• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kebijakan Dan Strategi Preventif Penyalahgunaan Naza Di Polsekta Bogor Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kebijakan Dan Strategi Preventif Penyalahgunaan Naza Di Polsekta Bogor Utara"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

1

1

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN DAN

STRATEGI PREVENTIF PENYALAHGUNAAN NAZA

DI POLSEKTA BOGOR UTARA

Oleh:

MOCHAMMAD SULAEMAN ABDUL AZIZ NIM : 101045122232

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM ( JINAYAH SYAR’IYAH )

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

2

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN DAN

STRATEGI PREVENTIF PENYALAHGUNAAN NAZA

DI POLSEKTA BOGOR UTARA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

MOCHAMMAD SULAEMAN ABDUL AZIZ NIM : 101045122232

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM ( JINAYAH SYAR’IYAH )

(3)

3

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 Rajab 1429 H. 22 Juli 2008 M.

(4)

4

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN DAN

STRATEGI PREVENTIF PENYALAHGUNAAN NAZA

DI POLSEKTA BOGOR UTARA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

MOCHAMMAD SULAEMAN ABDUL AZIZ

NIM : 101045122232

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Odjo Kusnara N, M.Ag. Asmawi, M.Ag.

NIP: 150 060 388 NIP: 150 282 394

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM ( JINAYAH SYAR’IYAH )

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(5)

5

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN DAN STRATEGI PREVENTIF PENYALAHGUNAAN NAZA DI POLSEKTA

BOGOR UTARA telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 08 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Kepidanaan Islam.

Jakarta, 08 Ramadhan 1429 H 08 september 2008 M Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syari’ah da Hukum

Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN MUNAQASAH

1. Ketua : Asmawi, M.Ag. (...) NIP. 150 282 394

2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag. (...) NIP. 150 282 403

3. Pembimbing I : Drs. H. Odjo Kusnara N, M.Ag. (...) NIP. 150 234 496

4. Pembimbing II: Asmawi, M.Ag. (...) NIP. 150 282 394

5. Penguji I : Dr. Abdurrahman Dahlan, M.A (...) NIP. 150 234 496

(6)

7

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas karunia dan segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada penebar rahmat-Nya bagi seluruh alam, pembawa hujjah bagi segenap manusia, junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Dengan segenap kemampuan dan kekuatan, melalui proses berjalan yang takkan mungkin dilewati tanpa dukungan moral maupun material dan bantuan dari berbagai pihak, dengan sedikit rasa yang seakan tidak mungkin, akhirnya penyusunan skripsi ini bisa diselesaikan.

Dalam kesempatan ini, izinkanlah penulis dengan kerendahan hati untuk menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada: 1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH., M.A., MM. selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum.

3. Bapak Dr. H. Mujar Ibn Syarif, M.Ag. Selaku Pudek Bidang Akademik.

(7)

8

5. Bapak Odjo Kusnara, M.Ag dan Bapak Asmawi, M.Ag. yang begitu sabar memberikan bimbingan kepada penulis.

6. Seluruh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum atas ilmu yang telah diberikan. 7. Kapolsekta Bogor Utara dan Jajarannya atas informasi dan kerjasama yang telah

diberikan.

8. Teristimewa, Ayahanda Bapak Udjang Sahim (Alm), Ibunda tercinta Sofinah atas segala pengorbanan yang telah kalian berikan ternyata tidak sia-sia, dengan segenap jiwa raga, kesabaran, ketulusan, keikhlasan, kasih sayang yang tercurah selama ini tidak luput tetesan air mata, untaian lafadz dzikir akhirnya dinding yang kokoh itu dapat dilalui tentunya tidak lepas dari restu dan do’a kalian berdua. Skripsi ini adalah persembahan terindah untuk kalian berdua sebagai tanda cinta, dan tanda terimakasih dari penulis. Juga kepada semua kakak-ku, adikku tercinta Syaifullah (Alm), Keponakan-keponakanku, murid-murid privateku dan semua sanak saudara terimakasih kalian semua telah memberikan sumbangsih yang begitu besar sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(8)

9

10.Teman-teman seperjuangan jurusan Pidana Islam angkatan 2001, juga rekan-rekan di BCA 2000 ; M. Irfan Faris Farhan, S.Kom, M. Irfan Anwar, SE.I, M. Lutfi Al-Anshori, SPd.I, M. Israzuddin, SH.I, M. Zaki Irfani, M. Dian Supriatna, Mulyana “Qoeen”, Didin Indrayana, Agung Ismail, Teh Emul, Handi Handika dan Eko. Terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

11.Nenk Dhevy Rusiani Wahid yang telah menjadi inspirasi dan Keluarga besar terima kasih atas pengertian, suport dan kesabarannya dalam menemani hari-hari penulis selama ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan mereka semua. Dan semoga karya tulis yang sederhana ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini.

Bogor, 19 Rajab 1429 H 22 Juli 2008 M

(9)

1 0

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

4. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 Rajab 1429 H. 22 Juli 2008 M.

(10)

1 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah penyalahgunaan NAZA (Narkoba, Alkohol dan Zat Adiktif) adalah merupakan masalah yang tak pernah habis untuk dibicarakan.

Tata nilai di dalam masyarakat akhirnya telah menjadi longgar di mana

permisivisme (keserbabolehan) menjadi nilai yang dianut oleh setiap anggota masyarakat. Begitu pula dalam memandang masalah NAZA dengan segala hal yang berkaitan dengannya manusia cenderung bahkan mendukung terhadap eksploitasi

NAZA itu sendiri tanpa memandang tata moral yang ada.

Masalah penyalahgunaan NAZA akhir-akhir ini dapat menjadi bukti bagi timbul suatu kejahatan, pemakai narkoba meningkat, serta tumbuh di mana-mana. Itu sudah merupakan hal biasa di masyarakat, dengan kata lain penyalahgunaan NAZA dewasa ini telah banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat, sudah sedemikian mewabah dalam keadaan yang kronis meskipun dari berbagai pihak telah berupaya memberantas pola prilaku penyalahgunaan yang menyimpang itu. Namun ternyata penyalahgunaan NAZA semakin menjalar.

(11)

1

10

NAZA. Baik dalam gaya hidup, pergaulan, media-media dan dalam segi kehidupan yang lainnya sampai akhirnya NAZA merupakan kepuasan hidup bagi kebanyakan orang yang mengkonsumsinya.

Penggunaan NAZA sudah tidak lagi dipakai untuk metode pengobatan tetapi sudah melebar ke berbagai bidang yang dilengkapi oleh seni, sarana dan promosi seakan-akan NAZA merupakan makanan yang beraneka ragam yang disajikan pada hidangan yang berbeda-beda serta dilengkapi dengan rangsangan yang menggiurkan. Makanan ini tidak perlu dicicipi atau diramu di samping ia juga bebas dari norma kemasyarakatan. Penyalahgunaan NAZA yang mengerikan ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun, ia adalah hasil kondisi, keyakinan, keinginan dan pemikiran moral tertentu. Fenomena ini bukan muncul begitu saja tetapi merupakan hasil yang dipetik dari kenyataan.

(12)

11

Hal tersebut di atas seolah-olah menjadi trend bahkan kebiasan masyarakat Bogor Utara terutama di wilayah Kedung Halang, Warung Jambu, Pangkalan Raya. Demikian NAZA marak di beberapa daerah tersebut sehingga sudah bisa dikategorikan sebagai daerah yang rentan akan NAZA disinyalir karena banyak tempat-tempat wisata, tempat-tempat hiburan malam, karaoke dan lain-lain.

Dapat dilihat bahwa penyalah gunaan NAZA khususnya di beberapa daerah di Bogor Utara sudah masuk keberbagai lapisan masyarakat mulai dari orang dewasa, remaja bahkan anak dibawah umur. Seperti contoh di daerah Kedung Halang belum lama ini ada dua orang pemuda dan satu orang anak di bawah umur disinyalir meninggal dunia karena sebab penyalahgunaan NAZA yang berlebihan karena disebabkan overdosis.

Data ini diperoleh dari Surat Keterangan Kematian yang dikeluarkan oleh pihak RS. PMI Bogor, dari RT. setempat dan dari Polsekta Bogor Utara. Yang semuanya positif menyatakan bahwa tiga korban tersebut semuanya meninggal dunia disebabkan penyalahgunaan NAZA.

Adapun sikap orang Bogor terhadap masalah NAZA terutama kawula mudanya ada sebagian yang peduli namun lebih banyak yang mempunyai sikap

(13)

12

Sedangkan yang membuat istimewa atau menarik bagi penulis, ingin meneliti sudah sejauh mana tindakan preventif yang dilakukan oleh anggota masyarakat terutama pihak yang berwenang dalam hal ini yaitu kepolisian. Ada satu pertanyaan besar mengapa NAZA bisa masuk dan merajalela sedangkan di wilayah Bogor Utara sendiri masih banyak tempat-tempat yang dianggap sebagai contoh atau panutan yang baik seperti pesantren-pesantren, sekolah-sekolah Islam, madrasah-madrasah, dan sebagainya.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari Uraian di atas tergambar dengan jelas bahwa pembatasan masalah dalam skipsi ini adalah tinjauan hukum Islam terhadap kebijakan dan strategi

preventif penyalahgunaan NAZA di Bogor Utara.

Pertama, Hukum Islam, sebagaimana ditulis dalam skripsi ini yang dimaksud dengan Hukum Islam adalah setiap ketentuan agama yang datang dari Allah SWT baik secara langsung atau pun tidak langsung yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf dalam suatu bentuk keharusan dan pilihan.1

Berbicara mengenai Hukum Islam adalah berbicara mengenai fiqih, fiqih biasanya didefinisikan al-‘Ilm bi al-Ahkam al-Tafshiliyah (ilmu mengenai hukum-hukum syar’i atau hukum Islam).

1

(14)

13

Fiqih secara umum dapat diartikan dengan ilmu tentang prilaku manusia yang landasan utamanya adalah nash atau wahyu atau lebih singkat ilmu Islam tentang perilaku manusia.2

Mengapa harus ada tinjauan dan kajian menurut Islam? Hal ini tentu tidak lepas dari akar sosioetnografis kita, yang lahir dan besar di Indonesia yang sudah lama kita ketahui bahwa Indonesia adalah suatu negara dengan pemeluk agama Islam terbesar, di mana Islam adalah agama yang oleh pemeluknya di- percaya sebagai jalan terbaik yang pernah disediakan oleh Allah SWT.

Kedua, penyalahgunaan NAZA di wilayah Bogor Utara sehingga penulis ingin membahas kebijakan dan strategi preventif terhadap penyalahgunaan NAZA mulai dari pengertian, jenis dan penyalahgunaan itu sendiri.

Ketiga, kebijakan dan strategi preventif di sini adalah tindakan yang lebih dikhususkan oleh Polsekta Bogor Utara, sehingga penulis ingin menjelaskan kepada masyarakat umum bagaimana kebijakan dan langkah Polsekta Bogor Utara dalam menangani masalah penyalahgunaan NAZA khususnya di kota Bogor Utara.

2. Perumusan Masalah

Untuk mempertegas pokok masalah penelitian, perlu dirumuskan sebagai berikut :

2

(15)

14

a. Apa yang dimaksud dengan NAZA, macam-macam NAZA dan bentuk penyalahgunaan NAZA ?

b. Bagaimanakah kebijakan dan strategi polsekta Bogor Utara dalam menangani masalah penyalahgunaan NAZA ?

c. Apakah sudah ada kesesuaian antara kebijakan dan strategi yang dilakukan oleh Polsekta Bogor Utara dalam menangani penyalahgunaan Naza dengan kaidah Hukum Islam ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui pengertian NAZA, macam-macam NAZA, dan bentuk penyalahgunaan NAZA.

b. Untuk mengetahui kebijakan dan strategi yang telah dilakukan Polsekta Bogor Utara dalam menangani masalah penyalahgunaan NAZA.

c. Untuk mengetahui kesesuaian antara kebijakan dan strategi yang dilakukan oleh Polsekta Bogor Utara dalam menangani penyalahgunaan NAZA dengan kaidah Hukum Islam.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

(16)

15

b. Masyarakat umum, untuk menjadi informasi tentang NAZA baik dari pengertian, jenis dan akibat dari penyalahgunaan itu sendiri

c. Kepolisian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam menanggulangi penyalahgunaan NAZA yang terus berkembang dari hari ke hari

D. Metode Penelitian Dan Teknik Penulisan

Dilihat dari segi tujuannya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Sedangkan dilihat dari segi jenis data, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan, yakni dengan cara mencatat dan mendokumentasikan informasi dari bahan-bahan tertulis, di samping itu diterapkan juga studi lapangan, teknik observasi dan teknik wawancara.3

Teknik observasi diterapkan dengan cara turun langsung mengamati objek penelitian mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan dan strategi preventif yang dilakukan oleh pihak Polsekta Bogor Utara.

3

(17)

16

Teknik wawancara diterapkan dengan cara mewawancarai yang berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pokok bahasan yang akan dibahas. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak terkait.4

Analisis data dengan menggunakan teknik analitis kualitatif. Tekhnik Penulisan berdasarkan Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.

Dengan pengecualian:

1. Al-Qur’an al-Karim pada daftar pustaka ditempatkan pada tempat awal karena Al-Qur’an adalah kitab suci;

2. Terjemah Al-Qur’an dan Hadits diketik satu spasi walaupun kurang dari lima baris.

E. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan pembahasan, penulis membuat sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Menerangkan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan tekhnik penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II DESKRIPSI UMUM TENTANG NAZA

4

(18)

17

Membahas tinjauan umum tentang NAZA mengenai pengertian, macam-macam dan bentuk-bentuk dari penyalahgunaan NAZA.

BAB III KEBIJAKAN DAN STRATEGI PREVENTIF POLSEKTA BOGOR UTARA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NAZA

Memberi gambaran tentang kebijakan dan strategi preventif yang dilakukan oleh Polsekta Bogor Utara dalam menanggulangi penyalahgunaan NAZA di Bogor Utara.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN DAN STRATEGI PREVENTIF POLSEKTA BOGOR UTARA DALAM

MASALAH NAZA

Tinjauan yang berdasarkan prinsip-prinsip Hukum Islam yang digambarkan secara umum dalam menyikapi dan menanggulangi terhadap penyalahgunaan NAZA. Bab ini juga memaparkan bagaimana kebijakan dan tindakan preventif yang dilakukan Polsekta Bogor Utara.

BAB V PENUTUP

(19)

18

(20)

19

BAB II

DESKRIPSI UMUM TENTANG NAZA

A. Pengertian Naza

NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif) adalah dua zat yang mendatangkan perasaan kecanduan bagi pemakaiannya. Bahkan akan mendatangkan kematian terhadap konsumennya apabila sampai pada tahapan overdosis. Namun antara keduanya narkotika dan psikotropika mempunyai pengertian, jenis (golongan) serta diatur dalam undang yang berbeda pula. Narkotika diatur dalam Undang-undang No. 22 tahun 1997 sedangkan psikotropika diatur dalam Undang-undang-Undang-undang No. 5 tahun 1997.

Kata narkotika itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, dari kata narke yang berarti beku, lumpuh dan dungu. Orang Amerika menyebutnya narcotics yang kemudian diikuti oleh Indonesia dengan kata narkotika. Di Malaysia disebut dadah. Narkotika ini juga diartikan sebagai obat bius, yang membuat orang tertidur5.

Narkotika sering diistilahkan dengan drug dapat diartikan seperti yang diungkapkan Soedjono Dirdjosisworo, adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkan

5

Wilson Nadalak, Korban Ganja dan Masalah Narkotika, (Bandung; Indonesia Publishing House, 1978), Cet. Ke-2, h. 122

(21)

58

54

dalam tubuh. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilang rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbul hayalan-hayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan ditemukan dalam dunia medis yang bertujuan untuk dimanfaatkan untuk pengobatan dan kepentingan manusia, seperti dibidang pembedahan, penghilangan rasa sakit dan lain-lain6.

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi pengertian tentang narkotika adalah obat untuk menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa ngantuk, atau merangsang (opium, ganja dan sebagainya)7.

Sedangkan UU No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, pada Bab I pasal 1 (ayat1) memberikan pengertian, zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU ini atau yang kemudian ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan8.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis

6

Soedjono Dirdjo Sisworo, Hukum Narkotika Indonesia, (Bandung, Citra Aditia Bakti, 1990), h. 3

7

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta, Balai Pustaka, 1989), h. 214

8

(22)

55

maupun semi sintesis, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan yang ditetapkan oleh UU Narkotika: atau, dengan keputusan Menteri Kesehatan; di mana dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu, seperti: hilang rasa nyeri dan sakit, penurunan atau perubahan kesadaran, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbul khayalan-khayalan, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkoba (Narkotika dan obat-obatan berbahaya), NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif) atau ada yang menyebut NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) saat ini ramai dibicarakan di mana-mana. Produk syetan ini begitu mudah masuk dan peredarannya di Indonesia sungguh luar biasa, merambah ke segala background

kehidupan dan tingkat usia, mulai dari para pejabat hingga rakyat biasa, para penjahat hingga aparat kepolisian, para mahasiswa hingga para dosen, para siswa hingga guru, para artis hingga olah ragawan. Sesuatu yang sangat menyedihkan anak SD pun mulai ikut-ikutan triping.

(23)

56

antaranya sembelit, muntah-muntah, kejang-kejang, dan badan menggigil yang dikenal dengan sakau. Untuk itu para pecandu narkoba tidak bisa lepas dari ketergantungan sehingga memerlukan terapi yang cukup lama.

Bahkan menurut penelitian, Narkoba dalam tubuh tidak akan hilang selama enam hingga sepuluh tahun, terhitung dari semenjak seseorang berhenti mengkonsumsi. Hal ini berarti racun narkoba akan tetap menumpuk dalam darah dan selama itu pula sebenarnya seseorang memerlukan terapi yang continue.

Zat Adiktif atau golongan Psikotropika di dalam UU No. 5 Th. 1997 pengertian psikotropika terdapat dalam Bab I ketentuan umum pasal 1 nomor 1, yaitu:

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku.

Dari pengertian pasal 1 nomor 1 tersebut diatas, maka pengertian psikotropika adalah:

a. Zat atau obat baik alamiah maupun sintesis yang bukan termasuk narkotika; b. Berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat

(SPP);

c.Menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

(24)

57

nantinya akan mengalami kesulitan untuk membedakan mana zat atau obat yang tergolong psikotropika dan mana yang tergolong narkotika.

B. Macam-Macam NAZA

Narkotika juga dibedakan dalam golongan-golongan. Dalam tiap-tiap golongan mempunyai fungsi yang berbeda-beda pula. Perbedaan itu berlaku pula dalam ketentuan pidana terhadap para pelaku ilegal.

Berdasarkan lampiran UU No. 22 tahun 1997, penggolongan narkotika sebagai berikut:

1. Golongan I

a. Tanaman Papaver Somiferum I, dan semua jenis bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya;

b. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum I, yang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya;

c. Opium masak terdiri dari:

(25)

58

2) Jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.

3) Jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing;

d. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythtosxlyon dari keluarga daun Erythroxlaceae termasuk buah dan bijinya;

e. Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua dari semua tanaman genus Erythtosxlyon dari keluarga

Erythroxlacea yang menghsilkan kokain secara langsung atau melalui kimia;

f. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun-daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokain;

g. Kokain, metal ester-I-bensoil ekgonina;

h. Tanaman ganja, semua tanaman genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman termasuk dammar ganji dan hasis;

i. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomel serta semua bentuk stereo

kimianya;

j. Delta 9 tetragydrocannabinol dan semua bentuk stereo kimianya; k. Asetorfin;

(26)

59

m. Alfa-metilfentanil;

n. Alfa-metiltiofentanil;

o. Beta-hidroksfentanil;

p. Beta-hidroksi-3-metilfentanil;

q. Desmofina;

r. Etrofina;

s. Heroina;

t. Ketobemidona;

u. 3-metilfentanil;

v. 3-metiltiofentanil;

w. MPPP;

x. Para-fiorofentanil;

y. PEPAP;

z. Tiofentanil9.

Narkotika golongan I ini hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang menggunakan untuk kepentingan selainnya (pasal 5). Dalam hal produksi hanya dalam jumlah yang sangat terbatas dan harus dalam pengawasan yang ketat dari Menteri Kesehatan (pasal 9).

2. Golongan II

9

(27)

60 a. Alfasetilmetadol; b. Alfameprodina; c. Alfametadol; d. Alfaprodena; e. Alfantenil; f. Allilprodena; g. Anileridina; h. Asetilmetadol; i. Benzetidin; j. Benzilmoefina; k. Batameprodina; l. Batametadol; m. Betameprodina; n. Betasetilmetadol; o. Bezileramida; p. Dekstromoramida; q. Dimpromida; r. Dietiltiambutena; s. Defenaoksilat; t. Difenoksin; u. Dihidromorfina;

v. Dimefeptanol10.

Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

3. Golongan III

a. Asetilidinidrokodeina; b. Dekstropropoksideina; c. Dihidrokodeina; d. Etilmorfina; e. Kodeina; 10

(28)

61

f. Nikodikodina;

g. Nikokodina;

h. Norkoeina;

i. Polkodina;

j. Propiram;

k. Garam-garam dari narkotika dalam golongan tersebut di atas;

l. Campuran atau sediaan opium dengan bahan lain bukan narkotika;

m. Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika;

n. Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika11. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

C. Pengertian Dan Golongan Psikotropika (Zat Adiktif)

1. Pengertian Psikotropika (Zat Adiktif)

Di dalam UU No. 5 Th. 1997 pengertian psikotropika terdapat dalam Bab I Ketentuan Umum pasal 1 nomor 1, yaitu:

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoatktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku.

Dari pengertian pasal 1 nomor 1 tersebut di atas, maka pengertian psikotropika adalah:

a. Zat atau obat baik alamiah maupun sintesis yang bukan termasuk narkotika;

11

(29)

62

b. Berkhasiat proaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat (SPP);

c. Menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku12.

Pengertian tersebut menekankan pembatasan ruang lingkup psikotropika yang dipersempit, yaitu zat dan obat yang bukan narkotika, dengan maksud agar tidak berbenturan dengan ruang lingkup narkotika. Karena apabila tidak dibatasi demikian, nantinya akan mengalami kesulitan untuk membedakan mana zat atau obat yang tergolong psikotropika dan mana yang tergolong narkotika13.

2. Golongan Psikotropika (Zat Adiktif)

Adapun macam-macam Psikotropika diatur dalam UU No. 5/1997 yang dibedakan dalam empat golongan sebagai berikut:

a. Golongan I

Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunya potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Macam-macamnya adalah:

1. brolamfetamina (dob);

12

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, (Bandung; CV. Mandar Maju, 2003), cet ke 1, h. 124

13

(30)

63 2. etisklidina; 3. etriptamina; 4. katinona; 5. lisergina; 6. metkatinona; 7. psilosibina; 8. relisiklidina; 9. tenamfetamina; 10. tenosiklidina; 11. det; 12. dma; 13. dmhp; 14. dmt; 15. doet; 16. pce;

17. lsd, lsd, 25;

18. mdm;

19. mekalina;

20. metilaminoreks;

21. mmda;

22. n-etil mda;

23. n-hidroksi mda;

24. paraheksil;

25. pma;

26. psilosina, psilotsin;

27. php, pcpy;

28. stp, dom;

29. mda;

30. tcp;

31. tma.14

b. Golongan II

Psikotropika golongan II adalah Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu

14

(31)

64

pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindxroma

ketergantungan. Macam-macamnya adalah: 1. amfetamina;

2. deksamfetamina;

3. fenetilina;

4. fenmetrazina;

5. fensiklidina (pcp);

6. levamfetamina (levamfetamina);

7. levometamfetamina;

8. meklokualon;

9. metamfetamina;

10. metamefetamina rasemat;

11. metakualon;

12. metilfenidat;

13. sekobarbital;

14. zipeprol.15

c. Golongan III

Psikotropika golongan III adalah Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Macam-macamnya adalah:

1. amobarbital;

2. buprenorfina;

3. butalbital;

4. flunitrazepam;

5. glutetamida;

6. katina;

7. pentazosina;

8. pentobarbital;

9. siklobarbital.16

15

(32)

65

d. Golongan IV

Psikotropika golongan IV adalah Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Macam-macamnya adalah:

1. alobarbita;

2. alprazolam;

3. amferpramona (dietilpropion);

4. aminorex; 5. barbital; 6. benzfetamina; 7. bromazepam; 8. brotizolam; 9. butobarbital; 10. delorazepam; 11. diazepam; 12. estazolam;

13. etil emfetamina (n-etilamfetamina);

14. etil loflazepate;

15. etinamat; 16. atklorivinal; 17. fencamfamina; 18. fendimetrazina; 19. fenobarbital; 20. fenproporeks; 21. fentermina; 22. fludezipam; 23. flurazepam; 24. halazepam; 25. haloksazolam; 26. kamazxepam; 27. katazolam; 28. klobazam; 16

(33)

66 29. kloksazolam; 30. klonazepam; 31. klorazepat; 32. klordiazepoksida; 33. klotiazepam; 34. lefetamina; 35. lorazepam; 36. lorazepam; 37. lormetazopam; 38. maazindol; 39. medazepam; 40. mefenoreks; 41. meprobamat; 42. mekokarb; 43. metilfenobarbital; 44. metilfenobarbital; 45. midazolam; 46. nimetazepam; 47. nitrazepam; 48. nordazepam; 49. oksazepam; 50. oksazepam; 51. pemolina; 52. pinazepam; 53. pipradrol; 54. provelerona; 55. prazepam; 56. sekbutabarbital; 57. temazepam; 58. tetrazepam; 59. triazolam;

60. vinilbital.17

Ada juga beberapa yang termasuk golongan IV yaitu psikotropika jenis Ekstasi yang dikenal dengan nama inex, XTC, huge drug, yuppie

17

(34)

67

drug, essence, clarity, butterfly, black heart, ice. Ekstasi memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Bentuknya berupa tablet dan kapsul warna warni; 2) Cara penggunaan ditelan secara langsung;

3) Mendorong tubuh melakukan aktivitas melampaui batas maksimum.18

D. Macam-macam Bentuk Penyalahgunaan NAZA

Obat-obatan untuk tujuan medis, secara legal diberikan resep oleh dokter atau apoteker terdidik, guna mencegah dan mengobati penyakit. Contoh dari obat-obatan ini, pelega tenggorokan, parasetamol, sirup batuk dan aspirin. Akan tetapi, pemakaian obat tanpa petunjuk medis merupakan penyalahgunaan. Biasanya penyalahgunaan memiliki akibat yang serius dan dalam beberapat kasus biasanya dapat menjadi fatal.

Seorang pengguna NAZA tidak dapat hidup secara normal. Ia bertingkah laku aneh dan menciptakan ketergantungan fisik dan psikologis pada tingkat yang berbeda-beda. Ketergantungan NAZA atau kecanduan berarti kita tidak dapat hidup tanpa obat. Bila seorang anak telah kecanduan, hidup akan seperti di neraka.

Hal ini dikarenakan ketergantungan fisik menyebabkan timbul rasa sakit bila ada usaha untuk mengurangi pemakaiannya atau bila pemakaiannya dihentikan. Ketergantungan secara psikologis menimbulkan tingkah laku yang kompulsif untuk

18

(35)

68

memperoleh NAZA tersebut. Keadaan ini semakin memburuk manakala tubuh sang pemakai menjadi kebal akan narkoba, sehingga kebutuhan tubuh akan narkoba menjadi meningkat untuk dapat sampai pada efek yang sama tingginya. Dosis yang tinggi dan pemakaian yang sering, diperlukan untuk menenangkan keinginan yang besar. Ini dapat menyebabkan kematian.19

Cara termudah untuk menolak kebiasaan mengkonsumsi narkoba adalah dengan tidak memulainya sama sekali. Sekali si pemakai kecanduan, ia akan memiliki ketergantungan secara psikologis seumur hidupnya, dan hal ini akan sulit dikurangi atau dihentikan. Sekali mencoba, mungkin akan mengakibatkan ketergantungan seumur hidup pada obat-obatan terlarang tersebut. Ungkapan “lebih baik mencegah daripada mengobati” telah jadi kebenaran mutlak.

Narkoba yang paling membahayakan banyak disalahgunakan adalah heroin, cannabis/ganja, ecstasy/ice danamphetarnin. Pemakaian narkoba dengan cara menghirup/ngelem (sniffing), terutama inhalen, juga menjadi masalah yang sangat membahayakan.20

1. Jenis Narkotika

a. Opiod

19

Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), “Pengawasan Serta Peran Aktif Orangtua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba”, t.pn., t.th.

20

(36)

69

Opiod atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Paparevera sommiverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preperat atau deriverat dari opium dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tak didapatkan dari opium.

Opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin (diacet, kulporphine), kodein (3-methoxymorphine), dan

hydromorphone (dilaudid). 21

1) Efek yang ditimbulkan

Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat bicara, kerusakan penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena overdosis.22

2) Gejala Intoksikasi (keracunan) Opioid :

Konstraksi pupil (karena anoksida akibat overdosis berat), yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian opioid,

21

Ibid, h. 87 22

(37)

70

yaitu mengantuk atau koma bicara cadel, gangguan atensi atau daya ingat.

Perilaku akan mengalami perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya: euforia awal diikuti oleh apaits,

disforia, agitasi atau psikomotor, gangguan pertimbangan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan yang berkembang selama atau segera setelah pemakaian opioid.23

3) Gejala Putus Obat:

Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis terakhir. Biasanya setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinyu atau pemberian antagonis narkotik.24

Sindroma putus obat mencapai puncak intensitasnya selama hari kedua atau ketiga dan menghilang selama tujuh sampai sepuluh hari setelahnya. Tetapi beberapa gejala mungkin menetap selama enam bulan atau lebih lama.

Gejala putus obat dari ketergantungan opioid adalah kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi

23

(38)

71

takikardia disregulasi temperatur, termasuk pipotermia dan hipertermia.

Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggalkan akibat putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah seperti penyakit jantung.

Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta putuh opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual dan muntah.25

Bahan-bahan opioda yang sering disalahgunakan adalah:

b. Candu

Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai “Lates”. Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau

(39)

72

candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman.26 Diperjual-belikan dalam kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak, burung elang, bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.27

c. Morfin

Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupakan alkaloida utama dari opium (C17H19NO3).

Morfin rasanya pahit. Berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.28

d. Heroin (Putauw)

Heroin mempunyai kekuatan dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir-akhir ini. Heroin,

26 Ibid. 27

Ibid, h. 87 28

(40)

73

yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan

euforik-nya yang baik.29

e. Codein

Codein termasuk garam/turunan dari opium/candu. Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungan adalah rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih dan cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.

f. Demerol

Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan disuntikkan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.30

g. Methadon

Saat ini Methadon banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan apioid. Antagonis opioid telah dibuat

29 Ibid. 30

(41)

74

untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk

meperidine (demerol), methadone (dolphine), pentazocine (talwin), dan propocyphene (darvon). Kelas obat tersebut adalah nalaxone

(narcan), naltrxone (trecan), nalarphine, levalorphane, dan

apomorphine. Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa tersebut adalah

pentazocine, butarphanol (stadol) dan bubprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Nama populer jenis opioid: putauw, etep, PT, putih.31

h. Kokain

Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar Erytrhoxylon coca, yang berasal dari Amerika Serikat, dimana dari tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.

Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anastetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan,

31

(42)

75

karena efek vcasokostriksifnya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali.32

Nama lain untuk kokain: Snow, coke, girl, lady and crack

(kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat).33

1) Efek yang Ditimbulkan

Kokain digunakan karena secara karakteristik, menyebabkan elasi, eufiria, peningkatan harga diri dan perasaan perbaikan adalah tugas mental dan fisik. Kokain dalam dosis rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja beberapa tugas kognitif.34

2) Gejala Intoksikasi Kokain

Pada penggunaan kokain dosis tinggi gejala intoksikasi dapat terjadi, seperti agitasi iritabilitas gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang impulsif dan

32 Ibid. 33

Ibid, h. 91 34

(43)

76

kemungkinan berbahaya agresi peningkatan aktivitas psikomotor TakikardiaHipertensiMidriasis.

3) Gejala Putus Zat

Setelah menghentikan pemakaian. Kokain atau setelah intoksikasi akut terjadi depresi pascaintosikasi (crash) yang ditandai dengan disforia, anhedonia, kecemasan, iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi, kadang-kadang agitasi.

Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain kemungkinan hilang dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa berlangsung sampai satu minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat hari.

Gejala putus Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Orang yang mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri gejalanya dengan alkohol, Sedatif Hipnotik, atau obat antiensletas seperti

diazepam (Valium).35

i. Kanabis (Ganja)

(44)

77

Kanabis adalah nama sejenis singkat untuk tanaman Cannabis Sativa. Semua bagian dari tanaman mengandung kanaboid psikoaktif. Tanaman Kanabis biasanya dipotong, dikeringkan, dipotong kecil-kecil dan digulung menjadi rokok yang disebut joints.

Bentuk yang paling paten berasal dari tanaman yang berbunga atau dari eksudi resin yang dikeringkan dan berwarna coklat hitam yang berasal dari daun yang disebut hashish atau

hash.36

Nama yang umum untuk Kanabis adalah : marijuana,

grass, pot, weed, tes MaryJane. Nama lain untuk menggambarkan tipe Kanabis dalam berbagai kekuatan adalah hemp, chasra, Mang,

dagga, dinsemilla, ganja, cimenk.37 1) Efek yang ditimbulkan

Efek euforia dari kanabis telah dikenali. Efek medis yang potensial adalah sebagai analgesik, antik-onvulsan dan hipnotik. Belakangan ini juga telah berhasil digunakan untuk mengobati mual sekunder yang disebabkan terapi kanker dan untuk menstimulasi nafsu makan pada pasien dengan

36

Ibid. h. 93 37

(45)

78

Imunodefisiensi Sindrome (AIDS). Kanabis juga digunakan untuk pengobatan glaukoma. Kanabis mempunyai efek adiktif dengan efek alkohol, yang seringkali digunakan dalam kombinasi dengan Kanabis.38

2. Alkohol/Minuman Keras

Adalah semua minuman yang mengandung alkohol tetapi bukan obat. Minuman keras terbagi ke dalam tiga golongan yaitu:

a. Golongan A berkadar Alkohol 01% - 05%; b. Golongan B berkadar Alkohol 05% - 20%; c. Golongan C berkadar Alkohol 20% - 50%;

Beberapa jenis minuman beralkohol dan kadar yang terkandung di dalamnya:

a. Bir, GreenSand 1% - 5%;

b. Martini, Wine (Anggur) 5% - 20 %; c. Whisky, Brandy 20% - 50%39.

a. Efek yang ditimbulkan

Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya

38 Ibid. 39

(46)

79

berbeda-beda, tergantung dari jumlah/kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah kecil, alkohol menimbulkan perasaan relax, dn pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan.

Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai berikut: Merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih emosional (sedih, senang, marah secara berlebihan) muncul akibat ke fungsi fisik-motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa tidak sadarkan diri, kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu.

Pengguna biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan mengontrol tingkah lakunya. Pada kenyataannya mereka tidak mampu mengendalikan diri seperti yang disangka oleh mereka mampu mengendalikan diri seperti yang mereka sangka mereka bisa. Oleh sebab itu, banyak ditemukan kecelakaan mobil yang disebabkan karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. 40

Pemabuk atau pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah kesehatan yang serius radang usus, penyakit liver, dan

40

(47)

80

kerusakan otak. Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat-obatan berbahaya lainnya, sehingga efeknya menjadi berlipat ganda. Bila ini terjadi, efek kecanduan dari penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan mengalami over dosis akan lebih besar.41

3. Zat Adiktif (Psikotropika)

Zat Adiktif adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika, yang bersifat atau berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku.

Zat/obat yang dapat menurunkan aktifitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan prilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berfikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.

Pemakaian psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan

41

(48)

81

berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian. 42

Sebagaimana narkotika, Psikotropika terbagi dalam empat golongan yaitu Psikotropika Golongan I, Psikotropika Golongan II, Psikotropika Golongan III dan Psikotropika Golongan IV. Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah psikotropika Golongan I, diantaranya yang dikenal dengan Ecstasy dan psikotropika Golongan II yang dikenal dengan nama Shabu-shabu.43

Adapun yang termasuk ke dalam penyalahgunaan zat adiktif (psikotropika) adalah:

a. Nikotin

Adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti kokain dan heroin. Bentuk nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan dikunyah (tembakau tanpa asap).

Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa berbahayanya merokok bagi kesehatan tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang terus merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah sangat kuat.

42

Ibid, h. 83. 43

(49)

82

Adapunefek yang ditimbulkan adalah:

1.Efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan masalah. 2.Menghisap rokok meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan

menghilangkan perasaan depresif.

3.Pemakaian nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran darah serebral tanpa pengaruh metabolisme oksigen serebral. 44

Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran darah serebral. Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat, bertindak sebagai relakan otot skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin. Nikotin adalah zat kimia yang sangat toxic. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena peralisis (kegagalan) pernapasan.

b. Volatile Solvent atau Inhalensia

1) Volatile Solvent

Adalah zat adiktif dalam bentuk cair. Zat ini mudah menguap. Pendayagunaannya adalah dengan cara dihirup melalui hidung. Cara penggunaan seperti ini disebut inhalensi. Zat adiktif ini antara lain:

44

(50)

83

a. Lem UHU;

b. Cairan Pencampur Tip Ex (tinner);

c. Aceton untuk pembersih warna kuku, cat tembok- Aica Aibon, Castol;

d. Premix.

2) Inhalensia

Zat inhalensia tersedia secara legal, tidak mahal dan mudah didapatkan. Oleh sebab itu banyak ditemukan digunakan oleh kalangan sosial ekonomi rendah. Contoh spesifik dari inhalen adalah bensin, vernis, cairan pemantik api, lem, semen karet, cairan pembersih, cat semprot, semir sepatu, cairan koreksi mesin tik (Tip-Ex), perekat kayu, bahan takaran aerosol, pengencer cat. Inhalen biasanya dilepaskan ke dalam paru-paru dengan menggunakan suatu tabung. 45

Dalam dosis yang kecil inhalensia dapat menyebabkan perasaan euforia, kegembiraan, dan sensasi mengambang yang menyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat berupa rasa ketakutan, flusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual, dan distorsi ukuran tubuh. Gejala neurologis dapat termasuk bicara yang

45

(51)

84

tidak jelas (menggumam, penurunan kecepatan bicara, dan ataksia). Penggunaan dalam waktu lama dapat menyebabkan iritabilitas, labilitas emosi dan gangguan ingatan. Sindroma putus inhalen tidak sering terjadi, kalaupun muncul dalam bentuk susah tidur, iritabilitas, kegugupan, berkeringat, mual, muntah, takikardia, dan kadang-kadang disertai waham dan halusinasi.

Efek yang merugikan paling serius adalah kematian yang disebabkan depresi pernafasan, aritmia jantung, asfiksiasi, aspirasi muntah dan kecelakaan atau cedera. Penggunaan inhalen dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot yang permanen. 46

c. Zat Desainer

Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. Mereka membuat obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-obat itu dibuat tanpa memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan uang dengan secara sengaja membiarkan para pembelinya kecanduan dan menderita. Zat-zat ini banyak yang sudah

46

(52)

85

beredar dengan nama speed ball, peace pills, crystal, angle dust rocketfuel dan lain-lain.47

d. Ectasy

Rumus kimia XTC adalah 3-4-Methylene-Dioxy-Vethil-Amphetainine (AIDM4). Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di penghujung akhir abad lalu. Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri militer Amerika Serikat mengalami kegagalan di dalam percobaan penggunaan MDMA sebagai serum kebenaran. Setelah periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter ahli jiwa.48

XTC mulai bereaksi setelah 20 sampai 60 menit diminum. Efeknya berlangsung maksimum satu jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang. Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga, pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan “asyik”. Dalam keadaan seperti ini, kita merasa membutuhkan teman mengobrol,

47

Ibid, h. 82 48

(53)

86

teman bercermin dan juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu empat sampai enam jam. Setelah itu akan merasa sangat lelah dan tertekan.

e. Shabu-shabu

Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya warnanya putih, dan dikonsumsi dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang memilih membakar shabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang terhirup. Shabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering mengalami efek tersebut dalam kadar yang berbeda.49 Jika sedang banyak mempunyai persoalan/masalah dalam kehidupan, sebaiknya Narkotika jenis ini tidak dikonsumsi. Hal ini mungkin dapat dirumuskan sebagai berikut: masalah + shabu = sangat berbahaya.

(54)

87

Selain itu, pengguna shabu sering mempunyai kecenderungan untuk memakai dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan merupakan suatu tindakan bodoh serta sia-sia mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah (The Law of Dimishing Return). Beberapa pemakai mengatakan shabu-shabu tidak mempengaruhi nafsu makan. Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan berkurang jika sedang mengkonsumsi shabu. Bahkan banyak mengatakan berat badannya berkurang drastis selama memakai shabu.50

Apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat manusia, Psikotropika dapat dikelompokkan menjadi:

1) Depresant

Yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktivitas susunan saraf pusat (Psikotropika Golongan 4), contohnya antara lain: Seatin/Pil BK, Rohypnol, Megadon, Valium, Mandrak.

2)Stimulan

Yaitu yang bekerja mengaktifkan kerja susunan saraf pusat, contohnya amphetamine, AIDAM, N-etil AIDA dan ILAIDA. Ketiganya ini juga terdapat dalam kandungan Ecstasy.

3)Hallusinogen

50

(55)

88

Yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau khayalan contohnya Licercik Acid Dhietilamide (LSD),

psylocibine, micraline. Samping itu Psikotropika dipergunakan karena sulitnya mencari Narkotika dan mahal harganya. Penggunaan Psikotropika biasanya dicampur dengan alkohol atau minuman lain seperti air mineral. Sehingga menimbulkan efek yang sama dengan Narkotika.51

51

(56)

89

BAB III

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PREVENTIF POLSEKTA BOGOR

UTARA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NAZA

A. Kebijakan Preventif Polsekta Bogor Utara Terhadap Penyalahgunaan

NAZA

Dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika. Selanjutnya diatur Undang-undang peran serta masyarakat dalam penanggulangan masalah NAZA yakni dalam beberapa pasal Undang-undang tentang narkotika:

Peran dan kewajiban masyarakat di dalam pencegahan dan penyalahgunaan narkotika tercantum dalam pasal 57 Undang-undang tentang narkotika:

a. Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

b. Masyarakat wajib melaporkan kepada pejabat yang berwenang apabila mengetahui adanya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

c. Pemerintah wajib memberiakn jaminan keamanan dan perlindungan kepada pelapor sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

(57)

90

Pemeritah memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat atau badan yang telah berasal dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan/atau pengungkapan tindak pidana narkotika.

Mengenai hal yang berhubungan dengan jaminan keamanan serta perlindungan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat dapat dilihat dalam pasal 59:

Ketentuan lebih lanjut mengenai peran serta masyarakat, jaminan keamanan dan perlindungan, syarat dan tata cara pemberian panghargaan ditetapkan, dengan peraturan pemerintah.

B. Strategi Preventif Polsekta Bogor Utara Terhadap Penyalahgunaan Naza

1. Memberikan Penyuluhan

Cara yang digunakan dengan memberikan informasi kepada para generasi muda, pelajar dan masyarakat umum mengenai narkoba, bentuk penyalahgunaan dan bahaya narkoba itu sendiri.

Obat-obatan untuk tujuan medis secara legal dikeluarkan oleh dokter atau apoteker guna mencegah dan mengobati penyakit. Contoh dari obat-obatan ini, seperti pelega tenggorokan, parasetamol, sirup batuk dan aspirin. Akan tetapi, pemakaian obat tanpa petunjuk madis merupakan penyalahgunaan. Biasanya penyalahgunaan memiliki akibat yang serius dan dalam beberapa kasus biasanya dapat menjadi fatal.52

52

(58)

91

Seorang pengguna obat terlarang tidak dapat hidup secara normal, ia bertingkah laku aneh dan menciptakan ketergantungan bagi fisik dan

pshycologis pada tingkat yang berbeda-beda. Ketergantungan obat atau kecanduan berarti kita tidak dapat hidup tanpa obat dan akibatnya hidup akan menderita.Hal ini dikarenakan ketergantungan bagi fisik menyebabkan timbulnya rasa sakit bila ada usaha untuk mengurangi pemakaiannya bila pemakaiannya dihentikan. Ketergantungan secara psikologis menimbulkan tingkah laku yang kompulsif untuk memperoleh obat-obatan tersebut keadaan ini semakin memburuk manakala tubuh sang pemakai menjadi kebal akan narkoba, sehingga kebutuhan tubuh akan narkoba akan menjadi meningkat untuk dapat sampai pada efek yang sama tingginya. Dosis yang tinggi dan pemakaian yang sering, diperlukan untuk menenangkan keinginan yang besar. Dan hal ini dapat menyebabkan kematian.

(59)

92

Narkoba yang paling membahayakan banyak disalahgunakan adalah heroin, cannabis/ganja, ectasy/ice dan amphetarnin. Pemakaian narkoba dengan cara menghirup/ngetem (Sniffing), terutama inhalen.jaga menjadi masalah yang sangat membahayakan. 53

Memberikan penyuluhan adalah pencegahan semua tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan (antisipatif). Dengan pencegahan ini, memungkinkan seseorang mempunyai ketahanan diri untuk menciptakan dan memperkuat lingkungannya guna mengurangi atau menghilangkan semua resiko terjadinya sesuatu yang membahayakan diri atau orang lain.

Memberikan penyuluhan penyalahgunaan narkoba adalah segala upaya dan tindakan untuk menghindarkan orang memulai penggunaan narkoba, dengan menjalankan cara hidup sehat serta mengubah kondisi lingkungan yang memungkinkan orang terjangkit penggunaan narkoba.

Penyuluhan meliputi:

a. Peningkatan kesehatan dan budaya hidup sehat baik fisik maupun mental berlandaskan keimanan dan ketakwaan;

b. Pendewasaan kepribadian;

c. Peningkatan kemampuan mengatasi masalah;

(60)

93

d. Peningkatan harga diri dan rasa percaya diri;

e. Peningkatan hubungan intrapersonal dan interpersonal serta kemampuan sosial;

f. Memperkuat sector-sektor lingkungan, misalnya: keluarga, sekolah, masyarakat yang mendukung peningkatan kesehatan dan pengembangan kepribadian generasi muda.54

Tujuan penyuluhan:

a. Membantu seseorang untuk:

1. meningkatkan kemampuan mengatasi

kesulitan/permasalahan;

2. Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan; 3. Meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri; 4. Meningkatkan budaya hidup sehat;

5. Meningkatkan kemampuan sosial;

6. Meningkatkan kemampuan menolak tekanan untuk menyalahgunakan narkoba.

b. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dan keluarga tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dan pencegahannya.

54

(61)

94

c. Meningkatkan peran serta masyarakat dan keluarga dalam penanggulangan dan pencegahan masalah narkoba.55

2. Memberikan Himbauan

Cara ini jaga tidak jauh berbeda dengan penyluhan, hanya lebih ditekankan kepada sebuah pertanyaan, mengapa orang sampai mau memakai narkoba dan sejenisnya.56

Banyak penyebab seorang anak muda menyalahgunakan obat-obatan terlarang atau narkoba. Mereka mungkin telah ditawari oleh teman mereka. Biasanya mereka hanya sebatas ingin mengetahuinya saja, terutama bila mereka memiliki teman yang memakai obat tersebut. Atau seringkali para anak muda mencoba obat-obatan tersebut hanya karena tekanan dari teman yang bersifat negatif.

Mereka juga dapat lari ke penyalahgunaan obat-obatan, guna melupakan masalah mereka. Karena itu penting sekali untuk kita mancari tahu persoalan apa yang sedang dihindari oleh si anak. Seringkali, masalah-masalah perkawinan diantara orang tua, diabaikan oleh orang tua, tekanan keluarga, atau kegagalan dalam hidup penyebab utama.57

55

Ibid. h. 22 56

Wawancara dengan Kapolsekta Bogor Utara pada tanggal 3 Maret 2007. 57

(62)

95

Secara singkat faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkoba adalah:

a. Keingin-tahuan yang besar tanpa sadar akibatnya; b. Keinginan untuk mencoba karena, penasaran; c. Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun);

d. Keinginan untuk mengikuti tren atau gaya (Fashionable); e. Keinginan untuk diterima oleh lingkungannya;

f. Lari dari kebosanan atau kegetiran hidup;

g. Pengertian yang salah bahwa penggunaan yang sekali-kali tidak menimbulkan ketagihan;

h. Semakin mudah untuk mendapatkan narkoba dimana-mana dengan harga relatif murah (available);

i. Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga tidak mampu menolak narkoba secara tegas.58

Dari uraian di atas dapat kemukakan ada beberapa kebijakan preventif yang dilakukan pihak polsekta bogor utara dalam penaggulangan masalah NAZA dan sudah diterapkan berupa himbauan kepada para orang tua antara lain:

58

(63)

96

a. Memberikan pendidikan kepada anak dengan pendidikan Islam yang mantap, kemudian memberikan penerangan mengenai berbagai kewajiban dan larangan yang harus dikerjakan dan harus dijauhi. Termasuk didalamnya diberikan penjelasan tentang hukum dan bahaya narkoba;

b. Orang tua perlu mengetahui informasi penyalahgunaan obat. Orang tua bisa berkonsultasi kepada ahlinya atau belajar melalui Paket Deteksi Dini untuk orang tua yang diselenggaran oleh RSKO;

c. Orang tua perlu memberikan perhatian serta kasih sayang yang sewajarnya kepada anaknya;

d. Orang tua diharapkan dapat memberikan pendidikan kepada anak dengan pola asuh yang membuatnya kelak mempunyai kepribadian mandiri, tegar, dan tidak mudah terpengaruh, dan memiliki kepercayaan diri yang kuat;

e. Orang tua memberikan pengamatan mengenai perkembangan anak sehari-hari jika orang tua kenal betul dengan anak, maka orang tua akan peka terhadap setiap perubahan yang terjadi pada diri anak;

(64)

97

tahu kemana saja anak dan teman-temannya biasa bepergian atau dimana biasanya mereka berkumpul;

g. Sesekali orang tua perlu memeriksa isi kamar tidur anak termasuk segala perlengkapan di dalam kamar tidurnya, terutama tempat-tempat rahasia anak. Tentu jangan sampai diketahui anak agar dia tidak tersinggung atau marah karena merasa tidak dipercaya;

h. Secara rutin orang tua menjalin hubungan dengan guru BP disekolah atau wali kelas anak untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah; i. Orang tua dan anak perlu mendiskusikan masalah-masalah kenakalan

anak dan remaja. Meminta pendapat anak dan biarkan ia mengemukakan pikiran-pikirannya. Tinggal membetulkan jika ia memiliki pangan atau pendapat yang keliru;

j. Orang tua perlu menjaga selalu suasana rumah dan keluarga yang aman, nyaman, harmonis, dan bahagia supaya anak tidak mencari pelarian diluar rumah dan keluarga. 59

3. Melakukan pembinaan serta pengawasan

Polsekta Bogor Utara melakukan pembinaan serta pengawasan lebih dikhususkan kepada para orang tua. Untuk menanamkan kepada anak mereka dengan beberapa cara, seperti dibawah ini:

59

(65)

98

a. Membantu mereka untuk berpikir positif tentang dirinya

Anak-anak sering menggunakan obat agar merasa “tinggi” dan hebat tentang dirinya. Mereka mengalami rasa enak dan percaya diri, akan tetapi hal ini hanya bersifat sementara dan sering berakibat fatal penyalahgunaan dalam jangka waktu panjang bahkan dapat membawa kematian.60

Untuk meningkatkan kepercayaan dirinya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan berikut ini:

1) Memberikan pujian dan dorongan, mengungkapkan penghargaan dengan kata-kata seperti “terima kasih atas bantuannya” kamu telah mencoba“ dan seterusnya.

2) Menunjukkan rasa sayang dengan mendekap, memeluk dan dengan menyentuhnya, jangan menganggap bahwa anak mengetahui besar cinta padanya, oleh sebab itu, perlu menyatakan cinta dengan tindakan. Memberikan cinta kepada anak sepenuhnya. Ciptakan lingkungan dimana dia merasa diterima. Jika perlu kritik tingkah lakunya tapi jangan pernah membetaknya didepan umum.

60

(66)

99

3) Melewatkan waktu bersama anak. Mencoba mengajak dia bicara, membaca dan melakukan aktivitas bersama. Hindarilah penggunaan TV sebagai panjaga anak.

4) Memberikan tanggung jawab kepada anak dengan cara melibatkannya dalam pekerjaan rumah tangga. Hal ini akan membuat dia merasa dihargai dan berguna. Seringkali penyalahgunaan obat disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak-anak akan merasa diabaikan dan tidak dicintai oleh orang tuanya.61

b. Memberikan pelajaran kepada mereka mengenai fakta-fakta

narkoba

Anak-anak sering mencoba narkoba dikarenakan oleh keingintahuan dan penolakan. Tetapi dengan mengetahui bahaya dan akibat dari penyalahgunaan obat-obat terlarang. Maka diharapkan mereka tidak akan pernah mencobanya.

Bila terjadi banyak perubahan drastis dan perubahan-perunahan tersebut bertahan selama lebih dari beberapa hari biasanya ini bisa merupakan pertanda pemakaian narkoba.

61

(67)

100

Tidak ada cara yang cepat dan tepat untuk mengetahui apakah anak sedang memakai narkoba. Beberapa gejala yang telah disebutkan diatas mungkin juga mencerminkan perubahan-perubahan seorang remaja yang sedang tumbuh. Bila orang tua ragu-ragu bantuan sangat diperlukan seperti menemui dokter keluarga atau klinik terdekat untuk memeriksa anak guna memastikan penyakit atau masalah fisik yang ada. Jika perlu, ajaklah anak mengikuti tes urine untuk pembuktian keadaannya.

Mengambil langkah proaktif sangat diperlukan dalam mencegah panyalahgunaan narkoba. Tujuan yang pokok adalah agar anak dapat tahan terhadap tawaran untuk memakai narkoba. Sehingga ia tidak akan pernah memulainya. 62

Banyak sekali tanda-tanda obat atau pernak-pernik narkoba yang bisa didapatkan. Benda-benda yang umumnya dipakai seperti pipa, kertas gulng, botol obat berukuran kecil, obat tetes mata atau korek api gas, jepitan kertas timah, sendok kecil dapat menandakan bahwa anak sedang menyalahgunakan obat terlarang. Jika orang tua mencurigai bahwa anak sedang memakai obat terlarang, langkah awal yang harus dilakukan adalah meminta bantuan. Bersikap tegas, namun tetap

62

(68)

101

mendukung dan memahami karena anak membutuhkan pertolongan yang terus menerus dari orang tua guna keluar dari permasalahannya.63

4. Menyebarkan Jaringan Informasi dan Informan

Hal ini dilakukan dengan cara pihak Polsekta Bogor Utara menyebar para informan untuk terjun langsung dalam masyarakat untuk meneliti, mengamati seluruh kegiatan masyarakat. Khususnya yang berkenaan dengan narkoba. Informan disini adalah orang yang diberi wewenang oleh pihak Kepolisian untuk menjadi mata-mata polisi dan informan ini biasanya adalah orang-orang yang punya hubungan dekat dengan polisi.

Mereka memberikan semua informasi yang erat atau ada hubungannya dengan masalah NAZA yang terjadi dalam masyarakat, baik itu hal-hal yang baru ataupun hal-hal yang sudah sering terjadi. Misalnya macam obat-obat baru yang sedang tren beredar atau bentuk cara penyalahgunaan NAZA itu sendiri. 64

Penyalahgunaan narkoba berpengaruh pada tubuh dan mental emosional pemakainya. Jika sering dipakai, apalagi dalam jumlah berlebih akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosialnya. Pengaruh

63 Ibid. 64

(69)

102

narkoba pada remaja lebih fatal, karena menghambat perkembangan kepribadiannya. Narkoba bahkan dapat merusak potensi diri, sebab dianggap sebagai cara yang wajar seseorang me

Referensi

Dokumen terkait

Strategi Kebijakan untuk Penanggulangan Kegiatan Illegal, Uizreported, U~zregulated (IUU) Fklziitg di Perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia Utara

Berdasarkan hasil deskripsi serta pembahasan yang telah dilakukan mengenai Implementasi Kebijakan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

Dalam berhaji tentu ada aturan mengenai tatacara pendaftaran atau syarat wajib hajinya, namun pada praktek arisan haji di Desa Kideung Ilir Ciampea ini orang

Dalam prakteknya, strategi pembangunan yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Sumatera Utara menunjukkan bahwa model pembangunan yang dilakukannya adalah sebuah

Studi penelitian ini menunjukkan ada beberapa kebijakan penanggulangan gelandangan dan pengemis yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Utara melalui Dinas

Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bogor yaitu telah ditetapkannya Perda Kabupaten Bogor

Terdapat beberapa stakeholders yang terkait dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pengembangan pasar tradisional di Kota Bogor, yaitu Bapeda, Disperindagkop,

Penelitian ini berpusat pada Strategi Kebijakan Penataan Infrastruktur Ibu Kota Baru yang mana dalam implementasinya sudah tentu Peran Pemerintah dalam bekerjasama secara kolaboratif