• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap RemajaTentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Di SMA Bayu Pertiwi Sunggal Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap RemajaTentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Di SMA Bayu Pertiwi Sunggal Tahun 2015"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

DETERMINAN KINERJA PETUGAS KESEHATAN IBU DAN

ANAK (KIA) DI PUSKESMAS KOTA MEDAN

TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh : NOPRIANSYAH

121021037

Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Medan

(2)

DETERMINAN KINERJA PETUGAS KESEHATAN IBU DAN

ANAK (KIA) DI PUSKESMAS KOTA MEDAN

TAHUN 2014

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh : NOPRIANSYAH

121021037

Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Medan

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “DETERMINAN KINERJAPETUGAS KESEHATAN IBU DAN ANAK

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

DETERMINAN KINERJAPETUGAS KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI PUSKESMAS KOTA MEDANTAHUN 2014

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh : NOPRIANSYAH

NIM : 1210210737

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

(5)

ABSTRAK

Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health Organization (WHO), karena angka kematian ibu dan anak merupakan salah satu masalah dari negara ASEAN, yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan kinerja petugas KIA dalam memberikan pelayanan program KIA di Puskesmas Kota Medan.

Jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua petugas kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Sering dan Puskesmas Medan Deli dengan jumlah 31 bidan. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dianalisis dengan menggunakan uji chi square dan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan variabel karakteristik individu (umur p=0,009 , masa kerja p=0,009 dan kemampuan p=0,011), variabel psikologi (sikap p=0,001), dan beban kerja berhubungan dengan kinerja petugas KIA. Dan variabel sikap (sig.=0,001) paling dominan terhadap kinerja petugas KIA.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan dan kepala Puskesmas melaksanakan supervisi secara rutin sertameningkatkan kemampuan petugas KIA dengan memberi kesempatan mengikuti pelatihan dan mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(6)

ABSTRACT

The health of mother and child is one of attention of World Health Organization (WHO), because the mortality rate of mother and child is one of issue in ASEAN with the higher mortality rate of mother and child than the other countries. The objective of this research is to study the determinant of performance Maternal and Child Health (KIA) officers in provide the Maternal and Child Health program at Health Center (Puskesmas) of Medan city.

This research is an analytic descriptive study by cross sectional approach. The population in this research is all Maternal and Child Health officers at Puskesmas Sering and Puskesmas Medan Deli that consist of 31 midwifes. The data was collected by interview using questionnaire that analyzed by chi square test and multi linier regression test on confidential level 95%.

The results of research indicates that the individual characteristic (age p = 0.009, work period p = 0.009, and competency p = 0.011), psychological variable (attitude p = 0.001) and work load is related to the job performance of Maternal and Child Health (KIA) officers. And attitude variable (sig = 0.001) is more dominant to the job performance of Maternal and Child Health (KIA) officers.

It is suggested to the Health Office of Medan city and to the head of Health Center (Puskesmas) to do the regularly supervision and to increase the competency of Maternal and Child Health (KIA) officers by provide them with opportunity for training and education in the higher level.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Determinan Kinerja Petugas

Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Di Puskesmas Kota MedanTahun 2014”. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Heldy BZ, MPH selaku ketua Departemen Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang juga telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar memberikan saran, dukungan, nasihat bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

4. Bapak dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar memberikan saran, dukungan, nasihat bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku Penguji I yang telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu drh. Hiswani M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis selama kuliah di FKM USU.

8. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU,terutama Departemen AKK yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Berbagai pihak di wilayah kerja Puskesmas kota Medan, yang telah memberikan banyak bantuan dan kemudahan selama melakukan penelitian.

10. Teristimewa penulis ucapkan kepada Ayahanda (Alm) Ilyas M. Amin dan Ibunda Mas Chairani Nst, orangtua yang amat penulis cintai. Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan baik moril dan materil serta doa yang tiada terputus untuk ananda.

(9)

12.Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaikan skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan.

Amin Yaa Rabbal „Alamiin.

Medan, Februari 2015 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 7

2.1.3. Pengukuran Kinerja ... 10

2.2 Puskesmas ... 13

2.2.1. Defenisi Puskesmas ... 15

2.2.2. Tujuan Puskesmas ... 14

2.2.3. Fungsi Puskesmas ... 14

2.2.4. Upaya Penyelenggaraan ... 15

2.3 Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ... 16

2.3.1 Pengertian Program KIA ... 16

2.3.2 Tujuan Program KIA ... 17

2.3.2 Pelayanan dan Indikator Kesehatan Ibu dan Anak ... 18

2.4 Kerangka Konsep ... 23

BAB III : METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.3 Populasi dan Sampel ... 25

3.2.1 Populasi ... 25

(11)

3.4.1 Data Primer ... 26

3.4.2 Data Sekunder ... 26

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.5 Definisi Operasional ... 26

3.5.1 Variabel Penelitian ... 26

3.5.2 Defenisi Operasional ... 26

3.6 Aspek Pengukuran ... 26

3.7 Analisis Data ... 29

BAB IV : HASIL PENELITIAN... 30

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 30

4.1.1 Jumlah Penduduk... 30

4.1.2 Sarana Kesehatan ... 31

4.1.3 Tenaga Kesehatan ... 32

4.2 Analisis Univariat ... 33

4.2.1 Karakteristik Individu ... 33

4.2.2 Psikologis... ... 37

4.2.3 Beban Kerja... ... 39

4.2.3 Kinerja... ... 40

4.3 Analisis Bivariat ... 43

4.3.1 Hubungan Karakteristik Individu terhadap KinerjaPetugas KIA... 43

4.3.2 Hubungan Psikologis terhadap Kinerja Petugas KIA... ... 45

4.3.3 Hubungan Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas KIA... ... 45

4.4 Analisis Multivariat ... 46

BAB V: PEMBAHASAN... 48

5.1 Determinan KinerjaPetugasKIAdi Puskesmas Kota Medan, Dilihat dariDimensi Umur, Masa Kerja dan Kemampuan ... 48

5.1.1 Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas KIA ... 48

5.1.2 Pengaruh Lama Kerja terhadap Kinerja Petugas KIA ... 49

5.1.3 Pengaruh Kemampuan terhadap Kinerja Petugas KIA ... 51

5.2 Determinan KinerjaPetugas KIA di Puskesmas Kota Medan, Dilihat dari Dimensi Sikap ... 54

5.2.1 Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas KIA ... 54

5.3 PengaruhBeban KerjaterhadapKinerja Petugas KIAdi PuskesmasKota Medan ... 56

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

6.1 Kesimpulan ... 58

6.2 Saran ... 59

(12)

DAFTAR TABEL

3.7 Metode Pengukuran Variabel Bebas (Independen) Petugas KIA ... 30

4.1 Distribusi Penduduk di Kota Medan Menurut Kecamatan ... 33

4.2 Distribusi Sarana Kesehatan di Kota Medan ... 34

4.3 Distribusi Tenaga Kesehatan Puskesmas Kota Medan ... 35

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur dan Lama Kerja Petugas KIA di Puskesmas Kota Medan ... 36

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Petugas KIA diPuskesmas Kota Medan ... 36

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kemampuan Petugas KIAdi Puskesmas Kota Medan... 39

4.7 Distribusi Sikap Responden Petugas KIA di Puskesmas Kota Medan ... 40

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Petugas KIAdi Puskesmas Kota Medan... 41

4.9 Distribusi Beban Kerja Responden Petugas KIA di Puskesmas Kota Medan... 41

4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban Kerja Petugas KIA di Puskesmas Kota Medan... 42

4.11 Distribusi Kinerja Petugas KIA di Puskesmas Kota Medan... 42

4.12 Distribusi Petugas KIA Berdasarkan Kategori Kinerja di Kota Kota Medan... 45

4.13 Hubungan Karakteristik Individu, Psikologi, dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA di Puskesmas Kota Medan ... 48

(13)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nopriansyah

Tempat : Sei. Berombang

Tanggal Lahir : 26 Nopember 1989

Suku Bangsa : Aceh Gayo

Agama : Islam

Nama Ayah : Alm. Ilyas M. Amin SIP Suku Bangsa Ayah : Aceh Gayo

Nama Ibu : Mas Chairani

Suku Bangsa Ibu : Mandailing

Pendidikan Formal :

1. SD/Tamat Tahun : SDN 067690/2002 2. SLTP/Tamat Tahun : SMPN 2 Medan/2005 3. SLTA/Tamat Tahun : SMAN 2 Medan/2008

(14)

ABSTRAK

Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health Organization (WHO), karena angka kematian ibu dan anak merupakan salah satu masalah dari negara ASEAN, yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan kinerja petugas KIA dalam memberikan pelayanan program KIA di Puskesmas Kota Medan.

Jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua petugas kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Sering dan Puskesmas Medan Deli dengan jumlah 31 bidan. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dianalisis dengan menggunakan uji chi square dan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan variabel karakteristik individu (umur p=0,009 , masa kerja p=0,009 dan kemampuan p=0,011), variabel psikologi (sikap p=0,001), dan beban kerja berhubungan dengan kinerja petugas KIA. Dan variabel sikap (sig.=0,001) paling dominan terhadap kinerja petugas KIA.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan dan kepala Puskesmas melaksanakan supervisi secara rutin sertameningkatkan kemampuan petugas KIA dengan memberi kesempatan mengikuti pelatihan dan mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(15)

ABSTRACT

The health of mother and child is one of attention of World Health Organization (WHO), because the mortality rate of mother and child is one of issue in ASEAN with the higher mortality rate of mother and child than the other countries. The objective of this research is to study the determinant of performance Maternal and Child Health (KIA) officers in provide the Maternal and Child Health program at Health Center (Puskesmas) of Medan city.

This research is an analytic descriptive study by cross sectional approach. The population in this research is all Maternal and Child Health officers at Puskesmas Sering and Puskesmas Medan Deli that consist of 31 midwifes. The data was collected by interview using questionnaire that analyzed by chi square test and multi linier regression test on confidential level 95%.

The results of research indicates that the individual characteristic (age p = 0.009, work period p = 0.009, and competency p = 0.011), psychological variable (attitude p = 0.001) and work load is related to the job performance of Maternal and Child Health (KIA) officers. And attitude variable (sig = 0.001) is more dominant to the job performance of Maternal and Child Health (KIA) officers.

It is suggested to the Health Office of Medan city and to the head of Health Center (Puskesmas) to do the regularly supervision and to increase the competency of Maternal and Child Health (KIA) officers by provide them with opportunity for training and education in the higher level.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health Organization (WHO), karena angka kematian ibu dan anak merupakan salah satu masalah dari negara ASEAN, yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain.

Salah satu kinerja Puskesmas yang perlu dinilai adalah kinerja pelayanan kesehatan ibu dan anak yang merupakan upaya kesehatan wajib. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa, masalah kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih di atas dari Target Millennium Development Goals. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya.

(17)

diri dengan perubahan perubahan yang terjadi tersebut akan mampu untuk menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas (Ilyas, 2002).

Menurut Gibson dalam Ilyas (2002) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja : 1)Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang. 2)Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja. 3)Faktor organisasi.

Menurut Robbins (2002) dalam Pertiwi (2008) kemampuan kerja (ability) merupakan suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Penelitian Domen (2013) kepada petugas KIA di kota Pematang Siantar bahwa dari 25 orang petugas dengan kemampuan baik sebagian besar (64,0%) berkinerja baik. Dari 26 petugas dengan kemampuan kurang baik sebagian besar (73,1%) mempunyai kinerja kurang baik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan dengan kinerja.

(18)

Beban kerja adalah tanggungan kewajiban yang harus dilaksanakan karena pekerjaan tertentu dan juga sebagai tanggung jawab (Simamora, 2001). Secara umum, istilah beban kerja mengacu pada jumlah pekerjaan yang dialokasikan kepada karyawan untuk melakukan (Wefald et al, 2008). Sementara Grounewegen dalam Gunawan (2007) mendefinisikan beban kerja sebagai jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu.

Penelitian Wawan (2007) bahwa persepsi bidan desa terhadap beban kerja berpengaruh terhadap kinerja. Dari 36 responden dengan persepsi beban kerja kurang baik terdapat 15 orang (41%) mempunyai kinerja kurang baik, dan dari 32 responden dengan persepsi beban kerja baik terdapat 10 orang (31,3%) mempunyai kinerja baik.

Bila dibandingkan dengan Negara Asia lainnya kondisi mortalitas di Indonesia masih tinggi dimana menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, AKB sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup.

(19)

2011jumlah kematian bayi di kota Medan sebanyak 12 bayi, jumlah kematian balita sebanyak 4 balita, dan kematian ibu maternal sebanyak 8orang. Dan pada tahun 2012 jumlah kematian bayi di kota Medan sebanyak 37 bayi, jumlah kematian balita sebanyak3 balita, dan kematian ibu maternal sebanyak 2orang (Profil Dinkes Kota Medan 2013).

Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah cakupan kunjungan ke 1 (K1), kunjungan ke-4 (K4), dan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Hasil Riset Kunjungan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 di Indonesia cakupan K1 sebesar 72,3%, K4 sebesar 61,4%, dan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 82,2% (Kemenkes, 2012).

Kunjungan K1 ibu hamil di Sumatera Utara tahun 2012 berjumlah 281,774 (92.74%), K4 berjumlah 261,043 (85,92%), dan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 257,477 (88,78%). Di Kota Medan cakupan K1 sebesar 91.71%, K4 sebesar 87.15%, dan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 84.78% (Profil Dinkes Kota Medan 2012). Angka tersebut sudah cukup baik namun masih dibawah target Millennium Development Goals (MDG,s) 2015 yang mana cakupan K4 95% dan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan 90% (Kemenkes RI, 2008).

(20)

cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 90.09% (Profil Dinkes Kota Medan 2013).

Berdasarkan data di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui determinan kinerja tenaga Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Kota Medan.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas dapat di rumuskan permasalahan pada penelitian ini yaitu :

Apa sajakah determinan kinerja petugas KIA dalam memberikan pelayanan program KIA di Puskesmas Kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui determinan kinerja petugas KIA dalam memberikan pelayanan program KIA di Puskesmas Kota Medan.

1.4Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan dalam menyusun perencanaan manajemen sumber daya manusia khususnya petugas KIA sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja petugas KIA di Dinas Kesehatan Kota Medan.

b. Sebagai bahan masukkan bagi Puskesmas khususnya dalam upaya meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kinerja

2.1.1. Definisi Kinerja

Ilyas (2002) mendefinisikan kinerja sebagai penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personil. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di dalam

organisasi. Menurut As‟ad (2003) kinerja (job performance) adalah hasil yang

dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.

Menurut Darokah dalam Ilyas (2002) kinerja adalah suatu catatan keluaran hasil pada suatu fungsi jabatan kerja oleh seluruh aktivitas kerja dalam periode waktu tertentu. Kopelman (1998) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kinerja (Performance=P) adalah hasil interaksi antara motivasi (M) dan kemampuan (Ability = A), yang dalam teori atribusi dirumuskan dengan P = f (M x A).

(22)

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Darma (2005) bahwa faktor-faktor tingkat kinerja staf meliputi: mutu pekerjaan, jumlah pekerjaan, efektifitas biaya dan inisiatif. Sementara karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, penempatan kerja dan lingkungan kerja (rekan kerja, atasan, organisasi, penghargaan dan imbalan).

(23)

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2006) faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: 1.Kemampuan mereka, 2.Motivasi, 3.Dukungan yang diterima, 4.Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan 5.Hubungan mereka dengan organisasi. Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.

Menurut Mangkunegara (2005) menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi kinerja antara lain : a. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya. b. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.

David C. Mc Cleland (1997) seperti dikutip Mangkunegara (2005),

berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan

pencapaian kerja”. Motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi

(24)

dengan predikat terpuji. Selanjutnya Mc. Clelland, mengemukakan 6 karakteristik dari seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu : 1) Memiliki tanggung jawab yang tinggi 2) Berani mengambil risiko 3) Memiliki tujuan yang realistis 4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan. 5) Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukan 6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogamkan.

Hall TL dan Meija (1987) dalam Ilyas (2002) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: faktor internal individu yang terdiri dari: (1) karakteristik individu seperti umur, pendapatan, status perkawinan, pengalaman kerja dan masa kerja. (2). Sikap terhadap tugas yang terdiri persepsi, pengetahuan, motivasi, tanggung-jawab dan kebutuhan terhadap imbalan, sedang faktor eksternal meliputi sosial ekonomi, demografi, geografi, lingkungan kerja, aseptabilitas, aksesabilitas, pengawasan, koordinasi, fasilitas, beban kerja dan organisasi yang terdiri pembinaan.

Beban kerja adalah tanggungan kewajiban yang harus dilaksanakan karena pekerjaan tertentu dan juga sebagai tanggung jawab (Simamora, 2001). Secara umum, istilah beban kerja mengacu pada jumlah pekerjaan yang dialokasikan kepada karyawan untuk melakukan (Wefald et al, 2008). Sementara Grounewegen dalam Gunawan (2007) mendefinisikan beban kerja sebagai jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu.

(25)

tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit, sedangkan beban kerja kualitatif jika pekerja merasa tidak mampu melakukan tugas atau tugas tidak menggunakan ketrampilan atau potensi dari pekerja (Munandar, 2001)

2.1.3. Pengukuran Kinerja

Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Penilaian kinerja meru pakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel dan usaha untuk mempertinggi kerja personel dalam organisasi. Penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa tertentu yang menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen (Prihadi, 2004).

Bellows (1961) dalam As‟ad (2003) menyebutkan bahwa syarat kriteria

kinerja yang baik ialah apabila lebih reliabel, realistis, representatif dan bisa predictable. Sedangkan Maier (1965) dalam As‟ad (2003) mengatakan bahwa yang umum dianggap sebagai kriteria kinerja antara lain ialah: kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi, dan keselamatan dalam menjalankan tugas pekerjaan. Dikatakan selanjutnya bahwa dimensi mana yang penting adalah berbeda antara pekerjaan yang satu dengan lainnya.

Pada dasarnya ada dua model penilaian kinerja: a. Penilaian sendiri (Self Assesment).

(26)

peran sentral dari penilaian sendiri dalam memahami perilaku individu. Teori tersebut adalah teori kontrol dan interaksi simbolik.

Menurut teori kontrol yang dijelaskan oleh Carver dan Scheier (1981) yang dikutip oleh Ilyas (2001), individu harus menyelesaikan tiga tugas untuk mencapai tujuan mereka. Mereka harus (1) menetapkan standar untuk perilaku mereka, (2) mendeteksi perbedaan antara perilaku mereka dan standarnya (umpan balik), dan (3) berperilaku yang sesuai dan layak untuk mengurangi perbedaan ini. Selanjutnya, disarankan agar individu perlu melihat dimana dan bagaimana mereka mencapai tujuan mereka. Dengan pengenalan terhadap kesalahan yang dilakukan, mereka mempunyai kesempatan melakukan perbaikan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan mereka.

Inti dari teori interaksi simbolik adalah preposisi yaitu kita mengembangkan konsep sendiri dan membuat penilaian sendiri berdasarkan pada kepercayaan kita tentang bagaimana orang memahami dan mengevaluasi kita. Teori ini menegaskan pentingnya memahami pendapat orang lain disekitar mereka terhadap perilaku mereka. Interaksi simbolik juga memberikan peran sentral bagi interpretasi individu tentang dunia sekitarnya. Jadi individu tidak memberikan respon secara langsung dan naluriah terhadap kejadian, tetapi memberikan interpretasi terhadap kejadian tersebut Preposisi ini penting sebagai pedoman interpretasi tentang penilaian sendiri yang digunakan dalam mengukur atau menilai kinerja personel dalam organisasi.

(27)

organisasi. Penilaian sendiri ditentukan oleh sejumlah faktor kepribadian, pengalaman, dan pengetahuan, serta sosio-demografis seperti suku dan pendidikan. Dengan demikian, tingkat kematangan personel dalam menilai hasil karya sendiri menjadi hal yang patut dipertimbangkan (Ilyas, 2001).

b. Penilaian 360 derajat (360 Degree Assessment).

Teknik ini akan memberikan data yang lebih baik dan dapat dipercaya karena dilakukan penilaian silang oleh bawahan, mitra dan atasan personel. Data penilaian merupakan nilai kumulatif dari penilaian ketiga penilai. Hasil penilaian silang diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadi kerancuan, bila penilaian kinerja hanya dilakukan oleh personel sendiri saja (Ilyas, 2001).

Penilaian atasan, pada organisasi dengan tingkat manajemen majemuk, personel biasanya dinilai oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi. Penilaian ini termasuk yang dilakukan oleh penyelia atau atasan langsung yang kepadanya laporan kerja personel disampaikan. Penilaian ini dapat juga melibatkan manajer lini unit lain. Sebaiknya penggunaan penilaian atasan dari bagian lain dibatasi, hanya pada situasi kerja kelompok dimana individu sering melakukan interaksi.

(28)

untuk pengembangan personel dibandingkan untuk evaluasi. Yang perlu diperhatikan pada penilaian mitra adalah kerahasiaan penilaian untuk mencegah reaksi negatif dari personel yang dinilai.

Penilaian bawahan, terhadap kinerja personel dilakukan dengan tujuan untuk pengembangan dan umpan balik personel. Program ini meminta kapada manajer untuk dapat menerima penilaian bawahan sebagai umpan balik atas kemampuan manajemen mereka. Umpan balik bawahan berdasarkan kriteria sebagai berikut: pencapaian perencanaan kinerja strategik, pencapaian komitmen personel, dokumentasi kinerja personel, umpan balik dan pelatihan personel, pelaksanaan penilaian kinerja, dan imbalan kinerja. Manajer diharapkan mengubah perilaku manajemen sesuai dengan harapan bawahan.

2.2. Puskesmas

2.2.1. Defenisi Puskesmas

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Depkes RI, 2004).

(29)

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya (Depkes RI, 2004).

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional, yaitu :

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. 2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan per orangan, keluarga, dan masyarakat, serta lingkungannya (Depkes RI, 2004).

2.2.2. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat (Depkes RI, 2004).

2.2.3. Fungsi Puskesmas

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.

(30)

memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat:

Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (kontinyu) meliputi :

Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2004).

2.2.4. Upaya penyelenggaraan

(31)

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta upaya pengobatan (Depkes RI, 2004).

Sedangkan upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yaitu upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatran oleh raga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan upaya pembinaan pengobatan tradisional (Depkes RI, 2004).

2.3 Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2.3.1 Pengertian Program KIA

Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak prasekolah (Depkes RI, 2008).

(32)

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya (Depkes RI, 2008).

Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :

a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap, dan perilaku), dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.

b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.

c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki

d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita.

e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya (Depkes RI, 2008).

(33)

A. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan. 2. Ukur tekanan darah.

3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas). 4. Ukur tinggi fundus uteri.

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.

7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan. Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

(34)

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.

C. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan KB Pasca Persalinan dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali.

Pelayanan yang diberikan adalah :

1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. 2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).

3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya. 4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.

(35)

6. Pelayanan KB pasca salin adalah pelayanan yang diberikan kepada Ibu yang mulai menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan (sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).

Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

D. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 - 48 Jam setelah lahir.

2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.

3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

(36)

Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat.

E. Deteksi Dini Faktor Risiko dan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus Oleh Tenaga Kesehatan Maupun Masyarakat.

Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal , tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya (Kemenkes RI, 2010).

2.3.2.2 Indikator KIA

A. Akses Pelayanan Antenatal (cakupan K1)

Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antena tal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.

(37)

Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

C. Cakupan Persalinan oleh tenaga kesehatan

Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan mana jemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.

D. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)

Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam s/d hari 3 (KF1), hari 4 s/d hari 28 (KF2) dan hari 29 s/d hari ke-42 (KF3) setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

(38)

untuk menjaring KB Pasca Persalinan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, Keluarga Berencana di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA. E. Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KN 1)

Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 - 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal.

F. Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0 - 28 hari (KN Lengkap).

Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6 - 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal (Kemenkes RI, 2010).

2.4 Kerangka Konsep

(39)

Variabel Independen Variabel Dependen

Kinerja Petugas KIA Dalam Pelayanan

Kesehatan Ibu Faktor Individu :

a. Umur b. Masa Kerja c. Kemampuan

Faktor Psikologis : Sikap

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan metode yang digunakan dalam pengumpulan datanya termasuk penelitian observasional karena data yang diperoleh tanpa adanya perlakuan pada obyek penelitian. Dari segi waktu, penelitian ini termasuk penelitian cross sectional yakni dengan melakukan pengukuran variabel pada saat tertentu (Notoatmodjo, 2005).Sementara dari segi analisis maka penelitian ini merupakan penelitian analitik.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Sering dan Puskesmas Medan Deli Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan Puskesmas yang terdapat kasus kematian Ibu. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember – Desember 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua petugas kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Sering dan Puskesmas Medan Deli dengan jumlah 31 bidan.

3.2.2 Sampel

(41)

3.4.1 Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini di dapat melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner pada sampel petugas KIA di Puskesmas Sering dan Puskesmas Medan Deli.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari laporan- laporan dan administrasi Puskesmas Sering dan Puskesmas Medan Deli, serta kantor Dinas Kesehatan Kota Medan.

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan untuk mengetahui determinan kinerja yaitu dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada petugas untuk diisi mengenai umur, sikap, masa kerja, kemampuan, beban kerja, dan kinerja petugas KIA di Puskesmas Sering dan Puskesmas Medan Deli.

3.5 Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini, adalah : 1.Variabel Bebas ( Independen )

Variabel bebas ( Independen ) yaitu determinan ( umur, sikap, masa kerja, kemampuan, beban kerja).

2.Variabel terikat ( Dependent )

(42)

3.5.2 Defenisi Operasional

a) Umur adalah usia petugas KIA yang dihitung dalam tahun dilihat dari tanggal ulang tahun petugas KIA sampai saat dilakukan penelitian.

b) Sikap adalah sikap petugas KIA terhadap pekerjaan program KIA yang dikelompokkan dalam sikap positif dan negatif.

c) Lama Kerja adalah lama masa kerja petugas KIA yang dimulai sejak bekerja sebagai petugas KIA sampai saat dilakukan penelitian.

d) Kemampuan adalah kapasitas petugas KIA untuk mengerjakan berbagai tugas dan pekerjaan program KIA.

e) Beban kerja (variabel bebas) adalah beban yang dirasakan oleh petugas KIA dalam melaksanakan pekerjaannya, berdasarkan kegiatan yang dilakukan.

f) Kinerja adalah hasil kerja petugas KIA dalam melaksanakan program KIA.

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen) Tabel 3.1 Cara Pengukuran

Variabel Jumlah Indikator

Kategori Jawaban

Bobot Kategori Variabel

Skor Skala

(43)

tahun

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

Aspek pengukuran variabel terikat (dependen) adalah kinerja petugas KIA dalam melaksanakan tugas sebagai proses kerja responden secara kualitas yang dapat dilihat berdasarkan tugas dan funsinya sebagai petugas KIA dalam pelayanan kesehatan ibu.Pelayanan kesehatan ibu terdiri dari :

1. Antenatal Care

2. Pertolongan Persalinan

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas 4. Penanganan Komplikasi Kebidanan 5. Pelayanan KB Berkualitas

Menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban : tidak diberi skor 1, kadang-kadang diberi skor 2, dan tetap diberi skor 3. Jawaban responden di ukur dengan skala rasio yang dikatagorikan menjadi 2 yaitu:

(44)

2.Baik jika skor yang diperoleh 44 - 63

3.7 Analisis Data

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4°C dan minimum 24°C. Kotamadya Medan memiliki 21 Kecamatan dan 158 Kelurahan. (Profil Kesehatan Kota Medan 2013)

4.1.1. Jumlah Penduduk

(46)

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk di Kota Medan Menurut Kecamatan

NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Medan Tuntungan 39,887 42,155 82,042

Jumlah 1,047,875 1,074,929 2,122,804

Sumber : Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2013

4.1.2. Sarana Kesehatan

(47)

Puskesmas Keliling 13 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini

Tabel 4.2 Distribusi Sarana Kesehatan di Kota Medan

No Jenis Sarana Jumlah

1 Rumah Sakit 57 Buah

2 Puskesmas 39 Buah

3 Puskesmas Pembantu 41 Buah

4 Poskeskel 151 Buah

5 Posyandu 1396 Buah

6 Apotik 85 Buah

7 Toko Obat 19 Buah

8 Rumah Bersalin 246 Buah

9 Balai Pengobatan Swasta 321 Buah

10 Puskesmas Keliling 13 Buah

Sumber : Profil Kesehatan Kota Medan 2013

4.1.3. Tenaga Kesehatan

(48)

Tabel 4.3 Distribusi Tenaga Kesehatan Puskesmas Kota Medan

No Pendidikan Jumlah

1 Dokter Spesialis 3 Orang

2 Dokter Umum 160 Orang

3 Dokter Gigi 79 Orang

4 Sarjana Kesehatan Masyarakat 77 Orang

5 Apoteker 7 Orang

11 D3 Kesehatan Lingkungan 10 Orang

12 D3 Analis Kesehatan 24 Orang

13 D3 Gizi 38 Orang

14 D3 Perawat Gigi 65 Orang

15 Program Pendidikan Bidan 214 Orang

J u m l a h 1405 Orang

Sumber : Profil Kesehatan Kota Medan 2013

4.2. Analisis Univariat 4.2.1 Karakteristik Individu

Pada penelitian ini karakteristik individu responden yang dilihat distribusinya meliputi Umur, Masa Kerja dan Kemampuan.

a. Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Umur dan Masa Kerja.

Karakteristik responden berdasarkan umur dikategorikan dengan 2

kategori yaitu umur ≤ 40 tahun dan umur ≥ 40 tahun dan karakteristik responden

berdasarkan lama kerja dikategorikan dengan 2 kategori yaitu lama kerja ≤ 10 tahun dan lama kerja > 10 tahun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini.

(49)

Kategori Umur Jumlah Persentase

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat dilihat distribusi responden

berdasarkan kategori umur yaitu umur ≤ 40 tahun 18 petugas (58,1%) dan umur >

40 tahun 13 petugas (41,9%) dan distribusi responden berdasarkan kategori lama kerja kerja yaitu lama kerja ≤ 10 tahun 18 petugas (58,1%) dan lama kerja > 10 tahun 13petugas (41,9%).

b. Kemampuan

Kemampuan responden petugas KIA di puskesmas Kota Medan diukur berdasarkan penilaian antenatal care, pertolongan persalinan, pelayanan kesehatan ibu nifas, deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan, penanganan komplikasi kebidanan, dan pelayanan kb berkualitas seperti yang terdapat pada tabel 4.5 di bawah ini

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Petugas KIA Di Puskesmas Kota Medan

No Kemampuan Tidak Ya Jumlah

n % n % n %

A. Antenatal Care 1

Apakah ibu menanyakan pada ibu hamil mengenai riwayat kehamilan (perdarahan, hipertensi, dsb)

(50)

4 Apakah ibu melakukan pemeriksaan tekanan

darah 2 6.4 29 93.6 31 100

5 Apakah ibu melakukan pemeriksaan palpasi

abdominal (leopold I-IV) 10 32.3 21 67.7 31 100 B. Pertolongan Persalinan

6

Apakah ibu menyuruh ibu bersalin untuk menarik nafas dalam-dalam dan menahan nafas dengan menutup mulut, kepala diangkat dan mengedan dengan kekuatan otot pusat cukup panjang keluar hingga bayi dapat diletakkan di atas perut ibu bersalin

12 38.7 19 61.3 31 100 10 Apakah ibu memberikan Ergometrine pada

kala ketiga 7 22.6 24 77.4 31 100

C. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

11 Apakah ibu memperhatikan adanya

perdarahan vagina dan kekenyalan Rahim 18 58.1 13 41.9 31 100 menjaga kebersihan perineum dengan mencucinya dengan sabun dan air masak yang bersih

9 29.0 22 71.0 31 100

15 Apakah ibu mengajari ibu nifas cara

perawatan payudara 21 67.7 10 32.3 31 100

D. Deteksi Dini Faktor Risiko dan Komplikasi Kebidanan 16

Apakah ibu merujuk ibu hamil apabila partus lama (kala pertama atau persalinan aktif berlansung lebih dari 12 jam)

7 22.6 24 77.4 31 100

17

Apakah ibu memberikan cairan glukosa 5% secara IV sebanyak 30 tetes tiap menit apabila ibu inertia uteri (kegagalan dalam dilatasi cervix)

9 29.0 22 71.0 31 100 E. Pelayanan KB

18 Apakah ibu melakukan konseling KB untuk

PUS 15 48.5 16 51.5 31 100

19 Apakah ibu memberikan penjelasan tentang

jenis-jenis KB dan efek sampingnya 15 48.5 16 51.5 31 100 20 Apakah ibu memberikan kesempatan kepada

calon akseptor untuk memilih KB yang diinginkannya

17 54.8 14 45.2 31 100 21 Apakah ibu memberikan pelayanan KB sesuai

jenis kontrasepsi yang diinginkan akseptor KB

(51)

Berdasarkan Tabel 4.5 mayoritas responden banyak menjawab ya yaitu pada pertanyaan menanyakan pada ibu hamil mengenai riwayat kehamilan, mengukur berat badan ibu hamil, melakukan pemeriksaan Lila, ibu melakukan pemeriksaan tekanan darah, ibu melakukan pemeriksaan palpasi abdominal,ibu menyuruh ibu bersalin untuk menarik nafas dalam-dalam dan menahan nafas dengan menutup mulut, kepala diangkat dan mengedan dengan kekuatan otot diafragma dan perut, menyokong kepala bayi sesudah kepala bayi melintasi mulut vagina, ibu membersihkan lendir dan sebagainya dari hidung dan mulut bayi, ibu tetap membantu bayi sampai tali pusat cukup panjang keluar hingga bayi dapat diletakkan di atas perut ibu bersalin, ibu memberikan Ergometrine pada kala ketiga, melakukan palpasi abdomen , ibu menilai tanda infeksi, ibu memberi tahu ibu nifas untuk menjaga kebersihan perineum dengan mencucinya dengan sabun dan air masak yang bersih, ibu merujuk ibu hamil apabila partus lama (kala pertama atau persalinan aktif berlansung lebih dari 12 jam), memberikan cairan glukosa 5% secara IV sebanyak 30 tetes tiap menit apabila ibu inertia uteri (kegagalan dalam dilatasi cervix), melakukan konseling KB untuk PUS, memberikan penjelasan tentang jenis-jenis KB dan efek sampingnya.

(52)

Kemampuan petugas KIA dalam pelayanan kesehatan ibu dikategorikan berdasarakan kemampuan baik dan kemampuan tidak baik untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kemampuan Petugas KIA di Puskesmas Kota Medan

Kemampuan Jumlah Persentase

Baik 18 58,1

Kurang 13 41,9

Jumlah 31 100.0

Dari Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa kemampuan petugas KIA di kota Medan kemampuan baik 18 petugas (58,1%) dan kemampuan kurang baik 13petugas (41,9%).

4.2.2. Psikologi

Pada penelitian ini psikologi pada responden yang dilihat distribusinya yaitu sikap.

a. Sikap

(53)

Tabel 4.7 Distribusi Sikap Responden Petugas KIA di Puskesmas Kota Medan

No Pertanyaan S RR TS Jumlah

n % n % n % n %

1

Buku KIA pasien di gunakan untuk mencatat semua hasil pemeriksaan 4 Setiap ibu hamil dianjurkan

melakukan pemeriksaan hb 10 32.3 8 25.8 13 41.9 31 100 5 Tanda anemia perlu dikenal pada ibu

hamil 13 41.9 7 22.6 11 35.5 31 100

6 Tablet Fe perlu diberikan pada ibu

hamil 13 41.9 9 29.0 9 29.0 31 100

7 Tanda hipertensi perlu dikenal pada

ibu hamil 10 32.3 7 22.6 14 45.2 31 100

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sikap petugas KIA dalam melakukan pelayanan kesehatan ibu yang paling dominan adalah tidak setuju dan ragu-ragu yaitu tidak setuju bahwa buku KIA pasien di gunakan untuk mencatat semua hasil pemeriksaan ibu hamil, peralatan pemeriksaan kehamilan yang standar dipergunakan dengan benar, tidak setuju setiap ibu hamil dilakukan pemeriksaan protein urine sesuai indikasi, tidak setuju setiap ibu hamil dilakukan pemeriksaan Hb, tidak setuju tanda anemia perlu dikenal pada ibu hamil, tidak setuju tablet Fe perlu diberikan pada ibu hamil, tidak setuju tanda hipertensi perlu dikenal pada kehamilan.

(54)

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Petugas KIA di Puskesmas di Kota Medan

Sikap Jumlah Persentase

Positif 12 38.7

Negatif 19 61.3

Jumlah 31 100

Dari Tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa sikap petugas KIA dalam pelayanan kesehatan ibu di Puskemas kota Medan adalah sikap positif 12petugas (38,7%) dan sikap negatif 19 petugas (61,3%).

4.2.3. Beban Kerja

Distribusi beban kerja pada responden dapat dilihat pada Tabel 4.9 di bawah ini.

1 Perbandingan jumlah petugas dengan jumlah

kunjungan pasien masih sesuai. 24 77.4 7 22.6 31 100 2 Pekerjaan puskesmas diluar tugas pokok masih sesuai 12 38.7 19 61.3 31 100

3 Perbandingan jumlah petugas dengan tugas-tugas di

luar gedung puskesmas masih sesuai 18 58.1 13 41.9 31 100

4 Tugas pokok saya di puskesmas tidak ada

hubungannya dengan KIA 11 35.5 20 64.5 31 100 B. Beban kerja kualitatif

5 Saya jenuh menunggu proses persalinan karena

menyita waktu yang lama 10 32.3 21 67.7 31 100

(55)

Beban kerja petugas KIA dalam melaksanakan program di puskesmas dikategorikan berdasarakan beban kerja rendah (beban kerja baik) dan beban kerja tinggi (beban kerja tidak sesuai) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.10 di bawah ini

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Beban kerja Petuga KIA Puskesmas di Kota Medan

Beban Kerja Jumlah Persentase (45,2%) dan beban kerja tinggi(beban kerja tidak sesuai) 17petugas (54,8%).

4.2.4. Kinerja

Distribusi kinerja responden dapat dilihat pada Tabel 4.11 di bawah ini. Tabel 4.11 Distribusi Kinerja Petugas KIA di Puskesmas Kota Medan

No Kinerja Tidak 2 Apakah ibu mengukur berat badan

ibu hamil 0 0 8 25.8 23 74.2 31 100

3

Apakah ibu melakukan pemeriksaan Lila (lingkar lengan atas)

13 41.9 3 9.7 15 48.4 31 100 4 Apakah ibu melakukan

(56)

pemeriksaan palpasi abdominal (leopold I-IV)

B. Pertolongan Persalinan

6

Apakah ibu menyuruh ibu bersalin untuk menarik nafas dalam-dalam dan menahan nafas dengan menutup mulut, kepala diangkat dan mengedan dengan kekuatan otot diafragma dan perut

6 19.4 8 25.8 17 54.8 31 100

7

Apakah ibu menyokong kepala bayi sesudah kepala bayi melintasi mulut vagina

8 25.8 7 22.6 16 51.6 31 100

8

Apakah ibu membersihkan lendir dan sebagainya dari hidung dan C. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

11

Apakah ibu memperhatikan adanya perdarahan vagina dan kekenyalan Rahim

8 25.8 13 41.9 10 32.3 31 100

12

Apakah ibu melakukan palpasi abdomen (memastikan involusi uterus berjalan baik)

13 41.9 12 38.7 6 19.4 31 100 13 Apakah ibu menilai tanda infeksi 13 41.9 13 41.9 5 16.2 31 100

14

Apakah ibu memberi tahu ibu nifas untuk menjaga kebersihan perineum dengan mencucinya dengan sabun dan air masak yang bersih

9 29.0 12 38.7 10 32.3 31 100

15 Apakah ibu mengajari ibu nifas

cara perawatan payudara 20 64,5 6 19.4 5 16.1 31 100 D. Deteksi Dini Faktor Risiko dan Komplikasi Kebidanan

16

Apakah ibu merujuk ibu hamil apabila partus lama (kala pertama atau persalinan aktif berlansung lebih dari 12 jam)

10 32.3 11 35.5 10 32.3 31 100

17

Apakah ibu memberikan cairan glukosa 5% secara IV sebanyak 30 tetes tiap menit apabila ibu inertia uteri (kegagalan dalam dilatasi cervix)

7 22.6 15 48.4 9 29.0 31 100

E. Pelayanan KB

18 Apakah ibu melakukan konseling

(57)

19

Apakah ibu memberikan penjelasan tentang jenis-jenis KB dan efek sampingnya

13 41.9 9 29.0 9 29.0 31 100

20

Apakah ibu memberikan kesempatan kepada calon akseptor untuk memilih KB yang diinginkannya

12 38.7 10 32.3 9 29.0 31 100

21

Apakah ibu memberikan pelayanan KB sesuai jenis kontrasepsi yang diinginkan akseptor KB

12 38.7 10 32.3 9 29.0 31 100

Dari Tabel 4.11 diatas mayoritas responden banyak menjawab tidak dan kadang-kadang yaitu pada pertanyaan melakukan pemeriksaan Lila, membersihkan lendir dan sebagainya dari hidung dan mulut bayi, memperhatikan adanya perdarahan vagina dan kekenyalan Rahim, mengajari ibu nifas cara perawatan payudara, ibu tetap membantu bayi sampai tali pusat cukup panjang keluar hingga bayi dapat diletakkan di atas perut ibu bersalin, melakukan palpasi abdomen, ibu menilai tanda infeksi, ibu memberi tahu ibu nifas untuk menjaga kebersihan perineum dengan mencucinya dengan sabun dan air masak yang bersih, ibu merujuk ibu hamil apabila partus lama (kala pertama atau persalinan aktif berlansung lebih dari 12 jam), memberikan cairan glukosa 5% secara IV sebanyak 30 tetes tiap menit apabila ibu inertia uteri (kegagalan dalam dilatasi cervix), melakukan konseling KB untuk PUS, memberikan penjelasan tentang jenis-jenis KB dan efek sampingnya, memberikan kesempatan kepada calon akseptor untuk memilih KB yang diinginkannya, memberikan pelayanan KB sesuai jenis kontrasepsi yang diinginkan akseptor KB.

(58)

pemeriksaan tekanan darah, melakukan pemeriksaan palpasi abdominal (leopold i-iv), menyuruh ibu bersalin untuk menarik nafas dalam-dalam dan menahan nafas dengan menutup mulut kepala diangkat dan mengedan dengan kekuatan otot diafragma dan perut, menyokong kepala bayi sesudah kepala bayi melintasi mulut vagina, memberikan Ergometrine pada kala ketiga.

Kinerja petugas KIA dalam melakukan pelayanan kesehatan ibu dikategorikan berdasarakan kinerja baik dan kinerja kurang baik untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini

Tabel 4.12 Distribusi Petugas KIA Puskesmas Berdasarkan Kategori Kinerja di Kota Medan

Kinerja Jumlah Persentase

Baik 13 42

Kurang 18 58

Jumlah 31 100

Dari tabel 4.12 diatas dapat dilihat bahwa kinerja petugas KIA dalam melaksanakan pelayanan kesehatan ibu adalah kinerja baik 13 petugas (42%) dan kinerja kurang 18petugas (58%).

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan karakteristik individu (umur, masa kerja dan kemampuan), psikologi (sikap) dan beban kerja terhadap kinerja petugas KIA dalam pelayanan kesehatan ibu di puskesmas Kota Medan.

(59)

Hasil analisis hubungan antara umur dengan kinerja petugas KIA dalam

pelayanan kesehatan ibu diperoleh bahwa dari 18 responden yang berumur ≤ 40

tahun terdapat 4 petugas (22.2%) berkinerja baik dan 14 petugas (77.8%) berkinerja kurang. Dari 13 responden yang berumur > 40 tahun terdapat 9 petugas (69.2%%) berkinerja baik dan 4 petugas (30.8%) berkinerja kurang. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa diperoleh nilai p=0,009 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan proporsi umur dengan kinerja petugas KIA dalam pelayanan kesehatan ibu.

b. Masa Kerja

Hasil analisis hubungan antara masa kerja dengan kinerja petugas KIA dalam pelayanan kesehatan ibu diperoleh bahwa dari 18 responden yang masa kerjanya ≤ 10 tahun terdapat 4 petugas (22.2%) berkinerja baik dan 14 petugas (77.8%) berkinerja kurang. Dari 13 responden yang masa kerjanya>10 tahun terdapat 9 petugas (69.2%%) berkinerja baik dan 4 petugas (30.8%) berkinerja kurang. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa diperoleh nilai p=0,009 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan proporsi masa kerja dengan kinerja petugas KIA dalam pelayanan kesehatan ibu.

c. Kemampuan

(60)

uji statistik chi square menunjukkan bahwa diperoleh nilai p=0,0011< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan proporsi kemampuan dengan kinerja petugas KIA dalam pelayanan kesehatan ibu.

4.3.2. Hubungan Psikologis Terhadap Kinerja Petugas KIA a. Sikap

Hasil analisis hubungan antara sikap dengan kinerja petugas KIA dalam pelayanan kesehatan ibu diperoleh bahwa dari 12 responden yang bersikap positif terdapat 11 petugas (91.7%) berkinerja baik dan 1 petugas (8.3%) berkinerja kurang. Dari 19 responden yang bersikap negatif terdapat 2 petugas (10.5%) berkinerja baik dan 17petugas (89.5%) berkinerja kurang. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa diperoleh nilai p=0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan proporsi sikap dengan kinerja petugas KIA dalam pelayanan kesehatan ibu.

4.3.3. Hubungan Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA

(61)

Analisis bivariat determinan kinerja petugas KIA di puskesmas Kota Medan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini.

Tabel 4.13 Hubungan Karakteristik Individu, Psikologi, dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas KIA di Puskesmas Kota Medan

No Variabel

Dalam analisis bivariat diketahuiseluruhnya variabel independen karakteristik individu (umur, lama kerja dan kemampuan), psikologi (sikap) dan beban kerja berhubungan terhadap kinerja petugas KIA dalam pelayanan kesehatan ibu di puskesmas Kota Medan.

(62)

variabel yang memiliki nilai p < 0,05 pada analisa bivariat akan dimasukkan ke dalam uji regresi linear berganda seperti pada Tabel 4.14di bawah ini

Tabel 4.14 Determinan Kinerja Petugas KIA diPuskesmas Kota Medan

Variabel Independen Nilai B Sig.

Umur -.296 .259

Lama kerja .125 .577

Kemampuan .445 .124

Sikap 1.623 .001

Beban Keja 1.578 .083

Constant 3.535 .690

(63)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Determinan Kinerja Petugas KIA di Puskesmas Kota Medan, Dilihat dari Dimensi Umur, Lama Kerja dan Kemampuan

5.1.1 Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas KIA

Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kinerja seseorang. Dari hasil analisis bivariat menyatakan bahwa ada hubungan antara umur terhadap kinerja, namun dari analisis multivariat hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara umur terhadap kinerja petugas KIA dalam melaksanakan pelayanan kesehatan ibu di Puskesmas Kota Medan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Domen (2013) bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna antara umur dengan kinerja bidan desa dalam memberikan pelayanan kebidanan di Kota Pematang Siantar.

Dari 13 orang petugas KIA yang berumur > 40 tahun sebahagian besar

(69,2%) mempunyai kinerja baik dan dari 18 orang petugas KIA yang berumur ≤

40 tahun sebahagian besar (77,8%) mempunyai kinerja kurang baik.

(64)

kepuasan kerja cenderung lebih kecil, karena berbagai pengharapan yang lebih tinggi, kurang penyesuaian dan penyebab-penyebab lainnya serta pengalaman yang relatif lebih rendah.

Namun menurut peneliti, bila dilihat secara tidak langsung, usia mempunyai hubungan signifikan terhadap kinerja. Ada dua faktor yang memengaruhi hubungan antara usia dan kinerja, yakni preferensi (penentuan prioritas) dan keyakinan (belief). Jika perbedaan usia menjadikan berbeda dalam penentuan prioritas terhadap yang dilakukan dan perbedaan dalam keyakinan, lebih lanjut akan menjadikan kinerja berbeda. Umur juga bias dikaitkan dengan pengalaman. Semakin dewasa usia seseorang maka pengalamannya akan lebih banyak sehingga kinerjanya bias lebih baik.

5.1.2 Pengaruh Lama Kerja terhadap Kinerja Petugas KIA

Lama kerja merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kinerja sesorang. Dari hasil analisis bivariat menyatakan bahwa ada hubungan antara masa kerja terhadap kinerja, namun dari analisis multivariat hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara masa kerja terhadap kinerja petugas KIA dalam melaksanakan pelayanan kesehatan ibu di Puskesmas Kota Medan.

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk di Kota Medan Menurut Kecamatan
Tabel 4.2 Distribusi Sarana Kesehatan di Kota Medan
Tabel 4.3 Distribusi Tenaga Kesehatan Puskesmas Kota Medan
Tabel 4.5 Distribusi   Responden    Berdasarkan     Kemampuan    Petugas
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan ini digunakan karena mempunyai beberapa kelebihan yang akan mempermudah siswa dalam belajar dan menyelesaikan soal matematika. Beberapa kelebihan

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di setiap Badan Publik wajib melakukan pengujian tentang konsekuensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dengan seksama dan penuh

penelitian semua orang yang terkena penyakit demam berdarah dengue.. yang tinggal diwilayah kabupaten

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat – Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis dan Perancangan Aplikasi Pemesanan Iklan

Kartowisastro, Ph.D, selaku ketua jurusan sistem komputer dan dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ide dan saran serta mengorbankan waktu dan tenaganya untuk

Starting from the left, we have a Consumer bundle (represented using a component icon); it is utilizing Blueprint Container to import services from OSGi Service Registry

Dinas Tenaga Kerja berganti nama menjadi Dinas Ketenagakerjaan, Bidang Perencanaan, Perluasan &amp; Penempatan Tenaga Kerja berganti nama menjadi Bidang Penempatan Tenaga Kerja

[r]