• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Media Interaktif Pembelajaran Aksara Batak Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Media Interaktif Pembelajaran Aksara Batak Karo"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INTERAKTIF

PEMBELAJARAN AKSARA BATAK KARO

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013/2014

Oleh :

Roseilda Regita 51910211

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Roseilda Regita

Tempat, Tanggal Lahir : Kutacane, 19 April 1991

Tinggi Badan : 157 cm

Berat Badan : 50 kg

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum menikah

Alamat : Jl. Dipatiukur no 86.A Bandung

HP : 0821 2722 1993

II. Pendidikan

● Universitas Komputer Indonesia Bandung (2010-2014) ● SMK TELKOM Sandhy Putra Medan (2007 - 2010) ● SMP Negeri 1 Kabanjahe (2004 - 2007)

(5)

DAFTAR ISI

SAMPUL MUKA

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

ABSTRAK ... iii I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 4

I.4 Batasan Masalah ... 4

I.5 Tujuan Perancangan ... 4

BAB II BELAJAR AKSARA BATAK KARO MELALUI MULTIMEDIA INTERAKTIF II.1 Aksara ... 5

II.1.1 Sejarah Aksara Di Indonesia ... 5

II.1.2 Aksara Batak ... 6

II.1.2.1 Aksara Batak Karo ... 8

II.1.2.2 Sejarah Aksara Batak Karo ... 10

II.1.2.3 Bentuk Tulisan Aksara Batak Karo ... 11

II.2 Mengenal Fase Perkembangan Remaja ... 16

II.2.1 Fase Remaja Awal ... 16

II.2.2 Perkembangan Intelektual ... 17

(6)

II.2.4 Perkembangan Sosial ... 19

II.2.5 Perkembangan Moral ... 20

II.2.6 Perkembangan Kepribadian ... 21

II.3 Metode Pembelajaran Di SMP ... 23

II.4 Kebutuhan Informasi Untuk Remaja Usia 12-15 Tahun ... 24

II.5 Media Informasi ... 25

II.5.1 Multimedia ... 25

II.6 Target Audien ... 28

II.7 Analisis Permasalahan ... 29

II.7.1 Analisis SWOT ... 29

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 32

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 33

III.1.2 Strategi Kreatif ... 35

III.1.2.1 Alasan Pemilihan Tema ... 36

III.1.2.2 Pendekatan Kreatif ... 36

III.1.2.3 Sistem Navigasi ... 36

III.1.3 Strategi Kreatif ... 37

III.1.3.1 Pemilihan Media ... 37

III.1.3.2 Pertimbangan Dasar Penyebaran Media ... 38

III.1.4 Strategi Distribusi ... 38

III.1.4.1 Pertimbangan Dasar Distribusi ... 39

III.2 Konsep Visual ... 39

III.2.1 Gaya Visual ... 39

III.2.2 Format Desain ... 40

III.2.3 Tata Letak ... 40

III.2.4 Tipografi ... 41

III.2.5 Ilustrasi ... 41

(7)

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Pra Produksi ... 45

IV.1.1 Sketsa ... 45

IV.1.2 Pengolahan Dengan Komputer ... 45

IV.2 Teknis Produksi ... 45

IV.3 Teknis Media ... 46

IV.3.1 CD interaktif ... 47

IV.3.2 Media Pendukung ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(8)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Jalaludin, Rakhmat. (1998).Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda

Koentjaraningrat, (1985). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Kozok, Uli. 1999.Warisan Leluhur: Sastra Lama dan Aksara Batak. Jakarta: KPG

MADCOMS. (2013). Adobe Illustrator CS5 untuk Pemula. Jakarta : Andi Publisher.

McGlynn, John H. dkk. 2002.Indonesian Heritage 10 (Bahasa dan Sastra). Jakarta: Buku Antar Bangsa.

Prinst,Darwan. 2004Adat Karo. Medan : Bina Media Print

Suyanto, M.2004.Analisis & Desain Aplikasi Multimedia untuk Pemasaran. Andi Offset: Yogyakarta.

Sitepu ddk,1996.Pilar Budaya Karo. Medan: Fkk.

Teew,A,1988. Sastra dan Ilmu Sastra, Jakarta : Dunia Pustaka Jaya Yusuf, S., Dahlan, D. (2012). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

(9)

Website

FebrinaRamdhani, Nika. (2012).Makna Dari Warna-warna. Tersedia di: http://www.kaykanika.blogspot.com. [ 28 April 2014]

Pertiwi (2009) Rancangan Media Pembelajaran Aksara Sunda Untuk Siswa Sekolah Dasar Melalui Multimedia Interaktif. Tersedia di : http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=61834 [ 21 April 2014]

Sembiring, Bastanta (2012) Tulisan Aksara Batak Karo. Tersedia di : http://bastanta-meliala.blogspot.com/2012/05/surat-karo.html [ 7 April 2014] Sartik, Wida (2010) Pembahasan Dan Penyelesaian Masalah. Tersedia di http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/453/jbptunikompp-gdl-widasartik-22631-3-babii.pdf [7 April 2014].

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Perancangan Media Interaktif Pembelajaran Aksara Batak Karo”. Tugas akhir ini dibuat guna sebagai syarat kelulusan bagi mahasiswa/i yang telah menempuh pendidikan pada Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Desain di Universitas Komputer Indonesia.

Pada kesempatan ini, penulis sekaligus ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dan dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

1. Dodi Nursaiman, S.Ds., M.Ds. selaku dosen pembimbing. 2. Deni Albar, M.Ds. selaku dosen koordinator Skripsi dan TA.

3. Terimakasih kepada kedua orangtua, kakak, abang, adik dan orang-orang yang penulis sayangi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari skripsi ini, baik dari materi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan atas kritikan dan sarannya yang membangun.

Bandung, Agustus 2014

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Tulisan merupakan sebuah komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Dari jaman sebelum masehi dan sampai saat ini manusia menggunakan tulisan sebagai alat untuk berkomunikasi dan saling berbagi pesan. Setiap tulisan memiliki makna dan nilai tersendiri dari setiap huruf dan ejaan yang dilafalkan. Aksara merupakan salah satu bentuk tulisan yang berhubungan dengan peninggalan sejarah kebudayaan dari suatu kehidupan di daerah tertentu. Aksara adalah tanda yang dapat melambangkan bunyi, mewakili bahasa dan digunakan sebagai sarana komunikasi. Aksara digunakan untuk menyampaikan pesan dan sebagai alat komunikasi pada jaman dahulu dan berkembang berdasarkan wilayahnya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki beragam bentuk tulisan aksara yang mewakili daerahnya masing-masing. Menurut sejarah, tulisan aksara di Indonesia mulai berkembang semenjak masuknya penyebaran agama Hindu-Budha ke berbagai wilayah di Indonesia. Dimana unsur Hindu-Hindu-Budha yang datang dan menetap, melangsungkan hidupnya dengan menikahi penduduk setempat. Sehingga sangat wajar, baik langsung maupun tidak langsung di samping memperkenalkan budaya dan negara asalnya sambil mempelajari budaya setempat di lingkungan pemukiman yang baru. Salah satu implementasinya adalah bentuk aksara. Aksara di Indonesia merupakan turunan dari aksara Pallawa yang berkembang di India bagian selatan dan merupakan turunan dari aksara Brahmi yang merupakan cikal bakal semua aksara di daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara (seperti : Indonesia, Malaysia, Thailand ).

(12)

aksara di Indonesia saat ini hanya menjadi salah satu peninggalan sejarah yang patut diketahui, dipelajari dan dilestarikan. Saat ini, minat untuk mempelajari tulisan-tulisan aksara peninggalan sejarah sepertinya tidak mudah untuk ditanamkan pada diri masing-masing setiap orang. Ini karena kecilnya keinginan untuk mempelajari peninggalan sejarah tersebut. Padahal bila ditelusuri lebih dalam lagi, ada begitu banyak pelajaran yang didapat dari setiap peninggalan sejarah yang menjadi pedoman dan tuntunan hidup manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Salah satu contoh peninggalan sejarah yang hampir terlupakan adalah tulisan aksara Batak Karo. Aksara Batak Karo merupakan peninggalan masyarakat Batak Karo Kuno. Banyak cerita, puisi, nasehat, panduan hidup jaman dahulu yang disampaikan secara turun-temurun dengan melalui media lisan ataupun tulisan/aksara melalui media prasasti dan naskah.

(13)

sendiri yang dapat mempelajari aksara Batak Karo ini, melaikan masyarakat umum juga dapat mempelajarinya.

Sekarang ini telah banyak terdapat teknologi media yang dapat digunakan sebagai medium pembelajaran sehingga belajar aksara Batak Karo tidak hanya dipelajari secara konvensional saja, namun dapat dikemas dengan lebih menarik sehingga dapat lebih mudah diterima dan disukai oleh kalangan muda Batak Karo. Saat ini perkembangan teknologi komputer sangat pesat, baik dari sisi hardware maupun software sehingga memungkinkan terciptanya berbagai aplikasi yang sangat dibutuhkan dengan sangat mudah, karena tersedia banyak software yang dapat digunakan untuk membuat aplikasi. Oleh karena itu teknologi komputer saat ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang diantaranya adalah bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Aksara Batak Karo merupakan ilmu pengetahuan yang yang patut dipertahankan dan dilestarikan karena aksara Batak Karo merupakan peninggalan sejarah dari masyarakat Batak Karo pada jaman dahulu. Salah satu caranya adalah dengan membuat media yang dapat dengan mudah dipelajari oleh siapa saja dan dapat sebagai media pendukung pembelajaran. Sehingga dengan media pembelajaran aksara Batak Karo ini tidak hanya dapat dipelajari oleh masyarakat Batak Karo itu sendiri melaikan masyarakat umum juga dapat mempelajarinya.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalahnya sebagai berikut :

1. Aksara Batak Karo semakin jarang ditemukan di daerah asalnya sendiri karena aksara Batak Karo tidak digunakan lagi sebagai alat komunikasi tertulis.

2. Kurangnya sumber yang menjelaskan dan memberitahukan keberadaan aksara Batak Karo.

(14)

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan diatas, maka rumusan masalahnya adalah : “Bagaimana merancang media yang mampu membantu menunjang belajar remaja, dalam mempelajari aksara Batak Karo dengan metode dan pemilihan media yang menarik seperti adanya visual, audio, video, animasi dan interaksi serta mudah diikuti dan disukai anak sesuai dengan perkembangan teknologi informasi pada saat ini?”. Permasalahan lebih ditujukan pada kemampuan mengenal aksara Batak Karo mulai dari Indung surat dan Anak surat. Cara menulis dan membaca aksara Batak Karo .

I.4 Batasan Masalah

Batasan Masalah perancangan adalah :

1. Perancangan media informasi dibatasi pada pengenalanindung surat dan anak surat, membacaIndung suratdananak surat.

2. Target utama dalam perancangan adalah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan batasan usia 12-15 Tahun. Dimana siswa belajar aksara Batak Karo di daerahnya.

3. Tempat yang menjadi target adalah di Kabanjahe karena selain daerah asal tulisan aksara Batak Karo, juga karena sebahagian besar sekolah SMP yang ada di Kabanjahe telah memiliki fasilitas perangkat teknologi seperti komputer.

I.5 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan adalah :

1. Sebagai penunjang belajar disekolah adalah membantu mengenal bentuk tulisan aksara Batak Karo serta mengasah kemampuan dalam membaca dan menulis dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar aksara Batak Karo sehingga belajar aksara Batak Karo tidak membosankan.

(15)

BAB II

BELAJAR AKSARA BATAK KARO MELALUI MULTIMEDIA

INTERAKTIF II.1 Aksara

Aksara adalah sebuah simbolisasi visual yang tertera pada media tulis berupa kertas, kayu, bambu, daun, batu, logam dan media prasasti lainnya. Simbol visual difungsikan untuk mengutarakan ataupun menterjemahkan unsur-unsur ekspresif dari suatu bahasa lisan menjadi tulisan, dengan ketentuan disepakati dan dimengerti oleh para penggunanya. Di Indonesia terdapat beragam macam bentuk aksara yang mewakili setiap daerahnya masing-masing. Aksara di Indonesia kebanyakan dipengaruhi oleh bentuk aksara dari India. Ini berawal semenjak mulai masuknya penyebaran agama Hindu-Budha ke Indonesia.

II.1.1 Sejarah Aksara Di Indonesia

(16)

Menurut jamannya aksara-aksara di Indonesia terbagi atas beberapa bagian, diantaranya :

● Jaman Klasik : aksara Pallawa, aksara Siddamatrka, aksara Kawi ( aksara Jawi Kuno).

● Jaman Pertengahan : aksara Budha, aksara Sunda Kuno, aksara Pato (Sumatera).

● Jaman Kolonial : aksara Batak (surat Batak), aksara Rencong, aksara Lampung, aksara Jawa, aksara Bali, aksara Lontara, aksara Bahid, aksara Homuno’o, aksara Tagbanwa.

Aksara di Indonesia merupakan turunan dari aksara Pallawa yang berkembang di India bagian selatan dan merupakan turunan dari aksara Brahmi yang merupakan cikal bakal semua aksara di Asia Selatan dan Asia Tenggara ( seperti : Indonesia, Malaysia, Thailand dan lain-lain). Aksara rencong adalah istilah yang digunakan oleh para penelitian Belanda untuk sebutan pada aksara Ulu yang digunakan di kawasan ulu (pegunungan) Sumatera, khususnya di Kerinci, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung.

Bersamaan dengan aksara-aksara dari daerah lain di Sumatera, surat ulu merupakan turunan dari aksara Pallawa. Aksara Pallawa merupakan bentuk tulisan yang berasal dari wilayah India bagian selatan. Dahulu, surat ulu ditulis pada bambu, tanduk kerbau, dan kulit kayu. Aksara ulu juga dinamakan aksara Kagangga berdasarkan tiga huruf pertama dalam urutan abjadnya dan masih satu bagian dengansurat Batak(aksara Batak).

II.1.2 Aksara Batak (Surat Batak)

(17)

abugida terdiri dari aksara yang melambangkan sebuah konsonan sementara vokal dipasang pada aksara sebagai diakritik. Abugida adalah jenis tulisan yang bersifat fonetis dalam arti bahwa setiap bunyi bahasanya dapat dilambangkan secara akurat.

Gambar II.1 Aksara Batak

Sumber : http://www.wacananusantara.org/wp-content/uploads/2011/09/Ragam-Bahasa-dan-Aksara-Abudiga-Batak.jpg [ 24 maret 2014 ]

Dalam jurnal Njoo (2009) yang berjudul “Aksara Batak” menjelaskan, terdapat beberapa faktor penyebab punahnya tradisi penulisan aksara Batak antara lain adalah :

1. Sebagian besar sastra Batak tidak pernah ditulis. Cerita-cerita rakyat dalam bentuk fable, mitos dan legenda, umpama danumpasa, torhan-torhan, turi-turian, huling-hulingansemuanya diturunkan hanya secara lisan dari generasi ke generasi.

2. Masuknya agama Islam dan Kristen ke tanah Batak, yang membenci produk-produk pustaka para datu yang dianggap “objek-objek kekafiran” sehingga mengakibatkan timbulnya permusuhan massal. Akibatnya, semenjak tahun 1852pustakaterancam punah.

(18)

Gambar II.2 Artefak Aksara di Museum Batak Sumber :

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/7/7c/Artefak_di_musem_batak.jpg [ 24 maret 2014 ]

Aksara batak terbagi lagi atas wilayahnya masing-masing, yaitu Angkola-Mandailing, Simalungun, Pak-Pak-Dairi, Toba dan Karo. Dari setiap aksara Batak ini memiliki bentuk aksara yang hampir sama, yang membedakannya hanya pada cara pengucapan, bahasa dan beberapa bentuk yang berbeda. Aksara Batak Karo merupakan salah satu aksara Batak yang ada di daratan tinggi tanah Karo.

II.1.2.1 Aksara Batak Karo

(19)

masyarakat Karo kuno. Tulisan atau aksara Batak Karo ini tumbuh dan berkembang di masyarakat (etnis) Karo serta tersebar luas. Aksara Batak Karo digunakan dan diajarkan pada wilayah daerah Karo yang dahulunya meliputi pesisir timur di Sumatera bagian Utara dan daratan tinggi Karo yang terbentang luas di atas pegunungan bukit Barisan.

Aksara Batak Karo sama halnya dengan aksara-aksara Batak yang lainnya, karena pada aksara terdapat kumpulan dari tanda-tanda (karakter/simbol-simbol) yang memiliki arti untuk menyatakan sesuatu dan pemakaiannya dimengerti dan disepakati oleh masyarakat penggunanya. Dahulu, aksara Batak Karo digunakan masyarakat Batak Karo sebagai alat untuk Berkomunikasi, menuliskan ramuan obat, mantera dan cerita-cerita. Masyarakat Batak Karo menuliskan aksara Batak Karo pada kulit kayu, tulang dan bambu. Alat untuk menulisnya terbuat dari bambu atau kayu yang ujungnya diruncingkan sehingga menyerupai seperti pena atau pensil, dan tintanya terbuat dari minyak kayu yang dibakar.

(20)

II.1.2.2 Sejarah Aksara Batak Karo

Dalam buku A.G Sitepu (1996) yang berjudul “Budaya Karo” mengatakan bahwa sejarah aksara Batak Karo sering juga disebut surat Aru (Haru) yang merupakan aksara yang diturunkan secara langsung dari aksara Pallawa (Wenggi) yaitu perkumpulan dari aksara Brahmi yang berkembang di India bagian selatan. Awal masuknya ke tanah Karo diperkirakan sekitar awal I (pertama) yang dibawa langsung oleh bangsa Tamil bersamaan dengan masuknya kepercayaan Hindu (Senata Dharma). Namun pada buku R Bagun (1089) yang berjudul “Mengenal Orang Karo”

mengatakan bahwa aksara Batak Karo diturunkan dari aksara Nagari(Devanagari), yang merupakan masih perkumpulan dari aksara Brahmi yang berkembang dari India bagian Utara, yang masuknya ke Tanah Karo sekitar abad ke-5 bersamaan dengan masuknya ajaran agama Budha.

Gambar II.4 Ilustrasi silsilah aksara Batak Karo Sumber : Bastanta

Menurut Sampe Sitepu (1996) Aksara Batak karo pada waktu dahulu dibuat pada kulit kayu, tulang dan babu. Aksara yang ditulis pada kulit kayu, maka dipilihlah kulit kayu tertentu, dikupas dan dikeringkan beberapa hari sehingga mirip kertas tebal. Alat tulisnya dibuat dari bambu atau sejenis kayu yang ujungnya di runcingkan sehingga menyerupai pena, tintannya terdiri dari minyak kayu yang dibakar yang disebut “baja” dalam

(21)

Kemudian bekas torehan disapu dengan bekas baja berwarna hitam, lalu setelah kering dibersihkan kembali sehingga baja tinggal pada berkas torehan dan menjadi jelas membacanya.

Gambar II.5 Aksara Batak Karo Sumber : Buku Ali Kozak

Aksara Batak Karo dahulu digunakan untuk membuat catatan, catatan untuk ramuan obat, mantera, ilmu kedudukan, ilmu gaib, ilmu tenun, cerita atau “bilang-bilang”. Selain itu, aksara Batak Karo juga dipergunakan sebagai ragam hias, menulispustaka(Kitab) dan beberapa cerita asal usul merga, seperti Pustaka Kembaren, Pustaka Ginting dan Sembiring Plawi (Bujur Sitepu,1996, h.25)

II.1.2.3 Bentuk Tulisan Aksara Batak Karo

(22)

dan karakter penjelasan lainnya (diakritik) dirangkum dalam kelompok anak surat (anak huruf) yang penempatannya biasanya setelah indung surat.

Anak surat yang merupakan diakritik pada aksara Batak Karo, memiliki fungsi sebagai berikut :

● Penghilang ataupun mematikan bunyi “a” pada setiapindung surat. ● Pengubah bunyi “a” yang mengikuti indung surat menjadi bunyi

“I,u,é,e, dan o”

● Menambahkan bunyi “ng dan h “

● Memperjelas vocal yang baik sebagai awalan, sisipan maupun akhirnya

Aksara Batak Karo juga merupakan kelompok abuguida murni, hal ini tampak pada pelafalan serta penulisan vocal-vocalnya yang sangat mutlak, baik untuk vocal “a, i, u, é, e dan o”. Jika diperhatikan aksara Batak Karo juga memiliki ciri khas tersendiri yang sangat tanpak pada dua indung suratnya “mba” dan “nda”, dimana kedua indung surat ini hanya dapat dijumpai pada tulisan aksara Batak Karo saja, serta merupakan khas logat Batak Karo.

Induk Surat(Indung Surat)

(23)

Adapun ke-21 surat yang terdapat pada aksara Batak Karo, adalah sebagai berikut :

Table II.1 Induk Surat Aksara Karo Sumber : Bastanta, 2012 Anak Surat

Anak surat dalam aksara Batak Karo terbagi atas tiga golongan yang memiliki fungsing masing-masing. Ketiga golongan itu adalah sebagai berikut :

● Golongan I : menghilangkan bunyi “a” ● Golongan II : mengubah bunyi “a”

● Golongan III : menambahkan bunyi “-ng” dan bunyi “-h”

Anak Suart(Diakritik)

(24)

Penengen atau Pemantik (.._..)

Penengen/pemantik, berfungsi untuk menghilangkan (mematikan) bunyi “a” pada indung surat sehingga menjadi huruf yang berdiri tunggal (berdiri

sendiri). Misalkan “Ha” menjadi “H(h)”-saja, “Ka” menjadi “K(k)”-saja dan seterusnya. Karena, “a” yang mengikuti pada indung surat sudah dihilangkan (dimatikan). Adapun tanda (karakter) yang dipakai untuk menghilangkan “a” pada indung surat adalah tanda “(.._..)” yang diletakkan tepat dibelakan indung surat yang bunyi “a” –nya ingin dihilangkan (dimatikan). Sehingga akan menjadi huruf-huruf tunggal (berdiri sendiri). Berikut adalah gambar yang menunjukkan indung surat yang telah diberi penengen/pemantik.

Induk Surat + Penengen (Pematik) H_

Table II.3 Induk Surat + Penengen Sumber : Bastanta,2012

Penengen

Penengen berfungsi untuk mematikan bunyi huruf.

TBS

Tabasa Menjadi

(25)

Kelewan

Kelewan berfungsi untuk mengubah huruf a menjadi i.

JD

Jada Menjadi

JDi Jadi

Sikurun

Sikurun berfungsi untuk mengubah huruf a menjadi u.

JD

Laka Menjadi

LuK Luka

Ketelengen

Ketelengen berfungsi untuk mengubah huruf a menjadi é (keras).

KL

Kala Menjadi

-KL Kela

Keberetten

Keberetten berfungsi untuk mengubah huruf a menjadi e.

PT

Pata Menjadi

PeT Peta

Ketolongen

Ketolongen berfungsi untuk mengubah huruf a menjadi o.

BL

Bala Menjadi

(26)

Kebincaren

Kebincaren berfungsi untuk menambah bunyi ng bila di perlukan.

KB

Kaba Menjadi

KB-Kabang

Kejeringen

Kejeringen berfungsi untuk menambah huruf h bila diperlukan.

LL

Lala Menjadi

LhLh Lahlah

II.2 Mengenal Fase Perkembangan Remaja

Kebutuhan informasi mengenai aksara Batak Karo sangatlah bermacam motif kebutuhannya, sesuai dari periode usia tertentu. Pendidikan mengenai aksara Batak Karo mulai di perkenalkan kepada masyarakat khususnya di Kabupaten Karo pada saat masih duduk dibangku SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas VII (tujuh). Berarti umur yang tepat untuk mengenalkan wawasan dan informasi mengenai aksara Batak Karo, pada saat usia remaja umur 12-15 tahun.

II.2.1 Fase Remaja Awal

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka (Pikunas, 1976) masa ini meliputi :

1. Remaja awal: 12-15 tahun. 2. Remaja madya: 15-18 tahun,. 3. Remaja akhir: 19-22 tahun.

(27)

kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.

Gambar II.6 Anak Remaja

Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-QJBxLdVZTz4/UepVA1tYc-I/AAAAAAAAPTo/fIunVh3-QlA/s1600/Remaja+SMP.jpg [ 7 April 2014]

II.2.2 Perkembangan Intelektual

(28)

Berzonsky (Adam & Gullotta, 1983, 144) mengajukan suatu model cabang-cabang yang membangun berpikir operasi formal. Menurutnya, berpikir formal itu memiliki dua isi yang khusus, yaitu :

1. Pengetahuan estetika: yang bersumber dari pengalaman main musik, membaca literatur atau seni;

2. Pengetahuan personal: yang bersumber dari hubungan interpersonal dan pengalaman kongkret. Lebih lanjut, kemampuan mengaplikasikan operasi formal tidak hanya berkaitan dengan pengalaman belajar khusus, tetapi juga dengan tingkah laku nonverbal: sikap, motif atau keinginan.

3. Simbolik: simbol-simbol tertulis 4. Semantik: gagasan dan makna

5. Figural: representasi visual objek-objek kongkret.

Implikasi pendidikan atau bimbingan dari periode berpikir operasi formal ini, adalah perlunya disiapkan program pendidikan atau bimbingan yang memfasilitasi perkembangan kemampuan berpikir siswa (remaja). Upaya yang dapat dilakukan, seperti :

1. Penggunaan metode belajar yang mendorong anak untuk aktif bertanya, mengemukakan gagasan, atau mengujicobakan suatu materi.

2. dMelakukan dialog, diskusi atau curah pendapat (brain storming) dengan siswa, tentang berbagai masalah sosial, atau berbagai aspek kehidupan, seperti agama, etika pergaulan dan pacaran, politik, lingkungan hidup, bahayanya minuman keras dan obat-obatan terlarang.

II.2.3 Perkembangan Emosi

(29)

baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung). Sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.

Gessel dkk. (Elizabeth B. Hurlock, 1980, terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo, 1991) mengemukakan bahwa remaja 14 tahun sering kali mudah marah, mudah terangsang dan emosinya cenderung “meledak”,

tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja 16 tahun, mengatakanbahwa mereka “tidak mempunyai keprihatinan”. Jadi, adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.

II.2.4 Perkembangan Sosial

Penyesuaian sosial dapat diartikan sebagai “kemampuan untuk mereaksi

secara cepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi”. Remaja dituntut

untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Karakteristik penyesuaian sosial remaja di tiga lingkungan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Lingkungan Keluarga

a. Menjalin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga (orangtua dan saudara).

b. Menerima otoritas orangtua (mau menaati peraturan yang ditetapkan orangtua).

c. Menerima tanggung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga.

(30)

2. Lingkungan Sekolah

a. Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah. b. Berpartisipasi dalam kegiatan sekolah.

c. Menjalin persahabatan dengan teman sekolah.

d. Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah dan staff lainnya.

e. Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya 3. Lingkungan Masyarakat

a. Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain. b. Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain.

c. Bersikap simpati dan altruis terhadap kesejahteraan orang lain. d. Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi dan

kebijakan-kebijakan masyarakat (Schneiders, 1964, 452-460).

II.2.5 Perkembangan Moral

Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orangtua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan kedisiplinan.

(31)

Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat moral orangtua (Haan, Langer dan Kohlberg 1976)

Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan moralnya dan ibu-ibu anaknya nakal dan remaja yang tidak nakal mendapatkan skor yang lebih tinggi dalam kemampuan nalar moralnya daripada remaja yang nakal (Hudgins.dan Pretince 1973)

Terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan perkembangan moral anak atau remaja, yaitu :

a. orangtua yang mendorong anak untuk diskusi secara demokratik dan terbuka mengenai berbagai isu.

b. orangtua yang menerapkan disiplin kepada anak dengan teknik berpikir induktif (Parikh, 1980).

II.2.6 Perkembangan Kepribadian

Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifat, sikap dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi, respons individu yang beragam (Pikunas, 1976). Sifat-sifat keperibadian yang mencerminkan fisik, sosial, emosional, seksual, kognitif dan nilai-nilai).

Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan integrasi lingkungan dan emosi baru yang tampak perubahan keperibadian pada masa remaja, meliputi :

1. Perolehan tumbuh fisik yang menyerupai masa dewasa,.

2. Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dari emosi baru.

3. Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan mengevaluasi kembali tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita.

(32)

5. Munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi dari anak menuju dewasa.

Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan “identity” merupakan isu sentral pada masa remaja yang

memberikan dasar bagi masa dewasa. Dapat juga dikatakan sebagai aspek sentral bagi keperibadian yang sehat yang merefleksikan kesadaran diri, kemampuan mengidentifikasikan orang lain dan mempelajari tujuan-tujuan agar dapat berpartisipasi dalam kebudayaannya. Erikson meyakini bahwa perkembangan identity pada masa remaja, berkaitan erat dengan komitmennya terhadap okupasi masa depan, peran-peran masa dewasa dan sistem keyakinan pribadi (Nancy J. Cobb, 1992, 75). Sejak masa anak, sudah berkembang kesadaran akan diri dan masa remaja merupakan saat pertama berkembang usahanya yang sadar untuk pertanyaan “who am I?”)

Dalam mengolaborasi teori Erikson dengan identityremaja, James Marcia dan kawan-kawan. Mengemukakan bahwa ada empat alternatif bagi remaja dalam menguji diri dan pilihan-pilihannya, yaitu sebagai berikut.

1. “Identity Achievement”, yang berarti bahwa setelah remaja memahami pilihan yang realistik, maka dia harus membuat pilihan dan berperilaku sesuai dengan pilihannya.

2. “Identity Foreclosure”, yang berarti menerima pilihan orangtua tanpa mempertimbangkan pilihan-pilihan.

3. “Identity Diffusion”, yang berarti kebingungan tentang siapa dirinya dan mau apa dalam hidupnya.

(33)

II.3 Metode Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar juga dapat berarti beradaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.

Pembelajaran merupakan kegiatan yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan aktivitas guru. Untuk mencapai tujuan pengajaran, perlu adanya metode mengajar. Pemilihan metode mengajar harus mempertimbangkan pengembangan kemampuan siswa yang lebih kreatif inovatif dan dikondisikan pada pembelajaran yang bersifat problematik yaitu pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri maupun belajar secara kelompok.

(34)

Gambar II.7 Suasana belajar di sekolah Sumber :

http://2.bp.blogspot.com/-6VPvQroBV_c/U0OzIywhPpI/AAAAAAAAAYM/sqBSCRtSEOQ/s1600/smp-5.gif [25 maret 2014]

Metode pembelajaran konvensional yang digunakan oleh para pengajar pada prinsipnya sama, apakah itu dengan cara diskusi, praktek secara langsung ataupun cara-cara lainnya. Dengan metode ini siswa suatu saat akan mengalamai kejenuhan, dan juga tidak semua siswa bisa menerima cara-cara tersebut hal ini disebabkan setiap siswa memiliki tingkat intelegen yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat bahwa acara televisi, lagu, video, animasi ataupun gambar-gambar yang menarik bisa menimbulkan rasa ketertarikan dan penasaran serta tidak cepat merasa jenuh. Dan juga lebih mudah mengerti dan menerimanya itupun karena adanya inovasi dan kreatifitas yang terus-menerus sehingga masyarakat tidak mudah bosan bahkan menunggu.

II.4 Kebutuhan Informasi Untuk Remaja Awal Usia 12-15 Tahun

(35)

penting untuk mengetahui bagaimana cara menyampaikannya. Agar bisa memahami kebutuhan informasi untuk remaja awal yang berusia sekitar 12-15 tahun.

Setelah dipaparkan data-data mengenai fase-fase perkembangan remaja awal yang berusia 12-15 tahun, maka informasi yang dibutuhkan antara lain:

a. Informasi yang bersifat logis dan berupa gagasan-gagasan yang dapat memecahkan permasalahan. (perkembangan intelektual)

b. Pengemasan gaya bahasa dengan cara bergaya cerita yang mengajak audience berpikir secara logis dan masuk akal. (perkembangan intelektual).

Informasi yang dapat mendidik dan memberikan suatu wawasan yang menjadi modal untuk memahami dan berdiskusi tentang aksara Batak Karo baik dilingkungan keluarga dan teman-teman sebayanya. (perkembangan emosional, perkembangan sosial).

II.5 Media Informasi

Media informasi digunakan sebagai alat atau saluran yang menghubungkan pemberi pesan dan penerima pesan (komunikan). Berdasarkan tujuan perancangan yang sebagai upaya pemecahan masalah, maka media informasi pada aksara Batak Karo merupakan salah satu bagian yang vital dalam proses penyampaian pesan terhadap audiennya.

II.5.1 Multimedia

Multimediasecara etimologi diartikan sebagai, “Multi” (banyak),medium

(36)

Multimedia Interaktif

Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Melalui proses itu ada timbal balik antara pengguna dengan multimedia. Contoh multimedia interaktif diantaranya adalah: multimedia pembelajaran interaktif, aplikasi game, dan lain-lain (Kusnandar dkk, 2007).

Gambar II.8 Multimedia Interaktif

Sumber : http://statik.tempo.co/data/2013/08/21/id_211862/211862_620.jpg [25 maret 2014]

Jenis Jenis Multimedia interaktifMultimedia Interaktifonline

(37)

Gambar II.9 Multimedia Interaktifonline

Sumber : http://gaptek28.files.wordpress.com/2011/03/web-tipu.jpg [25 maret 2014]

Multimedia Interaktifoffline

Multimedia interaktif offline adalah multimedia interaktif yang dapat dikontrol oleh pengguna tetapi tidak melalui jaringan internet. Contoh multimedia jenis ini diantaranya adalah Multimedia pembelajaran interaktif, aplikasi game, dan lain-lain (Kusnandar dkk, 2007).

Gambar II.10 Contoh multimedia interaktifoffline

Sumber :

(38)

II.6 Target Audien

Penentuan target audien sangat diperlukan dalam perancangan konsep media. Agar pendekatan kepada target sasaran dapat lebih terfokus dan efektif dalam penyampaian pesan.

Target audiens disini ialah anak–anak usia 12-15 tahun, dengan status sebagai siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berikut target audiens jika ditinjau berdasarkan segi demografi, psikografi, dan geografisnya.

Demografi

Usia : 12-15 tahun

Ditinjau dari segi usia, perkembangan kecerdasan otak anak mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80% jika pola asupan rangsang otak yang didapat berjalan efektif ( Pusat Kurikulum Diknas, 2009 ). Agar pola asupan rangsang yang didapat berjalan efektif, maka diperlukan bimbingan dari orang tua maupun pendidik & pemilihan alat bantu mengajar yang tepat.

Jenis Kelamin : laki - laki & perempuan

Jenis kelamin target audiens dalam masalah adalah laki - laki & perempuan, karena dalam sebuah ruang lingkup pendidikan, baik pada acuan Kurikulum tidak ada pembedaan bobot suatu mata pelajaran antara laki–laki & perempuan.

Pekerjaan : (pelajar / siswa Sekolah Menengah Pertama)

(39)

Psikografi

Siswa SMP yang menganggap belajar budaya adalah suatu pelajaran yang membosankan sehingga minat untuk mempelajarinya menjadi tidak ada. Sehingga perlu mencari cara alternative untuk meningkatkan minat untuk belajar.

Geografi

Sekolah-sekolah yang ada di kota kabanjahe

II.7 Analisa Permasalahan

Dari beberapa metode pembelajaran yang ada, kebanyakan para pengajar atau guru, cenderung masih menggunakan metode yang konvensional. Dampak dari metode tersebut membuat siswa merasa jenuh dan bosan dengan pelajaran yang mereka terima dari gurunya. Sehingga pelajaran akan sulit diterima siswa, dan siswa akan sulit pula untuk mengingat semua pelajaran yang di pelajari.

Sebagai antisipasi dari hal tersebut, siswa harus diperkenalkan kepada media pembelajaran baru yang mampu merangsang minat siswa sekaligus memberi kesempatan kepada mereka untuk menikmati dunianya yang penuh warna ketika proses belajar dilakukan. Dengan media baru tersebut, siswa akan dengan mudah untuk menerima pelajaran baru dan senantiasa selalu mengingatnya.

II.7.1 Analisa SWOT

(40)

Table II.4 Analisis SWOT

Streght (Kekuatan)

● Semua rancangan yang dibutuhkan otak untuk memahami suatu informasi seperti teks, suara dan gambar terdapat didalam multimedia interaktif.

● Membuat minat belajar anak remaja semakin meningkat atau bertambah. ● Memudahkan dalam mengajar anak

remaja dalam emosi anak remaja yang belum terlalu stabil.

Weakness (Kelemahan)

● Mudah terjadi pembajakan, multimedia interaktif offline salah satu jenis multimedia interaktif yang sangat rentan dengan pembajakan.

● Kurang fungsional, karena dalam penggunaannya membutuhkan sumber listrik dan alat pemutar untuk mengoperasikannya.

Opportunitas (Peluang)

● Sesuai pada kurikulum DEPDIKNAS, dunia pendidikan perlu memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai proses mengajar dan belajar.

● Bagi Masyarakat umum, akan memudahkan dalam mendidik yang suka bermain sambil belajar.

● Memudahkan dalam belajar.

(41)

Threats (Ancaman)

● Sekarang ini semakin banyaknya dan murahnya alat bantu pembelajaran konvesional seperti buku dan mainan. ● Isi dalam media pembelajaran tidak

terllau luas, sehingga membuat peminantnya menjadi sedikit.

(42)

BAB III

STARATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan

Pengertian strategi menurut Stephanie K (seperti dikutip dalam Bernado Periangan 2011). Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi perancangan yang akan dirancang menggangkat pembahasan mengenai tata cara menulis aksara Batak Karo guna membantu masyarakat untuk mengerti dan tahu cara membaca dan menulis aksara Bataka Karo khususnya bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Strategi perancangan yang akan dibuat untuk memecahkan masalah tentang niat anak remaja yang kurang respek dengan aksara Batak Karo sehingga mengemas pembelajaran aksara Batak Karo agar menarik dan interaktif yang bertujuan agar dalam belajar Aksara Batak Karo menjadi lebih menyenangkan sekaligus untuk melestarikan aksara Batak Karo. Seperti dikatakan sebelumnya perancangan yang dilakukan bertujuan untuk media pembelajaran bagi anak berumur 12-15 tahun, maka dari itu target audien adalah anak remaja, oleh karena itu media yang akan dirancang bertujuan untuk media pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama (SMP), sedangkan untuk target pemasarannya adalah orangtua, guru, Dinas Pendidikan di Kabupaten Karo dan masyarakat Umum lainnya.

Studi Target Audience

(43)

1. Demografis Audiens :

a. Jenis Kelamin/Gender : Laki-laki dan perempuan b. Kelompok Umur : Remaja Awal (12-15 tahun) c. Kelompok pekerjaan : Siswa

d. Kelompok Pendidikan : SMP kelas VII 2. Demografis target Pasar :

a. Jenis Kelamin/Gender : Laki-laki dan perempuan

b. Umur : 27-40 tahun ( Dewasa. Orang Tua). c. Pendidikan : SMA Sederajad dan Perguruan Tinggi d. Status Ekonomi Sosial : Kalangan menengah keatas

3. Geografis : Di Kabupaten Karo khususnya di kota Kabanjahe.

4. Psikografis Target Audien :

a. Kegemarann: bermain, berinteraksi dan berbagi cerita pengalamandengan teman sebayanya.

b. Kebiasaan : berkumpul dengan teman sebaya, cepat, jenuh (ingin selalu mendapatkan sesuatu yang baru).

5. Psikologis target pasar :

a. Gaya hidup : Sosial, aktif dan peduli

b. Kepribadian : Bebas, luwes dan selalu semangat.

c. Manfaat : Memberikan pembelajaran kepada anak remaja dengan cara yang menyenangkan.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Keberhasilan sebuah media sebagai alat penyampaian informasi, sangat dipengaruhi oleh komunikasi sebagai unsur penting didalamnya. Prinsip, tipe, model dan media komunikasi sangat berpengaruh pada penyampaian pesan ke target sasaran serta dapat diterima maksud dan tujuan perancangan.

(44)

(audien) dengan baik dan dimengerti sehingga berpengaruh positif dalam pencapaian tujuan perancangan. Strategi dalam media ini juga didasari oleh pendekatan terhadap karakteristik target sasaran, dikomunikasikan dengan menarik secara visual.

Adapun tujuan yang ingin di capai pada perancangan ini adalah bersifat informatif, yaitu member kemudahan dalam belajar aksara Batak Karo sehingga mudah dimengerti oleh target audien dan ditambah dengan media pendukung, sehingga target audien mengetahui informasi yang ada. Komunikatif, pesan yang disampaikan pada target audien memberi pemahaman mengenai pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator. Sedangkan Persuatif adalah pesan yang ingin disampaikan bersifat untuk mengajak dan mempengaruhi target audien untuk mengikuti maksud dari media informasi. Serta edukatif, pesan yang ingin disampaikan dapat menambah ilmu dan memberi pembelajaran pada komunikan tentang pesan yang terkandung dalam belajar aksara Batak Karo.

a. Pendekatan Visual

(45)

Gambar III.1 Referensi Visual Sumber :

http://1.bp.blogspot.com/-POeHfvu-9As/Tvs0gXGg_eI/AAAAAAAAA8c/o9NX0s9iNMA/s1600/acer.bmp[25 maret 2014]

b. Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal yaitu ungkapan secara tulisan dan lisan yang digunakan dalam perancangan media interaktif dalam belajar aksara Batak Karo bagi anak remaja menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh anak remaja. Sehingga dapat merangsang daya pikir remaja dan merubah keinginan anak remaja untuk mempelajari aksara Batak Karo. Penentuan gaya bahasa seperti ini didapatkan dari data fase perkembangan remaja awal 12-15 tahun (intelektual, emosi, sosial, moral).

III.1.2 Strategi Kreatif

Dalam sebuah perancangan, tentunya di perlukan ide tau gagasan yang cemerlang untuk mendapatkan hasil yang menarik, efektif dan efisien serta komunikatif dan mudah di terima oleh target sasaran.

(46)

dan keinteraktifan pada perancangan inilah yang menjadi penarik perhatian target audien untuk mengikuti informasi yang ingin disampaikan.

III.1.2.1 Alasan Pemilihan Tema

Teman yang dibuat adalah untuk menarik anak remaja dengan disuguhi dengan bentuk ilustrasi dan penggunaan warna yang menarik serta dengan music yang menyenangkan sehingga belajar aksara Batak Karo menjadi sangat menyenangkan. Dengan kata lain, mendidik dengan cara kreatif.

III.1.2.2 Pendekatan Kreatif

Dalam perancangan media ini, upaya penyampaian materi pengetahuan dan pendidikan dilakukan dengan yang mengacu pada minat dan kemampuan target sasaran. Pendekatan kreatif ini adalah:

● Menggunakan visualisasi yang menggambungkan animasi dan ilustrasi dan elemen-elemen yang terdapat dalam media pembelajaran diadaptasi dari lingkungan daerah Batak Karo.

● Penggunaan huruf dengan tinggakat keterbacaan yang baik. ● Menggunakan musik yang bernada gembira.

III.1.2.3 Sistem Navigas

(47)

III.1.3 Strategi Media

Media adalah pendukung, perantara dan sarana serta saluran alat komunikasi untuk penyampaian pesan kepada target sasaran. Dengan perencanaan dan harapan mendapatkan tanggapan dari penerima pesan. Dalam penyampaian informasi kepada target sasaran dan tetap berorientasi pada tujuan perancangan maka diperlukan media yang sesuai agar informasi dapat sampai dan dicerna dengan baik. Komunikasi melalui media pengetahuan yang mengasikan dalam konteks media pendidikan.

III.1.3.1 Pemilihan Media

Pemilihan media berfungsi untuk membatasi media yang akan digunakan dalam menginformasikan Aksara Batak Karo agar tidak terlalu meluas dan kurangnya efektifias terhadap tema dan target audien yang dituju.

Media dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media utama dan media pendukung.

Media Utama CD Interaktif

Media CD interaktif ini menjelaskan secara detail tentang Aksara Batak Karo, dari mulai bentuk aksara Batak Karo, induk surat, anak suarat, penanda bunyi dan cara penulisan aksara Batak Karo itu sendiri.

Informasi yang disuguhkan dalam media utama ini memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, sehingga mudah di cerna oleh target audien.

Media Pendukung

(48)

Buku

Buku ini sebagai buku penunjang untuk mempelajari aksara batak karo.

Poster

Poster merupakan media luar ruangan yang informasinya mudah tersampaikan. Poster ini disebarkan di toko-toko buku dan disekolah-sekolah.

Flyer

Media ini cukup efektif untuk memberikan informasi-informasi secara langsung pada sasaran. Karena pada flayer berisi tentang pengetahuan mengenai informasi yang ingin disampaikan dengan sanngat jelas dan singkat.

Kalender

Media ini sebagai media tambahan yang sangat efektif, karena dengan media ini adalah media yang sangat sering dilihat dan digunakan masyarat setiap harinya.

III.1.3.1 Pertimbangan Dasar Penyebaran Media

Agar media dapat sampai kepada target sasaran dengan lebih efektif, maka media disebarkan dengan strategi berkerja sama dengan DEPDIKNAS untuk target audien pelajar, toko-toko buku penyebaran secara umum dan lembaga-lembaga yang berkepentingan lainnya.

III.1.4 Strategi Distribusi

(49)

II.1.4.1 Pertimbangan Dasar Distribusi

Pertimbangan dasar distribusi berdasarkan kebijakan menurut kepentingan institusi-institusi terkait yang telah berkerja sama dalam upaya penyebaraan media. Agar media dapat sampai kepada target sasaran dengan lebih efektif, maka media di sebarkan menurut sistem yang digunakan masing-masing institusi-institusi yang terkait berdasarkan hubungannya dengan lingkup usaha mereka.

III.2 Konsep Visual III.2.1 Gaya Visual

Gaya visual yang di gunakan dalam perancangan media ini adalah mengunakan ilustasi kartun. Gaya visual yang digunakan mengambil referensi dari berbagai gaya. Seperti gaya visual yang digunakan “Crash Course World History”, media

edukasi yang bermediavideography yang ada di situs youtube. Tujuannya adalah menyederhanakan visual dengan pertimbangan meringankan pembahasan tata cara menulisa aksara Batak Karo dengan visualnya yang informatif.

Gambar III.2Crash Course World History

(50)

III.2.2 Format Desain

Format desain yang digunakan terdiri dari ukuran layar komputer standard yaitu 1020 px kali 768 px, spesifik RAM komputer minimal 512Mb, backsound dan pengunaaan mouse dan keyboard. Gambar yang digunakan dalam CD Interaktif ini berbentuk ilustrasi digital. Dalam pengerjaannya menggunakan Adobe IllustratordanAdobe Flash CS5.

III.2.3 Tata Letak (Layout)

Tata letak yang akan digunakan pada perancangan CD Interaktif tata cara menulis aksara Batak Karo sama seperti CD Interaktif lainnya dengan ilustrasi kartun yang memadukan teks dan gambar secara tepat dan tidak menghilangkan sisi informasinya. Halaman Layout adalah halaman dimana tata letak huruf yang digunakan, ilustrasi yang digunakan, serta segala konten yang terdapat dalam CD interaktif yang tertata sehingga terlihat menarik dan enak dipandang, berikut salah satu layout utama dalam CD interaktif.

Gambar III.3 Tata Letak Multimedia Interaktif

JUDUL

TOMBOL

(51)

III.2.4 Tipografi

Pemilihan font atau jenis huruf yang digunakan akan sangat berpengaruh dalam membuat suatu karya. Dengan kata lain kewajiban untuk menekuni seni dalam huruf yaitu tipografi harus perlu dipahami juga. Dalam hal pembuatan CD Interaktif tentang Aksara Batak Karo yang berjudul “Bermain dan Belajar aksara Batak Karo” adalah huruf yang digunakan dalam media informasi ini yaitu huruf yang mempunyai karakter kuat dan sederhana. Huruf ini mempunyai tingkat keterbacaan yang baik agar informasi yang disampaikan dapat terlihat jelas. Adapun jenis huruf yang digunakan adalah:

Anaconda Reguler

Penggunaan font ini sebagai penggunaan tulisan pada judul-judul yang ada pada media interaktif.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890.,!?/;:”{}[]=+-_*&@#$%^()

AvantGarde Bk BT

Penggunaan font ini adalah sebagi font tulisan dalam penjelasan materi yang ada pada media interaktif.

(52)

Gambar III.4 Ilustrasi karakter Sumber : Pribadi

Kakater tokoh pada CD Interaktif di ambil dari patung tokoh pawang Ternalem dan putri gunung. Pawang Ternalem adalah sebagai karakter laki-laki dan putri gunung sebagai karakter wanitanya yang memakili dari karakter masyarajat karonya.

(53)

Gambar III.5 : Putri Gunung Sumber : Dokumentasi Pribadi

III.2.6 Warna

Warna yang digunakan pada media informasi ini menggunakan warna warna color (warna segar), maksud dari penggunaan warna ini adalah untuk mendapatkan efek psikiologis bagi target audien yaitu merasa nyaman

(54)
(55)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1 Pra Produksi

Sebelum memasuki tahap produksi, tahapan yang dilalui dalam suatu perancangan media yaitu :

IV.1.1 Sketsa

Yaitu proses awal dari sebuah perancangan yang meliputi tampilan visual seperti, karakter, huruf, tata letak, warna maupun format desain. Proses tersebut biasa dilakukan dengan cara manual dan bisa juga melakukannya dengan cara digital.

IV.1.2 Pengolahan Dengan Komputer

Pengolahan gambar yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Pada tahap manual ini adalah perancangan grafis dengan menggunakan keterampilan tangan dan alat-alat gambar (non mesin), meliputi pembuatan sketsa ilustrasi/gambar dengan menggunakan pensil.

Setelah sketsa gambar selesai dibuat, gambar itu kemudian dipindai, kemudian diolah dengan menggunakan komputer. Pada tahap ini meliputi teknik pewarnaan, memasukanteks atau huruf penentuan format dan penyusunan tata letak (layout), serta menambahkan efek-efek khusus pada desain yang dibuat. Program komputer grafik (software grafis) yang digunakan dalam melakukan pengolahan ini adalah Adobe Illustrator CS5dan Adobe Flash CS5.

IV.2 Teknis Produksi

(56)

IV.3 Teknis Media 1) Materi CD Interaktif

Materi dari CD interaktif ini diambil secara langsung dari sumber informasi dari internet, buku, dan hasil wawancara dengan guru SMP. Dengan ditampilkannya animasi yang berkaitan dengan CD pembelajaran interaktif Aksara Batak Karo. 2) Rancangan Visual

Yang pertama dibuat dalam perancangan CD interaktif mengenal aksara. Setelah itu membuat layout atau tata letak yang disesuaikandengan konsep dan tema. Serta, menambahkan komposisi elemen-elemen desain, dan tombol serta ilustrasi yang akan dipergunakan dalam CD interaktif ini.

2. Produksi

Proses produksi merupakan proses pengerjaan langsung pada aplikasi program Adobe Ilustrator CS5 dan Adobe Flash CS5. Pada perancangan pembelajaran interaktif Aksara Batak Karo ini, menggunakan ukuraninterface1024 pixel x 768 pixel. Dalam proses produksi melewati beberapa tahap pengerjaan, yaitu:

1) Proses Perancangan Visual

(57)

2)Pengaplikasian Bahasa Pemprograman Flash (action script)

Merupakan proses akhir dari pembuatan CD interaktif Belajar Sambil Bermain ini,action script merupakan bahasa pemprograman yang digunakan dalamAdobe Flash CS5, yang hampir mirip dengan bahasa pemprograman Java Script. Pada proses pengaplikasiannya, action yang dibuat diberi layer tersendiri, untuk memudahkan jika ada kesalahan penggunaan action script. Membuat autorun dengan cara mencopy autorun yang telah ada dan mengganti action script nya agar dapat dioperasikan dalam CD interaktif.

3)PengecekanFinal

Proses ini merupakan pengecekan terhadap hasil yang telah dibuat sesuai atau tidak dengan apa yang diharapkan. Alur navigasi telah sesuai atau tidak, serta pengecekan keseluruhan baik huruf yang digunakan maupun pemakaian warna yang sesuai dengan konsep.

3. Pasca Produksi

Setelah proses produksi selesai maka hal yang dilakukan adalah membackup file yang telah jadi kedalam CD dan dilakukan secara masal.

IV.3.1 CD interaktif

Interface Intro

(58)

Keterangan : Untuk tampilan interface CD interaktif ini menggunakan ilustrasi dua wajah anak rema yang tertawa. Itu berarti sebuah ajakan kepada target audien. Latar yang mengambarkan suasana daerah Karo adalah sebagai daya tarik untuk targetaudience.

Interface Home

Gambar IV.2Interface Home

Ukuran : 1024 x 768pixel

Konsep : Halaman home ini berfungsi sebagai pintu masuk ke dalam konten CD Interaktif yang menggambarkan suana pegunungan yang sejuk dan indah.

InterfaceHalaman Belajar

Gambar IV.3Interfacehalaman belajar aksara

(59)

Konsep : Halaman belajar aksara ini berfungsi sebagai pintu masuk ke dalam halaman belajar indung surat dan anak surat aksara Batak Karo.

Gambar IV.4Interfacehalaman belajar indung surat

Ukuran : 1024 x 768pixel

Konsep : Halaman belajar indung surat aksara Batak Karo ini berfungsi sebagai tempat cara membaca tulisan aksara Batak Karo.

Gambar IV.5Interfacehalaman belajar anak surat

Ukuran : 1024 x 768pixel

(60)

InterfaceHalaman bermain tebak aksara

Gambar IV.6Interfacehalaman bermain tebak aksara

Ukuran : 1024 x 768pixel

Konsep : Halaman tebak aksara ini adalah untuk membantu dalam mengingat nama aksara Batak Karo.

Gambar IV.7Interfacehalaman jawaban benar

(61)

Gambar IV.8Interfacehalaman jawaban salah

Ukuran : 1024 x 768pixel

InterfaceHalaman bermain membaca dan menulis aksara

Gambar IV.9Interfacehalaman bermain membaca aksara

Ukuran : 1024 x 768pixel

(62)

Gambar IV.10Interfacehalaman kalah

Ukuran : 1024 x 768pixel

Gambar IV.11Interfacehalaman menang

(63)

IV.3.2 Media PendukungBuku

Gambar IV.12 Buku Ukuran : 29 cm x 21 cm

Teknis : Menggunakan CetakOffsetSeparasi

(64)

Kalender

Gambar IV.13 Kalender Ukuran : 21 cm x 20 cm

Teknis : Mengunakan CetakOffsetSeparasi

Keterangan : Media Kalender ini sangat bermanfaat untuk mengingatkan hari dan memiliki jenjang waktu yang sangat panjang.

Poster

(65)

Gambar IV.14 Poster

(66)

Mini x-banner

Mini x-banner digunakan sebagai media promosi. Tujuan pembuatan ialah mempromosikan buku ilustrasi sebagai media utama di toko-toko buku.

Gambar IV.15 Mini X-Banner Ukuran : 40 x 25 cm

(67)

Flayer

Media Flayer dibuat sebagai media promosi dan informasi yang memberitahukan bahwa CD Interaktif “Bermain Aksara Batak Karo” sudah tersedia di toko-toko buku terdekat. Dan juga akan disebarkan di sekolah-sekolah di kabupaten Karo khusunya.

Gambar IV.16 Flayer

Gambar

Gambar II.2 Artefak Aksara di Museum Batak
Gambar II.3 Aksara Batak Karo
Gambar II.4 Ilustrasi silsilah aksara Batak Karo
Gambar II.5 Aksara Batak Karo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Partikel dalam bahasa Batak Karo tidak ada yang ditulis serangkai dengan kata..

Perancangan multimedia interaktif CD belajar aksara Jawa yang dirancang dikemas dalam sebuah konsep ngudi ilmu dhewe bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa SMP dan

Pada skripsi ini, penulis mengambil judul “ Media Pembelajaran Aksara Jawa Berbasis Multimedia Interaktif Menggunakan Macromedia Flash 8 ” dengan alasan bahwa

 Pembentukan status ethnic identity remaja Batak Karo di Gereja “X” Bandung dipengaruhi oleh kontak budaya dengan sesama etnis Batak Karo dan etnis lain dalam hal

PERSEPSI MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA DAN BATAK KARO DALAM KONTEKS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa

Perancangan konsep tersebut dilakukan dengan pendekatan strategi kreatif agar aplikasi multimedia interaktif yang dihasilkan menarik dan disukai user, sehingga user

1. Hal yang melatarbelakangi orang Batak Karo dalam mendirikan Gereja Batak Karo Protestan di Denpasar dan cenderung tidak mau berbaur dengan sesama umat

Hasil digitalisasi Rebu dalam masyarakat Batak Karo adalah: Situs web yang bertujuan untuk.. Jenis-jenis Rebu yang ada di dalam masyarakat Batak Karo