ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN DAN LINGKUNGAN PENGOLAHAN SUSU KAMBING ETAWA DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
(Studi Kasus di Unit Pelaksana Kegiatan UPK Program Ragem Sai Mangi Wawai Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat)
Oleh
MUHAMMAD NURUL HUDA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan pengolahan Susu Kambing Etawa, dan mengetahui kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal pengolahan Susu Kambing Etawa di UPK Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penelitian ini dilaksanakan di UPK (Unit Pelaksana Kegiatan) Kecamatan Tumijajar yang ditentukan secara purposive. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Januari 2015. Data dianalisis dengan menggunakan (1) R/C biaya tunai, (2) analisis lingkungan (internal dan eksternal). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pendapatan atas biaya tunai pengolahan Susu Kambing Etawa UPK Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat sebesar Rp. 43.606.000,- dengan R/C biaya tunai sebesar 1,7. (2) Rendahnya produksi
pengolahan Susu Kambing Etawa di UPK Kecamatan Tumijajar disebabkan oleh rendahnya pengadaan bahan baku berupa susu yang dihasilkan dari pemerahan Kambing Etawa yang dipengaruhi oleh pemberian pakan yang kurang optimal serta iklim dan cuaca lokasi budidaya yang kurang mendukung untuk budidaya Kambing Etawa perah.
ABSTRACT
ANALYSIS OF INCOME AND ENVIRONMENT PROCESSING OF ETTAWA MILK PRODUCTION IN WEST TULANG BAWANG REGENCY
(Case Studies in Project Implementation Unit Ragem Sai Mangi Wawai Program, District of Tumijajar , West Tulang Bawang Regency)
By
MUHAMMAD NURUL HUDA
This study was aimed to determine the processing earnings of Milk Etawa
Production, and to determine the condition both the internal environment and the external environment of Milk Etawa processing in District UPK Tumijajar, Tulang Bawang Barat. This research was conducted at UPK (Project
Implementation Unit), District of Tumijajar determined purposively. The data used include primary data and secondary data. The research was conducted in November 2014 to January 2015. Data were analyzed using (1) R / C cash costs, (2) analysis of the environment (internal and external). The results showed that: (1) Income of cash cost Milk Etawa processing UPK Tumijajar District Tulang Bawang Barat are amounted to Rp. 43.606 million, - R / C cash costs at 1.7. (2) The lower production of Milk Etawa processing in UPK District of Tumijajar due to lower raw material procurement in the form of milk produced from milking Etawa. Its cases was influenced by feeding supplies less than optimal as well as climate and weather farms that was unfavorable for cultivation Etawa milk.
ANALISIS PENDAPATAN DAN LINGKUNGAN PENGOLAHAN SUSU KAMBING ETAWA DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Studi Kasus di Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Program Ragem Sai Mangi
Wawai Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat
Oleh
MUHAMMAD NURUL HUDA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Dayamurni pada tanggal 16 Oktober 1989 sebagai anak
kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Mustofa dan Ibu Titin
Rohmatullaili. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK)
Dharma Wanita Kecamatan Tulang Bawang Tengah pada Tahun 1996,
pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 4 Candra Kencana pada Tahun
2002, pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Tumijajar
pada Tahun 2005, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA
Negeri 1 Tumijajar pada Tahun 2008. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Program Studi Agribisnis Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB)
yang diselenggarakan oleh Universitas Lampung pada Tahun 2008.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan.
Penulis pernah menjadi anggota Keluarga Muda UKMF FOSI FP Tahun
2008/2009, Ketua Biro BBQ FP UNILA Tahun 2009/2010, Ketua Bidang Studi
Syiar Islam UKMF FOSI FP UNILA 2010/2011, Sekretaris Kaderisasi Pusat
IMMPERTI (Ikatan Mahasiswa Muslim Pertanian Indonesia) Tahun 2010-2011,
anggota Komisi B Puskomnas (Pusat Komunikasi Nasional) FSLDK (Forum
Studi Lembaga Dakwah Kampus) Indonesia Tahun 2010-2011, Dewan Pembina
SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK
“Katakanlah
,
„
Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam
hatimu atau kamu memperlihatkannya, pasti Allah
mengetahui.‟...”
(QS. Ali Imran :29)
Dari Umar Ibnu Khatab
radhiyallahu „anhu, bahwa
Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam
bersabda,
“
Amal itu
tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai
niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya, dan barang
siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang
hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah
.”
SANWACANA
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh,
Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan
karunia, rahmat, dan nikmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan skripsi berjudul “Analisis Pendapatan dan Lingkungan Pengolahan
Susu Kambing Etawa di Kabupaten Tulang Bawang Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S. selaku Dosen Pembimbing Pertama, terima
kasih atas ilmu dan waktu yang diberikan untuk membimbing proses
penyelesaian skripsi ini.
2. Ir. Adia Nugraha, M.S. selaku Dosen Pembimbing Kedua, terima kasih atas
waktu, ilmu, dan perhatian yang diberikan sehingga penyusunan skripsi ini
dapat terselesaikan.
3. Dr. Ir. Ktut Murniati, M.T.A. selaku Dosen Pembahas, terima kasih atas
kesediaannya memberikan saran dan kritik yang berharga untuk
4. Dr.Ir.Fembriarti Erry Prasmatiwi,M.Sc., sebagai Ketua Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
5. Prof.Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
6. Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik,
terima kasih atas do’a, perhatian dan keteladanan yang diberikan selama
menjadi Pembimbing Akademik sehingga penulis dapat termotivasi.
7. Bapak dan Ibu yang saya cintai (Bpk Mustofa dan Ibu Titin Rohmatullaili),
terima kasih atas limpahan kasih sayang, perhatian, dukungan dan do’a yang
tiada henti untuk penulis.
8. Nenek ku, terimakasih atas do’a dan kasih sayangnya selama ini.
9. Mbak dan Mas ku (Noviana Robiul Laila, S.Pd.I., dan Suroso S.Pd.) terima
kasih atas motivasi yang selalu diberikan. Semoga kalian berdua diberikan
kemudahan untuk meraih kesuksesan dan menjadi keluarga yang sakinah
mawadah warahmah. Tak lupa untuk keponakan ku yang imut dan cantik
nduk Ranaa smoga menjadi anak yang sholeha.
10. Kepada Pimpinan PT. Pesona Karya Semesta Ir. Efan Tolani, M.Si., M. Ade
Utami Ibnu, S.E., Vittorio Dwison, S.I.P., Aep Susanto, S.Si., dan Kak
Julhaidir, terimakasih atas dukungan baik moril maupun materil selama ini
untuk kesuksesan kami.
11. Tim solid : Jefriandi, S.Si., Dedi Candra., S.H, Ampria Bukhori, S.H.,
Afandi S Amirullah, S.Pi., Ahmad Fauzi Furqon, S.H, M.H., Budi
Dermawan, S.T.P., Larto Darmawan, S.Pt., Ahmad Danang N, S.P., Lilik
Umam Fahmi, S.T., terimakasih atas kebersamaan dan motivasinya selama
ini.
12. Keluarga besar UKMF FOSI FP UNILA Masa Jihad 2009-2011,
Jazakumallah khoiron katsir atas ukhuwah yang kita bangun selama ini.
13. Rekan-rekan Jurusan Agribisnis angkatan 2008, terimakasih atas
kebersamaan kalian selama ini.
14. Keluarga besar Agribisnis Universitas Lampung, para staf, karyawan serta
dosen-dosen agribisnis serta seluruh pihak yang telah membantu penulis
selama ini.
15. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan
strata satu dan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan kebermanfaatan ilmu bagi penulis dan
pembaca sekalian.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bandar Lampung, 16 September 2015
i
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 10
A.Tinjauan Pustaka ... 10
1. Taksonomi Kambing ... 10
2. Produksi Susu Kambing Etawa ... 15
3. Nilai Gizi Susu Kambing ... 17
4. Pendapatan... 20
5. Manajemen Strategi ... 21
6. Focus Group Discussion (FGD)... 25
B.Kajian Penelitian Terdahulu... 27
C.Kerangka Pemikiran ... 29
III. METODE PENELITIAN ... 32
A.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32
B.Lokasi, Waktu Penelitian, dan Responden... 34
C.Metode Penelitian dan Pengumpulan Data…... 34
D.Metode Analisis dan Pengujian Data……... 35
1. Metode Analisis Kuantitatif... 35
2. Metode Analisis Deskriptif... 36
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 37
A. Kondisi Historis Kabupaten Tulang Bawang Barat... 37
ii
4. Tataguna Lahan... 42
D.Potensi Ekonomi Kecamatan... E. Latar Belakang Pengolahan Susu Kambing Etawa... 42 43 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
A.Keragaan Pengolahan Susu Kambing Etawa... 45
1. Pengadaan Bahan Baku... 45
2. Tenaga Kerja... 51
C.Analisis Lingkungan Internal... 62
1. Produksi... 62
2. Manajemen dan Pendanaan... 63
3. Sumber Daya Manusia... 65
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Lampung
2009-2013………..…... 3
2. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembentukan PDRB, 2009-2013. 4
3. Produksi Daging, Telur, Susu dan Kulit Tahun 2003-2012………. 6
4. Populasi Ternak Besar dan Kecil Menurut Kecamatan Tahun 2012
Kabupaten Tulang Bawang Barat………. 7
5. Potensi Kambing Etawa Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun
2009-2012………. 8
6. Kandungan Gizi dalam Susu Kambing, ASI, dan susu sapi……… 18
7. Nama Perusahaan Industri Besar dan Sedang Kabupaten Tulang
Bawang Barat 2013……….…. 39
8. Luas Kecamatan menurut Kampung/Kelurahan di Kabupaten
Tulang Bawang Barat 2013……….. 41
9. Sebaran penduduk berdasarkan kampung/kelurahan di Kecamatan
Tumijajar Tahun 2013……….. 41
10. Sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Tumijajar Tahun
2013……….. 42
11. Produksi susu Kambing Etawa di UPK Kecamatan Tumijajar... 48
12. Jadwal Pemerahan Susu Kambing Etawa di UPK di Kecamatan
Tumijajar Tahun Ke-1……….. 50
13. HOK agroindustri UPK susu Kambing Etawa Kecamatan
iv
15. Penyusutan peralatan agroindustri susu Kambing Etawa
Kecamatan Tumijajar tahun 2014 ……....…....………... 58
16. Biaya variabel agroindustri susu Kambing Etawa Kecamatan
Tumijajar tahun 2014 ……...……… 59
17. Pendapatan agroindustri Susu Kambing Etawa UPK Kecamatan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Alir PengolahanSusu Kambing Etawa…...………... 31
2. Proses Produksi Kambing Perah………. 47
3. Struktur Organisasi UPK susu Kambing Etawa……….. 51
4. Diagram Alir Pengolahan Susu Kambing
Etawa……….……….. 54
5. Saluran Pemasaran Susu Kambing……….. 56
6. Tata Letak UPK susu Kambing Etawa Kecamatan Tumijajar
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang
ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian
diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan
pangan dan kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan
pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan
kesempatan berusaha (Soekartawi, 2003).
Ketika krisis ekonomi terjadi, agenda reformasi yang bergulir tanpa arah, proses
desentralisasi ekonomi yang menghasilkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat,
rasanya tidak ada pilihan lain kecuali kembali meninjau sektor pertanian sebagai
landasan utama pembangunan ekonomi (Arifin, 2005).
Peran sektor pertanian lain yang juga sangat penting adalah dalam meningkatkan
pembangunan ekonomi daerah. Sesuai tujuan pokok dari pelaksanaan otonomi
daerah sebagaimana dimaksud dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, adalah untuk mempercepat
2
ekonomi daerah adalah melalui pendayagunaan berbagai sumber daya ekonomi
yang dimiliki daerah (Gie,2002).
Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat menunjukkan
perubahan kinerja ekonomi wilayah. Dengan tingkat pertumbuhan yang cukup
tinggi diharapkan produktivitas dan pendapatan masyarakat akan meningkat
melalui penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
Selama kurun waktu dua tahun terakhir ini (2012-2013) keadaan ekonomi wilayah
Lampung cenderung stabil. Hal ini secara tidak langsung berkaitan dengan
stabilitas ekonomi nasional dan regional yang aman. Pada tahun 2005 memang
perekonomian Indonesia mengalami angka pertumbuhan ekonomi yang cukup
rendah yaitu sebesar 4,02 % saat terjadi kenaikan harga BBM yang naik dua kali,
tetapi secara perlahan-lahan perekonomian kembali membaik dilihat dari
pertumbuhan ekonomi yang cenderung naik pada dua tahun terakhir ini.
Berdasarkan PDRB atas harga dasar konstan , laju pertumbuhan ekonomi
Lampung tahun 2013 mencapai 5,97 %, melambat dari tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi didukung oleh pertumbuhan yang positif di
semua sektor. Laju pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor
pertambangan/penggalian sebesar 10,66 %. Sektor lain yang juga tumbuh cukup
tinggi berturut-turut adalah sektor listrik/gas/air bersih sebesar 10,05 %,
keuangan/persewaan/jasa perusahaan sebesar 9,48 % serta sektor jasa-jasa sebesar
9,39 %. Laju pertumbuhan ekonomi sektoran di Provinsi Lampung seperti
Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Lampung
Perdagangan/hotel/restoran 7,60 4,78 5,50 5,59 4,70 Transportasi/komunikasi 11,47 15,42 12,98 13,73 7,83 keuangan/Persewaan/Jasa Perusahaan 12,91 26,88 7,48 12,44 9,48
Jasa-jasa 5,59 5,59 8,24 9,42 9,39
PDRB 5,26 5,88 6,43 6,53 5,97
PDRB Tanpa Migas 5,52 6,02 6,44 6,56 5,88
Sumber : BPS Provinsi Lampung 2013
Sektor pertanian merupakan sektor andalan Provinsi Lampung, karena ini
memberikan sumbangan yang paling besar dalam pembentukan PDRB Lampung.
Sektor Pertanian terbagi menjadi lima subsektor yaitu subsektor tanaman bahan
makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.
Keberhasilan pembangunan ekonomi tercermin dari meningkatnya laju
pertumbuhan ekonomi, berkurangnya angka kemiskinan dan pengangguran serta
bertambahnya kesempatan kerja. Gambaran tentang kondisi perokonomian suatu
wilayah sangat diperlukan, antara lain melalui kajian terhadap data dan indikator
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (BPS Provinsi Lampung, 2013).
Peranan sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun
2013 sebesar 35,54 %, turun sedikit dibandingkan tahun 2012 yang mencapai
35,90 %, sedangkan laju pertumbuhan sektor ini di tahun 2012 mengalami
4
apabila dibandingkan tahun 2012 dengan pertumbuhan sebesar 4,20 %. Peranan
sektor pertanian terhadap PDRB seperti disajikan Tabel 2.
Tabel 2. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembentukan PDRB, 2009-2013 (persen)
Sumber : BPS Provinsi Lampung 2013
Subsektor peternakan memiliki peranan sebesar 4,10 % terhadap perekonomian
Provinsi Lampung pada tahun 2013, mengalami peningkatan apabila
dibandingkan dengan peranannya pada tahun 2012 sebesar 3,94 %. Laju
pertumbuhan sektor ini pada tahun 2013 mencapai 5,71 %. Komoditas subsektor
peternakan yang potensional di Lampung antara lain sapi potong, kambing, dan
ayam ras. Sejak tahun 2007 Pemerintah Provinsi Lampung telah melakukan
intensifikasi dalam bidang peternakan di Kabupaten Tanggamus dimana telah
terbentuk 1500 petani ternak dalam membudidayakan kambing. Oleh karena itu
Pemerintah Provinsi Lampung mengharapkan di tahun mendatang progam
tersebut berhasil dan mampu menjawab permintaan pasar dalam dan luar negeri.
Dalam prespektif ekonomi makro, peternakan merupakan sumber pangan yang
berkualitas, misalnya daging ataupun susu merupakan bahan baku industri
keju, mentega ataupun krim dan juga dapat menghasilkan kerajinan-kerajinan
kulit tanduk ataupun tulang. Menurut Tisman (2009) semua kegiatan-kegiatan
yang ada kaitannya dengan pertanian dan peternakan dapat menciptakan lapangan
kerja, apalagi saat ini otonomi daerah menjadi kekuatan bagi sektor peternakan
untuk meningkatkan produk dan hasilnya sehingga banyak pemerintah daerah
yang memberikan stimulus atau pun insentif kepada masyarakat supaya lebih giat
dalam mengembangkan usaha ternak sebagai salah satu sektor pertanian.
Sektor peternakan pula merupakan sektor strategis yang terus berkembang.
Terlebih adanya komitmen pemerintah untuk terus memperbaiki kualitas gizi
masyarakat dengan menyediakan sumber protein yang berasal dari hewan ternak
(daging, susu, telur) secara berkelanjutan. Hal ini akan menyebabkan populasi
ternak sebagai sumber protein hewani akan terus dipacu untuk ditingkatkan
kualitas produksinya. Untuk meningkatkan kualitas produksinya menurut Mariani
(2012) perlu diperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya, pakan
merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi dan
produktivias ternak, di samping itu biaya pakan menempati porsi terbesar dari
total biaya produksi yaitu 70-80 %, sehingga memproduksi pakan bukan hanya
harus naik kualitasnya saja tetapi juga dengan harga yang terjangkau oleh para
6
Tabel 3. Produksi Daging, Telur, Susu dan Kulit Tahun 2003-2012
Tahun Daging (Ton) Telur (Ton) Susu (liter) Kulit (ton) 2003 47407,79 38163,86 184779,61 951,42 2004 49365,73 34626,27 189396,89 1030,43 2005 50207,09 35245,05 103935,00 1000,44 2006 46050,66 38250,32 159530,00 1184,81 2007 42234,00 38045,19 185310,00 1347,95 2008 57391,82 38397,68 211898,00 1848,77 2009 58449,15 46 304,97 178070,00 1852,33 2010 59200,05 53415,23 109574,00 1037,54 2011 61088,08 56054,88 161945,00 1119,52 2012 61574,82 75396,78 278790,00 1889,16
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung 2013
Tabel 3 memberikan informasi mengenai kenaikan produk peternakan di Provinsi
Lampung. Untuk dua tahun terakhir ini (2011-2012) kenaikan daging mencapai
0,79%, telur 34%, susu 72%, dan kulit 68,7%. Kenaikan produksi hasil
peternakan ini terkait dengan inovasi pemerintah dan penelitian yang dilakukan
untuk meningkatkan hasil produksi. Berbagai penelitian di bidang pakan telah
menghasilkan berbagai inovasi teknologi pakan salah satunya adalah pemanfaatan
limbah pertanian sebagai pakan ternak yang selama ini belum termanfaatkan
seperti bungkil inti sawit, kulit kopi, limbah daun ubi rambat dan lainnya.
Hasil-hasil penelitian sangat penting dalam upaya membangun peternakan nasional dan
tentu saja meningkatkan kesejahteraan peternak sebagai stakeholder (Mariani,
2012).
Kabupaten Tulang Bawang Barat sebagai kabupaten yang baru pemekaran dari
Kabupaten Tulang Bawang dengan Pilkada Pertama Tahun 2011 telah banyak
melakukan inovasi di bidang Peternakan. Salah satu progam sektor peternakan ini
Perdagangan Australia bersama dengan tim Puslitbangnak Kementerian Pertanian
RI dan Kadin Pusat mendukung program penggemukan sapi dan kambing
peranakan etawa (PE) yang diluncurkan Pemkab Tulangbawang Barat. Selain
progam penggemukan sapi dan kambing etawa, Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Pemkab Tulang Bawang Barat juga mengembangkan Pengolahan Susu
Kambing Etawa yang dilaksanakan di setiap Unit Pelaksana Kegiatan (UPK)
Kecamatan.
Tabel 4 menjelaskan populasi peternakan kambing di Kabupaten Tulang Bawang
Barat hampir merata di setiap kecamatan. Kecamatan Tumijajar menempati posisi
ketiga untuk jumlah populasi kambing setelah Kecamatan Tulang Bawang Tengah
diurutan pertama dan Kecamatan Gunung Terang diurutan kedua.
Tabel 4. Populasi Ternak Besar dan Kecil Menurut Kecamatan Kab.Tulang Bawang Barat Tahun 2012
Kecamatan Ternak Besar Ternak Kecil
Sapi Kerbau Kambing Domba
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab.Tulang Bawang Barat 2013
Progam unggulan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat “Ragem Sai
Mangi Wawai” di bidang peternakan intinya mencanangkan progam perbaikan
gizi dan ekonomi masyarakat dengan memproduksi Susu Kambing Etawa yang
8
ini menjelaskan kenaikan populasi ternak kambing etawa dari tahun 2009 sampai
tahun 2012.
Tabel 5. Potensi Kambing Etawa Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2009-2012
Tahun Populasi Kambing Etawa 2009 57.998
2010 55.146 2011 55.146 2012 55.421
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab.Tulang Bawang Barat 2013
Harapan utama yang digantungkan peternak kambing perah adalah produksi susu.
Produksi susu ini tentu saja dari dua sisi yaitu dari segi kualitas maupun kuantitas.
Menurut Budiman (2012) jika peningkatan produksi air susu kambing tidak
diimbangi oleh perhatian terhadap kualitas susu yang dihasilkan maka akan
berakibat pada penolakan pasokan susu kambing segar dari peternak. Untuk
menghindari kondisi tersebut, peternak harus benar-benar paham dengan
penyebabnya. Agar produksi susu kambing tetap stabil dan bila perlu terus
meningkat, maka peternak harus menjaga dan memelihara ternaknya dengan baik.
Pengolahan Susu Kambing Etawa menjadi progam unggulan di Kabupaten Tulang
Bawang Barat, namun selama ini melalui kajian di UPK Susu Kambing Etawa
Kecamatan Tumijajar produksi Susu Kambing Etawa yang dihasilkan masih
sedikit sehingga belum mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Mencermati
permasalahan berupa pendapatan yang fluktuatif, kondisi cuaca yang tidak
menentu untuk pengolahan susu kambing, pemasaran produk Susu Kambing
dan menganalisis kondisi lingkungan (Internal-Eksternal) di Unit Pelaksana
Kegiatan (UPK) Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada subbab terdahulu, maka perumusan masalah penelitian
ini adalah :
1. Berapakah pendapatan pengolahan Susu Kambing Etawa?
2. Bagaimana kondisi lingkungan eksternal dan lingkungan internal pengolahan
Susu Kambing Etawa ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pendapatan pengolahan Susu Kambing Etawa.
2. Mengetahui kondisi lingkungan eksternal dan lingkungan internal pengolahan
Susu Kambing Etawa.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain :
1. Sebagai bahan informasi bagi pemilik usaha untuk mengembangkan usahanya.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan
10
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Taksonomi Kambing
Menurut Davendra and Mcleroy (1982) dalam Dewi (2010), sistematika kambing
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animals
Phylum: Chordata
Group : Cranita (Vertebrata)
Class : Mammalia
Order : Artiodactyla
Sub-order : Ruminantia
Famili : Bovidae
Sub Famili : Caprinae
Genus : Capra atau Hemitragus
Spesies : - Capra hircus
- Capra ibex
- Capra caucasica
- Capra pyrenaica
Kambing merupakan salah satu jenis binatang memamah biak yang berukuran
sedang. Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun
tanduk pada kambing jantan lebih besar. Kambing, umumnya mempunyai
jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas, dan kebanyakan berbulu lurus dan
kasar. Panjang tubuh 6 kambing liar, tidak termasuk ekor, adalah 1,3 - 1,4 m,
sedangkan ekornya 12 - 15 cm. Bobot yang betina 50 - 55 kg, sedangkan yang
jantan bisa mencapai 120 kg (Sinar Tani, 2007 dalam Dewi, 2010).
Berbagai jenis kambing sendiri digolongkan menjadi kambing pedaging dan
kambing perah. Kambing perah disebut pula kambing bertipe dwiguna karena
selain menghasilkan susu, dagingnya juga bisa dikonsumsi. Namun , tampaknya
lebih pas bila kambing perah disebut sebagai kambing multiguna. Selain
menghasilkan susu dan daging, kambing perah juga menghasilkan anakan yang
bisa dijual, menghasilkan kulit sebagai bahan kerajinan, serta menghasilkan pupuk
organik dan biogas (Haryadi, 2013).
Semua jenis kambing bisa menghasilkan susu. Namun, jumlah produksi susu
setiap jenis kambing berbeda-beda sehingga hanya kambing yang produksi
susunya tinggi yang dikategorikan sebagai kambing perah. Ada banyak jenis
kambing perah di dunia. Kebanyakan jenis kambing ini hidup di daerah
subtropics. Beberapa jenis diantaranya telah telah diintroduksi di Indonesia
seperti:
12
1. Kambing Jamnapari
Kambing ini berasal dari india. Kambing ini merupakan ras penghasil susu
yang produktivitasnya paling tinggi di Asia. Populasi kambing ini paling
banyak terdapat di daerah Etawa, Uttar Pradesh, India.
2. Kambing Peranakan Etawa (PE)
Kambing peranakan etawa (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing
lokal dengan kambing Jamnapari atau kambing Etawa, kambing jenis ini
merupakan kambing yang potensial dikembangkan di Indonesia karena
mampu beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia. Adapun ras kambing PE
itu sendiri antara lain : PE Kaligesing, PE Senduro, PE Jawarandu.
3. Kambing Saenen
Kambing perah ini berasal dari Lembah saenen, Swiss dengan ukuran
tubuhnya besar, kambing ini memiliki kepala relatif kecil, lancipdengan leher
relatif panjang. Kambing saenen merupakan kambing perah yang popular di
Eropa. Potensi produksi susunya dapat mencapai lima liter per hari. Karena
produksi susunya sangat banyak sehingga kambing saenen dijuluki sebagai
ratu kambing perah.
4. Kambing Sapera
Kambing ini merupakan persilangan antara kambing PE dengan kambing
Saenen. Sapera sendiri merupakan singkatan dari “Saenen-Peranakan Etawa”,
Sapera juga bisa dibilang sebagai ras kambing perah Indonesia karena
pengembangannya dilakukan oleh anak negeri ini.
Kambing Etawa berasal dari India yang disebut kambing jamnapari. Badannya
hanya mencapai 92 cm. Bobot kambing etawa jantan bisa mencapai 90-an kg,
sedangkan betina hanya mencapai 60-an kg. Telinganya panjang dan terkulai ke
bawah. Dahi dan hidungnya cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk
pendek.
Kambing jenis Etawa ini mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.
Keturunan silang (hibrida) kambing etawa dengan kambing lokal di Indonesia
dikenal sebagai kambing “Peranakan Etawa” , atau “PE”. Kambing PE juga bisa
dimanfaatkan susunya. Produktifitas susu hampir sama dengan kambing Etawa
murni (Widagdo, 2011).
Perkembangan dan minat dari peternak dalam membudidayakan kambing PE
meningkat pesat dari tahun ke tahun. Hal ini diikuti pula dengan peningkatan
harga dan kualitas dari kambing PE itu sendiri. Peningkatan kualitas kambing PE
tidak serta merta muncul secara tiba-tiba, tapi diawali dengan semangat,
keyakinan, kejelian, dan ketekunan dari peternak. Suatu kebanggaan bagi peternak
kambing PE apabila peternakan yang dirintis atau dicita-citakan dapat
memberikan hasil yang signifikan bagi peternak itu sendiri dan masyarakat pada
umunya.
Secara sederhana para peternak dan calon peternak membudidayakan kambing PE
merujuk pada:
1. Kambing PE memiliki postur tubuh yang sangat besar dan elegan dibanding
kambing pada umunya yang ada di Indonesia, sehingga jika dijadikan
kambing pedaging tentunya akan menghasilkan daging yang lebih banyak
14
2. Kambing PE ini pula dapat dijadikan sebagai salah satu potensi kambing
perahan. Susu hasil perahan kambing ini mempunyai nilai ekonomis yang
jauh lebih tinggi dibandingkan susu perahan dari sapi. Harga per liter susu
kambing PE tahun 2011 adalah Rp.30.000,- sedangkan harga susu sapi hanya
Rp.4.000,-.
3. Feses atau kotoran dan urin kambing PE dapat dijadikan sebagai pupuk
organik yang sangat baik untuk menyuburkan tanah dan tanaman. Terlebih
jika kotoran dan urin difermentasi terlebih dahulu untuk menghilangkan residu
dan cendawan yang mungkin dapat menghambat pertumbuhan dan kesuburan
tanaman.
Selain itu pula dalam menentukan tujuan usaha pada peternakan kambing
Peranakan Etawa harus memperhatikan :
1. Kambing peranakan etawa kepala coklat badan putih atau coklat seluruhnya,
kecenderungan kambing PE seperti ini terbatas pada pemenuhan kebutuhan
perahan susu, daging, dan pupuk. Kambing dengan tampilan ini tidak untuk
diikutkan kontes.
2. Kambing peranakan etawa kepala hitam badan putih, walaupun bibit yang
dibeli dengan kualitas C atau D, nilai ekonomisnya akan menjadi lebih luas
dan tinggi. Perahan susu, daging, dan pupuk organik yang dihasilkan sudah
pasti sama, dan kambing dengan tampilan seperti ini umumnya untuk
diikutkan kontes sehingga dapat menambah keuntungan bagi
2. Produksi Susu Kambing Etawa
Kambing menghasilkan susu atau bisa diperah setelah beranak. Masa kambing
menghasilkan susu ini biasa disebut masa laktasi, yang berlangsung selama
kurang lebih 8 bulan. Kambing bisa mulai diperah 4-7 hari setelah beranak. Tiga
hari setelah beranak, kambing menghasilkan susu kolostrum. Susu kolostrum
mengandung zat anti bodi yang sangat dibutuhkan oleh anak kambing untuk
memperkuat daya tahan tubuhnya. Produksi susu kambing di Indonesia berkisar
antara 1-3 liter per hari, tergantung dari jenis kambing, umur, masa laktasi, pakan,
dan tata laksana pemeliharaan. Susu yang dihasilkan perhari akan meningkat sejak
induk beranak kemudian menurun secara berangsur-angsur hingga berakhirnya
masa laktasi. Umur kambing sangat berpengaruh pada produksi susu. Untuk
kambing PE, umur produktif berlangsung hingga umur 6-7 tahun. Di masa laktasi
pertama, produksi susu masih rendah. Produksi susu akan makin meningkat di
masa laktasi berikutnya dan mencapai puncak pada masa laktasi ketiga (Haryadi,
2013).
Menurut Haryadi (2013) Faktor lain yang berpengaruh pada produksi susu adalah
kondisi kandang. Kandang harus diusahakan senyaman mungkin bagi kambing,
yaitu bersih, tidak lembab, tidak terlalu panas, dan tidak terlalu bising. Kandang
yang tidak nyaman akan membuat kambing mudah stress sehingga produksi susu
kambing berkurang. Pakan juga memiliki pengaruh yang besar terhadap jumlah
produksi susu . pakan utama kambing berupa rerumputan dan dedaunan yang
16
pakan tambahan . pakan tambahan yang berprotein tinggi seperti kulit kedelai,
bungkil kedelai, ampas tahu yang bisa mendongkrak produksi susu.
Kambing bisa terus diperah selama masih menghasilkan susu, bahkan saat
kambing itu sudah bunting kembali. Namun, setelah memasuki masa kebuntingan
2-3 bulan , pemerahan harus dihentikan agar kambing bisa memulihkan kondisi
tubuhnya untuk masa laktasi berikutnya, masa ini disebut masa pengeringan.
Susu kambing hasil perahan harus segera ditangani dengan cara disaring
menggunakan saringan halus dengan kapas dan kain kasa. Penyaringan diperlukan
untuk memisahkan kotoran yang mungkin masuk ke dalam susu. Susu kemudian
dimasukkan ke dalam botol atau kantong plastic sesuai ukuran yang diinginkan.
Susu kemudian disimpan di dalam freezer. Beberapa cara yang bisa dilakukan
untuk menangani susu agar tidak mudah rusak antara lain :
1. Pendinginan
Susu yang sudah dikemas dimasukkan ke dalam kantong plastic atau botol
kemudian dimasukkan ke dalam freezer.
2. Pemanasan
Pemanasan dilakukan untuk membunuh mikroba dan kuman yang dapat
merusak susu. Susu dimasak sampai mendidih, kemudian disimpan di tempat
yang bersih dan aman.
3. Pasteurisasi
Pemanasan di bawah temperatur didih dapat membunuh kuman dan bakteri
enzim-enzim yang mempercepat kerusakan susu di nonaktifkan sehingga susu
bisa tahan dalam jangka waktu lama.(Haryadi ,2013).
Ketahanan susu dalam bentuk beku (freezer) rata-rata bisa mencapai waktu tiga
bulan, sedangkan dalam keadaan cair dingin yang disimpan dalam pintu lemari es
3-5 hari. Untuk susu bubuk ketahanannya minimal enam bulan sampai satu tahun,
tergantung proses pembuatan. Jika dalam penyelesaian akhir dari proses dari
proses pembuatan susu bubuk masih bersifat basah maka ketahanannya sampai
enam bulan, tapi jika bersifat kering maka ketahanannya bisa mencapai satu tahun
(Syambyah, 2012).
3. Nilai Gizi Susu Kambing
Kandungan gizi susu kambing sering dibandingkan dengan ASI (Air Susu Ibu).
Tentu saja nilai Gizi ASI lebih baik. Namun dibanding susu sapi atau susu ternak
ruminansia lain, nilai gizi susu kambing lebih baik. Susu kambing memiliki
beberapa keunggulan, salah satunya lemak susu yang terkandung di dalamnya
lebih mudah dicerna. Susu kambing juga dapat dikonsumsi dengan aman
meskipun tanpa melalui proses pemasakan terlebih dahulu. Susu kambing paling
baik kalau dikonsumsi dalam keadaan segar setelah diperah. Kandungan zat aktif
yang disebut life-energy masih sangat tinggi dalam susu kambing yang masih
segar. Tabel 6 memperlihatkan perbedaan antara kandungan gizi susu kambing,
18
Tabel 6. Kandungan Gizi dalam Susu Kambing, ASI, dan Susu Sapi
Komposisi Gizi (per liter) Satuan Susu
Kambing ASI
Prosentase butir lemak berdiameter kurang dari
3 dram 63 - 43
Sumber : Jensen ,1994 dalam Kaleka, 2013
Permintaan susu kambing meningkat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat
untuk hidup sehat. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan organ
pernapasan seperti asma, bronchitis, pneumonia, dan TBC dapat disembuhkan
kambing dapat bersifat antiseptik. Penyakit maag, diabetes mellitus, serta penyakit
tulang dan gigi dapat diatasi pula dengan susu kambing. Kandungan kalsium yang
tinggi dalam susu kambing sangat baik untuk kesehatan gigi dan mencegah
osteoporosis. Kandungan natrium dan kloridayang tinggi dalam susu kambing
mampu menjaga keseimbangan volume cairan dan elektrolit tubuh. Kandungan
Vitamin A baik untuk kesehatan mata dan menjaga system kekebalan tubuh.
Selain itu pula kandungan asam lemak dalam susu kambing dapat menanggalkan
kulit mati sehingga susu kambing banyak digunakan untuk membuat facial soap
atau sabun kecantikan. Yang paling penting, susu kambing aman dikonsumsi
untuk semua golongan usia (Haryadi ,2012).
Menurut Yunus (2012) berikut adalah beberapa manfaat kesehatan berkaitan
dengan konsumsi susu kambing murni:
1. Susu kambing kurang menimbulkan alergi susu ini tidak berisi protein
kompleks yang merangsang reaksi alergi seperti pada susu sapi.
2. Susu kambing tidak menekan sistem kekebalan.
3. Susu kambing membasakan sistem pencernaan. Susu ini berisi alkali basa
sehingga tidak menghasilkan asam dalam sistem usus.
4. Susu kambing membantu meningkatkan PH aliran darah.
5. Susu kambing mengandung asam lemak seperti asam kaprilat dan kaprat yang
sangat antimikroba. (Mereka benar-benar membunuh bakteri yang digunakan
untuk menguji keberadaan antibiotik dalam susu sapi).
6. Susu kambing tidak menimbulkan lendir dan tidak merangsang respons
20
7. Susu kambing merupakan sumber yang kaya mineral selenium sebagai nutrisi
yang diperlukan untuk kekebalan tubuh dan bersifat antioksidan.
4. Pendapatan
Keuntungan atau laba merupakan salah satu tujuan didirikannya suatu usaha.
Keuntungan atau laba menunjukkan nilai tambah (hasil) yang diperoleh dari
modal yang dijalankan. Untuk mendapatkan keuntungan maksimum dari usaha
maka para pengelola harus dapat melakukan usaha untuk memadukan berbagai
faktor produksi yang ada seperti produksi, tenaga kerja, modal, dan kemampuan
manajemen, sehingga usaha dapat berjalan dengan baik.
Menurut Soekartawi (2000) pendapatan pengolahan dapat diperoleh dengan
menghitung selisih antara total penerimaan yang diterima dari hasil usaha dengan
total biaya produksi yang dikeluarkan. Penerimaan total pengolahan merupakan
jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan produk yang dihasilkan,
sedangkan biaya merupakan jumlah uang yang dikeluarkan selama proses
pengolahan. Tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan tingkat
keberhasilan suatu kegiatan usaha dan keadaan yang akan datang melalui
perencanaan yang dibuat. Secara matematis pendapatan usaha dirumuskan
sebagai berikut:
π
= Y.Py - ∑ . – BTKeterangan :
π
= Pendapatan (Rp) Y = Produksi (Liter)∑ = Jumlah faktor produksi ke i (i = 1,2,3,....n) P = Harga produk ke i (Rp)
BTT = Biaya tetap total (Rp)
Jumlah pendapatan belum menunjukkan apakah pengolahan menguntungkan atau
tidak. Untuk mengetahui apakah pengolahan menguntungkan atau tidak maka
digunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya, yang dirumuskan:
R/C =
Keterangan :
R/C = Nisbah antara penerimaan dan biaya PT = penerimaan total
BT = biaya total yang dikeluarkan
Jika R/C > 1, maka pengolahan Susu Etawa mengalami keuntungan.
Jika R/C < 1, maka pengolahan Susu Etawa mengalami kerugian.
5. Manajemen Strategi
Membahas manajemen strategis dapat dikatakan membicarakan hubungan antara
organisasi dan lingkungannya, baik lingkungan internal maupun eksternal.
Lingkungan organisasi akhir-akhir ini tidak saja semakin bergejolak mengalami
perubahan, namun juga saling berhubungan secara lebih erat. Hal tersebut
menuntut organisasi untuk berpikir strategis, mampu menerjemahkan inputnya
menjadi strategi yang efektif, serta mengembangkan alasan yang diperlukan untuk
meletakkan landasan bagi pelaksanaan strateginya. Kesemuanya diharapkan akan
dapat memberikan petunjuk bagaimana menghadapi dan menanggulangi
perubahan yang terjadi dalam lingkungan, bahkan memberi petunjuk pada para
pimpinan agar mampu mengendalikan perubahan yang terjadi pada lingkungan
22
demikian fokus manajemen strategis adalah menghubungkan organisasi dengan
lingkungannya, merumuskan strategi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan,
dan memastikan bahwa implementasi strategi berjalan dengan baik. Organisasi
juga diharapkan akan mampu mengendalikan arah pencapaian sasaran yang sudah
ditetapkan (Ahdiyana, 2010).
Menurut Hubeis (2008) manajemen strategi adalah seperangkat keputusan dan
tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi dalam jangka panjang.
Manajemen strategi didefinisikan sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang
merupakan hasil rumusan dan implementasi pada rencana yang dibuat untuk
mencapai tujuan perusahaan serta bagaiamana mengevaluasi dan melaksanakan
tindakan tersebut demi tercapainya tujuan perusahaan, yang mencangkup
perumusan, implementasi, dan evaluasi rencana strategi. Dalam bahasa militer,
strategi diartikan sebagai perencanaan untuk memimpin suatu kekuatan perang
agar dapat memenangi pertempuran. Dalam konteks bisnis, strategi adalah metode
untuk berkompetisi melalui tindakan pengefektifan alokasi sumber –sumber daya
yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Tujuan utama manajemen strategi adalah untuk mempelajari mengapa banyak
perusahaan sukses dan mengapa banyak perusahaan lainnya gagal. Bagaimana
perusahaan mengelola kesuksesan di tengah situasi persaingan serta bagaimana
perusahaan menghadapi kegagalan dan bangkit dari kegagalannya untuk menjadi
perusahaan yang maju merupakan pokok bahasan utama dalam manajemen
Manajemen strategi mengkombinasikan pola berpikir strategis dengan proses
manajemen. Segala sesuatu yang bersifat strategi tidak hanya berhenti pada proses
perencanaan saja tapi dilanjutkan sampai pada tingkat oprasi dan pengawasan.
Keberhasilan merencanakan , menerapkan, serta mengawasi penerapan setrategi
yang telah dibuat akan membawa perusahaan tumbuh dan berkembang .
manajemen strategi juga mencangkup pola baru yang terjadi dalam persaingan
bisnis. Pola itu adalah peralihan perencanaan menjadi keunggulan bersaing,
peralihan dari elitism menjadi egalitarianism, peralihan dari kalkulasi menjadi
kretivitas, dan peralihan sifat kaku menjadi fleksibel (wahyudi, 1996).
Proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu perumusan
strategi, implementasi strategi, serta evaluasi dan pengendalian strategi, yang
diawali dengan pengamatan lingkungan.Tahap perumusan strategi ada enam
langkah yaitu : melakukan analisis lingkungan internal yang merupakan kekuatan
dan kelemahan dari perusahaan itu, analisis lingkungan eksternal yang merupakan
faktor peluang dan ancaman perusahaan, mengembangkan visi misi jyang jelas,
menyusun sasaran dan tujuan perusahaan, merumuskan pilihan-pilihan strategis
dan memilih strategi yang tepat, dan menentukan pengendalian. (hubeis, 2008).
Implementasi strategi adalah tentang mengorganisasi tindakan, artinya yang
mengimplementasikan lebih banyak dari pada yang membuat. Mulai dari
manajemen puncak hingga karyawan paling bawah harus sejalan dan memiliki
semangat yang sama. Ketidakselarasan tindakan umumnya karena bawahan
24
Implementasi strategi ada beberapa hal penting yang harus dilakukan, yaitu:
1. Penetapan tujuan tahunan
Sasaran dan tujuan perusahaan yang telah dirumuskan dalam proses
perumusan strategi merupakan sasaran dan tujuan lima tahunan yang harus
diturunkan dalam tujuan tahunan.
2. Perumusan kebijakan
Untuk dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, perusahaan perlu
merumuskan kebijakan-kebijakan yang mendukung.
3. Memotivasi pekerja
Implementasi strategi adalah proses aksi yang membutuhkan dukungan dari
semua staf dan karyawan. Proses motivasi diperlukan agar karyawan
mendukung secara penuh strategi yang akan dan sedang dijalankan
perusahaan.
4. Alokasi sumber daya.
Sumber daya yang perlu dialokasikan kembali untuk pencapaian tujuan-tujuan
strategi yang baru adalah keuangan, teknologi, dan SDM.
Menurut Hubeis (2008) tujuan perusahaan melakukan analisis lingkungan adalah
untuk menilai lingkungan organisasi secara keseluruhan . lingkungan organisasi
ini adalah faktor-faktor yang berada di luar atau di dalam organisasi yang dapat
mempengaruhi kemajuan organisasi tersebut dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Secara khusus, peran atau fungsi analisis lingkungan bagi tiap
perusahaan tentu saja berbeda-beda, namun secara umum jika mengacu pendapat
1. Policy –Oriented Role yaitu peran analisis yang berorientasi pada kebijakan
manajemen tingkat atas dan bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi
dengan memberikan informasi bagi manajemen tingkat atas tentang
kecenderungan utama yang muncul dalam lingkungan.
2. Intergrated Strategic Planning Role. Peran ini bertujuan untuk memperbaiki
kinerja organisasi dengan membuat manajemen tingkat atas dan manajer divisi
menyadari segala isu yang terjadi di lingkungan perusahaan yang memiliki
implikasi langsung pada proses perencanaan.
3. Function-Oriented Role. Peran ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja
organisasi dengan menyediakan informasi lingkungan yang member perhatian
pada efektivitas kinerja fungsi organisasi tertentu.
6. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah
tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk
mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang
terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk
menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah
yang sedang diteliti. Dinamika kelompok yang terjadi selama berlangsungnya
proses diskusi seringkali memberikan informasi penting yang tidak terduka
26
Hasil FGD tidak bisa dipakai untuk melakukan generalisasi karena FGD memang
tidak bertujuan menggambarkan (representasi) suara masyarakat. Meski demikian,
arti penting FGD bukan terletak pada hasil representasi populasi, tetapi pada
kedalaman informasinya. Lewat FGD, peneliti bisa mengetahui alasan, motivasi,
argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang atau kelompok. FGD merupakan
salah satu metode penelitian kualitatif yang secara teori mudah dijalankan, tetapi
praktiknya membutuhkan ketrampilan teknis yang tinggi (Yusuf, 2011).
Menurut Kristina dan Paramita (2012) Focus Group Discussion (FGD) adalah
bentuk diskusi yang didesain untuk memunculkan informasi mengenai keinginan,
kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan dan pengalaman yang dikehendaki
peserta. Definisi lain, FGD adalah salah satu teknik dalam mengumpulkan data
kualitatif; di mana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seorang
fasilitator atau moderator mengenai suatu topik . Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa FGD adalah salah satu teknik pengumpulan data kualitatif
yang didesain untuk memperoleh informasi keinginan, kebutuhan, sudut pandang,
kepercayaan dan pengalaman peserta tentang suatu topik, dengan pengarahan dari
seorang fasilitator atau moderator.
Pemakaian FGD sebagai metode penelitian juga sesuai untuk beberapa tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian tersebut. Beberapa tujuan yang dapat dipenuhi
dengan pemakaian metode FGD antara lain pengambilan keputusan, mengetahui
kepuasan, dan mengetahui kebutuhan kelompok (Kruger dan Casey, 2000 dalam
Menurut Koentjoro (2005) dalam Yusuf (2011), kegunaan FGD di samping
sebagai alat pengumpul data adalah sebagai alat untuk meyakinkan pengumpul
data (peneliti) sekaligus alat re-check terhadap berbagai keterangan/informasi
yang didapat melalui berbagai metode penelitian yang digunakan atau keterangan
yang diperoleh sebelumnya, baik keterangan yang sejenis maupun yang
bertentangan.
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengembangan Susu Kambing Etawa telah dilakukan oleh
para peneliti sebelumnya. Salah satu penelitian adalah tentang potensi susu
kambing sebagai obat dan sumber protein hewani untuk meningkatkan gizi petani
(Atmiyati, 2001). Hasil penelitian ini adalah Memelihara kambing PE sebagai
kambing dwiguna (untuk produksi daging dan susu) masih mempunyai potensi
untuk dikembangkan . Produksi susunya berpotensi untuk memperbaiki gizi
masyarakat pedesaan, juga dapat menyembuhkan penyakit. Perlunya penyuluhan
atau demo pemanfaatan susu dari instansi yang berwenang untuk mempopulerkan
konsumsi susu kambing sehari-hari dalam peningkatan gizi bagi masyarakat
pedesaan.
Selanjutnya penelitian yang sama terkait prospek pengembangan usaha ternak
kambing (Sitepu,2008) penelitian ini menjelaskan bahwa masalah yang dihadapi
usaha ternak kambing dalam skala besar adalah pakan hijauan yang relatif sedikit
28
SWOT adalah memperluas usaha ternak dengan menanam pakan dilahan kurang
produktif.
Penelitian lain yang telah dilakukan adalah mengenai analisis kelayakan finansial
dan strategi pemasaran susu kambing (Octavia,2010). Penelitian ini
mengungkapkan strategi pemasaran adalah sebagai berikut: 1) melakukan promosi
secara intensif dengan mengoptimalkan media pemasaran; 2) meningkatkan
pangsa pasar dengan memperluas jaringan pemasaran; 3) mempekerjakan tenaga
pemasaran yang qualified; 4) meningkatkan kerjasama dan pelayanan kepada
pemasok, agen, dan pelanggan; 5) menciptakan diferensiasi produk untuk
menghadapi persaingan dan ancaman produk substitusi.
Kemudian penelitian berikutnya adalah mengenai inovasi produk es krim Susu
Kambing Etawa-ubi ungu (Ferichani dkk,2012), Penelitian ini bertujuan untuk
membuat produk olahan Susu Kambing Etawa yang lezat, bergizi, nikmat, dan
marketable. Hasil dari penelitian ini adalah :
1. Produk Es Krim Susu Kambing Etawa Ubi Ungu dapat menjadi produk yang
qualified dari sisi inside dan outside serta marketable walaupun baru dari sisi produk.
2. Pengukuran kepuasan (satisfaction) dapat menjadi alternatif langkah untuk
memperoleh produk hasil diversifikasi yang unggul.
Penelitian berikutnya adalah mengenai inovasi teknologi reproduksi mendukung
pengembangan kambing perah lokal (Sutama,2011) hasil penelitian ini
1. Sebagai ternak yang sangat dekat dengan petani kecil, peningkatan
produktivitas kambing perlu diupayakan secara terus-menerus. Peningkatan
produktivitas tidak hanya difokuskan pada populasi dan bobot badan, tetapi
juga produksi susu per ekor ternak sehingga dapat meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan petani.
2. Upaya yang dapat ditempuh antara lain adalah meningkatkan efisiensi kinerja
reproduksi melalui: (1) penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif agar
tampilan reproduksi ternak optimal sesuai potensi genetiknya; (2) peningkatan
jumlah anak sekelahiran (JAS) dan daya hidup anak dengan menerapkan
sinkronisasi berahi, superovulasi dan creep feeding; dan (3) penerapan
perkawinan yang tepat untuk memperpendek selang beranak.
3. Dalam penerapannya di lapang, strategi pengembangan kambing perah antara
lain meliputi pencapaian pubertas yang lebih awal, penyediaan pejantan
unggul, pemanfaatan betina prolifik, dan perkawinan yang efisien. Di samping
itu, diperlukan adanya kelembagaan produksi dan pemasaran yang kuat serta
diseminasi dan promosi.
C. Kerangka Pemikiran
Pengolahan merupakan salah satu industri yang menggunakan hasil – hasil
(produk) pertanian dan mengubahnya dari bahan mentah menjadi barang setengah
jadi ataupun barang jadi yang dapat langsung dikonsumsi atau digunakan dalam
proses produksi. Kegiatan pengolahan bertujuan untuk meningkatkan nilai dari
produk pertanian yang dihasilkan, sehingga mampu meningkatkan pendapatan
30
berlokasi di daerah pedesaan mengingat kedekatannya dengan bahan baku,
sehingga berkaitan dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk
memperoleh bahan baku.
Kambing Etawa merupakan komoditas unggulan peternakan Kabupaten Tulang
Bawang Barat. Usaha pengolahan produksi Susu Kambing Etawa yang terdapat di
Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang
Barat merupakan progam unggulan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat
untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui produk Susu Kambing Etawa.
Progam unggulan yang memiliki nama RSMW “Ragem Sai Mangi Wawai”
tersebar di setiap UPK Kecamatan di Seluruh Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Namun dalam pelaksanaanya masih terdapat kendala, sehingga usaha yang
dilakukan belum maksimal. Baik kendala dalam aspek internal perusahaan seperti
manajemen, pemasaran, keuangan, produksi maupun kendala dalam aspek
eksternal perusahaan seperti ekonomi,sosial,budaya,teknologi,dan politik.
Keuntungan pengolahan Susu Kambing Etawa dengan usaha komersilnya
ditentukan oleh besarnya biaya produksi di satu pihak dan besarnya penerimaan di
pihak lain. Besarnya keuntungan yang diterima digunakan sebagai tolak ukur
dalam melihat perkembangan peternakan kambing etawa tersebut dalam jangka
panjang. Selain itu, penelitian ini juga melihat kondisi lingkungan internal dan
eksternal yang dihadapi oleh pengolahan Susu Kambing Etawa, guna
merumuskan strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha lebih
Gambar 1. Bagan Alir Pengolahan Susu Kambing Etawa
Lingkungan Pengolahan
Lingkungan Internal : 1. Produksi
2. Manajemen dan pendanaan 3. Sumber daya Manusia 4. Lokasi pengolahan 5. Pemasaran
Lingkungan Eksternal : 1. Ekonomi, sosial, budaya 2. Teknologi
3. Sosial 4. Iklim, cuaca
5. Kebijakan pemerintah Pengolahan Susu Kambing Etawa
Pengadaan Bahan Baku
Pemasaran Pengolahan
Produk
Pendapatan
32
III. METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang
dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan
penelitian.
1. Faktor internal merupakan semua faktor yang mempengaruhi pengolahan
Susu Kambing Etawa yang berasal dari dalam perusahaan seperti kondisi
keuangan, sumberdaya manusia, produksi, pemasaran, manajemen
2. Faktor eksternal merupakan semua faktor yang mempengaruhi pengolahan
Susu Kambing Etawa yang berasal dari luar perusahaan seperti pesaing,
pelanggan, pemasok, keadaan alam, kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi,
sosial budaya dan teknologi.
3. Manajemen strategi merupakan sebagai kumpulan keputusan dan tindakan
yang merupakan hasil rumusan dan implementasi pada rencana yang dibuat
untuk mencapai tujuan perusahaan serta bagaiamana mengevaluasi dan
melaksanakan tindakan tersebut demi tercapainya tujuan perusahaan, yang
mencangkup perumusan, implementasi, dan evaluasi rencana strategi
4. Pendapatan adalah balas jasa yang diterima perusahaan dari pengolahan Susu
penerimaan pengolahan Susu Kambing Etawa dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan, diukur dengan satuan rupiah (Rp).
5. Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja, baik di dalam maupun
luar anggota keluarga, yang digunakan dalam proses pengolahan Susu
Kambing Etawa dan diukur dalam satuan hari kerja (HOK).
6. Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun alat selama digunakan, terhitung
sejak tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur
dalam satuan tahun.
7. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yg
dikeluarkan dan dinyatakan dengan rupiah.
8. Penerimaan merupakan hasil perkalian yang dinyatakan dengan rupiah antara
harga jual per liter Susu Kambing Etawa dengan jumlah produksinya.
9. R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total
atau disebut dengan R/C ratio atas biaya total.
10. R/C ratio atas biaya tunai merupakan perbandingan antara penerimaan total
dengan biaya tunai yg dikeluarkan.
11. Analisis lingkungan internal pengolahan adalah suatu cara untuk
mengidentifikasi faktor-faktor strategis dari dalam pengolahan yang
mempengaruhi keberhasilan misi, tujuan, dan kebijakan pengolahan, seperti
kondisi keuangan, sumberdaya manusia, produksi, pemasaran, manajemen
12. Analisis lingkungan eksternal pengolahan adalah suatu cara untuk
mengidentifikasi faktor-faktor strategis dari luar pengolahan yang
34
pesaing, pelanggan, pemasok, keadaan alam, kebijakan pemerintah, kondisi
ekonomi, sosial budaya dan teknologi.
B. Lokasi, Waktu Penelitian, dan Responden
Penelitian ini dilakukan di lokasi pengolahan Susu Kambing Etawa Unit
Pelaksana Kegiatan (UPK) Kecamatan Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang
Barat, Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi ini secara sengaja (purposive)
dilakukan dengan pertimbangan bahwa lokasi pengolahan Susu Kambing Etawa
Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Kecamatan Tumijajar ini merupakan Progam
Unggulan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat “Ragem Sai Mangi
Wawai” yang bergerak di bidang pengolahan dan penjualan Susu Kambing Etawa
dan memiliki potensi untuk dikembangkan . (Penelitian dilaksanakan pada Bulan
November 2014 sampai dengan Bulan Januari 2015).
Responden dalam penelitian ini adalah Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Susu
Kambing Etawa di Kecamatan Tumijajar.
C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study)
dengan satuan kasusnya adalah pengolahan Susu Kambing Etawa di UPK
Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat. Menurut Rahardjo (2010)
penelitian studi kasus memusatkan perhatian pada satu objek tertentu yang
diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam sehingga mampu
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dan
lokasi penelititan melalui observasi dan wawancara dengan responden
menggunakan kuisioner yang terkait dengan semua faktor baik faktor internal
perusahaan seperti kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal perusahaan
seperti peluang dan ancaman. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
bahan bacaan seperti buku, jurnal, artikel.
D. Metode Analisis dan Pengujian Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
kuantitatif dan deskriptif.
1. Metode analisis kuantitatif
Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu
mengetahui pendapatan pengolahan Susu Kambing Etawa.
a. Pendapatan
Pendapatan pengolahan diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan
dari hasil usaha dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu bulan,
dirumuskan sebagai berikut :
Π = Y .Py - ∑Xi .Pxi – BTT
Keterangan :
Π = Pendapatan (Rp) Y = Produksi (liter)
36
∑Xi = Jumlah faktor produksi ke i (i = 1,2,3,....n) Px = Harga produksi ke i (Rp)
BTT = Biaya tetap total (Rp)
Untuk mengetahui apakah pengolahan Susu Kambing Etawa menguntungkan atau
tidak, maka digunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya yang dirumuskan:
R/C =
Keterangan :
R/C = Nisbah antara penerimaan dengan biaya PT = Penerimaan total
BT = Biaya total
Jika R/C > 1, maka pengolahan Susu Kambing Etawa yang diusahakan
mengalami keuntungan.
Jika R/C < 1, maka pengolahan Susu Kambing Etawa yang diusahakan
mengalami kerugian.
2. Metode analisis deskriptif
Metode analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis tujuan kedua. Tujuan
kedua dianalisis dengan mengidentifikasi aspek faktor internal dan faktor
eksternal perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengolahan Susu Kambing
IV. GAMBARAN UMUM
A. Kondisi Historis Kabupaten Tulang Bawang Barat
Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan pemekaran dari Kabupaten Tulang
Bawang. Kabupaten Tulang Bawang sendiri mempunyai luas wilayah ± 6.851,32
km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 berjumlah 860.854 jiwa, terdiri
atas 28 (dua puluh delapan) kecamatan. Kabupaten ini memiliki potensi yang
dapat dikembangkan untuk mendukung peningkatan penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Dengan luas wilayah dan besarnya jumlah penduduk
seperti tersebut, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat
belum sepenuhnya terjangkau. Kondisi demikian perlu diatasi dengan
memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah
otonom baru sehingga pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Pembentukan Kabupaten Tulang Bawang Barat yang merupakan pemekaran dari
Kabupaten Tulang Bawang terdiri atas 8 (delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan
Tulang Bawang Tengah, Kecamatan Lambu Kibang, Kecamatan Gunung Terang,
Kecamatan Tumijajar, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kecamatan Gunung
38
Tulang Bawang Barat memiliki luas wilayah keseluruhan 1.201,00 km2 dengan
jumlah penduduk 255.833 jiwa pada tahun 2012.
Kabupaten Tulang Bawang Barat diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri
Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008 berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten
Tulang Bawang Barat Di Provinsi Lampung tanggal 26 November 2008.
B. Gambaran Umum Industri
Industri di Kabupaten Tulang Bawang Barat umumnya jenis Pengolahan atau
Industri pengolahan yang bahan bakunya dari hasil pertanian karena wilayah
Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah daerah Agraris. Industri besar dan sedang
yang beroperasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat ada 8 (delapan) perusahaan
yang seluruhnya bergerak di bidang Pengolahan yaitu : 1 (satu) perusahaan
bergerak di industri makanan jadi yakni pengolahan keripik pisang alami, 1 (satu)
perusahan bergerak di industri pengolahan getah karet, dan 6 (enam) perusahaan
lainnya bergerak di pengolahan ubi kayu dengan hasil industry utama tepung
tapioka. Kedelapan industri besar dan sedang tersebut mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak 2.726 orang. Secara rinci perusahaan industri besar dan sedang di
Tabel 7. Nama Perusahaan Industri Besar dan Sedang Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2013
Nama Perusahaan Alamat (Kampung)
Kripik Pisang Alami Murni Jaya Kripik Pisang 35 2002 PT. Budi Acid Jaya
PT.Budi Acid Jaya Kibang Yekti Jaya
Setia Bumi Tepung Tapioka
120 1992
PA Menggala C Suka Jaya Tepung Tapioka
38 2001
Bumi Tapioka Jaya Karta Tepung Tapioka
Sumber : BPS Kabupaten Tulang Bawang Barat 2013
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa industri tepung tapioka merupakan industri
paling banyak jumlahnya. Kabupaten Tulang Bawang Barat juga potensial akan
hasil pertaniannya, hasil pertanian ini dimanfaatkan sebagai bahan baku industri
olahan seperti tepung tapioka.
C. Keadaan Umum Kecamatan Tumijajar
1. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Tumijajar
Kecamatan Tumijajar merupakan pemekaran dari Kecamatan Tulang Bawang
Udik, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ttulang Bawang No. 01 tahun
2001 dan diresmikan pada tanggal 21 januari 2001 dengan Ibukota Murni Jaya.
40
Daya Murni, Margo Mulyo, Daya Sakti, Makarti, Margo Dadi, Sumber Rejo,
Gunung Menanti, Daya Asri, Murni Jaya . Perkembangan selanjutnya setelah
masuk program transmigrasi terjadi penambahan satu kampung yakni Kampung
Gunung Timbul, sehingga pada 2005 mejadi 9 (sembilan) kampung dan satu
kelurahan, yaitu : Daya Murni, Margo Mulyo, Daya Sakti, Makarti, Margo Dadi,
Sumber Rejo, Gunung Timbul, Gunung Menanti, Daya Asri, dan Murni Jaya.
2. Keadaan Geografis
Berdasarkan Kecamatan Tumijajar dalam angka (2013), secara geografis
Kecamatan Tumijajar merupakan bagian wilayah Kabupaten Tulang Bawang
Barat dengan perbatasan :
a. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Tulang Bawang Tengah
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tulang Bawang Udik
Berdasarkan BPS Tulang Bawang Barat (2013) luas Kecamatan Tumijajar
mencapai 19.459 Ha. Luas daerah ini didominasi di Desa makarti dengan 8.543
Ha, data ini menunjukan bahwa Desa makarti adalah desa terluas di Kecamatan
Tumijajar. Luas Kecamatan Tumijajar menurut kampung/kelurahan disajikan
Tabel 8. Luas Kecamatan menurut Kampung/Kelurahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat 2013
No Nama kampung/kelurahan Luas (Ha)
1 Gunung Menanti 1.025
Sumber : Badan Pusat Statistik Tulang Bawang Barat 2013
3. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Kecamatan Tumijajar adalah 40.548 jiwa, terdiri dari laki-laki
adalah 20.587 jiwa, sedangkan penduduk perempuan adalah 19.960 jiwa, seperti
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Sebaran penduduk berdasarkan kampung/kelurahan di Kecamatan Tumijajar Tahun 2013.
Sumber : Kecamatan Tumijajar Dalam Angka, 2013
42
4. Tataguna Lahan
Sebagian besar wilayah Kecamatan Tumijajar merupakan dataran rendah dengan
ketinggian berkisar antara 0-450 m di atas permukaan laut. Penggunaan lahan di
Kecamatan Tumijajar meliputi persawahan, peladangan, perkebunan, pemukiman,
dan lahan lain-lain, seperti disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Sebaran Penggunaan lahan di Kecamatan Tumijajar Tahun 2013
No Penggunaan
Sumber : Kecamatan Tumijajar Dalam Angka, 2013
D. Potensi Ekonomi Kecamatan
Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani padi dan palawija. Kondisi
mata pencaharian ini dirasakan petani masih kurang dalam mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Namun di Kecamatan ini memilki potensi dalam pengembangan
agrondustri Susu Kambing Etawa yang merupakan salah satu Unit Pelaksana
Kegiatan Progam Ragem Sai Mangi Wawai yang sampai saat ini masih produktif
mengelola pengolahan Susu Kambing Etawa. Apabila potensi ini dikelola secara
maksimal, diharapkan dapat membantu memperbaiki kesejahteraan masyarakat
setempat dan menjadikan kabupaten Tulang Bawang Barat terkenal dengan
E. Latar Belakang Pengolahan Susu Kambing Etawa
Pengolahan Susu Kambing Etawa di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang
merupakan progam unggulan Kabupaten Tulang Bawang Barat “Progam Ragem
Sai Mangi Wawai” untuk meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam
proses pembangunan. Masyarakat memiliki kesempatan untuk berpartisipasi
dalam progam kemandirian kampung dengan peningkatan produktifitas
masyarakat secara nyata dalam peningkatan kesejahteraan.
Kampung sebagai institusi masyarakat yang memiliki wilayah otonomi sendiri
perlu diperkuat, dengan adanya penguatan institusi kampung pada akhirnya akan
mendorong penguatan kemandirian kampung yang tetap bertumpu terhadap
kemandirian masyarakat.
Kabupaten Tulang Bawang Barat memiliki luas wilayah 1201 km2 dengan jumlah
penduduk ± 258.435 jiwa yang tersebar di delapan kecamatan. Seiring dengan
perkembangan Kabupaten Tulang Bawang Barat pada awal peluncuran Progam
Ragem Sai MAngi Wawai tahun 2012, saat itu baru 79 kampung dan 3 kelurahan,
maka pada tahun 2014 jumlah kampung yang mendapatkan Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) Progam RSMW berjumlah 93 kampung dan 3 kelurahan,
penambahan tersebut merupakan hasil pemekaran kampung yang berjumlah 114