DI DAERAHNYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sidang Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik
Oleh :
Widi Hasdi Yatman Nim: 41806068
STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
PERSEPSI WARTAWAN SURAT KABAR UMUM PARAHYANGAN CIANJUR PADA FENOMENA “WARTAWAN RONDA” DI DAERAHNYA
Widi Hasdi Yatman 41806068
Skripsi ini dibawah bimbingan:
Melly Maulin.S.Sos.,M.Si
Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui bagaimana persepsi wartawan surat kabar umum parahyangan Cianjur pada fenomena wartawan ronda di daerahnya untuk menjawab tujuan diatas maka peneliti mengangkat Sub Fokus Perhatian Wartawan pada Fenomena “Wartawan Ronda”, Pengalaman Wartawan Cianjur pada Fenomena “Wartawan Ronda”, Pemahaman Wartawan Cianjur pada Fenomena “Wartawan Ronda”, Persepsi Wartawan Cianjur Pada Fenomena “Wartawan Ronda”.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan yang berjumlah 2 (dua) orang Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi literatur, internet searching, dan juga triangulasi. Adapun Teknik analisa data adalah: pengumpulan data, klasifikasi data, analisis data, proses akhir analisis data.
Hasil Penelitian adalah 1) Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan menanggapi adanya perhatian wartawan ronda menjadi profesi untuk pencaharian sehari hari untuk bertahan hidup dengan menggadaikan rasa malunya 2) keberadaan wartawan ronda sangat menggangu dan menurunkan rasa percaya diri wartawan yang sebenarnya dalam setiap (peliputan) pencarian berita. 3) pemahaman kebebasan pers dalam dewasa ini membuat munculnya wartawan ronda yang sudah mencoreng profesi kewartawanan. 4) persepsi dalam sebuah sudut pandang yang berbeda profesi wartawan menjadi menurun di karenakan banyaknya praktek wartwan ronda.
Peneliti menarik kesimpulan bahwa persepsi wartawan harian umum
Parahyangan, adalah sebuah penyimpangan profesi wartawan yang sebenarnya serta “wartawan ronda” berdampak negatif terhadap wartawan yang sebenarnya.
Widi Hasdi Yatman 41806068
This thesis under the guidance of:
Melly Maulin.S.Sos.,M.Si
This study aims to determine how the public perception of a newspaper reporter on the phenomenon of journalists parahyangan Cianjur patrol around the area to answer the above purpose, the researcher picked Journalist Sub Focus Attention on the phenomenon of "Journalists Ronda", the phenomenon of Cianjur Journalist Experience "Reporter Ronda", Understanding Journalist Cianjur the phenomenon of "Journalists Ronda", perception journalist Cianjur on the phenomenon of "Journalists Ronda"
This study used a qualitative approach to the informant who numbered 2 (two) Data obtained through in-depth interviews, observation, literature study, internet searching, and triangulation. The data analysis techniques are: data collection, data classification, data analysis, the final data analysis.
Research results are 1) Reporter Newspapers General Parahyangan journalists respond to the attention of patrolling the profession for a living day to day to survive by mortgaging his shyness 2) the presence of reporters patrolling very disturbing and lower confidence in any actual journalists (covering) the news search . 3) understanding of freedom of the press in the emergence of journalists today make patrolling the journalism profession has been tarnished. 4) perception in a different point of view of the journalistic profession to be dropped in because of the many practice wartwan ronda.
Researchers concluded that the general perception of journalists Parahyangan daily, is a real aberration as well as the journalistic profession "reporter ronda" negatively impact the real journalists.
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil,alamin, Segala Puji dan syukur seraya peneliti panjatkan
atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya yang telah meridhoi
segala jalan dan upaya peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini tepat pada
waktu yang telah ditentukan.
Dalam melakukan penelitian skripsi ini tidak sedikit peneliti menghadapi
kesulitan serta hambatan baik tekhnis maupun non tekhnis. Namun atas izin Allah
SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang
peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak,
akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya peneliti tujukan kepada kedua
orang tua yang selalu membantu dan memberikan dukungan baik moral, spiritual, dan
material serta doa kepada peneliti hingga detik ini. Doa ananda, semoga ananda dapat
membahagiakan Mamah dan Bapak serta menjadi seperti apa yang Mamah dan
Bapak harapkan .
Melalui kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin
menyampaikan rasa hormat, terimakasih, dan penghargaan yang sebesar-besarnya
2. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia serta
dosen wali saya selama menjadi mahasiswa di Universitas Komputer
Indonesia.
3. Ibu Melly Maulin. P, S. Sos, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer
Indonesia juga sebagai dosen pembimbing. Banyak nasehat dan semangat
yang beliau berikan kepada penulis sangat berarti sekali.
4. Ibu Rismawaty, S.Sos, M.Si, selaku staf dosen tetap dan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer
Indonesia.
5. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si, selaku Dosen Kemahasiswaan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Komputer Indonesia.
6. Bapak Adiyana Slamet, S.IP. M.Si, selaku staf dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer
8. Yth. Ibu , Ratna A,Md Asri A,Md Intan S.Ikom selaku Sekretariat prodi Ilmu Komunikasi yang telah membantu dalam dalam mengurus surat-surat
izin pelaksanaan penelitian ke perusahaan dan yang surat-surat lainnya.
9. Seluruh Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan, Seluruh Staf
Kecamatan Bojong Picung dan staf Desa Hegarmanah yang telah
memberikan waktunya untuk diwawancara dan memberikan informasi yang
akurat.
10. Adik-adik saya Phuja Pandu Yatman & Agam Ridho Yatman yang senantiasa memberikan tenaga dan motivasi peneliti untuk mengasih contoh
yang baik meski sedikit uarakan. Untuk membangun kualitas diri biar Yatman
Brother tidak pernah terkalahkan dalam bersaing apapun dibidang apapun.
11. Keluarga besar Yatman yang telah banyak membekali wawasan, pengalaman, spiritual dan materi untuk hidup bijak dimuka bumi ini saya
terlahir sebagi anak pertama yang di rencanakan secara matang dari mulai
nama yang sudah di siapakan dengan penuh filosofi Widi Hasdi Yatman
artinya Widi adalah izin Hasdi gabungan kedua nama kakek Hasan & Mardi
dan Yatman gabungan dari nama kedua orang tua yaitu Yati & Sularman.
peneliti menaggung beban moral yang cukup berat yang diamatkan dari dua
merasakan pedih ditinggal teman-teman seperjuangan yang telah lulus duluan.
kalian sisa-sisa seleksi alam yang masih setia membantu dan menemani
peneliti dalam mengumpulkan dan menyusun penelitian skripsi, dengan doa
dan pemikirannya dan Akhirnya kita lulus denag lancar
13. Teman Teman Jurnal 2006 yang telah bersama-sama dalam kelas menyelesaikan akademik di Universitas Komputer Indonesia Kenangan
bersama kalian tidak akan bisa terlupakan dan akan menjadi kenangan manis
di detik-detik kebersamaan kita dulu saat berjuang
14. Teman-teman semua mahasiswa Ilmu Komunikasi yang mengenal saya dan telah banyak membantu dalam segala hal akademik maupun saat diluar
akademik ayo realisasikan apa yang di cita-citakan kalian, Hanya perjuangan
dan doalah yang bisa merubah segalanya.
15. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah mendorong peneliti selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini
berlangsung.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih diperlukan
penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian
yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian dan penyusunan
skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti
khususnya dan pembaca lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dan
bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT. Amiien.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Bandung, Juli 2011 Peneliti
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini banyak terdapat orang-orang yang pekerjaanya sebagai kontrol
sosial menyerupai pekerjaan wartawan padahal bukan wartawan, tidak
memperhatikan adanya etika yang mendasari profesi wartawan terlebih lagi
menyalahgunakan profesi wartawan tersebut dengan tujuan tertentu. Beberapa
tahun terakhir ini telah beredar dengan sebutan “Wartawan Ronda” yang
melakukan pemerasan agar seseorang atau suatu kelompok individu
mengeluarkan materi (uang) dengan ancaman keburukan orang itu akan
disebarluaskan. Orang-orang seperti itu bukanlah wartawan melaikan
oknum-oknum yang menyalah gunakan profesi wartawan, Merekalah yang dapat merusak
citra profesi wartawan. Kenapa dikatakan “wartawan ronda” “RONDA”
diistilahkan sebagai petugas patroli mengawasi jalanya roda pemerintahan yang
sering disalah gunakan atau diselewengkan oleh oknum pejabat untuk kepentingan
pribadi atau korupsi yang makin merajalela di daerah Cianjur hususnya di
Kecamatan Bojong Picung.
Menurut tokoh masyarakat Kecamatan Bojong Picung Kabupaten Cianjur,
Pak Ojik Sunarko,Masyarakatsudah lama risih dan terganggu dengan keberadaan
menyalahgunakan profesi wartawan dengan tujuan mencari uang, Kasus-kasus
korupsi, penyeludupan, pembuangan limbah, pembalakan hutan, pengerukan dan
penjualan pasir, perdagangan wanita dan anak-anak (trafficking) perjudian dan
pelacuran, kejahatan cybercrime, black market dan sebagainya menyebabkan
orang gampang tergoda dan silau dengan materi. (wawancara 23 Mei 2011)
Daerah Cianjur seluruh Desa mendapatkan batuan dari pemerintah yaitu
program beras murah untuk rakyat miskin (raskin) untuk masyarakat kurang
mampu yang harganya sesuai ketetapan pemerintah dan tidak boleh dilebih
lebihkan. Contoh pengurus / RT melebihkan harga karena alasan ongkos ojeg dari
desa ke kampung masing-masing, sekalipun itu alasan oprasional tetap sudah
melanggar ketentuan yang berlaku karena para wartawan ronda tugasnya hanya
mencari-cari kesalahan, mereka mendapatkan informasi dari keterangan
masyarakat bahwa harga beras dijual tidak sesuai aturan, Alasan ampuh bagi
mereka para “wartawan ronda” untuk membidik sasaran empuk yaitu kepala Desa
yang mempunyai kewenangan di tingkat Desa dan ujung ujungnya wartawan
ronda yang datang dikasih uang tutup mulut karena prakteknya tidak sesuai
prosedur pembangunan jalan jalan desa dari Project PNPM bayak pengaspalan
jalan Desa yang kurang layak yang membuat kualitas jalan menjadi cepat rusak
kasus seperti ini sering menjadi sasaran para “wartawan ronda” untuk menggugat
pekerjaan pemborong karena tidak sesuai prosedur mereka para “wartawan ronda”
berorientasi mencari permasalahan, pihak pemborong dikondisikan untuk
mengasih imbalan/sogokan kepada “wartawan ronda” agar sama sama tau sama
Masyarakat Cianjur terkenal sebagai petani yang berpotensi sebagai
sembada lumbung gabah jawa barat dan juga pahlawan devisa karena banyak TKI
yang bekerja di luar negri mayoritas di timur tenagah Arab dan sekitarnya,
maraknya bisnis penjualan manusia untuk dijadikan tenaga kerja diluar negri
secara legal dan ilegal masih banyak sekali khususnya di kec. Bojongpicung. di
balik suburnya praktek industri tenaga kerja itu meningkatnya permasalahan di
daerah Cianjur dari mulai maslah rumah tangga, gugatan cerai, harta gono gini,
perselingkuhan dan banyaknya pernikahan antara orang Cianjur dan orang asing
yang harus di urus secara rumit yang dimanfaatkan secara terorganisir oleh para
wartawan ronda.
Banyak pernikahan siri antara warga Bojong Picung dengan orang asing
yang diakui oleh agama dan tidak di akui secara resmi oleh pemerintah,
pernikahan siri tersebut dan akhirnya suami dan keluarga yang bersangkutan
sering jadi objek pemerasan para wartawan ronda, RT/RW setempat di datangi
wartawan ronda yang bermodus respon aduan dari masyarakat bahwa ada
pasangan tidak jelas setatusnya mereka tingal serumah di kampung tersebut para
wartawan ronda menakut-nakuti dengan tindakan tersebut melanggar hukum,
karena pernikahan itu tidak ada sura-surat yang menguatkan mereka sebagai
pasangan suami istri yang resmi, dari situlah wartawan ronda menyiasati agar
kasus ini tida di perpanjang lebar karna sudah jelas merekalah yang salah. RT/RW
ikut terbawa kepermasalahan karena di anggap mendukung praktek kumpul kebo,
kasus tersebut yaitu dengan uang tutup mulut atau amplop (Suber wawancara pak
Herly Kasatgas Desa Hegarmanah).
Maraknya bisnis tenaga kerja di Cianjur banyak kasus (TKW)tenaga kerja
wanita, berangkat ke luar negeri dan bernasib naas tidak di bayar dengan layak
sesuai kesepakatan awal para “wartawan ronda” mengejar seponsor atau agensi
penyaluran tenaga kerja Indonesia, sponsor atau agensi, apakah penyaluranya
legal atau ilegal seperti biasa para “wartawan ronda” mencari kesalahan dan
mengondisikan untuk tidak diperpanjang kasus tersebut, karena sudah pasti akan
kalah apabila diuruskan kepersidangan ujung-ujungnya pihak yang merasa
bersalah akan menawarkan perdamaian yang artinya sogokan untuk kasusnya di
hentikan.
Wartawan ronda dari kelas teri sampai kelas kakap terus beroperasi
diwilayah Cianjur tindakan mereka memang keterlaluan karena mereka juga
berani memburu narasumber atau pejabat yang akan diperasnya. Malah beberapa
diantaranya berani beroperasi secara terbuka. Terutama ditempat-tempat yang
dianggap „’basah’’ seperti Bea Cukai, kantor Samsat, Pelabuhan, dan bahkan
sampai ke kantor Pemerintahan di Cianjur
Ada ciri-ciri yang membedakan antara wartawan amplop dan “wartawan
ronda”. Tapi keduanya juga punya persamaan. Wartawan amplop adalah
wartawan yang sebagian besar penghasilannya berasal dari amplop sumber berita,
baik amplop itu diperoleh dengan cara meminta atau sekedar hasil pemberian dari
sumber berita. Wartawan amplop bisa dilakukan oleh (wts) wartawan tanpa surat
dengan kesejahteraan para wartawannya. Di luar kategori ini, wartawan Amplop
juga dilakukan oleh wartawan yang bekerja di perusahaan pers yang sudah mapan.
tetapi wartawan dan perusahaan pers tersebut kurang memedulikan penegakan
etika Jurnalitik, terutama soal larangan menerima uang/suap dari sumber berita.
“Wartawan Ronda” adalah orang yang pekerjaanya memeras tetapi berkedok
sebagai wartawan.
“Wartawan Ronda” ini mirip dengan intel gadungan atau polisi gadungan
yang pekerjaanya hanya menakut-nakuti masyarakat, tapi ujung-ujungnya adalah
meminta uang. “Wartawan Ronda” biasanya memiliki media yang biasanya
jadwal terbitnya tidak jelas dan isi medianya (iklan dan berita) adalah hasil
negosiasi dengan sumber berita. Termasuk negosiasi pemerasan wartawan Ronda
adalah wujud anomali masyarakat, Ini jelas jelas sebuah penyimpangan profesi
wartawan yang sesungguhnya, “Wartawan Ronda” dikategorikan wartwan
gadungan. Keberadaan “Wartwan Ronda” akan selalu ada disetiap daerah selain
Cianjur selama pemerintah pusat banyak dana mengucurkan dana untuk proyek
didaerah-daerah “wartawan ronda” jelas merugikan dan meresahkan masyarakat
pemberian uang kepada wartawan akan membuat independensi wartawan
tergadai.
Keberadaan “wartawan ronda” selain mencemarkan profesi wartawan,
mereka juga menutup akses informasi yang berguna bagi masyarakat. Sebab
berita-berita tentang korupsi yang diketahui “wartawan ronda” hanya dijadikan
dijerat dengan Pasal 368 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang
pemerasan.
“Wartawan ronda” berani beroperasi karena ada tiga hal, yaitu:
1. karena sumber berita masih menyediakan amplop untuk wartawan,
dengan demikian “wartawan ronda” punya alasan utuk menuntut
“hak” yang sama.
2. Wartawan ronda berani beroperasi karena ada sumber berita yang
bisa diperas, yaitu para pejabat atau perusahaan yang bermasalah.
3. Lemahnya kontrol dari masyarakat.dan kontrol pemerintah atas
banyaknya lembaga yang mengatasnamakan Pers
Sejak diberlakukannya UU 40/l999, secara otomatis negara tidak punya
kontrol terhadap media. Dengan liberalisasi media, siapa saja bisa mendirikan
usaha pers, termasuk mereka yang bermodal dengkul. Wartawan merupakan
sebuah profesi yang penuh tanggung jawab dan resiko, Untuk menjadi wartawan
seseorang harus siap mental dan fisik. Menurut coleman hartwell yang dikutip
oleh Asep Syamsul M. Romli, dalam bukunya yang berjudul jurnalistik terapan
menulis :
“seorang yang tidak mengetahui cara untuk mengatasi masalah dan tidak mempunyai keinginan untuk bekerja dengan orang lain, tidak sepantasnya menjadi wartawan. Hanya mereka yang merasa bahwa hidup ini menarik dan mereka yang ingin membantu memajukan kota dan dunia yang patut
Empat kriteria untuk mutu pekerjaan sebagai profesi (Dja’far Asegaf
1985:19) yaitu:
1. Harus terdapat kebebasan dalam pekerjaan tadi
2. Harus ada panggilan dan keterikatan dengan pekerjaan itu
3. Harus ada keahlian (expertise)
4. Harus ada tanggung jawab yang terikat pada kode etik pekerjaan.
Wartawan adalah seorang profesional, seperti halnya seorang pengacara dan
ia memiliki keahlian tersendiri yang belum tentu dimiliki oleh profesi lain seperti
mencari, mengolah dan menulis berita. Dia juga mempunyai tanggung jawab dan
kode etik tertentu yang harus dijadikan pedoman selama menjalankan profesi.
Kemudahan pendirian usaha pers inilah yang dimanfaatkan para petualang.
Mereka ini mendirikan “perusahaan pers” untuk kepentingannya sendiri dan tidak
peduli dengan amanat uu 40/l999 seperti memenuhi hak masyarakat untuk
mengetahui, menegakkan demokrasi dan memperjuangkan keadilan (pasal 6).
Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap
menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang megambil keuntungan
pribadi atas informasi yang di peroleh saat bertugas sebelum informasi tersebut
menjadi pengetahuan umum. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang
,benda atau pasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi indenpendensi.
Dalam melaksanakan tugasnya, wartawan memiliki rambu-rambu yang tidak
boleh dilanggarnya. Sebagai seorang professional, ia harus menaati kode etik yang
disebutkan, wartawan memiliki dan menaati kode etik jurnalistik begitupun para
wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan Cianjur yang bermottokan Jernih
dalam Memandang berdiri dari tahun 2003 dibawah naungan CV. Jaya Lestari
(Parahyangan Inti Media) Surat Kabar Umum Parahyangan mencakup
mengabarkan informasi yang bersifat umum kepada public khalayak masyarakat
di Kabupaten Cianjur. Surat Kabar Umum Parahyangan memproduksi dan
menerbitkan berita secara intens secara online dan cetak.
Ketika Indonesia memasuki orde reformasi dan berakhirnya rezim orde baru,
organisasi wartawan yang tadinya “tunggal”, yakni hanya PWI, menjadi banyak.
Namun demikian organisasi wartawan yang muncul selain PWI pun memandang
penting adanya kode etik wartawan.
Akibat adanya liberalisasi bidang pers ini, maka secara otomatis
pengawasan kepada media termasuk bagi yang menyalahgunakan fungsi media,
berada di tangan masyarakat. Pengawasan bisa dilakukan dengan berbagai cara,
seperti menghentikan anggaran pemberian amplop bagi wartawan hingga
melaporkan “wartawan ronda” keaparat hukum atau organisasi wartawan dan
meneruskannya ke dewan pers.
Upaya untuk melawan wartawan amplop dan “wartawan ronda” harus
didukung. Tetapi perlawanan ini tidak mempunyai daya dorong jika tidak disertai
upaya hidup bersih dari korupsi. Selain mendorong masyakat hidup bersih dari
korupsi, insan pers juga harus memperbaiki citranya dengan cara hidup bersih dari
menerima amplop, tetapi perusahaan pers juga harus memberi upah yang layak
dan pengawasan yang ketat bagi wartawannya.pengawasan kepada pers mutlak
diperlukan karena pers masih dianggap sebagai pilar penegakan demokrasi.
Kontrol ini diperlukan agar pers tetap berada pada cita-citanya. Jika masyarakat
lalai mengawasi pers, maka jangan salahkan jika pers Indonesia akan dipenuhi
wartawan sensasi, wartawan amplop dan “wartawan ronda”.
Menurut (Kovach & Kom, 2001:6) etika dan hukum pers menguatkan
bahwa seorang jurnalis dalam menjalankan tugasnya harus memenuhi sembilan
elemen jurnalisme yakni kewajiban seorang jurnalis berpihak pada kebenaran;
Loyalitas utama seorang jurnalis terhadap warga
Intisari tugas seorang jurnalis disiplin dalam verifikasi
Seorang jurnalis harus menjaga independesi terhadap sumber berita
Jurnalis harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan
Jurnalis harus menyediakan forum publik untuk keritik maupun dukungan warga
Jurnalis harus membuat sesuatu hal yang penting ,menarik dan relevan
Jurnalis harus menjaga berita komprehensif
Jurnalis harus mengikuti hati nurani sendiri
Menyikapi permasalahan tersebut maka diperlukan mental dan syaraf baja
yang kuat agar tidak terlibat konspirasi dengan pelaku kejahatan ini. Praktek
pelacuran profesi jurnalistik ini kini beragam bentuknya, Sepak terjang wartawan
dalam mengejar “amplop” tak hanya tumbuh subur diketerlibatan “wartawan
ronda” yang biasa mangkal dikantor Polisi, dan pengadilan.atau berpatroli ke
Kecamatan Desa , Sekolahan dan intansi pemerintah lainya umumnya wartawan
ronda ini menjalin “relasi” dari pada konflik kan lebih baik kompromi. Kalau di
dan konfirmasi. Tindak-tanduk seperti itu sudah menjadi citra wartawan di
masyarakat yang sering di istilahkan sebagai “wartawan ronda” Pekerjaan mereka
tida di dasari idialisme yang menjungjung tinggi nilai berita malahan mencederai
kode etik profesi wartawan yang sesungguhnya makin terpuruklah nama baik
profesi wartawan.
Sebaiknya juga saat oknum-oknum pejabat daerah yang mau melakukan
penyelewengan dana yang dikucurkan pemeritah untuk sebuah program yang
seharusnya di kerjakan secara optimal, bisa mengurungkan niat jahatnya untuk
mengkorupsi karena takut di beritakan wartawan dan mempertagung-jawabkan di
meja hijau dan akhirnya mendekam di balik jeruji besi atas perbuatannya dan itu
sudah terjadi beberapa kasus pejabat daerah yang menikmati dinginya tembok sel.
Jabatanya di copot tidak hormat dikarenakan terbukti melakukan tindakan korupsi
atau penyelewengan dana diwilayah kecamatan Bojong Picung Kabupaten
Cianjur.
Kemerdekaan pers diperlukan dan bermanfaat bagi masyarakat, terutama
untuk mengontrol kekuasaan. Sayangnya, saat ini banyak “penumpang gelap”
kemerdekaan pers. Mereka mengelola media yang menurut ukuran
profesionalisme sebenarnya tidak layak terbit. Muncul juga apa yang disebut
“wartawan Ronda” yang seringkali memaksa narasumber untuk memberikan
uang. Salah satu solusi mengatasi “wartawan Ronda” ini dengan cara berani
Wartawan sekarang seharusnya menghilangkan sifat yang kultural seperti
“kecongkakan” dalam diri wartawan bahwa dirinya “berkuasa” karena memiliki
kekuatan membangun opini, memaklumkan adanya pemberian amplop dari
narasumber asal dalam koridor “tidak meminta”, sikap pragmatis wartawan dan
birokrat untuk lebih mementingkan menjaga harmoni dengan menutupi sebagian
informasi yang layak diketahui publik, serta anggapan bahwa menyajikan
informasi dari dua sisi berarti tugasnya sudah sebagai wartawan sudah selesai dan
masyarakat dipersilakan menilai sendiri.
Mula-mula “amplop” merupakan semacam “sogok” agar wartawan
menulis (atau tidak menulis) tentang suatu kasus. Lama-kelamaan, pemberian
“amplop” disampaikan secara halus sebagai “hadiah”, “uang jalan”, “uang
bensin”, dan sebagainya. Padahal bila sepucuk saja amplop sudah berpindah
tangan dari narasumber ke wartawan, independensi yang diagungkan dalam kerja
jurnalistik sebenarnya sudah luntur. Menerima amplop adalah meracuni pikiran.
Cepat atau lambat, sipenerima amplop akan berubah pikiran dan meyakini bahwa
amplop memang tidak membawa masalah bagi penerimanya.
Akibat lebih jauh, wartawan akan cenderung berorientasi mencari berita
yang berpotensi “menyediakan amplop” daripada berita kering. Racun itu akan
mengirim pesan kesyaraf otak mengatakan menerima amplop adalah
“kenikmatan” dan menjadi kewajaran dari kehidupan seorang wartawan. Dampak
secara menyeluruh, independensi wartawan melorot, kualitas media menurun
penguasa dan kaum kapitalis, kepedulian menyuarakan kebenaran berkurang dan
masyarakatpun membaca berita-berita tak bermutu, Singkatnya masyarakat
dibodohi dan dibohongi ketika menerima informasi media
"Dalam konteks negara kita pers Indonesia mempunyai kode etik dan memiliki aturan serta hukum lainnya. Namun hal itu pun sebenarnya belum cukup karena masih kerap terdengar adanya pelanggaran atas kode etik, masih terdengar adanya sumber berita yang menjadi korban akibat ulah wartawan. Pendek kata untuk menjunjung tinggi kode etik serta ketentuan lainnya berpulang kembali pada hati nurani insan pers”. (Sobur, 2001 : 120)
"Wartawan berhati yang putih bersih sejatinya jalan yang benarlah yang harus selalu di laluinya namun realitasnya tida semua wartawan mempunyai hati yang sama, kadang masuk juga orang orang yang berhati nurani hitam legam, terbungkus dan berbaling-baling hingga tidak jarang pula profesi wartawan ikut tercoreng tidak sedikit pula orang yang mengaku berprofesi wartawan,tetapi menipu memeras menghina mempitnah dan berkarakter lainya. Hal inilah yang menjadi substansial telah mendorong para wartawan yang behati nurani putih bersih untuk mengibarkan citra wartawan pada hati nurani yang sebenarnya suara hati inilah yang akan di jabarkan dalam etika etika yang harus di taati oleh para wartawan. Apakah profesi wartawan indonnesia menjadi profesi yang favorit atau di idolai yang di ingini, semua bergantung dari pribadi wartawan wartawan indonesia dalam mengemban tugas mereka", (Hikmat, 2011:12)
Menurut Mahi M. hikmat dalam Bukunya yang berjudul Etika & Hukum
pers. Fakta dilapangan membuktikan bahwa generasi muda yang berminat
melanjutkan keperguruan tinggi ke fakultas ilmu komunikasi khususnya prodi
Jurnalistik dalam dasa warsa terus mengalami peningkatan jumlah perguruan
tinggi yang menyelenggarakan terus bertambah hal itu dapat di jadikan parameter
tingginya minat masyarakat Indonesia untuk menekuni profesi wartawan atau
dapat di persepsikan bahwa profesi wartawan hingga kini masih masih menjadi
profesi favorit. Selain karna pesatnya media masaglobalisasi informasi sehingga
tingginya minat masyarakat peran positif para wartawan indonesia yang telah
menjalankan kode etik.
Pasca pembebasan SIUPP secara perlahan seleksi alam terjadi yang benar
memang selalu benar yang salah perlahan akan kalah, Realitas itu memang sangat
membanggakan baik para wartawan maupun semua lapisan masyarakat ,namun
hal ini bukan berarti para wartawan harus lengah di bandingkan dengan masa lalu
pra Reformasi posisi profesi wartawan masih lebih baik, Pemerintah Orde Baru
kurang memberikan angin segar pada kebebasan pers tapi pada sisi positif lainya
pada era Orde Baru profesi wartawan memiliki srata yang tinggi di mata
masyarakat rekrutmen wartawan yang sangat selektif telah melahirkan wartawan
wartawan terpilih yang berwibawa dan di segani.
Untuk saat ini pers Indonesia belum seluruhnya menerapkan kualitas pers
yang prefesional dan bertanggung jawab dalam membuat pemberitaan menurut
Frans Hendra Winata mengingat sebelum seluruh rakyat Indonesia memiliki
tingkat pendidikan dan intelegensiannya memadai jika pers di biarkan tanpa
kontrol dan tanggung jawab maka berpotensi menjadi media agistasi yang dapat
mempengaruhi psikologis masyarakat yang belum terdidik yang notabene lebih
besar dari pada masyarakat yang terdidik oleh karena itu kebebasan pers perlu di
berikan pembatasan pembatasan paling tidak melalui rambu hukum sehingga
pemberitaan yang di lakukan pers dapat menjadi pers yang bertanggung jawab.
Pemberitaan pers di jadikan alat untuk mempitnah seseorang atau intitusi
unsur kesengajaan (opzet) dan unsur kesalahan ( schuld) yang memenuhi unsur
unsur tindak pidana oleh karena itu pidana tetap harus diberlakukan terhadap
pelaku yang dengan sengaja melakukan penghinaan atau pitnah dengan
menggunakan pemberitaan pers sebagai media, sementara itu kebasan pers untuk
melakukan pemberitaan jika memang di lakukan secara bertanggung jawab dan
profesional, Meskipun ada kesalahan dalam pakta pemberitaan tetap tidak boleh di
pidana. Untuk dimasa yang akan datang prediksi mungkin akan terjadinya seleksi
alam sebagai mana mestinya yang salah akan selalu kalah dan yang benar akan
selalu menang.
Dipengaruhi dengan kemajuan jaman yang semakin canggih dan
masyarakat yang semakin cerdas masyarakat akan menyeleksi sumber daya
manusia yang unggul untuk meneruskan tugas mulia sebagai kontrol sosial yang
benar benar menjungjung tinggi nilai berita dan kebenaran. Berdasarkan uraian
diatas, maka akan lebih menarik lagi untuk lebih mengetahui maksud penelitian
ini adalah untuk mendefinisikan dan menjabarkan fenomena dan membahas
realita yang ada mengenai fenomena “wartawan ronda”, dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang penulis
kemukakan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Perhatian Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan Cianjur pada Fenomena “Wartawan Ronda” di daerahnya ?
2. Bagaimana Pengalaman Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan
Cianjur pada Fenomena “Wartawan Ronda” di daerahnya ?
3. Bagaimana Pemahaman Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan
Cianjur pada Fenomena “Wartawan Ronda” di daerahnya ?
4. Bagaimana Persepsi Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan
Cianjur Pada Fenomena “Wartawan Ronda” di daerahnya ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan secara
mendalam tentang Persepsi Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan di
Kabupaten Cianjur pada fenomena “Wartawan Ronda” di daerahnya yang
beberapa waktu terkahir marak terjadi di daerah Cianjur.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui pertanyaan yang telah
dicapai dan apa yang akan terjadi dari fenomena yang teruji, yang pada
akhirnya tujuan akan digunakan sebagai rujukan untuk merumuskan hasil
dan kesimpulan peneliti. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Perhatian Wartawan Surat Kabar Umum
Parahyangan Cianjur pada Fenomena “Wartawan Ronda” di
daerahnya.
2. Untuk Mengetahui Pengalaman yang diperoleh Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan Cianjur pada Fenomena “Wartawan
Ronda” di daerahnya.
3. Untuk Mengetahui Pemahaman Wartawan Surat Kabar Umum
Parahyangan Cianjur pada Fenomena “Wartawan Ronda” di
daerahnya.
4. Untuk Mengetahui Persepsi Wartawan Surat Kabar Umum
Parahyangan Cianjur Pada Fenomena “Wartawan Ronda” di
daerahnya.
1. 4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu pada kajian
Komunikasi secara umum dan konsentrasi Jurnalistik secara khusus yaitu
tentang persepsi wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan Cianjur pada
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Kegunaan Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam menambah wawasan serta sebagai salah satu sumber untuk
meneliti lebih lanjut dari sisi dan masalah penelitian yang sama dalam
konteks Persepsi.
2. Kegunaan Bagi Universitas
Untuk pihak universitas khususnya Ilmu Komunikasi konsentrasi
Jurnalistik berguna sebagai literatur bagi peneliti selanjutnya yang akan
mengadakan penelitian yang sama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
berguna untuk seluruh mahasiswa untuk meningkatan pengetahuan
mahasiswa memberikan pengetahuan tentang komunikasi.
3. Kegunaan Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat
yang ingin mendapatkan informasi mengenai etika profesi yang ingin
membentuk sebuah komunitas yang lebih baik. Masyarakat bisa menilai
dengan cermat profesi wartawan yang benar dan salah untuk meluruskan
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Kerangka Teoritis
Persepsi adalah proses pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang di peroleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi
(sensory stymuli). Hubungan sensasi dengan persepsi. Walau begitu,
menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi
juga atensi, expetasi motifasi dan memori (Disederato, 1976: 129).
Menurut Deddy Mulyana Persepsi adalah inti dari komunikasi,
sedangkan penafsiran (interpretasi) inti dati persepsi. (Mulyana 2001:167)
Menurud Kenneth E. Andersen (1972:46) dalam bukunya yang ditulis
sebagai pengantar teori komunikasi, “Perhatian adalah proses mental ketika
stimuli atau rangkayan menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli
lainya melemah”.
Pengalaman kata dasarnya ”alami” yang artinya mengalami,
melakoni, menempuh, menemui, mengarungi, menghadapi, menyeberangi,
menanggung, mendapat, menyelami, mengenyam, menikmati, dan
merasakan (Endarmoko,2006). Menurut W.J.S Poerwodarminto (1984)
Pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya mengerti benar
tentang sesuatu hal.
Oleh karena itu persepsi sangatlah penting dalam setiap proses
berhasil dan suksesnya komunikasi ditentukan oleh sama tidaknya persepsi
yang disampaikan dan didapat antar pelaku komunikasi. Proses
penyampaian pesan yang melewati banyak media menuntut adanya kerja
keras dalam penyamaan persepsi, apa lagi kalau dalam penelitian ini,
persepsi yang berkembang dalam masyarakat sangatlah beragam.
Dalam buku Ilmu Komunikasi Deddy Mulyana, Kenneth K. Sereno
dan Edward M. Bodaken juga Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson
menyebutkan bahwa:
Persepsi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu: seleksi, organisasi dan atensi. Sedangkan organisasi melekat pada interpretasi, yang dapat didefinisikan sebagai: “meletakan sesuatu rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang
bermakna.” (Mulyana, 2007:181)
Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi
yang kita peroleh melalui salah satu atau lebih dari indera kita (peraba,
penglihat, pencium, pengecap dan pendengat).
Kerangka pemikiran merupakan alur pikir peneliti yang dijadikan
sebagai skema pemikiran yang melatar belakangi penelitian ini. Dalam
kerangka pemikiran ini, peneliti akan mencoba menjelaskan pokok
masalah penelitian. Penjelasan yang disusun akan menggabungkan antara
1.5.2 Kerangka Konseptual
Surat kabar merupakan salah satu media massa yang fungsinya untuk
menyampaikan informasi, mendidik dan menghibur khalayak, informasi
yang dimuat dalam surat kabar tersebut merupakan hasil kerja wartawan
sebagai pencari, pengolah dan penulis berita. Oleh karena itu fenomenanya
profesi wartawan merupakan ujung tombak sebuah media massa yang
hendaknya menyiarkan informasi atau berita menurut aturan-aturan tertentu.
Namun seringkali aturan tersebut dilanggar dengan alasan tertentu oleh
oknum wartawan yang mengedepankan ego. Seorang wartawan hendaknya
dapat membedakan antara ego dengan aturan, sehingga profesionalisme
seorang wartawan dapat dipertahankan. Untuk itu wartawan harus
mengetahui dan memahami aturan tersebut.
Perhatian Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan pada fenomena
wartawan ronda di derahnya. sagat menyita perhatian dikarenakan banyak
wartawan tidak jelas asal usul dan maksud tujuanya, Pada saat peliputan
yang membuat kesan di masyarakat bahwa wartawan yang sebenarnya
tergadaikan harga dirinya sebagai wartawan merasa dipermalukan karena
banyak yang bertindak kurang sopan santun pada narasumber disisi lain
merasa kasian pada sekelompok orang yang pekerjaanya seperti itu
disebabkan pengaruh ekonomi global yang memungkinkan para
pengangguran berinisiatif menjadi wartawan ronda
fenomena wartawan ronda di daerahnya. sangat merasa terganggu dari
tindakan para wartawan ronda di lapangan yang jelas banyak melanggar
norma kesopanan dan etika yang imbasnya pada opini masyarakat cianjur
yang menganggap wartawan semuanya seperi itu.
Pemahaman wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan pada
fenomena wartawan ronda. Pemahaman seorang wartawan pada sebuah
aturan sebaiknya dijadikan hal yang paling mendasar karena pemahaman
pada aturan tersebut dapat mempengaruhi kinerja seorang wartawan. Tujuan
dari adanya sebuah aturan bukan untuk membatasi wartawan melainkan
untuk menyamakan ideologi seorang wartawan agar tidak menyaahgunakan
profesi tersebut, setidaknya agar tidak melenceng dari apa yang menjadi
tujuan pokok.
Itulah sebabnya masyarakat dapat menjadi besar atau bahkan sebaliknya
semata-mata dikarenakan oleh kemauannya masing-masing dalam
menyikapi fenomena “wartawan ronda” yang marak terjadi di daerah
setempat. Untuk memiliki informasi, masyarakat akan didorong oleh
keinginannya untuk mencapai sesuatu dengan hasil yang baik, pengetahuan
yang dimilikinya untuk mencapai tujuan tersebut.
1.6 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana perhatian Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan
Apakah wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan mengetahui
tentang fenomena “wartawan ronda” di daerahnya?
Dari mana saja Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan
mengetahui tentang fenomena “Wartawan Ronda” ?
Apa yang dirasakan Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan
dengan kehadiran “Wartawan Ronda” ?
Sejak kapan Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan
menyadari kehadiran “Wartawan Ronda” ?
Seberapa penting fenomena “Wartawan Ronda” bagi Wartawan
Surat Kabar Umum Parahyangan ?
Apakah Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan menerima
Fenomena “Wartawan Ronda” ?
Bagaimana awal mula munculnya “Wartawan Ronda” menurut
wartawan Surat Kabra Umum Parahyangan ?
Bagaimana tanggapan Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan
terhadap fenomenena “Wartawan Ronda” ?
2. Bagaiamana Pengalaman Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan
Cianjur pada Fenomena “Wartawan Ronda” di daerahnya ?
Apakah Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan mempunyai
pengalaman seputar fenomena “Wartawan Ronda” ?
Pengalaman apa saja yang diketahui oleh Wartawan Surat Kabar
umum Parahyangan seputar fenomena “Wartawan Ronda” di
Apakah Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan yakin akan
adanya fenomena “Wartawan Ronda” di daerah Cianjur?
Apakah penilaian masyarakat pada fenomena “Wartawan Ronda”
yang di dengar Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan ?
Bagaimana situasi di lapangan yang diketahui Wartawan Surat
kabar Umum Parahyangan mengenai fenomena “Wartawan
Ronda” di daerah Cinajur?
Apakah Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan mengetahui
aktifitas terjadi di kalangan “Wartawan Ronda” saat beroperasi
daerah Cianjur ?
Apa saja pengaruh/dampak/efek yang ditimbulkan baik dikalangan
masyarakat maupun dikalangan Wartawan didaerah Cianjur
dengan adanya fenomena “Wartawan Ronda”?
Apakah dengan adanya fenomena “Wartwan Ronda” turut
mempengaruhi citra Wartawan didaerah Cianjur ?
3. Bagaimana Pemahaman Wartawan Surat Kabar Umum Parahyangan
Cianjur pada Fenomena “Wartawan Ronda” di daerahnya ?
Apakah keberadaan “Wartawan Ronda” telah menjadi kebiasaan
yang wajar di daerah Cianjur?
Apakah masyarakat didaerah Cianjur menerima kehadiran
Apakah para Wartawan didaerah Cianjur menerima kehadiran
“Wartawan Ronda”? bagaimana dengan Wartawan Surat Kabar
Umum Parahyangan itu sendiri? Jelaskan!
Apa sebab-sebab terjadinya fenomena “Wartawan Ronda” di
daerah Cianjur?
Apa dampak sosial dari fenomena “Wartawan Ronda” di daerah
Cianjur?
Bagaimana pandangan masyarakat Kabupaten Cianjur terhadap
fenomena “Wartawan Ronda” ?
1.7 Subjek Penelitian dan Informan
1.7.1 Subjek Penelitian
Menurut Tatang M. Amirin dalam blognya, mendefinisikan subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek
penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung
objek penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah
Wartawan Parahyangan Cianjur dan Key informan adalah Camat
Bojongpicung dan kepala desa Hegarmanah dan beberapa tanggapan
masyarakat tentang keberadaan wartawan ronda di Kabupaten Cianjur
Tatang M. Amirin dalam blognya pun, mendefinisikan informan
(narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi
mengenai objek penelitian tersebut. Lazimnya informan atau narasumber
penelitian ini ada dalam penelitian yang subjek penelitiannya berupa “kasus”
(satu kesatuan unit), antara lain yang berupa lembaga atau organisasi atau
institusi (pranata) sosial.
Di antara sekian banyak informan tersebut, ada yang disebut
narasumber kunci (key informan) seorang ataupun beberapa orang, yaitu orang atau orang-orang yang paling banyak menguasai informasi (paling
banyak tahu) mengenai objek yang sedang diteliti tersebut.
Berikut adalah data informan yang akan diminta keterangannya dalam
bentuk wawancara untuk memperkuat data bagi peneliti dalam menyusun
penelitian ini:
Data Informan Wartawan Parahyangan Cianjur Tabel 1.-1
No. Nama Jabatan
1. Dian Wartawan
2. Helmi Wartawan
Sedangkan untuk pemilihan key informan, peneliti memilih sebanyak
dua informan, dengan data sebagai berikut.
Data Key informan Tabel 1.2
Sumber : Peneliti, 2011
1.8 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan studi Metode
Deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan
proses atau peristiwa yang sedang berlaku pada saat ini di lapangan yang
No. Nama Jabatan
1 Drs. Unang Somantri Kasi Kecamatan Bojongpicung
Kab Cianjur
2 Drs. Yus Ruslan Sekmat Kecamatan Bojongpicung
Kab Cianjur
3 Saeful Rohman Kades Hegramanah
Kab Cianjur
4 Firja Yusman Kadus Desa Hegramanah
Kab Cianjur
5 Herly Kasatgas Desa Hegramanah
dijadikan objek penelitian, kemudian data atau informasinya di analisis sehingga
diperoleh suatu pemecahan masalah.
“Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yang mencakup berbagai teknik diantaranya adalah penyelidik yang menuturkan, menganalisis dan mengklasifikasikan penyelidik dengan teknik survey, interview, angket, observasi, studi kasus, studi komparatif, studi waktu dan gerak, analisis kuantitatif, studi kooperatif atau operasional“. Winarno Surachmad (1982 : 139)
Jadi metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif karena pada penelitian ini hanya bertujuan untuk melukiskan atau
mendeskripsikan secara faktual dan cermat.
1.9 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)
Untuk memperoleh informasi secara akurat dari narasumber langsung
sebagai data primer, peneliti melakukan metode wawancara. Wawancara
adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya mengadakan
tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan,
baik secara tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atas masalah
yang diteliti :
“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu”. (Koentjaradiningrat, 1986:136)
Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan data-data
kualitatif sangat bergantung dari data dilapangan dengan melihat fakta-fakta
yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori
yang timbul dilapangan, kemudian terus-menerus disempurnakan selama
penelitian berlangsung wawancara kepada Wartawan Surat Kabar Umum
Parahyangan Cianjur.
2. Observasi
Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik
pengumpulan data yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui
pengamatannya terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis.
Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian
mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya dalam
kasus pelanggaran kode etik wartawan di wilayah Kabupaten Cianjur. Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan observasi naturalistik dalam konteks natural
tertentu selama periode tertentu, dengan menggunakan sejumlah teknik
pengumpulan informasi. Para peneliti lapangan meneliti segala hal tempat
,pola pola relasi personal, reaksi orang pada kejadian dan sebagainya.
3. Studi literatur
Dalam studi literatur ini penulis menganut sistem kepustakaan terbuka
dimana dengan mengumpulkan data atau keterangan melalui bahan bacaan
mengenai masalah yang diteliti. Dengan teknik kepustakaan ini diharapkan
mendapat dukungan teori dalam pembahasan masalah, yaitu dengan mengutip
pendapat-pendapat para ahli, hal ini diharapkan akan memeperjelas dan
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental
dari seseorang.
5. Penelusuran Data Online
Penelusuran data online menurut Burhan Bungin adalah :
“tata cara melakukan penelusuran data melalui media online
seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan
secara akademis” (bungin, 2008: 148).
Dari pendapat Burhan Bungin yang dikutip diatas, peneliti
menggunakan sumber yang online sebagai data pendukung untuk
kebutuhan informasi penelitian ini, baik dengan menggunakan jasa
“search engine” seperti: google, yahoo, dan blog karena didalam situs ini
banyak informasi-informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan penelitian
ini. Jadi, sudah selayaknya untuk mendapatkan informasi yang berkaitan,
yang bisa didapat dari jaringan online untuk umum.
1.10 Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data
(editing) data. Pengeditan data merupakan proses pengecekan dan
penyesuaian yang perlu dilakukan terhadap data penelitian”. (Ruslan,
2000:155).
1. Pengeditan dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan yang ada pada
seluruh data yang peneliti dapatkan, hal ini dilakukan untuk menghindari
kesalahan dan memperoleh kejelasan makna dari data atau informasi
yang peneliti peroleh.
2. “Menurut M. Iqbal Hasan editing adalah pengecekan atau pengoreksian
data yang telah dikumpulkan, karena kemungkinan data yang masuk
(raw data) atau data yang terkumpul itu tidak logis dan meragukan”.
3. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang
terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi. Pada
kesempatan ini kekurangan data atau kesalahan data dapat dilengkapi
atau diperbaiki baik dengan pengumpulan data ulang ataupun dengan
penyisipan (interpolasi). Selanjutnya data yang telah diperoleh di analisa
dan diberi penjelasan dihubungkan dengan teori-teori yang releva.
1.11 Tempat dan Waktu Penelitian
1.11.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah diwilayah
Kabupaten Cianjur. Penelitian yang dilakukan terfokus pada “Wartawan
1.11.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini terhitung dari bulan Maret 2011 hingga bulan Juli 2011,
seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.3
Waktu dan Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Maret2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Penulisan Bab 1
Bimbingan
3 Seminar UP
4 Penulisan Bab
II
Bimbingan
5 Penulisan Bab
III
Bimbingan
6 Pengumpulan
Sumber : Peneliti, April 2011
12. Sistematika Penulisan
BAB. I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, identifikasi
masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka
Wawancara
Bimbingan
7 Pengolahan
Data
Penulisan Bab
IV
Bimbingan
8 Penulisan Bab
V
Bimbingan
9 Penyusunan
Bab
10 Sidang
pemikiran, metode penelitian, waktu dan tempat penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB. II Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini diuraikan teori-teori berdasarkan studi kepustakaan
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
BAB. III Objek Penelitian
Bab ini menguraikan tentang objek penelitian atau gambaran umum
perusahaan meliputi sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, analisis
objek yang berupa berita dengan menganalisis isi.
BAB. IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Menguraikan tentang data dari hasil penelitian yang didapat melalui
wawancara dan data tersebut diedit serta disusun sesuai dengan pertanyaan.
Analisis tersebut berupa analisis data, analisis deskriptif data
penelitian. Setelah itu dibuat interpretasi dari hasil penelitian tersebut.
BAB. V Kesimpulan Dan Saran
Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari kesimpulan dari
2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi
Istilahkomunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal
dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua
orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau
berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang
dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari
suatu pesan tertentu (Effendy, 2002:9).
Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar
atau yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari
kemanfaatan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan
mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya
“Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik”, atau
terlalu luas, misalnya “Komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau
lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang disampaikannya.
Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar
komunikasi seperti yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip
oleh Effendy (2001) dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” ilmu
asas-asas penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap
(Effendy, 2001:10).
Hovland juga mengungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi
ilmu komunikasi bukan hanya penyampaian informasi, melainkan juga
pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public
attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan
peranan yang amat penting. Tetapi dalam pengertian khusus komunikasi,
Hovland mengatakan komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang
lain (communication is the process to modify the behafavior of other
individuals). Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi
juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang
melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan
tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang
lain, hal itu bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikannya bersifat
komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus
benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai
tujuan komunikasi yang komunikatif.
Menurut Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan,
dalam karyanya “Communication Research In The United States”
menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang
disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of
reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of
Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan
yang dilakukan seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa
berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Untuk melihat unsur-unsur
komunikasi berikut beberapa unsur komunikasi menurut Cangara:
1. Sumber
2. Pesan
3. Media
4. Penerima
5. Pengaruh (Cangara, 2004:21-25).
1. Sumber : Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber
sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut
pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut soure,
sender, atau encoder
2. Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Isi pesan bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam
istilah asing pesan diterjemahkan dengan kata message, content, atau
information.
3. Media ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima. Saluran atau media komunikasi terbagi atas
media massa dan media nir-massa. Nir-massa merupakan komunikasi
tatap muka sedangkan media massa menggunakan saluran yang
4. Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau negara.
5. Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan. Pengaruh bisa diartikan perubahan atau penguatan
keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai
akibat penerimaan pesan. (Cangara, 2004:21-25).
Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas, merupakan faktor penting
dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut tersebut oleh para ahli
komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Proses
komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang
kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu
usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang
lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu system kode
verbal.
2. Komunikasi non verbal
Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan
kata-kata. Komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali
individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai
pesan potensial bagi pengirim atau penerima (Mulyana, 2000 : 237)
2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi
Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari
komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada
unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy (Effendy,
2002: 6) dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari
berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah
komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan
terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan;
b. Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang;
c. Komunikan : Orang yang menerima pesan;
d. Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila
komunikan jauh tempatnya atau banyak
jumlahnya;
e. Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan. (Effendy,
2.1.3 Sifat Komunikasi
Sifat komunikasi menurut Onong Uchana Effendy ada beberapa
macam,yaitu:
1. Tatap muka (face-to-face)
2. Bermedia (Mediated)
3. Verbal (Verbal)
- Lisan (Oral)
- Tulisan
4. Non verbal (Non-verbal)
- Gerakan/isyarat badaniah (gestural)
- Bergambar (Pictorial) (Effendy, 2002:7).
Dalam penyampaian pesan, seorang komunikator (pengirim) dituntut
untuk memiliki kemampuan dan sarana agar mendapat umpan balik
(feedback) dari komunikan (penerima), sehingga maksud dari pesan
tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan berjalan efektif. Komunikasi
dengan tatap muka (face-to-face) dilakukan antara komunikator dengan
komunikan secara langsung, tanpa menggunakan media apapun kecuali
bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia dilakukan oleh
komunikator kepada komunikan, dengan menggunakan media sebagai alat
bantu dalam menyampaikan pesannya.
Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non
(Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau
isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan, mengedipkan
mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk mengemukakan ide
atau gagasannya.
2.1.4 Tujuan Komunikasi
Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan
dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah
mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita
serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara
kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut.
Menurut Onong Uchjana dalam buku “ Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek” mengatakan ada pun beberapa tujuan berkomunikasi:
a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan
yang persuasive bukan memaksakan kehendak.
b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus
mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang
diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita
memberi jalur ke timur.
c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan
sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang
dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun
yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik
d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat
ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan
(penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga
mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.
(Effendy, 1993 : 18)
Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah
mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan
yang utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat
dimengerti dan diterima oleh komunikan.
2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa 2.2.1 Pengetian Komunikasi massa
Untuk memberikan batasan tentang komunikasi massa dan setiap
bentuk komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Begitu mendengar istilah
komunikasi massa, biasanya yang muncul dibenak seseorang adalah
bayangan tentang surat kabar, radio, televisi atau film. Banyak pakar
komunikasi yang mengartikan komunikasi massa dari berbagai sudut
pandang, seperti halnya Onong Uchjana Effendy mengartikan komunikasi
massa yaitu komunikasi melalui media massa modern, dan media massa ini
adalah surat kabar, radio, film serta televisi. Karena media itulah yang lazim
digunakan dalam kegiatan komunikasi massa. Dengan kalimat yang lugas
Bittner mengatakan, “Mass Communication Is Messages Communicated
adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah
besar orang). (Rahkmat, 1991: 188).
Dari dua pendapat diatas dapat diartikan komunikasi massa ialah
penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa
yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh komunikator.
Hal ini tidak berarti bahwa komunikasi massa merupakan suatu proses
komunikasi yang selalu menggunakan media massa, tetapi tidak dapat
dikatakan sebagai proses komunikasi massa. Ada kalanya proses komunikasi
terjadi dengan menggunakan media massa tetapi tidak dapat dikatakan
sebagai proses komunikasi massa.
Komunikan pada komunikasi massa tidak hanya besar dalam jumlah,
tetapi juga memiliki sifat yang heterogen, mereka terdiri dari orang-orang
yang berbeda dalam banyak hal. Perbedaan tersebut bisa berupa usia, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, agama dan adat istiadat.
Sedangkan menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) disebutkan;
“Mass communication is aprocess whereby mass-produced message
2.2.2. Karakteristik Komunikasi Massa
Dalam komunikasi massa terdapat juga ciri-ciri khusus yang
Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard Jr dikaitkan dengan
pendapat Devito, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus
yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya, ciri-cirinya sebagai
berikut:
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah
Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada
komunikator, dengan kata lain perkataan komunikator tidak
mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita
yang disiarkan.
2. Komunikasi pada komunikasi massa melembaga
Yakni suatu institusi atau organisasi, oleh karena itu komunikatornya
melembaga, mempunyai lebih banyak kebebasan.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
Media ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum,
tidak ditujukan kepada sekelompok orang tertentu. Media massa
tidak akan menyiarkan suatu pesan yang tidak menyangkut
kepentingan umum.
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Ciri ini merupakan yang paling hakiki dibandingkan dengan media