EFEK MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MACRO FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
TERHADAP KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
LADESTAM SITINJAK NIM. 8146176009
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Ladestam Sitinjak (NIM. 8146176009), Efek Model Problem Based Learning Menggunakan Macro Flash dan Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika siswa SMA. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2016.
Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui efek model Problem Based Learning menggunakan macro flash, terhadap keterampilan pemecahan masalah siswa, untuk mengetahui efek keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah siswa dan untuk mengetahui interaksi antara model Problem Based Learning dan keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah siswa. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model Problem Based Learning menggunakan macro flash dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen keterampilan pemecahan masalah dalam bentuk essai sebanyak 5 soal dan insrumen keterampilan berpikir kritis bentuk essai sebanyak 8 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa keterampilan pemecahan masalah fisika siswa yang diajarkan dengan model Problem Based Learning menggunakan macro flash lebih baik daripada keterampilan pemecahan masalah pembelajaran konvensional. Keterampilan pemecahan masalah siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik daripada keterampilan pemecahan masalah yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah. Model Problem Based Learning menggunakan macro flash dan keterampilan berpikir kritis berinteraksi dalam mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah siswa.
ii ABSTRACT
Ladestam Sitinjak (NIM. 8146176009), The Effects of Problem Based Learning Used Macro Flash and Critical Thinking Skills to Problem Solving Skills in Physics SMA. Post Graduate Program, State University of Medan 2016.
The purpose of the research are: to know the effects of Problem Based Learning used macro flash to problem Solving Skills of student, to know the effects of Critical Thinking Skills to Problem Solving Skills, and to know the interaction of Problem Based Learning and Critical Thinking Skills to Problem Soving Skills. Samples in this research conducted in cluster random sampling as many as two class, the first class as experiment class applied Problem based Learning used macro flash and the second class as control class applied conventional learning. Instrument used in this research are instrument of Problem Solving in the form of essay by 5 questions and instrument Critical Thinking Skills in the form essay by 8 questions hs been declared reliable and valid. From the result can be concluded that Problem Solving Skills student of Physics thet lerning with Problem Based Learning used macro flash better than Problem Solving Skills conventional learning. Problem Solving Skills students that having high Critical Thinking Skills better than Problem Solving Skills that having low Critical Thinking Skills. Problem Based Learning and critical Thinking Skills as interaction to approach Problem Solving Skills of student.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Efek Model Problem Based Learning Menggunakan Macro Flash dan Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMA” ini telah selesai disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
iv
kepada penulis selama perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini. Buat kekasih tersayang Juni Susanti Banurea buat waktunya dan memberi banyak dukungan serta semangat buat terselesainya tulisan ini, teman-teman seperjuangan selama perkuliahan, semoga kebersamaan dan kekeluargaan yang kita lalui dapat selalu terjaga.
Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2016 Penulis,
v 2.2.1. Karakteristik Problem Based Learning 15 2.2.2. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah 17 2.2.3. Teori Pembelajaran yang Mendukung 17 2.2.4. Sintaks Problem Based Learning 21 2.2.5. Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning 28 2.2.6. Keterampilan Berpikir Kritis 29 2.2.7. Keterampilan Pemecahan Masalah 33
2.2.8. Media Pembelajaran 40
2.2.9. Penelitian Yang Relevan 44
2.3. Pembelajaran Konvesional 47
2.4 Kerangka Konseptual 49
2.4.1. Efek Model Problem Based Learning Terhadap 49 Keterampilan Pemecahan Masalah
2.4.2. Efek Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap 51 Keterampilan Pemecahan Masalah
2.4.3. Interaksi Antara Model Problem Based Learning dan 53 Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan
vi
3.4.1. Jenis Penelitian 57
3.4.2. Desain Penelitian 57
3.5 Prosedur Penelitian 59
3.6 Instrumen Penelitian 61
3.6.1. Tes Keterampilan Berpikir Kritis 61 3.6.2. Tes Keterampilan Pemecahan Masalah 61
3.7 Validitas 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 80
4.1 Hasil Penelitian 80
4.1.1. Pretes 80
4.1.1.1. Uji Normalitas 81
4.1.1.2. Uji Homogenitas 83
4.1.1.3. Uji Kesamaan Rata-rata Data Pretes 84 4.1.2. Keterampilan Berpikir Kritis 84
4.1.2.1Tahap Perlakuan Penelitian 84
4.1.3. Postes 90
4.1.4. Deskripsi Keterampilan Pemecahan Masalah 92 Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
4.1.5. Pengujian Hipotesis 96
4.2 Pembahasan 103
4.2.1. Efek Model Problem Based Learning Terhadap 103 Keterampilan Pemecahan Masalah
4.2.2. Efek Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap 106 Keterampilan Pemecahan Masalah
4.2.3. Interaksi Antara Model Problem Based Learning dan 109 Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan Alur pelaksanaan penelitian 60 Gambar 4.1 Grafik Pretes KPM Kelas Kontrol dan Eksperimen 81 Gambar 4.2 Diagram Distribusi Normal Kelas Kontrol 82
Gambar 4.3 Hasil Observasi KPM 92
Gambar 4.4 Hasil LKS Setiap Pertemuan 93
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks model Problem Based Learning 26 Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis 32 Tabel 2.3 Rubrik Kemampuan Pemecahan Masalah 39
Tabel 2.4 Penelitian yang Relevan 49
Tabel 3.1 Desain Penelitian 57
Tabel 3.2 Desain Penelitian Anava 2x2 58
Tabel 3.3 Output Uji Validitas Tes Keterampilan Pemecahan 65 Masalah
Tabel 3.4 Output Uji Validitas Tes Keterampilan Berpikir Kritis 67 Tabel 3.5 Output Uji Reliabilitas Tes Keterampilan Pemecahan 71
Masalah
Tabel 3.6 Output Uji Reliabilitas Tes Keterampilan Berpikir Kritis 71
Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran Tes 72
Tabel 3.8 Daya Pembeda Soal 73
Tabel 3.9 Ringkasan Anava Dua Jalur 77
Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 80
Tabel 4.2 Uji Normalitas Nilai Pretes 82
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Nilai Pretes 83
Tabel 4.4 Uji Kesamaan Pretes Keterampilan Pemecahan Masalah 84 Kelas Eksperimen dan Kontrol
Tabel 4.5 Data Keterampilan Berpikir Kritis 85 Tabel 4.6 Data Kelompok Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi dan 87
Rendah pada Kelas Eksperimen dan Kontrol
Tabel 4.7 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 94 Tabel 4.8 Keterampilan Pemecahan Masalah Mahasiswa 96
Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Tabel 4.9 Keterampilan Pemecahan Masalah Mahasiswa 97 Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Masing Masing Kelas
Tabel 4.10 Hasil ANAVA 99
Tabel 4.11 Data Faktor antar Subjek 99
Tabel 4.12 Statistik ANAVA 100
Tabel 4.13 Uji Homogenitas Keterampilan Pemecahan Masalah 101 Mahasiswa dengan Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
Dan Rendah
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan ANAVA Dua Jalur 102 Tabel 4.15 Perbedaan Keterampilan Pemecahan Masalah Antar 104
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (1) 120
Lampiran 2 LKS 1 127
Lampiran 3 Bahan Ajar Pertemuan 1 130
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (2) 133
Lampiran 5 LKM 2 140
Lampiran 6 Bahan Ajar Pertemuan 2 143
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (3) 149
Lampiran 8 LKS 3 155
Lampiran 9 Bahan Ajar Pertemuan 3 158
Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (4) 161
Lampiran 11 LKS 4 167
Lampiran 12 Bahan Ajar Pertemuan 4 171
Lampiran 13 Kisi-Kisi Soal Keterampilan Pemecahan Masalah 173 Lampiran 14 Kisi-Kisi Soal Keterampilam Berpikir Kritis 184 Lampiran 15 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah 191 Lampiran 16 Pedoman Penskoran Keterampilan Berrfikir Kritis 193 Lampiran 17 Lembar Validasi Instrumen Keterampilan Pemecahan 194
Masalah
Lampiran 18 Hasil Analisi Validasi Instrumen Tes 198
Lampiran 19 Taraf Kesukaran 206
Lampiran 20 Daya Pembeda 208
Lampiran 21 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 210 Lampiran 22 Perhitungan Normalitas dan Homogenitas Data Pretes 212 Lampiran 23 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 214 Lampiran 24 Output Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah 217
Lampiran 25 Output Anava 2x2 219
Lampiran 26 Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 223 Lampiran 27 Data Pretes dan Postest Kelas Kontrol 224
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam
pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara
menunjukkan, sumber daya manusia yang bermutu lebih penting dari pada sumber
daya alam yang melimpah. Akan tetapi, beberapa dekade terakhir ini, daya saing
bangsa Indonesia di tengah bangsa-bangsa lain cenderung kurang
menggembirakan. Salah satunya, tercermin dalam perbandingan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Badan Program Pembangunan PBB (UNDP)
kembali merilis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terbaru untuk tahun 2013.
Dalam laporan mereka, Indonesia berada di peringkat 108 dari 187 negara yang
dinilai. Sumber daya manusia yang bermutu hanya dapat diwujudkan dengan
pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan
merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi dalam rangka meningkatkan mutu
sumber daya manusia bangsa Indonesia.
Sumber daya manusia yang berkualitas sudah pasti didukung oleh
pendidikan yang berkualitas juga. Dampak pada masalah sistem pendidikan dapat
dilihat dari prestasi siswa pada Trend of International on mathematics and science
study (TIMSS), tampak jelas bahwa kemampuan siswa secara rata-rata masih
dibawah standar internasional dengan nilai rata-rata 500. Pada ruang lingkup Asia
Tenggara, Indonesia masih jauh tertinggal dari Singapura, Malaysia, dan Brunei
Darussalam. Untuk sains/IPA kelas VIII, Indonesia menempati posisi 5 besar dari
2
bawah (bersama Macedonia, Lebanon, Moroko, Ghana). Peringkat Indonesia
berada 39/42 dengan nilai 406 tahun 2011, tetapi yang sangat mengejutkan adalah
bukan dengan kemampuan siswa untuk menyelesaikan fisika secara matematis
namun karena rendahnya kemauan siswa dalam pemecahan masalah fisika dan
pemaham konsep. Tantangan inilah menjadi tugas bersama khususnya tugas guru
sebagai pendidik dan pengajar (efendi, 2010:72)
Misi pendidikan yang seutuhnya menjadi tanggung jawab profesional
setiap guru harus dapat berupaya meningkatkan kualitas sekaligus mencerdaskan
kehidupan bangsa. Guru dalam hal ini berperan dalam kegiatan proses
pembelajaran sebagai kegiatan dalam mencapai tujuan pendidikan. Hal ini berarti
berhasil tidaknya tujuan pendidikan bergantung pada bagaimana proses belajar
yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai tenaga pendidik
yang tidak hanya berupaya mengusai materi pembelajaran namun juga
mengetahui bagaimana cara materi itu disampaikan dan bagaimana pula
karakteristik siswa yang menerima materi pelajaran tersebut.
Pendidik yang profesional diharapkan mampu mengelola model
pembelajaran yang sesuai dengan karakter seluruh siswa sebagai strategi
pembelajaran, sehingga pembelajaran akan tampak lebih menarik. Pada dasarnya
fisika merupakan pelajaran yang cukup menarik sebab dapat diamati dari
gejala-gejala alam dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari–hari
secara langsung. Namun, hal ini tidak mendukung hasil belajar peserta didik,
ternyata fisika termasuk dalam nilai rendah dibanding nilai pelajaran yang
3
Hasil wawancara oleh penulis selama melaksanakan observasi adalah nilai
fisika di SMN N 1 Sunggal yang diperoleh oleh siswa yakni 4,5. Nilai ini
tergolong rendah bila dibandingkan dengan nilai KKM (kriteria ketuntasan
minimal) yakni 6,5, hal ini dipengaruhi oleh kurang efektifnya pembelajaran yang
digunakan oleh guru, pembelajarannya tampak monoton dari waktu kewaktu.
Kekurang efektifan pembelajaran ini menimbulkan kejenuhan dan kebosanan
dalam diri siswa yang berdampak pada gagalnya guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran. Selain itu juga disebabkan berbagai hal, salah satunya faktor
yang terdapat didalam diri siswa seperti sikap mereka terhadap fisika yaitu mereka
beranggapan bahwa pelajaran fisika lebih sulit, sehingga siswa terlebih dahulu
merasa jenuh sebelum mempelajarinya atau berkurangnya motivasi siswa.
Sehingga ini merupakan sifat negatif yang menyebabkan dorongan untuk belajar
akan menjadi rendah, sehingga siswa menjadi pasif.
Rendahnya minat dan motivasi siswa untuk mempelajari fisika terbukti
dari prestasi belajar fisika siswa pada umumnya lebih rendah dibanding pelajaran
sains lainnya seperti biologi dan kimia, hal ini disebabkan oleh: a) siswa masih
belum dapat menyadari manfaat fisika didalam kehidupan sehari–hari, b) masih
ada beberapa guru fisika yang dalam mengajarkan fisika selalu menekankan segi
matematisnya saja sehingga pelajaran fisika menjadi sulit dan membosankan, c)
kelemahan guru dalam faktor instrument, kurikulum, struktur program, sarana dan
prasarana yang tidak maksimal dilaksanakan dalam pembelajaran.d) sebagian
siswa tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara
4
Agar kegiatan pembelajaran dapat berhasil, guru sebagai pengajar harus
mampu menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan menggunakan
strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih menarik dan tidak membosankan.
Melalui landasan filosofis psikologi kognitif, model pembelajaran berbasis
masalah dipromosikan menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang
baru. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang
berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL,
fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja
mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga
metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak
saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat
perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan
keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan
menumbuhkan pola berpikir kritis.
Pembelajaran berbasis masalah (PBM) tidak dirancang untuk membantu
guru menyampaikan informasi dalam jumlah yang besar seperti pada
pembelajaran langsung dan ceramah. PBM dirancang terutama untuk membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan
masalah dan keterampilan intelektualnya; mempelajari peran-peran orang dewasa
dengan mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang
disimulasikan; dan menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom (Arends,
5
Pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk siswa belajar menjadi
pembelajar yang mandiri, saling bekerja sama untuk memecahkan masalah, dan
belajar untuk mencari tahu, bukan diberi tahu. Peran guru dalam pembelajaran
berbasis masalah ialah sebagai desainer pembelajaran, fasilitator dan mediator
pembelajaran.
Pemecahan masalah diartikan sebagai suatu proses pendekatan yang
sistematis terhadap suatu masalah, mulai dari identifikasi masalah, pengumpulan
dan penganalisaan data dan informasi, pemilihan alternatif serta perancangan
tindakan yang bertujuan untuk menemukan solusi. Memecahkan masalah
merupakan pemanfaatan dari proses berpikir. Kemampuan seseorang
memecahkan suatu masalah ditentukan oleh pemahamannya terhadap masalah itu.
Pentingnya pemahaman konsep dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi
sikap, keputusan dan cara-cara memecahkan masalah (Trianto, 2007:65).
Pemecahan masalah merupakan salah satu jenis proses berpikir konseptual
tingkat tinggi karena siswa harus mempunyai keterampilan menggabungkan
aturan-aturan untuk mencapai suatu pemecahan. Hal senada diungkapkan Eric
(2003:20) bahwa pemecahan masalah adalah proses berpikir tingkat tinggi yang
meliputi proses analisis, sintetis dan evaluasi. Metode yang terkenal dan sering
digunakan dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah melibatkan
tahapan dan langkah-langkah pemecahan masalah.
Keterampilan memecahkan masalah pada dasarnya merupakan tujuan
utama proses pendidikan (Dahar, 1996:138). Oleh karena itu keterampilan
6
tindakan yang benar pada saat dihadapkan dengan masalah-masalah yang terjadi
di sekolah. Masalah tersebut digunakan sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
mempelajari cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Nurhadi
&Senduk, 2003:79).
Siswa tidak dapat menghubungkan antara pengetahuan yang telah dimiliki
dengan masalah yang disajikan sehingga proses pembelajaran yang terjadi kurang
mengajak siswa untuk berpikir kritis. Pada umumnya mereka tidak menyadari
bahwa mereka telah memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk menganalisis
suatu masalah fisika, akan tetapi pengetahuan itu tersimpan sebagai pengetahuan
yang terpisah sehingga siswa tidak melihat hubungan dengan konteks masalah
yang ditanyakan.
Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan
berpikir kritis dan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa adalah
model Problem Based Learning. PBL (Problem Based Learning) adalah suatu
model pembelajaran dengan membuat konfrontasi pada pembelajar dengan
masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui
stimulus dalam belajar, Boud, F., dan Fogarty (dalam Ngalimun, 2012:46). Lebih
lanjut Arends (2008:43) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang
diperoleh pebelajar yang diajarkan dengan PBL yaitu inkuiri dan keterampilan
melakukan pemecahan masalah fisika, belajar model peraturan orang dewasa
7
Konsep fisika yang dipelajari merupakan konsep yang abstrak, sehingga
untuk membuatnya nyata (konkrit) diperlukan alat bantu pembelajaran. Alat bantu
tersebut adalah media pembelajaran flash. Bagi siswa itu sendiri menurut Hartanto
(2011:15), menyatakan bahwa animasi flash dapat menjadikan mata pelajaran
fisika menjadi lebih mudah dipahami oleh para siswa. Siswa yang pada awalnya
berfikir bahwa fisika hanyalah identik dengan banyak rumus, tetapi dengan
menggunakan animasi flash fisika diharapkan menjadi mata pelajaran yang
menyenangkan.
Hadi (2012:2) menyatakan dengan animasi macro flash, siswa akan
belajar lebih bermakna. Media animasi juga berguna untuk melawan kebosanan
siswa dalam belajar sehingga siswa tetap aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran. Selain itu flash juga memiliki kemampuan untuk mengimpor file
suara, video maupun file gambar dari aplikasi lain. Dengan melihat langsung
gerak benda akan mempermudah siswa memahami materi pembelajaran yang
diajarkan akan menjadi daya tarik untuk mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian Muhammad Zunanda (2015:96) menunjukkan
bahwa model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dan
kemampuan berpikir kritis lebih baik dalam meningkatkan keterampilan
pemecahan masalah fisika siswa dengan hasil interaksi pada kelas problem based
learning sebesar 0,043 dibanding konvensional. Penelitian ini belum mencapai hasil yang maksimal karena dalam penelitian ini penggunaan model oleh peneliti
khususnya masyarakat belajar dalam pembagian kelompok, peneliti terlalu banyak
8
selain itu peneliti masih kurang menggunakan media sehingga setiap kelompok
tidak dapat bekerja secara maksimal. Sementara itu, hasil penelitian Makmur
Hartono (2013:137) mengatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah fisika
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan
dengan kemampuan pemecahan masalah fisika menggunakan pembelajaran
langsung. Penelitian ini juga belum mencapai mencapai hasil yang maksimal
karena disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kurang aktifnya siswa
dalam proses belajar mengajar terutama dalam kelompok belajar dan
pengalokasian waktu yang kurang efisien.
Untuk itu pada penelitian ini penulis berusaha mengatasi kendala-kendala
yang ada dengan cara menggunakan media pembelajaran yang sederhana,
menciptakan suasana yang lebih efektif yaitu dengan cara melakukan pemantauan
pada setiap siswa ketika proses eksperimen sedang berlangsung dan lebih
memotivasi siswa serta lebih mengoptimalkan alokasi waktu untuk setiap tahap
pembelajaran yang sudah ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
sehingga alokasi waktu untuk setiap tahap pembelajaran efisien.
Melalui pemaparan di atas dan didasari pada kenyataan bahwa model
pembelajaran problem based learning dan kemampuan berpikir kritis dapat
membawa siswa untuk memiliki keterampilan pemecahan masalah pembelajaran
fisika serta membentuk hubungan komunikasi dua arah secara interaktif antara
9
“Efek Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Menggunakan Macro flash dan Berpikir Kritis Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMA”.
1.2. Identifikasi Masalah
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah di atas,
maka yang menjadi identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:
1. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
2. Guru kurang memahami penerapan model pembelajaran sehingga
pembelajarannya tampak monoton dari waktu kewaktu.
3. Kurangnya keterampilan siswa dalam memahami persoalan yang
diberikan dan menghubungkannya dengan konsep fisika serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Hasil belajar siswa masih rendah.
5. Siswa beranggapan bahwa pelajaran fisika sulit dan membosankan.
6. Siswa tidak dapat menghubungkan antara pengetahuan yang telah
dimiliki dengan masalah yang disajikan sehingga proses pembelajaran
yang terjadi kurang mengajak siswa untuk berpikir kritis.
1.3. Batasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran yang digunakan selama kegiatan belajar
mengajar adalah model pembelajaran berbasis masalah menggunakan
10
2. Subjek penelitian adalah siswa siswi SMA Negeri 1 Sunggal semester
genap kelas XI T.P 2015/2016.
3. Materi yang diajarkan sebagai bahan penelitian yaitu Fluida dinamis.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada efek model Problem Based Learning menggunakan macro
flash terhadap keterampilan pemecahan masalah siswa?
2. Apakah ada efek keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan
pemecahan masalah siswa?
3. Apakah terdapat interaksi antara model Problem Based Learning
menggunakan macro flash dan keterampilan berpikir kritis terhadap
keterampilan pemecahan masalah siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui efek model Problem Based Learning menggunakan
macro flash terhadap keterampilan pemecahan masalah siswa.
2. Untuk mengetahui efek keterampilan berpikir kritis terhadap
keterampilan pemecahan masalah siswa.
3. Untuk mengetahui interaksi antara model Problem Based Learning
menggunakan macro flash dan keterampilan berpikir kritis terhadap
11
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai berikut:
a. Peneliti
1. Peneliti dapat mengetahui hasil belajar dengan
menggunakan model PBL.
2. Peneliti dapat mengetahui hasil belajar dengan
menggunakan pembelajaran konvesional.
3. Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya
b. Institusi
1. Bahan informasi hasil belajar siswa dengan menggunakan
model PBL menggunakan macro flash dan berpikir kritis
terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika SMA.
2. Bahan alternatif bagi pengajar fisika dalam memilih model
pembelajaran.
c. Siswa
1. Siswa dapat lebih menguasai pelajaran
2. Siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Siswa dapat mengubah anggapan bahwa pelajaran fisika itu
sulit dan membosankan.
1.7. Definisi Operasional
Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:
1. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran
12
Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. (Arends, 2008:43).
2. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh pendidik di sekolah. Dalam pembelajaran konvensional
ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, tanya jawab
serta pembagian tugas yang dilakukan secara berkelompok.
3. Berpikir kritis adalah aktivitas terampil, yang bisa dilakukan dengan lebih baik atau sebaliknya, dan pemikiran kritis yang baik akan
memenuhi beragam standar intelektual, seperti kejelasan, relevansi,
kecukupan, koherensi, dan lain-lain (Fisher, 2009:13).
4. Pemecahan masalah adalah proses berpikir tingkat tinggi yang meliputi
proses analisis, sintetis dan evaluasi (Eric, 2003:20). Dalam penelitian
ini, langkah-langkah pemecahan masalah yang dipakai adalah teknik
pemecahan masalah Polya (1985:6) yaitu memahami masalah
(Understanding the problem), menyusun rencana (Devising plan),
melaksanakan rencana (Carrying out the plan) dan memeriksa kembali
(Looking back).
5. Media Macro Flash adalah salah satu media yang digunakan dalam
komunikasi langsung seperti presentasi, khususnya presentasi digital.
Macro flash digunakan agar presentasi tampak lebih komunikatif dan menghidupkan suasana. Materi yang disajikan menjadi lebih menarik,
115
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian hipotesis, pengolahan data dan pembahasan hasil
penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat Efek model Problem Based Learning terhadap keterampilan
pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan model Problem Based
Learning lebih baik dibandingkan dengan keterampilan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan model konvensional.
2. Terdapat Efek keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan
masalah siswa. Keterampilan pemecahan masalah siswa dengan keterampilan
berpikir kritis tinggi lebih baik dibandingkan dengan keterampilan
pemecahan masalah siswa dengan keterampilan berpikir kritis rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Problem Based Learning dan
keterampilan berpikir kritis dalam mempengaruhi keterampilan pemecahan
masalah siswa. Siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi akan
memiliki Keterampilan pemecahan masalah yang tinggi begitu pula
sebaliknya.
116
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas maka berikut ini
diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Dalam menerapkan model Problem Based Learning sebaiknya pendidik
menyesuaikan permasalahan yang dipilih dalam pembelajaran terutama dalam
lembar kerja siswa (LKS) agar pembelajaran lebih efektif dan efisien.
2. Dalam model Problem Based Learning sebaiknya pendidik membimbing
siswa mengembangkan pengetahuan dan membantu mengeksplorasi
keterampilan yang dimiliki agar pengkonstruksian pengetahuan dapat lebih
bermakna.
3. Untuk mkengefektifkan waktu yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran diharapkan pada akhir pembelajaran agar memberitahukan
siswa tujuan pembelajaran yang akan dipelajari untuk pertemuan selanjutnya
agar siswa mempersiapkan diri sebelumnya.
4. Kepada para peneliti diharapkan dapat melanjutkan penelitian model
Problem Based Learning sebaiknya pendidik dengan variasi pembelajaran yang beragam. Disamping itu diharapkan dapat melakukan refleksi dan
75
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., (2010), Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen Revisi taksonomi Pendidikan Bloom, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar.
Arends, R. I., (2008), Learning to Teach Belajar untuk Mengajar (Edisi Ketujuh),
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Arikunto,S., (2006), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosda Karya.
Astika, K, U., Suma, I, K., Suastra, I, W., (2013), Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir Kritis, e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA Vol 3 No. 2:77-81
Aziz, M. S., Zain, A. M., Samsudin, M. A., (2014), The Effects of Problem-Based Learning
on Self-Directed Learning Skills among Physics Undergraduates, International
Journal of Academic Research in Progressive Education and Development, ISSN: 2226-6348, www.hrmars.com/journals.
Costa, A.L. (1985). Goal for Critical Thingking Curriculum. In Costa A.L. (ed). Developing
Minds : A. Resource Book for Teaching Thingking. Alexandria : ASCD. 54-57.
Dahar, R. W., (1996), Teori-Teori Belajar, Jakarta, Erlangga.
Duckworth, E., (1991), Twenty-four, forty-two, and I love you: Keeping it complex, Dalam
K Jervis & C. Montag (eds.), Progressive Education for the 1990s: Transforming
Practice, New York, Teachers College Perss.
EL-Shaer, A., Gaber, H., (2014), Impact of Problem Based Learning on Students’ Critical
Thinking Dispositions, Knowledge Acquisition and Retention, Journal of Education
and Practice, Vol.5 No. 14, ISSN (Online): 2222 – 288X, ISSN (Paper): 2222 – 1735, www.iiste.org.
Ennis, R.H., (1985), Goals for A Critical Thiking Curriculum. Costa, A.L. (Ed). Developing
Minds A Resource Book for Teaching Thinking, Alexandra, Virginia, Assosiation for Supervisions and Curriculum Development (ASCD): 54-57.
Ennis, R.H., (1993), Critical Thinking Assessment, Theory Into Practice, 32(3)
Summer: 179-186.
Eric, (2003), Teaching Problem Solving Secondary School Science, http://www.ericfacility
76
Fisher, A. 2001. Critical Thingking An Introduction, Australia : Cambridge University Press
Folashade, A., Akinbobola, A, O., (2009), Constructivist Problem Based Learning Technique and the Academic Achievement of Physics Students with Low Ability Level in
Nigerian Secondary Schools, Eurasian J. Phys. Chem. Educ, 1(1) : 45-51, ISSN:
1306-3049, www.eurasianjournals.com/index.php/ejpce.
Hartono, M., (2012), Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Langsung
Menggunakan Bantuan Peta Konsep, Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika
AGFI SU, ISSN 2085-5281 4 (2) : 44-49.
Hassoubah, Z.I., (2004), Developing Creative & Critical Thinking Skills, Bandung, Yayasan
Nuansa Cendikia.
Johnson, E. B., (2002), Contextual Teaching and Learning, Thousand Oaks, Corwin Press,
Inc.
Jonassen, (2004), Learning to Solve Problems, An Instructional Desaign Guide. San
Fransisco, John Wiley & Sons, Inc.
Joyce, B. 2011. Models of Teaching. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Kanginan, M. (2010). Fisika untuk SMA Kelas XI Semester 1. Jakarta: Erlangga
Krulik, S. and Rudnik, J. A., (1996), The New Source Book Teaching Reasioning and
Pbroblem Solving in Junior and Senior Hig School, Massachusets, Allyn & Bacon.
Liliasari, (1996), Beberapa pola berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia oleh Siswa
SMA, Disertasi PPS IKIP Bandung, Tidak diterbitkan.
Marzano, R.J. et al., (1988), Dimension of Thinking A Framework for Curriculum and
Instruction, Alexandra, Virginia, Assosiation for Supervisions and Curriculum Development (ASCD).
Masek, A., Yamin, S., (2011), The Effect of Problem Based Learning on Critical Thinking
Ability: A Theoritical and Empirical Review, International Review of Social Sciences
and Humanities, Vol.2 No. 1, ISSN (Online): 2248 – 9010, ISSN (Print): 2250 – 0715, www.irssh.com.
Matlin, M. E., (2009), Cognitive Psychology, Seventh Edition. International Student Version.
John Wiley & Sons, Inc.
McGregor, D., (2007), Developing Thinking; Developing learning. A Guide to Thinking Skills
77
Petrina, S., (2007), Advanced Teaching Methods for The Technology Classroom, Canada,
Information Science Publishing.
Polya, G., (1985), How To Solve It. 2nd ed., Princeton University Press, ISBN 0-691-08097-6,
(online), http://www.math.utah.edu/~pa /math/polya.html.
Pramono A. (2004). Presentasi Multimedia dengan macromedia Flash, Jakarta, Penerbit
Andi
Redhana, W., (2003), Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui
Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah, Tesis Pada IKIP Negeri Singaraja, Tidak diterbitkan.
Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta, Prenada Media.
Selcuk, S. G., Caliskan, S., Erol, M., (2008), The Effects of Problem Solving Instruction on
Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use. Lat. Am. J.
Phys. Educ, 2 (3) : 151-166. http://www.journal.lapen.org.mx
Sudjana, (2005), Metode Statistika, Bandung, Penerbit Tarsito.
Sugiono, (2009), Statistika untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta.
Sugiono, (2008), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta.
Sulaiman, F., Eldy, E.F., (2014), Integrated PBL Approach: Finding towards Physics
Students’ Critical Thinking, International Journal for Innovation Educational and
Research, Vol.2, www.ijier.net.
Tasoğlu, A. K., Bakaç, M., (2014), The Effect of Problem Based Learning Approach on
Conceptual Understanding in Teaching of Magnetism Topics. Eurasian J. Phys. &
Chem. Educ, 6(2): 110-122, 2014, www.eurasianjournals.com/index.php/ejpce.
Tim TIMSS Indonesia, (2011), SurveyInternasional PISA. Kemdikbud: Badan Penelitian
dan Pengembangan
Trianto, (2007), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta,
Prestasi Pustaka.
Zunanda, M., (2015), Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan