• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Tingkat Religiusitas dengan perilaku seksual pada remaja siwa SMA Adi Luhur Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Tingkat Religiusitas dengan perilaku seksual pada remaja siwa SMA Adi Luhur Jakarta Timur"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

NURHAYATI

N1!vl:102070025973

llitt•riina

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana psikologi

r--··---·-·· -·-·

·-·---·-···-···--···--1

I I.

I -. - \

FAKULT AS PSIKOLOGJ'.__ __________

lセMMMMMMMMイᄋLセMᄋMェ@

UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Pemb· bing I

セセ@

rs. S. Sulistiyono, M.Si __ NIP. 131472258

Oleh:

NURHAYATI

NIM : 101.070025973

Di Bawah Bimbingan

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAY ATULLAH

JAKARTA

(3)

DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA SMA ADI LUHUR JAKARTA TIMUR telah diujikan dalarn sidang rnunaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 Mei 2008. Skripsi ini telah diterirna sebagai salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar Sarjana Psikologi

Jakarta, 29 Mei 2008

Hartati M.Si 938

Pernbi bing I

:...---0 .

S. Sulistiyono, M.Si Nip. 131472258

Sidang Munaqasyah

Sekretaris Merangkap Anggota

Ora. Zahi i:avah. M.Si

Nip. 1502387 .

Anggota:

Penguji II

..

(

(4)

セ@

)

j_ャゥヲ。Oゥセヲイャ[@

/ie':firman.

u

::il'en:ftf!HI

tiaaf0'.1e1:!P

ttari

tityJ-tityJ ,,jokn:Jan <ilantara mere/Za lieliertyJ« oran,,j u11tu£

memperaalam pen:Jetaliuan mere/Za te11tan,,j

セセ。ュ。@

<fan u11tu/Z

memlieri perbt,,jatan lftpaaa £aum11ya tyJ«lilfa mere/Za tefa/i

/iftm!iali

lftpaaanya, .FUJ'ayamere/Zaitu

\ヲエケjエイエュ・QQェセ。、ャイゥN@

"

Oran" yans lie11ms salliu11ya aaalali orm'!Y yans tiaa£

memifi# ta/il,r terlia<ftyJ J?lifa/i.

セ。。エ@

:?lffa/i mefimpali/Zan

pe11,,jetaliuan-

セ。L@

ia dtyJ me11yamliut11ya.

Thaup itu u11tu£1ieruliali. £esempur11aanj•un lianyaa<f/1at

terai/i ji/Za serin,,j mela/Zu/Zan perulia/ian.

karya sederliana

inf

dfpersem.balikan

teruntuk:

Ylyaliandiz Wm)

Ifiundil,, Serta

XakaE,..71£lt.€ dizn

(5)

D. "Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja Siswa SMA Adi Luhur Jakarta Timur".

E. Viii+

80

F. Masa Remaja merupakan masa transisi, masa terjadinya perubahan struktur dan fungsi fisiologis ( kematangan organ-organ seksual). Didalam tubuh remaja sudah berkembang hormon-hormon seks yang membuat tubuh penuh gejolak dan penuh rasa keingintahuan yang besar termasuk keingintahuan tentang seks.

Zakiah Drajat menjelaskan bahwa suatu keyakinan ケ。ョAセ@ mencemaskan belakangan ini ialah keberanian sementara remaja mels1kukan

pelanggaran susila, bahkan diantara mereka ada yang berpendapat bahwa hubungan antara wanita dan pria tak perlu dibatasi dan dikontrol oleh orimg tua.

Remaja yang dengan mudah melakukan pelanggaran susila adalah remaja yang kurang akan pengetahuan agama, norma-norma agama tidak dijalankan dengan baik, kurang mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, serta rasa keagamaan akan memberikan pengaruh dalam meredam dorongan-dorongan dari perilaku seksual yang menyimpang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan perilaku seksual pada remaja siswa SMA Adi Luhur Jakarta Timur.

Sampel dalam penelitian ini diambil dari sebagian populasi yang tEilah ditentukan yaitu sebagian siswa SMA Adi Luhur Jakarta Timur kelas X, XI.XII, sebanyak

100

siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mef:ode korelasional yang lebih pada pengujian hubungan antara dua カ。イゥ。「QセNi@ atau lebih variabel daripada menguji pengaruh suatu intervensi atau perlakuan. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa kuantitatif, yakni jenis analisis yang berupa metode statistik, yang hasilnya disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dalam suatu uraian. Diskusi dari hasil penelitian yang peneliti lakukan pada siswa SMA Adi Luhur Jakarta Timur membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan perilaku ウ・セZウオ。ャN@ Hal ini disebabkan karena hasil perhitungan dengan menggum3kan analisis Product Moment Pearson diperoleh hasil nilai korelasi (ir-hitung) sebesar 0,

175

lebih kecil dari (r-tabel) sebesar 0,

195.

(6)

Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWf yang telah memberikan hidayah serta nikmatnya kepada penulis, sehingga penulis marnpu menyelesaikan skripsi ini dengan penuh rasa syukur. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW , beserta keluarga dan para sahabatnya.

l\lhamdulillah, yang tak henti-hentinya penulis haturkan kepadet Allah SWT, karena penulisan skripsi yang telah dibuat dengan memakan waktu yang cukup lama akhirnya dapat terselesaikan juga.

Dalam menyusun skripsi ini tidak sedikit hambatan, rintangan c1an tantangan yang penulis temui, tetapi dibalik itu kesuksesan dalam menywmn skripsi ini tidak lepas dari peranan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga semua hambatan, rintangan dan tantangan tersebut dapat penulis atasi dengan baik.

(7)

2. Pembantu Oekan Bidang Akademik, lbu Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si. 3. Bapak Ors. S. Sulistiyono, M.Si, selaku pembimbing I, dan lbu Ora.Diana

Mutiah, M.Si, selaku pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan saran serta bimbingan k•epada penulis. 4. Bapak dan lbu dosen yang telah banyak rnernberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada penulis selarna menuntut ilrnu diFakultasPsikologi. 5. Bapak Ors.Abdurrahman Saleh, M.Si, selaku pernbimbing akadernik. 6. Perpustakaan Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UI, dan

perpustakaan Nyi Ageng Serang Kuningan yang telah banyak rnembantu secara Fasilitas dan prasarana sehingga ーQセョオャゥウ@ dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Orang tua kami tercinta, ayahanda H. Moch Sani (alrn;1 dan lbunda HJ. Asnayah yang telah memberikan motivasi, serta mendlidik dengan penuh rasa kasih sayang dan curahan doa yang tak h1mti-hentinya kepada penulis sehingga dapat rnenyelesaikan skripsi ini.

8. Kakak, adik yang telah banyak membantu dan rnemberikan semangat kepada Penulis dalarn penulis skripsi ini sehingga dapat terselesaikan juga walaupun cukup rnemakan waktu lama.

9. Keponakanku Alam, Safira, Fakhitah, Afran, dan Oanu yang tercinta.

10. Terima kasih penulis sampaikan juga kepada teman-ternan tercinta angkatan 2002 yang turut rnernbantu, memotivasi penulisan skripsi ini.

11.

Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada teman dekatku : Lora, Lala, Rita, Tuti, Najat, Dikin, Aflf, Haris serta teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dalam penyelesaian skripsi ini
(8)

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat serta dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

Jakarta, April 2008

(9)

1. Blue print skala tingkat Religiusitas ... .49-50

2. Skor skala tingkat Religiusitas ... 51

3. Blue print skala perilaku seksual ... 52

4. Skor skala perilaku seksual . . . 53

5. Blue print tingkat Religiusitas dan perilaku seksual . . . .. 57

pasca try out

6. Latar belakang Responden berdasarkan kelas . . . .. . . 61

7. Latar belakang Responden berdasarkan usia ... 62

8. Latar belakang Responden berdasarkan Jenis kelamin . . . .. 62

9. Deskripsi statistik perolehan

dan

teoritik ... 63

skor skala tingkat Religiusitas dan skala perilaku seksual

I O.Tabel Interpretasi skor tingkat Religiusitas ... 64

11.Kategori subyek dalam perolehan skor tingkat Religiusitas ... 64

12. Tabel Interpretasi skor perilaku seksual ... 65

[image:9.595.33.442.150.520.2]
(10)

-lalaman Persetujuan ii

-lalaman Pengesahan iii

\/lotto iv

l\bstraksi v

Kata Pengantar vi

Ucapan Terima Kasih vi-vii

Daftar lsi viii-x

Daftar Tabel xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1- 9

1.1. Latar Belakang Masalah .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . 1-5 1.2. ldentifikasi Masalah... .... .. .. .. .. .. .. .. .... .. .. .. .. .. .. 5-6 1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... ... ... 6-7

1.3.1. Pembatasan Masalah . . . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. . 6 1.3.2. Perumusan Masalah .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. .. . 7 1.4. Tujuan dan Manfaat .. . .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. 7-8

1.4.1. Tujuan penelitian... .... .. .... .. .. .... ... .... .. .. .. . .. ... .. .... 7 1.4.2. Manfaat Penelitian .. .. . .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. . .. . .. .. .. . .. 7-8 1.5. Sistematika penulisan .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. ... .. .. . .. . .. .... .. .. .. .. . 8-9

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 10-50

2. 1. Perilaku Seksual... .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. . 10 2.1.1. Pengertian Perilaku Seksual... ... 10-12 2.1.2. Macam-Macam Perilaku Seksual. ... 1215

(11)

2.2.4. Perubahan Tubuh Selama Masa Remaja ... 27-29 2.2.5. Kebutuhan - kebutuhan Remaja ... 29-30 2.2.6. Pengertian Masa Pubertas ... 30-31 2.2.7. Bahaya - Bahaya kematangan Seksual ... 31-32

Pada Masa Pubertas

2.2.8. Perkembangan Seksualitas Pada Masa Rernaja ... 33-35 2.2.9. Pacaran Dalam Kaea Mata Islam ... 35-37 2.3. Religiusitas . . . . .. . . .. . . . .. . .. . . .. . .. . .. . . .. . . .. . .. . . .. 37

2.3.1. Pengertian Religiusitas ... 37-38 2.3.2. Dimensi- Dimensi Religiusitas ... 38-41

2.3.3. Sumber-Sumber Munculnya Sikap Religiusitas ... 41-42 2.3.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Religiusitas ... 42- 46 2.4. kerangka Berfikir ... 47-50 2.5. Hipotesis ... 50

BAB 3 METODOLOGI PENDIDIKAN

3.1. Jenis Penelitian ... 51 3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian... .. . .. . . .. . .. .. . . .. ... 51 3.1.2. Definisi Operasional Variabel ... 51 3.2. Populasi .. . . . . . . . . .. . . . . .. . 52 3.2.1. Sampel . . . .. 52 3.2.2. Tehnik Pengambilan Sampel ... 52-53 3.3. Pengumpulan Data . . . 54

3.3.1. Skala Religiusitas ... ... ... ... ... ... . 54-57 3.3.2. Skala Perilaku Seksual ... ... ... 57-60 3.3.3. Tehnik Uji lnstrumen Penelitian .. . . .. . . .. 60

(12)

3.5. Prosedur Penelitian ... .... .. .. .. .. .... .. ... ... .. .... .... .. .. 66 -67

BAB 4 l:>RESENTASI DAN ANALISA DATA 68-74

4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. 68-69 4.2. Presentasi Data .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .... .... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .... 69

4.2.1. Deskripsi Statistik ... 69-72 4.2.2. Uji Persyaratan .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . 72

4.2.2.1. Uji Normalitas .. .. .. . . .. .. .. .. .. .. .. .. .... .. .. . .... 73 4.2.2.2. Uji Homogenitas .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . ... .... .. ... 73 4.2.2.3. Uji Hipotesis .... .. .... .. ... ... ... ... ... 74

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

(13)

1.1. Latar Belakang Masalah

Perilaku pergaulan siswa ibukota semakin hari semakin mengkawatirkan saja, pola pergaulan yang semakin permisif dengan gaya 11idup bebas model remaja masa kini. Pada dasarnya masa remaja merupakan masa transisi, masa terjadinya perubahan baik fisik, emosional • dan sosial.

(14)

Faktor dari luar seperti, merebaknya VCD-VCD, bacaan-bacaan porno, gambar-gambar porno ditelepon seluler dengan adegan b1:irhubungan intim yang semakin marak ditayangkan ditelevisi, yang pelakunya itu sendiri adalah kebanyakan para remaja yang masih duduk 、ゥ「。ョセエォオ@ sekolah.

Selain itu maraknya warung-warung internet semakin memudahkan untuk mengakses situs-situs porno, serta memudarnya norma-norma agama dimasyarakat dan kurangnya pengawasan atau pengontrol dari orang tua dalam pergaulan, serta kurang ditanamkan ajaran-ajaran atau pengetahuan agama sejak dini. Hal inilah yang menjadi pemicu timbulnya berbagai perilaku seksual yang pada akhirnya berlanjut kedalam hubungan seksual, yang akan berakibat terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti adanya kasus kehamilan diluar nikah, serta meningkatnya kasus aborsi diusia remaja.

(15)

Hasil penelitian RSCM dan UI, dalam sehari sekitar 100 kasus aborsi

dilakukan oleh remaja diseluruh Indonesia. Artinya, dalam setahun

diperkirakan ada 36 ribu janin yang dibunuh. (Poskota, 8 September 2007).

Penulis sendiri pernah mengamati fenomena yang ada dilingkungan

masyarakat seperti berpegangan tangan didepan umum, rnengendarai motor

sambil berpelukan atau memegang kedua paha atau ーゥョュセ。ョァL@ berjalan

sambil memegang pinggang atau tanggan dan merangku1 bahu. Hal tersebut

kerap kali dilakukan oleh sebagian remaja sebagai hal yang lumrah.

Menurut penelitian dari pusat kesehatan masyarakat UI, Rita Damayanti,

(2005) berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 25 persen responden yang

diteliti menyatakan hubungan seks boleh saja dilakukan dengan pasangan

asal disertai perasaan suka sama suka, begitu lazimnya fenomena tersebut

dilingkungan masyarakat hingga seakan luput dari perhati;an baik itu orang

tua, guru dan lingkungan sekitar. Zakiah Darajat (2002) menjelaskan bahwa

suatu keyakinan yang mencemaskan belakangan ini ialah keberanian

sementara remaja melakukan pelanggaran susila, bahkan diantara mereka

ada yang berpendapat bahwa hubungan antara wanita dan pria tak perlu

(16)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa remaja yang mudah melakukan pelanggaran susila adalah remaja yang kurang akan ー・ョセQ・エ。ィオ。ョ@ agama, norma-norma agama tidak dijalankan dengan balk , tidak takut akan

kehadiran Tuhan serta tidak mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari yang didasari dengan tingkat religiu1sitasnya.

Religiusitas merupakan bentuk pengamalan baik berupa sikap maupun tindakan dari keberagaman seseorang. Religiusitas adalah keadaan dimana individu merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia, dan hanya kepada-Nya manusia 「・イAセ。ョエオョァ@ dan

berserah diri. Semakin manusia mengakui adanya kekuatan Tuhan dan kekuasaan-Nya, maka akan semakin tinggi tingkat religiusitasnya.

Tingkat religiusitas seseorang akan sangat mempengaruhi bagaimana ia bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang dianutnya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam semua aspek kehidupan.

Dengan memiliki tingkat religiusitas yang tinggi dan didasari dengan

pengetahuan agama yang cukup maka secara tidak langsung manusia yang seperti itu akan terhindar dari pelanggaran susila, perbuatan keji dan

(17)

Sebaliknya remaja yang kurang membekali dirinya dengan pengetahuan agama, bimbingan dan arahan keagamaan dalam keluar1;1a, tidak adanya pengawasan dalam hal pergaualan, memudarnya norma-norma agama dimasyarakat. Maka kondisi seperti ini akan menjadi salah satu pemicu berkembangnya perilaku remaja yang semakin meningkat dan akan

berdampak pada sikap dan perbuatannya, serta lebih memudahkan remaja melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama yaitu salah satunya adalah seks bebas. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui secara lebih mendalam apakah ada • Hubungan yang Signifikan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja Siswa SMU Adi Luhur Jakarta Timur".

1.2. ldentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Apakah faktor-faktor penyebab dari tingkat religiusitas clan perilaku seksual pada remaja ?

2. Bagaimana gambaran tingkat religiusitas dan perilaku seksual pada remaja

?

(18)

4. Apakah ada hubungan antara tingkat religiusitas dengan perilaku seksual pada remaja

?

1.3. Pembatasan Masalah dan Perumusan Mas;alah

1.3.1. Pembatasan Masalah

Mengingat kompleksnya permasalah perilaku seksual padla remaja, perlu dilakukan pembatasan masalah yang akan diteliti. Pembatasan ini dilakukan agar penelitian ini berjalan sesuai dengan apa yang ingin diungkapkan dalam Penelitian ini. Pembatasan masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah untuk Mengetahui hubungan antara tingkat religiusitas dengan perilaku seksual.

Adapun definisi batasan operasional dari masalah disini adalah :

1. Tingkat Religiusitas adalah: Skor yang diperoleh melalui angket yang diberikan kepada siswa SMA mencakup dimensi-dimensi, akidah, ibadah,

amal, ihsan, ilmu.

(19)

1.3.2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

Apakah ada hubungan antara tingkat religiusitas dengan perilaku seksual pada remaja siswa SMA Adi Luhur Jakarta Timur ?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat religiusitas dengan perilaku seksual pada remaja siswa SMA Ai Luhur Jakarta Timur ?

1.4.2. Manfaat penelitian

Manfaat Teoritis

(20)

Manfaat praktis

1) Data yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan awal guna mencegah terjadinya perilaku seksual yang menyimpang pada masa remaja.

2) Sebagai bahan masukan bagi pendidik seperti guru, orang tua, dan

tokoh-tokoh lain yang bertanggung jawab terhadap pembentukan perilaku pelajar khususnya remaja.

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan hasil penelitian ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi fakultas psikologi UIN Jakarta, dengan sistematika sebagai berikut :

Bab 1: Pendahuluan, menjelaskan latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan rnanfaat penelitian, sisternatika penulisan

(21)

bahaya - bahaya kematangan seksual pada masa pubertas, berpacaran dalam kaca mata Islam, perkembangan seksualitas pada masa pubertas.

Bab 3 : Metodologi penelitian, mengemukakan jenis penelitian, pengambilan sampel, pengumpulan data, teknik analisa data.

Bab 4 : Presentasi dan Analisa Data

(22)

2. 1. Perilaku Seksual

2.1.1. Pengertian Perilaku Seksual

Sarwono (2005) menjelaskan tentang perilaku sel<sual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri.

Pemahaman seksualitas sebagai fenomena sosial yang berkembang saat ini, menuntut masyarakat untuk dapat mengerti apa yang dimaksud perilaku seksual itu. Sawitri (2001) menjelaskan bahwa perilaku seksual merupakan suatu perilaku yang dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh kenikmatan seksual.

(23)

seksual melalui berbagai perilaku. seperti berfantasi, masturbasi, cium pipi , berpegangan tangan dan sebagainya.

Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa perilaku SEiksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis. Adapun bentuk-bentuk aktivitas seksual bermacam-macam mulai dari

perasaan tertarik sampai tingkah laku bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bercumbu, ( bercumbu berat ), onani, masturbasi, oral seks sampai berhubungan seks. Objek seksual dapat berupa orang dalam khayalan atau diri sendiri.

Sebagian perilaku seksual yang dilakukan sebelum waktunya justru dapat memiliki dampak psikologis antara lain adalah perasaan malu, ketegangan mental dan kebingungan peran sosial yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil diluar nikah dan kasus aborsi. Belum lagi tekanan-tekanan baik itu dari orang tua, sahabat dan lingkungan rnasyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.

(24)

ekonomi juga akan membuat permasalahan ini menjadi seセュ。ォ。ョ@ rumit dan

kompleks.

2.1.2. Macam - Macam Perilaku Seksual

Perilaku seksual berdasarkan aktivitas seksual menurut Kinsey (1953) dan

Duvall dan Miller (1985) dalam penelitiannya adalah berseintuhan (touching),

berciuman (kissing), bercumbu (petting), dan berhubungan kelamin (sexual

intercourse). Berdasarkan penelitian tersebut, maka penu1lis menambahkan

berbagai macam perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja antara lain :

a. Memegang

Pada saat menjalani hubungan dengan seseorang hal yang pertama

dilakukan oleh pasangannya adalah berpegangan tangan, yang menandakan

perasaan sayang terhadap pasanganya, mungkin pada saiat ini sangat wajar

dan lumrah dilakukan oleh pasangan - pasangan remaja dalam berpacaran.

b. Berpelukan

Berpelukan adalah perilaku saling mendekap atau mendekatkan tubuh yang

dilakukan dengan kondisi seseorang sudah cukup mengenal pasangannya,

sehingg tidak ada perasaan canggung untuk memeluk pasangannya yang

pada saat ini hal tersebut sudah sangat wajar dilakukan oleh

pasangan-pasangan remaja dalam berpacaran.

(25)

c. Berciuman

Ciuman adalah tingkah laku yang dilakukan dengan atau mulut yang bersentuhan dengan anggota tubuh lainnya. Kondisi terse•but dalam berpacaran adalah hal yang pertama dalam kontak fisik yang biasanya dilakukan dengan dasar dorongan seksual yang tinggi. Beirbagai ciuman dilakukan oleh pasangannya mulai dari cium pipi, kening, bibir, sampai payudara dan alat kelamin. Ciuman ini berdampak pada kesehatan yaitu bila salah satu pasangan mempunyai penyakit didaerah sekitar mulut, baik virus ataupun bakteri akan menular kepada pasangannya.

d. Petting (bercumbu)

Petting adalah melakukan hubungan seksual dengan atau tanpa pakaian tetapi tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, jadi sebatas digesekakan saja kealat kelamin perempuan. Ada pula yang mengatakan petting sebagai bercumbu berat. Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum melakukan hubungan seks dengan aktivitas meraba, memegang bahkan mencium, yang berkisar pada payudara dan alat k.elamin. (dalam Diah amaliah, 2005).

e. Masturbasi I onani

Masturbasi dikenal juga dengan istilah onani yakni melakukan rangsangan seksual khususnya pada alat kelamin, yang dilakukan sendiri dengan

(26)

Menurut sejumlah penelitian, sekitar 90% laki-laki bermastrubasi, sedangkan

perempuan kira-kira 20-60%.

Masturbasi paling banyak dipilih oleh sebagian orang apabila dorongan seksualnya dirasakan sudah tidak dapat dibendung lagi. Kegiatan ini lebih sering terjadi pada masa-masa awal pubertas seseorang. Karena dorongan seksual yang mendesak, sedangkan objek-objek seksual 1tidak ada,

masturbasi dipilih sebagai jalan keluarnya. Ketika seseorang memasuki usia kedewasaan, masturbasi secara perlahan-lahan akan berkurang dan

tergantikan dengan berhubungan seksual. Walaupun banyak orang merasa bersalah setelah melakukan masturbasi, pada umumnya rnereka akan mengulangi dan melakukannya lagi. Alasanya adalah amain, prktis, dan "sehat", artinya tidak mengandung risiko apa pun dan bagi siapa pun. Sejauh itu secara medis tidak ditemukan efek samping masturbasi.

Apabila seseorang merasa ketagihan dengan bennasturbasi, sebaiknya ia mengubah pandangannya terhadap mastrubasi. Contohnya, jika menurutnya bermasturbasi adalah sesuatu yang menyenangkan, dia h:arus mengubahnya menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Setelah itu, SE!cepatnya

(27)

f. Oral seks

Oral seks adalah melakukan rangsangan dengan mulut pada organ seks pasangannya. Jika yang melakukan oral seks itu laki-laki disebut adalah cunnilingus. Jika yang melakukan oral seks tersebut perernpuan, disebut adalah fellatio . (Ajen Dianawati, 2003 ).

g. Hubungan seksual

Hubungan seksual atau yang disebut bersetubuh yang benar menurut etika, moral, dan agama adalah jika dilakukan melalui sebuah ikatan pemikahan antara seorang laki-laki dan perempuan yang dilandasi oleih rasa cinta. Dengan bersetubuh, dua orang akan menjadi satu secara fisik dan

emosional. lnilah yang disebut dengan pemenuhan dorongan seksual dalam arti yang sebenamya.

Anggapan zaman dulu, seseorang melakukan hubungan seksual demi

memperoleh keturunan. Namun, pandangan tersebut sekairang sudah banyak berubah. Banyak pasangan yang merasa bahwa hubungan seksual bukan hanya untuk memperoleh keturunan saja namun ada juga orang yang berhubungan seksual demi mencapai kenikmatan sekejap.

(28)

2.1.3. Faktor- Faktor Penyebab Perilaku Seksual

Peningkatan pada hormon menyebabkan para remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu. Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarwono (2004 ) adalah sebagai berikut :

a) Meningkatnya libido seksualitas

Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan

penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. b) Penundaan usia perkawinan

Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undaing-undang tentang perkawinan yang menetapkan menikah (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan19 tahun untuk pria),maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).

c) Melanggar larangan-larangan agama

(29)

d) Kurangnya informasi tentang seks

Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya

penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya teknologi canggih ( Video cassette, VCD-V'CD porno, Telepon Seluler, Internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin rnencoba, akan meniru apa yang dilihat, karena remaja pada umumnya be!um pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya. e) Pergaulan bebas

Dipihak lain, tidak dapat dipungkiri adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat. Hi:tl ini akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita sejajar dengan pria.

Novita Pratiwi (2005) menjelaskan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah selain 6 faktor diatas yaitu :

1. Faktor Agama

(30)

2. Faktor Pendidikan

Penelitian Barat menunjukan adanya hubungan antara tin!;Jkat pendidikan dengan perilaku seksual pranikah. Hal itu berkaitan dengan pola pikir mereka. Mereka merasa memiliki pengetahuan tentang perilaku seksual hingga dapat menyalurkan hasrat seksual.

3. Faktor Pergaulan Teman Sebaya

Bujukan teman kelompok untuk membuktikan "kejantanan" bisa mendorong terjadinya hubungan seksual sebelum nikah. Remaja cenclerung menentukan standar yang mirip dengan standar teman-temannya. m・ョセォ。@ cenderung terlibat dalam hubungan seksual bila teman-temannya juga melakukan perbuatan tersebut.

4. Kencan Diusia Muda

Remaja yang memulai kencan dan hubungan yang tetap pada usia muda lebih memungkinkan untuk bersikap permisif dan memiliki hubungan seksual dengan banyak partner.

5. Faktor Pengalaman Dalam Berpacaran

Pengalaman berpacaran dengan seseorang yang dilakukan sebelumnya akan ikut mempengaruhi sikap permisif seseorang dalam perilaku seksual pranikah.

6. Faktor Usia

(31)

tingkat keserbolehan dalam perilaku seksual pranikah juga semakin meningkat.

7. Standar Orang tua dan Persahabatan

Orang tua yang bersikap memberi kebebasan pada masailah hubungan seksual pranikah memiliki anak-anak yang berpandangan sama.

Keserbabolehan perilaku seksual pranikah pada remaja yang memiliki orang tua yang tidak tegas lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang memiliki orang tua yang biasa-biasa saja.

Mutu hubungan orang tua dan anak secara tidak langsung1 dapat

mempengaruhi bagaimana perilaku anak. Remaja perempuan yang memiliki hubungan tidak harmonis dengan keluarga lebih memungl<inkan untuk aktif secara seksual. Remaja laki-lal<i yang besar di keluarga broken home biasanya mencari pelarian l<e luar rumah agar mendapatkan kasih sayang dan besar kemungkinan merel<a melakukan hubungan seks pranikah. 8. Penggunaan obat-obat Terlarang

Mereka yang menggunakan obat-obat terlarang lebih memungkinkan

(32)

2.2. Remaja

2.2.1. Pengertian Remaja

Desmita

(2005)

menjelaskan tentang definisi remaja yaitu Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Dinegara-negara barat istilah remaja dikenal dengan "adolescence" yang berasal dari kata dalam bahasa latin "adolesencere" (kata bendanya adolescentia

=

remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan rnenjadi dewa1sa.

Zakiah Drajat seperti dikutip Ahmad Azhar Abu Migdad HQAセYWI@ rnendefinisikan remaja adalah anak yang ada pada rnasa peralihan diantara rnasa anak-anak dan rnasa dewasa, dirnana anak-anak rnengalarni perubahan-perubahan cepat di segala bidang. Remaja bukan lagi anak-anak, baik dalam bentuk badan, sikap dan cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah rnatang, batasan usia pada masa rernaja

13

tahun dan berakhir kira-kira umur

21

Tahun.
(33)

masa remaja akhir. Tetapi, monks, knoers & haditono, (2001) membedakan masa remaja atas empat bagian, yaitu: (1) masa remaja atau pra-pubertas (10-12 tahun), (2) masa remaja awal atau pra-pubertas (12-15 tahun), (3) masa remaja pertengahan (15 -18 tahun) dan (4) masa remaja akhir( 18-21). Remaja awal hingga remaja akhir inilah yang disebut masa adolescence.

2.2.2. Ciri - Ciri Remaja

Zulkifli ( 1987) menjelaskan ciri-ciri pada masa remaja ya1itu:

1) Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, IEibih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Untuk

mengimbangi pertumbuhan yang cepat itu, remaja membutuhkan makan dan tidur yang lebih banyak. Dalam hal ini kadang-kadang orang tua tidak mau mengerti, dan marah-marah bila anaknya terlalu banyak makan dan tidur, Perkembangan fisik mereka jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, otot-otot tubuh berkembang pesat, sehingga anak kelihatan bertubuh tinggi.

2) Perkembangan seksual

(34)

mimpi yang perama, yang tanpa sadar mengeluarkan spe1rma. Sedangkan pada anak perempuan bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapat menstruasi (datang bulan) yang pertama.

Ciri-ciri lainnya yang ada pada anak laki-laki ialah pada lehernya menonjol buah jakun yang membuat nada suaranya menjadi pecah. Sehubungan dengan hal itu, bila orang tua, kakak-kakaknya menggodanya, bisa

menimbulkan masalah bagi anak itu. Kemudian di atas bibir dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu ( rambut). Sedangkan pada anak perempuan, karena produksi hormone dalam tubuhnya, di permukaan wajahnya bertumbuhan jerawat. Selain tanda-tanda itu terjjadi penimbunan lemak yang membuat dadanya mulai tumbuh, pinggulnya mulai melebar dan pahanya membesar. Bila hal ini terjadi lebih cepat atau lebih lambatjuga bisa menimbulkan masalah bagi anak itu.

3) Cara berfikir kausalitas

Ciri ketiga ini adalah cara berfikir kausalitas, yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat. Misalnya remaja duduk didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata" pantang". Andaikata yang dilarang itu anak, pasti ia akan memepertanyakan mengapa ia tidak boleh d1uduk didepan pintu. Bila orang tua tidak mampu menjawab pertanyaan anaknya itu, dan

(35)

Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih mengganggapnya sebagai anak lkecil. Bila guru dan orang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya timbu llah

kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar yang !1ering terjadi dikota-kota besar.

4) Emosi yang meluap-luap

Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan

keadaan hormon. Suatu saat ia bisa sedih sekali, dilain waktu ia bisa marah sekali. Hal ini terlihat pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realitis.

5) Mulai tertarik kepada lawan jenis

Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis, yaitu laki-laki dan

perempuan. Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik kepada lawas jenisnya dan mulai berpacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti, kemudian melarangnya, akan menimbulkan masalah, dan remaja akan bersikap tertutup terhadap orang tuanya.

Secara biologis anak perempuan lebih cepat matang daripada anak laki-laki. Gadis yang berusia

14

sampai dengan

18

lebih cenderun(1 untuk tidak merasa puas dengan perhatian pemuda yang usianya berapa tahun
(36)

Pada masa itu akan terlihat pasangan muda-mudi yang pemudanya berusia lebih tua dari pada gadisnya.

6) Menarik perhatian lingkungan

Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari lingku111gannya, berusaha mendapatkan status dan peranan seperti kegiatan remaja

dikampung-kampung yang diberi peranan. Misalnya mengumpulkan dana atau

sumbangan, pasti ia akan melaksanakannya dengan baik .. Bila tidak diberi peranan, ia akan melakukan perbuatan untuk menarik perhatian masyarakat, bila perlu melakukan perkelahian atau kenakalan lainnya. Remaja akan berusaha mencari perhatian diluar rumah bila orang tua tidak memberi peranan kepadanya karena meriganggaphya sebagai anak kecil.

7) Terikat dengan kelompok

Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomor duakan sedangkan kelompoknya dinomor satukan. Kelompok atau gang sebenarnya tidak berbahaya asal orang tua bisa mengarahkannya. Sebab dalam keldmpok kaum remaja dapat memenuhi kebutuhannya, misalnya kebutuhan dimengerti, kebutuhan

(37)

2.2.3. Tugas - Tugas Perkembangan Remaja

Roberts Y. Havighurst dalam bukunya Human Development and Education (seperti yang dikutip Melly,

1987)

menyebutkan ada sepuluh tugas

perkembangan remaja, yaitu :

a) Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebayanya, b<jik dengan teman-teman sejenis maupun dengan jenis kelamin lain.

b) Dapat menjalankan peranan sosial menurutjenis kalamin masing-masing, artinya mempelajari dan menerima percinan masing-masing sesuai

dengan ketentuan-ketentuan/norma-norma masyarakat

c) Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya seefektif - efektifnya dengan perasaan puas.

d) Mencapai kebebasaan emosional dari orang tua atau c1rang dewasa lainnya. la tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu terikat pada orang tuanya. la membebaskan dirlnya dari ketergantungannya terhadap orang tua atau orang lain.

(38)

f) Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau j1abatan. Artinya

belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan 「。セZ。エョケ。@ dan

mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut.

g) Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah

tangga. Mengembangkan sikap yang positif terhadap k·ehidupan keluarga

dan memiliki anak. Bagi wanita hal ini harus dilengkapi dengan

pengetahuan dan keterampilan bagaimana mengurus rumah tangga dan

mendidik anak.

h) Mengembangkan kecakapan intelektual serta lmnsep-konsep yang

diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat. Maksudnya ialah,

bahwa untuk menjadi warga Negara yang baik perlu ュQセュゥャゥォゥ@

pengetahuan hukum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi, tentang

hakikat manusia dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.

i) Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggung

jawabkan. Artinya, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai

orang dewasa yang bertanggung jawab, menghormati :serta mentaati

nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya.

j) Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam

tindakan-tindakannya dan sebagi pandangan hidupnya. Norma-norma tersebut

secara sadar dikembangkan dan direalisasikan dalam menetapkan

kedudukan manusia dalam hubungannya dengan sang: pencipta alam

(39)

2.2.4. Perubahan Tubuh Selama Masa Remaja

Hurlock (1997) menjelaskan tentang perubahan-perubahan tubuh selama pada masa remaja sebagai berikut :

a. Perubahan Ekst.emal Tinggi

Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang matang antara tujuh belas dan delapan belas tahun, dan rata-rata anak laki··laki kira-kira setahun sesudahnya. Anak yang pada masa bayi diberi imunisasi biasanya lebih tinggi, dari usia ke usia, dibandingkan d•engan bayi yang tidak diberi imunisasi, yang karena itu lebih banyak dib1eri menderita sakit sehingga cenderung memperlambat pertumbuhan.

Be rat

Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama d1engan perubahan tinggi. Tetapi berat badan sekarang tersebar kebagian-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung sedikit lemak atau tidi:ik la!li kelihatan terlalu panjang.

Proporsi tubuh

(40)

Organ seks

Baik organ seks pria maupun organ seks wanita mencapai ukuran yang matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian.

Ciri-ciri seks sekunder

Ciri-ciri seks sekunder yang utama berada pada tingka1t perkembangan yang matang pada akhir masa remaja.

b. Perubahan lnterhal

Sistem pencernaan

Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertanbah panjang dan bertanbah besar, otot-otot dipe'rut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan lebih kuat, hati beirtambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.

Sistem peredaran darah

Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usiai tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua betas kali berat pada waktu tahir. Panjang dan tebat dinding pembutu darah menjadi meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilaman jantung sudah matang.

Sistem pernapasan

(41)

Sismm endokrin

Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber me11yebabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh system endokrin pada awal masa puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran matang sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa.

Jaringan tubuh

Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan belas tahun. Jaringan, selain tukang, terus berkembang sampai tulang

mencapai ukuran matang, khususnya bagi perkemban:agan jaringan otot.

2.2.5. Kebutuhan - Kebutuhan Remaja

Nasir (2002) membagi kebutuhan-kebutuhan remaja ケ。ョセQ@ harus dipenuhi yang dapat digolongkan menjadi

1.

kebutuhan Biologis ( fisik )

kebutuhan biologis juga disebut physiological drive atau biological motivation, yaitu kebutuhan yang berasal dari doronga11-dorongan biologis yang bersifat naluriah (instinkti1) sepe1ti haus, lbemafas, mengantuk, dorongan seks dan lain-lainya.

2. kebutuhan Psikis

(42)

bertindak mencapai tujuannya yang bersifat rohaniah atau kejiwaan. Misalnya kebutuhan akan agama, kebutuhan akan rasa aman, kesehatan jiwa dan lain-lainnya

3. kebutuhan sosial (Social motives)

Kebutuhan sosial ialah kebutuhan yang berhubungan dengan hal-hal di luar diri atau sesuatu yang ditimbulkan oleh orang lain atau hubungan dengan lainnya. Misalnya kebutuhan untuk bergaul, be1rkelompok, memperoleh pengalaman, penghargaan dan lain-lainnya.

2.2.6. Pengertian Masa Pubert.as

Definisi Masa Pubertas adalah : Suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai dengan perubahan-perubahan dalam pertumbuhan somatis dan psikologis.

(43)

Usia pada masa pubertas ditandai dengan kematangan rata-rata 13 tahun untuk anak perempuan yang ditunjukan dengan usia haid, sedangkan untuk anak laki-laki menjadi matang secara seksual antara

14-116

tahun.

2.2.7. Bahaya-Bahaya Kematangan Seksual Pada Mas•a Pubertas

Banyak hal yang menyebabkan anak-anak dimasa pubertas melakukan penyimpangan seksual atau seks bebas sebagai cara pelarian dari berbagai persoalan yang membelenggu jiwanya, yang dapat menghancurkan masa depannya. Ada beberapa sebab yang menjadikan remaja melakukan penyimpangan dan perilaku seksual diantaranya adalah :

a) Kerisauan seksual pada diri anak, tanpa disertai perasaan heteroseksual, sehingga dorongan untuk melakukan hubungan seksual sangat tinggi. b) Kurangnya keniampuan anak untuk mengontrol dan mengendalikan

emosinya, hal ini seringkali membuat anak melakukan hal-hal yang negatif, seperti hubungan seks bebas, yang berdampak dan beresiko yang ditimbulknnya sangat tinggi .

c) Adanya ketidakstabilan psikis, maka remaja al<an mudah terjerumus kedalam pergaulan negatif, karena jiwa remaja belum mampu

mengendalikan emosinya.

(44)

melakukan perbuatan -perbuatan negatif, seperti melakukan sek bebas,

pemerkosaan dan kejahatan-kejahatan seks lainnya. Hal ini dilakukan

sebagai pelampiasan dirinya dari segala problema yang menghimpit

jiwanya.

e) Adanya kebimbangan-kebimbangan pada remaja yan£J seringkali

bertentangan dengan norma-norma agama.

Adanya penyimpangan dan kejahatan seksual pada masa pubertas

dikarenakan adanya unsur-unsur fantasi dalam bentuk gambar dan

angan-angan. Dari keterangan diatas dapat disimpulka1n bahwa

kematangan seksual pada masa pubertas bila tidak diarahkan dan

dibimbingan yang kurang baik akan menimbulkan dampak yang negatif

yang dapat menghancurkan masa depannya, dan hendaknya ditanamkan

pengertian pada masa pubertas, agar tidak melakukan perilaku seksual

sebelum waktunya.

Untuk itu, menanamkan pendidikan agama dan akhlak kepada remaja

merupakan salah satu cara yang paling efektif, disamping itu, perhatian

dan bimbingan dari orang tua, guru dalam hal pergaulain sangatlah

(45)

2.2.8. Perkembangan Seksualitas Pada Masa Remaja

Masa remaja, merupakan masa dimana seorang anak terlihat adanya perubahan-perubahan pada bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karekteristik seksual primer dan karekteristik seksual sekunder dan tertier.

Perkembangan Seksualitas pada remaja ditandai dengan beberapa ciri atau tanda, antara lain :

1. Tanda Kelamin Primer

Tanda kelamin primer adalah mulai berfungsinya organ-organ genetal yang ada, baik didalam maupun diluar badan, pada anak laki-laki yang mulai menginjak remaja ditandai dengan keluamya air mani ketil<a ia mengalami mimpi basah. Pada anak wanita ditandai dengan terjadinya Menarche atau permulaaan haid yang selanjutnya diikuti pula dengan kesiapan organ-organ reproduksi untuk terjadinya kehamilan.

2. Tanda Kelamin Sekunder Tanda kelamin sekunder adalah :

(46)

adanya tanda kelamin sekunder ini semakin menunjukkan identitas peran

seksual antara pria dan wanita yang juga berbeda.

3. Tanda kelamin tertier

Tanda kelamin tertier adalah keadaaan psikis yang berbeda antara pria dan

wanita, yaitu yang disebut sifat maskulin pada pria dan ferninim pada wanita.

Tanda kelamin tertier yang terjadi pada masa remaja seb<etulnya

organ-organ seksualnya telah berfungsi dan berproduksi dengan baik, apalagi

dengan adanya rangsangan dari luar seperti Film, gambarcgambar, Vcd-Vcd

porno yang dapat menimbulkan rangsangan dalam dirinya1, oleh karena itu

remaja perlu diberikan pengarahan, bimbingan baik itu da1i orang tua, guru

dan masyarakat yang cukup baik mengenai pendidikan seks, agar remaja

mampu memilih mana yang boleh dan mana yang tidak boleh mereka

lakukan agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas dani tidak bertentangan

dengan norma-norma agama. (Miqdad, 1997)

Sarwono (seperti yang dikutip oleh Miqdad, 1997) mengernukakan, bahwa

masalah seksualitas dikalangan remaja disebabkan karena :

a) Kurang adanya pendidikan seks pada remaja, sehingga praktis mereka

kurang masalah terhadap seks.

b) Banyaknya rangsangan -rangsangan dari luar seperti ·film, bacaan porno,

dan VCD-VCD porno yang dapat menimbulkan rasa keiingintahuan

(47)

c) Tersedianya kesempatan untuk melakukan perbuatan seks, misalnya pada waktu orang tua tidak ada dirumah, didalam mobil, maupun didalam ruang bioskop.

Masalah - masalah tersebut sangat rawan dan berbahaya sekali, karena remaja belum mampu untuk menyeleksi mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Remaja yang tidak diberikan penjelasan dan

pengertian tentang perubahan pada dirinya, ia akan mencari penyaluran yang negatif, seperti melakukan pergaulan bebas yang sangat rnerugikan dirinya sendiri.

Semua perbuatan ini memberikan rasa nikmat, dan oleh setiap manusia, terlepas dari kedudukan sosial, dan norma agama yang b13rlaku

d imasyarakat.

2.2.9. Pacaran Dalam Kaea Mata Islam

(48)

Dalam agama Islam jelas melarang seorang muslim untuk melakukan segala perbuatan yang mengarah pada terjadinya zina (hubungan kelamin diluar pernikahan).

Menurut Ali-Mukaffi (1999) mendekati zina adalah segala tindakan yang menjerumus kepada zina. Seperti berpandangan mata, berpegangan tangan, dan berciuman. Ketika manusia mempunyai keinginan ataiu kebutuhan untuk saling mengungkapkan kasih sayang, cinta,hasrat seksualnya kepada lawan jenis. Berdasarkan ajaran agama memberikan pedoman dan cara yang lebih baik untuk dilakukan dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yaitu salah satunya dengan pemikahan.

Dalam Islam tujuan pacaran diperbolehkan untuk saling kenal, seperti yang dijelaskan oleh Arif (1999) bahwa interaksi yang dilakukan mestinya biasa saja. Pertama, jangan malakukan sentuhan. Kedua, kalau sudah tak terbendung lagi perasaannnya lebih baik menempuh jalan pernikahan.

(49)

bergaul yang tanpa batas, hal ini dimaksudkan hanya untuk mensucikan pergaulan, supaya manusia tidak terjerumus dalam "maksi,at" .

2.3. Religiusitas

2.3.1. Pengertian Religiusitas

Fuad Nashori dan Rachmy D. M. (2002) menjelaskan tentang definisi religiusitas yaitu "seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa besar pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan sebEirapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya.

Adapun Syamsu Yusuf (2004) menjelaskan tentang perkembangan

kesadaran beragama yaitu : Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah Swt, adalah dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal Allah dan melakukan ajaran-Nya. Dalam kata lain, manusia dikarunia insting religius (naluri beragama). Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki sebagai "homo devinans'', dan "homo religius", yaitu makhluk yang bertuhan atau beragama.

(50)

maupun hablumminannas. Keimanan kepada Allah SWT dan aktualisasinya dalam ibadah merupakan hasil dari internalisasi, yaitu proses pengenalan, pemahaman dan kesadaran pada diri seseorang terhada1> nilai- nilai agama.

Religiusitas mencakup aspek perasaan, motivasi, dan aspek batiniah

manusia. Sedangkan tingkat religiusitas seseorang dapat diketahui melalui pengetahuan dan pemahaman subyek terhadap agamanya dan usaha mereka dalam melaksanakan kewajiban - kewajiban agama.

Dari beberapa keterangan diatas, peneliti memberikan kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan religiusitas adalah bentuk pengamalan baik berupa sikap maupun tindakan keberagamaan seseorang, keadaan dimana indivdu merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang' menaungi

kehidupan manusia, dan hanya kepada-Nya manusia beruantung dan berserah diri.

2.3.2. Dimensi - Dimensi Religiusitas

Seperti telah dikemukakan sebelumnya religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Karena itu keberagaman seseorang

meliputi berbagai macam sisi atau dimensi (Nashori dan Diana Mucharam,

(51)

a) Dimensi akidah menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengan Tuhan, Malaikat, dan para Nabi.

b) Dimensi ibadah menyangkut frekuensi, intensitas pelaksanaan ibadah, yang telah ditetapkan, misalnya shalat, zakat, haji, dan puasa.

c) Dimensi amal menyangkut tingkah laku dalam kehidupan bennasyarakat, misalnya menolong orang lain, membela orang lemah, berkerja dan sebagainya.

d) Dimensi ihsan menyangkut pengalaman dan perasaan tentang kehadiranTuhan, takut melanggar larangan, dan lain-lain

e) Dimensi ilmu menyangkut pengetahuan seseorang tenitang ajaran-ajaran agama.

1. Dimensi Akidah ( ldeologi )

Seorang Muslim yang religius akan memiliki ciri utama berupa akidah yang kuat. Dimensi akidah ini mengungkap masalah keyakinan manusia terhadap rukun iman ( Iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, Nabi, hari pembalasan, serta qadha dan qadhar ).

2. Dimensi lbadah (Ritual)

Ciri yang tampak dari religiusitas seorang Muslim adalah dari perilaku

(52)

berkaiatan dengan frekuensi, intensitas, dim pelaksanaan ibad!l'1 seseorang. Seorang Muslim yang beribadah dengan baik menggunak.an waktu-waktu yang dimilikinya untuk beribadah kepada Allah dengan shalat lima waktu, membaca.zikir, berdoa, rajin berpuasa dan berzakat.

3. Dimensi .Amal (Pengamatan)

Dimensi amal ini berkaitan denga!H<egiatan pemeluk agama untuk

merelasasikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari yang berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama. Dimensi ini menyangklit hubungan manusia satu dengan manusia yang lain. Menurut Glock dan Stark, seperti dikutip ofeh Fuad Nashori Surosc1 dan Rachmy Diana Mucharram (2002) dimensi ini menunjuk pada seberapa jauh

seseorang dalam berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya. Perilaku yang dimaksud adalah bagaimana individu berhubungan dengan dunianya, terutama dengan sesama manusia. Dimensi amal meliputi memperjuangkan kebenaran dan keadilan, menolong sesama, disiplin dan menghargai waktu, bersungguh - sungguh dalam belajar clan berkerja, bertanggung jawab, tidak berjudi, tidak meminum - minuman yang diharamkan, dan berkata benar .

4. Dimensi lhsan ( Penghayatan )

(53)

ketenangan hidup, takut melanggar larangan Tuhan, keyakinan menerima balasan, perasaan dekat denganTuhan, dan dorongan untuk melaksanakan perintah Agama.

5. Dimensi llmu ( Pengetahuan )

Dimensi ilmu berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya. Orang-orang yang beragama paling tidak harus mengetahui hal-hal yang pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, kitab suci dan tradisi-tradisi keagamaan. Serta Al-Qur'an men1pakan pedoman hidup sekaligus sumber ilmu pengetahuan. Dimensi ilmu meliputi ernpat bidang, yaitu akidah, ibadah, akhlak, serta pengetahuan mengenai Al-Qur'an

dan Al-hadits. ( Nashori dan Diana Mucharam, 2002).

2.3.3. Sumber - Sumber Munculnya Sikap Religiusitas

Melalui teori The Four Wishes yang dikutip oleh Jalaludin (1996)

mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia, yaitu :

a) Keinginan untuk keselamatan (security)

Keinginan untuk memperoleh perlindungan atau penyelamatan dirinya baik berbentuk biologis maupun nonbiologis. Misalnya mencari makan,

perlindungan diri dan lain sebagainya.

(54)

Keinginan ini rnerupakan dorongan yang rnenyebabkan manusia

rnendarnbakan adanya rasa ingin dihargai dan dikenal orang lain. Serta rnendarnbakan dirinya untuk selalu rnenjadi orang terhom1at dan dihorrnati. c} Keinginan untuk ditanggapi (response}

Keinginan ini rnenirnbulkan rasa ingin rnencintai dan dicinltai dalarn pergaulan. d} Keinginan akan pengetahuan atau pengalarnan baru (new experience} Keinginan ini rnenyebabkan rnanusia rnengeksplorasi dirinya, serta selalu ingin rnencari pengetahuan dan pengalarnan baru yang 「Qセャオイョ@ diketahui.

2.3.4. Faktor - Faktor Yang Mempengamhi Religiusitais

Zakiah Darajat (1970) rnengungkapkan bahwa pernbinaan kehidupan beragarna tidak dapat dilepaskan dari pernbinaan kepribadiaan secara keseluruhan. Karena kehidupan beragarna itu adalah bagian dari kehidupan itu sendiri, sikap atau tindakan seseorang dalarn hidupnya tidak lain dari pantulan pribadinya yang turnbuh dan berkernbang sejak lahir, bahkan telah rnulai sejak dalarn kandungan. Sernua pengalarnan yang dilalui sejak dalarn kandungan mempunyai pengaruh terhadap pembinaan pribadi.

Robert H. Thouless (1995 } rnenjelaskan tentang faktor - faktor yang dapat mempengaruhi religiusitas, yaitu :

(55)

b. Berbagai pengalaman yang membantu sikap keberagamaan terutama pengalaman tentang keindahan, keserasian, kebaikan (faktor alamiah), dan pengalaman emosional keagamaan ( faktor efekti1' ).

c. F aktor - faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan yang tidal< terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih, harga diri, dan ancaman kematian.

Adapun Syamsu Yusuf ( 2004 ) menjelaskan perkembangan keagamaan ( Religiusitas ) seseorang yaitu :

1) Faktor fitrah ( Internal )

Perbedaan hakiki antara manusia dan hewan adalah bahwa manusia

mempunyai fitrah (pembawaan) beragama (homo religious). Setiap manusia yang lahir kedunia ini, baik yang masih primitive, bersahaja, maupun yang sudah modern, baik yang lahir dinegara komunis maupun kapitalis, baik yang lahir dari orang tua yang shaleh maupun jahat, sejak Nabi Adam sampai akhir zaman, menurut fitrah kejadiannya mempunyai potensi beragama atau

keimanan kepada Tuhan atau percaya adanya kekuatan cliluar dirinya yang mengatur hidup dan kehidupan alam semesta.

(56)

2) Faktor lingkungan ( Eksternal )

a. Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah dominan.

Dalam hal ini, orangtua mempunyai peranan yang sangat penting dalam menumbuhkembangkan fitrah beragama anak. Salah seorang ahli psikologi, yaitu Hurlock (seperti dikutip Syamsu Yusuf, 2004 ) berpendapat bahwa keluarga merupakan " training centre" bagi penanaman nilai- nilai agama.

Pengembangan fitrah atau jiwa beragama anak, seyogianya bersamaan dengan perkembangan kepribadiannya yaitu sejak lahir bahkan lebih dari itu sejak dalam kandungan. Oleh karena itu, sebaiknya pada saat bayi masih berada dalam kandungan, orang tua (terutama ibu) seyogianya lebih meningkatkan amal ibadahnya kepada Allah, seperti melaksanakan shalat wajib dan sunah, berdoa, berzikir, membaca Al-Qur'an dan memberi sedekah.

b. Lingkungan sekolah

(57)

Menurut Hurlock (seperti dikutip Syamsu Yusuf, 2004) pengaruh sekolah terhadap perkembangan kepribadian anak sangat besar, karena sekolah merupakan substitusi dari keluarga dan guru-guru substitusi dari orang tua.

Dalam kaitannya dengan upaya mengembangkan fitrah b1:iragama para siswa, sekolah, terutama dalam hal ini guru agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan wawasan pemahaman, pembiasaan mengamalkan ibadah atau akhlak yang mulia dan sikap apresiatif terhadap ajaran agama.

c. Lingkungan Masyarakat

Yang dimaksud lingkungan masyarakat disini adalah situa1si atau kondisi interaksi sosial dan sosiokultural yang secara potensial be!rpengaruh

terhadap perkembangan fitrah beragama individu, dalam masyarakat individu (terutama anak - anak dan remaja) akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya. Apabila teman

sepergaulan itu menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak baik), maka anak remaja pun cenderung akan berakhlak baik. Namun, apabila temannya menampilkan perilaku yang kurang baik, amoral atau melanggar norma-norma agama, maka anak cenderung akan

(58)

jiwa keagamaan atau kesadaran beragama itu dapat digambarkan sebagai berikut:

Lingkungan yang kondusif bagi perkemban{Jan kesadaran

beragama pada anak (Remaja).

Remaja

keluarga

Sekolah

asyarakat

Memberikan pengajaran, bimbingan, pembiasaan, keteladanan dalam beribadah dan berakhlakul karimah dan menciptakan situasi kehidupan yang memperlihatkan nilai-nilai atau ajaran- ajaran agama serta membersi

ihkan lingkungan dari kemungkaran dan kemaksiatan Seperti narkoba, pornografi, dan tindakan k·ekerasan.

Sumber : Syamsu Yusuf ( 2004)

(59)

2.4. Kerangka Berfikir

Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak terlihat adanya perubahan-perubahn dalam bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seiksual). Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karekteristik seksual primer dan karekteristik seksual sekunder. Pematangan k:elenjar pituitary berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh sehingga remaja mendapatkan ciri-cirinya sebagai perempuan dan anak-laki-laki dewasa, sehingga remaja akan mengalami mulai adanya rasa ketertarikan antar lawan jenis.

Pada masa remaja pertumbuhan kelenjar seks mulai matang dan mulai produksi sehingga perkembangan perilaku seks remaja timbul yang

merupakan akibat langsung dari keadaan kematangan kelenjar seks tersebut. Proses produksi kelenjar seks (gonads) akan tetap aktif dalam masa remaja, bahkan sampai masa dewasa dan masa tua. Gonads yang tetap bekerja, bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh, melainkan juga berpengaruh pada kehidupan psikis,moral dan sosial remaja, yang berpengaruh terhadap tingkah lakunya.

(60)

berboncengan motor untuk sebagian remaja adalah hal yang lumrah dilakukan. Perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja ウゥセ「・ョ。イョケ。@ telah melanggar norma-norma agama maupun norma kesusilaan. Namun saat ini justru remaja sudah tidak mengindahkan ajaran-ajaran ag1ama dan tidak takut akan dosa atas perbuat yang dilakukannya.

Kebutuhan seksual memang merupakan naluri yang dimiliki oleh setiap

manusia. Tetapi hendaknya kebutuhan tersebut disalurkan dengan jalan yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu bahwa perilaku seksual hanya dapat

dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki sebuah ikatan pernikahan. Agama Islam mengajarkan bahwa setiap insan harus bis.a menjaga

pandangan matanya, baik perempuan ataupun laki-laki karena ketertarikan terhadap sesuatu berawal dari sebuah pandangan.

Perilaku seksual yang dilakukan sebelum adanya ikatan pernikahan untuk saat ini telah marak terjadi pada remaja yang masih dudul< dibangku sekolah, ataupun mahasiswa. Alasan remaja melakukan perilaku seksual pun

bermacam-macam ada yang karena dorongan seksualnya tinggi, terangsang dikarenakan menonton Film maupun VCD-VCD porno dengan

(61)

Salah satu faktor yang menyebabkan seorang remaja malakukan hubungan seksual adalah kurangnya informasi tentang seks, dan pergaulan bebas antara pria dan wanita. Zakiah Darajat (2002) menjelaskan bahwa suatu keyakinan yang mencemaskan belakangan ini ialah keberanian

sementara remaja melakukan pelanggaran susila, bahkan diantara mereka ada yang berpendapat bahwa hubungan antara wanita dan pria tak perlu dibatasi dan dikontrol oleh orang tua.

Dalam kehidupan remaja salah satu faktor yang memegang peranan penting adalah agama, karena agama merupakan alat pembinaan yang sangat ampuh bagi remaja. Agama yang tertanam dan tumbuh dalam diri remaja itu, akan dapat digunakan untuk mengendalikan keinginan-keinginan serta

dorongan-dorongan yang kurang baik, dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan pada umumnya. Disamping itu, agama memberikan ketenangan bagi jiwanya, sehingga ia tidak akan mudah goncang, walaupun banyak kesukaran yang dihadapinya karena selalu memegang te!JUh ajaran-ajaran agama dengan memiliki keyakinan, pengetahuan, serta dapat

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat menjadi pengontrol remaja untuk menjadikan religiusitas sebagai bentuk pengamalan baik berupa sikap maupun tindakan dari keberagamaan ウQセウ・ッイ。ョァ@

(62)

Dengan memiliki pengetahuan akan agama yang cukup baik itu dari orang tua, sekolah, maupun lingkungan masyarakat, maka secara tidak langsung remaja seperti itu akan terhindar dan tidak terjerumus keclalam pelanggaran susila seperti perilaku seksual atau pergaulan bebas dan dapat menjauhi larangan-larangan agama serta terhindar dari perbuatan yang tidak diinginl<an baik orang tua, sekolah, dan lingkungan masyarakat yang berakibat dapat merugikan dirinya sendiri.

2.5. Hipotesis

Berdasarkan Deskriptif yang telah dijabarkan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada Hubungan antara tingkat religiusitas dengan perilaku seksual pada remaja siswa SMA Adi Luhur Jakarta Timur.

SMU Adi Luhur Jakarta Timur.

(63)

3.1. Jenis Penelitian

3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskripsi korelasional, yang bertujuan untuk mencari hubungan dari variabel-variabel penelitian yang clinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (Asmadi Alsa, 2004).

3.1.2. Definisi dperasional Variabel

Operasionalisasi Variabel tingkat religiusitas adalah skor yang diperoleh dari skala yang mengungkap tentang serangkaian tihgkat religiusitas yang

meliputi dimensi : akidah (keyakinan terhadap rukun iman), ibadah (ritual), amal (pengamaian), ihsan (penghayatan), ilmu (pengetahuan).

(64)

Keterangan :

n

=

Ukuran Sampel N

=

Ukuran Populasi

e

=

Nilai Kritis ( dalam penelitian ini peneliti menggunakan nilai kritis 10% ).

Dari perhitungan dengan menggunakan rumus Slavin ternebut diatas, didapat hasil sebanyak 80 sampel.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel sebanyak 100 orang dengan mengklasifikasikannya kedalam tiga tingkatan, yakni kelas

X, XI, XII.

Untuk menentukan jumlah sampel yang harus diambil dari setiap strata, peneliti menggunakan perbandingan sebagai berikut :

(Populasi perkelas I populasi total) X jumlah sampel yang sudah ditentukan Untuk kelas X =182 / 450

x

100

=

40 orang

Untuk kelas

XI

Untuk kelas XII

=

175 / 450 x 100

=

39 orang = 931450 x 100 = 21 orang
(65)

3.2. Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

religiusitas dan skala perilaku seksual.

3.2.1. Skala Religlusltas.

(66)
[image:66.595.20.503.167.554.2]

(5) Dimensi ilmu menyangkut pengetahuan seseorang tentang ajaran -ajaran agamanya, seperti ritual-ritual keagamaan, dan kitab suci. ( lihat tabel

3.1.)

Tabel 3.1.

Blue Print Skala Tingkat Religiusita1s

NomorAitem

Dimensi lndikator Jumlah

Fav Unfav

1.

Akidah Iman kepada Allah

11

21

12

(keyakinan Nabi dan Rasul

1

51

terhadap Malaikat

45

28

rukun iman) Kitab-kitab

26

27

Hari pembalasan 44

41

qadha dan qadhar

7

18

2.

I bad ah Shalat

31

2,49

14

(Ritual) Puasa

23, 33

5

zakat

17

34

berdzikir 50 16

membaca Al-Qur'an 3

4

berdo'a, 30 6

(67)

3

Amal Menolong orang lain

10,36

53

13

(Pengamalan) Bersungguh - sungguh

20

15

dalam bekerja dan belajar

Disiplin dan menghargai waktu

48

46

Berkata benar dan bohong

35

38

Bertanggung jawab 40

19

tidak minum-minuman keras

:37

24

4 Perasaan dekat dengan Allah

39

14

lhsan

Perasaan do-donya didengar

42

12

9

(Penghayatan)

Allah

Tersentuh I tergetar ketika

8, 22

9 mendengar suara adzan dan

alunan ayat suci Al-Qur'an

Mensyukuri nikmat yang

13

47

dikaruniakan Allah

l!mu Tradisi-Tradisi keagamaan

25,43

32

5.

(Pengetahuan) Kitab suci Al-Qur'an

5

yang dianutnya 2£1 52

Jumlah

28

25

53

(68)
[image:68.595.36.441.151.494.2]

sebanyak empat (4) pilihan, yaitu: sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Adapun skor untuk masing-masing pililian jawaban adalah sebagai berikut : (lihat tabel 3.2.)

Tabel 3.2.

Skor Skala Tingkat Religiusitas

Pilihan STS TS

s

SS

Favorable 1

2

3

4

Un Favorable

4

3

2

1

3.2.2. Skala Perilaku Seksual.

Skala ini tersusun dari lima puluh dua (52) butir pernyataan-pernyataan yang terdiri dari tujuh indikator. Peneliti memakai indikator dari rnacam-macam perilaku seksual yang meliputi : Memegang seperti, tangain, pinggang, paiha, alat kelamin, dan payudara . Berpelukan, mencium seperti pipi, kening, bibir, payudara dan alat kelamin. Bercumbu

I

petting seperti payudara dan alat kelamin. Masturbasi I onani, oral seks, sampai hubungan seksual.
(69)

Tabet 3.3.

Blue Print Skala Perilaku Seksual

No Aspek lndikator Nomor Aitern

Favorabe Unfavorabel Jumlah

1

Memegang Pinggang

1

43

10

Tanggan

52

2

Paha

14

23

Payudara

27

39

Alat kelamin

31

10

2

Berpelukan

3,25,36

34,50

5

3

Mencium Pipi,

22

32

10

kening 44

48

bibir

21

4

payudara

9

29

alat kelamin

41

17

4 Petting I Payudara

5

13

5

bercumbu alat kelamin

19

35,40

5

Masturbasi I

7,28,33,46

:24,26,37

7

onani

6

Oral seks

15, 38,42

8,20,45

6

7

Hubungan

6, 12, 18, 30,

11, 16,49

9

seksual

47,51

I

Jumlah

28

24

52

(70)

atau metode interval tampak setara. (Edwards, 1957). yaitu penskalaan yang berorientasi pada stimulus yang diberikan oleh subyek yang berkaitan

dengan perilaku seksual yang pernah dilakukan. Dengan skala ini,

diharapkan sampel bersedia memberikan penelitian mereka masing-masing mengenai perilaku seksual yang pernah dilakukannya 「。セQゥ@ apa yang

dideskripsikan oleh aitem, skala ini memiliki alternatif pilihan jawaban mulai dari A,B,C tidak pernah, C kadang-kadang, dan E,F,G sering sekali

melakukan perilaku seksual. Sedangkan skor yang akan cliberikan pada masing-masing pilihan jawaban adalah sebagai berikut: (lihat tabel 3.4) (lihat tabel 3.4.)

Skor skala perilaku seksual untuk Try Out

Pilihan A B

c

D E F G

Favorabel 1

2

3 4 5 6 7

UnFavarabel 7 6 5 4 3

2

1
(71)

Adapun rumus untuk skor jawaban YA yaitu:

S

=

bb [ ( 0,50 -

pk b)

Ip ]

i

keterangan :

bb

=

Batas bawah angka yang berisi median

pk b

=

Proporsi Kumulatif dibawah kategori angka yang berisi median p = Proporsi pada kategori angka yang berisi median

=

luas interval angka yang dalam hal ini sama 、・ョAセ。ョ@ 1

(Lihat pada lampiran skala stimulus skor perilaku seksual)

3.2.3. Teknik

Uji

lnstrumen Penelitian

3.2.3.1. Uji Validitas

Untuk mengetahui apakah skala yang telah dibuat mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, maka diperlukan pengukuran validitas. Oleh karena itu, untuk menguji validitas dari skala yang telah dibuat dengan menggunakan teknik korelasional Product Moment Pearson, dalam perhitungannya adalah dengan menggunakan program SPSS versi 11,5. Adapun rumusnya adalah :

r

xy

=

:L

XY -

(:L

X )

cセZZ@

Y )

/n

(72)

keterangan :

X

=

Skor skala tingkat religiusitas Y

=

Skor skala perilaku seksual N

=

Banyaknya Subjek

3.2.3.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil suatu pengulkuran. Pengukuran yang memilki reliabilitas yang tinggi, yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya ( Azwar, 2003 ). Untuk mencari nilai estimasi reliabilitas dari instrument yang digunakan , peneliti menggunakan tekhnik Alpha

Cronbclch (Ai.war, 2003 ), dalarh penghitungannya adalah dengan menggunakan

Gambar

TABEL HA LAMAN
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.5.
+7

Referensi

Dokumen terkait

tumpatan ART-GIC dan tumpatan amalgam, dengan memperhitungkan alat dan bahan yang diperlukan untuk tumpatan dengan cara konvensional dan metode ART, biaya inventaris alat medis dan

(2) Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

Total karbonil pada daging sei dengan konsentrasi asap cair yang berbeda sebelum pemanggangan secara statistik menunjukkan bahwa antara perlakuan 10%, 20% dan 30% konsentrasi asap

Understanding the habitat distributions of both the mouse and barking deer, as well as the diversity of forest plants preferred by these animals as their feed resources

Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam?. hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak -

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh proporsi komisaris independen, leverage, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal terhadap cash effective tax

drop atau tidak digunakan. Soal yang valid adalah sebanyak 22 soal dan drop 8 soal dari. total 30 butir soal dengan tingkat

diberhentikan, yang dimana pengisian kekosongan jabatan Wakil Kepala Daerah hanya akan dilakukan jika sisa masa jabatan yang ditinggalkan tersisa 18 bulan dan