• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler rohis dengan prestasi belajar PAI di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler rohis dengan prestasi belajar PAI di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

MUHAMMADIYAH 3 JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

Dwi Oktorianto

NIM 109011000187

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

Dengan Prestasi Belajar PAI Di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta” Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Kata Kunci :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kegiatan Rohis terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.Penelitian

ini menggunakan pendekatan kuantitatif Deskriptif, yaitu “pendekatan yang

mementingkan adanya variabel sebagai objek penelitian, dan variabel-variabel tersebut harus didefinsikan dalam bentuk operasionalisasi dari

masing-masing variabel”. Kemudian Untuk memudahkan data, dan informasi yang

mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis melalui penelitian survei (Survei Reasearch) dengan teknik korelasional.

Jenis penelitian survei ini dimaksudkan agar dapat diperoleh data mengenai Keaktifan Siswa dalam kegiatan Rohis dengan prestasi belajar PAI melalui kuesioner/angket yang akan disebarkan di SMA Muhammadiyah 3.

(6)

iv

of Islamoic Study Faculty of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Key Words :

This experiement’s pupose is to knowing the relation ship Rohis activites in

student goal on Islamic study. This observation using the quantitative descriptive objection that pointing the variables as an observation object “those

variables have to defined into varibles opertionalization” to minimizing data

and information that explain the problems that exist in this observation, the writer use the analysis descriptive methodology toward experimental surveys (survey research) with the corelational technique.

This survey research is use to have student activity data in rohis activities with study activity data in rohis activities with study activity in PAI toward quisioner which is given in Muhammadiyah 3 high school.

(7)

v

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur tiada terbatas kepada Allah

„Azza wa Jalla yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya. Dialah yang

telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna dengan anugerah akal pikiran yang luar biasa. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka dengan adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih, kepada yang terhormat:

1. Nurlena Rifa’i, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Abdul Majid Khon, M. Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc. MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Uin Syarif Hdayatullah Jakarta.

4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi diri pribadi selama perkuliahan.

5. Bapak Muhammad Zuhdi M.Ed, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik 6. Bapak Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 3 Jakarta yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

(8)

vi

dan do’a yang tak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

9. Untuk saudara dan sahabatku Mardhaney. S.Pd. I, Umayroh S.Pd. I, Imran Satria Muchtar, S.pd. I, Prasetyo Andi Sabarkah. dan teman-teman seperjuangan yang lain terimakasih telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.

10.Serta semua pihak yang berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga Allah memberikan semoga Allah memberikan kebaikan dan padala kepada kita semua amiin dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang

membacanya. Amin ya Robbal „Alamin.

Jakarta 2014 Penulis

(9)

vii

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRAC ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Rohis ... 8

1. Pengertian Rohis ... 8

2. Rohis Sebagai Ekstrakurikuler ... 9

3. Tujuan Rohis ... 10

B. Pendidikan Agama Islam ... 11

(10)

viii

C. Prestasi Belajar ... 18

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 18

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 19

3. Jenis-jenis prestasi Belajar ... 23

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25

. E. Kerangka Berpikir ... 26

F. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan WaktuPenelitian ... 28

B. Metode Penelitian ... 28

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Teknik Pengolahan Data... 33

F. Instrumen Penelitian ... 34

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 35

1. Uji Prasyarat Analisis ... 35

2. Pengujian Hipotesis ... 36

H. Hipotesis Stasitik ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 39

1. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis (Variabel X) ... 39

2. Prestasi Belajar (Variabel Y) ... 43

B. Uji Instrumen Penelitian... 48

1. Uji Validitas ... 48

2. Uji Realibilitas ... 49

(11)

ix

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

1. Interpretasi Data ... 56

2. Temuan Penelitian ... 58

3. Pembahasan Penelitian ... 70

E. Keterbatasan Penelitian ... 71

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan... 72

B. Implikasi ... 72

C. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(12)

x Tabel 3.2 Interpretasi r Product Moment

Tabel 4.1 Hasil Jawaban Responden Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keaktifan Berorganisasi Intra Sekolah Tabel 4.3 Deskripsi Data Keaktifan Berorganisasi

Tabel 4.4 Prestasi Belajar Yang Dicapai Siswa SMA Muhammadiyah 3 Jakarta

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Tabel 4.6 Deskripsi Data Rata-rata Nilai Raport Siswa

Tabel 4.7 Hasil Pengumpulan Data Tentang Keaktifan Berorganisasi Siswa Intra Sekolah Dan Prestasi Belajar Siswa

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Kuesioner Keaktifan Berorganisasi Siswa Tabel 4.9 Hasil Uji Realibilitas menggunakan SPSS 20

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa SMA Muhammadiyah 3 Jakarta

Tabel 4.12 Nilai Angket dan Nilai Rata-rata Raport Siswa Tabel 4.13 Jumlah Variabel X dan Variabel Y

Tabel 4.14 Interpretasi r Product Moment

Tabel 4.15 Saya aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Rohis di sekolah (+) Tabel 4.16 Saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Rohis untuk meningkatkan

prestasi belajar PAI (+)

Tabel 4.17 Saya ikut berpartisipasi dalam kegiatan Rohis meskipun tidak menjadi penyelenggara acara (+)

Tabel 4.18 Saya menjadi bagian pelaksanaan setiap kegiatan Rohis (+) Tabel 4.19 Saya menyalurkan bakat saya melalui kegiatan Rohis (+) Tabel 4.20 Saya mengikuti dan membantu pelaksanaan kegiatan Rohis (+) Tabel 4.21 Saya hadir dalam setiap kegiatan Rohis (+)

(13)

xi bermasyarakat (+)

Tabel 4.25 Saya bergabung dalam kegiatan Rohis karena kegiatan Rohis memiliki daya tarik (+)

Tabel 4.26 Saya berakhlak baik selama mengikuti kegiatan Rohis (+)

Tabel 4.27 Kegiatan Rohis menambah penguasaan materi keagamaan saya (+) Tabel 4.28 Sarana dan prasarana yang diberikan sekolah membantu para siswa

dalam melaksanakan kegiatan Rohis (+)

Tabel 4.29 Guru membimbing siswa selama kegiatan Rohis berlangsung (+) Tabel 4.30 Guru membiasakan setiap anggota Rohis berprilaku disiplin (+) Tabel 4.31 Saya datang ke masjid lebih awal selama kegiatan Rohis (+) Tabel 4.32 Saya mempraktekan materi dalam kegiatan Rohis pada

proses pembelajaran PAI (+)

Tabel 4.33 Guru membiasakan setiap anggota rohis berprilaku religius (+) Tabel 4.34 Rohis meningkatkan rasa percaya diri ketika berbicara

di depan umum (+)

Tabel 4.35 Saya terpilih menjadi panitia pada setiap kegiatan Rohis (+) Tabel 4.36 Guru pembimbing Rohis memberikan motivasi

untuk selalu belajar (+)

(14)

xii

(15)

xiii Lampiran 2 : Uji Validitas

Lampiran 3 : Distribusi Frekuensi Lampiran 4 : Homogenitas

(16)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.1

Karena berdasarkan undang-undang sistem pendidikan nasional bab V

mengenai peserta didik pasal 12 ayat 1 (a) “setiap peserta didik pada setiap

satuan pendidikan berhak: mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan

agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama”2

Dengan begitu terangkat status pendidikan agama dengan tidak dibedakan lagi dari pendidikan umumnya. Maka sudah sewajarnya pendidikan agama memiliki fasilitas-fasilitas penunjang yang lengkap seperti mushalla atau masjid. Sebagaimana terpenuhinya fasilitas-fasilitas pada mata pelajaran umum.3 Bila di sekolah ada laboratorium IPA, Biologi, Bahasa, maka sebetulnya sekolah juga membutuhkan laboratorium agama di samping masjid. Yang berisi fasilitas yang membawa siswa untuk lebih menghayati agama, misalnya video dan nyanyian yang bernapaskan keagamaan, dan alat-alat peraga pendidikan agama.4

Dalam pendidikan sekolah, pendidikan agama diberikan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Namun untuk sekolah umum, kurikulum pendidikan agama masih kurang memberikan materi keagamaan bagi siswa. Bahkan “di sekolah-sekolah negeri sejak dari pendidikan dasar sampai pendidikan

1

Himpunan Peraturan Perundang-undangan SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional,

(Bandung: Fokus Media, 2013), h. 146. 2

Ibid., h. 8. 3

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 10.

4

(17)

menengah, pendidikan agama dilaksanakan dua jam pelajaran setiap minggunya”.5 Hal ini perlu mendapat perhatian, mengingat pendidikan agama merupakan mata pelajaran wajib yang harus ada di setiap sekolah.

Bagaimana memberikan pelajaran agama dengan durasi 2 jam perminggu, sementara lingkungan sekolah dan setelah pulang kerumah, seorang siswa menghadapi suasana yang berbeda, bahkan cenderung berlawanan dengan nasehat-nasehat agama yang diterimanya sewaktu berada di sekolah.6

Towaf (1996) sebagaimana dikutip oleh Muhaimin menyatakan bahwa kelemahan-kelemahan pendidikan Islam di sekolah antara lain sebagai berikut:

(1) Pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. (2) Kurikulum pendidikan agama Islam yang dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi ataupun minimum informasi, tetapi pihak guru Pendidikan Agama Islam seringkali terpaku padanya sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh. (3) Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut diatas maka guru Pendidikan Agama Islam kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa diapakai untuk pendidikan agama sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton. (4) Keterbatasan sarana dan prasarana, mengakibatkan pengolahan cenderung seadanya. Pendidikan agama yang diklaim sebagai aspek yang penting seringkali kurang diberi prioritas dalam urusan fasilitas.7

Selama ini terdapat anggapan bahwa kegiatan pendidikan agama di sekolah (sebagai suatu mata pelajaran) sebenarnya sukar disebut sebagai kegiatan pendidikan, tetapi lebih tepat disebut sebagai kegiatan pengajaran. Artinya tidak banyak yang dapat dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam lewat kegiatan pendidikan jenis ini untuk memberikan sumbangan, baik

5

Ibid., h. 38. 6

Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam Dan Pendidikan Nasional (Paradigma Baru), (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 41.

7

(18)

bagi proses peremajaan sistem pendidikan formal maupun proses pengembangan pendidikan nonformal.8

Anggapan tersebut memang beralasan bila hanya dilihat dari segi formalitasnya. Yaitu kegiatan pembelajaran yang hanya memiliki porsi dua jam pelajaran dalam seminggu. Tetapi jika dilihat dari sistem pendidikan nonformalnya, ternyata kegiatan pendidikan agama khususnya Islam di sekolah umum semakin hidup dan berkembang dengan pesat. Munculnya kegiatan badan dakwah Islam, kegiatan halaqah dan kajian-kajian keislaman, penciptaan suasana religius, kegiatan belajar baca tulis Al-Qur’an, optimalisasi pemanfaatan sarana ibadah dan lain-lain, merupakan beberapa indikator dari meningkatnya kegiatan keagamaan di sekolah umum.9

Mengingat dalam intra kurikuler Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di dalam kelas tidak cukup waktu, maka perlu tambahan melalui ekstra kurikuler/kegiatan-kegiatan keagamaan. Adapun kegiatan keagamaan yang ada di sekolah biasanya dilaksanakan oleh Rohis (Kerohanian Islam) yang merupakan organisasi sub dari OSIS yang ada di sekolah.10 Yang memberikan suatu alternatif untuk melakukan bimbingan dan pelatihan mempelajari agama Islam. Bentuk kegiatan ini seperti, pelatihan alat-alat musik yang bernuansakan Islam, diskusi keagamaan, bakti sosial, peningkatan pengetahuan dan keterampilan keagamaan, seperti pesantren kilat, peringatan hari besar Islam dan praktek-praktek keagamaan seperti

sholat berjama’ah. Dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat menambah pengetahuan agama Islam, yang mungkin belum sempat diajarkan di kelas. Karena keterbatasan waktu sehingga penyampaian materi-materi juga terbatas.

Kegiatan Rohani Islam (Rohis) merupakan suatu bentuk kegiatan ekstrakulikuler sekolah yang dilakukan di luar jam pelajaran sekolah dalam

8

Ibid., h. 124. 9

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 124.

10

(19)

rangka pembentukan mental dan spiritual anak-anak didik yang merupakan generasi muda agar memiliki akhlak dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam sehingga kelak diharapkan mampu menjadi pemimpin yang baik bagi dirinya, keluarganya, dan orang lain.11

Oleh karena itu keberadaan ektrakurikuler Rohis sebagai kegiatan keagamaan. Diharapkan dapat membantu dan menyempurnakan pembelajaran di kelas sehingga menghasilkan kompetensi siswa yang kurang memuaskan karena keterbatasan penyampaian materi-materi ajar. Maka Melalui kegiatan-kegiatan yang ada dalam ekstrakurikuler Rohis ini dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang telah disampaikan, atau menambah materi baru yang belum di sampaikan di dalam kelas.

Pada dasarnya penyelenggaraan ekstrakurikuler di sekolah bertujuan menggali dan memotivasi siswa-siswa pada bidang tertentu. Karena itu aktivitas ektrakurikuler harus disesuaikan dengan hobi dan kondisi siswa, sehingga melalui kegiatan tersebut siswa dapat memperjelas identitas dirinya. Kegiatan itupun harus ditunjukkan untuk membangkitkan semangat dinamika dan optimisme siswa sehingga mereka mencintai sekolahnya dan menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat.12 Agar kegiatan tersebut berjalan dengan baik, maka sangat diperlukan bimbingan dari guru yang bersangkutan, yaitu guru agama, agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan.

Sebagian pendidik barat memandang bahwa kegiatan tambahan itu merupakan sarana langsung untuk proses belajar mengajar sehingga mereka memasukkannya dalam materi kurikulum yang akan diajarkan. Biasanya kegiatan ekstrakurikuler disusun bersamaan dengan penyusunan kisi-kisi kurikulum dan materi pelajaran. Itu artinya, kegiatan tersebut merupakan bagian dari pelajaran di sekolah dan kelulusan siswa pun dipengaruhi oleh aktivitasnya dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut.13

11

Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis/KMM) SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014, h. 1.

12

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,Terj. Dari ‘Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibiha Fil Baiti Wal Madrasati Wal Mujtama’ oleh Shihabuddin,(Jakarta: Gema Insani Pers, 1995), h. 187.

(20)

Rohis mempunyai peran yang penting dalam kegiatan pengembangan damn bimbingan keagamaan yang dapat meningkatkan kompetensi agama Islam dan kualitas keimanan serta ketaqwaan siswa yang dapat diamalkan dalam kehidupan pribadi, baik di sekolah, rumah atau keluarga, maupun di masyarakat sekitar.14 kegiatan Rohis ini diselenggarakan agar siswa mempunyai wawasan dan pengetahuan yang lebih di bidang agama Islam. Meteri-materi yang diajarkan lebih variatif, sehingga lebih menyenangkan bagi para siswa. Dengan demikian kegiatan ini dapat membantu siswa dalam memahami materi-materi yang diajarkan juga di dalam kelas. Jika para siswa sudah dapat memahami materi-materi ajar yang diajarkan di dalam kelas, kemungkinan para siswa akan berprestasi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

Dari latar belakang di atas, menyadari betapa pentingnya kegiatan Rohis dalam membantu pembelajaran agama di kelas yang hanya dua jam perminggu. Sehingga sulit untuk menyampaikan materi-materi ajar yang begitu banyak. maka inilah yang mendorong penulis untuk memlilih judul “HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ROHIS

DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI DI SMA MUHAMMADIYAH 3

JAKARTA”.

B.

Identifikasi Masalah

Setiap lembaga pendidikan pasti ingin agar para siswanya memliki prestasi dalam setiap pelajaran. Tidak terkecuali mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Namun yang menjadi masalah adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah umum hanya diberikan waktu dua jam pelajaran perminggu. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Anggapan siswa bahwa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kurang penting.

14

(21)

2. Waktu yang diberikan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam terlalu sedikit, padahal materi-materi ajar yang harus diajarkan begitu banyak.

3. Penyampaian materi yang terbatas, karena waktu yang diberikan sedikit. 4. Kurangnya keinginan siswa untuk mengikuti kegiatan Rohis.

C.

Pembatasan Masalah

Dalam penelitian skripsi ini, penulis akan mengadakan penelitian di sekolah umum yang hanya mempunyai waktu untuk belajar agama dua jam pelajaran perminggu. Dan memfokuskan pada program ekstrakurikuler dalam bidang keagamaan yaitu ROHIS (Rohani Islam). Penulis membatasi masalah pada hubungan kegiatan Rohis dengan prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

Adapun kegiatan Rohis disini adalah kegiatan Rohis yang ada di sekolah dan di bawah pengawasan sekolah berupa kegiatan mentoring dan pembinaan. Kegiatan Rohis di sekolah yang akan diteliti juga dikenal dengan sebutan Kader Muballigh Muhammadiyah (KMM). Sedangkan yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu mata pelajaran di sekolah yang di ajarkan di kelas sembilan pada semester satu tahun ajaran 2013-2014 dan sering juga disebut mata pelajaran Al-Islam.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kegiatan Rohis di sekolah?

(22)

E.

Tujuan Penelitian

Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini di antaranya adalah:

1. Mengetahui apa saja kegiatan yang dilakukan ekstrakurikuler Rohis. 2. Mengetahui prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam (PAI).

3. Untuk mengetahui antara kegiatan ekstrakurikuler Rohis dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

F.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran agar dapat meningkat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai informasi ilmiah untuk diri sendiri yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan prestasi siswa.

(23)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Rohis

1. Pengertian Rohis

Rohis adalah kepanjangan dari dua kata, yaitu Rohani dan Islam. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia rohani yaitu yang bertalian atau berkenaan dengan roh, sedangkan roh yaitu sesuatu yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan), jika sudah berpisah dari badan, berakhirlah kehidupan seseorang. Atau makhluk hidup yang tidak berjasad, tetapi berpikiran dan berperasaan.1

Sedangkan Islam Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.2

Sementara itu pengertian Islam menurut Mohammad Daud Ali adalah

“ketundukkan, ketaatan, kepatuhan, (kepada kehendak Allah). Berasal dari kata salama yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari akar kata itu juga terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti kedamaian, kepatuhan, penyerahan (diri).3

Dari berbagai pendekatan istilah/pengertian tersebut di atas ekskul Rohani Islam (ROHIS) mempunyai arti sebuah program ekstrakurikuler yang kegiatannya terfokus kepada peningkatan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap berbasis ke-Islaman yang pada akhirnya dapat mengantarkan siswa menjadi Generasi Masdiri Berakhlaq Mulia.4

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1179

2

Ibid., h. 549. 3

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008), h. 49.

4

Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis/KMM) SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014, h. 4.

(24)

2. Rohis Sebagai Ekstrakurikuler

Rohis biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler (ekskul). Padahal fungsi Rohis yang sebenarnya adalah forum, mentoring, dakwah, dan berbagi. Susunan dalam Rohis layaknya OSIS, di dalamnya terdapat ketua, wakil, bendahara, sekretaris, dan divisi-divisi yang bertugas pada bagiannya masing-masing.5

Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum, seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa.6

Rohis merupakan suatu bentuk kegiatan ekstrakulikuler sekolah yang dilakukan di luar jam pelajaran sekolah dalam rangka pembentukan mental dan spiritual anak-anak didik yang merupakan generasi muda agar memiliki akhlak dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam sehingga kelak diharapkan mampu menjadi pemimpin yang baik bagi dirinya, keluarganya, dan orang lain.7

Pada dasarnya penyelenggaraan ekstrakurikuler disekolah bertujuan menggali dan memotivasi siswa-siswa pada bidang tertentu. Karena itu aktivitas ektrakurikuler harus disesuaikan dengan hobi dan kondisi siswa, sehingga melalui kegiatan tersebut siswa dapat memperjelas identitas dirinya. Kegiatan itupun harus ditunjukkan untuk membangkitkan semangat dinamika dan optimisme siswa sehingga mereka mencintai sekolahnya dan menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat. Hal lain yang dapat tergali dari kegiatan tersebut adalah pemenuhan kebutuhan psikologis siswa, baik itu kebutuhan akan penghargaan, permainan dan kegembiraan. Boleh jadi, ide pengadaan kegiatan di luar proses belajar mengajar formal itu tumbuh dari niat untu mengistirahatkan siswa dari kelelahan berpikir yang menuntut mereka berjuang sungguh-sungguh agar berprestasi.

5

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, diakses: 14 Februari 2014, 00:05,

http://id.wikipedia.org/wiki/Rohis 6

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 360.

7

(25)

Sebagian pendidik barat memandang bahwa kegiatan tambahan itu merupakan sarana langsung untuk proses belajar mengajar sehingga mereka memasukkannya dalam materi kurikulum yang akan diajarkan. Biasanya kegiatan ekstrakurikuler disusun bersamaan dengan penyusunan kisi-kisi kurikulum dan materi pelajaran. Itu artinya, kegiatan tersebut merupakan bagian dari pelajaran di sekolah dan kelulusan siswa pun dipengaruhi oleh aktivitasnya dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut.8

3. Tujuan Rohis

Tujuan dibentuk dan dilaksanakannya kegiatan Rohis pada SMA Muhammadiyah 3 Jakarta adalah untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang kerap terjadi pada para generasi muda dan menciptakan generasi muda yang berakhlakul karimah yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits.9

Tujuan Rohis dibagi menjadi 2 yaitu: a. Tujuan Umum

Membantu siswa dalam menuntaskan pembelajaran secara menyeluruh serta mempunyai kecakapan hidup berbasis Iman dan Taqwa (Imtaq)

b. Tujuan khusus

Dapat membaca Al-qur’an dengan baik dan benar, mempunyai semangat dalam melaksanakan ibadah, Berakhlak mulia, Mengetahui dasar-dasar dalam berda’wah, mengetahui dasar-dasar pembinaan remaja masjid, mengetahui dasar-dasar manajemen Masjid, Menguasai method pembelajaran IQRO’, Mengetahui manajemen pendirian dan pengelolaan pengajian anak-anak.10

8

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,Terj. Dari ‘Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibiha Fil Baiti Wal Madrasati Wal Mujtama’ oleh Shihabuddin,(Jakarta: Gema Insani Pers, 1995), h. 187.

9

Mulyadi, Panduan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis/KMM) SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014, h. 2.

10

(26)

B.

Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas pengertian pendidikan Agama Islam, penulis akan terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan" mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah

ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah inisering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.11

Kata pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap, dan tata laku seseorang, atau kelompok orang, dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.12

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.13

Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan

atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama.14

Dari semua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama adalah sebuah bimbingan yang dilakukan secara sadar oleh

11

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004) Cet. 4, h. 1 12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 326.

13

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet ke-4 h. 4

14

(27)

pendidik, sebagai proses pengubahan sikap, dan tata laku seseorang atau kelompok orang, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Setelah definisi pendidikan secara umum telah diungkapkan, maka akan penulis ungkapkan definisi-definisi pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.15

Sedangkan menurut Ahmad Marimba, pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.16

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.17

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu bimbingan, pengajaran atau pelatihan jasmani dan rohani dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup.

15

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 11

16

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-maarif, 1981), cet. 5, h. 23

17

(28)

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.18

Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai-nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai ajaran agama Islam. melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.19

Ada beberapa tujuan pendidikan yang perlu kita ketahui yaitu: a. Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda

18

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 16.

19

(29)

pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa kepada Allah harus tergambar dalam pribadi sesorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkah-tingkah tersebut.20

b. Tujuan Akhir

Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan kahir akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat menglami naik turun, bertambah dn berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan,memelihara dan memperthankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.21

c. Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberis sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional Umum dan Tujuan Instruksional Khusus (TIU danTIK). Pada tujuan sementara bentuk Insan Kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.22

d. Tujuan Operasional

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan

20

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. 2, h. 41-42.

21

Ibid., h. 42. 22

(30)

mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksioanal ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan pengajaran.23

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Mata pelajaran pendidikan agama Islam itu secara keseluruhannya dalam lingkup Al-Qur’an dan al-hadis, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungan.24

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a. Al-Qur’an-Hadis

Merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber akidah (keimanan), syariah, ibadah, muamalah, dan akhlak sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut.

b. Keimanan atau Aqidah

Merupakan akar atau pokok agama. Ibadah, muamalah dan akhlak bertitik tolak dari akidah, dalam arti sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup).

c. Akhlak

Merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia

23

Ibid., h. 44. 24

(31)

dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya.25

d. Fiqih/ibadah (syariah)

Merupakan sistem norma (aturan) yeang mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan makhluk lainnya. Dalam hubungan dengan Allah diatur dalam ibadah dalam arti khas (thaharah, salat, zakat, puasa, dan haji) dan dalam hubungan dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalah dalam arti luas. e. Sejarah (tarikh)

Merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermualah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.26

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.27

4. Metode Pendidikan Agama Islam

Berikut ini adalah beberapa metode yang digunakan untuk mengajarkan pendidikan agama Islam

a. Metode Mutual Education

Yaitu suatu metode mendidik secara kelompok yang pernah dicontohkan oleh Nabi. Misalnya Nabi dicontohkan Nabi sendiri dalam mengajarkan shalat dengan mendemonstrasikan cara-cara shalat yang baik.28

25

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 80.

26

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 80.

27

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006,

Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 2, ( http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=63/).

28

(32)

b. Metode Mendidik dengan Bercerita

Yaitu dengan mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia masa lampau yang menyangkut ketaatannya atau kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah Tuhan yang dibawakan oleh Nabi atau Rasul yang hadir di tengah mereka.29 Sebagaimana Allah Swt berfirman:



...

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Q.S. Yusuf [12]: 111)

Metode Pemberian Contoh dan Teladan

Metode yang cukup besar pengaruhnya dalam mendidik anak adalah metode pemberian contoh dan teladan. Allah telah menunjukkan bahwa contoh keteladanan Nabi Muhammad adalah mengandung nilai paedagogis bagi manusia.30 Sebagaimana Allah berfirman:



...

”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 21)

c. Metode Diskusi

Dalam dunia pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi akan merangsang murid-murid berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri. Metode diskusi bukan hanya percakapan atau debat biasa saja, tapi diskusi timbul karena adanya masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam.31

29

Ibid., h. 111. 30

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. 2,h. 117.

31

(33)

d. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah dicermahakan.32

C.

Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar berasal dari dua suku kata, yaitu “prestasi” dan

“belajar”. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah: “Hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).”33

Dalam perspektif psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.34

Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa belajar adalah “tingkah laku

yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik, maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.”35

Menurut Sardiman menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan seperti dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.36

32

Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 4, h. 307.

33

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jilid IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1101.

34

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan Kompetensi), (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), h. 59.

35

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 85.

36

(34)

Secara umum belajar dapat dipahami bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.37

Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri yang disebabkan oleh pengalaman.

Sementara itu pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI): “penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.”38

Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh seorang siswa setelah melakukan kegiatan belajar tertentu yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setelah mengikuti tes-tes tertentu tentang apa yang telah dipelajari.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar seorang siswa dengan siswa lain tentunya berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Secara garis besarnya faktor itu dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa) dan faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa).

a. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan dan kondisi jasmani siswa, meliputi dua aspek yakni:

1) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

37

Fadhilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. 1, h. 63.

38

(35)

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.39

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esesnsial itu adalah sebagai berikut: a) Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran-peran organ tubuh lainnya, lantaran otak

merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktifitas

manusia.40 b) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (responsetedency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.41 Sikap merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar dalam hal ini sikap yang akan

39

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 15, h. 130.

40

Ibid., h. 131. 41

(36)

menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar, seperti kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan sebagainya.42

c) Bakat Siswa

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat sama dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai gifted, yakni anak berbakat intelektual.43

d) Minat Siswa

Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.44 Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.45

e) Motivasi

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organismeyang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam

42

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 84. 43

Syah, op cit., h. 133. 44

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 15,, h. 134.

45

(37)

pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.46

b. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut:

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya yang menjadi lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.47

2) Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.48

c. Faktor Pendekatan Belajar

Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan di muka, faktor pendekeatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu dari pada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface.49

Faktor-faktor tersebut saling mendukung dan mempengaruhi. Misalnya, seorang siswa yang memiliki kemampuan intelegensi yang

46

Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h. 100. 47

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 15, h. 135.

48

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 15, h. 135.

49

(38)

tinggi namun tidak didukung dengan lingkungan yang baik serta sarana dan prasarana sekolah yang kurang baik, bisa jadi dapat membuat siswa enggan untuk mengikuti pelajaran. Oleh karena itu setiap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi harus diperhatikan. Agar dapat meningkatkan siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan meminimalkan siswa-siswa yang berprestasi rendah atau gagal sama sekali.

3. Jenis-jenis Prestasi Belajar

Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai setelah seseorang belajar. Bloom mengemukakan tipe hasil belajar adalah:50

a. Ranah Kognitif (Cognitive domain / ranah cipta)

Adalah keberhasilan belajar yang diukur oleh taraf penguasaan intelektuallitas, keberhasilan ini biasanya dilihat dengan bertambahnyapengetahuan siswa, yang terbagi menjadi :

1) Pengetahuan (Knowledge) adalah ranah pengetahuan yang meliputiingatan yang pernah dipelajari meliputi metode, kaidah, prinsip danfakta.

2) Pemahaman (Comprehension) meliputi kemampuan untuk menangkap arti, yang dapat diketahui dengan kemampuan siswa dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan.

3) Penerapan (Application), kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata. Penerapan ini dapat meliputi hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip dan teori.

4) Analisis (Analysis), meliputi kemampuan untuk memilah bahan ke dalam bagian-bagian atau menyelesaikan sesuatu yang kompleks ke bagian yang lebih sederhana. Contohnya

50

(39)

mengidentifikasikan bagian-bagian, menganalisa hubungan antar bagian-bagian danmembedakan antara fakta dan kesimpulan. 5) Sintetis (Syntesis), meletakkan bagian-bagian yang dihubungkan

sehingga tercipta hal-hal yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation), kemampuan memberikan penilaian terhadapsesuatu.

b. Ranah Afektif (ranah rasa)

Adalah keberhasilan belajar yang diukur dalam taraf sikap dan nilai. Keberhasilan ini tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti berakhlaqul karimah, disiplin dan mentaati norma-norma yang baik, yang terdiri dari:

1) Penerimaan (Recieving), kesediaan siswa untuk memperhatikan tetapi masih berbentuk pasif.

2) Partisipasi (Responding), siswa aktif dalam kegiatan.

3) Penilaian/penentuan sikap(Valuing), kemampuan menilai sesuatu, dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut.

4) Organisasi (Organizing), kemampuan untuk membawa atau mempersatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antara nilai-nilai dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

5) Pembentukan Pola Hidup (Characterization by value or value complex), yaitu kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehingga dapat menjadi pegangan hidup.

c. Psikomotorik (ranah karsa)

Adalah keberhasilan belajar dalam bentuk skill (keahlian) bisa dilihat dengan adanya siswa yang mampu mempraktekkan hasil belajar dalam bentuk yang tampak, yaitu meliputi:

1) Persepsi (Perceptio), dapat dilihat dari kemampuan untuk membedakan dua stimuli berdasarkan ciri-ciri masing-masing. 2) Kesiapan (Set), kesiapan mental dan jasmani untuk melakukan

(40)

3) Gerakan terbimbing (Guided respons), melakukan gerakan sesuai dengan contoh yang diberikan.

4) Gerakan yang terbiasa (Mechanical respons),kemampuan melakukan gerakan dengan lancar tanpa memperhatikan contoh yang diberikan.

5) Gerakan yang kompleks (Complex respons), kemampuan melakukan beberapa gerakan dengan lancar, tepat dan efisien. 6) Penyesuaian pola gerakan (Adjusment), kemampuan penyesuaian

gerakan dengan kondisi setempat.

7) Kreativitas (Creativity), kemampuan melahirkan gerakan-gerakan baru.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rani Astrina dengan judul “Hubungan Kegiatan Rohis dengan Pembinaan Akhlak Siswa di SMP Negeri 1

Pamulang.” Hasil dari analisis penelitian ini bahwa ada hubungan yang signifikan antara kegiatan Rohis dalam pembinaan akhlak siswa di SMPN 1 Pamulang. Adapun kontribusi kegiatan Rohis dengan pembinaan akhlak siswa di SMPN 1 Pamulang yaitu sebesar 18,49%.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Habib Ferdiansyah dengan judul “Peran Rohis dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa di SMP Negeri 10

Tangerang Selatan.” Hasil dari analisis penelitian ini bahwa terdapat

(41)

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rohimatul Jannah dengan judul, “Pengaruh Organisasi Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) terhadap Prestasi Belajar Siswa di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut”. Hasil dari analisi penelitian ini bahwa dengan nilai koefisien 0,106 tidak terdapat korelasi positif antara organisasi IRM dengan prestasi belajar siswa. Hubungan tersebut tidak dinyatakan sebagai hubungan yang positif berdasarkan nilai koefisien tersebut maka dapat diketahui nilai koefisien determinasinya hanya 1,12%. Sehingga dinyatakan tidak mempunyai hubungan posotif atau hubungan keduanya sangat lemah.

E.

Kerangka Berpikir

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu kegiatan di sekolah yang disediakan untuk menggali potensi peserta didik sesuai dengan hobi dan bakat yang dipilih mereka. Selain itu kegiatan ini berfungsi sebagai sarana untuk menambah wawasan peserta didik berkaitan dengan berbagai mata pelajaran di sekolah.

Rohis merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Ekskul Rohis berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai agama dan mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam yang telah diperoleh pada saat proses pembelajaran di kelas. Ekskul ini dijadikan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik berkaitan dengan pelajaran agama Islam yang masih sangat minim diberikan di kelas, karena waktu yang sangat sedikit dan materi yang terlalu banyak.

(42)

Dari uraian di atas penulis berasumsi bahwa kegiatan Rohis akan menjadi efektif apabila diselenggarakan di suatu lembaga pendidikan, khususnya sekolah umum. Karena kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai wadah bagi proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik pada mata pelajaran agama Islam. Melalui kegiatan ini para peserta didik dapat mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam yang telah diperoleh selama proses pembelajaran agama Islam dikelas.

F.

Hipotesis Penelitian

(43)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta yang bertempat di Jl Limau I, III Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Alasan memilih tempat tersebut adalah karena ektrakurikuler Rohis di dalam lembaga tersebut aktif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan Rohis. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013-2014, yaitu dimulai dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2014.

B.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif Deskriptif, yaitu

pendekatan yang mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian, dan variabel-variabel tersebut harus didefinsikan dalam bentuk operasionalisasi dari masing-masing variabel”.1 Kemudian Untuk memudahkan data, dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis melalui penelitian survei (Survei Reasearch) dengan teknik korelasional.

Jenis penelitian survei ini dimaksudkan agar dapat diperoleh data mengenai Keaktifan Siswa dalam kegiatan Rohis dengan prestasi belajar PAI melalui kuesioner/angket yang akan disebarkan di SMA Muhammadiyah 3.

Dalam survei, informasi dikumpulkan dari responden melalui kuesioner. Umumnya, pengertiam survei dibatasi pada penelitian dengan data yang dikumpulkan dari sampel untuk mewakili seluruh populasi. Ini berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Dengan demikian, penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari

1

(44)

satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.2

Sejalan dengan pendapat diatas, Sofian dalam buku Statistik Parametrik mengemukakan bahwa Survei yaitu “penelitian dengan tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel-variabel yang diteliti”.3

Sedangkan Kata “korelasi” berasal dari bahasa Inggris Coleration. Dalam

bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan “hubungan”, atau “saling hubungan”, atau “hubungan timbal-balik”.4 Jadi penelitian ini membahas tentang apakah terdapat hubungan antara kegiatan ROHIS terhadap prestasi belajar siswa.

Sehingga pada penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif, yang menggunakan metode survei dengan teknik Korelasional, yaitu “suatu bentuk analisis data dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan di antara dua variabel dan besarnya pengaruh yang disebabkan oleh variabel yang satu (variabel bebas) terhadap variabel lainnya (variabel terikat)”.5 Maka penelitian ini berusaha mengetahui hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan prestasi belajar pada siswa XI SMA Muhammadiyah 3 Jakarta.

C.

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti sebuah elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.6 Populasi pada penelitian ini

2

Sofian Effendi. Tukiran (eds), Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, Anggota Ikapi, 2012), cet. 30, hal. 3.

3

Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), cet.1, h.10

4

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010), Cet. 21, h 179.

5

Syofian Siregar, op. Cit., h. 335. 6

(45)

terbagi menjadi 2 yaitu populasi target yaitu seluruh anggota Rohis yang berjumlah 60 siswa dan populasi terjangkau yaitu seluruh anggota Rohis yang aktif sebanyak 30 orang,. Alasan dipilihnya karena mereka adalah pengurus aktif di dalam keanggotaan Rohis di SMA Muhammadiyah 3.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.7 Dikarenakan populasi kurang dari 100, maka seluruh populasi terjangkau dijadikan sampel, jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 siswa. Teknik pengambilan sample menggunakan teknik simple random sampling (Pengambilan sampel secara acak sederhana). Alasan memilih tekhnik simple random sampling karena penulis akan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa dalam penelitan ini.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, agar dapat memperoleh data yang aktual, maka penulis mencoba menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Angket

Angket adalah pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang diberikan kepada sampel penelitian, yaitu anggota Rohis yang aktif dalam kegiatan Rohis. Angket yang di dapat akan di olah datanya untuk mengetahui hasil penelitian. Untuk itu angket yang diberikan harus mempunyai ukuran terhadap penelitian. Untuk itu, terdapat skala pengukuran agar hasil penilain dapat sesuai dengan penelitian tersebut, oleh karena itu peneliti menggunakan jenis skala pengukuran skala likert.

7

(46)

Skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu.8

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala likert karena dapat mengukur sikap peserta didik dari keaktifannya melakukan kegiatan organisasi siswa intra sekolah. Sikap keaktifan inilah yang akan dinilai melalui angket/kuesioner yang akan diberikan peneliti terhadap sampel.

[image:46.595.93.517.254.726.2]

Berikut adalah kisi-kisi tabel kuesioner yang berkaitan dengan hubungan keaktifan berorganisasi siswa intra sekolah terhadap prestasi belajar.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Kuesioner Angket

No Sub Variabel Dimensi Indikator Nomor Angket 1 Keaktifan

Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis Aktifitas Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis

 Aktif dalam menjalani rohis  Menjadi panitia dalam kegiatan Rohis  Menyalurkan bakat dengan aktif di Rohis

1, 3, 6, 7,

4, 28,

5, 8,

2 Dampak

terhadap prestasi

Dukungan pembimbing  Memberikan sarana dan 14, 8

(47)

belajar PAI Rohis dan Sekolah prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan Rohis  Membimbing siswa dalam menjalani proses kegiatan Rohis 15, 16, 26, 29,

3 Dampak

terhadap prestasi belajar PAI Dampak terhadap diri sendiri  Kelebihan Rohis dari kegiatan Rohis  Dampak positif kegiatan Rohis terhadap pelajaran PAI  Dampak negatif kegiatan Rohis 11, 12,

(48)

terhadap pelajaran PAI

2. Observasi

Peneliti melakukan observasi ke lokasi penelitian di SMA Muhammadiyah 3 untuk mengetahui secara langsung keadaan sekolah, aktifitas kegiatan organisasi yang ada, dan prestasi belajar yang telah di capai. Hal ini dapat berguna untuk penulis sebagai acuan dasar penelitian yang akan diteliti.

Dalam observasi ini, salah satu data yang ingin diambil peneliti adalah data tentang prestasi belajar siswa yang merupakan variabel penelitian. Adapun prestasi belajar yang dimaksud adalah nilai raport siswa yang aktif dalam kegiatan Rohis.

E.

Teknik Pengolahan Data

Dalam pengelolahan data penulis menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau

kuesioner yang berhasil di kumpulkan

2. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai berikut: dalam sekala ini terdapat empat katagori jawaban yaitu: selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Item-item di beri skor berdasarkan jawaban yang di pilih dan jenis-jenis pertanyaan positif dan negatif. Untuk pertanyaan positif skor yang bergerak dari jawaban skornya 4,3,2,1. untuk pertanyaan negatif pensekoran bergerak sebaliknya.

(49)

F.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengukur hasil keaktifan kegiatan Rohis adalah tes objektif sebanyak 30 (tiga puluh) butir soal dalam bentuk multiple choices (pilihan ganda) dengan 4 (empat) alternatif jawaban yaitu: A, B, C, dan D. Dalam penelitian angket digunakan ketentuan dengan skala 4-3-2-1 untuk pernyataan positif, dan skala 1-2-3-4 untuk pernyataan negatif.

Sebelum digunakan untuk pengambilan data, instrumen tersebut terlebih dahulu diuji coba agar dapat mengetahui validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk (Construct Validity). Validitas konstruk merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validitas lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validitas isi dan validitas kriteria. Uji Validitas

digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut.

 

  2 2 2 2 ) ( ) ( ) ( ) ( ) )( ( ) ( Y Y n X X n Y X XY n rxy

Dimana: rxy = koefisien korelasi suatu butir/item

N = jumlah subyek

X = skor suatu butir/item

Y = skor total (Arikunto, 2005: 72)

Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung dari

rumus di atas lebih besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan

sebaliknya. 2. Uji Realibilitas

Dalam menguji reliabilitas digunkaan uji konsistensi internal dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.

             

2

2 11 1 1 t b V k k

(50)

Dimana: r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

2

b

 = jumlah varian butir/item 2

t

V = varian total

Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6.

Untuk memudahkan dalam mencari uji realibilitas, maka penulis juga menggunakan SPSS versi 20.

G.

Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dimiliki peneliti berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors dengan rumus:

Keterangan:

Lh = Nilai Liliefors hitung

F(z) = Peluang angka baku S(z) = Proporsi angka baku

Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, maka nilai Lh dibandingkan dengan

nilai kritis L (Ltabel/ Lt) pada taraf nyata 5% (0.05). Kriteria pengujian

sampel dianggap normal jika nilai Lh lebih kecil dari Lt (Lh < Lt), dan

sebaliknya sampel dianggap tidak normal jika nilai Lh lebih besar dari

Lt (Lh > Lt).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel atau data yang diteliti memiliki tingkat keragaman yang sama atau berbeda.

(51)

Uji homogenitas yang digunakan adalah uji F untuk data yang independen, dengan rumus:

Keterangan:

Fh = Nilai hitung dari uji F

S² = Nilai Varian dari masing-masing data Untuk mengetahui apakah sampel memiliki tingkat keragaman yang sama atau berbeda, maka Fh dikonsultasikan ke dalam tabel nilai

kritis F dengan taraf nyata 5% (0.05). Dalam pengujian ini data dianggap homogen (keragaman sam

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Angket
Interpretasi Tabel 3.2 r Product Moment
Tabel 4.1
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keaktifan Berorganisasi Intra Sekolah (Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang berbunyi ada hubungan yang signifikan antara sikap orang tua mengenai ekstrakurikuler seni musik dengan prestasi belajar seni budaya siswa ditolak karena

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA NEGERI 8

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, mengenai hubungan antara motor educability dengan hasil belajar keterampilan sepak bola pada siswa ekstrakurikuler SMA

Masalah yang ditemukan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan siswa yang tidak

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara kadar Hemoglobin terhadap Prestasi Belajar Siswa MI Muhammadiyah Program Khusus Kartasura.. Kata Kunci: Kadar Hb, Prestasi Belajar,

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Padriyani pada tahun 2013 mengenai hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar pada siswa – siswi

Dapat disimpulkan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara ESQ (Emotional Spiritual Quotient) dengan prestasi belajar siswa di SMA N

Hasil: Menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara prokrastinasi akademik dengan konsentrasi belajar dan prestasi akademik pada siswa kelas XI di SMA Muhammadiyah