PENGARUH VARIASI KETIDAKSEIMBANGAN TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA DENGAN NILAI
FAKTOR KETIDAKSEIMBANGAN TEGANGAN YANG SAMA
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada
Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik Energi Listrik Oleh:
AHMAD MUNTASHIR AULIA NIM : 090402057
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
PENGARUH VARIASI KETIDAKSEIMBANGAN TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA DENGAN NILAI
FAKTOR KETIDAKSEIMBANGAN TEGANGAN YANG SAMA Oleh:
AHMAD MUNTASHIR AULIA 090402057
Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Sidang pada Tanggal 7 Bulan Mei Tahun 2014 di depan Penguji: 1. Ketua Penguji : Ir. Riswan Dinzi, M.T. ………. 2. Anggota Penguji : Yulianta Siregar, S.T., M.T. ……….
Disetujui Oleh: Pembimbing Tugas Akhir
Ir. Zulkarnaen Pane, M.T. NIP. 195707201983031001
Diketahui Oleh:
Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU
ABSTRAK
Tegangan suplai tiga fasa tidak seimbang merupakan fenomena yang terjadi ketika tegangan sistem yang seharusnya bernilai sama akan tetapi karena beberapa faktor terjadi adanya perbedaan yang cukup signifikan antara salah satu fasa dengan fasa yang lain. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap kinerja beban listrik yang membutuhkan tegangan yang seimbang untuk dapat bekerja secara optimal, salah satunya adalah motor induksi tiga fasa.Tegangan suplai tiga fasa yang tidak seimbang tentu saja berpengaruh terhadap kinerja dari motor induksi tiga fasa pada saat beroperasi.
Pada Tugas Akhir ini, dilakukan simulasi dengan menggunakan perangkat lunak matlab / simulink untuk melihat pengaruh delapan kondisi ketidakseimbangan tegangan terhadap kinerja motor induksi tiga fasa dengan faktor ketidakseimbangan tegangan yang sama namun terlebih dahulu sudah dilakukan beberapa percobaan untuk mengetahui parameter motor.
Setelah dianalisis pada kondisi steady state (tunak) terlihat bahwa adanya perbedaan pengaruh dari tiap kondisi ketidakseimbangan tegangan walaupun faktor ketidakseimbangan tegangannya bernilai sama. Pada faktor ketidakseimbangan tegangan 4%, kondisi 2∅ − � memiliki efisiensi paling rendah yaitu 78.97%, kondisi 2∅ − ��memiliki torsi terendah yaitu 8.247 Nm dan kondisi 3∅ − �� memiliki penurunan kecepatan terbesar yaitu hingga 1388 Rpm.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah atas berkah dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik Tugas Akhir yang berjudul:
“ PENGARUH VARIASI KETIDAKSEIMBANGAN TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA DENGAN NILAI
FAKTOR KETIDAKSEIMBANGAN TEGANGAN YANG SAMA” Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik pada departemen Teknik Elektro FT USU.
Tugas Akhir ini penulis persembahankan untuk kedua orangtua yang telah membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tak terhingga yaitu Ayahanda (M.Fairuz Abadi) dan Ibunda (Anna Arofah) yang memberi dukungan, semangat dan doanya.
Selama masa kuliah sampai masa penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis mendapat dukungan, bimbingan, dan pertolongan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan setulus hati penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Zulkarnaen Pane, M.T. sebagai Dosen Pembimbing tugas akhir saya yang telah bersedia meluangkan waktu di sela-sela kesibukan beliau untuk membimbing penulis mulai dari awal sampai selesainya Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Riswan Dinzi, M.T. dan Bapak Yulianta Siregar, S.T., M.T. sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan – masukan untuk perbaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Ir. Syahrawardi selaku dosen wali penulis yang banyak memberikan masukan dan pengarahan selama penulis menempuh perkuliahan.
4. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si., selaku Ketua Departemen Teknik Elektro.
5. Bapak Rachmad Fauzi, S.T., M.T., selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro.
6. Seluruh staf pengajar dan administrasi Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
dan seluruh teman-teman elektro stambuk 2009 lainnya yang tak bisa saya sebutkan satu persatu.
8. Semua orang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan kontribusinya kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung, jasa kalian akan senantiasa penulis kenang dan sebagai acuan untuk menempuh hari-hari ke depan dengan penuh semangat dan lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan Tugas Akhir ini. Akhirnya penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa yang ingin lebih mengetahui dan mendalami Tugas Akhir Penulis.
Medan, Juni 2014 Penulis
Ahmad Muntashir Aulia
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik ... 6
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu ... 19
3.3. Parameter Motor Induksi ... 20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Parameter Motor Induksi ... 26
5.2. Saran ... 46
DAFTAR GAMBAR
3.4 Rangkaian Simulasi Ketidakseimbangan Tegangan Pada Motor Induksi Tiga Fasa ... 24
3.5 Diagram Blok Simulasi ... 25
4.1 Grafik Efisiensi Dari Motor Induksi Tiga Fasa Pada Beberapa Kondisi Ketidakseimbangan Tegangan ... 41
4.3 Grafik Daya Masukan Motor Induksi Tiga Fasa Pada Beberapa Kondisi Ketidakseimbangan Tegangan ... 42
4.4 Grafik Daya Keluaran Motor Induksi Tiga Fasa Pada Beberapa Kondisi Ketidakseimbangan Tegangan ... 43
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
3.1 Parameter motor induksi yang dibutuhkan dan percobaan yang
harus dilakukan ... 20
4.6 Data kecepatan putar motor hasil simulasi berbagai kondisi ketidakseimbangan tegangan dengan faktor ketidakseimbangan sama ... 30
4.7 Hasil simulasi motor pada berbagai kondisi ketidakseimbangan tegangan dengan faktor ketidakseimbang tegangan sebesar 1% ... 31
4.8 Hasil simulasi motor pada berbagai kondisi ketidakseimbangan tegangan dengan faktor ketidakseimbang tegangan sebesar 2% ... 31
4.9 Hasil simulasi motor pada berbagai kondisi ketidakseimbangan tegangan dengan faktor ketidakseimbang tegangan sebesar 3% ... 32
4.10 Hasil simulasi motor pada berbagai kondisi ketidakseimbangan tegangan dengan faktor ketidakseimbang tegangan sebesar 4% ... 32
4.12 Kinerja motor pada berbagai kondisi ketidakseimbangan tegangan dengan faktor ketidakseimbang tegangan sebesar 2% ... 38
4.13 Kinerja motor pada berbagai kondisi ketidakseimbangan tegangan dengan faktor ketidakseimbang tegangan sebesar 3% ... 39
ABSTRAK
Tegangan suplai tiga fasa tidak seimbang merupakan fenomena yang terjadi ketika tegangan sistem yang seharusnya bernilai sama akan tetapi karena beberapa faktor terjadi adanya perbedaan yang cukup signifikan antara salah satu fasa dengan fasa yang lain. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap kinerja beban listrik yang membutuhkan tegangan yang seimbang untuk dapat bekerja secara optimal, salah satunya adalah motor induksi tiga fasa.Tegangan suplai tiga fasa yang tidak seimbang tentu saja berpengaruh terhadap kinerja dari motor induksi tiga fasa pada saat beroperasi.
Pada Tugas Akhir ini, dilakukan simulasi dengan menggunakan perangkat lunak matlab / simulink untuk melihat pengaruh delapan kondisi ketidakseimbangan tegangan terhadap kinerja motor induksi tiga fasa dengan faktor ketidakseimbangan tegangan yang sama namun terlebih dahulu sudah dilakukan beberapa percobaan untuk mengetahui parameter motor.
Setelah dianalisis pada kondisi steady state (tunak) terlihat bahwa adanya perbedaan pengaruh dari tiap kondisi ketidakseimbangan tegangan walaupun faktor ketidakseimbangan tegangannya bernilai sama. Pada faktor ketidakseimbangan tegangan 4%, kondisi 2∅ − � memiliki efisiensi paling rendah yaitu 78.97%, kondisi 2∅ − ��memiliki torsi terendah yaitu 8.247 Nm dan kondisi 3∅ − �� memiliki penurunan kecepatan terbesar yaitu hingga 1388 Rpm.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Motor induksi tiga fasa merupakan motor listrik yang paling banyak
digunakan di industri. Oleh karena itu kinerja dari motor induksi sangatlah
berpengaruh terhadap produktivitas dari suatu industri.
Kinerja dari motor induksi erat kaitannya dengan kualitas tegangan yang
disuplai. Apabila tegangan yang disuplai memiliki kualitas yang baik, maka motor
induksi tersebut dapat bekerja secara optimal. Sebaliknya tegangan yang disuplai
memiliki kualitas yang buruk, maka kinerja dari motor akan terganggu.
Salah satu yang mempengaruhi kualitas dari tegangan adalah
keseimbangan dari tegangan suplai. Ketidakseimbangan tegangan dalam sistem
tiga fasa dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana salah satu atau ketiga dari
fasanya memiliki besaran yang berbeda atau tidak memiliki perbedaan sudut fasa
sebesar 120°. Tegangan suplai tiga fasa yang tidak seimbang akan menimbulkan
tegangan urutan positif, negatif dan nol dimana pada keadaan normal (seimbang)
yang ada hanya tegangan urutan positif saja.
Akibat yang ditimbulkan oleh tegangan urutan negatif adalah munculnya
rotasi berlawanan arah dengan rotasi pada keadaan normal yang cenderung
berujung terhadap kenaikan arus dan penurunan efisiensi [1].
Hal ini dapat menimbulkan masalah yang serius, diantaranya:
2. Arus pada kondisi operasi normal ketika tegangan tidak seimbang akan
mendekati hingga enam sampai sepuluh kali nilai dari tegangan suplai
yang tidak seimbang.
Ketidakseimbangan tegangan ini memiliki nilai yang bervariasi,
tergantung kepada nilai tegangan tiap fasanya. Oleh karena itu ada faktor
ketidakseimbangan tegangan yang disebut sebagai VUF (Voltage Unbalance
Factor) sebagai acuan menentukan seberapa besar ketidakseimbangan tegangan
yang terjadi pada suatu sistem.
Dapat dilihat dari Gambar 1.1, bahwa semakin tinggi tingkat
ketidakseimbangan tegangan akan menghasilkan penurunan nilai rating pada
motor induksi.
Gambar 1.1 Faktor Penurunan Nilai Rating Motor Terhadap Ketidakseimbangan Tegangan NEMA(National Electrical Manufacturers Association)
Namun, kebanyakan pembahasan tentang ketidakseimbangan tegangan
hanya membahas tentang nilai faktor ketidakseimbangan (VUF) tanpa membahas
kondisi dari ketidakseimbangan tersebut. Padahal ada banyak kondisi yang
Penelitian untuk mengetahui pengaruh ketidakseimbangan tegangan suplai
terhadap kinerja motor induksi tiga fasa telah banyak dilakukan sebelumnya salah
satunya oleh E.Quispe, G.Gonzales and J.Aguado [1] menggunakan simulasi
komputer (perangkat lunak). Pada simulasi yang dilakukan oleh E.Quispe,
G.Gonzales and J. Aguado dilakukan dengan simulasi dengan tidak membahas
kondisi ketidakseimbangan tegangan. Kemudian penelitian lainnya seperti yang
dilakukan oleh Ching-Yin Lee, Bin-Kwie Chen, Wei-jen Lee dan Yen-Feng Hsu
[2] membahas tentang pengaruh ketidakseimbangan tegangan teerhadap kinerja
motor induksi tiga fasa dengan memperhitungkan kondisi ketidakseimbangan
tegangan yang terjadi.
Pada tugas akhir ini penulis menggunakan perangkat lunak Matlab /
Simulink sebagai media untuk melalukan simulasi ketidakseimbangan tegangan
dengan parameter motor induksi yang diperoleh melalui percobaan yang
dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik Fakultas Teknik USU Medan.
Serta untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode analisis
komponen simetris yang diprogram menggunakan perangkat lunak Matlab.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh dari tiap kondisi ketidakseimbangan tegangan yang
terjadi terhadap kinerja dari motor induksi tiga fasa dengan faktor
2. Bagaimana pengaruh tiap – tiap kondisi ketidakseimbangan tegangan
terhadap motor induksi tiga fasa dengan faktor ketidakseimbangan
tegangan yang sama.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh tegangan suplai tiga fasa yang tidak seimbang yang
bervariasi namun dengan nilai VUF (Voltage Unbalance Factor) bernilai sama
terhadap kinerja dari motor induksi tiga fasa.
1.4. Batasan Masalah
Pembatasan masalah yang dilakukan dalam penulisan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Analisis motor induksi tiga fasa dilakukan pada kondisi steady state
(tunak).
2. Kinerja motor yang dimaksudkan dalam tugas akhir ini hanya
mencakup putaran motor, torsi, daya masukan, daya keluaran dan
efisiensi.
3. Perhitungan efisiensi dari motor hanya memperhatikan daya input dan
daya output dari motor induksi tanpa memperhitungkan rugi-rugi inti
dan mekanis.
4. Simulasi dan pemrograman yang dilakukan menggunakan perangkat
5. Data/ parameter motor induksi tiga fasa didapat dengan cara melakukan
percobaan langsung di Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU.
6. Perhitungan torsi keluaran dari motor induksi merupakan torsi pada
keadaan motor sedang berjalan.
7. Hanya membahas delapan variasi ketidakseimbangan suplai tegangan
tiga fasa.
1.5. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah dengan diketahui pengaruh dari suplai
tegangan tidak seimbang yang bervariasi dengan nilai faktor ketidakseimbangan
tegangan / VUF (Voltage Unbalance Factor) yang tetap terhadap kinerja dari
motor induksi tiga fasa maka dapat dipikirkan cara-cara yang tepat untuk menjaga
agar motor induksi tiga fasa dapat bekerja secara optimal serta mengetahui
karakteristik motor dengan variasi ketidakseimbangan tegangan supai tiga fasa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem distribusi tenaga listrik merupakan sistem dimana listrik yang
sudah dibangkitkan oleh pembangkit listrik akan disalurkan ke konsumen listrik.
Bagian sistem ini biasanya terdiri dari dua bagian yaitu saluran distribusi primer
(tegangan menengah) dimulai dari transformator step-down pada gardu induk
saluran transmisi hingga ke transformator distribusi sedangkan bagian dari
transformator distribusi hingga ke konsumen akhir disebut sebagai saluran
distribusi sekunder (tegangan rendah) seperti yang terlihat pada Gambar 2.1.
Distribusi tegangan rendah dapat berupa fasa tunggal, tiga fasa tiga kawat, tiga
fasa empat kawat, atau satu fasa tiga kawat [3].
Sistem distribusi secara normal akan mencatu tegangan yang seimbang,
namun pada kondisi - kondisi tertentu tegangan yang dicatu bisa saja terjadi
ketidakseimbangan antara salah satu fasa dengan fasa yang lain.
Generator Gardu Induk Gardu Induk Beban
Sistem Pembangkit
Sistem Transmisi Sistem Distribusi
2.2. Sistem Tiga Fasa Empat Kawat
Sistem tiga fasa empat kawat adalah seperti yang terlihat pada Gambar 2.2.
V
Gambar 2.2 Sistem Tiga Fasa Empat Kawat
Sistem tiga fasa memiliki tiga terminal beserta terminal keempat, yaitu
terminal netral. Sistem ini dapat direpresentasikan dengan tiga sumber tegangan
ideal yang di hubungkan dalam suatu hubungan wye, seperti yang terlihat pada
Gambar 2.2, Vl merupakan tegangan antar fasa (380 V) dan Vph merupakan
tegangan antara fasa dengan netral (220 V).
Sistem distribusi tegangan rendah tiga fasa empat kawat dapat menyuplai
beban 3 fasa maupun 1 fasa. Suplai 1 fasa diperoleh dengan mengambil hanya
salah satu konduktor fasa (A, B, atau C) dan konduktor netral (N) sebagai jalur
2.3. Komponen-Komponen Simetris
Pada tahun 1918, C.L. Fortescue menunjukkan bahwa tiga fasor yang tidak
seimbang dari sistem tiga fasa dapat dipecahkan kedalam tiga sistem fasor
seimbang yang disebut [4]:
1. Komponen urutan positif. Pada sistem tiga fasa, komponen
urutan-positif terdiri dari tiga buah fasor yang sama besarnya, terpisah antara
satu dengan yang lain sebesar 120°, dan mempunyai urutan fasor yang
sama dengan fasor aslinya seperti yang terlihat pada Gambar 2.3.
Vbp Vcp
Vap URUTAN FASA POSITIF
Gambar 2.3. Diagram Fasor Komponen Urutan Positif
2. Komponen urutan negatif. Pada sistem tiga fasa, komponen
urutan-negatif terdiri dari tiga buah fasor yang sama besarnya, terpisah antara
satu dengan yang lain sebesar 120° dan mempunyai urutan fasor yang
Vcn Vbn
Van URUTAN FASA NEGATIF
Gambar 2.4. Diagram Fasor Komponen Urutan Negatif
3. Komponen urutan nol. Pada sistem tiga fasa, komponen urutan nol terdiri
dari tiga buah fasor yang sama besarnya dan dengan pergeseran fasa 0°
antara fasor yang satu dengan yang lain seperti yang terlihat pada
Gambar 2.5.
Va0, Vb0, Vc0 URUTAN FASA NOL
Gambar 2.5. Diagram Fasor Komponen Urutan Nol
Sehingga besar tegangan sebenarnya dari setiap fasa adalah penjumlahan
dari masing-masing komponen simetris terbentuk Persamaan (2.1), (2.2) dan
(2.3):
Va = Va0 +Vap + Van (2.1)
Vb = Vbp + Vbn + Vb0 = a2 Vap + aVan + Va0 (2.2)
Dimana � = 1∠1200 yang digunakan untuk menunjukkan operator yang
menyebabkan perputaran sebesar 120° dalam arah yang berlawanan dengan arah
jarum jam.
2.4. Ketidakseimbangan Tegangan
Ketidakseimbangan tegangan menjadi fenomena yang diamati hampir
diseluruh negara yang memiliki sistem tiga fasa. Meskipun tegangan yang
dibangkitkan oleh generator bernilai seimbang akan tetapi pengaruh dari sistem
transmisi, pembebanan yang tidak seimbang pada saat pendistribusian,
transformator yang kurang baik, rusaknya pengaman lebur pada kapasitor bank
tiga fasa dan lain sebagainya dapat menyebabkan tegangan yang sampai ke beban
menjadi tidak seimbang.
Ketidakseimbangan tegangan adalah fenomena yang terjadi ketika nilai
tegangan antara salah satu fasa dengan fasa lainnya berbeda. Ada perbedaan jenis
dari ketidakseimbangan tegangan dengan kemungkinan variasi tegangan di bawah
dan di atas nilai nominalnya. Sehingga ketidakseimbangan tegangan bisa
diklasifikasikan menjadi OVU (Over Voltage Unbalanced) dan UVU (Under
Voltage Unbalanced) [2].
OVU adalah kondisi ketidakseimbangan tegangan dimana nilai dari
komponen urutan positifnya lebih besar dari nilai nominalnya. Sedangkan UVU
adalah kondisi ketidakseimbangan tegangan dimana nilai dari komponen urutan
Ada banyak kondisi ketidakseimbangan tegangan terjadi dengan VUF
(Voltage Unbalance Factor) yang sama [2] yaitu:
1. 1∅ − �� (Single Phase Under Voltage Unbalance)
Adalah kondisi dimana salah satu fasa dari sistem tiga fasa bertegangan
yang lebih rendah dibandingkan dengan tegangan nominalnya. Hal ini
bisa saja terjadi akibat pembebanan berlebih yang menumpuk di salah
satu fasa dan tidak memiliki kompensasi yang cukup.
2. 2∅ − �� (Two Phases Under Voltage Unbalance)
Adalah kondisi dimana tegangan dua dari tiga fasa bernilai lebih rendah
dari nilai tegangan nominalnya. Hal ini terjadi akibat kedua fasa ini
dibebani lebih dan tidak memiliki kompensasi yang cukup.
3. 3∅ − �� (Three Phases Under Voltage Unbalance)
Adalah kondisi dimana tegangan dari ketiga saluran dari sistem tiga
fasa bernilai tidak seimbang dan bernilai lebih rendah dari nilai
nominalnya. Hal ini terjadi akibat pembebanan yang berlebih dan
pembagian bebannya yang tidak merata.
4. 1∅ −O� (Single Phase Over Voltage Unbalance)
Adalah kondisi dimana tegangan salah satu dari ketiga fasa bernilai
lebih tinggi dari nilai tegangan nominalnya. Hal ini bisa saja terjadi
akibat kompensasi kapasitor yang berlebihan.
5. 2∅ −O� (Two Phases Over Voltage Unbalance)
Adalah kondisi dimana tegangan dua dari tiga fasa bernilai lebih tinggi
terkompensasi berlebihan sehingga mengakibatkan naiknya tegangan
pada kedua fasa ini dan mengakibatkan ketidakseimbangan terjadi.
6. 3∅ − �� (Three Phases Over Voltage Unbalance)
Adalah kondisi dimana ketiga fasa dari sistem tiga fasa mengalami
ketidakseimbangan tegangan yang bernilai lebih tinggi dari tegangan
nominalnya.
7. 1∅ − � (Unequal Single Phase Angle Displacement)
Jika tegangan tiga fasa seimbang,maka seharusnya perbedaan sudut
fasanya sebesar 120°. Misalkan fasa A menjadi referensinya, maka jika
ada salah satu sudut fasanya tidak berbeda 120° terhadap fasa yang lain
ini disebut Unequal Single Phase Angle Displacement.
8. 2∅ − � (Unequal Two Phase Angles Displacement)
Sama seperti Unequal Single Phase Angle Displacement namun pada
kondisi ini terdapat dua fasa yang berbeda terhadap fasa referensinya.
VUF (Voltage Unbalanced Factor) didefinisikan oleh IEC (International
Electrotechnical Commission) sebagai perbandingan antara tegangan komponen
negatif dengan tegangan komponen positif seperti pada Persamaan (2.4).
���= ������������������������������� ������������������������������� =
|��|
|��| � 100% (2.4)
2.5. Motor Induksi Tiga Fasa
Secara umum, motor listrik berfungsi untuk mengubah energi listrik
menggunakan motor induksi tiga fasa oleh karena itu selanjutnya yang akan
dibahas adalah tipe motor ini seperti pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Motor Induksi
Motor induksi seperti yang terlihat pada Gambar 2.6, merupakan motor
yang banyak digunakan dikalangan industri, tentu saja hal ini berkaitan dengan
keunggulan dan kekurangan dari motor ini [5].
Keunggulan dari motor ini adalah:
1. Sangat sederhana dan daya tahan kuat
2. Harga relatif murah dan perawatan mudah
3. Efisiensi tinggi
4. Tidak memerlukan starting tambahan dan tidak harus sinkron
Kekurangannya adalah:
1. Kecepatan tidak dapat berubah tanpa adanya pengorbanan efisiensi
2. Kecepatan menurun seiring pertambahan beban
Motor ini bekerja dengan prinsip induksi energi listrik dari bagian stator ke
bagian rotornya [6]. Berputarnya rotor pada motor induksi disebabkan oleh
kumparan stator. Medan putar ini terjadi apabila kumparan stator pada motor
induksi dihubungkan dengan sumber jala-jala tiga fasa. Pada tugas akhir ini akan
di analisis torsi dan efisiensi dari motor induksi tiga fasa dengan variasi suplai
tegangan tiga fasa yang tidak seimbang dengan VUF (Voltage Unbalance Factor)
bernilai sama.
2.6. Analisis Steady State
Analisis steady state [7] dari sebuah operasi motor induksi tiga fasa
dengan suplai tegangan tidak seimbang dilakukan dengan menggunakan
pendekatan komponen simetris dengan rangkaian ekivalen seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.7 dan 2.8.
Rs jXs
Gambar 2.7. Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Urutan Positif
Rs jXs
Gambar 2.7 dan Gambar 2.8 adalah rangkaian ekivalen perfasanya,
Dimana nilai perfasanya adalah:
Vp = Tegangan urutan positif
Vn = Tegangan urutan negatif
Rs = Tahanan stator
Xs = Reaktansi stator
Rr = Tahanan rotor terhadap stator
Xr = Reaktansi rotor terhadap stator
Xm = Reaktansi magnetisasi
Zp = Impendansi urutan positif dari motor
Zn = Impedansi urutan negatif dari motor
Ips = Arus fasa urutan positif stator
Ipr = Arus fasa urutan positif rotor
Ins = Arus fasa urutan negatif stator
Inr = Arus fasa urutan negatif rotor
S = Slip
Misalkan tegangan fasa dari motor adalah Va, Vb, Vc, maka dapat dibuat
suatu matrik persamaan hubungan antara komponen urutan positif, negatif dan nol
seperti pada Persamaan (2.5) :
����0
Analisis dari rangkaian ekivalen pada Gambar 5 dan 6 didapat Persamaan
�� = ��+���+
Karena motor dihubungkan dengan hubungan wye tiga kawat dan tidak
ditanahkan maka urutan nol dari tegangan maupun arus tidak diperhitungkan.
Oleh karena itu, arus urutan positif dan negatif yang mengalir di stator dan rotor
adalah seperti yang diperlihatkan pada Persamaan 2.8 hingga 2.14:
��� = ���
Persamaan (2.8) dan (2.9) merupakan persamaan arus stator dan rotor
urutan positif dan Persamaan (2.10) dan (2.11) merupakan persamaan arus stator
dan rotor urutan negatif. Sehingga didapat persamaan arus Ias, Ibs, Ics sebagai
berikut:
��� = ��� +��� (2.12)
��� = �2��� +���� (2.13)
Daya input dan faktor daya motor dapat dihitung dengan menggunakan
komponen simetris arus dan tegangan dengan Persamaan (2.15) sampai dengan
(2.17):
Dimana (*) bermakna nilai konjugat.
Jika rugi-rugi inti dan mekanis diabaikan, daya keluaran dari motor
ditunjukkan dengan Persamaan (2.18) sampai dengan (2.20) :
�� = 3���2 �
Dimana Pn pada keadaan normal adalah bernilai negatif karena rotor
berputar pada arah yang berlawanan dengan medan magnet yang dihasilkan oleh
komponen urutan negatif.
Torsi yang dihasilkan oleh komponen urutan positif dan negatif
ditunjukkan oleh Persamaan (2.21) hingga (2.22):
�� = ���
�= �� +�� =3�� �� �
���2 � −
���2
2− �� (2.23)
Maka efisiensi motor dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.24) :
� =����
��� × 100% (2.24)
2.7. Perangkat Lunak Matlab
Matlab adalah bahasa pemrograman level tingkat tinggi yang di khususkan
untuk komputasi teknis. Bahasa ini mengintegrasikan kemampuan komputasi,
visualisasi dan pemrograman dalam sebuah lingkungan yang tunggal dan mudah
digunakan.
Matlab dikembangkan oleh MathWork Inc. Pada Tugas Akhir ini, Matlab
digunakan sebagai alat simulasi untuk melihat pengaruh ketidakseimbangan
tegangan terhadap kecepatan motor, selanjutnya dibuat dan digunakan suatu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan dengan eksperimen untuk pengambilan parameter
motor lalu disimulasikan menggunakan perangkat lunak Matlab dilaksanakan
pada bulan November 2013 dan bertempat di Laboratorium Konversi Energi
Listrik FT-USU Medan.
3.2. Bahan dan Peralatan
Adapun peralatan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Sebuah motor induksi 3 fasa
Tipe : Rotor Sangkar
Spesifikasi :
2. Sebuah Laptop (lengkap dengan sistem operasi beserta perangkat
lunaknya)
3. Power supply AC (PTAC)
5. Voltmeter AC
6. Voltmeter DC
7. Ammeter AC
8. Dua unit ammeter DC
9. Wattmeter
3.3. Parameter Motor Induksi
Sebelum dilakukan simulasi, terlebih dahulu dilakukan beberapa
percobaan untuk mendapatkan parameter motor induksi yang dibutuhkan pada
saat ingin dilakukan simulasi dan perhitungan seperti yang diperlihatkan pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Parameter Motor Induksi Yang Dibutuhkan Dan Percobaan Yang Harus Dilakukan
Parameter Motor Induksi Percobaan Yang Dilakukan
Tahanan stator (Rs) • Percobaan Tahanan DC
Tahanan rotor (Rr) • Percobaan Rotor Tertahan.
• Percobaan Tahanan DC
Reaktansi stator (Xs) • Percobaan Rotor Tertahan
Reaktansi rotor (Xr) • Percobaan Rotor Tertahan
3.3.1. Percobaan beban nol
Percobaan beban nol atau yang biasa dikenal dengan percobaan motor
tanpa beban dilakukan dengan cara menghubungkan langsung motor dengan
sumber tegangan tiga fasa seimbang. Dari percobaan ini didapat nilai tegangan
dan arus pada kondisi motor tidak berbeban. Percobaan ini dibutuhkan untuk
mendapatkan reaktansi magnetisasi (Xm) dari motor induksi.
3.3.1.1. Rangkaian percobaan
Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan Beban Nol
3.3.1.2. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur yang dilakukan adalah:
1. Hubungkan motor dengan PTAC, seperti pada Gambar 3.1.
2. Naikkan tegangan PTAC secara perlahan sampai tegangan 375 V.
3. Ketika tegangan 375 V, dicatat nilai yang diukur oleh amperemeter.
3.3.2.Percobaan Tahanan DC
Percobaan tahanan dc dilakukan dengan cara menghubungkan dua dari
tiga terminal yang ada pada motor induksi tiga fasa ke sumber tegangan dc.
Percobaan ini tidak membuat motor berjalan, melainkan hanya diam. Percobaan
ini dilakukan untuk mendapatkan nilai tahanan stator (Rs) dan rotor (Rr) pada
motor induksi tiga fasa.
3.3.2.1. Rangkaian percobaan
Gambar 3.2 Rangkaian Percobaan Tahanan DC
3.3.2.2. Prosedur percobaan
Adapun prosedur yang dilakukan adalah:
1. Hubungkan motor dengan PTDC, seperti pada Gambar 3.2.
2. Naikkan tegangan PTDC secara perlahan sampai tegangan 30 V.
3. Ketika tegangan 30 V, dicatat nilai yang diukur oleh amperemeter.
3.3.3. Percobaan Rotor Tertahan
Percobaan rotor tertahan adalah percobaan dimana rotor dari motor listrik
dibuat tidak bergerak sama sekali walaupun motor disuplai tegangan yang
semestinya. Percobaan rotor tertahan juga dikenal dengan percobaan hubung
singkat dimana arus yang mengalir pada motor sangatlah besar. Percobaan ini
biasanya hanya diberikan tegangan yang rendah sekitar 30% dari tegangan
nominalnya untuk menghindari kenaikan arus terlalu besar yang dapat merusak
motor. Percobaan ini diperlukan untuk mendapatkan nilai tahanan rotor (Rr),
reaktansi rotor (Xr) dan stator (Xs).
3.3.3.1. Rangkaian percobaan
Gambar 3.3 Rangkaian Percobaan Rotor Tertahan
3.3.3.2. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur yang dilakukan adalah:
1. Hubungkan rangkaian motor, seperti pada Gambar 3.3.
2. Naikkan tegangan PTAC secara perlahan sampai tegangan 60 V.
3. Ketika tegangan 60 V,naikkan tegangan PTDC hingga rotor dari motor
4. Catat nilai arus dan daya pada saat rotor terhenti.
5. Turunkan tegangan PTAC dan PTDC hingga nol, percobaan selesai.
3.4. Simulasi
Simulasi dilakukan dengan perangkat lunak komputer Matlab / Simulink
pada kondisi ketidakseimbangan yang bervariasi. Simulasi dilakukan untuk
mengetahui pengaruh ketidakseimbangan tegangan terhadap kecepatan putar dari
motor induksi tiga fasa guna keperluan perhitungan untuk mengetahui kinerja dari
motor induksi tiga fasa tersebut.
Motor induksi yang digunakan dalam simulasi ini adalah motor induksi
tiga fasa rotor sangkar dengan spesifikasi sama dengan motor induksi pada
percobaan sebelumnya.
3.4.1. Rangkaian simulasi
Rangkaian Simulasi ditunjukkan oleh Gambar 3.4. Rangkaian simulasi ini
digunakan untuk berbagai kondisi ketidakseimbangan tegangan.
3.5. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Rumus (2.6) hingga
(2.24) yang sudah dibuat dalam suatu program komputer menggunakan perangkat
lunak Matlab guna mempersingkat waktu perhitungan dengan diagram blok
seperti pada Gambar 3.5:
START
Input : Masukkan nilai
parameter motor sampai didapat Vp, Vn, Ia,
Ib, Ic, Te, Pf, Pin, Pout, Eff.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Parameter Motor Induksi
Sebelum melihat pengaruh variasi ketidakseimbangan tegangan terhadap
kinerja motor induksi tiga fasa diperlukan parameter-parameter pada motor yang
didapat dengan cara melakukan percobaan beban nol, rotor tertahan, dan tahanan
dc. Kemudian setelah semua parameter yang diperlukan telah didapat
dilakukanlah simulasi dan perhitungan menggunakan perangkat lunak Matlab
untuk melihat pengaruh variasi ketidakseimbangan tegangan terhadap kinerja
motor induksi tiga fasa.
4.1.1. Percobaan beban nol
Pada percobaan beban nol, didapatkan informasi nilai reaktansi
magnetisasi. Tes ini dilakukan dengan memberikan tegangan tiga fasa seimbang
pada belitan stator pada rating frekuensinya bagian rotor pada kondisi pengetesan
jangan terhubung dengan beban mekanis. Data hasil percobaan ditampilkan pada
Tabel 4.1 :
Tabel 4.1 Data Percobaan Beban Nol
Vnl (Volt) Inl (Ampere)
375 2,88
Dari data yang didapat dari hasil percobaan diperoleh:
�� = 375 √3 .2,88
�� = 75,2 �
4.1.2. Percobaan tahanan dc
Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan nilai Rstator. Data hasil
percobaan ditampilkan pada Tabel 4.2 :
Tabel 4.2 Data Percobaan Tahanan DC
Vdc (Volt) Idc (Ampere)
50 4,789
Dari data yang didapat dari hasil percobaan diperoleh:
�� = 2.����
4.1.3. Percobaan rotor tertahan
Pada percobaan ini didapatkan informasi impedansi dari motor. Data hasil
percobaan ditampilkan pada Tabel 4.3 :
Tabel 4.3 Data Percobaan Rotor Tertahan
Vhs(Volt) Ihs (Ampere) Phs (Watt)
Dari data yang didapat dari hasil percobaan diperoleh:
Sehingga didapatlah parameter motor induksi seperti yang ditampilkan pada Tabel
4.4 :
Tabel 4.4 Parameter Motor Induksi Tiga Fasa
Rs Xs Rr Xr Xm
5,22� 5,376� 5,2� 3,584� 75,2�
4.2. Simulasi
4.2.1. Kondisi normal (seimbang)
Simulasi dengan keadaan normal dibutuhkan untuk mengetahui
karakteristik motor pada keadaan normal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Simulasi Pada Kondisi Tegangan Seimbang
4.2.2. Kondisi tidak seimbang
Simulasi dengan kondisi tegangan suplai tidak seimbang dilakukan dengan
memberikan nilai tegangan yang tidak seimbang pada simulasi yang telah
dihitung sebelumnya dengan cara perhitungan yang terdapat dibawah ini dan
selanjutnya dengan cara yang sama dilakukan untuk memperoleh data yang
terdapat pada Lampiran1. Adapun cara perhitungan faktor ketidakseimbangan
tegangan (VUF) pada kondisi 3∅ − �� adalah sebagai berikut:
Pertama sekali dihitung tegangan urutan positif dan negatifnya seperti berikut:
��=��+���+�
Kemudian dihitung nilai faktor ketidakseimbangan tegangannya sebagai berikut:
���=��
�� × 100%
���= 2,0765
213,778 × 100%
Ada delapan kondisi ketidakseimbangan yang akan dibandingkan seperti
yang diperlihatkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Data Kecepatan Putar Motor Hasil Simulasi Berbagai Kondisi Ketidakseimbangan Tegangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Sama.
Kondisi ketidakseimbangan
Kecepatan Putar Motor Pada Berbagai Faktor Ketidakseimbangan Tegangan (RPM)
Dapat dilihat bahwa tiap kondisi ketidakseimbangan tegangan
mengakibatkan perubahan kecepatan motor induksi tiga fasa namun dengan
karakteristik yang berbeda–beda. Seperti pada kondisi UV (Under Voltage
unbalance) kecepatan motor mengalami penurunan selama terjadinya
ketidakseimbangan tegangan, hal ini sesuai dimana kecepatan motor akan
menurun ketika tegangan suplai terjadi penurunan tetapi pada kondisi OV (Over
Voltage unbalance) kecepatan motor mengalami peningkatan selama terjadinya
ketidakseimbangan tegangan yang berada diatas nilai tegangan nominalnya.
Hasil simulasi dapat dilihat potongan tampilan simulasinya pada Lampiran
2, namun untuk mempermudah pembacaan data dibuatlah tabel 4.7 hingga 4.10
yang berisikan data tentang arus hasil simulasi perfasa (Ia, Ib, dan Ic), daya
Tabel 4.7 Hasil Simulasi Motor Pada Berbagai Kondisi Ketidakseimbangan Tegangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan Sebesar 1 %
Kondisi
Tabel 4.8 Hasil Simulasi Motor Pada Berbagai Kondisi Ketidakseimbangan Tegangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan Sebesar 2 %
Tabel 4.9 Hasil Simulasi Motor Pada Berbagai Kondisi Ketidakseimbangan Tegangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan Sebesar 3 %
Kondisi
Tabel 4.10 Hasil Simulasi Motor Pada Berbagai Kondisi Ketidakseimbangan Tegangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan Sebesar 4 %
Kondisi
4.3. Pengolahan Data dan Pembahasan
Setelah semua parameter yang dibutuhkan sudah diperoleh, maka
dimulailah pengolahan data. Pengolahan data hanya perlu memasukkan data yang
diminta oleh program dengan source code seperti yang terlampir pada Lampiran 3
, setelah itu hasilnya akan langsung ditampilkan seperti yang terlihat pada
4.14. Namun sebelumnya terlebih dahulu dilakukan perhitungan manual untuk
menampilkan cara menghitung serta menganalisis datanya sebelum digunakan
program untuk mempersingkat waktu perhitungan. Untuk kondisi 3∅ − ��
dengan faktor ketidakseimbangan tegangan 1% dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut:
Pertama dihitung slip, tegangan urutan positif dan negatifnya:
�=�� − ��
Setelah itu dihitung nilai impedansi urutan positif dan negatifnya seperti berikut:
�� =��+���+
Setelah didapat arus urutan positif dan negatifnya, dihitunglah arus perfasanya serta daya input dari motor yaitu:
��� = ��� +���
Untuk mendapatkan daya keluaran dari motor induksi terlebih dahulu dilakukan perhitungan daya urutan positif dan urutan negatif sebagai berikut:
�� = 3���2 �� −
Setelah didapat daya urutan positif dan negatif maka dihitunglah daya keluaran dari motor induksi sebagai berikut:
���� = �� +��
���� = 1213,578− �95,2−0,213− �0,028
���� = 1213,365− �95,2
���� = 1213,365 ����
Selanjutnya untuk mempersingkat waktu perhitungan digunakan program perhitungan menggunakan perangkat lunak matlab yang datanya sebagai berikut:
Tabel 4.11 Kinerja Motor Pada Berbagai Kondisi Ketidakseimbangan Tegangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan Sebesar 1 %
Kondisi
Dapat dilihat dari Tabel 4.11 bahwa terjadi penurunan torsi selama terjadi
ketidakseimbangan tegangan yang bervariasi di setiap kondisi ketidakseimbangan
tegangan mulai dari 0,47 % hingga 1,03 %. Hal ini sesuai dengan Persamaan
(2.23) dimana kondisi ketidakseimbangan tegangan akan menghasilkan torsi
urutan negatif yang akan berlawanan dengan torsi urutan positifnya. Untuk daya
masukan dan keluaran dari motor juga beragam di setiap kondisinya. Kondisi
1∅ − �� membutuhkan daya input yang terbesar dibandingkan kondisi lainnya,
hal ini bisa saja disebabkan oleh perbedaan kecepatan putaran motor yang berbeda
di setiap kondisinya. Disini terlihat bahwa pada kondisi ketidakseimbangan
tegangan yang berada diatas nilai nominalnya akan mengakibatkan kenaikan
kecepatan putar dari motor sedangkan untuk kondisi ketidakseimbangan tegangan
dari motor induksi tiga fasa. Terlihat juga bahwa nilai tegangan urutan positif
yang lebih besar akan menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi daripada kondisi
lainnya seperti pada kondisi 3∅ − �� yang memiliki efisiensi sebesar 81,96%.
Hal ini bukan berarti baik, jika dilihat dari efisiensi memang kondisi 3∅ − ��
memiliki efisiensi tertinggi pada faktor ketidakseimbangan 1%, namun tegangan
yang berada diatas tegangan nominal akan mengakibatkan kerusakan isolasi pada
motor.
Tabel 4.12 Kinerja Motor Pada Berbagai Kondisi Ketidakseimbangan Tegangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan Sebesar 2 %
Kondisi
Dapat dilihat dari Tabel 4.12 bahwa terjadi penurunan torsi selama terjadi
ketidakseimbangan tegangan yang bervariasi di setiap kondisi ketidakseimbangan
tegangan mulai dari 0,26 % hingga 0,83 %. Sama halnya dengan penjelasan
sebelumnya sesuai dengan Persamaan (2.23) dimana kondisi ketidakseimbangan
tegangan akan menghasilkan torsi urutan negatif yang akan berlawanan dengan
torsi urutan positifnya. Untuk efisiensi dari motor, kondisi 3∅ − �� memiliki
3∅ − �� memiliki selisisih terbesar antara daya input dan daya output hingga
294.81 watt, hal ini disebabkan oleh perbedaan kecepatan putaran motor yang
berbeda di setiap kondisinya. Terlihat juga bahwa nilai tegangan urutan positif
yang lebih besar akan menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi daripada kondisi
lainnya seperti pada kondisi 3∅ − �� yang memiliki efisiensi sebesar 81,72%. Ini
belum tentu berarti baik, jika dilihat dari efisiensi memang kondisi 3∅ − ��
memiliki efisiensi tertinggi pada faktor ketidakseimbangan 2%, namun tegangan
yang berada diatas tegangan nominal akan mengakibatkan kerusakan isolasi pada
motor.
Tabel 4.13 Kinerja Motor Pada Berbagai Kondisi Ketidakseimbangan Tegangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan Sebesar 3 %
Kondisi
Dapat dilihat dari Tabel 4.13 bahwa terjadi penurunan torsi selama terjadi
ketidakseimbangan tegangan yang bervariasi di setiap kondisi ketidakseimbangan
tegangan mulai dari 0,26 % hingga 0,827 %. Sama halnya dengan penjelasan
sebelumnya sesuai dengan Persamaan (2.23) dimana kondisi ketidakseimbangan
torsi urutan positifnya. Untuk daya masukan dan keluaran serta efisiensi dari
motor juga beragam di setiap kondisinya, kondisi 3∅ − �� memiliki efisiensi
terndah dibandingkan kondisi lainnya, hal ini bisa saja disebabkan oleh
ketidakseimbangan tegangan yang berbeda di setiap kondisinya. Terlihat juga
bahwa nilai tegangan urutan positif yang lebih besar akan menghasilkan efisiensi
yang lebih tinggi daripada kondisi lainnya seperti pada kondisi 3∅ − �� yang
memiliki efisiensi sebesar 81,50%. Jika dilihat dari efisiensi memang kondisi
3∅ − �� memiliki efisiensi tertinggi pada faktor ketidakseimbangan 3%, namun
tegangan yang berada diatas tegangan nominal akan mengakibatkan kerusakan
isolasi pada motor. Nilai arus yang mengalir pada kondisi ini jugalah berada diatas
nilai nominalnya dan tidak seimbang sehingga dapat menyebabkan kerusakan
pada saat motor beroperasi.
Tabel 4.14 Kinerja Motor Pada Berbagai Kondisi Ketidakseimbangan Tegangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan Sebesar 4 %
Kondisi
Dapat dilihat dari Tabel 4.14 bahwa terjadi penurunan torsi selama terjadi
ketidakseimbangan tegangan yang bervariasi di setiap kondisi ketidakseimbangan
dari motor juga beragam di setiap kondisinya, hal ini bisa saja disebabkan oleh
perbedaan kecepatan putaran motor yang berbeda di setiap kondisinya. Terlihat
juga bahwa nilai tegangan urutan positif yang lebih besar akan menghasilkan
efisiensi yang lebih tinggi daripada kondisi lainnya seperti pada kondisi 3∅ − ��
yang memiliki efisiensi sebesar 81,06 %. Hal ini bukan berarti baik, jika dilihat
dari efisiensi memang kondisi 3∅ − �� memiliki efisiensi tertinggi pada faktor
ketidakseimbangan 4%, namun tegangan yang berada diatas tegangan nominal
akan mengakibatkan kerusakan isolasi pada motor. Nilai arus yang mengalir pada
kondisi tegangan tidak seimbang jugalah berada diatas nilai nominalnya dan tidak
seimbang sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada saat motor beroperasi.
Gambar 4.2 Grafik Kecepatan Putar Rotor Motor Induksi Tiga Fasa Pada Beberapa Kondisi Ketidakseimbangan Tegangan
Gambar 4.4 Grafik Daya Keluaran Motor Induksi Tiga Fasa Pada Beberapa Kondisi Ketidakseimbangan Tegangan
Seperti yang terlihat pada Gambar 4.1 hingga 4.5 bahwa terdapat perbedaan
antara kondisi yang satu dengan yang lain walaupun faktor ketidakseimbangan
dinyatakan sama. Pada kondisi 1Φ–OV memiliki efisiensi yang lebih tinggi
sebaliknya kondisi 2Φ–A memiliki nilai efisiensi terendah, untuk kecepatan putar
dari rotor sendiri terjadi penurunan ketika kondisi ketidakseimbangan tegangan
yang bernilai di bawah tegangan nominalnya sedangkan untuk ketidakseimbangan
tegangan yang bernilai di atas tegangan nominalnya mengalami peningkatan
kecepatan. Untuk torsi mengalami penurunan dengan nilai yang bervariasi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil simulasi dan perhitungan didapatkan bahwa
ketidakseimbangan tegangan dengan faktor ketidakseimbangan yang
sama mengakibatkan perbedaan kecepatan putar motor, torsi elektris
dan efisiensi pada tiap kondisi yang berbeda.
2. Tegangan urutan positif yang lebih besar akan menghasilkan efisiensi
motor yang lebih besar. Kondisi 3∅ − �� memiliki efisiensi tertinggi
dibandingkan kondisi yang lain.
3. Pada kondisi 3∅ − �� terjadi penurunan kecepatan terbesar yaitu
sebanyak 1.5 % pada saat faktor ketidakseimbangan 4 %, sedangkan
pada kondisi 3∅ − �� terjadi penigkatan kecepatan putar motor
sebesar 1.1 %.
4. Penurunan torsi terbesar terjadi pada kondisi 2∅ − �� yaitu sebesar
1.1 % pada faktor ketidakseimbangan 4 % , sedangkan kondisi
3∅ − �� memiliki penurunan torsi terendah yaitu sebesar 0.1 %.
5. Ketidakseimbangan tegangan juga mengakibatkan ketidakseragaman
nilai arus dimana beberapa darinya berada diatas nilai nominalnya, hal
ini dapat berakibat buruk bagi motor.
5.2. Saran
Adapun beberapa saran yang bisa diberikan dari hasil tugas akhir ini
adalah;
1. Disarankan agar melakukan percobaan ketidakseimbangan tegangan
secara langsung.
2. Disarankan agar dapat mencoba kondisi ketidakseimbangan yang
berbeda dengan menggabungkan beberapa kondisi ketidakseimbangan
tegangan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Quispe, E., Gonzales, G., and Aguado, J., ” Influence of unbalanced and waveform
voltage on the performance characteristics of three-phase induction motors”,
Universidad Autonoma de Occidente, Colombia.
[2] Ching, Y., Chen, B.K., Lee, W.J., Hsu,Y.F., "Effects of various unbalanced voltages
on the operation performance of an induction motor under the same voltage
unbalance factor condition," Industrial and Commercial Power Systems Technical
Conference, 1997. Conference Record, Papers Presented at the 1997 Annual
Meeting., IEEE 1997 , vol., no., pp.51,59, 11-16 May 1997
[3] Pabla, A.S.,”Electric Power Distribution Systems,”Edisi Pertama. 1983. Penerbit
Tata McGraw-Hill, New Delhi
[4] Stevenson, W.D., ” Analisis Sistem Tenaga Listrik,” Edisi Keempat. 1983. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
[5] Rijono,Y., ”Dasar Teknik Tenaga Listrik”,Edisi Revisi.1997. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
[6] Theraja, B.L., ”A Text Book Of Electrical Technology”, Edisi Kedelapan belas.
1981. Penerbit S.Chand & Company, New Delhi.
[7] Sandhu, K.S., Chaudhary, V.,”Simulation of Three-phase induction motor operating
with voltage unbalance”, National Institute of Technology
Kurukshetra,ISBN:978-960-474-026-0, India.
[8] Yandri.”Penetuan Parameter dan Arus Asut Motor Tiga Fasa”. Laboratorium
LAMPIRAN 1
NILAI KETIDAKSEIMBANGAN TEGANGAN
Tabel L.1.1 Daftar Nilai Tegangan Tiap Kondisi Ketidakseimbangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan (VUF) 1%
Kondisi
Tabel L.1.2 Daftar Nilai Tegangan Tiap Kondisi Ketidakseimbangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan (VUF) 2%
Tabel L.1.3 Daftar Nilai Tegangan Tiap Kondisi Ketidakseimbangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan (VUF) 3%
Kondisi
Tabel L.1.4 Daftar Nilai Tegangan Tiap Kondisi Ketidakseimbangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan (VUF) 4%
Tabel L.1.5 Daftar Nilai Arus Tiap Kondisi Ketidakseimbangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan (VUF) 1%
Kondisi
Tabel L.1.6 Daftar Nilai Arus Tiap Kondisi Ketidakseimbangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan (VUF) 2%
Tabel L.1.7 Daftar Nilai Arus Tiap Kondisi Ketidakseimbangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan (VUF) 3%
Kondisi
Tabel L.1.8 Daftar Nilai Arus Tiap Kondisi Ketidakseimbangan Dengan Faktor Ketidakseimbangan Tegangan (VUF) 4%
LAMPIRAN 2
HASIL SIMULASI
Gambar L.3.1. Hasil Simulasi Kondisi Seimbang
Gambar L.3.3. Hasil Simulasi Kondisi 2∅ − �� Dengan VUF 1% .
Gambar L.3.5. Hasil Simulasi Kondisi 2∅ − � Dengan VUF 1% .
Gambar L.3.7. Hasil Simulasi Kondisi 1∅ − �� Dengan VUF 1% .
Gambar L.3.9. Hasil Simulasi Kondisi 3∅ − �� Dengan VUF 1% .
Gambar L.3.11. Hasil Simulasi Kondisi 2∅ − �� Dengan VUF 2% .
Gambar L.3.13. Hasil Simulasi Kondisi 2∅ − � Dengan VUF 2% .
Gambar L.3.15. Hasil Simulasi Kondisi 1∅ − �� Dengan VUF 2% .
Gambar L.3.17. Hasil Simulasi Kondisi 3∅ − �� Dengan VUF 2% .
Gambar L.3.19. Hasil Simulasi Kondisi 2∅ − �� Dengan VUF 3% .
Gambar L.3.21. Hasil Simulasi Kondisi 2∅ − � Dengan VUF 3% .
Gambar L.3.23. Hasil Simulasi Kondisi 1∅ − �� Dengan VUF 3% .
Gambar L.3.25. Hasil Simulasi Kondisi 3∅ − �� Dengan VUF 3% .
Gambar L.3.27. Hasil Simulasi Kondisi 2∅ − �� Dengan VUF 4% .
Gambar L.3.28. Hasil Simulasi Kondisi 2∅ − � Dengan VUF 4% .
Gambar L.3.30. Hasil Simulasi Kondisi 1∅ − �� Dengan VUF 4% .
LAMPIRAN 3
SOURCE CODE Program_tugas_akhir.m
% ---% PROGRAM PERHITUNGAN TORSI, EFISIENSI DAN RUGI-RUGI % PADA MOTOR INDUKSI 3FASA
% OLEH : AHMAD MUNTASHIR AULIA (09 0402 057)
%
---clear all; clc;
disp('---');
disp('program Perhitungan Kinerja Motor Induksi Tiga Fasa');
disp('---');
ipr= ips * ((1i*xm)/((rs/s)+(1i*(xm+xr)))); ins= Vn/Zn;
inr= ins * ((1i*xm)/((rs/(2-s))+(1i*(xm+xr)))); ias = ips+ins;
ibs = ((a^2)*ips)+((a)*ins); ics = ((a)*ips)+((a^2)*ins); pp = 3*(ipr^2)*((1-s)/s)*rr; pn = 3*(inr^2)*((s-1)/(2-s))*rr;
Pin = real(3*(Vp*conj(ips) + Vn*conj(ins))); Qin = imag(3*(Vp*conj(ips) + Vn*conj(ins))); Pf = cos(atan(Qin/Pin));
pout = real(pp+pn); eff = (pout/Pin)*100;
t = ((3*rr)/ws)*(((ipr^2)/s)-((inr^2)/(2-s)));
fprintf('Vp = %f %f \n', [abs(Vp);angle(Vp)*(180/pi)])
fprintf('Vn = %f %f \n', [abs(Vn);angle(Vn)*(180/pi)])
fprintf('Ibs = %f %f \n', [abs(ibs);angle(ibs)*(180/pi)])
fprintf('Ics = %f %f \n', [abs(ics);angle(ics)*(180/pi)])
fprintf('Pout = %f %f \n', [abs(pout);angle(pout)*(180/pi)])
fprintf('T = %f %f \n', [abs(t);angle(t)*(180/pi)])
fprintf('Pin = %f %f \n', [abs(Pin);angle(Pin)*(180/pi)])
fprintf('Qin = %f %f \n', [abs(Qin);angle(Qin)*(180/pi)])
fprintf('Pf = %f %f \n', [abs(Pf);angle(Pf)*(180/pi)])
LAMPIRAN 4
TAMPILAN HASIL PERHITUNGAN PROGRAM
Gambar L.4.1. Hasil Perhitungan Kondisi Seimbang
Gambar L.4.3. Hasil Perhitungan Kondisi 2∅ − �� Dengan VUF 1%
Gambar L.4.5. Hasil Perhitungan Kondisi 2∅ − � Dengan VUF 1%
Gambar L.4.7. Hasil Perhitungan Kondisi 1∅ − �� Dengan VUF 1%
Gambar L.4.9. Hasil Perhitungan Kondisi 3∅ − �� Dengan VUF 1%
Gambar L.4.11. Hasil Perhitungan Kondisi 2∅ − �� Dengan VUF 2%
Gambar L.4.13. Hasil Perhitungan Kondisi 2∅ − � Dengan VUF 2%
Gambar L.4.15. Hasil Perhitungan Kondisi 1∅ − �� Dengan VUF 2%
Gambar L.4.17. Hasil Perhitungan Kondisi 3∅ − �� Dengan VUF 2%.
Gambar L.4.19. Hasil Perhitungan Kondisi 2∅ − �� Dengan VUF 3%.
Gambar L.4.21. Hasil Perhitungan Kondisi 2∅ − � Dengan VUF 3%.
Gambar L.4.23. Hasil Perhitungan Kondisi 1∅ − �� Dengan VUF 3%.
Gambar L.4.25. Hasil Perhitungan Kondisi 3∅ − �� Dengan VUF 3%.
Gambar L.4.27. Hasil Perhitungan Kondisi 2∅ − �� Dengan VUF 4%.
Gambar L.4.29. Hasil Perhitungan Kondisi 2∅ − � Dengan VUF 4%.
Gambar L.4.31. Hasil Perhitungan Kondisi 1∅ − �� Dengan VUF 4%.