Hubungan Mst Lateks dengan Green Modulus 300%
700 800 900 1000 1100
G
DAFTAR PUSTAKA
Loganathan,K. S, (1998), . Rubber Engineering, Indian Rubber Institute. Mc Graw Hill Publishing, New Delhi.
Ompusunggu M, (1997), . Penanganan Bahan Baku Lateks dan Pengolahan SIR-3 CV dan SIR-3L, Pusat Penelitian Karet Sungai Putih, Medan. PT.Perkebunan Nusantara III.2008.Laporan Kerja Lapangan Pabrik Benang Karet.
Gunung Para .
Tim Penulis PS,(1993),. Karet : Strategi Pemasaran Tahun 2000,Budidaya dan Pengolahan, Cetakan Kedua, Penerbit Swadaya, Jakarta.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Alat di Laboratorium Kimia
- Plastick beaker (PB) MST - Neraca Analitis
- thermometer - Klaxon Stirer - Water Bath - Botol Aquadest - Cawan Petridish - Stopwatch
b. Alat di Laboratorium Fisika
- Cutting Apparatus/Alat Potong Benang - Alat Uji Dynamometer
- Loops Machine/Mesin Loops - Kertas Grafik
3.1.2 Bahan
- Lateks Pekat - Aquadest - Benang Karet
3. 2 Prosedur
3.2.1 Prosedur di Laboratorium Kimia
Penentuan MST Lateks Pekat
1. Timbang sampel lateks sebanyak Gram lateks pekat sampel = 55 x 100
%TSC
2. Tambahkan NH3 1,6% (untuk lateks pekat HA dan MA) atau NH3
3. Panaskan diatas water bath sambil diaduk sampai didapat temperature 36 – 37
0,6% (untuk lateks pekat LA ) sampai 100g.
o
4. Timbang dengan segera 80 ± 0,5 lateks pekat yang telah dipanaskan pada plastik beaker (PB) MST.
C.
5. Periksa temperature lateks pekat (dinginkan 35 ± 1o
6. Tempatkan PB MST pada posisinya dan stirrer sampel tersebut jika kecepatan telah konstan 14.000 rpm ± 200 rpm, dihidupkan stopwatch sampai titik akhir didapat.
C).
akan mendapat gumpalan – gumpalan kecil putih yang tidak pecah jika petridish digoyangkan, titik akhir dapat dilihat juga dengan menurunnya permukaan lateks pekat dan perubahan suara dari Stirring.
8. Untuk menghindari terjadinya kesalahan – kesalahan analisa dilakukan test akhir ini setuiap 15 detik, test ini dilakukan duplo. Jika perbedaan test pertama dan kedua 5% masih dapat diterima jika lebih besar 5% ulangi test. 9. Perhitungan
MST (second rata – rata) 10.Catat hasil test pada formulir.
3. 2. 2 Prosedur di Laboratorium Fisika
Penentuan Green Modulus 300%
1. Ambil benang karet dari sampel sebanyak ± 8 meter sesuai dengan standard loops yang diinginkan.
2. Ambil benang karet dari sampel sebanyak ± 8 meter sesuai dengan standard loops yang diinginkan
a. Diukur kecepatan motor Dynamometer dengan kecepatan 550mm/ menit
b. Dipasang kertas grafik pada posisi yang telah ditetapkan
c. Pasang pena rotring, pastikan pena rotring berfungsi baik.
5. Tutup pena rotring dan tekan tombol Up alat akan mati secara otomatis
6. Putar posisi kertas keatas keposisi semula (berlawanan jarum jam) untuk membaca hasil testing
7. Potong sampel sepanjang 98,23 cm dan hitung total section dengan cara :
Total section x jumlah loops (gulungan) Total section = 2x section x jumlah loops
8. Baca hasil testing dengan petunjuk modulus 300% yang telah ditetapkan
9. Hitung green modulus 300% dengan cara :
CA 300% = hasil pembacaan pada kertas grafik ska la 300 % total section
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pengamatan dari laboratorium kimia untuk analisa Waktu Kemantapan Mekanis (MST) lateks pekat dari %TSC pada tabel 4.1 di bawah ini :
Table 4.1 Hasil Pengamatan MST lateks pekat dari %TSC
No No
Table 4.2 Hasil Analisa Green Modulus 300%
No Compound Section Total Section Pembacaan grafik skala 300%
2631 0.362 8.688 2489
2712 0.357 8.568 2681
2725 0.348 8.352 2793
2821 0.351 8.424 2893
Hasil perhitungan analisa MST lateks dengan green modulus pada tabel 4.3, data metode least square pada tabel 4.4, dan data persamaan garis regresi pada tabel 4.5 di bawah ini :
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Analisa MST Lateks Dengan Green Modulus 300%
No No Compound MST lateks
(second)
Green Modulus 300% (�/���)
1. 2631 1085 286
2. 2712 960 313
3. 2725 780 334
Tabel 4.4 Data Metode Least Square
Tabel 4.5 Data persamaan garis regresi
No X (MST lateks) Y (Modulus 300%)
• Perhitungan Kadar TSC (%TSC) dalam persamaan di bawah ini (contoh pada LP (MA) st 01 pada tabel 4.1) sebagai berikut :
(%) TSC = (C−A
B−A) x 100% =
Berat kering
Dimana : A = Petridish kosong
B = Petridish + sampel basah
C = Petridish + sampel kering
- Storage LP(MA) st 01
1. berat lateks kering = 1.9158 g
berat lateks basah = 3.1107 g
petridish = 41.8544 g
(%) TSC = 1.9158 g
3.1107 g x 100% = 61.59 %
2. berat lateks kering = 2.1852 g
berat lateks basah = 3.5540 g
petridish = 38.9734 g
(%) TSC = 2.1852 g
3.5540 g x 100% = 61.48 %
Jadi (%) TSC dirata-ratakan = 61.59+61.48
2 = 61.53 %
• Penentuan waktu kemantapan mekanis (MST) lateks pekat dilakukan dengan menggunakan test duplo dengan persamaan di bawah ini (contoh pada LP (MA) st 01 pada tabel 4.1) sebagai berikut :
dimana : �� = waktu rata – rata (MST)
�� = waktu pertama
�� = waktu kedua
- Storage LP(MA) st 01
�� = 1085
�� = 1085
��= 1085 +1085
2 = 1085 Second
• Penentuan green modulus 300% dalam persamaan di bawah ini (contoh pada compound no.2631 pada tabel 4.2) sebagai berikut :
Modulus 300% = hasil pembacaan pada kertas grafik skala 300% total section
Total section = 2 x section x jumlah loops
Jumlah loops count 37 = 12 mm
- Compound no.2631
Hasil pembacaan grafik skala 300% = 286 g
Section = 0.362 mm
Modulus 300% = 2489 g 8.688 mm2
= 286 � ��⁄ 2
Metode least square
A. Penentuan Slope
Persamaan garis regresi
Y = ax + b
��= -0,15 (1085) + 451,99
= 289.24
��= -0,15 (960) + 451,99
= 307.99
��= -0,15 (780) + 451,99
= 334,99
��= -0,15 (720) + 451,99
4.3 Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Apabila waktu kemantapan mekanis tinggi, maka green modulus 300% akan rendah, sebaliknya apabila waktu kemantapan mekanis rendah, maka green modulusnya akan tinggi pula. Hubungan antara waktu kemantapan mekanis lateks dengan regangan tarik suatu benang karet adalah berbanding terbalik
5.2Saran
1. Sebaiknya prosedur penentuan MST lateks dilakukan lebih dari dua kali, dan pemeriksaan dalam penentuan MST lateks dilakukan dengan teliti agar didapat data yang lebih akurat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah karet
Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar – besaran,karet memiliki sejarah yang cukup panjang.Apalagi setelah ditemukan beberapa cara pengolahan dan pembuatan barang dari bahan baku karet, maka ikut berkembang pula industri yang mengolah getah karet yang berguna untuk kehidupan manusia.
Tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke benua Amerika yang dahulu di kenal sebagai “Benua Baru “. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah.Pohon itu hidup secara liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat.Orang-orang Amerika asli mengambil getah dari tanaman tersebut dengan menebangnya.Getah yang didapat kemudia dijadikan bola yang dapat dipantul-pantulkan.Bola ini di sukai penduduk asli sebagai alat permainan.Penduduk Indian Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dati getah tersebut.
Indian Aztec.Permainan ini selanjutnya menjadi permainan tenis seperti dikenal sekarang.
Para ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam bahan tersebut agar dapat digunakan untuk membuat alat yang bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari-hari.Dengan peralatan dan pengetahuan yang masih terbatas, ilmuwan pada zaman dahulu memisahkan karet menjadi tiga unsur.Unsur –unsur tersebut adalah “susu”, ”lilin”, serta “bahan yang ringan dan bening”. (Tim penulis PS. 1993).
2.2 Karet
karet keras. Ebonit dipakai untuk kotak aki mobil. Laju reaksi antara karet dan belerang dapat ditingkatkan dengan penambahan ‘pemercepat’ yang terdiri dari senyawa organik tertentu. (M. A. Cowd. 1991)
2.3 Pengolahan Lateks pekat
Lateks kebun umumnya mengandung kadar karet (KKK) antara 25 – 35%. Lateks ini belum dapat dipasarkan karena masih terlalu encer dan belum sesuai untuk digunakan sebagai bahan industri karet pada umumnya. Dengan demikian,lateks ini perlu dipekatkan terlebih dahulu hingga memiliki kadar karet kering 60% atau lebih. Lateks dengan KKK 60% dikenal dengan sebutan lateks pekat (concentrated latex). Proses pembuatan dan pemasaran lateks pekat ini telah sejak lama dikenal,sehingga produk jenis ini bukanlah merupakan hal yang baru.
2.3.1 Lateks Pusingan
Pada umumnya pengolahan lateks pekat dengan cara pemusingan ditujukan untuk memproduksi lateks pekat amonia tinggi (HA-centrifuge).Urutan pengolahannya adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan lateks kebun
Lateks dari kebun harus dijaga kebersihannya dengan selalu menggunakan peralatan yang bersih.Lateks diterima dalam bak penerimaan melalui saringan 80 mesh,diukur jumlahnya dan diaduk merata.Kemudian diambil contoh untuk menentukan KKK dan kadar VFA-nya.Ke dalam lateks ditambahkan 2 – 3 gram amoniak per liter lateks, kemudian diaduk. Apabila dikehendaki, sebelum dimasukkan ke dalam alat pusingan. lateks dapat dialirkan melalui pusingan pembersih (clarificator).
2. Pemusingan
Lateks dimasukkan ke dalam alat pusingan (centrifuge), lateks yang dialirkan ke dalam alat pusingan oleh daya centrifuge yang berputar dengan kecepatan 6000 – 7000 rpm, dipisahkan menjadi dua bagian yaitu lateks pekat dan serum.
Lateks pekat hasil pemusingan yang mengalir menuju tangki pencampur dibubuhi dengan bahan pemantap. Bahan ini umumnya berupa larutan 10 – 20 % ��4-laurat (sejenis sabun) dengan dosis 0,05%. Fungsi dari larutan ini adalah untuk
meningkatkan kemantapan lateks pekat hasil pusingan. Selanjutnya dalam tangki ditambah ��3 sehingga kadar ��3 dalam lateks menjadi 0,7% atau lebih.
3. Penyimpanan lateks pekat
Lateks pekat hasil pusingan meskipun telah ditambah dengan bahan pemantap,lateks itu masih belum siap dipasarkan.Lateks pekat itu perlu diperam/disimpan selama 2 minggu atau lebih. Pemeraman ini dimaksudkan agar bahan pemantap berfungsi efektif. Selama pemeramana perlu diaduk setiap hari unutk menjaga agar tidak terjadi pengendapan. Pengadukan dilakukan dengan pengaduk rpm rendah (30 – 60 rpm) dilakukan selama 15 – 30 menit.
Volume setiap tangki sebaiknya dapat menampung hasil olahan selama 3 atau 6 hari bila dilakukan sistem sadap 3 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar mutu lateks pekat dari tangki yang satu dengan yang lain akan sama.
4. Pengemasan
Secara ideal drum sebaiknya digunakan sekali pakai, tetapi harus jarang untuk dipakai berulang kali dengan resiko dapat menurunkan mutu lateks pekat yang dikemas.
Pada prinsipnya pengemasan lateks pekat harus dilakukan dalam wadah yang sesuai, bersih, kering, dan tertutup rapat, disamping tersimpan dalam tempat yang sejuk demi untuk menjaga mutu lateks tidak cepat menurun.
2.3.2 Lateks Dadih
Metode pemekatan lateks ini menggunkaan bantuan bahan kimia yang berperan sebagai bahan pendadih. Jadi, berbeda dengan cara pusingan yang menggunakan alat mekanis. Urutan pengolahan lateks dadih adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan lateks
Lateks diterima dalam tangki – tangki melalui saringan. Untuk dapat diolah menjadi lateks pekat yang baik ,sangat diperlukan bahan lateks kebun yang baik. Lateks ini harus telah diawetkan dengan bahan pengawet sedini mungkin yaitu dengan menambahkan ��3 dengan kadar ≥ 0,7%. Di samping itu, untuk mendapatkan hasil pendadihan yang baik sesuai dengan mutu standar, diperlukan bahan lateks kebun dengan KKK ≥ 30%.
2. Pendadihan
alat pengaduk yang berputar denagn kecepatan antara 200 – 400 rpm selama 20 – 60 menit.
Setelah diaduk merata didiamkan selama beberapa waktu ( 3 – 4 minggu) untuk memberi kesempatan partikel – partikel karet terkumpul pada bagian atas dan skim di bagian bawah. Skim dari bagian bawah dikeluarkan untuk dialirkan ke dalam bak pengumpul skim. Proses pendadihan yang baik akan menghasilkan skim berkadar karet antara 3 – 5%.
3. Penyimpanan dan pengemasan
Penyimpanan dan pengemasan lateks dadih sama seperti yang dilakukan pada lateks pusingan. Skim sebagai limbah pengolahan lateks pekat biasanya diolah tersendiri dan dijual dalam bentuk bekuan basah atau dalam bentuk krep. Krep skim ini termasuk gumpalan mutu rendah yang dapat diolah menjadi karet remah.
Selain kedua cara pengentalan seperti yang telah diuraikan di atas,masih dikenal satu cara lagi yaitu melalui proses penguapan. Pada dasarnya cara pengentalan dengan penguapan adalah menguapkan air yang ada pada lateks. Sebagai bahan pemantap dan pengawet digunakan sabun kalium dan basa KOH.
2.4.Industri Benang Karet dan Limbahnya
PT.Perkebunan Nusantara III (GUNUNG PARA) merupakan industri yang mengelola bahan baku karet (lateks) menjadi produk jadi.Pabrik ini mempunyai 3 (tiga) pabrik pengolahan,yaitu :
• Rubber Article Factory (RAF)
• Dipping Process Factory (DPF)
• Rubber Thread Factory(RTF)
Pabrik – pabrik ini mempunyai sistem pengolahan yang berbeda. Bahan baku yang di gunakan DPF dan RTF adalah bahan baku lateks, sedangkan RAF menggunakan bahan baku padat (karet yang telah kering).
Produk – produk yang di hasilkan ketiga pabrik tersebut adalah :
1. RAF menghasilkan artikel karet, pita karet, rubber cownmats, dock fender dan conveyer belt
2. DPF menghasilkan sarung tangan karet
3. RTF menghasilkan benang karet
Bahan baku untuk pembuatan benang karet pada PT.Perkebunan Nusantara III (Gunung Para) adalah lateks DRC 60% (lateks pekat hasil pemusingan ) yang berasal dari Pusat Pengolahan Karet (PPK) PT.Perkebunan Nusantara III di kebun Rambutan dan Membang Muda.
Factory (RTF) adalah medium amoniak yang kadarnya 0,40 – 0,54%, sebagai bahan pemantap di tambah larutan amonium laurat 20% dosis 4 – 5 ml/L. Lateks pekat inilah yang dipakai sebagai bahan baku dalam pembuatan benang karet.
Proses pembuatan karet menjadi benang karet dengan cara lateks pekat yang masuk di periksa di laboratorium kimia dan di uji kemudian lateksnya di simpan di tempat penyimpanan lateks yang tersedia .Disamping itu bahan – bahan kimia yang akan di gunakan diperiksa dan di uji di laboratorium kimia. Lalu di simpan di tempat yang tersedia lalu di timbang. Bahan kimia tersebut di proses menjadi pengemulsi kemudian di masukkan ke dalam storage masing-masing,setelah itu di timbang sesuai dengan formulasi yang di tentukan.kedua bahan tersebut di campur di tangki inactive membentuk compound. Active compound tersebut di maturasi untuk proses pematangan lalu di homogenkan dengan mixer. Setelah homogen, compound di periksa dan didinginkan ke dalam cooling storage tank pada temperatur tertentu. Setelah pendingin active compound di periksa kemudian di lewatkan ke dalam feeding sistem yang berfungsi sebagai penyimpanan sementara agar buih dan kotoran yang ada dapat hilang. Compound active tersebut di alirkan ke dalam header dan di teruskan melalui capillary dalam acid bath yang berfungsi untuk menggumpalkan agar berbentuk benang. Kemudian di bilas dengan menggunakan air panas pada suhu 60-70
2.5 Parameter dan Standart Mutu
Dewasa ini permintaan konsumen terhadap mutu lateks pekat jauh lebih baik dari persyaratan mutu yang ditetapkan ASTM (American Society for Testing and Material) D.1076, seperti kadar ��3 yang diisyaratkan oleh ATM D.1076 adalah maksimum 1.0%,tetapi saat ini konsumen hanya menghendaki dan hanya mau membeli lateks pekat yang mempunyai kadar ��3 maksimum 0.280% untuk lateks pekat jenis amonia rendah serta 0. 750% untuk lateks pekat jenis amonia tinggi (HA). Juga demikian halnya dengan parameter waktu uji kemantapan mekanis (MST = Mechanical Stability Time ), menurut ASTM D.1076 nilai MST adalah 650 detik,tetapi konsumen menghendaki lateks pekat yang mempunyai kemantapan mekanis sekitar 1000 sampai 1200 detik. Oleh sebab itu para produsen lateks harus dapat mengikuti perkembangan mutu yang diinginkan konsumen agar dapat bersaing merebut pasaran secara luas.
Beberapa definisi dari parameter lateks pekat yaitu :
a) Kadar karet kering (Dry Rubber Content/DRC)
Kadar karet kering adalah menunjukkan banyaknya kadar karet kering yang terdapat di dalam lateks yang digumpalkan dengan asam,digiling dan kemudian dikeringkan pada suhu 70 C selama 16 jam atau pada suhu 100 C selama 2 jam.
b) Jumlah padatan total (Total Solid Content/TSC)
c) Kadar ��3
Kadar amoniak adalah jumlah amoniak yang terdapat dalam lateks. d) Uji waktu kemantapan mekanis (Mechanical Stability Time/MST)
Waktu kemantapan mekanis adalah waktu (detik) yang dibutuhkan untuk memulai menunjukkan koagulasi bila dipusingkan dengan kecepatan 14000 rpm. Nilai kemantapan mekanis tersebut menunjukkan mudah tidaknya lateks pekat tersebut mengalami penggumpalan selama proses penyimpanan.
e) Bilangan asam lemak mudah menguap (Volatyle Fatty Acid/VFA)
Bilangan asam lemak yang mudah menguap adalah jumlah asam lemak yang mudah menguap berantai pendek yang terdapat dalam lateks pekat yang mengandung 100 gram padatan total. Bilangan VFA menunjukkan tingkat kebusukan lateks pekat. Semakin tinggi bilangan VFA akan semakin buruk kualitas lateks pekat tersebut.
f) Bilangan KOH (KOH Number)
Jumlah gram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak dalam lateks pekat yang mengandung 100 gram padatan total.
(M. Ompusunggu,1997).
2.6 Pengujian sifat mekanisme karet
praktis, kekuatan tarik diartikan sebagai besarnya beban maksimum (�����) yang dibutuhkan untuk memutuskan spesimen bahan,dibagi dengan luas penampang bahan.
Karena selama di bwah pengaruh tegangan,spesimen mengalami perubahan bentuk (deformasi) maka definisi kekuatan tarik dinyatakan dengan luas penampang semula (��).
�� = ����� / ��
Selama deformasi , dapat diasumsikan bahwa volume spesimen tidak berubah, sehingga perbandingan luas penampang semula dengan penampang setiap saat, ��/A = 1/1�, dengan 1 dan 1� masing - masing adalah panjang spesimen setiap saat dan semula. Bila didefinisikan besaran kemuluran (�) sebagai nisbah pertambahan panjang terhadap panjang spesimen semula (�= ∆1/1�), maka diperoleh hubungan,
A = ��/ (1 + �)
Hasil pengamatan sifat kekuatan tarik ini dinyatakan dalam bentuk kurva tegangan, yakni nisbah beban dengan luas penampang adalah F/A, terhadap perpanjangan bahan (regangan), yang di sebut kurva tegangan-tegangan. Bentuk kurva tegangan-tegangan ini merupakan karakteristik yang menunjukan indikasi sifat mekanis bahan yang lunak, keras, kuat, lemah, rapuh atau liat.
mencapai titik elastis ini maisng-masing disebut tegangan yield dan kemuluran pada yield.
Sifat mekanis yang lain adalah kekuatan bentur yang didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk memecah spesimen. Ada dua cara umum untuk mengukur kekuatan bentur . Dalam cara pertama,spesimen ditempatkan pada suatu “pemegang” dengan salah satu ujungnya vertikal di atas pemegang.
Suatu pendulum dengan bobot dan sudut tertentu diayunkan pada spesimen sampai terjadi patahan. Cara kedua menggunakan beban,yang berupa bola atau batang logam, yang dijatuhkan pada spesimen dari ketinggian tertentu. Kekuatan bentur dihitung dari energi benda jatuh yang digunakan untuk memcahkan spesimen sampai setengah bagian (B. Wirjosentono,1995).
2.7 Modulus
Untuk suatu tegangan yang sederhana, tegangan tarik adalah sebanding dengan tegangan putus, yaitu :
tegangan putus = tegangan tarik x konstanta
konstanta E, dikenal sebagai modulus young. Ia mempunyai satuan yang sama seperti tegangan, yaitu ��−2.
E = �=�������� �����
�= �������� �����
control kualitas rutin. Bahan pengujian dipusatkan pada suatu kenaikkan tegangan putus dan menghasilkan perubahan pada panjang yang diplotkan sebagai suatu tensilgram.
ABSTRAK
ABSTRACT
PENENTUAN REGANGAN TARIK(GREEN MODULUS)300% BENANG KARET TERHADAP PENGARUH WAKTU KEMANTAPAN
MEKANIS(MST) LATEKS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III
TUGAS AKHIR
MITRA HARI SYAHPUTRA 112401024
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN REGANGAN TARIK(GREEN MODULUS) 300% BENANG KARET TERHADAP PENGARUH WAKTU KEMANTAPAN
MEKANIS(MST) LATEKS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
MITRA HARI SYAHPUTRA 112401024
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul :PENENTUAN REGANGAN TARIK(GREEN
MODULUS)300% BENANG KARET TERHADAP PENGARUH WAKTU KEMANTAPAN MEKANIS (MST) LATEKS PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : MITRA HARI SYAHPUTRA
Nomor Induk Mahasiswa : 112401024
Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui,di Medan,
Program Studi D3 Kimia
Ketua, Dosen Pembimbing
Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si.
NIP : 195512181987012001 NIP. 196007041989031003 (Prof. Dr. Thamrin, M.Sc)
Disetujui/Diketahui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
PENENTUAN REGANGAN TARIK ( GREEN MODULUS)300% BENANG KARET TERHADAP WAKTU KEMANTAPAN MEKANIS (MST) LATEKS
DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan,
PENGHARGAAN
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur yang tak terhingga penulis ucapkan dengan segala kerendahan hati dan diri kepada Allah SWT, Sang khaliq yang senantiasa mencurahkan segala nikmat Iman, Islam dan Ihsan, serta shalawat dan salam kepada Nabi Allah sebagai patron insan terbaik ; Rasulullah Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini sebagai salah syarat untuk meraih gelar Ahli Madya (AMD) pada program studi Kimia Industri Diploma III di Fakultas Matematika Dan Ilmu pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara. Keberhasilan dari penulis karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dan telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada ;
1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Almarhum Untung Kusnadi dan Ibunda Trisna Wati tercinta, yang selama ini tak henti-hentinya memberikan dorongan dan doa serta bantuan moril maupun materil. Kepada Bapak Saharuddin Nasution, Ibu Nurzaidah Siregar, Abangda Rahmad Heri Santoso, Selamet Hari Yono, Kakanda Sugiarti, dan Kekasih Tersayang Nur Aini Nasution, yang selalu memberikan perhatian, semangat dan mendo’akan yang terbaik untuk penulis serta memberi motivasi dan inspirasi, tanpa mereka penulis bukanlah apa-apa.
2. Ibu Dr.Rumondang Bulan.MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 3. Ibu Dra Emma Zaidar Nst,M.Si selaku ketua Program studi Diploma III
Deparmtemen Kimia di FMIPA USU
4. Bapak Prof. Dr. Thamrin. M.Sc . selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya kepada penulis dalam menyusun Karya Ilmiah ini.
5. Staf dan dosen pengajar Kimia Industri FMIPA USU
7. Semua teman-teman Mahasiswa Kimia Industri
Hanya do’a yang dapat penulis sampaikan kepada Allah SWT. Mudah-mudahan kebaikan yang diterima penulis dari semua pihak yang telah membantu, kiranya Allah SWT membalas kebaikan tersebut. Penulis dengan segala kemampuan berusaha menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membaca.
ABSTRAK
ABSTRACT