• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Aktivitas Antioksidan Rimpang Segar dan Rimpang Bubuk Dengan Uji Kadar Polifenol dan Active Oxygen Method (Aom)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Aktivitas Antioksidan Rimpang Segar dan Rimpang Bubuk Dengan Uji Kadar Polifenol dan Active Oxygen Method (Aom)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SKRIPSI

PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RIMPANG SEGAR DAN RIMPANG BUBUK DENGAN UJI KADAR POLIFENOL DAN

ACTIVE OXYGEN METHOD (AOM)

Oleh :

CHRISTINE WUISAN F24103041

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN

(3)

PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RIMPANG SEGAR DAN RIMPANG BUBUK DENGAN UJI KADAR POLIFENOL DAN

ACTIVE OXYGEN METHOD (AOM)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pangan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

CHRISTINE WUISAN F24103041

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN

(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN

PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RIMPANG SEGAR DAN RIMPANG BUBUK DENGAN UJI KADAR POLIFENOL DAN

ACTIVE OXYGEN METHOD (AOM)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pangan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

CHRISTINE WUISAN F24103041

Tanggal lulus : 22 Agustus 2007

Menyetujui,

Bogor, 23 Agustus 2007

Prof. Dr. Ir. H. Dedi Fardiaz, MSc Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Dahrul Syah

(5)

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal

17 November 1984 dan merupakan anak tunggal dari pasangan

Charles Wuisan dan Hilda. Pendidikan dasar sampai menengah

atas diselesaikan di sekolah Regina Pacis Bogor.

Penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian

Bogor pada tahun 2003 melalui jalur USMI. Selama kuliah,

penulis aktif berorganisasi di Paduan Suara IPB Agria Swara sebagai staf dan

koordinator Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia, serta aktif mengisi

konser-konser yang diadakan Agria Swara dan beberapa paduan suara lainnya di

luar IPB. Prestasi internasional yang pernah diraih bersama Agria Swara adalah

Golden dan Silver Diplome pada the 4th Johannes-Brahms International Choir Competition and Festival di Wernigerode, Jerman pada tahun 2005.

Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum Kimia Dasar I di Departemen

Kimia. Di waktu luangnya, penulis bekerja sebagai guru biola di sekolah Gema

(6)

Christine Wuisan. F24103041. Penentuan Aktivitas Antioksidan Rimpang Segar dan Rimpang Bubuk dengan Uji Kadar Polifenol dan Active Oxygen Method (AOM). Dibawah bimbingan: Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc.

RINGKASAN

Oksigen sangat dibutuhkan tubuh namun juga merupakan senyawa radikal bebas, yang dapat menyebabkan berbagai penyakit sehingga tubuh memerlukan senyawa antioksidan. Antioksidan dapat melindungi senyawa lainnya dari oksigen dengan mereaksikan dirinya sendiri dengan oksigen. Rempah-rempah diketahui mengandung senyawa fenolik yang memiliki kapasitas antioksidan yang kuat.

Rimpang yang diteliti adalah lengkuas (Alpinia galanga), kencur (Kaemferia galanga L.), kunyit (Curcuma domestica Val), dan jahe (Zingiber officinale Rosc.). Sebagai tambahan perbandingan, diteliti juga bawang putih (Allium sativum L.) dan cengkeh (Syzygium aromaticum L.).

Kadar polifenol tertinggi dimiliki cengkeh, yaitu sebesar 619.94 mg/g solid untuk cengkeh segar dan 790.06 mg/g solid untuk cengkeh bubuk. Cengkeh mengandung kadar polifenol yang sangat tinggi karena cengkeh merupakan rempah utama penghasil eugenol dan senyawa galat. Kadar polifenol terendah dimiliki bawang putih, yaitu sebesar 2.81 mg/g solid untuk bawang putih segar dan 0.30 mg/g solid untuk bawang putih bubuk. Kadar polifenol yang rendah pada bawang putih disebabkan senyawa aktif dalam bawang putih, yaitu allicin bukan termasuk golongan polifenol, melainkan golongan thiosulfonat. Kencur, kunyit, dan bawang putih dalam bentuk segar memiliki kadar polifenol lebih tinggi daripada bentuk bubuknya, namun besarnya penurunan kadar polifenol berbeda-beda tergantung stabilitas masing-masing jenis polifenol. Lengkuas, jahe, dan cengkeh dalam bentuk bubuk memiliki kadar polifenol lebih tinggi dibandingkan bentuk segarnya karena terlepasnya polifenol terikat akibat perlakuan panas dan terbebasnya polifenol akibat kerusakan sel yang terjadi selama proses pengeringan.

Metode AOM dengan menggunakan alat Rancimat adalah metode untuk menentukan stabilitas minyak terhadap oksidasi yang dapat membuat minyak menjadi tengik. Waktu dimana jumlah senyawa volatil hasil oksidasi minyak meningkat dengan cepat disebut periode induksi. Rasio antara periode induksi sampel dan periode induksi standar (BHT) disebut faktor proteksi. Semakin tinggi faktor proteksi, semakin tinggi aktivitas antioksidan. Minyak yang dipilih sebagai media pada metode AOM adalah minyak dengan periode induksi terpendek, yaitu minyak kedelai merk Happy dengan periode induksi 7.67 jam.

(7)

meskipun terdapat dalam jumlah yang lebih banyak tetapi tidak meningkatkan aktivitas antioksidan rempah secara keseluruhan.

Hubungan kadar polifenol dan faktor proteksi menunjukkan kecenderungan meningkat. Semakin tinggi kadar polifenol, maka faktor proteksi juga akan semakin tinggi hingga mencapai batas tertentu. Peningkatan kadar polifenol pada kisaran 0-10 mg polifenol kurang berpengaruh terhadap peningkatan faktor proteksi sedangkan pada kisaran 10-20 mg polifenol, peningkatan kadar polifenol walaupun dalam jumlah sedikit dapat menyebabkan faktor proteksi mengalami banyak peningkatan. Peningkatan kadar polifenol pada kisaran 20-50 mg polifenol masih berpengaruh terhadap peningkatan faktor proteksi, meskipun tidak sebesar pengaruh peningkatan kadar polifenol pada kisaran 10-20 mg polifenol. Setelah melebihi 50 mg polifenol, peningkatan kadar polifenol walaupun dalam jumlah banyak tidak menyebabkan faktor proteksi mengalami banyak peningkatan. Hubungan kadar polifenol dan faktor proteksi tersebut dapat disebabkan perbedaan struktur polifenol dan kadar masing-masing jenis polifenol yang berbeda-beda pada setiap jenis rempah.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat

kasih karunia dan perlindunganNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kepada semua pihak

yang telah membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir ini:

1. Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc. selaku dosen pembimbing atas segala

bimbingan dan masukannya yang positif, serta pengorbanan waktunya baik

selama penelitian berlangsung maupun dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Ir. Sukarno, MSi. dan Didah Nur Faridah STP, MSi. selaku dosen

penguji yang bersedia menyediakan waktu untuk menguji dan memberikan

masukan yang berguna bagi perbaikan skripsi ini.

3. Orang tua yang selalu memberikan dukungan moril dan materil.

4. Fany Nely (Nene), teman seperjuanganku. Terima kasih untuk segala ide

dan semangat selama penelitian ini berlangsung.

5. Para pegawai dan laboran ITP : Pak Sobirin, Mbak Yane, Mbak Ririn, pak

Rojak, Bu Rubiah, pak Misdi, pak Muchtadin, dan Mas Syamsu.

6. Kel atas kesediaannya mendengarkan segala keluhan dan memberikan saran.

7. Tia Hewan, my best roomate I’ve ever had, untuk semua pengalaman seru yang kita lewati bersama selama 4 tahun. Tidak lupa juga kepada Dhino,

Puri, mbak Ndung, dan teman-teman lain di Perwira 9.

8. Teman-teman TPG 40, khususnya teman sekos (Tya, Rika, Agnes, Anas), Aji, Andreas, Erick, dan teman-teman golongan B.

9. Teman-teman Agria Swara, khususnya Greth, Putri, dan Inge. Pengalaman

latihan sampai tengah malam, konser, dan ke Jerman tak akan terlupakan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penelitian

maupun penyusunan tugas akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap agar skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, 22 Agustus 2007

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ...i

DAFTAR ISI ... ...ii

DAFTAR TABEL ... ...iv

DAFTAR GAMBAR ... ...v

DAFTAR LAMPIRAN ... ...vi

I. PENDAHULUAN ... ...1

A. Latar Belakang ... ...1

B. Tujuan Penelitian ... ...2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... ...3

A. Rempah sebagai Sumber Antioksidan ... ...3

B. Lengkuas (Alpinia galanga L.) ... ...4

C. Kencur (Kaemferia galanga L.) ... ...5

D. Kunyit (Curcuma domestica Val.) ... ...6

E. Jahe (Zingiber officinale Rosc.) ... ...8

F. Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) ... ...9

G. Bawang Putih (Allium sativum L.) ... ...11

H. Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Uji Kadar Polifenol...12

I. Pengukuran Aktivitas Antioksidan berdasarkan Active Oxygen Method (AOM) ... ...14

III. METODOLOGI PENELITIAN ... ...18

A. Bahan dan Alat. ... ...18

B. Metode Penelitian ... ...18

1. Tahap Persiapan Sampel ... ...18

2. Uji Kadar Air (Park, 1996) ... ...19

3. Uji Kadar Polifenol (Oki et al, 2002)... ...19

4. Metode AOM (Beirao dan Bernardo-Gil, 2005) ... ...20

C. Perhitungan Hasil Pengamatan ... ...22

1. Uji Kadar Air ... ...22

2. Uji Polifenol ... ...22

(10)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... ...24

A. Kadar Polifenol ... ...24

B. Aktivitas Antioksidan berdasarkan metode AOM ... ...28

C. Hubungan Kadar Polifenol dan Aktivitas Antioksidan berdasarkan metode AOM ... ...32

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... ...36

A. Kesimpulan ... ...36

B. Saran ... ...37

DAFTAR PUSTAKA ... ...38

(11)
(12)

SKRIPSI

PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RIMPANG SEGAR DAN RIMPANG BUBUK DENGAN UJI KADAR POLIFENOL DAN

ACTIVE OXYGEN METHOD (AOM)

Oleh :

CHRISTINE WUISAN F24103041

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN

(13)

PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RIMPANG SEGAR DAN RIMPANG BUBUK DENGAN UJI KADAR POLIFENOL DAN

ACTIVE OXYGEN METHOD (AOM)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pangan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

CHRISTINE WUISAN F24103041

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN

(14)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN

PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RIMPANG SEGAR DAN RIMPANG BUBUK DENGAN UJI KADAR POLIFENOL DAN

ACTIVE OXYGEN METHOD (AOM)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pangan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

CHRISTINE WUISAN F24103041

Tanggal lulus : 22 Agustus 2007

Menyetujui,

Bogor, 23 Agustus 2007

Prof. Dr. Ir. H. Dedi Fardiaz, MSc Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Dahrul Syah

(15)

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal

17 November 1984 dan merupakan anak tunggal dari pasangan

Charles Wuisan dan Hilda. Pendidikan dasar sampai menengah

atas diselesaikan di sekolah Regina Pacis Bogor.

Penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian

Bogor pada tahun 2003 melalui jalur USMI. Selama kuliah,

penulis aktif berorganisasi di Paduan Suara IPB Agria Swara sebagai staf dan

koordinator Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia, serta aktif mengisi

konser-konser yang diadakan Agria Swara dan beberapa paduan suara lainnya di

luar IPB. Prestasi internasional yang pernah diraih bersama Agria Swara adalah

Golden dan Silver Diplome pada the 4th Johannes-Brahms International Choir Competition and Festival di Wernigerode, Jerman pada tahun 2005.

Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum Kimia Dasar I di Departemen

Kimia. Di waktu luangnya, penulis bekerja sebagai guru biola di sekolah Gema

(16)

Christine Wuisan. F24103041. Penentuan Aktivitas Antioksidan Rimpang Segar dan Rimpang Bubuk dengan Uji Kadar Polifenol dan Active Oxygen Method (AOM). Dibawah bimbingan: Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc.

RINGKASAN

Oksigen sangat dibutuhkan tubuh namun juga merupakan senyawa radikal bebas, yang dapat menyebabkan berbagai penyakit sehingga tubuh memerlukan senyawa antioksidan. Antioksidan dapat melindungi senyawa lainnya dari oksigen dengan mereaksikan dirinya sendiri dengan oksigen. Rempah-rempah diketahui mengandung senyawa fenolik yang memiliki kapasitas antioksidan yang kuat.

Rimpang yang diteliti adalah lengkuas (Alpinia galanga), kencur (Kaemferia galanga L.), kunyit (Curcuma domestica Val), dan jahe (Zingiber officinale Rosc.). Sebagai tambahan perbandingan, diteliti juga bawang putih (Allium sativum L.) dan cengkeh (Syzygium aromaticum L.).

Kadar polifenol tertinggi dimiliki cengkeh, yaitu sebesar 619.94 mg/g solid untuk cengkeh segar dan 790.06 mg/g solid untuk cengkeh bubuk. Cengkeh mengandung kadar polifenol yang sangat tinggi karena cengkeh merupakan rempah utama penghasil eugenol dan senyawa galat. Kadar polifenol terendah dimiliki bawang putih, yaitu sebesar 2.81 mg/g solid untuk bawang putih segar dan 0.30 mg/g solid untuk bawang putih bubuk. Kadar polifenol yang rendah pada bawang putih disebabkan senyawa aktif dalam bawang putih, yaitu allicin bukan termasuk golongan polifenol, melainkan golongan thiosulfonat. Kencur, kunyit, dan bawang putih dalam bentuk segar memiliki kadar polifenol lebih tinggi daripada bentuk bubuknya, namun besarnya penurunan kadar polifenol berbeda-beda tergantung stabilitas masing-masing jenis polifenol. Lengkuas, jahe, dan cengkeh dalam bentuk bubuk memiliki kadar polifenol lebih tinggi dibandingkan bentuk segarnya karena terlepasnya polifenol terikat akibat perlakuan panas dan terbebasnya polifenol akibat kerusakan sel yang terjadi selama proses pengeringan.

Metode AOM dengan menggunakan alat Rancimat adalah metode untuk menentukan stabilitas minyak terhadap oksidasi yang dapat membuat minyak menjadi tengik. Waktu dimana jumlah senyawa volatil hasil oksidasi minyak meningkat dengan cepat disebut periode induksi. Rasio antara periode induksi sampel dan periode induksi standar (BHT) disebut faktor proteksi. Semakin tinggi faktor proteksi, semakin tinggi aktivitas antioksidan. Minyak yang dipilih sebagai media pada metode AOM adalah minyak dengan periode induksi terpendek, yaitu minyak kedelai merk Happy dengan periode induksi 7.67 jam.

(17)

meskipun terdapat dalam jumlah yang lebih banyak tetapi tidak meningkatkan aktivitas antioksidan rempah secara keseluruhan.

Hubungan kadar polifenol dan faktor proteksi menunjukkan kecenderungan meningkat. Semakin tinggi kadar polifenol, maka faktor proteksi juga akan semakin tinggi hingga mencapai batas tertentu. Peningkatan kadar polifenol pada kisaran 0-10 mg polifenol kurang berpengaruh terhadap peningkatan faktor proteksi sedangkan pada kisaran 10-20 mg polifenol, peningkatan kadar polifenol walaupun dalam jumlah sedikit dapat menyebabkan faktor proteksi mengalami banyak peningkatan. Peningkatan kadar polifenol pada kisaran 20-50 mg polifenol masih berpengaruh terhadap peningkatan faktor proteksi, meskipun tidak sebesar pengaruh peningkatan kadar polifenol pada kisaran 10-20 mg polifenol. Setelah melebihi 50 mg polifenol, peningkatan kadar polifenol walaupun dalam jumlah banyak tidak menyebabkan faktor proteksi mengalami banyak peningkatan. Hubungan kadar polifenol dan faktor proteksi tersebut dapat disebabkan perbedaan struktur polifenol dan kadar masing-masing jenis polifenol yang berbeda-beda pada setiap jenis rempah.

(18)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat

kasih karunia dan perlindunganNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kepada semua pihak

yang telah membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir ini:

1. Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc. selaku dosen pembimbing atas segala

bimbingan dan masukannya yang positif, serta pengorbanan waktunya baik

selama penelitian berlangsung maupun dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Ir. Sukarno, MSi. dan Didah Nur Faridah STP, MSi. selaku dosen

penguji yang bersedia menyediakan waktu untuk menguji dan memberikan

masukan yang berguna bagi perbaikan skripsi ini.

3. Orang tua yang selalu memberikan dukungan moril dan materil.

4. Fany Nely (Nene), teman seperjuanganku. Terima kasih untuk segala ide

dan semangat selama penelitian ini berlangsung.

5. Para pegawai dan laboran ITP : Pak Sobirin, Mbak Yane, Mbak Ririn, pak

Rojak, Bu Rubiah, pak Misdi, pak Muchtadin, dan Mas Syamsu.

6. Kel atas kesediaannya mendengarkan segala keluhan dan memberikan saran.

7. Tia Hewan, my best roomate I’ve ever had, untuk semua pengalaman seru yang kita lewati bersama selama 4 tahun. Tidak lupa juga kepada Dhino,

Puri, mbak Ndung, dan teman-teman lain di Perwira 9.

8. Teman-teman TPG 40, khususnya teman sekos (Tya, Rika, Agnes, Anas), Aji, Andreas, Erick, dan teman-teman golongan B.

9. Teman-teman Agria Swara, khususnya Greth, Putri, dan Inge. Pengalaman

latihan sampai tengah malam, konser, dan ke Jerman tak akan terlupakan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penelitian

maupun penyusunan tugas akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap agar skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, 22 Agustus 2007

(19)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ...i

DAFTAR ISI ... ...ii

DAFTAR TABEL ... ...iv

DAFTAR GAMBAR ... ...v

DAFTAR LAMPIRAN ... ...vi

I. PENDAHULUAN ... ...1

A. Latar Belakang ... ...1

B. Tujuan Penelitian ... ...2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... ...3

A. Rempah sebagai Sumber Antioksidan ... ...3

B. Lengkuas (Alpinia galanga L.) ... ...4

C. Kencur (Kaemferia galanga L.) ... ...5

D. Kunyit (Curcuma domestica Val.) ... ...6

E. Jahe (Zingiber officinale Rosc.) ... ...8

F. Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) ... ...9

G. Bawang Putih (Allium sativum L.) ... ...11

H. Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Uji Kadar Polifenol...12

I. Pengukuran Aktivitas Antioksidan berdasarkan Active Oxygen Method (AOM) ... ...14

III. METODOLOGI PENELITIAN ... ...18

A. Bahan dan Alat. ... ...18

B. Metode Penelitian ... ...18

1. Tahap Persiapan Sampel ... ...18

2. Uji Kadar Air (Park, 1996) ... ...19

3. Uji Kadar Polifenol (Oki et al, 2002)... ...19

4. Metode AOM (Beirao dan Bernardo-Gil, 2005) ... ...20

C. Perhitungan Hasil Pengamatan ... ...22

1. Uji Kadar Air ... ...22

2. Uji Polifenol ... ...22

(20)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... ...24

A. Kadar Polifenol ... ...24

B. Aktivitas Antioksidan berdasarkan metode AOM ... ...28

C. Hubungan Kadar Polifenol dan Aktivitas Antioksidan berdasarkan metode AOM ... ...32

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... ...36

A. Kesimpulan ... ...36

B. Saran ... ...37

DAFTAR PUSTAKA ... ...38

(21)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Senyawa antioksidan yang telah berhasil diisolasi dari rempah-rempah (Pokorny et al., 2001) ... ...4 Tabel 2. Hasil metode AOM untuk seleksi minyak sebagai media pada alat

Rancimat ... ... 29

Tabel 3. Komponen asam lemak pada minyak kedelai, minyak jagung, dan minyak zaitun (Almatsier, 2002) ... ...30

Tabel 4. Komponen minyak kedelai mentah dan minyak kedelai yang dimurnikan (Hui, 1996) ... ...30

Tabel 5. Aktivitas antioksidan berdasarkan metode AOM ...31

(22)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lengkuas (Alpinia galanga L.) ... ...5 Gambar 2. Kencur (Kaemferia galanga L.) ... ...6 Gambar 3. Kunyit (Curcuma domestica Val.) ... ...6 Gambar 4. Struktur kimia senyawa curcumin pada kunyit (Tiwari et al., 2006)..7 Gambar 5. Jahe putih besar (Zingiber officinale Rosc.) ... ...8 Gambar 6. Struktur kimia senyawa gingerol pada jahe (Tiwari et al., 2006)...9 Gambar 7. Bunga cengkeh (Syzygium aromaticum L.) ... ...10 Gambar 8. Struktur kimia eugenol pada cengkeh (Porter, 1979) ... ...10

Gambar 9. Bawang putih (Allium sativum L.) ... ...11 Gambar 10. Struktur kimia senyawa allicin pada bawang putih

(Anonim, 2006d) ... ...12

Gambar 11. Asam fosfomolibdat yang tereduksi (The Grape Seed Method Evaluation Committee, 2001) ... ...13

Gambar 12. Alat Rancimat... ...15

Gambar 13. Skema deskripsi alat Rancimat (Löliger, 1983) ... ...16

Gambar 14. Penentuan periode induksi (Löliger, 1983) ... ....17 Gambar 15. Diagram alir analisis aktivitas antioksidan dengan uji polifenol dan metode AOM dengan menggunakan alat Rancimat ... ...21

Gambar 16. Pengukuran periode infleksi pada metode AOM ... ...22

Gambar 17. Asam galat ... ...24

Gambar 18. Kurva standar uji polifenol dengan standar asam galat... ...25

Gambar 19. Grafik perbandingan kadar polifenol rempah segar dan rempah bubuk ... ...26

Gambar 20. Grafik hubungan kadar polifenol dan aktivitas antioksidan

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kadar air rempah segar basah dengan metode azeotropik (dry basis) ... ...43 Lampiran 2. Kadar air rempah segar kering dengan metode oven vakum

(dry basis) ... ...44 Lampiran 3. Kadar air rempah bubuk dengan metode oven vakum (dry basis) . ...45 Lampiran 4. Perhitungan uji kadar polifenol ... ...45

A. Kurva standar asam galat ... ...45

B. Rempah segar ... ...46

C. Rempah bubuk ... ...47

Lampiran 5. Perhitungan metode AOM ... ...48

A. Pemilihan minyak sebagai media pada metode AOM ... ...48

B. Faktor proteksi rempah segar ... ...49

C. Faktor proteksi rempah bubuk ... ...50

(24)

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Reaksi-reaksi yang terjadi di dalam tubuh manusia memerlukan

oksigen, namun di lain pihak, oksigen juga merupakan senyawa oksidan

yang dapat menimbulkan efek samping berbahaya, yang dapat menyebabkan

kerusakan sel sehingga menimbulkan penyakit kronis (Anonim, 2006d).

Senyawa oksidan yang umumnya dikenal sebagai radikal bebas,

dapat berasal dari dalam maupun luar tubuh. Sumber eksternal tersebut

antara lain paparan sinar matahari dan polusi, minuman beralkohol,

makanan yang tidak sehat, dan rokok. Radikal bebas ini menyerang sel-sel

sehat dalam tubuh, termasuk DNA, protein, dan lemak, sehingga dapat

menyebabkan gangguan fungsi imunitas, mempercepat proses penuaan, serta

menimbulkan berbagai penyakit seperti katarak, kanker, penyakit jantung,

artritis, dan penyakit kronis lainnya (Anonim, 2006d). Radikal bebas

merupakan kunci utama penyebab penyakit infeksi dan non-infeksi serta

berbagai penyakit dalam tubuh. Sebenarnya, secara normal tubuh dapat

mengatasi radikal bebas tersebut, tapi dalam suatu kondisi tertentu tubuh

tidak mampu mengatasinya sehingga memerlukan senyawa antiradikal bebas

(Maslimah, 2004).

Antioksidan adalah suatu senyawa yang melindungi senyawa

lainnya dari oksigen dengan mereaksikan dirinya sendiri dengan oksigen

tersebut (Sizer and Whitney, 2000). Antioksidan juga dapat membantu

memperbaiki kerusakan yang terjadi pada sel-sel tubuh. Beberapa enzim

antioksidan dapat dihasilkan di dalam tubuh seperti superoksida dismutase,

katalase, dan glutathion. Antioksidan lainnya dapat ditemukan di dalam

bahan pangan seperti vitamin A, vitamin C, vitamin E, and beta-karoten

pada sayur-sayuran berwarna. (Anonim, 2006d). Dalam 20 tahun terakhir,

selain buah dan sayuran, rempah-rempah diketahui mengandung senyawa

fenolik yang memiliki kapasitas antioksidan yang kuat (Benkeblia, 2005).

Rempah-rempah yang diteliti pada penelitian ini adalah kunyit, jahe,

(25)

merupakan rempah yang sering digunakan masyarakat Indonesia sebagai

bumbu masakan maupun sebagai obat, serta pada banyak penelitian telah

terbukti mengandung senyawa antioksidan.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan aktivitas

antioksidan rimpang segar dan rimpang bubuk. Rimpang yang

dibandingkan adalah lengkuas (Alpinia galanga), kencur (Kaemferia galanga L.), kunyit (Curcuma domestica Val.), dan jahe (Zingiber officinale Rosc.). Sebagai tambahan perbandingan, diteliti juga bawang putih (Allium sativum L.) dan cengkeh (Syzygium aromaticum L.). Tujuan dari membandingkan rimpang segar dan rimpang bubuk adalah untuk melihat

(26)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. REMPAH SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN

Istilah rempah-rempah (spices) berasal dari bahasa Latin, yaitu Species aromatacea yang berarti buah-buahan bumi (Farrell, 1990). Definisi rempah-rempah adalah segala komponen tumbuhan atau sayuran yang

bersifat aromatik yang dikeringkan, berbau, aromatik, atau pedas, dalam

bentuk utuh, dihancurkan, atau digiling, yang fungsi utamanya dalam

makanan ialah sebagai bumbu. Rempah-rempah dapat berasal dari membran, kulit kayu, pucuk, umbi, bunga, buah, daun, rimpang (rhizoma), akar, biji, atau keseluruhan tanaman (Farrell, 1990).

Rempah-rempah yang merupakan umbi atau rimpang misalnya

jahe, kunyit, temulawak, kencur, dan sebagainya. Rempah yang berasal dari

biji misalnya pala, kemiri, kapol, dan lain-lain. Kayu manis dan kayu secang

merupakan rempah yang berasal dari kulit pohon. Rempah yang berasal dari

bunga misalnya cengkeh. Rempah yang berasal dari buah misalnya lada

(Muchtadi dan Sugiyono, 1992).

Penelitian-penelitian terhadap sifat antioksidan dari

rempah-rempah yang dilakukan pada tahun 1930-an menunjukkan bahwa beberapa

jenis rempah-rempah dapat memperlambat terbentuknya peroksida pada

minyak kacang dan menghambat ketengikan pada daging. Hak paten untuk

antioksidan yang berasal dari rempah-rempah pertama kali dikeluarkan pada

tahun 1938, dimana minyak cengkeh dapat mencegah terjadinya oksidasi

minyak goreng. Pada banyak penelitian, pala, lada hitam, jahe, kunyit,

oregano, rosemary, dan jenis rempah-rempah lainnya terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang kuat.

Berdasarkan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi

rempah-rempah, hampir seluruh aktivitas antioksidan yang kuat ditemukan pada

fraksi yang larut dalam etanol. Namun demikian, pelarut etanol memiliki

kelemahan, yaitu tidak dapat mengekstraksi komponen hidrofilik (Farrell,

1985). Pengecualian hanya terjadi untuk cengkeh, dimana fraksi yang larut

(27)

yang kuat (Hirasa dan Takemasa, 1998). Ekstraksi rempah dengan pelarut

etanol akan menghasilkan senyawa yang disebut oleoresin. Oleoresin

memiliki sifat kental, kaya akan senyawa aromatik, dan secara alami

mengandung antioksidan (Farrell, 1985).

Senyawa-senyawa antioksidan yang terdapat dalam berbagai jenis

rempah-rempah juga telah dapat diidentifikasi. Contoh-contoh senyawa

antioksidan pada rempah-rempah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Senyawa antioksidan yang telah berhasil diisolasi dari rempah- rempah (Pokorny et al., 2001)

Nama Nama sistematis Senyawa

Rosemary Rosemarinus officinalis Asam karsonat, karnosol, asam rosmarinat, rosmanol

Sage Salvia officinalis Asam karsonat, karnosol, asam rosmarinat, rosmanol

Oregano Origanum vulgare Turunan asam fenolat, flavonoid, tokoferol

Thyme Thymus vulgaris Thymol, karvakrol, p-cumne-2,3-diol, bifenil, flavonoid Jahe Zingiber officinalis Gingerol, diarilheptanoid

Kunyit Curcuma domestica Kurkumin

Lada hitam Piper nigrum Amida fenolik, flavonoid Paprika merah Capsicum annum Capsaicin

Cabe merah Capsicum frutesence Capsaicin, capsaicinol Cengkeh Eugenia caryophylatta Eugenol, galat

Licorice Glycyrrhiza glabra Flavonoid, fenolik

B. LENGKUAS (Alpinia galanga L.)

Lengkuas termasuk dalam famili Zingiberaceae. Lengkuas dapat

hidup di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, lebih kurang 1200

meter di atas permukaan laut. Lengkuas termasuk tumbuhan tegak yang

(28)

yang terdiri dari susunan pelepah-pelepah daun. Bunganya muncul pada

bagian ujung tumbuhan. Rimpang umbi lengkuas selain berserat kasar juga

mempunyai aroma yang khas (Anonim, 2005b).

Ada 2 jenis lengkuas berdasarkan warna umbinya yaitu lengkuas

putih dan lengkuas merah. Lengkuas putih dipakai sebagai penyedap

masakan, sedangkan lengkuas merah digunakan sebagai obat (Anonim,

2005b). Lengkuas yang dipakai pada penelitian ini adalah lengkuas putih,

seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Lengkuas (Alpinia galanga L.)

Berdasarkan uji DPPH, minyak volatil lengkuas memiliki aktivitas

antioksidan yang kuat dengan persen inhibisi sebesar 86.6-92.5% dengan

komponen utamanya adalah trans-3-acetoxy-1,8 cineole. Namun demikian, ekstrak lengkuas dengan pelarut metanol memiliki aktivitas antioksidan

yang tidak terlalu tinggi. Komponen utama pada ekstrak lengkuas dengan

pelarut metanol adalah p-coumaryl-9-methyl ether (Zaeoung et al., 2005).

C. KENCUR (Kaemferia galanga L.)

Kencur termasuk dalam famili Zingiberaceae. Bentuk kencur dapat dilihat pada Gambar 2. Menurut Tewtrakul et al. (2005), minyak volatil kencur yang diperoleh dari distilasi air mengandung 31.77%

etil-p-metoksisinamat, 23.23% metilsinamat, 11.13% karvon, 9.59% eukaliptol,

dan 6.41% pentadekan. Namun demikian, kandungan minyak kencur dapat

saja berbeda, tergantung kondisi iklim dan geografis tempat asal kencur

(29)

Gambar 2.Kencur (Kaemferia galanga L.)

Ekstrak kencur diketahui dapat melawan infeksi bakteri. Secara

tradisional, kencur digunakan untuk mengobati scariasis dan tumor, digunakan secara eksternal untuk mengobati sakit perut, dan secara topikal

untuk mengobati rematik. Komponen terbesar minyak kencur yaitu

etil-p-metoksisinamat telah dilaporkan memiliki banyak aktivitas biologis seperti

antikanker dan anti-monoamin oksidase (Tewtrakul et al., 2005).

D. KUNYIT (Curcuma domestica Val.)

Tanaman kunyit aslinya berasal dari daerah Asia Selatan,

kemudian tersebar ke Jepang, Malaysia, dan Sri Langka. Kunyit merupakan

tanaman tropis yang memiliki sistem reproduksi berupa rimpang (rhizoma). Bentuk kunyit dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3.Kunyit (Curcuma domestica Val.)

(30)

dilihat pada Gambar 4. Warna kunyit sensitif terhadap pH, dimana warna

kuning yang paling cerah terbentuk pada suasana asam (Farrell, 1990).

Gambar 4. Struktur kimia senyawa curcumin pada kunyit (Tiwari et al., 2006)

Senyawa antioksidan pada kunyit antara lain curcumin atau bis (4 -hidroxy-3-methoxy cinnamoyl) methane, 4-hidroxycinnamoyl (feruloyl) methane, dan bis (4-hidroxycinnamoyl) methane (Hirasa dan Takemasa, 1998). Curcumin akhir-akhir ini populer di banyak majalah dan surat kabar karena terbukti memiliki manfaat kesehatan berdasarkan

penelitian-penelitian laboratorium. Bubuk kunyit murni memiliki konsentrasi curcumin sekitar 3% w/w. Para peneliti telah menemukan bahwa curcumin dapat meningkatkan kinerja TRAIL dua hingga tiga kali lipat. TRAIL (Tumor necrosis factor-Related Apoptosis-Inducing Ligand) adalah molekul yang terdapat secara alami dalam tubuh yang membantu membunuh sel-sel

kanker. Curcumin juga ditemukan dapat menghentikan replikasi sel-sel leukemia, mengurangi kerusakan jaringan jantung dari kekurangan oksigen

dan aliran darah, serta melindungi tubuh dari bahaya asap rokok (Anonim,

2006a).

Kunyit banyak dikonsumsi masyarakat dan saat ini kunyit banyak

diteliti kegunaannya karena kandungan metabolitnya yang besar, dengan

struktur kurkuminoid yang terbukti mampu menangkap radikal bebas DPPH

secara in vitro dua buah radikal aroxyl yang terbentuk setelah curcumin mendonorkan atom hidrogennya kepada radikal DPPH. Mekanisme

antioksidan di dalam lipid tak jenuh (linoleat) terjadi karena gugus fenolik

(31)

E. JAHE (Zingiber officinale Rosc.)

Tanaman jahe termasuk dalam famili Zingiberaceae, merupakan

tanaman berumur panjang dengan rimpang di dalam tanah yang

bercabang-cabang dan ke atas mengeluarkan tunas serta batang-batang yang dibalut

oleh pelepah daun, dengan tinggi tanaman yang dapat mencapai 0.4-0.6

meter.

Bagian jahe yang banyak digunakan manusia adalah rhizoma atau rimpangnya. Rimpang jahe merupakan batang yang tumbuh dalam tanah dan

dipanen setelah berumur 9-11 bulan. Rimpang jahe bercabang-cabang tidak

teratur, berserat, dan berbau khas aromatik (Sutarno et al., 1999).

Berdasarkan bentuk, ukuran, dan warna rimpangnya, dikenal tigs

varietas, yaitu jahe putih besar (jahe gajah, jahe badak), jahe putih kecil

(jahe emprit), dan jahe merah (jahe sunti). Diantara ketiga varietas tersebut,

yang banyak digunakan sebagai obat adalah jahe merah karena kandungan

minyak atsirinya lebih banyak (Wijayakusuma, 2002). Jahe yang digunakan

dalam penelitian ini adalah jahe putih besar. Bentuk jahe putih besar dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Jahe putih besar (Zingiber officinale Rosc.)

Rimpang jahe berasa pedas karena mengandung minyak atsiri

sebesar 0.25-3.3%, yang kadarnya bervariasi tergantung jenis jahe. Selain

itu, rimpang jahe mengandung oleoresin sebanyak 4.3-6.0% yang terdiri dari

gingerol dan shogaol (hasil dehidrasi gingerol). Oleoresin pada jahe juga

(32)

fellandren, dekstrokamfen, bahan sesquiterpen yang dinamakan zingiberen,

zingeron damar, dan pati (Achyad dan Rasyidah, 2000).

Ekstrak jahe dengan pelarut metanol menunjukkan aktivitas

antioksidan yang tinggi, yaitu sekitar 2-4 kali BHT. Aktivitas antioksidan

yang tinggi pada ekstrak jahe disebabkan kandungan gingerol dan shogaol

yang memiliki gugus hidroksil (Zaeoung et al., 2005). Struktur kimia senyawa gingerol dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Struktur kimia senyawa gingerol pada jahe (Tiwari et al., 2006)

Ekstrak jahe mempunyai daya antioksidan yang dapat

dimanfaatkan untuk mengawetkan minyak dan lemak. Jahe memiliki

kandungan senyawa aktif yang mampu berfungsi sebagai antioksidan.

Menurut Vankar et al. (2006), aktivitas antioksidan dengan DPPH pada jahe bubuk sebelum dipanaskan dengan standar BHT adalah sebesar 10.81% dan

setelah dipanaskan 120oC adalah 6.01%, sedangkan dengan standar

pyragallol, aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah 4.13% dan

setelah dipanaskan 120oC adalah 1.36%.

F. CENGKEH (Syzygium aromaticum L.)

Tanaman cengkeh termasuk ke dalam familii Myrtaceae. Cengkeh merupakan tanaman indigenus dari lima pulau kecil yaitu Pulau Ternate,

Tidore, Mutir, Machian, dan Bachian. Cengkeh dalam bahasa Inggris

disebut clove, yang diturunkan dari bahasa Perancis dan Spanyol yang berarti paku, karena bentuk cengkeh yang mirip paku berkepala bulat

(33)

Gambar 7. Bunga cengkeh

Pohon cengkeh dapat mencapai tinggi 20-30 meter dan umurnya

dapat mencapai lebih dari seratus tahun (Hadiwijaya, 1986). Myrtaceae terdiri dari 30000 spesies pohon dan semak dari daerah tropika dan

subtropika. Menurut Purseglove et al. (1981), bunga cengkeh mempunyai aroma yang lebih kuat, lebih tajam, dan lebih getir dan pedas dibandingkan

gagang dan daun cengkeh. Bunga cengkeh terutama digunakan untuk

campuran rokok kretek.

Sifat khas yang dimiliki tanaman cengkeh yaitu semua bagian

tanaman mengandung minyak, mulai dari akar, batang, daun, dan bunga.

Kandungan minyak tertinggi terdapat pada bagian bunga (Bintoro, 1986).

Kandungan minyak cengkeh adalah eugenol (2-metoksi-4-alil

fenol) 90%, eugenol asetat, metil n-heptil alkohol, benzil alkohol, metil

salisilat, metil n-amil karbinol, dan terpene caryophylene (Harris, 1987). Eugenol adalah senyawa utama pada minyak esensial cengkeh (Hirasa dan

Takemasa, 1998). Eugenol inilah yang memberikan aroma khas cengkeh.

Namun demikian, cengkeh yang berasal dari daerah berbeda mempunyai

kadar minyak atsiri dan kadar total eugenol yang berbeda (Kardiman, 2005).

Struktur kimia eugenol dapat dilihat pada Gambar 8.

(34)

Minyak cengkeh merupakan hasil sulingan serbuk kuntum cengkeh

kering, yang digunakan untuk penyedap rasa, parfum, dan kebutuhan

industri farmasi. Minyaknya banyak digunakan untuk bahan baku industri

pangan, parfum, obat-obatan, dan bahan peledak dalam industri senjata

(Ketaren, 1985).

Minyak bunga cengkeh merupakan sumber eugenol yang lebih

besar dibandingkan tangkai bunga dan daun. Eugenol dapat menjadi bahan

pembuat vanilin dalam bentuk isoeugenol (Anonim, 1975). Minyak bunga

cengkeh digunakan sebagai bau khas rokok dan obat-obatan seperti

analgesik gigi dan karminatif. Dalam bidang farmasi, eugenol ditambahkan

formaldehid dan garam natrium yang akan membentuk eugeoform yang

berguna sebagai obat kolera, demam, dan tipus. Eugenol juga berguna

sebagai antiseptik, desinfektan, penenang syaraf, dan obat penyakit

paru-paru (Gardner dan Cooke, 1971).

G. BAWANG PUTIH (Allium sativum L.)

Bawang putih aslinya berasal dari padang gurun Kirghiz dan Asia

Barat. Bawang putih dapat tumbuh hampir di seluruh negara beriklim hangat

dan semitropis di seluruh dunia (Farrell, 1985). Bawang putih adalah salah

satu tanaman paling awal yang ditanam manusia karena kemudahannya

dibawa dan disimpan. Bawang putih dapat dikeringkan dan diawetkan untuk

beberapa bulan. Bawang putih termasuk dalam famili Allium. Hingga kini sudah ditemukan lebih dari 500 lebih jenis bawang yang termasuk famili

Allium, yang masing-masing memiliki rasa, bentuk, dan warna yang berbeda-beda namun mirip dalam kandungan biokimia, fitokimia, dan

neutraceutical (Benkeblia, 2005). Bentuk bawang putih dapat dilihat pada Gambar 9.

(35)

Senyawa aktif dalam bawang putih disebut allicin (C3H5 -S-S-C3H5). Ketika bawang putih dipotong atau dilukai, allicin akan terpecah menjadi dialil disulfida yang menyebabkan bau khas pada bawang putih

(Farrell, 1985). Struktur kimia senyawa allicin dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Struktur kimia senyawa allicin pada bawang putih (Anonim, 2006d)

Ekstrak Allium dikenal memiliki aktivitas antibakteri dan antifungal, mengandung antioksidan yang kuat, sulfur, dan banyak senyawa

fenolik, sehingga kini Allium banyak diteliti kegunaannya (Benkeblia, 2005). Bawang putih mengandung alilsulfida yang dapat memperlambat

oksidasi pada daging babi (Hirasa dan Takemasa, 1998).

Perlakuan panas dapat menurunkan aktivitas antioksidan dalam

ekstrak Allium, sehingga pemanasan dalam persiapan makanan dan pemasakan perlu diperhatikan dengan hati-hati untuk melindungi

antioksidan (Benkeblia, 2005). Allicin bersifat tidak stabil jika dikeluarkan dari bawang putih dan proses pengolahan dapat menyebabkan allicin terdegradasi menjadi senyawa yang tidak dapat terdeteksi (Yu dan Wu,

1989).

H. PENGUKURAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN UJI

KADAR POLIFENOL

Antioksidan adalah suatu senyawa yang melindungi senyawa

lainnya dari oksigen dengan mereaksikan dirinya sendiri dengan oksigen

tersebut (Sizer dan Whitney, 2000). Antioksidan ada yang berasal secara

alami dari tanaman seperti vitamin C dan E, dan ada pula yang antioksidan

(36)

Secara umum, antioksidan adalah senyawa yang mampu untuk

menghambat dan mencegah proses oksidasi, akan tetapi tidak dapat

meningkatkan kualitas dari produk yang sudah teroksidasi. Antioksidan

untuk penggunaan dalam makanan harus memenuhi beberapa persyaratan

antara lain efektif dalam konsentrasi rendah, dapat bergabung dengan

substrat, tidak mempengaruhi sensori produk makanan (off-color, off-odor, off-taste), dan tidak toksik (Schuler, 1990).

Sebelum mengukur kadar antioksidan, sampel harus diekstrak

terlebih dahulu. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi sampel adalah

etanol karena hampir seluruh aktivitas antioksidan yang kuat ditemukan

pada fraksi yang larut dalam etanol (Hirasa dan Takemasa, 1998). Fraksi

polar yang larut dalam etanol memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

daripada fraksi yang tidak larut dalam etanol (Pokorny, 2001). Ekstraksi

dilakukan dengan menggunakan refluks pada suhu 50oC.

Uji kadar polifenol didasarkan pada prinsip reaksi oksidasi-reduksi

dengan menggunakan reagen Folin-Ciocalteau. Reagen Folin-Ciocalteau

merupakan campuran asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat.

Antioksidan dapat mereduksi reagen sehingga terbentuk kompleks warna

biru (kromatogen) dengan absorbansi maksimum pada panjang gelombang

745-750 nm (Nollet, 1996). Asam fosfotungstat (P2W18O62-7) tereduksi

menjadi H4P2W18O62-8 dan asam fosfomolibdat (H2P2Mo18O62-6) tereduksi

menjadi H6P2Mo18O62-6 (The Grape Seed Method Evaluation Committee,

2001). Struktur kimia asam fosfomolibdat yang telah tereduksi dapat dilihat

pada Gambar 11.

(37)

Uji kadar polifenol memiliki kelebihan, yaitu dapat menghitung

secara kuantitatif semua grup fenolik seperti quercetin, antosianin, dan

fenolik pada teh hijau. Namun demikian, uji kadar polifenol juga memiliki

kelemahan, antara lain tidak mampu membedakan tipe-tipe fenol yang

terkandung (monomer/dimer/trimer). Selain itu, keberadaan protein, asam

nukleat, dan asam askorbat dapat mempengaruhi uji polifenol (Lee dan

Widmer, 1996).

Sebagai garam basa, Na2CO3 berfungsi memberikan suasana basa

karena pembentukan warna biru sangat bergantung pada pH. Nilai pH yang

paling sesuai adalah 10 – 10.5. Namun demikian, reagen Folin-Ciocalteau

tidak stabil pada pH basa sehingga ketepatan waktu dalam setiap tahap

sangat diperlukan. Setelah penambahan pereaksi, selalu dilakukan

pendiaman agar reaksi dapat berjalan sempurna. Reaksi yang tidak berjalan

sempurna dapat menyebabkan kesalahan negatif, yaitu hasil percobaan lebih

rendah dari yang seharusnya (Lee dan Widmer, 1996).

Standar polifenol yang digunakan adalah asam galat (asam

3,4,5-hidroksibenzoat). Asam galat merupakan asam organik yang secara alami

terdapat pada daun teh, kayu oak, dan tanaman lainnya. (Anonim, 2006c).

Hasil uji polifenol diekspresikan sebagai GAE (Gallic Acid Equivalents) (The Grape Seed Method Evaluation Committee, 2001).

Semakin tinggi kadar polifenol yang terkandung dalam suatu

sampel, semakin banyak molekul kromatogen yang terbentuk. Akibatnya,

intensitas warna biru yang dihasilkan semakin tinggi dan nilai absorbansinya

juga semakin tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kadar

polifenol berbanding lurus dengan nilai absorbansi.

I. PENGUKURAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BERDASARKAN

ACTIVE OXYGEN METHOD (AOM)

Menurut Almatsier (2002), pada saat lipid bersentuhan dengan

udara untuk jangka waktu yang lama, oksigen akan terikat pada ikatan

rangkap dan membentuk peroksida aktif. Peroksida aktif ini sangat reaktif

dan dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan

(38)

asam-asam lemak, aldehida-aldehida, dan keton yang bersifat volatil (mudah

menguap) dan menimbulkan bau tengik pada minyak.

Metode AOM pada penelitian ini menggunakan alat Rancimat.

Metode ini membutuhkan minyak murni sebagai media. Minyak yang

digunakan adalah minyak yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh

tinggi, karena asam lemak tak jenuh mudah teroksidasi. Hal tersebut

bertujuan agar waktu yang terpakai untuk mencapai waktu infleksi lebih

singkat dan lebih efisien. Beberapa penelitian seperti yang dilakukan Beirao

dan Bernardo-Gil (2005) menggunakan minyak bunga matahari, namun

sayangnya minyak tersebut sulit didapatkan di Indonesia. Minyak kaya asam

lemak tak jenuh yang banyak terdapat di segaran Indonesia antara lain

minyak kedelai, minyak jagung, dan minyak zaitun.

Alat Rancimat dikembangkan dari metode AOM. Penggunaan alat

Rancimat lebih berkembang dari segi waktu dan sekarang telah banyak

digunakan dalam standar nasional dan internasional seperti AOCS Cd

12b-92 dan ISO 6886 (Anonim, 1999). Bentuk alat Rancimat dapat dilihat pada

Gambar 12.

Gambar 12. Alat Rancimat

Pada metode AOM dengan menggunakan alat Rancimat, minyak

murni dipaparkan aliran udara pada suhu 50o-220oC. Suhu dapat diatur

sedemikian rupa sehingga periode induksi berkisar 4–15 jam (Gordon,

2001). Suhu yang biasanya digunakan adalah 100oC (Hudson, 1983). Produk

oksidasi yang bersifat volatil lalu ditransfer dengan aliran udara ke alat

pengukur dan diserap oleh air demineral sebagai larutan pengukur

(39)

hidroperoksida dan asam format, yang akan meningkatkan konduktivitas air

demineral (Löliger, 1983). Konduktivitas larutan pengukur ini dicatat secara

kontinu sehingga diperoleh kurva konduktivitas. Skema alat Rancimat dapat

dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Skema deskripsi alat Rancimat (Löliger, 1983)

Kurva konduktivitas pada awalnya akan terlihat landai karena

produk oksidasi belum terbentuk dan belum ada peningkatan konduktivitas.

Kenaikan kurva yang tajam menunjukkan bahwa periode induksi telah

tercapai. Periode induksi berhubungan dengan terbentuknya asam

karboksilat volatil yang merupakan produk akhir oksidasi (Hudson, 1983).

Periode induksi merupakan nilai yang baik untuk menunjukkan stabilitas

oksidasi (Anonim, 1999).

Ada dua cara dalam menentukan periode induksi, yaitu cara

otomatis dan cara manual. Cara otomatis menggunakan turunan kedua dari

kurva konduktivitas yang tercatat. Dengan cara manual, periode induksi

merupakan perpotongan antara dua garis lurus perpanjangan kurva

konduktivitas (Anonim, 1999) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 14,

sehingga periode induksi dapat juga disebut titik infleksi. Pada penelitian

(40)
(41)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT

Bahan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah yaitu

lengkuas (Alpinia galanga L.), kencur (Kaemferia galanga L.), kunyit (Curcuma domestica Val), jahe (Zingiber officinale rosc.), bawang putih (Allium sativum L.), dan cengkeh (Syzygium aromaticum L.). Sampel segar dibeli di segar tradisional Warung Jambu Bogor, sedangkan sampel bubuk

merk “Koepoe-Koepoe” dibeli di segar swalayan Giant Bogor. Bahan-bahan

lain yang digunakan adalah minyak jagung merk Tropicana Slim, minyak

jagung merk Mazola, minyak kedelai merk Happy, minyak zaitun merk

Bertolli Extra Virgin, kertas saring, pelarut etanol 95%, toluena, pereaksi

Folin Ciocalteau, larutan Na2CO3 10%, asam galat, dan antioksidan BHT

(Butylated Hidroxy Toluena).

Alat-alat yang digunakan adalah botol gelas, tabung reaksi, neraca analitik, rotavapor (Buchi), oven vakum (OSK), filter vakum, gegep besi, spektrofotometer (Spectronic 200+), alat Rancimat (Metrohm 743 Rancimat

1.0), kuvet, pipet tetes, pipet Mohr 1 ml dan 10 ml, bulb, gelas piala, gelas ukur, sudip, gelas pengaduk, labu takar 10 ml, labu erlenmeyer 250 ml,

pemanas pelat, labu didih 100 ml, tabung connector, dan labu Bidwell-Sterling.

B. METODE PENELITIAN

1. Tahap persiapan sampel

Proses pembuatan ekstrak sampel dilakukan sebagai berikut:

Sampel segar (lengkuas, jahe, kencur, kunyit, dan bawang putih)

dicacah halus dan ditimbang sebanyak 100 gram lalu dikeringkan

dengan oven vakum pada suhu 60oC dan tekanan 250 mmHg. Sampel

segar yang sudah kering lalu diblender, ditimbang sebanyak 25 gram,

lalu dimasukkan ke dalam 150 gram pelarut (etanol). Cengkeh dan

rempah bubuk dapat langsung ditimbang sebanyak 25 gram dan

(42)

lalu direfluks pada suhu 50oC selama dua jam. Ekstrak yang diperoleh

disaring dengan filter vakum dan sampel dicuci sebanyak dua kali

dengan masing-masing 50 gram etanol, sehingga total etanol (pelarut)

yang digunakan sebanyak 250 gram.

Ekstrak hasil refluks lalu dipekatkan dengan rotavapor pada suhu 50oC selama kurang lebih 50 menit hingga volumenya kurang

dari 10 ml. Ekstrak yang diperoleh dimasukkan dalam labu takar 10 ml

yang telah ditimbang terlebih dahulu berat kosongnya lalu ditera

dengan menambahkan bilasan labu rotavapor agar tidak ada ekstrak pekat yang tertinggal di dalam labu rotavapor. Setelah ekstrak beserta labu takar ditimbang, ekstrak dituang ke dalam botol atau vial. Ekstrak

lalu disimpan di dalam lemari esdan siap digunakan.

2. Uji kadar air (Park, 1996)

Uji kadar air untuk sampel segar (lengkuas, jahe, kencur,

kunyit, dan bawang putih) dilakukan dengan metode azeotropik.

Sampel ditimbang sebanyak 3 gram dan dimasukkan dalam labu didih

100 ml. Toluena sebanyak 60 ml lalu dimasukkan ke dalam labu didih.

Pemanasan dilakukan sampai tidak ada air lagi yang masuk ke labu

Bidwell-Sterling.

Cengkeh dan sampel bubuk ditimbang sebanyak 3-5 gram

lalu dimasukkan ke dalam oven vakum pada suhu 60oC dan tekanan

250 mmHg hingga beratnya stabil.

3. Uji kadar polifenol (Oki et al., 2002)

Pengujian kadar polifenol membutuhkan larutan blanko,

larutan kontrol, dan larutan standar. Larutan blanko dibuat dengan cara

mencampurkan 0.2 ml ekstrak sampel, 1 ml larutan Na2CO3 10%, dan

6 ml akuades. Larutan sampel dibuat dengan cara mencampurkan 0.2

ml ekstrak sampel, 1 ml larutan Na2CO3 10%, 1 ml Folin Ciocalteau,

dan 5 ml aquades. Sebelum dicampurkan, ekstrak sampel jahe,

(43)

100 kali sedangkan ekstrak cengkeh dan kunyit diencerkan sebesar

10000 kali. Larutan standar dibuat dengan cara membuat terlebih

dahulu larutan stok dengan konsentrasi 0.10 mg asam galat/gram

etanol. Larutan stok lalu diencerkan hingga konsentrasi 0, 0.02, 0.04,

0.06, 0.08, mg/g etanol. Absorbansi larutan blanko, larutan kontrol,

larutan standar, dan larutan sampel diukur dengan alat

spektrofotometer pada panjang gelombang 750 nm.

4. Metode AOM (Beirao dan Bernardo-Gil, 2005)

Active Oxygen Method adalah suatu metode untuk menentukan stabilitas minyak terhadap oksidasi yang dapat membuat minyak

menjadi tengik (rancid). Minyak sebanyak 3 gram dicampurkan dengan 150 mg ekstrak sampel, lalu dihembuskan oksigen pada suhu

100oC sehingga minyak akan teroksidasi. Produk oksidasi yang

bersifat volatil ditransfer dengan aliran udara ke alat pengukur dan

diserap oleh larutan pengukur (air demineral). Konduktivitas larutan

pengukur ini dicatat secara kontinu sehingga diperoleh kurva

konduktivitas.

Periode dimana jumlah senyawa volatil hasil oksidasi minyak

meningkat dengan cepat disebut periode induksi. Periode induksi

ditentukan dengan mencari perpotongan antara dua garis lurus

perpanjangan kurva konduktivitas versus waktu. Semakin lama periode

induksi, berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan sampel.

Pemilihan minyak yang akan digunakan sebagai media pada uji

rancimat dilakukan dengan menyeleksi minyak berdasarkan periode

induksi yang terpendek. Berdasarkan pengamatan di lapangan, terdapat

empat jenis minyak yang memiliki klaim kaya asam lemak tak jenuh

dan 100% murni (tidak ditambahkan pengawet), yaitu minyak jagung

merk Tropicana Slim, minyak jagung merk Mazola, minyak kedelai

merk Happy, dan minyak zaitun merk Bertolli Extra Virgin. Keempat

minyak tersebut diukur periode induksinya dan minyak yang dipilih

(44)

10 ml ekstrak

10 ml hasil pengenceran

Ļ

dikeringkan

Ļ

ĺ

Ļ

disaring dengan filter vakum

Ļ

dipekatkan dengan rotavapor Ļ

Diencerkan 100 kali (ekstrak jahe, diambil 150 mg dan

lengkuas, kencur, bawang putih) dan ditambahkan 3 gram minyak

10000 kali (ekstrak cengkeh dan kunyit)

Ļ Ļ Ļ Alat Rancimat

Ļ

diambil 0.2 ml dan

ditambahkan reagen Folin,

larutan Na2CO3, dan akuades

Ļ

diukur absorbansinya

dengan spektrofotometer

Gambar 15. Diagram alir analisis aktivitas antioksidan dengan uji polifenol dan metode AOM

Rempah segar

(45)

C. PERHITUNGAN HASIL PENGAMATAN

1. Uji Kadar Air

Perhitungan kadar air berdasarkan berat kering, yaitu dengan

rumus :

% kadar air = Berat awal - Berat akhir x 100% Berat akhir

2. Uji Kadar Polifenol

Absorbansi larutan standar diplotkan menjadi kurva standar,

dengan sumbu x adalah konsentrasi asam galat (mg/ml pelarut) dan

sumbu y adalah absorbansi. Kadar polifenol larutan sampel diperoleh

dengan cara memasukkan nilai absorbansi sampel ke dalam persamaan

kurva standar. Kadar polifenol sampel berbanding lurus dengan nilai

absorbansi.

3. Metode AOM

Stabilitas oksidasi ditentukan dengan menggunakan kurva

waktu vs konduktivitas yang disebut kurva konduktivitas. Periode

induksi ditentukan dengan mencari perpotongan antara dua garis lurus

perpanjangan kurva waktu vs konduktivitas. Pengukuran periode induksi

dapat dilihat pada Gambar 16.

Konduktivitas (µSiemens)

Waktu (jam)

Periode induksi

(46)

Aktivitas antioksidan ditentukan oleh faktor proteksi dengan rumus:

Faktor proteksi (%) = periode induksi minyak + sampel x100% periode induksi minyak + BHT

Semakin tinggi faktor proteksi yang diperoleh, semakin tinggi pula

(47)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KADAR POLIFENOL

Metode Folin Ciocalteau didasarkan pada kekuatan reduksi gugus

hidroksil fenolik dan sangat tidak spesifik karena tidak dapat membedakan

antar jenis komponen fenolik, tetapi dapat mendeteksi semua jenis fenol

dengan sensifitas yang bervariasi. Reaksi oksidasi reduksi ini muncul pada

kondisi alkali dimana fenol mereduksi kompleks

fosfotungstat-fosfomolibdat pada reagen sehingga menjadi warna biru. Semakin tinggi

jumlah gugus hidroksil fenolik maka semakin besar konsentrasi komponen

fenolik yang terdeteksi (Khadambi, 2007).

Standar yang digunakan pada uji kadar polifenol adalah asam galat.

Asam galat adalah asam organik dengan nama kimia asam 3,4,5-trihidroksi

benzoat (C6H2(OH)3CO2H). Struktur asam galat dapat dilihat pada

Gambar 12. Asam galat murni berbentuk bubuk organik kristal tak berwarna

dan berupa molekul bebas atau bagian dari molekul tanin. Asam galat

mempunyai sifat antifungal, antioksidan, dan antiviral.

Gambar 17. Asam galat (Anonim, 2006c)

Larutan standar dibuat dalam satuan g asam galat per g etanol (Oki

et al., 2002). Satuan tersebut perlu dikonversi dalam proses perhitungan menjadi g asam galat per ml etanol dengan menggunakan berat jenis etanol,

yaitu sebesar 0.79 g/ml (Anonim, 2006b). Kurva standar asam galat yang

dihasilkan memiliki persamaan garis linier y = 3.0473x + 0.0223. Gambar

(48)

R2 = 0.9866

0.0000 0.0158 0.0316 0.0473 0.0631 0.0789

Kadar polifenol (mg asam galat/ml etanol)

Ab

so

rb

an

si

Gambar 18. Kurva standar uji kadar polifenol dengan standar asam galat

Larutan-larutan yang digunakan di dalam uji kadar polifenol ini

antara lain, larutan blanko digunakan Na2CO3, akuades, dan sampel; dan

sebagai larutan kontrol digunakan Na2CO3, akuades, reagen Folin

Ciocalteau, dan sampel. Penambahan Na2CO3 bertujuan membentuk suasana

basa agar terjadi reaksi reduksi reagen Folin Ciocalteau dengan gugus OH

dari polifenol di dalam sampel. Penambahan sampel di dakam larutan

blanko bertujuan mengurangi kesalahan positif dari perhitungan konsentrasi

polifenol. Hal ini disebabkan sampel itu sendiri sudah memiliki warna yang

dapat terukur oleh spektrofotometer. Hasil absorbansi kontrol nantinya akan

dikurangi dengan absorbansi blanko yang kemudian dimasukkan kedalam

kurva standar sehingga didapatkan konsentrasi polifenol saja di dalam

sampel.

Hasil perhitungan kadar polifenol rempah segar dan rempah bubuk

seperti yang terlihat pada Gambar 19 menunjukkan bahwa kadar polifenol

yang tertinggi dimiliki cengkeh, sedangkan yang terendah dimiliki bawang

putih. Cengkeh segar memiliki kadar polifenol sebesar 619.94 mg/g bahan

kering dan cengkeh bubuk sebesar 790.06 mg/g bahan kering. Bawang putih

segar memiliki kadar polifenol sebesar 2.81 mg/g bahan kering dan bawang

(49)

0

Rempah segar 8.53 31.98 27.31 141.79 2.81 619.94

Rempah bubuk 21.49 38.74 3.11 67.64 0.30 790.06

Lengkuas Jahe Kencur Kunyit Baw ang

putih Cengkeh

Cengkeh memiliki kadar polifenol yang sangat tinggi karena

cengkeh merupakan rempah utama penghasil eugenol dan senyawa galat

(Yanishlieva-Maslarova dan Heinonen, 2001). Bawang putih memiliki kadar

polifenol terendah karena senyawa aktif dalam bawang putih, yaitu allicin dengan struktur kimia C3H5-S-S-C3H5 (Farrell, 1985), bukan termasuk

golongan polifenol, melainkan golongan thiosulfonat (Anonim, 2006d).

Bubuk kunyit dilaporkan memiliki konsentrasi curcumin sekitar 3% w/w (Anonim, 2006a). Hasil uji kadar polifenol pada penelitian ini

menunjukkan kunyit bubuk mengandung 67.64 mg polifenol per g bahan

kering atau 6.76% w/w. Perbedaan kadar polifenol tersebut disebabkan

polifenol yang terukur pada penelitian ini adalah polifenol secara

keseluruhan, bukan hanya curcumin. Selain curcumin, kunyit juga mengandung senyawa polifenol lain seperti senyawa cineole, phellandrene, terpinolene, dan turmerone (Tiwari et al., 2006).

* Kadar polifenol sudah dikonversi terhadap kadar air sampel (Lampiran)

(50)

Grafik perbandingan kadar polifenol, seperti yang terlihat pada

Gambar 19, menunjukkan ada rempah yang memiliki kadar polifenol dalam

bentuk bubuk lebih rendah dibandingkan bantuk segarnya dan ada juga

rempah yang memiliki kadar polifenol dalam bentuk bubuk lebih tinggi

dibandingkan bantuk segarnya. Lengkuas, jahe, dan cengkeh memiliki kadar

polifenol dalam bentuk bubuk lebih tinggi dibandingkan bentuk segarnya.

Hal ini dapat disebabkan terlepasnya polifenol terikat akibat perlakuan panas

(Tiwari et al., 2006) dan terbebasnya polifenol akibat kerusakan sel yang terjadi selama proses pengeringan (Bartly dan Jacobs, 2000).

Proses pengeringan menyebabkan lapisan-lapisan protein pada

bahan pangan yang berfungsi menghalangi masuknya oksigen dari udara

mengalami kerusakan. Kerusakan lapisan protein menyebabkan butiran

lemak, liposom, atau membran yang dilindungi oleh lapisan protein tersebut

terpapar langsung oleh oksigen yang dapat lewat melalui permukaan lapisan

tipis non-lipid. Oleh karena itu, oksidasi lipid terjadi lebih cepat pada bahan

pangan kering dibandingkan bahan pangan basah. Namun demikian, reaksi

oksidasi tersebut hanya terjadi selama penyimpanan bahan pangan kering.

Selama proses pengeringan itu sendiri, oksidasi lipid terbatas akibat waktu

pengeringan yang singkat, sehingga antioksidan biasanya tidak rusak akibat

proses pengeringan (Pokorny, 2001).

Meskipun antioksidan biasanya tidak rusak akibat proses

pengeringan, penurunan kadar polifenol pada bentuk bubuk dibandingkan

bentuk segarnya sangat besar. Kadar polifenol kencur bubuk 8.8 kali lebih

rendah dibandingkan kencur segar, kadar polifenol kunyit bubuk 2.1 kali

lebih rendah dibandingkan kunyit segar, dan kadar polifenol bawang putih

bubuk 9.4 kali lebih rendah dibandingkan bawang putih segar. Perbedaan

besarnya penurunan kadar polifenol pada bentuk bubuk dibandingkan

bentuk segarnya terjadi karena stabilitas komponen rempah berbeda-beda

tergantung jenis rempah (Tiwari et al., 2006). Meskipun memiliki struktur umum yang sama, polifenol yang terkandung dalam masing-masing rempah

memiliki rantai samping berbeda-beda yang akan mempengaruhi

(51)

Penelitian yang dilakukan Sowbhagya et al. (2004) menunjukkan bahwa senyawa curcumin pada kunyit cukup stabil terhadap panas tetapi sensitif terhadap cahaya. Ekstrak etanol dari lengkuas juga terbukti memiliki

stabilitas terhadap panas yang baik (Berghofer dan Juntachote, 2005).

Eugenol pada cengkeh bersifat stabil dalam kondisi normal namun sensitif

terhadap cahaya (Anonim, 2005a). Hanya gingerol yang dilaporkan tidak

stabil terhadap panas akibat adanya grup ß-hidroksi-keto pada struktur

kimianya (Bhattarai et al., 2001).

Salah satu kelemahan uji polifenol adalah tidak mampu

membedakan tipe-tipe fenol yang terkandung (Lee dan Widmer, 1996),

sehingga tidak dapat diketahui secara spesifik jenis polifenol apa yang

berkontribusi besar terhadap penurunan kadar polifenol secara keseluruhan.

Menurut Porter (1979), ada tiga jenis fenol yaitu fenol monohidrat, dihidrat,

dan trihidrat. Fenol monohidrat dapat menghambat rantai radikal bebas,

contohnya BHA dan BHT. Fenol dihidrat menunjukkan efektifitas

antioksidan paling tinggi dibandingkan fenol monohidrat dan trihidrat.

Aktivitas fenol trihidrat disebabkan adanya grup karboksil, seperti yang

terdapat pada asam galat. Semakin besar grup alkil pada struktur fenolik,

semakin rendah efektifitasnya di dalam minyak pada AOM.

B. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BERDASARKAN METODE AOM

Penentuan aktivitas antioksidan dengan menggunakan alat

Rancimat memerlukan media berupa minyak. Minyak yang digunakan

adalah minyak yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh tinggi

karena asam lemak tak jenuh mudah teroksidasi. Hal tersebut bertujuan agar

waktu yang terpakai untuk mencapai waktu infleksi lebih singkat dan lebih

efisien. Pemilihan minyak yang akan digunakan sebagai media pada uji

rancimat dilakukan dengan menyeleksi minyak berdasarkan periode induksi

yang terpendek.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, terdapat empat jenis minyak

dengan klaim kaya asam lemak tak jenuh dan 100% murni (tidak

(52)

jagung merk Mazola, minyak kedelai merk Happy, dan minyak zaitun merk

Bertolli Extra Virgin. Masing-masing minyak memiliki periode induksi yang

berbeda-beda, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Minyak yang

memiliki periode induksi terpendek adalah minyak kedelai merk Happy

dengan periode induksi 7.67 jam, sehingga minyak kedelai merk Happy

dipilih sebagai media pada alat Rancimat.

Tabel 2. Hasil metode AOM untuk seleksi minyak sebagai media pada alat Rancimat

Sampel minyak

Periode induksi (jam)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

Minyak kedelai Happy 7.69 7.65 7.67

Minyak jagung Tropicana Slim 12.80 12.39 12.60

Minyak jagung Mazola 18.75 20.95 19.85

Minyak zaitun Bertolli Extra Virgin >22.60 >22.60 >22.60

Menurut Almatsier (2002), asam lemak utama pada minyak zaitun

adalah asam lemak tak jenuh tunggal yaitu asam oleat (18:1), sedangkan

asam lemak utama pada minyak kedelai adalah asam lemak tidak jenuh

ganda yaitu asam linoleat (18:2) dan asam linolenat (18:3). Perbandingan

kandungan asam lemak pada minyak kedelai, minyak jagung, dan minyak

zaitun dapat dilihat pada Tabel 3. Pada saat minyak dihembuskan oksigen,

oksigen akan terikat pada ikatan rangkap dan membentuk peroksida aktif.

Peroksida aktif akan terpecah menjadi senyawa dengan rantai karbon pendek

yang bersifat volatil dan menimbulkan bau tengik pada minyak. Perbedaan

kandungan asam lemak itulah yang menyebabkan minyak zaitun sulit

teroksidasi dan memiliki periode induksi yang panjang, sedangkan minyak

kedelai mudah teroksidasi dan memiliki periode induksi yang pendek.

Menurut Hui (1996), minyak kedelai memiliki kandungan asam linoleat

yang sangat tinggi. Semakin tinggi kandungan asam linoleat, semakin

(53)

Tabel 3. Komponen asam lemak pada minyak kedelai, minyak jagung, dan

minyak zaitun (Almatsier, 2002)

Komponen asam lemak Minyak kedelai (%)

Asam lemak tak jenuh:

Oleat (18:1)

Ada dua jenis minyak kedelai, yaitu minyak kedelai mentah (crude soybean oil) dan minyak kedelai yang dimurnikan (refined soybean oil). Proses pemurnian tidak mengubah komposisi asam lemak pada minyak

kedelai. Proses pemurnian hanya menghilangkan asam lemak bebas dan

pigmen, serta menurunkan kadar beberapa komponen seperti tokoferol,

sterol, dan squalane, seperti dapat dilihat pada Tabel 4. Minyak kedelai merk Happy adalah salah satu contoh minyak kedelai yang sudah

dimurnikan.

Tabel 4. Komponen minyak kedelai mentah dan minyak kedelai yang dimurnikan (Hui, 1996)

Komponen Crude oil Refined oil

Trigliserida (%) 95-97 >99

Fosfatida (%) 1.5-2.5 0.003-0.045

(54)

Nilai aktivitas antioksidan yang diperoleh dengan menggunakan

alat Rancimat dikenal sebagai faktor proteksi, yaitu rasio aktivitas

antioksidan sampel dan aktivitas antioksidan standar. Antioksidan standar

yang digunakan adalah BHT (Butylated Hydroxy Toluena). BHT dipilih sebagai antioksidan standar karena memiliki aktivitas antioksidan yang kuat

dan banyak digunakan dalam industri pangan (O'Sullivan et al., 2004). Aktivitas antioksidan sampel berdasarkan metode AOM dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Aktivitas antioksidan berdasarkan metode AOM

Sampel Faktor proteksi rempah segar (%)

Cengkeh 69.32 63.18

Sampel yang memiliki faktor proteksi tertinggi berturut-turut

adalah cengkeh, kunyit, dan jahe dengan faktor proteksi berkisar 37%

hingga 70%, sedangkan lengkuas, kencur, dan bawang putih memiliki faktor

proteksi yang rendah yaitu dibawah 9%. Banyak penelitian membuktikan

bahwa cengkeh, kunyit, dan jahe memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.

Cengkeh menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat tinggi, diikuti

kunyit dan jahe (Yanishlieva-Maslarova dan Heinonen, 2001). Aktivitas

antioksidan dari fraksi yang larut etanol berdasarkan metode AOM

menunjukkan rempah dengan periode induksi terpanjang berturut-turut

adalah cengkeh (18.9 jam), kunyit (12.4 jam), dan jahe (11.7 jam) dengan

periode induksi kontrol 5.7 jam (Simic dan Karel, 1979).

Lengkuas dan kencur memiliki faktor proteksi yang rendah karena

Gambar

Tabel 1.  Senyawa antioksidan  yang telah berhasil diisolasi dari rempah-  rempah  (Pokorny et al., 2001)
Gambar 1. Lengkuas (Alpinia galanga L.)
Gambar 2. Kencur (Kaemferia galanga L.)
Gambar 4.   Struktur kimia senyawa curcumin pada kunyit  (Tiwari et al., 2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait