• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Studi tentang Kinerja Pegawai Administrasi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Studi tentang Kinerja Pegawai Administrasi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung)"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI

(Studi tentang Kinerja Pegawai Administrasi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung)

(Tesis)

Oleh EDI MARSONO

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF ORGANIZATIONAL CULTURAL AND LEADERSHIP ON THE PERFORMANCE OF EMPLOYEES

(Study of Administration Staff Performance in Teacher Training and Education Faculty University of Lampung)

By Edi Marsono

Problem in this study was the lack of employee understanding toward organizational culture that affect employee performance. This study aimed to determine the influence of organizational culture and leadership on the performance of the administration staff at the Teacher Training and Education Faculty, University of Lampung. This study used survey method to describe the distribution of the sample based on single variable, and to explore the influence between variables. The study population was administration staff at Teacher Training and Education Faculty, University of Lampung. The total sample which was 64 was taken by total sampling method. Data collecting technique was using research instrument in the form of questionnaire which consisted of question. Each question was given the alternative answers based on the Likert method. To test the hypothesis of the research, it used a descriptive statistical analysis and statistical analysis of correlation and regression.

The result of the research showed that: 1)The organizational culture has a significant influence on employee performance; 2) Leadership has a significant influence on employee performance; 3) Organizational culture and leadership, both have a significant influence on employee performance.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI

(Studi tentang Kinerja Pegawai Administrasi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung)

Oleh Edi Marsono

Masalah dalam penelitian ini adalah kurangnya pemahaman pegawai terhadap budaya organisasi sehingga mempengaruhi kinerja pegawai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi dan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai admistrasi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan metode survey, untuk mendiskripsikan distribusi sampel berdasarkan variabel tunggal dan untuk menjajaki adanya pengaruh antar variabel. Populasi penelitian ini adalah pegawai administrasi pada FKIP Universitas lampung. Jumlah sampel sebanyak 64 orang diambil dengan metode total sampling. Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian dalam bentuk kuesioner yang dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan, masing-masing diberikan alternative jawaban berdasarkan metode likert. Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan analisa statistik deskriptif dan analisis statistik korelasi dan regrersi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Budaya organisasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai (2) Kepemimpinan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai (3) Budaya organisasi dan kepemimpinan secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.

(4)
(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga tersusunlah sudah sebuah tesis yang ,menjadi tugas dan

kewajiban penulis guna memperoleh gelar Magister Ilmu Administrasi pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Sungguh wajar apabila penulis terkesan tertatih tatih dalam penyusunan tesis ini,

penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini memiliki berbagai kelemahan dan

kekurangan karena adanya keterbatasan yang penulis miliki. Namun berkat

bantuan, dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak maka jalan kerja

penulis menjadi lapang. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis

menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, MP, selaku Rektor Universitas

Lampung

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S, selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas lampung

3. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

(8)

4. Bapak Dr. Bambang Utoyo S, M.Si, selaku Ketua Program Studi Magister

Ilmu Administrasi sekaligus juga selaku Pembimbing Pembantu yang telah

banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini.

5. Bapak Prof, Dr. Yulianto, M.S. selaku Pembimbing Utama yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam

penyusunan tesis ini

6. Bapak Dr. Suripto, M.AB, selaku Pembahas dan Penguji Utama yang telah

memberikan saran, membimbing dan mengarahkan penulis dalam

penyusunan tesis ini

7. Bapak Prof Dr. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis

mengadakan penelitian di FKIP Universitas Lampung

8. Bapak/Ibu Kasubbag dan para pegawai administrasi FKIP Universitas

Lampung yang telah membantu memberikan data-data dan sebagai

responden pada penyusunan tesis ini

9. Istri, anak-anak dan segenap kawan karib, sanak keluarga serta siapa saja

yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu atas bantuan dan

.dukungannya

Akhirnya semoga tesis ini mampu memenuhi fungsinya sebagaimana diharapkan

penulis serta ada manfaatnya bagi siapa yang memerlukan.

Bandar Lampung, Desember 2015

(9)

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati

supaya menetapi kesabaran “ (Al- Ashr: 1-3)

“ Banyak dari kepedihanmu kau pilih sendiri, itu ,minuman pahit, anugerah sang Tabib demi penyembuhan penyakitmu”

( Khalil Gibran )

Kenangan Atas:

Ayah, Ibunda di peristirahatan abadi,

bingkisan untuk Dwi Purnamaningsih isteriku,

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 11 Maret 1960, anak ke sembilan dari sembilan bersaudara pasangan Bapak D. Martomihardjo dengan Ibu Hj. Marfuatin

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis antara lain:

1. Sekolah Dasar Negeri Ganjaragung I, Metro tamat tahun 1972

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri II Wonogiri, Jawa Tengah tahun 1975 3. Sekolah Menengah Atas Negeri Wonogiri, Jawa Tengah tahun 1979. 4. Sarjana FISIP Administrasi Negara, Universitas Sebelas Maret Surakarta,

tamat tahun 1985.

Pada tahun 2013 penulis diterima di Program Pascasarjana Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

(11)

x

2.5.Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja……… … 27

2.6. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja ………. 29

2.7.Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja 32

(12)

xi

4.1.Sejarah Singkat FKIP Universitas Lampung ……… 55

4.2.Struktur Organisasi ……….. 59

4.3.Sumber Daya Manusia ………. 62

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Karakteristik Responden ……….. 65

5.2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian ………. 72

5.3. Analisis Statistik Deskriptif ……….. 74

5.4. Analisis Statistik Inferensial ………. 104

5.5. Pembahasan……….. 120

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ………. 137

6.2.Saran- Saran ……… 139

(13)

xii

Halaman

Gambar 1.1. Grafik Prosentasi Kehadiran Pegawai Administrasi... 6

Gambar 2.1. Kerangka Pikir ………...36

Gambar 4.1. Struktur Organisasi FKIP Universitas Lampung...60

Gambar 5.1. Grafik Histogram………...104

Gambar 5.2. P-P Plot. Of Regression Standardizerd Residual…...105

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Operasional Variabel Penelitian ...40

Tabel 3.2. Populasi Pegawai Administrasi FKIP Unila ...43

Tabel 3.3. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Y ...51

Tabel 4.1. Jumlah Tenaga Pendidik (Dosen) Berdasarkan Jurusan dan Jenjang Pendidikan Tahun 2014...62

Tabel 4.2. Jumlah Tenaga Kependidikan (Pegawai Administrasi) Berdasar Unit Kerja dan Golongan Tahun 2014 ...63

Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...65

Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...66

Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan ...67

Tabel 5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ...68

Tabel 5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ...68

Tabel 5.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...69

Tabel 5.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ...69

Tabel 5.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak dari Rumah ke Kantor70 Tabel 5.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Sarana Transportasi dari Rumah ke Kantor ...71

Tabel 5.10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pasangan (Suami/Istri) ...71

Tabel 5.11. Nilai Validitas Variabel Budaya Organisasi (X 1)...72

Tabel 5.12. Nilai Validitas Variabel Kepemimpinan (X.2) ...73

Tabel 5.13. Nilai Validitas Variabel Kinerja Pegawai (Y) ...74

Tabel 5.14. Kesempatan untuk Bekerja Inovatif/kreatif ...76

Tabel 5.15. Berani Mengambil Resiko Menerapkan ide-ide/gagasan baru ...76

Tabel 5.16. Motivasi Pegawainya Agar Bekerja dengan teliti dancermat 77

Tabel 5.17. Perhatian terhadap Hal-hal Rinci/ Detail ...78

Tabel 5.18. Perhatian terhadap Kualitas Kerja ...79

Tabel 5.19. Monitoring dan Evaluasi Kerja ...79

Tabel 5.20. Perhatian terhadap Kepentingan Pegawai ...80

Tabel 5.21. Inisiatif Kemandirian dalam Bekerja ...80

Tabel 5.22. Kesempatan Kerja Secara Kelompok/Tim Kerja ...81

Tabel 5.23. Rasa Kebersamaan, dan Kenyamanan Kerja ...82

Tabel 5.24. Kompetisi untuk Keberhasilan Tugas ...83

Tabel 5.25. Keseriusan Dalam Bekerja ...83

Tabel 5.26. Stabilitas dalam Bekerja ... ………84

Tabel 5.27. Pengembangan dan Perubahan Organisasi ...85

Tabel 5.28. Distribusi Skor Variabel Budaya Organisasi ...86

(15)

xiii

Dalam Pelaksanaan Tugas ...90

Tabel 5.33. Mengakomodasi Kepentingan Bawahan dalam Pengambilan Kebijakan ...90

Tabel 5.34. Melibatkan Pegawai dalam Pelaksanaan Kebijakan ...91

Tabel 5.35.Kepercayaan pimpinan dalam memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada pegawai………. ...92

Tabel 5.36. Kesediaan Mendelegasikan Tugas ...92

Tabel 5.37. Distribusi Kategori Variabel Kepemimpinan ...94

Tabel 5.38. Kesesuaian Pelaksanaan Tugas dengan Prosedur Kerja ...95

Tabel 5.39. Kualitas kerja yang Dihasilkan ...96

Tabel 5.40. Kesesuaian Hasil Kerja dengan Target ...96

Tabel 5.41. Kuatintas Hasil Kerja ……….. ...97

Tabel 5.42. Tingkat kehadiran Pegawai………….. ...98

Tabel 5.43. pemanfaatan Waktu dalam Bekerja… ...98

Tabel 5.44. Ketersediaaan Fasilitas Kerja ...99

Tabel 5.45. Pemanfaatan Fasilitas Kerja ...99

Tabel 5.46. Pengawasan Pimpinan……. ... 100

Tabel 5.47. Evaluasi Hasil Kerja ………... 101

Tabel5.48. Hubungan Kerja Sesama Pegawai dengan atasan...101

Tabel5.49. Kompetisi dan Persaingan antar Pegawai... 102

Tabel 5.50. Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Pegawai...103

Tabel 5.51.One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test……… 106

Tabel 5.52. CoefficientsaUji Glejser………108

Tabel 5.53. Model Summaryb Uji Autokorelasi dengan Durbin Watson …………. 113

Tabel 5.54. Coefficientsa Uji Multikolinearitas………. …………110

Tabel 5.55 Koefisien Determinasi...111

Tabel 5.56. Descriptive Statistics………112

Tabel 5.57. Correlations ……….113

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang penting dalam

organisasi. Sebagai aset penting dan faktor kunci keberhasilan suatu organisasi,

SDM perlu mendapat perhatian dan dikelola dengan baik karena secanggih

apapun teknologi yang dipergunakan serta berapapun besarnya modal organisasi,

SDM dalam organisasi itulah yang akan mengelola dan mengerjakannya. Hal ini

menunjukkan bahwa tanpa didukung kualitas SDM (pegawai) yang baik dalam

melaksanakan tugasnya maka keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan

tidak akan tercapai. Kontribusi pegawai jika dilakukan dengan tindakan efektif

dan berperilaku secara benar dalam bekerja secara individual maupun dalam

bekerjasama dengan teman kerja lainnya akan menentukan maju mundurnya

suatu organisasi. Pendapat senada

Menurut Prawirosentono (1999:2), kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai

oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan

wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai

tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

dengan moral atau etika. Hal ini berarti suatu hasil kerja bukan semata-mata

dilihat dari prestasi kerja yang telah dicapai, tetapi dilihat juga waktu yang

(17)

yang dimiliki dengan pekerjaan yang dilakukan, penggunaan cara-cara yang

inovatif dalam menyelesaikan pekerjaan dan gagasan atau ide yang dikeluarkan

untuk menyelesaikan pekerjaan secara maksimal

Mengapa kinerja pegawai sangat penting bagi pencapaian tujuan suatu organisasi?

hal ini dikarenakan kinerja sebagai perwujudan hasil pekerjaan/kegiatan seseorang

atau kelompok dalam suatu organisi akan berhasil baik bila orang atau kelompok

orang yang bekerja dalam organisasi itu dapat melakukan tugasnya dengan baik

sesuai bidang dan tanggung jawabnya masing-masing. Pekerjaan ini bukan berarti

hanya dilihat atau dinilai pisiknya, tetapi meliputi berbagai hal seperti kemampuan

kerja, disiplin, hubungan kerja, prakarsa, kepemimpinan dan hal-hal khusus sesuai

dengan bidang dan level pekerjaan yang dijabatnya. Apabila kinerja pegawai

bagus maka akan berpengaruh positif bagi organisasi dalam mencapai tujuan.

Dalam hal ini Sigit, (2001. 53). mengemukakan bahwa sifat-sifat yang ada pada diri

pegawai, upaya atau kemauan untuk bekerja, serta berbagai hal yang merupakan

dukungan dari organisasi sangat besar artinya bagi keberhasilan kinerja pegawai.

Dengan demikian secara konseptual kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua

segi, yaitu kinerja pegawai secara individu dan kinerja organisasi. Kinerja

pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam organisasi, sedangkan kinerja

organisasi adalah totalitas hasil kerja yang telah dicapai oleh suatu organisasi.

Kinerja pegawai dan kinerja organisasi mempunyai kaitan erat. Apakah organisasi

itu merupakan organisasi bisnis ataupun organisasi publik, dalam mencapai tujuan

(18)

Faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang menurut Gibson dalam Nawawi

(2013: 213) ditentukan oleh kemampuan dan motivasinya untuk melaksanakan

pekerjaan. Pendapat yang sama tentang faktor--faktor yang mempengaruhi

prestasi kerja karyawan/pegawai dikemukakan oleh Mangkunegara (2002 :67)

bahwa “faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan

(ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis bahwa ; Human Performen = Ability + Motivation, Motivation = Attitude +

Situation, Ability = Knowledge +Skill. Dengan demikian dapat dikatakan. Bahwa tinggi rendahnya kinerja pegawai tergantung dari cerminan perilaku kemampuan

dan motivasi pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.

Berkaitan dengan kinerja organisasi publik, dewasa ini banyak menjadi sorotan

publik, karena pelayanan publik yang biasanya menempel di tubuh lembaga

publik dinilai kurang dapat memenuhi tugasnya sesuai dengan harapan khalayak,

sebagaimana dikemukakan oleh Kumorotomo (2005:7)

“Ada beberapa hal yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan mengapa selama ini banyak kebijakan, program, dan pelayanan publik kurang responsive terhadap aspirasi masyarakat. Pertama, para birokrat kebanyakan masih berorientasi kepada kekuasaan dan bukannya kepada kepentingan publik. Birokrat menempatkan dirinya sebagai penguasa. Budaya paternalistik saringkali juga mengakibatkan turunnya kualitas pelayanan publik. Kedua, terdapat kesenjangan yang lebar antara apa yang diputuskan oleh pembuat kebijakan dengan apa yang dikehendaki oleh rakyat.”

Pendapat senada dikemukakan oleh Riyanto (2009:21) bahwa budaya kerja

organisasi pemerintah terutama dalam pengawasan dan akuntabilitas masih

terjadi; a) praktek KKN, b) budaya minta dilayani bukan melayani; c) rendah

tingkat disiplin masyarakat dan aparat; d) belum berfungsinya secara baik

(19)

didukung sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi dan

moralitas yang baik sehingga dapat memberikan kinerja pelayanan sesuai standar

yang telah ditetapkan.

Budaya organisasi juga menciptakan, meningkatkan dan mempertahankan kinerja

tinggi, Dimana budaya organisasi yang kondusif menciptakan kepuasan kerja, etos

kerja, dan motivasi kerja karyawan. Semua faktor tersebut merupakan indikator

terciptanya kinerja tinggi dari karyawan yang akan menghasilkan kinerja

organisasi juga tinggi (Wirawan, 2007: 37).

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh tim Reformasi Birokrasi Kementerian

Pendidikan Nasional dapat di peroleh kesimpulan bahwa

“Budaya dominan di lingkungan Kemdiknas (termasuk perguruan tinggi pemerintah di Indonesia) adalah budaya yang mengedepankan sifat birokratis dalam lingkungan kerjanya, dalam artian sangat formal dan serba tertata. Aparaturnya bekerja mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Kepemimpinan yang dianggap baik adalah pemimpin yang berkarakter sebagai koordinator dan organisator handal dan mengutamakan efisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan. Bagi mereka yang sangat penting adalah menjaga agar setiap proses bergulir dengan lancar sesuai aturan (Tim Reformasi Birokrasi Kemdiknas, Desember 2010).”

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa kepemimpinan yang baik akan

menentukan berhasil atau tidaknya suatu organisasi mencapai tujuan.

Kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi

pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk digerakkan kearah

tujuan tertentu (Suyuti, 2001: 7). Oleh karena itu suatu institusi dalam melakukan

aktivitasnya diisyaratkan memiliki pemimpin handal yang mampu mengantisipasi

masa depan organisasi dan mengambil peluang dari perubahan yang ada sehingga

(20)

Salah satu lembaga pendidikan yang memiliki tanggung jawab mendidik calon

tenaga pendidik atau guru di Indonesia, adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung (FKIP Unila). Pada tahun akademik 2014/2015,

FKIP Unila memiliki 26 program studi, terdiri dari 16 Program Studi S-1 dan 10

Program Pascasarjana (S-2) yang tersebar di 4 jurusan, yaitu: Jurusan Ilmu

Pendidikan (IP), Jurusan Pendidikan IPS, Jurusan Pendidikan MIPA dan Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Seni dengan jumlah mahasiswa Program Strata 1 dan

Program Pascasarjana adalah 6901 orang.

Berkenaan dengan sumber daya manusia (SDM), FKIP Unila memiliki 235 orang

tenaga pendidik (dosen), terdiri dari 211 dosen PNS dan 24 orang dosen kontrak

non PNS. Adapun jumlah tenaga kependidikan (pegawai administrasi) berjumlah

112 orang, terdiri dari PNS sejumlah 65 orang dan Non PNS sejumlah 47 orang.

Terkait dengan konteks reformasi birokrasi, FKIP Unila berusaha

mengembangkan nilai-nilai budaya organisasi, budaya akademik melalui proses

perumusan dan kesepakatan nilai dasar, tata nilai, norma, sikap dan perilaku kerja.

Hal ini dimaksudkan untuk memantapkan karakter organisasi sebagai pelayan

masyarakat, perbaikan kebijakan, melalui penerapan manajemen modern,

peningkatan pengawasan, evaluasi kinerja, dan penegakan disiplin bagi para

pegawai. (Renstra FKIP Unila, 2011--2015).

Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, pemahaman pegawai terhadap

budaya organisasi masih bervariatif, dan budaya organisasi yang ada belum

sepenuhnya dapat mempengaruhi kepribadian pegawai untuk bertindak secara

(21)

yang belum sepenuhnya mentaati ketentuan jam kerja, kurang disiplin, masih

terlihat pegawai ngobrol bersantai, ruangan kerja pegawai ada yang kosong pada

saat jam kerja, pegawai keluar pada jam kerja dengan alasan yang tidak jelas

tanpa izin dari atasan. Berdasarkan rekapitulasi absensi pegawai, diperoleh data

sebagai berikut

Grafik 1.1.

Sumber : Subbag Perencanaan dan Kepegawaian, 2015

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa, setiap bulan masih terdapat pegawai yang

tidak hadir (alpa, izin, sakit, dan lain-lain) terutama pada bulan September dan

bulan Desember terdapat 5% pegawai tidak hadir. Mengamati masalah ini, jelas

kinerja pegawai belum optimal, ini dapat menyebabkan menurunnya kinerja dan

berpengaruh tehadap produktivitas kerja. Disisi lain jumlah mahasiswa yang

Hadir 96.00% 96.99% 94.90% 97.93% 97.39% 95.00%

Tidak Hadir 4.00% 3.01% 5.10% 2.07% 2.61% 5.00%

(22)

memerlukan pelayanan semakin meningkat. Pada tahun akademik 2014/2015

terdapat penambahan 6 program studi S-2 dan 1 program studi S-1, sementara

jumlah pegawai semakin berkurang, karena pensiun. Kondisi ini menjadikan

beban kerja pegawai dalam memberikan pelayanan administratif cenderung

semakin bertambah, karena perbandingan perubahan secara mutlak (dalam

prosentase) antara penambahan jumlah mahasiswa, dengan jumlah pegawai

menunjukkan perbandingan yang tidak proporsional. Hal tersebut dapat

mengakibatkan semangat kerja pegawai menurun pada akhirnya dapat

mempengaruhi kinerja pegawai dan kinerja institusi. Keadaan ini sudah barang

tentu tidak dapat dibiarkan, karena apabila dibiarkan berlarut-larut dapat

mengarah kepada tindakan tindakan pegawai/karyawan tidak loyal, karyawan

mengabaikan seperti mangkir atau datang terlambat, mengurangi kualitas dan

kuantitas kerja serta tingkat kesalahan kerja meningkat. (Robbins, 2001: 37).

Untuk mengatasi hal tersebut sangat diperlukan kepemimpinan yang, memiliki

komitmen yang kuat untuk memegang teguh dan menerapkan budaya organisasi,

mampu memotivasi kinerja bawahan. Dalam hal ini seorang pemimpin tidak

hanya dituntut mempunyai kemampuan manajerial, kompetensi, komitmen,

namun juga harus mampu memberikan keteladanan, mengaktualisasikan

nilai-nilai etika dan moral dalam perilakunya. Di sisi lain dengan adanya tuntutan

perlunya perubahan-perubahan pada nilai-nilai, norma-norma, etos kerja, yang

sesuai dengan budaya organisasi, sudah tentu memerlukan suatu langkah-langkah

strategis dan berani dari seorang pemimpin memotivasi pegawainya

meningkatkan kemampuan kinerjanya bagi pencapaian tujuan organisasi. Karena

(23)

Organisasi dapat tumbuh dan berkembang karena budaya organisasi yang terdapat

di dalamnya mampu merangsang semangat kerja pegawai. Dengan bimbingan dan

keteladanan pimpinan dalam mengarahkan organisasi, memberikan motivasi kerja

kepada para pegawai sangat menentukan kemajuan dan kemunduran organisasi.

Indikasi ini dapat ditunjukkan pada kinerja SDM FKIP Unila, meski SDM

(tenaga pendidik dan tenaga kependidikan/pegawai administrasi) cenderung

mengalami penurunun secara kuantitas, sementara tuntutan pelayanan pendidikan

makin padat mulai dari kegiatan rutin, penyelenggaraan sertifikasi guru dalam

jabatan, program-program akselerasi peningkatan kualitas akademik guru,

melaksanakan berbagai hibah yang dimenangkan serta menindak lanjuti

kerjasama dengan berbagai pihak, upaya untuk meningkatkan mutu manajemen

fakultas guna meningkatkan kinerja SDM tetap menjadi prioritas. Sebagai contoh

dapat dikemukakan bahwa FKIP sebagai salah satu fakultas di Unila yang telah

memanfaatkan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dalam E-Administrasi

melalui website (http://fkip.unila.ac.id) , layanan ini dapat di akses kapan saja, dan dimana saja (any time, any where ). Selanjutnya Pada Dies Natalis Unila

tahun 2010 FKIP Unila berhasil mendapatkan penghargaan sebagai fakultas

kinerja terbaik ke II. Kemudian secara berturut-turut pada Dies Natalis Unila

tahun 2011 dan 2012 memperoleh penghargaan sebagai fakultas kinerja terbaik ke

satu. Dan pada Dies Natalis Unila tahun 2014 FKIP kembali memperoleh

penghargaan sebagai fakultas kinerja dan pelaksanaan penjaminan mutu terbaik ke

dua di lingkungan Universitas Lampung (Pidato Rektor pada Upacara Dies

(24)

(dosen) dan tenaga kependidikan (pegawai administrasi) FKIP Unila dalam

memberikan pelayanan pendidikan mendapatkan apresiasi positif.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah sbb:

1. Meskipun jumlah SDM cenderung mengalami penurunan, sementara tututan

peningkatan kinerja makin bertambah, kinerja FKIP Unila ternyata masih

dapat berprestasi.

2. Kondisi tersebut, secara tidak langsung menunjukkan adanya kontribusi

kinerja pegawai administrasi terhadap prestasi kinerja FKIP,

3. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai pada

FKIP Unila tersebut ?

Secara teoritis faktor-faktor yang berkaitan atau mempengaruhi kinerja pegawai

selain faktor budaya organisasi, dan kepemimpinan (faktor eksternal) adalah

faktor motivasi, dan kemampuan pegawai (faktor internal). Namun sejauh mana

keterkaitan dan pengaruh faktor-faktor tersebut masih memerlukan pembuktian

secara empiris, oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian. Dalam penelitian

ini, sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja pegawai tersebut tidak semuanya akan diteliti, tetapi lebih

difokuskan pada faktor budaya organisasi dan kemimpinan.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa ada hubungan antara budaya organisasi

dengan kinerja karyawan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sri Porwani yang

meneliti pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan studi kasus pada

(25)

bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan, dan ini memerlukan penelitian lebih lanjut dengan obyek

penelitian yang berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Ria Satyawan dan I Wayan Suartana

yang melakukan penelitian pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten

Badung Provinsi Bali dengan judul pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya

organisasi terhadap kinerja pegawai yang berdampak pada kinerja keuangan.

Hasil penelitian menunjukkan gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap

kinerja pegawai dan kinerja keuangan, budaya organisasi berpengaruh positif

terhadap kepuas kerja tetapi berpengaruh negatife terhadap kinerja keuangan,

sedangkan kinerja pegawai sebagai variabel intervening berpengaruh positif

terhadap kinerja keuangan.

Selanjutnya penelitian ini akan dilakukan untuk memperoleh bukti empiris

mengenai pengaruh budaya organisasi dan kepemimpinan terhadap kinerja

pegawai, khususnya pegawai administrasi di FKIP Universitas Lampung.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, secara teoritis budaya organisasi dan

kepemimpinan dapat mempengaruhi kinerja pegawai, termasuk juga pada

Lembaga Perguruan Tinggi FKIP Universitas Lampung. Dengan demikian

masalah utama dalam penelitian ini adalah : “Apakah terdapat pengaruh budaya

organisasi dan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai administrasi pada FKIP

(26)

Secara khusus masalah penelitian tersebut dapat dideskripsikan sbb:

1. Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai administrasi

pada FKIP Universitas Lampung?

2. Apakah kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai administrasi

pada FKIP Universitas Lampung?

3. Apakah budaya organisasi dan kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja

pegawai administrasi pada FKIP Universitas Lampung?

4. Seberapa besar pengaruh budaya organisasi dan kepemimpinan terhadap

kinerja pegawai administrasi pada FKIP Universitas Lampung, dan

bagaimana pengaruhnya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilaksanakannya penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh budaya

organisasi terhadap kinerja pegawai administrasi pada FKIP Universitas

Lampung.

2. Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

kepemimpinan terhadap kinerja pegawai administrasi pada FKIP Universitas

Lampung.

3. Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh budaya

organisasi dan kepemimpinan secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai

(27)

1.3.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Secara Teoritis

Memberikan tambahan informasi dan bahan kajian tentang kinerja pegawai

terkait dengan faktor budaya organisasi dan kepemimpinan pada institusi

pendidikan.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran terhadap para pengambil kebijakan, baik di tingkat fakultas

maupun universitas dalam kaitannya dengan budaya organisasi,

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Budaya Organisasi

Secara parsial penggertian budaya, dan organisasi mempunyai pengertian yang

berbeda, dan budaya organisasipun mempunyai pengertian yang berbeda pula.

Kata budaya itu sendiri adalah sebagai suatu perkembangan dari bahasa

Sansekerta „budhayah‟ yaitu bentuk jamak dari buddhi atau akal, dan kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, dengan kata lain ”budaya adalah

daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Sedangkan kebudayaan

merupakan pengembangan dari budaya yaitu hasil dari cipta, karsa dan rasa

tersebut”. ( Widagdho, 2004:20). Pendapat lain dikemukakan oleh G.Owen dalam

Nawawi (2013:5) bahwa budaya adalah suatu sistem pembagian nilai dan

kepercayaan yang berinteraksi dengan orang dalam suatu organisasi, struktur

organisasi, dan sistem kontrol yang menghasilkan norma perilaku.

Istilah organisasi menurut Ndraha (2003:235) berasal dari bahasa Inggris

organization (latin, organizare, berarti membentuk suatu kebulatan dari bagian-bagian yang berkaitan satu dengan yang lain). Jadi organisasi dapat dipandang

sebagai produk organizing. Sedangkan Robbin, dalam Akdon, (2009:45) berpendapat bahwa organisasi adalah satuan (entity) sosial yang dikoordinasikan

(29)

bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama

atau sekelompok tujuan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa organisasi itu ada sebagai wahana untuk

mencapai tujuan, dan tujuan tersebut biasanya tidak dapat dicapai oleh

individu-individu yang bekerja sendiri, atau dimungkinkan hal tersebut dapat dicapai secara

lebih efisien melalui usaha kelompok. Organisasi dikatakan berhubungan dengan

aspek sosial, karena memang subyek dan obyek nya adalah manusia yang diikat

oleh nilai-nilai tertentu. Nilai adalah hakekat moralitas kehendak untuk memenuhi

kewajiban manusia, baik dalam organisasi formal maupun organisasi informal (

Nawawi, 2013:3).

Budaya organisasi menurut Jennifer M. George dan Gareth R. Jones ( 2005.535)

adalah “the set of shared values, beliefs, and norms that influence the way

employees think, feel, and behave toward each other and toward people out side

the organization” (seperangkat nilai, kepercayaan dan norma yang dianut bersama

yang mempengaruhi cara pekerja atau pegawai berfikir, merasakan, dan

berperilaku terhadap sesama anggota organisasi dan pihak luar organisasi).

Sedangkan Sedarmayanti (2007:75) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah

sebuah keyakinan, sikap dan nilai yang umumnya dimiliki, yang timbul dalam

organisasi, dikemukakan lebih sederhana budaya adalah cara kita melakukan

sesuatu, disini pola nilai, norma keyakinan, sikap dan asumsi ini mungkin tidak

diungkapkan, tetapi akan membentuk cara orang berperilaku dan melakukan

(30)

Apabila dilihat dari bentuknya, menurut Daft dalam Nawawi, (2013:6-7) budaya

organisasi terdiri atas dua lapisan, yaitu:

(1) lapisan yang mudah dilihat dan dipandang mewakili budaya organisasi secara menyeluruh yang disebut visibele artifacts; dan (2) lapisan yang tidak kasat mata. Visibele artifacts terdiri atas cara orang berperilaku, berbicara, dan berbandan. Simbul-simbul yang dipakai, kegiatan protokoler dan cerita/informasi yang sering dibicarakan oleh para anggota organisasi. Lapisan ke dua terdiri atas nilai-nilai pokok, filosofi, asumsi, kepercayaan, dan proses berfikir dalam organisasi. Lapisan inilah yang sesungguhnya oleh Daft disebut budaya organisasi

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dikemukakan bahwa budaya

organisasi mengandung nilai-nilai sebagai kriteria umum, standar umum yang ada

pada anggota organisasi dan dipergunakan oleh anggota organisasi menentukan

perilaku yang diterapkan dalam organisasi. Budaya organisasi juga mengandung

norma-norma yang membentuk cara berfikir dan berperilaku anggota dalam

merespon suatu situasi. Nilai-nilai dan norma dalam organisasi secara tidak

langsung akan mempengaruhi perilaku anggota dan kelompok dalam organisasi.

Perilaku tersebut akan muncul kepermukaan dan tampak dalam perilaku

sehari-hari para anggota organisasi, bagaimana seharusnya bersikap terhadap profesinya,

beradaptasi dengan dengan rekan kerja dan lingkungan kerja, sehingga terbentuk

sebuah sistem nilai, kebiasaan, citra akademis, ethos kerja yang terinternalisasi

dalam kehidupanya. Selanjutnya implementasi budaya organisasi tersebut dapat

mendorong adanya apresiasi anggota organisasi terhadap peningkatan prestasi

kerja untuk mencapai tujuan organisasi, sehingga dapat menjadi instrument

keunggulan bagi organisasi bila budaya organisasi dapat mendukung strategi dari

sebuah organisas dan bila budaya organisasi mampu menjawab serta mengatasi

(31)

Terkait dengan masalah tersebut, terdapar 7 (tujuh) karakteristik primer yang

secara bersama-sama menangkap hakekat budaya organisasi sebagaimana

dikemukakan oleh Robbins dalam Sopiah, (2008:129) yaitu :

1. Inovasi dan Pengambilan Resiko (Innovation and Risk Taking), tingkat seberapa jauh para anggota organisasi didorong menjadi inovatif dan pengambilan resiko guna terwujudnya visi

2. Perhatian pada Detail (Attention to Detail), Tingkat seberapa jauh anggota organisasi diharapkan untuk memperlihatkan presisi, analisis dan perhatian untuk detail.

3. Orientasi Hasil (Outcome Orientation), Tingkat seberapa jauh manajemen focus pada hasil daripada teknik dan proses. yang dipakai untuk mencapai hasil-hasilnya

4. Orientasi pada Individu (People Orientation), Tingkat seberapa jauh keputusan manajemen memperhitungkan dampaknya pada individu di dalam organisasi

5. Orientasi Tim (Team Orientation), Tingkat seberapa jauh aktivitas pekerjaan diorganisasikan kepada tim dari pada individu.

6. Keagresifan (Aggressiveness), Tingkat seberapa jauh indivisu agresif dan kompetetitif bukan bersantai.

7. Kemantapan (Stability), Tingkat sejauhmana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya posisi status quo daripada perubahan organisasi.

Karakteristik tersebut, dapat digunakan untuk menilai organisasi sehingga dapat

diperoleh gambaran dari budaya suatu organisasi.

Adapun jenis budaya organisasi berdasarkan informasi menurut Robert E.Quinn

dan Michael R. Mc Grath dalam Nawawi (2013:9) sebagai berikut :

(32)

Dari sejumlah pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, tampak bahwa

budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis untuk mendorong dan

meningkatkan efektifitas kinerja organisasi guna mencapai tujuan. Dengan

demikian, keberadaan seseorang sebagai anggota suatu organisasi akan diterima

oleh berbagai pihak dalam organisasi apabila yang bersangkutan mau, mampu dan

bersedia melakukan penyesuaian dalam tindakan dan perilakunya dapat

mencerminkan penerimaan terhadap budaya organisasi. Faktor penting yang

mendasarinya adalah kemauan, kemampuan dan kesediaan seseorang

menyesuaikan perilakunya dengan budaya organisasi serta tingkat kebersamaan

dan intensitas untuk menciptakan suatu iklim internal organisasi. Selain itu,

budaya organisasi juga dianggap mampu mempengaruhi hubungan dan suasana

kerja ke arah yang lebih baik, serta mampu mempengaruhi hasil kerja dan kinerja

pegawai. Dimana budaya organisasi yang kondusif menciptakan kepuasan kerja,

etos kerja, dan motivasi kerja. Faktor tersebut merupakan indikator terciptanya

kinerja tinggi dari karyawan yang akan menghasilkan kinerja organisasi juga

tinggi (Wirawan, 2007:37).

Berdasarkan pendapat- pendapat tentang budaya organisasi yang telah

dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah

keyakinan dan nilai-nilai yang dianut bersama dituangkan dalam bentuk

norma-norma atau pedoman bagi anggota organisasi dalam berperilaku dan beraktifitas di

(33)

2.2. Konsep Kepemimpinan

Masalah kepemimpinan sebenarnya telah muncul bersamaan dengan dimulainya

sejarah peradaban manusia, yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup

berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan seseorang

atau beberapa orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan dari pada yang lain.

Terlepas dengan tujuan apa kelompok manusia tersebut dibentuk. Hal ini tidak

dapat dipungkiri karena manusia memiliki keterbatasan dan kelebihan-kelebihan

tertentu. Dalam kehidupan organisasi , pimpinan tidak mungkin bekerja sendiri,

ia memerlukan sekelompok orang lain yang populer dikenal sebagai bawahan.

Bawahan tersebut digerakkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan

sumbangsihnya kepada organisasi, terutama dalam bekerja.

Berkenaan dengan kepemimpinan, menurut Ndraha (2003:126) kepemimpinan

atau leadership dari kata pimpin (leader) adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain melalui dirinya sendiri dengan cara tertentu sehingga

perilaku orang lain itu berubah atau tetap , menjadi integratife. Jadi kepemimpinan

merupakan gejala sosial dan hasil kegiatan memimpin suatu unit kerja (organisasi)

disebut pimpinan.

Koontz dan Weihrich (1990:344) menyatakan “ leadership is defined as

influence, that is, the art or process of influencing people so that they will strive

willingly and enthusiastically toward the achievement of group goals”. Dalam hal

ini kepemimpinan diartikan sebagai pengaruh, dimana tahap-tahap atau proses

mempengaruhi orang agar orang tersebut akan bersedia melakukannya dan secara

(34)

Burns dalam Suryanto (2009:288) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah

hubungan antara pemimpin dan pengikutnya yang membawa perubahan pada

keduanya (pemimpin dan pengikut) tersebut. Lebih lanjut, kepemimpinan akan

muncul jika seorang atau lebih bersama-sama dengan orang lain berada dalam

satu upaya dimana pemimpin dan pengikut secara bersama-sama mengusahakan

dan mengupayakan motivasi dan moralitas dalam organisasi mereka kepada

tingkat yang lebih tinggi..

Menurut Uchyana (2002:133) pengertian kepemimpinan pada dasarnya memiliki

unsur tertentu yang sama yaitu kepengikutan, tujuan dan kegiatan mempengaruhi.

Keberadaan kepemimpinan disebabkan kepengikutan, adanya pemimpin karena

adanya pengikut. Seseorang menjadi atau dijadikan pemimpin, karena adanya

pengikut.Tanpa pengikut/ bawahan semua kualitas kepemimpinan seorang atasan

akan menjadi tidak relevan. Terkandung makna bahwa para pemimpin yang

efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan menjalin relasi

dengan pengikut/bawahan mereka.

Kepemimpinan timbul dan tumbuh sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara

pemimpin dan individu-individu yang dipimpin. Kepemimpinan ini dapat

berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi, dan

menggerakan orang-orang lain(bawahan/pengikut) untuk melakukan sesuatu, guna

pencapaian satu tujuan tertentu. Karena itu, kepemimpinan dapat dipahami

sebagai kemampuan mempengaruhi bawahan agar terbentuk kerjasama di dalam

kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Apabila orang-orang yang menjadi

pengikut atau bawahan dapat dipengaruhi oleh kekuatan kepemimpinan yang

(35)

dengan sadar, rela, dan sepenuh hati, bukannya takut karena adanya sanksi yang

dapat dijatuhkan oleh pimpinan.

Dalam upaya mempengaruhi tersebut, seorang pemimpin menerapkan gaya yang

tidak sama dalam setiap situasi. Gaya kepemimpinan atau leadership style menurut Thoha (2003:49) adalah “norma perilaku yang digunakan seseorang pada

saat mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat”.

Berkaitan dengan perilaku seorang pemimpin dalam mempengaruhi orang lain

(bawahan) tersebut, teori situasional Hersey-Blanchard berfokus pada

karakteristik kematangan bawahan sebagai kunci pokok situasi yang menentukan

keefektifan perilaku seorang pemimpin. Menurut mereka bawahan memiliki

tingkat kesiapan dan kematangan yang berbeda-beda sehingga pemimpin harus

mampu menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar sesuai dengan situasi

kesiapan dan kematangan bawahan (Hersey-Blanchard dalam Safarin, 2004: 70).

Selanjutnya menurut mereka ada empat gaya kepemimpinan yang harus diadopsi

dan disesuaikan dengan karakteristik kesiapan dan kematangan bawahan yaitu:

(1) Telling (memberitahu/instruksi), adalah gaya ini ditandai dengan perilaku orientasi pada tugas tinggi dan hubungan rendah, bersifat intruksi, komunikasi satu arah, pengawasan dilakukan secara ketat, pemimpin lebih banyak membimbing, mengarahkan dan menentukan peranan bawahan.

(2) Selling (mempromosikan), Gaya ini ditandai dengan komunikasi dua arah, walaupun masih memberikan pengarahan tetapi pemimpin minta masukan dari bawahan sebelum membuat keputusan.

(3) Participating (partisipasi/peran serta), Gaya ini ditandai dedngan kerjasama antara pemimpin dan bawahan dalam pengambilan keputusan, melalui komunikasi dua arah. Pemimpin selalu melibatkan bawahan untuk berpartisipasi di dalam setiap aktivitas kerja.

(36)

karena kemampuan dan keahlian bawahan dalam menyelesaikan tugasnya dengan efektif dan efisien, (Hersey-Blanchard dalam Safaria, 2004: 70).

Kemampuan memimpin akan terlihat pada ketangguhan seseorang

menyelenggarakan berbagai fungsi organik yang menjadi tanggung jawabnya.

Artinya sesuai dengan tingkatan jabatan yang dipangkunya dalam organisasi.

Kesemuanya itu tercermin pada kemampuan, disiplin, loyalitas, efisiensi,

efektifitas dan peroduktifitas kerja para bawahannya dan satuan kerja yang

dipimpinnya Nawawi (2013: 154). Dalam bahasa populer dapat dikatakan bahwa

ukuran keberhasilan pimpinan adalah kemampuan menggunakan otak bukan otot.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa terdapat empat aspek

umum dari pengertian kepemimpinan yaitu; (1) Kepemimpinan adalah proses

antara pemimpin dan bawahannya, (2) kepemimpinan dapat terlibat dalam

hubungan sosial, (3) kepemimpinan terdapat pada setiap jenis organisasi, (4)

kepemimpinan berfokus pada tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah perilaku pimpinan dalam

mempengaruhi dan menggerakkan bawahan sebagai upaya untuk mencapai tujuan

organisasi.

Untuk mengetahui kepemimpinan ini secara operasional dapat menggunakan 4

(empat) indikator yang diadopsi dari teori kepemimpinan situasional sebagaimana

(37)

2.3.Konsep Kinerja

Mangkunegara (2002:67) mengemukakan bahwa istilah kinerja berasal dari kata

job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja)

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Menurut Gomes (2005:135) bahwa performance adalah catatan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu

tertentu. Sedangkan menurut Soeprihanto (2001:7) kinerja adalah pelaksanaan

pekerjaan oleh karyawan atau anggota organisasi baik secara individual atau

kelompok. Pekerjaan ini bukan berarti hanya dilihat atau dinilai pisiknya, tetapi

meliputi berbagai hal seperti kemampuan kerja, disiplin, hubungan kerja,

prakarsa, kepemimpinan dan hal-hal khusus sesuai dengan bidang dan level

pekerjaan yang dijabatnya.

Pendapat senada dikemukakan oleh Prawirosentono (1999:2) bahwa kinerja

adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam

suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing,

dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Bacal (2005:117) mengemukakan pengertian kinerja adalah penyelesaian

pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, kreativitas, dan inisiatif sesuai

dengan target yang telah ditetapkan”. Hal ini berarti suatu hasil kerja bukan

(38)

yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan, keselarasan keahlian dan

kemampuan yang dimiliki dengan pekerjaan yang dilakukan, penggunaan

cara-cara yang inovatif dalam menyelesaikan pekerjaan dan gagasan atau ide yang

dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan dan mencapai hasil pekerjaan

maksimal. Dengan demikian efektifitas kinerja merupakan kemampuan untuk

memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan. Dengan kata lain, seorang pegawai yang efektif adalah seorang

yang dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan dengan metode (cara) yang

tepat untuk mencapai tujuan.

Menurut Timple (dalam Mangkunegara, 2002:15), faktor-faktor kinerja terdiri

dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional) yaitu

faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya kinerja seseorang

baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe

pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang

tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki

upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti

perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan,

fasilitas kerja, dan iklim organisasi.

Berkaitan dengan indikator kinerja, Sudirman dan Teguh Wijinarko (2000:39)

mengemukakan bahwa indikator kinerja tidak hanya menunjukkan apa yang

hendak dicapai oleh kegiatan, tetapi sejauh mana sumber-sumber daya yang

(39)

dimaksud. Indikator kinerja ini mempunyai peranan antara lain: 1) sebagai ukuran

yang digunakan untuk pencapaian kinerja, 2) sebagai sarana untuk memonitor

sejauh mana upaya telah dilakukan, 3) sebagai sarana untuk mengevaluasi

pencapaian kinerja yang telah ditetapkan, 4) sebagai alat komunikasi antara

bawahan dengan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi.

Selanjutnya menurut Sedarmayanti (2007:198) indikator kinerja merupakan

sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk

menilai atau melihat tingkat kinerja, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan,

maupun setelah kegiatan selesai. Indikator kinerja digunakan untuk meyakinkan

bahwa kinerja organisasi/unit kerja yang bersangkutan menunjukkan peningkatan

kemampuan dalam rangka menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Secara umum, indikator kinerja memiliki fungsi sebagai berikut: memperjelas

tentang apa, berapa dan kapan kegiatan dilaksanakan. Menciptakan konsensus

yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari kesalahan

interpretasi selama pelaksanaan kebijakan program/kegiatan dan dalam menilai

kinerjanya. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kineja

organisasi/unit kerja.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah

tindakan dalam mengerjakan sesuatu atau hasil kerja yang dapat dicapai oleh

seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang

(40)

2.4.Kinerja Pegawai

Mangkunegara (2007:9) mendefinisikan kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan

dalam melaksakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kemudian Gomes (1995:195) mengemukakan definisi kinerja karyawan sebagai

ungkapan seperti out put, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan

produktivitas.

Sedang Faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang menurut Gibson dalam

Nawawi (2013:213) ditentukan oleh kemampuan dan motivasinya untuk

melaksanakan pekerjaan, Selanjutnya dikatakan pelaksanaan pekerjaan ditentukan

oleh interaksi kemampuan dan motivasi. Pendapat lain tentang faktor--faktor yang

mempengaruhi prestasi kerja karyawan/pegawai dikemukakan oleh

Mangkunegara (2002 :67) bahwa :

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis yang merumuskan bahwa :

-Human Performen = Ability + Motivation, -Motivation = Attitude + Situation, - Ability = Knowledge +Skill. Penjelasan :

1) Faktor kemampuan (ability), secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kempuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge +skill). Artinya pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ (110 – 120) di atas rata-rata apalagi superior dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

(41)

yang dimaksud antara lain mencakup hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan organisasi

menurut Rivai (2005:309), adalah dengan cara melihat hasil penilaian kinerja.

Sasaran yang menjadi obyek penilaian kinerja adalah kecakapan, kemampuan

karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang dievaluasi dengan

menggunakan tolak ukur tertentu secara obyektif dan dilakukan secara berkala.

Dari hasil penilaian dapat dilihat kinerja organisasi yang dicerminkan oleh kinerja

karyawan atau dengan kata lain, kinerja merupakan hasil kerja kongkret yang

dapat diamati dan dapat diukur

Berkaitan dengan aspek penilaian kinerja, Bernadin dan Russell (1993:383)

mengemukakan kriteria utama kinerja yang dapat dinilai yaitu :

1. Quality; The degree to which the process or result of carrying out an activity approaqches perfection, in term of either conforming to some

ideal way of performing the activity or fulfilling the activity’s intended

purpose

2. Quantity; The amoung produced, expressed in such term as dollar value, number of unit, or number completed activity cycles

3. Timesline; The degree to which an activity is completed or a result coordinating with the outputs of others and maximizing the time available for other activities

4. Cost effectiveness; The degree to which the use of the organization’s resources (e.g. human, monetary, technological, material) is maximized in the sense of gettingthe highest gain or reduction in lass from each unit or instance or use of resource.

5. Need for supervision: The degree to which a performer can carry out a job function without either having to request supervisory assistanceor requiring supervisory intervention to prevent an adverse outcome; 6. Interpersonal impact: The degree to which a performer promoted

feeling of self esteem, goodwill, and cooperation, among coworker and subordinates.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa untuk setiap tingkatan atau jabatan dalam

(42)

kualitas, (2) kuantitas, (3) ketepatan waktu, (4) efektifitas biaya, (5) kebutuhan

pengawasan, (6) pengaruh interpersonal.

Bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) penilaian kinerja diatur dalam PP 10 Tahun

1979 melalui daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan atau DP3. Komponen

penilaian DP3 antara lain adalah kesetiaan, prestasi kerja, tanggungb jawab,

ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakasa, dan kepemimpinan bagi PNS yang

,menduduki jabatan. Selanjutnya DP3 mengalami penyempurnaan dengan

penilaian prestasi kerja PNS. Penilaian prestasi kerja ini terdiri dari dua unsur

yaitu Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan perilaku kerja, dimana bobot nilai SKP

sebesar 60%, dan perilaku kerja sebesar 40 %. Penilaian ini mulai berlaku sejak 1

Januari 2014..

2.5.Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja

Budaya organisasi merupakan keyakinan dan nilai-nilai yang dituangkan dalam

bentuk norma-norma atau pedoman bagi anggota organisasi dalam berperilaku

dan beraktifitas dilingkungan organisasi. Nilai-nilai yang dijadikan pedoman

tersebut merupakan hasil seleksi yang telah dirumuskan untuk diberlakukan sesuai

dengan tujuan dan perubahan organisasi yang diinginkan seperti :

1) Perilaku, dapat dilihat dari proses interaksi yang terjadi diantara para anggota organisasi

2) Norma, merupakan sejumlah standar perilaku yang menjadi batasan, dan harus dipatuhi oleh para anggota organisasi

3) Nilai-nilai dominan, ini merupakan ciri dari organisasi yang membedakannya dengan organisasi lainnya, dan organisasi melembagakan nilai-nilai ini dan mengharapkan anggota untuk menjiwainya.

(43)

5) Peraturan. Merupakan pedoman yang ketat yang tercantum secara tertulis di dalam kebijakan organisasi.

6) Iklim organisasi. Merupakan suasana umum yang dirasakan oleh anggota organisasi, melalui bangunan fisik, setting ruang kerja, proses komunikasi dan lain sebagainya.

( Luthans dalam Safaria, 2004: 138-139)

Budaya organisasi dari suatu organisasi memiliki kekhususan atau ciri yang

menjadikan berbeda dengan budaya organisasi lain. Budaya organisasi yang baik

akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku para anggotanya, karena

memberikan dasar bagi para anggota untuk berperilaku sama. Konsekuensinya

para anggota organisasi harus mampu dan bersedia melakukan penyesuaian

sehingga perilakunya akan mencerminkan penerimaan terhadap budaya

organisasi. Hal ini tentu akan melahirkan rasa kebersamaan dan intensitas anggota

akan menimbulkan iklim kerjasama yang kondusif untuk melakukan aktifitas

kerja. Keberhasilan seseorang sebagai anggota organisasi akan ditentukan oleh

kemauan, kemampuan dan kesediaannya menyesuaikan perilaku individu dengan

budaya organisasi.

Kinerja adalah pelaksanaan pekerjaan oleh karyawan atau anggota organisasi baik

secara individual atau kelompok. Pekerjaan ini bukan berarti hanya dilihat atau

dinilai pisiknya, tetapi meliputi berbagai hal seperti kemampuan kerja, disiplin,

hubungan kerja, prakarsa, kepemimpinan dan hal-hal khusus sesuai dengan bidang

dan level pekerjaan yang dijabatnya (Soeprihanto, 2001:7).

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan setiap anggota organisasi harus berpedoman

kepada nilai-nilai kerja yang diwujudkan dalam suatu norma kerja. Norma-norma

tersebut disosialisasikan, dipahami sehingga akan menimbulkan kesediaan

(44)

organisasi Dengan demikian diduga terdapat pengaruh antara budaya organisasi

terhadap kinerja pegawai.

2.6.Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja

Berkenaan dengan kepemimpinan, menurut Ndraha (2003, 126) adalah

kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain melalui dirinya sendiri

dengan cara tertentu sehingga perilaku orang lain itu berubah atau tetap , menjadi

integratife. Jadi kepemimpinan merupakan gejala sosial dan hasil kegiatan

memimpin suatu unit kerja (organisasi) disebut pimpinan. Harold Koontz dan

Heinz Weihrich (1990, 344) menyatakan “ leadership is defined as influence,

that is, the art or process of influencing people so that they will strive willingly and enthusiastically toward the achievement of group goals”. Dalam hal ini kepemimpinan diartikan sebagai pengaruh, dimana tahap-tahap atau proses

mempengaruhi orang agar orang tersebut akan bersedia melakukannya dan secara

sukarela pula berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan-tujuan kelompoknya.

Suatu organisasi akan berhasil mencapai tujuan bila orang-orang yang bekerja

dalam organisasi itu dapat melakukan tugasnya dengan baik sesuai bidang tugas

dan tanggung jawabnya masing-masing. Hal ini membawa konsekuensi bahwa

setiap pimpinan berkewajiban memberikan perhatian yang sungguh-sungguh

untuk membina, menggerakkan, mengarahkan semua potensi karyawan

dilingkungannya agar terwujud volume dan beban kerja yang terarah pada tujuan

(45)

Menurut Bass dan Avolio dalam Darwito (2008), peran kepemimpinan atasan

dalam memberikan kontribusi pada karyawan untuk pencapaian kinerja yang

optimal dilakukan melalui lima cara yaitu: (1) pemimpin mengklarifikasi apa yang

diharapkan dari karyawan, secara khusus tujuan dan sasaran dari kinerja mereka,

(2) pemimpin menjelaskan bagaimana memenuhi harapan tersebut, (3) pemimpin

mengemukakan kriteria dalam melakukan evaluasi dari kinerja secara efektif, (4)

pemimpin memberikan umpan balik ketika karyawan telah mencapai sasaran, dan

(5) pemimpin mengalokasikan imbalan berdasarkan hasil yang telah mereka

capai.

Kepemimpinan merupakan sebuah proses dalam mempengaruhi dan memberikan

dukungan kepada orang lain atau bawahan untuk bekerja dengan baik dalam

rangka pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian kepemimpinan dapat

dipahami sebagai kemampuan mempengaruhi bawahan agar terbentuk kerjasama

di dalam kelompok untuk mencapai tujuan. Apabila orang-orang yang menjadi

pengikut atau bawahan dapat dipengaruhi oleh kekuatan kepemimpinan yang

dimiliki oleh atasan maka mereka akan termotivasi mau mengikuti kehendak

pimpinannya dengan sadar, rela, dan sepenuh hati. Upaya mempengaruhi dan

memotivasi bawahan dapat dilakukan dengan memberikan pengarahan kepada

bawahan (Telling), memberikan dukungan kepada bawahan (Selling),

mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan kebijakan (Participating),

memberikan wewenang dan pendelegasian tugas kepada bawahan (Delegating).

(46)

Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai

kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buah. Jadi, seorang

pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui sebagai seorang pemimpin

apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya baik

secara kelompok maupun individual kearah pencapaian tujuan organisasi.

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang

dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab

masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara

legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral atau etika.

(Prawirosentono, 1999:1)

Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan atau pencapaian hasil kerja diperlukan

adanya petunjuk, bimbingan, arahan agar pekerjaan yang dilakukan dapat sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan. Disinilah perlu adanya orang yang mampu

menggerakkan, mengarahkan individu atau kelompok kearah pencapaian tujuan

organisasi, yang dikenal dengan istilah pimpinan.Pimpinan menggerakkan,

mengarahkan cara kerja yang efektif, efisien, ekonomis dan produktif agar tujuan

organisasi dapat tercapai. Pimpinan memiliki peran yang sangat menentukan

dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Semakin baik kinerja pegawai maka

diharapkan klinerja organisasi juga akan semakin baik atau meningkat. Adanya

kepemimpinan yang sesuai untuk menggerakan mengarahkan kinerja pegawai

diharapkan dapat memacu kinerja pegawai dalam mencapai tujuan organisasi

(47)

2.7.Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja

Budaya organisasi menurut. George dan Jones (2005. 535) adalah “the set of

shared values, beliefs, and norms that influence the way employees think, feel, and

behave toward each other and toward people out side the organization”

(seperangkat nilai, kepercayaan dan norma yang dianut bersama yang

mempengaruhi cara pekerja atau pegawai berfikir, merasakan, dan berperilaku

terhadap sesama anggota organisasi dan pihak luar organisasi). Budaya organisasi

pada dasarnya berupa norma-norma baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang

dijadikan pedoman perilaku bagi seluruh anggota organisasi. Budaya organisasi

yang ada pada masing-masing pegawai akan tercermin dalam sikap dan perilaku

pegawai pada saat melaksanakan pekerjaan. Pelaksanaan pekerjaan yang

berlangsung secara terus menerus, lambat laun akan menjadi suatu kebiasaan yang

pada gilirannya akan membentuk karakter seseorang pegawai dalam menangani

setiap pekerjaannya. Dalam proses pembudayaan ini, individu menerima transver

nilai-nilai budaya (moral, agama, sosial, keteladanan) sehingga yang bersangkutan

berperilaku sopan, bermoral dan beretika menyadari tanggung jawabnya untuk

tercapainya tujuan organisasi Dengan demikian budaya organisasi ini diharapkan

tidak terhenti sebagai wacana, melainkan benar-benar dapat terwujud sebagai

standard operating procedure” dalam bekerja.Oleh sebab itu, budaya organisasi

menjadi sangat penting bagi sebuah organisasi, karena dianggap mampu

mempengaruhi sikap dan perilaku pegawainya.Selain itu, budaya organisasi juga

dianggap mampu mempengaruhi hubungan dan suasana kerja ke arah yang lebih

(48)

Penerapan budaya organisasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh

pimpinan organisasi yang bersangkutan. Pimpinan dan manajer harus memiliki

komitmen yang kuat untuk memegang teguh dan menerapkan budaya organisasi.

Hal ini perlu ditanamkan terlebih dahulu kepada pimpinan dan manajer, setelah

itu baru dapat disosialisasikan kepada karyawan dan konsumen (Mangkunagara,

2007: 118).

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain

melalui dirinya sendiri dengan cara tertentu sehingga perilaku orang lain itu

berubah atau tetap , menjadi integratife. Jadi kepemimpinan merupakan gejala

sosial dan hasil kegiatan memimpin suatu unit kerja (organisasi) disebut pimpinan

(Ndraha ,2003: 126). Dengan demikian organisasi akan berhasil dalam mencapai

tujuannya serta mampu memenuhi tanggung jawab sosialnya sangat tergantung

pada para pimpinannya. Apabila pimpinan mampu melaksanakan

fungsi-funngsinya dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut akan dapat mencapai

sasarannya. Dalam hal ini lingkungan dia berada dan pengaruh-pengaruh atau

interaksi yang akan dihadapinya tentu akan membawa konsekuensi bagi praktek

kepemimpunan yang akan dilakukannya.

Budaya organisasi yang sudah dirumuskan dan diberlakukan sebagai pedoman

tata nilai perilaku seluruh anggota melalui arahan, bimbingan serta keteladanan

pimpinan mampu menggerakan anggota organisasi untuk berperilaku yang baik,

produktif dalam bekerja. Hal ini akan mendorong adanya apresiasi dirinya untuk

selalu meningkatkan prestasi kerja, baik terbentuk oleh lingkungan organisasi,

(49)

akan memudahkan penyebaran nilai-nilai yang diarahkan kepada terciptanya

kinerja pegawai yang memiliki persepsi positif terhadap profesinya.

2.8.Kerangka Pikir:

Pada organisasi sektor publik (pemerintah), khususnya lembaga pendidikan,

budaya organisasi dalam dunia pendidikan diistilahkan dengan kultur akademik

yang pada intinya mengatur para pelaku pendidikan (pendidik dan tenaga

kependidikan) agar mereka memahami bagaimana seharusnya bersikap terhadap

profesinya, beradaptasi dengan rekan kerja dan lingkungan kerjanya serta reaktif

terhadap kebijakan pimpinan, sehingga terbentuk sebuah sistem nilai, kebiasaan,

citra akademis, ethos kerja yang terinternalisasikan dalam kinerjanya. Budaya

organisasi adalah keyakinan dan nilai-nilai yang dituangkan dalam bentuk

norma-norma atau pedoman bagi anggota organisasi dalam berperilaku dan beraktifitas di

lingkungan organisasi. Pada penelitian ini budaya organisasi akan diukur dengan

indikator; (1) Inovasi dan Pengambilan Resiko (Innovation and Risk Taking), (2)

Perhatian pada Detail (Attention to Detail), (3) Orientasi Hasil (Outcome

Orientation), (4) Orientasi pada Individu (People Orientation), (5) Orientasi Tim (Team Orientation), (6) Keagresifan (Aggressiveness), (7) Kemantapan

(Stability).

Budaya organisasi yang sudah dirumuskan dan diberlakukan sebagai pedoman

tata nilai perilaku seluruh anggota melalui sosialisasi dan arahan, bimbingan serta

keteladanan pimpinan mampu menggerakan anggota organisasi untuk berperilaku

Gambar

Grafik 1.1.
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
Tabel. 3.1. Operasional Variabel Penelitian
Tabel. 3.2. Populasi Pegawai Administrasi FKIP Unila
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Selain itu, ada juga anak yang mengalami rnasalah ernosional, perilaku dan rnernpunyai rnekanisrne pertahanan yang kurang baik Berdasarkan penelitian Collins

Limbah kulit tersamak adalah berupa sisa kulit bagian atas, bawah, kiri dan kanan dari kulit utama (kulit bagian tengah yang memiliki butiran mutiara untuk pembuatan

Seorang perempuan yang sedang menjalani iddah baik karena dicerai, fasakh maupun ditinggal mati oleh suami tidak boleh menikah dengan selain dengan laki-laki yang meninggalkan

Total biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani dalam budidaya tanaman cabe jamu rata-rata untuk setiap hektar sebesar Rp. Penerimaan

Proses pengajaran pada karang taruna lebih ditekankan pada kemampuan mereka untuk membuat surat lamaran dalam Bahasa Inggris, berbicara dan kemampuan untuk membaca

Dalam peyaluran energi listrik dimana pusat pembangkit tenaga listrik yang berada jauh dari pusat beban akan mengalami kerugian yang cukup besar dalam penyaluran

Penelitian yang dilakukan oleh Amaliah (2015), Devy (2017), dan Putriasih (2016) menunjukkan proksi perubahan direksi dari variabel capability memiliki pengaruh positif dan