• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Sistem Pengenal Digit Angka Meter Air Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Kohonen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Sistem Pengenal Digit Angka Meter Air Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Kohonen"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN SISTEM PENGENAL DIGIT ANGKA

METER AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF

TIRUAN KOHONEN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Sistem Pengaturan dan Komputer

Oleh

TEGUH TRIANTORO

090402013

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

▸ Baca selengkapnya: dua digit (atau tiga digit) pertama menunjukkan kekuatan tarik minimum dalam…

(2)

ABSTRAK

Tugas akhir ini dibuat untuk merancang dan menguji coba sistem yang dapat

mengenali digit angka pada meter air PDAM Tirtanadi di kota Medan dari citra hasil

pemotretan kamera digital telepon selular dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan

model Kohonen sebagai metode pengenalannya.

Terdapat beberapa proses yang digunakan dalam pembuatan sistem yaitu

proses akuisisi citra, preprocessing, proses segmentasi, pelatihan menggunakan

jaringan syaraf tiruan model Kohonen dan proses identifikasi digit angka. Pada tahap

akusisi citra menjelaskan objek yang akan dikenali dari meter air. Pada tahap

preprocessing bertujuan untuk meningkatkan kualitas citra pada meter air. Proses

segmentasi bertujuan untuk mengekstraksi karakter dari background. Pada tahap

pelatihan jaringan bertujuan untuk pembentukan suatu database angka yang akan

dibutuhkan pada tahap pengenalan. Tahap identifikasi bertujuan untuk mengenali

angka pada meter air. Analisa dilakukan bertujuan untuk mengetahui kesalahan pada

tahap preprocessing dan identifikasi.

Berdasarkan hasil simulasi, sistem pengenal digit angka yang dibuat telah

berhasil mengenali pola digit angka dengan tingkat akurasi 95.56% dan pengenalan

indikator meter air secara keseluruhan dengan tingkat akurasi 86.67%.

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji syukur kepada

Allah SWT yang telah memberikan anugerah dan rahmat-Nya yang berlimpah kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul:

“Perancangan Sistem Pengenal Digit Angka Meter Air Menggunakan Jaringan

Syaraf Tiruan Kohonen”

Tugas akhir ini dibuat sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana

(S-1) di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Penulis berharap ke depannya Tugas Akhir ini dapat menjadi inspirasi bagi

mahasiswa dalam mengembangkan penelitian.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa, mereka yang

selama ini telah mendidik dan menjadi contoh terbaik dalam hidup ini, Ananda belum

bisa membahagiakan kalian, semoga Allah memberikan kesempatan untuk itu.

Mereka adalah, Ayahanda tercinta Almarhum Drs. Siswo Suroso, M.SP. yang telah

berpulang kepada-Nya disaat awal penulis memasuki dunia perkuliahan. Beliau

seorang Ayah sekaligus seorang dosen yang sangat penulis kagumi dan sayangi yang

telah banyak memberikan ilmu serta banyak mengambil pelajaran hidup yang sangat

berguna bagi penulis untuk menjalani kehidupan di dunia ini, hingga pada saat awal

penulis menentukan pilihan untuk kuliah dan terakhir berbincang setelah

pengumuman masuk kuliah, tanpa do’a, cinta dan semangatnya penulis tidak akan

(4)

iii

perhatiannya sudah menjaga, membimbing dan mendidik hingga penulis menjadi

seperti sekarang ini. Walau kini Ibunda sudah menjadi single parent, namun do’a dan

semangatnya yang tak pernah terhenti diberikan kepada penulis hingga

terselesaikannya Tugas Akhir ini. Selalu menjadi orang tua yang terbaik dan tangguh

buat kami, Bunda. Untuk saudara-saudara penulis Mas Teguh Hariwibowo, S.Farm.,

dan Mas Teguh Haryo Yudanto, S.Kom., penulis ucapkan terima kasih karena telah

selalu mendo’akan, membantu dan men-support penulis dalam setiap kesempatan dan

selalu berharap kelak penulis nantinya mampu menjadi manusia yang berguna.

Dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis tidak hanya

mengandalkan kemapuan diri sendiri. Begitu banyak pihak yang memberi kontribusi,

baik berupa materi, pikiran, maupun dorongan semangat dan motivasi. Oleh karena

itu melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si., dan Bapak Rahmad Fauzi, S.T., M.T.,

selaku Ketua dan juga Sekretaris Departemen Teknik Elektro yang

memberikan motivasi dan dukungan serta begitu baik memperlakukan

penulis selama proses pengerjaan Tugas Akhir.

2. Bapak Fahruddin Rizal Batubara, S.T., M.T.I., selaku Dosen Pembimbing

Tugas Akhir penulis yang bersedia dan senantiasa bersabar membimbing,

membantu, memberikan ide dan masukan yang membangun sehingga penulis

termotivasi untuk terus belajar khususnya dalam menyelesaikan Tugas Akhir

(5)

3. Bapak Ir. A. Rachman Hasibuan, selaku Dosen Wali penulis yang

membimbing dan mengarahkan penulis sampai menyelesaikan pendidikan

dikampus USU.

4. Bapak Fahmi, S.T., M.Sc., selaku Dosen yang banyak memberikan bantuan,

ide, dan masukan positif yang membangun bagi penulis dalam penelitian

Tugas Akhir ini, sehingga penulis termotivasi untuk membuat suatu

penelitian yang cukup menantang dan terus belajar untuk meraih cita-cita.

5. Seluruh Dosen di Departemen Teknik Elektro USU yang selalu memberikan

contoh, ilmu serta teladan yang baik oleh penulis berupa semangat untuk

terus belajar meraih cita-cita dan seluruh Staf Pegawai di Departemen Teknik

Elektro USU.

6. Seluruh sahabat penulis, Arfan, Rizal, Tondy, Rizky, Hawira, Yuli, Adit,

Agung, Dimas, Faya, Adly, Rizi, Afit, Ahmad, Doni, Fahrul, Eko, Nuzul, dan

teman-teman Teknik Elektro angkatan 2009 lainnya yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu untuk dorongan semangat dan kebersamaanya selama

penulis bergelut dikampus.

7. Arif, Reza, Budi, Mahdi, Adityas, Fadlan, Royansyah, Bang Recky, Bang

Indra dan Keluarga Besar Laboratorium Sistem Pengaturan & Komputer

USU juga COMLABS USU untuk kritikan yang sangat berharga, serta buat

segala macam tingkah laku kalian yang mengisi hari-hari penulis selama

kuliah hingga Tugas Akhir, penulis harap kita akan terus seperti saudara.

8. Seluruh senior dan junior di Departemen Teknik Elektro, atas bantuan dan

(6)

v

9. Bang Teguh, Rhobby, Saddam, Nur, sahabat dan junior yang tidak bisa

penulis sebutkan satu per satu, seluruh robot yang pernah dibuat dan

Keluarga Besar UKM ROBOTIK SIKONEK USU, untuk kebersamaan,

sharing ilmu, pengalaman merakit robot, ikut kompetisi dan banyak

pengalaman yang sangat berharga yang tidak bisa penulis ceritakan. Tetap

semangat walau berat, sukses untuk kita semua!

10.Dani, Yudith, Bang Fran, sahabat dan Bapak/Ibu para pengurus juga donatur

Keluarga Besar Yayasan Karya Salemba Empat untuk bantuan beasiswa,

semangat dan kebersamaan yang tercipta tanpa rencana ini. Semoga kita

dapat bertemu dan berkumpul kembali di satu titik, yaitu KesuKSEsan. Keep

Sharing, Networking, and Developing, Guys!

11.Terakhir, untuk semua orang yang pernah mengisi setiap detik waktu yang

telah dilalui bersama penulis dengan masing-masing ceritanya yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu. Tanpa kalian pengalaman penulis

tidaklah lengkap, terima kasih.

Tentunya Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari sempurna oleh karena itu penulis

senantiasa mengharapkan kritik serta saran demi perbaikan ke depan.

Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi seluruh pihak. Terima kasih.

Medan, Juni 2014

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Metodologi Penelitian ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. DASAR TEORI 2.1 Meter Air ... 7

2.1.1 Unit Indikator/ Alat Penunjuk ... 8

2.1.2 Tipe Alat Penunjuk ... 8

2.2 Pengolahan Citra ... 9

2.2.1 Akuisisi Citra dan Sampling ... 10

(8)

vii

2.2.2.1 Perbaikan Kualitas Citra dan Grayscaling ... 11

2.2.2.2 Peredaman Derau ... 12

2.2.2.3 Ekualisasi Histogram ... 14

2.2.2.4 Segmentasi Citra ... 14

2.3 Sistem Pengenalan Pola ... 14

2.4 Jaringan Syaraf Tiruan ... 16

2.5 Jaringan Syaraf Tiruan Kohonen ... 20

2.5.1 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan Kohonen ... 20

BAB III. PERANCANGAN SISTEM 3.1 Umum ... 24

3.2 Perancangan Sistem ... 25

3.3 Akuisisi Citra dan Sampling ... 26

3.4 Proses Awal (Preprocessing) ... 27

3.5 Proses Segmentasi ... 32

3.6 Proses Pelatihan Karakter Angka Digit Meter Air Dengan Jaringan Syaraf Tiruan Kohonen ... 37

3.6.1 Preprocessing Tahap Pelatihan ... 38

3.6.2 Proses Pelatihan Angka ... 40

3.7 Proses Identifikasi Digit Angka ... 43

(9)

4.1.1 Hasil Uji Coba dengan 10 Sampel Training ... 47

4.1.2 Hasil Uji Coba dengan 30 Sampel Training ... 48

4.2 Pengolahan Hasil Uji Coba ... 49

4.3 Analisa Sistem ... 50

4.3.1 Pengaruh Jumlah Sampel Training ... 50

4.3.2 Analisa Kesalahan Pada Tahap Preprocessing dan Segmentasi ... 50

4.3.2 Analisa Kesalahan Pada Tahap Identifikasi ... 52

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Meter Air ... 7

Gambar 2.2 Meter Air Analog ... 9

Gambar 2.3 Pengolahan Citra Memungkinkan Perubahan Kontras Pada Citra ... 12

Gambar 2.4 Contoh Penerapan Filter Median ... 13

Gambar 2.5 Struktur Sistem Pengenalan Pola ... 15

Gambar 2.6 Bentuk Dasar Jaringan Syaraf Tiruan ... 17

Gambar 2.7 Arsitektur Jaringan Kohonen ... 21

Gambar 2.8 Vektor w Berupa Vektor 1 Dimensi ... 22

Gambar 2.9 Vektor w Berupa Vektor 2 Dimensi ... 22

Gambar 3.1 Blok Diagram Aplikasi Pengenalan Angka Pada Digit Meter Air ... 25

Gambar 3.2 Akuisisi Citra Meter Air ... 26

Gambar 3.3 Indikator Digit Angka Pada Meter Air ... 27

Gambar 3.4 Diagram Alir Preprocessing ... 28

Gambar 3.5 Hasil Grayscaling Citra ... 29

Gambar 3.6 Hasil Contrasting ... 30

Gambar 3.7 Hasil Ekualisasi Histogram ... 30

Gambar 3.8 Filter Median ... 31

Gambar 3.9 Citra Hasil Proses Binarization ... 31

Gambar 3.10 Diagram Alir Proses Segmentasi ... 33

(11)

Gambar 3.13 Diagram Alir Proses Pelatihan ... 38

Gambar 3.14 Citra Angka 6 ... 39

Gambar 3.15 Hasil Grayscaling ... 39

Gambar 3.16 Hasil Proses Binarization dan Resizing ... 40

Gambar 3.17 Proses Pelatihan Angka ... 41

Gambar 3.18 Diagram Alir Proses Identifikasi ... 44

Gambar 4.1 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Preprocessing ... 51

Gambar 4.1 Contoh Indikator yang Tidak Diidentifikasi Dengan Benar ... 53

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Hasil Pengenalan Menggunakan 10 Sampel Training ... 47

Tabel IV.1 Hasil Pengenalan Menggunakan 30 Sampel Training ... 48

Tabel IV.3 Presentasi Keakurasian Pengenalan ... 49

Tabel V.1 Database Kelas Angka dengan 10 Sampel Training ... 58

(13)

ABSTRAK

Tugas akhir ini dibuat untuk merancang dan menguji coba sistem yang dapat

mengenali digit angka pada meter air PDAM Tirtanadi di kota Medan dari citra hasil

pemotretan kamera digital telepon selular dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan

model Kohonen sebagai metode pengenalannya.

Terdapat beberapa proses yang digunakan dalam pembuatan sistem yaitu

proses akuisisi citra, preprocessing, proses segmentasi, pelatihan menggunakan

jaringan syaraf tiruan model Kohonen dan proses identifikasi digit angka. Pada tahap

akusisi citra menjelaskan objek yang akan dikenali dari meter air. Pada tahap

preprocessing bertujuan untuk meningkatkan kualitas citra pada meter air. Proses

segmentasi bertujuan untuk mengekstraksi karakter dari background. Pada tahap

pelatihan jaringan bertujuan untuk pembentukan suatu database angka yang akan

dibutuhkan pada tahap pengenalan. Tahap identifikasi bertujuan untuk mengenali

angka pada meter air. Analisa dilakukan bertujuan untuk mengetahui kesalahan pada

tahap preprocessing dan identifikasi.

Berdasarkan hasil simulasi, sistem pengenal digit angka yang dibuat telah

berhasil mengenali pola digit angka dengan tingkat akurasi 95.56% dan pengenalan

indikator meter air secara keseluruhan dengan tingkat akurasi 86.67%.

Kata Kunci : Pengenalan Angka, Meter Air, Preprocessing, Jaringan Syaraf Tiruan,

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya air yang digunakan oleh

pelanggan. Alat ini biasa diletakkan di rumah-rumah yang menggunakan penyediaan

air bersih dari pemerintah atau badan-badan usaha, salah satunya PDAM (Perusahaan

Daerah Air Minum) Tirtanadi. Adapun standar dari spesifikasi meter air yang

digunakan harus sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia) yang ditetapkan oleh BSN

(Badan Standarisasi Nasional). Sebagai pengukur penggunaan air, alat ini dilengkapi

beberapa karakteristik metrologis salah satunya alat penunjuk yang berfungsi untuk

mengukur volume air yang digunakan dengan satuan meter kubik. Bentuk fisik dari

alat penunjuk salah satunya adalah digit angka. Digit angka dari penunjuk ini

nantinya akan dicatat oleh petugas pencatat meter air setiap bulannya yang datang ke

rumah pelanggan secara manual dengan menggunakan alat tulis dan kartu pencatatan.

Angka yang dicatat oleh petugas tersebut dimasukkan ke dalam program komputer

secara manual diseluruh cabang terkait diproses menjadi tagihan yang harus dibayar

oleh pelanggan. Dengan sistem seperti ini banyak terjadi kelemahan diantaranya data

hasil pencatatan tidak bersifat valid karena bukti petugas mendatangi rumah

pelanggan tidak ada sehingga petugas bisa saja melakukan manipulasi data, begitu

pula angka meter yang diisikan oleh petugas baca meter tidak terverifikasi serta

(15)

Di era modern ini, berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi yang cukup

pesat diharapkan akan lebih membantu mempermudah dan mempercepat pekerjaan

manusia. Salah satunya adalah kebutuhan akan aplikasi yang mampu mengenali pola.

Aplikasi ini memiliki peranan penting untuk mampu membaca digit angka pada

meter air. Untuk membuat aplikasi tersebut hendaknya memanfaatkan metode yang

optimal pada proses komputasi dan pengenalan polanya, salah satunya menggunakan

Jaringan Saraf Tiruan (Neural Network). Jaringan Syaraf Tiruan berusaha

memodelkan cara kerja jaringan syaraf manusia sebagai model matematis

berdasarkan pemahaman manusia dibidang biologi tentang saraf otak manusia dengan

menggunakan mekanisme pemrosesan paralel, yaitu neuron sebagai elemen-elemen

pemroses yang saling berhubungan. Keunggulan metode ini adalah kemampuan

belajar yang memecahkan hubungan antara data masukan dan data keluaran yang

rumit. Suatu sistem Jaringan Syaraf Tiruan pada dasarnya akan mempelajari pola

perubahan nilai berdasarkan pola yang terbentuk pada inputnya, oleh karena itu salah

satu penggunaan Jaringan Syaraf Tiruan sebagai Pengenalan Pola (Pattern

Recognition).

Berdasarkan penelitian mengenai pengenalan pola menggunakan Jaringan

Syaraf Tiruan yang terus meningkat, penulis merasa bahwa metode Jaringan Syaraf

Tiruan dapat digunakan untuk membantu mengembangkan sebuah sistem perangkat

lunak untuk pengenalan digit angka meter air. Metode tadi diharapkan dapat

mengurangi permasalahan yang terjadi pada sistem pencatatan meter air, terutama

(16)

14

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses akuisi citra yang optimal untuk sistem pengenalan digit

angka meter air.

2. Bagaimana proses filtering terhadap noise dan segmentasi digit angka dari

background.

3. Bagaimana proses ekstraksi masing-masing digit angka yang terdapat pada

meter air.

4. Bagaimana proses pengenalan angka yang telah di ekstraksi.

1.3 Tujuan Penelitian

Merancang aplikasi dengan memanfaatkan pengolahan citra untuk

mengekstraksi masing-masing digit angka dan metode jaringan kohonen untuk

mengenali angka yang ada di dalam digit angka meter air.

1.4 Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan dalam tulisan ini maka dibuat batasan masalah

sebagai berikut:

1. Hanya membahas pembuatan aplikasi pengenalan angka pada indikator digit

angka meter air menggunakan jaringan kohonen.

2. Tidak membahas proses pendeteksian indikator digit angka meter air.

(17)

4. Pemrosesan citra dilakukan secara offline dimana citra yang akan diproses

telah di akuisisi terlebih dahulu menggunakan kamera digital telepon selular.

5. Sampel digit angka meter air yang diambil memiliki 6 digit angka.

6. Tidak menangani perhitungan rekening air.

7. Tidak mengambil citra yang tidak perlu, hanya mengambil citra pada

indikator digit angka meter air nya saja.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah:

1. Menetapkan Defenisi Kebutuhan

Dilakukan pendefenisian kebutuhan yang sesuai untuk memecahkan masalah

yang sudah dirumuskan. Sistem mampu memecahkan masalah 2-3 pada tahap

preprocessing, dan untuk masalah 4 menggunakan tahap identifikasi

menggunakan jaringan kohonen.

2. Perancangan Proses yang Mendukung Sistem

Dilakukan perancangan terhadap beberapa proses awal (preprocessing) yang

mendukung sistem dapat mengenali citra dengan optimal, diantaranya proses

akuisi citra, proses filtering dan segmentasi, proses ekstraksi karakter dan

proses pengenalan.

3. Perancangan dan Pembuatan Perangkat Lunak

Dilakukan perancangan perangkat lunak dengan membuat algoritma

(18)

16

membuat flowchart nya. Perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan

sistem adalah MATLAB.

4. Pengujian dan Analisa

Pada tahap ini dilakukan pengujian aplikasi terhadap algoritma pencitraannya

lalu pengujian aplikasinya terhadap beberapa sampel meter air yang

jumlahnya telah disepakati dan menganalisa hasil pengujian, hingga hasil

yang sesuai atau tidak menyimpang terlalu jauh dari defenisi kebutuhan.

5. Penyusunan Naskah Tugas Akhir

Pada tahap ini dilakukan penulisan naskah, dimana didalamnya menjelaskan

teori yang dipergunakan serta penyusunan laporan penelitian yang telah

dilakukan.

1.6 Sistematika Penulisan

Materi pembahasan dalam tugas akhir ini diurutkan dalam beberapa bab yang

diuraikan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan gambaran menyeluruh tentang apa yang diuraikan dalam

Tugas Akhir ini, yaitu pembahasan tentang latar belakang, tujuan penulisan,

batasan masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : DASAR TEORI

Bab ini membahas mengenai indikator digit meter air yang akan dikenali

(19)

kohonen dan tools yang digunakan dalam pembuatan aplikasi pengenalan

digit angka pada meter air.

BAB III : PERANCANGAN SISTEM

Bab ini membahas tentang proses akusisi citra, proses perancangan dan

pembuatan aplikasi pengenal angka pada digit meter air menggunakan

jaringan syaraf tiruan kohonen sesuai metodologi penelitian.

BAB IV : HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

Bab ini membahas tentang pengujian dan analisa aplikasi yang dibuat dari

hasil simulasi terhadap sampel. Baik pengujian pada algoritma pencitraan,

pengenalan digit angka pada masing-masing digit dan pengenalan indikator

secara keseluruhan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(20)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Meter Air

Gambar 2.1 Meter Air

Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor, unit

perhitungan dan unit indikator pengukur unruk menyatakan volume air yang lewat.

Bagian utama yang ada ditengahnya merupakan ruang untuk menempatkan alat

hitung yang mempunyai saluran masuk dan saluran keluar pada sisi yang berlawanan.

Unit indikator/ alat penunjuk pengukur terletak pada bagian utama, bagian ini

merupakan bagian dari meter air yang menunjukan hasil pengukuran [4], dapat secara

kontinu atau sesuai permintaan tergantung jenis meter airnya. Beberapa meter air

yang sudah digunakan dapat dilihat pada gambar 2.1. Pada Tugas Akhir ini, bagian

(21)

menggunakan pengenalan pola. Adapun persyaratan umum dari meter air menurut

Badan Standarisasi Nasional (BSN) adalah sebagai berikut:

2.1.1 Unit Indikator/ Alat Penunjuk

Satuan pengukuran alat penunjuk volume air dinyatakan dalam satuan meter

kubik. Satuan m3 harus terdapat pada dial atau berdampingan dengan angka yang

ditampilkan. Alat penunjuk dilengkapi warna sebagai pengenal kelipatannya, warna

hitam digunakan untuk menunjukan meter kubik dan kelipatannya. Warna merah

digunakan untuk menunjukan sub-kelipatan dari meter kubik, warna-warna ini harus

digunakan pada jarum penunjuk, indeks, angka, roda, cakram, jarum, atau angka

jarum [4].

2.1.2 Tipe Alat Penunjuk

Tipe alat penunjuk pada meter air ada dua macam yaitu alat analog, alat

digital dan kombinasi alat analog dan digital. Namun pada Tugas Akhir ini hanya

dibahas bagian alat analog saja dikarenakan meter air di kota Medan hanya

menggunakan alat analog.

Volume ditunjukkan dengan gerakan kontinu dari satu atau lebih jarum

penunjuk yang bergerak relatif terhadap skala berjenjang atau skala melingkar

melalui suatu indeks. Nilai dinyatakan dalam meter kubik, untuk setiap skala divisi

(22)

20

dinyatakan dalam meter kubik atau disertai dengan suatu faktor pengali (x 0,001; x

0,01; x 0,1; x 1; x 10; x 100; x 1000) dan seterusnya.

Gerakan linier jarum penunjuk atau skala-skala harus dari kiri ke kanan dan

searah jarum jam. Gerakan indikator-indikator roda di angka (drums) harus bergerak

keatas [4].

Secara ksesluruhan, meter air analog dapat dilihat pada gambar 2.2 (a) dan

gambar 2.2 (b).

Gambar 2.2 Meter Air Analog

2.2 Pengolahan Citra

Pengolahan citra adalah istilah umum untuk berbagai teknik yang dilakukan

untuk memanipulasi dan memodifikasi citra dengan bebagai teknik. Pengolahan citra

merupakan bagian penting yang mendasari berbagai aplikasi nyata, seperti

pengenalan pola, penginderaan jarak jauh melalui pesawat udara atau satelit dan

machine vision [1]. Pada pengenalan pola, pengolahan citra antara lain berperan

dalam memisahkan objek dari latar belakang dan mengklasifikasikannya secara

(23)

Di dalam aplikasinya, citra seringkali mengalami degredasi, seperti misalnya

mengandung cacat atau derau, warna yang terlalu kontras, kabur, kurang tajam dan

sebagainya. Agar citra tersebut dapat secara tepat diinterpretasikan, maka citra

tersebut perlu dimanipulasi menjadi citra yang kualitasnya menjadi lebih baik.

Operasi-operasi pengolahan citra yang dapat diterapkan pada citra apabila:

1. Perbaikan atau modifikasi citra perlu dilakukan untuk meningkatkan

kualitas penampakan atau untuk menonjolkan beberapa aspek informasi

yang terkandung di dalam citra.

2. Elemen di dalam citra perli dikelompokkan, dicocokkan dan diukur.

2.2.1 Akuisisi Citra dan Sampling

Citra digital merupakan suatu citra kontinyu yang diubah kedalam bentuk

disktrit, baik koordinat maupun intensitas cahayanya. Dengan kata lain, citra digital

dibuat dengan cara mencuplik suatu citra kontinyu dengan jarak seragam. Suatu titik

terkecil pada citra sering disebut pixel. Citra ini mengandung persamaan-persamaan

matematis dari bentuk-bentuk dasar yang membentuk citra tersebut. Setelah citra

diakuisisi selanjutnya proses sampling, dimana suatu citra f(x,y) disampling dan

menjadi N x M array maka setiap elemen dari array merupakan kuantitas diskrit dari

citra yang disampling [2].

2.2.2 Pengolahan Awal Citra (Image Preprocessing)

Pengolahan awal perlu dilakukan untuk menyesuaikan hal-hal yang

(24)

22

yang dilakukan pada citra digital. Operasi pengolahan citra banyak jenisnya. Namun

penulis memperkirakan untuk menggunakan beberapa operasi citra berikut dalam

aplikasi yang dibuat:

1. Perbaikan kualitas citra (Image enchancement) dan Grayscaling

2. Peredaman derau: lolos-rendah (Noise filter: low-pass)

3. Ekualisasi histogram (Histogram equalitation)

4. Segmentasi citra (Image segmentation)

2.2.2.1 Perbaikan Kualitas Citra dan Grayscaling

Proses perbaikan kualitas citra bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra

dengan cara memanipulasi parameter-parameter citra. Dengan cara seperti ini ciri-ciri

khusus yang terdapat di dalam citra lebih ditonjolkan. Contoh-contoh operasi

perbaikan kualitas:

1. Perbaikan kontras.

2. Perbaikan tepian objek.

(25)

(a) (b)

Gambar 2.3 Pengolahan citra memungkinkan pengubahan kontras pada citra

Gambar 2.3(a) kurang jelas, tetapi melalui pengolahan citra dengan mengubah

nilai kontras pada citra yang gambarnya hendak dibuat lebih jelas seperti pada

gambar 2.3 (b) [1].

Selanjutnya, dilakukan proses grayscaling dimana citra berwarna diubah

menjadi citra beraras keabuan dengan bilangan bulat dengan intensitas pada setiap

pikselnya sekitar 0 hingga 255, karena untuk memproses citra dibutuhkan sebuah

parameter yang dapat dijadikan representasi karakteristik dari citra tersebut. Salah

satu pendekatan yang dapat dijadikan parameter karakteristik dari sebuah citra adalah

aras keabuannya.

2.2.2.2 Peredaman Derau

Derau yang diterima dalam citra umumnya memiliki spektrum frekuensi yang

lebih tinggi dari pada komponen citra. Oleh karena itu, filter lolos-rendah dapat

(26)

24

Filter lolos-rendah (low-pass filter) adalah filter dengan sifat dapat

meloloskan bagian berfrekuensi rendah dan menghilangkan yang berfrekuensi tinggi

[1]. Efek filter ini membuat perubahan aras keabuan menjadi lebih lembut. Filter ini

berguna untuk menghaluskan derau atau untuk kepentingan interpolasi tepi dalam

citra. Penulis menggunakan filter median, dimana setiap piksel dari citra diganti

dengan median dari tetangga piksel tersebut, contoh penggunaanya dapat dilihat pada

Gambar 2.4.

(a) Citra mobil dengan

bintik-bintik putih (b) Hasil pemrosesan terhadap gambar (a)

(c) Citra boneka dengan

derau (d) Hasil pemrosesan terhadap gambar (c)

(27)

2.2.2.3 Ekualisasi Histogram

Ekualisasi histogram merupakan suatu cara yang bertujuan untuk memperoleh

histogram dengan intensitas terdistribusi secara seragam pada citra. Namun, dalam

praktik hasilnya tidak benar-benar seragam [1]. Pendekatan yang dilakukan adalah

untuk mendapatkan aras keabuan yang lebih luas pada daerah yang memiliki banyak

piksel dan mempersempit aras keabuan pada daerah berpiksel sedikit. Efeknya dapat

digunakan untuk meningkatkan kontras secara menyeluruh.

2.2.2.4 Segmentasi Citra

Jenis operasi ini bertujuan untuk mendapatkan objek-objek yang diinginkan

(region of interest) dalam citra. Jenis operasi ini berkaitan erat dengan pengenalan

pola.

2.3 Sistem Pengenalan Pola

Sistem Pengenalan pola adalah proses identifikasi suatu objek dalam citra

dengan tujuan untuk mengklasifikasikan dan mendeskripsikan pola atau objek

kompleks melalui pengetahuan sifat-sifat atau ciri-ciri objek tersebut, sehingga

kelompok atau kategori pola berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh pola tersebut

dapat ditentukan. Dengan kata lain, pengenalan pola membedakan suatu objek

dengan objek lain.

Secara umum struktur dari sistem pengenalan pola ditunjukan pada Gambar

2.5. Sistem terdiri atas sensor (misalnya kamera), suatu algoritma atau mekanisme

(28)

26

pendekatan yang dilakukan) [2]. Sebagai tambahan, biasanya beberapa data yang

sudah diklasifikasikan diasumsikan telah tersedia untuk melatih sistem.

Gambar 2.5 Struktur Sistem Pengenalan Pola

Sensor berfungsi untuk menangkap objek dari dunia nyata dan selanjutnya diubah

menjadi sinyal digital (sinyal yang terdiri atas sekumpulan bilangan) melalui proses

digitalisasi.

Preprocessing berfungsi mempersiapkan citra atau sinyal agar dapat menghasilkan

ciri yang lebih baik pada tahap berikutnya. Pada tahap ini sinyal informasi

ditonjolkan dan sinyal pengganggu (derau) diminimalisir.

Pencarian dan seleksi fitur berfungsi menemukan karakteristik pembeda yang

mewakili sifat utama sinyal dan sekaligus mengurangi dimensi sinyal menjadi

sekumpulan bilangan yang lebih sedikit tetapi representatif.

Algoritma klasifikasi berfungsi unutk mengelompokan fitur ke dalam kelas yang

sesuai.

(29)

2.4 Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan syaraf tiruan (JST) diketahui sebagai suatu sistem pemroses

informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf manusia

(biologi). Jaringan syaraf tiruan terbentuk sebagai generalisasi model matematika

jaringan syaraf manusia didasarkan pada asumsi berikut [3]:

1. Pemrosesan informasi terjadi pada banyak elemen sederhana yang disebut

neuron.

2. Sinyal mengalir diantara neuron/sel syaraf melalui penghubung.

3. Setiap penghubung memiliki bobot yang independen. Bobot ini akan

digunakan untuk menggandakan sinyal yang dikirim melaluinya.

4. Setiap neuron/sel syaraf akan menerapkan fungsi aktivasi terhadap sinyal hasil

penjumlahan bobot yang masuk untuk menentukan sinyal keluarannya.

Model syaraf pada jaringan syaraf tiruan akan mempengaruhi kemampuan

dalam proses hingga hasilnya. Kemampuan yang dimiliki jaringan syaraf tiruan dapat

digunakan untuk belajar dan menghasilkan aturan atau parameter dari beberapa

contoh input yang dimasukkan dan membuat prediksi tentang kemungkinan output

yang akan muncul atau menyimpan karakteristik dari input yang diperolehnya.

Jaringan syaraf tiruan memiliki suatu bentuk arsitektur terdistribusi paralel

dengan sejumlah besar node dan hubungan antara node tersebut. Tiap titik hubungan

dari suatu node ke node lain memiliki nilai yang nantinya dihubungkan dengan bobot

dimana hasilnya merupakan suatu nilai yang juga akan dihubungkan dengan nilai

aktivasi node tersebut.

(30)

28

1. Pola hubungan antara neuron (disebut arsitektur jaringan).

2. Metode untuk menentukan bobot penghubung (disebut metode

training/learning/algoritma).

3. Fungsi aktivasi.

Neuron merupakan hasil pemodelan dari sel syaraf manusia (biologi) yang

sebenarnya. Gambar 2.6 merupakan bentuk dasar dari struktur unit jaringan syaraf

tiruan.

Gambar 2.6 Bentuk Dasar Jaringan Syaraf Tiruan

Pada Gambar 2.6 sisi sebelah kiri merupakan masukan menuju ke unit

pengolahan dimana masing-masing masukan datang dari unit berbeda X(n). Setiap

sambungan dari masukan ke unit pengolah memiliki kekuatan hubungan bervariasi

yang sering disebut dengan ‘bobot’ yang disimbolkan dengan w(n). Unit pengolahan

akan membentuk penjumlahan dari tiap masukan-masukan dengan bobot yang

dimilikinya dan menggunakan fungsi ambang yang disebut sebagai fungsi aktivasi

untuk menghitung hasil keluarannya. Hasil perhitungan akan dikirim melalui

sambungan unit pengolah menuju keluaran seperti tampak pada sisi sebelah kanan

(31)

Pada masing-masing sambungan antar unit pengolah dan masukan berperan

sebagai penghubung. Nilai-nilai numerik dilewatkan sepanjang sambungan ini dari

masukan ke unit pengolah dan ke unit pengolah lainnya. Ketika unit pengolah

melakukan perhitungan, nilai-nilai ini diberi bobot berdasarkan kekuatan hubungan.

Kekuatan hubungan pada setiap sambungan akan disesuaikan selama tahap pelatihan

sehingga pada akhir pelatihan dihasilkan jaringan dengan bobot yang mantab.

Sebagian besar jaringan syaraf tiruan mengalami penyesuaian bobot pada saat

proses pelatihan. Pelatihan pada jaringan dapat berupa pelatihan terbimbing

(supervised) dan pelatihan tak terbimbing (unsupervised). Pada pelatihan terbimbing

dibutuhkan pasangan masukan dan sasaran untuk tiap pola yang dilatih, sehingga

jaringan akan menyesuaikan pola masukan yang dilatih terhadap sasarannya.

Sedangkan pelatihan tak terbimbing, penyesuaian bobot sebagai tanggapan terhadap

masukan, tak perlu disertai sasaran. Dalam pelatihan tak terbimbing, jaringan

mengklasifikasikan pola-pola yang ada berdasarkan kategori kesamaan pola-pola

masukan [3].

Jaringan syaraf tiruan dirancang dengan menggunakan suatu standar peraturan

dimana seluruh model jaringan memiliki konsep dasar yang sama. Banyak model

yang dapat digunakan sebagai jaringan syaraf tiruan, dimana model sebuah jaringan

akan menentukan keberhasilan sasaran yang dicapai karena tidak semua

permasalahan dapat diselesaikan dengan model arsitektur yang sama.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada beberapa model jaringan

(32)

30

algoritma. Beberapa fungsi yang digunakan dalam jaringan syaraf tiruan diantaranya

adalah:

1. Fungsi threshold (dengan batas ambang)

f(x )= 1 ≥

0 < ... (2.1)

Untuk beberapa kasus, fungsi threshold yang dibuat tidak berharga 0 atau 1,

tapi berharga -1 atau 1 (sering disebut threshold bipolar). Maka persamaan

fungsi menjadi:

f(x) = 1 ≥

−1 < ... (2.2)

2. Fungsi Sigmoid

f(x) = ... (2.3)

Fungsi sigmoid sering dipakai karena nilai fungsinya yang terletak antara 0

dan 1 dan dapat diturunkan dengan persamaan berikut:

f’(x) = f(x) (1-f(x)) ... (2.4)

3. Fungsi Identitas

f(x) = x ... (2.5)

Fungsi identitas sering dipakai apabila kita menginginkan keluaran jaringan

berupa sebarang bilangan riil (bukan hanya pada range [0,1] atau [-1,1]

Jaringan syaraf tiruan Kohonen merupakan salah satu model jaringan syaraf

(33)

pola pada aplikasi yang dirancang. Penjelasan mengenai jaringan syaraf tiruan

Kohonen lebih lengkapnya akan dijelaskan pada subbab 2.5.

2.5 Jaringan Syaraf Tiruan Kohonen

Jaringan yang ditemukan oleh Kohonen merupakan salah satu model jaringan

syaraf tiruan yang banyak digunakan. Pada jaringan ini, suatu lapisan yang terdiri dari

kumpulan neuron-neuron akan menyusun dirinya sendiri berdasarkan input nilai

tertentu menjadi kelompok-kelompok yang dikenal dengan istilah cluster [3]. Selama

proses penyusunan (pelatihan), kelompok atau cluster yang memiliki vektor bobot

yang paling cocok dengan pola input (memiliki jarak paling dekat) akan terpilih

sebagai pemenang.

2.5.1 Arsitektur Jaringan Kohonen

Jika masukan jaringan berupa vektor yang memiliki n komponen (tuple) yang

akan dikelompokkan dalam maksimum m buah kelompok (disebut vektor contoh).

Keluaran jaringan adalah kelompok yang paling dekat dengan masukan yang

diberikan. Ada beberapa ukuran kedekatan yang dapat dipakai. Ukuran yang sering

digunakan adalah jarak euclidean yang paling minimum [3].

Bobot-bobot pada vektor contoh berfungsi sebagai penentu kedekatan vektor

contoh tersebut dengan masukan yang diberikan. Selama proses identifikasi, vektor

contoh yang pada saat itu paling dekat dengan masukan akan muncul sebagai

pemenang. Vektor pemenang (dan vektor-vektor sekitarnya) akan dimodifikasi

(34)

32

Arsitektur jaringan syaraf tiruan kohonen dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Arsitektur Jaringan Kohonen

Dari Gambar 2.7, dapat dilihat arsitektur ini mirip dengan model jaringan

syaraf tiruan pada umumnya yang menunjukkan arsitektur jaringan dengan n unit

input (x1, x2, …, xn) dan m buah unit output (y1, y2, …, ym). Semua unit input

dihubungkan dengan semua unit output, meskipun dengan bobot yang berbeda-beda.

Besaran wji menyatakan bobot hubungan antara unit ke-i dalam input dengan unit ke-j

dalam output. Bobot-bobot ini saling independen. Selama proses pelatihan,

bobot-bobot tersebut dimodifikasi untuk meningkatkan keakurasian hasil. Hanya saja

jaringan Kohonen tidak menggunakan perhitungan net (hasil kali masukan dengan

bobot) maupun fungsi aktivasi. Misalkan pada suatu iterasi tertentu, vektor contoh w

menjadi pemenang. Maka pada iterasi berikutnya, vektor w dan vektor-vektor

sekitarnya akan dimodifikasi bobotnya. Gambar 2.8 menunjukkan kasus untuk vektor

w berupa vektor 1 dimensi (dengan jarak R=2), sedangkan Gambar 2.9 a dan b

menunjukkan vektor sekitar w jika w direpresentasikan dalam 2 dimensi dengan R=1

(35)

disertai vektor w (gambar 2.9 a). Tetapi jika menggunakan bentuk heksagonal ada 6

vektor disekitar vektor w (gambar 2.9 b).

Gambar 2.8 Vektor w Berupa Vektor 1 Dimensi

Gambar 2.9 Vektor w Berupa Vektor 2 Dimensi

Algoritma pengelompokan pola jaringan Kohonen adalah sebagai berikut:

1. Inisialisasi

a. Bobot wji (acak).

b. Laju pemahaman awal dan faktor penurunannya.

c. Bentuk dan jari-jari (=R) topologi sekitarnya.

2. Selama kondisi penghentian bernilai salah, lakukan langkah 2 sampai

(36)

34

3. Untuk setiap vektor masukan x, dilakukan langkah 3 sampai langkah 5

4. Hitung

( ) = ∑ (

w

ji

-xi

)

2 untuk semua j ... (2.6)

5. Tentukan indeks J sedemikian sehingga D(J) minimum

6. Untuk setiap unit j disekitar J modifikasi bobot:

W

jibaru

= W

jilama

+ α(x

i

– W

jilama

)

... (2.7)

7. Modifikasi laju pemahaman

8. Uji kondisi penghentian

Kondisi penghentian iterasi adalah selisih antara wji saat itu dengan wji iterasi

sebelumnya. Apabila semua wji akan berubah sedikit saja, berarti iterasi sudah

(37)

BAB III

PERANCANGAN SISTEM

3.1 Umum

Sistem ini tidak jauh berbeda dengan sistem pengenal angka pada umumnya.

Dari tahapan preprocessing hingga proses training dan identifikasi digit angka

algoritma dirancang hanya untuk mengenal objek berupa indikator digit angka meter

air dengan 6 digit angka sehingga membutuhkan proses pengolahan citra yang terkait

dengan karakteristik citra indikator digit angka meter air termasuk teknik pada proses

akuisisinya, sistem dibuat menggunakan software MATLAB dan pada bab ini akan

dibahas mengenai proses perancangan bagaimana proses awal hingga sistem dapat

mengenali angka pada indikator digit meter air.

Secara umum jaringan syaraf tiruan digunakan pada tahap pelatihan (training)

pola yang diketahui hingga memberikan keluaran yang berperan pada proses

identifikasi pola. Sistem ini merupakan rancangan awal yang belum memiliki

algoritma pendeteksian letak indikator digit angka pada meter air sehingga masukan

sistem hanya berupa citra indikator meter air saja.

Pada bab ini akan dibahas proses akusisi citra, preprocessing, proses

segmentasi, pembentukan jaringan hingga training jaringan dan proses identifikasi

digit angka menggunakan jaringan syaraf tiruan Kohonen sebagai unit pengolah

(38)

36

3.2 Perancangan Sistem

Sasaran dari tugas akhir ini ialah sistem mampu mengenali angka pada

indikator digit meter air dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan Kohonen sebagai

sistem pemroses informasinya. Aplikasi yang dibuat terdiri dari 5 tahap yaitu akuisi

citra, tahapan preprocessing, proses segmentasi hingga proses training dan

identifikasi digit angka. Blok diagram aplikasi pengenal angka pada indikator digit

angka meter air dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Blok Diagram Aplikasi Pengenalan Angka Pada Digit Meter Air

Pengujian algoritma pencitraan hingga menampilkan hasil identifikasi dibuat

menggunakan software MATLAB. Aplikasi pengenal angka digit meter air dirancang

dengan menggunakan komputer dengan spesifiksi sebagai berikut:

Sistem Operasi : Windows 7 Ultimate

Processor : Pentium® Dual Core 3.00 GHz

VGA Card : ATI RADEON 5500 HD

(39)

Memory : 2048 GB DDR2

3.3 Akusisi Citra dan Sampling

Tahap akusisi citra menjadi hal yang cukup berpengaruh untuk proses

pengolahan citra selanjutnya karena proses pengambilan informasi yang diinginkan

pada citra digit angka meter air yang akan dikenali terjadi pada tahap ini. Sasaran

citra pada sistem ini adalah digit angka pada indikator meter air yang ditandai pada

kotak berwarna kuning seperti tampak pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Sasaran Citra pada Sistem

Penulis membatasi penelitian sesuai batasan masalah yaitu berfokus pada

pembahasan mengenai segmentasi dan pengenalan angka pada digit angka di

indikator meter airnya saja. Sehingga citra yang diambil sebagai objek yang akan

dikenali sistem hanya bagian indikator digit angka pada meter airnya saja, seperti

(40)

38

Gambar 3.3 Citra Indikator Digit Angka sebagai Objek yang Diproses Sistem

Citra indikator digit angka yang diperoleh ini selanjutnya akan diproses oleh

sistem ke tahap sampling yaitu citra dari domain spasial didijitasi menjadi suatu array

(matriks) berukuran N x M dan setiap elemen pada matrik ini merupakan kuantitas

diskrit. Proses sampling citra pada MATLAB menggunakan perintah imread [1].

3.4 Proses Awal (Preprocessing)

Citra yang diinginkan adalah digit angka dengan angka yang terletak tepat

ditengah segmen kotak pada masing-masing angka, tidak ada pantulan/ atau bias

cahaya pada meter air dan debu atau pasir yang menghalangi sehingga angka dapat

jelas terlihat. Namun pada kenyataannya banyak meter air yang dalam keadaan kotor,

berpasir, kaca pelindung indikator dalam keadaan lecet (banyak goresan) dan

peletakan meter air yang tidak mendukung. Sehingga penulis melakukan tahap

preprocessing untuk mengurangi noise/ gangguan yang disebutkan, penulis

menggambarkan proses preprocessing menggunakan diagram alir yang tampak pada

(41)

Gambar 3.4 Diagram Alir Preprocessing

Adapun tahapan yang terkait didalam proses ini yaitu proses yaitu:

1. Proses Grayscaling

2. Proses Contrasting

3. Ekualisasi Histogram

4. Low-pass Filter Median

(42)

40

1. Proses Grayscaling

Proses ini dilakukan dengan mengkonversi citra berwarna dengan tiga elemen

RGB (Red Green Blue) menjadi bentuk grayscale dengan level 28 atau citra berskala

keabuan 0-255. Proses ini dilakukan pada setiap piksel citra, dengan cara ini setiap

piksel memiliki satu jenis warna dengan intensitas yang berbeda-beda. Tujuannya

adalah untuk menghasilkan citra dengan intensitas yang lebih terukur agar dapat

dilakukan pengolahan selanjutnya. Hasil grayscaling citra dapat dilihat pada Gambar

3.5.

Gambar 3.5 Hasil Grayscaling Citra

2. Proses Contrasting

Pada Gambar 3.5 citra indikator digit angka masih terlihat terlalu gelap dan

informasi yang akan disegmentasi yaitu angka belum mengalami perbedaan yang

cukup signifikan terhadap objek lain pada citra. Sehingga perlu dilakukan

penambahan level contrast citra dan melakukan pengaturan pada nilai intensitas citra

dengan menggunakan fungsi imadjust. Hasil dari proses ini ditunjukan pada Gambar

(43)

Gambar 3.6 Hasil Contrasting

3. Ekualisasi Histogram

Citra yang diperoleh setelah proses contrasting yang tambak pada Gambar 3.6

dirasa masih membutuhkan peningkatan contras lebih menyeluruh terhadap citra

yang bertujuan untuk mempertegas batas antara angka dan yang bukan. Maka pada

citra perlu dilakukan proses ekualisasi histogram dengan menggunakan perintah

histeq. Hasil dari prosesnya dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Hasil Ekualisasi Histogram

4. Low-pass Filter Median

Pada gambar 3.7 dapat dilihat antara background dan digit angka bisa kita

bedakan dimana warna hitam keabuan untuk digit angka dan warna putih untuk

background namun citra yang diperoleh bisa saja masih memiliki derau bintik-bintik

(44)

42

karena itu, untuk meredam derau bintik-bintik yang ada dapat digunakan fungsi

medfilt2 yang akan membuat citra kelihatan lebih halus seperti tampak pada gambar

3.8.

Gambar 3.8 Filter Median

5. Proses Binarization

Pada Gambar 3.8 antara background dan objek bisa kita bedakan dimana

warna putih untuk background dan warna hitam untuk karakter. Akan tetapi warna

putih pada objek belum begitu sempurna, begitu juga pada warna hitam untuk

background. Oleh karena itu, dibutuhkan proses binarization dimana citra

sepenuhnya diubah menjadi hitam putih (citra binary). Proses ini dapat dilakukan

dengan menggunakan fungsi im2bw. Maka tampak pada Gambar 3.9 hasil proses

binarization, yang membuat sepenuhnya citra menjadi putih dan hitam dengan

karakteristik seperti yang disebutkan.

(45)

Pada gambar 3.9 dapat dilihat masih terdapat beberapa piksel yang bukan

termasuk karakter dan background atau disebut juga sebagai noise, untuk meredam

atau menghilangkan noise tersebut terdapat pada tahap segmentasi yang akan dibahas

pada subbab 3.5.

3.5 Proses Segmentasi

Proses segmentasi dibutuhkan untuk melanjutkan hasil dari tahap

(46)

44

Gambar 3.10 Diagram Alir Proses Segmentasi

Adapun beberapa tahapan yang dilakukan pada proses segementasi adalah:

1. Proses pembagian dan filtering

2. Ekstraksi Karakter

(47)

1. Proses Pembagian dan Filtering

Pada citra hasil preprocessing dapat dilihat masih terdapat beberapa piksel

yang bukan karakter yang diinginkan, ada piksel garis batas segmen antar angka dan

beberapa objek lain yang bukan termasuk karakter atau disebut juga noise. Sebelum

menghilangkan noise ini citra indikator digit air dibagi menjadi 6 bagian dan

disimpan dalam kontainer-kontainer. Proses pembagian ini bertujuan untuk

memudahkan proses filter noise yang ada pada citra sehingga informasi yang

diinginkan dapat diperoleh dengan baik dan dapat dilakukan segmentasi citra yang

baik. Berikut ini merupakan program untuk melakukan proses pemisahan 6 bagian

citra.

% Membagi citra menjadi 6 segmen

% Memfilter noise garis segmen pada citra digit angka meter air [tinggi,lebar]=size(img);

imgseg = imcrop(img, [xmin ymin width height]); imgseg = imclearborder(imgseg);

(48)

46

Program diatas berfungsi untuk melakukan segmentasi dengan membagi citra

menjadi 6 bagian dengan lebar keseluruhan dari citra sebagai acuannya. Lebar citra

yang diperoleh lalu dibagi 6 dan hasil pembagian dibulatkan tujuannya adalah untuk

memperoleh batas lebar setiap segmen, lalu citra tersebut dipotong menggunakan

fungsi imcrop menggunakan parameter batas lebar segmen dari hasil pembagian lebar

keseluruhan citra dibagi 6 dan tinggi citra. Pada saat pemotongan terjadi dilakukan

juga filter terhadap noise garis pemisah antara digit angka yang menyentuh batas citra

hasil segmentasi tadi menggunakan fungsi imclearborder dan setelahnya juga

dilakukan filter dengan memberi batasan piksel menggunakan fungsi bwareaopen.

Misalkan apabila jumlah piksel dibawah 2000 (satuan piksel) maka piksel tersebut

akan dihilangkan atau dihapus. Hasil dari proses ini ditunjukan pada Gambar 3.11.

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

Gambar 3.11 Hasil Proses Pembagian dan Filtering

Hasil dari proses pembagian dan filtering yang tampak pada Gambar 3.11

dapat dilihat citra sudah lebih jelas dari proses-proses sebelumnya. Dimana citra

hanya memiliki 2 buah komponen warna yaitu putih untuk angka dan hitam untuk

background tanpa ada piksel lain yang mengganggu informasi yang kita ingin kita

(49)

2. Ekstraksi Karakter

Pada Gambar 3.11 sudah terlihat jelas antara karakter dan background. Proses

selanjutnya yaitu ekstraksi karakter angka. Berikut ini program untuk melakukan

proses ekstraksi masing-masing karakter angka dari Gambar 3.11.

% Ekstraksi karakter angka dan me-resize hasil segmentasi menjadi citra berukuran 40x20

% Reshape citra menjadi vektor nx1 L = bwlabeln(imseg1);

Program diatas berfungsi untuk mengekstraksi karakter yang terdapat pada

citra dengan menerapkan prinsip melabel komponen yang terhubung pada gambar

biner [3] menggunakan fungsi bwlabeln. Lalu mengukur luasan region menggunakan

regionprops dari komponen yang sudah di label sebelumnya. Jika hanya ada satu

label komponen maka potong gambar dengan menggunakan parameter luasan region

yang telah diperoleh dari pengukuran. Setelah proses itu lalu citra di resize menjadi

ukuran 40x20 menggunakan fungsi imresize yang hasilnya dapat dilihat pada gambar

3.12. Selanjutnya mengubah bentuk citra menjadi vektor N x 1 dengan menggunakan

(50)

48

training dan juga pada tahap proses identifikasi jaringan menggunakan syaraf tiruan

yang akan dibahas pada subbab berikutnya.

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

Gambar 3.12 Hasil Ekstraksi dan Resize Karakter dengan Ukuran 40x20

3.6 Proses Pelatihan Karakter Angka Digit Meter Air Dengan Jaringan

Syaraf Tiruan Kohonen

Proses pelatihan menggunakan jaringan syaraf tiruan model Kohonen.

Jaringan kohonen digunakan untuk membagi pola masukan hingga pola masukan

yang berdekatan satu sama lain akan berada pada kelompok yang sama. Pelatihan

jaringan dengan menggunakan model Kohonen merupakan pelatihan jaringan tanpa

supervisi (bimbingan), dimana nantinya neuron akan berkompetisi untuk menjadi

pemenang terhadap vektor masukan yang diberikan. Bobot neuron pemenang akan

diperbaiki pada iterasi berikutnya [3]. Proses ini digambarkan pada diagram alir yang

(51)

Gambar 3.13 Diagram Alir Proses Pelatihan

3.6.1 Preprocessing Tahap Pelatihan

Pada Gambar 3.13 dapat dilihat sebelum pola dilatih, dibutuhkan beberapa

tahapan proses untuk menentukan inputan pada proses pelatihan jaringan, proses ini

disebut juga tahap preprocessing untuk pelatihan jaringan. Beberapa tahap

preprocessing yang dilakukan sebagai berikut:

1. Sampling dan Grayscaling

2. Binarization dan Resizeing

3. Reshaping

1. Sampling dan Grayscaling

Pada tahap ini dilakukan proses sampling pada citra karakter yang nantinya

(52)

50

untuk keseluruhan proses pelatihan penulis menggunakan citra karakter angka 6 yang

ditunjukan pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14 Citra Angka 6

Citra karakter ini diubah menjadi suatu matriks menggunakan fungsi imread

dengan perintah sebagai berikut:

>> img6 = imread('6.jpg');

Berikutnya citra diubah kedalam bentuk grayscale dengan menggunakan fungsi

rgb2gray, proses ini disebut dengan grayscaling. Hasil dari tahap ini dapat dilihat

pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15 Hasil grayscaling

2. Binarization dan Resizing

Setelah diperoleh citra grayscale maka citra selanjutnya akan diubah menjadi

(53)

mengubah citra menjadi bentuk citra hitam putih maka digunakan fungsi im2bw. Lalu

citra di resize menjadi citra dengan ukuran 40 x 20 dengan fungsi imresize maka

diperoleh citra hitam putih dengan ukuran 40 x 20 seperti tampak pada gambar 3.16.

Gambar 3.16 Hasil Proses Binarization dan Resizing

3. Reshaping

Selanjutnya citra diubah menjadi 1 kolom dengan fungsi reshape, dengan

perintah sebagai berikut:

>> P6 = reshape(img6, [], 1);

P6 inilah nantinya yang akan menjadi inputan untuk pelatihan angka 6. Untuk

sebuah angka 6 yang sebelumnya memiliki ukuran 40x20, maka sekarang P6 akan

berukuran 800x1 dan apabila nantinya angka 6 akan dilatih dengan 10 sampel maka

matriks P6 akan berukuran 800x10. Begitu juga untuk pengenalan nantinya akan

dilakukan proses reshaping.

3.6.2 Proses Pelatihan Angka

Pada proses pelatihan angka, dibutuhkan sampel sebanyak 10 buah untuk

setiap masing-masing angka. Contohnya angka 0 dilatih dengan 10 buah angka 0

(54)

52

Untuk simulasi dari sistem ini digunakan Neural Network Toolbox pada

MATLAB. Proses pelatihan jaringan menggunakan MATLAB digambarkan pada

diagram alir yang tampak pada Gambar 3.17.

Gambar 3.17 Proses Pelatihan Angka

Proses pelatihan angka terdiri dari 4 tahap yaitu:

1. Input Jaringan

2. Pembentukan Jaringan

3. Training Jaringan

4. Simulasi Jaringan

1. Input Jaringan

Hasil dari proses preprocessing yang telah dibahas sebelumnya menjadi

(55)

>> Pangka = [P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9];

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, P0 merupakan matriks berukuran

800x10, matriks ini memiliki baris sebanyak 800 karena hasil reshaping dari citra

angka 0 yang berukuran 40x20 dan matriks ini memiliki kolom sebanyak 10 karena

sampel yang digunakan untuk melatih angka 0 sebanyak 10 buah. Hal ini berlaku

untuk P1 P2 hingga P9.

2. Pembentukan Jaringan

Pada MATLAB, jaringan Kohonen dibentuk dengan perintah newsom yang

formatnya sebagai berikut:

>> net = newsom (PR, [D1,D2,...], TFCN, DFCN, OLR, OSTEPS, TLR, TND)

Dengan keterangan sebagai berikut:

PR :Matriks Rx2 yang berisi nilai minimum dan maksimum R buah

elemen masukan

Di :Ukuran topologi layar (default=[5 8])

TFCN :Fungsi topologi (default=’hextop’)

DFCN :Fungsi jarak (dafault=’linkdist’)

OLR :Laju pemahaman fase pengaturan(ordering). Default=0.9

OSTEPS :Jumlah iterasi langkah pengaturan. Default=1000

TLR :Laju pemahaman fase penyempurnaan(tuning). Default=0.02

TND :Jarak sekitar neuron pemenang pada fase penyempurnaan. Default=1

Pada pelatihan jaringan ini semua parameter di set default sehingga topologi yang

(56)

54

3. Training Jaringan

Untuk melatih jaringan digunakan fungsi train, formatnya sebagai berikut:

>> net = train(net,Pangka);

4. Simulasi Jaringan

Untuk simulasi jaringan digunakan fungsi sim, programnya sebagai berikut:

>> dbangka = sim(net,Pangka); >> [dbangka k]= find(dbangka==1); >> dbangka = reshape(dbangka,10,10);

Program diatas berfungsi untuk melakukan simulasi jaringan terhadap

variabel Pangka yang menyimpan gabungan pola angka yang diperoleh lalu hasil

simulasi disimpan pada variabel dbangka, perintah selanjutnya mengambil nilai kelas

dan menyusun kelas-kelas yang diperoleh tersebut menjadi matriks ukuran 10x10.

Lalu dbangka disimpan dengan ekstensi .mat sebagai database yang menyimpan nilai

kelas angka dari hasil pelatihan.

3.7 Proses Identifikasi Digit Angka

Pada proses pelatihan diperoleh database angka yang menyimpan kelompok

kelas untuk mengklasifikasikan angka kedalam kelasnya masing-masing saat proses

(57)

Gambar 3.18 Diagram Alir Proses Identifikasi

Berikut ini merupakan penjelasan proses identifikasi digit angka:

1. Load file database angka dari hasil proses training dan load file jaringan yang

sudah dibentuk dari proses pelatihan.

load dbangka.mat; load net.mat;

2. Load hasil ekstraksi karakter dari proses segmentasi dan reshaping, sehingga

citra masing-masing digit sudah diubah menjadi 1 kolom berupa vektor

(58)

56

3. Citra angka disimulasikan ke database angka. Database angka merupakan

kelompok kelas hasil dari proses pelatihan, berfungsi untuk

mengklasifikasikan angka kedalam kelasnya masing-masing. Database dapat

dilihat pada lampiran.

Berikut contoh program pengenalan angka 6 yang sebelumnya telah di

reshape dan disimpan pada variabel ed6

output=sim(net,ed6);

Program diatas berfungsi untuk melakukan simulasi pada citra yang akan

dikenali lalu mencari kesamaan hasil simulasi dengan database angka dan

menjumlahkan sesuai kesamaan hasil agar diperoleh nilai kolom yang

menunjuk kepada kelas angka dari hasil pengelompokkan, fungsi tampildigit

adalah untuk menampilkan angka sesuai dengan nilai kolom yang diperoleh.

(59)

digit='8';

elseif hasildigit==10 digit='9';

else

digit='0'; end

Potongan program diatas adalah fungsi tampildigit yang menampilkan hasil

digit sesuai dengan nilai kolom yang diperoleh pada tahap identifikasi.

Keuntungan membuat program dalam format fungsi adalah kemudahannya

(60)

BAB IV

HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

4.1 Hasil Uji Coba

Untuk menguji sistem yang dibuat maka dilakukan uji coba pengenalan digit

angka pada meter air sebanyak 15 buah yang diambil dari beberapa rumah yang

menggunakan meter air PDAM Tirtanadi. Uji coba pengenalan digit angka meter air

terdiri dari 2 bagian:

1. Uji coba dengan menggunakan 10 sampel training

2. Uji coba dengan menggunakan 30 sampel training

Sistem yang dibuat menggunakan jumlah training yang sama untuk tiap digit

angka. Pengambilan citra indikator meter air dilakukan pada pagi hari hingga sore

hari berkisar dari pukul 10.00-15.00 WIB dengan kondisi cuaca cerah, citra diambil

tegak lurus dari objek. Pengambilan citra dilakukan dengan menggunakan kamera

digital Handphone LENOVO A800 dengan resolusi 5 MegaPiksel.

4.1.1 Hasil Uji Coba Dengan 10 Sampel Training

Pada uji coba ini digunakan 10 buah sampel training untuk tiap angka. Pada

Tabel IV.1 tampak hasil uji coba pada masing-masing indikator digit angka.

Tabel IV.1 Hasil Pengenalan Menggunakan 10 Sampel Training

No Data

(61)

1 046407 Benar Benar Benar Benar Benar Benar 046407 100%

4.1.2 Hasil Uji Coba Dengan 30 Sampel Training

Pada uji coba ini digunakan 30 buah sampel training untuk tiap angka. Pada

Tabel IV.2 tampak hasil uji coba pada masing-masing indikator digit angka.

Tabel IV.2 Hasil Pengenalan Menggunakan 30 Sampel Training

(62)

60

13 413530 Benar Benar Benar Benar Benar Benar 413530 100% 14 357252 Benar Benar Benar Salah Benar Benar 357052 83.33%

15 353909 Salah Salah Benar Benar Benar Salah 013900 50%

4.2 Pengolahan Hasil Uji Coba

Dari Tabel IV.1 dan Tabel IV.2 dapat diperoleh beberapa hal yang dapat

dibandingkan, antara lain:

1. Perbandingan presentase keberhasilan dalam pengenalan digit angka

2. Perbandingan presentase keseluruhan indikator digit angka yang berhasil

diidentifikasi dengan benar.

Dari Tabel IV.1 dan Tabel IV.2 diperoleh jumlah kesalahan dalam pengenalan

baik pada angka maupun keseluruhan pembacaan pada masing-masing digit angka

meter air, setiap kesalahan dalam pengenalan angka dijumlahkan untuk memperoleh

presentase keberhasilan dalam pengenalan karakter. Hasil pengolahan data

ditunjukkan pada Tabel IV.3.

Tabel IV.3 Presentasi Keakurasian Pengenalan

Jumlah

(63)

4.3 Analisa Sistem

Analisa sistem dibutuhkan untuk menentukan parameter apa saja yang

dibutuhkan agar dihasilkan suatu sistem pengenalan angka pada digit meter air yang

baik. Analisa dilakukan untuk mengetahui parameter-parameter yang dapat

menyebabkan kegagalan pada sistem baik pengaruh pada jumlah sampel training,

pada tahap preprocessing dan segmentasi maupun pada tahap identifikasi.

4.3.1 Pengaruh Jumlah Sampel Training

Jumlah training memiliki pengaruh yang cukup besar didalam pengenalan

pola digit angka, dapat dilihat dari Tabel IV.3 diperoleh bahwa pada sistem yang

menggunakan training sebanyak 10 sampel hanya mampu mengenali 10 indikator

meter air, namun jika jumlah sampel ditambah menjadi 30 sampel, terdapat 13

indikator meter air yang dapat dikenali dengan benar dari total indikator sebanyak 15

buah sehingga diperoleh presentase pengenalan indikator dengan benar sebesar

86.67%. Semakin banyak sampel training yang digunakan maka akan dihasilkan

suatu jaringan yang memiliki daya klasifikasi pola yang lebih baik.

4.3.2 Analisa Kesalahan Pada Tahap Preprocessing dan Segmentasi

Pada sistem pengenal indikator meter air ini penulis memiliki dua tahap yang

saling berkaitan erat yaitu tahap preprocessing dan segmentasi, dimana tahap ini

(64)

62

1. Tahap Preprocessing

Pada tahap preprocessing bertujuan untuk memperjelas karakter angka pada

citra indikator meter air, jika tahap ini gagal maka tahap selanjutnya akan gagal juga

atau proses pengenalan tidak akurat. Tahap preprocessing bergantung pada kejelasan

meter air dimana hal ini terkait dengan posisi meter air diletakan, kondisi lapisan

pelindung kaca yang ada pada meter air dan pantulan sinar atau bias cahaya saat

akuisisi citra, sehingga tahap preprocessing tidak berhasil memperjelas karakter

angka, hal ini terjadi pada beberapa sampel salah satunya tampak pada Gambar 4.1.

(a)

(b)

Gambar 4.1 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Preprocessing

Pada Gambar 4.1 (a) adalah sampel sebelum diproses pada tahap preprocessing,

sampel terlihat memiliki pelindung kaca yang cukup buram, terdapat bercak

kehijauan pada lapisan kaca, sebaran cahaya dan tingkat kecerahan yang tidak merata

dikarenakan posisi meter jauh dari cahaya. Pada saat akusisi citra kamera yang

(65)

menjadi hal yang juga sangat berpengaruh karena tingkat kecerahan tidak bisa

diseimbangkan. Gambar 4.1 (b) merupakan hasil dari tahap preprocessing yang tidak

berhasil memperjelas keseluruhan karakter angka pada meter air, hal ini dialami pada

beberapa sampel sehingga pada tahap selanjutnya keseluruhan meter air tidak

dikenali dengan benar.

Oleh karena itu, sampel citra yang diambil sebisa mungkin dalam keadaan

bagus dan tidak memiliki bias cahaya atau pantulan cahaya yang mengganggu

kejelasan angka. Umumnya tahap preprocessing pada sistem dapat memperjelas

objek angka indikator.

2. Tahap Segmentasi

Hasil dari preprocessing selanjutnya akan diproses pada tahap segmentasi

dimana pada tahap ini berfokus pada proses ekstraksi karakter digit angka dari objek

yang tidak perlu (tidak untuk dikenali). Namun hasil ekstraksi akan mengalami

kegagalan apabila jumlah karakter angka pada indikator meter air lebih dari 6 digit,

hal ini sesuai dengan batasan masalah yang penulis buat yaitu sampel indikator digit

angka yang digunakan terdiri dari 6 digit sehingga penulis membuat program

ekstraksi yang membagi citra indikator digit angka meter air seperti tampak pada

Gambar 3.12. menjadi 6 bagian.

4.3.3 Analisa Kesalahan Pada Tahap Identifikasi

Analisa kesalahan dilakukan untuk mengetahui parameter apa saja yang

(66)

64

pola yang tidak diidentifikasi dengan benar. Sistem mengenali digit angka yang ada

pada citra yaitu 001700 yang tampak pada Gambar 4.1 seharusnya 001703.

Gambar 4.1 Contoh Indikator Meter Air yang Tidak Diidentifikasi Dengan

Benar

Hal ini dikarenakan pola angka 3 pada citra yang sebenarnya memiliki bentuk

yang kurang proporsional terhadap angka 3 dan hasil dari tahap preprocessing tidak

dapat meningkatkan kejelasan citra yang justru menyebabkan angka membentuk pola

yang tidak diketahui, seperti tampak pada Gambar 4.2. Kemiripannya terhadap angka

3 sangat jauh dari ukuran maupun nilai intensitas yang mewakili ciri angka 3.

Gambar 4.2 Hasil Preprocessing yang Tidak Berhasil Meningkatkan Kualitas

Citra

Kesalahan juga bisa terjadi pada pembentukan database angka. Contohnya

(67)

mewakili kemiripan yang proporsional baik dari ukuran maupun nilai intensitas

angka 3 pada Gambar 4.2, sehingga pada saat pengklasifikasian pola, angka tersebut

bisa saja tidak dalam satu kelompok atau tidak masuk dalam kelompok manapun

namun kesalahan seperti ini mampu diatasi dengan cara menambah sampel training

agar jaringan memiliki daya pengklasifikasian pola yang lebih variatif terhadap digit

angka yang akan dikenali.

Kesalahan juga bisa terjadi dikarenakan hasil ekstraksi karakter yang hanya di

normalisasi ukuran dan ekstraksi karakter tanpa mengalami pengolahan citra yang

lebih jauh sebelum citra diproses pada tahap pengenalan seperti pembersihan citra

yang lebih jauh, dilatasi dan sebagainya. Tentunya dengan pengolahan citra yang

(68)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian dan analisa yang telah dilakukan dan dijelaskan pada bab

sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Aplikasi pengenal angka pada indikator digit angka meter air yang dibuat

telah berhasil mengenali digit angka dengan tingkat akurasi 95.56% dan

pengenalan keseluruhan digit angka pada indikator meter air memiliki tingkat

keakurasian 86.67%.

2. Banyak jumlah sampel training pada jaringan meningkatkan hasil identifikasi

jaringan menjadi lebih baik.

3. Dibutuhkan tahapan preproccessing yang berbeda untuk menangani citra yang

kualitasnya tidak berhasil ditingkatkan atau memiliki karakteristik noise yang

berbeda.

4. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengenalan yaitu jenis

kamera yang digunakan, jenis dari meter air, posisi meter air terhadap sumber

cahaya, kebersihan dari lapisan kaca, tingkat kecerahan citra, bias cahaya pada

saat akuisisi, kurang maksimalnya hasil preprocessing, dan posisi karakter

Gambar

Gambar 2.1 Meter Air
gambar 2.2 (b).
Gambar 2.3 Pengolahan citra memungkinkan pengubahan kontras pada citra
derau gambar (c)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa pengenalan pola angka 0 sampai 9 menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimpelementasikan jaringan syaraf tiruan SOM Kohonen dalam pengenalan telapak kaki bayi serta mengetahui

Sistem Pengenal Wajah Dengan Jaringan Syaraf Tiruan telah dapat mengenali wajah dengan ketepatan 95 % dari kamera yang sama dengan saat pelatihan, tetapi ketepatan akan menurun

Sistem Pengenal Wajah Dengan Jaringan Syaraf Tiruan telah dapat mengenali wajah dengan ketepatan 95 % dari kamera yang sama dengan saat pelatihan, tetapi ketepatan akan menurun

jaringan syaraf tiruan SOM Kohonen dalam pengenalan telapak kaki bayi serta. mengetahui persentase tingkat akurasi dari SOM Kohonen untuk mengenali

pada sektor industri di Sumatera Utara dengan menggunakan jaringan syaraf. tiruan

Atas dasar permasalahan dan alas an yang telah diuraikan, maka penelitian ini menggunakan jaringan syaraf tiruan untuk mengenali pola angka tulisan tangan, dimana

Atas dasar permasalahan dan alas an yang telah diuraikan, maka penelitian ini menggunakan jaringan syaraf tiruan untuk mengenali pola angka tulisan tangan,