• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Berbagai Bahan Organik Dan Lama Inkubasi Terhadap Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Ultisol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Berbagai Bahan Organik Dan Lama Inkubasi Terhadap Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Ultisol"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Penelitian

U

B6I1 (II) B1I1 (I) B5I1(I)

B0I2 (II) B4I1 (I) B2I1 (III)

B3I1 (III) B7I1 (I) B7I2 (II)

B3I1 (II) B6I2 (II) B4I2 (I)

B1I2 (I) B6I2 (I) B5I2 (I)

B0I2 (I) B4I2 (II) B0I2 (III)

B1I1 (II) B6I1 (I) B3I2 (I)

B4I1 (II) B5I2 (III) B6I2 (III)

B1I2 (II) B1I1 (III) B2I2 (II)

B0I1 (II) B7I2 (I) B1I2 (III)

B0I1 (I) B3I2 (II) B2I1 (I)

B5I2 (II) B5I1 (III) B6I1 (III)

B4I1 (III) B4I2 (III) B2I1 (II)

B5I1 (II) B0I1 (III) B2I2 (III)

B7I1 (III) B7I2 (III) B3I1 (I)

(2)

Lampiran 2. Data analisis awal tanah Ultisol Desa Kampung Dalam Kecamatan Silangkitan, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara.

No Parameter Metode Satuan Nilai Kriteria 1 pH H2O Elektrometri --- 4,90 Masam

(3)

Lampiran 4. Data pH Tanah Ultisol setelah inkubasi 3 minggu dan 4 minggu

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 5. Data Sidik Ragam pH Tanah

(4)

Lampiran 6. Data C-Organik tanah Ultisol inkubasi 3 minggu dan 4 minggu

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 7. Data Sidik Ragam C-Organik

(5)

Lampiran 8. Data N-Total Tanah Ultisol setelah inkubasi 3 minggu dan 4 minggu

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 9. Data Sidik Ragam N-Total Tanah

(6)

Lampiran 10. Data P-Total Tanah Ultisol setelah inkubasi 3 minggu dan 4 minggu

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 11. Data Sidik Ragam P-Total Tanah Ultisol

(7)

Lampiran 12. Data K-Tukar Tanah Ultisol setelah inkubasi 3 minggu dan 4 minggu

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 13. Data Sidik Ragam K-Tukar Tanah

(8)

Lampiran 14. Kriteria Sifat Tanah

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Anas, I. 2000. Potensi Sampah Kota untuk Pertanian di Indonesia. Semnar dan Lokakarya Pengelolaan Sampah Organik untuk Mendukung Program Ketahanan Pangan dan Kelestarian Lahan Pertanian. Kongres MAPORINA, 6 – 7 September 2000, Malang

Ardjasa, W.S. 1994. Peningkatan Produktivitas Lahan Kering Marginal Melalui Pemupukan Fosfat Alam dan Bahan Organik Berlanjut Pada Pola : Padigogo-kedelai-kacang tungkak. Prosing Seminar Nasional. Pengembangan Wilayah Lahan Kering nagian I. Lembaga Penelitian Universitas Lampung

Deptan, 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdit Pengelolaan Lingkungan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditje PPHP, Departemen Pertanian. Jakarta

Delgado, J. A. and R. F. Follett. 2002. Carbon and Nutrient Cycles. J. Soil and Water Conserv

Djaja, W. 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak & Sampah. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 86 hal

Hakim, N.,M.Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, Go Ban Hong, N. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung

Hakim, N dan Agustian. 2012. Tithonia Untuk Pertanian Berkelanjutan. Andalas University Press. Sumatera Barat

Hanafiah, K.A. 1989. Pengaruh Pupuk Kandang dan Kapur terhadap Agihan Bentuk dan Ketersediaan P pada Tanah Latosol. Thesis S2 bidang Kimia dan Kesuburan Tanah. PS Ilmu Tanah, PPS-UGM, Yogyakarta

Hardjowigeno, S., 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis, Akademika Pressindo. Jakarta

Hartatik, W. 2007. Tithonia diversifolia Sumber Pupuk Hijau. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.29, No.5. Bogor

Helmke, P.A. and D.L. Sparks. 1996. Lithium, sodium, potassium, rubidium, and cesium. In Methods of Soil Analysis. Part 3 Chemical Methods-SSSA Book Series No. 5

(10)

Hutagaol, H.H. 2003 Efek Interaksi Perlakuan Kapur Dolomit dan Kompos Kulit Durian terhadap pH, P-tersedia, KTK, dan Al-dd pada Tanah Masam. Skripsi Ilmu Tanah, FP-USU. Medan

IOPRI. 2002. Enhancing Oil Palm Industry Development Through Environmentally Friendly Technology (Proceding Of Chemistry &Technology Confrence). Bali

Jama.B.A., C.A. Palm., R.J.Buresh., A. I. Niang., C. Gachego., G. Nziquheba and B.Amadado.2000. Tithonia Diversifolia as a green manure for improvement of soil fertility in western Kenya. A Review.Agroforestry Systems

Lahuddin. 1999. Pengaruh Kompos Kulit Durian (Husk-Pulp Compost of Durio zibethinus) terhadap Produktivitas Lahan Perkarangan, Makalah

Seminar dalam Prosiding Kongres Nasional VII HITI, Bandung

Las, I. dan D. Setyorini. 2010. Kondisi Lahan, Teknologi, Arah, dan Pengembangan Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Organik. Hlm 47. Dalam Prosiding Semnas Peranan Pupuk NPK dan Organik dalam Meningkatkan Produksi Dan Swasembada Beras Berkelanjutan. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor 24 Februari 2010

Munir,M. 1996. Tanah-tanah Utama di Indonesia. Produktivitas Tanah, Klasifikasi dan Pemanfaatannya. Pustaka Jaya. Jakarta

Prasetyo, B.H. dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, Potensi dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya

Lahan Pertanian Balai Penelitian Tanah.

Februari 2016)

Prasetyo, Abu, dan Ahmadi.2005. SGM Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia: Bandung

Subagyo, H., N. Suharta, Agus B. Siswanto. 2000. Tanah-tanah Pertanian di Indonesia dalam Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.Bogor. 21-65

(11)

Suntoro, W.A. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Ilmu Kesuburan Tanah. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Hal 42

Syafwina, E.D. Wong, Y. Honda, T. Watanabe, and M. Kuwahara. 2002a. Pretreatment of empty fruit bunch of oil palm by white-rot fungi for the utilization of its component. p. 351–356. In W. Dwianto, S. Yusuf, E. Hermiati, and L. Suryanegara. (Ed.). Sustainable Utilization of Tropical Forest Resources. Proceedings of the 4th International Wood Science Symposium, Serpong, 2–5 September 2002. Research Institute for Sustainable Humanosphere, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Japan Society for the Promotion of Science, Serpong

Tan, K. H., 2010. Principles of Soil Chemistry, Third Edition. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Wanjau, S., M. John dan R. Thijssen. 2002. Pemindahan Biomassa dan Panen Pupuk Cuma - cuma. Kenya Woodfuel & Agroforestry Programme. Nairobe, Kenya

(12)

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan analisis tanah dilakukan di Laboratorium Socfindo sejak Maret sampai Juni 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah contoh tanah Ultisol yang diambil di Desa Kampung Dalam Kecamatan Silangkitan Kabupaten Labuhan Batu Selatan Provinsi Sumatera Utara pada kedalaman 0-30 cm secara komposit, bahan organik berupa kompos Tithonia, kompos TKKS, kompos kulit durian, pupuk kandang (pukan) ayam serta bahan kimia yang digunakan untuk analisis tanah di laboratorium.

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah cangkul, pot plastik, karung goni, kantong plastik, kertas label, spidol, pH meter, timbangan dan alat-alat laboratorium untuk keperluan analisis tanah.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan yaitu :

Faktor I : Bahan Organik (B)

B0 : Tanpa Bahan Organik (0 Ton/ ha)

B1 : Kompos Thitonia (20 Ton/ha)

B2 : Kompos Kulit Durian (20 Ton/ha)

B3 : Kompos TKKS (20 Ton/ha)

(13)

B5 : Kompos Thitonia (50%) + Pukan Ayam (50%)

B6 : Kompos Kulit Durian (50%) + Pukan Ayam (50%)

B7 : Kompos TKKS (50%) + Pukan Ayam (50%)

Faktor II : Lama Inkubasi (I) I1 : Inkubasi 3 minggu

I2 : Inkubasi 4 minggu

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut :

B0I1 B1I1 B2I1 B3I1 B4I1 B5I1 B6I1 B7I1

B0I2 B1I2 B2I2 B3I2 B4I2 B5I2 B6I2 B7I2

Dari kombinasi diatas diperoleh 8 x 2 x 3 = 48 unit percobaan Bagan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Model Matematis :

Yijk= µ + αi+ βj + (αβ)ij +

ε

ijk Dimana :

Yijk : Data pengamatan pada kelompok ke-i pada faktor B taraf ke-j dan faktor I taraf ke-k

µ : Nilai tengah umum

αi : Pengaruh percobaan ke-i dari faktor B

βj : Pengaruh percobaan ke-j dari faktor I

(αβ)ij : Pengaruh interaksi perlakuan ke-i dari faktor B dan perlakuan ke-j dari

(14)

ε

ijk : Pengaruh galat perlakuan ke-i dari faktor B dan perlakuan ke-j dari

faktor I

Selanjutnya data dianalisis dengan Analisis Varian pada setiap parameter yang di ukur dan di uji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan menggunakan uji Jarak Duncan (Duncan Multiple Range Test) taraf 5%.

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah Ultisol dilakukan di desa Kampung Dalam, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, diambil tanah secara komposit dengan kedalaman 0-30 cm. Kemudian dikering udarakan dan diayak dengan menggunakan ayakan pasir.

Analisis Tanah Awal

Tanah yang telah kering udara dianalisis % KA dan % KL untuk mendapatkan kebutuhan air. Selain itu analisis yang dilakukan ialah pH H2O (1 :

2,5), % C-organik tanah (Metode Walkley and Black), % N-total (Metode Kjeldhal), K-Tukar (NH4 Oac pH-7), dan P total (extract percloric/sulphuric).

Data analisis tanah awal dapat dilihat pada Lampiran 2. Persiapan Media

Media dibuat dalam pot plastik yang di isi dengan tanah Ultisol sebanyak 1 Kg setara dengan berat tanah kering mutlak.

Pembuatan Kompos

(15)

beberapa hari kemudian dicacah dengan mesin pencacah hingga ukurannya menjadi lebih halus. Setelah itu ditutup dengan plastik untuk menjaga suhu dan kelembaban, kemudian diaplikasikan EM-4 ke dalam wadah dan dibolak balik setiap satu minggu sekali serta dilakukan penyiraman setiap dua hari sekali

Pembuatan Kompos Tithonia dilakukan dalam kurun waktu 1 Bulan mulai dari persiapan bahan hingga menghasilkan kompos Tithonia. Tithonia dicacah menjadi potongan-potongan kecil dan diletakkan pada wadah yang tersedia. Setelah itu ditutup dengan plastik untuk menjaga suhu dan kelembaban, kemudian diaplikasikan EM-4 ke dalam wadah dan Tithonia dibolak balik setiap satu minggu sekali, serta dilakukan penyiraman setiap dua hari sekali.

Pembuatan kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dilakukan dalam kurun waktu 1½-2 bulan. Tandan kosong dicacah menjadi potongan-potongan kecil dan diletakkan pada wadah yang tersedia. Setelah itu ditutup dengan plastik untuk menjaga suhu dan kelembaban, dan dibolak balik setiap satu minggu sekali, serta dilakukan penyiraman setiap dua hari sekali.

Pembuatan Pupuk kandang ayam dilakukan dalam kurun waktu 2 Minggu.

Pupuk kandang ayam diperoleh dari lokasi peternakan ayam di Kec. Kwala Bekala, kemudian dibersihkan bulu-bulu ayam yang terikut di

dalam nya dan dikering udarakan. Selanjutnya pupuk kandang ayam di masukkan ke dalam goni dan dibiarkan tetap terbuka agar ada sirkulasi udara.

Analisis Kompos

(16)

rasio C/N, K-Tukar dan P-total. Data analisis awal kompos dapat dilihat pada Lampiran 3.

Aplikasi Kompos

Aplikasi kompos sesuai dengan perlakuan dimana dosis yang ditambahkan yaitu 20 ton/ha. Kompos dan pukan ayam dimasukkan ke dalam pot plastik dan diaduk merata. Setelah itu diinkubasi sesuai perlakuan selama 3 minggu dan 4 minggu. Selama inkubasi berlangsung, tanah dipertahankan dalam kondisi kapasitas lapang.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanah dari masing-masing perlakuan dalam pot plastik dilakukan sesuai dengan lama inkubasi yaitu inkubasi 3 minggu dan inkubasi 4 minggu. Contoh tanah diambil sebanyak 200 g dari masing-masing pot plastik dan dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan yang telah diberi label perlakuan untuk dilakukan analisis laboratorium.

Parameter Pengamatan

1. pH H2O metode Elektrometri

2. C-Organik (%) metode Walkley and Black 3. N-total (%) metode Kjeldhal

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

pH

Data pH tanah Ultisol setelah lama inkubasi 3 minggu dan 4 minggu tertera pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 5 diperoleh bahwa pada perlakuan pemberian beberapa bahan organik, lama inkubasi serta perlakuan kombinasi antara bahan organik dengan lamanya inkubasi berpengaruh nyata terhadap pH tanah Ultisol. Nilai rataan pH tanah akibat perlakuan pemberian beberapa bahan organik, lama inkubasi dan kombinasi antara bahan organik dengan lamanya inkubasi dapat dilihat pada Tabel 1, 2, dan 3.

Tabel 1.Nilai rataan pH tanah akibat perlakuan kombinasi beberapa bahan organik dan lama inkubasi

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berarti berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai pH pada kombinasi perlakuan B6I1

(18)

dibandingkan dengan nilai kombinasi perlakuan B0I2 (tanpa bahan organik dengan

inkubasi 4 minggu) dengan nilai pH terendah yaitu 5,21 dengan kriteria masam. Tabel 2.Nilai rataan pH tanah akibat perlakuan beberapa bahan organik

Perlakuan Rataan

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berarti berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Nilai rataan pH tanah Ultisol akibat pemberian bahan organik pada perlakuan B2 (kompos kulit durian) berbeda nyata dibandingkan dengan semua

perlakuan kecuali dengan perlakuan B1 ( kompos Tithonia) dan B4 (pukan ayam).

Pemberian bahan organik pada perlakuan B2 (kompos kulit durian) meningkatkan

pH tertinggi yaitu 7,00 dengan kriteria netral dan pH terendah pada B0 (tanpa

bahan organik) yaitu 5,30 dengan kriteria masam.

Tabel 3.Nilai rataan pH tanah akibat perlakuan lama inkubasi

Perlakuan Rataan I1 ( Inkubasi 3 Minggu)

I2 ( Inkubasi 4 Minggu)

6,43 a 6,25 b

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berarti berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Nilai rataan pH tanah pada inkubasi I1 (3 minggu) berbeda nyata yaitu 6,43

dengan kriteria agak masam dibandingkan dengan nilai rataan pH tanah pada inkubasi I2 (4 minggu) yaitu 6,25 dengan kriteria agak masam.

(19)

Gambar 1 menunjukkan bahwa peningkatan pH tertinggi terjadi pada perlakuan kombinasi B6I1 (kulit durian + pukan ayam dengan inkubasi 3 minggu)

yaitu 7,05 atau mengalami peningkatan sebesar 35,32 % dibandingkan pH terendah yaitu 5,21 pada perlakuan kombinasi B0I2 (tanpa bahan organik dengan

inkubasi 4 minggu). C-Organik

Data C-organik tanah Ultisol setelah lama inkubasi 3 minggu dan 4 minggu tertera pada Lampiran 6. Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 7 diperoleh bahwa perlakuan pemberian beberapa bahan organik berpengaruh nyata terhadap C-organik tanah Ultisol sedangkan perlakuan lama inkubasi dan kombinasi antara bahan organik dengan lamanya inkubasi berpengaruh tidak nyata terhadap C-organik tanah Ultisol. Nilai rataan pH tanah akibat pemberian beberapa bahan organik dapat dilihat pada Tabel 4.

(20)

Tabel 4. Nilai rataan C-organik tanah (%) akibat pemberian beberapa bahan organik

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berarti berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rataan C-organik akibat pemberian bahan organik pada perlakuan B2 (kompos kulit durian), B3 (kompos TKKS), dan

B5 (Tithonia + pukan ayam) berbeda nyata dibandingkan perlakuan B0 (tanpa

bahan organik). Data rataan C-organik tertinggi diperoleh pada perlakuan B2

(kompos kulit durian) yaitu 1,24 % dan terendah pada perlakuan B0 (tanpa bahan

organik) yaitu 0,59 %.

Efek peningkatan C-organik pada perlakuan pemberian bahan organik dapat dilihat pada Gambar 2.

(21)

Gambar 2 menunjukkan bahwa peningkatan C-organik tertinggi terjadi pada perlakuan B2 (kulit durian) yaitu 1,24 % atau mengalami peningkatan sebesar

110,17 % dibandingkan yang terendah yaitu 0,59 % pada perlakuan B0 (tanpa

bahan organik) N-Total

Data N-total tanah Ultisol setelah lama inkubasi 3 minggu dan 4 minggu tertera pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 9 diperoleh bahwa perlakuan pemberian beberapa bahan organik berpengaruh nyata terhadap N-total tanah Ultisol sedangkan perlakuan lama inkubasi dan kombinasi antara bahan organik dengan lamanya inkubasi berpengaruh tidak nyata terhadap N-total tanah Ultisol. Nilai rataan N-total tanah akibat pemberian beberapa bahan organik dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai rataan N-Total tanah (%) akibat pemberian beberapa bahan organik Perlakuan Rataan

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berarti berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

(22)

perlakuan B2 (kompos kulit durian) yaitu 0,24 % dan terendah pada perlakuan B0

(tanpa bahan organik) yaitu 0,20 %.

Efek peningkatan N-Total pada perlakuan pemberian bahan organik dapat dilihat pada Gambar 3 .

Gambar 3 . Grafik pengaruh berbagai perlakuan bahan Organik terhadap N-total tanah Ultisol

Gambar 3 menunjukkan bahwa peningkatan N-Total tertinggi terjadi pada perlakuan B2 (kompos kulit durian) yaitu 0,24 % atau mengalami peningkatan

sebesar 20% dibandingkan yang terendah yaitu 0,20 % pada perlakuan B0 (tanpa

bahan organik). P-Total

Data P-Total tanah Ultisol setelah lama inkubasi 3 minggu dan 4 minggu tertera pada Lampiran 10. Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 11 diperoleh bahwa perlakuan pemberian beberapa bahan organik berpengaruh nyata terhadap P-Total tanah Ultisol sedangkan perlakuan lama inkubasi dan kombinasi antara bahan organik dengan lamanya inkubasi berpengaruh tidak nyata terhadap

(23)

P-Total tanah Ultisol. Nilai rataan P-Total tanah akibat pemberian beberapa bahan organik dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai rataan P-Total tanah (%) akibat pemberian beberapa bahan organik

Perlakuan Rataan

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berarti berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai rataan P-Total tanah akibat pemberian bahan organik pada perlakuan B1 (kompos Tithonia) berbeda nyata dibandingkan

perlakuan B0 (tanpa bahan organik). Data rataan tertinggi P-Total diperoleh pada

perlakuan B1 (kompos Tithonia) yaitu 0,05 % dan terendah pada perlakuan B0

(tanpa bahan organik) yaitu 0,03 %.

Efek peningkatan P-Total pada perlakuan pemberian bahan Organik dapat dilihat pada Gambar 4.

(24)

Gambar 4 menunjukkan bahwa peningkatan P-Total tertinggi terjadi pada perlakuan B1 (kompos Tithonia) yaitu 0,05 % atau sebesar 66,6 % dibandingkan

yang terendah yaitu 0,03 % pada perlakuan B0 (tanpa bahan organik).

K-Tukar

Data K-Tukar tanah Ultisol setelah lama inkubasi 3 minggu dan 4 minggu tertera pada Lampiran 12. Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 13 diperoleh bahwa perlakuan pemberian beberapa bahan organik berpengaruh nyata terhadap K-Tukar tanah Ultisol sedangkan perlakuan lama inkubasi dan kombinasi antara bahan organik dengan lamanya inkubasi berpengaruh tidak nyata terhadap K-Tukar tanah Ultisol. Nilai rataan K-Tukar tanah akibat pemberian beberapa bahan organik dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7. Nilai rataan K- Tukar tanah (me/100 g) akibat pemberian beberapa

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berarti berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai rataan K-Tukar tanah Ultisol akibat pemberian bahan organik pada perlakuan B1 (kompos Tithonia), B2 (kompos kulit

durian) dan B5 (Tithonia + pukan ayam) berbeda nyata dibandingkan perlakuan B0

(tanpa bahan organik). Data rataan K-Tukar tertinggi secara berturut-turut diperoleh pada perlakuan B1 (kompos Tithonia) yaitu 2,33 me/100 g , B2 (kompos

(25)

dan 1,99 me/100 g namun masing-masing berpengaruh tidak nyata, dan terendah pada perlakuan B0 (tanpa bahan organik).

Efek peningkatan K-Tukar pada perlakuan pemberian bahan Organik dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 . Grafik pengaruh berbagai perlakuan bahan organik terhadap K-tukar tanah Ultisol

Gambar 5 menunjukkan bahwa peningkatan K-Tukar tertinggi terjadi pada perlakuan B1 (kompos Tithonia) yaitu 2,33 me/100 g atau mengalami peningkatan

sebesar 1692,3 % dibandingkan yang terendah yaitu 0,13 me/100 g pada perlakuan B0 (tanpa bahan organik).

0 0.5 1 1.5 2 2.5

B0 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7

K

-T

uka

r (

m

e/

100 g

)

(26)

Pembahasan pH Tanah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi bahan organik, lama inkubasi serta kombinasi perlakuan antara bahan organik dan lama inkubasi berpengaruh nyata terhadap peningkatan pH tanah Ultisol. Kombinasi perlakuan B6I1 (kulit durian + pukan ayam dengan inkubasi 3 minggu) berpengaruh nyata

meningkatkan pH tanah tertinggi yaitu 7,05. Menurut kriteria sifat tanah tergolong netral (Lampiran 4). Hal ini disebabkan karena kulit durian + pukan ayam yang diinkubasi selama 3 minggu dalam proses dekomposisinya akan melepaskan mineralnya, baik itu asam-asam organik ataupun kation-kation basa, yang akan mengakibatkan peningkatan pH tanah. Hal ini sesuai dengan Hamed (2014) yang menyatakan bahwa kandungan unsur hara yang diberikan dari bahan organik pada tanah berkorelasi dengan lamanya proses mineralisasi yang dibutuhkan suatu bahan organik untuk menyediakan hara bagi tanah. Asam-asam organik sebagai hasil dekomposisi dapat mengikat ion H+ sebagai penyebab kemasaman dalam tanah sehingga pH tanah meningkat

Menurut Bayer et al. (2001) bahwa naik turunnya pH tanah merupakan

fungsi ion H+ dan OH-, jika konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah naik, maka pH

akan turun dan jika konsentrasi ion OH- naik maka pH akan naik. Bahan organik

yang telah terdekomposisi akan dapat menghasilkan ion OH- yang dapat

menetralisir aktivitas ion H+ C-Organik

(27)

ayam berpengaruh nyata terhadap C-organik tanah Ultisol. Hal ini disebabkan karena karbon (C) merupakan penyusun utama dari bahan organik itu sendiri, sehingga dengan penambahan bahan organik dapat menambah kadar C-organik pada tanah Ultisol yang tergolong sangat rendah menurut kriteria sifat tanah (Lampiran 4). Pernyataan ini didukung oleh Hanafiah et al (2009) yang menyatakan bahwa kadar karbon dalam bahan organik dapat mencapai sekitar 48 -58 % dari berat total bahan organik, sehingga pengaplikasian bahan organik dengan kadar C-organik tinggi mampu mensuplai kadar C-organik bagi tanah dengan kadar yang rendah.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa bahan organik yang baik untuk meningkatkan C-organik adalah kompos kulit Durian yaitu sebesar 1,24 % disusul oleh tandan kosong kelapa sawit dan Tithonia + pukan Ayam masing - masing sebesar 1,19 % dan 1,02 %. Hal ini dikarenakan kandungan lignin pada kulit durian lebih rendah di bandingkan tandan kosong kelapa sawit dan Tithonia sehingga bahan organik lebih cepat terdekomposisi. Pernyataan ini didukung oleh Darwin (2010) bahwa kandungan lignin yang tinggi menyebabkan produk residu tanaman tersebut lambat mengalami dekomposisi secara alami. Hasil penelitian Hatta (2007) menunjukkan bahwa kulit durian mengandung lignin sebesar 5 %. Gusnidar dan Teguh (2008) serta Syafwina et al (2002) masing – masing menyatakan bahwa kandungan lignin pada Tithonia dan tandan kosong kelapa sawit adalah sebesar 16,90 % dan 27,60 – 32,50 %.

N-Total

(28)

dibandingkan perlakuan B0 (tanpa bahan organik). Hal ini disebabkan karena

kompos kulit durian memiliki kandungan nitrogen yang sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan N-Total dalam tanah Ultisol. Hasil analisis awal kompos kulit durian di peroleh kadar N-Total sebesar 2,80 % (Lampiran 3) dan tergolong kedalam kriteria sangat tinggi (Lampiran 4). Lahuddin (1999) menyatakan bahwa kulit durian yang telah menjadi kompos mampu menyuplai hara N dalam tanah dimana sebagian besar adalah N anorganik dalam bentuk NH4+ dan NO3-.

Selanjutnya N yang tersedia dalam bentuk NH4+ dan NO3- jika tidak

diserap oleh tanaman akan rentan kembali kedalam bentuk N2 yang terjadi melalui

proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Dalam proses denitrifikasi, nitrat (NO3-) yang

merupakan hasil nitrifikasi ammonium (NH4+) dengan bantuan bakteri anaerobik

akan menjadi gas Nitrogen (N2). Hal ini didukung oleh pernyataan

Widayat et al (2010) bahwa Nitrifikasi merupakan proses pengubahan nitrogen ammonium (N-NH4+) secara biologis menjadi nitrogen-nitrit (N-NO2) oleh bakteri

nitrosomonas dan kemudian nitrit diubah menjadi nitrat (NO3-) oleh bakteri

nitrobacter. Herlambang dan Marsidi (2003) menyatakan dalam proses denitrifikasi senyawa nitrat (NO3-) akan diubah menjadi gas nitrogen (N2) melalui

reaksi berikut :

NO3 Reduksi NO2 Reduksi NO Reduksi N2O Reduksi N2

P-Total

(29)

tanah sehingga unsur P meningkat didalam tanah. Dari analisis awal diperoleh masing-masing bahan organik yaitu kompos Tithonia, kompos kulit durian, kompos tandan kosong kelapa sawit, dan pupuk kandang ayam memiliki kadar P berturut-turut 0,89 %, 0,53 %, 0,33% , dan 1,60% (Lampiran 3). Suntoro (2003) menyatakan bahwa peran bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Hara P merupakan hara yang relatif lebih banyak untuk dilepas dan dapat digunakan untuk tanaman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi bahan organik berupa kompos Tithonia diversifolia berpengaruh nyata meningkatkan P-Total tanah Ultisol dibandingkan perlakuan B0 (tanpa bahan organik). Hal ini disebabkan

karena kompos Tithonia memiliki kandungan P yang tinggi. Hasil analisis awal kandungan P pada kompos Tithonia sebesar 0,89 % (Lampiran 3) dan menurut kriteria sifat tanah tergolong dalam kriteria tinggi (Lampiran 4). Hartatik (2007) menyebutkan bahwa selain meningkatkan pH tanah, Tithonia mampu melepaskan fosfor ke dalam tanah sehingga kandungan hara P dalam tanah Ultisol dapat meningkat.

K-Tukar

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi bahan organik berupa B1

(kompos Tithonia), B2 (kompos kulit durian) dan B5 (Tithonia + pukan ayam)

berpengaruh nyata meningkatkan K-Tukar tanah Ultisol dibanding perlakuan B0

(tanpa bahan organik). Hal ini dikarenakan bahan organik akan melepaskan unsur hara terutama makro seperti kalium kedalam tanah. Hasil analisis awal diperoleh

(30)

2,33 me/100 g , 2,16 me/100 g , dan 1,99 me/100 g. Damanik et al (2010) menyatakan bahwa penambahan bahan organik pada tanah akan menyumbangkan berbagai unsur hara terutama unsur hara makro seperti Nitrogen, Fosfor, Kalium, serta unsur hara mikro lainnya.

Pada perlakuan kompos Tithonia diperoleh nilai K-Tukar adalah 2,33 me/100 g dan menurut kriteria sifat tanah tergolong kedalam kategori sangat tinggi (Lampiran 4). Hal ini disebabkan karena kompos Tithonia memiliki kandungan K yang relatif tinggi. Jama, et al (2000) menyatakan Tithonia diversifolia berpotensi digunakan sebagai pupuk hijau, karena mengandung unsur

(31)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Aplikasi kompos kulit durian nyata meningkatkan pH tanah, C-organik, dan P-Total tanah Ultisol.

2. Lama inkubasi berbeda nyata terhadap pH tanah, namun tidak berbeda nyata terhadap C-organik, P-Total, K-Tukar, N-Total tanah Ultisol.

3. Kombinasi antara kompos kulit durian dengan pukan ayam nyata meningkatkan pH tanah Ultisol.

Saran

(32)

TINJAUAN PUSTAKA Ultisol

Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal mempunyai agregat yang kurang stabil dan permeabilitas rendah. Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Ciri Ultisol memiliki solum tanah agak tebal yaitu 90-180 cm dengan batas horizon yang datar. Kandungan bahan organik pada lapisan olah adalah kurang dari 9 % umumnya sekitar 5 %. Kandungan unsur hara seperti N, P, K dan Ca umumnya rendah dan pH sangat rendah 4 - 5,5 (Frisandi, 2009).

Menurut Munir (1996) bahwa untuk meningkatkan produktivitas Ultisol dapat dilakukan melalui pemberian beberapa bahan seperti : kapur, pupuk, bahan organik, penerapan teknik lorong, terasering, drainase dan pengolahan tanah. Peningkatan produktivitas lahan-lahan pertanian dan perbaikan kesehatan lahan dapat dilakukan melalui pengelolaan tanah secara terpadu baik aspek kimia, fisik dan biologi tanah, dimana pengelolaan dengan bahan organik tanah merupakan salah satu kegiatan yang utama.

(33)

yang menyebabkan Ultisol memiliki kejenuhan basa rendah. Selain itu, Ultisol juga memiliki kandungan Al-dd tinggi (Munir, 1996).

Untuk mengurangi kendala yang ada pada Ultisol adalah meningkatkan keberadaan bahan organik di dalam tanah. Karena bahan organik, disamping memasok zat organik juga dapat memperbaiki sifat struktur tanah, meningkatkan KTK dan produktivitas tanah (Ardjasa, 1994).

Bahan Organik

Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.

Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat pengatur tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin dan giberelin yang terbentuk melalui dekomposisi bahan organik (Brady, 1990).

Pupuk Kandang Ayam

Penggunaan pupuk kandang sudah banyak digunakan banyak orang dalam meningkatkan kandungan hara dalam tanah. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang memang dapat menambah tersedianya unsur hara bagi tanaman. Selain itu, pupuk kandang juga mempunyai pengaruh yang positif terhadap sifat fisis dan kimiawi tanah, mendorong perkembangan jasad renik (Sutedjo, 2002).

(34)

Peningkatan takaran pupuk kandang ayam diikuti oleh naiknya pH, kadar Ca-dd, C-Organik, N-Total, C/N, dan H-dd, serta turunnya kadar Al-dd dan Fe-dd yang semuanya bersifat positif terhadap perbaikan sifat kimiawi tanah.

Pupuk kotoran ayam broiler merupakan pupuk organik yang mempunyai kadar hara P yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya. Kadar hara ini tergantung jenis konsentrat yang diberikan. Selain itu pula kotoran ayam tersebut tercampur sisa-sisa makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang yang dapat menyumbangkan kandungan hara ke dalam pupuk kandang terhadap tanaman. Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan respons tanaman yang baik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta memiliki kadar hara yang cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang lainnya (Widowati et al., 2005).

Kotoran ayam juga merupakan salah satu pupuk organik yang mengandung kadar N yang tinggi dan kering. Kualitas kompos kotoran ayam lebih banyak ditentukan oleh pakan yang diberikan dan alas lantai kandang (litter) yang digunakan. Kualitas kotoran ayam petelur berbeda dengan ayam kampung. Selain itu jika kotoran ayam banyak tercampur dengan bulu atau dengan gabah alas lantai maka kualitasnya akan kurang bagus (Djaja, 2008)

Kompos Tithonia diversifolia

Tithonia diversifolia merupakan tanaman yang banyak tumbuh sebagai

semak di pinggir jalan, tebing, dan sekitar lahan pertanian. Tanaman ini telah menyebar hampir di seluruh dunia, dan sudah dimanfaatkan sebagai kompos oleh

(35)

Pupuk organik berupa kompos Tithonia diversifolia merupakan sejenis gulma yang dapat tumbuh di tanah-tanah terlantar, namun mengandung unsur hara yang tinggi terutama N, P, K yaitu 3.5 %, 0.38 % dan 4.1 % yang berfungsi untuk meningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd serta meningkatkan kandungan P, Ca dan Mg tanah (Hartatik, 2007).

Tithonia diversifolia segar terdiri dari 20 % bahan kering dan berisi

nitrogen 4,6 %. Daun Tithonia diversifolia berkonsentrasi fosfor luar biasa besar (0,27-0,38 % P). Konsentrasi tersebut lebih tinggi daripada tingkat yang

ditemukan pada tumbuhan polong kira-kira sebesar 0,15-0,20 % Fosfor (Wanjau et al., 2002).

Menurut Hartatik (2007) bahwa pemberian Tithonia diversifolia pada tanah Ultisol untuk mensubstitusi N dan K pupuk buatan untuk meningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd, serta meningkatkan kandungan hara P, Ca, dan Mg. Kompos Kulit Durian

Menurut data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatera Utara tahun 1998, produksi buah durian sebesar 48.892 ton dan cenderung meningkat

sepanjang tahun. Dari buah durian ini diperoleh kulit durian sebesar 62,4 % dan inilah yang akan menjadi limbah kota apabila tidak dimanfaatkan, sehingga dijadikan alternatif sebagai pupuk organik yang diharapkan berguna bagi tanaman, dan dapat memperbaiki sifat kimia tanah (Lahuddin, 1999).

(36)

peningkatan pH adalah terjadinya peningkatan ketersediaan P pada tanah tersebut. Penambahan kompos limbah kota seperti kompos kulit buah durian juga menyebabkan Al-dd menurun dengan jelas (Anas, 2000).

Tandan kosong Kelapa Sawit

Tandan kosong sawit berfungsi ganda yaitu selain menambah hara ke dalam tanah, juga meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Dengan meningkatnya bahan organik tanah maka struktur tanah semakin mantap dan kemampuan tanah menahan air bertambah baik, perbaikan sifat fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara (Deptan, 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PPKS, Pabrik Minyak Sawit menghasilkan limbah padat dan limbah cair memiliki potensi pemanfaatan sebagai pupuk organik bagi tanaman kelapa sawit. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan bahan organik yang mengandung ; 42,8 % C, 2,90 % K2O, 0,80 % N,

0,22 % P2O5, 0,30 % MgO dan unsur-unsur mikro antara lain 10 ppm B, 23 ppm

Cu dan 51 ppm Zn. Dalam setiap 1 ton Tandan Kosong sawit mengandung unsur hara yang setara dengan 3 Kg Urea, 0,6 kg RP, 12 kg MOP dan 2 kg kiserit (Humas, 2008).

(37)

mempunyai C/N yang sama dengan tanah ialah sekitar 10 – 12 oleh karena itu limbah sawit (cair dan padat) yang mempunyai nilai C/N tinggi harus diturunkan (IOPRI, 2002).

Dekomposisi tandan kosong kelapa sawit secara alami sangat lambat,

memerlukan waktu yang cukup lama yaitu antara 6 – 12 bulan. Menurut Khalid et al., (2000) kecepatan dekomposisi TKS di lapangan dipengaruhi oleh

iklim makro, iklim mikro, kualitas bahan dan aktivitas organisme pada areal tersebut. Secara rata-rata residu tanaman kelapa sawit di lapangan terdekomposisi selama 12 – 18 Bulan. Komponen bahan padat terbesar TKS terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam jumlah yang lebih kecil sehingga limbah TKS ini

disebut juga lignoselulosa. Menurut Syafwina et al (2002) dalam Hermiati et al ., (2010) kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin pada tandan

kosong kelapa sawit adalah 41,30 – 46,50 % selulosa, 25,30 – 33,80 % hemiselulosa dan 27,60 – 32,50 % lignin.

Reaksi Tanah (pH)

Dari data analisis tanah Ultisol dari berbagai wilayah di Indonesia,

menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH 4,1 – 4,8). Menurut Soemarno (2010), Kondisi pH tanah merupakan faktor

(38)

Konsentrasi kation hidrogen menentukan besarnya KTK tergantung-muatan (dependent charge) dan dengan demikian akan mempengaruhi aktivitas semua kation tukar. Kelarutan Fe-fosfat, Al-fosfat dan Ca- fosfat sangat tergantung pada pH, demikian juga kelarutan anion molibdat (MoO4) dan sulfat yang terjerap.

Anion molibdat dan sulfat yang terjerap, dan fosfat yang terikat Ca kelarutannya akan menurun kalau pH meningkat.

Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum matang (misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama proses dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan menurunnya pH tanah. Namun apabila diberikan pada tanah yang masam dengan kandungan Al tertukar tinggi, akan menyebabkan peningkatan pH tanah, karena asam-asam organik hasil dekomposisi akan mengikat Al membentuk senyawa komplek (khelat), sehingga Al-tidak terhidrolisis lagi. Dilaporkan bahwa penambahan bahan organik pada tanah masam, antara lain inseptisol, ultisol dan andisol mampu meningkatkan pH tanah dan mampu menurunkan Al tertukar tanah (Suntoro, 2001).

Fosfor dalam Tanah

Fosfor merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar (hara makro) jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen dan kalium, namun fosfor merupakan kunci kehidupan tanaman menyerap fosfor

(39)

(HPO42-). Kemungkinan P masih dapat diserap dalam bentuk lain, yaitu pirofosfat

dan metafosfat, selain itu dapat pula diserap dalam bentuk senyawa fosfat organik

yang larut dalam air misalnya asam nukleat dan phitin (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Kisaran pH untuk ketersediaan P tanah yang terbaik adalah antara 6,0-7,0. Dengan demikian dari segi pengaturan hara P bagi tanaman maka kisaran pH tanah diatas perlu dipertahankan. Walaupun demikian tanaman hanya sanggup menyerap 1/3 sampai 1/2 dari fosfat yang diberikan ke dalam tanah sebagai P yang diikat tanah serta adanya bentuk kelarutannya rendah (Lubis et al., 1986).

Pada tanah masam umumnya ketersediaan unsur Al,Fe dan Mn larut lebih besar sehingga ion ini cenderung mengikat ion fosfat. Reaksi kimia antara ion fosfat dengan Fe dan Al larut akan menghasilkan hidroksi fosfat. Dalam hal ini ion fosfat menggantikan kedudukan ion OH- dari koloid tanah atau mineral dengan reaksi sebagai berikut :

Al3+ + H2PO4- + H2O 2H+ + Al(OH)2H2PO4

Larut Tidak Larut

Pada kebanyakan tanah masam konsentrasi ion-ion Fe dan Al jauh melampaui konsentrasi ion H2PO4. Karena itu, reaksi di atas bergerak ke kanan membentuk

fosfat tidak dapat larut. Dengan demikian hanya tertinggal sejumlah kecil ion

H2PO4- yang segera tersedia bagi tanaman dalam keadaan tersebut

(Buckman dan Brady, 1982). Nitrogen dalam Tanah

(40)

pemupukan Urea. Fungsi nitrogen dalam tanah adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau. Gejala kekurangan N, tanaman tumbuh kecil atau kerdil, pertumbuhan akar terbatas dan daunnya kuning. Namun khusus untuk tanah yang masih asli, N total tanah lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang sudah digarap atau terbuka.

Nitrogen (N) merupakan salah satu hara makro yang menjadi pembatas utama produksi tanaman, baik di daerah tropis maupun di daerah-daerah beriklim sedang. Kekurangan N sering menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman. Aplikasi N biasanya memberi reaksi yang cepat. Hal ini terlihat pada peningkatan pertumbuhan tanaman. Bentuk N di dalam tanah berada dalam bentuk ammonium (NH4+ ), nitrat (NO3- ) dan senyawa organik. Kebanyakan N di tanah bersumber

dari bahan organik yang mengalami perubahan lambat oleh mikroba menjadi bentuk NH4 + , lalu mikroba lain mengubah NH4+ secara cepat menjadi NO3- .

Secara umum nitrogen yang langsung tersedia bagi tanaman diserap dalam bentuk NH4+ dan NO3- (Laegreid et al., 1999).

Total N tanah (organik utama) umumnya diukur setelah didigestasi menggunakan prosedur kjeldahl. Total bahan organik N (NH4+ , NO3- , dan NO2- ) biasanya dideterminasi dengan destilasi menggunakan ekstrak tanah 2 M KCl. Dan setelah didestilasi, N-NO3- bisa dideterminasi dengan sebuah prosedur asam

kromotropik (Tisdale et al.,1985) Kalium dalam Tanah

(41)

dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman.

(42)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia. Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan bahan organik yang sangat rendah sehingga memperlihatkan warna tanahnya berwarna merah kekuningan, reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa yang rendah, kadar Al yang tinggi, dan tingkat produktivitas yang rendah. Tekstur tanah ini adalah liat hingga liat berpasir, bulk density yang tinggi antara 1.3-1.5 g/cm3 (Hardjowigeno, 1993).

Tan (2010) menyebutkan bahwa permasalahan utama yang dihadapi pada Ultisol jika dijadikan lahan pertanian adalah keracunan aluminium (Al) dan besi (Fe) serta kekurangan hara terutama fosfor (P). Selain itu usaha pertanian di Ultisol akan menghadapi masalah utama yaitu pH tanah yang rendah yang menyebabkan kandungan Al, Fe dan Mn terlarut tinggi sehingga dapat meracuni tanaman dan memiliki kapasitas tukar kation rendah dan kandungan kation basa tanah (Na, K, Ca, Mg) rendah sampai sangat rendah.

(43)

rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penambahan bahan organik.

Menurut Suntoro (2003) Pengaruh penambahan bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap peningkatan kapasitas tukar kation, pH tanah, dan keharaan tanah (Nitrogen maupun Fosfor). Sumber bahan organik yang dapat digunakan dapat berasal dari sisa kotoran hewan (pupuk kandang), sisa tanaman, pupuk hijau, sampah kota, limbah industri, dan kompos.

Tithonia diversifolia merupakan tanaman yang banyak dijumpai di

sepanjang jalan maupun berada di dekat daerah kegiatan pertanian. Hasil penelitian Hakim et al (2008) menyebutkan bahwa kompos Tithonia diversifolia dapat mengurangi kebutuhan pupuk buatan sebanyak 50 % bagi

tanaman melon, tomat, cabai, jahe, jagung dan kedelai pada tanah Ultisol. Kompos Tithonia diversifolia mengandung 0,37 % P, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu sumber P bagi tanaman. Selain itu Tithonia diversifolia dapat menurunkan Al dan menaikkan pH tanah sehingga unsur hara fosfor dapat tersedia.

Tandan kosong kelapa sawit banyak dijumpai disekitar pabrik minyak kelapa sawit, merupakan limbah berlignin yang belum dimanfaatkan secara efektif dan optimal. Berdasarkan Hasil Penelitian Purnamayani (2014) menyatakan Kandungan C-organik yang tinggi dalam kompos tandan kosong kelapa sawit dapat memperbaiki sifat kimia, salah satunya yaitu kapasitas tukar kation.

(44)

pencemar lingkungan,sehingga dijadikan alternatif sebagai pupuk organik yang diharapkan berguna bagi tanaman, dan dapat memperbaiki sifat kimia tanah Penelitian Hutagaol (2003) menunjukan bahwa pemberian kompos kulit buah durian dengan dosis takaran 20 ton/ha berpengaruh sangat nyata untuk menetralkan sebagian efek meracun Al dalam larutan tanah dan juga meningkatkan KTK tanah serta pH tanah.

Penggunaan pupuk kandang sudah cukup lama mengindikasikan adanya keberhasilan program pemupukan dari pertanian yang berkelanjutan. Selain itu pupuk kandang ayam banyak ditemukan di daerah peternakan khususnya di Sumatera Utara. Hasil Penelitian Djafaruddin (1970) menyatakan Pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh dalam menurunkan Al-dd, hal ini disebabkan karena bahan organik dari pupuk kandang dapat menetralisir sumber kemasaman tanah.

Kegiatan yang juga penting dalam proses dekomposisi bahan organik yang dicampurkan kedalam tanah adalah Inkubasi tanah. Inkubasi tanah perlu diperhatikan lebih lanjut agar reaksi bahan organik dengan tanah dapat berlangsung secara sempurna. Hasil mineralisasi bahan organik terombak secara kimiawi berperan dalam menentukan Kapasitas Tukar Kation sehingga berperan penting terhadap ketersediaan hara tanah.

(45)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adanya pengaruh aplikasi berbagai bahan organik dan lama inkubasi terhadap perubahan beberapa sifat kimia pada tanah Ultisol

Hipotesis

1. Aplikasi bahan organik pada tanah Ultisol dapat meningkatkan pH tanah, C-organik, N-Total, K-dd, P-Total tanah Ultisol

2. Ada pengaruh lama inkubasi terhadap pH tanah, C-organik, N-Total, K-dd, dan P-Total tanah Ultisol.

3. Kombinasi bahan organik dan lama inkubasi berpengaruh terhadap pH tanah, C-organik, N-Total, K-dd, dan P-Total tanah Ultisol.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

(46)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa sumber

bahan organik dan masa inkubasi terhadap pH, C-organik, N-total, P-total dan K-dd pada tanah Ultisol. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor I : bahan organik (B) yaitu : B0 (tanpa bahan organik),

B1 (kompos paitan 10g/pot), B2 (kompos kulit durian 10g/pot), B3 (kompos

Tandan Kosong Kelapa Sawit/TKKS 10g/pot), B4 (pupuk kandang ayam 10g/pot),

B5 (kompos paitan 5g/pot + pukan ayam 5g/pot), (kompos kulit durian 5g/pot +

pukan ayam 5g/pot), B7 (kompos TKKS 5g/pot + pukan ayam 5g/pot) dan Faktor

II ialah lama inkubasi (I) yaitu : I1 (inkubasi tiga minggu) , I2 (inkubasi empat

minggu). Hasil penelitian menunjukkan pemberian beberapa sumber bahan

organik berpengaruh nyata dalam meningkatkan terhadap pH, C-organik, N-total, P-total dan K-dd tanah. Perlakuan masa inkubasi berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah. Interaksi antara beberapa sumber bahan organik dan masa inkubasi berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah. Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan kompos Tithonia dan pupuk kandang ayam dengan dosis 20 ton/ha.

(47)

ABSTRACT

The objective of this study is to determine the effect of some organic matter and incubation period on the pH, C-organic, total-P, total-N and K-exchange on Ultisol. This research conducted in Soil Physics Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. This study used completely randomized design which consist of two factors with three replications. Factor I: organic matter (B) ie : B0 (without organic matter), B1 (compost of paitan 10g/pot), B2

(compost of durian skin 10g/pot), B3 (Compost of Oil Palm Empty Fruit Bunch

10g/pot), B4 (chicken manure 10g/pot), B5 (compost of paitan 5g/pot + chicken

manure 5g/pot), (compost of durian skin 5g/pot + chicken manure 5g/pot), B7

(Compost of Oil Palm Empty Fruit Bunch 5g/pot + chicken manure 5g/pot) and factor II : the incubation period (I), ie : I1 (three weeks incubation), I2 (four weeks

incubation). The results showed that application of some organic matter and the incubation period significantly increased soil pH, C-organic, total-P, total-N and K-exchange. The incubation period significantly increased soil pH. The interaction between organic matter and incubation period significantly increased soil pH. The best treatment was the application compost of Tithonia and chicken manure with dose 20 tons/ha.

(48)

APLIKASI BERBAGAI BAHAN ORGANIK DAN LAMA

INKUBASI TERHADAP PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL

SKRIPSI

OLEH : PASNEL SIANTURI

120301180

AGROEKOTEKNOLOGI - ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(49)

APLIKASI BERBAGAI BAHAN ORGANIK DAN LAMA

INKUBASI TERHADAP PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL

SKRIPSI

OLEH : PASNEL SIANTURI

120301180

AGROEKOTEKNOLOGI - ILMU TANAH

Skripsi sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(50)

Judul Penelitian : Aplikasi Berbagai Bahan Organik dan Lama Inkubasi Terhadap Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Ultisol

Nama : Pasnel Sianturi

Nim : 120301180

Prodi : Agroekoteknologi Minat : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agroekoteknologi

( Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc. ) NIP. 19640620 199803 2 001 Ketua

NIP. 19571110 198601 1 003

Anggota

(51)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa sumber

bahan organik dan masa inkubasi terhadap pH, C-organik, N-total, P-total dan K-dd pada tanah Ultisol. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor I : bahan organik (B) yaitu : B0 (tanpa bahan organik),

B1 (kompos paitan 10g/pot), B2 (kompos kulit durian 10g/pot), B3 (kompos

Tandan Kosong Kelapa Sawit/TKKS 10g/pot), B4 (pupuk kandang ayam 10g/pot),

B5 (kompos paitan 5g/pot + pukan ayam 5g/pot), (kompos kulit durian 5g/pot +

pukan ayam 5g/pot), B7 (kompos TKKS 5g/pot + pukan ayam 5g/pot) dan Faktor

II ialah lama inkubasi (I) yaitu : I1 (inkubasi tiga minggu) , I2 (inkubasi empat

minggu). Hasil penelitian menunjukkan pemberian beberapa sumber bahan

organik berpengaruh nyata dalam meningkatkan terhadap pH, C-organik, N-total, P-total dan K-dd tanah. Perlakuan masa inkubasi berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah. Interaksi antara beberapa sumber bahan organik dan masa inkubasi berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah. Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan kompos Tithonia dan pupuk kandang ayam dengan dosis 20 ton/ha.

(52)

ABSTRACT

The objective of this study is to determine the effect of some organic matter and incubation period on the pH, C-organic, total-P, total-N and K-exchange on Ultisol. This research conducted in Soil Physics Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. This study used completely randomized design which consist of two factors with three replications. Factor I: organic matter (B) ie : B0 (without organic matter), B1 (compost of paitan 10g/pot), B2

(compost of durian skin 10g/pot), B3 (Compost of Oil Palm Empty Fruit Bunch

10g/pot), B4 (chicken manure 10g/pot), B5 (compost of paitan 5g/pot + chicken

manure 5g/pot), (compost of durian skin 5g/pot + chicken manure 5g/pot), B7

(Compost of Oil Palm Empty Fruit Bunch 5g/pot + chicken manure 5g/pot) and factor II : the incubation period (I), ie : I1 (three weeks incubation), I2 (four weeks

incubation). The results showed that application of some organic matter and the incubation period significantly increased soil pH, C-organic, total-P, total-N and K-exchange. The incubation period significantly increased soil pH. The interaction between organic matter and incubation period significantly increased soil pH. The best treatment was the application compost of Tithonia and chicken manure with dose 20 tons/ha.

(53)

RIWAYAT HIDUP

Pasnel Sianturi lahir di Jakarta pada tanggal 30 Maret 1994 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Januar Sianturi dan Siska Pangaribuan. Riwayat Pendidikan:

1. Tahun 2000 Sekolah Dasar di SD Negeri 060820 Medan dan lulus tahun 2006. 2.Tahun 2006 Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Medan dan lulus

tahun 2009.

3.Tahun 2009 Sekolah Menengah Umum di SMA Negeri 14 Medan dan lulus tahun 2012.

4.Tahun 2012 memasuki Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian dan memilih jurusan Ilmu Tanah melalui jalur Ujian Masuk Bersama-Regular (UMB-Regular)

Aktivitas Selama Pendidikan:

1.Tahun 2015 melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PT.Anglo Estern. 2. Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah ( IMILTA ) tahun 2015/2016.

(54)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah Aplikasi Berbagai Bahan Organik dan Lama Inkubasi Terhadap Perubahan Beberapa Sifat Kimia Pada Tanah Ultisol yang berfungsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Januar Sianturi dan ibunda Siska Pangaribuan yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Penulis juga mengucapkan

terima kasih khususnya kepada

selaku ketua dan anggota komisi pembimbing, dan seluruh pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2017

(55)

DAFTAR ISI Tempat dan Waktu Percobaan ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian... 15

PERLAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Contoh Tanah ... 17

Analisis Tanah Awal ... 17

Persiapan Media ... 17

Pembuatan kompos ... 17

Analisis Kompos ... 18

(56)

Pengambilan Sampel ... 19

Parameter pengamatan pH H2O ... 19

C-Organik ... 19

N-Total ... 19

K-Tukar ... 19

Kadar P-Total ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20

Pembahasan ... 30 KESIMPULAN DAN SARAN

(57)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Hal 1. Nilai rataan pH tanah akibat perlakuan kombinasi beberapa

bahan organik dan lama inkubasi ... 20 2. Nilai rataan pH tanah akibat perlakuan beberapa bahan organik ... 21 3. Nilai rataan pH tanah akibat perlakuan lama inkubasi ... 21 4. Nilai rataan C-organik tanah (%) akibat pemberian beberapa

bahan organik ... 23 5. Nilai rataan N-Total tanah (%) akibat pemberian beberapa

bahan organik ... 24 6. Nilai rataan P-Total tanah (%) akibat pemberian beberapa

bahan organik ... 26 7. Nilai rataan K- Tukar tanah (me/100 g) akibat pemberian

(58)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Hal

1. Grafik pengaruh kombinasi perlakuan bahan organik dan lama

inkubasi terhadap pH tanah Ultisol ... 22 2. Grafik pengaruh berbagai perlakuan berbagai bahan Organik

terhadap C-organik Tanah Ultisol ... 23 3. Grafik pengaruh berbagai perlakuan bahan Organik terhadap

N-Total tanah Ultisol ... 25 4. Grafik pengaruh berbagai perlakuan bahan Organik terhadap

P-Total tanah Ultisol ... 26 5. Grafik pengaruh berbagai perlakuan bahan Organik terhadap

(59)

DAFTAR LAMPIRAN

No Uraian Hal

1. Bagan penelitian ... 40

2. Data analisis awal tanah Ultisol ... 41

3. Hasil analisis awal bahan organik ... 41

4. Data pH tanah Ultisol ... 42

5. Data sidik ragam pH tanah Ultisol ... 42

6. Data C-organik tanah Ultisol ... 43

7. Data sidik ragam C-organik tanah Ultisol ... 43

8. Data N-Total tanah Ultisol ... 44

9. Data sidik ragam N-Total tanah Ultisol ... 44

10.Data P-Total tanah Ultisol ... 45

11.Data sidik ragam P-Total tanah Ultisol ... 45

12.Data K-tukar tanah Ultisol ... 46

13.Data sidik ragam K-Tukar tanah Ultisol ... 46

Gambar

Tabel 1.Nilai rataan pH tanah akibat perlakuan kombinasi beberapa bahan organik dan lama inkubasi
Tabel 2.Nilai rataan pH tanah akibat perlakuan beberapa bahan organik              Perlakuan                           Rataan
Gambar 1 menunjukkan bahwa peningkatan pH tertinggi terjadi pada
Tabel 4. Nilai rataan C-organik tanah (%) akibat pemberian beberapa bahan  organik                 Perlakuan Rataan
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

[r]

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Pembina Musrenbang Kecamatan di

Daftar nama panitia Kegiatan Soft Skills Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yosvakarta tahun

Perawatan dan Perbaikan Engine Management System dan Motor Listrik..

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Gabungan Kelompok