• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi body fat percentage terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi body fat percentage terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Obesitas merupakan faktor risiko DM tipe 2. Hampir 90% penyandang DM tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas dapat dinilai dari body fat percentage, sedangkan DM tipe 2 dapat dinilai dari HbA1c. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara body fat percentage terhadap HbA1c.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Subyek penelitian adalah staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berjumlah 52 orang, yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel secara non-random dengan jenis purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan adalah skinfold thickness pada bagian triceps, suprailiac, dan abdominal untuk menghitung body fat percentage serta pengukuran HbA1c. Data yang diperoleh dihitung secara statistik dengan taraf kepercayaan 95% menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, Shapiro-Wilk, Mann-Whitney, dan Spearman.

Hasil penelitian menunjukan median umur subyek penelitian adalah 44 tahun, median body fat percentage sebesar 33,65 %, dan rata - rata HbA1c sebesar 5,52%. Hasil uji korelasi menunjukan korelasi positif tidak bermakna (p = 0,358) dengan kekuatan korelasi sangat lemah (r = 0,130) antara body fat percentage terhadap HbA1c.

Kesimpulan penelitian adalah terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara body fat percentage dengan HbA1c pada subyek penelitian.

(2)

ABSTRACT

Obesity is a risk factor for type 2 diabetes mellitus. Nearly 90% of people with type 2 diabetes mellitus are obese. Obesity can be judged from the body fat percentage, whereas type 2 diabetes mellitus can be assessed by HbA1c. The purpose of this study was to determine the correlation between body fat percentage on HbA1c.

This study is an observational analytic with cross sectional design. Subjects were healthy adult female staff at Sanata Dharma University in Yogyakarta totaling 52 people, who have met the inclusion and exclusion criteria. Sampling was carried out in a non-random with the type of purposive sampling. Measurements made are skinfold thickness at the triceps, suprailiac, and abdominal to calculate body fat percentage and measurement of HbA1c. Data obtained were statistically calculated with 95% confidence level using the Kolmogorov-Smirnov, Shapiro-Wilk, Mann-Whitney, and Spearman.

The results showed a median age of study subjects was 44 years, median body fat percentage of 33.65 %, and the average HbA1c of 5.52 %. Correlation test results showed a positive correlation was not significant ( p = 0.358 ) with the strength of a very weak correlation ( r = 0.130 ) between body fat percentage on HbA1c.

The conclusion of study revealed that there is no significant positive correlation with the strength of a very weak correlation between body fat percentage and HbA1c in the study subjects.

(3)

KORELASI BODY FAT PERCENTAGE TERHADAP HbA1c PADA STAF WANITA DEWASA SEHAT DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Maria Patrisia Triyasari Nala NIM : 118114007

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

KORELASI BODY FAT PERCENTAGE TERHADAP HbA1c PADA STAF WANITA DEWASA SEHAT DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Maria Patrisia Triyasari Nala NIM : 118114007

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

“Jadilah seperti orang yang berjalan

dengan kepala tegak sebab orang

tersebut akan selalu berjalan dengan

mantap walaupun sesaat akan jatuh

oleh batu sandungan”

-Sary Nala-

Karya yang tidak sempurna ini kupersembahkan kepada

Yesus Kristus yang selalu mendampingiku

Bapa, Mama, Kakak, dan Adik yang selalu mendukungku

Sahabat - Sahabatku dan Kekasihku yang selalu setia bersamaku

(8)
(9)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan, perlindungan, dan cinta kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Korelasi Body Fat Percentage Terhadap HbA1c Pada Staf Wanita Dewasa Sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm.) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ungkapan terimakasih yang sedalam - dalamnya, kepada semua pihak yang telah membantu penulis lewat dukungan tenaga, pikiran, waktu, dan curahan cinta agar penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Ungkapan terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk berdiskusi serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

2. Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Wakil Rektor I yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Aris Widayati, M.si, Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen penguji skripsi yang telah mendukung terselenggaranya penelitian ini dan bersedia memberikan saran serta arahan yang berharga kepada penulis.

(10)

vii

5. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini dengan memberikan ethical clearance.

6. Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam analisis darah untuk kepentingan penelitian.

7. Staf wanita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah bersedia untuk terlibat sebagai subyek penelitian.

8. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengarahan, dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan di Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.

9. Kedua orang tuaku dan pahlawanku Bapa Alo dan Mama Rini yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa, dukungan, dan bimbingan kepadaku selama ini.

10.Kakakku Toni dan Siska serta adik bungsuku Ria yang selalu mendukung dan menghiburku selama ini.

11.My lovely “Christian D.D. Nabi” yang bersedia menemaniku selama 5 tahun dan memberikan cinta, kasih sayang, dukungan, serta motivasi yang begitu berharga.

12.Sahabat - sahabatku ”Animal Crue” dan “Rakat Generation” yang telah bersedia untuk berbagi canda tawa disaat suka dan duka.

(11)

viii

14.Keluarga besar Muryono dan Nala yang telah memberikan dukungan dan arahan positif kepada penulis.

15.Teman - teman FKK A 2011 dan semua angkatan 2011 yang telah bersama - sama berbagi suka dan duka di Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.

16.Teman - teman seperjuanganku “skripsi payung 14” “Asri, Bona, Bagas, Oca,

Lala, Lisa, Vento, Shinta, Deta, Arvita, Avis, Tika, dan Deby”.

17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu dalam perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 06 November 2014

(12)
(13)

x

(14)

xi

B. Body Fat Percentage ... 16

C. Obesitas... 17

D. HbA1c ... 19

E. Resistensi Insulin dan DM Tipe 2 ... 20

F. Landasan Teori ... 21

G. Hipotesis ... 23

BAB III. METODE PENELITIAN... 24

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 24

B. Variabel Penelitian... 24

C. Definisi Operasional ... 25

D. Subyek Penelitian ... 26

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 29

G. Teknik Sampling ... 30

H. Instrumen Penelitian ... 31

I. Tata Cara Penelitian ... 31

1. Observasi Awal ... 31

2. Permohonan Izin dan Kerjasama ... 32

3. Pembuatan Informed Consent dan Leaflet ... 33

4. Pencarian Subyek Penelitian ... 34

5. Validitas dan Realiabilitas Instrumen Penelitian ... 35

6. Pengukuran Parameter Antropometri dan Pengambilan Darah ... 36

(15)

xii

8. Pengolahan Data ... 37

J. Analisis Data ... 37

K. Keterbatasan Penelitian ... 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Karakteristik Subyek Penelitian ... 40

1. Umur ... 41

2. Triceps Skinfold Thickness ... 43

3. Suprailiac Skinfold Thickness ... 44

4. Abdominal Skinfold Thickness ... 45

5. Body Fat Percentage ... 45

6. HbA1c ... 47

B. Perbandingan Rerata HbA1c Pada Kelompok Body Fat Percentage ≥ 30,1% dan Body Fat Percentage < 30,1% ... 49

C. Korelasi Body Fat Percentage Terhadap HbA1c ... 51

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 63

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kriteria Nilai Body Fat Percentage Wanita ... 17 Tabel II. Penelitian - Penelitian Pendukung Hipotesis ... 22 Tabel III. Kriteria Nilai Body Fat Percentage Wanita ... 26 Tabel IV. Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi,

Nilai p, dan Arah Korelasi ... 38 Tabel V. Karakteristik Subyek Penelitian ... 41 Tabel VI. Hasil Perbandingan Rerata HbA1c Pada Kelompok

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skinfold Caliper ... 12

Gambar 2. Teknik Pengukuran Skinfold Thickness ... 14

Gambar 3. Teknik Pengukuran Triceps Skinfold Thickness ... 14

Gambar 4. Teknik Pengukuran Suprailiac Skinfold Thickness ... 15

Gambar 5. Teknik Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness ... 16

Gambar 6. Upper Body Obesity (“Apple Obesity”) ... 18

Gambar 7. Skema Pencarian Subyek Penelitian ... 28

Gambar 8. Bagan Kajian Penelitian Payung ... 30

Gambar 9. Grafik Distribusi Umur Subyek Penelitian ... 42

Gambar 10. Grafik Distribusi Triceps Skinfold Thickness Subyek Penelitian ... 44

Gambar 11. Grafik Distribusi Suprailiac Skinfold Thickness Subyek Penelitian ... 44

Gambar 12. Grafik Distribusi Abdominal Skinfold Thickness Subyek Penelitian .. 45

Gambar 13. Grafik Distribusi Body Fat Percentage Subyek Penelitian ... 46

Gambar 14. Grafik Distribusi HbA1c Subyek Penelitian ... 48

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 64

Lampiran 2. Ethical Clearance ... 65

Lampiran 3. Surat Izin Peminjaman Tempat Penelitian ... 66

Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Subyek Penelitian Wanita ... 67

Lampiran 5. Leaflet (Tampak Depan dan Belakang) ... 68

Lampiran 6. Informed Consent ... 69

Lampiran 7. Pedoman Wawancara ... 70

Lampiran 8. Form Pengukuran Antropometri ... 71

Lampiran 9. Uji Validitas dan Realiabilitas Intrumen Penelitian (Skinfold Caliper Merek Phi Zhi Hou Du Fi®) (Wanita Umur 42 Tahun) .... 72

Lampiran 10. Dokumentasi Pengukuran Skinfold Thickness (Triceps, Suprailiac, Abdominal) ... 73

Lampiran 11. Dokumentasi Pengambilan Darah Subyek Penelitian ... 75

Lampiran 12. Deskriptif dan Uji Normalitas Umur ... 76

Lampiran 13. Deskriptif dan Uji Normalitas Triceps Skinfold Thickness ... 77

Lampiran 14. Deskriptif dan Uji Normalitas Suprailiac Skinfold Thickness ... 78

Lampiran 15. Deskriptif dan Uji Normalitas Abdominal Skinfold Thickness ... 79

Lampiran 16. Deskriptif dan Uji Normalitas Body Fat Percentage ... 80

Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c ... 81

(19)

xvi

Lampiran 19. Uji Komparatif Antara HbA1c Pada Kelompok Body Fat

(20)

xvii INTISARI

Obesitas merupakan faktor risiko DM tipe 2. Hampir 90% penyandang DM tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas dapat dinilai dari body fat percentage, sedangkan DM tipe 2 dapat dinilai dari HbA1c. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara body fat percentage terhadap HbA1c.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Subyek penelitian adalah staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berjumlah 52 orang, yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel secara non-random dengan jenis purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan adalah skinfold thickness pada bagian triceps, suprailiac, dan abdominal untuk menghitung body fat percentage serta pengukuran HbA1c. Data yang diperoleh dihitung secara statistik dengan taraf kepercayaan 95% menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, Shapiro-Wilk, Mann-Whitney, dan Spearman.

Hasil penelitian menunjukan median umur subyek penelitian adalah 44 tahun, median body fat percentage sebesar 33,65 %, dan rata - rata HbA1c sebesar 5,52%. Hasil uji korelasi menunjukan korelasi positif tidak bermakna (p = 0,358) dengan kekuatan korelasi sangat lemah (r = 0,130) antara body fat percentage terhadap HbA1c.

Kesimpulan penelitian adalah terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara body fat percentage dengan HbA1c pada subyek penelitian.

(21)

xviii ABSTRACT

Obesity is a risk factor for type 2 diabetes mellitus. Nearly 90% of people with type 2 diabetes mellitus are obese. Obesity can be judged from the body fat percentage, whereas type 2 diabetes mellitus can be assessed by HbA1c. The purpose of this study was to determine the correlation between body fat percentage on HbA1c.

This study is an observational analytic with cross sectional design. Subjects were healthy adult female staff at Sanata Dharma University in Yogyakarta totaling 52 people, who have met the inclusion and exclusion criteria. Sampling was carried out in a non-random with the type of purposive sampling. Measurements made are skinfold thickness at the triceps, suprailiac, and abdominal to calculate body fat percentage and measurement of HbA1c. Data obtained were statistically calculated with 95% confidence level using the Kolmogorov-Smirnov, Shapiro-Wilk, Mann-Whitney, and Spearman.

The results showed a median age of study subjects was 44 years, median body fat percentage of 33.65 %, and the average HbA1c of 5.52 %. Correlation test results showed a positive correlation was not significant ( p = 0.358 ) with the strength of a very weak correlation ( r = 0.130 ) between body fat percentage on HbA1c.

The conclusion of study revealed that there is no significant positive correlation with the strength of a very weak correlation between body fat percentage and HbA1c in the study subjects.

(22)

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Obesitas adalah suatu kelainan metabolik yang ditandai dengan penimbunan lemak berlebih pada tubuh (World Health Organization, 2014). Penderita kelebihan berat badan di dunia pada tahun 2008 mencapai 1,4 miliar jiwa, dan dari angka kejadian tersebut sekitar 200 juta jiwa laki - laki dan 300 juta jiwa perempuan mengalami obesitas (World Health Organization, 2014). Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013) diketahui bahwa 19,7% laki - laki dan 32,9% perempuan di Indonesia mengalami obesitas. Prevalensi obesitas meningkat maksimal 6 dekade pada wanita dan 7 dekade pada pria (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008). Berdasarkan data angka kejadian obesitas di dunia dan di Indonesia tersebut, diketahui bahwa wanita lebih berisiko mengalami obesitas dibandingkan pria. Perbedaan hormonal antara pria dan wanita menjadi salah satu penyebab wanita lebih berisiko mengalami obesitas (Khokhar, Sharda, and Kaur, 2010; Cleg and Woods, 2004).

(23)

21,257 juta jiwa dan di Kota Yogyakarta jumlah kasus DM pada tahun 2012 yaitu sekitar 7434 kasus (Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013; Arisman, 2013; Adnan, dkk, 2013). DM tipe 2 dapat dideteksi melalui pemeriksaan glukosa darah puasa, glukosa darah sewaktu, dan HbA1c. HbA1c sering digunakan dan direkomendasikan dalam penilaian terhadap status DM tipe 2 (American Diabetes Association, 2010). HbA1c adalah hemoglobin terglikosilasi yang dapat mengukur konsentrasi glukosa di dalam plasma dalam jangka waktu yang lama (3 bulan sebelumnya) (Dinsmoor, 2014; Reinhold and Earl, 2014).

Obesitas dapat dideteksi melalui antropometri yaitu pengukuran pada tubuh manusia untuk menilai status nutrisi maupun sebagai indikator kesehatan (Indriati, 2010; Dioum, Gartner, Bernard, Delpeuch, and Wade, 2005). Salah satu pengukuran antropometri yang sering dianjurkan dalam penilaian obesitas adalah skinfold thickness. Skinfold thickness adalah salah satu teknik pengukuran lemak di dalam tubuh yang kemudian dinyatakan dalam bentuk body fat percentage (de Menezes, Lopes, Chunca, Jansen, and Santos, 2012). Body fat percentage dapat menggambarkan secara langsung adipositas pada tubuh, hal ini yang menjadi dasar skinfold thickness lebih dianjurkan dalam penilaian obesitas (Guyton and Hall, 2006).

(24)

penelitian yang dilakukan oleh Gomez-Ambrosi, Silva, Escalda, Santos, Gil, Valenti, et al. (2011), yaitu body fat percentage dapat membantu memprediksi risiko mengalami DM tipe 2.

Berdasarkan uraian keterkaitan tingginya persentase penyandang DM tipe 2 dengan obesitas dan berdasarkan hasil penelitian - penelitian sebelumnya, mengenai hubungan body fat percentage dengan keadaan hiperglikemia dan DM tipe 2, penulis tertarik untuk melakukan identifikasi apakah terdapat korelasi bermakna antara body fat percentage sebagai salah satu parameter penilaian obesitas, terhadap parameter penilaian DM tipe 2 yaitu HbA1c pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai hubungan body fat percentage dengan HbA1c.

1. Perumusan masalah

Apakah terdapat korelasi bermakna antara body fat percentage terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Keaslian penelitian

(25)

a. “The Relation of Body Fat Distribution and Body Mass With Haemoglobin A1c, Blood Preassure and Blood Lipids in Urbans Japanese Men” (Iso, Kiyama, Naito, Sato, Kitamura, Iida, et al., 1990).

Penelitian yang dilakukan oleh Iso, et al. (1990) melibatkan 874 responden pria pada rentang umur 40 - 59 tahun. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara body fat distribution dan body mass index terhadap A1c, tekanan

darah, dan kadar lipid di dalam darah. Parameter body fat distribution yang digunakan adalah rasio lingkar pinggang panggul. Hasil yang diperoleh adalah terdapat hubungan yang signifikan antara body fat distribution dengan A1c (p =

0,02) dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara body mass index dengan A1c (p = 0,32).

b. “Associations of Body Composition With Type-2 Diabetes Mellitus” (Han, Feskens, Lean, and Seidell, 1998).

(26)

c. “Relationships of Age, Menopause and Central Obesity on Cardiovascular Disease Risk Factors in Chinese Woman” (Chang, Wu, Yao, Yang, Wu, and Lu, 2000).

Penelitian yang dilakukan oleh Chang, et al. (2000) merupakan penelitian cross sectional yang melibatkan 136 responden wanita Chinese premenopausal dan 193 wanita Chinese postmenopausal dengan body mass index < 30kg/m2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan umur dan status menopause terkait dengan perubahan obesitas general (body fat percentage dan body mass index) dan obesitas sentral (rasio lingkar pinggang panggul dan centrality index) terhadap faktor risiko kardiovaskular (yang diukur adalah tekanan darah, uji toleransi glukosa, HbA1c, dan profil lipid). Hasil penelitian adalah penuaan, status menopause, dan obesitas sentral mempunyai hubungan yang lebih signifikan terhadap faktor risiko kardiovaskular dibandingkan dengan wanita premenopause dan obesitas general.

d. “Body Fat Distribution and Risk of Type 2 Diabetes in the General Population: are There Differences Between Men and Women? The

MONICA/KORA Augsburg Cohort Study 1’2’3” (Meisinger, Doring, Thorand,

Heier, and Lowel, 2006).

(27)

yang diperoleh adalah body fat sangat terkait dengan perkembangan diabetes melitus tipe 2.

e. “Body Adiposity and Type 2 Diabetes : Increased Risk With a High Percentage Even Having a Normal BMI” (Gomez-Ambrosi, et al., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Gomez-Ambrosi, et al. (2011) merupakan penelitian cross sectional yang melibatkan 4828 responden berkulit putih (587 normal, 1320 overweight, dan 2921 obese berdasarkan klasifikasi BMI, dengan 66% adalah perempuan) pada rentang umur 18 - 80 tahun. Hasil penelitian ini adalah body fat percentage mengalami kenaikan yang signifikan pada pria (P = 0,008) dan wanita (P < 0,0001) prediabetes atau DM tipe 2 dengan kategori normal menurut BMI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah body fat percentage dapat membantu mediagnosa DM tipe 2 di luar informasi yang diberikan oleh BMI.

f. “Body Mass Index, Waist Circumference, Body Fat, Fasting Blood Glucosa in a Sample of Moroccan Adolescents Aged 11-17 Years” (Mehdad, Hamrani, Kari, Hamdouchi, Barakat, Mzibri, et al., 2012).

(28)

signifikan antara FM dan PBF dengan WC pada anak laki - laki dan perempuan. Hasil penelitian ini juga menunjukan FBG berkorelasi dengan FM dan PBF pada anak perempuan. Kesimpulannya adalah FM dan PBF dapat digunakan sebagai prediktor kelebihan lemak tubuh dan mengalami kenaikan kadar glukosa darah puasa.

g. “Obesity Indicators by Race/Ethnicity for Diagnosis of Cardiometabolic Diseases for a US Representative Sample of Adults” (Vaccaro and Huffman,

2013).

(29)

h. “Hubungan Obesitas Dengan Kadar HbA1c Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Provinsi Lampung” (Putri dan Larasati, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Larasati (2013) merupakan penelitian analitik dengan desain potong lintang menggunakan teknik accidental sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 46 orang pasien diabetes melitus tipe 2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan obesitas dengan kontrol glikemik pasien diabetes melitus tipe 2 yang diukur melalui pemeriksaan HbA1c. Hasil penelitian adalah tidak terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan kadar HbA1c.

i. “Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Abdominal Skinfold Thickness

Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa” (Pika, 2011).

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 57 orang dengan umur 39 ± 5 tahun. Taraf kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95%. Uji statistik korelasi Spearman menunjukan tidak ada korelasi bermakna antara BMI dengan kadar glukosa darah puasa (P = 0,141) dan antara abdominal skinfold thickness dengan kadar glukosa darah puasa (p = 0,077).

j. “Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Percent Body Fat (% BF) Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Mahasiswa dan Mahasiswi di Kampus III

(30)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi positif antara BMI dan % BF terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi di kampus III Universitas Sanata Dhrama Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dan teknik pengambilan sampel adalah non-random dengan jenis purposive sampling. Penelitian ini melibatkan 124 mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengukuran yang dilakukan adalah skinfold thickness (triceps, abdominal, dan suprailiac), berat badan, tinggi badan, dan glukosa darah puasa. Hasil penelitian ini adalah terdapat korelasi positif tidak bermakna antara BMI dengan glukosa darah puasa pada pria dan wanita (r = 0,061; p = 0,652 dan r =0,105; p = 0,400) dan korelasi positif tidak bermakna antara % BF dengan glukosa darah puasa pada pria dan wanita (r = 0,087; p = 0,521 dan r = 0,084; p = 0,500).

k. “Korelasi Abdominal Skinfold Thickness dan Body Mass Index Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD

Kabupaten Temanggung” (Ludji, 2014).

(31)

untuk wanita, uji Man-Whitney, serta uji korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian adalah terdapat korelasi tidak bermakna abdominal skinfold thickness terhadap kadar glukosa darah puasa pada responden pria (p = 0,330; r = 0,160) dan korelasi bermakna pada wanita (p = 0,002; r = -0,190). Terdapat korelasi tidak bermakna body mass index terhadap kadar glukosa darah puasa pada responden pria (p = 0,248; r = -0,190) dan responden wanita (p = 0,957; r = 0,007) di RSUD Kabupaten Temanggung.

3. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini sekiranya dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya mengenai korelasi body fat percentage terhadap HbA1c.

B. Tujuan

(32)

11 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Antropometri

Antropometri sering digunakan dalam praktek klinis sebab metode ini tergolong ekonomis dan mudah dalam pelaksanaannya. Antropometri merupakan pengukuran pada tubuh yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, body mass index (BMI), pengukuran pada kaki dan tangan, pengukuran lingkar tubuh, pengukuran pada robusitas, kepala, dan wajah, serta pengukuran skinfold thickness (tebal lipatan kulit). Informasi mengenai hasil pengukuran pada tubuh biasanya digunakan oleh dunia kesehatan untuk menilai status gizi, status pertumbuhan dan obesitas (Indriati, 2010; Haryono dan Prastowo, 2009; Preedy, 2012). Pengukuran body mass index (BMI), lingkar tubuh, dan skinfold thickness, merupakan pengukuran yang wajib dilakukan untuk menilai status obesitas serta kemungkinan mengalami DM tipe 2 dan dislipidemia (Haryono dan prastowo, 2009; Arisman, 2013).

1. Pengukuran skinfold thickness

(33)

2005; National Obesity Observatory, 2009). Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran skinfold thickness yaitu umur, jenis kelamin, dan etnik. Pengaruhnya berhubungan dengan distribusi lemak pada tubuh (Gibney, 2009; Preedy, 2012).

Pengukuran skinfold thickness menggunakan alat bantu yaitu skinfold caliper. Skinfold caliper tersedia dalam berbagai macam model dan brand. Setiap brand skinfold caliper memiliki prosedur pengukuran dan pengaturan tekanan rahang caliper (jaw) yang berbeda - beda, sehingga pembacaan hasil pengukuran juga akan berbeda. Pengukuran skinfold thickness sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan skinfold caliper dengan brand yang berbeda - beda (Bray and Bouchard, 2005; Preedy, 2012).

Gambar 1. Skinfold caliper

(34)

melakukan kalibrasi pada skinfold caliper (Norton and Olds, 2004; Beta Technology, 2008). Tekanan pada jaw dibuat konstan selama pengukuran dengan standar tekanan konstan jaw sebesar 10 g.mm2 dan akurasi 0,1 mm (Sirbu, Curscu, Popa, and Popa, 2009; Hall, Gripp, Allanson, and Slavotinek, 2007; Singh and Mehta, 2009).

(35)

Gambar 2. Teknik pengukuran skinfold thickness (Skyndex, 2013)

a. Triceps skinfold thickness. Pengukuran triceps skinfold thickness dilakukan dengan cara lipatan kulit dicubit dengan ibu jari dan jari telunjuk pada linea mid akromiale - radiale posterior. Lipatannya harus vertikaldan paralel terhadap garis lengan atas. Lipatan kulit diambil dari permukaan paling posterior lengan di atas muskulus triceps dilihat dari samping. Tempat lipatan kulit yang diambil harus dapat dilihat dari samping sebab hal ini menandakan bahwa, lipatan kulit tersebut merupakan titik paling posterior di atas triceps pada posisi anatomis (setinggi linea mid akromio - radiale). Posisi lengan harus relaksasi dengan sendi bahu eksorotasi ringan dan siku ekstensi di samping badan (Indriati, 2010). Nilai normal triceps skinfold thickness yaitu pada pria 15 mm dan wanita 25 mm (Rolfes, Pinna, and Whitney, 2012).

(36)

b. Suprailiac skinfold thickness. Pengukuran dilakukan dengan memastikan subyek dalam posisi tegak dan santai, tujuannya agar caliper tetap stabil saat pembacaan hasil pengukuran serta memberi kemudahan saat mencubit dan menarik lipatan kulit. Langkah selanjutnya adalah lipatan kulit diukur pada krista iliaka segaris dengan midaksila pada sisi lateral badan. Skinfold caliper ditempatkan pada lipatan tersebut dan dibaca hasilnya (Tufts, et al., 2003; Indriati, 2010). Menurut Junior, Scelza, Boaventura, Custodio, Moreira, and Oliveira (2012) cut off dari suprailiac skinfold thickness pada pria dan wanita yaitu 17,9 mm dan 19,8 mm.

Gambar 4. Teknik pengukuran suprailiac skinfold thickness

(37)

diperbolehkan menempatkan caliper di dalam lubang tali pusar (Indriati, 2010).

Gambar 5. Teknik pengukuran abdominal skinfold thickness

B. Body Fat Percentage

(38)

2009), formula yang digunakan untuk menghitung body fat percentage pada wanita dengan tiga titik pengukuran skinfold thickness yaitu sebagai berikut:

Body fat percentage sering dijadikan sebagai penanda obesitas dibandingkan body mass index. Body mass index bukan merupakan suatu pengukuran langsung terhadap adipositas dan tidak dapat dipakai pada individu dengan body mass index yang tinggi akibat besarnya massa otot (Guyton and Hall, 2006).

Tabel I. Kriteria nilai body fat percentage wanita (Hoeger and Hoeger, 2014)

≥ 40 tahun (%)

Obesitas adalah kelebihan lemak di dalam tubuh. Obesitas disebabkan oleh genetik, gaya hidup tidak aktif, pengaturan makanan yang tidak baik, dan kelebihan nutrisi (Dipiro, et al., 2008). Obesitas dapat dinilai dari body fat percentage. Sesorang dikatakan mengalami obesitas jika body fat percentage ≥ 31,1% pada pria dan ≥ 35,1% pada wanita (umur ≥ 40 tahun) (Hoeger and Densitas badan wanita = 1,099421 –0,0009929 (∑3F) + 0,0000016

(∑3F)2– 0,0001392 (umur,tahun) Body fat percentage = [(4,95/ Densitas badan) – 4,5] x 100

(39)

Hoeger, 2014; Guyton and Hall, 2006). Obesitas timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara energi yang keluar dari tubuh. Energi (makanan) yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah besar akan disimpan sebagai lemak. Jaringan lemak tersebut akan tersimpan dalam adiposity (jaringan subkutan) dan pada rongga intraperitoneal (Guyton and Hall, 2006; Porth and Matfin, 2009).

Obesitas merupakan faktor risiko DM tipe 2. Obesitas dibagi menjadi dua (berdasarkan letak distribusi lemak) yaitu upper body obesity dan lower body obesity. DM tipe 2 lebih disebabkan karena distribusi lemak berlebih pada daerah

upper body” (central, abdominal, visceral) (gambar 6). Lower body obesity kurang berkaitan dengan komplikasi metabolik (penyebab DM tipe 2) (Porth and Matfin, 2009; Vague (cit., International Chair on Cardiometabolic Risk, 2014)). Pengaruh obesitas terhadap DM tipe 2 diawali dengan penurunan sensitifitas insulin yang berujung pada resistensi insulin (Dipiro, et al., 2008; American Diabetes Association, 2010). Pengaruh obesitas terhadap sensitifitas insulin yang merupakan penanda DM tipe 2 adalah sebagai berikut:

(40)

1. Pada kondisi obesitas produksi adiponektin dan adipokin lainnya menurun. Adiponektin bekerja untuk meningkatkan sensitifitas terhadap insulin dengan meningkatkan efek insulin. Penurunan jumlah adiponektin dan adipokin lainnya akan berakibat pada menurunnya sensitifitas insulin sehingga efek insulin menjadi lemah;

2. Pada kondisi obesitasjumlah jaringan lemak meningkat. Jaringan lemak dapat menghasilkan hormon resistin yang mendorong resistensi insulin dengan mengganggu kerja insulin;

3. Asam - asam lemak bebas yang dihasilkan meningkat akibat meningkatnya jaringan lemak. Asam - asam lemak tersebut dapat menumpuk secara abnormal pada otot sehingga menggangu kerja dari insulin

(Sherwood, 2011).

D. HbA1c

HbA1c sering digunakan dan direkomendasikan sebagai penilaian DM tipe 2. HbA1c merupakan hemoglobin terglikosilasi yang dapat mengukur konsentrasi glukosa di dalam plasma dalam jangka waktu yang lama (3 bulan sebelumnya). Kadar HbA1c tidak dipengaruhi oleh peningkatan sementara glukosa di dalam darah akibat asupan makanan atau minuman (American Diabetes Association, 2010; Reinhold and Earl, 2014; Acton, 2013).

(41)

kadar glukosa darah dalam kurun waktu 3 bulan, sebab proses glikolisasi terjadi selama 120 hari (± 3 bulan) atau mengikuti umur dari sel darah merah (Marks, Marks, and Smith, 2010).

Penambahan glukosa pada hemoglobin (hemoglobin A1c) sebanding dengan kadar glukosa di dalam darah, artinya bila kadar glukosa darah berada dalam kisaran normal selama 120 hari terakhir maka hasil hemoglobin A1c akan menunjukan nilai normal, dan sebaliknya (Marks, et al., 2010; Dinsmoor, 2014; USCN, 2012). Menurut American Diabetes Association (2010), seseorang dikatakan mengalami diabetes jika nilai HbA1c ≥ 6,5%.

E. Resistensi Insulin dan DM Tipe 2

(42)

mengalir ke hati. Fatty fat acid dapat merangsang penurunan sensitifitas insulin di jaringan perifer (Dipiro, et al., 2008).

Masalah mendasar pada DM tipe 2 bukan karena kekurangan insulin tetapi terjadi penurunan kepekaan sel - sel sasaran terhadap insulin. DM tipe 2 bermula dari sindrom metabolik yang mencakup obesitas, resistensi insulin, hiperglikemia puasa, abnormalitas lipid, dan hipertensi (Guyton and Hall, 2006). Pada DM tipe 2 kadar glukosa di dalam darah yaitu puasa ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L), tidak puasa ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/L), dan kadar HbA1c ≥ 6,5% (American Diabetes Association, 2010).

F. Landasan Teori

Antropometri merupakan pengukuran pada tubuh yang digunakan untuk menilai status gizi, status pertumbuhan, dan obesitas. Antropometri yang sering digunakan untuk menilai status obesitas adalah skinfold thickness. Skinfold thickness merupakan metode yang digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak di dalam tubuh. Jumlah lemak hasil pengukuran skinfold thickness akan di konversikan ke dalam body fat percentage. Body fat percentage sering dijadikan sebagai penanda obesitas sebab body fat percentage dapat menggambarkan jumlah lemak di dalam tubuh secara langsung (Indriati, 2010; Bray and Bouchard, 2005; de Menezes, et al., 2012; Guyton and Hall, 2006).

(43)

mempengaruhi aktifitas dari insulin yaitu pengurangan hormon adipoknetin, peningkatan hormon resistin, dan peningkatan asam - asam lemak bebas. Kondisi - kondisi tersebut jika terjadi secara terus menerus dapat memicu terjadinya resistensi insulin yang merupakan penanda DM tipe 2. DM tipe 2 merupakan keadaan hiperglikemia yang diakibatkan karena resistensi insulin. DM tipe 2 ditandai dengan adanya peningkatan HbA1c di dalam darah. HbA1c dapat memberikan gambaran konsentrasi glukosa di dalam darah dalam jangka waktu yang lama (3 bulan sebelumnya) (Dipiro, et al., 2008; Sherwood, 2011; Guyton and Hall, 2006; American Diabetes Association, 2010; Reinhold and Earl, 2014).

Peningkatan terhadap body fat percentage mengindikasikan obesitas, sedangkan obesitas dapat memicu DM tipe 2 yang ditandai dengan peningkatan kadar HbA1c di dalam darah. Body fat percentage dapat memberikan gambaran mengenai kadar glukosa di dalam darah dan dapat digunakan untuk memprediksi risiko DM tipe 2 (Kim, et al., 2011; Gomez-Ambrosi, et al. , 2011).

Tabel II. Penelitian - penelitian pendukung hipotesis

(44)

Normal BMI obese pada rentang umur 18 - 80 tahun

pria (P = 0,008) dan wanita (P < 0,0001)

prediabetes atau DM tipe 2

G. Hipotesis

(45)

24 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan potong lintang/cross sectional. Penelitian observasional analitik digunakan untuk mencari korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2012). Rancangan penelitian potong lintang/cross sectional yaitu penelitian dinamika korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek yang dilakukan pada satu waktu, artinya penelitian terhadap subyek dilakukan satu kali saja tanpa adanya tindak lanjut atau pengulangan pengukuran. Rancangan penelitian ini dipilih sebab cocok untuk penelitian klinis, baik deskriptif maupun analitik (Saryono, 2011; Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai korelasi antara body fat percentage terhadap HbA1c. Body fat percentage merupakan faktor risiko, sedangkan HbA1c merupakan faktor efek. Penelitian terhadap subyek dilakukan satu kali saja tanpa tindak lanjut atau pengulangan pengukuran. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik untuk mengetahui ada tidaknya korelasi bermakna antara body fat percentage terhadap HbA1c.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : body fat percentage 2. Variabel tergantung : HbA1c

(46)

a. Terkendali : umur dan jenis kelamin

b. Tidak terkendali : gaya hidup atau lifestyle, aktifitas, dan keadaan patologis

C. Definisi Operasional

1. Subyek penelitian adalah staf administratif dan edukatif wanita dewasa pertengahan sehat pada umur 40 - 50 tahun di Kampus I, II, dan III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang masih aktif dan bersedia ikut di dalam penelitian serta telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.

2. Karakteristik penelitian meliputi pengukuran antropometri dan hasil pemeriksaan laboratorium. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran skinfold thickness dan hasil pemeriksaan laboratorium yaitu HbA1c.

3. Pengukuran skinfold thickness yaitu pengukuran lipatan kulit pada bagian triceps, suprailiac, dan abdominal dengan skinfold caliper yang dinyatakan dalam bentuk mm.

4. Body fat percentage yaitu nilai dalam bentuk % yang diperoleh dari hasil pengukuran 3 skinfold thickness yaitu triceps, suprailiac, dan abdominal berdasarkan formula menurut Jackson, et al., (cit., Etson and Reilly, 2009)

Densitas badan wanita = 1,099421 –0,0009929 (∑3F) + 0,0000016

(∑3F) 2

0,0001392 (umur,tahun)

Body fat percentage = [(4,95/ Densitas badan) – 4,5] x 100

(47)

5. HbA1c diperoleh dari hasil pemeriksaan di Laboratorium Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang dinyatakan dalam %.

6. Standar yang digunakan di dalam penelitian ini adalah:

a. Nilai HbA1c kategori diabetes berdasarkan American Diabetes Association (2010) yaitu ≥ 6,5%.

b. Klasifikasi body fat percentage berdasarkan Hoeger and Hoeger (2014) yaitu:

(48)

Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah wanita dengan rentang umur antara 40 - 50 tahun dan bersedia menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi yang ditetapkan adalah tidak hadir saat pengambilan data, mengidap penyakit - penyakit degeneratif (diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia, dan kardiovaskular), mengkonsumsi obat - obatan rutin (obat - obatan terkait penyakit diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia dan kardiovaskular), menopause, menggunakan alat kontrasepsi (kecuali IUD), paska operasi (khususnya operasi rahim), dan hamil.

(49)

Skema pencarian subyek penelitian dapat dilihat pada gambar 7 yaitu sebagai berikut:

Gambar 7. Skema pencarian subyek penelitian

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kampus I dan Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta selama 5 hari. Penelitian dilaksanakan pada minggu ke IV bulan September 2014, dilanjutkan pada minggu pertama dan minggu kedua bulan Oktober 2014. Perincian tempat dan waktu penelitian adalah sebagai berikut :

(50)

b. Pengambilan data kedua dilaksanakan pada tanggal 26 September 2014 dari pukul 07.00 - 10.00 WIB, bertempat di Ruang Seminar Gedung LPPM Kampus I Mrican Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

c. Pengambilan data ketiga dilaksanakan pada tanggal 02 Oktober 2014 dari pukul 07.00 09.30 WIB, bertempat di Ruang Kerja masing -masing subyek penelitian Kampus I Mrican Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

d. Pengambilan data keempat dilaksanakan pada tanggal 03 Oktober 2014 dari pukul 08.00 09.30 WIB, bertempat di Ruang Kerja masing -masing subyek penelitian Kampus III Paingan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

e. Pengambilan data kelima dilaksanakan pada tanggal 09 Oktober 2014 dari pukul 07.00 09.00 WIB, bertempat di Ruang Kerja masing -masing subyek penelitian Kampus I Mrican Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

F. Ruang Lingkup Penelitian

(51)

in Renal Disease (MDRD), dan Chronic Kidney Disease Epidemiology (CKDE) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”.

Kajian yang diangkat oleh peneliti di dalam penelitian ini dibatasi lingkupannya pada korelasi body fat percentage terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Gambar 8. Bagan kajian penelitian payung

G. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-random sampling dengan jenis purposive sampling. Teknik non-random sampling adalah pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang

(52)

sama untuk diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Purposive sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan atas pertimbangan yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan identifikasi karakteristik populasi yaitu ciri atau sifat - sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012; Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Pada penelitian ini pengambilan sampel didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan sebelumnya.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah skinfold caliper merek phi zhi hou du fi® untuk mengukur lipatan kulit subyek penelitian di area triceps, suprailiac, dan abdominal yang dinyatakan dalam mm, serta Cobas C 581® digunakan untuk mengukur kadar HbA1c di dalam darah yang dinyatakan dalam %.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

(53)

2. Permohonan izin dan kerjasama

Permohonan izin pertama diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Ethical clearance dibutuhkan sebab, di dalam penelitian ini menggunakan sampel darah manusia dan hasil penelitian ini dapat dipublikasikan. Ethical clearance diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tanggal 14 Agustus 2014 dengan nomor Ref: KE/FK/896/EC.

Permohonan izin kedua ditujukan kepada Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk memperoleh izin melaksanakan penelitian di lingkungan Kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang selanjutnya izin tersebut diteruskan ke Bagian Personalia agar dapat memperoleh izin untuk melibatkan staf wanita Kampus I, II, dan III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam penelitian. Izin dari Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diberikan pada tanggal 04 Agustus 2014 dengan tembusan ditujukan kepada Kepala Biro Personalia untuk menyediakan data staf wanita administratif dan edukatif Kampus I, II, dan III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Permohonan izin ketiga ditujukan kepada kepala bagian Rumah Tangga untuk peminjaman ruangan yang akan digunakan dalam penelitian. Izin dari kepala bagian Rumah Tangga diberikan pada tanggal 03 September 2014.

(54)

kerjasama kedua diajukan kepada subyek penelitian dengan menggunakan informed consent.

3. Pembuatan informed consent dan leaflet

a. Informed consent.Merupakan bukti tertulis pernyataan kesediaan calon subyek penelitian untuk ikut terlibat di dalam penelitian. Informed consent disusun berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Seluruh subyek penelitian yang bersedia terlibat di dalam penelitian ini, wajib mengisi data berupa nama, umur, tanggal lahir, alamat, dan nomor telepon/HP yang dapat dihubungi pada informed consent, kemudian menandatanganinya sebagai bukti kerjasama, setelah mendapat penjelasan singkat mengenai penelitian. b. Leaflet. Digunakan untuk membantu subyek penelitian dalam memahami

(55)

4. Pencarian subyek penelitian

(56)

pengambilan darah dan pengukuran antropometri pada jam dan tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Subyek penelitian yang tidak hadir pada saat pelaksanaan kegiatan, juga akan dihubungi melalui SMS atau telepon untuk memastikan kehadirannya di dalam penelitian.

5. Validitas dan realiabilitas instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah skinfold caliper merek phi zhi hou du fi® untuk mengukur lipatan kulit subyek penelitian di area triceps, suprailiac, dan abdominal yang dinyatakan dalam mm. Validitas menunjukan keakuratan dari alat/instumen penelitian untuk dapat mengukur apa yang hendak kita ukur, sedangkan realiabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana hasil pengukuran suatu alat/instrument selalu konsisten dalam pengukuran yang dilakukan berulang kali (Notoatmodjo, 2012; Weiner, 2007). Indeks realiabilitas ditunjukan dengan CV (Coefficient of Variation) (Doi and Williams, 2013). Menurut Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik (2011), alat/instrument dikatakan reliable jika CV ≤ 5%.

(57)

Alat/instrumen merek Cobas C 581® yang digunakan untuk mengukur kadar HbA1c di dalam darah, disediakan oleh pihak Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

6. Pengukuran parameter antropometri dan pengambilan darah

Parameter yang diukur oleh peneliti adalah triceps skinfold thickness, suprailiac skinfold thickness dan abdominal skinfold thickness, sedangkan pengambilan darah subyek penelitian untuk pengukuran nilai HbA1c dilakukan oleh tenaga ahli dari Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Pengukuran triceps skinfold thickness dilakukan dengan cara, subyek penelitian dalam posisi berdiri tegak membelakangi peneliti, posisi tangan lurus disamping pinggang, dan relax (tidak kaku atau tegang). Subyek penelitian diminta kesediaannya untuk mengangkat lengan baju agar yang terukur benar - benar adalah lipatan kulit. Peneliti kemudian mencubit dan menarik kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk pada bagian linea mid akromiale - radiale posterior. Lipatannya vertikal dan paralel terhadap garis lengan atas. Langkah selanjutnya adalah Jaw caliper (bagian dari skinfold caliper) ditempatkan pada lipatan kulit yang terbentuk, dibiarkan beberapa detik agar caliper stabil kemudian dibaca hasilnya.

(58)

ditarik untuk pengukuran suprailiac adalah krista iliaka segaris dengan midaksila pada sisi lateral badan. Pada pengukuran abdominal lipatan diambil secara vertikal 5 cm (kira - kira di midline belly rectus abdominis) dari sisi tangan omphalion (titik tengah nevel/lubang tali pusar). Langkah selanjutnya adalah jaw caliper ditempatkan pada lipatan kulit yang terbentuk, dibiarkan beberapa detik agar caliper stabil kemudian dibaca hasilnya.

7. Pembagian hasil pengukuran antropometri dan pemeriksaan darah Hasil pengukuran antropometri dan pemeriksaan darah diberikan kepada subyek penelitian, segera setelah mendapatkan hasil pemeriksaan darah oleh pihak Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Peneliti mendatangi subyek penelitian dan menjelaskan secara singkat mengenai hasil pengukuran antropometri dan pemeriksaan darah. Peneliti juga memberikan saran non farmakologis terkait hasil yang tidak normal.

8. Pengolahan data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian, selanjutnya diolah dengan menyusun data sejenis dan menggolongkan data tersebut sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan. Setelah kategorisasi data sejenis dilakukan, langkah selanjutnya adalah analisis data.

J. Analisis Data

(59)

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (n > 50). Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p > 0,05. Distribusi data juga dapat dilihat dari histogram yaitu jika histogram yang dihasilkan simetris tidak miring kiri maupun kanan dan tidak terlalu tinggi atau rendah. Uji komparatif dimulai dengan uji normalitas pada dua kelompok data yaitu body fat percentage ≥ 30,1% dan < 30,1% menggunakan uji Shapiro-Wilk (masing - masing kelompok n ≤ 50). Uji komparatif yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Mann-Whitney, sebab salah satu dari kelompok data tidak terdistribusi normal. Dalam uji komparatif jika nilai p > 0,05 maka kedua kelompok data yang dianalisis tidak berbeda bermakna. Uji korelasi yang digunakan adalah uji Spearman, sebab salah satu variabel penelitian tidak terdistribusi normal. Suatu korelasi dianggap bermakna jika nilai p < 0,05 (Dahlan, 2009).

(60)

K. Keterbatasan Penelitian

(61)

40 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada rentang umur 40 - 50 tahun. Subyek penelitian yang bersedia terlibat di dalam penelitian yaitu sebanyak 52 orang dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan sebelumnya. Jumlah subyek penelitian di dalam penelitian ini telah mencukupi kebutuhan sampel untuk metode korelasi yaitu sebanyak 30 sampel tiap kelompok (Umar, 2007; Lodico, et al., 2010).

(62)

thickness, dan HbA1c terdistribusi normal (P > 0,05) sehingga profil data yang akan disajikan adalah mean ± SD. Pengujian normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov sebab jumlah data penelitian adalah ≥ 50.

Tabel V. Karakteristik subyek penelitian 3 Suprailiac skinfold thickness 25,37 ± 7,95 ** 0,200 4 Abdominal skinfold thickness 30,30 ± 7,94 ** 0,200 5 Body fat percentage 33,65 (17,46-55,75)* 0,043

6 HbA1c 5,52 ± 0,47 ** 0,200

Keterangan : * = median (minimum - maksimum) ** = mean ± SD

1. Umur

Pada penelitian ini rentang umur yang digunakan adalah 40 - 50 tahun. Pengujian normalitas umur subyek penelitian menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil yang diperoleh adalah data tidak terdistribusi normal dilihat dari signifikansi (p) yaitu 0,005 dan dapat dilihat dari histogram yaitu tidak simetris serta cendrung miring ke kiri (Gambar 9). Ukuran pemusatan umur dinyatakan dengan median yaitu 44,00 dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum - maksimum yaitu 40,00 - 50,00.

(63)

Aruna (2011) yang melibatkan 490 responden (228 pria dan 262 wanita) pada rentang usia 29 - 59 tahun ditemukan bahwa usia 40 - 59 tahun merupakan usia yang rentan mengalami sindrom metabolik salah satunya adalah kenaikan glukosa darah (hiperglikemia). Menurut National Institute on Aging (2014), wanita mulai mengalami menopause pada usia 51 tahun. Pada penelitian ini status menopause merupakan salah satu kriteria eksklusi, sehingga range umur yang digunakan dibatasi antara 40 - 50 tahun.

Gambar 9. Grafik distribusi umur subyek penelitian

(64)

sehingga pengeluaran energi dan asupan makanan menjadi tidak seimbang (Barnett and Kumar, 2009). Menurut Dipiro, et al. (2008) status sosial ekonomi mempengaruhi prevalensi obesitas pada umur 25 - 54 tahun.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Choi and Shi (2001) yang

melibatkan 69.494 responden pada umur ≥ 12 tahun, menunjukan bahwa

prevalensi diabetes melitus meningkat seiring dengan peningkatan umur. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mihardja, Soetrisno, dan Soegondo (2013) yang melibatkan 15.332 orang dewasa pria dan wanita pada rentang umur 18 - 55 tahun, menunjukan bahwa kejadian diabetes melitus pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria dan kejadian diabetes melitus meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Prevalensi diabetes juga meningkat pada kelompok dengan status sosial ekonomi tinggi.

2. Triceps skinfold thickness

(65)

pengukuran pada tubuh dan terkait dengan tingkat kenyamanan yang tinggi dibandingkan site lainnya.

Gambar 10. Grafik distribusi triceps skinfold thickness subyek penelitian

3. Suprailiac skinfold thickness

Hasil uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov dengan taraf kepercayaan 95%) suprailiac skinfold thickness yaitu data terdistribusi normal dilihat dari p = 0,200 dan dapat dilihat dari histogram yaitu simetris dan tidak miring ke kanan maupun ke kiri (Gambar 11). Ukuran pemusatan dinyatakan dengan mean yaitu 25,37 dan ukuran penyebaran dinyatakan dengan standar deviasi yaitu 7,95.

(66)

4. Abdominal skinfold thickness

Pengujian normalitas abdominal skinfold thickness subyek penelitian menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil yang diperoleh adalah data terdistribusi normal dilihat dari signifikansinya (p) = 0,200 dan dapat dilihat dari histogram yaitu simetris dan tidak miring ke kanan maupun ke kiri (Gambar 12). Ukuran pemusatan dinyatakan dengan mean yaitu 30,30 dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam standar deviasi yaitu 7,94.

Gambar 12. Grafik distribusi abdominal skinfold thickness subyek penelitian

5. Body fat percentage

(67)

dengan median yaitu 33,65 (kategori overweight) dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum - maksimum yaitu 17,46-55,75.

Gambar 13. Grafik distribusi body fat percentage subyek penelitian

Body fat percentage menggambarkan distribusi lemak subkutan yang diperoleh dari hasil konversi pengukuran skinfold thickness. Dalam perhitungan nilai body fat percentage minimal dibutuhkan 3 titik pengukuran skinfold thickness (Indriati, 2010). Pemilihan triceps, suprailiac, dan abdominal untuk pengukuran skinfold thickness didasarkan atas pertimbangan kenyamanan dari subyek penelitian, kemudahan dalam melakukan pengukuran, titik pengukuran harus mempunyai korelasi yang tinggi dengan total lemak tubuh, dan dapat diaplikasikan pada semua individu (umur, jenis kelamin, etnik) (National Obesity Observatory, 2009; Bray and Bouchard, 2005; Sirbu, et al., 2009; Hall, et al., 2007; Beta Technology, 2008).

(68)

dengan body mass index yang tinggi akibat besarnya massa otot (Guyton and Hall, 2006). Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Nooyens, Koppes, Visscher, Twisk, Kemper, Schuit, et al. (2007) yaitu pengukuran lemak subkutan dapat memprediksi kelebihan berat badan dan obesitas dibandingkan dengan body mass index.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mott, Wang, Thornton, Allison, Heymsfield, and Pierson (1999), usia dewasa pertengahan (middle age) memiliki body fat percentage yang lebih tinggi dibandingkan pada usia muda dan lansia (p < 0,001). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Gallagher, Visser, Sepulveda, Pierson, Harris, and Heymsfied (cit., Carpenter, Yan, Chen, Hong, Arechiga, Kim, et al., 2013), body fat percentage pada usia tua lebih tinggi dibandingkan dengan usia muda.

6. HbA1c

(69)

beberapa subyek penelitian yang nilai HbA1c melebihi nilai normal. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada gambar 14, yaitu terdapat data yang arahnya cendrung ke kanan (HbA1c semakin tinggi) dan terpisah dari data yang lain.

Gambar 14. Grafik distribusi HbA1c subyek penelitian

HbA1c merupakan hemoglobin terglikosilasi yang dapat mengukur konsentrasi glukosa di dalam plasma dalam jangka waktu yang lama (3 bulan sebelumnya) (American Diabetes Association, 2010). Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab kenaikan kadar HbA1c di dalam darah. Obesitas dapat mengakibatkan gangguan pada proses uptake glukosa ke dalam sel sehingga mengakibatkan kadar glukosa di dalam darah meningkat (Sherwood, 2011). Penambahan glukosa pada hemoglobin (HbA1c) sebanding dengan kadar glukosa di dalam darah, artinya bila kadar glukosa darah berada dalam kisaran normal selama 120 hari terakhir maka hasil HbA1c akan menunjukan nilai normal, dan sebaliknya (Marks, et al., 2010; Dinsmoor, 2014; USCN, 2012).

(70)

yang dilakukan oleh Edelman, Olsen, Dudley, Harris, and Oddone (2005), yaitu HbA1c berguna untuk skrining diabetes periodik, artinya HbA1c dapat membantu memprediksi risiko diabetes melitus di masa mendatang. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Ibrahim, Ismail, Zukri, Ismail, and Bebakar (2009), yaitu HbA1c memiliki sensitifitas dan spesifikasi yang baik untuk mendiagnosa abnormalitas toleransi glukosadan diabetes melitus tipe 2.

B. Perbandingan Rerata HbA1c pada kelompok body fat percentage ≥ 30,1% dan body fat percentage < 30,1%

Uji komparatif atau perbandingan di dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan bermakna antara HbA1c pada kelompok body fat percentage ≥ 30,1% dengan HbA1c pada kelompok body fat percentage < 30,1%. Uji komparatif dapat menggambarkan hasil korelasi antara body fat percentage dengan HbA1c. Uji komparatif yang digunakan ditentukan dari hasil uji normalitas pada kelompok data body fat percentage ≥ 30,1% dan body fat percentage < 30,1%.

(71)

bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok data (Dahlan, 2009). Hasil uji perbandingan rerata dua kelompok data disajikan pada tabel VI yaitu sebagai berikut:

Tabel VI. Hasil perbandingan rerata HbA1c pada kelompok body fat percentage 30,1% dan< 30,1%

Hasil uji komparatif menunjukan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara HbA1c pada kelompok body fat percentage ≥ 30,1% dan antara kelompok body fat percentage < 30,1%. Hal ini dilihat dari nilai signifikansi (p) = 0,703. Uji komparatif yang tidak bermakna juga didukung oleh mean kedua kelompok data yang sama-sama dalam kisaran normal (American Diabetes Association, 2014). Perbedaan yang tidak bermakna pada uji komparatif menunjukan bahwa seseorang yang mempunyai body fat percentage normal maupun tidak normal (overweight/obese) sama - sama memperlihatkan profil HbA1c yang normal.

(72)

kejadian hiperglikemia antara body fat percentage normal (< 30%) dan body fat percentage tinggi (≥ 30%) yaitu dilihat dari nilai p = 0,004. Penelitian tersebut melibatkan 5852 responden wanita sehat pada rentang umur 30 - 49 tahun. Secara garis besar, hasil penelitian tersebut adalah semakin tinggi body fat percentage maka semakin tinggi mengalami hiperglikemia (nilai OR 1,56 (1,18 - 2,17)). Perbedaan hasil penelitian dapat disebabkan karena perbedaan dalam pengukuran untuk memperoleh nilai body fat percentage. Penelitian yang dilakukan oleh Kim, et al. (2011) menggunakan bioelectrical impedance analysis (BIA) instrument, sedangkan penelitian ini menggunakan metode antropometri yaitu skinfold thickness. BIA lebih menunjukan body fat percentage yang konsisten dibandingkan dengan skinfold thickness, namun memiliki kelemahan dalam mengukur body fat percentage pada ras yang berbeda (National Obesity Observatory, 2009; Martin, Gomez, and Antrozan, 2001).

C. Korelasi body fat percentage terhadap HbA1c

(73)

kenaikan body fat percentage tidak mempengaruhi kadar HbA1c di dalam darah. Diagram sebaran korelasi body fat percentage terhadap HbA1c yaitu sebagai berikut:

Gambar 15. Diagram sebaran korelasi body fat percentage terhadap HbA1c

Diagram sebaran korelasi di atas menunjukan bahwa kenaikan body fat percentage tidak mempengaruhi kenaikan pada HbA1c. Nilai maksimum body fat percentage = 55,75%, dan nilai minimumnya = 17,46%, sedangkan nilai maksimum HbA1c = 7,73% dan nilai minimumnya = 4,93%.

(74)

fat percentage maksimal pada penelitian ini (55,75%) yaitu sebesar 31,09%. Menurut klasifikasi body fat percentage Hoeger and Hoeger (2014) body fat percentage sebesar 31,09% menunjukan bahwa subyek penelitian tersebut tidak mengalami obesitas. Fakta - fakta ini juga ditunjukan dari diagram sebaran korelasi, yaitu nampak data yang keluar dari sebaran data. Data tersebut menunjukan nilai HbA1c yang tinggi sedangkan body fat percentage bukan merupakan nilai maksimum. Fakta - fakta yang dijumpai di dalam penelitian ini dapat disebabkan karena telah terjadi proses lipolisis dan penguraian protein akibat dari keadaan hiperglikemia yang dialami subyek penelitian. Menurut Sherwood (2011) dan Porth and Matfin (2009) pada orang yang mengalami diabetes melitus terdapat konsekuensi pada metabolime lemak dan protein yaitu terjadi lipolisis lemak dan penguraian protein yang berakibat pada penurunan jumlah lemak dan berat badan. Hal ini tercermin dari nilai body fat percentage yang bukan merupakan kategori obesitas, sehingga dapat diperkirakan subyek penelitian telah mengalami penurunan jumlah lemak dari keadaan sebenarnya, namun perlu dilakukan wawancara lebih lanjut terkait dengan apakah sebelumnya subyek penelitian mengalami penurunan berat badan yang signifikan.

(75)

karena body fat percentage lebih menggambarkan lemak subkutan dibandingkan lemak viseral, sedangkan rasio lingkar pinggang panggul dan centrality index lebih menggambarkan lemak viseral. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vaccaro and Huffman (2013), triceps skinfold thickness tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap hiperglikemia, sehingga terdapat kemungkinan bahwa titik pengukuran dapat mempengaruhi hasil di dalam penelitian ini.

(76)

55 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara body fat percentage terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Saran

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan parameter glukosa darah puasa dalam pengujian body fat percentage terhadap HbA1c. 2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan pengukuran

hemoglobin sebelum dilakukan pengukuran HbA1c.

3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan menaikan jumlah sampel penelitian. 4. Bagi masyarakat umum khususnya staf wanita di Universitas Sanata Dharma

Gambar

Tabel V.  Karakteristik Subyek Penelitian ...........................................................
Gambar 1.  Skinfold caliper
Gambar 2. Teknik pengukuran skinfold thickness (Skyndex, 2013)
Gambar 5. Teknik pengukuran  abdominal skinfold thickness
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah, adanya korelasi positif lemah bermakna antara body mass index dengan rasio kolesterol total/HDL (r=0,372; p=0,007) dan

Hasil yang didapatkan didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dwimartutie, Setiati, dan Oemardi (2010) yang dilakukan pada 55 responden dengan hasil terdapat

Jenis penelitian yaitu observasional analitik dengan rancangan cross- sectional (rancangan potong-lintang). Subjek penelitian adalah staf wanita dewasa sehat di

Hasil penelitian ini menunjukan adanya perbedaan nilai HbA1c dan profil lipid antara kelompok wanita dewasa dengan obesitas sentral dan tanpa obesitas

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang diangkat penulis dalam penelitian ini adalah : apakah terdapat korelasi antara pengukuran antropometri Body

Berdasarkan hasil pencarian informasi terkait penelitian mengenai korelasi body mass index (BMI) terhadap HbA1c dapat dinyatakan belum pernah melakukan penelitian ini

body fat percentage dan HbA1c yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap 45 orang wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, ditemukan fakta

Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian Korelasi Body Mass Index BMI Terhadap Rasio Lipid pada Staf Wanita Dewasa Sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta adalah rerata nilai