commit to user
i
MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN
BONUS NILAI TUGAS SISWA KELAS IX B
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 MADUKARA
KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
T E S I S
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Program Studi Tekhnologi Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarata
Oleh :
Gatit Kartika Yulianti NIM. S.810505006
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN
BONUS NILAI TUGAS SISWA KELAS IX B
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 MADUKARA
KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Disusun oleh :
Gatit Kartika Yulianti
NIM. S.810505006
Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing :
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. Mulyoto, MPd ...
NIP. 194307121973011001
Pembimbing II Dr. Nunuk Suryani, MPd ...
NIP. 196611081990032001
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
commit to user
iii
MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN
BONUS NILAI TUGAS SISWA KELAS IX B
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 MADUKARA
KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Disusun oleh :
Gatit Kartika Yulianti
NIM. S.810505006
Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji
Pada Tanggal : ...
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Prof. Dr. Sri Yutmini, MPd ...
Sekretaris : Prof. Dr. Samsi Haryanto, MPd ...
Anggota Penguji : 1.Prof. Dr. Mulyoto, MPd ...
2.Dr. Nunuk Suryani, MPd ...
Mengetahui
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi
Teknologi Pendidikan
commit to user
iv Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Gatit Kartika Yulianti NIM : S.810505006
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Melalui Pemberian Bonus Nilai Tugas Siswa kelas IX B Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Madukara
Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009 adalah betul-betul karya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi
dan ditunjukan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar,maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,18 November 2010 Yang membuat pernyataan
commit to user
v
Lebih utama dari segala-galanya peneliti panjatkan doa ke hadirat Allah
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan rakhmatNya hingga
peneliti mampu menyelesaikan tesis yang berjudul “Peningkatan Keaktifan dan
Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Melalui Pemberian Bonus Nilai
Tugas Siswa Kelas IX B Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Madukara
Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009”. Tesis ini disusun untuk
memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi
Pendidikan.
Dalam penyusunan tesis ini, peneliti banyak mendapat bimbingan,
semangat dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan tulus ikhlas menuntun
hingga selesainya penyusunan tesis ini, untuk itu pada kesempatan ini tak lupa
peneliti menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof.Dr.dr.H. Much.Syamsulhadi,Sp.Kj (K) selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis menempuh studi pada Program Pasca Sarjana jurusan Teknologi
Pendidikan.
2. Prof.Drs.Suranto,MSc.Ph.D selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta,yang telah memberikan ijin atas
penyusunan tesis ini.
3. Prof.Dr.Mulyoto,M.Pd selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
dan Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan dorongan moril dan
commit to user
vi
memberikan pengarahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga
tesis ini dapat terselesaikan.
5. Seluruh dosen / staf pengajar pada Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan untuk memperluas wawasan dan
wacana bagi peneliti.
6. Para Guru, Staf Administrasi beserta sekuruh siswa kelas IX B SMP
Negeri 2 Madukara yang telah membantu penulis sehingga penelitian ini
dapat diselesaikan.
7. Keluarga besarku, yang telah memberikan doa dan semangat yang luar
biasa.
8. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis selama menempuh
pendidikan pasca sarjana.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa mencatat dan berkenan membalas dengan pahala
yang berlipat . Akhir kata penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat, baik bagi
penulis pribadi maupun pihak-pihak yang berkepentingan.
commit to user
vii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS... iii
commit to user
viii
G. Cara Pemantauan / Monitoring ... 78
H. Analisis Hasil dan Refleksi ... 78
1. Faktor Yang Diteliti ... 78
2. Indikator Keberhasilan ... 80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 81
A. Hasil Penelitian ... 81
1. Kondisi Umum Objek Penelitian ... 81
B. Diskripsi Hasil Penelitian ... 83
1. Diskripsi Data Aktifitas Siswa ... 83
2. Diskripsi Data Prestasi Belajar... 91
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 95
D. Keterbatassan Penelitian... 97
BAB V KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN... 98
A. Kesimpulan ... 98
B. Implikasi ……… 99
C. Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 101
commit to user
ix
Tabel :
Halaman
2.1 Diagram Intensi Guru Murid dalam Kegiatan Belajar
Mengajar………... 38
3.1 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas... 53
4.1 Katagori Siswa Dalam Mengerjakan Tugas………... 83
4.2 Katagori Proses Hasil Mengerjakan Tugas ………... 85
4.3 Katagori Siswa Dalam Nilai Tugas ………... 86
4.4 Hasil Observasi Terhadap Tugas Siswa... 87
4.5 Hasil Observasi Keaktifan Siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar 89 4.6 Hasil Tes Prestasi Belajar…………... 91
commit to user
x
Gambar Halaman
2.1 Alur Kerangka Pemikiran……….... 51
3.1 Desain Penelitian Tripp (1996)……… 55
4.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Madukara... 82
4.2 Grafik Peningkatan Siswa dalam Mengerjakan Tugas………... 88
commit to user
xi
Lampiran Halaman
1. Lembar Observasi Aktifitas Siswa Dalam KBM 104 2. Kisi-kisi/Layout Pedoman Wawancara 105 3. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Dengan Guru 107 4. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa 110 5. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa ( I ) 113 6. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa ( II ) 116 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 119 8. Alat Tes Prestasi Belajar Siklus I 141 9. Alat Tes Prestasi Belajar Siklus II 150 10. Alat Tes Prestasi Belajar Siklus III 158 11. Lembar Pengamatan Tugas Siswa 167 12. Lembar Pengamatan Tugas Siswa Pada Observasi Awal 169 13. Lembar Pengamatan Tugas Siswa Pada Siklus I 171 14. Lembar Pengamatan Tugas Siswa Pada Siklus II 173 15. Lembar Pengamatan Tugas Siswa Pada Siklus III 175 16. Presentasi Siswa Dalam Mengerjakan Tugas 177 17. Proses Hasil Kerja Siswa 179 18. Perkembangan Nilai Tugas Siswa 181 19. Lembar Pengamatan Perhatian Siswa dalam Kegiatan Belajar
Mengajar 183
20. Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa dalam Kegiatan Belajar
Mengajar 185
21. Lembar Pengamatan Kerjasama Siswa dalam Kegiatan Belajar
Mengajar 187
commit to user
xii
GATIT KARTIKA YULIANTI. Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika, Melalui Pemberian Bonus Nilai Tugas Siswa Kelas IXB SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun P elajaran
2008/2009. Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Apakah pemberian nilai bonus tugas dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009 ? (2) Apakah pemberian nilai bonus tugas dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009?
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini dilakukan selama 3 siklus, setiap siklus terdiri dari empat pertemuan dan setiap pertemuan selama 2 x 45 menit (90 menit). Setiap siklus tahapan yang dilakukan terdiri dari tahap: perencanaan (pla nning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Instrumen yang digunakan adalah (1) Lembar Tugas (2) Skenario pembelajaran (3) Alat evaluasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 100 % siswa mengalami peningkatan keaktifan dalam kegiatan belajar mengajar Matematika dan 86,1 % siswa mengalami peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Matematika. Mengacu pada indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan, maka penelitian tindakan dikatakan berhasil. Artinya pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa mata pelajaran Matematika di kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran 2008/2009.
commit to user
xiii
GATIT KARTIKA YULIANTI. Make-Up of Livelines and Achievement
Learning At Mathematics Subject, Through Bonus Gift Assess The Duty of Student of Class of IXB SMP Country 2 Madukara of Regency of Banjarnegara School
Year 2008/2009. Thesis, Program The Technological Study of Education,
Program The Pascasarjana Sebelas Maret Surakarta University.
This Research targets are to know ( 1) whether gift assess the duty bonus can improve the student livelines in subject of mathematics of student of class of IXB SMP Country 2 Madukara of Regency of Banjarnegara of School Year 2008/ 2009. (2) Whether/What gift assess the duty bonus can improve the achievement learn the mathematics of student of class of IXB SMP Country 2 Madukara of Regency of Banjarnegara of School Year 2008 / 2009.
Research of Classroom Action ( Classroom Action Research) this
conducted by during three cycle, each every cycle consisted of four meeting and each every meeting during 2 x 45 minute ( 90 minute). Each;Every step cycle conducted consisted of the phase : planning (planning), execution (acting),
observation (observing), and refleksi (reflecting). Instrument used by (1) Duty Sheet (2) Study Scenario (3) appliance evaluate.
Research result show that 100 % student experience of the make-up of livelines in activity learn to pursue the Mathematics and 86,1 % student experience of the make-up of achievement learn at Mathematics subject. Relate specified research efficacy indicator, hence action research told to succeed. Its meaning is bonus gift assess the duty can improve the livelines and achievement learn the student at Mathematics subject in class of IXB SMP Country 2
Madukara of Regency of Banjarnegara of school year 2008/2009.
Suggestion raised in this research first, for the research of furthermore ( a). require to be conducted action next cycle, to get the more depicting conclusion behavioral change of student which in fact. ( b). require to be conducted
commit to user
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana proses belajar mengajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU SISDIKNAS, 2003 : 3)
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan proses belajar
mengajar merupakan kegiatan yang paling utama. Berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan di sekolah banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar
mengajar yang dialami dan dicapai siswa sebagai peserta didik. Proses belajar
mengajar adalah suatu kombinasi pemberdayaan sumber daya yang meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pendidikan. Sumber daya manusia
yang terlibat dalam sistem proses belajar mengajar terdiri dari siswa, guru dan
tenaga kependidikan lainnya. Sumber daya material meliputi, buku-buku, papan
tulis, kapur, alat peraga, dan media proses belajar mengajar. Prosedur meliputi
jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik belajar, dan ujian.
Mata pelajaran Matematika oleh sebagian siswa dianggap sebagai ilmu
mata pelajaran yang sulit di pelajari dan bahkan ada yang menjadi momok yang
commit to user
menggunakan lambang, simbol, dan tanda-tanda yang dikemas dalam rumus dan
konsep-konsep yang jumlahnya tidak sedikit. Banyak siswa yang merasa bosan,
sama sekali tidak tertarik, bersikap pasif, bahkan benci terhadap mata pelajaran
Matematika, sehingga dengan cepat mereka akan melupakan apa yang telah di
pelajari, atau enggan belajar dan enggan mengerjakan tugas yang berakibat pada
rendahnya prestasi belajar.
Untuk meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar, maka perlu strategi yang tepat dan kreatif agar anak tertarik dan
terdorong untuk belajar. Kondisi seperti di atas bila tidak segera dicarikan
solusinya dapat berakibat menurunkan prestasi belajar siswa dan minat serta
perhatian siswa terhadap mata pelajaran Matematika.
Fenomena rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika, seperti di atas juga terjadi di SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten
Banjarnegara. Selama tiga kali ulangan umum dari tahun pelajaran 2005/2006
sampai dengan 2006/2007, prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika
menunjukan grafik yang rendah dan menurun, baik nilai rata-rata, nilai tertinggi
maupun nilai terendah yang dicapai siswa..
Berdasarkan data yang ada, penurunan dan rendahnya prestasi belajar
siswa SMP Negeri 2 Madukara pada mata pelajaran Matematika selama 3
semester terbukti sangat signifikan sekali, yaitu perbandingan antara hasil nilai
ulangan umum mata pelajaran Matematika dengan mata pelajaran Fisika selama 3
commit to user
obyektif tersebut, maka sebagai guru Matematika peneliti merasa bertanggung
jawab untuk memperbaikinya, agar prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika meningkat di waktu-waktu mendatang. Mata pelajaran matematika
diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung di
dalam Matematika itu sendiri, tetapi Matematika diajarkan pada dasarnya
bertujuan untuk membantu melatih pola pikir semua siswa agar dapat
memecahkan masalah dengan kritis, logis, cermat dan tepat. Disamping itu juga
agar dapat terbentuk kepribadiannya serta terampil menggunakan konsep
Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam rangka mencari solusi dari
permasalahan tersebut peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama, peneliti mencari data pembanding apakah kondisi seperti
tersebut juga dialami oleh siswa lain di sekolah yang sama dan sekolah lain yang
satu tipe. Hasil wawancara dengan guru lain di SMP Negeri 2 Madukara , guru
SMP Negeri 1 Madukara ,dan guru di SMP Negeri 2 Pagentan, ternyata
menghadapi permasalahan yang sama dimana prestasi belajar siswa rendah dan
siswa terlihat kurang tertarik dan apatis terhadap mata pelajaran Matematika.
Kedua, peneliti melakukan kolaborasi dengan guru Matematika lain di
sekolah yang sama yaitu SMP Negeri 2 Madukara untuk membicarakan akar
permasalahan yang menyebabkan rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran Matematika. Hasil kolaborasi antara guru Matematika dan
peneliti, diperoleh beberapa asumsi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa
commit to user
1. Kecerdasan siswa rendah, karena siswa SMP Negeri 2 Madukara berasal dari
kalangan masyarakat pedesaan.
2. Siswa tidak memiliki waktu belajar di rumah, karena kebiasaan anak desa bila
di rumah membantu orang tuanya, mengingat kesadaran orang tua terhadap
pendidikan anak masih rendah.
3. Siswa tidak menyukai mata pelajaran Matematika yang disebabkan oleh
perilaku guru atau materi yang sulit..
4. Strategi proses belajar mengajar yang kurang tepat, sehingga siswa sulit untuk
memahami pelajaran.
5. Kurangnya sarana dan prasarana proses belajar mengajar Matematika di
sekolah, sehingga proses belajar mengajar kurang dapat membantu siswa
untuk memahami materi yang disampaikan guru.
Ketiga, melakukan analisis terhadap beberapa asumsi akar permasalahan
tersebut agar diperoleh akar permasalahan yang tepat, sehingga perlakuan yang
dilakukan terhadap siswa benar-benar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Hal ini dilakukan karena sulit untuk melakukan semua asumsi tersebut. Bahkan
bila semua asumsi tersebut dilakukan, justru dapat menambah beban siswa.
Analisis akar permasalahan dilakukan dengan cara studi dokumentasi, wawancara
dan pengamatan. Hasil kolaborasi antara peneliti dengan guru Matematika,
disepakati analisis terhadap akar permasalahan tersebut sebagai berikut :
1. Ceking kecerdasan siswa. Asumsi pertama penyebab rendahnya prestasi
commit to user
kecerdasan yang rendah. Karena peneliti tidak memiliki alat ukur kecerdasan
yang standar, maka hanya dilakukan membandingkan prestasi belajar
Matematika dengan mata pelajaran lain yang serumpun, seperti Fisika, dan
Biologi. Hasil penelitian terhadap dokumen hasil belajar (daftar nilai dan
laporan hasil ulangan umum semester) pada mata pelajaran Fisika dan Biologi
(IPA), menunjukan bahwa 75 % siswa mendapatkan nilai ulangan harian
antara 6.50 – 7.50 dan 25 % siswa mendapat nilai > 7.50. Berdasarkan data
tersebut kolaborator menyimpulkan bahwa sebenarnya kecerdasan siswa tidak
rendah. Dengan demikian disimpulkan bahwa sebenarnya prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran Matematika masih dapat ditingkatkan dengan
memilih strategi proses belajar mengajar yang tepat.
2. Ceking waktu belajar siswa. Asumsi kedua, bahwa penyebab rendahnya
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika adalah siswa tidak
memiliki waktu belajar di rumah, karena membantu orang tuanya berkebun.
Pengecekan dilakukan dengan cara wawancara dengan siswa dan orang tua
siswa meskipun tidak seluruhnya Secara kebetulan > 85 % siswa tinggal di
sekitar sekolah. Hasil wawancara dengan orang tua siswa diperoleh data
bahwa 90 % memiliki waktu yang cukup untuk belajar di rumah, karena anak
membantu orang tua hanya pada siang hari. Demikian juga hasil wawancara
dengan siswa menunjukan bahwa semua siswa mengaku sebenarnya mereka
memiliki waktu yang cukup untuk belajar di rumah. Namun hanya < 30 %
siswa yang mengaku belajar di rumah. Berdasarkan data tersebut disimpulkan
commit to user
cukup untuk belajar di rumah. Guru sebaiknya mencari media agar anak dapat
belajar di rumah dengan baik.
3. Ceking sikap siswa terhadap mata pelajaran Matematika. Asumsi ketiga
bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika
adalah anak tidak suka pada mata Matematika. Untuk mengetahui sikap anak
tersebut juga dilakukan wawancara dengan siswa. Hasil wawancara
menunjukan bahwa > 95 % siswa mengaku suka terhadap mata pelajaran
Matematika, hanya mereka merasa kesulitan untuk memahami mata pelajaran
tersebut. Guru perlu mencari solusi agar siswa terbantu dan merasa lebih
mudah belajar Matematika..
4. Ceking proses belajar mengajar Matematika. Asumsi keempat, mengatakan
bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika,
karena strategi proses belajar mengajar yang kurang tepat. Ceking dilakukan
dengan wawancara dengan siswa dan evaluasi diri. Hasil evaluasi diri yang
dilakukan oleh guru Matematika menunjukan bahwa sebagian besar materi
Matematika disampaikan dengan ceramah dan membahas soal. Hasil
wawancara dengan siswa diperoleh data bahwa 80 % siswa mengaku selama
proses belajar mengajar Matematika, mereka kurang bersemangat, ingin cepat
selesai dan kurang memahami guru. Untuk itu perlu dicarikan solusi
peningkatan proses belajar mengajar siswa baik di sekolah maupun diluar
commit to user
5. Ceking sarana proses belajar mengajar Matematika. Asumsi kelima,
mengatakan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika disebabkan kurangnya sarana proses belajar mengajar
Matematika, sehingga siswa sulit untuk memahami materi proses belajar
mengajar. Pengecekan dilakukan dengan cara inventarisasi sarana proses
belajar mengajar yang dimiliki sekolah dan siswa. Hasil inventarisasi
menunjukan bahwa sebenarnya meskipun sederhana sarana proses belajar
mengajar Matematika dianggap cukup. Misalnya : alat peraga, alat pelajaran,
buku paket dan LKS ada. Hal yang diperlukan adalah pemberdayaan sarana
tersebut secara lebih efektif, sehingga dapat membantu siswa untuk
mempelajari Matematika dengan lebih mudah.
Keempat, mencari alternatif pemecahan masalah. Berdasarkan hasil
pengecekan terhadap asumsi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran Matematika tersebut, dalam kolaborasi disepakati bahwa akar
permasalahan yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika adalah faktor strategi proses belajar mengajar Matematika
yang kurang tepat, baik di kelas maupun diluar kelas.
Dalam kolaborasi disepakati bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa perlu dilakukan upaya mengelola proses belajar mengajar dengan lebih
kreatif, sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar
commit to user
Dalam kolaborasi disepakati bahwa untuk mengatasi masalah kesulitan
memahami matematika siswa harus banyak berlatih, sehingga perlu
meningkatkan keaktifan siswa melalui latihan-latihan soal secara intensif pada
mata pelajaran Matematika. Beberapa usulan yang muncul dalam kolaborasi
sebagai alternatif pemecahan masalah tersebut antara lain :
1. Pemberian pekerjaan rumah (PR) setiap selesai proses belajar mengajar.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan Lembar Kerja Siswa (LKS)
3. Menambah jam pelajaran pada sore hari
4. Belajar kelompok.
Kelima, menetapkan rencana tindakan. Semua alternatif tersebut pada
dasarnya dapat diterima, namun yang menjadi masalah adalah siswa kurang
tertarik untuk melakukan mengerjakan latihan soal, baik melalui pekerjaan
rumah, LKS maupun penambahan jam pelajaran. Solusinya perlu dicarikan
strategi agar siswa tertarik dan termotivasi untuk melakukan latihan-latihan soal
Matematika, karena dengan seringnya siswa melakukan latihan soal-soal
Matematika siswa akan semakin paham dan jelas terhadap cara mengerjakan soal
pada setiap materi Matematika.
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, perlu dilakukan peningkatan
keaktifan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar dengan cara banyak
melakukan latihan soal,dan dengan cara pemberian bonus nilai tugas Matematika
commit to user
Siswa dalam mempelajari Matematika harus dapat mandiri terhadap
pemahaman unsur-unsur Matematika. Siswa belajar untuk menghargai dan
mencintai Matematika karena mereka memiliki keyakinan tentang bagaimana
caranya merumuskan dan menggunakan sarana Matematika manakala diperlukan.
Dalam kegiatan proses belajar mengajar ini guru lebih berperan sebagai fasilitator
daripada sebagai penceramah atau pengajar, dan para siswa sendirilah yang aktif
mencari, menyelidiki, merumuskan, menguji, membuktikan, mengaplikasikan,
menjelaskan dan sebagainya. Kegiatan semacam itu biasanya terlaksana melalui
keaktifan siswa, seperti kerja kelompok, diskusi, presentasi dan lain-lain.
Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2003 : 2). Seorang siswa dalam melakukan belajar dipengaruhi oleh banyak
faktor yang dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar meliputi faktor jasmaniah, psikologis dan faktor kelelahan. Faktor
psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan
kesiapan. Faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar individu, meliputi
faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dalam kegiatan proses belajar, guru haruslah memperhatikan apa yang
dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik, mempunyai motif untuk
berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan
commit to user
dengan cara memberikan latihan soal atau tugas. Tugas tersebut diharapkan dapat
menambah kesempatan siswa untuk mencoba menyelesaikan masalah yang
dihadapinya secara mandiri.
Seringkali dalam tugasnya sehari-hari, guru harus berhadapan dengan
siswa-siswa yang prestasi akademiknya rendah dan tidak sesuai dengan harapan.
Untuk dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, siswa harus memiliki
motivasi yang tinggi, minat terhadap mata pelajaran dan aktif dalam kegiatan
proses belajar mengajar. Pada umumnya guru menginginkan kelas yang penuh
dengan siswa-siswa yang mempunyai motivasi intrinsik. Menurut kenyataan tidak
demikian, karena itu guru harus menghadapi tantangan untuk dapat
membangkitkan motivasi siswa, minat, menarik dan mempertahankan
perhatiannya, mengusahakan agar siswa harus mau mempelajari materi yang
diharapkan untuk dipelajarinya. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah
dengan memberikan penghargaan atau intensif atas keberhasilan siswa, dapat
berupa pujian, angka yang baik dan sebagainya, sehingga siswa terdorong untuk
melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan pengajaran.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian tentang peningkatan keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran
Matematika melalui pemberian bonus nilai tugas siswa dalam kegiatan proses
commit to user B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, mengingat
keterbatasan yang ada pada peneliti, maka masalah dalam penelitian ini hanya
dibatasi pada permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika siswa kelas IX B
SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran
2008/2009 ?.
2. Apakah pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan prestasi belajar
Matematika siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten
Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009 ?.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini secara
empiris bertujuan :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum diadakannya penelitian ini adalah :
a. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
Matematika melalui pemberian bonus nilai tugas pada siswa SMP di
Kabupaten Banjarnegara.
b.Untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika melalui pemberian
commit to user
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus diadakannya penelitian ini adalah :
a. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
Matematika melalui pemberian bonus nilai tugas pada siswa kelas IX B
SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008 /
2009.
b. Untuk meningkatkan prestasi belajar Matemetika melalui pemberian
bonus nilai tugas pada siswa SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten
Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008 / 2009.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pada
umumnya dan khususnya untuk pengembangan proses belajar mengajar
Matematika. Beberapa manfaat yang diharapkan antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan
tentang pengaruh pemberian penghargaan / insentif terhadap keaktifan
dan prestasi belajar Matematika.
b. Sebagai bahan kajian dan referensi bagi peneliti lain yang akan
commit to user
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan yang berguna bagi para guru, bahwa guru sangat
berperan mengaktifkan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar
khususnya pelajaran Matematika.
b. Guru dapat lebih berperan sesuai dengan fungsinya, senantiasa mampu
dan siap merancang kegiatan proses belajar mengajar yang berhasil guna
dan berdaya guna, serta mengarahkan kegiatan belajar siswa agar
commit to user BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Keaktifan Belajar
Siswa adalah suatu organisasi yang hidup. Dalam dirinya terkandung
banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang.
Dalam diri masing-masing siswa tersebut terdapat prisnsip aktif yakni
keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah
lakunya. Proses belajar mengajar perlu mengarahkan tingkah laku menuju ke
tingkat perkembangan yang diharapkan. Siswa memiliki
kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang perlu mendapat kepuasan, dan
oleh karenanya memberikan dorongan berbuat/tindakan tertentu. Tapi suatu
saat kebutuhan itu bisa berubah dan bertambah sehingga varietasnya menjadi
bertambah besar. Dengan sendirnya perubahan itupun menjadi banyak
ragamnya. Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati,
dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja siswa memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya termasuk
sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran
dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan akses keaktifan
(aktifitas) dalam proses belajar dan proses belajar mengajar, untuk mencapai
commit to user
a. Jenis-Jenis Aktifitas
Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan
klasifikasi. Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2001 : 90) membagi
kegiatan belajar menjadi 8 (delapan) kelompok sebagai berikut :
1) Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar-gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, pemeran, mengamati orang
bekerja atau bermain.
2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : mengemukakan fakta atau
prinsip-prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan
suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
4) Kegiatan-kegiatan menulis : menulis cerita, laporan, memeriksa
karangan, bahan-bahan copy, membuat sketsa, atau rangkuman,
mengerjakan tesis.
5) Kegiatan-kegiatan menggambar : menggambar, membuat grafik,
diagram, peta, pola.
6) Kegiatan-kegiatan metrik : melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelengarakan permainan
commit to user
7) Kegiatan-kegiatan mental : merenungkan, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan
hubungan-hubungan, membuat keputusan.
8) Kegiatan-kegiatan emosional : minat membedakan, berani, tenang dan
sebagainya.
b. Manfaat Aktifitas dalam Proses Belajar Mengajar
Penggunaan asas aktivitas dalam proses belajar mengajar memiliki
manfaat tertentu, antara lain :
a) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
b) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.
c) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa, yang
pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.
d) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri
sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan
individual.
e) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan
kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.
f)Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan
hubungan antara guru dengan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam
pendidikan siswa.
g) Proses belajar mengajar dan kegiatan belajar dilaksanakan secara
realistik dan konkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan
commit to user
h) Proses belajar mengajar dan kegiatan belajar menjadi hidup
sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh
dinamika.
c. Upaya Melaksanakan Aktivitas dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses
belajar mengajar,alternatif pendayagunaannya antara lain sebagai berikut :
1) Pelaksanaan aktivitas kegiatan belajar mengajar dalam kelas.
Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap kegiatan tatap muka
dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung,
kegiatan kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen.
2) Pelaksanaan aktivitas proses belajar mengajar sekolah masyarakat.
Pelaksanaan proses belajar mengajar dilakukan dalam bentuk
membawa kelas ke dalam masyarakat, melalui metode karyawisata,
survei, kerja pengalaman, pelayanan masyarakat, berkemah,
berproyek dan sebagainya.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
Aktivitas siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat siswa,
baik yang bersifat efektif seperti rasa/sikap percaya diri, motivasi dan
minat maupun yang bersifat kognitif seperti bakat dan kecerdasannya.
commit to user
1) Sikap Percaya Diri
a). Pengertian Sikap Percaya Diri
Sikap merupakan kecenderungan seseorang dalam melakukan
aktifitas.Tiap-tiap manusia memiliki karakteristik dan kepribadian
masing- masing.Sikap percaya diri yang dimiliki seseorangpun
berbeda-beda.La Pierre dalam Allen,Guy dan Edgley yang
dikutip Saifudin Azwar (2005:5) mendefinisikan sikap sebagai
pola perilaku,kondisi atau kesiapan antisipatif,predisposisiuntuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial,atau secara sederhana sikap
adalah respon terhadap stimuli sosial yang tidak
dikondisikan.Sedangkan Secord dan
Backman
dalam SaifudinAzwar (2005:5) mendefinisikan sikap sebagai keturunan tertentu
dalam hal perasaan (afeksi),pemikiran (kognisi) dan predisposisi
tindakan (konasi) seseorang terhadap lingkungan di
sekitarnya.Menurut kerangka pemikiran tersebut sikap merupakan
konstelasi dari komponen-komponen kognitif,afektif dan konatif
yang saling berinteraksi dalam memahami,merasakan dan
berperilaku terhadap suatu obyek,perilaku dan individu.
Sikap percaya diri sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan
tujuan.Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu
commit to user
individu.Adanya Tujuan yang jelas dan disadari,akan
mempengaruhi kebutuhan,dan ini akan mendorong timbulnya
sikap percaya diri..Jadi tujuan akan dapat membangkitkan
berkembangnya sikap percaya diri.
Menurut Blair dan Simpson dalam Oemar Hamalik (2005 : 29)
bahwa belajar dengan rasa percaya diri dan rasa senang merupakan
sikap yang paling penting dalam pencapaian prestasi belajar.Sikap
tersebut dapat menggerakkan atau mendorong seseorang dalam
melanjutkan kegiatan belajarnya di luar proses belajar di sekolah.
Sikap percaya diri merupakan kemampuan seseorang yang
mendasar terhadap suatu kegiatan. Sikap percaya diri menjadi
salah satu penyebab suatu kegiatan yang dilakukan dan sebagai
penyebab partisipasinya dalam suatu kegiatan.
Norman dalam Muhibbin Syah (1955 : 165) mengemukakan
bahwa baik percaya diri maupun sikap mudah mempengaruhi
manusia bereaksi/bertindak dalam cara-cara tertentu, yang dapat
melalui proses belajar mengajar dan mungkin dengan perasaan dan
emosi, namun sikap percaya diri biasanya mengarah lebih aktif.
Strong (2001 : 142) mengemukakan bahwa sebuah sikap
percaya diri yang disertai dengan perasaan senang dan
kecenderungan yang dinamik untuk mencari obyek atau
commit to user
Suatu pengukuran mengenai sikap percaya diri seseorang
juga merupakan pengukuran mengenai apa yang akan dilakukan
seseorang Dengan demikian dapat diartikan pula bahwa untuk
mengukur sikap percaya diri seseorang dapat diketahui dari
perilaku individu tersebut, kecenderungan berperilaku
dipengaruhi perasaan senang yang mendahului tindakannya.
Menurut Norman dan Strong keduanya cenderung pada
pengertian sikap percaya diri yang lebih memfokuskan pada
aspek afektif berupa perasaan yang positif. Misalnya sikap
percaya diri siswa dalam mempelajari Matematika berarti
didalam dirinya muncul suatu perasaan percaya dan senang
sehingga perasaan tersebut akan menentukan tindakannya untuk
memahami obyek (mata pelajaran Matematika).
Pengertian sikap percaya diri ini menunjukkan bahwa segala
sesuatu atau obyek yang diinginkan individu ada hubungannya
dengan keberadaan individu tersebut. Jadi sikap percaya diri
adalah kesadaran dalam memberikan stimuli yang mendorong
seseorang untuk tertarik kepada sekelompok hal. Definisi ini
hampir sama dengan pengertian diatas, munculnya ketertarikan
individu terhadap sesuatu hal didukung oleh kesadarannya tanpa
rangsangan - rangsangan yang dapat memperkuat obyek.
Berdasarkan batasan-batasan tersebut dapat disimpulkan
commit to user
dalam situasi sosial yang mencakup perasaan, penalaran dan
tindakan seseorang terhadap aspek lingkungan di sekitarnya.
Sikap percaya diri adalah perilaku/perbuatan yang berdasarkan
keyakinan diri sendiri dan tidak dapat dipengaruhi oleh
pihak/orang lain dalam pemecahan masalah.
b) Ciri-Ciri Sikap Percaya Diri
Menurut Sax dalam Saefuddin Azwar (2005 : 25)
menunjukan beberapa karakteristik sikap yaitu : 1) arah, 2)
intensitas, 3) keleluasaan, 4) konsistensi dan 5)
spontanitas.Masing – masing karakteritik sikap dapat dijelaskan
sebagai berikut :
(1) Sikap memiliki arah, maksudnya sikap dapat dibagi
menjadi dua bagian yang sangat jelas, yaitu bagian setuju
atau tidak setuju, bagian memihak atau tidak memihak
terhadap suatu obyek sikap.
(2) Orang yang setuju, memihak terhadap suatu obyek yang
arahnya positif, sedangkan orang yang tidak setuju
memihak terhadap suatu obyek yang arahnya negatif.
(3) Sikap memiliki intensitas, maksudnya kekuatan sikap
terhadap suatu obyek belum tentu sama, walaupun arahnya
commit to user
(4) Dua orang yang sama – sama tidak suka terhadap suatu
obyek dan sama – sama memiliki sikap yang berarah
negatif, belum tentu memiliki intensitas yang sama.
(5) Sikap memiliki keleluasaan, maksudnya sikap kesetujuan
atau ketidak setujuan terhadap suatu obyek hanya dapat
mengenai aspek yang sangat spesifik, tetapi dapat pula
mencakup banyak aspek yang ada pada suatu obyek.
(6) Sikap memiliki konsistensi, maksudnya adanya kesesuaian
antara pernyataan sikap dengan respon terhadap suatu
obyek, sikap tersebut diperlihatkan oleh kesesuaian sikap
antar waktu dan dipertahankan dalam waktu yang relatif
lama.
(7) Sikap bersifat spontanitas, maksudnya menyangkut sejauh
mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara
spontan, sikap spontanitas yang tinggi terjadi apabila
dinyatakan secara terbuka tanpa adanya desakan terhadap
individu terlebih dahulu.
Menurut Gredler (2001 : 457) siswa yang memiliki sikap
percaya diri tinggi cenderung memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, rasa tanggung jawab dan memiliki kemauan yang kuat,
sehingga dalam proses belajar mengajar akan bergairah dan
commit to user
rendah cenderung bersikap malas, minder dan sangat
bergantung pada guru, selanjutnya pencapaian hasil belajar
rendah.
Siswa cenderung tidak dapat melihat masalah dengan jelas,
berpola pikir linier, mudah menyerah dan tidak memiliki
pendirian dan keyakinan yang kuat, tidak berani mengambil
resiko, dan tidak bisa mengambil keputusan. Pola pemikirannya
tidak terbiasa memikir untuk menemukan banyak alternatif
dalam memahami setiap persoalan yang dihadapi, sehingga jika
satu alternatif yang dianggap benar ternyata tidak berhasil
memecahkan masalah, maka siswa akan menyerah. Kondisi
demikian akan semakin menurunkan sikap percaya diri siswa
yang pada akhirnya hasil belajar yang dicapai menurun.
2). Motivasi Belajar
a). Pengertian Motivasi
Motivasi adalah dorongan dari dalam yang menimbulkan
kekuatan individu untuk bertindak atau bertingkah laku guna
memenuhi kebutuhan (Sardiman 2002 : 96).
Menurut W.S. Winkel (2003 : 27) bahwa kekuatan yang
mendorong individu untuk melakukan aktivitas demi
tercapainya suatu tujuan disebut motiv, sedangkan motiv baru
commit to user
(sudah melakukan aktivitas), sedangkan motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar dan yang memberi arah kegiatan belajar
itu, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.
Ngalim Purwanto ( 2005 : 60) mengemukakan bahwa
motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakan,
mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia
terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Seseorang yang mempunyai motivasi tertentu, akan lebih
berminat untuk mencapai tujuan. Demikian juga dengan siswa
yang memiliki motivasi belajar, berarti ia telah mempunyai
minat belajar maka siswa menjadi termotivasi untuk belajar.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi
menunjuk pada suatu keadaan yang menyebabkan seseorang
untuk melakukan suatu aktivitas tertentu sebagai pencerminan
pelaksanaan minat untuk mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya.
commit to user
individualis behavior to wards an end or goal,consiostly
apprehended or unconsiostly.”
Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang
akan dicapai, dalam menentukan tujuan itu disadari atau
tidak,bahwa untuk mencapai tujuan itu perlu
berbuat,sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah
motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat
mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya
mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan
/menunjang belajar. Motif – motif di atas dapat juga
ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan
- latihan / kebiasaan - kebiasaan yang kadang-kadang juga
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.Dari uraian di atas
jelaslah bahwa motif yang kuat sangatlah perlu di dalam
belajar,dalam membentuk motif yang kuat itu dapat
dilaksanakan dengan adanya latihan – latihan / kebiasaan –
kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat,jadi
latihan / kebiasaan itu sangat perlu di dalam belajar.
Menurut Slameto (2003 : 26) ada motif keberhasilan
(achievement motivation) yang mendorong seseorang
commit to user
(a)Dorongan kognitif
Termasuk dalam dorongan kognitif adalah kebutuhan untuk
mengetahui, untuk mengerti, dan untuk memecahkan
masalah. Dorongan kognitif timbul di dalam proses
interaksi antara siswa dengan tugas / masalah.
(b)Harga diri
Ada siswa tertentu yang tekun belajar melaksanakan tugas
– tugas bukan terutama untuk memperolah pengetahuan
atau kecakapan,melainkan untuk memperoleh status dan
harga diri.
(c) Kebutuhan berafiliasi
Kebutuhan berafiliasi sukar dipisahkan dari harga diri. Ada
siswa yang berusaha menguasai bahan pelajaran atau
belajar dengan giat untuk memperoleh
pembenaran/penerimaan dari teman-temannya atau dari
orang lain yang dapat memberikan status padanya. Siswa
senang bila orang lain menunjukan pembenaran pada
dirinya, dan oleh karena itu ia giat belajar, melakukan
tugas-tugas dengan baik, agar memperoleh pembenaran
tersebut.
commit to user
b) Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah motivasi yang muncul dari dalam diri individu (Norhadi,
2002 : 154).
Motivasi intrinsik adalah keinginan berindak yang
disebabkan oleh faktor dari dalam individu ( Elida Prayitno,
1999 : 154 ). Siswa yang termotivasi secara intrinsik,
aktivitasnya dalam belajar lebih baik dari pada siswa yang
termotivasi secara ekstrinsik. Siswa yang memiliki motivasi
intrinsik menunjukan ketekunan dan aktivitas yang tinggi dalam
belajarnya.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul karena
dorongan dari luar dirinya (Norhadi, 2002 : 154). Sebenarnya
antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik saling
menambah atau memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat
membangkitkan motivasi intrinsik.
c) Fungsi motivasi
Dibalik setiap perbuatan seseorang terdapat suatu motivasi
yang mendorong untuk berbuat. Menurut Gagne “ Motivation is
commit to user
konidisi yang utama dalam belajar (dikutip oleh Norhadi, 2002 :
153). Motivasi mempunyai tiga fungsi, yaitu :
(1) Sebagai penggerak untuk melepas energi sehingga
mendorong manusia untuk berbuat.
(2) Sebagai pemberi arah perbuatan pada tujuan yang akan
dicapai.
(3) Sebagai penentu perbuatan yang melalui seleksi dan
prioritas perbuatan.
d). Karakteristik Motivasi
Menurut Elda Prayitno (2000:26-28) bahwa karakteristik
motivasi ada lima macam, antara lain :
(1)Tingkah laku yang bermotivasi adalah digerakkan
Pendorong tingkah laku tersebut adalah kebutuhan dasar
atau kebutuhan yang dipelajari. Kebutuhan dasar misalnya
makan dan minum. Kebutuhan yang dipelajari misalnya
pujian. Oleh karena itu bila anak bertingkah laku berarti
sedang memenuhi kebutuhan. Dalam hal tersebut tampak
bahwa tingkah laku itu penuh arti.
(2)Tingkah laku yang bermotivasi memberi arah
Anak – anak berusaha untuk menyelesaikan tugas rumah
atau sekolah, mengembangkan hubungan sosial dan aktif
commit to user
yang terarah. Semua pekerjaan tersebut dilakukan karena
adanya motivasi yang mengarahkan tingkah lakunya.
(3) Motivasi menimbulkan intensitas bertindak
Dengan adanya motivasi akan mengakibatkan intensitas
bertingkah laku bertambah.Karena dengan motivasi
tersebut seseorang akan semakin kuat keinginannya untuk
memenuhi kebutuhannya.
(4) Motivasi adalah selektif
Karena tingkah laku memiliki arti dan terarah pada
tujuan,maka seseorang memilih tingkah laku yang paling
efektif untuk mencapai tujuannya.
(5) Motivasi merupakan kunci pemuas kebutuhan
Untuk memotifasi secara fisik atupun phsikis,anak harus
merasa ada yang kurang pada dirinya.Bila hal demikian
dirasakan,maka anak akan termotivasi untuk memenuhi
kebutuhannya.
3). Minat
a). Pengertian Minat
Minat merupakan salah satu aspek mental yang sangat
besar pengaruhnya terhadap proses belajar seseorang. Bila
seseorang berminat terhadap satu obyek, maka ia akan
commit to user
obyek atau hal tersebut sebaik-baiknya. Misalnya, bila siswa
menaruh minatnya terhadap pelajaran Matematika maka ia
akan memusatkan segala perhatiannya terhadap pelajaran
tersebut.
Oleh karenanya minat akan membawa dampak terhadap
perolehan belajar, yang oleh Sax, dikatakan dapat membantu
atau bahkan mempersulit balajar. Karena menurutnya minat
adalah kesukaan terhadap sesuatu kegiatan melebihi kegiatan
lainnya (Sax 2000 : 273).
Minat juga didefinisikan sebagai “motiv yang
menunjukan arah perhatian seseorang terhadap obyek yang
menarik atau menyenangkan” (Skinner, 2005 : 455). Fryr
dalam Wayan Nurkancana (2002 : 229) mengartikan minat
sebagai “Gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau
aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu”.
Saiful Bachri Djamarah (2000 : 48) menyebutnya sebagai
suatu “kecenderungan tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas”.Minat adalah rasa suka atau
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh (Slameto, 2003 : 182).
Minat merupakan kecenderungan afektif seseorang untuk
commit to user
sebagai salah satu aspek tingkah laku afektif, minat memiliki
ciri-ciri yang antara lain berasosiasi dengan aktivitas, bersifat
tetap dan terus menerus, mempunyai intensitas dan
kecenderungannya untuk menerima atau menolak melakukan
aktivitas (Aiken, 2005 : 236).
Minat merupakan suatu respon mulai dari yang paling
disukai, sedikit disukai, sampai pada respon yang sama sekali
tidak disukai.
Bila sangat disukai akan menyebabkan minat dan bila
sangat tidak disukai dapat menimbulkan keengganan.Orang
akan selalu belajar dengan baik pada hal-hal yang disukainya,
dan akan enggan pada hal yang tidak disukainya.
b) Jenis-jenis minat
Dari banyak pengertian tentang minat dapat dikatakan
bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa yang sifatnya
aktif dan senantiasa berhubungan dengan kemauan, aktivitas
dan perasaan senang, yang semuanya memiliki potensi
membangkitkan individu untuk memilih, menentukan,
memperhatikan serta berhubungan dengan sesuatu yang datang
dari luar. Sebagai aspek kejiwaan yang cenderung tidak
tampak, minat dapat memanifestasi dalam beberapa bentuk,
commit to user
(1) Ekpressed Interest, yaitu minat yang dapat diketahui dari
pernyataan responden subyek tentang obyek dan
pekerjaan yang disenangi.
(2) Manifested Interest yaitu minat yang dapat diketahui dari
pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan yang sering
dilakukan subyek.
(3)Tested Interest, yaitu minat yang diketahui melalui
kesimpulan dari hasil test obyektif.
(4)Inventoried Interest, yaitu minat yang diketahui melalui
daftar isian terhadap obyek yang disediakan, yang dipilih
oleh subyek minat (Crites, dalam Sianturi, 2006 : 28).
Sedangkan Sax (2000 : 474) mengelompokkan menjadi
dua jenis, yaitu : (1). Minat yang dinyatakan, dan (2). Minat
yang dilaksanakan. Jadi suatu minat dapat diekspresikan
melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa sesuatu
atau hal lebih disukai lebih dari pada sesuatu hal lainnya, dan
dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam sebuah
aktifitas.
c) Indikator Minat
Minat pada dasarnya adalah sikap menerima akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri tanpa
commit to user
Sesuatu diluar dapat berupa benda, orang, hal atau peristiwa,
yang semuanya disebut dengan obyek minat. Sebagai
rangsangan yang terkondisi, minat berkaitan erat dengan
obyek sasaran yang diungkapkan dengan rasa senang dan
tidak senang terhadap suatu aktifitas, hal atau peristiwa yang
berada di sekitarnya. Seseorang yang mempunyai minat
terhadap sesuatu, misalnya, dapat dilihat dari seberapa kuat
hubungan antara dirinya dengan hal yang menjadi obyek
minatnya. Kekuatan hubungan tersebut dapat menunjukan
kualitas minat dari yang terendah sampai dengan tingkat yang
tertinggi, yang dapat dilihat dari indikator-indikator minat
yang tampak.
Dari beberapa definisi tentang minat, dapat ditegaskan bahwa
minat merupakan gejala kejiwaan (afektif) seseorang yang
menyebabkan adanya dorongan untuk menjalin hubungan
tertentu dengan obyek minatnya. Hubungan tersebut ditandai
dengan perasaan senang atau suka, tertarik, penuh perhatian,
selalu ingin tahu dan berusaha mendekat untuk mendapatkan
informasi, serta selalu berupaya menyesuaikan diri dan
berhubungan lebih aktif lagi dengan obyek minat sebagai
pilihan aktifitasnya. Indikator-indikator inilah yang menjadi
commit to user
4) Bakat
Bakat atau Aptitude menurut Hilgard dalam Slameto (2005 :
57) adalah : “the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat
adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
berlatih. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang (Muhibbin Syah 2005 : 135). Dengan demikian
sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam arti berpotensi
untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan
kapasitas masing-masing Michael (1960) dalam Sumadi
Suryabrata (2001 : 160) mendefinisikan bakat sebagai berikut :
“An aptitude may be defined as a person’s capacity,or hypothetical
potential, for acquisition of a certain more or less weeldefined
pattern of behaviorinvelved has had little or no previous training”.
Jadi Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan
individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali
tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.
Woodwort dan Marguis (1957) dalam Sumardi Surya brata
(2005 : 161) memasukkan bakat (aptitude) dalam kemampuan
(ability). Menurut dia Ability mempunyai tiga arti yaitu :
a) Achievement yang merupakan Actual Ability, yang dapat
commit to user
b) Capacity yangmerupakan Potential Ability, yang dapat diukur
secara tida langsung dengan melalui pengukuran terhadap
kecakapan individu, dimana kecakapan ini berkembang dengan
perpaduan antara dasar dengan Training yang intensif dan
pengalaman.
c) Aptitude, yaitu kualitas yang dapat diungkap/diukur dengan tes
khusus yang sengaja dibuat untuk itu.
5). Kecerdasan/Intelegensi
J.P Chaplin dalam Slameto (2003 : 55) memberikan
pengertian Intelegensi sebagai berikut :
a) The ability to meet and adapt to novel situations quickli and
effectively.
b) The ability to utilize abstract concepts effectively.
c) The ability to grasp relationships and to learn quickly.
Intelegensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu :
(1) Kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam
situasi yang baru dengan cepat dan efektif,(2)
Mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui realisasi dan mempelajarinya dengan cepat,(3)
Mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
commit to user
intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang
tingkat intelegensinya rendah. Walaupun begitu siswa dengan
tingkat intelegensi tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya.
Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang
komplek dengan banyak faktor yang mempengaruhinya,
sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor diantara faktor yang
lainnya. Jika faktor lain itu bersifat menghambat/berpengaruh
negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya.
Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat
berhasil baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya
belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan
faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya memberi pengaruh
yang positif.
Pengetahuan mengenai tingkat kemampuan intelektual atau
intelegensi siswa akan membantu pengajar menentukan apakan
siswa mampu mengikuti kegiatan proses belajar mengajar, serta
meramalkan keberhasilan atau gagalnya siswa yang bersangkutan.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa prestasi siswa tidak
semata-mata ditentukan oleh tingkat kemampuan intelektualnya.
e. Tolak ukur kadar keaktifan siswa dalam belajar
Cara apapun yang digunakan pada waktu belajar mengandung
commit to user
Untuk dapat mengukur kadar keaktifan siswa dalam belajar,
berikut ini dikemukakan beberapa pendapat dari para pakar :
1). Mc Keachie (Student Centered versus Instructor. Centered
Instruction, 1954) mengemukakan tujuh dimensi dalam proses
belajar mengajar dimana terdapat variasi kadar keaktifan siswa
sebagai berikut :
a) Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajar
mengajar.
b) Penekanan pada aspek afektif dalam pengajaran.
c) Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, utama yang berbentuk interaksi antar siswa.
d) Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa
yang kurang relevan atau salah.
e) Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok.
f) Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk
mengambil keputusan yang penting dalam kegiatan
sekolah.
g) Jumlah waktu yang digunakan untuk menangani masalah
pribadi siswa, baik yang berhubungan ataupun yang tidak
berhubungan dengan pelajaran.
2). K. Yamamoto (Many Faces Of Teaching, 1969) melihat kadar
keaktifan siswa itu dari segi intensionalitas atau kesengajaan
commit to user
guru) dalam proses belajar mengajar. Yamamato membedakan
keaktifan yang direncanakan secara sengaja (intensional),
keaktifan yang dilakukan sewaktu-waktu (insedental) dan sama
sekali tidak ada keaktifan dari kedua belah pihak.
Tabel 2.1. Diagram Intensi guru murid dalam kegiatan belajar mengajar
Keaktifan belajar
Intensional A. Belajar mengajar optimal
a. Pengertian Prestasi Belajar
Belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk
melakukan perubahan perilaku seseorang. Perubahan tersebut mencakup
perubahan tingkah laku, sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Menurut
Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan limgkungannya. Sedangkan menurut Sardiman (2000 : 20) belajar
dapat dilihat secara makro dan mikro. Secara makro belajar dapat
commit to user
seutuhnya. Sedangkan secara mikro belajar dimaksudkan sebagai usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian dari
kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke
arah yang lebih baik. Mukminan (2004 : 10) mengatakan bahwa proses
belajar mengajar adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang
dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk
melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu sebagai proses
dan sebagai respons terhadap situasi.
Proses belajar mengajar bukan hanya terbatas pada event-event
yang dilakukan guru saja, tetapi mencakup semua event yang mungkin
mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Proses
belajar mengajar mencakup kejadian-kejadian yang diturunkan oleh
bahan-bahan cetak, gambar, program radion, televisi, film, slide, maupun
kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Dengan demikian, fungsi proses
belajar mengajar bukan hanya fungsi guru pengajar, melainkan fungsi
sumber-sumber belajar lain yang digunakan oleh pembelajar untuk belajar
sendiri.
Mulyasa (2004 : 100) mengemukakan bahwa proses proses
belajar mengajar dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat
commit to user
utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan tingkah laku dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut
tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan
lingkungan yang kondusif.
Berkaitan dengan belajar, Thomas Clyton (1994 : 105),
mengatakan bahwa ada lima prinsip proses belajar mengajar yang
berguna, yaitu : change in his behavior, potential or actual. 5) The change in the learner tends to be fixed in the consequences of his behavior in terms of his own
motivational systems (Bean ; 2006 : 142)
Pendapat tersebut kurang lebih bernakna sebagai berikut : 1) Belajar
adalah suatu proses yang melibatkan tingkah laku, rangkaian peristiwa
dan juga hasil. 2) Belajar adalah hasil dari pengalaman. Pelajar dalam
beberapa hal harus bertindak atau bereaksi terhadap situasi yang
mengenainya. 3) Belajar sangat tergantung apa yang dilakukan pelajar, hal
tersebut melibatkan bagaimana memahami, berpikir, merasakan, dan
bagaimana bertindak. 4) Hasil akhir dari proses belajar adalah terjadinya
beberapa perubahan dalam diri pelajar yang dapat ditunjukkan dengan
perubahan perilaku, potensi, dan aktualisasi. 5) Perubahan dalam diri
pelajar cenderung sebagai akibat dari perilakunya dalam system motivasi.
commit to user
keaktivan belajar adalah bagaimana memahami, berpikir, merasakan,
bertindak dan berkreasi terhadap situasi, sehingga menghasilkan
perubahan potensi diri dan perubahan tingkah laku. Aktivitas belajar harus
ada pada siswa bukan pada guru.
Menurut Winkel (2003 : 136), prestasi adalah bukti keberhasilan
usaha yang dicapai seseorang. Sedangkan menurut Suryabrata (1981:78)
prestasi adalah hasil yang dicapai dari hasil latihan, atau pengalamam
yang didukung oleh kesadaran seseorang atau siswa untuk belajar. Jadi
prestasi adalah hasil yang dicapai seorang siswa dari latihan atau
pengalamannya.
Menurut Tirtonegoro (2004 : 43), prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai atau ditunjukkan oleh siswa-siswa sebagai hasil belajar, baik
berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh masing-masing anak dalam perilaku tertentu .Senada
dengan pendapat di atas, Suryabrata (1995: 199), mendefinisikan prestasi
belajar adalah hasil sesaat di dalam belajar yang berupa hasil penilaian
dalam angka-angka atau simbol-simbol
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
Ada banyak faktor yang mempengaruhi belajar siswa, salah
satunya hal yang mendorong aktivitas belajar yang merupakan alasan