• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Impor Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tata Cara Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Impor Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI IMPOR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

O L E H

NAMA : TASIA FARERRA BANGUN NIM : 102600054

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadiratMu Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini dengan baik.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program studi D-III Administrasi Perpajakan, pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini berjudul : ”TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI IMPOR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR”.

Dalam penulisan laporan ini penulis banyak menerima bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

(3)

3. Ibu Arlina, S.H, M.Hum selaku Sekretaris Program Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosian dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hotmal Djafar,Ak,MM Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi saran dan masukan pada penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Hendra Amin Selaku Supervisor lapangan saya yang telah banyak memberi saran dan masukkan pada penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh staff pegawai Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staff pengajar yang terlibat dalam proses perkuliahan Program Diploma III Administrasi Perpajakan stambuk 2009 Fisip USU.

(4)

hehee, makasi banyak ya bang tua. Abang ku Evren Onggara Bangun yang sudah mengajari ku dan memberi banyak sekali masukan dalam membuat laporan ini sampai minjam laptop nya karena notebook ku lagi bermasalah saat menyusun laporan ini, untung abang magang nya dimedan, jadi bisa sambil ngajarin aku, hehee. Buat adik ku paling kecil Theofenny Yudea Bangun yang selalu mendoakan penulis dan selalu bertanya kapan aku wisuda yang menjadikan motivasi buat ku supaya secepatnya menyelesaikan laporan ini, dan untuk seluruh keluarga bangun mergana dan ginting mergana yang selalu mendoakan dan memberi dukungan moril kepada penulis, terima kasih buat doa-doa kalian, aku sayang kalian.

9. Bang Melky Andersen Barus, SH yang selalu mendukungku, mendoakanku, dan memotivasiku agar secepatnya menyelesaikan laporan ini, makasi yah bang. Aku sayang kam.

10.Teman-temanku semua, seluruh Administrasi Perpajakan stambuk 2010 terkhususnya anak-anak Tax B 2010, seluruh anggota Improsaja kepengurusan periode 2012-2013, kepanitiaan dies natalies improsaja yang ke 17, dan buat anak Training On Trainers stambuk 2010, makasih buat semua kebersamaan kita selama 3 tahun ini, suka dan duka kita gak kan pernah bisa kulupakan.

(5)
(6)

Gumelar, Wahid Restu Sumarsono, Samuel Gondit Butar-butar, Dede Syahputra, Amas Gunarko, Doni Rizky Permana, OS Family Medan, dan masih banyak temen-temen cowok yang cakep-cakep yang gak bisa aku sebutin satu persatu namanya, makasih yah temen-temen ku yang ganteng-ganteng, buat kebersamaan kita selama ini, baik susah maupun senang, yang saling lece-lecean, yang selalu buat lawak-lawakan, yang selalu bersamaku setiap jalan-jalan, makan-makan, dan karokean juga. Hihii. Aku sayang kalian semua.

(7)

13.Tax Centre Fisip USU yang udah jadi secret kami selama kami menjabat sebagai anggota Improsaja periode 2012-2013, buat bang Firman Logos Tarigan, Amd dan kak Singgih S.sos yang sudah mau menerima kami yang sering kali mambuat kerusuhan di Tax Centre yang ga pernah marah sama kami dan tetap mau bersahabat dan menerima kami di Tax Centre. Makasih yah bang fir, kak nggih, aku sayang kalian.

Akhirnya penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, namun demikian penulis telah berusaha semampunya dan berharap agar laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan.Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis kembali berserah diri kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, 10 Juli 2013

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1 B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 4

C. Uraian Teoritis 5

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri 9 E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri 9 F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri 10 G. Sistematika Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri 11 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Medan Timur 13

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Medan Timur 18

C. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Medan Timur 20

D. Deskripsi dan Aktivitas Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Medan Timur 21

E. Visi dan Misi Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Medan Timur 28 BAB III GAMBARAN DATA PRAKTEK

(9)

1. Pengertian Pajak 29

2. Fungsi Pajak 30

3. Syarat Pemungutan Pajak 31

4. Pengelompokan Pajak 31

5. Cara Pemungutan Pajak 32

6. Asas Pemungutan Pajak 32

7. Sistem Pemungutan Pajak 33

B. Gambaran Data Pajak Pertambahan Nilai 34 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai 34 2. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai 35

3. Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai 35

4. Objek dan Subjek Pajak Pertambahan Nilai 36 BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Ketentuan Umum 40

B. Tata Cara Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Impor 41 C. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Impor 44 D. Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai Impor 44

E. Surat Setoran Pajak 45

F. Jenis Surat Setoran Pajak Pertambahan Nilai Impor 45

G. Surat Izin Impor 47

(10)

J. Mekanisme Pengenaan PPN Atas Handing Import 50

K. Contoh Perhitungan PPN Impor 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 54

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dengan adanya perkembangan dalam masyarakat, sifat upeti (pemberian) yang semula dilakukan cuma-cuma dan sifatnya memaksa tersebut.Kemudian dibuat suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada, namun unsur keadilan lebih diperhatikan. Guna memenuhi unsur keadilan inilah maka rakyat diikutsertakan dalam membuat aturan-aturan dalam pemungutan pajak, yang nantinya akan dikembalikan juga hasilnya untuk kepentingan rakyat itu sendiri. Adanya perkembangan masyarakat yang akhirnya membentuk suatu negara dan dengan dilandasi unsur keadilan dalam pemungutan pajak, maka dibuatlah suatu ketentuan berupa undang-undang yang mengatur mengenai bagaimana tata cara pemungutan pajak, jenis-jenis pajak apa saja yang dapat dipungut, siapa saja yang harus membayar serta berapa besarnya pajak yang harus bayar.

(12)

harus menerima keberadaan globalisasi ekonomi serta yang paling penting yaitu mengambil kesempatan yang dapat timbul akibatnya adanya perubahaan ekonomi internasional. Sebagai salah satu perangkat pendukung yang menunjang agar tercapai keberhasilan ekonomi.Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling utama.Pada krisisekonomi yangmenimpa bangsa Indonesia pada tahun 1998 telah menghancurkan sektor ekonomi dan meruntuhkan sendi-sendi penerimaan negara yang paling penting.Sejak saat itu pemerintah memprioritaskan pajak sebagai penerimaan utama bagi APBN.

Setelah diadakannnya reformasi pajak pada tahun 1983 dengan mengeluarkan undang-undang dan peraturan perpajakan ditambah dengan beberapa kali perubahan sampai yang terakhir dengan Undang-Undang Pajak tahun 2000 berbagai jenis dan sektor pajak yang dikelola pemerintah pusat semakin memberikan sumbangan yang signifikan bagi pendapatan negara. Dalam kehidupan perekonomian Indonesia pajak memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Budgeter

Yakni pajak sebagai sumber dan bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran – pengeluarannya dan untuk mengisi kas Negara dalam rangka menjalankan pemerintahan Negara Indonesia.

2. Fungsi Reguleren

(13)

pajak merupakan dana yang paling potensial bagi negara karena besarnya

seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, perekonomian dan stabilitas politik. Salah satu sektor pajak yang menjadi aset utama penerimaan negara adalah

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa serta Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Dasar hukum pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa serta Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa serta Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atau disingkat PPN dan PPnBM merupakan pajak yang dikenakan atas barang maupun jasa.Pajak Pertambahan Nilai hanya dikenakan dan dipungut beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur perusahaan.Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dilaksanakan berdasarkan sistem faktur, sehingga atas penyerahan barang atau jasa wajib dibuat Faktur Pajak sebagai bukti transaksi penyerahan barang dan jasa yang terutang pajak.

(14)

serta kesempatan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan.

Dari permasalahan tersebut ini penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana sebenarnya kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan pemungutan PPN Dengan judul: ”TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI IMPOR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR”.

B. TUJUAN DAN MANFAAT PKL MANDIRI

1. Tujuan yang ingin dicapai dalam PKLM ini adalah:

1.1. Untuk mengetahui tata cara pemungutan dan prosedur pembayaran PPN yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Medan Timur.

1.2. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dan cara penyelesaian yang ditempuh oleh fiskus maupun pengusaha kena pajak dengan mengikuti peraturan yang berlaku.

2. Manfaat PKLM Ini adalah: 2.1 Untuk Mahasiswa

a.Penulis dapat memberikan sumbangan berupa hasil pemikiran dan penerapan ilmu yang diperoleh selama di perkuliahan.

b.Memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada penulis tentang pelaksanaan kewajiban pajak di Indonesia

(15)

a. Menjalin kerjasama antara instansi dengan universitas. b. Mencari aplikasi yang nyata untuk perbaikan kurikulum. c. Meningkatkan dukungan masa depan dari alumni. 2.3 Untuk KPP Pratama Medan Timur

a. Meningkatkan pelayanan jangka pendek dan jangka panjang. b. Menimbulkan pikiran baru untuk perubahan kearah yang lebih baik c. Mempromosikan image instansi di mata masyarakat tentang kinerja

yang dilakukan oleh instansi. C. URAIAN TEORITIS

1. Definisi Pajak

1.1Rochmat Soemitro, Memberi definisi sebagai berikut:Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang_undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan dapat digunakan untuk membiayai penggunaan umum (Bohari, 1984:31).

(16)

1.3Soeparman Soemahamidjaja, yang memberikan definisi pajak sebagai berikut: Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum ( Suandy, 2008:9 ).

1.4M.J.H. Smeets, memberikan definisi pajak sebagai berikut: Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adakalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah (Suandy,2008:9 ).

2. Teori Pemungutan Pajak 2.1Teori Bakti

Penekanan teori terletak pada Negara yang mempunyai hak untuk memungut pajak dari warganya sebagai tindak lanjut teori kepentingan dalam hal penyediaan fasilitas umum yang diselenggarakan oleh Negara (Judisseno, 1996:17 ).

2.2Teori Daya Pikul

(17)

2.3Teori Daya Beli

Teori ini menekankan bahwa Negara adalah penyelenggara berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan masyarakat dan Negara. Berdasarkan pengertian tersebut, Negara memiliki keadilan dan keabsahan dalam melakukan pemungutan pajak dari masyarakatnya (Judisseno, 1996:17 ).

2.4Teori Asuransi

Menurut teori ini, negara mempunyai tugas untuk melindungi warganya dari segala kepentingannya baik keselamatan jiwanya maupun keselamatan harta bendanya.Untuk perlindungan tersebut diperlukan biaya seperti layaknya dalam perjanjian asuransi diperlukan adanya pembayaran premi.Pembayaran pajak ini dianggap sebagai pembayaran premi kepada negara. Teori ini banyak ditentang karena negara tidak boleh disamakan dengan perusahaan asuransi ( Judisenno, 1996:17 ).

2.5Teori Kepentingan

(18)

keehatan, dan lan-lain. Bahkan orang yang miskin justru dibebaskan dari beban pajak (Judisseno, 1996:17 ).

3. Pengertian PPN Impor

Dalam pasal 4 undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang nomor 42 Tahun 2009 ditetapkan bahwa salah satu obyek pajak yang dikenai PPN adalah Impor Barang Kena Pajak. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabeaan. Pada prinsipnya semua kegiatan impor barang dikenai PPN. Namun dalam rangka mendorong perkembangan Dunia Usaha Indonesia dan meningkatkan daya saing kita, maka pemerintah menetapkan jenis-jenis Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, yang bertujuan untuk menjamin tersedianya barang-barang yang bersifat strategi.

4. Pajak Masukan (PM) dan Pajak Keluaran (PK)

Pajak Masukan merupakan pajak yang dapat dikreditkan melalui Faktur Pajak sebagai bukti pungutan pajak, yang berdasarkan Pasal 1 angka 24 dan Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun 2009.

(19)

daerah pabean dan/ atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean dan/ atau impor Barang Kena Pajak.

Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak berwujud, ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/ atau ekspor Jasa Kena Pajak.

D. RUANG LINGKUP PKLM

Adapun ruang lingkup PKLM adalah Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Impor yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur pada tahun 2004 - 2005 dan Permasalahan yang dihadapi oleh fiskus dan Pengusaha Kena Pajak dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

E. METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam PKL Mandiri Ini Penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis melakukan persiapan yang dibutuhkan mulai dari peninjauan objek dan lokasi, mencari bahan untuk pembuatan proposal, berkonsultasi dengan pihak Program Studi D-III Administrasi Perpajakan. 2. Studi Literatur

(20)

Peraturan Pemerintahan, Keputusan Menteri Keuangan, artikel Ilmiah serta sumber-sumber lain mendukung penulisan laporan ini.

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan pengamatan secara langsung tentang keadaan dan kondisi kerja seksi PPN dan PTLL di KPP Pratama Medan Timur.

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan antara lain:

4.1 Prosedur yang digunakan pengusaha kena pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya khususnya PPN.

4.2 Hak dan Kewajiban dari Wajib Pajak dan Fiskus dalam melaksanakan Undang-Undang maupun Peraturan-Peraturan.

5. Analisis Dan Evaluasi Data

Setelah memperoleh data yang diperlukan penulis akan menganalisakan yang berbentuk analisa kualitatif dan mengevaluasi data secara objektif, jelas dan sistematis.

F. METODE PENGUMPULAN DATA PKL MANDIRI 1. Wawancara

(21)

2. Observasi

Dilakukan dengan cara mengamati, mendengar dan meneliti dengan benar cara pengusaha kena pajak melakukan memungut pajak dalam memenuhi kewajiban. 3. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan dan mengkaji dokumen-dokumen yang berupa UU No. 18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan judul yang diambil oleh penulis.

G. SISTEMATIKA LAPORAN PKL MANDIRI

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas dan menguraikan hal-hal yang menjadi Latar Belakang PKLM, Tujuan Dan Manfaat PKLM, Ruang Lingkup PKLM, Metode PKLM, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Dalam Bab ini diuraikan sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Tugas Pokok, Gambaran Struktur mengenai wajib pajak yang terdaftar pada Kantor Palayanan Pajak Pratama Medan Timur. BAB III GAMBARAN DATA PRAKTEK

(22)

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Dalam penulisan ini akan menganalisa data yang diperoleh kemudian mengadakan evaluasi, serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah.

BAB V KESIMPULAN

(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Di zaman penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dinamakan Kantor Belasting dan kemudian berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan (setelah merdeka) yang kemudian berubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya pada saat Direktur Jendral Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia. Selanjutnya, pada tahun 1976 di Sumatera Utara didirikan tiga Kantor Inspeksi Pajak yaitu :

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara 3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat maka dirasakan perlu adanya tambahan kantor untuk melayani masyarakat di dalam membayar pajak. Oleh karena itu, didirikan Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang KPP Pratama Medan Timur dan KPP Pratama Medan Kota).

(24)

Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak (KIP) diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) serta dibentuk pula Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasarkan Keputusan Menteri Keungan Republik Indonesia No.Kep-758/KMK.01/1993 tanggal 3 Agustus 1993. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pemekaran dari tiga kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan

Terhitung mulai tanggal 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi empat wilayah kerja yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara 3. Kantor Pealayanan Pajak Pratama Medan Barat 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

(25)

Pada tahun 2002 tersebut dibentuk dua KPP Wajib Pajak Besar atau Large Tax Office (LTO).KPP ini menangani 300 Wajib Pajak Besar Indonesia dan hanya mengadministrasikan dua jenis pihak, yaitu Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Pada tahun 2003 dibentuk 10 Kantor Pelayanan Pajak khusus: 1. Kantor Pelayanan Pajak Badan Usaha Milik Negara (KPP BUMN) 2. Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Modala Asing (KPP PMA) 3. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Badan dan Orang Asing 4. Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Masuk Bursa

Kemudian, pada tahun 2004 dibentuk pula KPP Madya atau Medium Tax Office

(MTO).Sedangkan KPP modern yang menangani Wajib Pajak terbanyak adalah KPP Pratama dan Small Tax Office (STO).

KPP Pratama baru dibentuk pada tahun 2006 s.d 2008. Perbedaan utama antara STO dengan LTO maupun MTO antara lain adalah dengan adanya Seksi Ekstensifikasi pada STO, sehingga dapat dikatakan pula STO merupakan ujung tombak bagi Direktorat Jendral Pajak (DJP) untuk menambah rasio perpajakan di Indonesia.

Saat ini Kantor Pelayanan Pajak modern terbagi dari tiga jenis yaitu : 1. Kantor Pelayanan Pajak Besar

(26)

Dengan dibentuknya KPP Pratama maka Kantor Pelayanan Pajak di kota Madya Medan menjadi tujuh KPP, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi daerah; 1.1 Kecamatan Medan Deli

1.2 Kecamatan Medan Labuhan 1.3 Kecamatan Medan Belawan 1.4 Kecamatan Medan Marelan

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi daerah :

2.1 Kecamatan Medan Tembung 2.2 Kecamatan Medan Kota 2.3 Kecamatan Medan Perjuangan

3. Kantor Pelayan Pajak Pratama Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi daerah:

3.1 Kecamatan Medan Kota 3.2 Kecamatan Medan Amplas 3.3 Kecamatan Medan Area 3.4 Kecamatan Medan Denai

4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi daerah :

(27)

4.3 Kecamatan Medan Selayang 4.4 Kecamatan Medan Tuntungan 4.5 Kecamatan Medan Polonia 4.6 Kecamatan Medan Johor

5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Berat, dengan ruang lingkup meliputi dari:

5.1 Kecamatan Medan Helvetia 5.2 Kecamatan Medan Sunggal 5.3 Kecamatan Medan Petisah

6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Binjai, dengan ruang lingkup meliputi daerah :

6.1 Kota Binjai

6.2 Kabupaten Langkat

7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Lubuk Pakam, dengan ruang lingkup meliputi daerah :

7.1 Kabupaten Deli Serdang

(28)

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur adalah struktur organisasi linier adan staf yang berada di bawah seseorang koordinasi Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negeri Sipil di bawah naungan Kementeri Keuangan Republik Indonesia.

Kantor Pelayan Pajak dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe A dan tipe B. Kantor Pelayanan Pajak tipe A merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang tergolong dalam skala besar dan biasanya berada di ibukota provinsi sedangkan Kantor Pelayanan Pajak tipe B merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya tidak melebihi dari wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak tipe A dan biasanya berada di kotamadya dan kabupaten. Sehingga, berdasarkan penggolongan tersebut maka KPP Pratama Medan Timur dapat digolongkan sebagai KPP tipe A karena wilayahnya berkedudukan diwilayah di Ibukota Provinsi Sumatera Utara.

(29)

tipe A. Sehingga, adanya surat keputusan tersebut maka KPP tipe B tidak ada di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Sumatera Utara I.

Berdasarkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe A terdiri dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur membawahi satu sub bagian, delapan seksi, satu kantor penyuluhan ditambah kelompok tenaga fungsional (yang berada diluar struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak) yakni terdiri dari : 1. Sub Bagian Tata Usaha (TU);

2. Seksi Tata Usaha dan Perpajakan (TUP); 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI); 4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi; 5. Seksi Pajak Penghasilan Badan;

6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan;

7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya; 8. Seksi Penagihan;

9. Seksi Penerimaan dan Keberatan;

10. Seksi Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan;

(30)

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan

5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I s.d IV 8. Seksi Jabatan Fungsional

C. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPH), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak tidak langsung lainya, dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama Medan Timur menyelengarakan fungsi :

1. Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan proposal potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek;

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya;

4. Penyuluhan Perpajakan;

(31)

6. Pelaksanaan Ekstensifikasi;

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; 10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;

11. Pelaksanaan instensifikasi; 12. Pembetulan ketetapan pajak; 13. Pelaksanaan administrasi kantor;

D. Deskripsi dan Aktivitas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang terletak di Jalan Suka Mulia Nomor 17A Medan KPP Pratama Medan Timur dipegang oleh seorang kepala kantor yang mempunyai tugas koordinasikan penyusunan rencana kerja KPP, mengkoordinasikan penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi yang ada dan mengkoordinasikan segala hal yang bersangkutan dengan rencana kerja yang telah ditargetkan oleh Kantor Wilayah yang bersangkutan. Kepala kantor tersebut membawahi sepuluh seksi dan satu kelompok jabatan fungsional. Gambaran dari tugas masing-masing bagian kerja tersebut adalah:

1. Sub. Bagian Umum

Sub. Bagian Umum mempunyai tugas umum sebagai berikut : 1.1 Penerimaan dokumen di KPP

(32)

1.3 Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan serta pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil (PNS)

1.4 Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung kepala rekanan 1.5 Pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala KPP dan pembuatan

laporan tahunan

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Adapun tugas umum Seksi Pengolahan Data dan Informasi adalah :

2.1 Penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan

2.2 Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi PDI

2.3 Pembuatan dan penyampaian Surat Perhitungan dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak lain

2.4 Pembentukan dan pemanfaatan Bank Data dan lain-lain. 3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan memiliki tugas umum sebagai berikut :

3.1 Penatausahaan surat, dokumen dan laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)

3.2 Penyelesaian pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) lama dan baru

(33)

3.5 Penyelesaian permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh

3.6 Penerbitan Surat Teguran penyampaiannya SPT Masa dan SPT Tahunan PPh 3.7 Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi dan lain-lain. 4. Seksi Penagihan

Adapun tugas umum dari Seksi Penagihan, yaitu :

4.1 Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Penagihan

4.2 Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) beserta bukti pembayarannya

4.3 Penerbitan STP Bunga Penagihan , Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan Pencabutan Sita

4.4 Penyelesaian Usulan Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak

4.5 Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyenderaan terhadap Wajib Pajak tertentu dan lain-lain

5. Seksi Pemeriksaan

Tugas umum yang dimiliki oleh Seksi Pemeriksaan, antara lain : 5.1 Penyelesaian SPT Tahunan PPh Lebih Bayar

5.2 Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran PPnBM

5.3 Pengamatan KPP, pemerikasaan kantor, pemeriksaan lapangan dan penyelesaian Usulan Pemeriksaan dan lain-lain .

(34)

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Adapun tugas umum yang dimiliki oleh Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, antara lain :

6.1 Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian kantor maupun lapangan 6.2 Penerbitan Surat Himbauan untuk ber-NPWP

6.3 Pencaraian data potensi perpajakan dalam rangka pembuatan Monografi Fiskal

6.4 Penyelesaian permohonan penundaan pengambalian SPOP

6.5 Penerbitan daftar nominatif untuk usulan SP3 PSL Ekstensifikasi dan lain-lain 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) yang biasanya terdiri atas empat bagian memiliki tugas umum, yaitu :

7.1 Penyelesaian permohonan penggunaan nilai buku dalam rangka penggabungan usaha, pengambilalihan usaha atau pemekaran usaha

7.2 Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) dan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)

7.3 Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapaan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP

(35)

7.5 Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI yang diterima atau diporoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

7.6 Pembuatan Surat Pemberitahuan perubahan besarnya angsuran PPh Pasal 25 (Dinamisasi) dan lain-lain

8. Kelompok Jabatan Fungsional

(36)
[image:36.612.114.528.137.527.2]

Tabel 2.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur

No. Unit Jumlah Pegawai (orang)

1 Kepala Kantor 1

2 Sub Bagian Umum 6

3 Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 9

4 Seksi Pelayanan 16

5 Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 15

6 Seksi Penagihan 4

7 Seksi Ekstensifikasi 4

8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8 9 Seksi Pengawasasn dan Konsultasi II 6 10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7 11 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7

Jumlah 83 orang

(37)
[image:37.612.125.582.223.581.2]

Gambar2.1

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 2013 KEPALA KANTOR

KASUBBAG UMUM

SEKSI PENAGIHAN

SEKSI PEMERIKSAAN DAN KEPATUHAN INTERNAL SEKSI

PELAYANAN SEKSI PDI

SEKSI EKSTENSIFIKASI

PERPAJAKAN

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI

(38)

A. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP.Tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik-praktik “good governance” pada instiusi pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Visi : menjadi instansi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

(39)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTEK

A. Gambaran Data Pajak 1. Pengertian Pajak

Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "pajak" yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah :

1.1 Menurut P.J.A Andriani

Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) dan terutang oleh wajib pajak, membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.

1.2 Menurut Rochmat Soemitro

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

(40)

Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-brang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

Dari defenisi pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4. Pajak diperuntukkan baik pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus dipergunakan untuk membiayai publik invesment.

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur. 2. Fungsi Pajak

2.1 Fungsi Budgeter

Pajak sebagai alat untuk memasukkan uang ke dalam kas negara untuk digunakan sebagai dana pembiayaan pengeluaran negara.

2.2 Fungsi Regulerend

(41)

3. Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

3.1 Pemungutan pajak harus adil.

3.2 Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang. 3.3 Tidak mengganggu perekonomian.

3.4 Pemungutan pajak harus efisien.

3.5 Sifat pemungutan pajak harus sederhana. 4. Pengelompokan Pajak

4.1 Menurut golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 4.2 Menurut sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

(42)

a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

5. Cara pemungutan pajak.

Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel yaitu: 5.1 Stelsel nyata (riel stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.

5.2 Stelsel anggapan (fictieve stelsel)

Penggenaan pajak yang didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.

5.3 Stelsel campuran (mix stelsel)

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.yang dimana pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.

6. Asas Pemungutan Pajak

(43)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.

6.2Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

6.3Asas Kebangsaan

Penggenaan pajak yang dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. 7. Sistem Pemungutan Pajak

7.1Official Assessment System

Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menetukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Sejak berlakunya UU Perpajakan yang berupa UU No. 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan dan UU No. 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan sistem Official Assessment tidak digunakan lagi.

7.2Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

(44)

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

B. Gambaran Data Pajak Pertambahan Nilai 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai dan dapat dikreditkan.Dalam bahasa Inggris, pajak ini disebut "value added tax"

(VAT) atau "goods and services tax" (GST). PPN termasuk jenis pajak tak langsung, yang artinya bahwa pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang/produsen) yang bukan penanggung pajak, karena pihak yang membayar PPN pada dasranya adalah konsumen. Impor merupakan suatu kegiatan memasukkan barang dari luar daerah pabean ke dalam daerah pabean.Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) dikenal istilah Pajak Keluaran dan Pajak Masukan. Pajak Keluaran adalah PPN yang dipungut Pengusaha Kena Pajak (PKP) menjual produknya, sedangkan Pajak Masukan adalah PPN yang dibayar Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk memperoleh produknya.

(45)

Pertambahan Nilai 1984 ditunda oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai karena adanya penundaan pemungutan Bea Masuk, maka Pajak Masukan dapat dikreditkan dalam Masa Pajak pada saat Pajak Masukan itu dipungut.

2. Dasar Hukum PPN

Peraturan perundang-undang yang mengatur pajak pertambahan nilai atas impor adalah:

2.1UU no.8 tahun 1983 tentang PPN & PPnBM sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU no.42 tahun 2009.

2.2Peraturan Pemerintah no.1 tahun 2012 tentang pelaksanaan UU PPN dan PPnBM no.8 tahun 1983 berikut perubahannya.

2.3Peraturan Pemerintah no.144 tahun 2000 tentang jenis barang dan jasa yg tdk dikenakan PPN

2.4Peraturan Pemerintah no.145 tahun 2000 tentang kelompok BKP yg tergolong mewah yang dikenakan PPnBM

2.5Peraturan Pemerintah no.146 tahun 2000 tentang impor/penyerahan BKP dan JKP tertentu yang dibebaskan dari PPN

2.6KMK no.547 s.d. 554 & 567 s.d 570, 575 tahun 2000dan KMK no. 10, 11, 50 tahun 2001

2.7Keputusan DJP no.522 s.d. 526 dan 539, 540, 546, 549 tahun2000. 3. Pemungutan PPN

(46)

3.1 Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN)

3.2 Bendaharaan Pemerintah pusat dan daerah, baik Propinsi, Kabupaten atau Kota. 3.3 Kontraktor kontrak bagi hasil dan kontrak karya di bidang pertambangan. 4. Objek dan Subjek PPN

4.1 Objek Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak. Syarat-syaratnya adalah:

− Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak (BKP).

− Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak

(BKP) tidak berwujud.

− Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean.

− Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiataan usaha atau pekerjaannya.

b. Impor Barang Kena Pajak

c. Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak. Syarat-syarat adalah:

− Jasa yang dilakukan merupakan jasa kena pajak.

− Penyerahan dilakukan didalam daerah Pabean.

− Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

(47)

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar daerah Pabean di dalam daerah Pabean oleh siapapun.

f. Ekspor Barang Kena Pajak (BKP) oleh pengusaha Kena Pajak. g. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan

usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

h. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh pengusaha Kena Pajak, sepanjang Pajak masukan yang dibayar pada saat perolehannya menurut ketentuan dapat dikreditkan. 4.2 Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan objek pajak diatas, dapat diketahui bahwa yang menjadi subjek pajak adalah:

a. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

(48)

−Melakukan Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak

(JKP) yang dapat dikenaakan PPN.

−Mengekspor Barang Kena Pajak (BKP) yang dapat dikenakan PPN.

−Menyerahkan aktiva yang tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan −Bentuk kerjasama operasi yang mencakup Penyerahan Barang Kena Pajak

(BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan PPN.

Yang termasuk dalam Pengusaha Kena Pajak adalah sebagai berikut: −Pabrikan atau Produsen.

−Importir atau Indentor.

−Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan atau

importir.

b. Bukan Pengusaha Kena Pajak

Yang menjadi subjek pajak bukan hanya PKP saja, tetapi yang bukan pengusaha Kena Pajak juga dapat menjadi subjek pajak, misalnya Pengusaha Kecil. Pada dasarnya pengusaha kecil bukanlah Pengusaha Kena Pajak, akan tetapi apabila pengusaha kecil tersebut mengajukan permohonan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka pengusaha Kecil itu telah sepenuhnya menjadi pengusaha kena pajak dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang. Selain PKP, yang berhak menjadi Subjek Pajak adalah:

(49)

−Siapapun yang membangun sendiri tidak dalam kegiatan usaha atau

pekerjaan.

−Siapapun yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau

(50)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA A. Ketentuan Umum

Dalam era reformasi saat ini, perkembangan sosial ekonomi dan politik berlangsung sangat cepat sehingga perubahan sistem perpajakan yang pernah dilakukan belum dapat menampung perkembangan dunia usaha karena masih dijumpai kelemahan dalam Undang - undang perpajakan, yaitu:

1. Belum adil walaupun sudah dilaksanakan sesuai ketentuan. 2. Kurang memberikan hak-hak Wajib Pajak.

3. Kurang memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya

4. Kurang memberikan kepastian hukum serta kurang sederhanan.

Untuk itu dalam rangka menampung perkembangan dunia usaha dipandang perlu penyempurnaan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan menitikberatkan pada peningkatan:

1. Asas keadilan

2. Asas kepastian hukum 3. Asas legalitas, dan 4. Asas kesederhanaan

(51)

penyerahan barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang dapat dibebaskan setelah SKB PPN dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pajak untuk setiap kali melakukan Impor dan atau penyerahan.

B. Tata Cara Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Impor

Tata Cara pemungutan pajak pertambahan nilai atas impor ketentuan yang dilaksanakan adalah:

1. Apabila dalam jangka waktu 5 tahun sejak impor, barang kena pajak yang dari pengenaan PPN Impor digunakan tidak sesuai dengan tujuan semula atau dipindahtangankan kepada pihak lain sebagaian atau seluruhnya, maka pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang seharusnya terutang disetor ke kas Negara oleh orang pribadi atau badan yang melakukan impor.

2. Pajak pertambahan nilai yang harus disetorkan ke kas Negara dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak barang kena pajak tersebut dipindahtangankan atau digunakan tidak sesuai dengan tujuan semula, dengan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk selama-lamanya dua puluh empat bulan dihitung mulai saat impor sampai dengan dilakukan penyetoran.

(52)

Nilai terutang yang ditambahkan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk selama-lamanya dua puluh empat bulan, dihitung mulai saat impor sampai dengan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

Setiap terjadinya pengimporan barang maka yang bertanggung jawab dalam memungut Pajak Pertambahan Nilai impornya adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).Pada saat orang mengimpor barang dari luar negeri wajib pajak harus membayar PPN impor kecuali barang-barang yang di bebaskan dari PPN impor. PPN impor itu dibayar oleh wajib pajak ke bank dan disetor oleh wajib pajak sesuai dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kemudian bukti pembayaran diberikan pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sehingga langsung masuk sebagai penerimaan KPP Pratama Medan Timur dalam bentuk data penerimaan pada Modul Penerimaan Negara (MPN). Bukti pembayaran PPN impor merupakan salah satu dokumen kepabeanan yang wajib ada pada saat pengeluaran barang dilakukan.

Masalah yang dihadapi oleh KPP Pratama Medan Timur adalah apabila impor menurun maka jumlah penerimaan KPP Pratama Medan Timur dalam bentuk data penerimaan pada Modul Penerimaan Negara (MPN) juga ikut menurun. Dimana faktor-faktor yang membuat impor menurun adalah:

1. Selera konsumen terhadap produksi luar negeri 2. Kurs rupiah menurun

(53)

4. Pendapatan konsumen dalam negeri menurun 5. Ongkos angkutan barang antar Negara.

6. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional

[image:53.612.108.532.500.613.2]

KPP Pratama Medan Timur juga mengalami kenaikan jumlah importir pertahunnya tetapi jumlah Pajak yang diterima oleh KPP Pratama Medan Timur menurun (Lihat Tabel Pembaritahuan Impor Barang PPN sebagai Perbandingan data tahun 2010 dan 2011).Hal ini disebabkan oleh importir yang baru terdaftar tidak melaksanakan tanggungjawabnya sebagai Wajib Pajak yang memiliki Pajak Terutang yang disetor ke Kas Negara.

Tabel 4.1

Pemberitahuan Impor Barang PPN sebagai Perbandingan data tahun 2010 dan 2011.

Keterangan 2010 2011

Jumlah Importir 45 51

Jumlah PPN impor yang dilaporkan

(54)

C. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Impor

Berdasarkan Pasal 1 angka 17 UU PPN bahwa dasar pengenaan pajak adalah pajak jumlah harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

Dasar pengenaan pajak atas impor barang kena pajak adalah nilai impor yaitu nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pabean. Tarif PPN yang berlaku atas impor barang kena pajak adalah: 10%.

`

D. Fasilitas PPN Impor

Fasilitas yang kemungkinan dapat dinikmati oleh pengusaha kena pajak yang mengimpor barang kena pajak adalah:

1. Pajak terutang tidak dipungut, atau 2. Dibebaskan dari pengenaan pajak.

Fasilitas tersebut diberikan kepada para pengusaha yang berkenaan antara lain dengan maksud untuk mendorong pertumbuhan bidang usaha yang bersangkutan, untuk membantu likuiditas perusahaan atau untuk menunjang program pemerintahan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

(55)

E. Surat Setoran Pajak

Surat Setoran Pajak (SSP) sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-169/PJ./2001 tentang bentuk surat setoran pajak sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-01/PJ./2006. Surat setoran pajak merupakan surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas Negara melalui kantor penerima pembayaran. Surat setoran pajak dibuat dalam rangkap 5 lima, yang diperuntukkan sebagai berikut:

Lembar ke-1 : Untuk arsip wajib pajak.

Lembar ke-2 : Untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPKN).

Lembar ke-3 : Untuk dilaporkan oleh wajib pajak ke KPP. Lembar ke-4 : Untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran.

Lembar ke-5 : Untuk arsip wajib pungut atau pihak lain sesuai dengan ketentuan perundangan perpajakan yang berlaku.

F. Jenis Surat Setoran Pajak PPN Impor KODE

JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

(56)

199 Pembayaran Pendahuluan SKP PPN Impor

Untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPN Impor.

300 STP PPN Impor Untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar tercantum dalam STP PPN Impor .

310 SKPKB PPN Impor Untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN Impor.

320 SKPKBT PPN Impor Untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN Impor.

390 Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan,

Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan

Banding

Untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

(57)

G. Surat Izin Impor

Surat izin impor diberikan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya. dalam jangka waktu izin impor paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal pendaftaran Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dapat diperpanjang paling banyak dua kali untuk masing- masing perpanjangan paling lama 12 (dua belas). Perpanjangan izin yang melebihi jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Dalam hal jangka waktu izin impor mengalami perubahan maka dilakukan penyesuaian atas Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor yang dibayar serta jaminan. Selama berlakunya izin barang impor dapat dipindahlokasikan ke tempat lain setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya. Barang yang telah mendapatkan izin impor beserta dokumennya sewaktu-waktu dapat dilakukan pemeriksaan untuk meyakinkan bahwa ketentuan dalam izin impor barang tersebut dipenuhi.

Apabila berdasarkan pemeriksaan ditemukan pelanggaran atas izin impor, importir atau pihak yang menguasai barang impor sementara dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar seratus persen dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.

H. Impor Barang Kena Pajak yang dibebaskan Pungutan Bea Masuk

(58)

berdasarkan ketentuan perundang-undang perpajakan yang berlaku.Dalam menyimpang dari ketentuan atas impor sebagaian barang kena pajak yang dibebaskan dari pungutan Bea masuk, tidak dipungut pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah. Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari pungutan Bea masuk adalah:

1. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik.

2. Barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada pemerintahan Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia.

3. Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial atau kebudayaan

4. Barang keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum.

5. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. 6. Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyadang cacat lainnya 7. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah.

8. Barang pindahan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri.

9. Barang pribadi penumpang awak sarana pengangkut, pelintas batas dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai.

(59)

11. Perlengkapan militer termasuk suku cadang yang diperuntukan baik keperluan pertahanan dan keamanan negara.

I. Mekanisme Pengenaan PPN Atas Kegiatan Impor Barang Kena Pajak (BKP)

Kewajiban melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak saat usaha dimulai adalah tanggal yang terdapat dalam akte pendirian importir dan eksportir selaku Pengusaha Kena Pajak (PKP), wajib membuat pencatatan secara rinci dalam pembukuannya mengenai harga perolehan. harga jual, Barang Kena Pajak (BKP) yang terutang PPN dengan tarif 10% dan BKP yang terutang PPN dengan tarif 0%, Barang Kena Pajak (BKP) yang terutang PPnBM sesuai dengan tarif yang berkenaan, kuantum dan nama BKP yang bersangkutan. Dalam hal impor/ekspor melakukan kegiatan penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean, wajib membuat faktur pajak untuk setiap melakukan penyerahan Barang Kena Pajak(BKP) sesuai dengan ketentuan pasal 13 ayat (1) UU PPN 1984 jo Keputusan DJBC No: Kep-549/PJ/2000 tanggal 29 Desember 2000.

(60)

merupakan pajak masukan yang dapat dikreditkan kecuali apabila penyerahannya dibebaskan dari pengenaan pajak.

Apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran yang dipungut atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang dilakukan dalam daerah pabean lebih besar dari pada pajak masukan yang telah dibayar, Kekurangan pajak keluaran ini merupakan PPN terutang yang wajib disetor ke kas Negara melalui bank persepsi selambat-lambatnya tanggal 15 hari setelah akhir masa pajak. Dalam hal tanggal 15 merupakan hari libur, penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya. Dan pada masa pajak impor/ekspor selaku PKP wajib memasukkan surat pemberitahuan masa PPN. Dalam hal tanggal 20 jatuh hari libur, SPT wajib dimasukkan pada hari kerja sebelumnya.

J. Mekanisme Pengenaan PPN Atas Handing Import

Mekanisme pengenaan PPN atas handing impor yang lebih dikenal dengan sebutan “Impor Inden” telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor:539/KMK.04/1990 tanggal 14 Mei 1990 tentang pajak penghasilan pasal 22, pajak pertambahan nilai dan/atau pajak penjualan atas barang mewah untuk kegiatan usaha dibidang impor atas dasar inden.

(61)

Berdasarakan Keputusan Menteri Keuangan ini, pada prinsip pengenaan PPN atas handing impor diatur sebagai berikut:

1. Importir yang melakukan impor atas dasar inden diwajibkan mencantumkan tambahan penjelasan”q.q” diikuti dengan nama, alamat, dan NPWP indentor dalam setiap lembar Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan Surat Setoran Pajak (SSP).

2. Bank Devisa atau Direktorat Jenderal Bea Cukai atau Kantor Pos lalu Bea tempat pemasukkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB), wajib membubuhkan cap “IMPOR ATAS DASAR INDEN” pada setiap lembar PIB yang bersangkutan.

3. Penyerahan Barang Kena Pajak (komoditi impor) dari Importir kepada indentor bukan penyerahan kena pajak sehingga tidak terutang PPN.

4. Oleh karena itu yang berhak mengkreditkan PPN (pajak Masukan) atas impor adalah Indentor.

5. Atas dibayarkan atau yang seharusnya dibayarkan oleh Indentor kepada Importir terutang PPN, dan PPN ini merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh indentor.

(62)

dikreditkan oleh indentor. Yang berhak mengkreditkan pajak masukan tersebut adalah importir.

K. Contoh Perhitungan PPN Impor Contoh I :

PT. ABC adalah sebagai pengusaha kena pajak yang mengimpor mobil dengan harga impor Rp. 100.000.000, Bea masuk 20%, dan PPh pasal 22 Impor 2,5% dengan menggunakan API (Angka Pengenal Impor). Hitungan Hitungan Nilai Import yang harus dibayar oleh PT. ABC?

Jawaban :

− Harga Impor (CIF) = Rp.100.000.000

− Bea masuk (20% x Rp 100.000.000) =

− DPP = Rp 130.000.000

Rp 20.000.000+

− PPN Impor (10% x Rp 130.000.000) = Rp. 13.000.000 − PPh Pasal 21 Impor (2,5% x Rp 130.000.000) =

Jumlah yang harus dibayar importir = Rp 146.250.000 Rp 3.250.000+

Contoh II :

(63)

Jawab :

− Harga Impor (CIF) = 500.000 x Rp 2000 = Rp 1.000.000.000

− Bea Masuk 50% =

− DPP = Rp 1.500.000.000

Rp 500.000.000+

− PPN = 10% x Rp 1.500.000.000 = Rp 150.000.000

− PPnBM = 20% x Rp 1.500.000.000

Jumlah yang harus dibayar oleh Importir = Rp 1.950.000.000 = Rp 300.000.000+

Contoh III :

Pengusaha Kena Pajak "A" mengimpor Barang Kena Pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Rp. 5.000.00,00. Barang Kena Pajak tersebut, selain dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, dan juga dikenakan Pajak Penjualan Atas barang Mewah dengan Tarif 20%. Dengan demikian, penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas Impor Barang Kena Pajak tersebut adalah :

Jawab :

−Dasar Pengenaan Pajak = Rp 5.000.000,00

(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil uraian yang diperoleh dari praktek kerja lapangan mandiri yang dilakukan penulis di lapangan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Adanya uraian tugas Job Description yang jelas dalam KPP untuk masing-masing bagian atau seksi yang telah diatur, sehingga dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dapat berjalan dengan baik.

2. Yang memungut PPN impor adalah Direktorat Bea dan Cukai.

3. Bukti pembayaran PPN impor merupakan salah satu dokumen kepabeanan yang wajib ada pada saat pengeluaran barang dilakukan.

4. Pada saat orang mengimpor barang dari luar negeri wajib pajak harus membayar PPN impor kecuali barang-barang yang di bebaskan dari PPN impor

B. Saran

Dilihat banyak Wajib Pajak yang belum mengerti tentang tata cara perpajakan, maka penulis memberi saran sebagai berikut:

(65)

2. Koordinasi kerjasama antara Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai lebih ditingkatkan.

3. Perbaikan sistem pencatatan penerimaan Negara melalui Modul Penerimaan Negara.

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Sihaloho, Cyrus, 2003, KUP (Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Brotodiharjo,R,Santoso, 2008,Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT. Refika Aditama, Bandung

Siti,Resmi, 2008, Perpajakan Teori dan Kasus,Salemba Empat, Jakarta

Sukardji, Untung, 2009, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Mardiasmo, 2009, Tentang Perpajakan,Lembaga Penerbit Andi, Yogyakarta

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANREPUBLIK INDONESIA 2009,

Undang-Undang republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan

Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan

Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, DIREKTORAT JENDERAL PAJAK.

Gambar

Tabel 2.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur
Gambar2.1
Tabel 4.1 Pemberitahuan Impor Barang PPN sebagai Perbandingan data tahun 2010 dan

Referensi

Dokumen terkait

1 buah apel yang direndam asam askorbat 1% mengalami pencoklatan pada menit ke- 20’ hampir sebagian berwarna coklat dan meningkat pada menit ke- 40’ hampir separuhnya

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi akan makin terarah karena digenjot pada 8 program utama berbasis potensi nasional (yang terdiri dari 22 kegiatan ekonomi) dan

• A menu interface, that provides the user with an onscreen list of available selections.. • A nested menu is a menu that can be reached through

Kemukakan kemampuan awal peserta didik yang dapat digali dan potensi yang dimiliki peserta didik berkaitan dengan konsep tersebut.. Kemukakan kesulitan yang kemungkinan

(5) Sumber pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa usaha kerjasama, penjualan produk yang diperoleh dari penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi,

[r]

Mekanisme perlindungan oleh mikoriza terhadap logam berat menyebabkan penyerapan Pb pada batang dan daun tanaman paling sedikit karena terjadi penimbunan unsur

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan sarung tangan vinyl terhadap upaya pencegahan keluhan iritasi kulit