• Tidak ada hasil yang ditemukan

sejerah seni rupa seni rupa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "sejerah seni rupa seni rupa"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Seni Rupa Pengaruh China Yang Membentuk Budaya

Indonesia

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik) yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia. Awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi beralih kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut.

Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia

Dalam hubungan dagang antara Cina dan Indonesia telah terjadi hubungan pelayaran langsung antara keduanya. Bukti pasti mengenai pelayaran kedua tempat tersebut berasal dari abad ke-V M. hubungan perdagangan antara kerajaan-kerajaan di Indonesia dengan Cina pada umumnya disimpulkan dari utusan-utusan mereka. Hubungan antara kedua negara ini pun tidak selalu mengenai masalh perdagangan. Seperti perutusan dari P’oli dan Tan-tan yang membawa surat berisi pujian terhadap kaisar karena jasanya untuk agama Buddha.

Keberhasilan Indonesia untuk dapat berdagang dengan Cina telah mwnunjukkan tahap nyata dari perkembangan masyarakat Indonesia. Setelah bangsa Indonesia dapat berdagang langsung dengan Cina, Indonesia dapat mendapatkan kedudukan tersendiri dalam perdagangan Internasional. Kapal-kapal Indonesia melayari jalur-jalur pelayaran perdagangan dari India hingga Cina. Datangnya pedagang Cina di Indonesia juga telah meningkatkan pertumbuhan perdagangan. Hal tersebut mendukung perkembangan kerajaan-kerajaan di Indonesia menjadi kerajaan maritime yang memiliki pengaruh yang besar.

Hubungan dagang ini juga mengakibatkan orang-orang Indonesia dapat sampai ke Cina, dan sebaliknya. Pengaru hubungan Cina dengan Indonesia tidaklah sebesar pengaruh India terhadap Indonesia. Hubungan dengan India telah mengakibatkan perubahan-perubahan dalam ketatanegaraan di sebagian wilayah Indonesia. Selain itu juga mengakibatkan perubahan dalam tata dan susunan masyarakat sebagai akibat dari penyebaran agama Hindu-Buddha. Pengaruh Cina ke Indonesia jauh lebih kecil.

B Pengaruh Fisik Seni Bangunan

Diperkirakan para seniman Indonesia hanya menggunakan berbagai teori dalam kitab Silpasastra (buku petunjuk untuk membuat arca dan bangunan) untuk membuat suatu bangunan. Sedang untuk gaya rambut dan bentuk patungnya di adaptas dari budaya China.

Pengaruh Pertukangan Cina pada Bangunan Mesjid Kuno di Jawa

(2)

persepsi publik Muslim selama ini yang meyakini bahwa proses islamisasi di Jawa itu datang langsung dari Arab atau minimal Timur Tengah, bukan dari Cina.

PENGARUH PERTUKANGAN CINA PADA BANGUNAN MESJID KUNO

DI JAWA ABAD 15-16 (Handinoto, et al)

Gambar 1A. Peta perjalanan orang Cina ke Asia Tenggara pada abad ke 15 & 16, dengan route Barat route Timur Mereka ini pada umumnya berangkat dari tiga kota utama di Cina Selatan yaitu :Quanzh Xiamen dan Guangzhou (Canton). Kota-kota pantai Utara Jawa seperti :Tuban, Jepara, Lasem, Gre Semarang, Banten dsb.nya menjadi tujuan utama mereka. (sumber: Reid, Anthony (2001), Flows Seepages in the Long-term Chinese Interaction with Southeast Asia, dalam Sojourners and Settlers, Univer of Hawaii, Honolulu)

Elemen-elemen yang terdapat di keraton Cirebon beserta Taman Sunyaragi, Taman Sunyaragi (sunya=sepi, ragi=raga), arsiteknya adalah seorang Cina Muslim bernama Tan Sam Cay yang pernah menjadi orang penting di Istana Cirebon. Taman atau Goa tersebut dijadikan tempat bertapa bagi bangsawan Cirebon yang sekaligus digunakan sebagai bunker militer dari serbuan musuh. Tempat ini kemudian dihancurkan oleh Belanda pada tahun 1787. Arsitekturnya dikatakan menyerupai ‘Istana terlarang’ (forbiden city) istana raja raja dinasti Cina. Ada hubungan antara Keraton Cirebon dengan Cina, yakni ketika Sunan Gunungjati menikahi Putri Cina yang bernama Tan Hong Tien Nio Putri Ong Tien), yang makamnya sampai sekarang masih ada, semuanya ini menunjukkan adanya pengaruh pertukangan Cina yang kuat sekali.

(3)

ornamen. Tiap lantainya bisa dicapai dari dalam dengan tangga kayu. Di buku tersebut juga terdapat gambar dari kota Jepara dilihat dari arah laut, dimana bangunan mesjid tersebut merupakan bangunan yang tertinggi di Jepara waktu itu (lihat Gb.no.1D, 2).

Mesjid Jepara didirikan pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat di Jepara abad 16. Menurut sumber setempat yaitu ‘Serat Kandaning Ringgit’ Naskah KBG no.7 Koleksi bagian naskah Museum Pusat Jakarta, yang dibaca oleh Amen Budiman(1979:23-30), tertulis bahwa Pangeran Hadliri (suami ratu Kalinyamat) adalah seorang juragan Cina yang datang dari Tiongkok ke Jawa untuk berdagang. Selanjutnya disebut dengan nama Juragan Wintang, yang akhirnya menjadi suami Ratu Kalinyamat yang memerintah Jepara. Lihat juga Graaf (1985:126). Jadi kemungkinan adanya pengaruh pertukangan Cina pada mesjid tersebut sangat kuat.

Sayang sekali bahwa dalam tulisan Wouter Schouten tidak dijelaskan secara mendetail tentang mesjid kuno tersebut. Bangunan mesjid kuno di Jawa pada umumnya dikelilingi oleh kolam. Kolam tersebut biasanya juga digunakan untuk air wudu ketika akan sembahyang. Gambaran secara garis besar mesjid kuno Jawa yang dibangun pada abad 15 dan 16 mempunyai ciri-cri sbb:

 atapnya bersusun lima, Menurut Graaf (1985:158), atap tersebut kemudian menjadi bersusun tiga setelah abad ke 17. Asal-usul dari atap bersusun ini sering menjadi perdebatan antara para ahli.

 bentuknya segi empat dan simetri penuh

 denahnya dikelilingi oleh kolam, yang digunakan  sebagai air wudhu ketika akan sembahyang.

(4)

Denah Mesjid

1. Mihrab:Tempat kecil pada pusat tembok sebelah Barat dipakai oleh Imam mesjid 2. Ruang utama mesjid : Ruang yang dipakai untuk sembahyang oleh kaum pria. Di

ruang utama inilah terdapat 4 buah sokoguru yang memikul atapnya. Sistim konstruksi mesjid kuno Jawa ini selanjutnya dipakai sebagai dasar sistim konstruksi rumah Jawa, lengkap dengan penanggap dan emperannya.

3. Serambi10: Beranda sebuah mesjid. Adanya ’serambi’ ini datangnya baru belakangan 4. Pawestren: Tempat sembahyang bagi wanita.

5. Kolam: Tempat berisi air yang digunakan untuk wudhu.

6. Garis axis menuju Mekah: Garis maya sebagai orientasi pada pembangunan sebuah mesjid.

7. Makam: Kuburan.

8. Pagar Keliling: Pagar pembatas komplek mesjid.

9. Gerbang: Pintu masuk utama di komplek mesjid atau makam

Yang cukup menarik pada mesjid kuno Jawa adalah adanya makam, yang diletakkan pada bagian belakang atau samping mesjid. Jadi selain arsitektur religius, uniknya, hampir tidak jauh dari komplek mesjid kuno Jawa selalu terdapat makam-makam yang disakralkan dan dimitoskan. Pengeramatan tersebut tidak hanya terjadi di mesjid-mesjid yang terletak di desa seperti misalnya mesjid Sendang Duwur di Paciran Lamongan atau mesjid Mantingan di Jepara, tapi juga mesjid-mesjid kuno yang ada di Kudus (mesjid Menara Kudus), Surabaya (mesjid Sunan Ampel), mesjid Agung Demak, mesjid Agung Banten dsb.nya. Bentuk seperti ini merupakan ciri khas dari mesjid kuno di Jawa.

(5)

Gambar 1D. Lukisan yang dibuat oleh juru gambar atas instruksi dari Wouter Schouten (1660), yang menggambarkan pemandangan kota Jepara dari arah laut. Dimana silhouettenya terlihat bangunan mesjid berlantai 5, yang merupakan ‘focal point’ dari pemandangan kota Jepara tersebut.

(6)

Gambar 3. Gambar lain yang agak lebih jelas dari mesjid di kota Jepara pada abad ke17, yang dilukis oleh seorang pelaut Belanda yang kebetulan melintas di kota Jepara pada abad ke 17. Bangunannya berlantai 5, dengan atap yang bersusun 5 juga. Bentuk dari mesjid mengingatkan kita pada bentuk pagoda yang banyak terdapat di Tiongkok. Diperkirakan mesjid ini didirkan oleh Ratu Kalinyamat, yang menurut banyak sumber (Budiman, 1979, Qurtuby, 2003) ada hubungannya dengan Cina Muslim yang menyebarkan agama Islam mahzab Hanafi di P.Jawa.

(7)

Gambar 5. Mesjid kuno di Padang, Sumatra Barat yang masih terdapat kolam disekelilingnya seperti mesjid-mesjid awal di Jawa. Mesjid tersebut beratap susun tiga, merupakan replika dari mesjid-mesjid kuno yang ada di Jawa. Disamping mesjid juga terdapat menara. Foto diatas diambil oleh Jean Demmeni juru foto Belanda yang terkenal pada th. 1900 an.

Gambar 5A.Pura Bali dekat Jimbaran. Atapnya bersusun sebelas.

Pertukangan kayu dan batu orang Cina di Jawa.

(8)

 Sistim konstruksi bangunan dari kayu (termasuk sambungan kayu, cara merekatkan kayu dengan lem dsb.nya)

 Semua ragam hias bangunan dari kayu (termasuk hiasan pada interior dan ukir-ukiran dari kayu)

 Perabotan dari kayu (termasuk meja, kursi serta perabotan lain dari kayu)

Tidak seperti pengaruh Hindu, pengaruh peradaban Cina terhadap peradaban Jawa dan Bali

Dari sumber-sumber berita diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:

 Orang Cina Muslim pada abad ke 15 sudah banyak terdapat dikota-kota pelabuhan, terutama di Pantai Utara P. Jawa.

 Sudah banyak terdapat suku bangsa Cina dari propinsi Guangdong yang terdapat di Jawa. Hal ini penting karena sebagian besar suku Konghu (asal Guangdong) secara turun menurun berprofesi sebagai tukang yang sangat ahli dalam pengerjaan kayu dan batu.

Sebagian besar suku Konghu (asal Guangdong) biasanya secara turun menurun menjadi tukang kayu. Mereka ini bahkan sampai mempunyai kelenteng khusus yang dipersembahkan pada ‘Lu Ban’ (Kelenteng Lu Ban-Lu Ban Gong) yang mereka anggap sebagai dewa pelindung para tukang kayu (lihat : Cl. Salmnon & Denys Lombard (1985) Kelenteng-Kelenteng Masyarakat Tionghoa di Jakarta, Yayasan Cipta Loka, Jakarta). Jasa pertukangan kayu dan batu dari suku Konghu (asal Guangdong) ini terus digunakan oleh orang-orang Belanda dalam membangun gedung-gedung kolonial di seluruh Hindia Belanda. Sebagai contoh misalnya bangunan ‘Gedung Sate’ yang terkenal sebagai bangunan monumental yang terindah di Indonesia, juga memakai jasa keahlian tukang-tukang kayu dan batu orang suku Kwang Tung ini untuk pekerjaan kayu dan ukiran dari batunya. Seperti dikatakan oleh Haryoto Kunto dalam bukunya, Balai Agung di Kota Bandung, PT. Granesia , Bandung (1996: 113), bahwa: “Pembangunan Gedung Sate mengerahkan paling sedikit 2000 orang kuli dan tukang. Diantara pekerja tersebut terdapat kurang lebih 150 orang Cina Konghu (Kwang Tung-Guangdong) atau Kanton.

Batik

Pengaruh budaya China pada kehidupan di bumi Nusantara telah dirasakan sejak abad ke-13 dan semakin berkembang hingga orang-orang China mulai membuat batik pada awal abad ke-19. Pengaruh China pada zaman tersebut memengaruhi corak dan ragam motif batik yang melahirkan perpaduan karya seni batik oriental dan Nusantara yang sangat indah.

Akulturasi budaya sejak ratusan tahun lalu dan terus berkembang sampai saat ini makin terasa seiring semakin dibukanya peluang masyarakat etnis Tionghoa untuk mengekspresikan budayanya.

Orang-orang China yang saat itu mendirikan permukiman-permukiman, terutama di badar-bandar penting di Pulau Jawa, seperti Indramayu, Cirebon, Pekalongan, Lasem, dan Tuban, berbaur dengan penduduk asli. Mereka bahkan ada yang melakukan perkawinan budaya dan melahirkan keturunan yang disebut "peranakan".

(9)

Hal itulah yang menyebabkan munculnya kreasi batik-batik dengan ragam hias yang berasal dari budaya China.

Batik China adalah jenis batik yang dibuat oleh orang-orang China atau peranakan yang pada mulanya menampilkan pola-pola dengan ragan hias satwa mitos China, seperti naga, siang, burung phoenix (burung hong), kura-kura, kilin (anjing berkepala singa), serta dewa dan dewi Konghucu. Ada pula ragam hias yang berasal dari keramik China kuno serta ragam hias berbentuk mega dengan warna merah atau merah dan biru.

Kepandaian orang-orang China berdagang serta keuletan dalam berusaha akhirnya membuat mereka dapat menempatkan batik sebagai mata dagangan ekspor. Mereka dapat dikatakan merupakan lingkungan pertama yang mengembangkan batik sebagai kebutuhan busana dan gaya berpakaian serta pola-pola batik di lingkungan mereka sehingga lahirlah apa yang disebut batik China.

Selain sebagai bahan busana, sebagian besar batik yang mereka hasilkan digunakan sebagai perlengkapan keagamaan, seperti kain altar (tok-wi) dan taplak meja (muk-li). Sarung-sarung batik yang mereka hasilkan berupa batik-batik dengan pola yang bentuknya sangat mirip dengan pola tekstil ataupun hiasan pada keramik China, seperti banji yang melambangkan kebahagian ataupun kelelawar yang melambangkan nasib baik.

Pada perkembangannya, batik China menampakkan pola-pola yang lebih beragam, antara lain pola-pola dengan pengaruh ragam hias batik keratin. Meski demikian, batik China yang dibuat mereka tetap mengandung nilai filosofis China. Hal itu sesuai dengan paham yang dianut orang China bahwa usia menentukan apa yang dipakai.

Kini batik China masih meninggalkan jejaknya di dunia perbatikan Indonesia dan terkenal dengan karya batik yang merupakan adikarya batik Indonesia. Batik sendiri tetap milik bangsa Indonesia. Apa yang terjadi dalam perkembangan batik itu hanya terpengaruh seni dan budayanya saja, tetapi yang membatik juga bangsa-bangsa kita. Jadi, meskipun motif-motif batik China telah berkembang di Indonesia, di negara China sendiri tidak ada batik tulis atau cap yang dibuat seperti di Indonesia.

Seni Rupa dan Seni Ukir

Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada Atap klenteng(tempat ibadah china)

(10)

“…. banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau-pulau pada Lautan Selatan percaya dan mengagumi Buddha, dihati mereka telah tertanam perbuatan baik. Di dalam benteng kota Sriwijaya dipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang belajar dengan tekun dan mengamalkannya dengan baik…. Jika seorang biarawan Cina ingin pergi ke India untuk belajar Sabda, lebih baik ia tinggal dulu di sini selama satu atau dua tahun untuk mendalami ilmunya sebelum dilanjutkan di India“. Dari catatan sejarah ini (dan beragam catatan sejarah lain yang tidak terhitung banyaknya tersebar di seluruh kepuluan nusantara), hubungan nusantara dan Tiongkok memang panjang dan saling mempengaruhi dengan kuat. Dari sekian banyaknya ragam budaya hasil akulturasi China di nusantara, ada beberapa hal yang sepertinya belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia saat ini. Tulisan ini dimaksudkan untuk sekedar memberikan informasi dan menyadarkan masyarakat bahwasanya Indonesia saat ini adalah sebuah negara dengan budaya yang paling kaya di dunia. Indonesia saat ini harus dapat menerima, paham, dan bangga dengan identitasnya, tidak peduli dari suku atau etnis, agama dan asal-usulnya. Artikel sederhana ini juga saya persembahkkan bagi saudara, kerabat dan teman-teman saya di nusantara yang akan merayakan hari raya Imlek. Sekedar tulisan bermakna kebhinekaan dan toleransi di tanah Indonesia.

1. Wayang Cina Jawa dan Wayang Potehi

Budaya wayang atau shadow puppet memang memiliki banyak jenis di seluruh dunia. Setiap budaya bangsa memiliki versi sendiri-sendiri. Di tanah Jawa, wayang kulit adalah salah satu pertunjukan shadow puppet yang memiliki ciri khas kuat dan murni dari hasil karya dan karsa para seniman dan filosof bangsa Indonesia secara umum dan etnis Jawa secara khusus. Namun berbeda dengan wayang kulit Jawa yang mengambil cerita berdasarkan pada karya Mahabarata dan Ramayana dari India, wayang Cina Jawa adalah akulturasi khas Jawa dan bangsa Tiongkok. Meski pada awalnya wayang Cina ini berasal darii provinsi Fujian di negara China, unsur-unsurnya sangatlah berbeda. Wayang kulit Cina Jawa adalah produk akulturasi budaya yang sangat kental dengan busana dan ornamen khas Jawa dan juga menggunakan bahasa Jawa dalam penampilannya. Musik karawitannya pun gamelan Jawa. Meski untuk lakon atau ceritanya merujuk pada cerita klasik dari China seperti Sie Djin Koei, Sun Go Kong dan Kisah Tiga Negara (Sam Kok), cara penyajiannya mengikuti pola pertunjukan wayang kulit purwa.

(11)

Cina-Jawa di dunia, yaitu di Museum Sonobudoyo D.I. Yogyakarta dan di negara Jerman. Seperti pada umumnya dalang wayang kulit purwa, seorang dalang wayang Cina-Jawa pun harus memiliki kemampuan seperti dalang wayang kulit purwa, misalnya sang dalang harus mengucapkan mantra sebelum memulai pertunjukan wayang kulit. Sang dalang pun harus menguasai gendhing (lagu) atau tembang-tembang Jawa, emnguasai cerita dan menguasai bahasa Jawa (dimana di dalam cerita wayang, ada perbedaan bahasa Jawa yang digunakan dalam lingkungan Keraton, masyarakat biasa, pendeta, dewa, atau raksasa).

(12)

Sedikit berbeda dengan wayang Potehi yang memang masih sangat kental unsur-unsur ‘ketionghoaannya’ dengan dibawakan pada awalnya dengan dialek Hokkien, musik dan tokoh-tokoh asal China (meski saat ini telah menajdi bagian dari kekayaan nusantara hasil akulturasi khas Indonesia). Wayang Potehi berasal dari China bagian selatan dan telah berumur sekitar 3000 tahun. Kata Potehi berasal dari kata pou 布 (kain), te 袋 (kantong) dan hi 戯 (wayang). Wayang Potehi masuk ke Indonesia sekitar abad ke-16 sampai 19 (menurut catatan awal yang sahih dari seorang Inggris bernama Edmund Scott). Wayang Potehi adalah wayang boneka yang terbuat dari kain, dimana sang dalang memasukkan tangannya kedalam kain tersebut dan memainkannya. Sama seperti wayang Jawa, bukan sekadar seni pertunjukan, Wayang Potehi bagi etnis Tionghoa memiliki fungsi sosial serta ritual. Dulunya Wayang Potehi hanya memainkan lakon-lakon yang berasal dari kisah klasik Tiongkok seperti legenda dinasti-dinasti yang ada di Tiongkok, terutama jika dimainkan di kelenteng. Akan tetapi saat ini Wayang Potehi sudah mengambil cerita-cerita di luar kisah klasik seperti novel Se Yu 西遊記 (Pilgrimage to the West) dengan tokohnya Kera Sakti yang tersohor itu. Pada masa masuknya pertama kali di Nusantara, wayang Potehi dimainkan dalam dialek Hokkian. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, wayang ini pun kemudian juga dimainkan dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu para penduduk non-Tionghoa pun bisa menikmati cerita yang dimainkan.

(13)

Lisan Puro (tokoh terkenal dalam lakon ketoprak) yang ternyata diambil dari tokoh Li Si Bin 李世民, kaisar kedua Dinasti Tong 唐朝 (618-907).

2. Kuntao

Istilah kuntao atau kuntau saat ini lebih dikenal merujuk pada ilmu beladiri pencak silat khas Indonesia secara umum. Di kalimantan misalnya, istilah kuntao telah menjadi bahasa umum. Masyarakat Melayu atau Dayak menghubungkan kata kuntao dengan beladiri pencak silat pada umumnya.

Kuntao atau kuntau sebenarnya adalah sebuah jenis beladiri dari komunitas etnis China di Asia Tenggara, terutama di Kepulauan Melayu. Biasanya dihubungkan dengan Indonesia, Malaysia (terutama pulau Kalimantan/Borneo), Filipina dan Singapura. Hanya saja, kuntao memang cukup berbeda dengan beladiri dari dataran Tiongkok pada umumnya, seperti wing chun atau wushu atau yang kita kenal sebagai kung fu. Ini karena kuntao dan silat saling mempengaruhi satu sama lain. Inilah yang membuat kadang batas dan perbedaan antara kuntao dan pencak silat agak buram dan susah dibedakan. Misalnya seni buah pukul dari Malaysia cenderung dimasukkan sebagai silat bukannya asal aslinya dari Yunnan di China, sebaliknya kuntao harimau dari Jawa yang sebenarnya asli Jawa, malah mendapatkan nama kuntao. Ada banyak asal makna kuntao, tapi yang paling umum berarti ‘jalan kepal/way of fist’, dari kata kun 拳 yang berarti kepal/tinju dan tao 道 yang berarti jalan. Istilah ini digunakan sebagai seni beladiri asal China secara umum. Pada awalnya, kehadiran dan pengaruh kuntao di Kepulauan Melayu terjadi pada hubungan di masa kuno antara China dan Asia Tenggara, terutama pada masa kejayaan kerajaan Sriwijaya. Dalam banyak relief kerajaan Sriwijaya, terdapat penggambaran para prajurit China menggunakan pedang. Kebanyakan gaya silat kuntao di Nusantara (Indonesia) dibawa oleh para pendatang kelas pekerja selama masa penjajahan Belanda dan Inggris. Salah satu hal yang membuat kuntao menjadi unik adalah pada tahun 1970-an, kuntao dipelajari dengan sembunyi-sembunyi untuk menghindari teknik-tekniknya dibongkar oleh orang luar yang bukan murid perguruan, baik oleh orang keturunan China maupun bukan. Teknik kuntao mayoritas pada awalnya berasal dari daerah-daerah bagian selatan China, yaitu Fujian, Shandong, Kongfu, dan Guangdong. Beberapa teknik masih asli dan tidak mengalami perubahan, seperti taikek (taiji), pakua (pakua) dan peh ho (baihequan atau jurus bangau putih).

(14)

termasuk tendangan tinggi, salto atau berguling, atau meloncat. Kuntao kemudian hampir tidak bisa dibedakan dengan silat, karena baik pencak silat maupun beladiri asal China tersebut telah melebur dan menjadi satu gaya khas Indonesia (meski juga dapat ditemukan kuntao beragam gaya di Malaysia, Filipina, dan Singapura).

Sebagai contoh yang paling nyata adalah silat Beksi Betawi. Silat Beksi yang terus berkembang sampai saat ini secara bahasa saja memiliki unsur akulturasi dan percampuran yang unik. Yaitu, kata bek dari bahasa Belanda yang berarti pertahanan dan si dalam bahasa China (dialek Tio Ciu) yang berarti empat, yang kesemuanya berarti ‘pertahanan dari empat penjuru’. Asalnya perguruan silat beksi ini dibawa oleh seorang petani keturunan China yang hidup dan tinggal di daerah Dadap Tanggerang sekitar tahun 1928 bernama Lie Cheng Ok (1854-1951) yang juga mahir mengajarkan beladiri pada anak-anaknya. Ketika terjadi persengkataan ia dengan seorang petani pribumi yang juga seorang jago silat, ia membuat perjanjian “Siapa yang kalah harus berguru kepada si pemenang.” Li Cheng Ok pun akhirnya menang, hanya saja karena si jago silat merasa sudah terlalu renta untuk belajar lagi, maka disuruhlah anaknya yang bernama Marhali untuk berguru beksi pada Lie Cheng Ok. Ia pun mahir ilmu beksi dengan ciri khas kepalang tangan terbalik ini. Ilmu terus diturunkan dari guru ke murid sampai H. Hazbullah bin Misin (Kong Has), yang meski pada awalnya sudah memiliki ilmu silat namun tetap haus akan ilmu beksi. Kong Has pun berhasil menyempurnakan 12 jurus beksi ditambah dengan jurus ciptaan beliau sendiri (beliau pernah muncul dalam sebuah film ‘Darah Muda’ sebagai guru silat Rhoma Irama). Di sinilah gaya

(15)

Gaya kuntao oleh Peng Ji yang dimainkan oleh Billy Chong a.k.a. Willy Dozan dalam film Si Pitung

3. Batik Lasem Cina

Pakaian juga merupakan bagian dari produk budaya dan seni sebuah masyarakat. Di Nusantara, batik adalah salah satu ciri khas dan kebanggaan bangsa Indonesia yang telah diakui dan dikenal secara mendunia (termasuk wayang) dan PBB sebagai bagian dari warisan dunia. Batik kerap dikenal sebagai kain atau pakaian khas dari daerah Jawa. Meski begitu saat ini, telah punya banyak motif dan jenis batik yang berasal dari daerah lain di seluruh Nusantara, baik yang sebelumnya memang dipengaruhi oleh etnis Jawa pada masa kuno, atau memang asli dari daerah tersebut. Batik pun juga mengalami proses akulturasi dengan budaya lain. Salah satunya adalah budaya bangsa Tiongkok. Batik Lasem Cina menjadi bukti nyata pembauran budaya Jawa dan Cina di Rembang, khususnya Lasem, Jawa Tengah. Batik Lasem Cina yang sering juga disebut Batik Lasem Oriental ini mensinergikan sense of art masyarakat Jawa dan China. Mereka berpadu mengkreasi stailisasi ornamen Cina dan Jawa hingga menjadi motif-motif Batik Lasem Cina nan indah. Batik Lasem Cina tentu saja adalah Batik Lasem yang orenamen motifnya sangat dipengaruhi budaya Cina. Unsur orientalnya dominatif, meski motifnya selalu berkolaborasi dengan ornamen motif Batik Jawa.

(16)

Selain batik Lasem Cina, juga dikenal kebaya peranakan, yaitu kebaya yang dikenakan oleh wanita-wanita peranakan (keturunan China) yang tinggal di Nusantara.

Pada masa penjajahan jepang, juga muncul sebuah jenis motif hasil akulturasi budaya yang tidak kalah unik, yaitu batik Jawa Hokokai. Batik jenis ini diproduksi oleh orang-orang peranakan, atau keturunan China di Jawa dengan pengaruh budaya jepang yang juga sangat kental. Ragam hias yang biasa digunakan adalah bunga sakura, bunya krisan, dahlia dan anggrek dalam buket atau lung-lungan atau dengan ragam hias kupu-kupu dan burung merak. Batik Jawa Hokokai diciptakan oleh para pengusaha China saat itu dengan tujuan menyesuaikan diri dengan pemerintahan Jepang di Pekalongan khususnya.

Khusus untuk ragam hias kupu, sebenarnya merupakan pengaruh China, dimana kupu-kupu merupakan lambang cinta abadi seperti dalam cerita Sam Pek Eng Tay. Begitu pula motif hias burung merak yang pada awalnya juga berasal dari budaya China yang masuk ke Jepang. Meskipun namanya berbau Jepang dan muncul pada masa pendudukan Jepang, tetapi batik Hokokai tidak diproduksi untuk keperluan Jepang melainkan untuk orang-orang Indonesia sendiri.

4. Gambang Kromong

(17)

Tangga nada yang digunakan dalam gambang kromong adalah tangga nada pentatonik China, sering disebut Salendro Cina atau Salendro mandalungan. Orkes gambang kromong merupakan perpaduan yang serasi antara unsur-unsur pribumi dengan unsur Tionghoa. Secara fisik unsur Tionghoa tampak pada alat-alat musik geseknya: sukong, tehyan, dan kongahyan. Perpaduan kedua unsur kebudayaan tersebut tampak pula pada perbendaharaan lagu-lagunya. Di samping lagu-lagu yang menunjukkan sifat pribumi seperti lagu-lagu Dalem (Klasik) berjudul: Centeh Manis Berdiri, Mas Nona, Gula Ganting, Semar Gunem, Gula Ganting, Tanjung Burung, Kula Nun Salah, dan Mawar Tumpah dan sebagainya, dan lagu-lagu Sayur

(Pop) berjudul: Jali-jali, Stambul, Centeh Manis, Surilang, Persi, Balo-balo, Akang Haji, Renggong Buyut, Jepret Payung, Kramat Karem, Onde-onde, Gelatik Ngunguk, Lenggang Kangkung, Sirih Kuning dan sebagainya, terdapat pula lagu-lagu yang jelas bercorak Tionghoa, seperti Kong Ji Liok, Sip Pat Mo, Poa Si Li Tan, Peh Pan Tau, Cit No Sha, Ma Cun Tay, Cu Te Pan, Cay Cu Teng, Cay Cu Siu, Lo Fuk Cen, dan sebagainya.

Lagu-lagu yang dibawakan pada musik gambang kromong adalah lagu-lagu yang isinya bersifat humor, penuh gembira, dan kadangkala bersifat ejekan atau sindiran. Pembawaan lagunya dinyanyikan secara bergilir antara laki-laki dan perempuansebagai lawannya.

Go Yong – Musisi Peranakan Cina Benteng

(18)

harus bangga dan terus menghargai segala macam perbedaannya. Segala perbedaan tersebut sudah melebur dimana diperlukan rasa percaya, saling menghormati dan cinta.

Artikel ini hanya sebagai perkenalan dan sedikit usaha untuk menggali informasi mengenai akulturasi China-Nusantara yang ternyata memang belum banyak dikenal masyarakat. Semoga artikel ini akan ‘merangsang’ rasa ingin tahu pembaca untuk terus menggali budaya bangsa Indonesia.

Seni Hias

Batik pesisir utara Jawa kerap menampilkan aneka warna cerah dan motif nan indah, seperti batik asal Cirebon dan Pekalongan. Salah satu motif batik pesisir yang terkenal adalah burung phoenix atau yang sering kita dengar dengan sebutan burung hong.

Kemunculan sosok satwa mitologi Cina dalam batik pesisir Nusantara tidak dapat dipisahkan dari banyaknya pengusaha batik yang berasal dari golongan masyarakat keturunan Cina. Pada masa lalu, mereka menorehkan pengetahuan tentang motif dan warna cerah kepada batik pesisir. Burung phoenix pun menjadi salah satu motif yang digunakan.

Apa makna sejati dari ragam hias burung phoenix?

(19)

Nampan porselen mewah yang berhiaskan burung phoenix, salah satu satwa dalam mitologi Cina. (Wikimedia Commons) Pada perkembangan selanjutnya, phoenix pun menjadi lambang agung yang hanya dapat dikenakan oleh permaisuri kaisar Cina. Selama berabad silam, satwa mitologi ini menjadi satu-satunya motif resmi kerajaan yang digunakan sebagai sulaman jubah permaisuri, mahkota, hiasan rambut, tusuk, konde, dan aksesori mewah lainnya. Semuanya hanya boleh digunakan oleh sang ratu. Phoenix merupakan mahluk mitologi yang kaya akan metafora. Kata fenghuang sendiri mengindikasikan bahwa mahluk tersebut adalah ‘rajanya para burung’. Phoenix merupakan burung paling terhormat di antara pelbagai jenis mahluk berbulu burung.

(20)

Gambar

Gambar 1A. Peta perjalanan orang Cina ke Asia Tenggara pada abad ke 15 & 16, denganroute Barat route Timur Mereka ini pada umumnya berangkat dari tiga kota utama di CinaSelatan yaitu :Quanzh Xiamen dan Guangzhou (Canton)
Gambar 1C. Bedug yang ada diserambi kelenteng Tay Kak Sie di Gang Lombok, Semarang.
Gambar 1D. Lukisan yang dibuat oleh juru gambar atas instruksi dari Wouter Schouten(1660), yang menggambarkan pemandangan kota Jepara dari arah laut
Gambar 3. Gambar lain yang agak lebih jelas dari mesjid di kota Jepara pada abad ke17, yangdilukis oleh seorang pelaut Belanda yang kebetulan melintas di kota Jepara pada abad ke 17.Bangunannya  berlantai  5,  dengan  atap  yang  bersusun  5  juga
+2

Referensi

Dokumen terkait

Desain penelitian adalah deskriptif, dengan jumlah sampel 50 orang pasien DM tipe 2 yang melakukan injeksi insulin secara mandiri. Pengumpulan data dilakukan

Penggunaan tema arsitektur hijau adalah berpusat pada aktivitas kendaraan umum yang banyak beroperasi di kawasan terminal dan menjadikan aktivitas kendaraan umum

BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA Rehabilitasi sedang/berat Gedung Kantor Rehab Sedang Ruangan Aula menjadi Ruangan CAT. JB: Modal JP:

Pada kondisi normal menggunakan 7 kasir pelayanan pada Supermarket Roxy Square untuk melayani konsumen yang melakukan transaksi pembayaran lebih optimal daripada dengan

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Satuan Kerja Audit Intern atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern wajib menyampaikan laporan

POKJA III ULP Pemerintah Kabupaten Bangka Tahun Anggaran 2014 akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi secara elektronik untuk paket pekerjaan

Wisatawan yang akan menambah anggaran wisata paling besar di tahun 2016 adalah wisatawan Australia, yang mengungguli wisatawan Swiss terkait jumlah nominal anggaran yang akan

atau ekstra kegiatan yang berkaitan dengan investasi khususnya di pasar modal.. Bagi