• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MACRO FLASH DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MACRO FLASH DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMA."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MACRO FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

TERHADAP KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

LADESTAM SITINJAK NIM. 8146176009

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Ladestam Sitinjak (NIM. 8146176009), Efek Model Problem Based Learning Menggunakan Macro Flash dan Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika siswa SMA. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2016.

Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui efek model Problem Based Learning menggunakan macro flash, terhadap keterampilan pemecahan masalah siswa, untuk mengetahui efek keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah siswa dan untuk mengetahui interaksi antara model Problem Based Learning dan keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan masalah siswa. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model Problem Based Learning menggunakan macro flash dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen keterampilan pemecahan masalah dalam bentuk essai sebanyak 5 soal dan insrumen keterampilan berpikir kritis bentuk essai sebanyak 8 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa keterampilan pemecahan masalah fisika siswa yang diajarkan dengan model Problem Based Learning menggunakan macro flash lebih baik daripada keterampilan pemecahan masalah pembelajaran konvensional. Keterampilan pemecahan masalah siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik daripada keterampilan pemecahan masalah yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah. Model Problem Based Learning menggunakan macro flash dan keterampilan berpikir kritis berinteraksi dalam mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah siswa.

(6)

ii ABSTRACT

Ladestam Sitinjak (NIM. 8146176009), The Effects of Problem Based Learning Used Macro Flash and Critical Thinking Skills to Problem Solving Skills in Physics SMA. Post Graduate Program, State University of Medan 2016.

The purpose of the research are: to know the effects of Problem Based Learning used macro flash to problem Solving Skills of student, to know the effects of Critical Thinking Skills to Problem Solving Skills, and to know the interaction of Problem Based Learning and Critical Thinking Skills to Problem Soving Skills. Samples in this research conducted in cluster random sampling as many as two class, the first class as experiment class applied Problem based Learning used macro flash and the second class as control class applied conventional learning. Instrument used in this research are instrument of Problem Solving in the form of essay by 5 questions and instrument Critical Thinking Skills in the form essay by 8 questions hs been declared reliable and valid. From the result can be concluded that Problem Solving Skills student of Physics thet lerning with Problem Based Learning used macro flash better than Problem Solving Skills conventional learning. Problem Solving Skills students that having high Critical Thinking Skills better than Problem Solving Skills that having low Critical Thinking Skills. Problem Based Learning and critical Thinking Skills as interaction to approach Problem Solving Skills of student.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Efek Model Problem Based Learning Menggunakan Macro Flash dan Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMA” ini telah selesai disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

(8)

iv

kepada penulis selama perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini. Buat kekasih tersayang Juni Susanti Banurea buat waktunya dan memberi banyak dukungan serta semangat buat terselesainya tulisan ini, teman-teman seperjuangan selama perkuliahan, semoga kebersamaan dan kekeluargaan yang kita lalui dapat selalu terjaga.

Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2016 Penulis,

(9)

v 2.2.1. Karakteristik Problem Based Learning 15 2.2.2. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah 17 2.2.3. Teori Pembelajaran yang Mendukung 17 2.2.4. Sintaks Problem Based Learning 21 2.2.5. Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning 28 2.2.6. Keterampilan Berpikir Kritis 29 2.2.7. Keterampilan Pemecahan Masalah 33

2.2.8. Media Pembelajaran 40

2.2.9. Penelitian Yang Relevan 44

2.3. Pembelajaran Konvesional 47

2.4 Kerangka Konseptual 49

2.4.1. Efek Model Problem Based Learning Terhadap 49 Keterampilan Pemecahan Masalah

2.4.2. Efek Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap 51 Keterampilan Pemecahan Masalah

2.4.3. Interaksi Antara Model Problem Based Learning dan 53 Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan

(10)

vi

3.4.1. Jenis Penelitian 57

3.4.2. Desain Penelitian 57

3.5 Prosedur Penelitian 59

3.6 Instrumen Penelitian 61

3.6.1. Tes Keterampilan Berpikir Kritis 61 3.6.2. Tes Keterampilan Pemecahan Masalah 61

3.7 Validitas 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 80

4.1 Hasil Penelitian 80

4.1.1. Pretes 80

4.1.1.1. Uji Normalitas 81

4.1.1.2. Uji Homogenitas 83

4.1.1.3. Uji Kesamaan Rata-rata Data Pretes 84 4.1.2. Keterampilan Berpikir Kritis 84

4.1.2.1Tahap Perlakuan Penelitian 84

4.1.3. Postes 90

4.1.4. Deskripsi Keterampilan Pemecahan Masalah 92 Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis

4.1.5. Pengujian Hipotesis 96

4.2 Pembahasan 103

4.2.1. Efek Model Problem Based Learning Terhadap 103 Keterampilan Pemecahan Masalah

4.2.2. Efek Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap 106 Keterampilan Pemecahan Masalah

4.2.3. Interaksi Antara Model Problem Based Learning dan 109 Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan

(11)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan Alur pelaksanaan penelitian 60 Gambar 4.1 Grafik Pretes KPM Kelas Kontrol dan Eksperimen 81 Gambar 4.2 Diagram Distribusi Normal Kelas Kontrol 82

Gambar 4.3 Hasil Observasi KPM 92

Gambar 4.4 Hasil LKS Setiap Pertemuan 93

(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks model Problem Based Learning 26 Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis 32 Tabel 2.3 Rubrik Kemampuan Pemecahan Masalah 39

Tabel 2.4 Penelitian yang Relevan 49

Tabel 3.1 Desain Penelitian 57

Tabel 3.2 Desain Penelitian Anava 2x2 58

Tabel 3.3 Output Uji Validitas Tes Keterampilan Pemecahan 65 Masalah

Tabel 3.4 Output Uji Validitas Tes Keterampilan Berpikir Kritis 67 Tabel 3.5 Output Uji Reliabilitas Tes Keterampilan Pemecahan 71

Masalah

Tabel 3.6 Output Uji Reliabilitas Tes Keterampilan Berpikir Kritis 71

Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran Tes 72

Tabel 3.8 Daya Pembeda Soal 73

Tabel 3.9 Ringkasan Anava Dua Jalur 77

Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 80

Tabel 4.2 Uji Normalitas Nilai Pretes 82

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Nilai Pretes 83

Tabel 4.4 Uji Kesamaan Pretes Keterampilan Pemecahan Masalah 84 Kelas Eksperimen dan Kontrol

Tabel 4.5 Data Keterampilan Berpikir Kritis 85 Tabel 4.6 Data Kelompok Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi dan 87

Rendah pada Kelas Eksperimen dan Kontrol

Tabel 4.7 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 94 Tabel 4.8 Keterampilan Pemecahan Masalah Mahasiswa 96

Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis

Tabel 4.9 Keterampilan Pemecahan Masalah Mahasiswa 97 Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Masing Masing Kelas

Tabel 4.10 Hasil ANAVA 99

Tabel 4.11 Data Faktor antar Subjek 99

Tabel 4.12 Statistik ANAVA 100

Tabel 4.13 Uji Homogenitas Keterampilan Pemecahan Masalah 101 Mahasiswa dengan Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi

Dan Rendah

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan ANAVA Dua Jalur 102 Tabel 4.15 Perbedaan Keterampilan Pemecahan Masalah Antar 104

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (1) 120

Lampiran 2 LKS 1 127

Lampiran 3 Bahan Ajar Pertemuan 1 130

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (2) 133

Lampiran 5 LKM 2 140

Lampiran 6 Bahan Ajar Pertemuan 2 143

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (3) 149

Lampiran 8 LKS 3 155

Lampiran 9 Bahan Ajar Pertemuan 3 158

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (4) 161

Lampiran 11 LKS 4 167

Lampiran 12 Bahan Ajar Pertemuan 4 171

Lampiran 13 Kisi-Kisi Soal Keterampilan Pemecahan Masalah 173 Lampiran 14 Kisi-Kisi Soal Keterampilam Berpikir Kritis 184 Lampiran 15 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah 191 Lampiran 16 Pedoman Penskoran Keterampilan Berrfikir Kritis 193 Lampiran 17 Lembar Validasi Instrumen Keterampilan Pemecahan 194

Masalah

Lampiran 18 Hasil Analisi Validasi Instrumen Tes 198

Lampiran 19 Taraf Kesukaran 206

Lampiran 20 Daya Pembeda 208

Lampiran 21 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 210 Lampiran 22 Perhitungan Normalitas dan Homogenitas Data Pretes 212 Lampiran 23 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 214 Lampiran 24 Output Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah 217

Lampiran 25 Output Anava 2x2 219

Lampiran 26 Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 223 Lampiran 27 Data Pretes dan Postest Kelas Kontrol 224

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam

pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara

menunjukkan, sumber daya manusia yang bermutu lebih penting dari pada sumber

daya alam yang melimpah. Akan tetapi, beberapa dekade terakhir ini, daya saing

bangsa Indonesia di tengah bangsa-bangsa lain cenderung kurang

menggembirakan. Salah satunya, tercermin dalam perbandingan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). Badan Program Pembangunan PBB (UNDP)

kembali merilis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terbaru untuk tahun 2013.

Dalam laporan mereka, Indonesia berada di peringkat 108 dari 187 negara yang

dinilai. Sumber daya manusia yang bermutu hanya dapat diwujudkan dengan

pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan

merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi dalam rangka meningkatkan mutu

sumber daya manusia bangsa Indonesia.

Sumber daya manusia yang berkualitas sudah pasti didukung oleh

pendidikan yang berkualitas juga. Dampak pada masalah sistem pendidikan dapat

dilihat dari prestasi siswa pada Trend of International on mathematics and science

study (TIMSS), tampak jelas bahwa kemampuan siswa secara rata-rata masih

dibawah standar internasional dengan nilai rata-rata 500. Pada ruang lingkup Asia

Tenggara, Indonesia masih jauh tertinggal dari Singapura, Malaysia, dan Brunei

Darussalam. Untuk sains/IPA kelas VIII, Indonesia menempati posisi 5 besar dari

(15)

2

bawah (bersama Macedonia, Lebanon, Moroko, Ghana). Peringkat Indonesia

berada 39/42 dengan nilai 406 tahun 2011, tetapi yang sangat mengejutkan adalah

bukan dengan kemampuan siswa untuk menyelesaikan fisika secara matematis

namun karena rendahnya kemauan siswa dalam pemecahan masalah fisika dan

pemaham konsep. Tantangan inilah menjadi tugas bersama khususnya tugas guru

sebagai pendidik dan pengajar (efendi, 2010:72)

Misi pendidikan yang seutuhnya menjadi tanggung jawab profesional

setiap guru harus dapat berupaya meningkatkan kualitas sekaligus mencerdaskan

kehidupan bangsa. Guru dalam hal ini berperan dalam kegiatan proses

pembelajaran sebagai kegiatan dalam mencapai tujuan pendidikan. Hal ini berarti

berhasil tidaknya tujuan pendidikan bergantung pada bagaimana proses belajar

yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai tenaga pendidik

yang tidak hanya berupaya mengusai materi pembelajaran namun juga

mengetahui bagaimana cara materi itu disampaikan dan bagaimana pula

karakteristik siswa yang menerima materi pelajaran tersebut.

Pendidik yang profesional diharapkan mampu mengelola model

pembelajaran yang sesuai dengan karakter seluruh siswa sebagai strategi

pembelajaran, sehingga pembelajaran akan tampak lebih menarik. Pada dasarnya

fisika merupakan pelajaran yang cukup menarik sebab dapat diamati dari

gejala-gejala alam dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari–hari

secara langsung. Namun, hal ini tidak mendukung hasil belajar peserta didik,

ternyata fisika termasuk dalam nilai rendah dibanding nilai pelajaran yang

(16)

3

Hasil wawancara oleh penulis selama melaksanakan observasi adalah nilai

fisika di SMN N 1 Sunggal yang diperoleh oleh siswa yakni 4,5. Nilai ini

tergolong rendah bila dibandingkan dengan nilai KKM (kriteria ketuntasan

minimal) yakni 6,5, hal ini dipengaruhi oleh kurang efektifnya pembelajaran yang

digunakan oleh guru, pembelajarannya tampak monoton dari waktu kewaktu.

Kekurang efektifan pembelajaran ini menimbulkan kejenuhan dan kebosanan

dalam diri siswa yang berdampak pada gagalnya guru dalam menyampaikan

materi pembelajaran. Selain itu juga disebabkan berbagai hal, salah satunya faktor

yang terdapat didalam diri siswa seperti sikap mereka terhadap fisika yaitu mereka

beranggapan bahwa pelajaran fisika lebih sulit, sehingga siswa terlebih dahulu

merasa jenuh sebelum mempelajarinya atau berkurangnya motivasi siswa.

Sehingga ini merupakan sifat negatif yang menyebabkan dorongan untuk belajar

akan menjadi rendah, sehingga siswa menjadi pasif.

Rendahnya minat dan motivasi siswa untuk mempelajari fisika terbukti

dari prestasi belajar fisika siswa pada umumnya lebih rendah dibanding pelajaran

sains lainnya seperti biologi dan kimia, hal ini disebabkan oleh: a) siswa masih

belum dapat menyadari manfaat fisika didalam kehidupan sehari–hari, b) masih

ada beberapa guru fisika yang dalam mengajarkan fisika selalu menekankan segi

matematisnya saja sehingga pelajaran fisika menjadi sulit dan membosankan, c)

kelemahan guru dalam faktor instrument, kurikulum, struktur program, sarana dan

prasarana yang tidak maksimal dilaksanakan dalam pembelajaran.d) sebagian

siswa tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara

(17)

4

Agar kegiatan pembelajaran dapat berhasil, guru sebagai pengajar harus

mampu menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan menggunakan

strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga kegiatan belajar

mengajar menjadi lebih menarik dan tidak membosankan.

Melalui landasan filosofis psikologi kognitif, model pembelajaran berbasis

masalah dipromosikan menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang

baru. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang

berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL,

fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja

mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga

metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak

saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat

perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan

keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan

menumbuhkan pola berpikir kritis.

Pembelajaran berbasis masalah (PBM) tidak dirancang untuk membantu

guru menyampaikan informasi dalam jumlah yang besar seperti pada

pembelajaran langsung dan ceramah. PBM dirancang terutama untuk membantu

siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan

masalah dan keterampilan intelektualnya; mempelajari peran-peran orang dewasa

dengan mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang

disimulasikan; dan menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom (Arends,

(18)

5

Pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk siswa belajar menjadi

pembelajar yang mandiri, saling bekerja sama untuk memecahkan masalah, dan

belajar untuk mencari tahu, bukan diberi tahu. Peran guru dalam pembelajaran

berbasis masalah ialah sebagai desainer pembelajaran, fasilitator dan mediator

pembelajaran.

Pemecahan masalah diartikan sebagai suatu proses pendekatan yang

sistematis terhadap suatu masalah, mulai dari identifikasi masalah, pengumpulan

dan penganalisaan data dan informasi, pemilihan alternatif serta perancangan

tindakan yang bertujuan untuk menemukan solusi. Memecahkan masalah

merupakan pemanfaatan dari proses berpikir. Kemampuan seseorang

memecahkan suatu masalah ditentukan oleh pemahamannya terhadap masalah itu.

Pentingnya pemahaman konsep dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi

sikap, keputusan dan cara-cara memecahkan masalah (Trianto, 2007:65).

Pemecahan masalah merupakan salah satu jenis proses berpikir konseptual

tingkat tinggi karena siswa harus mempunyai keterampilan menggabungkan

aturan-aturan untuk mencapai suatu pemecahan. Hal senada diungkapkan Eric

(2003:20) bahwa pemecahan masalah adalah proses berpikir tingkat tinggi yang

meliputi proses analisis, sintetis dan evaluasi. Metode yang terkenal dan sering

digunakan dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah melibatkan

tahapan dan langkah-langkah pemecahan masalah.

Keterampilan memecahkan masalah pada dasarnya merupakan tujuan

utama proses pendidikan (Dahar, 1996:138). Oleh karena itu keterampilan

(19)

6

tindakan yang benar pada saat dihadapkan dengan masalah-masalah yang terjadi

di sekolah. Masalah tersebut digunakan sebagai suatu konteks bagi siswa untuk

mempelajari cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Nurhadi

&Senduk, 2003:79).

Siswa tidak dapat menghubungkan antara pengetahuan yang telah dimiliki

dengan masalah yang disajikan sehingga proses pembelajaran yang terjadi kurang

mengajak siswa untuk berpikir kritis. Pada umumnya mereka tidak menyadari

bahwa mereka telah memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk menganalisis

suatu masalah fisika, akan tetapi pengetahuan itu tersimpan sebagai pengetahuan

yang terpisah sehingga siswa tidak melihat hubungan dengan konteks masalah

yang ditanyakan.

Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan

berpikir kritis dan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa adalah

model Problem Based Learning. PBL (Problem Based Learning) adalah suatu

model pembelajaran dengan membuat konfrontasi pada pembelajar dengan

masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui

stimulus dalam belajar, Boud, F., dan Fogarty (dalam Ngalimun, 2012:46). Lebih

lanjut Arends (2008:43) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang

diperoleh pebelajar yang diajarkan dengan PBL yaitu inkuiri dan keterampilan

melakukan pemecahan masalah fisika, belajar model peraturan orang dewasa

(20)

7

Konsep fisika yang dipelajari merupakan konsep yang abstrak, sehingga

untuk membuatnya nyata (konkrit) diperlukan alat bantu pembelajaran. Alat bantu

tersebut adalah media pembelajaran flash. Bagi siswa itu sendiri menurut Hartanto

(2011:15), menyatakan bahwa animasi flash dapat menjadikan mata pelajaran

fisika menjadi lebih mudah dipahami oleh para siswa. Siswa yang pada awalnya

berfikir bahwa fisika hanyalah identik dengan banyak rumus, tetapi dengan

menggunakan animasi flash fisika diharapkan menjadi mata pelajaran yang

menyenangkan.

Hadi (2012:2) menyatakan dengan animasi macro flash, siswa akan

belajar lebih bermakna. Media animasi juga berguna untuk melawan kebosanan

siswa dalam belajar sehingga siswa tetap aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran. Selain itu flash juga memiliki kemampuan untuk mengimpor file

suara, video maupun file gambar dari aplikasi lain. Dengan melihat langsung

gerak benda akan mempermudah siswa memahami materi pembelajaran yang

diajarkan akan menjadi daya tarik untuk mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian Muhammad Zunanda (2015:96) menunjukkan

bahwa model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dan

kemampuan berpikir kritis lebih baik dalam meningkatkan keterampilan

pemecahan masalah fisika siswa dengan hasil interaksi pada kelas problem based

learning sebesar 0,043 dibanding konvensional. Penelitian ini belum mencapai hasil yang maksimal karena dalam penelitian ini penggunaan model oleh peneliti

khususnya masyarakat belajar dalam pembagian kelompok, peneliti terlalu banyak

(21)

8

selain itu peneliti masih kurang menggunakan media sehingga setiap kelompok

tidak dapat bekerja secara maksimal. Sementara itu, hasil penelitian Makmur

Hartono (2013:137) mengatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah fisika

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan

dengan kemampuan pemecahan masalah fisika menggunakan pembelajaran

langsung. Penelitian ini juga belum mencapai mencapai hasil yang maksimal

karena disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kurang aktifnya siswa

dalam proses belajar mengajar terutama dalam kelompok belajar dan

pengalokasian waktu yang kurang efisien.

Untuk itu pada penelitian ini penulis berusaha mengatasi kendala-kendala

yang ada dengan cara menggunakan media pembelajaran yang sederhana,

menciptakan suasana yang lebih efektif yaitu dengan cara melakukan pemantauan

pada setiap siswa ketika proses eksperimen sedang berlangsung dan lebih

memotivasi siswa serta lebih mengoptimalkan alokasi waktu untuk setiap tahap

pembelajaran yang sudah ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,

sehingga alokasi waktu untuk setiap tahap pembelajaran efisien.

Melalui pemaparan di atas dan didasari pada kenyataan bahwa model

pembelajaran problem based learning dan kemampuan berpikir kritis dapat

membawa siswa untuk memiliki keterampilan pemecahan masalah pembelajaran

fisika serta membentuk hubungan komunikasi dua arah secara interaktif antara

(22)

9

Efek Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Menggunakan Macro flash dan Berpikir Kritis Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMA”.

1.2. Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah di atas,

maka yang menjadi identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran

2. Guru kurang memahami penerapan model pembelajaran sehingga

pembelajarannya tampak monoton dari waktu kewaktu.

3. Kurangnya keterampilan siswa dalam memahami persoalan yang

diberikan dan menghubungkannya dengan konsep fisika serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Hasil belajar siswa masih rendah.

5. Siswa beranggapan bahwa pelajaran fisika sulit dan membosankan.

6. Siswa tidak dapat menghubungkan antara pengetahuan yang telah

dimiliki dengan masalah yang disajikan sehingga proses pembelajaran

yang terjadi kurang mengajak siswa untuk berpikir kritis.

1.3. Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran yang digunakan selama kegiatan belajar

mengajar adalah model pembelajaran berbasis masalah menggunakan

(23)

10

2. Subjek penelitian adalah siswa siswi SMA Negeri 1 Sunggal semester

genap kelas XI T.P 2015/2016.

3. Materi yang diajarkan sebagai bahan penelitian yaitu Fluida dinamis.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada efek model Problem Based Learning menggunakan macro

flash terhadap keterampilan pemecahan masalah siswa?

2. Apakah ada efek keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan

pemecahan masalah siswa?

3. Apakah terdapat interaksi antara model Problem Based Learning

menggunakan macro flash dan keterampilan berpikir kritis terhadap

keterampilan pemecahan masalah siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui efek model Problem Based Learning menggunakan

macro flash terhadap keterampilan pemecahan masalah siswa.

2. Untuk mengetahui efek keterampilan berpikir kritis terhadap

keterampilan pemecahan masalah siswa.

3. Untuk mengetahui interaksi antara model Problem Based Learning

menggunakan macro flash dan keterampilan berpikir kritis terhadap

(24)

11

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai berikut:

a. Peneliti

1. Peneliti dapat mengetahui hasil belajar dengan

menggunakan model PBL.

2. Peneliti dapat mengetahui hasil belajar dengan

menggunakan pembelajaran konvesional.

3. Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya

b. Institusi

1. Bahan informasi hasil belajar siswa dengan menggunakan

model PBL menggunakan macro flash dan berpikir kritis

terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika SMA.

2. Bahan alternatif bagi pengajar fisika dalam memilih model

pembelajaran.

c. Siswa

1. Siswa dapat lebih menguasai pelajaran

2. Siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Siswa dapat mengubah anggapan bahwa pelajaran fisika itu

sulit dan membosankan.

1.7. Definisi Operasional

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

1. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran

(25)

12

Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. (Arends, 2008:43).

2. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa

dilakukan oleh pendidik di sekolah. Dalam pembelajaran konvensional

ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, tanya jawab

serta pembagian tugas yang dilakukan secara berkelompok.

3. Berpikir kritis adalah aktivitas terampil, yang bisa dilakukan dengan lebih baik atau sebaliknya, dan pemikiran kritis yang baik akan

memenuhi beragam standar intelektual, seperti kejelasan, relevansi,

kecukupan, koherensi, dan lain-lain (Fisher, 2009:13).

4. Pemecahan masalah adalah proses berpikir tingkat tinggi yang meliputi

proses analisis, sintetis dan evaluasi (Eric, 2003:20). Dalam penelitian

ini, langkah-langkah pemecahan masalah yang dipakai adalah teknik

pemecahan masalah Polya (1985:6) yaitu memahami masalah

(Understanding the problem), menyusun rencana (Devising plan),

melaksanakan rencana (Carrying out the plan) dan memeriksa kembali

(Looking back).

5. Media Macro Flash adalah salah satu media yang digunakan dalam

komunikasi langsung seperti presentasi, khususnya presentasi digital.

Macro flash digunakan agar presentasi tampak lebih komunikatif dan menghidupkan suasana. Materi yang disajikan menjadi lebih menarik,

(26)

115

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian hipotesis, pengolahan data dan pembahasan hasil

penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat Efek model Problem Based Learning terhadap keterampilan

pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan model Problem Based

Learning lebih baik dibandingkan dengan keterampilan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan model konvensional.

2. Terdapat Efek keterampilan berpikir kritis terhadap keterampilan pemecahan

masalah siswa. Keterampilan pemecahan masalah siswa dengan keterampilan

berpikir kritis tinggi lebih baik dibandingkan dengan keterampilan

pemecahan masalah siswa dengan keterampilan berpikir kritis rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Problem Based Learning dan

keterampilan berpikir kritis dalam mempengaruhi keterampilan pemecahan

masalah siswa. Siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi akan

memiliki Keterampilan pemecahan masalah yang tinggi begitu pula

sebaliknya.

(27)

116

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas maka berikut ini

diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dalam menerapkan model Problem Based Learning sebaiknya pendidik

menyesuaikan permasalahan yang dipilih dalam pembelajaran terutama dalam

lembar kerja siswa (LKS) agar pembelajaran lebih efektif dan efisien.

2. Dalam model Problem Based Learning sebaiknya pendidik membimbing

siswa mengembangkan pengetahuan dan membantu mengeksplorasi

keterampilan yang dimiliki agar pengkonstruksian pengetahuan dapat lebih

bermakna.

3. Untuk mkengefektifkan waktu yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran diharapkan pada akhir pembelajaran agar memberitahukan

siswa tujuan pembelajaran yang akan dipelajari untuk pertemuan selanjutnya

agar siswa mempersiapkan diri sebelumnya.

4. Kepada para peneliti diharapkan dapat melanjutkan penelitian model

Problem Based Learning sebaiknya pendidik dengan variasi pembelajaran yang beragam. Disamping itu diharapkan dapat melakukan refleksi dan

(28)

75

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., (2010), Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,

Pengajaran, dan Asesmen Revisi taksonomi Pendidikan Bloom, Yogyakarta, Pustaka

Pelajar.

Arends, R. I., (2008), Learning to Teach Belajar untuk Mengajar (Edisi Ketujuh),

Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Arikunto,S., (2006), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosda Karya.

Astika, K, U., Suma, I, K., Suastra, I, W., (2013), Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis

Masalah Terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir Kritis, e-Journal Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA Vol 3 No. 2:77-81

Aziz, M. S., Zain, A. M., Samsudin, M. A., (2014), The Effects of Problem-Based Learning

on Self-Directed Learning Skills among Physics Undergraduates, International

Journal of Academic Research in Progressive Education and Development, ISSN: 2226-6348, www.hrmars.com/journals.

Costa, A.L. (1985). Goal for Critical Thingking Curriculum. In Costa A.L. (ed). Developing

Minds : A. Resource Book for Teaching Thingking. Alexandria : ASCD. 54-57.

Dahar, R. W., (1996), Teori-Teori Belajar, Jakarta, Erlangga.

Duckworth, E., (1991), Twenty-four, forty-two, and I love you: Keeping it complex, Dalam

K Jervis & C. Montag (eds.), Progressive Education for the 1990s: Transforming

Practice, New York, Teachers College Perss.

EL-Shaer, A., Gaber, H., (2014), Impact of Problem Based Learning on Students’ Critical

Thinking Dispositions, Knowledge Acquisition and Retention, Journal of Education

and Practice, Vol.5 No. 14, ISSN (Online): 2222 – 288X, ISSN (Paper): 2222 – 1735, www.iiste.org.

Ennis, R.H., (1985), Goals for A Critical Thiking Curriculum. Costa, A.L. (Ed). Developing

Minds A Resource Book for Teaching Thinking, Alexandra, Virginia, Assosiation for Supervisions and Curriculum Development (ASCD): 54-57.

Ennis, R.H., (1993), Critical Thinking Assessment, Theory Into Practice, 32(3)

Summer: 179-186.

Eric, (2003), Teaching Problem Solving Secondary School Science, http://www.ericfacility

(29)

76

Fisher, A. 2001. Critical Thingking An Introduction, Australia : Cambridge University Press

Folashade, A., Akinbobola, A, O., (2009), Constructivist Problem Based Learning Technique and the Academic Achievement of Physics Students with Low Ability Level in

Nigerian Secondary Schools, Eurasian J. Phys. Chem. Educ, 1(1) : 45-51, ISSN:

1306-3049, www.eurasianjournals.com/index.php/ejpce.

Hartono, M., (2012), Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Langsung

Menggunakan Bantuan Peta Konsep, Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika

AGFI SU, ISSN 2085-5281 4 (2) : 44-49.

Hassoubah, Z.I., (2004), Developing Creative & Critical Thinking Skills, Bandung, Yayasan

Nuansa Cendikia.

Johnson, E. B., (2002), Contextual Teaching and Learning, Thousand Oaks, Corwin Press,

Inc.

Jonassen, (2004), Learning to Solve Problems, An Instructional Desaign Guide. San

Fransisco, John Wiley & Sons, Inc.

Joyce, B. 2011. Models of Teaching. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Kanginan, M. (2010). Fisika untuk SMA Kelas XI Semester 1. Jakarta: Erlangga

Krulik, S. and Rudnik, J. A., (1996), The New Source Book Teaching Reasioning and

Pbroblem Solving in Junior and Senior Hig School, Massachusets, Allyn & Bacon.

Liliasari, (1996), Beberapa pola berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia oleh Siswa

SMA, Disertasi PPS IKIP Bandung, Tidak diterbitkan.

Marzano, R.J. et al., (1988), Dimension of Thinking A Framework for Curriculum and

Instruction, Alexandra, Virginia, Assosiation for Supervisions and Curriculum Development (ASCD).

Masek, A., Yamin, S., (2011), The Effect of Problem Based Learning on Critical Thinking

Ability: A Theoritical and Empirical Review, International Review of Social Sciences

and Humanities, Vol.2 No. 1, ISSN (Online): 2248 – 9010, ISSN (Print): 2250 – 0715, www.irssh.com.

Matlin, M. E., (2009), Cognitive Psychology, Seventh Edition. International Student Version.

John Wiley & Sons, Inc.

McGregor, D., (2007), Developing Thinking; Developing learning. A Guide to Thinking Skills

(30)

77

Petrina, S., (2007), Advanced Teaching Methods for The Technology Classroom, Canada,

Information Science Publishing.

Polya, G., (1985), How To Solve It. 2nd ed., Princeton University Press, ISBN 0-691-08097-6,

(online), http://www.math.utah.edu/~pa /math/polya.html.

Pramono A. (2004). Presentasi Multimedia dengan macromedia Flash, Jakarta, Penerbit

Andi

Redhana, W., (2003), Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui

Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah, Tesis Pada IKIP Negeri Singaraja, Tidak diterbitkan.

Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

Jakarta, Prenada Media.

Selcuk, S. G., Caliskan, S., Erol, M., (2008), The Effects of Problem Solving Instruction on

Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use. Lat. Am. J.

Phys. Educ, 2 (3) : 151-166. http://www.journal.lapen.org.mx

Sudjana, (2005), Metode Statistika, Bandung, Penerbit Tarsito.

Sugiono, (2009), Statistika untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta.

Sugiono, (2008), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta.

Sulaiman, F., Eldy, E.F., (2014), Integrated PBL Approach: Finding towards Physics

Students’ Critical Thinking, International Journal for Innovation Educational and

Research, Vol.2, www.ijier.net.

Tasoğlu, A. K., Bakaç, M., (2014), The Effect of Problem Based Learning Approach on

Conceptual Understanding in Teaching of Magnetism Topics. Eurasian J. Phys. &

Chem. Educ, 6(2): 110-122, 2014, www.eurasianjournals.com/index.php/ejpce.

Tim TIMSS Indonesia, (2011), SurveyInternasional PISA. Kemdikbud: Badan Penelitian

dan Pengembangan

Trianto, (2007), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta,

Prestasi Pustaka.

Zunanda, M., (2015), Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Pemecahan

Gambar

Gambar 3.1  Bagan Alur pelaksanaan penelitian  Gambar 4.1 Gambar 4.2

Referensi

Dokumen terkait

- SP: Mendapatkan nilai SKB penuh 100 karena memiliki sertifikat pendidik yang dikeluarkan Kemendikbud/Kemenristekdikti/Kemenag - PD: Mendapatkan nilai tambahan SKB +10 karena

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena dengan anugerah dan kasih setia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul APLIKASI

Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian (Berpikir kritis (Berpikir kritis dan bekerjasama (4C) dalam mengamati permasalahan (literasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah awal penelitian peramalan kunjungan wisman menggunakan GRNN dengan membuat plot data runtun waktu kunjungan wisman ke Indonesia.. Plot

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

(lainnya) discrete character Sebutkan orang-orang yang tinggal di dusun/Rukun Tetangga ini yang memiliki posisi kepemimpinan di desa, dusun, RW, atau RT ini (misalnya Ketua RT,

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai tarif kelas III, tarif kelas I, tarif kelas VIP, tarif kelas SVIP dan tarif kelas Suite Room sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), ayat