STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK LABORATORIUM CAMPURAN AC-BC VERSI SPESIFIKASI
UMUM 2010 REVISI III
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas
Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara
Muhammad Reza.A.Maha
11 0404 106
Dosen Pebimbing :
Ir.Joni Harianto
NIP. 195911101987011002
BIDANG STUDI TRANSPORTASI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS FILLER
TERHADAP KARAKTERISTIK LABORATORIUM CAMPURAN
AC-BC VERSI SPESIFIKASI UMUM 2010 REVISI III
TUGAS AKHIR
Disusun untuk melengkapi persyaratan
Dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil di Universitas Sumatera Utara
Oleh :
Ir. Indra Jaya Pandia , MT Ir.Zulkarnain.A.Muis.M.Eng,Sc NIP. 19560618 198601 1 001 NIP. 19560326 198103 1 003
Mengesahkan :
Ketua Departemen Teknik Sipil
Prof. Dr. Ing. JohannesTarigan NIP. 19561224 198103 1 002
v
ABSTRAK
Filler merupakan salah satu bahan yang berfungsi sebagai pengisi rongga-rongga dari suatu campuran beraspal.Macam bahan pengisi yang dapat digunakan ialah: abu batu, kapur padam, portland cement (PC),dll. Persentase yang kecil pada filler terhadap campuran beraspal, bukan berarti tidak mempunyai efek yang besar pada sifat-sifat Marshall.Pengaruh Filler sangat penting karena mampu mengikat rongga-rongga agregat yang kosong.Meletusnya Gunung Sinabung beberapa waktu lalu di daerah Tanah Karo,Sumatera Utara banyak menyisakan material yang tertumpah dari hasil letusannya. Tulisan ini mencoba menelitidua filler ini akan dibandingkan dengan filler yang sering digunakan yaitu semen.Tujuannya untuk melihat pengaruh nilai vim,vfa,vma,flow,stabilitas dengan parameter marshall test.
Pada penelitian langkah pertama yang dilakukan adalah pengecekan bahan yaitu aspal dan agregat harus memenuhi persyaratan.Kemudian dicari Kadar Aspal Optimum dimana didapatkan sebesar 5.85%. kemudian dengan KAO tersebut digunakan variasi abu vulkanik Gunung Sinabung 1%, 2%, 3%, 4%.,5% dan 6%Dari data Marshall Test yang didapatkan, yang memenuhi seluruh persyaratan yang spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010 Revisi III adalah ketigafillerdengan kadar abu filler sebesar 6%yaitu diperoleh nilai rata-rata stabilitasnya sebesar 926 kg, flow sebesar 3,56, , VIM sebesar 4,26% dan VIM PRD 2.33%, VMA sebesar 15.08%, dan VFB nya sebesar 73,88 % dan Indeks Kekuatan Sisa sebesar 94.93%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan ketigafiller 6% yang memenuhi seluruh persyaratan spesifikasi umum divisi VI revisi III dan dijadikan bahan alternatif menggantikan semen.
i
KATA PENGANTAR
Njuah-Njuah (Salam Sejahtera) dengan segala kerendahan hati, saya panjatkan Puji
dan Syukur kepada Allah SWT, dan Utusan Allah Nabi Muhammad SAW, karena hanya
dengan berkat dan karunia - Nya saya dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
Adapun Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam menempuh
ujian sarjana pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Judul
Tugas Akhir ini adalah : “Studi Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Filler Terhadap
Karakteristik Laboratorium Campuran AC-BC Versi Spesifikasi Umum 2010 Revisi III
”.
Dalam penulisan dan pembuatan Tugas Akhir ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
sewaktu saya kuliah. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Bapak Ir. Joni Harianto, sebagai dosen pembimbing dan dosen mata kuliah dalam
penulisan Tugas Akhir dan Kuliah beliau berikan kepada saya
2. Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc, sebagai Kordinator Bidang Studi Transportasi
dosen penguji dan Beliau yang telah memberi referensi untuk saya dalam hal pembuatan
karya ilmiah untuk kegiatan lomba FKMTSI (Forum Komunikasi Teknik Sipil
Se-Indonesia) di Makassar tahun 2014 ,sehingga pembuatan karya ilmiah saya berjalan
dengan baik
3. Bapak Ir.Indra Jaya Pandia ,MT sebagai dosen penguji dan dosen matakuliah bidang
transportasi yang telah memberi kuliah dan saran untuk tugas akhir saya
4. Bapak Prof. Dr. Ing Johannes Tarigan sebagai Ketua Jurusan Sipil Fakultas Teknik USU.
5. Bapak Ir. Syahrizal, MT, sebagai Sekretaris Jurusan Sipil Fakultas Teknik USU.
6. Ibu Ika Puji Hastuty ,ST.MT sebagai Dosen Pebimbing Akademis
7. Bapak Torang Sitorus ,Bapak Makmur Ginting,Bapak Agung Handana,Bapak Besman
ii Asisten Lab. IUT,Beton,Mektan,Jalan Raya,Hidro,Bhs.Pemograman. Atas Ilmu yang
diberikan kepada saya
8. Bapak-bapak staff Jurusan Edy Saputra ,Zulkarnain ,Bachral Kamin Nasution,Zulkifli
Sihombing, Ibu-ibu staff Lince Sipahutar,Dina Ritonga, Dewi Purba telah mebimbing
saya dalam proses administrasi kuliah dan tugas akhir
9. Bapak Sanjaya,Msc sebagai Direktur AMP Rapi Arjasa dan Abang Ahmaddin,ST
(Kep.Lab) dan seluruh staff dan satpam di AMP Rapi Arjasa yang telah menerima saya
untuk melakukan riset sampai dengan tuntas di Laboratorium Rapi Arjasa
10. Asisten Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Ari.C.Pinem (Ma Nangin) telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk melatih kepemimpinan saya dengan memperhatikan saya
mengajar, membawakan praktikum,dan meng-asistensikan modul site plan kepada
praktikan gelombang III
11.Kawan-kawan Sipil 2011 : Firdani 146 Aceh ,Perwira Kutacane (Reno Sulbakti dan
Musdiandika) ,Lae Batam (Mury Simanjuntak ) Rekan Tanoh Pakpak Dairi
(A.Rajagukguk) Rekan Jakarta (Alvin Situmorang ) Rekan Riau Cabup Kuansing
2030an (Her Afriyandi),Artis Porsea (Mikel Napitupulu),Rekan Tapsel-Madina (Kobol
Hutasuhut,Rizky.Batubara,Rizky Hasibuan,Yusuf Lubis,Adriansah Siregar,Imam
Maarif Siregar ,Habibi Dalimunthe, Eky Radityo), Rekan dkt rumah (Porkas
Lubis,Fadil Nasution,Satria Siregar,Yahya Rangkuti,Philip Napitupulu) Rekan Gym (
Rahmat Telaumbanua,Teuku Rahmad),Rekan Nias (Tatano Dachi),Rekan NAD Aceh
(Reza.K,Rachmat Hidayat,Rico,Subar,Fiza,Tommy) ,Rekan Padang ( Adel
Maulana,Rachmat Hidayat,Surya Lubis ) ,Rekan Labuhan Batu (Mudek Rambe ,Max
Panjaitan,Wahyu Siregar)Atlet Badminton ( Hanafi Sipahutar) ,Ketua Club Toyota
Yaris Se-Sumut (Kevin Sirait) dan kawan-kawanku yg tidak bisa saya sebutkan
iii 12.Rekan Sipil Wanita 2011 yang semangatnya Ribak Sude : Immaniar Sinaga ,Mien
Sinaga ,Stephany Surbakti,Ade Harumi,Shinta Harmadhana,Wilda Nasution,Wenny
Harahap,Mimah Daulay,Meita Tarigan,Siti Harahap,Rizka Lazuardi,Elvan
Hasan,Manna Haloho,Sylvia Winata ,Tere Nasution ,Lini Marsela,Oza
Lubis,Irene.L.Raja, Dwi Damayanti,Intan Novia,Monica Putri,Faraditha.
13. Sahabat yang mengerti pribadi saya Rekan Kumpul Simas (Candra Hutagaol ,Defrin
Situmorang,Ovan Aritonang,Prince.MP.Sormin, Daniel Tanggang,Maestoso Colia (Ma
Biring),Manimpan.L.Raja,Advent Pasaribu ,Jeriko Sihotang,Enrich Manalu), Terutama
Lae Candra dan Sormin yg pantang takut ketika saya menghadapi masalah besar.
14. Kawan-Kawan saya yang telah ikut terlibat dalam pengambilan Abu Kapur di Sipoholon
Kab.Tapanuli Utara,Sumatera Utara (Ambon Sitorus,Triboy L.Gaol,Surya Lubis,Peter
Samosir,Andrew Kumis Purba (Ma Karo)) dan Adik angkatan 2013 Ivan Situmeang dan
Orang Tua Ivan yang telah memberi izin masuk untuk pengambilan bahan abu kapur
15. Abang-Abang 2008(Saur Purba,Sutan Rambe,Danny Siagian,Aran Simarmata, Rivay
Sinaga,Bram Simatupang,Robi Sembiring,Teuku Cut.A.Fadil, Aris Munandar, Ivan
Hutauruk,Rahmad Lubis ,Andry L Gaol,David Silalahi ,Frengky Silaban,Asrilchan
Sihotang,Boy Ginting,Moy Tambunan dan tidak bisa disebutkan satu-satu) terutama
Abang Putra Amanta Hasibuan yang menasihati saya ketika berdiskusi tentang prediksi
masa depan kuliah saya sampai larut malam. Dan Abang-abang dan Adik-adik dari
angkatan 2009-2014 yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu, Terutama Mahasiswa
Sipil dari Suku Pakpak seperti Hendra Boang Manalu dan Eri N Bintang dll ,Raihlah
IPK yang lebih baik dari saya dan majulah sebagai Putra daerah terbaik dari
Kab.Tanoh Pakpak (Dairi) dan Kab. Pakpak Bharat untuk Negara Indonesia dan
iv 16. Ketua FKMTSI Wil.Sumatera Utara periode 2014-sekarang Achmat Gumit Syarif yang
memberi kesempatan kepada saya untuk Unjuk ilmu saya di hadapan mahasiswa/i di
seluruh Indonesia dalam membuat Karya Ilmiah tema “Infrastruktur yang Ramah
Lingkungan”dalam Lomba FKMTSI (Forum Komunikasi Mahasiswa Teknik Sipil
Se-Indonesia) yang diadakan di Makassar ,Sulawesi Selatan tahun 2014.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi –
tingginya kepada Orang terpenting dalam kehidupan saya :
Bapak : Ir.Muh.Insal.U.Maha,Msc Ibu : Dra.Siti Susilawati br.Solin Adik : Liza Rachmawati br.Maha Kakek : Ir.H.M.Maha , Drs.H.L.Solin
Nenek : Hj.S.br.Bintang , Hj.Nurhayati Siregar
Paman : Indra Maha,ST,MT , Zul A.Solin,A.md,M.si ( Motivator TA )
Beliau-beliau telah banyak memberikan semangat, doa, dan emosi (amarah) tinggi ,serta
kesabaran selama ini menunggu sampai akhirnya sekarang saya dapat menyelesaikan studi
penelitian tugas akhir bidang transportasi ini. ,Lias Ate (Terima Kasih) telah hadir disaat saya
akan melakukan Pengerjaan Skripsi.
Saya menyadari banyak kekurangan pada tulisan ini dan masih jauh dari
kesempurnaan. Saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
Tugas Akhir ini. Akhir kata, saya berharap kiranya tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan juga bagi para pembacanya.
Medan, September 2015
Penulis,
vi
1.5.Sistematika Penulisan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Umum 5
2.2.Kriteria dan Fungsi Lapisan Pada Perkerasan Lentur 26
2.3.Bahan Campuran Aspal Panas 29
2.3.1. Agregat 29
2.3.2. Aspal 35
2.4.Marshall Test 36
2.4.1. Berat Isi Benda Uji Padat 39
vii
2.4.3. Pengujian Volumetrik 40
2.5.Analisa Campuran Beraspal 43
2.6.1. Rumusan Perhitungan dan Parameternya 43
2.6.Evaluasi Hasil Uji Marshall 49
2.6.1. Stabilitas 49
2.6.2. Kelelehan 49
2.6.3. VMA 50
2.6.4. VIM 50
2.6.5. VFA 51
2.6.6. Pengaruh Pemadatan 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Persiapan Penelitian 53
3.2.Bagan Alir 55
3.3.Pelaksanaan 58
3.3.1. Spesifikasi Bahan Baku Penelitian 58
3.3.2. Perancangan Campuran dengan Metode Marshall 58
3.3.3. Analisis dan Pembahasan 59
3.4.Kesimpulan dan Saran 60
BAB IV ANALISIS DATA
4.1.Pengujian Material 61
4.1.1. Hasil dan Analisis Pengujian Aspal 61
4.1.2. Hasil dan Analisis Pengujian Agregat 64
4.2.Perumusan Campuran Benda Uji Marshall 74
viii
4.4.Hasil Pengetesan Benda Uji Marshall Filler Abu Vulkanik,Semen,dan Kapur 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan 88
5.2.Saran 89
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ketentuan Sifat Campuran Laston (AC) 20
Tabel 2.2 Perbedaan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku 25
Tabel 2.3 Ketentuan Agregat Kasar untuk Campuran Beton Aspal 30
Tabel 2.4 Ketentuan Agregat Halus untuk Campuran Beton Aspal 31
Tabel 2.5 Gradasi Bahan Pengisi 32
Tabel 2.6 Kandungan dalam Semen Portland dan Vulkanik Sinabung 33
Tabel 2.7 Kandungan dalam Abu Kapur...33
Tabel 2.8 Amplop Gradasi Aggregat Gabungan Untuk Campuran Aspal...34
Tabel 2.9 Persyaratan Aspal Minyak...35
Tabel 2.10 Ketentuan Sifat Campuran Laston...36
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Sifat Fisik Aspal Keras Penetrasi 60/70 61 Tabel 4.2 Perhitungan Berat Jenis Agregat 66 Tabel 4.3 Gradasi Agregat Gabungan Cold-Bin AC-WC 75 Tabel 4.4 Data Marshall dalam Mencari KAO 76 Tabel 4.5 Data Marshall test KAO 79 Tabel 4.7 VIM PRD masing-masing Filler...82
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Lapisan Perkerasan Lentur 23
Gambar 2.3 Lapisan Perkerasan Kaku 24
Gambar 2.4 Lapisan Perkerasan Komposit 25
Gambar 2.5 Hubungan Volume dan Rongga Density Benda Uji Campur
Panas Padat 40
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian 55
Gambar 4.1 Grafik Analisa Saringan 70
Gambar 4.2 Grafik Gradasi Ideal AC-BC 75
Gambar 4.3 Gambar Hasil Marshall Test 78
Gambar 4.4 Grafik Nilai Stabilitas Variasi Tiga Jenis Filler 81
Gambar 4.5 Grafik Nilai Flow Variasi Tiga Jenis Filler 81
Gambar 4.6 Grafik Nilai VIM Variasi Tiga Jenis Filler 82
Gambar 4.7 Grafik Nilai VMA Variasi Tiga Jenis Filler 83
Gambar 4.8 Grafik Nilai VFB Variasi Tiga Jenis Filler 83
v
ABSTRAK
Filler merupakan salah satu bahan yang berfungsi sebagai pengisi rongga-rongga dari suatu campuran beraspal.Macam bahan pengisi yang dapat digunakan ialah: abu batu, kapur padam, portland cement (PC),dll. Persentase yang kecil pada filler terhadap campuran beraspal, bukan berarti tidak mempunyai efek yang besar pada sifat-sifat Marshall.Pengaruh Filler sangat penting karena mampu mengikat rongga-rongga agregat yang kosong.Meletusnya Gunung Sinabung beberapa waktu lalu di daerah Tanah Karo,Sumatera Utara banyak menyisakan material yang tertumpah dari hasil letusannya. Tulisan ini mencoba menelitidua filler ini akan dibandingkan dengan filler yang sering digunakan yaitu semen.Tujuannya untuk melihat pengaruh nilai vim,vfa,vma,flow,stabilitas dengan parameter marshall test.
Pada penelitian langkah pertama yang dilakukan adalah pengecekan bahan yaitu aspal dan agregat harus memenuhi persyaratan.Kemudian dicari Kadar Aspal Optimum dimana didapatkan sebesar 5.85%. kemudian dengan KAO tersebut digunakan variasi abu vulkanik Gunung Sinabung 1%, 2%, 3%, 4%.,5% dan 6%Dari data Marshall Test yang didapatkan, yang memenuhi seluruh persyaratan yang spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010 Revisi III adalah ketigafillerdengan kadar abu filler sebesar 6%yaitu diperoleh nilai rata-rata stabilitasnya sebesar 926 kg, flow sebesar 3,56, , VIM sebesar 4,26% dan VIM PRD 2.33%, VMA sebesar 15.08%, dan VFB nya sebesar 73,88 % dan Indeks Kekuatan Sisa sebesar 94.93%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan ketigafiller 6% yang memenuhi seluruh persyaratan spesifikasi umum divisi VI revisi III dan dijadikan bahan alternatif menggantikan semen.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Jalan Raya memang memiliki fungsi penting dalam kehidupan manusia.
Sebagian besar kegiatan transportasi manusia menggunakan Jalan raya. Pengaruh
yang besar tersebut mengakibatkan jalan raya memegang peranan penting dalam
meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian serta pembangunan suatu negara.
Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan
tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat
diperlukan (Silvia Sukirman, 2003).
Pada umumnya perkerasan yang dipakai adalah perkerasan lentur dengan
bahan pengikat aspal. Konstruksi jalan raya sistem perkerasan lentur biasanya
menggunakan campuran aspal dan agregat sebagai lapis permukaan. Campuran aspal
berfungsi sebagai lapisan struktural dan non strukutural. Campuran aspal terdiri dari
berbagai jenis agregat seperti agregat halus, agregat kasar, mineral filler dan aspal
sebagai bahan pengikat. Material yang umum digunakan sebagai filler pada
penyusunan campuran perkerasan lentur adalah semen, pasir, kapur dan abu batu yang
mana persediaannya terbatas serta relatif mahal. Bila dilihat dari sumber materialnya,
filler dari semen, pasir, kapur dan abu batu berasal dari sumber material yang tidak
dapat diperbaharui. Untuk itu perlu adanya inovasi-inovasi baru dengan menggunakan
alternatif bahan yang lain sehingga program pembangunan dan pemeliharaan jalan
dimasa yang akan datang dapat berjalan dengan lancar dan diusahakan lebih
ekonomis. Campuran aspal yang berfungsi sebagai lapisan struktural adalah lapisan
2
beton berfungsi sebagai lapis kedap air dan lapis aus (wearing course) atau lapisan
yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan. Didalam penulisan ini
kombinasi yang digunakan adalah abu vulkanik yang berasal dari letusan gunung
sinabung sebagai filler dan abu kapur yang berasal dari bukit kapur sipoholon
Kab.Tapanuli Utara.
1.2 Latar Belakang
Aspal beton sudah dikenal lama dan luas dalam pembuatan jalan . Hal ini
disebabkan aspal beton mempunyai kelebihan lain daripada bahan-bahan lain.
Kemampuan dalam mendukung berat kendaraan yang tinggi dan dapat dibuat dari
bahan-bahan lokal yang tersedia dan mempunyai ketahanan baik terhadap cuaca
terutama baik untuk infrastruktur jalan .
Namun sampai sekarang ini banyak kegagalan yang terjadi di dalam
infrastruktur jalan , seperti perkerasan retak-retak , perkerasan bergelombang ,
corrugation, alligator crazing ,dll . Itu terjadi dikarenakan oleh pemeliharaan jalan
yang kurang baik ,terutama bagian kesalahan perencanaan dan pelaksanaan , maka
dari itu perlu dicari solusi bagaimana kegagalan infrastruktur jalan untuk mengurangi
tegangan/regangan beban lalu lintas yang akan diteruskan ke lapisan bawahannya
(AC-Base) .
Hal tersebut mendorong penulis untuk memanfaatkan abu vulkanik dan Abu
kapur sebagai filler dalam perkerasan asphalt concrete. Percobaan ini filler abu
vulkanik ,kapur, semen akan dijadikan dalam perkerasan untuk menghasilkan
perpaduan yang baik antara agregat kasar , agregat halus ,aspal dan filler .Sampel Abu
kapur diambil di Desa Sipoholon kab.Tapanuli Utara dan Abu vulkanik akan diambil
abunya dari desa sigarang-garang yang merupakan lokasi paling dekat dengan
3
Aspal Iran dengan pen 60/70 dan material bersumber dari sungai wampu akan
disediakan dan akan diuji di laboratorium AMP PT.Rapi Arjasa daerah Binjai
1.3 Rumusan Masalah
Dalam Tugas akhir ini , penulis meneliti dan mengevaluasi karakteristik hotmix
dengan menggunakan filler abu gunung sinabung ,Abu kapur ,dan semen. Adapun
rangkaian campuran hotmix yang akan diteliti adalah laston lapis antara (AC-BC)
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh yang terjadi pada penggunaan
abu gunung sinabung, abu kapur,dan semen yang diuji dengan Marshall test terhadap
hotmix ,apakah lebih efektif dibanding dengan semen atau kombinasi abu terbang
dengan filler abu vulkanik dan abu kapur yamg akan diuji dalam penelitian ini.
1.5 Batasan Masalah
Didalam pembuatan penelitian ini. Penulis harus memberikan batasan-batasan
masalah di dalam penelitian supaya bisa menghindari hal-hal yang tidak perlu dibahas
dalam tugas akhir ini . Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan untuk
memberikan arah yang lebih baik serta memudahkan dalam penyelesaian masalah
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai , maka pembahasan hanya dititk berat kan
pada :
1. Tinjauan terhadap karakteristik campuran terbatas pada pengamatan terhadap hasil
pengujian Marshall
2. Abu Vulkanik memenuhi syarat Filler berdasarkan ASTM C 618-78
3. Gradasi agregat berdasarkan Spesifikasi Bina Marga 2010 (Revisi 3)
4. Sifat Campuran Aspal dan Pengujian Marshall berdasarkan spesifikasi umum
4 1.6 Sistematika Penulisan
Di dalam penulisan tugas akhir ini dikelompokkan ke dalam 5 bab dengan sistematika
sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Merupakan rancangan yang akan dilakukan yang meliputi tinjauan umum , latar
belakang ,rumusan masalah,tujuan penelitian,manfaat penelitian,hipotesa,dan
sistematikan penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
Merupakan kajian dari berbagai literatur serta hasil studi yang relevan dengan
pembahasan ini. Dalam hal ini diuraikan hal-hal tentang beberapa teori-teori yang
berhubungan dengan karakteristik hotmix AC-BC dengan beberapa jenis
material filler
3. BAB III METODE PENELETIAN.
Bab ini berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini, termasuk
pengambilan data, langkah penelitian, analisa data, pengolahan data dan bahan uji.
4. BAB IV ANALISIS DATA.
Berisikan pembahasan mengenai data-data yang didapat dari pengujian,
kemudian dianalisis, sehingga dapat diperoleh hasil perhitungan, dan kesimpulan
hasil yang mendasar.
5. BAB V KESIMPULAN dan SARAN.
Merupakan penutup yang berisikan tentang kesimpulan yang telah diperoleh
dari pembahasan pada bab sebelumnya dan saran mengenai hasil penelitian yang
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Umum II.1.1. Agregat
Agregat atau batu, atau glanular material adalah material berbutir yang
keras dan kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu
pecah, abu batu, dan pasir. Agregat/batuan di definisikan secara umum
sebagai formasi kulit bumi yang keras dan penyal (solid). ASTM (1974)
mendefinisikan batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat,
berupa masa berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen.
Agregat/batuan merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan
yaitu mengandung 90-95% agregat berdasarkan persentase berat atau
75-85% agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian daya
dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan di tentukan daya dukung,
keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan
hasil campuran agregat dengan material lain. Agregat mempunyai peranan
yang sangat penting dalam prasarana transportasi, khususnya dalam hal ini
pada perkerasan jalan. Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian
besar oleh karakteristik agregat yang di gunakan. Pemilihan agregat yang
tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat menentukan dalam
6 Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai material perkerasan
jalan adalah gradasi, kebersihan, kekerasan dan ketahanan agregat, bentuk
butir, tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat
jenis dan daya pelekatan dengan aspal.
II.1.1.2 Sifat agregat.
Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul
beban lalu-lintas. Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan
kontruksi perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Kekuatan dan keawetan (strength and durability) lapisan perkerasan
dipengaruhi oleh:
2. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik,dipengaruhi oleh:
a. Porositas
b. Kemungkinan basah
c. Jenis agregat
3. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang nyaman dan
7 a. Tahanan geser (skid resistance)
b. Campuran yang memberikan kemudahan dalam pelaksanaan (bitominous
mix workability)
II.1.1.3 Klasifikasi agregat
Di tinjau dari asal kejadiannya agregat/batuan dapat di bedakan atas
batuan beku (igneous rock), batuan sedimen dan batuan metamorf (batuan
malihan).
- Batuan beku
Batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku. Di
bedakan atas batuan beku luar (exstrusive igneous rock) dan batuan beku
dalam (intrusive igneous rock).
- Batuan sedimen
Sedimen dapat berasal dari campuran partikel mineral, sisa hewan dan
tanaman. Pada umumnya merupakan lapisan-lapisan pada kulit bumi, hasil
endapan di danau, laut dan sebagainya.
- Batuan metamorf
Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses
perubahan bentuk akibat adanya perubahan tekanan dan temperatur dari
8 Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh
karakteristik agregat yang digunakan. Pemilihan agregat yang tepat dan
memenuhi persyaratan akan sangat menentukan dalam keberhasilan
pembangunan atau pemeliharaan jalan. Pada campuran beraspal, agregat
memberikan kontribusi sampai 90-95% terhadap berat campuran, sehingga
sifat-sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu dari kinerja campuran
tersebut.
Berat jenis suatu agregat adalah perbandingan berat dari suatu satuan volume
bahan terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur 20o –
25oC (68o –77o F). Dikenal beberapa macam Berat Jenis agregat, yaitu :
a) Berat Jenis semu (apparent specific gravity), Berat Jenis Semu, volume
dipandang sebagai volume menyeluruh dari agregat, tidak termasuk
volume pori yang dapat terisi air setelah perendaman selama 24 jam.
b) Berat Jenis bulk (bulk specific gravity), Berat Jenis bulk, volume
dipandang volume menyeluruh agregat, termasuk volume pori yang dapat
terisi oleh air setelah direndam selama 24 jam.
c) Berat Jenis efektif (effective specific gravity), Berat Jenis efektif, volume
dipandang volume menyeluruh dari agregat tidak termasuk volume pori
yang dapat menghisap aspal.
II.1.2 Aspal
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan
yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila
9 II.1.2.1. Jenis aspal.
Berdasarkan cara diperoleh aspal dapat dibedakan atas:
1. Aspal alam,
2. Aspal buatan.
II.1.2.2. Aspal minyak (petroloeum aspal).
Aspal minyak dengan bahan dasar aspal dapat dibedakan atas:
a. Aspal keras/semen (AC).
Aspha lt Concrete(AC) adalah lapisan atas kontruksi jalan yang terdiri dari
campuran aspal dengan agregat yang dihampar dan dipadatkan pada suhu
tertentu. AC merupakan jenis lapisan permukaan struktural yang berfungsi
sebagai lapisan aus dan pelindung kontruksi di bawahnya, tidak licin,
permukaannya rata, sehingga memberikan kenyamanan pengguna jalan.
Aspal keras/aspal cement adalah aspal yang di gunakan dalam keadaan cair
dan panas.
Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan (temerature ruang) .
Aspal semen pada temperature ruang ( berbentuk padat. Aspal
semen terdiri dari beberapa jenis tergantung dari proses pembuatannya dan
jenis minyak bumi asalnya.
Di Indonesia, aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan niai
penetrasinya yaitu:
10 2. AC pen 60/70, yaitu AC dengan penetrasi antara 60-70
3. AC pen 85/100, yaitu AC dengan penetrasi antara 85-100
4. AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150
5. AC pen 200/300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300
b. Aspal dingin/cair.
Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari
hasil penyulingan minyak bumi. Dengan demikian berbentuk cair dalam
temperatur ruang. Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan menguap
bahan pelarutnya, aspal cair dapat dibedakan atas:
1. RC (Rapid Curing Cut Back)
2. MC (Medium Curing Cut Back)
3. SC (Slow Curing Cut Back)
c. Aspal emulsi.
Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan
pengemulsi.
II.1.2.3. Aspal buton.
Aspal alam yang terdapat di indonesia dan telah dimanfaatkan adalah
aspal dari pulau buton. Aspal ini merupakan campuran antara bitumen
dengan bahan material lainnya dalam bentuk batuan. Karena aspal buton
merupakan bahan alam maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat
bervariasi dari rendah sampai tinggi. Berdasarkan kadar bitumen yang
dikandungnya aspal buton dapat dibedakan atas B10, B13, B20, B25,
dan B30. (aspal buton B10 adalah aspal buton dengan kadar bitumen
11 II.1.2.4 Komposisi aspal
Aspal merupakan unsur hydrokarbon yang sangat komplek,
sangat sukar untuk memisahkan molekul-molekul yang membentuk
aspal tersebut. Komposisi dari aspal terdiri dari asphaltenes dan
maltenes. Asphaltenes merupakan material berwarna hitam atau cokelat
tua yang tidak larut dalam heptane. Maltenes larut dalam heptane,
merupakan cairan kental yang terdiri dari resins dan oils. Resins adalah
cairan berwarna kuning atau cokelat tua yang memberikan sifat adhesi
dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang selama
masa pelayanan jalan. Sedangkan oil yang berwarna lebih muda
merupakan media dari asphaltenes dan resin. Proporsi dari asphaltenes,
resins, dan oils berbeda-beda tergantung dari banyak faktor seperti
kemungkinan beroksidasi, proses pembuatannya, dan ketebalan lapisan
aspal dalam campuran.
II.1.2.5. Sifat aspal.
Aspal yang dipergunakan pada kontruksi perkerasan jalan berfungsi
sebagai:
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat
dan antara aspal itu sendiri.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori
12 Berarti aspal haruslah mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh)
terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan
sifat elastis yang baik.
1. Daya tahan (durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat
asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini
merupakan sifat dari campuran aspal, jadi tergantung dari sifat agregat,
campuran dengan aspal, faktor pelaksanaan dan lain-lain. Meskipun
demikian sifat ini dapat diperkirakan dari pemeriksaan TFOT.
2. Adhesi dan Kohesi
Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat
sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan aspal.
Kohesi adalah kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan agregat
tetap di tempatnya setelah jadi pengikatan.
3. Kepekaan terhadap temperature
Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras
atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih
cair jika temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap
perubahan temperatur. Kepekaan terhadap dari setiap hasil produksi
aspal berbeda-beda tergantung dari asalnya walaupun aspal tersebut
mempunyai jenis yang sama.
13 Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan
agregat sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke
permukaan agregat yang telah disiapkan pada proses pelaburan. Pada
waktu pelaksanaan, terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi
getas (viskositas bertambah tinggi). Peristiwa perapuhan terus
berlangsung setelah masa pelaksanaan selesai. Jadi selama masa
pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan polimerisasi yang besarnya
dipengaruhi juga oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat.
Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan yang
terjadi.
II.1.2.6. Pemeriksaan Properties Aspal
Aspal merupakan hasil produksi dari bahan-bahan alam,
sehingga sifat-sifat aspal harus diperiksa di labotarium dan aspal yang
memenuhi syarat yang telah di tetapkan dapat di pergunakan sebagai
bahan pengikat perkerasan lentur.
Pemeriksaan sifat (asphalt properties) dari campuran dilakukan melalui
beberapa uji meliputi:
a. Uji penetrasi
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan apakah aspal keras atau lembek
(solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu,
beban, waktu tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu. Pengujian ini
dilakukan dengan membebani permukaan aspal seberat 100 gram pada
14 Besarnya penetrasi di ukur dan dinyatakan dalam angka yang dikalikan
dengan 0,1 mm. Semakin tinggi nilai penetrasi menunjukkan bahwa aspal
semakin elastis dan membuat perkerasan jalan menjadi lebih tahan terhadap
kelelehan/fatigue.Hasil pengujian ini sselanjutnya dapat digunakan dalam hal
pengendalian mutu aspal atau ter untuk keperluan pembangunan, peningkatan
atau pemeliharaan jalan. Pengujian penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh fakor
berat beban total, ukuran sudut dan kehalusan permukaan jarum, temperatur
dan waktu.
b. Titik lembek.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal yang
berkisar antara sampai . Temperatur pada saat dimana aspal mulai
menjadi lunak tidaklah sama pada setiap hasil produksi aspal walaupun
mempunyai nilai penetrasi yang sama. Titik lembek adalah temperatur pada
saat bola baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal yang
tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh
plat dasar yang terletak di bawah cincin berukuran tertentu, sehingga aspal
tersebut menyentuh plat dasar yang terletak di bawah cincin pada tinggi
tertentu sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu. Hasil titik lembek
digunakan untuk menentukan temperatur kelelehan dari aspal. Aspal dengan
titik lembek yang tinggi kurang peka terhadap perubahan temperatur tetapi
lebih untuk bahan pengikat perkerasan.
15 Tujuan untuk percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat kohesi dari aspal,
Dengan mengukur jarak terpanjang yang dapat di tarik antara dua cetakan
yang berisi aspal keras sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.
Kohesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lain, sifat
kohesi sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal karena
sifat ini sangat mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran. Aspal dengan
nilai daktalitas yang rendah adalah aspal yang mempunyai kohesi yang kurang
baik dibandingkan dengan aspal yang memiliki daktalitas yang tinggi.
Daktalitas yang semakin tinggi menunjukkan aspal tersebut baik dalam
mengikat butir-butir agregat untuk perkerasan jalan.
d. Berat jenis.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis apal keras dengan alat
piknometer. Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan berat
zat cair suling dengan volume yang sama pada suhu
Berat jenis diperlukan untuk perhitungan analisis campuran:
Berat jenis ... (2.1)
Dimana :
A = Berat piknometer (gram)
B = Berat piknometer berisi air (gram)
C = berat piknometer berisi aspal (gram)
16 Data temperatur dan berat jenis aspal diperlukan dalam penentuan faktor
koreksi volume berdasarkan SNI 06-6400-2000 berikut :
V = Vt x Fk...(2.2)
Dimana :
V = Volume aspal pada temperatur
Vt = Volume aspal pada temperatur tertentu
Fk = Faktor Koreksi
e. Titik Nyala dan Titik Bakar
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar
dari semua jenis hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya
yang mempunyai titik nyala open cup kurang dari Dengan percobaan ini
akan diketahui suhu dimana aspal akan mengalami kerusakan karena panas,
yaitu saat terjadi nyala api pertama untuk titik nyala, dan nyala api merata
sekurang-kurangnya 5 detik untuk titik bakar. Titik nyala yang rendah
menunjukkan indikasi adanya minyak ringan dalam aspal. Semakin tinggi titik
nyala dan bakar menunjukkan bahwa aspal semakin tahan terhadap temperatur
tinggi.
f. Kelekatan Aspal pada Agregat
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kelekatan aspal pada batuan
tertentu dalam air. Uji kelekatan aspal terhadap agregat merupakan uji
17 terhadap agregat. Adhesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan
mengikat agregat. Pengamatan terhadap hasil pengujian kelekatan dilakukan
secara visual.
II.1.3.Anti Stripping Agent
Pada spesifikasi edisi november 2010, Aditif kelekatan dan anti
pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan dalam bentuk cairan
kedalam campuran agregat dengan mengunakan pompa penakar (dozing
pump) pada saat proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian
aditif anti striping dalam rentang 0,2% - 0,5 % terhadap berat aspal. Contoh –
contoh anti stripping agent : Wetfix-BE, Morlife 2200, dan Derbo-401.
1. Derbo-401
Adalah jenis anti stripping yang berasal dari India. Anti Stripping
ini telah diuji oleh IIP-Dehradun, SIIR-Delhi, dan CRRI-New Delhi yang
menghasilkan produk-produk terbaik. Untuk campuran Hotmix,
penggunaan anti stripping agent jenis Derbo-401 ini berkisar 0.1%-0.4%
dari berat bitumen.Sementara untuk perbaikan jalan, penggunaannya
berkisar 0.2%-0.5% dari berat bitumen.
Penggunaan Derbo ini diyakini dapat memberi keuntungan antara lain
sebagai berikut :
18 Menghemat lebih dari 50 % biaya maintenance konstruksi jalan
pada kondisi iklim lembab.
Harga yang cenderung lebih efektif jika dibandingkan dengan anti
pengelupasan lainnya.
Mengurangi kebutuhan dari agregat halus dalam campuran.
2. Morlife 2200
Morlife 2200 adalah sebuah jenis anti pengelupasan dengan
performa tinggi berdasarkan ilmu –ilmu kimia yang baru dan inovatif.
Morlife 2200 meningkatkan ikatan – ikatan antara aspal dan agregat,
mengatasi masalah- masalah yang terjadi dengan adhesi campuran yang
lemah. Campuran aspal yang menggunakan Morlife 2200 ini akan
memperlihatkan peningkatan daya tahan dan uap sehubungan dengan
kerusakan dan pengelupasan. Uap dalam kadar rendah dari morlife 2200
ini merupakan sebuah perbaikan kemajuan yang dramatikal dibandingkan
dengan aditif lainnya, dan tidak ditemukannya uap yang tercipta dalam
proses pencampuran. Morlife 2200 disimpan pada suhu lingkungan yaitu
20 – 250C ( 68-770F ).
3.Wetfix-BE
Wetfix merupakan salah satu dari jenis anti stripping yang
memiliki kesensitifan yang cukup tinggi, selain harganya yang relatif
mahal dan penambahan jumlahnya terhadap campuran aspal sangat
sedikit, akan tetapi menghasilkan stabilitas yang cukup baik.
19 Memperpanjang waktu pelapisan ulang Hotmix.
Biaya perawatan yang lebih rendah.
Memungkinkan seleksi jenis agregat yang lebih luas.
II.2 Definisi Perkerasan
Perkerasan merupakan lapisan permukaan keras yang diletakkan pada
formasi tanah setelah selesainya pekerjaan tanah atau dapat didefinisikan struktur
yang memisahkan antara ban kendaraan dengan tanah pondasi yang berada
dibawahnya (Hary Christiady Hardiatmo,2007) .Jadi perkerasan jalan adalah suatu
konstruksi yang dibangun di atas lapisan tanah dasar (subgrade), yang berfungsi
untuk menopang beban lalu lintas. Perkerasan dimaksudkan untuk memberikan
permukaan yang halus dan aman pada segala kondisi cuaca, serta tebal dari setiap
lapisan harus cukup aman untuk memikul beban yang bekerja di atasnya, oleh
karena itu pada waktu penggunaannya diharapkan tidak mengalami
kerusakan-kerusakan yang dapat menurunkan kualitas pelayanan lalu lintas.
. Perkerasan beraspal dengan kinerja yang sesuai dengan persyaratan tidak
akan dapat diperoleh jika bahan yang digunakan tidak memenuhi syarat,
meskipun peralatan dan metoda kerja yang digunakan telah sesuai. Perkerasan
jalan di Indonesia umumnya mengalami kerusakan awal (kerusakan dini) antara
lain akibat pengaruh beban lalu lintas kendaraan yang berlebihan (over loading),
temperatur (cuaca), air, dan konstruksi perkerasan yang kurang memenuhi
20 dalam tiga jenis campuran, yaitu campuran beraspal bergradasi rapat, senjang dan
terbuka. Tebal minimum penghamparan masing-masing campuran sangat
tergantung pada ukuran maksimum agregat yang digunakan. Tebal padat
campuran beraspal harus lebih dari 2 kali ukuran butir agregat maksimum yang
digunakan. Beberapa jenis campuran aspal panas yang umum digunakan di
Indonesia antara lain :
- AC (Asphalt Concrete) atau laston (lapis beton aspal)
- HRS (Hot Rolled Sheet) atau lataston (lapis tipis beton aspal)
- HRSS (Hot Rolled Sand Sheet) atau latasir (lapis tipis aspal pasir)
- HRSS terdiri dari Kelas A dan B
-HRS terdiri dari Gradasi senjang dan Semi Senjang
- Laston terdiri dari Ac-Wc.Ac-Bc,dan Ac-Base
Tabel 2.1. Ketentuan Sifat Campuran Laston (AC)
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Rev.3
Laston (AC) dapat dibedakan menjadi dua tergantung fungsinya pada
(AC-21 wearing course) dan untuk lapis pondasi (AC-base, AC-binder, ATB (Asphalt
Treated Base)).
a. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC (Asphalt
Concrete – Wearing Course) dengan tebal minimum AC – WC adalah 4
cm. Lapisan ini adalah lapisan yang berhubungan langsung dengan ban
kendaraan.
b. Laston sebagai lapisan pengikat, dikenal dengan nama AC-BC (Asphalt
Concrete – Binder Course) dengan tebal minimum AC – BC adalah 5 cm.
Lapisan ini untuk membentuk lapis pondasi jika digunakan pada pekerjaan
peningkatan atau pemeliharaan jalan.
c. Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC-Base (Asphalt
Concrete-Base) dengan tebal minimum AC-Base adalah 6 cm. Lapisan ini
tidak berhubungan langsung dengan cuaca tetapi memerlukan stabilitas
untuk memikul beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda
kendaraan.
Campuran beraspal panas terdiri atas kombinasi agregat, bahan pengisi dan
aspal yang dicampur secara panas pada temperatur tertentu. Komposisi bahan
dalam campuran beraspal panas terlebih dahulu harus direncanakan sehingga
setelah terpasang diperoleh perkerasan beraspal yang memenuhi kriteria :
a) Stabilitas yang cukup. Lapisan beraspal harus mampu mendukung beban
lalu-lintas yang melewatinya tanpa mengalami deformasi permanen dan
deformasi plastis selama umur rencana.
b) Durabilitas yang cukup. Lapisan beraspal mempunyai keawetan yang
22 c) Kelenturan yang cukup. Lapisan beraspal harus mampu menahan lendutan
akibat beban lalu-lintas tanpa mengalami retak.
d) Cukup kedap air. Lapisan beraspal cukup kedap air sehingga tidak ada
rembesan air yang masuk ke lapis pondasi di bawahnya.
e) Kekesatan yang cukup. Kekesatan permukaan lapisan beraspal
berhubungan erat dengan keselamatan pengguna jalan.
f) Ketahanan terhadap retak lelah (fatique). Lapisan beraspal harus mampu
menahan beban berulang dari beban lalu-lintas selama umur rencana.
g) Kemudahan kerja. Campuran beraspal harus mudah dilaksanakan, mudah
dihamparkan dan dipadatkan.
Untuk dapat memenuhi ketujuh kriteria tersebut, maka sebelum
pekerjaan campuran beraspal dilaksanakan, perlu terlebih dahulu dibuat
formula campuran kerja (FCK). Pembuatan Formula Campuran Kerja
(FCK) atau lebih dikenal dengan JMF (Job Mix Formula), meliputi
penentuan proporsi dari beberapa fraksi agregat dengan aspal sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan kinerja perkerasan yang memenuhi
syarat. Pembuatan campuran kerja dilakukan dengan beberapa tahapan
dimulai dari penentuan gradasi agregat gabungan yang sesuai persyaratan
dilanjutkan dengan membuat Formula Campuran Rencana (FCR) yang
dilakukan di laboratorium. FCR dapat disetujui menjadi FCK apabila dari
hasil percobaan pencampuran dan percobaan pemadatan di lapangan telah
memenuhi persyaratan.
23 A.Perkerasan lentur (flexible pavement)
Perkerasan lentur merupakan perkerasan yang menggunakan aspal sebagai
bahan pengikatnya. Perkerasan lentur memiliki umur rentang antara 10-20 tahun
masa pemakaian saja. Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan
yang diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut
berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan
dibawahnya. Perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis bertujuan untuk
menerima beban kendaraan yang melaluinya dan meneruskan ke lapisan di
bawahnya. Biasanya material yang digunakan pada lapisan-lapisan perkerasan
jalan semakin kebawah akan semakin berkurang kualitasnya. Karena lapisan yang
berada dibawah lebih keci tegangannya.
lapis permukaan (surface)
lapis pondasi atas (base)
lapis pondasi bawah
(subbase)
tanah dasar (subgrade)
Gambar 2.2 Lapisan Perkerasan Lentur
Lapisan permukaan pada umumnya dibuat dengan menggunakan bahan
pengikat aspal, sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas
yang tinggi dan daya tahan yang lama. Lapisan ini terletak paling atas, yang
24 1. Menahan beban roda, oleh karena itu lapisan perkerasan ini harus
mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa
layan.
2. Lapisan kedap air, sehingga air hujan tidak meresap ke lapisan di
bawahnya yang akan mengakibatkan kerusakan pada lapisan tersebut.
3. Lapis aus, lapisan yang langsung terkena gesekan akibat rem kendaraan
sehingga mudah menjadi aus.
4. Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawahnya, sehingga dapat
dipikul oleh lapisan lain.
B.Perkerasan kaku (rigid pavemet)
Perkerasan kaku merupakan suatu susunan konstruksi perkerasan dimana
sebagai lapisan atasnya digunakan pelat beton, yang terletak di atas pondasi atau
langsung di atas tanah dasar. Lapisan pondasi atas terletak tepat di bawah lapisan
perkerasan, maka lapisan ini bertugas menerima beban yang berat. Oleh karena itu
material yang digunakan harus berkualitas tinggi dan pelaksanaan di lapangan
harus benar. Lapisan-lapisan perkerasan kaku adalah seperti gambar 2.2 di bawah
ini.
plat beton (concrete slab)
lapis pondasi bawah (subbase)
tanah dasar (subgrade)
25 Perkerasan kaku ini memiliki umur rencana yang lebih lama dibandingkan
perkerasan lentur., tetapi lebih mahal biaya yang dibutuhkan . Pada umumnya
perkerasan kaku dipakai pada jalan antar lintas provinsi karena arus lalu lintasnya
padat. Selain dari kedua jenis tersebut, sekarang telah banyak digunakan jenis
gabungan (composite pavement).
C.Perkerasan komposit (composite pavement)
Perkerasan komposit merupakan perkerasan kaku yang dikombinasikan
dengan perkerasan lentur. Perkerasan lentur di atas perkerasan kaku atau
sebaliknya.
lapis permukaan (surface)
plat beton (concrete slab)
lapis pondasi bawah (subbase)
tanah dasar
Gambar 2.4 Lapisan Perkerasan Komposit
D.Perbedaan antara perkerasan lentur dan pekerasan kaku.
Perbedaan antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku dapat dilihat pada
tabel 2.2
Tabel 2.2 Perbedaan Perkerasan Lentur dan Pekerasan Kaku
Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku
26
Repetisi Beban Timbul rutting (lendutan pada jalur roda)
Timbul retak-retak pada permukaan
Penurunan Tanah Dasar
Jalan bergelombang (mengikuti tanah dasar)
Bersifat sebagai balok diatas perletakan
Perubahan Temperatur
Modulus kekakuan berubah. Timbul tegangan dalam yang kecil
Modulus kekakuan tidak. berubah timbul tegangan dalam yang besar
Sumber: Silvia Sukirma
II.2. KRITERIA DAN FUNGSI LAPISAN PADA PERKERASAN LENTUR. Upaya yang dilakukan dalam memberikan rasa aman dan nyaman kepada
pengguna jalan, maka kontruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat
tertentu yang dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu :
a. Syarat-syarat berlalu-lintas.
Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang.
Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja diatasnya.
Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan sehingga tak mudah selip.
Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari.
b. Syarat-syarat kekuatan/struktural.
Kontruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan memikul dan
27 Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan
lalu-lintas ke tanah dasar.
Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan di
bawahnya.
Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya dapat cepat di alirkan.
Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti.
Secara jelas susunan lapis konstruksi perkerasan lentur terdiri dari :
a. Lapis Permukaan (surface course)
Lapisan permukaan pada umumnya dibuat dengan menggunakan bahan
pengikat aspal, sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas
yang tinggi dan daya tahan yang lama. Lapisan ini terletak paling atas, yang
berfungsi sebagai berikut:
Menahan beban roda, oleh karena itu lapisan perkerasan ini harus mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa layan.
Lapisan kedap air, sehingga air hujan tidak meresap ke lapisan di bawahnya yang akan mengakibatkan kerusakan pada lapisan tersebut.
Lapis aus, lapisan yang langsung terkena gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawahnya, sehingga dapat dipikul
oleh lapisan lain.
Jenis lapis permukaan yang banyak digunakan di Indonesia adalah sebagai
28
Lataston (lapis tipis aspal beton), yaitu lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, mineral pengisi dan aspal keras
dengan perbandingan tertentu dan tebal antara 2 – 3,5 cm.
Jenis lapisan di atas merupakan jenis lapisan yang bersifat nonstructural
yang berfungsi sebagai lapisan aus dan penggunaan bahan aspal diperlukan agar
lapisan dapat bersifat kedap air dan memberikan bantuan tegangan tarik yang
berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu-lintas.
Pemilihan bahan lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur
rencana, serta pentahapan kontruksi agar di capai manfaat yang sebesar-besarnya
dari biaya yang dikeluarkan. Jenis lapisan berikutnya merupakan jenis lapisan
yang bersifat structural yang berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan
menyebarkan beban roda, antara lain:
Penetrasi macadam (lapen), yaitu lapis pekerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh
aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis.
Tebal lapisan bervariasi antara 4 – 10 cm.
Lasbutag, yaitu lapisan yang terdiri dari campuran antara agregat, asbuton dan
bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal
lapisan padat antara 3 – 5 cm.
Laston (lapis aspal beton), yaitu lapis perkerasan yang terdiri dari campuran aspal keras dengan agregat yang mempunyai gradasi menerus dicampur,
dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. Laston terdiri dari 3 macam
campuran, Laston Lapis Aus (AC-WC), Laston Lapis Pengikat (AC-BC) dan
29
Ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19mm, 25mm dan 37,5 mm. Jika campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh
campuran aspal tidak boleh kurang dari toleransi masing-masing campuran dan
tebal nominal rancangan.
b. Lapis Pondasi Atas (base course)
Lapisan pondasi atas terletak tepat di bawah lapisan perkerasan, maka lapisan
ini bertugas menerima beban yang berat. Oleh karena itu material yang digunakan
harus berkualitas tinggi dan pelaksanaan di lapangan harus benar.
c. Lapis Pondasi Bawah (subbase course)
Lapis pondasi bawah adalah lapis perkerasan yang terletak diantara lapis
pondasi dan tanah dasar. Jenis pondasi bawah yang biasa digunakan di
permukaan tanah asli, tanah galian atau tanah timbunan yang menjadi dasar
untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. Perkerasan lain diletakkan
di atas tanah dasar, sehingga secara keseluruhan mutu dan daya tahan seluruh
konstruksi perkerasan tidak lepas dari sifat tanah dasar.
30 II.3.1. AGREGAT
Batuan atau agregat untuk campuran beraspal umumnya diklasifisikan
berdasarkan sumbernya, seperti contohnya agregat alam,agregat hasil pemrosesan,
agregat buatan atau agregat artifisial.
Secara umum bahan penyusunan beton aspal terdiri dari agregat kasar,
agregat halus, bahan pengisi dan aspal sebagai bahan pengikat. Dimana bahan
bahan tersebut sebelum digunakan harus diperiksa di laboratorium. Agregat yang
akan dipergunakan sebagai material campuran perkerasan jalan haruslah
memenuhi persyaratan sifat dan gradasi agregat seperti yang ditetapkan didalam
buku spesifikasi pekerjaan jalan atau ditetapkan badan yang berwenang. Menurut
Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI untuk
Campuran Beraspal Panas, Dep. PU, 2010 Revisi III memberikan persyaratan
untuk agregat sebagai berikut.
1. Agregat Kasar
Tabel 2.3. Ketentuan Agregat Kasar untuk Campuran Beton Aspal.
Jenis pemeriksaan Standart Syarat
maks/min
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan
natrium dan magnesium sulfat. SNI 3407-2008
Maks. 12 %
Maks 18%
Abrasi dengan Mesin Los Angeles SNI 2417-2008 Maks. 40 %
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439-2011 Min. 95 %
Angularitas SNI 7619-2002 95/90(*)
Partikel Pipih dan Lonjong(**) ASTM D4791 Maks. 10 %
31 Sumber : (Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI Perkerasan Bera spal, Dep. PU, 2010 Revisi III
Catatan :
(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
(**) Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5
2. Agregat Halus
Tabel 2.4.Ketentuan Agregat Halus untuk Campuran Beton Aspal.
Jenis Pemeriksaan Standar Syarat Maks/Min
Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Maks. 60 %
Material lolos saringan No. 200 SNI ASTM C117:2012 Maks. 10 %
Angularitas SNI 03-6877-2002 Min. 45 %
Kadar Lempung SNI 3432 : 2008 Maks. 1%
Sumber : (Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI Perkerasan Bera spal, Dep. PU, 2010 Revisi III)
3. Bahan Pengisi (filler)
Menurut SNI 03-6723-2002 yang dimaksud bahan pengisi adalah bahan yang
lolos ukuran saringan no.30 (0,59 mm) dan paling sedikit 65% lolos saringan
no.200 (0.075 mm). Pada waktu digunakan bahan pengisi harus cukup kering
untuk dapat mengalir bebas dan tidak boleh menggumpal. Macam bahan pengisi
yang dapat digunakan ialah: abu batu, kapur padam, portland cement (PC), debu
32 plastis lainnya. Banyaknya bahan pengisi dalam campuran aspal beton sangat
dibatasi. Kebanyakan bahan pengisi, maka campuran akan sangat kaku dan mudah
retak disamping memerlukan aspal yang banyak untuk memenuhi workability.
Sebaliknya kekurangan bahan pengisi campuran menjadi sangat lentur dan mudah
terdeformasi oleh roda kendaraan sehingga menghasilkan jalan yang
bergelombang.
Tabel 2.5. Gradasi Bahan Pengisi.
Ukuran Saringan Persen Lolos
No. 30 (600 mikron) 100
No. 50 (300 mikron) 95 – 100
No. 200 (75 mikron) 70 – 100
Sumber : SNI 03-6723-2002 (spesifikasi bahan pengisi untuk campuran beraspal)
Material filler bersama-sama dengan aspal membentuk mortar dan
berperan sebagai pengisi rongga sehingga meningkatkan kepadatan dan ketahanan
campuran serta meningkatkan stabilitas campuran, sedangkan pada campuran
laston filler berfungsi sebagai bahan pengisi rongga dalam campuran. Pada
prakteknya fungsi dari filler adalah untuk meningkatkan viskositas dari aspal dan
mengurangi kepekaan terhadap temperature. Meningkatkan komposisi filler dalam
campuran dapat meningkatkan stabilitas campuran tetapi menurunkan kadar air
void (rongga udara) dalam campuran. Berikut hasil pengujian kandungan apa saja
yang terkandung dalam Semen dan Abu Vulkanik Gunung Sinabung. Dan Abu
33 Tabel 2.6. Kandungan dalam Semen Portland dan Abu Vulkanik Sinabung
Sumber : Laboratorium FMIPA Kimia Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7 Kandungan dalam Abu Kapur
Sumber : Rosenqvist T., 2004, “Principles Of Extractive Metallurgy”, Second Edition,
34 4. Gradasi Gabungan
Gradasi untuk gabungan campuran aspal ditunjukkan dalam persen
terhadap berat aggregat dan bahan pengisi ,harus memenuhi batas-batas
yang diberikan dalam tabel spesifikasi umum 2010 revisi III
Tabel.2.8 Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran
Aspal
Sumber :Spesifikasi Umum 2010
35 II.3.2. ASPAL
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan
yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat
cukup pemanasan dan sebaliknya. Jenis Aspal yang digunakan adalah Aspal
buatan ( Minyak )Aspal minyak dengan bahan dasar aspal AC (asphalt
concrete).dan ditentukan berdasarkan spesifikasi divisi VI 2010 Revisi III pada
tabel 2.8
Tabel 2.9 Persyaratan aspal minyak pada spesifikasi umum
36 II.4. MARSHALL TEST
Pemeriksaan ini pertama kali di kembangkan oleh Bruce Marshall bersama
dengan The Missisippi State Highway Depa rtement. Penelitian ini dilanjutkan the
u.s. army corps of enggineers dengan lebih ektensif dan menambah kelengkapan
pada prosedur pengujian Marshall dan akhirnya mengembangkan kriteria
rancangan campuran. Kinerja campuran aspal beton dapat diperiksa dengan
menggunakan alat pemeriksaan Marshall yang terdiri dari Volumetric
Characteristic dan Marshall Properties. Volumetric Characteristic akan
menghasilkan parameter-parameter: void in meineral agregate (VMA), void in
mix (vim), void filled with asphalt (VFWA) dan density. Sedangkan marsall
properties menghasilkan stabilitas dan kelelehan (flow) yang diperoleh dari hasil
pengujian dengan alat marshall.Pemeriksaan dimaksudkan untuk menentukan
ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal dan
agregat.
Tabel 2.10.Ketentuan Sifat Campuran Laston (AC)
37 Akan sangat sulit mencari metode pengujian yang dapat meneliti semua faktor
tersebut hanya dalam satu cara. Tetapi sebagian besar dari faktor-faktor tersebut
dapat di uji dengan menggunakan alat marshall. Hasil yang di peroleh dari
pengujian dengan alat marshall, antara lain:
a. Stabilitas
b. Marshall quetient (MQ)
c. Kelelehan
d. Rongga dalam campuran (VIM)
e. Rongga dalam agregat (VMA)
Saat ini pemeriksaan marshall mengikuti prosedur PC-0201-76 atau AASHTO
T 245-74, atau ASTM D 1559-624T. Beban maksimum yang dapat diterima oleh
benda uji sebelum hancur adalah kelelehan (flow) Marshall dan perbandingan
stabilitas dan kelelehan (flow) Marshall disebut Marshall Quotien, yang
merupakan ukuran ketahanan material terhadap deformasi tetap. Alat yang di
gunakan terdiri dari mesin uji Marshall. Alat Marshall merupakan alat tekan yang
dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (5000 lbs)
dan flowmeter. Proving ring digunakan untuk mengukur nilai stabilitas, dan
flowmeter untuk mengukur kelelehan plastis atau flow. Benda uji Marshall
38 II.4.1. PENGUJIAN MARSHALL UNTUK PERENCANAAN CAMPURAN.
Untuk keperluan pencampuran, agreat dan aspal di panaskan pada suhu
dengan nilai viskositas aspal 170 20 centistokes (cst) dan di padatkan pada suhu
dengan nilai viskositas aspal 280 30 cst. Alat yang di gunakan untuk proses
pemadatan adalah marshall compaction hammer. Benda uji berbentuk silinder
dengan tinggi 64 mm dan diameter 102 mm ini di uji pada temperatur
dengan tinggkat pembebanan konstan 51 mm/menit sampai terjadi keruntuhan.
Pengujian Marshall untuk perencanaan campuran pada penelitian ini adalah
metode pengujian marshall standart dengan ukuran agregat maksimum 25 mm (1
inchi) dan menggunakan aspal keras. Pengujian marshall di mulai dengan
persiapan benda uji. Untuk keperluan ini perlu di perhatikan hal sebagai berikut :
a. Bahan yang di gunakan masuk dalam spesifikasi yang ada
b. Kombinasi agregat memenuhi gradasi yang disyaratan
c. Untuk keperluan analisa volumetrik (density-voids), berat jenis bulk dari
semua agregat yang di gunakan pada kombinasi agregat, berat jenis aspal
keras harus dihitung lebih dahulu.
Dua prinsip penting pada pencampuran dengan pengujian marshall adalah analisa
volumetrik dan analisa stabilitas kelelehan (flow) dari benda uji padat.
Stabilitas benda uji adalah daya tahan beban maksimum benda uji pada
temperatur ( ). Nilai kelelehan adalah perubahan bentuk suatu
campuran beraspal yang terjadi pada benda uji sejak tidak ada beban hingga beban
maksimum yang di berikan selama pengujian stabilitas. Pada penentuan kadar
aspal optimum untuk suatu kombinasi agregat atau gradasi tertentu dalam
39 kadar aspal yang berbeda sehingga di dapatkan suatu kurva lengkung yang teratur.
Pengujian agar direncanakan dengan dasar 1/2 % kenaikan kadar aspal dengan
perkiraan minimum 2 kadar aspal di bawah optimum.
II.4.1.1. Berat Isi Benda Uji Padat
Setelah benda uji selesai, kemudian di keluarkan menggunakan ekstruder
dan dinginkan. Berat isi untuk benda uji porus ditentukan dengan melakukan
beberapa kali pertimbangan seperti prosedur (ASTM D 1188). Secara garis besar
adalah sebagai berikut:
a. Timbang benda uji di udara
b. Selimuti benda uji dengan parafin
c. Timbang benda uji berparafin di udara
d. Timbang benda uji berparafin di air
Berat isi untuk benda uji tidak porus atau bergradasi menerus dapat ditentukan
menggunakan benda uji kering permukaan jenuh (SSD) seperti prosedur ASTM
D-2726. Secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Timbang benda uji di udara
b. Timbang benda uji SSD di udara
c. Rendam benda uji di dalam air
d. Timbang benda uji SSD di dalam air
II.4.1.2. Pengujian Stabilitas dan Kelelehan (flow)
Setelah penentuan berat jenis bulk benda uji dilaksanakan pengujian
stabilitas dan kelelehan dilaksanakan dengan menggunakan alat uji. Prosedur
40 a. Rendam benda uji pada temperatur ( ) selama 30-40 menit
sebelum pegujian
b. Keringkan permukaan benda uji dan letakkan pada tempat yang tersedia pada
alat uji, deformasi konstan 51 mm (2 inchi/menit) sampai terjadi runtuh.
II.4.1.3. Pengujian Volumetrik
Tiga sifat dari benda uji campuran aspal panas ditentukan pada analisa
rongga-density, sifat tersebut adalah:
a. Berat isi atau berat jenis bena uji padat
b. Rongga dalam agregat mineral
c. Rongga udara dalam campuran padat
Dari berat contoh dan persentase aspal dan agregat dan berat jenis
masing-masing volume dari material yang bersangkutan dapat ditentukan.
Volume ini dapat diperlihatkan pada gambar berikut:
UdaraVa
aspal Vbe VmaVb
VbaVmm
AgregatVsb Vse Vmb
Gambar 2.5. Hubungan volume dan rongga-density benda uji campur panas
41 Keterangan gambar:
Vma = Volume rongga dalam agregat mineral
Vmb = Volume contoh padat
Vmm = Volume tidak ada rongga udara dalam campuran
Va = Volume rongga udara
Vb = Volume aspal
Vba = Volume aspal terabsorbsi agregat
Vbe = Volume aspal effektif
Vsb = Volume agregat (dengan berat jenis curah)
Vse = Volume agregat (denan berat jenis effektif)
Wb = Berat aspal
Ws = Berat agregat
= Berat volume isi air (1.0 gr/cm^3) = (62,4 lbf/ft^3)
Gmb = Berat jenis curah campuran padat
% rongga =
% Vma =
Density =
= Gmb
Rongga pada agregat mineral (VMA) dinyatakan sebagai persen dari total
volume rongga dalam benda uji, merupakan volume rongga dalam campuran yang
tidak terisi agregat dan aspal yang terserap agregat. Rongga dalam campuran, Va
atau sering disebut VIM, juga dinyatakan sebagai persen dari total volume benda
42 Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran beraspal untuk menerima
beban sampai terjadi alir (flow) pada suhu tertentu yang dinyatakan dalam
kilogram.Stabilitas merupakan kemampuan perkerasan jalan menerima beban lalu
lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur, dan bleeding.
Kebutuhan akan stabilitas sebanding dengan fungsi jalan, dan beban lalu lintas
yang akan dilayani. Jalan yang melayani volume lalu lintas tinggi dan dominan
terdiri dari kendaraan berat, membutuhkan perkerasan jalan dengan stabilitas
tinggi. Sebaliknya perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk melayani lalu lintas
kendaraan ringan tentu tidak perlu mempunyai stabilitas yang tinggi.
Kelelehan (flow) merupakan keadaan perubahan bentuk suatu campuran
beraspal yang terjadi akibat suatu beban yang diberikan selama pengujian,
dinyatakan dalam mili meter. Ketahanan terhadap kelelehan (flow) merupakan
kemampuan beton aspal menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa
terjadinya kelelahan berupa alur dan retak. Hal ini dapat tercapai jika
mempergunakan kadar aspal yang tinggi.
Marshall quetient adalah rasio antara nilai stabilitas dan kelelehan. Rongga
di antara mineral agregat (VMA) adalah ruang di antara partikel agregat pada
suatu perkerasan beraspal, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif (tidak
termasuk volume aspal yang diserap agregat). Rongga udara dalam campuran atau
VIM dalam campuran perkerasan beraspal terdiri atas ruang udara di antara
partikel agregat yang terselimuti aspal. VIM dinyatakan dalam persentase