• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum Islam terhadap peleksanaan walimah perkawinan adat Minangkabau di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum Islam terhadap peleksanaan walimah perkawinan adat Minangkabau di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN WALIMAH PERKAWINAN ADAT MINANGKABAU DI NAGARI TABEK PANJANG

KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh: ALI IMRAN NIM : 103044128021

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULAH

(2)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN WALIMAH PERKAWINAN ADAT MINANGKABAU DI NAGARI TABEK PANJANG

KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh : Ali Imran NIM : 103044128021

Di Bawah Bimbingan : Pembimbing

Drs. H. Odjo Kusnara. N, M.Ag NIP. 150 060 388

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULAH

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul: “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN WALIMAH PERKAWINAN ADAT MINANGKABAU DI NAGARI TABEK PANJANG KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam pada Program Studi Ahwal Syakhshiyyah (Peradilan Agama).

Jakarta, 31 Maret 2008 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA (...………...) NIP. 150 169 102

Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag., MH (....……….………...) NIP. 150 268 783

Pembimbing : Drs. H. Odjo Kusnara. N, M.Ag (....……….………...) NIP. 150 060 388

Penguji I : Drs. Noryamin Aini, MA (...………..………...) NIP. 150 247 330

(4)

KATA PENGANTAR

ﻢﻴﺣﺮﻟاﻦﻤﺣﺮﻟاﷲاﻢﺴﺑ

Puji dan syukur ke hadirat-Mu ya Allah tuhan pemberi rahmat semesta alam, berkat rahmat dan hidayah-Mu lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bimbingan dan petunjuk-Mu selalu penulis harapkan untuk menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

Shalawat beriring salam semoga tetap dianugerahkan kepada suri tauladan umat, Nabi besar Muhammad saw, keluarganya, para sahabatnya, serta ulama-ulama yang berjuang untuk menuju Islam sebagai agama yang mulia.

Dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, banyak pekerjaan-pekerjaan yang penulis harus selesaikan bersamaan dengan penyelesaian skripsi ini. Semua itu dapat diselesaikan karena bimbingan dan dorongan serta bantuan semua pihak yang pernah berhubungan dengan penulis. Keterbatasan dan kekurangan penulis dalam penyusunan skripsi ini sangat layak mendapatkan bimbingan. Akhirnya selesai juga skripsi ini dan penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung atau tidak langsung, yaitu:

(5)

2. Bapak Drs. H. Basiq Jalil, M.Ag dan Bapak Kamarusdiana, S.Ag., M.H., sebagai Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ahwal Syakhshiyyah.

3. Bapak Drs. H. Odjo Kusnara. N, M.Ag sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu dan luang membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing dalam perkuliahan.

5. Ayahanda B. Sutan Pamenan dan Ibunda Yusra tercinta, yang telah memberikan kasih sayang kepada ananda, dan telah berkorban tanpa lelah demi kelangsungan studi kuliah ananda.

6. Uni Nelfiza dan Uda Refri Intan Nagari yang selalu memberi motivasi dan

support kepada penulis. Serta adinda Ahmad Firdaus yang telah membantu

untuk menjalankan bisnis selama penyusunan skripsi ini. Begitu juga semua keluarga dan sanak famili di kampung yang selalu memberi motivasi kepada penulis.

7. Mak Iyat, Da Can, Da Su, Da Nof, Da Alfiza, Da Ris, Wan Diak dan Ni Asni yang telah banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan kepada penulis selama.

(6)

9. Kawan-kawan dan dunsanak-dunsanak pengurus dan anggota KMM Koorkom Ciputat serta alumni/senior KMM, Rasul, Taufik, Arya, Zikra, Ami, Tungkil, Khaliang, Dayat Elok. Tidak akan lupa Zul Ashfi yang ikut berpartisipasi untuk kelengkapan data-data. Dan kawan-kawan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah sudi berbagi suka dan duka mulai sejak kuliah sampai selesai penulisan skripsi ini.

10.Fahmi, Taek dan kawan-kawan di UI Depok yang selalu menjadi sahabat baik penulis.

11.Adiak uda Yonne, Lidya alias Chipuik dan Yelfi yang selalu berbagi keceriaan dengan penuh canda dan tawa selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman Jurusan Peradilan Agama kelas A dan B angkatan 2003, yang senasib dan seperjuangan dan telah banyak membantu serta bertukar pikiran selama perkuliahan.

Akhirnya penulis hanya dapat mengembalikan semua kepada zat yang maha kuasa, Allah Azza wa Jalla. Semoga amal baik mereka mendapat balasan yang berlipatganda dari Allah swt. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Jakarta, Maret 2008

(7)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 10

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 11

D. Metode Penelitian... 12

E. Pedoman Penulisan... 13

F. Review Studi Terdahulu ... 14

G. Sistematika Penulisan... 15

BAB II WALIMAH ... 16

A. Pengertian dan Dasar Hukum Walimah ... 16

1. Pengertian Walimah ... 16

2. Dasar Hukum Walimah ... 18

B. Tujuan dan Hikmah Walimah ... 21

C. Waktu dan Masa Pelaksanaan Walimah ... 22

1. Waktu Pelaksanaan Walimah ... 22

2. Masa Pelaksanaan Walimah ... 23

D. Bentuk Pelaksanaan Walimah ... 25

E. Hukum Menghadiri Walimah... 30

BAB III KONDISI OBYEKTIF NAGARI TABEK PANJANG KECA- MATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT 33 A. Sejarah Nagari di Minangkabau ... 33

(8)

C. Kondisi Demografis ... 36

1. Penduduk ... 36

2. Mata Pencarian ... 37

3. Pendidikan ... 39

D. Kondisi Sosiologis... 41

1. Sosial Agama... 41

2. Sosial Kemasyarakatan... 43

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN WALIMAH DI NAGARI TABEK PANJANG... 45

A. Gambaran Pelaksanaan Walimah di Nagari Tabek Panjang ... 45

1. Penentuan Undangan Walimah (Baralek)... 45

2. Baiyo-iyo... 47

3. Baralek... 49

B. Tinjauan Hukum Islam dan Analisa Penulis Terhadap Pelak- sanaan Walimah ... 53

1. Penyebaran Undangan ... 53

2. Masa Pelaksanaan Walimah ... 55

3. Hidangan yang Disediakan Pada Acara Walimah... 57

4. Pakaian yang Dikenakan Pengantin pada Acara Walimah . 63 5. Hiburan pada Pelaksanaan Walimah ... 68

C. Pandangan Ulama Setempat ... 71

BAB V PENUTUP... 74

A. Kesimpulan... 74

B. Saran-saran ... 76

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui wahyu-Nya yaitu al-Qur’an dan selaras dengan itu sebagai penjelas maksud al-Qur’an ada sabda-sabda Nabi yang dijadikan sebagai sumber hukum. Manusia sebagai makhluk sosial selalu melakukan hubungan timbal balik antar sesama manusia dan ada aturan dalam menjalankan hidup sesamanya. Aturan yang disebutkan itu telah diturunkan oleh Allah SWT untuk dijadikan sebagai petunjuk jalan kebenaran bagi manusia. Kandungan al-Qur’an pun banyak mengajarkan tentang tata cara hidup sebagai makhluk sosial, sehingga kehidupan manusia pun dapat diberi petunjuk oleh al-Qur’an.

(10)

berada di sisinya. Seperti Adam merasakan kesepian sebelum diciptakan Hawa, sebagai teman hidupnya.

Allah SWT menciptakan semua yang ada di alam ini berpasangan. Pasangan laki-laki adalah wanita, sebaliknya pasangan wanita adalah laki-laki. Untuk menambah seni berpasangan manusia diberi hawa nafsu kecenderungan penyaluran kebutuhan biologis. Di samping itu manusia diberikan akal agar dapat mengendalikan hawa nafsunya dan dapat membedakannya dari perilaku binatang.

Hukum Islam sudah memberikan aturan untuk mendapatkan kenyamanan hidup dan menyalurkan kebutuhan biologis yaitu dengan pernikahan. Ini satu-satunya jalan keluar bagi manusia agar dapat menghalalkan yang telah diharamkan oleh Allah SWT. Boleh melakukan apa-apa saja dengan pasangan hidupnya, saling mencintai, mengasihi, berbagi rasa dalam suka dan duka serta dapat meneruskan keturunan. Allah SWT berfirman :

و

ﺎﻬْ إ

اﻮ ﻜْ

ﺎ اوْزأ

ْ ﻜ ْأ

ْ

ْ ﻜ

ْنأ

ﺎ اء

ْ و

نوﺮﻜ

مْﻮ

تﺎ ﺂ

ﻚ ذ

نإ

ﺔ ْ رو

ةدﻮ

ْ ﻜ ْ

)

موﺮ ا

/

30

:

21

(

(11)

Selanjutnya firman Allah :

و

ﺎ اوْزأ

ْ ﻜ ْأ

ْ

ْ ﻜ

ﷲاو

ْ ﻜ اوْزأ

ْ

ْ ﻜ

ْ ه

ﷲا

ﺔ ْ و

نﻮ ْﺆ

ﺎ ْﺎ أ

تﺎ ا

ْ ﻜ زرو

ةﺪ و

نوﺮ ْﻜ

)

ا

/

16:72

(

Artinya : “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah”.

Sudah menjadi fitrah bagi manusia, bahwa setiap jenis menginginkan lawan jenisnya untuk dijadikan suami atau isteri untuk menjalin keluarga sakinah,

mawaddah, wa rahmah. Agar tercipta impian keluarga sakinah itu tentunya akan

mempertimbangkan siapakah yang akan menjadi pasangan hidup. Islam menganjurkan dalam mencari pasangan sebagaimana terdapat dalam hadis Nabi SAW :

أ

لﺎ

ﷲا

ﺎ ﺪ

دﺪ

ﺎ ﺪ

ﷲا

ا

ﷲا

ر

ﺮ ﺮه

أ

أ

لﺎ

و

:

أﺮ ا

ﺎﻬ ﺎ و

ﺎﻬ

و

ﺎﻬ ﺎ

رﻷ

ة

كاﺪ

ﺪ ا

تاﺬ

ﺮ ﻇﺎ

ﺎﻬ ﺪ و

)

يرﺎ ا

اور

(

1

Artinya : Dari Abu Hurairah R.A Dari Nabi SAW beliau bersabda “Perempuan itu dikawini dengan empat motivasi, karena hartanya, karena kedudukannya atau kebangsawannya, karena kecantikannya, dan karena keberagamaannya. Pilihlah perempuan karena

keberagamaannya, kamu akan mendapat keberuntungan”. (H.R

Bukhari)

1

(12)

Yang dimaksud dengan keberagamaan di sini adalah komitmen keberagamaannya atau kesungguhannya dalam menjalankan ajaran agama. Ini dijadikan pilihan utama karena itulah yang akan langgeng. Kekayaan suatu ketika dapat lenyap dan kecantikan suatu ketika dapat pudar demikian pula kedudukan, suatu ketika akan hilang.

Setelah dipertimbangkan dengan mantap dalam memilih jodoh yang sudah sesuai dengan keinginan atau sudah terdapat kriteria tertentu dalam diri pasangan, kehendak untuk menikahi pasangan yang telah ditentukan itu tentu akan disampaikan. Penyampaian keinginan ini, syari’at Islam mengajarkan meminang terlebih dahulu pasangan yang akan dinikahi. Hikmah peminangan ini agar dapat menguatkan ikatan perkawinan yang diadakan sesudah itu, karena dengan peminangan itu kedua belah pihak dapat saling mengenal.2

Istilah meminang/melamar dalam bahasa Minangkabau disebut manyiriah

(mendatangkan sirih)3. Manyiriah ini adalah pihak calon pengantin wanita mendatangi pihak calon pengantin pria untuk dijapuik artinya diminta untuk dijadikan suami anak perempuannya. Karena tradisi calon mempelai laki-laki datang ke rumah mempelai wanita maka yang mendatangkan sirih atau manyiriah

itu adalah pihak wanita. Pihak calon mempelai laki-laki namanya kedatangan

sirih (yang dipinang). Tradisi di Minangkabau pada umumnya dan di Nagari

2

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2006, h. 48

3

(13)

Tabek Panjang pada khususnya, dalam hal peminangan inilah yang biasanya dilakukan.

Islam memandang bahwa perkawinan adalah sebagai wadah yang baik untuk mengikat hubungan kasih sayang manusia. Peristiwa ini akan dikenang selalu dan diabadikan dalam kenangan foto atau video sehingga akan mudah teringat masa yang menyenangkan itu dalam sejarah hidupnya. Sebagai wujud rasa ke hadhirat Allah SWT syukur pada peristiwa ini, maka dikenanglah dengan mensosialisasikan akad nikah dengan pesta pernikahan, syari’at Islam menyebutnya dengan Walimah.

Walimah dianjurkan dalam syari’at Islam. Ulama berbeda pendapat tentang hukum mengadakan walimah. Menurut jumhur ulama hukum walimah adalah sunnah. Hal ini dipahami dari sabda Nabi SAW dari Anas ibn Malik menurut riwayat yang muttafaq ‘alaih :

ﺪ ز

ا

ﻮه

دﺎ

ﺎ ﺪ

بﺮ

نﺎ

ﺎ ﺪ

:

ا

ر

أ

ىأر

و

ﷲا

ا

نأ

لﺎ

ةﺮ

ﺮ أ

فﻮ

ﺮ ا

:

اﺬه

.

ةأﺮ ا

جوﺰ

إ

لﺎ

لﺎ

هذ

ةاﻮ

نزو

:

ةﺎ

ﻮ و

وأ

ﷲا

كرﺎ

)

اور

يرﺎ ا

(

4

Artinya : “Dari Anas R.A Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW melihat ke muka

Abdul Rahman bin ‘Auf yang masih ada bekas kuning. Berkata Nabi : Ada apa ini?”. Abdul Rahman berkata : “Saya baru mengawini seorang perempuan dengan maharnya lima dirham”. Nabi bersabda :

4

(14)

“Semoga Allah memberkatimu. Adakanlah perhelatan, walaupun hanya

dengan memotong seekor kambing”. (H.R Bukhari)

Perintah Nabi untuk mengadakan walimah dalam hadis ini tidak mengandung arti wajib, tetapi hanya sunnah menurut jumhur ulama karena yang demikian hanya merupakan tradisi yang hidup melanjutkan tradisi yang berlaku di kalangan Arab sebelum Islam datang. Pelaksanaan walimah masa lalu itu diakui oleh Nabi untuk dilanjutkan dengan sedikit perubahan dengan menyesuaikannya dengan tuntutan Islam. 5

Pelaksanaan walimah hendaknya diadakan sesederhana mungkin sebagaimana dibatasi oleh syari’at Islam. Tidak boleh diadakan secara berlebihan apalagi bertujuan untuk memamerkan kekayaan (riya). Islam melarang orang yang suka berlebih-lebihan yang merupakan bentuk sifat mubazir. Allah SWT menyebut orang-orang yang mubazir adalah sebagai saudara syaitan. Sebagaimana firman Allah SWT :

ﺎ ا

ناﻮْ إ

اﻮ ﺎآ

رﺬ ْا

نإ

ارﻮ آ

نﺎ ْ ا

نﺎآو

.

)

ءاﺮ ﻹا

/

17:27

(

Artinya : “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.

Adapun lama pelaksanaan walimah boleh diadakan hanya sampai dua hari, walimah yang dilakukan lebih dari dua hari dipandang sebagai perbuatan

5

(15)

sum’ah atau pamer diri. Walimah semacam ini dilarang sebagaimana terdapat dalam hadis Rasulullah SAW :

ﺎ ﺪ

ﷲا

دﺎ ز

ﺎ ﺪ

يﺮ ا

ﻰ ﻮ

ﺎ ﺪ

ﺎ ا

ءﺎ

لﺎ

دﻮ

ا

ﺮ ا

أ

:

لﺎ

مﻮ

مﺎ و

مﻮ

لوأ

مﺎ

و

ﷲا

ﷲا

لﻮ ر

ﷲا

و

ﺎ ا

مﻮ

مﺎ و

ﺎ ا

)

اور

ىﺬ ﺮ ا

(

6

Artinya : Dari Ibnu Mas’ud R.A beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Makanan pada hari pertama itu benar (wajib atau sunat), makanan pada hari kedua adalah sunat dan makanan pada hari ketiga adalah sum’ah. Barangsiapa yang memperdengarkan (pada orang kebaikan

dan kemampuannya) niscaya Allah memperdengarkannya. (H.R

Turmudzi).

Menurut hadis Rasulullah bahwa walimah cukup dilaksanakan satu hari saja. Jika ingin dilakukan lebih lama maksimal diadakan dua hari. Tujuan walimah secara umum untuk memperkenalkan bahwa kedua mempelai sudah menikah dan masyarakat mengetahui dan mengerti bahwa kedua mempelai sudah sah menjadi suami isteri.

Walimah disebut dalam bahasa Minangkabau baralek. Acara baralek ini diadakan di rumah calon pengantin laki-laki dan wanita. Di rumah pihak laki-laki biasanya diadakan selama dua sampai tiga hari. Sedangkan di rumah pihak wanita

6

(16)

bisa memakan waktu lima belas hari termasuk acara baiyo-iyo,7 acara walimahnya saja menghabisi waktu satu minggu. Jadi acara walimah terbagi dua yaitu sebelum akad nikah disebut dengan baiyo-iyo dan sesudah akad nikah disebut dengan baralek. Pada waktu diadakan baiyo-iyo di rumah calon mempelai laki-laki juga dihadiri oleh beberapa orang dari pihak perempuan untuk timbang tando.8 Beberapa hari setelah baiyo-iyo dilangsungkanlah akad nikah, biasanya dilakukan pada hari pertama baralek yaitu pada hari Jum’at. Mempelai laki-laki turun dari rumahnya menuju rumah mempelai wanita pada sore hari dengan diiringi musik rebana. Ini adalah salah satu bentuk adat dan tradisi masyarakat di Minangkabau.

Di Minangkabau adat terbagi dalam beberapa macam yaitu: Pertama:adat nan sabana adat, kedua: adat nan diadatkan, ketiga: adat nan taradat, keempat:

adat istiadat. Adapun adat nan sabana adat adalah aturan-aturan dan sifat-sifat serta ketentuan-ketentuan yang terletak pada setiap jenis benda alam ini seperti: api membakar, air membasahi, laut berombak. Adat nan diadatkan adalah adat yang diadatkan oleh nenek moyang yang menciptakan adat Minangkabau itu yang dikenal oleh orang Minangkabau secara turun temurun. Adat nan taradat adalah aturan-aturan yang disusun dengan hasil musyawarah dan mufakat para penghulu ninik mamak di setiap nagari. Peraturan itu berguna untuk melaksanakan aturan

7

Baiyo-iyo adalah musyawarah yang dilakukan untuk membicarakan persiapan menjelang berlangsungnya walimah yang diadakan oleh sanak famili, ninik mamak, dan orang kampung.

8

(17)

ataupun hukum-hukum dasar dari adat nan diadatkan. Konsekuensi logisnya adalah berbedanya aturan pelaksanaan dari satu nagari dengan nagari lain berdasarkan kepada masalah yang dihadapi, seperti yang dijelaskan oleh pepatah Minangkabau: Lain lubuak lain ikannyo, lain padang lain ilalangnyo (setiap tempat memiliki adat tersendiri yang berbeda dengan tempat lain). Adat istiadat

adalah aturan yang juga lahir dari kesepakatan dan musyawarah para penghulu dan ninik mamak dan peraturan tersebut lebih banyak terfokus pada spesifikasi wilayah dan nagari. Karena peraturan ini mencakup kepada segala kemauan dan kesukaan anak nagari yang sesuai dengan alua jo patuik.

(18)

Dari beberapa permasalahan yang terjadi di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso, penulis tertarik untuk membahasnya, untuk lebih terarah skripsi ini, maka penulis memberi judul: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Walimah Perkawinan Adat Minangkabau Di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar tidak terdapat penyimpangan pada pembahasan skripsi ini maka penulis membatasi :

a. Lokasi pembahasan di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat.

b. Menerangkan pelaksanaan walimah di Nagari Tabek Panjang. 2. Perumusan Masalah

Inti permasalahan yang harus dikaji pada penulisan skripsi ini adalah : a. Bagaimana metode pelaksanaan walimah di Nagari Tabek Panjang ? b. Kapan waktu dan berapa lama pelaksanaan walimah menurut adat istiadat

Nagari Tabek Panjang ?

(19)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui secara jelas metode pelaksanaan walimah perkawinan dalam adat Minangkabau di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam

2. Untuk mengetahui waktu dan berapa lama pelaksanaan walimah di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam.

3. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan walimah di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah khasanah keilmuan tentang walimah, khususnya walimah di Nagari Tabek Panjang. Dan menyumbangkan pengetahuan tentang adat Minangkabau di nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam. 2. Untuk menambah bahan kepustakaan di Fakultas Syari’ah dan Hukum tentang

pelaksanaan walimah.

3. Untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan walimah di Tabek Panjang.

(20)

D. Metode Penelitian 1. Pengumpulan Data

a. Library Research adalah pengambilan data dari bahan-bahan pustaka yang

berhubungan dengan judul penelitian yang diperoleh dari buku-buku tentang hukum, jurnal, majalah, artikel, internet, dan lain-lain.

b. Field Research adalah penelitian lapangan, penulis menyaksikan dan

mengamati secara langsung pelaksanaan walimah dan melakukan wawancara langsung dengan tokoh adat setempat, masyarakat yang melaksanakan walimah dan mengumpulkan data-data berupa arsip-arsip yang bisa dijadikan penunjang penelitian dari pemerintahan setempat. 2. Sumber Data

a. Tokoh-tokoh adat atau tokoh masyarakat yaitu Ninik Mamak atau penghulu daerah setempat.

b. Pemerintahan Nagari.

c. Warga yang akan atau sedang melaksanakan walimah. d. Sumber lain yang dianggap perlu untuk bahan penelitian. 3. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah:

a. Observasi yaitu pengamatan langsung ke lokasi penelitian pada masalah yang diteliti.

(21)

4. Teknik Analisa Data

Data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan pendekatan: a. Metode deduktif yaitu menjelaskan pengertian yang bersifat umum

menuju khusus dengan mengemukakan dalil dan contoh.

b. Metode induktif yaitu persoalan yang dimulai dari persoalan yang khusus dan kongkrit menuju kepada pengertian yang umum. Maksudnya mengemukakan terlebih dahulu pendapat para ahli, kemudian disimpulkan pada suatu pendapat.

c. Metode komperatif yaitu mengadakan perbandingan dengan meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan masalah.

E. Pedoman Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengacu dan berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi terbitan Fakultas Syari’ah dan Hukum tahun 2007. Pada penulisan skripsi ini terdapat pengecualian pada penulisan, yaitu sebagai berikut:

1. Penulisan terjemahan al-Qur’an atau al-Hadits menggunakan satu spasi walaupun tidak sampai enam baris.

(22)

F. Review Studi Terdahulu

Pada penulisan skripsi ini penulis juga melakukan studi kepustakaan dengan cara mengamati karya ilmiah orang lain yang membahas tentang walimah dalam bentuk skripsi. Skripsi yang ditulis oleh saudari Mimin Sutarsih, NIM. 102044125049 Peradilan Agama Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi Prosesi Pernikahan Adat Minangkabau Ditinjau dari Sudut Pandang Islam (Studi Kasus Di Kabupaten Agam). Skripsi ini membahas prosesi-prosesi adat Minangkabau pada pelaksanaan walimah secara teknis dengan menerangkan secara terperinci, dan ruang lingkupnya lebih luas yaitu di kabupaten Agam. Penulis melihat masih ada ruang untuk melakukan penelitian tentang masalah ini dengan memfokuskan penelitian tentang waktu dan masa pelaksanaan walimah khususnya di Nagari Tabek Panjang.

Tidak semua adat di Minangkabau itu sama, karena ada pepatah yang mengatakan: “lain lubuk lain ikannya, lain padang lain ilalangnya”. Tradisi yang ada di Nagari Tabek Panjang ada perbedaan dengan tradisi yang ada di nagari-nagari lain. Perbedaan ini lah yang membuat penulis tertarik untuk membahasnya. Penulis membahas tentang penentuan undangan untuk baralek, masa pelaksanaan

baralek, hidangan pada acara baralek, pakaian yang dikenakan pengantin dan

(23)

G. Sistematika Penulisan

Adapun dalam pembahasan skripsi ini penulis membagi beberapa bab, masing-masing bab mempunyai sub-sub bab sebagai berikut :

Bab Pertama Pendahuluan, dalam bab ini dinjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penulisan, pedoman penulisan, review studi terdahulu dan sistematika penelitian.

Bab Kedua Walimah, dalam bab ini dijelaskan pengertian dan dasar hukum walimah, tujuan dan hikmah walimah, waktu dan masa pelaksanaan walimah, bentuk pelaksanaan walimah dan hukum menghadiri walimah.

Bab Ketiga Kondisi Obyektif Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat. Memberikan gambaran tentang sejarah nagari di Minangkabau, kondisi geografis, kondisi demografis dan kondisi sosiologis.

(24)

BAB II WALIMAH

A. Pengertian dan Dasar Hukum Walimah 1. Pengertian Walimah

Pesta perkawinan atau yang disebut juga “walimah” adalah pecahan

dari kata dari :

و

, artinya mengumpulkan. Karena dengan pesta tersebut

dimaksudkan memberi do’a restu agar kedua mempelai mau bertemu dengan rukun.9 Dalam Ensiklopedi Hukum Islam menerangkan bahwa al-Walimah

adalah berkumpul, karena kedua mempelai pada waktu itu dipersandingkan,

dan al-‘urs adalah perkawinan. Walimah diserap dalam bahasa Indonesia

menjadi “walimah” dalam fikih Islam mengandung makna yang umum dan makna yang khusus. Makna umumnya adalah seluruh bentuk perayaan yang melibatkan orang banyak. Sedangkan walimah dalam pengertian khusus disebut walimah al-’urs mengandung pengertian peresmian perkawinan, yang tujuannya untuk memberitahukan khalayak ramai bahwa kedua pengantin telah resmi menjadi suami istri, sekaligus sebagai rasa syukur keluarga kedua belah pihak telah atas berlangsung perkawinan tersebut10

9

Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqih Wanita (Terj Anshori Umar), Semarang, CV.

Asy-Syifa’, 1986, h. 382

10

(25)

Walimah adalah istilah yang terdapat dalam literatur Arab yang secara arti kata berarti jamuan yang khusus untuk perkawinan dan tidak digunakan untuk perhelatan di luar perkawinan. Sebagian ulama menggunakan kata walimah itu untuk setiap jamuan makan, untuk setiap kesempatan mendapatkan kesenangan, hanya penggunaannya untuk kesempatan perkawinan lebih banyak. Berdasarkan pendapat ahli bahasa di atas untuk selain kesempatan perkawinan tidak digunakan kata walimah meskipun juga menghidangkan makanan, untuk acara jamuan makan untuk

khitanan disebut

ةرﺬ ا

, sedangkan untuk jamuan waktu kelahiran anak

disebut

ﺔ ﺮ ا

, untuk jamuan kembalinya orang yang hilang disebut:

ا

,

kata

ا

digunakan untuk sembelihan bagi anak yang telah lahir.11 Walimah

berarti penyajian makanan untuk acara pesta. Ada juga yang mengatakan, walimah berarti segala macam makanan yang dihidangkan untuk acara pesta atau lainnya.12

Sedangkan menurut Sayid Sabiq walimah itu berarti jamuan khusus yang diadakan dalam perayaan pesta perkawinan atau setiap jamuan untuk pesta lainnya. Tetapi biasanya kalau menyebut walimah al-’urs artinya perayaan pernikahan.13 Dari beberapa kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa walimah adalah upacara sebagai tanda rasa syukur atas

11

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2006, h. 155

12

M. Abdul Ghoffar E.M, Fiqih Wanita (terj), Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2000, hal. 487

13

(26)

telah dilaksanakan akad pernikahan dengan mengadakan jamuan dan dalam rangka bergembira.

2. Dasar Hukum Walimah

Pelaksanaan walimah memiliki kedudukan tersendiri dalam

munakahat. Rasulullah SAW sendiri melaksanakan walimah untuk dirinya

dan memerintahkan kepada para sahabat untuk mengadakan walimah walaupun hanya dengan makan kurma dan roti serta seekor kambing, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

ﺪ ز

ا

ﻮه

دﺎ

ﺎ ﺪ

بﺮ

نﺎ

ﺎ ﺪ

:

ر

أ

ىأر

و

ﷲا

ا

نأ

ﷲا

لﺎ

ةﺮ

ﺮ أ

فﻮ

ﺮ ا

:

اﺬه

.

إ

لﺎ

لﺎ

هذ

ةاﻮ

نزو

ةأﺮ ا

جوﺰ

:

وأ

ﷲا

كرﺎ

ةﺎ

ﻮ و

)

يرﺎ ا

اور

(

14

Artinya : “Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW telah melihat bekas kekuning-kuningan pada Abdurrahman bin Auf, Rasulullah SAW. bertanya, apa ini? Abdurrahman menjawab : Sesungguhnya saya telah menikah dengan seorang perempuan dengan maskawin seberat satu biji emas. Kemudian Rasulullah bersabda: semoga Allah memberkatimu, adakanlah walimah sekalipun dengan seekor

kambing.” (HR. Turmudzi)

Dalam sabda Rasulullah SAW “adakanlah walimah meski hanya dengan seekor kambing”. Terdapat dalil yang menunjukkan keharusan mengadakan walimah.

14

(27)

Ulama Mazhab Zhahiri, salah satu pendapat Imam Malik dan salah satu pendapat Imam Syafi’i menyatakan bahwa hukum mengadakan walimah adalah wajib, karena Rasulullah SAW menggunakan fiil amar dalam hadis tersebut. Antara lain yang mereka kemukakan adalah kisah perkawinan Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah anak Nabi Muhammad SAW. Dalam hadis tersebut juga mengandung kemestian untuk mengadakan walimah.15

Selanjutnya hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari hadis Buraidah, yaitu ketika Ali melamar Fatimah Rasulullah SAW bersabda :

اؤﺮ ا

ﺮ ا

أ

ﷲا

ﺎ ﺪ

لﺎ

أ

ةﺪ ﺮ

ﺮﻜ ا

أ

:

ﷲا

لﻮ ر

لﺎ

لﺎ

ﺎ ﻬ

ﷲا

ر

ﺔ ﺎ

ﺔ و

سﺮ

ا

و

ﷲا

)

ﺪ أ

اور

(

16

Artinya : “Dari Buraidah dari bapaknya ia berkata : Ketika Ali melamar Fatimah, Rasulullah SAW, bersabda : “sesungguhnya untuk pesta

perkawinan harus ada walimahnya.” (HR. Ahmad)

Dalam hadis tersebut di atas Nabi Muhammad SAW mengharuskan kepada Ali untuk mengadakan walimah ketika mengawini Fatimah. Dalam hadis tersebut anjuran untuk mengadakan walimah mengandung unsur

keharusan atau kewajiban, karena adanya kata

yang berarti sesuatu yang

15

Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996. h. 1918

16

(28)

dengan cara bagaimanapun harus diadakan, demikian pendapat yang dikemukakan oleh golongan Dzahiri.17

Bagi yang mampu agar tidak mengurangi dari seekor kambing. Al-Qadhy sepakat bahwa tidak ada batasan minimal, boleh dilaksanakan menurut kemampuan. Menyembelih kambing pada upacara perkawinan itu tidak merupakan ukuran, tetapi berarti boleh dengan menyembelih seekor kambing atau selain kambing dan boleh juga tidak menyembelih apa-apa. Hal ini diserahkan kepada orang yang mengadakan walimah sesuai dengan kemampuan dan kewajaran.

Mengenai hal ini dikemukakan Nabi SAW dalam hadisnya yang berbunyi:

أ

ﺎ ﺪ

ﺮ آ

أ

ﺎ ﺮ أ

لﻮ

ﷲا

ر

ﺎ أ

أ

ﺮ أ

لﺎ

:

مﺎ أ

لﺎ

ث

ﺔ ﺪ او

و

ﷲا

ا

ﺎﻬ

نﺎآ

ﺎ و

و

ﻰ إ

ا

تﻮ ﺪ

عﺎ ﻷﺎ

ﺮ أ

نأ

إ

ﺎﻬ

نﺎآ

ﺎ و

و

او

ﻷاو

ﺮ ا

ﺎﻬ

ﻰ ﺄ

) .

يرﺎ ا

اور

(

18

Artinya : “Dari Anas ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW pernah menginap tiga malam di antara Khaibar dan Madinah, kemudian beliau menikahi seorang wanita yang beliau beri nama Shafiyah. Kemudian saya mengundang kaum muslimin untuk mengadakan walimah. Tidak ada roti dan tidak ada daging. Tetapi pada waktu itu beliau menyuruh kami menghamparkan kulit untuk alas,

17

M. Abdul Ghaffar, Fiqh Keluarga (terj.), h.99

18

(29)

kemudian meletakkan kurma, keju dan minyak samin di atas hamparan itu. (H.R Bukhari).

Dari beberapa hadis yang telah dikemukan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk mengadakan walimah pada upacara pernikahan. Walimah tidaklah harus sampai menyembelih seekor kambing tetapi juga cukup hanya dengan hidangan buah kurma (sederhana). Syari’at Islam membenarkan pelaksanaan walimah ini yang sesuai dengan kemampuan atau kesanggupan keluarga yang mempunyai hajat.

B. Tujuan dan Hikmah Walimah

(30)

menikmati kebaikan. Karena perkawinan perbuatan yang haq untuk dipopulerkan agar dapat diketahui oleh orang banyak.19

Walimah dapat mempererat hubungan silaturrahmi antara sesama ahli famili, kaum kerabat, sesama masyarakat, serta keluarga masing-masing pihak yaitu antara pihak suami dengan pihak istri. Adanya saling mengundang antara pihak suami dengan pihak istri dapat mempererat hubungan persaudaraan dan dapat mengenal lebih jauh saudara-saudara dekat dan saudara-saudara jauh dari masing-masing pihak. Menurut Muhammad Thalib, tujuan dan hikmah walimah adalah agar terhindar dari nikah sirri karena perbuatan tersebut dilarang oleh ajaran Islam. Walimah juga untuk mengungkapkan rasa gembira karena hal ini dibolehkan oleh Allah. Walimah juga menyiarkan kepada khalayak ramai baik itu yang terdekat maupun yang terjauh dari mereka. Berfungsi juga mempengaruhi orang-orang yang lebih suka membujang dan tidak berkeinginan untuk kawin.20

C. Waktu dan Masa Pelaksanaan Walimah 1. Waktu Pelaksanaan Walimah

Waktu walimah adalah waktu kapan dilaksanakan walimah atau saat-saat melaksanakan walimah, sebelum akad nikah atau sesudahnya. Atau

19

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 7 (terj. Moh. Thalib), Bandung, PT. Alma’arif, hal.177

20

(31)

ketika hari perkawinan atau sesudahnya. Hal ini leluasa tergantung pada adat dan kebiasaan.21 Mengenai hal ini ulama fiqih berbeda pendapat.

Ulama mazhab Maliki menyatakan bahwa penyelenggaraan dianjurkan (sunnah) setelah terjadi hubungan antara kedua mempelai. Alasan mereka adalah riwayat Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah mengundang orang-orang untuk walimah setelah beliau bercampur dengan Zainab. Ulama mazhab Hanbali bahwa waktu pelaksanaan walimah tersebut disunnahkan setelah akad nikah berlangsung. Sedangkan menurut ulama mazhab Hanafi tidak menentukan waktu yang jelas, karena menurut mereka diserahkan kepada adat kebiasaan setempat.22

Dari beberapa pendapat ulama fiqih, waktu pelaksanaan walimah disunnahkan ketika akad nikah atau sesudahnya atau ketika hari perkawinan atau sesudahnya. Ini dapat diserahkan pada kebiasaan atau tradisi suatu daerah.

2. Masa Pelaksanaan Walimah

Masa pelaksanaan walimah adalah lamanya mengadakan walimah. Berbeda dengan waktu pelaksanaan yaitu kapan dilaksanakan walimah. Mengenai masa pelaksanaan walimah terdapat hadis Nabi SAW :

21

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 7 (terj. Moh. Thalib), 185-186

22

(32)

ﺎ ﺪ

ﷲا

دﺎ ز

ﺎ ﺪ

يﺮ ا

ﻰ ﻮ

ﺎ ﺪ

لﺎ

دﻮ

ا

ﺮ ا

أ

ﺎ ا

ءﺎ

:

ر

لﺎ

مﺎ و

مﻮ

لوأ

مﺎ

و

ﷲا

ﷲا

لﻮ

ﷲا

و

ﺎ ا

مﻮ

مﺎ و

ﺎ ا

مﻮ

)

ىﺬ ﺮ ا

اور

(

23

Artinya : “Dari Ibnu Mas’ud r.a ia berkata : Bersabda Rasulullah SAW : Menghidangkan makanan pada hari pertama itu hak (wajib/sunnat), pada hari kedua adalah sunnah dan pada hari yang ketiga adalah sum’ah (melakukan sesuatu agar didengar orang banyak). Barangsiapa yang melakukan sum’ah, maka Allah akan

memperdengarkannya”. (H.R. Turmudzi)

Hadis di atas mengandung dalil yang menunjukkan atas disyari’atkan walimah pada hari pertama, dan inilah salah satu pegangan oleh orang-orang yang mengatakan bahwa walimah itu wajib sebagaimana yang telah dibicarakan sebelumnya. Walimah yang diselenggarakan pada hari kedua ini bukan makruh hukumnya mengingat ia masih bisa dikenal. Dan sesuatu yang bisa dikenal itu hukumnya adalah makruh apabila mungkar. Adapun yang hukumnya makruh ialah kalau walimah tersebut diselenggarakan pada hari ketiga.

Mengenai hal di atas sesuai dengan pendapat mayoritas ulama yang mengatakan bahwa walimahpada hari pertama adalah wajib, pada hari kedua adalah sunat sedangkan pada hari ketiga adalah termasuk riya dan sum’ah oleh karena itu perbuatannya menjadi haram, memenuhi undangannya pun

23

Muhammad bin Isa abu Isa Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, Beirut, Dar Ihya Turats

(33)

menjadi haram juga. Menurut Imam Nawawi mengatakan bahwa apabila diadakan walimah tiga hari, maka pemenuhan undangan pada hari ketiga adalah makruh, tidak wajib secara mutlak. Sekelompok ulama yang lain mengatakan bahwa sesungguhnya tidak makruh pemenuhan pada hari yang ketiga itu bagi orang yang tidak diundang pada hari pertama dan kedua. Imam al-Bukhari sependapat dengan kelompok ulama ini, menurutnya tidak mengapa menjamu tamu walaupun hingga tujuh hari.24

Dari hadis dan pendapat ulama di atas maka dapat dipahami bahwa masa pelaksanaan walimah sebaiknya dilakukan dua hari berturut-turut, jika terpaksa lebih dari masa tersebut, maka tidak boleh berniat pamer karena hal tersebut merupakan perbuatan yang dilarang.

D. Bentuk Pelaksanaan Walimah

Walaupun mengadakan walimah itu sesuatu yang dianjurkan agama, namun mengenai bentuk walimah itu tidak dijelaskan secara terperinci. Hal ini dapat diartikan bahwa mengadakan walimah itu bentuknya bebas, asal pelaksanaannya tidak bertentangan dengan ajaran agama, dan boleh juga tergantung adat istiadat masyarakatnya. Hal yang penting dalam melaksanakan walimah itu disesuaikan dengan kemampuan dan tidak sampai terjadi pemborosan atau mubazir, serta tidak ada maksud-maksud lain yang dilarang agama seperti

24

(34)

membanggakan diri, memamerkan kekayaan (riya) dan hal-hal lain yang bertentangan dengan ajaran agama.

Rasulullah sendiri melaksanakan walimah untuk sebagian istri beliau hanya dengan gandum, sebagaimana hadis Nabi SAW :

رﻮ

نﺎ

ﺎ ﺪ

ﺎ ﺪ

أ

:

و

ﷲا

ا

وأ

)

اور

يرﺎ ا

(

25

Artinya : Dari Shafiyah binti Syaibah bahwa ia berkata : Rasulullah SAW

mengadakan walimah untuk sebagian isterinya dengan dua mud

gandum.” (HR. Bukhari)

Rasulullah juga pernah mengadakan walimah untuk Shafiyah hanya dengan tepung dan kurma.

ﺮ ا

ثﺎ و

ﺪ ا

أ

ﺎ ﺪ

.

نﺎ

ﺎ ﺪ

.

يﺮهﺰ ا

أ

دواد

او

ﻚ ﺎ

أ

:

وأ

و

ﷲا

ا

نأ

ﺮ و

)

إ

اور

(

26

Artinya : Dari Anas Bahwa sesungguhnya Nabi SAW mengadakan walimah pada perkawinan beliau dengan shafiah dengan sajian tepung dan kurma.”

(HR. Ibnu Majah)

Selanjutnya Anas ra. meriwayatkan bahwa proses walimah antara Nabi SAW dengan Shafiyah, adalah ketika Nabi SAW masih dalam perjalanan. Ummu

25

Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 5, h.1983

26

(35)

Sulaim menyiapkan walimah bagi beliau, sebagai hadiah darinya untuk menyambut kedatangan beliau pada malam harinya. Pada esok harinya Nabi SAW juga mengadakan walimah, dimana beliau juga berkata kepada sahabat “siapa di antara kalian yang mempunyai kelebihan sesuatu di sisinya, maka datanglah kepada kami”. Beliaupun menghamparkan hambal yang terbuat dari kulit dan para sahabat datang dengan membawa sejenis keju, mentega serta kurma. Lalu para sahabat wanita membuat hidangan dari bahan-bahan tersebut untuk kemudian dihidangkan sebagai makanan27.

Demikianlah beberapa sajian walimah yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW. Melihat kepada pelaksanaan walimah Rasulullah SAW. Jelas bahwa Rasulullah melakukan walimah itu dengan cara jamuan biasa dan sederhana, tanpa menghidangkan beberapa macam masakan / makanan yang nantinya akan sampai mendekati perbutan mubazir / pemborosan. Hal ini menunjukkan bahwa walimah itu memang harus dilaksanakan menurut kemampuan dan tidak boleh dipaksakan.

Selanjutnya memperindah pelaksanaan walimah dengan musik nyanyian adalah suatu hal yang diperbolehkan dalam Islam, selama tidak disertai dengan hal-hal yang mengarah kepada perbuatan yang diharamkan. Bahkan disunatkan dalam situasi gembira, guna melahirkan perasaan senang dan menghibur hati seperti hari raya dan kedatangan orang yang sudah lama ditunggu. Rasulullah sendiri pernah memerintahkan Aisyah, ketika Aisyah mengantar seorang

27

(36)

pengantin wanita agar iringan pengantin tersebut diiringi dengan nyanyian. Sebagaimana dalam hadis Nabi SAW :

رﻮ

قﺎ إ

ﺎ ﺪ

.

نﻮ

ﺎ ﺄ أ

.

ﻷا

ﺎ ﺄ أ

لﺎ

سﺎ

ا

ﺮ ﺰ ا

أ

:

ﺎﻬ

ﺔ اﺮ

تاذ

ﺔ ﺎ

ﻜ أ

رﺎ ﻷا

.

ﷲا

ﷲا

لﻮ ر

ءﺎ

لﺎ

و

:

ﺪهأ

؟

ةﺎ ا

اﻮ ﺎ

.

لﺎ

:

؟

ﺎﻬ

رأ

.

لﺎ

و

ﷲا

ﷲا

لﻮ ر

:

لﺰ

مﻮ

رﺎ ﻷا

نإ

.

آﺎ و

ﺎ ﺎ

آﺎ أ

آﺎ أ

لﻮ

ﺎﻬ

)

إ

اور

(

28

Artinya : “Dari Ibnu Abbas berkata : Aisyah pernah mengawinkan salah seorang kerabatnya dengan orang Anshar, kemudian Rasulullah SAW. datang dan bertanya : Apakah kamu telah memberikan gadis itu kepada suaminya? Para sahabat menjawab : betul. Rasulullah SAW. bertanya lagi apakah kamu kirim bersama gadis itu orang yang akan bernyanyi? Aisyah menjawab tidak. Kemudian Rasulullah SAW bersabda : sesungguhnya orang Anshar adalah suatu kaum yang suka kepada nyanyian. Alangkah baiknya kalau kamu kirim bersama dia seorang yang mengatakan : kami telah datang kepadamu, kami telah datang kepadamu, maka dia memberi hormat kepada kami dan kami memberi

hormat pula kepada kamu.” (HR. Ibnu Majah)

Selanjutnya Rubayyi’ binti Mu’awwidz bin Afra pernah bercerita, Nabi Muhammad SAW pernah datang dan masuk ke rumahku ketika aku sedang dinikahkan. Kemudian beliau masuk dan duduk di lantai. Lalu beberapa orang budak wanita kami menabuh rebana seraya meratapi orang tua kami yang telah gugur pada perang badar. Ketika salah seorang di antara mereka sedang bernyanyi padahal ada di antara kami Nabi SAW yang mengetahui apa yang

28

(37)

terjadi hari esok. Maka Nabi SAW bersabda “tinggalkan hal itu dan ucapkanlah apa yang bisa diucapkan (dinyanyikan)”.29

Hadis di atas menunjukkan bahwa memeriahkan suatu pesta perkawinan dengan musik dan nyanyian diperbolehkan, bahkan disunatkan dengan syarat tidak dibarengi dengan hal-hal yang diharamkan, misalnya dibarengi dengan nyanyian wanita yang mengundang nafsu. Pesta perkawinan wajib dijauhkan dari acara yang tidak sopan, campur gaul antara laki-laki dan perempuan, begitu pula perkataan yang keji dan tidak pantas didengarkan.

Berkenaan dengan masalah alat musik Rasulullah SAW telah bersabda melalui beberapa hadisnya, di antaranya :

أ

ه

ﺎ ﺪ

لﺎ

ﻰ ﻮ

ﺪهﺎ

ﺎ ﺮ أ

و

ﷲا

ﷲا

لﻮ ر

لﺎ

لﺎ

:

حﺎﻜ ا

تﻮ او

فﺪ ا

ماﺮ او

ل

ا

)

اور

ﺎ ا

(

30

Artinya : “Dari Muhammad bin Hatib ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda: perbedaan antara pesta halal dan haram yaitu bernyanyi

dan pukul rebana (dalam perkawinan).” (HR. Khamsah kecuali Abu

Dawud)

Buraidah, menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah pergi dalam beberapa peperangan. Ketika beliau kembali dalam suatu peperangan, ada seorang budak wanita berkulit hitam berkata “Ya Rasulullah SAW sesungguhnya aku pernah bernazar, jika engkau kembali dalam keadaan selamat maka aku akan menabuh rebana sambil bernyanyi dihadapanmu”. Mendengar hal itu beliau pun

29

M. Abdul Ghaffar, Fiqh Keluarga (terj.), h.88

30

Ahmad bin Syuaib Abu Abdurrahman an-Nasai, Sunan Nasai, Halb, Maktab

(38)

bersabda :”jika kamu telah bernazar, maka tabuhkanlah dan jika tidak bernazar maka tidak perlu kamu menabuhnya”. Maka ia pun menabuhnya31.

E. Hukum Menghadiri Walimah

Menghadiri undangan merupakan suatu yang diperintahkan Rasulullah SAW, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis sebagai berikut :

ا

ﻚ ﺎ

تأﺮ

لﺎ

ﺎ ﺪ

و

ﷲا

لﻮ ر

لﺎ

لﺎ

:

ﺔ ﻮ ا

ﻰ إ

آﺪ أ

ﻰ د

اذإ

ﺎﻬ ﺄ

) .

اور

(

32

Artimya : “Dari Ibnu Umar ia berkata : Bersabda Rasulullah SAW : Apabila diundang salah satu di antara kamu kepada walimah, maka

hendaklah datang menghadirinya”. (H.R Muslim)

Kemudian hadis lain menyatakan :

لﺎ

نﺎ

ﺎ ﺪ

أ

ا

ﺎ ﺪ و

لﺎ

دﺎ ز

ﷲا

ا

نأ

ةﺮ ﺮه

أ

ثﺪ

جﺮ ﻷا

ﺎ ﺎ

لﺎ

و

:

ﺎﻬ ﺄ

ﺎﻬ

ﺔ ﻮ ا

مﺎ

مﺎ ا

ﷲا

ةﻮ ﺪ ا

و

ﺎهﺎ ﺄ

ﺎﻬ إ

ﻰ ﺪ و

ﻮ رو

.

)

اور

(

33

Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda : sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah, karena orang-orang yang layak diundang tidak diundang (orang miskin) dan orang-orang yang seharusnya tidak diundang malah diundang (orang kaya). Barang

31

M. Abdul Ghaffar, Fiqh Keluarga (terj.), h.93 32

Muslim bin Hujaj Abu Husain Qusyairi, Shahih Muslim, Beirut, Dar Ihya Turas

al-Arabi, t.th, Juz 2, hal. 1052

33

(39)

siapa yang tidak memenuhi undangan (tanpa uzur), maka ia telah

durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (H.R. Muslim)

Tujuan walimah adalah mengucapkan selamat dan do’a kepada kedua mempelai bukan mencicipi hidangan yang disediakan. Inti dari menghadiri walimah itu adalah menyenangkan hati orang yang mengundang hingga ia merasa terhormat dengan kehadiran dan dihargai karena telah ikut berpartisipasi dalam kegembiraannya. Kalau seandainya yang diundang tidak hadir akan mengecewakan dan terjadi negative thinking (buruk sangka) pada yang diundang.

Memenuhi undangan walimah itu dihukumi wajib atau mustahab

sebagaimana tersebut di atas, adalah apabila terdapat syarat-syarat sebagai berikut:

1. Undangan itu disampaikan kepada kaum keluarga, tetangga-tetangga, kenalan-kenalan atau kawan-kawan sekerja, yang kaya maupun yang miskin, dengan tidak mengutamakan salah satu kelompok dan meninggalkan yang lain, umpamanya yang diundang hanya yang kaya-kaya saja, sedang yang miskin-miskin tidak.

(40)

3. Tidak ada kemungkaran di sana, seperti minuman-minuman yang terlarang atau menari. Kalau itu ada, maka undangan pun tak wajib dan tidak mustahab

dipenuhi.

4. Undangan disampaikan untuk hadir pada hari pertama perkawinan. Jadi undangan yang disampaikan untuk hari kedua, tidak wajib dipenuhi, bahkan makruh untuk hari ketiga.

5. Yang memberi undangan itu orang Islam. Maka tidak wajiblah memenuhi undangan orang kafir. Karena dengan memenuhi undangannya berarti mencintainya, padahal mencintai orang kafir itu haram.34

34

(41)

BAB III

KONDISI OBYEKTIF NAGARI TABEK PANJANG

KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT

E. Sejarah Nagari di Minangkabau

Unit terkecil dalam sistem kekerabatan Minang adalah orang-orang yang sesuku. Sebaliknya, unit yang terbesar adalah kumpulan orang-orang senagari. Adat Minang pun hanya salingkuang nagari itu. Jadi, suku dan nagari mempunyai arti yang amat penting bagi orang Minang.

Struktur masyarakat adat Minangkabau susunannya sangatlah sederhana. Mudah sekali dipahami tujuan yang ingin dicapai dengan struktur semacam itu. Tujuan itu adalah mewujudkan masyarakat yang teratur, aman, damai, makmur, dan berkah. Masyarakat itu disusun sesuai dengan ketentuan undang-undang pembentukan nagari yang berbunyi: Nagari ba kaampek suku, dalam suku babuah paruik, rumah batunganai, tiok suku bapangulu, basasok bajurami, balabuah batapian, barumah batanggo,

bakorong bakampuang, basawah baladang, babalai bamusajik. (Nagari

paling kurang terdiri dari empat suku, dalam suku ada keluarga-keluarga, dalam rumah ada orang yang dituakan, tiap suku ada penghulu, mempunyai daerah pertanian, mempunyai sarana jalan yang memadai, dalam kampung terdiri dari beberapa keluarga, beberapa keluarga itu membentuk kampung, mempunyai mesjid sebagai tempat ibadah).35

Dari ungkapan di atas dapat dilihat masyarakat adat Minangkabau telah memiliki unsur negara modern, yaitu adanya rakyat yang hidup berkelompok, bersuku-suku, mempunyai wilayah yang jelas batas-batasnya dan mengambarkan pola pemerintahan suku. Kemudian untuk mengatur hidup dan kehidupan

35

(42)

masyarakat, maka Penghulu menduduki posisi selaku pemimpin suku dan sekaligus sebagai kepala Pemerintahan adat.

Nagari di Sumatera Barat sudah ada sejak nenek moyang orang Minang mendirikan pemerintahan adat. Namun pada zaman Orde Baru dengan lahirnya undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa sangat mewarnai kehidupan masyarakat Minangkabau. Peralihan kedudukan pemerintahan terendah dari nagari ke desa yang berarti bahwa nagari tidak lagi merupakan suatu organisasi pemerintahan terendah di bawah kecamatan dalam susunan ketatanegaraan.

(43)

aspiratif, egaliter, dan kooperatif dan dalam rangka mencapai kemandirian yang selama ini terabaikan.

F. Kondisi Geografis

Nagari Tabek Panjang berada pada 0-30 Lintang Selatan dan 100,280 Bujur Timur dengan luas lebih kurang 17,8 Km dengan ketinggian 909 Km dari permukaan laut. Nagari Tabek Panjang terletak di ibu kota Kecamatan Baso Kab. Agam.36 Nagari Tabek Panjang ini terdiri dari empat jorong, yaitu :

1. Jorong Sungai Cubadak 2. Jorong Baso

3. Jorong Tabek Panjang 4. Jorong Sungai Jernih

Secara administratif batas wilayah Nagari Tabek panjang, yaitu : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kanagarian Bungo Koto Tuo

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Simarasok dan Padang Tarok 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagari Koto Tinggi

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Nagari IV Angkat Candung

Secara geografis Nagari Tabek Panjang merupakan gerbang Agam Timur, terletak di segitiga emas yang menghubungkan Kabupaten Lima Puluh Kota / Payakumbuh - Kabupaten Tanah Datar - Kodya Bukittinggi / Kabupaten Agam.

36

Dokumen Perencanaan Bersama Masyarakat (PBM) Nagari Tabek Panjang Kec. Baso

(44)

Dilewati jalan negara / lintas poros tengah Sumatera Barat-Riau dengan akses Malaysia - Singapura melalui Kepulauan Riau.

Untuk lebih jelas tentang keadaan Nagari Tabek Panjang dapat dilihat pada peta di bawah ini :

Peta Nagari Tabek Panjang Sumber: Data Profil Nagari Tabek Panjang Tahun 2005-2006

G. Kondisi Demografis 1. Penduduk

(45)

keluarga sebanyak 2.094 KK. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :37

Jenis Kelamin No.

Tahun

Laki-laki Perempuan

Jumlah KK

Total

1. 2005 4470 4679 2032 9149

2. 2006 4484 4667 2094 9151

Sumber: Data Profil Nagari Tabek Panjang Tahun 2005-2006

Penduduk Nagari Tabek Panjang telah banyak melakukan percampuran dengan penduduk lain baik dalam daerah maupun luar daerah seperti Maninjau, Batu Sangkar, Pesisir, Pulau Jawa dan lain-lain. Sehingga penduduk Nagari Tabek Panjang dari tahun ke tahun makin bertambah.

2. Mata Pencarian

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Nagari Tabek Panjang hidup dengan mengandalkan kondisi alamnya yang sangat menguntungkan. Masyarakat hidup dengan bertani, seperti : sawah, perkebunan, perikanan dan perternakan. Boleh dikatakan lebih dari 75 % masyarakat hidup dengan mengandalkan pertanian.

Lahan pertanian yang mereka kerjakan tersebar di setiap jorong di Nagari Tabek Panjang. Lahan pertanian yang mereka olah berupa dataran tinggi dijadikan tempat perkebunan yang ditanami tanaman palawija, seperti : cabe, tomat, ubi, kacang-kacangan, pisang, jeruk dan sebagainya. Dulu

37

(46)

perkebunan di Nagari Tabek Panjang ini banyak ditanami dengan pohon pisang. Tetapi belakangan ini pohon-pohon pisang banyak yang sakit, maka diganti dengan tanaman lainnya.

Lahan pertanian yang berupa dataran rendah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam. Sebagian besar lahannya dijadikan untuk areal persawahan. Karena sawah-sawah ini kebanyakan sawah tadah hujan, maka pada musim panas terjadi kekeringan, sehingga mengakibatkan pertanian penduduk banyak yang rusak. Tetapi penduduk tidak begitu kecewa dengan hal ini karena bisa memanfaatkannya dengan menanam tanaman lain seperti: menanam cabe, tomat, ubi, dan tanaman lainnya. Kemudian hasil dari pertanian tersebut langsung dibawa ke pasar Baso yang merupakan pusat jual beli.38

Masyarakat Nagari Tabek Panjang pada umumnya sudah banyak mengenal sistim peternakan dengan menggunakan sistem perawatan yang lebih intensif, contohnya ternak sapi atau kerbau, sekarang tidak lagi menggunakan tenaga ternak untuk membajak atau lainnya, tetapi hanya meliharanya untuk digemukkan saja dengan cara memberi makan secara maksimal. Sedangkan untuk memperoleh anak sapi yang baik tidak lagi menggunakan sapi jantan untuk dikawinkan dengan sapi betina, tetapi dapat

38

(47)

memperoleh bibit sapi dengan cara disuntikkan yang dilakukan oleh inseminator peternakan yang berada di daerah tersebut.

Selain bertani mata pencaharian masyarakat Tabek Panjang adalah berdagang, buruh angkutan di pasar-pasar, buruh bangunan, membuat alat-alat kerajinan rumah tangga atau perabot, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan sebagainya. Dengan usaha ini mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.

3. Pendidikan

Maju mundurnya suatu masyarakat sangat tergantung pada lembaga pendidikan yang ada dalam masyarakat tersebut. Bila sarana pendidikannya terpenuhi dan dimanfaatkan dengan baik maka masyarakat tersebut cepat mencapai kemajuan. Tetapi sebaliknya suatu masyarakat akan tetap tertinggal apabila sarana pendidikan dalam lingkungannya kurang terpenuhi menurut semestinya. Karena sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan untuk suatu daerah hanya bisa dibina dan dikembangkan melalui bangku pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

(48)

Fasilitas pendidikan yang ada di Nagari Tabek Panjang terdiri dari: TK empat buah, SD enam buah, SLTP satu buah, SLTA satu buah dan Diklat satu buah. Selain itu telah dibuka pula SMP Terbuka sebanyak dua buah. Untuk lebih jelasnya sarana pendidikan yang ada di Nagari Tabek Panjang dapat dilihat pada tabel (2) berikut ini :39

No. Nama Fasilitas Lokasi Jumlah

1. SD Negeri 01 Baso 1 buah

2. SD Negeri 22 Tabek Panjang 1 buah

3. SD Negeri 9 Tabek Panjang 1 buah

4. SD Negeri 5 Sungai Cubadak 1 buah

5. SD Negeri 28 Sungai Cubadak 1 buah

6. SD Negeri 20 Sungai Janiah 1 buah

7. SMP Negeri Baso Baso 1 buah

8. SMA Negeri 1 Baso Baso 1 buah

9. Diklat IPDN Regional Bukittinggi Sungai Cubadak 1 buah 10. SMP Terbuka Sungai Cubadak 1 buah

11. SMP Terbuka Baso 1 buag

Sumber: Data Profil Nagari Tabek Panjang Tahun 2005-2006

Selain lembaga pendidikan formal, pendidikan non formal juga berjalan seperti adanya Madarasah Diniyah Awaliyah (MDA), Taman Pendidikan Seni al-Qur’an (TPSQ) dan lain-lain. Bahkan semenjak ada

39

(49)

undang-undang otonomi daerah Pemerintah Daerah mengatur bahwa siswa yang akan menamatkan pendidikan Sekolah Dasar harus mempunyai ijazah dari MDA/TPQ/TPSQ. Lembaga pendidikan ini tersebar di setiap jorong, masing-masing jorong yang mempunyai mesjid memiliki satu MDA/TPQ/TPSQ.

H. Kondisi Sosiologis 1. Sosial Agama

Kehidupan manusia diatur sepenuhnya oleh agama. Agama mengatur hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesama manusia. Agama merupakan sandaran hidup manusia. Di Nagari Tabek Panjang kehidupan beragama berjalan dengan lancar karena dari 9151 jiwa penduduk seluruhnya beragama Islam. Namun pemahaman dan pengamalan agama Islam belum dilaksanakan secara kaffah (menyeluruh), hal ini dapat terlihat dari kegiatan keagamaan yang diadakan masih sebatas kegiatan ritual (ibadah) dan seremonial.

(50)

yang tumbuh dengan semarak guna mengadakan pengkajian yang mendalam tentang ajaran Islam.40

Nagari Tabek Panjang merupakan daerah yang sudah maju. Kemajuan dapat dilihat dalam bidang sosial keagamaan didukung oleh sarana dan prasarana yang cukup baik untuk tempat ibadah dan tempat pendidikan dan pengembangan anak dengan menggunakan mesjid dan mushalla sebagai TPQ/TPSQ.

Beberapa tahun terakhir ini kegiatan keagamaan di Nagari Tabek Panjang semakin semarak hal ini terlihat dari identitas kegiatan yang dilaksanakan yaitu berupa Wirid Yasin, BKMT, Didikan Subuh, Dialog Islam, Pesantren Kilat dan Salawat. Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan tersebut antara lain :

a. Mesjid sebanyak : 5 buah b. Mushalla sebanyak : 19 buah c. Surau sebanyak : 4 buah d. MDA sebanyak : 4 buah e. TPQ sebanyak : 10 buah f. TPSQ sebanyak : 2 buah

Mesjid digunakan untuk pelaksanaan shalat jama’ah lima waktu, shalat Jum’at dan shalat dua hari raya. Selain itu digunakan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan. Di samping itu mushalla dipergunakan untuk shalat lima waktu

40

(51)

dan kegiatan-kegiatan agama serta kegiatan masyarakat lainnya. Hal ini memperlihatkan bahwa warga nagari Tabek Panjang mengutamakan kehidupan beragama.

2. Sosial Kemasyarakatan

Bila di dalam masyarakat nagari Tabek Panjang terjadi musibah kematian atau acara walimah perkawinan atau syukuran. Warga nagari Tabek Panjang akan ikut andil dan saling merasakan suka dan duka, saling meringankan beban warga yang sedang berkepentingan. Seperti kematian, jika sebuah keluarga mendapatkan musibah maka masyarakat akan berdatangan untuk ikut berkabung. Dan bersama-sama melaksanakan pengurusan mayat mulai dari memandikan, mengafani, menshalatkan hingga menguburkan mayat dan sebagian lagi mengurus penggalian kubur. Malam harinya setelah shalat maghrib masyarakat berdatangan untuk bertakziah dan membacakan al-Qur’an, bertahlil dan berdo’a sampai tiga hari berturut-turut.

Begitu juga dengan acara walimah atau syukuran lainnya. Calon mempelai harus mendapatkan persetujuan dari orangtuanya, kemudian

mamak41 sebagai kepala kaum, kemudian niniak mamak42 sebagai kepala

suku. Persetujuan ini dilakukan pada acara baiyo-iyo semua keluarga baik dari bapak dan ibu diundang untuk menghadiri acara ini. Setelah mendapatkan persetujuan dari semua keluarga maka dipersiapkanlah acara walimah dengan

41

Mamak dalam bahasa Minangkabau artinya paman dari keluarga ibu/saudara laki-laki ibu.

42

(52)
(53)

BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN WALIMAH DI NAGARI TABEK PANJANG

I. Gambaran Pelaksanaan Walimah di Nagari Tabek Panjang 1. Penentuan Undangan Walimah (Baralek)

Kenagarian Tabek Panjang yang terdiri dari empat jorong43 mempunyai adat istiadat yang hampir sama dalam tata cara pelaksanaan walimah. Persamaan tersebut dapat dilihat dari segi penentuan undangan, suguhan yang dihidangkan, pakaian yang dikenakan pengantin, hiburan, dan lain-lain.

Berdasarkan pengamatan penulis dan wawancara-wawancara dengan masyarakat Nagari Tabek Panjang terdapat perbedaan dalam tata cara pelaksanaan walimah dari tiap-tiap jorong. Di antara perbedaan tersebut adalah dalam hal lamanya pelaksanaan walimah tersebut. Pada tiga jorong dari empat jorong yang ada di Nagari Tabek Panjang, pelaksanaan walimah hanya dilakukan beberapa hari saja. Tetapi di salah satu jorong yang lain, yaitu Jorong Baso, pelaksanaan walimahmemakan waktu lebih kurang 8 hari.

Pelaksanaan walimah yang diadakan di Nagari Tabek Panjang khususnya Jorong Baso masih mengikuti tradisi adat yang dilakukan

43

(54)

orang terdahulu. Di samping itu pelaksanaan walimah tersebut ada yang sesuai dengan syari’at Islam dan ada pula yang tidak sesuai.

Setiap ada walimah selalu dihadiri oleh undangan yang sebelumnya telah diundang oleh ahli walimah. Demikian juga halnya di Nagari Tabek Panjang, setiap dilaksanakan walimah dihadiri oleh sanak famili, handaitolan, sahabat, dan umumnya masyarakat terdekat, dengan cara ahli walimah menyebarkan undangan terlebih dahulu. Biasanya penyampaian undangan di Nagari Tabek Panjang dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Mengundang dengan cara adat (secara lisan)

Mengundang orang dengan cara adat ini di Nagari Tabek Panjang disebut juga dengan maimbau urang. Maimbau urang dilakukan baik untuk cara baiyo-iyo maupun untuk cara baralek. Orang yang maimbau

urang untuk acara baiyo-iyo adalah perempuan yang sudah dewasa (yang

sudah menikah) dengan membawa daun nipah dan tembakau sebagai tanda basa-basi. Orang yang diundang adalah sanak famili yang terdekat, masyarakat kampung yang terdekat dan ninik mamak.

Adapun orang yang menyebarkan mengundang untuk acara

baralek adalah anak-anak perempuan yang berumur kira-kira tujuh sampai

(55)

sendiri yang disebut dengan babarito. Dalam babarito calon penganten laki-laki membawa rokok, daun nipah dan tembakau sebagai tanda basa-basi. Sedangkan orang yang diundang adalah orang-orang kampung, orang-orang yang sama besar (teman-teman), sanak famili dan lain-lain.

Babarito ini dilakukan mulai dari acara baiyo-iyo sampai hari acara

baralek.

b. Mengundang dengan cara tulisan

Mengundang dengan cara tulisan yaitu menyebarkan kertas undangan yang dilakukan oleh keluarga yang mengadakan walimah. Biasanya orang yang diundang dcngan cara ini adalah sanak famili atau teman-teman yang tempat tinggalnya yang jauh dari tempat pelaksanaan walimah. Setelah disebarkan undangan baik disampaikan dengan cara lisan maupun tulisan, maka orang-orang yang diundang berdatangan pada hari-hari yang telah ditentukan.

2. Baiyo-iyo

(56)

dipimpin oleh ninik mamak. Apabila ninik mamak tidak hadir, maka boleh diwakilkan dan putusannya diserahkan kepada para undangan yang hadir.

Dalam baiyo-iyo ini yang dibicarakan di rumah mempelai perempuan berbeda dengan yang dibicarakan di rumah mempelai laki-laki. Di rumah mempelai perempuan yang perlu dibicarakan adalah menentukan orang yang akan mengantar sirih ke rumah mempelai pria, menentukan samo gadang

(pendamping) anak daro,44 menentukan orang yang akan menjemput talam

pamanggia, dan menentukan anak-anak yang akan maimbau urang dengan

minta izin kepada para undangan untuk mengizinkan anak keponakannya untuk mengundang orang kampung. Sedangkan yang dibicarakan dalam

baiyo-iyo di rumah mempelai laki-laki adalah menentukan samo gadang

(pandamping), menentukan orang yang akan mamanggia, maksudnya orang yang akan menyemput anak daro dan menentukan orang yang akan mengundang orang kampung. Baiyo-iyo ini memakan waktu dari selesai shalat Zuhur sampai waktu Maghrib tiba.

Dalam acara baiyo-iyo di rumah pengantin laki-laki, selain membicarakan hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk acara pesta perkawinan juga dilaksanakan acara timbang tando. Acara timbang tando ini dihadiri pula oleh orang-orang yang diutus oleh pihak keluarga mempelai wanita dengan membawa adat, maksudnya adalah pihak keluarga mempelai wanita yang diutus datang ke rumah mempelai pria dengan membawa daun sirih lengkap

44

(57)

dengan buah pinang, gambir, kapur sirih dan pinyaram. Selain itu yang dibawa adalah selembar kain lama seperti kain songket, yang mana kain ini ditukar dengan kain yang juga telah disediakan oleh keluarga mempelai pria yang disebut dengan timbang tando Dengan telah dilaksanakannya baiyo-iyo

dan timbang tando berarti telah terjadinya kesepakatan antara kedua belah

pihak baik keluarga laki-laki maupun keluarga perempuan untuk mengikat anaknya dengan melaksanakan akad nikah dan melaksanakannya pesta perkawinan. Setelah dilaksanakannya acara baiyo-iyo, maka kedua belah pihak yang akan mengadakan pesta perkawinan disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan untuk persiapan walimah. Sanak famili dan tetangga-tetangga yang terdekat ikut membantu demi lancarnya dan meriahnya acara tesebut. Seminggu setelah acara baiyo-iyo maka dilaksanakanlah acara baralek.45

3. Baralek

Pelaksanaan baralek di Nagari Tabek Panjang khususnya Jorong Baso memakan waktu yang lama yaitu selama delapan hari. Para undangan yang akan hadir dalam acara baralek ini boleh datang kapan saja asalkan masih di dalam delapan hari tersebut. Biasanya baralek yang delapan hari ini dimulai dari hari Jum’at sampai hari Jum’atnya lagi. Untuk lebih jelasnya tentang acara baralek yang delapan hari ini akan penulis uraikan satu persatu sebagai berikut :

45

(58)

a. Hari pertama adalah hari jum’at yang disebut dengan pulangnya

marapulai.46 Sebelum marapulai dijemput oleh keluarga pihak

perempuan, maka pada hari ini juga biasanya dilakukan akad nikah. Biasanya akad nikah ini dilaksanakan di mesjid, atau langsung di rumah mempelai perempuan pada saat marapulai datang.

Untuk meriahnya kedatangan marapulai biasanya diiringi oleh musik rebana atau musik tabuik disepanjang jalan hingga sampai di rumah mempelai perempuan. Setibanya di sana langsung disambut oleh keluarga perempuan dan undangan yang hadir. Setelah itu ada perundingan kemudian menyantap hidangan yang telah disediakan. Setelah itu keluarga mempelai laki-laki yang mengantarkan pulang ke rumah masing-masing. Ketika itu mempelai laki-laki tinggal di rumah mempelai perempuan.47 b. Hari kedua yaitu hari sabtu yang disebut dengan dipanggia mintuo

Pada hari kedua ini kedua mempelai dipanggia oleh orang tua mempelai pria atau mertua dari mempelai wanita untuk bersanding di rumahnya. Waktu mamanggia ini biasanya adalah siang hari yang dilakukan oleh orang yang telah ditentukan sewaktu dilaksanakan baiyo-iyo sebelumnya dan diiringgi oleh beberapa orang lainnya.

Dalam acara ini kedua mempelai memakai baju pengantin dan diarak menuju rumah orang tua mempelai pria. Sedangkan para undangan

46

Marapulai adalah sebutan un

Gambar

Gambar. 01. Cara penyajian hidangan.
Gambar. 02. Hidangan undangan menggunakan seprah (hidangan seperti ini
Gambar. 03. Pakaian pengantin yang digunakan di Nagari Tabek Panjang

Referensi

Dokumen terkait

cabang ilmu dan/atau rumpun ilmu yang dibina program studi yang akan diakreditasi diperlukan kajian yang komprehensif mencakup jumlah program studi yang masuk dalam cabang

Trip Assignment digunakan untuk mengetahui dan menghitung prosentase jumlah kendaraan yang melewati masing-masing ruas jalan, dalam Tugas Akhir ini digunakan untuk

Secara garis besar, Analisa teknis yang dilakukan yaitu kapal hasil konversi harus dapat memenuhi beberapa kriteria seperti: karakteristik ruang muat kapal bulk carrier,

Dari penjelasan dari beberapa para ahli tersebut, dapat dijelaskan bahwa, bahasa slang adalah suatu bahasa prokem yang bersifat sementara dan selalu berganti-ganti

Seperti saat teman-teman dari jurusan tari akan mengadakan pertunjukan dalam rangka membantu perpisahan KKN Universitas Muhammadiyah Malang yang pada saat itu juga sedang

Tanaman yang digunakan untuk pengobatan diare jambu biji, kara, ketumbel, kunyit, lengkuas, manggis, nangka, pala, patikan kebo. Penggunaan yang khas di Baturraden saja

Pada tanggal 21 Februari 2017 samapi 20 Maret 2017, peneliti langsung terjun ke lapangan dan melihat secara langsung kondisi masyarakat di Nagari Panampuang,

Kebijakan tersebut berupa dibuatnya remedial atau pelajaran tambahan bagi kelompok nilai terendah.Salah satu solusi untuk mengatasi masalah di atas, maka perlu