• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaraan Telur Ayam Ras Di Kota Medan Provinsi (Studi Kasus : Pasar Petisah, Kecamatan Medan Petisah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaraan Telur Ayam Ras Di Kota Medan Provinsi (Studi Kasus : Pasar Petisah, Kecamatan Medan Petisah)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN DAN PENAWARAAN TELUR AYAM RAS

DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus : Pasar Petisah, Kecamatan Medan Petisah)

SKRIPSI

OLEH :

SURYA A. SITORUS

110304076

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

2

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN DAN PENAWARAAN TELUR AYAM RAS

DI KOTA MEDAN PROVINSI

(Studi Kasus : Pasar Petisah, Kecamatan Medan Petisah)

SKRIPSI

SURYA A. SITORUS

110304076

AGRIBISNIS

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) (Ir. M.

Jufri,M.Si) NIP.1954 1111 1981 03 1001 NIP. 1960 1110 1988 03 1003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

2015

ABSTRAK

Surya A. Sitorus (110304076) dengan judul skripsi Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Telur Ayam Ras di Medan. Studi Kasus : Pasar Tradisional Petisah. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si dan Bapak Ir. Jufri , M.Si.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan teluar ayam ras di pasar tradisional Petisah di tingkat konsumen. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil dengan alat bantu SPSS 16.0. Pengambilan sample konsumen dan pedagang dilakukan secara Accidental Sampling dengan besar sample konsumen adalah 30 orang dan besar sample pedagang adalah 5 orang.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dari sisi permintaan, variable harga telur ayam ras, pendapatan rata-rata keluarga/bulan, jumlah tanggungan, dan harga tempe secara serempak berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di pasar tradisional Petisah, Kota Medan. Secara parsial variabel harga telur ayam ras, jumlah tanggungan dan harga tempe berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur ayam ras, sedangkan variabel pendapatan rata-rata keluarga/bulan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di pasar tradisional Petisah, Kota medan di tingkat konsumen. Dari sisi penawaran, variabel harga beli pedagang, biaya produksi, dan keuntungan secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras di pasar tradisional petisah, Kota Medan. Secara parsial, variabel biaya pemasaran dan keuntungan berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras di pasar tradisional petisah, Kota medan. Secara parsial, variabel harga beli pedagang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras di pasar tradisional petisah, Kota Medan.

(4)

4

RIWAYAT HIDUP

Surya Alexander Sitorus lahir di Medan pada tanggal 27 Februari 1993. Anak pertama dari tiga bersaudara, seorang putra dari Ayahanda R. Sitorus dan Ibu P. Doloksaribu.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1998 masuk Taman Kanak-Kanak di TK Tunas Harapan dan tamat pada tahun 1999.

2. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 020267 Binjai dan tamat pada tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Binjai dan tamat pada tahun 2008.

4. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Binjai dan tamat pada tahun 2011.

5. Tahun 2011 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

6. Bulan Agustus-September 2014 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Kwala Gebang, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmatkasih dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Telur Ayam Ras di Kota Medan (Studi Kasus : Pasar Petisah, Kecamatan Medan Petisah)”.

Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Ibunda tercinta Pahar Doloksaribu dan ayahanda Robert Sitorus, saudara terkasih Jeffry Naek Sitorus, SST dan Johan Pelix Sitorus yang telah memberikan doa dan begitu banyak perhatian, cinta, kasih sayang, serta dukungan baik moril maupun materil bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Hasman Hasyim, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan membantu dengan penuh kesabaran dan kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

6

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M. Si dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU.

4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis serta kepada seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Agribisnis FP USU.

5. Teman-teman seperjuangan penulis di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara angkatan 2011 Titus, Fernando, Sidik, Albert, Daniel, Ismael, Alief, Rut, Mutia, Novita, Johana, Vanny, Ayu, Agri dan teman semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan, semangat dan bantuan yang telah kalian berikan selama ini.

6. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2015

(7)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Telur Ayam Ras ... 6

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Teori Permintaan (Demand) ... 9

2.2.2 Teori Penawaran (Supply) ... 10

2.3 Penelitian Terdahulu ... 12

2.4 Kerangka Pemikiran ... 13

2.5 Hipotesis Penelitian ... 15

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 16

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 17

3.2.1 Konsumen ... 17

3.2.2 Pedagang ... 18

3.3 Metode Pengambilan Data ... 18

3.4 Metode Analisis Data ... 18

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 24

3.5.1 Definisi ... 24

3.5.2 Batasan Operasional ... 25

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 26

(8)

8

4.1.1 Keadaan Geografis dan Iklim ... 26

4.1.2 Luas Kota Medan Berdasarkan Kecamatan ... 26

4.1.3 Penduduk dan Rumah Tanga Menurut Kecamatan ... 28

4.1.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

4.1.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 30

4.1.6 Banyak Kelurahan dan Lingkungan Menurut Kecamatan... 26

4.2 Karakteristik Pasar Tradisional Lokasi Penelitian ... 32

4.3 Karakteristik Sample Penelitian ... 32

4.3.1 Konsumen ... 32 5.1 Untuk Membuktikan Hipotesis 1, Tren Perkembangan Konsumsi Telur Ayam Ras ... 36

5.2 Untuk Membuktikan Hipotesis 2, Tren Perkembangan Produksi Telur Ayam Ras … ... 37

5.1 Untuk Membuktikan Hipotesis 3, Terdapat Pengaruh Nyata Faktor Harga Beli Konsumen, Jumlah Tanggungan, Pendapatan, dan Harga Barang Subsitusi Terhadap Permintaan Telur Ayam Ras di Pasar Tradisional Petisah Kota Medan ... 37

5.2 Untuk Membuktikan Hipotesis 4, Terdapat Pengaruh Nyata Faktor Harga Beli Pedagang, Biaya Pemasaran, Pendapatan, dan Keuntungan Terhadap Penawaran Telur Ayam Ras di Pasar Tradisional Petisah, Kota Medan ... 36

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 52

6.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul

Halaman

2.1 Kandungan Gizi Telur Ayam ... .. 6

2.2 Persyaratan Mutu Fisik Telur ... 11

3.1 Banyaknya Pasar Dirinci Menurut Luas, Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Pedagang di Kota Medan Tahun 2012 ... 16

3.2 Banyaknya Pasar di Kecamatan Medan Petisah ... 17

4.1 Luas Kota Medan Berdasarkan Kecamatan ... 27

4.2 Penduduk dan Rumah Tangga Berdasarkan Kecamatan ... 28

4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan ... 29

4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 30

4.5 Banyak Kelurahan dan Lingkungan Menurut Kecamatan ... 31

4.6 Distribusi Sample Konsumen Berdasarkan Kelompok umur ... 32

4.7 Tingkat Pendidikan Sample Konsumen ... 33

4.8 Distribusi Sample Konsumen berdasarkan Jumlah tanggungan ... 33

4.9 Distribusi sample Konsumen Bedasarkan Pendapatan Rata-rata Keluarga/Bulan………... ..……. ... 33

4.10 Distribusi sample Pedagang Bedasarkan Biaya Pemasaran ... 34

4.11 Distribusi Sample Pedagang Berdasarkan Keuntungan………... 35

5.1 Nilai Tolerance dan VIF Permintaan Telur Ayam Ras ... 38

5.2 Hasil Analisis Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras ... 39

5.3 Nilai Tolerance dan VIF Penawaran Telur Ayam Ras... 45

(10)

10

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan dan Penawaran Telur Ayam Ras ... 14

5.1 Grafik Histogram Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras ... 37

5.2 Grafik Normal P-P Plot Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras ... 37

5.3 Grafik Scatterplot Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras ... 39

5.4 Grafik Histogram Jumlah Penawaran Telur Ayam Ras ... 44

5.5 Grafik Normal P-P Plot Jumlah Penawaran Telur Ayam Ras ... 45

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1. Karakteristik Konsumen Telur Ayam Ras 2. Karakteristik Pedagang Telur Ayam Ras 3. Karakteristik Biaya Pemasaran Pedagang 4. Karakteristik Penerimaan Pedagang 5. Keuntungan Pedagang

6. Hasil Analisis Regresi Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan 7. Hasil Analisis Regresi Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran

(12)

3

2015

ABSTRAK

Surya A. Sitorus (110304076) dengan judul skripsi Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Telur Ayam Ras di Medan. Studi Kasus : Pasar Tradisional Petisah. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si dan Bapak Ir. Jufri , M.Si.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan teluar ayam ras di pasar tradisional Petisah di tingkat konsumen. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil dengan alat bantu SPSS 16.0. Pengambilan sample konsumen dan pedagang dilakukan secara Accidental Sampling dengan besar sample konsumen adalah 30 orang dan besar sample pedagang adalah 5 orang.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dari sisi permintaan, variable harga telur ayam ras, pendapatan rata-rata keluarga/bulan, jumlah tanggungan, dan harga tempe secara serempak berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di pasar tradisional Petisah, Kota Medan. Secara parsial variabel harga telur ayam ras, jumlah tanggungan dan harga tempe berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur ayam ras, sedangkan variabel pendapatan rata-rata keluarga/bulan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di pasar tradisional Petisah, Kota medan di tingkat konsumen. Dari sisi penawaran, variabel harga beli pedagang, biaya produksi, dan keuntungan secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras di pasar tradisional petisah, Kota Medan. Secara parsial, variabel biaya pemasaran dan keuntungan berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras di pasar tradisional petisah, Kota medan. Secara parsial, variabel harga beli pedagang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras di pasar tradisional petisah, Kota Medan.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor peternakan sebagai salah satu komponen pembangunan di Indonesia menjadi hal yang sangat diperhitungkan. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Bahkan pemerintah pun menjadikan peternakan sebagai komponen revitalisasi pertanian di Indonesia.

Sektor peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Disadari atau tidak, sub sektor peternakan memiliki peranan penting dalam kehidupan dan pembangunan sumberdaya manusia Indonesia. Peranan ini dapat dilihat dari fungsi produk peternakan sebagai penyedia protein hewani yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Oleh karenanya, dengan peningkatan konsumsi produk-produk peternakan, yang dengan demikian maka turut menggerakan perekonomian pada sub sektor peternakan.

Salah satu komoditi peternakan yang paling sering hadir di kehidupan manusia adalah ayam. Ayam dapat dikonsumsi daging dan telur sebagai penyedia kebutuhan protein. Telur merupakan produk pertanian yang paling banyak dikonsumsi oleh berbagai kalangan. Seperti menurut Setiawan (2009), telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang sangat populer dikalangan masyarakat yang bermanfaat sebagai sumber protein hewani. Hampir semua jenis lapisan

(14)

13

masyarakat dapat mengkonsumsi jenis makanan ini sebagai sumber protein hewani. Hal ini disebabkan telur merupakan salah satu bentuk makanan yang mudah diperoleh dan mudah pula cara pengolahannya.

Dengan tingginya respon positif masyarakat terhadap telur ayam, maka usaha peternakan ayam semakin tinggi seperti menurut Suharno (1999) bisnis ayam ras di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat mengesankan. Konsumsi masyarakat terhadap produk hasil ternak yang dua puluh tahun lalu masih didominasi oleh daging sapi kini telah digantikan oleh daging dan telur ayam ras. Hal ini dapat terjadi karena peternakan ayam ras dikelola secara lebih efisien dan harga daging dan telur ayam ras yang terjangkau. Dengan demikian maka pertumbuhan usaha yang menghasilkan telur ayam ras sangat dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan akan telur di masyarakat.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tren perkembangan konsumsi telur ayam ras dari tahun 2010 hingga 2014 di Sumatera Utara ?

2. Bagaimanakah tren perkembangan produksi telur ayam ras dari tahun 2010 hingga 2014 di Sumatera Utara ?

3. Apakah ada pengaruh faktor harga telur ayam ras, pendapatan keluarga, jumlah tanggungan, dan harga barang subsitusi terhadap permintaan telur ayam ras di tingkat konsumen di pasar tradisional Petisah, Kota Medan?

(15)

4. Apakah ada pengaruh faktor harga beli pedagang, biaya pemasaran dan keuntungan terhadap penawaran telur ayam ras di tingkat konsumen di pasar tradisional Petisah, Kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan dalam penelitian ini, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui tren perkembangan konsumsi telur ayam ras dari tahun 2010 hingga 2014 di Sumatera Utara.

2. Mengetahui tren perkembangan produksi telur ayam ras dari tahun 2010 hingga 2014 di Sumatera Utara.

3. Menganalisis faktor harga telur ayam ras, pendapatan keluarga, jumlah tanggungan, dan harga barang subsitusi terhadap permintaan telur ayam ras di tingkat konsumen di pasar tradisional Petisah, Kota Medan.

4. Menganalisis faktor harga beli pedagang, biaya pemasaran dan keuntungan terhadap penawaran telur ayam ras di tingkat konsumen di pasar tradisional Petisah, Kota Medan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka kegunaan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi konsumen dan pedagng untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan permintaan dan penawaran telur ayam ras di pasar tradisional Petisah, Kota Medan..

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang ingin memperluas atau memperdalam penelitian ini.

(16)

15

1.5. Keaslian Penelitian

1.Model penelitian : Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS 16.0.

2. Variabel Penelitian :Penelitian ini menggunakan dua variabel terikat yaitu permintaan dan penawaran, dimana permintaan dengan variabel bebasnya berupa harga telur, pendapatan keluarga, jumlah tanggungan dan harga barang subsitusi. Penawaran dengan variabel bebasnya yaitu harga beli pedagang, biaya pemasaran, dan keuntungan.

3. Jumlah Sample : Penelitian ini menggunakan 30 sample konsumen dan 5 sampel pedagang

4. Waktu Penelitian : Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai bulan Mei tahun 2015.

5. Lokasi Penelitian : Penelitian ini dilakukan di Pasar Petisah ,Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Telur Ayam Ras

Telur ayam adalah bahan makanan yang dikonsumsi berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Konsumsi telur sebenarnya merupakan salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan protein hewani yang mudah didapatkan dengan harga yang tergolong terjangkau.

Sebagai bahan makanan, telur memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh, dimana memiliki rasa yang enak, mudah dicerna, dan dapat dikonsumsi semua golongan umur, mulai dari bayi hingga para lansia.

Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dan lain sebagainya

Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Hal ini seperti diungkapkan Sudaryani (2003) dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Kandungan gizi sebutir telur ayam tergolong sangat baik

Tabel 2.1. Kandungan Gizi Telur Ayam.

(18)

17

Protein 10,9 16,5

Lemak Sedikit 32,0

Hidrat arang 1,0 1,0

Air 87,0 49,0

Sumber: Sudaryani, 2003

Menurut Djanah (1990) setiap telur mempunyai struktur yang sama, terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :

1. Kulit telur (egg shell) sekitar 11% dari total berat telur 2. Putih telur (albumen) sekitar 57% dari total berat telur 3. Kuning telur (yolk) sekitar 32% dari total berat telur

Telur juga memiliki klasifikasi kualitas seperti menurut Winarno (1993), telur dibagi atas empat kualitas, yaitu :

- Kualitas AA

Kulit telur untuk kualitas ini harus bersih, tidak retak atau berkerut, bentuk kulit normal dan halus. Rongga udara di dalam telur sepanjang 0,32 cm. Rongga udara berada di bagian tumpul dan tidak bergerak-gerak. Putih telur harus bersih dan encer. Kuning telurnya dan tanpa kotoran.

- Kualitas A

Kulit telur juga harus bersih, tidak retak atau berkerut, mulus dan normal. Rongga udara 0,48 cm dan terdapat bagian tumpul dari telur. Putih telur bersih dan agak encer. Kuning telur normal dan bersih.

- Kualitas B

Kulit telur bersih, tidak pecah/retak dan agak tidak normal, misalnya sedikit lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur bersih dan lebih encer. Kuning telur normal tetapi ada bercak yang normal.

- Kualitas C

(19)

Kulit telur bersih dan sedikit kotor, kulit tidak normal. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur sudah encer, ada telur yang berbentuk tidak normal. Kuning telur sudah mengandung bercak-bercak, bentuk telur tidak normal atau pipih.

Berdasarkan SNI 01-3926-1995 mengenai Telur Ayam Segar untuk Konsumsi Persyaratan Mutu fisik telur dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut :

No. Faktor Mutu Tingkatan Mutu

Mutu I Mutu II Mutu III 2. Kondisi Kantung Udara (di lihat dengan peneropong)

a. Kedalaman 3. Kondisi putih telur

(20)

19

Namun, kenyataannya bahwa standarisai tersebut tidak berlaku di pasar tradisional, hal ini disebabkan oleh konsumen lebih mementingkan kuantitas dibanding kualitas yang dikarenakan keadaan ekonomi masyarakat yang berbelanja di pasar tradisional. Standarisasi tersebut dapat ditemukan pada pasar moderen, dimana telur telah dikemas dalam kemasan.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teori Permintaan (Demand)

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Para ahli ekonomi mengatakan “permintaan” yang mereka maksud menggambarkan keadaan keseluruhan daripada hubungan antara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan “jumlah barang yang diminta” dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno, 2008).

Permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Harga barang itu sendiri

Harga barang mempengaruhi kuantitas permintaan barang tersebut, seperti menurut Djojodipuro (1991) sifat keterkaitan antara permintaan terhadap suatu barang dan harga tersebut telah dijelaskan dalam hukum permintaan. Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap barang

(21)

diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang

diminta berhubungan negative (negatively related) dengan harga.

2. Pendapatan

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi/rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan berkurang, maka barang tersebut dinamakan barang normal (normal goods). Bila pendapatan seseorang meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Jadi, hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif (Kusumosuwidho, 1990).

3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap suatu barang. Semakin banyak jumlah tanggungan, maka jumlah permintaan akan semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha untuk memenuhi kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu keluarga. Jadi, permintaan berhubungan positif dengan jumlah tanggungan (Sukirno, 2008).

4. Harga komoditi lain (barang substitusi)

(22)

21

2.2.2. Teori Penawaran (Supply)

Penawaran diartikan sebagai kuantitas barang-barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga. Dalam hal ini, bila harga suatu barang naik, maka produsen akan berusaha meningkatkan jumlah barang yang dijualnya. Penjualan barang pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya harga barang itu sendiri, harga barang lain, ongkos produksi, tingkat teknologi dan tujuan-tujuan perusahaan (Sukirno, 1997). Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga sesuatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan (Sukirno, 2008).

Banyak faktor yang mempengaruhi berapa jumlah yang ditawarkan oleh pedagang sebagai pelaku penawar telur ayam ras diantaranya yaitu:

1. Harga beli pedagang

Naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya

terhadap jumlah barang yang ditawarkan. Kuantitas akan meningkat ketika harganya

meningkat dan kuantitas yang diminta menurun ketika harganya menurun, dapat

dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan positif dengan harga

(Djojodipuro, 1991).

(23)

2. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran adalah total biaya yang dikeluarkan pedagang untuk

menjual barang-barang yang akan dijual di pasar. Untuk analisis biaya pemasaran

perlu diperhatikan dua jangka waktu yaitu jangka panjang (jangka waktu dimana

semua faktor produksi dapat mengalami perubahan, misalnya sewa tempat, dll) dan

jangka pendek (jangka waktu dimana sebagian faktor produksi dapat berubah dan

sebagian lainnya tidak dapat berubah, misalnya biaya keamanan, dll).

3. Keuntungan

Pedagang dianggap selalu bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan.

Artinya bahwa pedagang selalu memilih tingkat output yang dapat memberikan

keuntungan maksimum. Keuntungan diperoleh dari total penerimaan dikurangi total

biaya yang dikeluarkan pedagang.

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dan menjadi rujukan adalah : No. Nama

(24)

23

2.Letak tinggi penyusunan rak telur tidak berpengaruh

1. Dari sisi permintaan bahwa variabel harga ayam ras

2. Dari sisi penawaran bahwa variabel harga jual peternak, biaya produksi, dan kentungan secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran ayam ras pedaging di tingkat peternak di pasar tradisional Kota Medan untuk konsumsi telur ayam ras dan ayam buras tertinggi oleh kelas pendapatan rendah. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras dan ayam buras di DKI Jakarta dan ayam ras, dan populasi ayam ras petelur memiliki pengaruh nyata terhadap penawaran telur ayam ras. Sementara secara parsial, harga telur ayam ras dan populasi ayam ras petelur berpengaruh nyata terhadap penawaran telur ayam ras. 2. Secara serempak, harga telur ayam ras, produksi telur ayam

(25)

Sumatera Utara? ras, dan pendapatan perkapita memiliki pengaruh nyata terhadap penawaran telur ayam ras. Secara parsial, harga telur ayam ras, produksi telur ayam ras, dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras.

2.4. Kerangka Pemikiran

Telur ayam ras merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi masyarakat dari semua golongan, selain karena harganya yang terjangkau juga mudah didapat serta cara mengkonsumsinya yang tergolong mudah. Oleh sebab itu, besarnya tingkat permintaan dan penawaran telur ayam perlu dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran telur ayam ras.

Konsumen telur ayam ras adalah mereka yang melakukan kegiatan pembelian telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras adalah harga beli konsumen, pendapatan rata-rata per bulan, jumlah tanggungan, dan harga komoditi lain atau barang subtitusi. Pedagang telur ayam ras melakukan penjualan (penawaran) di pasar tradisional Petisah. Adapun faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras yang dilakukan pedagang adalah harga beli pedagang, biaya pemasaran,dan keuntungan.

(26)

25

Keterangan :

: menyatakan hubungan

: menyatakan pengaruh

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat tren positif perkembangan konsumsi telur ayam ras dari tahun 2010 hingga 2014 di Sumatera Utara.

2. Terdapat tren positif perkembangan produksi telur ayam ras dari tahun 2010 hingga 2014 di Sumatera Utara.

3. Terdapat pengaruh nyata faktor harga beli konsumen, pendapatan konsumen, jumlah tanggungan dan harga barang subsitusi terhadap permintaan telur ayam ras di pasar tradisional Petisah, kota Medan.

4. Terdapat pengaruh nyata faktor harga beli pedagang, biaya pemasaran, dan keuntungan terhadap penawaran telur ayam ras di pasar tradisional Petisah, kota Medan.

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dengan menggunakan metode purposive. Lokasi penelitian yang dipilih ditentukan secara sengaja yakni di Kecamatan Medan Petisah. Adapun jumlah pasar di setiap kecamatan di Kota Medan dapat di lihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Banyaknya Pasar Dirinci Menurut Luas, Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Pedagang di Kota Medan Tahun 2012

(28)

27

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2013

(29)

pedagang terbanyak kedua di Kota Medan. Kecamatan Medan Kota meskipun merupakan kecamatan dengan luas pasar terbesar dan jumlah pedagang terbanyak, namun tidak dapat dijadikan sample karena sedang ada perpindahan pasar ke daerah lain, sehingga data yang dibutuhkan untuk penelitian ini tidak tersedia.

Kecamatan Medan Petisah memiliki 2 pasar, yaitu pasar Petisah dan Pasar Khandak. Rincia pasar sebagai berikut :

Tabel 3.2. Banyaknya Pasar di Kecamatan Medan Petisah

No Nama Pasar Kecamatan Luas Pasar

(m2)

Jumlah Pedagang

(Jiwa)

1 Pasar Petisah Medan Petisah 24.256,00 2.409

2 Pasar Khandak Medan Petisah 1.210,34 100

Sumber: Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan, 2014

Dari Tabel 3.2 diperoleh bahwa Pasar Petisah merupakan pasar yang memiliki luas lahan pasar terbesar dan jumlah pedagang terbanyak sehingga pasar inilah yang akan menjadi lokasi dalam penelitian ini.

3.2. Metode Pengumpulan Sampel

3.2.1. Konsumen

Metode penentuan responden konsumen dilakukan dengan metode penelusuran (Accidental Sampling) yaitu pengambilan responden dari konsumen yang kebetulan sedang berbelanja telur ayam ras di lokasi penelitian. Konsumen berasal dari kelompok populasi (Rumah Tangga) di Kota Medan. Seperti yang dikemukakan Bungin (2005), dimana setiap anggota populasi (Rumah Tangga) mempunyai probability yang sama untuk dijadikan sebagai responden.

(30)

29

Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik, ukuran responden paling minimum sebanyak 30.

3.2.2. Pedagang Telur Ayam Ras

Untuk responden pedagang telur ayam ras adalah semua pedagang telur ayam

ras yang berjualan di pasar tradisional yang menjadi tempat penelitian yang dilakukan

dengan metode sensus.

3.3. Metode Pengambilan Data

Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di pasar tradisional yang diteliti dengan melakukan wawancara kepada konsumen dan pedagang dengan mempergunakan daftar pertanyaan/kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumatera Utara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara, dan literatur yang mendukung penelitian.

3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk membuktikan hipotesis (1) dan (2) dengan deskripsi, dan metode analisis data yang digunakan untuk membuktikan hipotesis (3) dan (4) adalah analisis regresi linier berganda dengan mempergunakan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil dengan alat bantu SPSS 16.0. Untuk memenuhi prinsip BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yakni mengetahui sejauh mana model estimasi permintaan dan penawaran telur ayam ras mempunyai sifat-sifat yang tidak biasa,

(31)

efisien dan konsisten hingga diperoleh model regresi terbaik maka dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu.

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat Grafik Histogram dari residualnya atau dari Grafik Normal P-P Plot. Jika data pada Grafik Histogramnya menunjukkan pola distribusi normal atau data pada Grafik Normal P-P Plot menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Priyatno, 2011).

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Semakin kecil korelasi diantara variabel bebasnya, maka semakin baik model regresi yang akan diperoleh (Firdaus, 2011).

(32)

31

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual jawaban responden satu ke responden yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Adapun cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan cara melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel tersebut dengan residualnya, dengan dasar analisis:

a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang menyebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Priyatno, 2011).

Untuk mendeteksi heterokedastisitas juga dapat dilakukan dengan uji Park dengan bentuk fungsi sebagai berikut:

ln e2= α+ β1 ln X1 + β2 ln X2 + ... + βn ln Xn Keterangan:

e2 = Residual Kuadrat (Variabel Dependent) ln X1 = ln variabel bebas 1

ln X2 = ln variabel bebas 2 ln Xn = ln variabel bebas ke-n Kriteria pengujian:

Jika signifikansi t ˃ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika signifikansi t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 = Tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model persamaan.

H1 = Terjadi gejala heterokedastisitas pada model persamaan.

(33)

Untuk membuktikan hipotesis (1), yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di tingkat konsumen di pasar tradisional Kota Medan digunakan analisis regresi linier berganda dengan mempergunakan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil dengan alat bantu SPSS 16.0. Data yang dibutuhkan adalah harga telur ayam ras, pendapatan keluarga, jumlah tanggungan, dan harga barang substitusi yakni harga telur bebek dengan menggunakan rumus menurut Gujarati dan Porter (2011):

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + μ

Keterangan:

Y = Jumlah telur ayam ras yang diminta (Butir/Bulan) a = Koefisien intersep

b1,b2,b3,b4 = Koefisien regresi

X1 = Harga telur ayam ras (Rp/Butir)

X2 = Pendapatan keluarga (Rp/Bulan)

X3 = Jumlah tanggungan (Jiwa)

X4 = Harga barang substitusi (Rp)

μ = Kesalahan pengganggu

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

(34)

33

Koefisien determinasi (R2) merupakan besaran untuk menunjukkan tingkat kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam bentuk persen (menunjukkan seberapa besar persentase keragaman y yang dapat dijelaskan oleh keragaman x), atau dengan kata lain seberapa besar x dapat memberikan kontribusi terhadap y. Besarnya nilai R2 yaitu antara nol sampai dengan satu (0≤R2≤1). Semakin dekat R2 dengan nilai satu, maka semakin cocok garis regresi untuk meramalkan y (Supangat, 2010).

b. Uji Serempak (Uji F Statistik)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara serempak variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara serempak terhadap variabel tergantung maka model persamaan regresi tersebut masuk dalam kriteria cocok atau fit. Taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah α = 0,05 (Firdaus, 2011).

Kriteria pengujian:

Jika signifikansi F ˃ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika signifikansi F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 = Faktor-faktor X1, X2, X3, dan X4 secara serempak tidak berpengaruh nyata

terhadap Y (Jumlah telur ayam ras yang diminta).

H1 = Faktor-faktor X1, X2, X3, dan X4 secara serempak berpengaruh nyata

terhadap Y (Jumlah telur ayam ras yang diminta)

(35)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan/nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah α = 0,05 (Firdaus,

2011).

Kriteria pengujian:

Jika signifikansi t ˃ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika signifikansi t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 = Tidak ada pengaruh faktor-faktor X1, X2, X3, atau X4 secara parsial terhadap

Y (Jumlah telur ayam ras yang diminta).

H1 = Ada pengaruh faktor-faktor X1, X2, X3, atau X4 secara parsial terhadap Y

(Jumlah telur ayam ras yang diminta).

Untuk membuktikan hipotesis (2), yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di tingkat pedagang di pasar tradisional Kota Medan digunakan analisis regresi linier berganda dengan mempergunakan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil dengan alat bantu SPSS 16.0. Data yang dibutuhkan adalah harga beli pedagang, biaya pemasaran, dan keuntungan dengan menggunakan rumus menurut Gujarati dan Porter (2011):

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ μ

Keterangan:

Y = Jumlah telur ayam ras yang ditawarkan (Butir/Periode) a = Koefisien intersep

b1,b2 = Koefisien regresi

(36)

35

X2 = Biaya pemasaran (Rp)

X3 = Keuntungan (Rp)

μ = Kesalahan pengganggu

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran, maka perlu dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1. Definisi

1. Permintaan telur ayam ras adalah jumlah telur ayam ras yang dibeli konsumen dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

2. Harga beli konsumen adalah harga yang sudah ditetapkan oleh pedagang telur ayam ras.

3. Telur ayam ras adalah telur yang berasal dari ayam ras.

4. Pendapatan konsumen adalah pendapatan keluarga rata-rata per bulan.

5. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya.

6. Harga komoditi lain adalah harga barang subtitusi dari satu komoditi ke harga komoditi yang lain.

7. Penawaran telur ayam ras adalah banyaknya jumlah telur ayam ras yang ditawarkan oleh pedagang kepada konsumen pada waktu tertentu.

8. Harga beli pedagang telur ayam ras adalah harga yang dibayarkan pedagang telur kepada pemasok telur ayam ras.

9. Biaya pemasaran telur ayam ras adalah biaya yang dikeluarkan dalam penjualan telur ayam ras.

(37)

11. Jumlah telur yang tersedia adalah jumlah rata-rata telur ayam ras yang bisa didapat pedagang telur ayam ras dari pemasok setiap bulannya.

12. Pasar tradisional adalah tempat pedagang dan konsumen melakukan transaksi jual beli dan terjadi proses tawar menawar.

13. Pedagang telur ayam ras adalah pedagang yang berjualan telur ayam ras.

3.5.2. Batasan Operasional

Batasan operasional dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan di pasar tradisional di Pasar Petisah. 2. Waktu penelitian diadakan bulan Mei tahun 2015. 3. Responden yang akan dijadikan sampel adalah :

a. Konsumen yang membeli telur ayam ras di pasar tradisional Petisah. b. Pedagang telur ayam ras di lokasi pasar tradisional Petisah.

(38)

37

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Keadaan Geografi dan Iklim

Kota Medan merupakan Ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak di antara 3o.27’ – 2o.47’ Lintang Utara dan 98o.35’ – 98o.44’ Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur.

Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Kota Medan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2013 yaitu 23,99oC dan suhu maksimum yaitu 32, 11oC serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya yaitu 21,8oC dan suhu maksimum yaitu 32oC. Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 79 - 80% dan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,99 m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 115,5 mm.

(39)

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan 2014 No Kecamatan Luas Area (Km2) Persentase (%)

1 Medan Kota 5,27 1,99 2 Medan Barat 5,33 2,01 3 Medan Baru 5,84 2,20 4 Medan Johor 14,58 5,50 5 Medan Tuntungan 20,68 7,80 6 Medan Sunggal 15,44 5,83 7 Medan Helvetia 13,16 4,97 8 Medan Petisah 6,82 2,57 9 Medan Polonia 9,01 3,40 10 Medan Maimun 2,98 1,13 11 Medan Selayang 12,31 4,83 12 Medan Amplas 11,19 4,22 13 Medan Area 5,52 2,08 14 Medan Marelan 23,82 8,99 15 Medan Belawan 26,25 9,90 16 Medan Labuhan 36,67 13,83 17 Medan Denai 9,05 3,41 18 Medan Timur 7,76 2,93 19 Medan Deli 20,84 7,86 20 Medan Tembung 7,99 3,01 21 Medan Perjuangan 4,09 1,54

Total 265,10 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa Kecamatan dengan luas wilayah terbesar di Kota Medan adalah Kecamatan Labuhan dengan luas area 36,67 km2 dengan jumlah persentase 13,83%. Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil di Kota Medan adalah Kecamatan Maimun dengan luas area 2,98 km2 dengan jumlah persentase 1,13%.

(40)

39

Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Menurut Kecamatan di Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2. Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan 2014 Persentase Jumlah Persentase

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

(41)

4.1.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan 2014

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

(42)

41

4.1.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.1.5 berikut ini.

Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur 2014 No Umur Laki-laki Perempuan Total % (tahun) Jumlah % Jumlah %

1 0-4 102.196 9,70 98.201 9,07 200.397 9,38 2 5-9 96.337 9,14 91.372 8,44 187.709 8,79 3 10-14 91.390 8,67 87.510 8,08 178.900 8,37 4 15-19 103.859 9,85 108.422 10,02 212.281 9,94 5 20-24 118.924 11,28 126.359 11,67 245.283 11,48 6 25-29 97.223 9,22 99.374 9,18 196.597 9,20 7 30-34 85.323 8,10 89.072 8,23 174.395 8,16 8 35-39 78.318 7,43 81.867 7,56 160.185 7,50 9 40-44 70.658 6,70 73.439 6,78 144.097 6,74 10 45-49 60.138 5,70 62.736 5,80 122.874 5,75 11 50-54 50.235 4,76 52.945 4,89 103.180 4,83 12 55-59 39.767 3,77 40.554 3,74 80.321 3,76 13 60-64 26.374 2,50 27.329 2,52 53.703 2,51 14 65-69 15.567 1,47 18.226 1,68 33.793 1,58 15 70-74 10.149 0,96 13.089 1,21 23.238 1,08 16 75+ 6.935 0,65 11.628 1,07 18.563 0,87

Total 1.053.393 100,00 1.082.123 100,00 2.135.516 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

(43)

4.1.6. Banyak Kelurahan dan Lingkungan Menurut Kecamatan

Banyak Kelurahan dan Lingkungan Menurut Kecamatan di Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5. Banyak Kelurahan dan Lingkungan Menurut Kecamatan 2014 No Kecamatan Kelurahan Lingkungan

1 Medan Kota 12 146 2 Medan Barat 6 98 3 Medan Baru 6 64 4 Medan Johor 6 81 5 Medan Tuntungan 9 75 6 Medan Sunggal 6 88 7 Medan Helvetia 7 88 8 Medan Petisah 7 69 9 Medan Polonia 5 46 10 Medan Maimun 6 66 11 Medan Selayang 6 63 12 Medan Amplas 7 77 13 Medan Area 12 172 14 Medan Marelan 5 88 15 Medan Belawan 6 143 16 Medan Labuhan 6 99 17 Medan Denai 6 82 18 Medan Timur 11 128 19 Medan Deli 6 105 20 Medan Tembung 7 95 21 Medan Perjuangan 9 128

Total 151 2.001 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

(44)

43

4.2. Karakteristik Pasar Tradisional Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis meneliti di pasar tradisional Petisah yang terletak di Kecamatan Medan Petisah. Kecamatan Petisah merupakan kecamatan dengan jumlah pedagang terbanyak di Kota Medan. Dari data dilapangan, diketahui Pasar Petisah memiliki luas lahan sebesar 24.256 m2 dengan jumlah pedagang telur ayam ras sebanyak 5 orang.

4.3. Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen telur ayam ras yang melakukan pembelian di Pasar Petisah dan Pedagng yang berjualan telur ayam di Pasar Petisah.

4.3.1. Konsumen

Karakteristik Konsumen yang dimaksud meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan pendapatan.

4.3.1.1. Umur

Gambaran keadaan umur sampel konsumen di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6. Distribusi Sampel Konsumen Berdasarkan Kelompok umur Kelompok Umur (Tahun) Besar Sampel (jiwa) Persentase (%)

20-24 3 10

25-29 5 16,7

30-34 4 13,3

35-39 4 13,3

40-44 2 6,67

45-49 3 10

50-55 5 16,7

55-59 1 3,3

60-64 3 10

(45)

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat besar sampel konsumen tertinggi berada di kelompok umur 25-29 dan 50-55 tahundengan jumlah masing-masing 5 jiwa (16,7%) dan yang terendah pada kelompok umur 55-59 tahun dengan jumlah 1 jiwa (3,3%)

4.3.1.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadp suatu barang baik dari segi kualitas ataupun manfaatnya. Adapun tingkat pendidikan sampel konsumen dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini

Tabel 4.7. Tingkat Pendidikan Sampel Konsumen

Tingkat Pendidikan Besar Sampel (Jiwa) Persentase (%)

9 8 26,7

12 10 33,3

15 9 30

16 1 3,3

18 2 6,7

Total 30 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat besar sampel konsumen tertinggi berada pada tingkat SMA dengan jumlah 10 jiwa (33,3%) dan yang terendah berada pada tingkat S1 dengan jumlah 1 jiwa ( 6,7%).

4.3.1.3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan sampel konsumen dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.8. Distribusi Sampel Konsumen berdasarkan Jumlah Tanggungan Jumlah Tanggungan (Jiwa) Besar Sampel (Jiwa) Presentase (%)

0-2 8 26,7

3-5 18 60

>6 4 13,3

Total 30 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

(46)

45

4.3.1.4. Pendapatan

Pendapatan sampel Konsumen sangat bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.9

Tabel 4.9. Distribusi sampel Konsumen Bedasarkan Pendapatan Rata-rata Keluarga/Bulan

Pendapatan (Rp/Bulan) Besar Sampel (Jiwa) Persentase (%)

< 2.000.000 2 6,67

2.000.000 - 4.000.000 13 43,3

> 4.000.000 15 50

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa besar sampel konsumen tertinggi berada pada kelompok pendapatan Rp. 4.000.000 dengan jumlah 15 jiwa (50%) dan yang terendah berad pada kelompok pendapatan Rp. < 2.000.000 dengan jumlah 2 jiwa (13,3%).

4.3.2. Pedagang

Karakteristik pedagang yang dimaksud meliputi : 4.3.2.1. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran telur ayam ras adalah biaya yang dikeluarkan pedagang dalam penjualan telur ayam ras. Semakin banyak telur yang ditawarkan semakin besar biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang. Biaya pemasaran pedagang telur ayam ras dalam penelitian ini sangat bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 4.10 berikut ini :

Tabel 4.10. Distribusi sampel Pedagang Bedasarkan Biaya Pemasaran No. Biaya Pemasaran Besar Sampel

(Jiwa)

Besar Sampel (%)

1 200.000-300.000 3 60

(47)

Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa besar sampel tertinggi berada pada kelompok biaya Rp. 200.000-300.000 dengan jumlah 3 jiwa (60%) dan yang terendah berada pada kelompok biaya Rp. 300.000-400.000 dengan jumlah 2 jiwa (40%).

4.3.2.2. Keuntungan /Profit

Profit adalah keuntungan yang diperoleh pedagang dalam menjual hasil dagangannya. Jika keuntungan yang diperoleh pedagang tinggi maka jumlah barang yang ditawarkan juga tinggi. Profit/keuntungan pedagang telur ayam ras dalam penelitian ini sangat bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini :

Tabel 4.11. Distribusi Sampel Pedagang Berdasarkan Keuntungan No Keuntungan (Rp) Besar Sampel (Jiwa) Besar Sampel (%)

1 2.000.000-3.000.000 3 60

2 3.000.000.-4.000.00 1 20

3 >4.000.000 1 20

Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa besar sampel tertinggi berada pada kelompok keuntungan Rp. 2000.000-3000.000 dengan jumlah 3 jiwa (60%) dan yang

terendah berada pada kelompok biaya Rp. 3000.000-4000.000 dan > Rp.4000.000 dengan jumlah masing-masing 1 jiwa (20%).

BAB V

(48)

47

5.1. Untuk Membuktikan Hipotesis 1, Tren Perkembangan Konsumsi Telur

Ayam Ras Dari Tahun 2010 Hingga 2014 Di Sumatera Utara

Tabel 5.1. Konsumsi Telur Ayam Sumatera Utara tahun 2010-2014

Tahun Konsumsi Pertumbuhan (%)

Kg/Kap/Minggu Kg/Kap/Tahun

2010 0,129 6,726 -

2011 0,127 6,622 -1,55

2012 0,125 6,581 -1,57

2013 0,128 6,691 2,66

2014 0,132 6,882 2,85

Sumber : BPS Tahun 2015

(49)

5.2. Untuk Membuktikan Hipotesis 2, Tren Perkembangan Produksi Telur

Ayam Ras Dari Tahun 2010 Hingga 2014 Di Sumatera Utara

Tabel 5.2. Produksi telur tahun 2010 – 2014 Sumatera Utara Tahun Produksi Telur Ayam Ras Pertumbuhan

2010 79.204,1 -

2011 80.590,23 1,75

2012 108.018,10 34,03

2013 140.710,63 30,26

2014 146.797,30 4,4

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumatera Utara Tahun 2015

Dari tabel 5.2 dapat kita lihat bahwa pada tahun 2011 terjadi peningkatan produksi sebesar 1.386,13 butir atau sebesar 1,75%. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan produksi terbesar yaitu 28.814 butir atau sebesar 34,03%. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan sebesar 32.692,53 butir atau sebesar 30,2%. Dan pada tahun 2014 terjadi peningkatan produksi sebesar 5.996 butir atau sebesar 4,4%. Sehingga dapat dijelaskan bahwa setiap tahun mulai tahun 2010-2014 terdapat tren positif pertumbuhan produksi terlur setiap tahunnya.

5.3. Untuk Membuktikan Hipotesis 3, Terdapat pengaruh nyata faktor harga beli konsumen, pendapatan konsumen, jumlah tanggungan dan harga barang subsitusi terhadap permintaan telur ayam ras di pasar tradisional Petisah, kota Medan.

Dari hasil penelitian terhadap 30 sampel konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Petisah di Kecamatan Medan Petisah, dapat dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di tingkat konsumen di Kota Medan.

(50)

49

tanggungan (X3), dan harga tempe (X4). Untuk menguji pengaruhnya, maka perlu

dilakukan pengujian dengan analisis regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil menggunakan alat bantu SPSS 16.0 baik secara serempak maupun secara parsial.

Namun sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk memenuhi prinsip BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yakni mengetahui sejauh mana model estimasi permintaan telur ayam ras mempunyai sifat-sifat yang tidak biasa, efisien dan konsisten hingga diperoleh model regresi terbaik.

Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilihat dari Grafik Histogram residualnya atau Grafik Normal P-P Plot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut:

(51)

Berdasarkan Grafik Histogram di atas dapat dilihat bahwa rata-rata residual sama dengan nol. Grafik Histogram menunjukkan kurva yang simetris dimana pola kurva tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Hal ini berarti bahwa rata-rata residual model terdistribusi dengan normal. Selain itu, uji normalitas juga dapat dilihat dari Grafik Normal P-P Plot berikut ini.

Gambar 5.2 Grafik Normal P-P Plot Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras Berdasarkan tampilan Grafik Normal P-P Plot di atas terlihat bahwa titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Ini menunjukkan bahwa data model terdistribusi dengan normal.

b. Uji Multikolinearitas

(52)

51

Tabel 5.3. Nilai Tolerance dan VIF Permintaan Telur Ayam Ras

Variabel Tolerance VIF

Harga Telur Ayam Ras 0,574 1,743

Pendapatan Keluarga 0,857 1,166

Jumlah Tanggungan 0,601 1,663

Harga Tempe 0,863 1,159

Sumber: Data hasil output SPSS dari lampiran 6

Gejala multikolinearitas tidak terjadi jika nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance ˃ 0,1. Berdasarkan Tabel 5.3, dapat dilihat variabel harga telur ayam ras, pendapatan keluarga, jumlah tanggungan, dan tempe masing-masing nilai VIF-nya sebesar 1,743; 1,166; 1,663; 1,159 < 10. Sedangkan masing-masing nilai Tolerance-nya sebesar 0,574; 0,857; 0,601; 0,863 ˃ 0,1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas di dalam model persamaan ini.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dapat dilihat dari Grafik Scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut:

Gambar 5.3 Grafik Scatterplot Jumlah Permintaan Ayam Ras

(53)

menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y.

Setelah dilakukan uji asumsi klasik maka dapat diketahui hasil regresi linier berganda jumlah permintaan telur ayam ras sebagai berikut:

Tabel 5.4. Hasil Analisis Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras

Variabel Koefisien

Regresi t Hitung Signifikan

(Constant) 179,499 1,548 0,134

Harga Telur Ayam Ras (X1) -0,148 -1,553 0,013

Pendapatan Keluarga (X2) -2,304E-7 -0,864 0,396

Jumlah Tanggungan (X3) 7,158 6,078 0,000

Harga Tempe (X4) 0,01 1,263 0,021

R2 0,787

F Hitung 23,083 0,000

Sumber: Data hasil output SPSS dari lampiran 6

Dari Tabel 5.4 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Ŷ = 179,499 – 0,148X1 - 0,0000002304X2 + 7,158X3 + 0,01X4

Keterangan:

Y = Jumlah Telur ayam ras yang diminta (Butir/Bulan) X1 = Harga Telur ayam ras (Rp/Butir)

X2 = Pendapatan keluarga (Rp/Bulan)

X3 = Jumlah tanggungan (Jiwa)

X4 = Harga ikan Tempe (Rp/Balok)

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

a. Koefisien Determinasi (R2)

(54)

53

keluarga/bulan, jumlah tanggungan, dan harga tempe, sedangkan sisanya 21,3% lagi dijelaskan oleh variabel yang tidak termasukkan ke dalam model.

b. Uji F (Uji Serempak)

Dari hasil analisis regresi linier berganda menunjukan bahwa nilai F hitung sebesar 23,083 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian sig. F (0,000) ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya faktor harga

telur ayam ras, pendapatan rata-rata keluarga/bulan, jumlah tanggungan, dan harga tempe secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur ayam ras di tingkat konsumen di pasar tradisional Petisah, Kota Medan.

c. Uji t (Uji Parsial)

Dari Tabel 5.4 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel harga telur ayam ras, pendapatan rata-rata keluarga/bulan, jumlah tanggungan, dan harga tempe secara parsial terhadap jumlah permintaan telur ayam ras di tingkat konsumen di pasar tradisional Petisah sebagai berikut:

- Pengaruh Harga Telur Ayam Ras terhadap Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras

Koefisien regresi harga telur ayam ras sebesar -0,148 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik (negatif) antara harga dengan jumlah permintaan telur ayam ras. Jika harga naik sebesar Rp. 1 atau Rp. 1.000, maka jumlah permintaan telur ayam ras akan berkurang sebanyak 0,0148 butir atau 1,48 butir.

(55)

ayam ras secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur ayam ras.

Hal ini sesuai dengan bunyi hukum permintaan yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Harga dengan permintaan telur ayam ras mempunyai sifat hubungan yang berlawanan arah (negatif).

- Pengaruh Pendapatan Rata-Rata Keluarga/Bulan terhadap Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras

Koefisien regresi pendapatan ratarata keluarga/bulan sebesar -0,0000002304dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik (negatif) antara pendapatan rata-rata keluarga/bulan dengan jumlah permintaan ayam telur ras. Jika pendapatan naik sebesar Rp. 1 atau Rp. 1.000.000, maka jumlah permintaan telur ayam ras akan berkurang sebanyak 0,0000002304 buitr atau 0,2304 butir.

Nilai t hitung variabel pendapatan rata-rata keluarga/bulan yang diperoleh adalah 3,862 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,396 maka sig. t (0,396) ≥ 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel

pendapatan rata-rata keluarga/bulan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan ayam telur ras .

(56)

55

- Pengaruh Jumlah Tanggungan terhadap Jumlah Permintaan Telur

Ayam Ras

Koefisien regresi jumlah tanggungan sebesar 7,1588 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara jumlah tanggungan dengan jumlah permintaan telur ayam ras. Jika jumlah tanggungan bertambah sebanyak 1 orang, maka jumlah permintaan telur ayam ras akan bertambah pula sebanyak 7,158 butir.

Nilai t hitung variabel jumlah tanggungan yang diperoleh adalah 6,078 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 maka sig. t (0,000) ≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel jumlah

tanggungan secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur ayam ras.

Semakin banyak jumlah tanggungan, maka jumlah permintaan akan semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha untuk memenuhi kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu keluarga. Kemajuan pembangunan umumnya dan pendidikan khususnya membuat masyarakat semakin sadar dan penting akan gizi yang baik, dan gizi yang baik ini diperoleh dari bahan makanan bersumber hewani diantaranya adalah telur ayam. Sehingga jumlah permintaan telur ayam ras berhubungan positif dengan jumlah tanggungan.

- Pengaruh Harga Tempe terhadap Jumlah Permintaan Ayam Ras

(57)

maka jumlah permintaan telur ayam ras akan naik sebanyak 0,001 butir atau 1 butir.

Nilai t hitung variabel harga ikan dencis yang diperoleh adalah 1,263 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,021 maka sig. t (0,021) ≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel harga tempe

sebagai barang substitusi secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan telur ayam ras.

5.4. Untuk Membuktikan Hipotesis 4, Terdapat pengaruh nyata faktor harga beli pedagang, biaya pemasaran, dan keuntungan terhadap penawaran telur ayam ras di pasar tradisional Petisah, kota Medan.

Dari hasil penelitian, terdapat 5 sampel pedagang yang menjual telur ayam ras di pasar tradisional Petisah di Kota Medan.

Penawaran telur ayam ras dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti harga beli pedagang (X1) biaya pemasaran (X2), dan keuntungan (X3). Untuk

menguji pengaruhnya, maka perlu dilakukan pengujian dengan analisis regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil menggunakan alat bantu SPSS 16.0 baik secara serempak maupun secara parsial.

(58)

57

Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilihat dari Grafik Histogram residualnya atau Grafik Normal P-P Plot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut:

Gambar 5.5 Grafik Histogram Jumlah Penawaran telur Ayam Ras

Berdasarkan Grafik Histogram di atas dapat dilihat bahwa rata-rata residual sama dengan nol. Grafik Histogram menunjukkan kurva yang simetris dimana pola kurva tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Hal ini berarti bahwa rata-rata residual model terdistribusi dengan normal. Selain itu, uji normalitas juga dapat dilihat dari Grafik Normal P-P Plot berikut ini:

(59)

Berdasarkan tampilan Grafik Normal P-P Plot di atas terlihat bahwa titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Ini menunjukkan bahwa data model terdistribusi dengan normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolineraritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) masing-masing variabel pada Tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5 Nilai Tolerance dan VIF Penawaran telur Ayam Ras

Variabel Tolerance VIF

Harga beli pedagang 0,942 1,006E3

Biaya-biaya 0,826 9,967

Keuntungan 0,578 3,878E3

Sumber: Data hasil output SPSS dari lampiran 7

Gejala multikolinearitas tidak terjadi jika nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance ˃ 0,1. Berdasarkan Tabel 5.5, dapat dilihat variabel harga beli pedagang, biaya produksi, dan keuntungan masing-masing nilai VIF-nya sebesar 1,0000063; 9,967; 3,878003 < 10. Sedangkan masing-masing nilai Tolerance-nya sebesar 0,942; 0,826; 0,578 ˃ 0,1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas di dalam model persamaan ini..

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dapat dilihat dari Grafik Scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut:

(60)

59

Dari Grafik Scatterplot di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas dikarenakan pada grafik terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y.

Setelah dilakukan uji asumsi klasik maka dapat diketahui hasil regresi linier berganda jumlah penawaran telur ayam ras sebagai berikut:

Tabel 5.6 Hasil Analisis Jumlah Penawaran telur Ayam Ras

Variabel Koefisien

Regresi t Hitung Signifikan

(Constant) -7750,003 -3,827 0,163

Harga jual pedagang (X1) 8,184 3,769 0,165

Biaya produksi (X2) 0,01 142,013 0,004

Keuntungan (X3) 0,01 19,352 0,033

R2 0,89

F Hitung 1,032E7 0,000

Sumber: Data hasil output SPSS dari lampiran 7

Dari Tabel 5.6 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Ŷ = -7750,003 + 8,184X1 + 0,01X2 + 0,01X3

Keterangan:

Y = Jumlah telur ayam ras yang ditawarkan (Butir/Periode) X1 = Harga beli pedagang (Butir /Kg)

X2 = Total biaya (Butir /Periode)

X3 = Keuntungan (Butir /Periode)

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

a. Koefisien Determinasi (R2)

(61)

keuntungan.Sedangkan 11% lagi dijelaskan oleh variabel yang tidak termasuk dalam model.

b. Uji F (Uji Serempak)

Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 1,000000327 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian sig. F (0,000) ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya faktor harga beli

pedagang, biaya produksi, dan keuntungan secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras di tingkat pdagang di pasar tradisional Kota Medan.

c. Uji t (Uji Parsial)

Dari Tabel 5.9 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel harga beli pedagang, biaya produksi, dan keuntungan secara parsial terhadap jumlah penawaran telur ayam ras di tingkat pedagang di pasar tradisional Kota Medan sebagai berikut:

- Pengaruh Harga beli pedagang terhadap Jumlah Penawaran Telur Ayam Ras

Koefisien regresi harga jual pedagang sebesar 8,184 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara harga jual pedagang dengan jumlah penawaran telur ayam ras. Jika harga jual naik sebesar Rp. 1 atau Rp. 1.000, maka jumlah penawaran telur ayam ras akan bertambah sebanyak 8,184 butir.

(62)

61

pedagang secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras.

- Pengaruh Biaya-biaya Pemasaran terhadap Jumlah Penawaran Telur Ayam Ras

Koefisien regresi biaya produksi sebesar 0,01 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara biaya produksi dengan jumlah penawaran telur ayam ras. Jika biaya produksi naik sebesar Rp. 1 atau Rp. 100, maka jumlah penawaran telur ayam ras akan bertambah sebanyak 1 butir.

Nilai t hitung variabel biaya-biaya yang diperoleh adalah 142,013 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,004 maka sig. t (0,004) ≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel biaya pemasaran

secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras.

Besarnya biaya biaya sangat dipengaruhi oleh harga (input) yang dipergunakan untuk menjul barang. Jika harga faktor produksi naik, maka biaya produksi akan naik. Hal ini dapat menurunkan keuntungan perusahaan. Seorang pedagang harus dapat menekan biaya produksi agar menghasilkan keuntungan yang lebih besar sehingga jumlah penawaran terus bertambah.

(63)

Nilai t hitung variabel keuntungan yang diperoleh adalah 19,352 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,033 maka sig. t (0,033) ≤ 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel keuntungan secara

parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran telur ayam ras.

Gambar

Tabel
Tabel 3.1.  Banyaknya Pasar Dirinci Menurut Luas, Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Pedagang di Kota Medan Tahun 2012
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan 2014
Tabel 4.2. Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Direktur/Direktris perusahaan yang diundang selaku peserta lelang dapat diwakilkan dan apabila tidak menghadiri undangan tanpa alasan yang jelas sampai pada batas waktu yang telah

Kerua Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas Padang menugaskan Dosen universitas Andalas yang. namanya tersebut di bawah

PEN D W KAN PELAKS SEHUB NGUSAHA DI LINGK WAJIB P NTOR WIL KEMENT PER SANAAN BUNGAN A KENA P KUNGAN PAJAK BE LAYAH D K TERIAN K DIREKT RATURAN NOMO TATA C HAK DAN DENGAN PAJAK DA

To sum up, the proposed method for selective objects detection based on trees of morphlets provides a robust search of objects even in case of minimal prior knowledge about

KELULUSAN DAN PERMOHONAN BLANKO IJASAH TAHUN PELAJARAN 2015 - 2016. NO NAMA PENGAWAS MENGESAHKAN

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B3, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Kepala Kanwil Lama wajib menginventarisasi Pemeriksaan Bukti Permulaan yang telah selesai sebelum SMT dan menyerahkan Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan (LPBP), Kertas

MODIS Enhance Vegetation Index (EVI) and Land Surface Temperature (LST) products in late august from 2000 to 2014 were employed to explore vegetation index and land