• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Kajian Tafsir Al-Qur’an pada Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Analisis Sitiran Pengarang yang Disitir Disertasi Mahasiswa Tahun 2005-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemetaan Kajian Tafsir Al-Qur’an pada Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Analisis Sitiran Pengarang yang Disitir Disertasi Mahasiswa Tahun 2005-2010"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Penelitian Kolektif Disusun oleh:

Dr. M. Isa HA Salam, MA. Rifqi Muhammad Fathi, MA

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(2)

Kata Pengantar

ناسحإاو لضفلاو دو ا نم ممو ،نايبتلا نم م أو ،نايبلا نم ملع ام ىلع ه دم ا

.

ةاصلاو

توع ا ،نايدأا لمكأب ثوعب ا دمح انديس ،ناندع دلو ديس ىلع ،نامكأا نامأا ماسلاو

م نعباتلاو باحصأو لآ ىلعو ،ناقرفلاو ليجإاو ةاروتلا ي

ّرك ام ةمئاد ةاص ،ناسحإب

نمرلا دبعو ،ناديد ا

.

Alhamdulillah, hanya atas izin, pertolongan, dan rida Allah ta’a>la, penelitian yang berjudul “Pemetaan Kajian Tafsir Al-Qur’an pada Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Analisis Sitiran Pengarang yang Disitir Disertasi Mahasiswa Tahun 2005-2010 ini dapat terselesaikan. Oleh karenanya, selain menghaturkan puji syukur ke hadirat Allah ta’a>la, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu kelancaran studi dan penelitian ini, beberapa di antaranya adalah:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membiayai penelitian ini.

3. Jajat Burhanuddin, Ph. D. yang telah menjadi supervisor penelitian ini dan memberikan banyak kritik dan masukan pada penelitian ini.

4. Perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Perpustakaan Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 6. Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Drs. Agus Rifai, M.Si. atas masukan dan diskusi awal sebelum keberangkatannya menempuh studi S3 di Malaysia.

(3)

Muhammad Idris Mesut yang telah membantu mengolah data dan memberikan masukan yang sangat berharga kepada kami.

9. Keluarga kami berdua yang telah mengorbankan waktu kebersamaan mereka dengan kami untuk kami gunakan melakukan kerja-kerja dalam penelitian ini, mulai dari mengumpulkan data, mengolah dan menganalisa, hingga menyusun laporan penelitian ini.

Semoga bantuan yang mereka berikan, menjadi amal jariyah mereka dan Allah anugerahkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda.

ة سلا ىلع تابثلا لأسن ايإو ،مامإاب اندصق ا قفو ا هاو ،مانأا رخ ىلع ها ىلصو

بابسأ ىلع ئايلوأ نع ا نإ ،ماقتنإل بجو ا ببسلاو ،ماثآاو عدبلا نم ذوعتن بو ،ماسإاو

ستو ،اندرأ ام رسيت ي ةبغرلا يلإو ،تاعاطلا عاونأ كولس م قفو او ،تار ا

نإ ،انأموأ ام ليه

ميحر فوؤر ،مرك داوج

.

Jakarta, 14 Oktober 2011 Peneliti,

(4)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel dan Gambar ... vi

Bab I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan... 3

C. Hipotesis ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat dan Signifikansi Penelitian ... 5

F. Telaah Kepustakaan ... 6

G. Metode Penelitian ... 8

Bab II Tafsir dan Periodesasi Tafsir ... 11

A. Definisi Tafsir ... 11

B. Sejarah Perkembangan Tafsir ... 13

C. Periodesasi Kitab Tafsir ... 16

1. Tafsir Klasik (Abad III-VIII H) ... 16

2. Tafsir Abad Pertengahan (Abad IX-XII H) ... 19

3. Tafsir Modern (Abad XIII-XIV H) ... 20

4. Tafsir Kontemporer (Abad XIV H-sekarang) ... 23

Bab III Hasil dan Analisa Data ... 25

A. Disertasi, Sitiran, dan Pengarang yang disitir ... 25

B. Sitiran Pengarang ... 28

C. Tafsir Klasik versus Tafsir Kontemporer ... 31

Bab IV Penutup ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Rekomendasi ... 41 Daftar Pustaka

(5)

Tabel 1. Disertasi kajian tafsir dan sitiran ... 26

Tabel 2. Rata-rata pengarang yang disitir ... 27

Tabel 3. Jumlah sitiran ... 27

Gambar 1. Prosentase pengarang yang paling banyak disitir ... 29

Gambar 2. Jumlah sitiran terbanyak pada pengarang yang disitir ... 30

Gambar 3. Prosentase komposisi periode tafsir yang disitir ... 36

Gambar 4. Komparasi pengarang terbanyak yang disitir ... 37

Gambar 5. Prosentase periode tafsir pengarang yang paling banyak disitir ... 38

Gambar 6. Prosentase periode tafsir pengarang yang paling banyak disitir disertasi UIN Jakarta ... 39

(6)

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dalam bidang kajian al-Qur’an atau Tafsir, banyak dijumpai berbagai

corak penafsiran al-Qur’an. Abdul Majid Abdussalam al-Muhtasib (1997), misalnya, mengelompokkan tiga kategori tafsir konptemporer, yaitu corak salafi, rasional, dan ilmiah. Thameem Ushama (2002) melihat kajian al-Qur’an berdasarkan metodologi yang digunakan, yaitu tafsir bil ma’tsur, tafisr bil ra’yi,

dan tafsir isyari. Menurut Abdul Mustaqim (2003) setiap periode terdapat karakateristik di dalam corak penafsiran al-Qur’an. Dalam karyanya tersebut

Abdul Mustaqim menyimpulkan bahwa pada setiap periode, yaitu periode klasik, pertengahan, dan kontemporer terdapat karakteristik yang berbeda sebagai suatu keniscayaan. Hal ini karena terdapat pengaruh dari kondisi sosio-kultural dan situasi politik pada saat mufassir hidup. Di samping itu juga terdapat para ahli lain yang berusaha memberikan gambaran mengenai kajian di bidang al-qur’an

atau tafsir, baik secara umum atau secara khusus pada suatu geografis tertentu seperti dilakukan Federspiel (1996) tentang kajian al-qur’an di Indonesia dari

Mahmud Yunus hingga Quraish Shihab.

Beberapa hal tersebut telah membuktikan bahwa dalam studi tafsir

al-qur’an terdapat pengaruh yang kuat dari suatu sistematika atau cara berfikir yang diakibatkan karena perbedaan latar belakang, perbedaan kondisi sosial budaya, dan sebagainya yang di dalam memahami teks al-Qur’an.

(7)

merupakan karya manusia, termasuk di dalamnya karya suatu ilmu pengetahuan atau teknologi. Dalam bidang ilmu pengetahuan, tiada ilmu dan teknologi yang tercipta secara tiba-tiba, Ilmu terlahir dari pengamatan dan atau penelaahan terhadap suatu fenomena yang ada di alam. Einstein, seorang fisikiwan dunia terkemuka, meyakini bahwa sains tidak lebih merupakan suatu penyempurnaan dari cara berfikir sehari-hari. Penyempurnaan ini dicpai melalui penemuan dan penyempurnaan metode ilmiah. Dengan kata lain, suatu ilmu tidaklah tercipta dari suatu keadaan yang tanpa ruang maupun waktu. Busha dan Harter (1980: 5) menyatakan bahwa suatu pengetahuan tercipta melalui proses berfikir, berkarya dengan cara-cara tertentu, menggunakan metode yang tepat untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena. Karya seorang ilmuwan akan menjadi penting jika suatu pengetahuan dari setiap bidang ilmu pengetahuan dapat dikembangkan sehingga dapat meningkatkan suatu kebenaran (truth) dan mengurangi kesalahan (error) dari berbagai bidang ilmu.

Perkembangan suatu ilmu dapat didekati dengan berbagai sisi. Salah satu cara yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan terutama menyangkut domain atau wilayah kajian adalah dengan melakukan visualisasi pengetahuan atau lazim disebut pemetaan pengetahuan (knowledge mapping). Pemetaan ini dilakukan sebagai pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan gambar, tulisan, grafik. Menurut Spasser (1997: 78) peta ilmu pengetahuan merupakan alat relasi yang menyediakan informasi antar hubungan entitas yang dipetakan. Di samping metode analisis isi seperti dijelaskan di atas, metode lain yang dapat digunakan untuk memetakan suatu bidang kajian adalah dengan menggunakan metode analisis sitiran. Metode ini digunakan untuk menganalisis secara deskriptif suatu karya menurut jenis literatur dan frekuensi pengarang yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan jenis literatur dan kontribusi yang diberikan oleh peneliti dalam perkembangan ilmu pengetahuan (Sulistyo-Basuki, 2001: 11).

(8)

3

disertasi mahasiswa pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (selanjutnya disebut UIN Jakarta) dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (selanjtunya disebut UIN Yogyakarta) pada periode lima tahun terakhir, yaitu tahun 2005-2010.

B. Permasalahan

UIN (dulu bernama IAIN) dikenal banyak kalangan sebagai kampus pembaharu pemikiran Islam. Sebagai universitas unggulan, mahasiswa UIN berasal dari berbagai daerah, dari ujung Barat sampai ujung Timur wilayah Indonesia, dari Aceh hingga Irian Jaya. Mahasiswa UIN berasal hampir dari setiap propinsi di Indonesia. Mahasiswa UIN bahkan ada yang berasal dari luar negeri seperti Malaysia, Thailand, Singapura, dan bahkan dari kawasan Afrika seperti Nigeria. UIN juga mempunyai program pendidikan yang bervariasi baik jenis program studi maupun tingkat pendidikan, dari S1, S2, dan bahkan S3. Sebagai suatu universitas, UIN sangat terbuka dalam berbagai aliran pemikiran, dari yang paling moderat sampai yang paling konservatif, dari liberalisme sampai tradisionalisme. Untuk menyelesaikan suatu program studi di UIN, baik pada tingkat sarjana (S1), Magister (S2), dan doktor (S3), mahasiswa diwajibkan menulis suatu karya ilmiah yang berupa skripsi untuk program S1, tesis untuk program S2, dan disertasi untuk program S3.

(9)

Dengan demikian dari disertasi ini akan terlihat bagaimana pemikiran tertentu mempengaruhi seseorang yang dapat dianalisa dari penunjukkan kutipan atau sitiran yang digunakan dalam menyusun karya akhir atau disertasi tersebut. Dalam kerangka ini maka dalam penulisan disertasi pasti akan dipengaruhi oleh pemikiran tertentu, baik yang bersifat modern dan liberal maupun yang konservatif dan tradisional. Di antara aliran-aliran tersebut, aliran pemikiran manakah yang paling banyak berpengaruh bagi para mahasiswa UIN; modernisme ataukah tradisionalisme? Sebagai kampus pembaharu tentu seharusnya pemikiran-pemikiran yang bersifat modern dan rasional yang banyak berpengaruh di dalam pemikiran keagamaan para civitas akademika termasuk para mahasiswanya.

Berkenaan dengan masalah tersebut di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berapa jumlah pengarang yang disitir oleh mahasiswa pascasarjana UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta dalam disertasi studi tafsir Al-Qur’an?

2. Siapakah yang paling berpengaruh/dominan dengan frekuensi tertinggi disitir dalam disertasi mahasiswa pascasarjana UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta dalam studi tafsir Al-Qur’an?

3. Bagaimana kecenderungan pemikiran tafsir mahasiswa S3 pascasarjana UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta?

C. Hipotesis

Penelitian tentang peta pemikiran tafsir Al-Qur’an di Indonesia yang

dilakukan melalui analisis sitiran terhadap disertasi program pascasarjana UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta ini didasarkan atas asumsi sebagai berikut :

1. Disertasi merupakan suatu jenis karya ilmiah sebagai hasil penelitian, dan karenanya harus memenuhi kriteria ilmiah.

(10)

5

3. Semua literatur ilmu pengetahuan yang digunakan dalam penulisan tesis dan disertasi tercantum di dalam bibliografi (daftar pustaka) yang menunjukkan literatur yang disitir.

Berdasarkan beberapa asumsi tersebut di atas, maka hipotesa kerja yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh pemikiran modernisme yang dominan di kalangan mahasiswa pascasarjana UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta di dalam studi tafsir al-Qur’an.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui aliran pemikiran yang paling berpengaruh terhadap pemikiran tafsir al-Qur’an mahasiswa pascasarjana UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta pada kurun periode setengah dasawarsa terakhir, yaitu antara tahun 2005-2010 yang ditunjukkan pada kutipan pada penulisan disertasi.

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tema-tema pemikiran tafsir yang sering ditulis oleh mahasiswa pascasarjana UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui dimensi subyek dari literatur yang sering digunakan di dalam penulisan disertasi.

3. Untuk mengetahui pengarang atau tokoh dari pengarang literatur yang sering dikutip di dalam penulisan disertasi.

E. Manfaat dan Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian terutama bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini menggambarkan kecenderungan pemikiran yang

berkembang di dalam studi tafsir al-Qur’an di Indonesia.

(11)

3. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi lembaga informasi atau perpustakaan untuk menyediakan sumber-sumber informasi yang diggunakan dosen di dalam kegiatan ilmiah.

F. Telaah Kepustakaan

1. Modernisme & Tradisionalisme

Prof. Dr. Harun Nasution (1996: 11) dalam buku ‚Pembaharuan Dalam

islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan‛ menyebutkan pengertian modernisme

sebagaimana difahami oleh masyarakat Barat sebagai fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adapt-istiadat, institusi-isntitusi lama, dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Lebih lanjut menurut beliau, di dunia Islam, modernisme tersebut mulai muncul pada permulaan abad sembilan belas yang ditandai dengan adanya upaya para pemimpin Islam untuk melepaskan umat islam dari suasana kemunduran, dan membawanya pada kemajuan. Upaya pembaharuan tersebut tidak hanya terbatas institusi-institusi sosial, tetapi juga pada upaya pembaharun pemahaman keagamaan. Selanjutnya, dalam pembaharuan pemikiran Islam, Fazlur Rahman seperti dikutip Mas’adi

(1997: 47), perkembangan modernisme dibedakan ke dalam dua periode, yaitu modernisme klasik dan modernisme kontemporer. Kedua periode modernisme ini mempunyai latar belakang dan kecenderungan-kecenderungan yang berbeda.

2. Studi Tafsir al-Qur’an

Istilah studi al-Qur’an seperti dilihat dalam karya Federspiel (1996)

mencakup berbagai kajian terhadap Al-Qur’an yang tidak terbatas pada tafsir al

-qur’an, tetapi juga mencakup ilmu-ilmu al-Qur’an, terjemahan al-Qur’an, kutipan

al-Qur’an, peranan al-Qur’an, cara membaca al-Qur’an, dan indeks al-Qur’an.

Sebagai objek kajian, al-Qur’an memang telah menarik banyak kalangan tidak

(12)

semata-7

mata karena merupakan rujukan utama dan pertama agama Islam, tetapi juga karena isi al-Qur’an dipandang memuat tema-tema yang komprehensif bagi kehidupan manusia sehingga selalu menarik dan direlevan untuk dikaji.

Berdasarkan literatur relevan yang ada, peta kajian al-Qur’an

menunjukkan hal yang sangat beragam, baik dari segi materi, corak maupun metodologi yang digunakan. Dari segi corak penafsiran al-Qur’an, misalnya,

Abdul Majid Abdussalam al-Muhtasib (1997), mengelompokkan tiga kategori tafsir konptemporer, yaitu corak salafi, rasional, dan ilmiah. Thameem Ushama (2002) melihat kajian al-Qur’an berdasarkan metodologi yang digunakan, yaitu tafsir bil ma’tsur, tafisr bil ra’yi, dan tafsir isyari. Abdul Mustaqim (2003) juga

berusaha memetakan beberapa karakteristik penafsiran al-qur’an dari periode

klasik hingga kontemporer. Dalam karyanya tersebut Abdul Mustaqim menyimpulkan bahwa pada setiap periode, yaitu periode klasik, pertengahan, dan kontemporer terdapat karakteristik yang berbeda sebagai suatu keniscayaan. Hal ini karena terdapat pengaruh dari kondisi sosio-kultural dan situasi politik pada saat mufassir hidup. Secara umum kajian-kajian tersebut didasarkan atas survey bibliografis dan atau menggunakan metode analisis isi (content analysis). Berdasarkan analisis isi ini kemudian peneliti membuat suatu kesimpulan atau melakukan pemetaan atas kajian yang dilakukan.

(13)

visualisasi dalam bentuk peta. Demikian juga yang dilakukan oleh Noyon dan H.F Moed (1999) melakukan studi bibliometrik dengan pemetaan dan analisis sitasi, Kopesa dan Schiebel (1998) melakukan pemetaan sains dan teknologi dengan model hubungan multidimensional, dan Howard D. White (1998) melakukan visualisasi ilmu informasi berdasarkan analisis ko-sitiran.

G. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan paradigma positifis, dan menggunakan model penelitian kuantitatif. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode penelitian survey terhadap sumber bibliografi. Metode ini dilakukan dengan meneliti suatu objek yang berupa sumber bibliografi yaitu dalam bentuk disertasi.

Pendekatan yang digunakan didalam penelitian ini adalah pendekatan bibliometrik. Dalam kajian Ilmu Perpustakaan dan Informasi, pendekatan bibliometrik ini merupakan penggunaan metode statistik dan matematik dalam menganalisis literatur agar diketahui perkembangan secara historis suatu bidang subyek, pola kepengarangan, penerbitan, dan pemanfaatan dokumen (Young, ed. 1983: 22). Dengan pendekatan ini, hubungan antar suatu dokumen dapat diteliti melalui analisis kutipan-kutipan yang digunakan di dalam menulis suatu disertasi yang disebut dengan analisis sitiran.

Analisis Sitiran dilakukan terhadap berbagai jenis dokumen, disertasi, prosiding, buku, dan jurnal. Analisis Sitiran adalah salah satu teknik bibliometrika yang digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual ilmuan dari pengarang yang disitir terhadap penulis yang menyitir. Sebuah karya ilmiah tidak dapat berdiri sendiri, ia berada di dalam lingkungan literatur sejenis bahkan sebuah sitiran secara umum menggambarkan hubungan antara sebagian atau seluruh bagian dokumen yang disitir dengan sebagian atau seluruh bagian dokumen yang menyitir (Ziman, 1976: 139).

(14)

9

acuan untuk disitir dan selanjutnya karya ilmiah tersebut disitir lagi dan seterusnya (Dang Yaru, 1997: 946-952).

Karya Ilmiah disitir karena karya tersebut memiliki heuristic value yaitu

kemampuan membentuk konsep-konsep baru, ide, dan hipotesis (Bluma C Peritz, 1990). Penyitiran oleh karenanya dilakukan terhadap ide-ide dan konsep-konsep termasuk di dalamnya teori yang dijadikan pijakan dari karya ilmiah yang menyitirnya untuk membangun karya ilmiah yang baru sehingga menjadi tulisan baru yang didukung oleh teori atau konsep dari tulisan ilmiah sebelumnya sehingga terjadi pengaruh dokumen sitiran terhadap dokumen yang menyitirnya (Haigi dan Yamazaki, 1998: 376).

1. Populasi, Sampel, Subjek, dan Objek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua disertasi kajian Tafsir UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta yang diselesaikan antara tahun 2005 sampai tahun 2010 dan menjadi koleksi perpustakaan Pasca Sarjana kedua universitas tersebut yaitu berjumlah 20 disertasi. Mengingat jumlah populasi yang tidak terlalu banyak, maka penelitian ini menjadikan populasi tersebut sebagai sampel.

Subjek dalam penelitian ini adalah kajian tafsir Al-Qur’an, sedangkan

objek penelitian ini adalah pengarang yang disitir disertasi disertasi kajian Tafsir UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan terhadap disertasi mahasiswa pascasarjanaa UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta pada periode lima tahun terakhir, yaitu antara tahun 2005-2010. Disertasi yang dijadikan objek penelitian adalah yang berkaitan dengan bidang kajian tafsir al-Qur’an.

(15)

2. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data diperoleh dengan menyalin disertasi dalam bentuk pdf dan fotocopy disertasi yang tidak tersedia dalam format tersebut. Selanjutnya dilakukan beberapa prosedur terhadap data yang terkumpul tersebut:

a. Mengumpulkan dan mengelompokkan data

b. Mencatat sitiran dan pengarang yang disitir dari setiap disertasi c. Membuat kode nama pengarang dan disertasi

d. Membuat tabel sitiran, pengarang yang disitir, dan disertasi yang menyitir. e. Melakukan shortir data untuk melihat frekuensi

f. Membuat tabel frekuensi pengarang, berisi jumlah sitiran dan prosentasi pengarang yang disitir sebanyak 30 pengarang yang paling banyak disitir.

3. Analisis Data

Setelah data terkumpul dan dikelompokkan serta dibuat tabel-tabel frekuensi, data-data tersebut dianalisa dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengarang yang paling berpengaruh yaitu dengan frekuensi sitiran yang paling tinggi

b. Periode kitab tafsir yang paling berpengaruh yaitu dengan frekuensi sitiran yang paling tinggi

(16)

Bab II

Tafsir dan Periodesasi Tafsir

A. Definisi Tafsir

Term tafsir adalah serapan dari bahasa Arab, al-Tafsi>r. Derivasi kata tafsi>r dalam bahasa Arabnya sendiri terdapat perbedaan. Hal ini bisa dilihat dari adanya perbedaan pandangan mengenai asal kata tafsi>r oleh sejumlah pakar bahasa Arab. Beberapa di antara perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama adalah sebagai berikut:

1. Kata tafsir berasal dari kata al-tafsi>rah yang memiliki arti sebuah riset yang dilakukan oleh seorang dokter pada urine pasien untuk mengetahui penyakitnya. Hal ini disamakan dengan seseorang yang menafsirkan ayat al

-Quran dengan meneliti dan mengamatinya untuk bisa mengeluarkan dan mengambil makna dan hukum yang terkandung di balik teks al-Quran. Pendapat ini dikemukakan oleh al-Zarkashi> dan S{adi>q H{asan Khan (al-Zarkashi>, 2006: 331), akan tetapi, di dalam beberapa kamus bahasa Arab, arti kata seperti ini juga ditunjukkan oleh kata al-fasr (Ibn Fa>ris, 1979: 504). 2. Kata tafsir merupakan turunan kata dari kata al-fasr yang mengikuti pola

kata taf‘i>l. Pendapat ini dipilih oleh beberapa ulama, di antaranya adalah Abu> H{ayya>n, Ibn Fa>ris, al-Azhari> dan al-Suyu>t}i> (H{usayn, 1996: 29; al-Suyu>t}i>: 173; Abu> H{ayya>n, 1993: 9).

3. Kata tafsi>r diambil dari ungkapan orang Arab: fassartu al-faras yang berarti saya melepaskan kuda. Hal ini dianalogikan kepada seorang penafsir yang melepaskan seluruh kemampuan berpikirnya untuk bisa mengurai makna ayat al-Quran yang tersembunyi di balik teks dan sulit dipahami (al-Alu>si>: 4).

(17)

kata al-tafsi>r berasal dari kata al-tasfi>r yang disamakan dan dianalogikan dengan kata jadhab yang sama dengan kata jabadh dan kata s}a‘iqa dengan s}aqi‘a (al-Suyu>t}i>: 173).

5. Pendapat terakhir mengatakan bahwa kata tafsir berasal dari ungkapan orang Arab yang berbunyi: fusirat al-naurah yang memiliki maknamemercikkan air pada kapur hingga kapur terurai. Pendapat ini didukung oleh al-T{u>fi> (al-Sabat: 29).

Dari kelima pendapat di atas, Kha>lid bin ‘Uthma>n al-Sabat mengatakan bahwa tiga pendapat pertama memiliki kedekatan makna. Sedangkan pendapat yang dianggap kuat adalah pendapat kedua. Pendapat yang ke empat merupakan pendapat yang lemah dan pendapat yang terakhir adalah pendapat paling lemah (al-Sabat: 27).

Perbedaan pandangan dalam penelusuran asal kata tafsi>r sebagaimana di atas juga terjadi dalam perbedaan definisi tafsir secara istilah. Tidak kurang dari tiga belas pendapat terkait perbedaan definisi tafsir (al-Sabat: 27). Meskipun demikian, pengertian tersebut dapat dipetakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama memahami tafsir sebagai sebuah disiplin ilmu, sedangkan kelompok kedua memahaminya sebagai sebuah kegiatan atau aktifitas.

Kelompok yang memahami tafsir sebagai disiplin ilmu memberikan beberapa definisi terhadap tafsir sebagai berikut:

1. Tafsir adalah sebuah disiplin ilmu yang digunakan untuk memahami Kita>b Alla>h yang diturunkan kepada Nabi Saw. dan menjelaskan makna-makna yang terkandung di dalamnya serta mengeluarkan hukum-hukum dan berbagai hikmah darinya. Ini merupakan definisi yang disampaikan oleh al-Zarkasyi> yang dikutip oleh al-Suyu>t}i> (al-Suyu>t}i>: 174).

(18)

13

3. Tafsir merupakan ilmu yang mengkaji tentang aspek-aspek yang meliputi al-Quran yang dikonsentrasikan terhadap maksud-maksud Allah Swt. yang tertuang di dalam al-Quran dengan kadar kemampuan manusia (al-Sabat: 29;

‘Abd al-Qa>dir Mans}u>r, 2002: 173; al-Zarqa>ni>, 2001, 7).

Dari ketiga definisi yang mewakili kalangan yang menganggap tafsir sebagai disiplin ilmu dapat ditarik kesimpulan, bahwa tafsir merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk mengkaji al-Quran secara komprehensif. Sedangkan

ulama yang mengarahkan tafsir sebagai sebuah ‚aktifitas pemikiran‛ mempunyai

beberapa definisi, di antaranya:

1. Tafsir adalah penjelasan kalam-kalam Allah Swt. yang bernilai ibadah ketika dibaca, yang diturunkan kepada Nabi (Ya‘qu>b, 1425: 45).

2. Sedangkan al-Jurja>ni mengartikan tafsir sebagai upaya penjelasan terhadap makna ayat dan berbagai keadaan serta sejarah dan sebab turunnya ayat dengan menggunakan ungkapan yang jelas (al-Jurja>ni>, 1421: 62).

3. Tafsir merupakan penjelasan kalam-kalam Allah Swt. atau dengan kata lain tafsir merupakan sesuatu yang menjelaskan kalimat-kalimat al-Quran dan pemahamannya.

Terlepas dari perbedaan-pebedaan yang ada, tafsir merupakan suatu istilah yang dipakai dalam upaya memahami al-Quran. Dari definisi-definisi di atas, tampak jelas bahwa tafsir merupakan suatu istilah yang tidak bisa lepas dari tiga konsep yang terkandung di dalamnya. Pertama, kegiatan ilmiah yang berfungsi memahami dan menjelaskan kandungan al-Quran. Kedua, ilmu-ilmu (pengetahuan) yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut. Ketiga, ilmu (pengetahuan) yang merupakan hasil kegiatan ilmiah tersebut. Ketiga konsep ini tidak dapat dipisahkan dari tafsir karena berperan sebagai proses, alat, dan hasil yang dicapai dalam sebuah penafsiran.

B. Sejarah Perkembangan Tafsir

(19)

tafsir sebagai disiplin ilmu baru muncul ke belakang seiring dengan perkembangan zaman. Maksud dari penafsiran Quran telah terjadi pada saat al-Quran diturunkan adalah bahwa ada sejumlah ayat al-al-Quran yang menjadi penjelas atas ayat lainnya. Dalam hal ini, ayat penjelas atas ayat sebelumnya dikatakan sebagai sebentuk penafsiran (Nashruddin Baidan, 2003: 4-6).

Di samping sebagai penerima wahyu al-Quran, nabi Muhammad Saw. Juga mendapat legitimasi untuk menafsirkan ayat-ayat al-Quran. Pada saat Nabi Muhammad masih hidup, para sahabat mempunyai kesempatan untuk menanyakan ayat-ayat yang belum dipahami mereka. Hal ini ditegaskan dalam al-Quran sendiri sebagaimana ayat:

‚Dan kami turunkan kepadamu al-Quran, agar kamu menerangkan pada

umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka

memikirkan.‛ (QS. al-Nahl [16]:44)

Akan tetapi tidak semua ayat yang terdapat di dalam al-Quran dijelaskan oleh Rasulullah. Beliau hanya menjelaskan ayat-ayat yang makna dan maksudnya tidak diketahui oleh para sahabat (karena hanya beliau yang dianugerahi Allah tentang tafsirnya) dan beliau sendiri memang diperintahkan oleh Allah untuk menjelaskannya pada para sahabat. Contohnya adalah ayat-ayat yang bersifat global dan sukar dipaham, yang masih butuh perincian atau kejelasan dan juga ayat-ayat yang hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang cerdas dan pandai. Sedangkan untuk ayat-ayat yang bisa dipaham melalui aspek kebahasaan dan ayat-ayat yang berisikan hal-hal yang memang mudah untuk dinalar tidak dijelaskan Nabi. Begitu pun dengan ayat-ayat yang menerangkan tentang hal-hal ghaib, yang tidak ada seorang pun yang tahu kecuali Allah, seperti terjadinya hari kiamat dan hakikat ruh, tidak dijelaskan dan ditafsiri oleh Rasulullah (al-Dhahabi: 39).

(20)

15

global, memerinci sesuatu yang masih umum dan menjelaskan lafaz dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Pada tataran teknisnya, penafsiran yang dilakukan Nabi selalu berdasarkan pada sebuah ilham dari Allah dan terkadang menafsirkannya dengan ayat al-Quran yang lain bahkan juga berdasarkan ijtihad beliau sendiri. Akan tetapi, semuanya itu tetap kembali pada petunjuk dari Allah. Seperti ketika Nabi menafsirkan kata kalima>t dalam ayat:

‚Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka

Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi

Maha Penyayang.‛ (QS. al-Baqarah [02]: 37)

Nabi menafsirkannya dengan menggunakan ayat lain, yakni:

‚Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami

sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.‛

(QS. al-A’ra>f [07]: 23)

Penafsiran Nabi seperti ini merupakan penafsiran atas ayat-ayat yang ringkas dan yang masih global (mujmal) dengan menggunakan ayat yang jelas arahnya (mubayyan), juga penafsiran atas ayat yang masih umum (‘a>m) dengan ayat yang khusus (kha>s), menafsiri ayat yang masih bersifat tak terbatas (muthlaq) dengan ayat yang sudah dibatasi (muqayyad) (Ibn Kathi>r, 2000: 370; al-Dhahabi>, 2005: 390).

(21)

ijtihad (al-Dhahabi>: 45). Dari sini perbedaan kemampuan dan daya nalar antar sahabat atas pegetahuan terhadap kosa kata bahasa Arab, sejarah, sebab-sebab turunnya ayat, ilmu syariat, dan tingkat intensitas kehadiran sahabat dalam majelis Nabi Saw. sangat berperan dalam penafsiran mereka (Fahd: 20).

Perkembangan tafsir dalam sebuah aktifitas pemikiran dalam penafsiran

berlangsung hingga era tabi’in. Pada periode ini aktifitasnya masih belum

beranjak jauh dari penafsiran dengan menggunakan al-Quran ataupun hadis. Perbedaan yang mendasar dari periode sebelumnya, baik pada masa Nabi Muhammad hidup maupun wafat adalah adanya penafsiran dengan menggunakan kisah-kisah Israiliyyat. Hal-hal lain yang membedakan tafsir periode tabiin ini adalah mulai tumbuhnya benih-benih mazhab atau aliran agama dan banyaknya pertentangan dan perbedaan penafsiran di antara tabiin, meskipun jumlanya sedikit bila dibandingkan dengan tafsir pada periode setelahnya (al-Dhahabi>: 97).

C. Periodesasi Kitab Tafsir

Kami membagi kategorisasi periodik dalam penelitian ini menjadi empat periode; klasik, pertengahan, modern, dan kontemporer.

1. Tafsir Klasik (Abad III-VIII H)

Perjalanan panjang kajian perkembangan penafsiran al-Quran dari zaman

Nabi Muhammad Saw., Sahabat hingga tabi’in secara umum hanya berkutat

dalam wilayah penafsiran yang bersifat oral, karena dalam tiga fase tersebut belum memasuki babakan proses kodifikasi. Periode tadwi>n (kodifikasi) baru

dimulai pasca era tabi’in.

H{usayn Dhahabi> mensinyalir bahwa cikal bakal kodifikasi tafsir

al-Qur’an dimulai pada fase kodifikasi hadis-hadis Rasulullah. Ia menyatakan dalam bukunya, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n:

‚Setelah melewati fase sahabat dan tabi’in, persoalan tafsir mulai

(22)

17

untuk menafsirkan al-Quran dari surat per surat, ayat per ayat, dari awal sampai akhir. Pada saat itu hanya terdapat ulama yang melakukan pegembaraan intelektualnya ke sejumlah daerah untuk menghimpun hadis, kemudian mengumpulkan tafsir-tafsir yang diriwayatkan dari Nabi, sahabat, ataupun

tabi’in. Di antara mereka adalah Yazi>d ibn Ha>ru>n al-Sulma> (117 H), Shu‘bah ibn al-H{ajja>j (160 H), Wa>qi’ ibn al-Jarra>h} (197 H), dan Sufya>n ibn ‘Uyaynah (198 H).

Mereka semua sebenarnya adalah para sarjana hadis.‛ (al-Dhahabi>: 127-128)

Bukanlah perkara yang mudah untuk mengidentifikasi siapa yang pertama kali menulis karya tafsir secara independen dan tafsiran dari ayat per ayat serta mengkodifikasikannya dengan rinci dan urut berdasarkan tarti>b mus}h}afi>. ‘Abd al-Malik ibn Jurayj -seorang sarjana hadis pada paruh abad pertama tahun kedua hijriah- dianggap oleh sejumlah pakar tafsir sebagai sosok yang paling awal menulis kitab tafsir secara independen dan terpisah. Dia menulis tiga jilid tafsir yang bersumber dari Ibn ‘Abba>s (Jama>l al-Banna>: 56).

Ibn al-Nadi>m dalam al-Fahrasatnya, sebagaimana dikutip oleh al-Dhahabi>, menyatakan bahwa ada indikasi bahwa karya tafsir pertama yang independen dan ditulis secara tarti>b mus}h}afi> adalah karya al-Farra>’ (207 H) yang berjudul Ma’a>ni> al-Qur’a>n (al-Dhahabi>: 129).

a. Sumber Tafsir abad Klasik

Sebagaimana telah dipaparkan di atas bahwa kitab-kitab tafsir periode awal muncul bersamaan dengan maraknya kodifikasi hadis-hadis nabi. Sehingga hal ini juga mencerminkan pola tafsir yang menjadikan hadis sebagai salah satu rujukan primer dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran. Secara rinci sumber tafsir pada periode ini adalah sebagai berikut:

1) Al-Qur’an, yakni menafsirkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an lainnya,

2) Hadis-hadis Nabi Saw., 3) Riwayat para sahabat, 4) Riwayat tabi’in,

5) Riwayat dari tabi’ al-Tabi’in,

6) Cerita dari ahli kitab,

(23)

8) Bahasa Arab pedalaman, sebagaimana dilakukan oleh mufassir-mufassir yang mempunyai keahlian dalam kajian gramatikal, seperti al-Farra>’, al -Zajja>j, al-Kisa>’i>, dalam tafsir-tafsir mereka kerap ditemukan rujukan dari bahasa Arab pedalaman (Badui).

b. Bentuk, Metode, Sistematika, dan Ruang Lingkup Kajian Tafsir Klasik

Secara garis besar, bentuk kitab tafsir pada abad ini ada yang al-Ma’thu>r (sebagaimana tafsir Jami>’ al-Baya>n fi Tafsi>r al-Qur’a>n karya al-T{abari> (310 H) atau Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m karya Ibn Kathi>r (774 H) dan juga al-Ra’y (seperti Mafa>ti>h} al-Ghayb karya Fakhr al-Di>n al-Ra>zi> (606 H) atau Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta’wi>l karya al-Bayd}a>wi>). Bentuk pertama bisa dilihat dari penafsiran mereka yang bertumpu kepada al-Qur’an, hadis Nabi, riwayat dari sahabat dan tabi’in.

Metode yang digunakan para mufassir abad klasik mayoritas adalah tahlili, yaitu menafsirkan ayat al-Quran dengan penjelasan yang rinci. Meskipun sebenarnya kitab tafsir pada periode ini juga ada yang hanya berkutat dalam kajian bahasa an-sich, sebagaimana karya-karya tafsir dari pakar gramatikal yang hanya mengkaji aspek kebahasaan.

Sementara sistematika penulisan tafsir abad klasik secara umum menggunakan cara yang sama dalam menafsirkan al-Qur’an. Mereka memulai

tafsir dari surat al-Fatihah sampai akhir surat al-Nash. Dalam menafsirkannya juga mengikuti urutan ayat-per ayat. Ruang lingkup kajian pembahasan tafsir pada periode ini sebagian besar terfokus pada kajian tertentu seperti aspek kebahasaan, aspek hukum atau fikih (Ah}ka>m al-Qur’a>n karya al-Jas}s}a>s} dan Abu> Bakr ibn al-‘Arabi>), aspek teologi (Tafsir Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>).

c. Mufassir Klasik

(24)

19

1) Al-T{abari> dengan karyanya Jami>‘ al-Baya>n fi> Tafsi>r al-Qur’a>n yang terkenal dengan sebutan Tafsi>r al-T{abari>.

2) Nas}r ibn Muh}ammad al-Samarqandi> (427 H) dengan karyanya Bah}r al-‘Ulu>m yang tenar dengan nama Tafsi>r al-Samarqandi>.

3) Al-H{usayn ibn al-Gha>lib al-Bagha>wi> (546 H) dengan karyanya yang bertajuk Ma‘a>lim al-Tanzi>l, masyhur dengan sebutan Tafsi>r al-Bagha>wi>.

4) Al-Ra>zi> (606 H) dengan tafsir fenomenalnya Mafa>ti>h} al-Ghayb.

2. Tafsir Abad Pertengahan (Abad IX -XII H)

Tafsir yang dimaksud dengan tafsir abad pertengahan adalah periode penulisan tafsir gelombang kedua dari independensi tafsir dan pemisahannya dari kitab hadis. Generasi ini muncul pasca kemunduran umat Islam (runtuhnya Baghdad) sampai terjadinya perang salib.

Gerakan intelektual pada era kemunduran Islam yang pada mulanya berjalan terbilang lambat pada akhirnya kembali menemukan semangatnya. Karya-karya kajian keislaman pada abad ini, tidak terkecuali tafsir juga mengalami pertumbuhan.

a. Sumber Kitab Tafsir Abad Pertengahan

Sumber rujukan kitab tafsir abad ini sebenarnya hampir sama dengan sumber tafsir yang digunakan oleh mufassir abad klasik. Hanya saja, dalam tafsir abad ini para mufassir juga menggunakan kutipan atas pendapat-pendapat ulama tafsir sebelumnya. Tidak sebagaimana yang dilakukan oleh mayoritas mufassir abad klasik yang hanya berhenti pada penukilan riwayat dari Nabi, sahabat, dan tabiin.

b. Bentuk, Metode, Sistematika, dan Ruang Lingkup Tafsir Abad Pertengahan Bentuk tafsir pada abad ini mayoritas adalah perpaduan antara tafsir bi

(25)

yang hanya menggunakan riwayat dalam penafsirannya sebagaimana karya al-Suyu>t}i> yang berjudul al-Dur al-Manthu>r fi al-Tafsi>r al-Ma’thu>r.

Metode yang digunakan dalam tafsir abad pertengahan juga tidak berbeda jauh dengan tafsir abad klasik yang bertumpu pada metode tah}li>li>. Sementara sistematika pembahasan tafsir abad ini memiliki pola penafsiran yang dilakukan dengan mengurai ayat per ayat dan mayoritas masih menggunakan penafsiran yang sesuai dengan urutan ayat (tarti>b mus}h}afi>).

Ruang lingkup pembahasn tafsir abad ini sebagian mayoritas berkutat pada kajian-kajian khusus sebuah keilmuan seperti tafsir yang bertumpu pada kajian korelatif antar ayat dan surat seperti karya Ibrahim al-Biqa>‘i> (885 H) yang bertitel Naz}m al-Durar fi> Tana>sub al-A<yi wa al-Suwar.

c. Mufasir Abad Pertengahan

Di antara mufasir abad pertengahan adalah Jala>l al-Di>n al-Mah}alli> dan Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i> (911 H) dengan Tafsi>r Jala>layn dan Tafsir Durr al-Manthu>r-nya, al-Qurt}ubi> dengan karyanya al-Ja>mi‘ li Ah}ka>m al-Qur’a>n, dan al-Alu>si> dengan karyanya Ru>h al-Ma‘a>ni> fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}im wa al-Sab‘ al -Matha>ni>.>

3. Tafsir Modern (XII-XIV H)

Kitab tafsir modern yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kitab tafsir yang ditulis pada abad ke XII-XIV H. Pembatasan sampai pada abad ke- XIV ini adalah untuk membedakan dengan kitab tafsir yang ditulis pasca abad ke-XIV H, yang kami kategorikan sebagai kitab tafsir kontemporer (pembahasan tentang kitab tafsir kontemporer akan dijelaskan setelah ini).

a. Sumber-sumber kitab tafsir modern

Para mufasir di zaman modern ini menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an

(26)

21

mereka selalu mengaitkan penafsiran ayat-ayat al-Quran dengan keadaan sosial masyarakat di zamannya. Di samping itu sebagian dari mereka juga hendak mengukuhkan bahwa ajaran Islam, lebih khusus tafsir tidaklah bertentangan dengan kemajuan iptek (Nashruddin, 2003: 20-21).

Rashi>d Rid}a> dalam mukaddimah Tafsi>r al-Mana>r-nya, sebagaimana dikutip oleh Nashrudin Baidan mengemukakan bahwa kitab yang ditulisnya (al-Mana>r) adalah satu-satunya tafsir yang mengumpulkan nash-nash al-Qur’an dengan akal sehat yang menjelaskan hukum syara’ dan ketentuan Allah pada

ciptaan-Nya dan kedaan al-Quran sebagai pedoman hidup manusia pada semua masa dan di seluruh tempat yang menjembatani antara petunjuknya dengan masalah yang dihadapi kaum muslimin pada saat itu (Nashruddin, 2003: 20-21).

Ibn A<shu>r, salah satu mufasir abad ini juga memberikan terobosan yang cukup membanggakan dalam perkembangan kajian tafsir dengan menambahkan Maqa>s}i>d al-Shari>‘ah sebagai salah satu sumber penafsiran dalam tafsirnya yang

berjudul ‚Al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r‛. Oleh karena itu, sumber penafsiran dalam

kitab-kitab tafsir modern tidak hanya melulu menggunakan riwayat melainkan juga dengan menggunakan dira>yah.

b. Bentuk, Metode, Sistematika, dan Ruang Lingkup Kitab Tafsir Periode Modern

(27)

Ruang lingkup kajian penafsirannya lebih banyak dicurahkan dengan mengkaji terhadap problem-problem sosial keagamaan dengan melakukan reinterpretasi terhadap ayat-ayat al-Quran sesuai dengan kondisi zaman saat itu.

c. Mufasir Abad Modern

Beberapa tokoh fenomenal dari sederet mufassir pada abad ini adalah sebagai berikut.

1) Shiha>b al-Di>n al-Sayyid Mahmu>d al-Alu>si> (1270 H) seorang mufti di Baghdad dan ahli dalam bidang sastra. Karya tafsirnya adalah Ru>h} al-Ma‘a>ni> fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m wa al-Sab‘ al-Matha>ni>. Sebuah tafsir yang cukup komprehensif tentang gramatika, fiqh, filsafat, akidah, dan tasawuf (Thameem Ushama, 2000: 79).

2) Muh}ammad ‘Abduh (1905 H) dan Rashi>d Rid}a> (1345 H) dengan tafsi>r al-Mana>rnya.

3) Sayyid Qut}ub (1966 M) dengan tafsirnya yang bergenre h}arakah (pergerakan) yang bertajuk Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n.

4) Muhammad Mus}t}afa> al-Mara>ghi> (1952 M) dengan penafsiran ilmiah dan modernnya seperti penafsirannya dalam surat Al-Hujurat dan Al-Hadi>d (Nashruddin, 2000: 23). Karya tafsirnya yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia adalah Tafsi>r al-Maraghi>.

5) Jama>l al-Di>n al-Qa>simi> (1914 M) menulis tafsir Mah}a>sin al-Ta’wi>l yang mempunyai wawasan luas dengan menghimpun pendapat mufasir terdahulu. 6) T{a>hi>r ibn ‘A<shu>r (1973 M/1394 H) dengan karya tafsir fenomenalnya yang

berjudul al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r, sebuah karya tafsir yang menggunakan pendekatan maqas}i>d al-shari>‘ah (spirit atau tujuan syariat) dalam menafsirkan ayat-ayat hukum. Hal ini merupakan bagian dari tanggung jawab ilmiahnya atas gagasan progresifnya tentang kajian maqas}i>d al-shari>‘ah saat ia secara terang-terangan ingin memutus kajian maqas}i>d al-shari>‘ah dari ushul fikih

(28)

23

7) Fazlurrahman dengan karyanya yang berjudul Mayor Themes of The

al-Qur’an

4. Tafsir Kontemporer (Abad XIV H-sekarang) a. Sumber Kitab Tafsir Kontemporer

Adanya pergeseran paradigma penafsiran serta sumber tafsir dari abad pertengahan ke abad modern menjadikan stimulus kepada para mufasir pasca modern (kontemporer) untuk lebih dalam dan jauh lagi dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Pembaharuan tafsir pada era kontemporer ditandai dengan

adanya kajian-kajian tafsir dengan menggunakan perangkat atau metodologi dari Barat. Pendekatan heremeneutika, semiotika, gender adalah untuk menyebut sebagian dari sejumlah metode pendekatan tafsir pada era ini. Oleh karena itu, sumber kitab tafsir pada periode ini hampir bisa dikatakan memutus dan memenggal tradisi penafsiran dengan riwa>yat (alias ra’yu) an sich.

b. Bentuk, Metode, Sistematika dan Ruang Lingkup Kajian Tafsir Abad Kontemporer

Modal pengetahuan yang beragam, dan talenta yang dimiliki oleh sejumlah mufasir kontemporer berdampak pada perbedaan bentuk upaya dalam perihal menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Sebagai proses kelanjutan dari tafsir abad modern, tentunya tafsir kontemporer juga memiliki persamaan dalam bentuk penafsirannya. Bentuk penafsiran yang cenderung menggunakan penalaran ilmiah (ra’yu) sangat mewarnai tafsir pada pada periode ini.

(29)

yang utuh dan tidak menggunakan tarti>b mus}h}afi>. Sebagai contoh, M. Quraish Shihab adalah salah satu mufasir abad ini yang memiliki karya tafsir utuh dan urut sesuai mushaf sebagaimana karya tafsirnya yang berbahasa Indonesia, Tafsir al-Mishbah.

Karena mayoritas dari mufasir kontemporer menulis tafsir secara tematik, maka sistematika penulisan dari karya-karya tafsir kontemporer adalah dengan tidak menafsirkan keseluruhan ayat-ayat dalam al-Quran, dan tidak menggunakan tarti>b mus}h}afi>. Sementara ruang lingkup kajian tafsir modern adalah pengembangan dari ruang lingkup yang ada pada kajian tafsir modern. Di antaranya adalah dengan mengepakkan sayap wilayah penafsiran ke dalam tema-tema modernisasi seperti HAM, Demokrasi, dan pluralism.

c. Mufasir Abad Kontemporer

Sejumlah besar mufasir kontemporer adalah mereka yang sampai hari ini masih hidup, di antara mereka adalah:

1) Muhammad Shahrur dengan buah karyanya al-Kita>b wa al-Qur’a>n

2) Aminah Wadud dengan bukunya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Perempuan dalam Al-Qur’an

3) Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Membumikan al-Qur’an, Tafsir al-Mishbah.

4) Husein Muhammad dengan tafsir feminisnya menulis buku berjudul Kekerasan dalam Perspektif al-Quran

(30)

Bab III

Hasil dan Analisa Data

A. Disertasi, Sitiran, dan Pengarang yang Disitir

Sebagaimana telah dipaparkan pada bab pendahuluan, bahwa yang dijadikan sumber data adalah sitiran pengarang yang terdapat di dalam Disertasi Kajian Tafsir mahasiswa Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (selanjutnya disebut UIN Jakarta) dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (selanjutnya disebut UIN Yogyakarta) tahun 2005-2010.

Data disertasi yang ditulis dalam bidang kajian tafsir diperoleh dari perpustakaan Pascasarjana UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta terdapat 20 disertasi; 13 disertasi UIN Jakarta dan 7 disertasi UIN Yogyakarta sebagaimana disebutkan di bawah ini.

1. Tinjauan Ayat-ayat Kinayah dlm Al-Qur'an (Yayan Nurbayan, 2005)

2. Sunnatullah dalam Perspektif Al-Qur'an (Ahmad Husnul Hakim, 2006)

3. Harta dalam Perspektif Al-Qur'an (Ahmad Munir, 2006)

4. Laut dan Pengelolaannya dalam Perspektif Al-Qur'an (Ahmad Yusam

Thobroni, 2005)

5. Mustadh'afin dalam Perspektif Al-Qur'an (Abad Badruzaman, 2007)

6. Perspektif Al-Qur'an tentang Pluralitas Umat Beragama (Abd. Moqsith,

2007)

7. Sumber Sifat Buruk dan Pengendaliannya: Kajian Tematik Ayat-ayat

Al-Qur'an (Mahyuddin, 2007)

8. Anak dalam Perspektif Al-Qur'an (Tamrin, 2007)

9. Wacana Pluralisme Agama dalam Al-Qur'an (Adib, 2008)

10.Metafora Tanda-tanda Kiamat dalam Al-Qur'an dan Hadis (Solechuddin,

2008)

(31)

12.Perspektif Interaksi antar Penganut Agama: Analisis Komparatif Tafsir Fikih dan Tafsir Sufistik (Syarif, 2009)

13.Perspektif Al-Qur'an tentang Bentuk dan Wilayah Kekerasan terhadap

Perempuan (Yuyun Affandi, 2009)

14.Islam dan Keselamatan dalam Qur'an (Memaknai Kembali Pesan

Al-Qur'an) (Syafruddin, 2009)

15.Konsep Keadilan Ekonomi dalam Al-Qur'an (Zakiyyuddin, 2006)

16.Konsep Ketuhanan dalam Al-Qur'an (Ahmad Qonit, 2010)

17.Konsepsi Etika Sosial dalam Al-Qur'an (Nurul Fuadi, 2009)

18.Pendidikan Keimanan kepada Allah dalam Al-Qur'an (Burhanuddin

Abdullah, 2008)

19.Rasul Ulul Azmi dalam Al-Qur'an (Budihardjo, 2006)

20.Sistem Kekerabatan dalam Al-Qur'an (Waryani Fajar Riyanto, 2010)

Selanjutnya, data sitiran pengarang diambil dari 20 Disertasi Tafsir yang tersedia di perpustakaan masing-masing Universitas tersebut, dan diperoleh data sejumlah 353 sitiran pengarang dengan kuantitas 2617 sitiran. Sedangkan pengarang yang disitir terdapat 113 pengarang (silahkan lihat tabel di lampiran); 106 pengarang dari jumlah pengarang tersebut disitir oleh disertasi mahasiswa UIN Jakarta, dan 30 orang disitir oleh disertasi mahasiswa UIN Yogyakarta. Jumlah sitiran pengarang, disertasi, dan pengarang yang disitir dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Disertasi kajian tafsir dan sitiran

Lokasi Disertasi Sitiran Pengarang Pengarang

yang disitir

UIN Jakarta 13 2095 106

UIN Yogyakarta 7 522 30

(32)

27

UIN Yogya dengan perbandingan 1:2 dengan 1 untuk Yogya dan 2 untuk Jakarta sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Rata-rata pengarang yang disitir

Lokasi Disertasi Pengarang yang disitir Mean

UIN Jakarta 13 106 8,15

UIN Yogyakarta 7 30 4,29

Sedangkan dari jumlah 2617 sitiran, terdapat 2095 sitiran pada 13 Disertasi Tafsir UIN Jakarta dan 522 sitiran pada 7 Disertasi Tafsir UIN Yogyakarta. Hal ini menunjukkan Disertasi Tafsir UIN Jakarta lebih sering menyitir dengan rata-rata 161,15 sitiran pada setiap disertasi dari pada Disertasi Tafsir UIN Yogyakarta dengan rata-rata 74,57 sitiran.

Tabel 3. Jumlah sitiran

Lokasi Sitiran Pengarang Disertasi Mean

UIN Jakarta 2095 13 161,15

UIN Yogyakarta 522 7 74,57

Temuan-temuan penelitian tersebut di atas setidaknya menunjukkan beberapa hal; pertama, disertasi kajian tafsir UIN Jakarta lebih banyak menyitir dari pada disertasi UIN Yogyakarta dengan rasio 1:2, baik pada kuantitas sitiran maupun kuantitas pengarang yang disitir. Kedua, sedikitnya referensi yang disitir oleh para penulis disertasi meski disertasi UIN Jakarta lebih banyak dari pada UIN Yogyakarta, namun secara rata-rata jumlah referensi tafsir yang disitir pada setiap disertasi adalah 8 referensi tafsir untuk disertasi UIN Jakarta dan 4 referensi tafsir untuk disertasi UIN Yogyakarta.

(33)

disertasi juga memberikan indikasi kuatnya referensi tafsir pada UIN Jakarta dari pada UIN Yogyakarta. Penelitian lebih lanjut mengenai hal ini dapat dilakukan dengan melihat konten masing-masing disertasi dalam hal melihat muatan sitiran sehingga dapat dilihat secara lebih akurat pola, muatan, dan konteks sitiran pada setiap disertasi.

B. Sitiran Pengarang

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 31 pengarang yang disitir lebih dari dua disertasi. Sisanya, sejumlah 83 pegarang hanya satu kali disitir, baik disertasi UIN Jakarta maupun UIN Yogyakarta sebagaimana tertera di bawah ini.

1. Abd al-Kari>m Kha>t}i>b

(34)

29

Ibn Kathi>r disitir 17 disertasi, Zamakhshari> 16 disertasi, Ibn Jari>r

al-T{abari, Muh}ammad H{usayn al-T{abat}aba’i> dan al-Qurt}ubi> masing-masing disitir

15 disertasi, M. Quraish Shihab, Muh}ammad ‘Abduh, Rashi>d Rid}a> dengan Tafsi>r

al-Mana>rnya, dan Sayyid Qutub masing-masing disitir 14 disertasi, al-Suyu>t}i> 13 disertasi, Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>, Jama>l al-Di>n al-Qa>simi>, dan Wahbah al-Zuhayli> masing-masing disitir 11 disertasi, Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>ghi> dan al-Alu>si>

disitir 9 disertasi, Jala>l al-Di>n al-Mah}alli> 8 disertasi, Ibn al-‘Arabi> 6 disertasi, al

-Bayd}a>wi> 5 disertasi, al-Baghawi>, Mutawalli> al-Sha‘ra>wi>, Nasaruddin Umar, dan

Toshihiko Izutsu masing-masing disitir 4 disertasi. Prosentase kuantitas sitiran pengarang pada disertasi sebagaimana terlihat dalam gambar berikut.

(35)

Berdasarkan pada analisa di atas, Ibn Kathi>r adalah pengarang yang paling banyak disitir, hampir seluruh disertasi baik di Jakarta maupun di Yogyakarta menyitir Ibn Kathi>r, hanya tiga disertasi yang tidak menyitirnya;

disertasi berjudul Harta dalam Perspektif Al-Qur’an (Ahmad Munir, 2006),

Konsep Ketuhanan dalam Al-Qur’an (Ahmad Qonit, 2010), dan Konsepsi Etika

Sosial dalam Al-Qur’an (Nurul Fuadi, 2009).

Berbeda dengan kuantitas sitiran pengarang yang disitir dengan Ibn Kathi>r sebagai pengarang yang paling banyak disitir, jumlah sitiran dari total 2621 sitiran menunjukkan M. Quraish Shihab adalah pengarang yang jumlah sitirannya terbanyak dengan 355 sitiran dalam 14 disertasi, diikuti oleh Ibn Jari>r al-T{abari> 239 sitiran, Sayyid Qut}ub 195 sitiran, al-Qurt}ubi> 190 sitiran, Ibn Kathi>r

180 sitiran, Muh}ammad ‘Abduh 175 sitiran, Rashi>d Rid}a> 173 sitiran, Muh}ammad

‘Ali> al-S{a>bu>ni> 153 sitiran, Fakhr al-Di>n al-Ra>zi> 104 sitiran, Muh}ammad H{usayn al-T{abat}aba’i> 101 sitiran.

Beberapa nama yang secara kuantitas sitiran pengarang masuk dalam 20 besar, tidak masuk pada klasifikasi berdasarkan jumlah sitiran ini. Hal ini

disebabkan oleh sedikitnya kuantitas sitirannya, seperti Ibn al-‘Arabi>, Mutawalli>

al-Sha‘ra>wi>, Nasaruddin Umar, dan Toshihiko Izutsu. Pada saat yang sama, nama

pengarang lain seperti Ibn ‘A<shu>r dan Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni> masuk dalam peringkat ini karena kuantitas sitirannya lebih banyak dari pada nama-nama yang disebut terlebih dahulu. Selengkapnya berkenaan 20 pengarang dengan jumlah sitiran terbanyak dapat dilihat pada gambar berikut.

(36)

31

Keterangan dan gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa meski M. Quraish Shihab adalah pengarang dengan jumlah sitiran terbanyak, namun bukan pengarang yang paling banyak disitir. Ibn Kathi>r lah pengarang yang paling banyak disitir meski dengan kuantitas sitiran yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan M. Quraish Shihab. Pada saat yang sama, meski

Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni> memiliki jumlah sitiran yang banyak (153 sitiran), pengarang ini hanya disitir empat disertasi dengan sitiran terbanyak yaitu

sejumlah 101 ada pada disertasi berjudul Perspektif Al-Qur’an tentang Bentuk

dan Wilayah Kekerasan terhadap Perempuan (Yuyun Affandi, 2009).

Peringkat pengarang yang disitir dan kuantitas sitiran disertasi sebagaimana dijelaskan di atas, belum memberikan informasi tentang proporsi pada masing-masing wilayah penelitian (UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta). Pembahasan mengenai hal ini akan dipaparkan bersamaan dengan pemerian hasil penelitian yang berkenaan dengan periode karya tafsir yang disitir pada sub bab selanjutnya.

C. Tafsir Klasik versus Tafsir Kontemporer

Karya tafsir yang disitir disertasi UIN Jakarta dan Yogyakarta terdapat 113 buku, yang terbagi menjadi empat kelompok; klasik, pertengahan, modern, dan kontemporer (penjelasan mengenai rentang waktu periode masing-masing telah dijelaskan pada bab sebelumnya).

Kelompok karya Tafsir Klasik

1. Ah}ka>m al-Qur’a>n karya al-Jas}s}a>s}

2. Ah}ka>m al-Qur’a>n karya al-Sha>fi‘i>

3. Ah}ka>m al-Qur’a>n karya Ibn al-‘Arabi>

4. Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta’wi>l karya al-Bayd}a>wi>

5. Ja>mi‘ al-Baya>n ‘an Ta’wi>l A<yi al-Qur’a>n karya Ibn Jari>r al-T{abari>

6. Al-Jawa>hir al-H{isa>n fi> Tafsi>r al-Qur’a>n karya al-Tha‘a>labi>

7. Al-Kashsha>f ‘an H{aqa>’iq Ghawa>mid al-Tanzi>l karya al-Zamakhshari>

(37)

9. Ma‘a>lim al-Tanzi>l karya al-Bagha>wi>

10.Ma‘a>ni> al-Qur’a>n karya Abu> Ish}a>q Ibra>hi>m al-Zajja>j

11.Mada>rik al-Tanzi>l wa H{aqa>’iq al-Ta’wi>l karya al-Nasafi>

12.Majma‘ al-Baya>n fi> Tafsi>r al-Qur’a>n karya al-T{abarsi>

13.Al-Muh}arrar al-Waji>z fi> Tafsi>r al-Kita>b al-‘Azi>z karya Ibn ‘At{i>yah

14.Tafsi>r al-Bah}r al-Muh}i>t} karya Abu> H{ayya>n

15.Tafsi>r al-Ima>m Muja>hid karya Muja>hid

16.Al-Tafsi>r al-Kabi>r karya Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>

17.Al-Tafsi>r al-Kabi>r karya Ibn Taymiyah

18.Tafsi>r al-Ma>wardi> karya Al-Ma>wardi>

19.Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m karya Ibn Kathi>r

20.Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m karya Muh}ammad al-H{usayn al-Shi>ra>zi>

21.Tafsi>r al-Qushairi> karya al-Qushayri>

22.Tafsi>r al-Sulami> karya al-Sulami>

23.Tafsi>r Ghari>b al-Qur’a>n karya al-Ni>sa>bu>ri>

24.Tafsi>r Ibn ‘Arabi> karya Ibn ‘Arabi>

25.Tanwi>r al-Miqba>s min Tafsi>r Ibn ‘Abba>s karya Ibn ‘Abba>s

26.Taqri>b al-Qur’a>n ila> al-Adhha>n karya al-Shi>ra>zi> 27.Al-Tibya>n fi> Tafsi>r al-Qur’a>n karya al-T{u>si>

28.Al-Waji>z fi> al-Tafsi>r al-Kita>b al-‘Azi>z karya al-Wah}idi>

29.Al-Was}i>t} fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Maji>d karya Abu> al-H{asa>n al-Wah}idi>

Kelompok Tafsir Pertengahan

1. Al-Durr al-Manthu>r fi> al-Tafsi>r al-Ma’thu>r karya al-Suyu>t}i>

2. I‘ja>>z al-Qur’a>n karya ‘Abd al-Qa>hir al-Jurja>ni> 3. Al-Ja>mi‘ li Ah}ka>m al-Qur’a>n karya al-Qurt}ubi>

4. Ru>h al-Ma‘a>ni> fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}im wa al-Sab‘ Matha>ni> karya

al-Alu>si>

5. Tafsi>r Abi> Su‘u>d karya Abu> Su‘u>d Muh}ammad al-Ammadi>

(38)

33

7. Tafsi>r Nu>r al-Thaqalayn karya al-Huwayji

8. Tafsi>r Ru>h} al-Baya>n karya Isma>‘i>l H{aqi> al-Barwashi>

Kelompok Tafsir Modern

1. Ad}wa’ al-Baya>n fi> I<d}a>h} al-Qur’a>n bi al-Qur’a>n karya al-Shinqi>t}i>

2. Al-Bah}r al-Madi>d fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Maji>d karya Ibn Ajibah

3. Fath} al-Baya>n fi Maqa>s}id al-Qur’a>n karya al-Qinnawji>

4. Fi> Z{ilal al-Qur’a>n karya Sayyid Qut}b

5. H{ashiyah al-S{a>wi> ‘ala> Tafsi>r al-Jala>layn karya Ahmad al-S{awi>

6. Al-Insa>n fi> al-Qur’a>n karya ‘Abba>s Mah}mu>d al-‘Aqqa>d

7. Al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m karya T{ant{awi> Jawhari>

8. Mah}a>sin al-Ta’wi>l karya Jama>l al-Di>n al-Qa>simi>

9. Major Themes of The Quran karya Fazlur Rahman

10.Manusia dalam Perspektif Al-Qur'an karya Bint al-Sha>t}i’ (terj.)

11.Mara>h} Labi>d karya Muh}ammad Nawawi> al-Ja>wi>

12.Al-Mar’ah fi> al-Qur’a>n karya ‘Abbas Mah}mu>d al-‘Aqqa>d

13.Min Wah}y al-Qur’a>n karya Muh}ammad H{usayn Fad}l Alla>h

14.Al-Mi>za>n fi> Tafsi>r al-Qur’a>n karya al-T{abat}t}aba’i>

15.Al-Mujtama‘ wa al-Ta>ri>kh min Wijhah Naz}r al-Qur’a>n al-Kari>m karya

Muh}ammad Taqi> Mis}ba>h} al-Yazdi>

16.Mukhtas}ar Tafsi>r Ibn Kathi>r karya Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>

17.Nah}wa Tafsi>r al-Mawd}u>‘i> li Suwar al-Qur’a>n Kari>m karya Muh}ammad

al-Ghaza>li>

18.Naz}m al-Durar fi> Tana>subi al-A<yi wa al-Suwar karya al-Biqa>'i>

19.Rawa>’i‘ al-Baya>n karya Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>

20.S{afwat al-Tafa>si>r karya Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>

21.Tafsi>r al-Kari>m al-Rah}ma>n fi> Tafsi>r Kala>m al-Mana>n karya ‘Abd al-Rah}man

al-Sa‘di>

22.Tafsi>r al-Mana>r karya Muh}ammad ‘Abduh dan Rashi>d Rid}a>

(39)

24.Tafsi>r al-Shauka>ni> karya al-Shauka>ni>

25.Tafsi>r Juz ‘Amma karya Muh}ammad ‘Abduh

26.Tafsi>r wa Baya>n Kalima>t al-Qur’a>n karya Marwa>n Nur al-Di>n Sawa>r

27.Tafsir Al-Azhar karya Hamka

28.Tafsir al-Qur’an al-Karim karya ‘Abd Alla>h Shah}at}ah

29.Al-Tafsi>r al-Baya>ni> li al-Qur’a>n al-Kari>m karya Bint al-Sha>t}i’

30.Al-Tafsi>r al-Qur’a>ni> li al-Qur’a>n karya Abd al-Kari>m Kha>t}i>b

31.Al-Tafsi>r al-Wa>d}ih karya Muh}ammad Mah}mu>d H{uja>zi>

32.Al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r karya Muh}ammad al-T{a>hir ibn ‘A<shu>r

33.Al-Tas}wi>r al-Fanni> fi> al-Qur>’an karya Sayyid Qut}b

34.The Quranic Concept of History karya Mazheruddin Shiddiqi

35.Zubdat al-Tafsi>r karya Muh}ammad Sulaiman ‘Abd Allah al-Ashqar

Kelompok Tafsir Kontemporer

1. Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qur’an karya Mujiyono Abdillah

2. Aisa>r al-Tafa>si>r li kalam al-A<li> al-Kabi>r karya Abu> Bakar al-Jazairi>

3. Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an karya Nasaruddin Umar

4. Earth Science in The Quran karya Zaghlul al-Najja>r

5. Emosi Manusia dalam al-Qur’an: Telaah melalui Pendekatan Psikologi karya

Muhammad Darwis Hude

6. Ensiklopedi Al-Qur’an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci

karya M. Dawam Rahardjo

7. Eticho-Religious Concepts in the Qur’an karya Toshihiko Izutsu

8. Al-Fann al-Qas}as}i> fi> al-Qur’a>n karya Ah}mad Khalaf Alla>h

9. Fitrah Manusia dalam Al-Qur’an karya Abd. Mun’im Salim

10.Al-Jadi>d fi> Tafsi>r al-Qur’a>n karya Muh}ammad al-Sibziwa>ri>

11.Kekerasan dalam Perspektif al-Qur’an karya Husein Muhammad

12.Al-Kita>b wa al-Qur’a>n: Qira>’ah Mu‘a>s}irah karya Shahru>r

(40)

35

14.Konsep Kufur dalam Al-Qur’an: Suatu Kajian Teologis dengan Pendekatan

Tafsir Tematik karya Harifuddin Cawidu

15.Konsep Ma>l dalam al-Qur’an karya Yahya bin Jusoh

16.Konsepsi Kekuatan Politik dalam al-Qur’an karya Abd. Mun’im Salim

17.Kritik Ortodoksi: Tafsir Ayat Ibadah, Politik, dan Feminisme karya

Muhammad Salman Ghanim

18.Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat karya M. Quraish Shihab

19.Min ‘Ilm al-Nafs al-Qur’a>ni> karya ‘Adna>n Shari>f

20.Mukjizat Al-Qur’an karya M. Quraish Shihab

21.Pemerkosaan dalam Perspektif al-Qur’an karya Yuyun Affandi

22.Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an karya M. Suyudi

23.Perempuan di dalam al-Qur’an karya Amina Wadud

24.Pluralisme Agama Menurut Al-Qur’an Telaah Akidah dan Syariah karya

Muhammad Amin Summa

25.Pokok-pokok Pikiran tentang Laut dan Kehidupan Bahari dalam Al-Qur’an

karya Abd. Mun’im Salim

26.Al-Qas}as} al-Qur’a>ni> Tafsi>r Ijtima>‘i> karya Ra>shid al-Bara>wi> 27.Al-Qur’a>n wa ‘Ilm al-Nafs karya Muh}ammad ‘Uthma>n Najali>

28.Al-S{abr fi> al-Qur’a>n karya Yusuf Qardawi

29.Solusi Krisis Kerohanian Manusia Modern, Jiwa dalam al-Qur’an karya

Achmad Mubarok

30.Al-Sunan al-Ta>ri>khi>yah fi> al-Qur’a>n al-Kari>m karya Ba>qir al-S{adr

31.Al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘i> wa al-Tafsi>r al-Tajzi>’i> fi al-Qur’a>n al-Kari>m karya

Ba>qir al-S{adr

32.Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab

33.Al-Tafsi>r al-Muni>r karya Wahbah al-Zuh}ayli>

34.Tafsi>r al-Sha‘ra>wi> karya Mutawalli> al-Sha‘ra>wi>

35.Tafsir atas Surat-surat Pendek karya M. Quraish Shihab

(41)

37.Tafsir Feminis Versus Tafsir Patriarki karya Abdullah Mustaqim

38.Tafsir Kontekstual Al-Qur’an karya Taufik Adnan Amal dan Syamsu Rizal

Panggabean

39.The Holy Qurán and the Sciences of Nature karya Mahdi Gulshani

40.The Message of The Quran karya Muhammad Asad

41.Wawasan Al-Qur’an karya M. Quraish Shihab

Gambar berikut menampilkan prosentase komposisi karya tafsir yang disitir berdasarkan periodenya.

Gambar 3. Prosentase komposisi periode tafsir yang disitir

Gambar tersebut secara umum menunjukkan bahwa karya tafsir kontemporer menempati peringkat pertama sebagai karya tafsir yang disitir, namun setelah dilakukan penelitian lebih mendalam, ditemukan hasil yang berbeda secara kuantitatif sitiran pengarang dan jumlah sitiran yang disitir baik disertasi UIN Jakarta, UIN Yogyakarta, maupun keduanya.

(42)

37

Gambar 4. Komparasi pengarang terbanyak yang disitir

Gambar tersebut menunjukkan adanya perbedaan di antara disertasi UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta, bahwa Ibn Kathi>r, M. Quraish Shihab, al-T{abari>, dan al-Zamakhshari> adalah para pengarang yang paling banyak disitir yaitu disitir 92% atau hampir semua disertasi tepatnya 12 dari 13 disertasi UIN Jakarta. Sedangkan pengarang yang paling banyak disitir disertasi UIN

Yogyakarta adalah al-T{abat}t}aba’i> yang disitir 86% atau hampir semua disertasi

atau persisnya 6 dari 7 disertasi. Selanjutnya Ibn Kathi>r dan M. Quraish Shihab masing-masing 71%. Al-Mara>ghi> yang disitir 71% disertasi UIN Yogyakarta, hanya disitir 31% disertasi UIN Jakarta. Sebaliknya, al-T{abari> yang disitir 92% dan Sayyid Qut}b yang disitir 85% disertasi UIN Jakarta, masing-masing hanya disitir 43% disertasi UIN Yogyakarta.

(43)

Sepintas, temuan di atas juga menunjukkan perimbangan periode tafsir sitiran pengarang disertasi UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta meskipun ada perbedaan yang tidak signifikan, yaitu lebih banyak sitiran karya-karya tafsir abad Modern dan kontemporer (secara akumulasi) dibandingkan dengan karya-karya tafsir abad klasik dan pertengahan. Hal ini berbeda dengan komposisi secara umum periode tafsir pengarang yang disitir (lihat gambar 3).

Gambar 5. Prosentase periode tafsir pengarang yang paling banyak disitir

Kesan sepintas adanya perimbangan sitiran antara pengarang tafsir periode klasik dan pertengahan di satu sisi dan periode modern dan kontemporer di sisi lain menjadi hilang setelah penelitian ini lebih menganalisa secara detail data sitiran pengarang disertasi UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta. Pemaparan berikut ini akan menjelaskan lebih lanjut berkenaan dengan temuan penelitian tentang periode tafsir pengarang yang disitir disertasi masing-masing kampus tersebut.

(44)

39

disertasi UIN Jakarta lebih dominan menyitir karya-karya tafsir modern dan kontemporer, yaitu 40 karya tafsir kontemporer dan 34 karya tafsir modern disitir disertasi dari kampus ini. Sedangkan karya tafsir klasik sejumlah 24 dan 8 karya tafsir abad pertengahan.

Gambar 6. Prosentase periode tafsir pengarang yang paling banyak disitir disertasi UIN Jakarta

Secara akumulasi sederhana dengan menggabungkan periode modern dan

kontemporer menjadi satu kelompok yang dapat disebut dengan periode salaf

(dahulu) dan periode klasik dan pertengahan menjadi satu kelompok lain yaitu periode khalaf (belakangan), maka disertasi UIN Jakarta menyitir 74 karya tafsir khalaf atau sekitar 70% sitiran pengarang.

(45)

Gambar 7. Prosentase periode tafsir pengarang yang paling banyak disitir disertasi UIN Yogyakarta

(46)

Bab IV Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang diajukan dan hasil penelitian sebagaimana telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Pengarang yang disitir disertasi UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta sejumlah 113 pengarang; 106 pengarang dari jumlah pengarang tersebut disitir oleh disertasi mahasiswa UIN Jakarta, dan 30 orang disitir oleh disertasi mahasiswa UIN Yogyakarta.

2. Terdapat 15 nama pengarang yang paling banyak disitir, yaitu ‘Abduh, al-Alu>si>, Ibn Kathi>r, al-Mara>ghi>, M. Quraish Shihab, al-Qa>simi>, al-Qurt}ubi>, Rashi>d Rid}a>, al-Ra>zi>, Sayyid Qut}b, Suyu>t}i>, T{abat}t}aba'i>, T{abari>, Wahbah Zuh}ayli>, dan al-Zamakhshari>.

3. Ibn Kathi>r, M. Quraish Shihab, al-T{abari>, dan al-Zamakhshari> adalah para mufassir yang paling banyak disitir disertasi UIN Jakarta, sedangkan disertasi UIN Yogyakarta banyak menyitir al-T{abat}t}aba’i>, Ibn Kathi>r, al-Mara>ghi>, dan M. Quraish Shihab.

4. Secara akumulasi dari total sitiran pengarang, UIN Jakarta memiliki prosentase sitiran lebih tinggi kepada karya tafsir modern dan kontemporer. Sebaliknya, UIN Yogyakarta lebih banyak menyitir karya-karya tafsir klasik dan pertengahan. Temuan ini mengindikasikan kecenderungan pemikiran tafsir UIN Jakarta ke arah modernism dan kontemporer, sedangkan pemikiran tafsir UIN Yogyakarta tetap berpegang pada tradisi salaf.

B. Rekomendasi

Mengingat berbagai keterbatasan pada penelitian ini, mulai dari terbatasnya cakupan objek dan subjek penelitian, kurangnya penggunaan metode yang lebih dapat menguak permasalahan yang ada, serta keterbatasan dana, maka penelitian ini memberikan rekomendasi sebagai berikut.

(47)

2. Perlunya penelitian lanjut dengan menggunakan metode content analysis untuk melihat muatan yang disitir sehingga lebih dapat menentukan secara lebih akurat pola pemikiran sebuah karya ilmiah.

Gambar

Tabel 1. Disertasi kajian tafsir dan sitiran ...........................................................
tabel berikut.
Tabel 3. Jumlah sitiran
Gambar 1. Prosentase pengarang yang paling banyak disitir
+7

Referensi

Dokumen terkait

&gt; eliminates hidden node problem and allows to implement centralized media access policy - AP controls how much time is used by every client and can assign time to

Makcik kamu ingin belikan buku untuk kamu.Beliau meminta kamu memilih buku yang kamu suka?. Tulis mesej bersama tiga sebab mengapa kamu memilih

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan suatu keputusan orang akan melalui suatu proses tertentu, demikian pula pada hal keputusan memilih produk atau merek

Hasil uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol buah mengkudu dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli memperlihatkan bahwa

[r]

Sementara itu, penelitian yang saya lakukan membahas stereotip gender yang dilihat melalui hasil penamaan yang dilakukan laki-laki dan perempuan terhadap objek- objek

a) Dengan tanpa memperhatikan aksebilitas, kapasitas sheter sudah tidak mencukupi untuk menampung calon pengungsi yang berada di daerah rendaman tsunami. b) Dengan

Meski begitu saat ini, telah punya banyak motif dan jenis batik yang berasal dari daerah lain di seluruh Nusantara, baik yang sebelumnya memang