• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN BONUS NILAI TUGAS SISWA KELAS IX B SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 MADUKARA KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN BONUS NILAI TUGAS SISWA KELAS IX B SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 MADUKARA KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PE"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN

BONUS NILAI TUGAS SISWA KELAS IX B

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 MADUKARA

KABUPATEN BANJARNEGARA

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

T E S I S

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Program Studi Tekhnologi Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarata

Oleh :

Gatit Kartika Yulianti NIM. S.810505006

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN

BONUS NILAI TUGAS SISWA KELAS IX B

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 MADUKARA

KABUPATEN BANJARNEGARA

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Disusun oleh :

Gatit Kartika Yulianti

NIM. S.810505006

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing :

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Mulyoto, MPd ...

NIP. 194307121973011001

Pembimbing II Dr. Nunuk Suryani, MPd ...

NIP. 196611081990032001

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

(3)

commit to user

iii

MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN

BONUS NILAI TUGAS SISWA KELAS IX B

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 MADUKARA

KABUPATEN BANJARNEGARA

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Disusun oleh :

Gatit Kartika Yulianti

NIM. S.810505006

Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji

Pada Tanggal : ...

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Prof. Dr. Sri Yutmini, MPd ...

Sekretaris : Prof. Dr. Samsi Haryanto, MPd ...

Anggota Penguji : 1.Prof. Dr. Mulyoto, MPd ...

2.Dr. Nunuk Suryani, MPd ...

Mengetahui

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi

Teknologi Pendidikan

(4)

commit to user

iv Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Gatit Kartika Yulianti NIM : S.810505006

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Melalui Pemberian Bonus Nilai Tugas Siswa kelas IX B Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Madukara

Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009 adalah betul-betul karya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi

dan ditunjukan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar,maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta,18 November 2010 Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

Lebih utama dari segala-galanya peneliti panjatkan doa ke hadirat Allah

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan rakhmatNya hingga

peneliti mampu menyelesaikan tesis yang berjudul “Peningkatan Keaktifan dan

Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Melalui Pemberian Bonus Nilai

Tugas Siswa Kelas IX B Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Madukara

Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009”. Tesis ini disusun untuk

memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi

Pendidikan.

Dalam penyusunan tesis ini, peneliti banyak mendapat bimbingan,

semangat dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan tulus ikhlas menuntun

hingga selesainya penyusunan tesis ini, untuk itu pada kesempatan ini tak lupa

peneliti menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof.Dr.dr.H. Much.Syamsulhadi,Sp.Kj (K) selaku Rektor Universitas

Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis menempuh studi pada Program Pasca Sarjana jurusan Teknologi

Pendidikan.

2. Prof.Drs.Suranto,MSc.Ph.D selaku Direktur Program Pasca Sarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta,yang telah memberikan ijin atas

penyusunan tesis ini.

3. Prof.Dr.Mulyoto,M.Pd selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

dan Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan dorongan moril dan

(6)

commit to user

vi

memberikan pengarahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga

tesis ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh dosen / staf pengajar pada Program Studi Teknologi Pendidikan

Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan untuk memperluas wawasan dan

wacana bagi peneliti.

6. Para Guru, Staf Administrasi beserta sekuruh siswa kelas IX B SMP

Negeri 2 Madukara yang telah membantu penulis sehingga penelitian ini

dapat diselesaikan.

7. Keluarga besarku, yang telah memberikan doa dan semangat yang luar

biasa.

8. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis selama menempuh

pendidikan pasca sarjana.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa mencatat dan berkenan membalas dengan pahala

yang berlipat . Akhir kata penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat, baik bagi

penulis pribadi maupun pihak-pihak yang berkepentingan.

(7)

commit to user

vii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS... iii

(8)

commit to user

viii

G. Cara Pemantauan / Monitoring ... 78

H. Analisis Hasil dan Refleksi ... 78

1. Faktor Yang Diteliti ... 78

2. Indikator Keberhasilan ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 81

A. Hasil Penelitian ... 81

1. Kondisi Umum Objek Penelitian ... 81

B. Diskripsi Hasil Penelitian ... 83

1. Diskripsi Data Aktifitas Siswa ... 83

2. Diskripsi Data Prestasi Belajar... 91

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 95

D. Keterbatassan Penelitian... 97

BAB V KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Implikasi ……… 99

C. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(9)

commit to user

ix

Tabel :

Halaman

2.1 Diagram Intensi Guru Murid dalam Kegiatan Belajar

Mengajar………... 38

3.1 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas... 53

4.1 Katagori Siswa Dalam Mengerjakan Tugas………... 83

4.2 Katagori Proses Hasil Mengerjakan Tugas ………... 85

4.3 Katagori Siswa Dalam Nilai Tugas ………... 86

4.4 Hasil Observasi Terhadap Tugas Siswa... 87

4.5 Hasil Observasi Keaktifan Siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar 89 4.6 Hasil Tes Prestasi Belajar…………... 91

(10)

commit to user

x

Gambar Halaman

2.1 Alur Kerangka Pemikiran……….... 51

3.1 Desain Penelitian Tripp (1996)……… 55

4.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Madukara... 82

4.2 Grafik Peningkatan Siswa dalam Mengerjakan Tugas………... 88

(11)

commit to user

xi

Lampiran Halaman

1. Lembar Observasi Aktifitas Siswa Dalam KBM 104 2. Kisi-kisi/Layout Pedoman Wawancara 105 3. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Dengan Guru 107 4. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa 110 5. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa ( I ) 113 6. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa ( II ) 116 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 119 8. Alat Tes Prestasi Belajar Siklus I 141 9. Alat Tes Prestasi Belajar Siklus II 150 10. Alat Tes Prestasi Belajar Siklus III 158 11. Lembar Pengamatan Tugas Siswa 167 12. Lembar Pengamatan Tugas Siswa Pada Observasi Awal 169 13. Lembar Pengamatan Tugas Siswa Pada Siklus I 171 14. Lembar Pengamatan Tugas Siswa Pada Siklus II 173 15. Lembar Pengamatan Tugas Siswa Pada Siklus III 175 16. Presentasi Siswa Dalam Mengerjakan Tugas 177 17. Proses Hasil Kerja Siswa 179 18. Perkembangan Nilai Tugas Siswa 181 19. Lembar Pengamatan Perhatian Siswa dalam Kegiatan Belajar

Mengajar 183

20. Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa dalam Kegiatan Belajar

Mengajar 185

21. Lembar Pengamatan Kerjasama Siswa dalam Kegiatan Belajar

Mengajar 187

(12)

commit to user

xii

GATIT KARTIKA YULIANTI. Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika, Melalui Pemberian Bonus Nilai Tugas Siswa Kelas IXB SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun P elajaran

2008/2009. Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan, Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Apakah pemberian nilai bonus tugas dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009 ? (2) Apakah pemberian nilai bonus tugas dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009?

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini dilakukan selama 3 siklus, setiap siklus terdiri dari empat pertemuan dan setiap pertemuan selama 2 x 45 menit (90 menit). Setiap siklus tahapan yang dilakukan terdiri dari tahap: perencanaan (pla nning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Instrumen yang digunakan adalah (1) Lembar Tugas (2) Skenario pembelajaran (3) Alat evaluasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa 100 % siswa mengalami peningkatan keaktifan dalam kegiatan belajar mengajar Matematika dan 86,1 % siswa mengalami peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Matematika. Mengacu pada indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan, maka penelitian tindakan dikatakan berhasil. Artinya pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa mata pelajaran Matematika di kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran 2008/2009.

(13)

commit to user

xiii

GATIT KARTIKA YULIANTI. Make-Up of Livelines and Achievement

Learning At Mathematics Subject, Through Bonus Gift Assess The Duty of Student of Class of IXB SMP Country 2 Madukara of Regency of Banjarnegara School

Year 2008/2009. Thesis, Program The Technological Study of Education,

Program The Pascasarjana Sebelas Maret Surakarta University.

This Research targets are to know ( 1) whether gift assess the duty bonus can improve the student livelines in subject of mathematics of student of class of IXB SMP Country 2 Madukara of Regency of Banjarnegara of School Year 2008/ 2009. (2) Whether/What gift assess the duty bonus can improve the achievement learn the mathematics of student of class of IXB SMP Country 2 Madukara of Regency of Banjarnegara of School Year 2008 / 2009.

Research of Classroom Action ( Classroom Action Research) this

conducted by during three cycle, each every cycle consisted of four meeting and each every meeting during 2 x 45 minute ( 90 minute). Each;Every step cycle conducted consisted of the phase : planning (planning), execution (acting),

observation (observing), and refleksi (reflecting). Instrument used by (1) Duty Sheet (2) Study Scenario (3) appliance evaluate.

Research result show that 100 % student experience of the make-up of livelines in activity learn to pursue the Mathematics and 86,1 % student experience of the make-up of achievement learn at Mathematics subject. Relate specified research efficacy indicator, hence action research told to succeed. Its meaning is bonus gift assess the duty can improve the livelines and achievement learn the student at Mathematics subject in class of IXB SMP Country 2

Madukara of Regency of Banjarnegara of school year 2008/2009.

Suggestion raised in this research first, for the research of furthermore ( a). require to be conducted action next cycle, to get the more depicting conclusion behavioral change of student which in fact. ( b). require to be conducted

(14)

commit to user

(15)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana proses belajar mengajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU SISDIKNAS, 2003 : 3)

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan proses belajar

mengajar merupakan kegiatan yang paling utama. Berhasil tidaknya pencapaian

tujuan pendidikan di sekolah banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar

mengajar yang dialami dan dicapai siswa sebagai peserta didik. Proses belajar

mengajar adalah suatu kombinasi pemberdayaan sumber daya yang meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang

saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pendidikan. Sumber daya manusia

yang terlibat dalam sistem proses belajar mengajar terdiri dari siswa, guru dan

tenaga kependidikan lainnya. Sumber daya material meliputi, buku-buku, papan

tulis, kapur, alat peraga, dan media proses belajar mengajar. Prosedur meliputi

jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik belajar, dan ujian.

Mata pelajaran Matematika oleh sebagian siswa dianggap sebagai ilmu

mata pelajaran yang sulit di pelajari dan bahkan ada yang menjadi momok yang

(16)

commit to user

menggunakan lambang, simbol, dan tanda-tanda yang dikemas dalam rumus dan

konsep-konsep yang jumlahnya tidak sedikit. Banyak siswa yang merasa bosan,

sama sekali tidak tertarik, bersikap pasif, bahkan benci terhadap mata pelajaran

Matematika, sehingga dengan cepat mereka akan melupakan apa yang telah di

pelajari, atau enggan belajar dan enggan mengerjakan tugas yang berakibat pada

rendahnya prestasi belajar.

Untuk meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas siswa dalam proses

belajar mengajar, maka perlu strategi yang tepat dan kreatif agar anak tertarik dan

terdorong untuk belajar. Kondisi seperti di atas bila tidak segera dicarikan

solusinya dapat berakibat menurunkan prestasi belajar siswa dan minat serta

perhatian siswa terhadap mata pelajaran Matematika.

Fenomena rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

Matematika, seperti di atas juga terjadi di SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten

Banjarnegara. Selama tiga kali ulangan umum dari tahun pelajaran 2005/2006

sampai dengan 2006/2007, prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika

menunjukan grafik yang rendah dan menurun, baik nilai rata-rata, nilai tertinggi

maupun nilai terendah yang dicapai siswa..

Berdasarkan data yang ada, penurunan dan rendahnya prestasi belajar

siswa SMP Negeri 2 Madukara pada mata pelajaran Matematika selama 3

semester terbukti sangat signifikan sekali, yaitu perbandingan antara hasil nilai

ulangan umum mata pelajaran Matematika dengan mata pelajaran Fisika selama 3

(17)

commit to user

obyektif tersebut, maka sebagai guru Matematika peneliti merasa bertanggung

jawab untuk memperbaikinya, agar prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

Matematika meningkat di waktu-waktu mendatang. Mata pelajaran matematika

diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung di

dalam Matematika itu sendiri, tetapi Matematika diajarkan pada dasarnya

bertujuan untuk membantu melatih pola pikir semua siswa agar dapat

memecahkan masalah dengan kritis, logis, cermat dan tepat. Disamping itu juga

agar dapat terbentuk kepribadiannya serta terampil menggunakan konsep

Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam rangka mencari solusi dari

permasalahan tersebut peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

Pertama, peneliti mencari data pembanding apakah kondisi seperti

tersebut juga dialami oleh siswa lain di sekolah yang sama dan sekolah lain yang

satu tipe. Hasil wawancara dengan guru lain di SMP Negeri 2 Madukara , guru

SMP Negeri 1 Madukara ,dan guru di SMP Negeri 2 Pagentan, ternyata

menghadapi permasalahan yang sama dimana prestasi belajar siswa rendah dan

siswa terlihat kurang tertarik dan apatis terhadap mata pelajaran Matematika.

Kedua, peneliti melakukan kolaborasi dengan guru Matematika lain di

sekolah yang sama yaitu SMP Negeri 2 Madukara untuk membicarakan akar

permasalahan yang menyebabkan rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran Matematika. Hasil kolaborasi antara guru Matematika dan

peneliti, diperoleh beberapa asumsi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa

(18)

commit to user

1. Kecerdasan siswa rendah, karena siswa SMP Negeri 2 Madukara berasal dari

kalangan masyarakat pedesaan.

2. Siswa tidak memiliki waktu belajar di rumah, karena kebiasaan anak desa bila

di rumah membantu orang tuanya, mengingat kesadaran orang tua terhadap

pendidikan anak masih rendah.

3. Siswa tidak menyukai mata pelajaran Matematika yang disebabkan oleh

perilaku guru atau materi yang sulit..

4. Strategi proses belajar mengajar yang kurang tepat, sehingga siswa sulit untuk

memahami pelajaran.

5. Kurangnya sarana dan prasarana proses belajar mengajar Matematika di

sekolah, sehingga proses belajar mengajar kurang dapat membantu siswa

untuk memahami materi yang disampaikan guru.

Ketiga, melakukan analisis terhadap beberapa asumsi akar permasalahan

tersebut agar diperoleh akar permasalahan yang tepat, sehingga perlakuan yang

dilakukan terhadap siswa benar-benar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Hal ini dilakukan karena sulit untuk melakukan semua asumsi tersebut. Bahkan

bila semua asumsi tersebut dilakukan, justru dapat menambah beban siswa.

Analisis akar permasalahan dilakukan dengan cara studi dokumentasi, wawancara

dan pengamatan. Hasil kolaborasi antara peneliti dengan guru Matematika,

disepakati analisis terhadap akar permasalahan tersebut sebagai berikut :

1. Ceking kecerdasan siswa. Asumsi pertama penyebab rendahnya prestasi

(19)

commit to user

kecerdasan yang rendah. Karena peneliti tidak memiliki alat ukur kecerdasan

yang standar, maka hanya dilakukan membandingkan prestasi belajar

Matematika dengan mata pelajaran lain yang serumpun, seperti Fisika, dan

Biologi. Hasil penelitian terhadap dokumen hasil belajar (daftar nilai dan

laporan hasil ulangan umum semester) pada mata pelajaran Fisika dan Biologi

(IPA), menunjukan bahwa 75 % siswa mendapatkan nilai ulangan harian

antara 6.50 – 7.50 dan 25 % siswa mendapat nilai > 7.50. Berdasarkan data

tersebut kolaborator menyimpulkan bahwa sebenarnya kecerdasan siswa tidak

rendah. Dengan demikian disimpulkan bahwa sebenarnya prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran Matematika masih dapat ditingkatkan dengan

memilih strategi proses belajar mengajar yang tepat.

2. Ceking waktu belajar siswa. Asumsi kedua, bahwa penyebab rendahnya

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika adalah siswa tidak

memiliki waktu belajar di rumah, karena membantu orang tuanya berkebun.

Pengecekan dilakukan dengan cara wawancara dengan siswa dan orang tua

siswa meskipun tidak seluruhnya Secara kebetulan > 85 % siswa tinggal di

sekitar sekolah. Hasil wawancara dengan orang tua siswa diperoleh data

bahwa 90 % memiliki waktu yang cukup untuk belajar di rumah, karena anak

membantu orang tua hanya pada siang hari. Demikian juga hasil wawancara

dengan siswa menunjukan bahwa semua siswa mengaku sebenarnya mereka

memiliki waktu yang cukup untuk belajar di rumah. Namun hanya < 30 %

siswa yang mengaku belajar di rumah. Berdasarkan data tersebut disimpulkan

(20)

commit to user

cukup untuk belajar di rumah. Guru sebaiknya mencari media agar anak dapat

belajar di rumah dengan baik.

3. Ceking sikap siswa terhadap mata pelajaran Matematika. Asumsi ketiga

bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika

adalah anak tidak suka pada mata Matematika. Untuk mengetahui sikap anak

tersebut juga dilakukan wawancara dengan siswa. Hasil wawancara

menunjukan bahwa > 95 % siswa mengaku suka terhadap mata pelajaran

Matematika, hanya mereka merasa kesulitan untuk memahami mata pelajaran

tersebut. Guru perlu mencari solusi agar siswa terbantu dan merasa lebih

mudah belajar Matematika..

4. Ceking proses belajar mengajar Matematika. Asumsi keempat, mengatakan

bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika,

karena strategi proses belajar mengajar yang kurang tepat. Ceking dilakukan

dengan wawancara dengan siswa dan evaluasi diri. Hasil evaluasi diri yang

dilakukan oleh guru Matematika menunjukan bahwa sebagian besar materi

Matematika disampaikan dengan ceramah dan membahas soal. Hasil

wawancara dengan siswa diperoleh data bahwa 80 % siswa mengaku selama

proses belajar mengajar Matematika, mereka kurang bersemangat, ingin cepat

selesai dan kurang memahami guru. Untuk itu perlu dicarikan solusi

peningkatan proses belajar mengajar siswa baik di sekolah maupun diluar

(21)

commit to user

5. Ceking sarana proses belajar mengajar Matematika. Asumsi kelima,

mengatakan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

Matematika disebabkan kurangnya sarana proses belajar mengajar

Matematika, sehingga siswa sulit untuk memahami materi proses belajar

mengajar. Pengecekan dilakukan dengan cara inventarisasi sarana proses

belajar mengajar yang dimiliki sekolah dan siswa. Hasil inventarisasi

menunjukan bahwa sebenarnya meskipun sederhana sarana proses belajar

mengajar Matematika dianggap cukup. Misalnya : alat peraga, alat pelajaran,

buku paket dan LKS ada. Hal yang diperlukan adalah pemberdayaan sarana

tersebut secara lebih efektif, sehingga dapat membantu siswa untuk

mempelajari Matematika dengan lebih mudah.

Keempat, mencari alternatif pemecahan masalah. Berdasarkan hasil

pengecekan terhadap asumsi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran Matematika tersebut, dalam kolaborasi disepakati bahwa akar

permasalahan yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran Matematika adalah faktor strategi proses belajar mengajar Matematika

yang kurang tepat, baik di kelas maupun diluar kelas.

Dalam kolaborasi disepakati bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa perlu dilakukan upaya mengelola proses belajar mengajar dengan lebih

kreatif, sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar

(22)

commit to user

Dalam kolaborasi disepakati bahwa untuk mengatasi masalah kesulitan

memahami matematika siswa harus banyak berlatih, sehingga perlu

meningkatkan keaktifan siswa melalui latihan-latihan soal secara intensif pada

mata pelajaran Matematika. Beberapa usulan yang muncul dalam kolaborasi

sebagai alternatif pemecahan masalah tersebut antara lain :

1. Pemberian pekerjaan rumah (PR) setiap selesai proses belajar mengajar.

2. Mengoptimalkan pemanfaatan Lembar Kerja Siswa (LKS)

3. Menambah jam pelajaran pada sore hari

4. Belajar kelompok.

Kelima, menetapkan rencana tindakan. Semua alternatif tersebut pada

dasarnya dapat diterima, namun yang menjadi masalah adalah siswa kurang

tertarik untuk melakukan mengerjakan latihan soal, baik melalui pekerjaan

rumah, LKS maupun penambahan jam pelajaran. Solusinya perlu dicarikan

strategi agar siswa tertarik dan termotivasi untuk melakukan latihan-latihan soal

Matematika, karena dengan seringnya siswa melakukan latihan soal-soal

Matematika siswa akan semakin paham dan jelas terhadap cara mengerjakan soal

pada setiap materi Matematika.

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, perlu dilakukan peningkatan

keaktifan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar dengan cara banyak

melakukan latihan soal,dan dengan cara pemberian bonus nilai tugas Matematika

(23)

commit to user

Siswa dalam mempelajari Matematika harus dapat mandiri terhadap

pemahaman unsur-unsur Matematika. Siswa belajar untuk menghargai dan

mencintai Matematika karena mereka memiliki keyakinan tentang bagaimana

caranya merumuskan dan menggunakan sarana Matematika manakala diperlukan.

Dalam kegiatan proses belajar mengajar ini guru lebih berperan sebagai fasilitator

daripada sebagai penceramah atau pengajar, dan para siswa sendirilah yang aktif

mencari, menyelidiki, merumuskan, menguji, membuktikan, mengaplikasikan,

menjelaskan dan sebagainya. Kegiatan semacam itu biasanya terlaksana melalui

keaktifan siswa, seperti kerja kelompok, diskusi, presentasi dan lain-lain.

Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,

2003 : 2). Seorang siswa dalam melakukan belajar dipengaruhi oleh banyak

faktor yang dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu faktor intern dan faktor

ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar meliputi faktor jasmaniah, psikologis dan faktor kelelahan. Faktor

psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan

kesiapan. Faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar individu, meliputi

faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

Dalam kegiatan proses belajar, guru haruslah memperhatikan apa yang

dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik, mempunyai motif untuk

berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan

(24)

commit to user

dengan cara memberikan latihan soal atau tugas. Tugas tersebut diharapkan dapat

menambah kesempatan siswa untuk mencoba menyelesaikan masalah yang

dihadapinya secara mandiri.

Seringkali dalam tugasnya sehari-hari, guru harus berhadapan dengan

siswa-siswa yang prestasi akademiknya rendah dan tidak sesuai dengan harapan.

Untuk dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, siswa harus memiliki

motivasi yang tinggi, minat terhadap mata pelajaran dan aktif dalam kegiatan

proses belajar mengajar. Pada umumnya guru menginginkan kelas yang penuh

dengan siswa-siswa yang mempunyai motivasi intrinsik. Menurut kenyataan tidak

demikian, karena itu guru harus menghadapi tantangan untuk dapat

membangkitkan motivasi siswa, minat, menarik dan mempertahankan

perhatiannya, mengusahakan agar siswa harus mau mempelajari materi yang

diharapkan untuk dipelajarinya. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah

dengan memberikan penghargaan atau intensif atas keberhasilan siswa, dapat

berupa pujian, angka yang baik dan sebagainya, sehingga siswa terdorong untuk

melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan pengajaran.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik melakukan

penelitian tentang peningkatan keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran

Matematika melalui pemberian bonus nilai tugas siswa dalam kegiatan proses

(25)

commit to user B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, mengingat

keterbatasan yang ada pada peneliti, maka masalah dalam penelitian ini hanya

dibatasi pada permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan keaktifan siswa

dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika siswa kelas IX B

SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran

2008/2009 ?.

2. Apakah pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan prestasi belajar

Matematika siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten

Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009 ?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini secara

empiris bertujuan :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum diadakannya penelitian ini adalah :

a. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

Matematika melalui pemberian bonus nilai tugas pada siswa SMP di

Kabupaten Banjarnegara.

b.Untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika melalui pemberian

(26)

commit to user

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus diadakannya penelitian ini adalah :

a. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

Matematika melalui pemberian bonus nilai tugas pada siswa kelas IX B

SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008 /

2009.

b. Untuk meningkatkan prestasi belajar Matemetika melalui pemberian

bonus nilai tugas pada siswa SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten

Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008 / 2009.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pada

umumnya dan khususnya untuk pengembangan proses belajar mengajar

Matematika. Beberapa manfaat yang diharapkan antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan

tentang pengaruh pemberian penghargaan / insentif terhadap keaktifan

dan prestasi belajar Matematika.

b. Sebagai bahan kajian dan referensi bagi peneliti lain yang akan

(27)

commit to user

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan yang berguna bagi para guru, bahwa guru sangat

berperan mengaktifkan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar

khususnya pelajaran Matematika.

b. Guru dapat lebih berperan sesuai dengan fungsinya, senantiasa mampu

dan siap merancang kegiatan proses belajar mengajar yang berhasil guna

dan berdaya guna, serta mengarahkan kegiatan belajar siswa agar

(28)

commit to user BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Keaktifan Belajar

Siswa adalah suatu organisasi yang hidup. Dalam dirinya terkandung

banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang.

Dalam diri masing-masing siswa tersebut terdapat prisnsip aktif yakni

keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah

lakunya. Proses belajar mengajar perlu mengarahkan tingkah laku menuju ke

tingkat perkembangan yang diharapkan. Siswa memiliki

kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang perlu mendapat kepuasan, dan

oleh karenanya memberikan dorongan berbuat/tindakan tertentu. Tapi suatu

saat kebutuhan itu bisa berubah dan bertambah sehingga varietasnya menjadi

bertambah besar. Dengan sendirnya perubahan itupun menjadi banyak

ragamnya. Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati,

dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja siswa memperoleh

pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya termasuk

sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran

dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan akses keaktifan

(aktifitas) dalam proses belajar dan proses belajar mengajar, untuk mencapai

(29)

commit to user

a. Jenis-Jenis Aktifitas

Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan

klasifikasi. Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2001 : 90) membagi

kegiatan belajar menjadi 8 (delapan) kelompok sebagai berikut :

1) Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar-gambar,

mengamati eksperimen, demonstrasi, pemeran, mengamati orang

bekerja atau bermain.

2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : mengemukakan fakta atau

prinsip-prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,

memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan

suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis : menulis cerita, laporan, memeriksa

karangan, bahan-bahan copy, membuat sketsa, atau rangkuman,

mengerjakan tesis.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar : menggambar, membuat grafik,

diagram, peta, pola.

6) Kegiatan-kegiatan metrik : melakukan percobaan, memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model, menyelengarakan permainan

(30)

commit to user

7) Kegiatan-kegiatan mental : merenungkan, mengingat, memecahkan

masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan

hubungan-hubungan, membuat keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional : minat membedakan, berani, tenang dan

sebagainya.

b. Manfaat Aktifitas dalam Proses Belajar Mengajar

Penggunaan asas aktivitas dalam proses belajar mengajar memiliki

manfaat tertentu, antara lain :

a) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

b) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.

c) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa, yang

pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.

d) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri

sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan

individual.

e) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan

kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.

f)Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan

hubungan antara guru dengan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam

pendidikan siswa.

g) Proses belajar mengajar dan kegiatan belajar dilaksanakan secara

realistik dan konkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan

(31)

commit to user

h) Proses belajar mengajar dan kegiatan belajar menjadi hidup

sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh

dinamika.

c. Upaya Melaksanakan Aktivitas dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses

belajar mengajar,alternatif pendayagunaannya antara lain sebagai berikut :

1) Pelaksanaan aktivitas kegiatan belajar mengajar dalam kelas.

Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap kegiatan tatap muka

dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung,

kegiatan kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen.

2) Pelaksanaan aktivitas proses belajar mengajar sekolah masyarakat.

Pelaksanaan proses belajar mengajar dilakukan dalam bentuk

membawa kelas ke dalam masyarakat, melalui metode karyawisata,

survei, kerja pengalaman, pelayanan masyarakat, berkemah,

berproyek dan sebagainya.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar

mengajar.

Aktivitas siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat siswa,

baik yang bersifat efektif seperti rasa/sikap percaya diri, motivasi dan

minat maupun yang bersifat kognitif seperti bakat dan kecerdasannya.

(32)

commit to user

1) Sikap Percaya Diri

a). Pengertian Sikap Percaya Diri

Sikap merupakan kecenderungan seseorang dalam melakukan

aktifitas.Tiap-tiap manusia memiliki karakteristik dan kepribadian

masing- masing.Sikap percaya diri yang dimiliki seseorangpun

berbeda-beda.La Pierre dalam Allen,Guy dan Edgley yang

dikutip Saifudin Azwar (2005:5) mendefinisikan sikap sebagai

pola perilaku,kondisi atau kesiapan antisipatif,predisposisiuntuk

menyesuaikan diri dalam situasi sosial,atau secara sederhana sikap

adalah respon terhadap stimuli sosial yang tidak

dikondisikan.Sedangkan Secord dan

Backman

dalam Saifudin

Azwar (2005:5) mendefinisikan sikap sebagai keturunan tertentu

dalam hal perasaan (afeksi),pemikiran (kognisi) dan predisposisi

tindakan (konasi) seseorang terhadap lingkungan di

sekitarnya.Menurut kerangka pemikiran tersebut sikap merupakan

konstelasi dari komponen-komponen kognitif,afektif dan konatif

yang saling berinteraksi dalam memahami,merasakan dan

berperilaku terhadap suatu obyek,perilaku dan individu.

Sikap percaya diri sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan

tujuan.Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu

(33)

commit to user

individu.Adanya Tujuan yang jelas dan disadari,akan

mempengaruhi kebutuhan,dan ini akan mendorong timbulnya

sikap percaya diri..Jadi tujuan akan dapat membangkitkan

berkembangnya sikap percaya diri.

Menurut Blair dan Simpson dalam Oemar Hamalik (2005 : 29)

bahwa belajar dengan rasa percaya diri dan rasa senang merupakan

sikap yang paling penting dalam pencapaian prestasi belajar.Sikap

tersebut dapat menggerakkan atau mendorong seseorang dalam

melanjutkan kegiatan belajarnya di luar proses belajar di sekolah.

Sikap percaya diri merupakan kemampuan seseorang yang

mendasar terhadap suatu kegiatan. Sikap percaya diri menjadi

salah satu penyebab suatu kegiatan yang dilakukan dan sebagai

penyebab partisipasinya dalam suatu kegiatan.

Norman dalam Muhibbin Syah (1955 : 165) mengemukakan

bahwa baik percaya diri maupun sikap mudah mempengaruhi

manusia bereaksi/bertindak dalam cara-cara tertentu, yang dapat

melalui proses belajar mengajar dan mungkin dengan perasaan dan

emosi, namun sikap percaya diri biasanya mengarah lebih aktif.

Strong (2001 : 142) mengemukakan bahwa sebuah sikap

percaya diri yang disertai dengan perasaan senang dan

kecenderungan yang dinamik untuk mencari obyek atau

(34)

commit to user

Suatu pengukuran mengenai sikap percaya diri seseorang

juga merupakan pengukuran mengenai apa yang akan dilakukan

seseorang Dengan demikian dapat diartikan pula bahwa untuk

mengukur sikap percaya diri seseorang dapat diketahui dari

perilaku individu tersebut, kecenderungan berperilaku

dipengaruhi perasaan senang yang mendahului tindakannya.

Menurut Norman dan Strong keduanya cenderung pada

pengertian sikap percaya diri yang lebih memfokuskan pada

aspek afektif berupa perasaan yang positif. Misalnya sikap

percaya diri siswa dalam mempelajari Matematika berarti

didalam dirinya muncul suatu perasaan percaya dan senang

sehingga perasaan tersebut akan menentukan tindakannya untuk

memahami obyek (mata pelajaran Matematika).

Pengertian sikap percaya diri ini menunjukkan bahwa segala

sesuatu atau obyek yang diinginkan individu ada hubungannya

dengan keberadaan individu tersebut. Jadi sikap percaya diri

adalah kesadaran dalam memberikan stimuli yang mendorong

seseorang untuk tertarik kepada sekelompok hal. Definisi ini

hampir sama dengan pengertian diatas, munculnya ketertarikan

individu terhadap sesuatu hal didukung oleh kesadarannya tanpa

rangsangan - rangsangan yang dapat memperkuat obyek.

Berdasarkan batasan-batasan tersebut dapat disimpulkan

(35)

commit to user

dalam situasi sosial yang mencakup perasaan, penalaran dan

tindakan seseorang terhadap aspek lingkungan di sekitarnya.

Sikap percaya diri adalah perilaku/perbuatan yang berdasarkan

keyakinan diri sendiri dan tidak dapat dipengaruhi oleh

pihak/orang lain dalam pemecahan masalah.

b) Ciri-Ciri Sikap Percaya Diri

Menurut Sax dalam Saefuddin Azwar (2005 : 25)

menunjukan beberapa karakteristik sikap yaitu : 1) arah, 2)

intensitas, 3) keleluasaan, 4) konsistensi dan 5)

spontanitas.Masing – masing karakteritik sikap dapat dijelaskan

sebagai berikut :

(1) Sikap memiliki arah, maksudnya sikap dapat dibagi

menjadi dua bagian yang sangat jelas, yaitu bagian setuju

atau tidak setuju, bagian memihak atau tidak memihak

terhadap suatu obyek sikap.

(2) Orang yang setuju, memihak terhadap suatu obyek yang

arahnya positif, sedangkan orang yang tidak setuju

memihak terhadap suatu obyek yang arahnya negatif.

(3) Sikap memiliki intensitas, maksudnya kekuatan sikap

terhadap suatu obyek belum tentu sama, walaupun arahnya

(36)

commit to user

(4) Dua orang yang sama – sama tidak suka terhadap suatu

obyek dan sama – sama memiliki sikap yang berarah

negatif, belum tentu memiliki intensitas yang sama.

(5) Sikap memiliki keleluasaan, maksudnya sikap kesetujuan

atau ketidak setujuan terhadap suatu obyek hanya dapat

mengenai aspek yang sangat spesifik, tetapi dapat pula

mencakup banyak aspek yang ada pada suatu obyek.

(6) Sikap memiliki konsistensi, maksudnya adanya kesesuaian

antara pernyataan sikap dengan respon terhadap suatu

obyek, sikap tersebut diperlihatkan oleh kesesuaian sikap

antar waktu dan dipertahankan dalam waktu yang relatif

lama.

(7) Sikap bersifat spontanitas, maksudnya menyangkut sejauh

mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara

spontan, sikap spontanitas yang tinggi terjadi apabila

dinyatakan secara terbuka tanpa adanya desakan terhadap

individu terlebih dahulu.

Menurut Gredler (2001 : 457) siswa yang memiliki sikap

percaya diri tinggi cenderung memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi, rasa tanggung jawab dan memiliki kemauan yang kuat,

sehingga dalam proses belajar mengajar akan bergairah dan

(37)

commit to user

rendah cenderung bersikap malas, minder dan sangat

bergantung pada guru, selanjutnya pencapaian hasil belajar

rendah.

Siswa cenderung tidak dapat melihat masalah dengan jelas,

berpola pikir linier, mudah menyerah dan tidak memiliki

pendirian dan keyakinan yang kuat, tidak berani mengambil

resiko, dan tidak bisa mengambil keputusan. Pola pemikirannya

tidak terbiasa memikir untuk menemukan banyak alternatif

dalam memahami setiap persoalan yang dihadapi, sehingga jika

satu alternatif yang dianggap benar ternyata tidak berhasil

memecahkan masalah, maka siswa akan menyerah. Kondisi

demikian akan semakin menurunkan sikap percaya diri siswa

yang pada akhirnya hasil belajar yang dicapai menurun.

2). Motivasi Belajar

a). Pengertian Motivasi

Motivasi adalah dorongan dari dalam yang menimbulkan

kekuatan individu untuk bertindak atau bertingkah laku guna

memenuhi kebutuhan (Sardiman 2002 : 96).

Menurut W.S. Winkel (2003 : 27) bahwa kekuatan yang

mendorong individu untuk melakukan aktivitas demi

tercapainya suatu tujuan disebut motiv, sedangkan motiv baru

(38)

commit to user

(sudah melakukan aktivitas), sedangkan motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan

dari kegiatan belajar dan yang memberi arah kegiatan belajar

itu, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.

Ngalim Purwanto ( 2005 : 60) mengemukakan bahwa

motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakan,

mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia

terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga

mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Seseorang yang mempunyai motivasi tertentu, akan lebih

berminat untuk mencapai tujuan. Demikian juga dengan siswa

yang memiliki motivasi belajar, berarti ia telah mempunyai

minat belajar maka siswa menjadi termotivasi untuk belajar.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi

menunjuk pada suatu keadaan yang menyebabkan seseorang

untuk melakukan suatu aktivitas tertentu sebagai pencerminan

pelaksanaan minat untuk mencapai tujuan yang

dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan

perbuatannya.

(39)

commit to user

individualis behavior to wards an end or goal,consiostly

apprehended or unconsiostly.”

Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang

akan dicapai, dalam menentukan tujuan itu disadari atau

tidak,bahwa untuk mencapai tujuan itu perlu

berbuat,sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah

motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.

Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat

mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya

mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,

merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan

/menunjang belajar. Motif – motif di atas dapat juga

ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan

- latihan / kebiasaan - kebiasaan yang kadang-kadang juga

dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.Dari uraian di atas

jelaslah bahwa motif yang kuat sangatlah perlu di dalam

belajar,dalam membentuk motif yang kuat itu dapat

dilaksanakan dengan adanya latihan – latihan / kebiasaan –

kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat,jadi

latihan / kebiasaan itu sangat perlu di dalam belajar.

Menurut Slameto (2003 : 26) ada motif keberhasilan

(achievement motivation) yang mendorong seseorang

(40)

commit to user

(a)Dorongan kognitif

Termasuk dalam dorongan kognitif adalah kebutuhan untuk

mengetahui, untuk mengerti, dan untuk memecahkan

masalah. Dorongan kognitif timbul di dalam proses

interaksi antara siswa dengan tugas / masalah.

(b)Harga diri

Ada siswa tertentu yang tekun belajar melaksanakan tugas

– tugas bukan terutama untuk memperolah pengetahuan

atau kecakapan,melainkan untuk memperoleh status dan

harga diri.

(c) Kebutuhan berafiliasi

Kebutuhan berafiliasi sukar dipisahkan dari harga diri. Ada

siswa yang berusaha menguasai bahan pelajaran atau

belajar dengan giat untuk memperoleh

pembenaran/penerimaan dari teman-temannya atau dari

orang lain yang dapat memberikan status padanya. Siswa

senang bila orang lain menunjukan pembenaran pada

dirinya, dan oleh karena itu ia giat belajar, melakukan

tugas-tugas dengan baik, agar memperoleh pembenaran

tersebut.

(41)

commit to user

b) Jenis-Jenis Motivasi

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik

adalah motivasi yang muncul dari dalam diri individu (Norhadi,

2002 : 154).

Motivasi intrinsik adalah keinginan berindak yang

disebabkan oleh faktor dari dalam individu ( Elida Prayitno,

1999 : 154 ). Siswa yang termotivasi secara intrinsik,

aktivitasnya dalam belajar lebih baik dari pada siswa yang

termotivasi secara ekstrinsik. Siswa yang memiliki motivasi

intrinsik menunjukan ketekunan dan aktivitas yang tinggi dalam

belajarnya.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul karena

dorongan dari luar dirinya (Norhadi, 2002 : 154). Sebenarnya

antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik saling

menambah atau memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat

membangkitkan motivasi intrinsik.

c) Fungsi motivasi

Dibalik setiap perbuatan seseorang terdapat suatu motivasi

yang mendorong untuk berbuat. Menurut Gagne “ Motivation is

(42)

commit to user

konidisi yang utama dalam belajar (dikutip oleh Norhadi, 2002 :

153). Motivasi mempunyai tiga fungsi, yaitu :

(1) Sebagai penggerak untuk melepas energi sehingga

mendorong manusia untuk berbuat.

(2) Sebagai pemberi arah perbuatan pada tujuan yang akan

dicapai.

(3) Sebagai penentu perbuatan yang melalui seleksi dan

prioritas perbuatan.

d). Karakteristik Motivasi

Menurut Elda Prayitno (2000:26-28) bahwa karakteristik

motivasi ada lima macam, antara lain :

(1)Tingkah laku yang bermotivasi adalah digerakkan

Pendorong tingkah laku tersebut adalah kebutuhan dasar

atau kebutuhan yang dipelajari. Kebutuhan dasar misalnya

makan dan minum. Kebutuhan yang dipelajari misalnya

pujian. Oleh karena itu bila anak bertingkah laku berarti

sedang memenuhi kebutuhan. Dalam hal tersebut tampak

bahwa tingkah laku itu penuh arti.

(2)Tingkah laku yang bermotivasi memberi arah

Anak – anak berusaha untuk menyelesaikan tugas rumah

atau sekolah, mengembangkan hubungan sosial dan aktif

(43)

commit to user

yang terarah. Semua pekerjaan tersebut dilakukan karena

adanya motivasi yang mengarahkan tingkah lakunya.

(3) Motivasi menimbulkan intensitas bertindak

Dengan adanya motivasi akan mengakibatkan intensitas

bertingkah laku bertambah.Karena dengan motivasi

tersebut seseorang akan semakin kuat keinginannya untuk

memenuhi kebutuhannya.

(4) Motivasi adalah selektif

Karena tingkah laku memiliki arti dan terarah pada

tujuan,maka seseorang memilih tingkah laku yang paling

efektif untuk mencapai tujuannya.

(5) Motivasi merupakan kunci pemuas kebutuhan

Untuk memotifasi secara fisik atupun phsikis,anak harus

merasa ada yang kurang pada dirinya.Bila hal demikian

dirasakan,maka anak akan termotivasi untuk memenuhi

kebutuhannya.

3). Minat

a). Pengertian Minat

Minat merupakan salah satu aspek mental yang sangat

besar pengaruhnya terhadap proses belajar seseorang. Bila

seseorang berminat terhadap satu obyek, maka ia akan

(44)

commit to user

obyek atau hal tersebut sebaik-baiknya. Misalnya, bila siswa

menaruh minatnya terhadap pelajaran Matematika maka ia

akan memusatkan segala perhatiannya terhadap pelajaran

tersebut.

Oleh karenanya minat akan membawa dampak terhadap

perolehan belajar, yang oleh Sax, dikatakan dapat membantu

atau bahkan mempersulit balajar. Karena menurutnya minat

adalah kesukaan terhadap sesuatu kegiatan melebihi kegiatan

lainnya (Sax 2000 : 273).

Minat juga didefinisikan sebagai “motiv yang

menunjukan arah perhatian seseorang terhadap obyek yang

menarik atau menyenangkan” (Skinner, 2005 : 455). Fryr

dalam Wayan Nurkancana (2002 : 229) mengartikan minat

sebagai “Gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau

aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu”.

Saiful Bachri Djamarah (2000 : 48) menyebutnya sebagai

suatu “kecenderungan tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa aktivitas”.Minat adalah rasa suka atau

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

menyuruh (Slameto, 2003 : 182).

Minat merupakan kecenderungan afektif seseorang untuk

(45)

commit to user

sebagai salah satu aspek tingkah laku afektif, minat memiliki

ciri-ciri yang antara lain berasosiasi dengan aktivitas, bersifat

tetap dan terus menerus, mempunyai intensitas dan

kecenderungannya untuk menerima atau menolak melakukan

aktivitas (Aiken, 2005 : 236).

Minat merupakan suatu respon mulai dari yang paling

disukai, sedikit disukai, sampai pada respon yang sama sekali

tidak disukai.

Bila sangat disukai akan menyebabkan minat dan bila

sangat tidak disukai dapat menimbulkan keengganan.Orang

akan selalu belajar dengan baik pada hal-hal yang disukainya,

dan akan enggan pada hal yang tidak disukainya.

b) Jenis-jenis minat

Dari banyak pengertian tentang minat dapat dikatakan

bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa yang sifatnya

aktif dan senantiasa berhubungan dengan kemauan, aktivitas

dan perasaan senang, yang semuanya memiliki potensi

membangkitkan individu untuk memilih, menentukan,

memperhatikan serta berhubungan dengan sesuatu yang datang

dari luar. Sebagai aspek kejiwaan yang cenderung tidak

tampak, minat dapat memanifestasi dalam beberapa bentuk,

(46)

commit to user

(1) Ekpressed Interest, yaitu minat yang dapat diketahui dari

pernyataan responden subyek tentang obyek dan

pekerjaan yang disenangi.

(2) Manifested Interest yaitu minat yang dapat diketahui dari

pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan yang sering

dilakukan subyek.

(3)Tested Interest, yaitu minat yang diketahui melalui

kesimpulan dari hasil test obyektif.

(4)Inventoried Interest, yaitu minat yang diketahui melalui

daftar isian terhadap obyek yang disediakan, yang dipilih

oleh subyek minat (Crites, dalam Sianturi, 2006 : 28).

Sedangkan Sax (2000 : 474) mengelompokkan menjadi

dua jenis, yaitu : (1). Minat yang dinyatakan, dan (2). Minat

yang dilaksanakan. Jadi suatu minat dapat diekspresikan

melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa sesuatu

atau hal lebih disukai lebih dari pada sesuatu hal lainnya, dan

dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam sebuah

aktifitas.

c) Indikator Minat

Minat pada dasarnya adalah sikap menerima akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri tanpa

(47)

commit to user

Sesuatu diluar dapat berupa benda, orang, hal atau peristiwa,

yang semuanya disebut dengan obyek minat. Sebagai

rangsangan yang terkondisi, minat berkaitan erat dengan

obyek sasaran yang diungkapkan dengan rasa senang dan

tidak senang terhadap suatu aktifitas, hal atau peristiwa yang

berada di sekitarnya. Seseorang yang mempunyai minat

terhadap sesuatu, misalnya, dapat dilihat dari seberapa kuat

hubungan antara dirinya dengan hal yang menjadi obyek

minatnya. Kekuatan hubungan tersebut dapat menunjukan

kualitas minat dari yang terendah sampai dengan tingkat yang

tertinggi, yang dapat dilihat dari indikator-indikator minat

yang tampak.

Dari beberapa definisi tentang minat, dapat ditegaskan bahwa

minat merupakan gejala kejiwaan (afektif) seseorang yang

menyebabkan adanya dorongan untuk menjalin hubungan

tertentu dengan obyek minatnya. Hubungan tersebut ditandai

dengan perasaan senang atau suka, tertarik, penuh perhatian,

selalu ingin tahu dan berusaha mendekat untuk mendapatkan

informasi, serta selalu berupaya menyesuaikan diri dan

berhubungan lebih aktif lagi dengan obyek minat sebagai

pilihan aktifitasnya. Indikator-indikator inilah yang menjadi

(48)

commit to user

4) Bakat

Bakat atau Aptitude menurut Hilgard dalam Slameto (2005 :

57) adalah : “the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat

adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau

berlatih. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang

akan datang (Muhibbin Syah 2005 : 135). Dengan demikian

sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam arti berpotensi

untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan

kapasitas masing-masing Michael (1960) dalam Sumadi

Suryabrata (2001 : 160) mendefinisikan bakat sebagai berikut :

“An aptitude may be defined as a person’s capacity,or hypothetical

potential, for acquisition of a certain more or less weeldefined

pattern of behaviorinvelved has had little or no previous training”.

Jadi Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan

individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali

tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.

Woodwort dan Marguis (1957) dalam Sumardi Surya brata

(2005 : 161) memasukkan bakat (aptitude) dalam kemampuan

(ability). Menurut dia Ability mempunyai tiga arti yaitu :

a) Achievement yang merupakan Actual Ability, yang dapat

(49)

commit to user

b) Capacity yangmerupakan Potential Ability, yang dapat diukur

secara tida langsung dengan melalui pengukuran terhadap

kecakapan individu, dimana kecakapan ini berkembang dengan

perpaduan antara dasar dengan Training yang intensif dan

pengalaman.

c) Aptitude, yaitu kualitas yang dapat diungkap/diukur dengan tes

khusus yang sengaja dibuat untuk itu.

5). Kecerdasan/Intelegensi

J.P Chaplin dalam Slameto (2003 : 55) memberikan

pengertian Intelegensi sebagai berikut :

a) The ability to meet and adapt to novel situations quickli and

effectively.

b) The ability to utilize abstract concepts effectively.

c) The ability to grasp relationships and to learn quickly.

Intelegensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu :

(1) Kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam

situasi yang baru dengan cepat dan efektif,(2)

Mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara

efektif, mengetahui realisasi dan mempelajarinya dengan cepat,(3)

Mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

(50)

commit to user

intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang

tingkat intelegensinya rendah. Walaupun begitu siswa dengan

tingkat intelegensi tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya.

Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang

komplek dengan banyak faktor yang mempengaruhinya,

sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor diantara faktor yang

lainnya. Jika faktor lain itu bersifat menghambat/berpengaruh

negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya.

Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat

berhasil baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya

belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan

faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya memberi pengaruh

yang positif.

Pengetahuan mengenai tingkat kemampuan intelektual atau

intelegensi siswa akan membantu pengajar menentukan apakan

siswa mampu mengikuti kegiatan proses belajar mengajar, serta

meramalkan keberhasilan atau gagalnya siswa yang bersangkutan.

Meskipun demikian, perlu diingat bahwa prestasi siswa tidak

semata-mata ditentukan oleh tingkat kemampuan intelektualnya.

e. Tolak ukur kadar keaktifan siswa dalam belajar

Cara apapun yang digunakan pada waktu belajar mengandung

(51)

commit to user

Untuk dapat mengukur kadar keaktifan siswa dalam belajar,

berikut ini dikemukakan beberapa pendapat dari para pakar :

1). Mc Keachie (Student Centered versus Instructor. Centered

Instruction, 1954) mengemukakan tujuh dimensi dalam proses

belajar mengajar dimana terdapat variasi kadar keaktifan siswa

sebagai berikut :

a) Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajar

mengajar.

b) Penekanan pada aspek afektif dalam pengajaran.

c) Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar, utama yang berbentuk interaksi antar siswa.

d) Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa

yang kurang relevan atau salah.

e) Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok.

f) Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk

mengambil keputusan yang penting dalam kegiatan

sekolah.

g) Jumlah waktu yang digunakan untuk menangani masalah

pribadi siswa, baik yang berhubungan ataupun yang tidak

berhubungan dengan pelajaran.

2). K. Yamamoto (Many Faces Of Teaching, 1969) melihat kadar

keaktifan siswa itu dari segi intensionalitas atau kesengajaan

(52)

commit to user

guru) dalam proses belajar mengajar. Yamamato membedakan

keaktifan yang direncanakan secara sengaja (intensional),

keaktifan yang dilakukan sewaktu-waktu (insedental) dan sama

sekali tidak ada keaktifan dari kedua belah pihak.

Tabel 2.1. Diagram Intensi guru murid dalam kegiatan belajar mengajar

Keaktifan belajar

Intensional A. Belajar mengajar optimal

a. Pengertian Prestasi Belajar

Belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk

melakukan perubahan perilaku seseorang. Perubahan tersebut mencakup

perubahan tingkah laku, sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Menurut

Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan limgkungannya. Sedangkan menurut Sardiman (2000 : 20) belajar

dapat dilihat secara makro dan mikro. Secara makro belajar dapat

(53)

commit to user

seutuhnya. Sedangkan secara mikro belajar dimaksudkan sebagai usaha

penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian dari

kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara peserta

didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke

arah yang lebih baik. Mukminan (2004 : 10) mengatakan bahwa proses

belajar mengajar adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang

dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk

melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu sebagai proses

dan sebagai respons terhadap situasi.

Proses belajar mengajar bukan hanya terbatas pada event-event

yang dilakukan guru saja, tetapi mencakup semua event yang mungkin

mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Proses

belajar mengajar mencakup kejadian-kejadian yang diturunkan oleh

bahan-bahan cetak, gambar, program radion, televisi, film, slide, maupun

kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Dengan demikian, fungsi proses

belajar mengajar bukan hanya fungsi guru pengajar, melainkan fungsi

sumber-sumber belajar lain yang digunakan oleh pembelajar untuk belajar

sendiri.

Mulyasa (2004 : 100) mengemukakan bahwa proses proses

belajar mengajar dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat

(54)

commit to user

utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya

perubahan tingkah laku dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut

tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan

lingkungan yang kondusif.

Berkaitan dengan belajar, Thomas Clyton (1994 : 105),

mengatakan bahwa ada lima prinsip proses belajar mengajar yang

berguna, yaitu : change in his behavior, potential or actual. 5) The change in the learner tends to be fixed in the consequences of his behavior in terms of his own

motivational systems (Bean ; 2006 : 142)

Pendapat tersebut kurang lebih bernakna sebagai berikut : 1) Belajar

adalah suatu proses yang melibatkan tingkah laku, rangkaian peristiwa

dan juga hasil. 2) Belajar adalah hasil dari pengalaman. Pelajar dalam

beberapa hal harus bertindak atau bereaksi terhadap situasi yang

mengenainya. 3) Belajar sangat tergantung apa yang dilakukan pelajar, hal

tersebut melibatkan bagaimana memahami, berpikir, merasakan, dan

bagaimana bertindak. 4) Hasil akhir dari proses belajar adalah terjadinya

beberapa perubahan dalam diri pelajar yang dapat ditunjukkan dengan

perubahan perilaku, potensi, dan aktualisasi. 5) Perubahan dalam diri

pelajar cenderung sebagai akibat dari perilakunya dalam system motivasi.

(55)

commit to user

keaktivan belajar adalah bagaimana memahami, berpikir, merasakan,

bertindak dan berkreasi terhadap situasi, sehingga menghasilkan

perubahan potensi diri dan perubahan tingkah laku. Aktivitas belajar harus

ada pada siswa bukan pada guru.

Menurut Winkel (2003 : 136), prestasi adalah bukti keberhasilan

usaha yang dicapai seseorang. Sedangkan menurut Suryabrata (1981:78)

prestasi adalah hasil yang dicapai dari hasil latihan, atau pengalamam

yang didukung oleh kesadaran seseorang atau siswa untuk belajar. Jadi

prestasi adalah hasil yang dicapai seorang siswa dari latihan atau

pengalamannya.

Menurut Tirtonegoro (2004 : 43), prestasi belajar adalah hasil

yang dicapai atau ditunjukkan oleh siswa-siswa sebagai hasil belajar, baik

berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil yang

sudah dicapai oleh masing-masing anak dalam perilaku tertentu .Senada

dengan pendapat di atas, Suryabrata (1995: 199), mendefinisikan prestasi

belajar adalah hasil sesaat di dalam belajar yang berupa hasil penilaian

dalam angka-angka atau simbol-simbol

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa

Ada banyak faktor yang mempengaruhi belajar siswa, salah

satunya hal yang mendorong aktivitas belajar yang merupakan alasan

Gambar

Tabel
Gambar                                                                                       Halaman
Tabel 2.1. Diagram Intensi guru murid dalam kegiatan belajar mengajar
Gambar 2.1. Alur Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Risiko yang timbul akibat perubahan suku bunga dan nilai pasar surat berharga yang terjadi pada saat bank.

Bertolak dari paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian mengenai pengembangan modul pada pembelajaran Prakarya untuk

Bidang Keilmuan dan Bimbingan Belajar (Total JKEM minimal 600menit) TIDAK MELAKSANAKAN KEGIATAN

Berdasarkan uraian keterkaitan tingginya persentase penyandang DM tipe 2 dengan obesitas dan berdasarkan hasil penelitian - penelitian sebelumnya, mengenai hubungan

Metode evaluasi yang digunakan berdasarkan Kualitas dan Biaya, dimana untuk Evaluasi Kualitas dilakukan terhadap Penawaran File I meliputi administrasi dengan

Sebenarnya guru wanita banyak yang telah memiliki kompetensi menjadi kepala sekolah, tetapi banyak dari mereka yang menolak untuk menjadi kepala sekolah karena

Jenis penilitian yang digunakan penulis untuk memperoleh data adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran

[r]