• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Berbagai Tingkat Mikoriza Arbuskula pada Tanah Ultisol terhadap Produktivitas Leguminosa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemberian Berbagai Tingkat Mikoriza Arbuskula pada Tanah Ultisol terhadap Produktivitas Leguminosa"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI TINGKAT MIKORIZA

ARBUSKULA PADA TANAH ULTISOL TERHADAP

PRODUKTIVITAS TANAMAN LEGUMINOSA

SKRIPSI

Oleh:

ANDRIAN MUSTAPA 080306039

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI TINGKAT MIKORIZA

ARBUSKULA PADA TANAH ULTISOL TERHADAP

PRODUKTIVITAS TANAMAN LEGUMINOSA

SKRIPSI

Oleh:

ANDRIAN MUSTAPA 080306039

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul : Pengaruh Pemberian Berbagai Tingkat Mikoriza Arbuskula pada Tanah Ultisol terhadap Produktivitas Tanaman Leguminosa

Nama : Andrian Mustapa

NIM : 080306039

Program studi : Peternakan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Dr.Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si Ir.Iskandar Sembiring, MM Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

ANDRIAN MUSTAPA: Pengaruh Pemberian Berbagai Tingkat Mikoriza Arbuskula Pada Tanah Ultisol Terhadap Produktivitas Tanaman Leguminosa. Penelitian ini dibawah bimbingan NEVY DIANA HANAFI dan ISKANDAR SEMBIRING.

Tanah ultisol yang diberikan fungi Mikoriza Arbuskula meningkatkan kandungan hara pada tanah sehingga meningkatkan produktivitas leguminosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai tingkat fungi mikoriza arbuskula pada tanah ultisol terhadap produktivitas leguminosa (Arachisglabrata,

Centrosemapubescens dan Pueraria javanica) yang diukur dengan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomasa akar.

Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan November 2012 – Januari 2012. Penelitian ini menggunakan 3 jenis legum yaitu L1 (Arachis glabrata); L2 (Centrosema pubescens) dan L3 (Pueraria javanica). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL) Faktorial, dengan empat perlakuan. Perlakuan terdiri atas T0 (0 gram FMA (kontrol)); T1 (5 gram FMA/polybag); T2 (10 gram FMA/polybag) dan T3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai tingkat mikoriza Arbuskula pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap peningkatan produksi bahan segar, produksi berat kering dan biomassa akar leguminosa Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica.

(15 gram FMA/polybag).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pemberian Mikoriza Arbuskula dalam media tanam tanah ultisol dapat meningkatkan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomassa akar tanaman leguminosa (Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica).

(5)

ABSTRACT

ANDRIAN MUSTAPA: The Effect Of Different Levels Of Arbuscular Mycorrhizal On Soil Ultisol Of Productivity Legume Crop. Under supervised by NEVY DIANA HANAFIand

Soil ultisol given arbuscular mycorrhizal fungi increased the nutrient content of the soil thereby increased the productivity of legume. The objective of this research to determine the response of various levels of arbuscular mycorrhizal fungi in the soil ultisol on productivity of legume (Arachis glabrata, Centrosema pubescens and Pueraria javanica) as measured by the production of fresh, dry matter production and root biomass.

ISKANDAR SEMBIRING.

The research conducted at field trial Animal Husbandry Department, Faculty of Agriculture, North Sumatera University at November 2012 until January 2012. The research used three types of legumesL1 (Arachisglabrata); L2 (Centrosema pubescens) dan L3 (Pueraria javanica). The design of this experiment used Completely Randomized Design with 4 treatments. The treatments consist of T0 (0

gram FMA (kontrol)); T1 (5 gram FMA/polybag); T2 (10 gram FMA/polybag)

dan T3

The result of this research showed that granting different levels of arbuscular mycorrhizal on soil ultisol increased the production of fresh (P<0,01),increases dry matter production (P<0,01) and increased root biomass (P<0,05)..

(15 gram FMA/polybag).

The conclution of this research isprovision of arbuscular mycorrhizal in the planting medium soil ultisol can increased the production of fresh, dry matter production and root biomass of legume crop (Arachis glabrata, Centrosema pubescens and Puerariajavanica).

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Oktober 1990 di Dolok Masihul. Anak dari Bapak Muis dan Ibu Nanik Ruswiyanti. Penulis merupakan dari anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2008 lulus dari SMA Negeri 1 Dolok Masihul dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melaluijalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota dari Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET) dan sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Berbagai Tingkat Mikoriza Arbuskula pada Tanah Ultisol terhadap Produktivitas Leguminosa”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Kepada Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini serta semua pihak yang ikut membantu.

(8)

DAFTAR ISI

Hal .

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Tanaman ... 4

Fungsi Leguminosa ... 5

Tanah Ultisol ... 6

Fungi Mikoriza Arbuskula ... 7

Hubungan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Tanaman... 9

Arachis glabrata ... 11

Centrosema pubescens ... 12

Peuraria javanica ... 13

(9)

Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat Penelitian... ... 15

Bahan ... 15

Alat ... 15

Metode Penelitian ... 16

Parameter Penelitian... ... 16

Teknik Pelaksanaan ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bahan Segar ... 19

Produksi Bahan Kering... ... 22

Biomasa Akar ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28

Saran... ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(10)

ABSTRAK

ANDRIAN MUSTAPA: Pengaruh Pemberian Berbagai Tingkat Mikoriza Arbuskula Pada Tanah Ultisol Terhadap Produktivitas Tanaman Leguminosa. Penelitian ini dibawah bimbingan NEVY DIANA HANAFI dan ISKANDAR SEMBIRING.

Tanah ultisol yang diberikan fungi Mikoriza Arbuskula meningkatkan kandungan hara pada tanah sehingga meningkatkan produktivitas leguminosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai tingkat fungi mikoriza arbuskula pada tanah ultisol terhadap produktivitas leguminosa (Arachisglabrata,

Centrosemapubescens dan Pueraria javanica) yang diukur dengan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomasa akar.

Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan November 2012 – Januari 2012. Penelitian ini menggunakan 3 jenis legum yaitu L1 (Arachis glabrata); L2 (Centrosema pubescens) dan L3 (Pueraria javanica). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL) Faktorial, dengan empat perlakuan. Perlakuan terdiri atas T0 (0 gram FMA (kontrol)); T1 (5 gram FMA/polybag); T2 (10 gram FMA/polybag) dan T3 (15 gram FMA/polybag).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai tingkat mikoriza Arbuskula pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap peningkatan produksi bahan segar, produksi berat kering dan biomassa akar leguminosa Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pemberian Mikoriza Arbuskula dalam media tanam tanah ultisol dapat meningkatkan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomassa akar tanaman leguminosa (Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica).

(11)

ABSTRACT

ANDRIAN MUSTAPA: The Effect Of Different Levels Of Arbuscular Mycorrhizal On Soil Ultisol Of Productivity Legume Crop. Under supervised by NEVY DIANA HANAFIand ISKANDAR SEMBIRING.

Soil ultisol given arbuscular mycorrhizal fungi increased the nutrient content of the soil thereby increased the productivity of legume. The objective of this research to determine the response of various levels of arbuscular mycorrhizal fungi in the soil ultisol on productivity of legume (Arachis glabrata, Centrosema pubescens and Pueraria javanica) as measured by the production of fresh, dry matter production and root biomass.

The research conducted at field trial Animal Husbandry Department, Faculty of Agriculture, North Sumatera University at November 2012 until January 2012. The research used three types of legumesL1 (Arachisglabrata); L2 (Centrosema pubescens) dan L3 (Pueraria javanica). The design of this experiment used Completely Randomized Design with 4 treatments. The treatments consist of T0 (0

gram FMA (kontrol)); T1 (5 gram FMA/polybag); T2 (10 gram FMA/polybag) dan

T3 (15 gram FMA/polybag).

The result of this research showed that granting different levels of arbuscular mycorrhizal on soil ultisol increased the production of fresh (P<0,01),increases dry matter production (P<0,01) and increased root biomass (P<0,05)..

The conclution of this research isprovision of arbuscular mycorrhizal in the planting medium soil ultisol can increased the production of fresh, dry matter production and root biomass of legume crop (Arachis glabrata, Centrosema pubescens and Puerariajavanica).

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Meningkatnya jumlah penduduk khususnya di Indonesia, menyebabkan peningkatan permintaan terhadap hasil ternak. Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan produktivitas perlu dilakukan pemenuhan kebutuhan manusia akan protein hewani seperti daging, telur dan susu. Peternakan ruminansia seperti sapi, kambing, domba dan kerbau membutuhkan hijauan sebagai makanan tenak, baik berupa rumput-rumputan maupun leguminosa.

Upaya peningkatan volume produksi peternakan memerlukan perbaikan proses produksi dan kualitas bahan pakan. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan ternak ruminansia adalah pakan. Pakan utama ternak ruminansia terdiri dari rumput dan leguminosa. Leguminosa adalah jenis tumbuhan yang termasuk keluarga polong-polongan atau kacang-kacangan.

(13)

karena ketersediaan air dalam tanaman dan tanah mempengaruhi penyerapan unsur hara dan laju fotosintesis (Fuskhah, 2009).

Di Indonesia ada banyak jenis leguminosa yang tersedia di alam maupun yang sudah dibudidayakan oleh peternak. Beberapa diantaranya yaitu jenis Arachis,

Centrosema pubescens, Pueraria javanica, Gamal ( Gliricidia sepium),

calopogonium mucunoides dan Stylo (Stylosanthes glyanensis). Jika ketersediaan leguminosa banyak, maka kebutuhan pakan ternak akan hijauan pun dapat terpenuhi (Erythrina et al., 2008).

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kandungan hara pada tanah serta untuk meningkatkan produktivitas leguminosa adalah dengan menggunakan fungi mikoriza arbuskula. Mikoriza adalah jenis bahan organik yang meningkatkan simbiosis antara fungi tanah dengan akar tanaman yang memiliki banyak manfaat di bidang pertanian, diantaranya adalah membantu meningkatkan unsur hara terutama posfor tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit (Auge, 2001).

Meskipun hijauan makanan ternak (HMT) banyak tersedia di alam, namun ketersediannya pun cenderung semakin berkurang. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, ketersediaan hijauan khususnya leguminosa dapat lebih ditingkatkan terutama pada tanah ultisol.

Tujuan Penelitian

(14)

pubescens dan Pueraria javanica)yang diukur dengan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomasa akar.

Kegunaan Penelitian

Untuk mengetahui perbandingan pemberian fungi mikoriza arbuskula yang efektif terhadap produktivitas leguminosa (Arachis glabrata, Centrosema pubescens

dan Pueraria javanica) serta sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Hipotesis Penelitian

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup, berupa perubahan ukuran yang bersifat ireversibel. Ireversibel artinya tidak berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk yang terjadi saat proses pertumbuhan berlangsung pada makhluk hidup. Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik, nutrisi, hormon dan lingkungan (Semangun, 1996).

Pertumbuhan pada tumbuhan dibedakan menjadi pertumbuhan primer dan sekunder. Pertumbuhan primer merupakan pertumbuhan yang disebabkan oleh kegiatan titik tumbuh primer, yaitu di ujung akar atau ujung batang. Titik tumbuh primer sudah berlangsung sejak tumbuhan masih embrio. Daerah terjadinya pertumbuhan ini merupakan daerah meristem apikal yang merupakan jaringan muda yang terbentuk oleh sel-sel initial yang berada pada ujung-ujung dari alat-alat tumbuhan dimana dengan adanya meristem ini, tumbuhan dapat bertambah tinggi dan panjang. Pertumbuhan ini menyebabkan akar dan batang bertambah panjang. Pertumbuhan sekunder merupakan pertumbuhan yang disebabkan jaringan kambium. Jaringan kambium hanya terdapat pada dikotil dan tumbuhan Gymnospermae. Jadi pertumbuhan sekunder hanya terjadi pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae. Pertumbuhan ini mengakibatkan batang bertambah besar (Triharso, 1994).

(16)

Pengaruh ketersediaan air terhadap tanaman pertumbuhan sangat besar. Ketersediaan air dalam tanah mempengaruhi transportasi unsur hara tanah oleh akar tanaman. Jika ketersediaan air dalam tanah menurun maka akan terjadi cekaman kekeringan (Wulandari, 2011).

Fungsi Leguminosa

Leguminosa merupakan tanaman yang mempunyai kemampuan untuk menghasilkan bahan organik tinggi dan dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah. Mengikat nitrogen dari udara oleh leguminosa dapat membantu meningkatkan ketersediaan hara terutama nitrogen bagi tanaman disampingnya. Leguminosa dapat ditanam sebagai tanaman penutup lahan yang mempunyai fungsi untuk konservasi tanah air. Pencampuran leguminosa dan tanaman pangan mempunyai potensi untuk menghasilkan bahan kering yang lebih tinggi. Selain itu, pertanaman campuran dengan tanaman dapat menekan gulma dan meningkatkan kesuburan tanah (Mansyur

et al., 2005).

(17)

bisa berkisar antara 20 % sampai 60 %. Perbedaan ini sebagai akibat berbagai faktor, seperti tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, penurunan kerugian yang disebabkan oleh gulma, serangga dan penyakit serta pemanfaatan yang lebih efisien terhadap sumber daya air, sinar matahari dan unsur hara yang ada (Francis, 1986).

Tanaman leguminosa berguna bagi usahatani karena dengan kandungan proteinnya yang tinggi dapat memperbaiki kesuburan tanah maupun produksi ternak. Sebagian besar protein leguminosa terdapat dalam daunnya. Bila leguminosa dimakan ternak, sebagian proteinnya dirubah menjadi daging, susu, atau tenaga. Walaupun demikian, banyak yang lolos dan dikembalikan ke tanah melalui air kencing dan kotorannya. Jika leguminosa tidak dipotong atau digembalai (seperti pada tanaman penutup tanah), nitrogen dalam daunnya akan dikembalikan ke tanah, bila daunnya gugur dan membusuk. Sejumlah kecil N juga dikembalikan ke tanah melalui dekomposisi akar dan bintil-bintilnya

(Ibrahim, 2005).

Tanah Ultisol

Tanah ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada pada tanah ultisol sehingga dapat menjadi yang siap dimanfaatkan untuk budidaya tanaman apabila iklimnya mendukung. Tanah ultisol memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5 (Walhi, 2008).

(18)

umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa cm dari batuan yang utuh (belum melapuk). Tanah-tanah ini kurang lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa dari air Tanah-tanah pH meningkat dan di bagian lebih bawah solum (Noli et al., 1999).

Upaya meningkatkan produktivitas ultisol, dapat dilakukan melalui pemberian kapur, pemupukan, penambahan bahan organik, penanaman tanah adaptif, penerapan tekhnik budidaya tanaman lorong (atau tumpang sari), terasering, drainase dan pengolahan tanah yang seminim mungkin. Pengapuran yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sifat fisik tanah, sifat kimia dan kegiatan jasad renik tanah. Pengapuran pada ultisol di daerah beriklim humid basah seperti di Indonesia tidak perlu mencapai pH tanah 6,5 (netral), tetapi sampai pada pH 5,5 sudah dianggap baik sebab yang terpenting adalah bagaimana meniadakan pengaruh racun dari aluminium dan penyediaan hara kalsium bagi pertumbuhan tanaman (Hakim et al., 1986).

Tanaman yang mampu tumbuh pada tempat dengan kondisi tanah yang tidak menguntungkan (ultisol) yaitu jenis tanaman yang akarnya bersimbiosis dengan jamur mikoriza, karena mikoriza mampu membantu tanaman dalam mengambil unsur hara (Noli et al., 1999).

Salah satu lahan yang sudah diidentifikasi sebagai tanah ultisol adalah area lahan di Desa Kuala Bekala Kel. Simalingkar B Kec. Pancur Batu Deli Serdang. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu mengenai pertumbuhan tanaman kedelai dengan perbandingan penggunaan pupuk organik dan anorganik (Purba, 2009).

(19)

Mikoriza adalah fungi yang mampu meningkatkan simbiosis antara fungi tanah dengan akar tanaman yang memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah membantu meningkatkan status hara tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, penyakit dan kondisi tidak menguntungkan lainnya. Terdapat dua macam mikoriza, yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Pada ektomikoriza, jamurnya menyelubungi masing-masing cabang akar dalam selubung atau mantel hifa. Hifa-hifa itu hanya menembus antarsel korteks akar. Pada endomikoriza, jamurnya tidak membentuk suatu selubung luar tetapi hidup di dalam sel-sel akar (intraseluler) dan membentuk hubungan langsung antar sel akar dan tanah sekitarnya (Rao, 1994).

Musfal (2010) menyatakan bahwa manfaat FMA dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: untuk tanaman, ekosistem dan bagi manusia. Bagi tanaman, FMA sangat berguna untuk meningkatkan serapan hara, khususnya unsur fosfat (P). Hal ini terjadi karena jaringan hifa eksternal FMA mampu memperluas bidang serapan. FMA menghasilkan enzim fosfatase yang dapat melepaskan unsur P yang terikat unsur Al dan Fe pada lahan masam, serta Ca pada lahan berkapur sehingga hara tersedia bagi tanaman. FMA juga berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu membuat tanah menjadi gembur

(20)

berhubungan dengan miselium bagian luar yang menyebar bercabang-cabang di dalam tanah.

Menurut Setiadi (1989), mikoriza memberikan manfaat bagi tanaman diantaranya adalah: 1) meningkatkan serapan unsur hara, 2) meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, 3) kerusakan jaringan korteks akibat kekeringan pada perakaran bermikoriza tidak bersifat permanen, 4) memperluas penyebaran hifa dalam tanah sehingga dapat mengambil air relatif lebih banyak, serta 5) memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh seperti auxin, sitokinin, giberelin dan vitamin bagi inangnya.

Wicaksono dan Ricky (2010), dalam penelitiannya dengan level mikoriza 0g, 5g dan 10 g menyatakan bahwa penggunaan mikoriza level 10g memberikan hasil terbaik pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.), yang ditandai dengan tingkat kandungan protein tertinggi dan karbohidrat 22,48%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan cendawan mikoriza terhadap daya serap nutrient tanah dengan menggunakan indikator jumlah daun, tinggi tanaman, berat umbi, jumlah umbi yang terinfeksi akar serta pengaruh terhadap kandungan protein, karbohidrat, lemak dan serat.

Hubungan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Tanaman

(21)

lahan-lahan marginal yang kurang subur (Delvian, 2006).Secara alami terdapat asosiasi mikoriza antara fungi dan tanaman dalam bentuk simbiosis mutualisme. Manfaat fungsional yang diperoleh FMA dapat dilihat dari adanya pembentukan struktur arbuskula dan vesikula di dalam sel-sel akar serta produksi spora yang tinggi. Perkembangan FMA dan produksi spora membutuhkan energy yang diperoleh melalui penyerapan karbon organik dari tanaman inang (Smith dan Read, 1997). Sementara itu, tanaman inang dapat memanfaatkan fungsi simbiosis berupa hara mineral dan air yang penyerapannya dabantu oleh FMA sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat.

Adanya simbiosis dengan FMA telah banyak diketahui mampu memperbaiki hara tanaman inang melalui penyerapan hara dan air yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Inokulasi FMA pada cabai dapat meningkatkan serapan P (Haryantini dan Santoso, 2001) dan meningkatkan adaptasi terhadap kekeringan. Fungi mikoriza arbuskula yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa eksternal yang dapat tumbuh secara ekspansif dan menembus lapisan subsoil sehingga kapasitas akar dalam penyerapan hara dan air menigkat. Sutedjo (2002), mengatakan bahwa fungsi P bagi tanaman adalah mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya.

(22)

pengaruh yang merusak yang disebabkan oleh stress kekeringan, c) mikoriza dapat beradaptasi dengan cepat pada tanah yang terkontaminasi, d) mikoriza dapat melindungi tanaman dari pathogen akar, e) mikoriza dapat memperbaiki produktivitas tanah dan tanah memantapkan struktur tanah (Rungkat, 2009).

Hijauan Makanan Ternak

Arachis glabrata

Ada beberapa spesies Arachis perenial yang dikenal saat ini di Indonesia, di

antaranya Arachis glabrata (syn. A. prostrata), A. pintoi, A. repens, dan A. hybrid.

Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan, tepatnya Brasil, Argentina dan Paraguay,

namun kini telah menyebar ke berbagai tempat di dunia, seperti Amerika Serikat,

Australia, India, dan Asia Tenggara. Di Indonesia, Arachis kini mulai banyak

ditanam, bukan saja sebagai tanaman pakan, tetapi juga sebagai tanaman penutup

tanah di perkebunan lada dan sebagai tanaman hias, walaupun penyebarannya masih

terbatas (Safuian dan Boer, 2000).

Pada umumnya Arachis (baik A. glabrata maupun A. pintoi) dikenal sebagai

tanaman pakan yang bermutu tinggi. Selain sebagai sumber protein kasar untuk sapi,

kambing, dan domba, Arachis juga baik untuk kelinci dan ayam. Sebagai hijauan

pakan, A. glabrata dapat ditanam sebagai pastura dengan penggembalaan berat,

terutama pada tanah yang kurang subur dan tanah masam. A. pintoi baik untuk

penggembalaan ringan karena kurang tahan renggutan. Bila ditanam sebagai penutup

tanah di perkebunan, Arachis dapat meningkatkan kesuburan tanah dan menghemat

pemberian pupuk nitrogen karena mampu mengikat N dari udara. Sebagai tanaman

(23)

berwarna kuning (yang mekar serentak pada pagi hari), pertanaman Arachis mampu

membentuk hamparan yang tebal dan padat sehingga menekan pertumbuhan gulma.

Tanaman ini juga kurang begitu memerlukan pemeliharaan (penyiangan). Sebagai

tanaman hias, Arachis biasanya ditanam di pinggir-pinggir jalan atau di halaman

rumah di sekitar pohon-pohon hias (Sirait, et all., 2008).

Hasil penelitian Balai Penelitian Ternak menunjukkan, bila ditanam di

Ciawi-Bogor, A. glabrata mampu menghasilkan 3,5-4,3 ton bahan kering/ha, sementara di

Sukabumi hanya 2,4-3,8 ton bahan kering/ha. Di Ciawi, hasil A. pintoi sekitar 3,2- 5,7

t/ha. Hasil ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan di Kolumbia dan Brasil tetapi

lebih tinggi daripada di Malaysia (1,7-5,3 t/ha/ tahun). A. hybrid hasilnya lebih tinggi,

mencapai 6,1 t/ha/tahun di Ciawi. Produksi dan kualitas berbagai hiajauan Arachis

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi dan Kualitas Berbagai Hijauan Arachis.

Spesies Hasil BK

(ton/ha/thn)

Kandungan PK (%) Lokasi Penanaman

A. Glabrata 4.5-16.0 12.0-20.0 Florida

5.0-12.0 16.0-21.2 Australia

3.5-4.30 7.8-15.90 Ciawi Bogor

2.3-3.80 10.5-11.0 Sukabumi

A. Pintoi 5.0-20.0 15.0-20.0 Kolumbia

3.2-5.70 15.0-19.0 Ciawi Bogor

1.7-5.30 - Malaysia

9.2-12.8 16.2-18.7 Brasil

A. Hybrid 6.1 13.4 Ciawi Bogor

Sumber: Balai Penelitia Ternak Ciawi, (2007).

Centrosema pubescens

(24)

Daun-daun Centro adalah trifoliate dan lebih runcing bila dibandingkan dengan daun pada legume Puero atau Calopo.Sifat tumbuh Centro adalah perennial, sangat agresif, batang-batangnya menjalar dan membentuk tanaman penutup tanah pada umur 4 – 6 bulan setelah penanaman biji.Centro berdaun lebat dan batangnya tidak berkayu meskipun tanaman telah berumur 18 bulan (Reksohadiprodjo, 1985).

Leguminosa ini tahan pada keadaan kering dan bila pertanaman telah berhasil terjadi, maka akan tahan hidup di bawah naungan. Bila Centrosema ditanam dengan jarak tanam yang jarang dan tidak dinaungi, maka produksi biji akan sangat banyak dan daun Centrosema pun akan sulit dipotong. Persentase biji Centrosema sangat keras, sehingga harus direndam dalam air panas (sekitar 300

Hasil bahan kering hijauan leguminosa (kg/ha) umur 7 minggu dapat dilihat pada Tabel 2.

C) sebelum ditanam.

Centosema pubescens adalah leguminosa yang mengalami fertilisasi sendiri. Cara reproduksi ini membatasi terjadinya variasi genetik (Nurbaiti dan Maryani, 2007).

Table 2. Hasil bahan kering pada beberapa Jenis Leguminosa. Jenis leguminosa

(25)

perakaran yang berbentuk tuber yang kuat dengan pokok akar yang disebut mahkota (crown). Nama lain Pueraria javanica adalah Puero atau kacang ruji. Puero

berbatang kuat dan berbulu, sedangkan varietas barunya mempunyai batang yang tidak berbulu (terdapat di Puerto Rico), mutant Puero ini lebih disukai ternak dibandingkan dengan Puero yang berbulu (Reksohadiprodjo, 1985).

Puero mempunyai stolon yang dapat mengeluarkan akar dari tiap ruas batangnya yang bersinggungan dengan tanah. Perakarannya dalam dan bercabangcabang, sehingga puero dapat berfungsi sebagai pencegah erosi, tahan musim kemarau yang tak terlalu panjang. Puero tahan pula terhadap tanah masam dan tanah kekurangan kapur dan fosfor, tahan pemukaan air yang tinggi, dapat hidup di tanah yang liat maupun berpasir (Reksohadiprodjo, 1985). Jenis legum ini tergolong tanaman pioner dan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menekan pertumbuhan gulma, dapat dijadikan tanaman penutup tanah dan dapat digunakan sebagai pupuk hijau yang baik (Maulidesta, 2005).

(26)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Januari 2012 di lahan percobaan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 jenis tanaman leguminosa yaitu: Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica sebagai objek penelitian. Tanaman leguminosa diperoleh dari Laboratorium Sei Putih, Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan tanah ultisol sebagai media tanam. Tanah ultisol diperoleh dari Desa Kuala Bekala, Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Cara pengambilannya yaitu dengan menggunakan alat berat berupa beko. Tanah ultisol terdapat pada kedalaman setelah 5 cm dari permukaan tanah. Polybag plastik ukuran 5 kg sebagai wadah menanam hijauan.

Alat

(27)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL) Faktorial, dengan empat perlakuan yaitu: perbedaan dosis mikoriza dan dilakukan pada 3 jenis leguminosa.

Pemberian dosis FMA yang berbeda dilakukan percobaan pada 3 jenis leguminosa, yaitu:

= 15 gram FMA/polybag (0.75 ton/ha)

L1 L

= Arachis glabrata

2 L

= Centrosema pubescens

3

Penelitian ini terdiri atas: 5 x 4 x 3 = 60 satuan percobaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dengan menggunakan polybag. Dalam 1 polybag digunakan 5 kg tanah.

= Pueraria javanica

Parameter yang Diamati

(28)

Teknik Pelaksanaan

Teknik pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: • Tahap persiapan.

Tanah ultisol diambil dari Desa Kuala Bekala Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Setelah tanah tersebut diperoleh, dikering udarakan selama 3 hari kemudian di ayak dengan ayakan 10 mesh. Kemudian diambil tanah sejumlah 5 kg untuk dimasukkan ke dalam polybag.

• Penanaman dan pemberian inokulan.

Inokulan mikoriza diberi sesuai dengan perlakuan sebanyak 0 gr, 5 gr, 10 gr dan 15 gr/polybag diletakan 5 cm di bawah permukaan tanah pada polybag.

Trimming (penyeragaman tinggi tanaman).

Trimming dilakuakan setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam dan dengan cara memotong bagian atas tanaman dengan tinggi 20 cm di atas permukaan tanah, dimaksudkan untuk menyeragamkan pertumbuhan, juga untuk mempengaruhi produski tanaman. Pertumbuhan setelah pemangkasan ini dianggap sebagai pengaruh dari perlakuan yang diberikan (Hanafi et al., 2005).

• Pemeliharaan.

(29)

terik. Jumlah air yang digunakan untuk penyiraman disesuaikan dengan kondisi tanah dan tanamannya. Pada musim hujan, sebaiknya frekuensi penyiraman dikurangi (tidak setiap hari) karena kondisi tanah sudah terlalu basah dengan air hujan. Sebaliknya, pada musim kemarau penyiraman harus dilakukan setiap hari agar kebutuhan air pada tanaman dapat terpenuhi. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut gulma yang tumbuh setiap hari.

• Pemanenan dan pengambilan sampel.

Pemanenan dilakukan dengan interval 35 hari. Panen dilakukan sebanyak tiga kali. Pengambilan sampel dilakukan pada saat periode 1 dan periode 2 (Hanafi et al., 2005).

• Hasil panen dari perlakuan dan ulangan dilanjutkan dengan pengambilan data produksi bahan segar, lalu dikeringkan untuk mendapatkan data produksi bahan kering.

• Setelah pengambilan data tersebut dipenuhi (data bahan segar dan bahan kering), selanjutnya secara sampling diambil akarnya untuk memperoleh data biomassa akar (bahan segar).

(30)

HASIL DAN PEBAHASAN

Produksi Bahan Segar

Rataan produksi bahan segar tanaman leguminosa pada pemotongan I sampai III (interval 35 hari) dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan Produksi Bahan Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan I sampai III.

(31)

ini sesuai dengan pernyataan Setiadi (1990), menyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza akan tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa mikoriza, karena mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro. Selain itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tersedia bagi tanaman. Dan disamping itu selain membentuk hifa internal, mikoriza membentuk hifa eksternal yang berfungsi menyerap phosphor dari dalam tanah. Phosphor yang telah diserap oleh hifa eksternal akan segera ditransfer ke tanaman induk.

Dari hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa produksi bahan segar pada pemotongan I sampai III diuji dengan uji Tukey secara ringkas dapat dijelaskan pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji Tukey Produksi Bahan Segar (g) Tanaman Leguminosa Pengaruh Tunggal

Mikoriza

Pengaruh Tunggal Legum Pengaruh Utama Mikoriza

L₁ L₂ L₃

M₀ 461,20 660,22 546,92 556,11C

M₁ 716,18 982,13 933,23 877,18

M₂ 709,79B 1010,94A 951,01A

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda sangat nyata (P<0,01)

(32)

g dalam tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi bahan segar.

Asumsi peneliti hal ini dikarenakan Mikoriza arbuskula yang diberikan pada perlakuan ini menyebabkan pertumbuhan legum menjadi lebih baik meskipun media tanamnya termasuk tanah yang kurang subur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Read (1997) yang menyatakan bahwa secara alami terdapat asosiasi mikoriza antara fungi dan tanaman dalam bentuk simbiosis mutualisme. Manfaat fungsional yang diperoleh FMA dapat dilihat dari adanya pembentukan struktur arbuskula dan vesikula di dalam sel-sel akar serta produksi spora yang tinggi. Perkembangan FMA dan produksi spora membutuhkan energi yang diperoleh melalui penyerapan karbon organik dari tanaman inang. Sementara itu, tanaman inang dapat memanfaatkan fungsi simbiosis berupa hara mineral dan air yang penyerapannya dabantu oleh FMA sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat.

(33)

mikoriza dapat melindungi tanaman dari pathogen akar, e) mikoriza dapat memperbaiki produktivitas tanah dan tanah memantapkan struktur tanah.

Hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan sampel tanaman cabai, ditemukan bahwa Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) tersebut mampu meningkatkan serapan unsur P pada cabai. Haryantini dan Santoso (2001) menyatakan bahwa Inokulasi FMA pada cabai dapat meningkatkan serapan P dan meningkatkan adaptasi terhadap kekeringan. Fungi mikoriza arbuskula yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa eksternal yang dapat tumbuh secara ekspansif dan menembus lapisan subsoil sehingga kapasitas akar dalam penyerapan hara dan air.

Produksi Bahan Kering

Bahan kering seluruh bagian legum pada akhir percobaan diukur dengan cara dikeringkan terlebih dahulu kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 700

Tabel 5. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Tanaman Legum

(34)

T₁ 147,97 150,89 142,28 441,14 147,05

T₂ 190,89 160,99 153,54 505,42 168,47

T₃ 182,5 220,9 173,67 577,07 192,36

Total 4962,48 1654,16

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan produksi bahan segar tertinggi pada masing-masing leguminosa terdapat pada perlakuan T3 yaitu dengan pemberian 15 g FMA pada tanaman leguminosa yaitu Arachis glabrata (L1) adalah 122,19,

Centrosema pubescens (L2) adalah 221,63 g dan Pueraria javanica (L3) adalah 192,36 g. Sementara itu tanaman yang tidak mendapatkan perlakuan pemberian FMA memiliki nilai produksi rendah yaitu L1= 83,77 g, L2= 111,59 g dan L3= 83,99 g. Produksi bahan kering pada pemotongan I sampai III diuji dengan uji Tukey secara ringkas dapat dijelaskan pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji Tukey Produksi Bahan Kering Tanaman Leguminosa

Pengaruh Pengaruh tunggal L Pengaruh

tunggal Mikoriza L₁ L₂ L₃ utama M

M₀ 83,77 111,59 83,99 93,12D

M₁ 92,60 153,82 147,05 131,16

M₂

C

106,08 170,61 168,47 148,39B

M₃ 122,19 221,63 192,36 178,73

Pengaruh utama L

A 101,16C 164,41A 147,97B

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda sangat nyata (P<0,01)

(35)

bahwa pemberian Mikoriza Arbuskula sebanyak 15 g dalam tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi bahan kering. Dari data produksi bahan segar pada pemotongan I didapat bahwa T3 juga berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan T3 tingkatan Mikoriza lebih besar dibandingkan perlakuan yang lain sehingga produksi bahan kering lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiadi (1989) yang menyatakan bahwa mikoriza memberikan manfaat bagi tanaman diantaranya adalah: 1) meningkatkan serapan unsur hara, 2) meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, 3) kerusakan jaringan korteks akibat kekeringan pada perakaran bermikoriza tidak bersifat permanen, 4) memperluas penyebaran hifa dalam tanah sehingga dapat mengambil air relatif lebih banyak, serta 5) memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh seperti auxin, sitokinin, giberelin dan vitamin bagi inangnya.

Asusmsi peneliti hal ini terjadi karena pengaruh dari pemberian mikoriza tersebut yang membantu pertumbuhan tanaman legum sehingga produksi bahan kering lebih baik dibandingkan yang tidak mendapatkan mikoriza. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono dan Ricky (2010), dalam penelitiannya yang menggunakan mikoriza dengan level 0g, 5g dan 10 g menyatakan bahwa penggunaan mikoriza level 10g memberikan hasil terbaik pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.).

(36)

dapat bersimbiosis dengan sekitar 80% spesies tanaman. Cendawan ini diperkirakan dimasa mendatang dapat dijadikan sebagai salah alternatif teknologi untuk membantu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman terutama yang ditanam pada lahan-lahan marginal yang kurang subur (Delvian, 2006).

Biomasa Akar

Biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme (tumbuhan) per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa bisa dinyatakan dalam ukuran berat, seperti berat kering dalam satuan gram, atau dalam kalori. Oleh karena kandungan air yang berbeda setiap tumbuhan, maka biomassa di ukur berdasarkan berat kering. Unit satuan biomassa adalah gr per m2

Tabel 7. Rataan Biomassa Akar (g) Legum

atau ton per ha. Rataan biomasa akar masing-masing hijauan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Jenis Legum Perlakuan ULANGAN Total Rataan

(37)

dengan perlakuan 10 g FMA T3 yaitu dengan pemberian 15 g FMA pada tanaman leguminosa yaitu Arachis glabrata (L1T3) adalah 9,47 g, Centrosema pubescens

(L2T2) adalah 7,63 g dan Pueraria javanica (L3T2) adalah 9,67 g. Sementara itu tanaman yang tidak mendapatkan perlakuan pemberian FMA memiliki nilai produksi rendah yaitu L1= 5,60 g, L2= 7,17 g dan L3= 6,77 g.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hasil produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomassa akar yang paling tinggi terdapat pada tanaman leguminosa Centrosema pubescens. Hal ini disebabkan karena setiap akar tanaman memiliki respon dan interaksi masing-masing terhadap mikoriza yang terdapat di dalam tanah. Dalam penelitian diketahui bahwa centrosema pubescens memiliki nilai respon yang paling baik terhadap mikoriza yang diberikan untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartley dan Smith (1983 menyatakan bahwa waktu yang diperlukan untuk terjadinya infeksi antara suatu mikoriza sangat bervariasi. Selain ditentukan oleh tingkat infektifitas dari simbionnya juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan misalnya suhu tanah, kandungan air tanah, ph tanah, bahan organik, intensitas cahaya dan ketersediaan hara, pengaruh logam berat dan unsur lain. Perbedaan reaksi tanaman terhadap mikoriza diduga sangat dipengaruhi oleh aras kepekaan tanaman terhadap infeksi, dan sifat ketergantungan tanaman pada mikoriza dalam serapan hara, khususnya pada tanah kahat P, dimana kedua sifat itu ada kaitannya dengan tipe perakaran dan fisiologi tanaman (Baylis, 1975).

(38)

Tabel 8. Uji Tukey Biomasa Akar Tanaman Leguminosa

Pengaruh Pengaruh tunggal Legum Pengaruh

tunggal Mikoriza L₁ L₂ L₃

utama Mikoriza

M₀ 5,6 7,166667 6,766667 6,511111a

M₁ 7,466667 7,833333 6,8 7,366667

M₂

ab

7,233333 5,8 9,666667 7,566667ab

M₃ 9,466667 7,633333 8,566667 8,555556

Pengaruh utama L

b

7,441667 7,108333 7,95

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (P<0,05)

Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai tingkat Mikoriza Arbuskula (0g, 5g, 10g, 15g) pada tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap biomasa akar tanaman leguminosa. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan T3 (Mikoriza 15 g) tidak berbeda nyata dengan perlakuan T1(Mikoriza 5 g) dan T2 (Mikoriza 10g) namun berbeda nyata dengan perlakuan T0(tanpa mikoriza). Sementara itu perlakuan T0(tanpa mikoriza) tidak berbeda nyata dengan perlakuan T1(Mikoriza 5 g) dan T2 (Mikoriza 10g). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Mikoriza Arbuskula pada tingkat 15 g dalam tanah ultisol memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap biomasa akar.

Asumsi peneliti mikoriza berperan dalam produktivitas legum, khususnya pada produksi unsur P dalam tanah ultisol yang memang rendah kandungan P. Sehingga pertumbuhan akar tanaman hijauan menjadi lebih baik setelah diberi perlakuan mikoriza arbuskula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutedjo (2002) yang

(39)
(40)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian Mikoriza Arbuskula dalam media tanam tanah ultisol dapat meningkatkan produksi bahan segar, produksi bahan kering dan biomasa akar tanaman leguminosa (Arachis glabrata, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica).

Saran

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, O. N. & E. K. Allen. 1981. The Legumminosae, A. Source Book of Characteristic Uses and Nodulation. The University of Wisconsin Press, Wisconsin.

Auge, R. M., 2001. Water Relations, Drought and Vesicular-Arbuscular Mychorrhizal Symbiosis.

Balai Penelitian Ternak, 2007. Arachis Perenial Bukan Sekedar Pakan Ternak. Jurnal. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 29 No. 2 Tahun 2007. .

Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grave & N. Malajezuk. 1996. Working

Chen, C. P. and Aminah, A., 1992. Colopogonium mucuinodes In: ‘t Mannetje, L. and Jones, R. M. (eds) Plant Resources of South-East Asia No.4 Forages. pp: 72 – 74. (Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, the Netherlands). Errythrina, B. Hafif, Z. Zaini. 2008. Keragaman Beberapa Varietas Kedelai di Lahan

Kering Masam. Jurnal. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Hal: 333. Fakuara, M. Y., 1988. Mikorizaz, Teori dan Kegunaan dalam Praktek. PAU.

Bioteknologi, IPB.

Francis, C. A., 1986. Introduction: Distribution and Importace of Multiple Cropping. In: CA Francis (editor) Multiple Cropping Systems. Macmillan Publishing co. New York.

Fuskhah, E., R. D. Soetrisno, S. P. S. Budhi, & A. Maas. 2009. Pertumbuhan dan Produksi Leguminosa Pakan Hasil Asosiasi dengan Rhizobium pada Media Tanam Salin. Dalam: Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan, Semarang.

Gohl, B. O., 1981. Tropical Feed. Feed Information. Summaries and Nutritive Value. FAO, Rome.

Hanafi, N. D., S. Umar dan I. Bahari, 2005. Pengaruh Tingkat Naungan pada Berbagai Pastura Campuran terhadap Produksi Hijauan. Jurnal Agribisnis Peternakan Vol. 1 (3). Universitas Sumatera Utara, Medan.

(42)

Ibrahim, T., 2005.Ciri-Ciri Leguminosa dalam Hijauan Makanan Ternak.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Balikpapan.

Mansyur, Nyimas, P. I., dan Iin S., 2005. Peranan Leguminosa Tanaman Penutup pada Sistem Pertanaman Jagung untuk Penyediaan Hijauan Makanan Pakan Terna.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Sumedang.

Mcllroy, R. J., 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita, Jakarta. (Diterjemahkan oleh S. Susetyo, Soedarmadi, I. Kismono dan S. Harini).

Noli, Z. A., Syahbuddin, Murni, H. S., 1999. Pengaruh Inokulasi Ektomikoriza terhadap Pertumbuhan Anakan Melinjo pada Tanah Ultisol. FMIPA UNAND, Padang.

Nurbaiti dan A. T. Maryani. 2007. Efek Pemberian Bahan Organik Leguminosa dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao. Sagu 6 (1) 34 – 35. Partridge, I., 2003. Better Pastures for The Tropic and Subtropic.

Rao, N. S. S., 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Edisi Kedua. UI Press, Jakarta.

Reksohadiprodjo, S., 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE, Yogyakarta.

Rungkat, J. A., 2009. Peranan MVA dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. Jurnal Formas 2 (4): 270 – 276.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Terjemahan: Diah R. Lukman dan Sumaryono. ITB, Bandung.

Sarwono, H., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.

Semangun, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM-Press, Yogyakarta. Setiadi, Y., 1998. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Kehutanan. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi, Bioteknologi Pusat Antar Universitas. IPB, Bogor.

(43)

Soegiri, Ilyas, H. S., Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan Makanan Ternak Daerah Tropik. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.

Triharso, 1994.Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.UGM-Press, Yogyakarta.

Tritradjaja, I., 2008. Manajemen Konflik dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Bersama.UGM-Press, Yogyakarta.

Utama, M. Z. H. dan S. Yahya, 2003. Peranan Mikoriza VA, Rizhobium dan Asam Humat pada Pertumbuhan dan Kadar Hara Beberapa Spesies Legume Penutup Tanah. Bulein Agronomi.

Walhi, 2008.Pertanian Terpadu Suatu Strategi untuk Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan. Artikel Pertanian, Jawa Barat.

With Mycorrizha in Forestry and Agriculture.Australian Center for International Agriculture Research (ACIAR), Canbera.

Wicaksono, R. dan Ricky, 2011. Penggunaan Cendawan Mikoriza Arbuskula pada pembibitan Kentang (Solanum tuberosum L.) untuk Meningkatkan Efisiensi daya Serap Nutrient dalam Tanah.

(44)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Rataan Produksi Bahan Segar Legum pada Pemotongan I

Jenis

Leguminosa Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

I II III

L1 T₀ 0 0 0 0 0

T ₁ 0 0 0 0 0

T ₂ 0 0 0 0 0

T ₃ 0 0 0 0 0

L2 T ₀ 60,37 65,77 53,90 180,04 60,01

T ₁ 64,88 58,91 60,29 184,08 61,36 T ₂ 57,81 55,31 60,17 173,29 57,76 T ₃ 77,77 61,54 79,10 218,41 72,80

L3 T ₀ 62,34 56,22 63,81 182,37 60,79

T ₁ 53,81 58,20 69,66 181,67 60,56 T ₂ 64,70 62,83 71,57 199,10 66,37 T ₃ 61,11 73,81 79,73 214,65 71,55

(45)

Lampiran 2. Rataan Produksi Bahan Segar Legum pada Pemotongan II

Jenis

Leguminosa Perlakuan

ULANGAN

I II III Total Rataan

L1 T₀ 89,78 101,87 99,89 291,54 97,18

T ₁ 115,47 102,89 99,67 318,03 106,01 T ₂ 128,29 100,49 110 338,78 112,93 T ₃ 105,45 112,65 135,56 353,66 117,89

L2 T ₀ 121,23 110,37 114,97 346,57 115,52

T ₁ 119,35 112,56 125,25 357,16 119,05 T ₂ 134,92 128,68 129,42 393,02 131,01 T ₃ 138,89 123,21 145,13 407,23 135,74

L3 T ₀ 102,27 97,12 95,69 295,08 98,36

(46)

Lampiran 3. Rataan Produksi Bahan Segar Legum pada Pemotongan III

Jenis

Leguminosa Perlakuan

ULANGAN

I II III Total Rataan

L1 T ₀ 389,97 451,5 250,6 1092,07 364,02

T ₁ 512,9 689,7 627,9 1830,5 610,17 T ₂ 698,7 589,96 743,6 2032,26 677,42 T ₃ 658,42 748,57 853,65 2260,64 753,55

L2 T ₀ 463,9 442,5 554,4 1460,8 486,93

T ₁ 791,5 809,5 808,2 2409,2 803,07 T ₂ 815,15 986,3 831,2 2632,65 877,55 T ₃ 1122,8 1047,3 1198,7 3368,8 1122,93

L3 T ₀ 461,1 409,9 292,3 1163,3 387,77

T ₁ 752 788,6 713,1 2253,7 751,23

(47)

Lampiran 4. Analisis Ragam Produksi Bahan Segar Legum

Keterangan tn = tidak nyata

** = sangat nyata

Lampiran 5. Grafik Produksi Bahan Segar Legum

Lampiran 6. Rataan Produksi Bahan Kering Legum pada Pemotongan I

Jenis Legum Perlakuan

(48)

T₁ 0 0 0 0 0

Lampiran 7. Rataan Produksi Bahan Kering Legum pada Pemotongan II

(49)

L3 T₀ 14,08 13,92 11,85 39,85 13,28

T₁ 19,27 21,26 18,73 59,26 19,75

T₂ 21,06 18,65 19,89 59,6 19,87

T₃ 19,12 27,09 20,14 66,35 22,12

Total 224,94 226,2 232,56 683,7 227,90

Lampiran 8. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Legum pada Pemotongan III

Jenis Legum Perlakuan

ULANGAN

Total Rataan

I II III

L1 T₀ 56,79 80,23 66,66 203,68 67,89

T₁ 70,85 69,73 89,21 229,79 76,60

T₂ 84,67 97,8 80,11 262,58 87,53

T₃ 111,5 98,34 93,64 303,48 101,16

L2 T₀ 85,69 84,32 90,37 260,38 86,79

T₁ 120,21 128,71 129,31 378,23 126,08

T₂ 145,91 142,39 132,99 421,29 140,43

T₃ 197,23 173,85 204,24 575,32 191,77

L3 T₀ 73,31 60,23 59,87 193,41 64,47

T₁ 119,9 120,33 116,75 356,98 118,99

T₂ 157,83 131,34 127,45 416,62 138,87

T₃ 153,28 182,51 146,83 482,62 160,87

(50)

Lampiran 9. Analisi Ragam Produksi Bahan Kering (g) Legum

Lampiran 10. Grafik Produksi Bahan Kering (g) Legum

(51)

Lampiran 11. Analisis Ragam Biomasa Akar Tanaman Legum

Keterangan tn = tidak nyata

* = nyata

Lampiran 12. Grafik Biomasa Akar Tanaman Legum

Gambar

Tabel 1. Produksi dan Kualitas Berbagai Hijauan Arachis.
Table 2. Hasil bahan kering pada beberapa Jenis Leguminosa.
Tabel 3. Rataan Produksi Bahan Segar (g) Tanaman Leguminosa pada Pemotongan I sampai III
Tabel 4. Uji Tukey Produksi Bahan Segar (g) Tanaman Leguminosa
+5

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena KUHAP tidak membuka ruang untuk diajukannya upaya hukum atas putusan praperadilan yang keliru / di luar batas kewenangan, dalam hal ini putusan tentang sah atau

SYARAT AM UNIVERSITI Lulus Sijil Pelajaran Malaysia (SPM)/Setaraf dengan mendapat kepujian dalam mata pelajaran Bahasa Melayu/Bahasa Malaysia atau kepujian Bahasa Melayu/Bahasa

Sedangkan dari arah lapisan yang lebih dalam terdapat ikan pemangsa y ang berenang ke pertengahan atau permukaan perairan untuk memangsa ikan yang berukuran lebih kecil.

Baik media dasar MS, Gamborg, maupun kombinasi pemberian BAP, atau kinetin dengan thidiazuron tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah tunas, dan jumlah daun

Dari Gambar 12 dapat disimpulkan bahwa pengaktivasi yang baik digunakan pada arang aktif untuk mengadsorbsi logam Timbal (Pb) adalah pengaktivasi dengan menggunakan larutan asam

Hasil penelitian pada pertanyaan terbuka tentang sikap responden terhadap pemberian ASI eksklusif : Responden menyatakan bahwa bila tidak diizinkan memberikan ASI