• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Beberapa Sumber Bahan Organik dan Masa Inkubasi Terhadap Beberapa Aspek Kimia Kesuburan Tanah Ultisol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Beberapa Sumber Bahan Organik dan Masa Inkubasi Terhadap Beberapa Aspek Kimia Kesuburan Tanah Ultisol"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Ultisol

Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada pada tanah Ultisol sehingga dapat menjadi yang siap dimanfaatkan untuk budidaya tanaman apabila iklimnya mendukung. Tanah Ultisol memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5 (Walhi, 2008).

Konsepsi pokok dari Ultisol adalah tanah-tanah berwarna merah kuning yang sudah mengalami proses hancuran iklim lanjut sehingga merupakan tanah berpanampang dalam sampai sangat dalam (>2m), menunjukkan adanya kenaikan liat dengan bertambahnya kedalaman yaitu terbentuknya horixon bawah akumulasi liat (disebut horizon B argilik), dengan reaksi agak masam sampai masam dengan kandungan basa-basa yang rendah. Dari data analisis tanah Ultisol dari berbagai wilayah di Indonesia menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH 4 - 4,8). Kandungan bahan organik lapisan atas yang tipis (8-12 cm), umumnya rendah sampai sedang. Rasio C/N tergolong rendah (5-10). Kandungan N, P, dan K yang bervariasi sangat rendah, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Jumlah basa-basa tukar rendah, kandungan K-dd hanya berkisar 0-0,1 me/100 (Subagyo, dkk., 2000).

(2)

mengatasinya, karena kondisi ekonomi dan pengetahuan yang umumnya lemah. Kendala utama yang dijumpai didalam kaitannya dengan pengembangan Ultisol untuk lahan pertanian terutama karena termasuk tanah yang mempunyai harkat keharaan yang rendah (Prahastuti, 2005).

Nilai kejenuhan Al yang tinggi terdapat pada tanah Ultisol dari bahan sedimen dan granit ( > 60% ). Kejenuhan Al berhubungan erat dengan pH tanah. Tanah Ultisol mempunyai reaksi agak masam sampai masam dengan kandungnan basa - basa rendah yang di ukur dengan kejenuhan basa pH 7 < 50% pada kedalaman 125 cm dibawah atas horizon argilik atau 180 cm dari permukaan tanah (USDA, 2010).

Potensial Hidrogen (pH)

Kemasaman tanah atau pH (potential of hydrogen) adalah nilai yang menggambarkan jumlah relatif ion H+ dalam larutan tanah. Larutan tanah disebut beraksi asam jika pH berada pada kisaran 0-6. Artinya, larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar daripada ion OH-. Sebaliknya, jika jumlah ion H+ dalam tanah lebih kecil daripada ion OH-, larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau memiliki pH 8-14. Jika jumlah ion H+ dalam larutan tanah sama dengan ion OH-, larutan tanah disebut bereaksinetral dengan pH 7. Semakin banyak kandungan ion H+ di dalam tanah, reaksi tanah akan semakin asam ( Novizan, 2007). Unsur Hara Fosfor

(3)

yaitu besi fosfat (FePO4), aluminium fosfat (AlPO4), kalsium fosfat (Ca3(PO4)2) dan reductant soluble. Bentuk FePO4 dan AlPO4 dominan ditemukan pada tanah masam (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Ion fosfat yang diperuntukkan bagi tanaman tingkat tinggi sebagian besar ditentukan pH tanah. Jika pH tinggi P yang mudah larut ialah dalam bentuk H2PO4-. Kalau pH menurun menjadi sedikit atau cukup asam , bentuk ion ialah HPO4- dan H2PO4-. Sedangkan jika keberadaan dalam bentuk sangat asam sebagian besar fosfor dalam bentuk H2PO4- . P organik terlebih dahulu mengalami mineralisasi agar bisa dimanfaatkan tanaman (Sarief,1984).

Pada tanah–tanah tropika umumnya mengalami intensitas pelapukan tinggi, bentuk–bentuk P–terfiksasi dapat terselubung (occluded) oleh oksida – oksida Fe dan Al membentuk P-terselubung yang kelarutannya sangat

rendah. Hal ini kemudian menyebabkan pada tanah – tanah tua ( seperti Oksisol dan Ultisol ) ketersediaan P menjadi sangat rendah, meskipun kadangkala total kandungan P-nya tinggi (Hanafiah, 2005).

Alumunium Dapat Dipertukarkan (Al-dd)

(4)

Bahan organik sangat berperan dalam memperbaiki sifat kimia dan juga dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Bahan organik juga sangat berperan dalam pembebasan P-fiksasi oleh senyawa Al dan Fe. Asam - asam organik yang dilepaskan mampu mengikat ion logam seperti Al dan ion Fe di dalam tanah, kemudian membentuk senyawa kompleks yang sukar larut. Senyawa - senyawa termasuk asam humat dan fulvat mampu membentuk kompleks dengan ion-ion logam (Tan,1991).

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah didefinisikan sebagai kemampuan suatu koloid tanah untuk mengadsorpsi kation dan mempertukarkannya. KTK biasanya dinyatakan dalam milliekuivalen per 100 gr. Pertukaran ini hanya terjadi jika larutan tanah berada dalam keadaan tidak seimbang dengan koloid tanah. Larutan tanah dan dan koloid tanah sangat jarang berada dalam keadaan seimbang antara satu dengan lainnya. Selalu saja terjadi perubahan yang disebabkan oleh tercucinya kation ke lapisan tanah yang lebih dalam akibat aliran air atau beberapa kation diserap oleh tanaman. Kapasitas Tukar Kation tanah yang rendah dapat ditingkatkan dengan bahan organik seperti kompos atau pupuk kandang. (Novizan, 2007).

Bahan Organik

(5)

bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat (Suryani, 2007).

Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan tanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor - faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N, P, K, dan S (Hanafiah, 2005).

Pupuk Kandang Ayam

Kotora ayam merupakan salah satu pupuk kandang yang sering digunakan oleh petani saat ini . secara keseluruhan kotoran ayam mengandung 55 % H2O, 1,00 % N, 0,80 % P2O5 dan 0,04 % K2O. pemberian pupuk kandang ini memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman, bahkan lebih baik dari pupuk kandang hewan besar ( Hasibuan, 2004 ).

(6)

dengan baris tanaman. Rekomendasi pupuk kandang yang digunakan 20 – 25 ton/Ha ( sutanto, 2002).

Kompos Tithonia Diversifolia

Tithonia diversifolia mampu menghasilkan biomassa dalam jumlah besar (275 ton bahan hijauan setara 55 ton berat kering per hektar), nisbah C/P kurang dari 200, daun - daun kering Tithonia diversifolia mempunyai kandungan N (3,15%), P (0,32 %), K (3,1 %), polifenol larut (2,9 %), lignin (9,8 %) serta menurunkan jerapan P oleh Al-Fe oksida dalam tanah (supriyadi, 2002).

Tithonia diversifolia merupakan sejenis gulma yang dapat tumbuh di sembarang tanah, namun menggandung unsur hara yang tinggi terutama N, P, K, yaitu 3,5% N ;0,38% P ; dan 4,1% K yang berfungsi untuk meningkatkan pH tanah, Menurunkan Al-dd serta meningkatkan kandungan P, Ca dan Mg tanah (Hartatik, 2007).

Menurut Hakim (2006), dari pelapukan bahan organik akan dihasilkan asam humat, asam vulvat, serta asam - asam organik lainnya. Asam - asam itu dapat mengikat logam seperti Al dan Fe, sehingga mengurangi kemasaman serta pengikatan P dan P akan lebih tersedia. Anion - anion organik seperti sitrat, asetat, tartrat dan oksalat yang dibentuk selama pelapukan bahan organik dapat membantu pelepasan P yang diikat oleh hidroksida - hidroksida Al, Fe, dan Ca dengan jalan bereaksi dengannya, membentuk senyawa kompleks.

(7)

Analisa laboratorium menunjukkan bahwa Tithonia segar terdiri dari 20% bahan kering dan mengandung nitrogen 4,6%. Konsentrasi fosfor di daun Tithonia sangat tinggi (0,27 - 0,38% P). Jumlah P di daun Tithonia lebih tinggi daripada tingkat yang ditemukan di tumbuhan polong yang biasanya digunakan di pertanian maupun pada hutan dan perkebunan, yang hanya sebesar 0,15 - 0,20% fosfor (Wanjau, dkk, 2002).

Kompos Kulit Durian

Kompos kulit durian memiliki asam asam organik yang mampu membentuk senyawa kompleks dengan ion – ion aluminium, sehingga aluminium ini sangat sukar bebas/aktif dalam memfiksasi fosfat. Reaksi yang sama

berkemungkinan dapat terjadi antara anion asam organik dengan kation asam ( H+ ) sehingga keasaman tanah semakin rendah akibat perlakuan kompos kulit

durian ( lahuddin, Sukirman dan Guchy, 2005).

Berdasarkan penelitian Hutagaol (2003) menunjukan bahwa pemberian kompos kulit buah durian dengan dosis takaran 20 ton/ha berpengaruh sangat nyata untuk menetralkan sebagian efek meracun Al dalam larutan tanah dan juga meningkatkan KTK tanah serta pH tanah.

(8)

Tabel 1. Karakteristik kulit durian segar

*:setelah menjadi kompos (Lahuddin, 1999) Tandan kosong Kelapa Sawit (TKKS)

TKKS sebagai salah satu limbah sawit semakin banyak dengan semakin meningkatnya perkebunan kelapa sawit. TKKS memiliki beberapa keunggulan memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. TKKS merupakan bahan organik yang mengandung unsur N, P, K dan Mg. Salah satu potensi TKKS yang cukup besar adalah sebagai bahan pembenah tanah dan sumber hara bagi tanaman. Potensi ini didasarkan pada materi TKKS yang merupakan bahan organik dengan kandungan hara yang cukup tinggi. Secara fisik tandan kosong kelapa sawit terdiri dari berbagai macam serat dengan komposisi antara lain sellulosa sekitar 45,95%; hemisellulosa sekitar 16,49% dan lignin sekitar 22.84%. Tandan kosong sawit mengandung 42,8 % C, 2,90 % K2O, 0,80 % N, 0,22 % P2O5, 0,30 % MgO dan unsur - unsur mikro antara lain 10 ppm B, 23 ppm Cu dan 51 ppm Zn (Yunindanova, 2009).

(9)

Gambar

Tabel 1. Karakteristik kulit durian segar

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Daftar nama panitia Kegiatan Soft Skills Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yosvakarta tahun

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Gabungan Kelompok

[r]

Teknologi Otomatisasi Alat Mesin Pengolahan Hasil Pertanian

bahwa untuk meningkatkan kinerja Tim Ria Kabupaten Bantul, maka Keputusan Bupati Bantul Nomor 127 Tahun 2008 tentang Pembentukan Tim regulatory Impact Assessment

Tim Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta, Mewujudkan Perlindungan Saksi dan Korban Dalam Sistem Peradilan Pidana Di.. Indonesia , LPSK.Gedung Perintis Kemerdekaan,

Program penelaahan dan penyusunan pengajuan akreditasi internasional dan peningkatan akreditasi internasional dengan kebijakan sesuai keadaan tiap fakultas (pentahapannya dapat