• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ROHANI ISLAM (ROHIS) DAN PEMBIASAAN KEAGAMAAN SMA NEGERI SE-KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20152016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ROHANI ISLAM (ROHIS) DAN PEMBIASAAN KEAGAMAAN SMA NEGERI SE-KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20152016"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ROHANI ISLAM

(ROHIS) DAN PEMBIASAAN KEAGAMAAN

SMA NEGERI SE-KOTA SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh NGAIDIN

NIM.M1.14.027

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT

AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ROHANI ISLAM

(ROHIS) DAN PEMBIASAAN KEAGAMAAN

SMA NEGERI SE-KOTA SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh

NGAIDIN NIM.M1.14.027

Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana

Institut Agama Islam Negeri Salatiga sebagai

pelengkap persyaratan untuk gelar Magister

Pendidikan Islam

Salatiga, Maret 2017

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Judul Tesis: Implementasi Pendidikan Karakter melalui kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) dan Kegiatan Pembiasaan Keagamaan SMA Negeri Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016.

Tesis ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler (Rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan di SMA Negeri Kota Salatiga. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologis. Sumber data yang diperoleh yaitu sumber data primer dan sekunder. Pengumpulan data melalui tehnik observasi, interview dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan cara mereduksi data, display data dan mengambil kesimpulan.

Permasalahan yang dibahas meliputi berbagai bentuk implementasi pendidikan karakter, kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (Rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan serta nilai-nilai karakter yang terdapat pada kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (Rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan terhadap implementasi pendidikan karakter pada siswa/i SMA Negeri kota Salatiga.

Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi pendidikan karakter, kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (Rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan di seluruh SMA Negeri Salatiga sudah berjalan, hal itu dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu ragam kegiatan, partisipasi siswa, kesadaran moral kolektif guru, kebijakan sekolah berbasis pendidikan karakter, pelibatan integratif sekolah-masyarakat, dan nilai-nilai karakter yang berkembang. Namun pada aspek kesadaran moral kolektif guru dan pelibatan integratif sekolah-masyarakat, tergolong masih rendah. Hal ini menjadi garapan yang serius bagi para pemangku kebijakan pendidikan.

Adapun nilai-nilai karakter yang dapat diungkap melalui kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (Rohis) dan pembiasaan keagamaan antara lain: Budaya religius, tebar salam, kerjasama, kreatif, mandiri, peduli sosial/lingkungan, toleran, demokratis, komunikatif, tanggung jawab, disiplin, nasionalisme, gemar membaca dan ukhuwah.

Kata kunci : Implementasi Pendidikan Karakter, Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis), Pembiasaan keagamaan.

(7)

ABSTRACT

TITLE: IMPLEMENTATION OF CHARACTER EDUCATION THROUGH

ISLAMIC SPIRITUAL (ROHIS) EXTRACURRICULAR AND

RELIGIOUS HABITUATION ACTIVITIES OF SENIOR HIGH SCHOOL IN SALATIGA SCHOOL YEAR 2015/ 2016 .

This thesis is intended to know the implementation of character education through

„ROHIS‟ extracurricular and religious habituation activities of public Senior High School in Salatiga. It constitutes qualitative research by means of sociological approach. The data sources are from primary and secondary one. The Data collections are through observation, interview and documentation technique. Meanwhile, the data analyses of this research are to reduce data, display one and make a conclusion.

The problems of research involve various forms of character education implementation, ROHIS extracurricular and religious habituation activities and also the values of characters in the ROHIS extracurricular and religious habituation activities toward character education implementation of the students of Public high schools in Salatiga.

The research shows that character education implementation, „ROHIS‟ extracurricular and religious habituation activities of the students of Public Senior High Schools in Salatiga has been running. It can be observed from many aspects such as the student‟s activities or student‟s participation, collective moral awareness of teachers, character education based school policy, the integrative involvement of school-society at large, and the values of characters in progress. Nevertheless, the aspect of teachers collective moral consciousness and the involvement of school and society are still low relatively. However, they can be a serious responsibilities for policy makers.

The characters values of ROHIS extracurricular consists of Religious culture, giving greetings, teamwork, creative, be autonomous, environmental and social care, tolerant, democratic, communicative, responsible, discipline, Nationalism, fond of reading and botherhood.

Keywords: Implementation of Character Education, Islamic Spiritual (Rohis) Extracurricular, and Religious Habituation.

(8)

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Implementasi pendidikan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

Rohani Islam (Rohis) dan Kegiatan Pembiasaan Keagamaan pada Siswa

SMA Negeri Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016“ yang secara akademis menjadi syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam.

Di samping itu, apa yang telah tersaji ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, kepadanya kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan restu judul tesis penulis.

3. Bapak Dr. Phil Widiyanto, M.A., selaku Ka Prodi PAI Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan arahan pada penulisan tesis ini.

4. Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk menuntun agar tesis ini cepat selesai.

5. Bp. Drs. Suyitno, M.Pd., Ibu Dra. Hj. Wahyu Tri Astuti, M.Pd. dan Ibu Dra. Yuliati Eko Atmodjo, M.Pd., selaku kepala sekolah SMAN 1, SMAN 2 dan SMAN 3 Kota Salatiga yang telah memberikan izin untuk meneliti di tempat

(9)

yang beliau pimpin.

6. Kepada seluruh nara sumber, yang bersedia memberikan berbagai informasi guna terselesaikannya penyusunan tesis ini.

7. Istri dan anak-anakku yang selalu mensupport dan memberikan inspirasi hingga selesainya penulisan ini.

8. Teman-teman kuliah dan para guru SMA Negeri 2 Salatiga, yang selalu mendorong dalam penyelesaian tugas kerja dan belajarku.

9. Semua pihak dan teman-temanku seperjuangan yang tak dapat saya sebut satu persatu yang telah membantu dalam proses penulisan tesis ini.

Sungguh kami tidak dapat memberikan balasan apapun, kecuali do‟a semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlipat atas amal kebaikan yang telah diberikan.

Akhirnya penulis menyadari bahwa apa yang telah tersaji dalam penulisan ini masih jauh mencapai kesempurnaan, masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dan diperdalam lebih lanjut, maka dengan segala bentuk kritik dan saran sangat kami harapkan, demi menindaklanjuti pada kajian- kajian yang lebih lanjut.

Salatiga, Maret 2017 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

HALAMAN PERNYATAAN ...iii

ABSTRAK...iv

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Signifikansi Penelitian ...4

D. Kajian Pustaka ...5

E. Metode Penelitian ...7

F. Sistematika Penulisan ...11

BAB II LANDASAN TEORI ...12

A. Implementasi Pendidikan Karakter ...12

(11)

1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Salatiga ... 21

2. Implementasi Pendidikan Karakter di SMA Negeri 1... 21

3. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) ... 22

4. Kegiatan Pembiasaan Keagamaan ... 23

SMA NEGERI 2 SALATIGA ... 24

1. Gambaran Umum SMA Negeri 2 Salatiga ... 24

2. Implementasi Pendidikan Karakter di SMA Negeri 2 ... 24

3. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) ... 25

4. Kegiatan Pembiasaan Keagamaan... 26

1. Pengertian Implementasi... 12

2. Pengertian Pendidikan Karakter... 12

B. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis)... 15

1. Pengertian... 15

2. Tujuan dan Fungsi ... 16

3. Prinsip Dasar Pengembangan... 17

4. Jenis Kegiatan ... 17

C. Kegiatan Pembiasaan Keagamaan ... 19

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN... 21

A. SMA NEGERI 1 SALATIGA .. ... 21

B.

(12)

C. SMA NEGERI 3 SALATIGA...27

1. Gambaran Umum SMA Negeri 3 Salatiga...27

2. Implementasi Pendidikan Karakter di SMA Negeri 3 ...27

3. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis)... ....28

4. Kegiatan Pembiasaan Keagamaan ...29

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN ...30

A. Ragam Kegiatan ...30

B. Partisipasi Aktif Siswa ...32

C. Kesadaran moral kolektif Guru...33

D. Kebijakan Sekolah Berbasis Pendidikan Karakter...35

E. Pelibatan Integratif Sekolah-Masyarakat...36

F. Nilai- Nilai Karakter Yang Berkembang...37

BAB V PENUTUP...39

A. Simpulan ... 39

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 44

BIOGRAFI PENULIS ... 81

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Ragam Kegiatan ...31

4.2. Partisipasi Aktif Siswa ... 32

4.3. Kesadaran Moral kolektif Guru ...33

4.4. Kebijakan Berbasis Pendidikan Karakter ...35

4.5. Pelibatan Integratif Sekolah-Masyarakat ...36

4.6. Nilai-Nilai Karakter yang Berkembang ...38

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan rangkaian proses pemberdayaan potensi dan kompetensi individu agar menjadi manusia yang berkualitas dan berlangsung sepanjang hayat tanpa menghilangkan keunikan masing-masing. Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Namun dalam praktiknya, berbagai persoalan lokal dan perubahan global telah melanda dunia pendidikan, menurut Sanusi, perubahan dan permasalahan itu mencakup social change, turbulence, complexity, and chaos: seperti pasar bebas (free trade), tenaga kerja bebas (free labour), perkembangan masyarakat informasi, serta perkembangan iptek, seni dan budaya yang dasyat,2 tawuran pelajar, pembunuhan, narkotika, korupsi dan masih banyak lagi tindakan-tindakan yang serupa sering terjadi. Di lembaga pendidikan, penanaman nilai-nilai luhur

1

Undang-undang Nomor 20/2003, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Jakarta: Sinar Grafika, 2003, 1.

2

(15)

dan budi pekerti siswa kurang mendapat perhatian, suasana interaktif edukatif di lingkungan pendidikan jauh dari harapan. Ali Ibrahim Akbar dalam buku yang berjudul, Pendidikan karakter di Sekolah, mengkritisi bahwa praktik pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi pada pendidikan berbasis hard skill

(keterampilan teknis) yang lebih bersifat mengembangkan intelligence quotient

(IQ). Sedangkan kemampuan soft skill yang tertuang dalam emotional intelligence (EQ) dan spiritual intelligence (SQ) sangat kurang. Pembelajaran di berbagai sekolah bahkan sampai perguruan tinggi, lebih menekankan pada perolehan nilai ulangan maupun ujian, dan juga banyak guru yang berpandangan bahwa peserta didik dikatakan baik kompetensinya apabila nilai hasil ulangan atau ujiannya tinggi.3 Akiibatnya, karakter generasi bangsa ini menjadi rendah, disamping juga dampak negatif dari era globalisasi yang serba teknologi tanpa diimbangi aspek

religi.

Munculnya gagasan program pendidikan karakter yang dicanangkan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2010 yang lalu menjadi isu sentral di lembaga pendidikan,4 adalah merupakan langkah yang tepat, logis dan sangat mendasar, sebab mempersiapkan kader yang berkualitas harus dimulai dari lembaga pendidikan, yang di antaranya melalui kegiatan ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan. Rohani Islam (rohis) merupakan wadah organisasi keislaman yang dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan jenjang SMA

3

Jamal Ma’mur Asmani, Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta: Arruzz Media, 2011, 232.

4

(16)

3

Negeri kota Salatiga berfungsi sebagai mediator penerapan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan karakter, Pendidikan Agama Islam (PAI) harus dijadikan tolak ukur dalam membentuk watak dan pribadi peserta didik, serta membangun moral bangsa (nation character building).5 Di antara program kegiatan rohani islam (rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan adalah kajian Islam, bhakti sosial, gerakan salat Duha dan salat berjamaah, baca tulis Al-Qur’an, memberi salam dan berjabat tangan, pawai ta’aruf, serta kegiatan-kegiatan yang lain. Menurut Muhaimin, hal itu diperlukan kerjasama yang harmonis dan interaktif di antara para warga sekolah dan para tenaga kependidikan yang ada di dalamnya,6 sehingga program- program tersebut menjadi budaya sekolah yang harmonis, kuat dan bermutu.

Dari sinilah maka penulis akan mengungkap lebih jauh tentang implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (Rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan di SMA Negeri kota Salatiga.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter di SMA Negeri kota Salatiga tahun pelajaran 2015/2016?

2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (Rohis) dan pembiasaan keagamaan di SMA Negeri kota Salatiga tahun pelajaran 2015/2016?

5

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, 8.

8

(17)

3. Karakter-karakter apa saja yang dapat diungkap melalui kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (Rohis) dan pembiasaan keagamaan di SMA Negeri kota Salatiga tahun pelajaran 2015/2016?

C. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui bentuk implementasi pendidikan karakter di SMA Negeri kota Salatiga tahun pelajaran 2015/2016.

b. Mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler rohani islam (Rohis) dan pembiasaan keagamaan di SMA Negeri kota Salatiga tahun pelajaran 2015/2016.

c. Mengetahui nilai-nilai karakter yang terdapat pada kegiatan ekstrakurikuler rohis dan pembiasaan keagamaan di SMA Negeri kota Salatiga tahun pelajaran 2015/2016.

2. Manfaat penelitian

a. Manfaat Teoretik, dapat memberikan sumbangan pemikiran dan literatur tentang eksistensi kegiatan ekstrakurikuler rohani islam (Rohis) dan pembiasaan keagamaan terhadap kelangsungan pendidikan karakter sekaligus khazanah kepustakaan khususnya di dunia pendidikan.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi lembaga pendidikan, sebagai kontribusi pemikiran bagi pengembangan kegiatan pembelajaran khususnya dalam pembentukan

(18)

5

2. Bagi Kepala Sekolah dan guru, sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola kegiatan pembelajaran baik intrakurikuler/ekstrakurikuler seperti rohis dan pogram pembiasaan keagamaan, sehingga pelaksanaan pendidikan karakter dapat berjalan secara efektif dan efisien.

3. Bagi masyarakat umum, sebagai salah satu wawasan pentingnya pendidikan karakter sekaligus mendorong para pelajar maupun akademisi melakukan penelitian lebih lanjut tentang pendidikan karakter.

D. Kajian Pustaka

1. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang sejenis dan terlebih dahulu dilakukan, di antaranya oleh Heri Nugraha, Melalui metode observasi, interview dan dokumentasi, disimpulkan bahwa kebijakan pendidikan karakter dalam PAI dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu: melalui mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah, yang dalam implementasinya dimulai sejak penyusunan perangkat pembelajaran (Penyusunan RPP, Silabus dan lain-lain) sampai pada kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.7. Penelitian Ririn Astuti, melalui metode observasi, interview dan dokumentasi disimpulkan, bahwa peran rohis bidang

7

Heri Nugraha, “Implementasi Pendidikan karakter Dalam Pendidikan Agama Islam di SMA, Negeri 3 Semarang”, Tesis, Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2012; cf. Akhmad Nawawi,”Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Umum dan Madrasah melalui PKN (Studi kasus di SD Candimulyo dan MI Karen, Magelang)”, Tesis, Salatiga: Fakultas Tarbiyah IAIN

(19)

dakwah melalui kegiatan mentoring keagamaan dan pengajian, bidang pendidikan dan sosial dapat membentuk perilaku keagamaan siswa.8

2. Kerangka Teori

Adapun landasan teori dari penelitian ini di antaranya dikemukakan oleh beberapa tokoh yakni: Doni A. Koesoema dalam bukunya mengemukakan, bahwa ruang lingkup pendidikan karakter adalah individu dan lembaga, sehingga penerapannya tergantung pada kebijakan lembaga pendidikan. Pendidikan karakter memiliki dua dimensi sekaligus, yakni dimensi individu dan dimensi sosio-struktural, dimensi individual berkaitan erat dengan pendidkan nilai dan pendidikan moral, sedangkan dimensi sosio-kultural lebih menekankan pada bagaimana menciptakan lingkungan sosial yang kondusif bagi pertumbuhan individu.9 Dharma Kesuma, Cepi Priatna dan Johar Permana, mengemukakan bahwa dalam rangka pembangunan karakter bangsa dibutuhkan kesinergian antara proses pembelajaran di perguruan tinggi dengan kebutuhan di dunia pendidikan10.

Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dapat diterapkan melalui berbagai kegiatan, model, strategi dan

8

Ririn Astuti,”Peran Organisasi Kerohanian Islam dalam Membentuk Perilaku Keagamaan Siswa di SMA Negeri 1 Godean Sleman Yogyakarta”, Tesis, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010, 15-72; cf. Musbhihah Rodliyatun, “Peranan Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa SMK di Salatiga”, Tesis, STAIN Salatiga, 2013, iv.

9

Doni A. Koesoema, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: Grasindo, 2010, 193-198.

10

Dharma Kesuma, Cepi Priatna dan Johar Permana, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, PT. Rosdakarya, 2011, vii – ix; cf. Asmaun Sahlan & Angga Teguh Prastyo, Pembelajaran Berbasis Karakter, Yogyakarta: Arruz Media, 2012, 7; cf. Sofan Amri, Ahmad Jauhari dan Tatik Elisah, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran, Strategi Analisis dan Pengembangan Karakter Siswa dalam Proses Pembelajaran, Jakarta: Prestasi

(20)

7

pendekatan. Namun dalam hal ini, penulis akan meneliti penerapan pendidikan karakter hanya melalui kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (Rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan pada siswa/i SMA Negeri, karena sejauh ini belum ditemukan satu tulisan ilmiah pun yang membahas masalah tersebut, apalagi di kota Salatiga. Oleh karena itu, penelitian masalah ini menjadi signifikan untuk dilakukan.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian terhadap objek yang dituju untuk memperoleh data yang benar dan terpercaya. Selain kuantitatif penelitian lapangan juga meneliti masalah yang sifatnya kualitatif, sehingga penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif artinya penulis menganalisis dan menggambarkan penelitian secara objektif dan detail untuk mendapatkan hasil yang akurat.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di seluruh SMA Negeri kota Salatiga, yaitu: SMA Negeri 1, SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 kota Salatiga.

3. Sumber Data

a. Data primer, yakni data utama tentang pelaksanaan pendidikan karakter, ekstrakurikuler rohani islam (rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan yang diperoleh dari kepala sekolah, guru agama dan pengurus serta anggota

(21)

b. Data skunder, yakni data tambahan yang berupa dokumen-dokumen diantaranya gambaran umum SMA Negeri Salatiga, struktur organisasi dan program kerja rohani Islam (rohis) serta dokumen kegiatan keagamaan yang sudah dilakukan dan membudaya. Data tersebut diperoleh dari guru, siswa bukan aktivis rohani Islam (rohani), dan tenaga kependidikan.

4. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji apakah kegiatan ekstrakuikuler rohani Islam (rohis) dan pembiasaan keagamaan mampu memberikan efek positif pada karakter siswa yang merupakan salah satu gejala sosial.

5. Teknik pengumpulan data

a. Metode observasi, digunakan untuk mendapatkan data melalui pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki, yakni lingkungan sekolah, dan guru dengan peserta didik.

b. Metode interview, saat interview pewancara membawa berbagai pertanyaan tentang implementasi pendidikan karakkter, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (rohis) dan pembiasaaan keagamaan di SMA Negeri kota Salatiga. Data diperoleh dari kepala sekolah, guru PAI dan siswa/i pengurus dan aktivis rohis di SMA Negeri kota Salatiga. c. Metode dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan data tentang

(22)

9

kebijakan sekolah terhadap tata tertib serta catatan lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan karakter, kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (rohis) dan pembiasaan keagamaan yang dilaksanakan oleh SMA Negeri Salatiga.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang fenomena yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.11 Adapun tehnik analisisnya dengan metode induktif dan deduktif. Logika deduktif merupakan sistem berfikir untuk mengorganisasi faktual dan mencapai suatu kesimpulan dengan menggunakan argumentasi logika, sedangkan logika induktif adalah kebalikan dari logika deduktif.12 Berikut adalah diagram analisis data pada penelitian ini sesuai dengan model Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono:

11

Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996, 7; cf. Lexy Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Rosdakarya, 2005, 248..

12

(23)

Periode pengumpulan

Gambar 1.1. Diagram komponen dalam analisis data.13

Berdasarkan skema di atas, maka langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menelaah data yang berhasil dikumpulkan melalui metode penelitian b. Mereduksi data dengan cara mengambil data yang dapat diolah lebih lanjut. c. Menyususn data dalam satuan-satuan yang relevan.

d. Melakukan katagorisasi sambil melakukan pengkodean (coding). e. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data.

f. Menafsirkan data dan mengambil kesimpulan secara induktif dengan cara berpikir berdasarkan fakta-fakta khusus, kemudian diarahkan kepada penarikan kesimpulan yang bersifat umum.14

13

Sugiyono, Prosedur Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, 246. 14

(24)

11

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan. Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, signifikansi penelitian, dan dasar pokok kerja penelitian.

Bab II Landasan Teori. Pada bab ini lebih banyak memberikan tekanan pada kajian atau landasan teoretis tentang implementasi pendidikan karakter, kegiatan ekstrakurikuler rohis serta pembiasaan keagamaan.

Bab III Mengemukakan gambaran umum SMA Negeri 1, SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 3 Salatiga, bentuk implementasi pendidikan karakter, kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (rohis) dan pembiasaan keagamaan.yang diterapkan oleh masing-masing sekolah tersebut.

Bab IV Berisi pemaparan data beserta analisis kritis tentang implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (rohis) dan pembiasaan keagamaan, perbandingan pelaksanaan pendidikan karakter di setiap sekolah serta memaparkan hasil penelitian di seluruh SMA Negeri tersebut.

Bab V Penutup. Berisi kesimpulan yang disertai dengan rekomendasi sebagai

(25)
(26)

BAB II LANDASAN

TEORI

A. Implementasi Pendidikan Karakter

1. Pengertian Implementasi

Kata Implementasi secara bahasa memiliki arti penerapan atau pelaksanaan. Implementasi merupakan suatu proses penerapan atau pelaksanaan ide, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak atau efek baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Dalam Oxford Advance Learner‟s Dictionarybahwa implementasi adalah “put something into effect”, (penerapan sesuatu yang memberikan dampak atau efek).1 Dalam hal ini, implementasi dikaitkan dengan pendidikan karakter sehingga mengandung maksud, bahwa implementasi merupakan penerapan suatu kegiatan atau metodeyang dilakukan oleh sekolah dan berkesinambungan sebagai upaya terhadap pembentukan karakter siswa khususnya di tingkat Sekolah Menengah Atas kota Salatiga.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Pada dasarnya istilah „Pendidikan Karakter‟ berasal dari dua kata yakni kata

“Pendidikan” dan “Karakter”, Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati

diri seorang peserta didik untuk lebih maju. Para ahli berbeda dalam mendefinisikan pendidikan, menurut John Dewey pendidikan merupakan salah satu proses pembaharuan makna pengalaman. SedangkanH. Horne mengungkapkan, pendidikan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi mahluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental,

1

(27)

yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar, intelektual, emosional, dan kemanusiaan dari manusia.2

Jika ditinjau dari segi bahasa, kata pendidikan mempunyai berbagai macam makna. A.S. Hornby dalam kamusnya, memaknai kata pendidikan dalam tiga hal, yaitu: 1) a process of training and instruction, which is designed to give konwledge and develop skills; 2) the field of study dealing with how to teach; 3) the process of

teaching somebody about something or how to do something.3 Berdasarkan keterangan tersebut, maka pendidikan diartikan sebagai sebuah proses pelatihan kepada seseorang (peserta didik) dalam rangka memindahkan pengetahuan dan tata cara melakukan sesuatu.Jadi, pendidikan merupakan proses membantu, menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakanberbagai kemampuan, potensi, bakat, dan minat yang dimiliki manusia sehingga menjadi tertata dan teratur dalam kehidupannya.

Adapun kata “karakter” berasal dari bahasa latin, yaitu “kharakter”,

kharasein”, dan “kharak”yang dalam bahasa Inggris bermakna “tool for making”, “to

engrave, dan pointed stake”. Kata ini banyak digunakan dalam bahasa Prancis sebagai

“caractere” sekitar abad ke-14 M. Dalam bahasa Indonesia, dikenal dengan kata

“Karakter”.4Menurut Pusat Bahasa Indonesia Depdiknas, karakter adalah bawaan,

hati, jiwa, kepribadian, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Menurut Tadkiroatun Musfiroh sebagaimana dikutip oleh Sofan Amri, dkk., karakter mengacu kepada

2012, 2.

2

Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif , Jakarta : Erlangga,

3

A.S. Hornby, Oxford Advanced ..., 369. ; cf. Marvin W, Berkowitz, “The Science of Character Education”, In William Damon, Bringing In a New Era In Character Education, California: Hoover Institution Press Stanford University, 2002, 48-49.; cf. Daniel K. Lapsley and Darcia Narvaez, Character Education, London : Praeger, 2005, 250; cf. Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta : Grasindo, 2007, 53.

4

(28)

14

serangkaian sikap (attitude), perilaku (behavior), motivasi (motivation), dan keterampilan (skill).5

Sedangkan dalam Al-Quran, banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang karakter, di antaranya pada surat Al-Baqarah :129 yang berbunyi:6

































Artinya: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-kitab (Al Quran) dan al Hikmah (as-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Jika dikaitkan dengan kata pendidikan, para ahli memaknai karakterdengan berbagai macam pengertian. Thomas Lickona (1991)mendefinisikan pendidikan karaktersebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Lokcwood (1997), mendefinisikan pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang mengungkap secara sistematis berbagai bentuk perilaku siswa, yang dirancang dan diterapkan sedemikian rupa dalam rangka membentuk kepribadian siswa. Karenanya, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.7Pendidikan karakter dalam arti luas pada dasarnya adalah menyiapkan

5

Sofan Amri, Ahmad Jauhari, dan Tatik Elisah, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran: Strategi Analisis dan Pengembangan Karakter Siswa Dalam Proses Pembelajaran, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 3.

6

Departemen Agama RI, Al-„Aliyy (Al Quran dan Terjemahnya), Bandung, CV Penebit Diponegoro, 2000, 15; cf. Surat Al Jumu‟ah (62): 2.

7

(29)

lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi antara faktor khas yang ada dalam diri seseorang dan lingkungan memberikan kontribusi maksimal untukmengeluarkan dan mengembangkan kebajikan yang ada di dalam diri orang yang bersangkutan.8

Dari berbagai pendapat para ahli dan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian implementasi pendidikan karakter adalahpenerapan atau pelaksanaan usaha penciptaan suasana pembelajaran yang dilakukan secara sengaja, sadar dan terus- menerus dalam rangka menumbuhkan sifat-sifat positif peserta didik sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, sehingga kelak mampu hidup mandiri menjadi warga negara yang berkualitas dan berkepribadian dalam berbangsa dan bernegara.

B. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) 1. Pengertian

Kegiatan pendidikan yang didasarkan pada penjatahan waktu setiap mata pelajaran dalam kurikulum dinamakan kurikuler, sedangkan kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran tatap muka dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum disebut kegiatan ekstrakurikuler.9Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang bernilai tambah sebagai proses pengembangan diri dalam rangka menunjang kegiatan

44-45; cf. Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter Strategi Membangun Kompetensi & Karakter Guru, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012, 41; cf. Sri Narwati, Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran, Yogyakarta: Familia Grup Relasi Inti Media, 2003, 15; cf. Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi pekerti, Bandung: PT. Rosdakarya, 2002, 71

8

Tim Pakar Yayasan Jati diri Bangsa, Pendidikan Karakter di Sekolah: Dari Gagasan ke Tindakan, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2011, 44.

9

(30)

16

intrakurikuler. Menurut Suharsimi Arikunto, ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan.10

Istilah “Kerohanian Islam” berasal dari kata dasar “Rohani” yang mendapat awalan ke- dan akhiran -an yang berarti hal-hal tentang rohani,11 dan “Islam” adalah mengikrarkan dengan lidah dan membenarkan dengan hati serta mengerjakan dengan sempurna oleh anggota tubuh dan menyerahkan diri kepada Allah swt dalam segala ketetapanNya dan dengan segala qadha dan qadarNya.12

Jadi kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar jam sekolah yang telah ditentukan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Sedangkan Rohani Islam adalah sub organisasi dari organisasi siswa intra sekolah (OSIS) di SMA/SMK yang merupakan kegiatan penunjangdari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, bagian integral dari kurikulum 2013. Rohani Islam (Rohis) berperan pada kegiatan pendidikan, pembinaan, dan pengembangan potensi peserta didik muslim agar menjadi insan yang beriman danbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan demokratis serta bertanggungjawab sebagai warga negara Indonesia.

2. Tujuan dan Fungsi

Diantara tujuan umum/normatif dari kegiatan ekstrakurikuler Rohis yaitu:

pertama,membantu individu menjadi manusia seutuhnya, bahagia dunia akhirat.Kedua, menolong individu agar sehat jasmani rohani.Ketiga,meningkatkan kualitas keimanan, ke-Islaman, keihsanan dan ketauhidan dalam kehidupan sehari-

1132. 10

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Jakarta: CV. Rajawali, 1998, 57. 11

Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, 12

(31)

hari.Keempat, mengantarkan individu mengenal, mencintai dan berjumpa dengan esensi diri dan citra diri serta dzat yang Maha suci yaitu Allah swt.13

Adapun fungsi kegiatan ekstrakurikuler rohis adalah sebagai berikut:Pertama,

pengembangan diri (taghyir an-nafs), yakni memotivasi peserta didik untuk mengembangkan potensi di bidang keagamaan sehingga prestasinya meningkat baik di sekolah maupun di masyarakat.Kedua, pemenuhan kebutuhan (irtifa‟at at-thalab) bagi guru PAI akan implementasi Pendidikan Agama Islam sejalan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman. Ketiga, pembinaan pribadi-pribadi yang islami (syakhshiyah Islamiyah), yakni membina peserta didik muslim agar menjadi pribadi yang unggul, baik dalam keimanan, keilmuan dan pengamalannya. Keempat,

pembentukan komunitas muslim (jam‟iyyah al-muslimin), yakni Rohis berfungsi sebagai wadah bagi peserta didik muslim untuk menjadi komunitas yang islami dan menjadikan masjid sebagai laboratorium kegiatan keagamaan di sekolah.14

3. Prinsip Dasar Pengembangan Kegiatan Rohis

Dalam penyelenggaraan kegiatan rohis di sekolah perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar, yaitu: prinsip keyakinan/aqidah (ideologis), prinsip pengetahuan (intelektual), prinsip penghayatan (experiensial), prinsip peribadatan (ritualistik), prinsip pengamalan (konsekuensial), prinsip pembiasaan (habitualistik), prinsip keteladanan (providing model) dan prinsip saling menghargai dan prinsip

Handayani Bajtan Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002, 18; cf. Kementerian Agama RI, Panduan Ekstrakurikuler..., 10; cf. Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001, 36.

14

Kementerian Agama RI, Panduan Ekstrakurikuler, ..., 11. 15

(32)

18

Subjugation of the passions. 4).The outpouring of a grateful heart to the giver of all

good.5).Accountability for human actions in another existence.”16

Berdasarkan pendapat Syed Ameer Ali di atas, bahwa semua ragam kegiatan yang dilakukan oleh organisasi rohani Islam (Rohis) harus mengarah pada prinsip- prinsip Islam yakni menitikberatkan moral, akhlak, etika atau karakter. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah: Pertama, keyakinan pada pencipta yang Esa, gaib, maha kuasa dan penuh kasih. Kedua, dermawan dan persaudaraan diantara umat manusia. Ketiga, menaklukkan nafsu. Keempat, mencurahkan rasa syukur pada pemberi segala kebaikan. Kelima, manusia bertanggung jawab atas tindakannya setelah kehidupan di dunia ini. OlehkarenaituMel Silberman (Temple University) mengatakan: “What I Hear, I Forget. What I see, I remember. What I hear and see, I remember a little. What I hear, see and ask question about or discuss with someone

else, I begin to understand. What I hear, see, discuss and do, I acquire knowledge and

shill. What I teach to another, I master”.17Jadi, pendidikan karakter itu lebih berhasil jika dipraktikkan sehingga menjadi kebiasaan, bukan sekedar pengetahuan.

4. Jenis kegiatan ekstrakurikuler Rohis

Rohis merupakan lembaga dakwah Islam di sekolah, secara kelembagaan yang dilakukan rohis adalah dakwah aktual, yaitu terlibatnya rohis secara langsung dengan objek dakwah melakukan kegiatan-kegiatan bersifat sosial keagamaan.18 Menurut Koesmarwanti, dkk. dakwah di sekolah dibagi menjadi dua macam yakni bersifat

ammah (umum) dan bersifat khashah (khusus), dakwah ammah adalah dakwah yang dilakukan secara umum, yakni proses penyebaran fitrah Islamiyah dalam rangka

16

Syed Ameer Ali, The Spirit of Islam: A History of The Evolution and Ideals of Islam, London: Chris- topher, 1946, 138.

17

Mel Silberman, Active Learning 101 Strategies to teach Any Subject, Allyn and Boston, Boston: 1996.

18

(33)

menarik simpati,dan meraih dukungan dari lingkungan sekolah, kegiatan ini dapat berupa: penyambutan siswa baru, penyuluhan problem remaja, studi dasar Islam, perlombaan, majalah dinding dan kursus membaca Al-Qur‟an.Sedangkan Dakwah khusus adalah proses pembinaan dalam rangka pembentukan kader-kader dakwah di lingkungan sekolah, bersifat selektif, terbatas dan lebih berorientasi pada proses pengkaderan dan pembentukan kepribadian, objek dakwah ini memiliki karakter yang khusus, harus diperoleh melalui proses pemilihan dan penyeleksian. Dakwah khusus meliputi:mabit (bermalam), mujaadalah (diskusi atau bedah buku), daurah/pelatihan, dan penugasan.19

C. Kegiatan pembiasaan keagamaan

Kata “pembiasaan” berasal dari kata dasar “biasa” mendapatkan konfiks pe- dan akhiran –an yang memiliki arti proses, cara, perbuatan yang dilakukan berulang- ulang.20Sedangkan kata “keagamaan” berarti sesuatu yang berhubungan dengan agama.21Menurut Harun Nasution yang dikutip Jalaludin, istilah agama atau religion

dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Latin “religio” yang berarti agama, kesucian, kesalehan, ketelitian batin. Agama mempunyai arti: percaya pada Tuhan atau kekuatan yang di atas dan disembah sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta, ekspresi dari kepercayaan di atas berupa amal ibadah, dan suatu keadaan jiwa atau cara hidup yang mencerminkan kecintaan atau kepercayaan terhadap Tuhan, kehendak dan perilakunya sesuai dengan aturan Tuhan seperti tampak dalam kehidupan kebiaraan.22

19

Koesmarwanti, Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah...., 159-161. 20

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2007, 146. 21

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ...., 12; cf. W.J.S Puerwadarminto , Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai pustaka, 1976, 19.

22

(34)

20

Berangkat dari beberapa pengertian diatas, maka pembiasaan keagamaan adalah kegiatan-kegiatan agama yang dilakukan secara rutin dan terus menerus sehingga menjadi budaya positif di lingkungan sekolah. Diantara kegiatan pembiasaan keagamaan tersebut adalah saling mengucap salamketikaberjumpa, berjabat tangan, berdoapa- dasaatmengawalidanmengakhiripelajaran, membaca/menghafal Al-Qur‟an, infak/sedekah, takziyah, salat gaib, peduli teman/sosial, shalat Duha, salat fardu Jamaah, salat Jumat dan lain-lain.

Secara garis besar pendidikan karakter dapat diterapkan melalui berbagai kegiatan, model, strategi dan pendekatan. Namun, dalam penelitian ini penulis membatasi penerapan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (Rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan pada siswa/i SMA Negeri kota Salatiga, adapun kerangka teorinya digambarkan pada skema berikut:

Implementasi Pendidikan Karakter

Model Pendekatan Kegiatan Strategi

Rohis Pembiasaan Keagamaan

(35)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. SMA Negeri 1 Salatiga

1. Gambaran umum SMA Negeri 1 Salatiga

SMA Negeri 1 Salatiga yang beralamat di Jl. Kemiri 1 Salatiga merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah atas yang tertua di kota Salatiga yakni berdiri pada tanggal 1 Agustus 1954, didirikan oleh beberapa tokoh, terutama mereka yang berada di DPRD Salatiga dan beberapa ilmuwan seperti Mr. Djoko Soetontro. Melalui proses yang panjang dan selalu pindah lokasi saat itu, akhirnya dapat menempati lokasi permanen dan semakin memantapkan diri sebagai SMA Negeri pertama di Salatiga sampai sekarang, bahkan menjadi SMA terfavorit dengan segudangprestasi sehingga menjadi rujukanlembaga pendidikan yang lain. Dalam rangka mengantarkan 975 siswa yang terbagi dalam 3 progam yakni MIPA/IPA, IPS dan BAHASA menjadi generasi yang berkarakter, SMA Negeri 1 Salatiga telah merumuskan visi dan misi sekolah, visi tersebutadalah:“Beriman, berkarakter, berbudaya, dan berdaya saing”.1 2. Implementasi Pendidikan karakter

SMA Negeri 1 Salatiga sebagai lembaga pendidikan dan sekaligus aset bangsa, memiliki tanggung jawab besar mencetak siswa-siswi menjadi manusia yang berkarakter,yakni insan yang religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

1

Misi SMA Negeri 1 Salatiga: (1). Mewujudkan insan yang bertaqwa, berakhlak mulia, berkarakter, insan yang gemar meneliti dan cinta lingkungan, insan yang menjunjung tinggi kebersamaan, kekeluargaan dan kegotong-royongan, insan yang aktif, kreatif, inovatif dan kompetitif, (2). Mampu mempunyai tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional, (3) Mampu memeiliki sarana-prasarana yang memadai dan berbasisi ICT, (4). Mampu menjalin kerjasama dengan stakeholder, menggali dana yang memadai, wajar dan berkeadilan untuk meningkatkan kemajuan sekolah, (5), Mampu memiliiki lingkungan yang hijau, bersih, indah dan nyaman, (6). Mampu mewujudkan nilai-nilai keagamaan dan beradaptasi dengan perkembangan budaya global

(36)

22

menghargai prestasi, bersahabat/komunikasi, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan/sosial dan tanggung jawab. Mengingat kegiatan akademik sangat menuntut konsentrasi siswa sehingga berakibat pada berkurangnya porsi kegiatan so- sial dan hal itu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembentukan karakter, maka pihak sekolah menyelenggarakan kegiatan non akademik berupa kegiatan ekstrakurikuler.

Mata pelajaran sebagai media pengembangan nilai-nilai pribadi anak harus didukung oleh kurikulum, proses PBM, penilaian, pengelolaan sekolah, dan kegiatan diluar pembelajaran formal. Untuk meningkatkan nilai karakter ketuhanan, siswa dapat mempelajari nilai dan aturan agama yang diyakini, nilai kejujuran dengan tindakan dan perkataan yang tidak merugikan orang lain dan diri sendiri, karakter bertanggung jawab dengan menyelesaikan berbagai tugas dengan baik. Siswa disiplin dengan selalu tepat waktu dan sesuai dengan tata tertib sekolah, siswa juga harus memiliki jiwa inovatif, mandiri dan kreatif, siswa harus selalu kritis dan berpikir logis terhadap masalah, serta berkarakter demokratis ditandai dengan kemampuan anak membedakan hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.2

3. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis)

Diantara kegiatan ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Salatiga adalah organisasi rohani Islam (Rohis), yakni organisasi Islam yang sangat bermanfaat dalam belajar berorganisasi maupun belajar ilmu agama.3 Adapun program kerjanya antara lain : a. Program kegiatan harian (hafalan Asmaul Husna, jamaah shalat Dhuhur dan Asar). b. Program kegiatan mingguan (kajian rutin dan latihan rebana setiap hari Jumat). c. Program kegiatan bulanan (buletin, gerakan sayang masjid dan Khotmul Qur’an). d. Program kegiatan tahunan (mabit, PHBI, lomba Islami, dan gelar Ramadhan).

2

Suyitno, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Salatiga, wawancara, tanggal 19 Mei 2016. 3

(37)

Adapun struktur organisasi Rohis“Ar-Royyan” SMAN 1 Salatiga sebagai berikut: melalui kegiatan pembiasaan keagamaan seperti yang telah dilakukan oleh SMA Negeri 1 Salatiga. Jaka Rebawa mengatakan, bahwa kegiatan pembiasaan keagamaan sangat mutlak dilakukan karena agama harus diwujudkan melalui pengamalan, sedangkan pengamalan dilakukan melalui pembiasaan sebagai proses terwujudnya karakter siswa.4Demikian pula yang disampaikan oleh Reza Yustika dan M. Fadhli Hisyam, melalui kegiatan pembiasaan keagamaan siswa dapat mengerti, memahami dan menerapkan akhlak dan budi pekerti sehingga menjadi generasi yang berkarakter.5Adapun kegiatan pembiasaan keagamaan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Salatiga diantaranya: 1). Bimbingan akhlakul karimah(berbicara sopan, takdzim, mengucapkan salam dan berjabat tangan). 2). Infak setiap pembelajaran agama Islam atau jika ada kejadian. 3). Membaca Asmaul Husna dan tadarus Al-Qur’an setiap

4

Jaka Rebawa, Guru Agama Islam SMA Negeri 1 Salatiga, wawancara, tanggal 19 Mei 2016. 5

(38)

24

mengawali pelajaran. 4). Membiasakan shalat fardlu berjamaah dan shalat Dluha setiap hari. 5). Peduli sosial dan lingkungan.

B. SMA Negeri 2 Salatiga

1. Gambaran umum SMA Negeri 2 Salatiga

SMA Negeri 2 Salatiga adalah salah satu lembaga pendidikan menengah atas di Salatiga yang berdiri pada tahun 1983, terletak di pinggiran kota tepatnya di Jalan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga menempati areal seluas 3 ha, dikelilingi kawasan pemukiman penduduk, perumahan asrama TNI 411, dan beberapa desa yang berada di Kecamatan Argomulyo. Lembaga ini dijadikan salah satu alternatif orang tua menyekolahkan anaknya, meskipun secara transportasi publik belum memiliki ketercapaian yang maksimal, namun demikian peserta didik juga berasal dari beberapa daerah di wilayah kabupaten Semarang bahkan luar provinsi. Saat ini SMA Negeri 2 Salatiga mempunyai 922 peserta didik, 3 program studi (Bahasa, IPA dan IPS), 63 guru sarjana/magister yang bersertifikasi dan 25 tenaga kependidikan. Adapun visi SMA Negeri 2 Salatiga yaitu“Terwujudnya satuan pendidikan dengan lulusan yang beriman, bertakwa, unggul dalam prestasi, berkarakter kebangsaan dan peduli lingkungan, serta mampu bersaing di era global”.6 2. Implementasi Pendidikan Karakter

Pelaksanaan implementasi pendidikan karakter di SMA Negeri 2 Salatiga melalui strategi “OKE” yaitu organisasi, komitmen dan Excellence.7Organisasi

6

Misi SMA Negeri 2 Salatiga: (1). Meningkatkan semangat hidup yang agamis dan mewujudkan kerukunan antar umat beragama, (2). Menyelenggaraka pembelajaran yang efektif dan efisien, (3). Menyelenggarakan kegiatan akademik dan non akademik sebagai wadah bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi diri secara optimal, (4). Menerapkan peraturan sekolah secara konsiisten, (5). Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler secara berkala yang dapat menumbuhkan rasa kepedulian sosial para peserta didik, (6). Melibatkan orangtua/wali untuk memberikan bimbingan tentang budi pekerti yang baik, (7). Melaksanakan program pengembangan diri peserta didik dalam rangka pengenalan potensi diri, (8). Menciptakan budaya sekolah yang mencintai lingkungan, (9).Berkoordinasi dan berkomunikasi dengan orang tua, masyarakat, instansi pemerintah maupun swasta, (10). Melaksanakan kerjasama dengan perguruan tinggi dan instansi lain.

7

(39)

dimaksudkan satuan atau kelompok kerjasama yang dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinaan kepesertadidikan. Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati, bertekad, berjerih payah, berkorban dan bertanggung jawab demi mencapai tujuan dirinya dan organisasi/ sekolah khususnya SMAN 2 Salatiga. Komitmen memiliki peranan penting terutama pada kinerja seseorang, menjadi acuan serta dorongan untuk lebih bertanggung jawab terhadap kewajibannya. Namun praktiknya, banyak organisasi/sekolah khususnya SMAN 2 Salatigakurang memperhatikan komitmen karyawannya, untuk itu ketika melakukan perekrutan hendaknya lebih selektif,sehingga terdeteksi sejak dini pekerja yang kurang maksimal dan akanmerugikan lembaga.Adapun Excellence yaitu percepatan. Maksudnya dalam percepatan pembelajaran dibutuhkan keterlibatan total oleh seluruh elemen tenaga pendidikan dan kependidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan strategi “OKE” pendidikan karakter di SMA Negeri 2 Salatiga dapat berjalan dengan baik melalui kegiatan intra maupun ekstrakurikuler. 3. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam

Keberadaan organisasi rohani Islam (Rohis) di SMA Negeri 2 Salatiga sangat penting dan strategis, karena berperan sebagai wadah dakwah syiar Islam disamping latihan berorganisasi.8Bahkan menjadi salahsatu faktor pendukung terwujudnya Islam sebagai agama rahmatal lil’alamiin.9 Adapun program kerja Rohis “Al Hikmah” SMA Negeri 2 Salatiga adalah sebagai berikut :

a. Program kegiatan harian: Tadarus Al-Qur’an, infaq dan shalat Dhuhur berjamaah b. Program kegiatan mingguan: Yasinan, shalat Jumat dan Dluha bersama.

c. Program kegiatan bulanan: Pertemuan rutin, bersih masjid dan pengiriman delegasi ke FS (forum silaturahmi) Rohis tingkat kota.

8

Hadziq, Ketua Rohis SMA Negeri 2 Salatiga, Wawancara, Tanggal 17 Mei 2016. 9

(40)

26

d.Program kegiatan tahunan:Mujahadah,Mabit/LDK Rohis, Festival lomba Islami, gelar aktivitas Ramadlan, PHBI dan menjalin kerjasama dengan organisasi lain. Adapun Struktur Organisasi Rohis “Al Hikmah” SMAN 2 Salatiga sebagai berikut: Penanggung Jawab : Dra. Wahyu Tri Astuti, M.Pd (Kepala Sekolah ).

Pembina : Drs. Waqof Adroi, M.Pd I.

Dalam proses pembelajaran PAI, menurut Waqof Adroi, metode pembiasaan keagamaan dan keteladanan akan lebih dapat menginternalisasi nilai-nilai qur’ani untuk mempersiapkan peserta didik yang soleh/solehah, baik dalam tataran ilmu maupun aplikasi dalam mewujudkan lingkungan religius,10Riska Novika menambahkan, bahwa pembiasaan keagamaan sangat membantu siswa untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.11Bahkan hal itu akan semakin mendukung apabila dilakukanpada ajaran Islam yang hukumnya wajib maupunsunnah oleh semua warga sekolah SMA Negeri 2 Salatiga yang muslim.12Adapun kegiatan pembiasaan keagamaan antara lain: 1). Shalat Dluha bersama, Dhuhur dan shalat Jumat berjamaah. 2). Shalat Idul Adha dan latihan berkurban. 3). Shalat gaib jika ada warga sekolah dan tokoh agama meninggal dunia.

10

Waqof Adroi, Guru Agama Islam SMA Negeri 2 Salatiga, Wawancara, Tanggal 17 Mei 2016. 11

Riska Novika, Siswi XI Ipa 3 SMA Negeri 2 Salatga, Wawancara, Tanggal 17 Mei 2016 12

(41)

4).Yasinan setiap jumat pagi. 5). Tadarus Al-Qur’an dan berinfak. 6). Menebarkan salam dan berjabat tangan.7). Pesantren Ramadlan. 8). Pembagian zakat fitrah.

C. SMA Negeri 3 Salatiga

1. Gambaran umum SMA Negari 3 Salatiga

SMA Negeri 3 Salatiga merupakan satu-satunya sekolah menengah tingkat atas yang terletak di jantung kotayakni di Jalan Kartini 34, adalah Eks SPG NegeriSalatiga, sesuaidenganKeputusanMenteriPendidikandanKebudayaanRepublik Indonesia No- mor:0519/O/191 tanggal:5September 1991 tentangpengalihan Fungsi Sekolah Pendidi- kan Guru (SPG) NegeriSalatigamenjadi SMA Negeri 3 Salatiga.Karena letaknya yang strategis, maka SMAini menjadi alternatif orang tua menyekolahkan anaknya baik dari kalangan masyarakat kota, wilayah kabupaten Semarang dan sekitarnya.Pada tahun pelajaran 2015/2016 SMA Negeri 3 Salatiga mempunyai 1022 peserta didik, 3 program studi (Bahasa, IPA dan program IPS), 62 pendidik dan 21 tenaga kependidikan. SMA Negeri 3 Salatiga mempunyai visi, misi, dan tujuan pendidikan.13Visi tersebut adalah

“Unggul prestasi, serasi dalam budi pekerti, berdaya saing global”.

2. Implementasi Pendidikan Karakter

Belum lama iniGubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meresmikan SMA Negeri 3 Salatiga sebagai SMA berwawasan kebangsaan, sehingga seluruh warga yang ada didalamnya makin bertanggung jawab mengimplementasikan pendidikan karakter. Menurut Yuliati Eko Atmodjo, pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja

13

(42)

28

untuk membantu seseorang memiliki, memahami, memperhatikan, dan melakukan

nilai-nilai etika yang inti.14Adapuntarget yang diharapkan adalah insan lembaga ini

terutama peserta didik harus memiliki watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian. Hal ini

akan terwujud dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan

sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan

tersebut berupa sejumlah nilai moral dan norma yang diterapkan di SMA Negeri 3

Salatiga seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat pada orang lain,

disiplin, mandiri, kerja keras, dan kreatif. Semua itu dapat ditempuh melalui:a)

Pengintegrasian nilai dan etika pada mata pelajaran.b) Internalisasi nilai positif yang ditanamkan oleh semua warga sekolah (warga sekolah, guru, dan orang tua). c) Pembiasaan dan latihan. d) Pemberian contoh dan teladan. e) Penciptaan suasana berkarakter di sekolah, dan f) Pembudayaan.

3. Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis (Rohani Islam)

Rohis (Rohani Islam) merupakan wadah organisasi yang bergerak dalam

bidang dakwah Islam yakni dengan amar ma’ruf nahi munkar di SMA Negeri 3

Salatiga.15Keberadaan Rohis sangat membantu terwujudnya siswa-siswi yang

berkarakter melalui berbagai kegiatan sosial keagamaan yang menjadi program

kerjanya.16Diantara program-program tersebut adalah: gerakan shalat Dluha, shalat

Dhuhur dan Jumat berjamaah, tadarus Al-Qur’an, kajian Annisa, peringatan PHBI,

mujahadah kubra, pawai ta’aruf, kerja sama dengan organisasi lain, santunan

masyarakat, serta pengiriman peserta pada kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.17

Adapun struktur organisasi Rohis “An Nur” SMA Negeri 3 Salatiga sebagai berikut:

Penanggung jawab : Dra. Yuliati Eko Atmodjo, M.Pd

14

Yuliati Eko Atmodjo, Kepala SMA Negeri 3 Salatiga, Wawancara, Tanggal 18 Mei 2016. 15

Dickila Muhammad Firdaus, Ketua Rohis SMA Negeri 3 Salatiga, Wawancara, 18 Mei 2016. 16

Miratul Umam, Siswi kelas XI IPS 1 SMA Negeri 3 Salatiga, Wawancara, Tanggal 18 Mei 2016. 17

(43)

Pembina : Drs. Sugeng Riyanto, M,Pd I. Departemen Pemberdayaan : Sinta Wulandari dan Andra Pratama 4. Kegiatan Pembiasaan Keagamaan

Dalam pendidikan karakter, aktivitas pembiasaan keagamaan memiliki posisi yang sangat strategis dalam rangka membentuk watak dan nilai-nilai etika keagamaan. Oleh karena itu seorang pendidik memiliki peran yang sangat penting dan strategis yakni sebagai uswatun hasanah.18Kegiatan agama yang dilakukan secara rutin akan berakibat positif dan membantu terwujudnya generasi yang memiliki watak, tabiat dan kepribadian yang tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan.19Adapun kegiatan pembiasaan keagamaan yang dilakukan di SMA Negeri 3 Salatiga adalah: 1) Shalat Dluha. 2). Shalat jamaah Dhuhur dan shalat Jumat.3) infak siswa. 4). Mengucapkan salam atau menjawab.5). Berjabat tangan saat berjumpa. 6).Tadarus Al-Qur’an. 7). Peduli sosial. 8). Membaca doa setiap awal dan akhir pembelajaran.9).PesantrenRamadlan.

18

Sugeng Riyanto, Guru Agama Islam SMA Negeri 3 Salatiga, Wawancara, 18 Mei 2016 19

(44)

BAB IV

ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ROHANI ISLAM (ROHIS) DAN

PEMBIASAAN KEAGAMAAN DI SMA NEGERI KOTA SALATIGA

Salah satu kritikan tajam yang dilontarkan masyarakat kepada lembaga pendidikan adalah bahwa pendidikan telah gagalmembangun manusia Indonesia yang berkarakter, banyaknya lulusan sekolah dan sarjana yang pandai dalam menjawab soal ujian dan berotak cerdas, tetapi mental lemah dan penakut, serta perilakunya tidak terpuji. Oleh karena itu pendidikan karakter sangat dibutuhkan di sekolah, mengingat separo hari lebih bahkanfull daywaktu generasi bangsa ini ada di dalamnya, makasudah semestinya sekolah harus memiliki perencanaan yang matang, sistematis dan teratur serta bersifat akademis, religius, intelektual, dan profesional. Pendidikan karakter harus dimasukkan pada semuamateri mata pelajaran disamping juga dapat dibentuk melalui kegiatan- kegiatan ekstrakurikuler (paskibra, kepramukaan, PMR dan kegiatan ekstra yang lain) serta kegiatan pembiasaan keagamaan. Gambaran pelaksanaan pendidikan karakter melalui kegiatan ektrakurikuler Rohani Islam (Rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan di seluruh SMA Negeri Salatiga dapat dilihat melalui hal-hal sebagai berikut: 1. Ragam Kegiatan

(45)

Tabel 4.1

RagamKegiatan

No Kegiatan SMAN 1 SMAN 2 SMAN 3 Keterangan

1 Shalat Dluha √ √ √

2 Shalat Fardlu jamaah/jumat √ √ √

3 Qira’atul Qur’an √ √ √

4 Gebyar Dzulhijah √ √ √

5 Gerakan sayang masjid √ √ √

6 LDK Rohis √ √ √

7 Festival lomba Islami √ √ √

8 Gebyar Ramadlan √ √ √

9 Mujahadah √ √ √

10 PHBI √ √ √

11 Berdoa sebelum/ sesudah belajar √ √ √

12 Tebar salam – berjabat tangan √ √ √

13 Infak/sedekah √ √ √

14 Hafalan Asmaul Husna √ √ √

15 Tafala - Tesims √ √ √

(46)

32

94% siswa muslim secara serentak melaksanakan shalat Dluha, laki-laki di mushola dan perempuan di aula, juga kegiatan BTA (baca tulis Al-Qur’an). Adapun di SMA Negeri 3 Salatiga, kegiatan unggulannya adalah Tesims (Temu siswa muslim baru SMA Negeri 3), Tafala (Tafakur alam) dan kajian Islam.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan Rohis di SMA Negeri kota Salatiga harus mengarah kepada prinsip-prinsip Islam yakni menitikberatkan pada moral, akhlak, etika atau karakter. Hal inilah yang selalu ditekankan oleh semua guru agama, selaku pembina organisasi rohani Islam (Rohis)diantaranya Waqof Adroi, mengatakan bahwa: “Pembelajaran dalam Islam tidak cukup hanya pada tataran akademik dengan memperoleh nilai rapor bagus, terlebih dari itu justru harus diimbangi dengan pengamalan dan pembiasaan keagamaan diantaranya shalat Dhuhur berjamaah, shalat Dluha, bersedekah, baca tulis Al-Qur’an, mentaati tata tertib, sopan santun dan lain- lain serta timbul kesadaran dan terbiasa dengan akhlakul karimah.”1

2. Partisipasi Aktif Siswa

Karakter siswa dapat terbentuk melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler di- antaranya kegiatan rohani Islam (Rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan, semakin tinggi partisipasi siswa dalam kegiatan tersebut menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan. Secara umum semua kegiatan atau program kerja yang telah disusun dan direncanakan oleh pengurus beserta anggota organisasi rohani Islam (Rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan pada setiap awal tahun ajaran di SMA Negeri kota Salatiga mendapatkan sambutan dan dukungan yang positif oleh seluruh siswa sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel berikut:

1

(47)

Tabel4.2 Partisipasisiswa

No Nama Sekolah Jumlah total Jumlah siswa muslim

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa partisipasi aktif siswa dalam mengikuti berbagai ragam kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (Rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan di seluruh SMA Negeri menunjukkan keterlibatan yang sangat tinggi, bahkan mencapai 90% lebih. Hal ini menjadi modal yang besar terhadap pencapaian implementasi pendidikan karakter di masing-masing lembaga tersebut.

3. Kesadaran Moral Kolektif

Keberhasilanpenerapan pendidikan karakter sebagai langkah untuk membentuk generasi yang sehat jasmani rohani bukan semata-mata tanggung jawab sekolah melainkan juga keluarga dan masyarakat, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Jacques S. Benninga yakni:“Moral Education isa conscius effort shared by parent, society, and professional educators to help shape the character of less well

educated people”. 2Pembentukan karakter siswa di sekolah bukan hanya merupakan tanggung jawab kepala sekolah, waka kesiswaan, guru agama, PKN atau guru BK, melainkan tanggung jawab bersama seluruh warga sekolah melalui semua kegiatan intra maupun ekstra kurikuler. Di SMA Negeri Salatiga kesadaran moral guru secara kolektif dalam kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (Rohis) dan kegiatan pembiasaan

2

(48)

34

keagamaan belum terbangun secara maksimal, hal ini ditunjukkan dengan kurangnya partisipasi mereka terhadap kegiatan tersebut, contohnya pada saat shalat Dluha, banyak guru yangngobrol di ruangan, tidak mendampingi siswa waktu shalat Jumat, sedikitnya guru yang hadir pada kegiatan Nuzulul Qur’an di bulan Ramadlan dan kegiatan-kegiatan yang lain.

Berdasarkan sumber data di lapangan kebanyakan yang ikut dalam kegiatan agamaadalah Guru Agama, satgas (pembina osis), guru BK dan beberapa guru lain yang jumlahnya sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah total para guru. Disinilah menjadi tantangan bagi seorang pimpinan untuk mengajak dan meningkatkan kesadaran mereka bersama siswa melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan pembiasaaan keagamaan atau terlibat langsung dalam mewujudkan pendidikan karakter siswa. Adapun gambaran dukungan para guru pada kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (Rohis) dan kegiatan pembiasaan keagamaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel4.3

Kesadaran Moral Kolektif

No Nama Sekolah Jumlah total Jumlah Guru muslim

(49)

pengawas dan pihak-pihak pengambil kebijakan karena guru memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam mencapai keberhasilan pendidikan karakter. Prosentase dukungan guru pada tabel diatas diambil dari beberapa kegiatan unggulan sekolah dan selalu dilaksanakan oleh masing-masing lembaga pendidikan tersebut, diantara kegiatan itu adalah: Shalat Idul Adha, Dluha, Dhuhur, Asar dan shalat Jumat, kegiatan Ramadlan, Khotmul Qur’an, penegakan tata tertib sekolah, PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) berupa pengajian akbar, bakti sosial dan lain-lain.

4. Kebijakan Sekolah Berbasis Pendidikan Karakter

Kepemimipinan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan karakter, melalui tugas dan wewenangnya sekaligus sebagai fasilitator dan motivator, mengajak dan mengkoordinir seluruh warga sekolah demi suksesnya pelaksanaan semua program kegiatan termasuk kegiatan ekstrakurikuler rohani Islam (Rohis) maupun pembiasaan keagamaan. Salah satu cara atau metode yang tepat dalam pananaman karakter siswa adalah pembiasaan dan suri tauladan terutama dari kepala sekolah, sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai figur, seorang kepala sekolah selalu menjadi pusat perhatian dan sebagai barometer bagi bawahan atau warga sekolah, oleh karenanya harus tampil terdepansehingga semua kebijakan yang diambil akan berefek pada keberhasilan pendidikan karakter.Adapun kebijakan yang dilakukan oleh seluruh kepala sekolah SMA Negeri di Salatiga sudah sesuai dengan visi misi masing-masing. Kebijakan itu diantaranya tertuang di dalam penyusunan RPP berbasis karakter, penyusunan jadwal kegiatan, jadwal pelajaran dan penerbitan SK kepanitian keagamaan, pembiayaan serta melakukan evaluasi di setiap akhir

(50)

36

5. Pelibatan Integratif Sekolah-Masyarakat

Keberhasilan suatu program kegiatan akan tercapai manakala didukung oleh semua unsur yang ada di dalamnya, demikian pula implementasi pendidikan karakter, dari tenaga kebersihan, tenaga pendidikan dan kependidikan serta masyarakat sekitar harus senantiasa bahu membahu dan bekerja sama untuk mensukseskannya.

Di SMA Negeri Salatiga, umumnya yang terlibat baru sebatas warga sekolah dan itupun jumlahnya terbatas, oleh karenanya mungkin perlu menggandeng berbagai pihak atau masyarakat yang berada disekitar lingkungan sekolah juga termasuk orang tua siswa, mereka tidak hanya dilibatkan dalam acara sosialisasi program sekolah serta pembiayaan.Seberapa jauh keterlibatan tenaga kependidikan di SMA Negeri Salatiga dalam implmentasi pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler dan pembiasaan keagamaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel4.4

Pelibatan Integratif Sekolah-Masyarakat

No Nama Sekolah Jumlah total Tenaga

Gambar

Gambar 1.1. Diagram komponen dalam analisis data.13
Tabel 4.1
Tabel 1. Ragam Kegiatan
Tabel 2. Partisipasi aktif siswa
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus

Artikel memperlihatkan fashionista di Kabupaten Aceh Tamiang yang telah menjadi penggila dan pemuja produk tas branded ‘KW’ disebabkan banyak faktor, seperti budaya

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Solove, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Juli 2015. Alat yang

Kendala dan Hambatan yang dihadapi dalam Pemanfaatan Inlislite pada layanan Sirkulasi di Ruang Baca Umum Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur

Hasil dari penelitian ini menunjukkan Tabloid Jubileum adalah media yang efektif karena berisi informasi tentang nilai dan tujuan; identitas, aktivitas,

Perilaku asertif adalah kemampuan untuk mengungkapkan pendapat-pendapat, perasaan-perasaan, hak-hak serta kebutuhan- kebutuhan tanpa menyinggung atau menyakiti perasaan

[r]

Hasil identifikasi diperoleh 15 isolat bakteri asam laktat dan setelah dilakukan pengujian kemampuan tumbuh pada berbagai suhu, pH dan konsentrasi NaCl diketahui bahwa terdapat