• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Mengenai Hipertensi pada Pasien Hipertensi yang Berobat Rawat Jalan di Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Mengenai Hipertensi pada Pasien Hipertensi yang Berobat Rawat Jalan di Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

Tingkat Pengetahuan Mengenai Hipertensi pada Pasien Hipertensi yang Berobat Rawat Jalan di Departemen Kardiologi RSUP H. Adam Malik

Medan

Oleh:

SYARIFAH NADYA 090100216

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Tingkat Pengetahuan Mengenai Hipertensi pada Pasien Hipertensi yang Berobat Rawat Jalan di Departemen Kardiologi RSUP H. Adam Malik

Medan

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

SYARIFAH NADYA 090100216

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Mengenai Hipertensi pada Pasien Hipertensi yang Berobat Rawat Jalan di Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan

NAMA : SYARIFAH NADYA NIM : 090100216

Pembimbing

(Prof. dr. Abdullah Afif Siregar, Sp.A(K), Sp.JP(K))

NIP. 195004161977111001

Penguji I

( dr. T. Siti Hajar Haryuna, Sp.THT )

NIP. 197906202002122003

Penguji II

(dr. Nurchaliza H. Siregar, Sp.M) NIP. 197009082000032001

Medan, 30 Desember 2012 Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(4)
(5)

ABSTRAK

Latar belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang banyak terjadi di masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan berbagai penyakit terutama penyakit-penyakit kardiovaskular. Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan karena hipertensi adalah dengan mencegah terjadinya komplikasi hipertensi. Pencegahan dapat dilakukan jika pasien mengerti dan memahami mengenai penyakitnya. Oleh karena itu pengetahuan pasien mengenai hipertensi sangatlah penting.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di poliklinik kardiologi RSUP H.Adam Malik terhadap penyakitnya.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain

cross sectional yang dilakukan pada pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di poliklinik kardiologi RSUP H. Adam Malik. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner kepada 68 orang sampel yang dipilih dengan metode consecutive sampling.

Hasil: Dari hasil penelitian didapati bahwa pasien terbanyak berjenis kelamin laki-laki (48 orang; 70,6%), usia terbanyak 51-60 tahun(25 orang; 36,8%), tingkat pendidikan terbanyak ialah SMA sederajat (27 orang; 39,7%). Tingkat pengetahuan pasien hipertensi rawat jalan di poliklinik kardiologi RSUP H.Adam Malik terbanyak pada kategori sedang (38 0rang; 55,9%), kategori baik (28 orang; 41,2%) dan kategori kurang (2 orang; 2,9%).

Kesimpulan: Tingkat pengetahuan mengenai hipertensi pada pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di RSUP H. Adam Malik berada dalam kategori sedang (38 orang; 55,9%) .

(6)

ABSTRACT

Background: Hypertension is a cardiovascular disease that occurs to many people. Uncontrolled hypertension can cause many diseases, especially

cardiovasculardiseases. One of the ways toreduce morbiditydue tohypertension is to prevent the complications of hypertension. Prevention can be done if the patients know and understand about the illness. Therefore, hypertension knowledgeon hypertensive patients is important.

Objective: The purpose of this study is to determine the level of hypertensive knowledge on hypertensive patients who had treated in cardiology outpatient clinicofRSUPH. Adam Malikagainst the illness.

Methodology: This study is a descriptive cross-sectional design which was done

on hypertensive patients who hadtreated in cardiology outpatient clinic of RSUP H. Adam Malik. The data was collected through questionnaires to 68 people selected from thesamplewithconsecutive samplingmethod.

Result: From the results of the study it is found that patients mostly are male gender (48 people; 70.6%), most aged 51-60 years old (25 people; 36.8%), the highest level of educationfrom SMA (27 people; 39,7%). Level of hypertensive knowledge on hypertensive outpatients treated in cardiology clinic of RSUP H. Adam Malik is mostly in moderate category (38 people; 55.9%), good category (28 people;41,2%) and less category (2 people; 2,9%).

Conclusion: The level of hypertensive knowledge on hypertensive patients who had treatedin cardiology out patient clinic ofRSUPH. Adam Malik majority is in the moderate category(38people; 55.9%).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat yang diberikan, sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ” Tingkat Pengetahuan Mengenai Hipertensi pada Pasien Hipertensi yang Berobat Rawat Jalan di Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. Prof. Dr. Abdullah Afif Siregar, Sp.A(K), Sp.JP(K) selaku pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan proposal ini dari awal hingga akhir.

3. Kedua dosen penguji dr. T. Siti Hajar Haryuna, Sp.THT dan dr. Nurchaliza H. Siregar, Sp.M atas waktu dan saran yang diberikan sehingga pengerjaan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan lebih baik.

4. Ayahanda Drs. H. Said Arif Fadillah, M.Si. dan Dra. Ibunda Jamilah yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materi.

5. Deepah Krishnan selaku teman sebimbingan dengan penulis telah bekerja sama dengan baik dalam karya tulis ilmiah ini.

6. Suci Guntari, Lisa Yunita Marnas, Chairunnisa Nst, M. Allif Maulana, Henny Ratnasari Hrp, Citra Novilia dan teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini, yang telah memberikan kritik dan saran serta dukungan guna penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

(8)

kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam pelaksanaan kegiatan penelitian selanjutnya.

Medan, Desember 2012

(9)

DAFTAR ISI

2.2.1. Sistem Pengaturan Tekanan Darah Jangka Pendek... 7

2.2.2. Sistem Pengaturan Tekanan Darah Jangka Panjang... 9

(10)

2.3.8. Penatalaksanaan... 20

2.3.9. Komplikasi... 21

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 23

3.1. Kerangka Konsep... 23

3.2. Definisi Operasional... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN... 26

4.1. Jenis Penelitian... 26

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 26

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 26

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 28

4.5. Pengolahan dan Analisis Data... 31

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 32

5.1. Hasil Penelitian... 32

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 32

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 32

5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur 32 5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 33

5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 33

5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Hipertensi... 33

5.2. Hasil Analisis Data... 34

5.2.1. Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Pengetahuan Responden... 34

5.2.2. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden... 39

5.2.3. Distribusi Frekuensi Kategori Jenis Kelamin Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Responden... 40

(11)

5.2.5. Distribusi Frekuensi Kategori Pendidikan Terakhir Responden

Menurut Tingkat Pengetahuan Responden... 41

5.3. Pembahasan... 42

5.3.1. Analisis Karakteristik Responden... 42

5.3.2. Tingkat Pengetahuan... 43

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 45

6.1. Kesimpulan... 45

6.2. Saran... 45

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Terapi Hipertensi 20

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur 32 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 33 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan 33

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Hipertensi 33

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi jawaban dari pertanyaan pertama 34 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi jawaban dari pertanyaan kedua 34 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi jawaban dari pertanyaan ketiga 35 Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi jawaban dari pertanyaan keempat 35 Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi jawaban dari pertanyaan kelima 36 Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi jawaban dari pertanyaan keenam 36 Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi jawaban dari pertanyaan ketujuh 37 Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi jawaban dari pertanyaan kedelapan 37 Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi jawaban dari pertanyaan kesembilan 37 Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi jawaban dari pertanyaan kesepuluh 38 Tabel 5.15. Distribusi Frekuensi jawaban dari pertanyaan kesebelas 38 Tabel 5.16. Distribusi Frekuensi jawaban dari pertanyaan keduabelas 38 Tabel 5.17. Distribusi Frekuensi jawaban dari pertanyaan ketigabelas 39 Tabel 5.18. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden 40 Tabel 5.19. Distribusi Frekuensi Kategori Jenis Kelamin Menurut Tingkat

Pengetahuan Responden 40

Tabel 5.20. Distribusi Frekuensi Kategori Kelompok Umur Menurut

Tingkat Pengetahuan Responden 41

Tabel 5.21. Distribusi Frekuensi Kategori Pendidikan Terakhir Menurut

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar1. Diagram Faktor-faktor yang berpengaruh pada

pengendalian tekanan darah 18

(14)

DAFTAR ISTILAH

ACE Angiotensin Converting Enzyme

ACEi Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor

ACTH Adrenocorticotrophic Hormone

AHA American Heart Association

ARB Antagonis Receptor Blocker

BB Beta Blocker

CCB Calcium Channel Blocker

CJ Curah Jantung

HAM Haji Adam Malik

HDL High Density Lipoprotein

IMT Indeks Masa Tubuh

JNC 7 The Joint National Committee 7

NaCl Natrium Clorida

NIH National Institutes for Health

OCP Oral Contraceptives Pills

RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar

RSUP Rumah Sakit Umum Pendidikan

SRAA Sistem renin-angiotensin-aldosteron

TGF Transforming Growth Factor

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2: Kuesioner

Lampiran 3: Informed Consent Lampiran 4: Surat Izin Penelitian Lampiran 5: Etical Clearance

(16)

ABSTRAK

Latar belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang banyak terjadi di masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan berbagai penyakit terutama penyakit-penyakit kardiovaskular. Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan karena hipertensi adalah dengan mencegah terjadinya komplikasi hipertensi. Pencegahan dapat dilakukan jika pasien mengerti dan memahami mengenai penyakitnya. Oleh karena itu pengetahuan pasien mengenai hipertensi sangatlah penting.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di poliklinik kardiologi RSUP H.Adam Malik terhadap penyakitnya.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain

cross sectional yang dilakukan pada pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di poliklinik kardiologi RSUP H. Adam Malik. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner kepada 68 orang sampel yang dipilih dengan metode consecutive sampling.

Hasil: Dari hasil penelitian didapati bahwa pasien terbanyak berjenis kelamin laki-laki (48 orang; 70,6%), usia terbanyak 51-60 tahun(25 orang; 36,8%), tingkat pendidikan terbanyak ialah SMA sederajat (27 orang; 39,7%). Tingkat pengetahuan pasien hipertensi rawat jalan di poliklinik kardiologi RSUP H.Adam Malik terbanyak pada kategori sedang (38 0rang; 55,9%), kategori baik (28 orang; 41,2%) dan kategori kurang (2 orang; 2,9%).

Kesimpulan: Tingkat pengetahuan mengenai hipertensi pada pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di RSUP H. Adam Malik berada dalam kategori sedang (38 orang; 55,9%) .

(17)

ABSTRACT

Background: Hypertension is a cardiovascular disease that occurs to many people. Uncontrolled hypertension can cause many diseases, especially

cardiovasculardiseases. One of the ways toreduce morbiditydue tohypertension is to prevent the complications of hypertension. Prevention can be done if the patients know and understand about the illness. Therefore, hypertension knowledgeon hypertensive patients is important.

Objective: The purpose of this study is to determine the level of hypertensive knowledge on hypertensive patients who had treated in cardiology outpatient clinicofRSUPH. Adam Malikagainst the illness.

Methodology: This study is a descriptive cross-sectional design which was done

on hypertensive patients who hadtreated in cardiology outpatient clinic of RSUP H. Adam Malik. The data was collected through questionnaires to 68 people selected from thesamplewithconsecutive samplingmethod.

Result: From the results of the study it is found that patients mostly are male gender (48 people; 70.6%), most aged 51-60 years old (25 people; 36.8%), the highest level of educationfrom SMA (27 people; 39,7%). Level of hypertensive knowledge on hypertensive outpatients treated in cardiology clinic of RSUP H. Adam Malik is mostly in moderate category (38 people; 55.9%), good category (28 people;41,2%) and less category (2 people; 2,9%).

Conclusion: The level of hypertensive knowledge on hypertensive patients who had treatedin cardiology out patient clinic ofRSUPH. Adam Malik majority is in the moderate category(38people; 55.9%).

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut American Heart Association (AHA) di Amerika, tekanan darah tinggi ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya dan hanya 61% yang mendapatkan pengobatan (Purnomo, 2009). Di Indonesia, satu dari lima orang (20%) penduduknya menderita hipertensi. Namun, rasio ini tampaknya berbeda-beda di berbagai kota di Indonesia (Mariono, 2009).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 Kementerian Kesehatan RI, prevalensi hipertensi di Indonesia pada usia diatas 18 tahun mencapai 29,8%. Prevalensi ini semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi hipertensi pada golongan umur 55-64 tahun, 65-74 tahun dan >75 tahun, masing-masing mencapai 53,7%, 63,5%, dan 67,3%. (Dharmeizar, 2012).

Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang ke berbagai target organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension

(ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng dan Tuminah, 2009)

(19)

menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke (Depkes, 2012).

Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara menetap ≥ 140/90 mmHg (Dharmeizar, 2012). Menurut JNC VII (2006), terdapat empat kategori tekanan darah, normal, prehipertensi, hipertensi tahap I dan hipertensi tahap II.

Menurut Yogiantoro (2006), hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esessial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Sisanya adalah hipertensi sekunder, yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya diklasifikasikan, diantaranya adalah kelainan organik seperti penyakit ginjal, kelainan pada korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid, dan lain-lain (Anggraini dkk, 2009).

Penyakit hipertensi ini seringnya datang secara diam-diam dan tidak menunjukkan adanya gejala-gejala tertentu yang bisa dilihat dari luar sehingga disebut sebagai the silent disease. Pada sebagian kasus hipertensi, penderita tidak mengetahui atau menyadari bahwa dirinya telah menderita hipertensi ketika tekanan darahnya berada di atas batas normal. Penderita baru mnyadarinya ketika hipertensi yang dideritanya telah menyebabkan berbagai penyakit komplikasi mulai dari penyakit jantung, stroke, hingga gagal ginjal (Sudarmoko, 2010).

(20)

menganai hipertensi pada penderita hipertensi yang berobat rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan, yakni tentang pengertian hipertensi, gejala, penyebab dan faktor resiko, pencegahan, pengobatan serta komplikasi dari penyakit hipertensi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat pengetahuan pasien mengenai hipertensi pada pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di departemen kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan ”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai hipertensi pada pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di departemen kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan sehingga dapat dilakukan penyuluhan atau pemberian informasi yang tepat untuk menghindari komplikasi hipertensi.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai:

1. Pengertian hipertensi pada pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Gejala hipertensi pada pasien hipertensi rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan.

3. Penyebab hipertensi pada pasien hipertensi rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Faktor resiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada pasien hipertensi rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan.

(21)

6. Pengobatan yang harus didapat pada pasien hipertensi rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan.

7. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien hipertensi pada pasien hipertensi rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Subjek Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan subjek peneliti mengenai penyakit hipertensi.

2. RSUP H. Adam Malik Medan

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan tentang tingkat pengetahuan pasien penderita hipertensi rawat jalan di departemen kardiologi RSUP H. Adam Malik tentang penyakitnya.

3. Peneliti

a. Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan

memanfaatkan ilmu yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Misalnya seseorang mengetahui apa yang dimaksud dengan hipertensi.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Misalnya seseorang dapat menjelaskan dan menginterpretasikan hipertensi secara benar.

3. Aplikasi (application)

(23)

setelah mengetahui gaya hidup tidak sehat dapat menyebabkan hipertensi, seseorang dapat merubah prilaku tersebut.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya seseorang yang tahu dan paham akan bahaya hipertensi, maka ia akan menjauhi faktor-faktor penyebabnya.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya seseorang menghubungkan kejadian hipertensi dengan penyakit jantung lainnya.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap sutu materi atau objek. Sehingga subjek akan menanggapi hipertensi secara positif maupun negatif.

Pengukuran pengetahuan dapat kita lakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tantang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Sejauh mana pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.

2.2. Tekanan Darah Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap

(24)

bersangkutan. Tekanan maksimum yang ditimbulkan diarteri sewaktu darah disemprotkan masuk ke dalam arteri selama sistol (tekana sistolik) rata-rata adalah 120mmHg. Tekanan minimum didalam arteri sewaktu darah mengalir ke luar ke pembuluh dihilir selama diastol (tekanan diastolik) rata-rata adalah 80mmHg. Sedangakan tekanan pada nadi adalah perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik (Sherwood, 2006).

Pengaturan tekanan arteri jangka pendek dilakukan oleh sistem saraf simpatis, terutama melalui efek sistem saraf pada kapasitansi dan tahanan vaskular perifer total dan kemampuan memompa jantung. Sedangkan pengaturan untuk jangka panjang bekaitan dengan homeostasis volume cairan tubuh, yang ditentukan oleh keseimbangan antara asupan dan keluaran cairan. Bila tubuh mengandung banyak cairan ekstrasel, volume darah dan tekanan arteri akan meningkat. Peningkatan tekanan ini kemudian mempengaruhi ginjal untuk mengeksresikan kelebihan cairan ekstrasel, sehingg pengembalian tekanan kembali normal (Guyton dan Hall, 2006).

2.2.1. Sistem Pengaturan Tekanan Darah Jangka Pendek

Pengaturan jangka pendek dikendalikan oleh sistem saraf. Mekanisme utama dalam proses pengontrolan tekanan darah ini berjalan sesuai dengan mekanisme umpan balik negatif. Mekanisme umpan balik negatif adalah mekanisme perangsangan yang akan mengurangi impuls respon tubuh. Mekanisme pengaturan ini membutuhkan sensor/ reseptor, neuron aferen, sistem saraf pusat, neuron eferen dan efektor (Ronny, 2009).

Meurut Sherwood (2006), beberapa sensor yang mendeteksi perubahan tekanan darah diuraikan dibawah ini:

a. Refleks Baroreseptor

(25)

Baroreseptor secara terus menerus memberikan informasi mengenai tekanan darah, dan secara kontinu menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap tekanan didalam arteri. Jika tekanan arteri meningkat, potensial aksi juga akan meningkat sehingga kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron eferen yang bersangkutan juga ikut meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika terjadi penurunan tekanan darah.

Setelah mendapat informasi bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan potensial aksi tersebut, pusat kontrol kardiovaskuler berespon dengan mengurangi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis. Sinyal-sinyal eferen ini menurunkan kecepatan denyut jantung, menurunkan volume sekuncup, menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena serta menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah kembali normal. Begitu juga sebaliknya jika tekanan darah turun dibawah normal

b. Osmoreseptor hipotalamus dan reseptor volume pada atrium kiri

Osmoreseseptor pada hipotalamus peka terhadap perbahan osmolaritas darah yang dipengaruhi oleh keseimbangan cairan tubuh, keduanya mempengaruhi regulasi jangka panjang tekanan darah dengan mengontrol volume darah

c. Kemoreseptor pada arteri karotis dan aorta

Kemoreseptor tersebut peka terhadap kadar O2rendah atau keasaman tinggi pada darah. Fungsi utamanya adalah secara refleks meningkatkan aktivitas penafasan sehingga lebih banyak O2 yang masuk atau lebih banyak CO2 pembentuk asam yang keluar. Disamping itu, reseptor ini juga akan menyampaikan impuls eksitatorik ke pusat kardiovaskuler.

d. Sistem saraf pusat

Sistem saraf akan mempengaruhi tekanan darah melaui perangsangan simpatis dan parasimpatis. Emosi dan prilaku tertentu memengaruhi kerja simpatis yang berefek pada respon kardiovaskular

(26)

Perubahan mencolok pada sistem kardiovaskular terjadi saat berolahraga, termasuk peningkatan besar aliran darah otot rangka, peningkatan curah jantung, penurunan resistensi perifer total

f. Kontrol Hipotalamus terhadap arteriol kulit

Tekanan darah dapat turun pada saat pembuluh kulit mengalami dilatasi menyeluruh untuk mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh.

2.2.2. Sistem Pengaturan Tekanan Darah Jangka Panjang

Selain refleks dan respon tersebut, pengaturan tekanan darah intermitten dan jangka panjang juga dipengaruhi secara vasoaktif, meliputi:

a. Epinefrin, berasal dari medula adrenal, berikatan dengan reseptor α1

(vasokonstriksi) dan reseptor β2 (vasodilatasi), juga berikata dengan β1

(meningkatkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi (Ronny, 2009)

b. Serotonin 5-hidroksitriptamin, biasanya terdapat pada saraf terminal, trombosit dan sel mast. Zat ini menyebabkan vasokonstriksi (Ronny, 2009) c. Histamin, biasanya dikeluarkan saat terjadi luka atau inflamasi yang dapat

menyebabkan pembuluh darah di otot polos vasodilatasi, tetapi otot polos viseral berkontraksi (Ronny, 2009)

d. Angiotensin II, merupakan bagian dari sistem renin angiotensin aldosteron. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor yang sangat kuat. Walaupun hanya berada dalam darah 1 atau 2 menit dalam darah, tetapi angiotensin II mempunyai pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri, yaitu sebagai vasokonstriksi di berbagai daerah tubuh serta menurunkan eksresi garam dan air oleh ginjal.

2.3. Hipertensi

2.3.1. Definisi

(27)

Committeeon Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNCVII) (2009) , terdapat empat kategori definisi tekanan darah, yaitu:

• Tekanan darah normal: tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan

darah diastolik <80 mmHg

• Prehipertensi: tekanan darah sistolik 120-139 mmHg atau tekanan darah

diastolik 80-89 mmHg

• Hipertensi tahap I: tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90-99 mmHg

• Hipertensi tahap II: tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau tekanan darah

diastolik ≥100 mmHg.

2.3.2. Jenis Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya Gray dkk (2005) , hipertensi di bagi menjadi dua jenis:

a. Hipertensi primer

Juga disebut hipertensi esensial atau idiopatik, dan merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Tekanan darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vaskular, sehingga tekanan darah meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi vaskular bertambah, atau keduanya. Meskipun mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan perubahan-perubahan tersebut, hipertensi sebagai kondisi klinis biasanya diketahui beberapa tahun setelah kecendrungan tersebut dimulai. Dan pada saat itu telah terjadi beberapa mekanisme fisiologis kompensasi sekunder, sehingga kelainan dasar curah jantung atau resistensi perifer tidak diketahui dengan jelas.

b. Hipertensi sekunder

Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat dikelompokkan menjadi:

• Penyakit parenkim ginjal (3%), setiap penyebab gagal ginjal

(28)

menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan kerusakan ginjal.

• Penyakit renovaskular (1%), terdiri dari penyakit yang menyebabkan

gangguan pasokan darah ginjal, yaitu arterosklerosis dan fibrodisplasia. Penurunan pasokan darah ginjal akan memacu produksi renin ipsilateral dan meningkatkan tekanan darah.

• Endokrin (1%), pertimbangkan aldosteronisme primer (sindrom Conn)

jika terdapat hipokalemia bersama hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan renin yang rendah akan mengakibatkan kelebihan natrium dan air. Biasanya disebabkan adenoma jinak soliter atau hiperplasia adrenal bilateral.

• Sindrom Cushing, disebabkan oleh hiperplasia adrenal bilateral yang

disebabkan oleh adenoma hipofisis yang menghasilkan ACTH (adrenocorticotrophic hormone) pada dua per tiga kasus dan tumor adrenal primer pada sepertiga kasus.

• Hiperplasia adrenal kongenital, merupakan penyebab hipertensi pada anak (jarang).

• Feokromositosoma, disebabkan oleh tumor sel kromafin asal neural

yang mensekresikan katekolamin, 90% berasal dari kelenjar adrenal, dan 10% lainnya terjadi ditempat lain.

• Hipertensi pada kehamilan, terjadi sekitar 10% pada kehamilan

pertama dan lebih sering terjadi pada ibu muda. Diperkirakan karena aliran uretroplasental yang kurang baik dan umumnya terjadi pada trimester terakhir atau awal periode postpartum.

• Hipertensi akibat obat, yang paling banyak menyebabkan hipertensi

adalah penggunaan pil kontrasepsi oral (OCP), dengan 5% perempuan mengalami hipertensi dalam 5 tahun sejak mulai penggunaan.

2.3.3. Gejala

(29)

sebagai the silent disease. Pada sebagian besar kasus hipertensi, penderita tidak mengetahui dan menyadari bahwa dirinya telah menderita hipertensi hingga dikeahui bahwa terjadi komplikasi.

Ketika tekanan darah naik dengan sangat cepat sehingga tekanan diastolnya ≥140 mmHg, biasanya baru muncul gejala-gejala seperti sakit kepala atau pusing, muka merah, vertigo (rasa berputar), tinnitus (suara mendenging dalam telinga), keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan pengelihatan menjadi kabur (Sudarmoko, 2010).

Tetapi, gejala-gejala tersebut bukanlah gejala khusus yang hanya dimiliki pada penderita hipertensi, karena juga dapat terjadi pada pasien dengan tekanan darah normal. Jika hipertensi yang dialami sudah berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur karena terjadi kerusakan otak, mata, jantung dan ginjal (Susilo dan Wulandari, 2011).

Kadang-kadang penderita hipertensi berat dapat mengalalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakak otak, disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan penanganan segera, karena dapat memicu kematian (Susilo dan Wulandari, 2011).

2.3.4. Penyebab

(30)

Seventh Report of the Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), memperkirakan penyebab-penyebab hipertensi yang terindentifikasi sebagai berikut:

a. Sleep apnea

b. Pengaruh obat

c. Penyakit ginjal kronis d. Aldosteronisme primer e. Penyakit renovaskular

f. Cushing’ssyndrome atau terapi dengan steroid g. Pheochromocytoma

h. Penyakit tiroid/ paratiroid i. Coarctation of aorta

2.3.5. Faktor Resiko

Sampai saat ini penyebab hipertensi primer tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakanvaskuler dan lain-lain (Anggraini dkk, 2009).

Namun, menurut dilihat dari faktor pemicunya, dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.

a. Faktor Genetik

Dari berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa orang yang mempunyai riwayat atau silsilah dengan keluarga yang memiliki riwayat hipertensi ada kecendrungan untuk dapat juga terjadi hipertensi (Sudarmoko, 2010).

(31)

hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009)

b. Usia

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Individual yang berumur diatas 60 tahun, sekitar 50-60% mempunyai tekana darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya (Susilo dan Wulandari, 2011).

c. Jenis Kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, hanya saja wanita terlindungi dari penyakit kardiovaskular sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang dapat meningkatkan jumlah High Density Lipoprotein (HDL). Kadar HDL yang tinggi mampu mencegah terjadinya arterosklerosis (Anggraini dkk, 2009). Namun dari hasil penelitian menyebutkan bahwa pria lebih mudah terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita, mungkin dikarenakan gaya hidup pria yang kebanyakan lebih tidak terkontrol dibandingkan wanita, misalnya kebiasaan merokok, bergadang, stres kerja, hingga pola makan yang tidak teratur (Sudarmoko, 2010).

d. Etnis

Hipertensi banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun pada orang berkulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas terhadap vasopresin yang lebih basar (Susilo & Wulandari, 2011).

e. Obesitas

Menurut National Institutes for Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan

(32)

f. Asupan garam

Asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriuretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah (Susilo&Wulandari, 2011). Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi (Anggraini dkk, 2009).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari (Anggraini dkk, 2009).

g. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor penyebab dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi untuk terjadinya hipertensi. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital,

Massachussetts (2007) terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Anggraini dkk, 2009). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebiasaa merokok dapat menyebabkan terjadinya hipertensi.

h. Stres

(33)

i. Kafein

Konsumsi kafein dalam jumlah yang berlebihan juga dapat menjadi faktor resiko terjadi hipertensi. Kafein dapat menimbulkan perangsangan saraf simpatis, yang pada orang-orang tertentu dapat menimbulkan gejala jantung berdebar-debar, sesak nafas dan lain-lain (Susilo dan Wulandari, 2011).

j. Kolesterol tinggi

Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah akan menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat (Susilo dan Wulandari, 2011).

2.3.6. Patofisiologi

Menurut Udjianti (2010), empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular.

Sistem baroreseptor seperti yang dijelaskan sebelumnya, merupakan monitor derajat tekanan arteri dan meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi. Namun, pada hipertensi kontrol ini gagal menurunkan tekanan darah dan belum jelas penyebabnya.

(34)

Renin dan aniotensin memegang peranan penting dalam pengaturan tekanan darah. mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE).

Angiotensin II inilah yang berperan penting dalam meningkatkan tekanan darah karena bersifat vasokonstriktor kuat pada pembuluh darah dan juga berperan dalam pelepasan aldosteron oleh korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini dkk, 2009).

(35)

Gambar 2.1. Diagram Faktor-faktor yang berpengaruh pada pengendalian tekanan

darah

Hipertensi = Penigkatan CJ dan/ atau Peningkatan TP

(Hipertensi Esensial. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi V) 2.3.7. Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah terjadinya hipertensi adalah menghindari faktor - faktor penyebab dan faktor resiko timbulnya penyakit hipertensi. Dalam hal ini adalah faktor yang dapat dihindari, misalnya merokok, asupan garam yang berlebihan, stres, obesitas dan lain-lain.

Selain dengan cek tekanan darah secara teratur, perawatan pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan menjalankan diet yang dirancang secara khusus sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kondisi penderita.

Menurut Susilo dan Wulandari (2011), berikut yang dapat dilakukan untuk pencegahan hipertensi:

Konstriksi vena Volume cairan

kontraktilitas Hipertrofi

(36)

1. Pola makan sehat

Inti pola makan sehat adalah makan makanan yang mengandung kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai kebutuhan.

a. Kurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari

b. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium karena dapat mengurangi hipertensi seperti pisang dan alpukat

c. Kurangi minuman beralkohol dan bersoda

d. Makan sayur dan buah-buahan berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat, wortel, melon dan jeruk

e. Kendalikan kolesterol, kurangi makanan yang mengandung lemak jenuh f. Kendalikan diabetes bila ada

g. Hindari konsumsi obat yang dapat meningkatkan tekanan darah h. Tidur yang cukup setia hari, antara 6-8 jam setiap hari

i. Konsumsi minyak ikan, karena mengandung omega-3 yang dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan

j. Puasa yang rutin juga sangat baik untuk mengendalikan tekanan darah

2. Pola hidup sehat

a. Melakukan olahraga teratur. Pada penderita hipertensi dapat melakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, lari santai dan berenang. Lakukan selama 30 hingga 45 menit sehari sebanyak tiga kali seminggu. b. Mengendalaikan emosi dan mengurangi kecemasan

c. Berhenti merokok. Selain dapat meningkatkan faktor resiko terkena hipertensi, merokok juga dapat menyebabkan komplikasi pada penyakit paru dan kardiovaskular lain

2.3.8. Penatalaksanaan

(37)

• Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko

tinggiseperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.

• Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. • Menghambat laju penyakit ginjal.

Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta blocker, calciumchanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonistblocker (ARB).

Tabel 2.1. Terapi Hipertensi

Klasifiksi TD Tekanan

Sistolik

Normal <120 dan <80 Dianjurkan

Prehipertensi 120-139 atau

80-89

≥100 ya Dua kombinasi obat (biasanya

Thiazide-tipe diuterik dan ACEi atau ARB atau BB atau CCB)

(38)

Indikasi yang memaksa (Compelling indications) untuk terapi spesifik mencakup kondisi resiko tinggi yang dapat menyebabkan secara langsung gejala sisa dari hipertensi (gagal jantung, penyakit jantung iskemik, penyakit ginjal kronik dan stroke yang berulang) atau penyakit yang berhubungan dengan hipertensi (diabetes, resiko tinggi penyakit jantung), sehingga diperlukan obat antihipertensi tertentu (Yusuf, 2008).

2.3.9.Komplikasi

(39)

Gambar 2.2. Diagram Komplikasi Hipertensi

LVR Myocardial oxygen

dan gagal ginjal Retinopati Iskemik

(40)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tingkat pengetahuan pasien hipertensi dan hubungannya dengan kejadian hipertensi di RSUP Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian, maka perlu dijabarkan definisi operasional dari penelitian. Adapun defenisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang di ketahui mengenai hipertensi yaitu definisi, gejala, penyebab, faktor resiko, pencegahan, pengobatan dan komplikasi pada pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di RSUP H. Adam Malik.

2. Pasien hipertensi adalah pasien dengan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan / atau tekanan sistolik ≥90mmHg (sesuai kriteria hipertensi menurut JNC VII) dan melakukan rawat jalan di RSUP H. Adam Malik. 3. Pasien dengan riwayat hipertensi adalah pasien dengan riwayat tekanan

darah sistolik ≥140 mmHg dan / atau tekanan sistolik ≥90mmHg (sesuai Pasien hipertensi

rawat jalan di RSUP H. Adam Malik

Pasien dengan riwayat hipertensi rawat jalan di RSUP H. Adam Malik

Tingkat

(41)

kriteria hipertensi menurut JNC VII) dan masih melakukan rawat jalan di RSUP H. Adam Malik.

Aspek Pengukuran

1. Pengukuran gambaran pengetahuan mengenai hipertensi pada pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di departemen kardiologi RSUP H. Adam Malik dilakuakan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh pasien.

• Cara ukur : angket

• Alat ukur : kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 13 pertanyaan dengan tiga pilihan jawaban.

o Jawaban tidak tahu diberi skor 0 o Jawaban yang kurang diberi skor 1 o Jawaban yang sedang baik diberi skor 2 o Jawaban yang baik diberi skor 3

• Hasil ukur dengan melakukan pengukuran tingkat pengetahuan pada

pasien rawat jalan di departemen kardiologi di RSUP H. Adam Malik yang diberikan kepada responden menggunakan skala pengukuran (Arikunto, 2007) dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

o Baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi o Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75% dari nilai tertinggi o Kurang, apabila nilai yang diperoleh < 40% dari nilai tertinggi

Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring adalah :

o Pengetahuan baik : Skor total >32 o Pengetahuan sedang : Skor total 17-32 o Pengetahuan kurang : Skor total <17

(42)

2. Pengukuran tekanan darah pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di departemen kardiologi RSUP H. Adam Malik

• Cara ukur : Observasi

• Alat ukur : Rekam medik pasien

• Hasil ukur : Tekanan sistolik ≥140 mmHg dan / atau tekanan diastolik

≥90mmHg

(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan terhadap sekumpulan objek yang jumlahnya banyak, dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di RSUP H.Adam Malik. Desain yang digunakan adalah sekat silang (Cross Sectional Study), yaitu penelusuran sesaat, artinya subjek diamati hanya sesaat atau satu kali pada setiap responden.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September-November 2011. Tempat penelitian ini dilakukan di poliklinik kardiologi RSUP H. Adam Malik di kota Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu (Wahyuni, 2007). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di RSUP H. Adam Malik.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Pengambilan Sampel pada penelitian ini dengan menggunakan metode Non Probability Sampling, yaitu

(44)

Penentuan sample ini menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi: a. Kriteria Inklusi

• Pasien dengan hipertensi atau riwayat hipertensi (≥140/90 mmHg) • Pasien yang bersedia mengisi kuesioner

b. Kriteria Eksklusi

• Pasien yang tidak menderita hipertensi atau riwayat hipertensi • Pasien tunanetra

• Pasien yang tidak dapat membaca dan menulis • Pasien yang hilang memori

• Pasien dengan penyakit yang menyulitkan penelitian, misalnya stroke

4.3.3. Besar Sampel

Besarnya sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan perhitungan dengan rumus berdasarkan Wahyuni (2007):

Z2 1-α/2 . P . (1-P)

n =

d2

Keterangan :

n : besar sampel minimal

Z1-α/2 : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P : proporsi dipopulasi

d : kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

Berdasarkan rumus tersebut maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :

n : besar sampel minimal Z1-α/2 : 1,645

(45)

Z2 1-α/2 . P . (1-P)

n =

d2

(1,645)2. 0,5 . (1-0,5) n =

(0,1)2

32,706025. 0,25 n =

0.01

0,6765063 n =

0.01

n = 67,65

Dengan demikian besar sampel yang diperlukan pada penelitian ini adalah 67,65 orang dan dibulatkan menjadi 68 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitiaan dan pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.

4.4.2. Data Sekunder

(46)

4.4.3. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebur benar – benar mengukur apa yang diukur. Angket yang telah selesai disusun akan diuji validnya dengan menggunakan program SPSS.

Angket penelitian ini yang telah disusun dengan jumlah pertanyaan sebanyak 15 pertanyaan tentang pengetahuan . Uji validitas ini telah dilakukan pada 20 orang responden pada salah satu rumah sakit rujukan di Medan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

N ( ∑��) - ( ∑ ∑ )

r =

{[ N∑ �2- ( ∑ � ) 2] . [N∑ � 2. ( ∑ �) 2 ]}1/2

Keterangan :

r : koefisien korelasi product moment

X : skor tiap pertanyaan/ item Y : skor total

N : jumlah responden

Uji validitas dilakukan dengan korelasi pearson, skor yang didapat dari setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan r tabel. Jika nilai koefisien korelasi pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada di atas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.

4.4.4. Uji Reabilitas

(47)

Uji reabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien yang Reabilitas Alpha pada aplikasi SPSS. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Unutk mengetahui sejauh mana konsistensi hasil penelitian jika kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang, maka dilakukan uji realibilitas terhadap kuesioner yang telah dipersiapkan dengan rumus Koefisien Realibilitas Alpha sebagai berikut :

k ∑ �b2

r11 = [ ] [ 1- ]

k – 1 �12

keterangan :

r11 : realibilitas instrumen

k : jumlah butir pertanyaan atau banyaknya soal

(48)

Hasil uji validitas dan reliablitas dapat dilihat pada tabel 4.1. : Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliablitas Kuesioner

Variable No. Total

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1. Pengolahan Data

Menurut wahyuni (2007), pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu.

1. Editing

(49)

2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Cleaning

Pemeriksaan kembali semua data yang telah dimasukkan ke dalam koputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis. 6. Analisis data

4.5.2. Analisis data

Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskritif dengan menggunakan program komputer yaitu Statistic Product and Service Solution

(50)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deksripsi Lokasi Penelitian

Penelititan ini dilakukan di Poli Kardiologi RSUP. H. Adam Malik Medan. RSUP H. Adam Malik adalah rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai rumah sakit pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991. Terletak di jalan Bunga Lau No.17 Km. 12 Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi atau riwayat hipertensi yang berobat rawat jalan di RSUP H. Adam Malik, dengan total responden 68 orang. Karakteristik responden yang diamati adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat hipertensi.

5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

30-40 4 5,9

41-50 9 13,2

51-60 25 36,8

61-70 20 29,4

71-80 10 14,7

Jumlah 68 100,0

(51)

5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-Laki 48 70,6

Perempuan 20 29,4

Jumlah 68 100,0

Dari tabel di atas dapat didapatkan bahwa sebagian besar responden adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 48 orang (70,6%), kemudian perempuan sebanyak 20 orang (29,4%).

5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Bedasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SD 5 7,4

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak ialah SMA sederajat yaitu sebanyak 27 orang (39,7%) dan yang paling sedikit ialah S2 yaitu sebanyak 4 orang (5,9%).

5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Hipertensi

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Hipertensi

Tingkat Hipertensi Frekuensi (n) Persentase (%)

Hipertensi Tahap 1 6 8,8

Hipertensi Tahap 2 62 91,2

(52)

Berdasarkan tabel diatas dilihat bahwa tingkat hipertensi terbanyak pada responden adalah Hipertensi tahap 2, yaitu sebanyak 62 orang (91,2%) dan responden dengan Hipertensi tahap 1 hanya berjumlah 6 orang (8,8%).

5.2. Hasil Analisis Data

5.2.1. Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Pengetahuan Responden

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 13 pertanyaan mengenai pengetahuan terhadap hipertensi, pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner tersebut telah di uji validitas dan reabilitasnya. Sehingga kuesioner tersebut dapat mewakili pengetahuan responden terhadap hipertensi. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden untuk setiap pertanyaan mengenai pengetahuan mengenai hipertensi dapat dilihat pada tabel 5.4.

Pertanyaan 1

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi jawaban dari pertanyaan pertama

Pertanyaan Pernah Tidak Pernah

n % n %

Pernahkan Anda memperoleh informasi mengenai hipertensi?

29 42,6% 39 57,4%

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa responden lebih banyak menjawab tidak pernah, yaitu sebanyak 39 orang (57,4%) dan 29 responden yang menjawab pernah (42,6%).

Pertanyaan 2

(53)

Keterangan jawaban (pilihan boleh lebih dari satu): - Penyakit keturunan

- Penyakit tidak menular karena pola hidup tidak sehat - Penyakit yang diakibatkan oleh stress dan pertambahan usia

Berdasarkan tabel diatas, responden terbanyak menjawab dua dari tiga pilihan jawaban yaitu sebanyak 25 orang (36,8%) dan paling sedikit responden menjawab tidak tahu (3 orang, 4,4%).

Pertanyaan 3

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi jawaban dari pertanyaan ketiga Pertanyaan Tidak tahu TD 120/80

Berdasarkan tabel diketahui responden terbanyak menjawab benar, yaitu TD ≥140/90 mmHg yaitu sebanyak 41 orang (61,8%) dan 5 orang pasien (7,4%) menjawab tidak tahu.

Pertanyaan 4

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi jawaban dari pertanyaan keempat Pertanyaan Tidak tahu ≤ 2 pilihan

Keterangan pilihan jawaban (pilihan boleh lebih dari satu): - sakit kepala

(54)

- pening

- sering buang air kecil

- mual

- berdebar-debar

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa paling banyak responden yang menjawab benar, yaitu ≥6 pilihan jawaban sebanyak 30 orang (44,1%) dan paling sedikit responden yang menjawab tidak tahu sebanyak 2 orang (2,9%).

Pertanyaan 5

Tabel 5.9 Distribusi frekuensi jawaban dari pertanyaan kelima Pertanyaan Tidak tahu 1 dari 3

pilahan jawaban

2 dari 3 pilihan jawaban

Semua pilihan jawaban

n % n % N % n %

Yang dapat menyebabkan hipertensi?

14 20,6% 20 29,4% 21 30,9% 13 19,1%

Keterangan jawaban (pilihan boleh lebih dari satu): - penyakit ginjal

- obat-obatan - kehamilan

(55)

Pertanyaan 6

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi jawaban dari pertanyaan keenam Pertanyaan Tidak tahu ≤ 3 dari 10

Keterangan jawaban (pilihan boleh lebih dari satu): - keturunan

- umur tua

- kurang olahraga - kegemukan

- makan makanan dengan kadar garam tinggi - merokok

- stress

- kolesterol tinggi - kopi atau kafein - obat-obatan

Dari tabel dapat dilihat sebanyak 41 orang (61,8%) responden menjawab

≥7 dari 10 pilihan jawaban dan sebanyak 5 orang responden (7,4%) yang menjawab tidak tahu.

Pertanyaan 7

Tabel 5.11 Distribusi frekuensi jawaban dari pertanyaan ketujuh

Pertanyaan Tidak tahu Tidak Ya

n % n % n %

Apakah hipertensi dapat dicegah dengan tidak merokok atau tidak minum alkohol?

(56)

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa sebanyak 50 orang (73,5%) menjawab benar dan paling sedikit 4 orang responden (5,9%) menjawab tidak tahu.

Pertanyaan 8

Tabel 5.12 Distribusi frekuensi jawaban dari pertanyaan kedelapan Pertanyaan Tidak tahu 1 dari 3 yang sesuai untuk pasien hipertensi?

10 14,7% 56 82,4% 1 1,5% 1 1,5%

Keterangan jawaban (pilihan boleh lebih dari satu): - jalan pagi atau lari pagi

- joging - olahraga lain

Dari tabel diatas responden terbanyak menjawab satu dari tiga pilihan jawaban, yaitu sebanyak 56 orang (82,4%) dan masing-masing satu orang menjawab dua dari tiga pilihan jawaban dan semua pilihan jawaban.

Pertanyaan 9

Tabel 5.13 Distribusi frekuensi jawaban dari pertanyaan kesembilan

Pertanyaan Tidak

perlu dilakukan dalam seminggu?

7 10,3% 1 1,5% 14 20,6% 46 67,6%

(57)

Pertanyaan 10

Tabel 5.14 Distribusi frekuensi jawaban dari pertanyaan kesepuluh

Pertanyaan

diri ke dokter atau petugas kesehatan lain

n % n % n %

Ketika ada gejala hipertensi,

apakah yang akan Anda lakukan?

14 20,6% 28 41,2% 26 38,2%

Berdasarkan tabel responden terbayak menjawab membeli obat sendiri di apotik (28 orang, 42,2%) dan paling sedikit responden menjawab menunggu hingga sakit tidak tertahankan baru kemudian berobat ke dokter (14 orang, 20,6%).

Pertanyaan 11

Tabel 5.15 Distribusi frekuensi jawaban dari pertanyaan kesebelas Pertanyaan Tidak tahu 1 dari 3 Anda lakukan jika tekanan darah anda sudah kembali normal?

1 1,5% 19 27,9% 17 25,0% 31 45,6%

Keterangan jawaban (pilihan boleh lebih dari satu): - tetap makan makanan yang dianjurkan dokter - olahraga teratur

(58)

Pertanyaan 12

Tabel 5.16 Distribusi frekuensi jawaban dari pertanyaan keduabelas

Pertanyaan Jika ada

gejala saja

Jika ada gejala dan sedang berada di layanan kesehatan

Teratur sebulan sekali dengan atau tanpa gejala

n % n % n %

Tabel 5.17 Distribusi frekuensi jawaban dari pertanyaan ketigabelas Pertanyaan Tidak tahu ≤2 dari 6

Keterangan jawaban (pilihan boleh lebih dari satu): - stroke

- penyakit jantung - penyakit ginjal - kebutaan

- gangguan pendengaran - kematian mendadak

5.2.2. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden

(59)

Tabel 5.18. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden

Kategori Pengetahuan Frekuensi (n) Presentase (%)

Baik 28 41,2

Sedang 38 55,9

Kurang 2 2,9

Jumlah 68 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kategori tingkat pengetahuan responden tertinggi terdapat pada kategori sedang sebanyak 38 orang (55,9%) dan terendah terdapat pada kategori kurang yaitu 2 orang (2,9%).

5.2.3 Distribusi Frekuensi Kategori Jenis Kelamin Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Responden

Tabel 5.19. Distribusi Frekuensi Kategori Jenis Kelamin Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Responden

Jenis Kelamin

Kategori Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

N % n % n % n %

Laki-laki 20 71,4% 27 71,1% 1 50% 48 70,6%

Perempuan 8 28,6% 11 28,9% 1 50% 20 29,4%

Total 28 100% 38 100% 2 100% 68 100%

(60)

5.2.4 Distribusi Frekuensi Kategori Kelompok Umur Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Responden

Tabel 5.20. Distribusi Frekuensi Kategori Kelompok Umur Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Responden

Kelompok Umur

Kategori Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

31-40 1 3,6% 3 7,9% 0 0% 4 5,9%

41-50 4 14,3% 5 13,2% 0 0% 9 13,2%

51-60 14 50% 10 26,3% 1 50% 25 36,8%

61-70 6 21,4% 13 34,2% 1 50% 20 29,4%

71-80 3 10,7% 7 18,4% 0 0% 10 14,7%

Total 28 100% 38 100% 2 100% 68 100%

Berdasarkan Tabel 5.20. di atas, didapati bahwa tingkat pengetahuan responden pada kategori baik lebih tinggi pada kelompok umur 51-60 tahun yaitu sebanyak 14 orang (50%). Pada kategori tingkat pengetahuan kurang, lebih banyak adalah responden pada kelompok umur 51-60 tahun dan kelompok umur 61-70 tahun yaitu masing-masing satu orang (50%).

5.2.5 Distribusi Frekuensi Kategori Pendidikan Terakhir Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Responden

(61)

Pendidikan terakhir

Kategori Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

SD 0 0% 4 10,5% 1 50% 5 7,4%

SMP 4 14,3% 8 21,1% 0 0% 12 17,6%

SMA 10 35,7% 16 42,1% 1 50% 27 39,7%

D3 3 10,7% 4 10,5% 0 0% 7 10,3%

S1 8 28,6% 5 13,2% 0 0% 13 19,1%

S2 3 10,7% 2 2,6% 0 0% 4 5,9%

Total 28 100% 38 100% 2 100% 68 100%

Berdasarkan tabulasi silang kategori tingkat pengetahuan dengan kategori pengetahuan responden mengenai hipertensi diperoleh kategori tingkat pengetahuan baik terbanyak pada responden dengan pendidikan terakhir SMA sederajat yaitu sebanyak 10 orang (35,7%) dan tingkat pengetahuan kurang terbanyak juga pada responden dengan pendidikan terakhir SD dan SMA yaitu masing-masing sebanyak 1 orang (50%).

5.3. Pembahasan

5.3.1. Analisis Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya variasi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pengetahuan dan tingkat hipertensi.

Berdasarkan karakteristik umur responden, secara persentase didapatkan usia terbanyak penderita hipertensi yang datang berobat ke poliklinik kardiologi RSUP H. Adam Malik yaitu umur antara 51-60 tahun, yaitu sebanyak 25 orang (36,8%) dan terendah yaitu umur antara 30-40 tahun, yaitu sebanyak 4 orang (5,9%) dari total jumlah responden sebanyak 68 orang.

(62)

Achmad Provinsi Riau tahun 2005, bahwa penderita hipertensi meningkat secara nyata pada kelompok umur ≥ 45 tahun.

Berdasarkan data, jenis kelamin responden penderita hipertensi yang terbanyak datang ke poliklinik kardiologi ialah berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 48 orang (70,6%) dari 68 orang jumlah responden. Walaupun menurut berbagai penelitian menyatakan tidak ada perbedaan prevalensi terjadinya hipertensi pada pria maupun wanita (New York Times, 2012), hanya saja gaya hidup pria lebih tidak terkontrol dibandingkan wanita yang menyebabkan laki-laki cenderung lebih banyak yang menderita hipertensi (Sudarmoko, 2010).

Berdasarkan tingkat pendidikannya, secara persentase didapat jumlah terbanyak ialah SMA sederajat, sebanyak 27 orang (39,7%). Dan berdasarkan karakteristik tingkat hipertensi tebanyak ialah hipertensi tahap dua, sebanyak 62 orang (91,2%) dari 68 jumlah responden.

5.3.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini telah dilakukan pembagian angket yang telah di valid untuk mengukur pengetahuan responden pada tingkat pengetahuan yang pertama, yaitu tahu.

Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 39 orang (57,4%) telah memiliki pengetahuan yang baik (pernah mendengar) mengenai informasi tentang hipertensi, seperti yang diungkapkan Notoadmodjo (2007) didalam bukunya yang mengatakan bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh melalui penginderaan, terutama melalui mata (melihat) dan telinga (mendengar).

(63)

Dan sebanyak 22 orang (32,4%) saja responden yang tahu bahwa penyakit hipertensi dapat dikarenakan faktor keturunan, pola hidup tidak sehat dan juga dapat disebabkan stress dan pertambahan usia. Kemudian sebanyak 42 orang (61,8%) responden mengetahui bahwa yang disebut hipertensi adalah tekanan darah sistol ≥140 mmHg atau tekanan darah diastol ≥ 90 mmHg (JNC VII, 2009). Disamping itu sebanyak 30 orang (44,1%) responden mengalami dan mengetahui gejala-gejala dari hipertensi seperti sakit kepala, pandangan berkunang-kunang, gampang capek, telinga berdenging, mual, berdebar-debar (Susilo dan Wulandari, 2011).Menurut Gray dkk (2005) hipertensi dapat disebabkan karena penyakit ginjal, obat-obatan, kahamilan dan lain sebagainya, pada pertanyaan ini hanya sebanyak 13 orang (19,1%) responden yang menjawab benar.

Hipertensi dapat disebabkan berbagai macam faktor resiko, seperti faktor genetik, umur, olahraga, kegemukan, pola hidup, obat-obatan dan lain sebagainya, dan sebanyak 54 orang (79,4%) responden menjawab benar, dan sesuai dengan hasil penelitian Anggraini dkk (2009) bahwa terdapat faktor resiko berupa umur, kebiasaan merokok, pola makan dan riwayat keluarga dengan terjadinya hipertensi.

Faktor resiko ada yang dapat dimodifikasi maupun tidak dapat dimodifikasi. Salah satu faktor yang dapat dimodifikasi adalah merokok, sehingga salah satu pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan adalah dengan tidak merokok (Susilo dan Wulandari, 2011). Dan sebanyak 50 orang (73,5%) responden menjawab benar.

Sebanyak olahraga pada pasien hipertensi yang terbaik dapat melakukan

olahraga ringan seperti berjalan kaki, joging, bersepeda atau beren ang, hanya 1 orang (1,5%) responden yang pengetahuannya baik dengan

(64)

mengganggu sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter atau petugas kesehatan lainnya. Mengenai hal ini sebanyak 26 orang (38,2%) responden yang jawabanya benar.

Kemudian sebanyak 31 orang (45,6%) responden menjawab benar mengenai tindakan yang dilakukan setelah menjalani pengobatan, yaitu dengan tetap menkonsumsi obat yang diberikan dokter secara teratur, olahraga teratur dan makan makanan yang dianjurkan oleh dokter sebagai pencegahan hipertensi. Pada pasien hipertensi sebaiknya melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur, baik saat ada gejala maupun tidak, sebanyak 40 orang (58,8%) responden menjawab benar. Dan sebanyak 37 orang (54,4%) responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi yang tidak terkontrol, seperti stroke, penyakit ginjal, kebutaaan, gangguan pendengaran penyakit lainnya (Yogiantoro, 2006).

(65)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan:

Pengetahuan pasien hipertensi yang berobat rawat jalan di poliklinik kardiologi RSUP H. Adam Malik berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 38 responden (55,9%), sedangka pada kategori baik sebanyak 28 responden (41,2%) dan pada kategori kurang ditemukan sebanyak dua responden (2,9%).

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan. Untuk itu ada beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yaitu:

a. Masukan kepada pihak RSUP H. Adam Malik, yaitu diharapkan agar dokter maupun tenaga kesehatan lainnya bisa memberikan edukasi yang menyeluruh mengenai hipertensi kepada pasien, baik dengan menjelaskan secara langsung seperti penyuluhan maupun tidak langsung seperti pemberian brosur atau poster agar pasien dapat lebih mengerti dan memahami akan bahaya hipertensi.

(66)

Gambar

Gambar 2.1. Diagram Faktor-faktor yang berpengaruh pada pengendalian tekanan
Tabel 2.1. Terapi Hipertensi
Gambar 2.2. Diagram Komplikasi Hipertensi
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian jelaslah mengapa konvensi Vienna 1980 diperlukan dan dibutuhkan. Sifat dan karakteristik yang berbeda antara international trade dan domestic trade telah

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memahami tentang himpunan, matriks, relasi dan fungsi, induksi matematika, algoritma dan bilangan bulat, kombinatorial dan peluang diskrit, graf

memperjelas ketentuan Pasal 8 dalam Undang- Undang Perlindungan Konsumen, selain itu alasan lainnya adalah masih banyaknya barang impor yang beredar di pasar dalam negeri yang

Mahasiswa diharapkan memahami dan menguasai feature dan operasi EIGRP, mengidentifikasi tujuan serta konfigurasi dasar EIGRP. EIGRP

Akses terhadap penyelesaian permasalahan atas kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan telah menjadi perhatian penting dari Kementerian Perdagangan

Meski pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) telah menjadi prioritas kebijakan dalam pe- mantapan kawasan hutan, di tingkat tapak pem- bentukan wilayah KPH masih

Judul Penelitian : PENGARUH LArrIHAN BEBAN DENGAN meャセode seセイ sysセイem TERI1ADAP PENAMBAIIAN beraセイ BADAN DAN PERSENrrASE

Dengan adanya portal ini diharapkan dapat menyediakan informasi yang lebih cepat dan akurat kepada penggemar eSports dan dapat memenuhi kebutuhan informasi event