehingga telur yang dihasilkan kurang disukai oleh konsumen.

Para peternak mengatasi masalah tersebut dengan cara menambahkan kepala udang ke dalam pakan, akan tetapi warna kuning telur yang dihasilkan menjadi merah padahal

warna kuning telur yang disukai oleh masyarakat adalah warna kuning tua seperti yang dihasilkan itik pangonan. Warna kuning telur tersebut karena itik pangonan memakan rumput-rumput sawah yang merupakan hijauan sumber karotenoid. Untuk itu agar itik yang dipelihara secara intensif menghasilkan warna kuning telur yang diterima oleh konsumen maka diperlukan hijauan pengganti.

Kaliandra dan singkong adalah hijauan yang mudah didapatkan di Indonesia. Daun kaliandra dan daun singkong selain mempunyai kandungan nutrisi yang baik untuk ternak, juga mempunyai kadar pigmen karotenoid yang cukup tinggi sehingga penggunaan daun-daun tersebut diharapkan dapat menghasilkan kuning telur yang

berwarna kuning tua.

Keuntungan penggunaan daun-daun tersebut adalah mudah didapat. Pohon kaliandra biasanya digunakan untuk kayu bakar dan pencegah erosi, sedangkan daun singkong tua merupakan limbah yang tidak digunakan lagi. Kelemahannya, daun kaliandra mengandung tanin hingga mencapai 11%, sedangkan pada daun singkong

(14)

1. Pemberian pakan tanpa penambahan tepung daun kaliandra dan tepung daun singkong.

2. Pemberian pakan dengan penambahan tepung daun kaliandra sebanyak 3 %.

3. Pemberian pakan dengan penambahan tepung daun kaliandra sebanyak 6 %. 4. Pemberian pakan dengan penambahan tepung daun kaliandra sebanyak 9 % . 5. Pemberian pakan dengan penambahan tepung daun singkong sebanyak 3 %. 6. Pemberian pakan dengan penambahan tepung daun singkong sebanyak 6 %. 7. Pemberian pakan dengan penambahan tepung daun singkong sebanyak 9 %.

Selama 4 minggu pemeliharaan diamati konsumsi pakan harian dan warna kuning telur. Peubah-peubah yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Skor warna kuning telur diukur dengan menggunakan standar warna pada Roche Yolk Colour Fan.

2. Konsumsi pakan dihitung dengan mengurangi jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang ada.

3. Duck day production dihitung menggunakan rumus :

Jumlah telur pada hari yang bersangkutan

X 100% Jumlah itik pada hari itu yang bersangkutan

Analisis Data

(15)

TINJAUAN PUSTAKA Kuning Telur

Kuning telur merupakan emulsi lemak dalam air dengan kandungan padatan kurang lebih 50% yang terdiri dari protein dan lemak ( Belitzs dan Grosch, 1999). Rose (1997), menambahkan bahwa kuning telur pada unggas air mempunyai lemak yang lebih banyak yaitu sekitar (36%) dan protein (18%) serta kandungan air kurang dari 44%. Kuning telur terdiri dari beberapa lapisan berwarna gelap dan berwarna terang.

Bagian kuning telur berwarna gelap mengandung air sekitar 45%, sedangkan lapisan kuning telur yang berwarna terang mengandung air 86%. Lapisan tersebut dapat terlihat pada sebuah kuning telur utuh tetapi hampir tidak mungkin dipisahkan.

Bell and Freeman (1975) menyebutkan bahwa komponen paling utama dari

kuning telur adalah pigmen karotenoid (sekitar 13 sampai 15µg per kuning telur). Komponen utama karotenoid adalah xantofil, zeaxantin dan lutein dengan sebagian kecil kriptoxantin. Persentase dari pigmen xantofil dapat dilihat pada Tabel 1. Rose (1997), menambahkan bahwa warna kuning pada kuning telur disebabkan oleh susunan lemak disebut xantofil. Kandungan xantofil pada kuning telur hampir seluruhnya

bergantung pada kandungan xantofil pada pakan yang diberikan kapada unggas. Rumput mempunyai kandungan xantofil yang tinggi (20 mg/Kg), jadi unggas yang dipelihara di alam bebas dapat memakan rumput untuk memberikan warna kuning yang gelap pada telurnya. Jagung kuning juga mempunyai kandungan xantofil yang tinggi

sekitar 15 mg/Kg, sehingga pakan yang didasarkan pada jagung kuning juga memberikan warna kuning telur yang gelap. Xantofil yang berbeda memberikan warna kuning yang berbeda pula, sebagai contoh lutein memberikan warna kuning lemon, sedangkan zeaxantin memberikan warna kuning keemasan. Warna kuning yang kaya dapat diperoleh dangan mengkombinasikan xantofil-xantofil tersebut.

Tabel 1. Persentase Pigmen Xantofil pada Kuning Telur Dihitung Berdasar Berat Kuning Telur 19 Gram

Pigmen Persentase xantofil µg/kuning telur

Lutein 63 – 37 180 – 218

Zeaxantin 15 -32 44 – 91

Kriptoxantin 3 – 10 9 - 28

Karoten 2 - 4 6 – 11

Total 285

(16)

mengurangi kandungan zat-zat anti nutrisi tersebut. Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini menggunakan daun kaliandra dan daun singkong yang dibuat tepung dan pengaruhnya terhadap warna kuning telur itik yang dipelihara secara intensif dalam

rangka meningkatkan telur dengan warna seperti kuning telur hasil dari itik pangonan.

Tujuan

(17)

Produksi Telur

Produksi telur merupakan parameter utama yang digunakan untuk mengukur

performans itik petelur, yaitu dengan menghitung jumlah telur yang dihasilkan seekor itik selama periode tertentu (Purna, 1999). Menurut Ketaren et al. (1999) produktivitas itik ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Produktivitas itik dapat ditingkatkan dengan perbaikan mutu bibit, pakan dan manajemen pemeliharaan itik tersebut.

Setioko et al. (1985) menerangkan bahwa produksi telur disamping dipengaruhi oleh lokasi dan sistem pemeliharaan, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ransum, hal ini diperkuat oleh Ivy dan Gleaves (1976), bahwa peningkatan produksi telur dipengaruhi oleh tingkat konsumsi ransum, protein dan energi. Semakin tinggi

tingkat konsumsi ransum, produksi telur relatif meningkat pula, tingkat protein pakan yang rendah menyebabkan pembentukan kuning telur kecil pula (Ulupi, 1990).

Matram (1985), menyatakan bahwa itik yang diberi pakan dengan energi 2740-3080 Kkal/Kg dan protein 16% menghasilkan telur sebanyak 25,32%-29,08% dan pakan yang menggunakan tingkat protein 18% dan energi 3080 Kkal/Kg menghasilkan

telur 34,47%.

Kaliandra

Kaliandra adalah salah satu jenis legum yang banyak terdapat didaerah pegunungan dengan tinggi rata-rata sekitar 10m, mempunyai bunga yang berfilamen-filamen (Watson et al., 1992), gambar daun kaliandra disajikan pada Gambar 1.

(18)

Gambar 1. Tanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus)

Sumber : http://www.hort.purdue.edu/newcrop/duke_energy/Calliandra_calothyrsus.html#Uses

Kaliandra yang termasuk daun legum diketahui mengandung protein kasar yang cukup banyak jumlahnya (Tengenjaja et al., 1992), sehingga dapat digunakan sebagai suplemen bagi hijauan rendah protein (Mannetje dan Jones, 1992). Pemanfaatan daun ini, baik dalam bentuk segar maupun kering telah lama diketahui, terutama untuk ternak ruminansia. Namun untuk unggas masih belum berkembang karena daun tanaman

(19)

nutrisi yang diketahui berpengaruh negatif terhadap penampilan unggas (Tangenjaja dan Wina, 2000). Kandungan daun kaliandra dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Nutrisi Daun Kaliandra

Komposisi zat-zat makanan Jumlah

Protein (%) 24

Sumber : Tangenjaja et al., 1992

Zat anti nutrisi yang terdapat pada kaliandra adalah tanin (National Research Council, 1983). Tanin adalah senyawa yang terdapat alami yang sifat utamanya dapat berikatan dengan protein, menurut (Prince et al., 1980) sifat-sifat anti nutrisi tanin pada ternak diantaranya adalah :

1) Rasa yang sepat akan menurunkan jumlah konsumsi ternak.

2) Tanin akan membentuk kompleks dengan protein dan zat makanan lainnya yang terdapat dalam makanan.

3) Tanin dapat membentuk kompleks dengan protein endogen.

4) Tanin akan membentuk kompleks dengan enzim-enzim pencernaan. 5) Penyerapan tanin dan hasil-hasilnya dapat meracuni ternak.

6) Tanin dapat melukai saluran pencernaan dan menyebabkan terganggunya fungsi saluran pencernaan.

Tangenjaja dan Wina (2000) menyebutkan, agar dapat dimanfaatkan sebagai komponen ransum unggas, daun tanaman legum harus diolah terlebih dahulu. Hasil olahan tersebut dapat berupa tepung daun, produk kaya pigmen, ataupun produk kaya

protein. Kandungan protein kasar tepung daun sangat bervariasi, tergantung bahan baku yang di pakai, teknik pengolahan, asal bahan, dan sebagainya.

(20)

mengurangi ketergantungan penggunaan xantofil komersial, dan (3) membuka lapangan kerja baru secara tidak langsung (Tangenjaja dan Wina, 2000).

Tangenjaya et al. (1992) melaporkan bahwa pemberian tepung daun kaliandra

sebanyak 2,5 sampai 5 % pada pakan burung puyuh tidak berpengaruh terhadap produksi telurnya. Penggunaan 5 % daun kaliandra pada pakan itik menyebabkan produksi telur harian meningkat sampai 12,29 % dibanding kontrol, tetapi bila ditingkatkan sampai 15 % produksi telur menurun sebanyak 26,85 % (P < 0,01) (Laksmiwati, 1997). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan tepung

daun kaliandra, glirisida, turi dan daun ubi kayu dengan tingkat penggunaan 2,5-10 % dalam ransum dapat meningkatkan warna kuning telur (Tangenjaja dan Wina, 2000).

Singkong

Singkong termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae, subfamili Crotoridae. Singkong dalam literatur lama dinamakan Manihot utilisima, dalam perkembangannya

singkong disebut sebagai Manihot esculenta Crantz. Singkong tidak pernah didapatkan dalam bentuk liar, hanya ada sebagai spesies yang dibudidayakan (Goldworthy dan Fisher, 1992). Gambar tanaman singkong disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Tanaman Singkong (Manihot esculenta) Sumber :http://www.cipav.org.co/lrrd/lrrd7/3/9.htm

Limbah singkong sebagai makanan ternak sudah dimanfaatkan berupa daun

(21)

pohonnya (Pakpahan et al., 1992) dan dalam usaha memenuhi kebutuhan itik diharapkan dapat mempunyai peranan sebagai sumber protein (Tangenjaja dan Wina, 2000).

Daun ubi kayu kandungan proteinnya lebih banyak 5 sampai 6 kali daripada bagian umbinya, yaitu sekitar 7 sampai 8 persen, bahkan dapat mencapai 20% atau lebih (Tillman et al., 1998). Komposisi daun ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 3. Kandungan protein tertinggi dapat dijumpai pada daun ubi kayu yang masih muda sekitar umur 6 bulan (Terra, 1966). De Boer dan Forno (1975) menyebutkan bahwa daun singkong

dapat mencapai kandungan protein kasar sampai 30 % (dari bahan kering) dengan spektrum asam amino yang sama kalau tidak lebih baik dari kedelai.

Tabel 3. Komposisi Kimiawi Daun Ubi Kayu untuk Setiap 100 gram Bahan.

Komposisi Kandungan dalam Daun

Kalori (g) 72

Keunggulan lain dari daun ubi kayu adalah kandungan vitamin A hanya terdapat pada daun tersebut (Terra, 1966) yang mencapai 2.000 ppm (Hermana dan Sumiati, 1997). Lingga et al. (1989) menambahkan bahwa daun singkong mengandung Vitamin A yang tinggi yaitu sekitar 10.000-13.000 SI.

Kelemahan pada daun singkong adalah kandungan serat kasar yang tinggi, yaitu sekitar 15% (Eviyati, 1993) serta kandungan HCN yang bersifat racun. Kandungan HCN dari daun singkong dapat mencapai 6 kali kandungan HCN umbinya (Rapindran et al., 1985). Jenis ubi kayu yang tergolong manis maupun pahit selalu mengandung

(22)

tersebut dengan kandungan proteinnya (Terra, 1966). Kandungan glukosida cyanogenik (linamarin dan lotaustralin) dapat mengganggu kesehatan ternak, akibat kerja enzim dan asam organik pencernaan, akan tetapi masalah ini dapat diatasi dengan perlakuan panas

(23)

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan selama empat minggu, yaitu sepanjang bulan Juli 2004. Lokasi penelitian bertempat di bagian IPT Unggas, Fakultas Peternakan, Insitut

Pertanian Bogor.

Materi Penelitian

Penelitian ini menggunakan itik lokal betina yang berasal dari Cirebon yang

berumur enam bulan sebanyak 49 ekor. Kandang yang digunakan yaitu 49 sangkar kawat kapasitas masing-masing sangkar satu ekor itik, dengan ukuran panjang

30 cm, lebar 60 cm dan tinggi 50 cm. Tempat pakan terbuat dari paralon dengan panjang 20 cm, lebar 15 cm dan tinggi 12 cm berjumlah 49 unit. Tempat air minum

terbuat dari paralon dengan diameter 15 cm, panjang 100 cm berjumlah 20 unit.

Peralatan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan dengan kapasitas 5 dan 10 Kg dengan merek Five Goats dan timbangan digital dengan merek Nagata dengan skala terkecil 0.05 gram untuk menimbang pakan, alat penggiling listrik

(cutter grinder) untuk menggiling daun kaliandra dan daun singkong, Egg tray untuk

menyimpan telur, Roche Yolk Colour Fan digunakan untuk mengukur skor warna kuning telur. Peralatan dan perlengkapan tersaji pada Gambar 3-9

(24)

Gambar 4. Tempat Pakan

(25)

Gambar 6. Timbangan

(26)

Gambar 8. Roche Yolk Colour Fan

Gambar 9. Kandang Itik Penelitian

Metode Penelitian Pra Penelitian

Pra penelitian dilakukan selama 14 hari ,dilakukan bertujuan untuk memberi

kesempatan pada itik beradaptasi dengan lingkungan. Selain itu juga untuk menyeragamkan skor warna kuning telur dengan menggunakan pakan yang disusun dari bahan-bahan yang tidak mengandung tepung daun kaliandra dan daun singkong.

Tahap ini dimulai dari persiapan kandang, penyusunan ransum dan pembuatan

(27)

Summer, 1997) seperti yang sajikan dalam Tabel 4. Pakan diberikan sebanyak 180 gram per ekor per hari, dengan frekuensi dua kali sehari yaitu jam 07.00 WIB sebanyak 60 g dan jam 16.00 WIB sebanyak 120 g. Air minum disediakan sepanjang hari.

Tabel 4. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Ransum untuk Itik Petelur Penelitian

Analisa proksimat dilakukan pada ransum hasil penyusunan. Hasil analisa proksimat disajikan pada Tabel 5. Pembuatan tepung daun kaliandra dan daun singkong dimulai dengan proses pengeringan menggunakan oven bersuhu 500 C, setelah itu

dilakukan penggilingan bahan yang sudah kering sampai berbentuk tepung.

Tabel 5. Hasil Analisa Kimia Ransum Basal

Nutrisi Jumlah

Energi Bruto (Kkal/Kg) 4.111,0

Penelitian Utama

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Pakan

Rataan konsumsi pakan pada itik dengan penambahan tepung daun kaliandra

disajikan pada Tabel 6. Data menunjukkan bahwa pada hari ke 1-7 masa penelitian, perlakuan kontrol memiliki rataan konsumsi yang paling rendah dibanding perlakuan yang lain yaitu sebesar 142,12 gram/ekor/hari. Perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 6% memiliki rataan konsumsi tertinggi dibanding perlakuan lainnya yaitu 161,17 gram/ekor/hari.

Tabel 6. Rataan Konsumsi Pakan Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra Selama Masa Penelitian

Perlakuan Periode Rataan Total

( 1-14 ) 1-7 8-14

---g/ekor/hari---

Kontrol 142,12 141,66 141,89

Kaliandra 3% 146,77 146,24 146,50

Kaliandra 6% 161,17 169,90 165,53

Kaliandra 9% 144,68 138,35 141,54

Itik dengan perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 9%, pada hari ke 8-14 rataan konsumsinya paling rendah yaitu 138,35 gram/ekor/hari. Itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 6% memiliki tingkat konsumsi pakan tertinggi yaitu 169,90 gram/ekor/hari. Rendahnya konsumsi pakan pada itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 9% diduga karena tanin mulai mempengaruhi palatabilitas itik.

Secara total selama 14 hari, itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 9% memiliki tingkat konsumsi pakan terrendah yaitu 141,54 gram/ekor/hari. Rendahnya tingkat konsumsi pakan tersebut karena tingginya kadar tanin yang terkandung dalam daun kaliandra, seperti yang diutarakan oleh Tangenjaja dan Wina (2000) bahwa daun tanaman legum (kaliandra ) mempunyai serat kasar yang tinggi dan beberapa zat anti

(29)

Rataan konsumsi pakan pada itik dengan penambahan tepung daun sinkong disajikan pada Tabel 7. Data menunjukkan bahwa baik pada periode 1-7 hari dan 8-14 hari itik dengan penambahan tepung daun singkong mempunyai konsumsi pakan yang

lebih tinggi daripada itik kontrol. Rataan konsumsi pakan pada itik dengan penambahan tepung daun singkong 6% merupakan rataan konsumsi tertinggi pada itik dengan perlakuan penambahan tepung daun singkong.

Tabel 7. Rataan Konsumsi Pakan Itik dengan Penambahan Tepung Daun Singkong Selama Masa Penelitian

Perlakuan Periode Rataan Total

( 1-14 ) 1-7 8-14

---g/ekor/hari---

Kontrol 142,12 141,66 141,89

Singkong 3% 156,32 146,84 151,58

Singkong 6% 155,26 157,46 156,36

Singkong 9% 145,58 150,61 148,10

Produksi Telur

Rataan produksi telur pada penelitian ini disajikan pada Tabel 8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hari ke1-7 rataan produksi telur pada itik dengan penambahan daun kaliandra 6% menunjukkan produksi tertinggi yaitu 63,26%. Hal ini disebabkan karena konsumsi pakan itik dengan perlakuan kaliandra 6% adalah yang

tertinggi dibanding perlakuan kaliandra lainnya. Itik kontrol memiliki produksi telur yang paling rendah dibanding perlakuan penambahan kaliandra lainnya yaitu 42,86%, karena itik kontrol mengkonsumsi pakan paling rendah dibanding perlakuan itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 3% dan 9%. Produksi telur pada unggas khususnya

itik sangat dipengaruhi oleh besarnya konsumsi dan kandungan nutrisi ransum, seperti yang dikemukakan oleh Ivy dan Gleaves (1973) bahwa tingkat produksi telur itik dipengaruhi oleh tingkat konsumsi, protein dan energi.

Tabel 8. Rataan Produksi Harian Telur Itik yang Ditambahkan Tepung Daun Kaliandra

(30)

Daun Kaliandra 1-7 8-14 (1-14)

Rataan produksi harian tertinggi itik pada minggu ke-dua (Tabel 8) dihasilkan oleh itik dengan penambahan daun kaliandra 6% yaitu 65,30%. Hal ini disebabkan kandungan tanin pada level 6% tidak mempengaruhi konsumsi nutrisi yang masuk ke dalam tubuh itik. Itik dengan penambahan tepung daun kaliandra sebanyak 9% menghasilkan rataan produksi harian paling rendah yaitu 42,86%. Hal ini disebabkan

karena kaliandra dengan level 9% memiliki kandungan tanin yang cukup tinggi, sehingga dapat mengganggu produksi telur. Tanin adalah senyawa yang sifat alaminya dapat berikatan dengan protein (National Research Council, 1983), selanjutnya menurut Tangenjaja dan Wina (2000), menambahkan bahwa tanin dapat berpengaruh negatif terhadap penampilan unggas.

Tabel 9. Rataan Produksi Harian Telur Itik yang Ditambahkan Tepung Daun Singkong

Level Penambahan Tepung

Daun Singkong

Periode Rataan

Total

(1-14)

Rataan produksi telur pada itik perlakuan penambahan tepung daun singkong disajikan pada Tabel 9. Data menunjukkan bahwa pada hari ke 1-7 masa penelitian,

produksi telur itik dengan penambahan tepung daun singkong 9% merupakan yang tertinggi dibanding perlakuan yang lainnya yaitu sebesar 61,22%. Hari ke 8-14 produksi telur tertinggi diperoleh pada level 6% sebesar 57,14%. Secara keseluruhan, itik dengan perlakuan penambahan tepung daun singkong 9% mempunyai tingkat produksi telur tertinggi dibanding perlakuan tepung daun singkong lainnya yaitu sebesar 57,14%. Hal

(31)

seperti yang dikemukakan Ulupi (1990), bahwa semakin tinggi tingkat konsumsi ransum, maka produksi telur relatif meningkat pula

Secara total (hari 1-14) produksi telur itik kaliandra 6% merupakan yang

tertinggi diantara perlakuan lainnya yaitu sebesar 64,28%. Hal ini terjadi karena asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh itik lebih tinggi dibanding perlakuan yang lainnya.

Warna Kuning Telur

Sebaran warna kuning telur disajikan pada Gambar 10 sampai dengan 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan skor warna kuning telur di bagi menjadi dua

tahap. Tahap pertama yaitu tahap ketika skor warna kuning telur mengalami kenaikan. Sedangkan tahap ke-dua adalah tahap ketika warna kuning telur sudah mulai terlihat stabil.

Gambar 10. Sebaran Skor Warna Kuning Telur Selama Penelitian pada Itik Kontrol.

(32)

Gambar 11. Sebaran Skor Warna Kuning Telur Selama Penelitian pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra 3%.

Warna kuning telur pada itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 3%

mengalami peningkatan terutama sampai hari ke-7 (Gambar 11), peningkatan terjadi sampai dengan skor 6. Skor warna kuning telur selanjutnya cenderung stabil, hal ini membuktikan bahwa penambahan tepung daun kaliandra sebanyak 3% hanya dapat meningkatkan skor warna kuning telur sampai dengan skor 6.

Gambar 12. Sebaran Skor Warna Kuning Telur Selama Penelitian pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra 6%.

Penambahan tepung daun kaliandra 6% meningkatkan skor warna kuning

(33)

Gambar 13. Sebaran Skor Warna Kuning Telur Selama Penelitian pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra 9 %.

Skor warna kuning telur pada itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 9% (Gambar 13) terjadi peningkatan dari skor 1 sampai dengan skor 9, hal ini terjadi secara signifikan sampai dengan hari ke-7. Dibandingkan dengan itik pada perlakuan penambahan tepung daun kaliandra yang lainnya, warna kuning telur itik dengan penambahan tepung daun kaliandra sebanyak 9% menghasilkan warna kuning telur

dengan skor 9 yang cukup stabil.

Gambar 14. Sebaran Skor Warna Kuning Telur Selama Penelitian pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Singkong 3 %.

(34)

dengan hari ke-7, pada hari ke-8 sampai dengan hari ke-14 skor warna kuning telur terlihat stabil (Gambar 14).

Gambar 15. Sebaran Skor Warna Kuning Telur Selama Penelitian pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Singkong 6 %.

Skor warna kuning telur pada itik dengan penambahan tepung daun singkong sebanyak 6% mengalami peningkatan sampai dengan skor 8. Peningkatan skor warna

kuning telur secara signifikan juga terjadi sampai dengan hari ke-7 (Gambar. 15).

Gambar 16. Sebaran Skor Warna Kuning Telur Selama Penelitian pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Singkong 9 %.

Skor warna kuning telur pada itik dengan penambahan tepung daun singkong sebanyak 9% mengalami peningkatan dengan skor tertinggi adalah 9. Peningkatan skor warna kuning telur secara signifikan juga terjadi sampai dengan hari ke-7 (Gambar. 16).

(35)

pada itik dengan penambahan daun kaliandra pada hari ke 1-7 menunjukkan persentase skor warna kuning telur itik kontrol berada pada skor 1 (100%). Warna kuning telur yang dihasilkan oleh itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 3% didominasi

oleh skor 3 sebanyak 30%. Warna kuning telur yang dihasilkan oleh itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 6% didominasi oleh skor 1 sebanyak 26,67%. Warna kuning telur itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 9% didominasi oleh skor 1 dan 4 masing-masing sebanyak 20% (Tabel 10). Dominannya telur dengan skor warna kuning telur yang rendah disebabkan oleh belum optimalnya penyerapan pigmen

ke dalam tubuh itik.

Tabel 10. Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun Kaliandra Hari ke 1-7.

Data dari Tabel 10 juga menunjukkan adanya peningkatan skor warna kuning telur. Perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 3% menghasilkan telur dengan skor kuning telur tertinggi 6 (6,67%). Perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 6%

menghasilkan telur dengan skor warna kuning telur tertinggi 7 (10%). Perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 9% menghasilkan telur dengan skor warna kuning telur tertinggi 9 (8%).

Persentase skor warna kuning telur pada itik dengan penambahan daun kaliandra pada tujuh hari kedua menunjukkan telur yang dihasilkan itik kontrol mempunyai warna

(36)

disajikan pada Gambar 17. Gambar 17 menunjukkan kuning telur dengan skor warna kuning telur 5.

Tabel 11. Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun Kaliandra Hari ke 8-14.

Skor Dosis

0% 3% 6% 9%

1 100,00 2

3

4 20,69 3,03

5 58,62 6,06

6 20,69 21,21 4,76

7 24,24 19,05

8 42,42 38,10

9 3,03 38,10

Gambar 17. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra sebanyak 3%

Perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 6% sebagian besar warna kuning

(37)

Gambar 18. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra Sebanyak 6%.

Perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 9% menghasilkan kuning telur yang didominasi oleh skor warna kuning telur 8 dan 9 sebanyak 38,1%. Skor warna

kuning talur 9 sekaligus merupakan skor tertinggi yang dihasilkan oleh itik dengan perlakuan penambahan daun kaliandra 9%. Kuning telur itik dengan penambahan tepung daun kaliandra disajikan pada Gambar 19. Gambar 19 menunjukkan kuning telur dengan skor warna kuning telur 9.

Gambar 19. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra Sebanyak 9%.

Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa penambahan daun kaliandra

(38)

kulit unggas, penggunaan kaliandra 2,5-10% pada ransum dapat meningkatkan skor

Data skor kuning telur perlakuan penambahan tepung daun singkong disajikan pada Tabel 12, yang menunjukkan bahwa skor warna kuning telur yang dihasilkan

pada hari ke 1-7 sebagian besar masih berada pada skor yang rendah. Perlakuan penambahan tepung daun singkong 3% menghasilkan sebagian telur dengan skor warna kuning telur 2 sebanyak 36,84%, dengan skor tertinggi 5 (15,79%). Warna kuning telur itik dengan perlakuan penambahan tepung daun singkong 6% didominasi oleh skor warna kuning telur 5 sebanyak 30%, dengan skor tertinggi 6

(10%). Warna kuning telur pada itik dengan perlakuan penambahan tepung daun singkong 9% didominasi oleh telur dengan skor warna kuning telur 1 sebanyak 20% dengan skor tertinggi 9 (6,67%).

(39)

Persentase skor warna kuning telur pada tujuh hari kedua ditunjukkan pada Tabel 13. Warna kuning telur pada itik dengan perlakuan penambahan tepung daun singkong 3% didominasi oleh skor warna kuning telur 4 sebanyak 42,86%, dengan skor

tertinggi 7 (4,76%). Kuning telur itik dengan penambahan tepung daun singkong sebayak 3% disajikan pada Gambar 20. Gambar 20 menunjukkan kuning telur dengan skor warna kuning telur 7.

Gambar 20. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Singkong Sebanyak 3%.

Perlakuan penambahan tepung daun singkong 6% menghasilkan telur dengan

warna kuning telur didominasi oleh skor 6 sebanyak 55,17%, dengan skor warna kuning telur tertinggi 8 (6,9%). Kuning telur itik dengan penambahan tepung daun singkong sebanyak 6% disajikan pada Gambar 21. gambar 21 menunjukkan kuning telur dengan skor warna kuning telur 8

(40)

Perlakuan penambahan tepung daun singkong 9% menghasilkan telur dengan warna kuning telur didominasi oleh skor 9 sebanyak 46,15%. Skor 9 juga merupakan skor tertinggi yang dihasilkan oleh itik dengan perlakuan tepung daun singkong 9%.

Kuning telur itik dengan perlakuan penambahan tepung daun singkong 9% disajikan pada Gambar 22. Gambar 22 menunjukkan kuning telur dengan skor warna kuning telur 9.

Gambar 22. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun Singkong Sebanyak 9%.

Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa penambahan daun singkong

pada pakan dapat meningkatkan skor warna kuning telur itik karena singkong mempunyai kadar karotenoid sekitar 13.000 S. I (Terra, 1966). Bell dan Freeman (1975) menyebutkan bahwa komponen utama dari warna kuning telur adalah karotenoid, Bocanegra et al. (2004) menambahkan bahwa warna kuning telur adalah hasil dari deposisi dan kemampuan dari oksikarotenoid seperti xantofil yang terkandung dalam

(41)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa level pemberian tepung daun kaliandra dan daun singkong mempengaruhi tingkat konsumsi pakan. Konsumsi pakan tertinggi didapat dengan level pemberian tepung daun kaliandra dan daun singkong sebanyak 6%. Produksi telur tertinggi dihasilkan oleh itik dengan penambahan tepung daun

kaliandra 6% sebesar 64,28%

Level pemberian tepung daun kaliandra dan daun singkong juga mempengaruhi skor warna kuning telur. Peningkatan skor warna kuning telur terjadi pada satu minggu pertama (tujuh hari), selanjutnya skor warna kuning telur akan stabil. Skor warna

kuning telur tertinggi yang dapat diperoleh adalah skor 9, dengan rincian bahwa perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 9% sebanyak 38,1% dan perlakuan penambahan tepung daun singkong manghasilkan skor 9 sebanyak 46,15%.

Saran

Penambahan tepung daun kaliandra atau daun singkong pada pakan sebaiknya di

(42)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pertama kali penulis ucapkan terima kasih ke hadirat Allah SWT atas semua limpahan karunia dan ridlonya sehingga penulis bisa menyelesaikan tulisan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada nabi Muhammad SAW semoga dapat memberikan syafa’at-nya diakhirat kelak.

Penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu dan Adikku tercinta atas do’a dan semangatnya. Ibu Ir. Rukmiasih MSi dan Ibu Profesor Emeritus Dr. Drh. Peni S. Hardjosworo MSc. atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan, kepada Ir Abdul Djamil Hasjmy MS atas sumbang saran yang telah diberikan, kepada Ibu Profesor Dr. Kartinah Gurnadi MSc. dan Ibu Hj. Ir Niken Ulupi MSi. atas bimbingan akademik dan

konseling yang telah diberikan, kepada Kurniawan Sinaga MSi atas bantuan materi dan moralnya, Eka Koswara Spt, Gatot MSi, Pak Rahmat, dan teknisi kandang lainnya yang telah membantu. Yayasan SUPERSEMAR dan Yayasan CRESCENT serta Ibu Ir. Waysima Msc atas beasiswa yang diberikan selama pendidikan.

Penulis juga ucapkan terimakasih kepada Melani yang menjadi sumber motivasi,

kepada Cahyo, Lina, Aline, Ratna, Ila, Dian Ros, CHK Karyadinata, Umi Wahyuni dan Ade Hermansyah atas persaudaraannya selama ini, kepada Gholib, Reo, Hanif, Dasa, Faisal, Parsaoran dan teman-teman TPT serta THT ‘38 , kepada teman-teman seperjuangan di HMI, LDMI (Zenal, Jopie, Sri, Haris), teman–teman santri Al-Inayah angkatan V & VI, kepada teman-teman kostan PTB, Teman-teman di kostan Pioneer,

teman-teman di GSMI serta semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Desember 2006

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Belitzs, H. D., dan W. Grosch. 1999. Food Chemistry. Springer Vertag. Berlin Herdelberg. New York.

Bell, D.J. and B. M. Freeman. 1971. Physiology and Biochemistry of the Domestic Fowl. Academic Press. London-New York.

Bocanegra E. S., X. O.Osorio and E. O. O. Rondon. 2004. Evaluation of xantophyl extracted from Tageted erectus (Marigold Flower) and Capsicum Sp (Red Pepper Paprika) as a pigment for egg-yolk compare with synthetic pigment. International Journal of Poultry Science. http://www.msu.edu [24 Juni 2006]

Bui Huy Nhu Phuc, Nguyen van Lai, T R Preston, B Ogle dan J E Lindberg. 1995. Replacing Soya Bean Meal With Cassava Leaf Meal in Cassava Root Diets for Growing Pigs. http://www.cipav.org.co/lrrd/lrrd7/3/9.htm [14 Mei 2005]

De Boer & V. F. Forno. 1975. Cassava : a Potensial Source, World Animal Review. 14.

Delange, F., M. Van Der Velden., and A. M. Ermans. 1973. Evidence of an anti thyroid action of cassava in man and in animals. Dalam Chronic Cassava Toxicity : Proceeding of an Interdisciplinary Workshop. London. England. 20-30 Januari 1973. IDRC Monogr. 147-151.

Duke, J. A. 1997. Calliandra calothyrsus. http://www.hort. purdue.edu/new crop/duke_energy/Calliandra_calothyrsus.html#Uses. [15 Mei 2005]

Eviyati. 1993. Pemberian Tepung Daun Singkong dalam Ransum dan Pengaruhnya Terhadap Ayam Broiler. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Goldworthy, P.R., dan N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Hermana, W dan Sumiati. 1997. Pengaruh penambahan tepung daun singkong dalam ransum ayam petelur yang mengandung sorgum terhadap tebal kerabang dan skor kuning telur. Media Peternakan 21(1) : 43-47

Ivy, R.E. dan E.W. Gleaves. 1976. Effect of production level, dietary protein and energy on feed consumption and nutrient requirement of laying hens. Poultry Science. 55: 2166-2177.

Ketaren , P. P., L. H.Prasetyo dan T. Murtisari. 1999. Karakter produksi telur pada itik silang Mojosari x Alabio. Seminar Nasional Peternakan dan Veterinar. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Hal : 286-291.

(44)

Lesson,S dan J. D. Summers. 1997. Comercial Poultry Nutrition Second Edition. University Book. Guelph, Ontario, Canada.

Liener, L. E. 1980. Toxic Constituent of Plant Food Stuffe, Second ed. Academic Press.

Lingga, P., B. Sarwono., F. Rahardi., D.C. Rahardja., J.J. Afrastini., R. Wudianto dan W.H. Apriadi. 1989. Bertanam Ubi-ubian. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Anggota IKAPI. Jakarta.

Mannetje, L.’t. dan R.M. Jones. 1992. Plant Resources of South-East Asia. No.4. Forages. PROSEA. Bogor. Indonesia.

Matram, B. 1985. Respon iik Bali terhadap pembatasan ransum dan imbangan energi-protein. Proc. Sem. Pet. Hal. 103-109.

National Research Council. 1983. Calliandra:A Versatile Small Tree for the Humid Tropics. National Academy Press, Washington.

Pakpahan, A., M. Gunawan, A. Djauhari., S.M. Pasaribu, A. Nasution dan S. Friyatno. 1992. Cassava Marketing in Indonesia. Center for Agro Socioeconomic Research and Development. Caser Publishing. Bogor.

Prince, M. L. A. E. Hagerman dan L. G. Butter. 1980. Tannin content of cow peas, chick peas, pigeon peas and murey bean. Japan Agricultural. Food Chemistry. 28 : 459-461.

Purna, I. K. 1999. Aspek genetik kelenturan fenotipik produksi dan kualitas telur itik lokal sabagai respon terhadap perubahan aflatoksin dalam ransum. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ravindran, V., E.T. Kornegay, dan A.S.B. Rajaguru.1985. Influence of processing methods and storage time out cyanide potential of cassava leaf meal. Journal of Animal Science and Technology, 17:227-234.

Rose. S.P., 1997. Principles of Poultry Science. CAB International London.

Setioko, A.R., D.J S. Hetzel and A.J Evans. 1985. Duck production in Indonesia. In D.J. Farrel and P. Stapleton (Ed.) . Duck Production Science and World Practice. The Univ. of New England. pp. 418-427.

Tangenjaja, B., E. Wina, T. Ibrahim dan B. Palmer. 1992. Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan Pemanfaatannya. Balai Penelitian Ternak dan The Australian centre for International Agricultural Research. (ACIAR).

Tangenjaja, B., E. Wina. 2000. Daun Legum untuk Komponen Ransum Unggas. Majalah Warta, Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 22 No. 4 (2000). P 4-5.

(45)

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo., S. Prawirokusumo dan S. Labdosoekoyo.1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Ulupi, N. 1990. Pengaruh Tingkat Serat Kasar Ransum Terhadap Performans Itik Tegal dan Daya Cerna Zat-Zat Makanan Pada Itik dan Ayam. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(46)

PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN

PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA (Calliandra

calothyrsus) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta

Crantz) PADA PAKAN

SKRIPSI

GILANG MARADIKA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(47)

RINGKASAN

GILANG MARADIKA. D14101037. 2006. Perubahan Warna Kuning Telur Itik Lokal dengan Penambahan Tepung daun Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan Daun Siongkong (Manihot esculenta Crantz) pada Pakan. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Insitut Pertanian Bogor.

Pembimbing utama : Ir. Rukmiasih MS.

Pembimbing Anggota : Prof. (Emer). Dr. Drh. Peni S. Hardjosworo. MSc.

Lahan Pertanian yang semakin berkurang telah mendorong peternak itik mengalihkan sistem beternak itik dari ekstensif menjadi intensif, sehingga kebutuhan pakan itik sangat bergantung kepada peternak. Pakan yang diberikan selama ini menghasilkan kuning telur dengan warna yang kurang disukai oleh masyarakat karena kuning telur hasil pemeliharaan intensif lebih pucat daripada kuning telur hasil pangonan. Itik pangonan memakan hijauan berupa rumput-rumput di sawah sehingga warna kuning telur berwarna kuning tua. Penelitian ini menggunakan daun kaliandra dan daun singkong sebagai pengganti hijauan sawah dengan harapan kuning telur yang dihasilkan sesuai dengan selera konsumen.

Penelitian ini menggunakan 49 ekor itik betina berumur enam bulan yang berasal dari Cirebon. Penelitian dilakukuan di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Unggas Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama empat minggu, dengan dengan rincian dua minggu pertama untuk menyeragamkan skor warna kuning telur pada kisaran skor satu, dan dua minggu kedua untuk pengambilan data. Data yang diamati adalah data konsumsi pakan dan skor warna kuning telur yang kemudian dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 9% memiliki tingkat konsumsi pakan yang paling rendah yaitu 141,54 gram/ekor/hari, hal tersebut disebabkan oleh kandungan tanin dalam daun kaliandra yang mempengaruhi palatabilitas pakan. Konsumsi pakan tertinggi didapat oleh itik dengan perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 6% sebesar 165,53 gram/ekor/hari.

Konsumsi pakan mempengaruhi produksi harian itik. Produksi harian tertinggi pada itik perlakuan penambahan tepung daun kaliandra dihasilkan oleh itik dengan penambahan tepung kaliandra 6% (K6) sebesar 64, 28%. Produksi telur pada itik perlakuan penambahan tepung daun singkong dihasilkan oleh itik dengan penambahan tepung daun singkong sebanyak 9% (S9) dengan produksi 57,14 %.

(48)
(49)

ABSTRACT

Yolk Colour Change at Local Duck with Addition of Calliandra Leaf Meal (Calliandra calothyrsus) and Cassava Leaf Meal (Manihot esculenta Crantz)

Maradika G., Rukmiasih, and P. S. Hardjosworo

Kaliandra leaf meal and cassava leaf meal used to increase egg yolk colour at level 0, 3, 6 and 9%. Fourty nine ducks were used in treatment at Laboratory of Animal Production Technology in Husbadry Faculty of Bogor Agricultural University. The experiment period were 14 days the first 7 for observing the increase of yolk_colour and the last 7 for observing stabilized yolk colour. Ducks were in battery cage while for collecting eggs. Feeding was given at 07.00 am and 04.00 pm. Diet contained in crude protein: 15,91 %; crude fat:4,85% and brutto energi: 4111,0 kkal/kg. During the first 7 days, yolk colour was increasing from score 1 to maximal score for each treatment and the last 7 days , yolk colour was stabil. There were significant difference in apparent consumption of all leaves with linear increase as cassava and calliandra leaf meal increase. The suggest result that usage of cassava and caliandra leaf meal up to 9% in laying ducks can improve yolk colour up to score 9.

(50)

PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN

PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA (Calliandra

calothyrsus) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta

Crantz) PADA PAKAN

GILANG MARADIKA D14101037

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(51)

PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN

PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA (Calliandra

calothyrsus) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta

Crantz) PADA PAKAN

oleh

GILANG MARADIKA D14101037

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 29 Desember 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Rukmiasih, MS Prof. (emir). Dr. Peni S. Hardjosworo., MSc NIP. 131 284 605

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(52)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Maret 1984 di Subang Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Amin Syaripudin

(Alm) dan Ibu Kurnia.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN Ekasari Pamanukan, pendidikan sekolah menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SMPN 1 Pamanukan, pendidikan sekolah menegah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 1 Pamanukan.

Penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2001.

Selama mengikuti pendidikan penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Cabang Bogor tahun 2002

hingga saat ini menjabat sebagai ketua HMI cabang bogor. Selain itu penulis aktif pada Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI-HMI) Cabang Bogor tahun 2002 - 2004, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor tahu 2003 - 2004, Forum Aktifitas Mahasiswa Muslim (FAMM) Al-An’aam Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor tahun 2002-2003, Forum Komunikasi Kulawargi

(53)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kehadirat

Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Perubahan Warna Kuning Telur Itik Lokal dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz)” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini didasari bahwa permasalahan yang timbul akibat perubahan sistem peternakan dari sistem ekstensif menjadi sistem intensif salah satunya adalah pakan itik yang sepenuhnya sangat bergantung kepada peternak. Pemberian pakan tanpa komposisi ransum yang tepat dapat mengakibatkan penurunan kuantitas dan kualitas telur. Salah

satu faktor kualitas telur yang perlu diperhatikan adalah warna kuning telur yang pada umumnya masyarakat lebih menyukai warna kuning telur yang lebih pekat.

Itik pada sistem pemeliharaan ekstensif memiliki telur dengan warna kuning telur yang pekat. Hal ini disebabkan itik tersebut mengkonsumsi hijauan sawah, untuk itu pada sistem peternakan secara intensif diperlukan hijauan pengganti yang dapat

meningkatkan kepekatan warna kuning telur. Penelitian ini menggunakan daun kaliandra dan daun singkong sebagai pengganti hijauan sawah karena kedua daun tersebut mengandung pigmen karotenoid yang dapat meningkatkan kepekatan warna kuning telur.

Penulis sadari bahwa tulisan ini sangat jauh dari sempurna dan masih banyak

kekurangan,. Meskipun demikian diharapkan bahwa tulisan ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2007

(54)
(55)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Persentase Pigmen Xantofil pada Kuning Telur Dihitung Berdasar

Berat Kuning Telur 19 Gram ... 3 2. Kandungan Nutrisi Daun Kaliandra ... 6 3. Komposisi Kimia Daun Ubi Kayu untuk Setiap 100 Gram Bahan ... 8 4. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Ransum untuk Itik Petelur

Penelitian ... 14 5. Hasil Analisa Kimia ransum Basal ... 14 6. Rataan Konsumsi Pakan Itik dengan Penambahan Tepung Daun

Kaliandra Selama Masa Penelitian ... 16 7. Rataan Konsumsi Pakan Itik dengan Penambahan Tepung Daun

Singkong Selama Masa Penelitian ... 17 8. Rataan Produksi Harian Telur Itik yang Ditambahkan Tepung

Daun Kaliandra ... 18 9. Rataan Produksi Harian Telur Itik yang Ditambahkan Tepung

Daun Singkong ... 18 10. Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun

Kaliandra Hari ke 1-7 ... 23

11. Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun Kaliandra Hari ke 8-14 ... 24 12. Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun

Singkong Hari ke 1-7 ... 26 13. Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun

Gambar

Tabel 1. Persentase Pigmen Xantofil pada Kuning Telur Dihitung Berdasar        Berat Kuning Telur 19 Gram
Gambar 1. Tanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus)
Gambar 2. Tanaman Singkong (Manihot esculenta)
Gambar 3. Itik Cirebon Betina
+7

Referensi

Dokumen terkait

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan

Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji pearson antara intelegensi dengan hasil belajar matematika diperoleh besarnya koefisien korelasi yaitu 0,752 berarti

Data kehadiran dan ketidakhadiran Mantangan diperoleh dari hasil pemeriksaan pada kondisi lapangan yang dipadukan dengan peta hasil overlay antara variabel jarak dari

Perlu adanya sampel yang lebih besar dalam meneliti hubungan antara kadar timbal (Pb), zinc protoporphyrin dan besi (Fe) dalam sampel darah operator SPBU di Kota Semarang. Perlu

Berdasarkan analisis metafora bentuk animate (fauna/hewan) pada mantra mantra masyarakat Melayu Galing Sambas dapat disimpulkan bahwa, terdapat metafora bentuk animate

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah diperoleh informasi mengenai jenis-jenis dan prevalensi parasit pada itik yang dipelihara secara intensif dan

Hasil penelitian ini perusahaan LQ 45 sebelum dan sesudah pengumuman terdapat perbedaan yang sangat signifikan dan menunjukkan bahwa adanya pengumuman kenaikan harga BBM

Bukti pergerakan abu hasil pembakaran ini terlihat dengan meningkatnya BD pada kedalaman 10-20 cm (Gambar 3) Selain itu penurunan kemampuan gambut untuk mengikat