• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN DAN LINGKUNGAN PENGOLAHAN SUSU KAMBING ETAWA DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT (Studi Kasus di Unit Pelaksana Kegiatan UPK Program Ragem Sai Mangi Wawai Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN DAN LINGKUNGAN PENGOLAHAN SUSU KAMBING ETAWA DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT (Studi Kasus di Unit Pelaksana Kegiatan UPK Program Ragem Sai Mangi Wawai Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN LINGKUNGAN PENGOLAHAN SUSU KAMBING ETAWA DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

(Studi Kasus di Unit Pelaksana Kegiatan UPK Program Ragem Sai Mangi Wawai Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat)

Oleh

MUHAMMAD NURUL HUDA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan pengolahan Susu Kambing Etawa, dan mengetahui kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal pengolahan Susu Kambing Etawa di UPK Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penelitian ini dilaksanakan di UPK (Unit Pelaksana Kegiatan) Kecamatan Tumijajar yang ditentukan secara purposive. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Januari 2015. Data dianalisis dengan menggunakan (1) R/C biaya tunai, (2) analisis lingkungan (internal dan eksternal). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pendapatan atas biaya tunai pengolahan Susu Kambing Etawa UPK Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat sebesar Rp. 43.606.000,- dengan R/C biaya tunai sebesar 1,7. (2) Rendahnya produksi

pengolahan Susu Kambing Etawa di UPK Kecamatan Tumijajar disebabkan oleh rendahnya pengadaan bahan baku berupa susu yang dihasilkan dari pemerahan Kambing Etawa yang dipengaruhi oleh pemberian pakan yang kurang optimal serta iklim dan cuaca lokasi budidaya yang kurang mendukung untuk budidaya Kambing Etawa perah.

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF INCOME AND ENVIRONMENT PROCESSING OF ETTAWA MILK PRODUCTION IN WEST TULANG BAWANG REGENCY

(Case Studies in Project Implementation Unit Ragem Sai Mangi Wawai Program, District of Tumijajar , West Tulang Bawang Regency)

By

MUHAMMAD NURUL HUDA

This study was aimed to determine the processing earnings of Milk Etawa

Production, and to determine the condition both the internal environment and the external environment of Milk Etawa processing in District UPK Tumijajar, Tulang Bawang Barat. This research was conducted at UPK (Project

Implementation Unit), District of Tumijajar determined purposively. The data used include primary data and secondary data. The research was conducted in November 2014 to January 2015. Data were analyzed using (1) R / C cash costs, (2) analysis of the environment (internal and external). The results showed that: (1) Income of cash cost Milk Etawa processing UPK Tumijajar District Tulang Bawang Barat are amounted to Rp. 43.606 million, - R / C cash costs at 1.7. (2) The lower production of Milk Etawa processing in UPK District of Tumijajar due to lower raw material procurement in the form of milk produced from milking Etawa. Its cases was influenced by feeding supplies less than optimal as well as climate and weather farms that was unfavorable for cultivation Etawa milk.

(3)

ANALISIS PENDAPATAN DAN LINGKUNGAN PENGOLAHAN SUSU KAMBING ETAWA DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Studi Kasus di Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Program Ragem Sai Mangi

Wawai Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat

Oleh

MUHAMMAD NURUL HUDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dayamurni pada tanggal 16 Oktober 1989 sebagai anak

kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Mustofa dan Ibu Titin

Rohmatullaili. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK)

Dharma Wanita Kecamatan Tulang Bawang Tengah pada Tahun 1996,

pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 4 Candra Kencana pada Tahun

2002, pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Tumijajar

pada Tahun 2005, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA

Negeri 1 Tumijajar pada Tahun 2008. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Program Studi Agribisnis Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB)

yang diselenggarakan oleh Universitas Lampung pada Tahun 2008.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan.

Penulis pernah menjadi anggota Keluarga Muda UKMF FOSI FP Tahun

2008/2009, Ketua Biro BBQ FP UNILA Tahun 2009/2010, Ketua Bidang Studi

Syiar Islam UKMF FOSI FP UNILA 2010/2011, Sekretaris Kaderisasi Pusat

IMMPERTI (Ikatan Mahasiswa Muslim Pertanian Indonesia) Tahun 2010-2011,

anggota Komisi B Puskomnas (Pusat Komunikasi Nasional) FSLDK (Forum

Studi Lembaga Dakwah Kampus) Indonesia Tahun 2010-2011, Dewan Pembina

(7)

SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK

(8)

“Katakanlah

,

Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam

hatimu atau kamu memperlihatkannya, pasti Allah

mengetahui.‟...”

(QS. Ali Imran :29)

Dari Umar Ibnu Khatab

radhiyallahu „anhu, bahwa

Rasulullah

shallallahu „alaihi wa sallam

bersabda,

Amal itu

tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai

niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan

Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya, dan barang

siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang

hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah

.”

(9)

SANWACANA

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan

karunia, rahmat, dan nikmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

penulisan skripsi berjudul “Analisis Pendapatan dan Lingkungan Pengolahan

Susu Kambing Etawa di Kabupaten Tulang Bawang Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di

Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S. selaku Dosen Pembimbing Pertama, terima

kasih atas ilmu dan waktu yang diberikan untuk membimbing proses

penyelesaian skripsi ini.

2. Ir. Adia Nugraha, M.S. selaku Dosen Pembimbing Kedua, terima kasih atas

waktu, ilmu, dan perhatian yang diberikan sehingga penyusunan skripsi ini

dapat terselesaikan.

3. Dr. Ir. Ktut Murniati, M.T.A. selaku Dosen Pembahas, terima kasih atas

kesediaannya memberikan saran dan kritik yang berharga untuk

(10)

4. Dr.Ir.Fembriarti Erry Prasmatiwi,M.Sc., sebagai Ketua Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Prof.Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

6. Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik,

terima kasih atas do’a, perhatian dan keteladanan yang diberikan selama

menjadi Pembimbing Akademik sehingga penulis dapat termotivasi.

7. Bapak dan Ibu yang saya cintai (Bpk Mustofa dan Ibu Titin Rohmatullaili),

terima kasih atas limpahan kasih sayang, perhatian, dukungan dan do’a yang

tiada henti untuk penulis.

8. Nenek ku, terimakasih atas do’a dan kasih sayangnya selama ini.

9. Mbak dan Mas ku (Noviana Robiul Laila, S.Pd.I., dan Suroso S.Pd.) terima

kasih atas motivasi yang selalu diberikan. Semoga kalian berdua diberikan

kemudahan untuk meraih kesuksesan dan menjadi keluarga yang sakinah

mawadah warahmah. Tak lupa untuk keponakan ku yang imut dan cantik

nduk Ranaa smoga menjadi anak yang sholeha.

10. Kepada Pimpinan PT. Pesona Karya Semesta Ir. Efan Tolani, M.Si., M. Ade

Utami Ibnu, S.E., Vittorio Dwison, S.I.P., Aep Susanto, S.Si., dan Kak

Julhaidir, terimakasih atas dukungan baik moril maupun materil selama ini

untuk kesuksesan kami.

11. Tim solid : Jefriandi, S.Si., Dedi Candra., S.H, Ampria Bukhori, S.H.,

Afandi S Amirullah, S.Pi., Ahmad Fauzi Furqon, S.H, M.H., Budi

Dermawan, S.T.P., Larto Darmawan, S.Pt., Ahmad Danang N, S.P., Lilik

(11)

Umam Fahmi, S.T., terimakasih atas kebersamaan dan motivasinya selama

ini.

12. Keluarga besar UKMF FOSI FP UNILA Masa Jihad 2009-2011,

Jazakumallah khoiron katsir atas ukhuwah yang kita bangun selama ini.

13. Rekan-rekan Jurusan Agribisnis angkatan 2008, terimakasih atas

kebersamaan kalian selama ini.

14. Keluarga besar Agribisnis Universitas Lampung, para staf, karyawan serta

dosen-dosen agribisnis serta seluruh pihak yang telah membantu penulis

selama ini.

15. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan

strata satu dan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan kebermanfaatan ilmu bagi penulis dan

pembaca sekalian.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandar Lampung, 16 September 2015

(12)

i

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 10

A.Tinjauan Pustaka ... 10

1. Taksonomi Kambing ... 10

2. Produksi Susu Kambing Etawa ... 15

3. Nilai Gizi Susu Kambing ... 17

4. Pendapatan... 20

5. Manajemen Strategi ... 21

6. Focus Group Discussion (FGD)... 25

B.Kajian Penelitian Terdahulu... 27

C.Kerangka Pemikiran ... 29

III. METODE PENELITIAN ... 32

A.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32

B.Lokasi, Waktu Penelitian, dan Responden... 34

C.Metode Penelitian dan Pengumpulan Data…... 34

D.Metode Analisis dan Pengujian Data……... 35

1. Metode Analisis Kuantitatif... 35

2. Metode Analisis Deskriptif... 36

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 37

A. Kondisi Historis Kabupaten Tulang Bawang Barat... 37

(13)

ii

4. Tataguna Lahan... 42

D.Potensi Ekonomi Kecamatan... E. Latar Belakang Pengolahan Susu Kambing Etawa... 42 43 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A.Keragaan Pengolahan Susu Kambing Etawa... 45

1. Pengadaan Bahan Baku... 45

2. Tenaga Kerja... 51

C.Analisis Lingkungan Internal... 62

1. Produksi... 62

2. Manajemen dan Pendanaan... 63

3. Sumber Daya Manusia... 65

(14)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Lampung

2009-2013………..…... 3

2. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembentukan PDRB, 2009-2013. 4

3. Produksi Daging, Telur, Susu dan Kulit Tahun 2003-2012………. 6

4. Populasi Ternak Besar dan Kecil Menurut Kecamatan Tahun 2012

Kabupaten Tulang Bawang Barat………. 7

5. Potensi Kambing Etawa Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun

2009-2012………. 8

6. Kandungan Gizi dalam Susu Kambing, ASI, dan susu sapi……… 18

7. Nama Perusahaan Industri Besar dan Sedang Kabupaten Tulang

Bawang Barat 2013……….…. 39

8. Luas Kecamatan menurut Kampung/Kelurahan di Kabupaten

Tulang Bawang Barat 2013……….. 41

9. Sebaran penduduk berdasarkan kampung/kelurahan di Kecamatan

Tumijajar Tahun 2013……….. 41

10. Sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Tumijajar Tahun

2013……….. 42

11. Produksi susu Kambing Etawa di UPK Kecamatan Tumijajar... 48

12. Jadwal Pemerahan Susu Kambing Etawa di UPK di Kecamatan

Tumijajar Tahun Ke-1……….. 50

13. HOK agroindustri UPK susu Kambing Etawa Kecamatan

(15)

iv

15. Penyusutan peralatan agroindustri susu Kambing Etawa

Kecamatan Tumijajar tahun 2014 ……....…....………... 58

16. Biaya variabel agroindustri susu Kambing Etawa Kecamatan

Tumijajar tahun 2014 ……...……… 59

17. Pendapatan agroindustri Susu Kambing Etawa UPK Kecamatan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Alir PengolahanSusu Kambing Etawa…...………... 31

2. Proses Produksi Kambing Perah………. 47

3. Struktur Organisasi UPK susu Kambing Etawa……….. 51

4. Diagram Alir Pengolahan Susu Kambing

Etawa……….……….. 54

5. Saluran Pemasaran Susu Kambing……….. 56

6. Tata Letak UPK susu Kambing Etawa Kecamatan Tumijajar

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang

ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian

diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan

pangan dan kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan

pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan

kesempatan berusaha (Soekartawi, 2003).

Ketika krisis ekonomi terjadi, agenda reformasi yang bergulir tanpa arah, proses

desentralisasi ekonomi yang menghasilkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat,

rasanya tidak ada pilihan lain kecuali kembali meninjau sektor pertanian sebagai

landasan utama pembangunan ekonomi (Arifin, 2005).

Peran sektor pertanian lain yang juga sangat penting adalah dalam meningkatkan

pembangunan ekonomi daerah. Sesuai tujuan pokok dari pelaksanaan otonomi

daerah sebagaimana dimaksud dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah

dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, adalah untuk mempercepat

(18)

2

ekonomi daerah adalah melalui pendayagunaan berbagai sumber daya ekonomi

yang dimiliki daerah (Gie,2002).

Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat menunjukkan

perubahan kinerja ekonomi wilayah. Dengan tingkat pertumbuhan yang cukup

tinggi diharapkan produktivitas dan pendapatan masyarakat akan meningkat

melalui penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha.

Selama kurun waktu dua tahun terakhir ini (2012-2013) keadaan ekonomi wilayah

Lampung cenderung stabil. Hal ini secara tidak langsung berkaitan dengan

stabilitas ekonomi nasional dan regional yang aman. Pada tahun 2005 memang

perekonomian Indonesia mengalami angka pertumbuhan ekonomi yang cukup

rendah yaitu sebesar 4,02 % saat terjadi kenaikan harga BBM yang naik dua kali,

tetapi secara perlahan-lahan perekonomian kembali membaik dilihat dari

pertumbuhan ekonomi yang cenderung naik pada dua tahun terakhir ini.

Berdasarkan PDRB atas harga dasar konstan , laju pertumbuhan ekonomi

Lampung tahun 2013 mencapai 5,97 %, melambat dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi didukung oleh pertumbuhan yang positif di

semua sektor. Laju pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor

pertambangan/penggalian sebesar 10,66 %. Sektor lain yang juga tumbuh cukup

tinggi berturut-turut adalah sektor listrik/gas/air bersih sebesar 10,05 %,

keuangan/persewaan/jasa perusahaan sebesar 9,48 % serta sektor jasa-jasa sebesar

9,39 %. Laju pertumbuhan ekonomi sektoran di Provinsi Lampung seperti

(19)

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Lampung

Perdagangan/hotel/restoran 7,60 4,78 5,50 5,59 4,70 Transportasi/komunikasi 11,47 15,42 12,98 13,73 7,83 keuangan/Persewaan/Jasa Perusahaan 12,91 26,88 7,48 12,44 9,48

Jasa-jasa 5,59 5,59 8,24 9,42 9,39

PDRB 5,26 5,88 6,43 6,53 5,97

PDRB Tanpa Migas 5,52 6,02 6,44 6,56 5,88

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2013

Sektor pertanian merupakan sektor andalan Provinsi Lampung, karena ini

memberikan sumbangan yang paling besar dalam pembentukan PDRB Lampung.

Sektor Pertanian terbagi menjadi lima subsektor yaitu subsektor tanaman bahan

makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.

Keberhasilan pembangunan ekonomi tercermin dari meningkatnya laju

pertumbuhan ekonomi, berkurangnya angka kemiskinan dan pengangguran serta

bertambahnya kesempatan kerja. Gambaran tentang kondisi perokonomian suatu

wilayah sangat diperlukan, antara lain melalui kajian terhadap data dan indikator

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (BPS Provinsi Lampung, 2013).

Peranan sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun

2013 sebesar 35,54 %, turun sedikit dibandingkan tahun 2012 yang mencapai

35,90 %, sedangkan laju pertumbuhan sektor ini di tahun 2012 mengalami

(20)

4

apabila dibandingkan tahun 2012 dengan pertumbuhan sebesar 4,20 %. Peranan

sektor pertanian terhadap PDRB seperti disajikan Tabel 2.

Tabel 2. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembentukan PDRB, 2009-2013 (persen)

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2013

Subsektor peternakan memiliki peranan sebesar 4,10 % terhadap perekonomian

Provinsi Lampung pada tahun 2013, mengalami peningkatan apabila

dibandingkan dengan peranannya pada tahun 2012 sebesar 3,94 %. Laju

pertumbuhan sektor ini pada tahun 2013 mencapai 5,71 %. Komoditas subsektor

peternakan yang potensional di Lampung antara lain sapi potong, kambing, dan

ayam ras. Sejak tahun 2007 Pemerintah Provinsi Lampung telah melakukan

intensifikasi dalam bidang peternakan di Kabupaten Tanggamus dimana telah

terbentuk 1500 petani ternak dalam membudidayakan kambing. Oleh karena itu

Pemerintah Provinsi Lampung mengharapkan di tahun mendatang progam

tersebut berhasil dan mampu menjawab permintaan pasar dalam dan luar negeri.

Dalam prespektif ekonomi makro, peternakan merupakan sumber pangan yang

berkualitas, misalnya daging ataupun susu merupakan bahan baku industri

(21)

keju, mentega ataupun krim dan juga dapat menghasilkan kerajinan-kerajinan

kulit tanduk ataupun tulang. Menurut Tisman (2009) semua kegiatan-kegiatan

yang ada kaitannya dengan pertanian dan peternakan dapat menciptakan lapangan

kerja, apalagi saat ini otonomi daerah menjadi kekuatan bagi sektor peternakan

untuk meningkatkan produk dan hasilnya sehingga banyak pemerintah daerah

yang memberikan stimulus atau pun insentif kepada masyarakat supaya lebih giat

dalam mengembangkan usaha ternak sebagai salah satu sektor pertanian.

Sektor peternakan pula merupakan sektor strategis yang terus berkembang.

Terlebih adanya komitmen pemerintah untuk terus memperbaiki kualitas gizi

masyarakat dengan menyediakan sumber protein yang berasal dari hewan ternak

(daging, susu, telur) secara berkelanjutan. Hal ini akan menyebabkan populasi

ternak sebagai sumber protein hewani akan terus dipacu untuk ditingkatkan

kualitas produksinya. Untuk meningkatkan kualitas produksinya menurut Mariani

(2012) perlu diperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya, pakan

merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi dan

produktivias ternak, di samping itu biaya pakan menempati porsi terbesar dari

total biaya produksi yaitu 70-80 %, sehingga memproduksi pakan bukan hanya

harus naik kualitasnya saja tetapi juga dengan harga yang terjangkau oleh para

(22)

6

Tabel 3. Produksi Daging, Telur, Susu dan Kulit Tahun 2003-2012

Tahun Daging (Ton) Telur (Ton) Susu (liter) Kulit (ton) 2003 47407,79 38163,86 184779,61 951,42 2004 49365,73 34626,27 189396,89 1030,43 2005 50207,09 35245,05 103935,00 1000,44 2006 46050,66 38250,32 159530,00 1184,81 2007 42234,00 38045,19 185310,00 1347,95 2008 57391,82 38397,68 211898,00 1848,77 2009 58449,15 46 304,97 178070,00 1852,33 2010 59200,05 53415,23 109574,00 1037,54 2011 61088,08 56054,88 161945,00 1119,52 2012 61574,82 75396,78 278790,00 1889,16

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung 2013

Tabel 3 memberikan informasi mengenai kenaikan produk peternakan di Provinsi

Lampung. Untuk dua tahun terakhir ini (2011-2012) kenaikan daging mencapai

0,79%, telur 34%, susu 72%, dan kulit 68,7%. Kenaikan produksi hasil

peternakan ini terkait dengan inovasi pemerintah dan penelitian yang dilakukan

untuk meningkatkan hasil produksi. Berbagai penelitian di bidang pakan telah

menghasilkan berbagai inovasi teknologi pakan salah satunya adalah pemanfaatan

limbah pertanian sebagai pakan ternak yang selama ini belum termanfaatkan

seperti bungkil inti sawit, kulit kopi, limbah daun ubi rambat dan lainnya.

Hasil-hasil penelitian sangat penting dalam upaya membangun peternakan nasional dan

tentu saja meningkatkan kesejahteraan peternak sebagai stakeholder (Mariani,

2012).

Kabupaten Tulang Bawang Barat sebagai kabupaten yang baru pemekaran dari

Kabupaten Tulang Bawang dengan Pilkada Pertama Tahun 2011 telah banyak

melakukan inovasi di bidang Peternakan. Salah satu progam sektor peternakan ini

(23)

Perdagangan Australia bersama dengan tim Puslitbangnak Kementerian Pertanian

RI dan Kadin Pusat mendukung program penggemukan sapi dan kambing

peranakan etawa (PE) yang diluncurkan Pemkab Tulangbawang Barat. Selain

progam penggemukan sapi dan kambing etawa, Dinas Peternakan dan Kesehatan

Hewan Pemkab Tulang Bawang Barat juga mengembangkan Pengolahan Susu

Kambing Etawa yang dilaksanakan di setiap Unit Pelaksana Kegiatan (UPK)

Kecamatan.

Tabel 4 menjelaskan populasi peternakan kambing di Kabupaten Tulang Bawang

Barat hampir merata di setiap kecamatan. Kecamatan Tumijajar menempati posisi

ketiga untuk jumlah populasi kambing setelah Kecamatan Tulang Bawang Tengah

diurutan pertama dan Kecamatan Gunung Terang diurutan kedua.

Tabel 4. Populasi Ternak Besar dan Kecil Menurut Kecamatan Kab.Tulang Bawang Barat Tahun 2012

Kecamatan Ternak Besar Ternak Kecil

Sapi Kerbau Kambing Domba

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab.Tulang Bawang Barat 2013

Progam unggulan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat “Ragem Sai

Mangi Wawai” di bidang peternakan intinya mencanangkan progam perbaikan

gizi dan ekonomi masyarakat dengan memproduksi Susu Kambing Etawa yang

(24)

8

ini menjelaskan kenaikan populasi ternak kambing etawa dari tahun 2009 sampai

tahun 2012.

Tabel 5. Potensi Kambing Etawa Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2009-2012

Tahun Populasi Kambing Etawa 2009 57.998

2010 55.146 2011 55.146 2012 55.421

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab.Tulang Bawang Barat 2013

Harapan utama yang digantungkan peternak kambing perah adalah produksi susu.

Produksi susu ini tentu saja dari dua sisi yaitu dari segi kualitas maupun kuantitas.

Menurut Budiman (2012) jika peningkatan produksi air susu kambing tidak

diimbangi oleh perhatian terhadap kualitas susu yang dihasilkan maka akan

berakibat pada penolakan pasokan susu kambing segar dari peternak. Untuk

menghindari kondisi tersebut, peternak harus benar-benar paham dengan

penyebabnya. Agar produksi susu kambing tetap stabil dan bila perlu terus

meningkat, maka peternak harus menjaga dan memelihara ternaknya dengan baik.

Pengolahan Susu Kambing Etawa menjadi progam unggulan di Kabupaten Tulang

Bawang Barat, namun selama ini melalui kajian di UPK Susu Kambing Etawa

Kecamatan Tumijajar produksi Susu Kambing Etawa yang dihasilkan masih

sedikit sehingga belum mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Mencermati

permasalahan berupa pendapatan yang fluktuatif, kondisi cuaca yang tidak

menentu untuk pengolahan susu kambing, pemasaran produk Susu Kambing

(25)

dan menganalisis kondisi lingkungan (Internal-Eksternal) di Unit Pelaksana

Kegiatan (UPK) Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada subbab terdahulu, maka perumusan masalah penelitian

ini adalah :

1. Berapakah pendapatan pengolahan Susu Kambing Etawa?

2. Bagaimana kondisi lingkungan eksternal dan lingkungan internal pengolahan

Susu Kambing Etawa ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pendapatan pengolahan Susu Kambing Etawa.

2. Mengetahui kondisi lingkungan eksternal dan lingkungan internal pengolahan

Susu Kambing Etawa.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain :

1. Sebagai bahan informasi bagi pemilik usaha untuk mengembangkan usahanya.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan

(26)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Taksonomi Kambing

Menurut Davendra and Mcleroy (1982) dalam Dewi (2010), sistematika kambing

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animals

Phylum: Chordata

Group : Cranita (Vertebrata)

Class : Mammalia

Order : Artiodactyla

Sub-order : Ruminantia

Famili : Bovidae

Sub Famili : Caprinae

Genus : Capra atau Hemitragus

Spesies : - Capra hircus

- Capra ibex

- Capra caucasica

- Capra pyrenaica

(27)

Kambing merupakan salah satu jenis binatang memamah biak yang berukuran

sedang. Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun

tanduk pada kambing jantan lebih besar. Kambing, umumnya mempunyai

jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas, dan kebanyakan berbulu lurus dan

kasar. Panjang tubuh 6 kambing liar, tidak termasuk ekor, adalah 1,3 - 1,4 m,

sedangkan ekornya 12 - 15 cm. Bobot yang betina 50 - 55 kg, sedangkan yang

jantan bisa mencapai 120 kg (Sinar Tani, 2007 dalam Dewi, 2010).

Berbagai jenis kambing sendiri digolongkan menjadi kambing pedaging dan

kambing perah. Kambing perah disebut pula kambing bertipe dwiguna karena

selain menghasilkan susu, dagingnya juga bisa dikonsumsi. Namun , tampaknya

lebih pas bila kambing perah disebut sebagai kambing multiguna. Selain

menghasilkan susu dan daging, kambing perah juga menghasilkan anakan yang

bisa dijual, menghasilkan kulit sebagai bahan kerajinan, serta menghasilkan pupuk

organik dan biogas (Haryadi, 2013).

Semua jenis kambing bisa menghasilkan susu. Namun, jumlah produksi susu

setiap jenis kambing berbeda-beda sehingga hanya kambing yang produksi

susunya tinggi yang dikategorikan sebagai kambing perah. Ada banyak jenis

kambing perah di dunia. Kebanyakan jenis kambing ini hidup di daerah

subtropics. Beberapa jenis diantaranya telah telah diintroduksi di Indonesia

seperti:

(28)

12

1. Kambing Jamnapari

Kambing ini berasal dari india. Kambing ini merupakan ras penghasil susu

yang produktivitasnya paling tinggi di Asia. Populasi kambing ini paling

banyak terdapat di daerah Etawa, Uttar Pradesh, India.

2. Kambing Peranakan Etawa (PE)

Kambing peranakan etawa (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing

lokal dengan kambing Jamnapari atau kambing Etawa, kambing jenis ini

merupakan kambing yang potensial dikembangkan di Indonesia karena

mampu beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia. Adapun ras kambing PE

itu sendiri antara lain : PE Kaligesing, PE Senduro, PE Jawarandu.

3. Kambing Saenen

Kambing perah ini berasal dari Lembah saenen, Swiss dengan ukuran

tubuhnya besar, kambing ini memiliki kepala relatif kecil, lancipdengan leher

relatif panjang. Kambing saenen merupakan kambing perah yang popular di

Eropa. Potensi produksi susunya dapat mencapai lima liter per hari. Karena

produksi susunya sangat banyak sehingga kambing saenen dijuluki sebagai

ratu kambing perah.

4. Kambing Sapera

Kambing ini merupakan persilangan antara kambing PE dengan kambing

Saenen. Sapera sendiri merupakan singkatan dari “Saenen-Peranakan Etawa”,

Sapera juga bisa dibilang sebagai ras kambing perah Indonesia karena

pengembangannya dilakukan oleh anak negeri ini.

Kambing Etawa berasal dari India yang disebut kambing jamnapari. Badannya

(29)

hanya mencapai 92 cm. Bobot kambing etawa jantan bisa mencapai 90-an kg,

sedangkan betina hanya mencapai 60-an kg. Telinganya panjang dan terkulai ke

bawah. Dahi dan hidungnya cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk

pendek.

Kambing jenis Etawa ini mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.

Keturunan silang (hibrida) kambing etawa dengan kambing lokal di Indonesia

dikenal sebagai kambing “Peranakan Etawa” , atau “PE”. Kambing PE juga bisa

dimanfaatkan susunya. Produktifitas susu hampir sama dengan kambing Etawa

murni (Widagdo, 2011).

Perkembangan dan minat dari peternak dalam membudidayakan kambing PE

meningkat pesat dari tahun ke tahun. Hal ini diikuti pula dengan peningkatan

harga dan kualitas dari kambing PE itu sendiri. Peningkatan kualitas kambing PE

tidak serta merta muncul secara tiba-tiba, tapi diawali dengan semangat,

keyakinan, kejelian, dan ketekunan dari peternak. Suatu kebanggaan bagi peternak

kambing PE apabila peternakan yang dirintis atau dicita-citakan dapat

memberikan hasil yang signifikan bagi peternak itu sendiri dan masyarakat pada

umunya.

Secara sederhana para peternak dan calon peternak membudidayakan kambing PE

merujuk pada:

1. Kambing PE memiliki postur tubuh yang sangat besar dan elegan dibanding

kambing pada umunya yang ada di Indonesia, sehingga jika dijadikan

kambing pedaging tentunya akan menghasilkan daging yang lebih banyak

(30)

14

2. Kambing PE ini pula dapat dijadikan sebagai salah satu potensi kambing

perahan. Susu hasil perahan kambing ini mempunyai nilai ekonomis yang

jauh lebih tinggi dibandingkan susu perahan dari sapi. Harga per liter susu

kambing PE tahun 2011 adalah Rp.30.000,- sedangkan harga susu sapi hanya

Rp.4.000,-.

3. Feses atau kotoran dan urin kambing PE dapat dijadikan sebagai pupuk

organik yang sangat baik untuk menyuburkan tanah dan tanaman. Terlebih

jika kotoran dan urin difermentasi terlebih dahulu untuk menghilangkan residu

dan cendawan yang mungkin dapat menghambat pertumbuhan dan kesuburan

tanaman.

Selain itu pula dalam menentukan tujuan usaha pada peternakan kambing

Peranakan Etawa harus memperhatikan :

1. Kambing peranakan etawa kepala coklat badan putih atau coklat seluruhnya,

kecenderungan kambing PE seperti ini terbatas pada pemenuhan kebutuhan

perahan susu, daging, dan pupuk. Kambing dengan tampilan ini tidak untuk

diikutkan kontes.

2. Kambing peranakan etawa kepala hitam badan putih, walaupun bibit yang

dibeli dengan kualitas C atau D, nilai ekonomisnya akan menjadi lebih luas

dan tinggi. Perahan susu, daging, dan pupuk organik yang dihasilkan sudah

pasti sama, dan kambing dengan tampilan seperti ini umumnya untuk

diikutkan kontes sehingga dapat menambah keuntungan bagi

(31)

2. Produksi Susu Kambing Etawa

Kambing menghasilkan susu atau bisa diperah setelah beranak. Masa kambing

menghasilkan susu ini biasa disebut masa laktasi, yang berlangsung selama

kurang lebih 8 bulan. Kambing bisa mulai diperah 4-7 hari setelah beranak. Tiga

hari setelah beranak, kambing menghasilkan susu kolostrum. Susu kolostrum

mengandung zat anti bodi yang sangat dibutuhkan oleh anak kambing untuk

memperkuat daya tahan tubuhnya. Produksi susu kambing di Indonesia berkisar

antara 1-3 liter per hari, tergantung dari jenis kambing, umur, masa laktasi, pakan,

dan tata laksana pemeliharaan. Susu yang dihasilkan perhari akan meningkat sejak

induk beranak kemudian menurun secara berangsur-angsur hingga berakhirnya

masa laktasi. Umur kambing sangat berpengaruh pada produksi susu. Untuk

kambing PE, umur produktif berlangsung hingga umur 6-7 tahun. Di masa laktasi

pertama, produksi susu masih rendah. Produksi susu akan makin meningkat di

masa laktasi berikutnya dan mencapai puncak pada masa laktasi ketiga (Haryadi,

2013).

Menurut Haryadi (2013) Faktor lain yang berpengaruh pada produksi susu adalah

kondisi kandang. Kandang harus diusahakan senyaman mungkin bagi kambing,

yaitu bersih, tidak lembab, tidak terlalu panas, dan tidak terlalu bising. Kandang

yang tidak nyaman akan membuat kambing mudah stress sehingga produksi susu

kambing berkurang. Pakan juga memiliki pengaruh yang besar terhadap jumlah

produksi susu . pakan utama kambing berupa rerumputan dan dedaunan yang

(32)

16

pakan tambahan . pakan tambahan yang berprotein tinggi seperti kulit kedelai,

bungkil kedelai, ampas tahu yang bisa mendongkrak produksi susu.

Kambing bisa terus diperah selama masih menghasilkan susu, bahkan saat

kambing itu sudah bunting kembali. Namun, setelah memasuki masa kebuntingan

2-3 bulan , pemerahan harus dihentikan agar kambing bisa memulihkan kondisi

tubuhnya untuk masa laktasi berikutnya, masa ini disebut masa pengeringan.

Susu kambing hasil perahan harus segera ditangani dengan cara disaring

menggunakan saringan halus dengan kapas dan kain kasa. Penyaringan diperlukan

untuk memisahkan kotoran yang mungkin masuk ke dalam susu. Susu kemudian

dimasukkan ke dalam botol atau kantong plastic sesuai ukuran yang diinginkan.

Susu kemudian disimpan di dalam freezer. Beberapa cara yang bisa dilakukan

untuk menangani susu agar tidak mudah rusak antara lain :

1. Pendinginan

Susu yang sudah dikemas dimasukkan ke dalam kantong plastic atau botol

kemudian dimasukkan ke dalam freezer.

2. Pemanasan

Pemanasan dilakukan untuk membunuh mikroba dan kuman yang dapat

merusak susu. Susu dimasak sampai mendidih, kemudian disimpan di tempat

yang bersih dan aman.

3. Pasteurisasi

Pemanasan di bawah temperatur didih dapat membunuh kuman dan bakteri

(33)

enzim-enzim yang mempercepat kerusakan susu di nonaktifkan sehingga susu

bisa tahan dalam jangka waktu lama.(Haryadi ,2013).

Ketahanan susu dalam bentuk beku (freezer) rata-rata bisa mencapai waktu tiga

bulan, sedangkan dalam keadaan cair dingin yang disimpan dalam pintu lemari es

3-5 hari. Untuk susu bubuk ketahanannya minimal enam bulan sampai satu tahun,

tergantung proses pembuatan. Jika dalam penyelesaian akhir dari proses dari

proses pembuatan susu bubuk masih bersifat basah maka ketahanannya sampai

enam bulan, tapi jika bersifat kering maka ketahanannya bisa mencapai satu tahun

(Syambyah, 2012).

3. Nilai Gizi Susu Kambing

Kandungan gizi susu kambing sering dibandingkan dengan ASI (Air Susu Ibu).

Tentu saja nilai Gizi ASI lebih baik. Namun dibanding susu sapi atau susu ternak

ruminansia lain, nilai gizi susu kambing lebih baik. Susu kambing memiliki

beberapa keunggulan, salah satunya lemak susu yang terkandung di dalamnya

lebih mudah dicerna. Susu kambing juga dapat dikonsumsi dengan aman

meskipun tanpa melalui proses pemasakan terlebih dahulu. Susu kambing paling

baik kalau dikonsumsi dalam keadaan segar setelah diperah. Kandungan zat aktif

yang disebut life-energy masih sangat tinggi dalam susu kambing yang masih

segar. Tabel 6 memperlihatkan perbedaan antara kandungan gizi susu kambing,

(34)

18

Tabel 6. Kandungan Gizi dalam Susu Kambing, ASI, dan Susu Sapi

Komposisi Gizi (per liter) Satuan Susu

Kambing ASI

Prosentase butir lemak berdiameter kurang dari

3 dram 63 - 43

Sumber : Jensen ,1994 dalam Kaleka, 2013

Permintaan susu kambing meningkat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat

untuk hidup sehat. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan organ

pernapasan seperti asma, bronchitis, pneumonia, dan TBC dapat disembuhkan

(35)

kambing dapat bersifat antiseptik. Penyakit maag, diabetes mellitus, serta penyakit

tulang dan gigi dapat diatasi pula dengan susu kambing. Kandungan kalsium yang

tinggi dalam susu kambing sangat baik untuk kesehatan gigi dan mencegah

osteoporosis. Kandungan natrium dan kloridayang tinggi dalam susu kambing

mampu menjaga keseimbangan volume cairan dan elektrolit tubuh. Kandungan

Vitamin A baik untuk kesehatan mata dan menjaga system kekebalan tubuh.

Selain itu pula kandungan asam lemak dalam susu kambing dapat menanggalkan

kulit mati sehingga susu kambing banyak digunakan untuk membuat facial soap

atau sabun kecantikan. Yang paling penting, susu kambing aman dikonsumsi

untuk semua golongan usia (Haryadi ,2012).

Menurut Yunus (2012) berikut adalah beberapa manfaat kesehatan berkaitan

dengan konsumsi susu kambing murni:

1. Susu kambing kurang menimbulkan alergi susu ini tidak berisi protein

kompleks yang merangsang reaksi alergi seperti pada susu sapi.

2. Susu kambing tidak menekan sistem kekebalan.

3. Susu kambing membasakan sistem pencernaan. Susu ini berisi alkali basa

sehingga tidak menghasilkan asam dalam sistem usus.

4. Susu kambing membantu meningkatkan PH aliran darah.

5. Susu kambing mengandung asam lemak seperti asam kaprilat dan kaprat yang

sangat antimikroba. (Mereka benar-benar membunuh bakteri yang digunakan

untuk menguji keberadaan antibiotik dalam susu sapi).

6. Susu kambing tidak menimbulkan lendir dan tidak merangsang respons

(36)

20

7. Susu kambing merupakan sumber yang kaya mineral selenium sebagai nutrisi

yang diperlukan untuk kekebalan tubuh dan bersifat antioksidan.

4. Pendapatan

Keuntungan atau laba merupakan salah satu tujuan didirikannya suatu usaha.

Keuntungan atau laba menunjukkan nilai tambah (hasil) yang diperoleh dari

modal yang dijalankan. Untuk mendapatkan keuntungan maksimum dari usaha

maka para pengelola harus dapat melakukan usaha untuk memadukan berbagai

faktor produksi yang ada seperti produksi, tenaga kerja, modal, dan kemampuan

manajemen, sehingga usaha dapat berjalan dengan baik.

Menurut Soekartawi (2000) pendapatan pengolahan dapat diperoleh dengan

menghitung selisih antara total penerimaan yang diterima dari hasil usaha dengan

total biaya produksi yang dikeluarkan. Penerimaan total pengolahan merupakan

jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan produk yang dihasilkan,

sedangkan biaya merupakan jumlah uang yang dikeluarkan selama proses

pengolahan. Tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan tingkat

keberhasilan suatu kegiatan usaha dan keadaan yang akan datang melalui

perencanaan yang dibuat. Secara matematis pendapatan usaha dirumuskan

sebagai berikut:

π

= Y.Py - ∑ . – BT

Keterangan :

π

= Pendapatan (Rp) Y = Produksi (Liter)

(37)

∑ = Jumlah faktor produksi ke i (i = 1,2,3,....n) P = Harga produk ke i (Rp)

BTT = Biaya tetap total (Rp)

Jumlah pendapatan belum menunjukkan apakah pengolahan menguntungkan atau

tidak. Untuk mengetahui apakah pengolahan menguntungkan atau tidak maka

digunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya, yang dirumuskan:

R/C =

Keterangan :

R/C = Nisbah antara penerimaan dan biaya PT = penerimaan total

BT = biaya total yang dikeluarkan

Jika R/C > 1, maka pengolahan Susu Etawa mengalami keuntungan.

Jika R/C < 1, maka pengolahan Susu Etawa mengalami kerugian.

5. Manajemen Strategi

Membahas manajemen strategis dapat dikatakan membicarakan hubungan antara

organisasi dan lingkungannya, baik lingkungan internal maupun eksternal.

Lingkungan organisasi akhir-akhir ini tidak saja semakin bergejolak mengalami

perubahan, namun juga saling berhubungan secara lebih erat. Hal tersebut

menuntut organisasi untuk berpikir strategis, mampu menerjemahkan inputnya

menjadi strategi yang efektif, serta mengembangkan alasan yang diperlukan untuk

meletakkan landasan bagi pelaksanaan strateginya. Kesemuanya diharapkan akan

dapat memberikan petunjuk bagaimana menghadapi dan menanggulangi

perubahan yang terjadi dalam lingkungan, bahkan memberi petunjuk pada para

pimpinan agar mampu mengendalikan perubahan yang terjadi pada lingkungan

(38)

22

demikian fokus manajemen strategis adalah menghubungkan organisasi dengan

lingkungannya, merumuskan strategi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan,

dan memastikan bahwa implementasi strategi berjalan dengan baik. Organisasi

juga diharapkan akan mampu mengendalikan arah pencapaian sasaran yang sudah

ditetapkan (Ahdiyana, 2010).

Menurut Hubeis (2008) manajemen strategi adalah seperangkat keputusan dan

tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi dalam jangka panjang.

Manajemen strategi didefinisikan sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang

merupakan hasil rumusan dan implementasi pada rencana yang dibuat untuk

mencapai tujuan perusahaan serta bagaiamana mengevaluasi dan melaksanakan

tindakan tersebut demi tercapainya tujuan perusahaan, yang mencangkup

perumusan, implementasi, dan evaluasi rencana strategi. Dalam bahasa militer,

strategi diartikan sebagai perencanaan untuk memimpin suatu kekuatan perang

agar dapat memenangi pertempuran. Dalam konteks bisnis, strategi adalah metode

untuk berkompetisi melalui tindakan pengefektifan alokasi sumber –sumber daya

yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Tujuan utama manajemen strategi adalah untuk mempelajari mengapa banyak

perusahaan sukses dan mengapa banyak perusahaan lainnya gagal. Bagaimana

perusahaan mengelola kesuksesan di tengah situasi persaingan serta bagaimana

perusahaan menghadapi kegagalan dan bangkit dari kegagalannya untuk menjadi

perusahaan yang maju merupakan pokok bahasan utama dalam manajemen

(39)

Manajemen strategi mengkombinasikan pola berpikir strategis dengan proses

manajemen. Segala sesuatu yang bersifat strategi tidak hanya berhenti pada proses

perencanaan saja tapi dilanjutkan sampai pada tingkat oprasi dan pengawasan.

Keberhasilan merencanakan , menerapkan, serta mengawasi penerapan setrategi

yang telah dibuat akan membawa perusahaan tumbuh dan berkembang .

manajemen strategi juga mencangkup pola baru yang terjadi dalam persaingan

bisnis. Pola itu adalah peralihan perencanaan menjadi keunggulan bersaing,

peralihan dari elitism menjadi egalitarianism, peralihan dari kalkulasi menjadi

kretivitas, dan peralihan sifat kaku menjadi fleksibel (wahyudi, 1996).

Proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu perumusan

strategi, implementasi strategi, serta evaluasi dan pengendalian strategi, yang

diawali dengan pengamatan lingkungan.Tahap perumusan strategi ada enam

langkah yaitu : melakukan analisis lingkungan internal yang merupakan kekuatan

dan kelemahan dari perusahaan itu, analisis lingkungan eksternal yang merupakan

faktor peluang dan ancaman perusahaan, mengembangkan visi misi jyang jelas,

menyusun sasaran dan tujuan perusahaan, merumuskan pilihan-pilihan strategis

dan memilih strategi yang tepat, dan menentukan pengendalian. (hubeis, 2008).

Implementasi strategi adalah tentang mengorganisasi tindakan, artinya yang

mengimplementasikan lebih banyak dari pada yang membuat. Mulai dari

manajemen puncak hingga karyawan paling bawah harus sejalan dan memiliki

semangat yang sama. Ketidakselarasan tindakan umumnya karena bawahan

(40)

24

Implementasi strategi ada beberapa hal penting yang harus dilakukan, yaitu:

1. Penetapan tujuan tahunan

Sasaran dan tujuan perusahaan yang telah dirumuskan dalam proses

perumusan strategi merupakan sasaran dan tujuan lima tahunan yang harus

diturunkan dalam tujuan tahunan.

2. Perumusan kebijakan

Untuk dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, perusahaan perlu

merumuskan kebijakan-kebijakan yang mendukung.

3. Memotivasi pekerja

Implementasi strategi adalah proses aksi yang membutuhkan dukungan dari

semua staf dan karyawan. Proses motivasi diperlukan agar karyawan

mendukung secara penuh strategi yang akan dan sedang dijalankan

perusahaan.

4. Alokasi sumber daya.

Sumber daya yang perlu dialokasikan kembali untuk pencapaian tujuan-tujuan

strategi yang baru adalah keuangan, teknologi, dan SDM.

Menurut Hubeis (2008) tujuan perusahaan melakukan analisis lingkungan adalah

untuk menilai lingkungan organisasi secara keseluruhan . lingkungan organisasi

ini adalah faktor-faktor yang berada di luar atau di dalam organisasi yang dapat

mempengaruhi kemajuan organisasi tersebut dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Secara khusus, peran atau fungsi analisis lingkungan bagi tiap

perusahaan tentu saja berbeda-beda, namun secara umum jika mengacu pendapat

(41)

1. Policy –Oriented Role yaitu peran analisis yang berorientasi pada kebijakan

manajemen tingkat atas dan bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi

dengan memberikan informasi bagi manajemen tingkat atas tentang

kecenderungan utama yang muncul dalam lingkungan.

2. Intergrated Strategic Planning Role. Peran ini bertujuan untuk memperbaiki

kinerja organisasi dengan membuat manajemen tingkat atas dan manajer divisi

menyadari segala isu yang terjadi di lingkungan perusahaan yang memiliki

implikasi langsung pada proses perencanaan.

3. Function-Oriented Role. Peran ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja

organisasi dengan menyediakan informasi lingkungan yang member perhatian

pada efektivitas kinerja fungsi organisasi tertentu.

6. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah

tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk

mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang

terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk

menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah

yang sedang diteliti. Dinamika kelompok yang terjadi selama berlangsungnya

proses diskusi seringkali memberikan informasi penting yang tidak terduka

(42)

26

Hasil FGD tidak bisa dipakai untuk melakukan generalisasi karena FGD memang

tidak bertujuan menggambarkan (representasi) suara masyarakat. Meski demikian,

arti penting FGD bukan terletak pada hasil representasi populasi, tetapi pada

kedalaman informasinya. Lewat FGD, peneliti bisa mengetahui alasan, motivasi,

argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang atau kelompok. FGD merupakan

salah satu metode penelitian kualitatif yang secara teori mudah dijalankan, tetapi

praktiknya membutuhkan ketrampilan teknis yang tinggi (Yusuf, 2011).

Menurut Kristina dan Paramita (2012) Focus Group Discussion (FGD) adalah

bentuk diskusi yang didesain untuk memunculkan informasi mengenai keinginan,

kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan dan pengalaman yang dikehendaki

peserta. Definisi lain, FGD adalah salah satu teknik dalam mengumpulkan data

kualitatif; di mana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seorang

fasilitator atau moderator mengenai suatu topik . Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa FGD adalah salah satu teknik pengumpulan data kualitatif

yang didesain untuk memperoleh informasi keinginan, kebutuhan, sudut pandang,

kepercayaan dan pengalaman peserta tentang suatu topik, dengan pengarahan dari

seorang fasilitator atau moderator.

Pemakaian FGD sebagai metode penelitian juga sesuai untuk beberapa tujuan

yang ingin dicapai dari penelitian tersebut. Beberapa tujuan yang dapat dipenuhi

dengan pemakaian metode FGD antara lain pengambilan keputusan, mengetahui

kepuasan, dan mengetahui kebutuhan kelompok (Kruger dan Casey, 2000 dalam

(43)

Menurut Koentjoro (2005) dalam Yusuf (2011), kegunaan FGD di samping

sebagai alat pengumpul data adalah sebagai alat untuk meyakinkan pengumpul

data (peneliti) sekaligus alat re-check terhadap berbagai keterangan/informasi

yang didapat melalui berbagai metode penelitian yang digunakan atau keterangan

yang diperoleh sebelumnya, baik keterangan yang sejenis maupun yang

bertentangan.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengembangan Susu Kambing Etawa telah dilakukan oleh

para peneliti sebelumnya. Salah satu penelitian adalah tentang potensi susu

kambing sebagai obat dan sumber protein hewani untuk meningkatkan gizi petani

(Atmiyati, 2001). Hasil penelitian ini adalah Memelihara kambing PE sebagai

kambing dwiguna (untuk produksi daging dan susu) masih mempunyai potensi

untuk dikembangkan . Produksi susunya berpotensi untuk memperbaiki gizi

masyarakat pedesaan, juga dapat menyembuhkan penyakit. Perlunya penyuluhan

atau demo pemanfaatan susu dari instansi yang berwenang untuk mempopulerkan

konsumsi susu kambing sehari-hari dalam peningkatan gizi bagi masyarakat

pedesaan.

Selanjutnya penelitian yang sama terkait prospek pengembangan usaha ternak

kambing (Sitepu,2008) penelitian ini menjelaskan bahwa masalah yang dihadapi

usaha ternak kambing dalam skala besar adalah pakan hijauan yang relatif sedikit

(44)

28

SWOT adalah memperluas usaha ternak dengan menanam pakan dilahan kurang

produktif.

Penelitian lain yang telah dilakukan adalah mengenai analisis kelayakan finansial

dan strategi pemasaran susu kambing (Octavia,2010). Penelitian ini

mengungkapkan strategi pemasaran adalah sebagai berikut: 1) melakukan promosi

secara intensif dengan mengoptimalkan media pemasaran; 2) meningkatkan

pangsa pasar dengan memperluas jaringan pemasaran; 3) mempekerjakan tenaga

pemasaran yang qualified; 4) meningkatkan kerjasama dan pelayanan kepada

pemasok, agen, dan pelanggan; 5) menciptakan diferensiasi produk untuk

menghadapi persaingan dan ancaman produk substitusi.

Kemudian penelitian berikutnya adalah mengenai inovasi produk es krim Susu

Kambing Etawa-ubi ungu (Ferichani dkk,2012), Penelitian ini bertujuan untuk

membuat produk olahan Susu Kambing Etawa yang lezat, bergizi, nikmat, dan

marketable. Hasil dari penelitian ini adalah :

1. Produk Es Krim Susu Kambing Etawa Ubi Ungu dapat menjadi produk yang

qualified dari sisi inside dan outside serta marketable walaupun baru dari sisi produk.

2. Pengukuran kepuasan (satisfaction) dapat menjadi alternatif langkah untuk

memperoleh produk hasil diversifikasi yang unggul.

Penelitian berikutnya adalah mengenai inovasi teknologi reproduksi mendukung

pengembangan kambing perah lokal (Sutama,2011) hasil penelitian ini

(45)

1. Sebagai ternak yang sangat dekat dengan petani kecil, peningkatan

produktivitas kambing perlu diupayakan secara terus-menerus. Peningkatan

produktivitas tidak hanya difokuskan pada populasi dan bobot badan, tetapi

juga produksi susu per ekor ternak sehingga dapat meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan petani.

2. Upaya yang dapat ditempuh antara lain adalah meningkatkan efisiensi kinerja

reproduksi melalui: (1) penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif agar

tampilan reproduksi ternak optimal sesuai potensi genetiknya; (2) peningkatan

jumlah anak sekelahiran (JAS) dan daya hidup anak dengan menerapkan

sinkronisasi berahi, superovulasi dan creep feeding; dan (3) penerapan

perkawinan yang tepat untuk memperpendek selang beranak.

3. Dalam penerapannya di lapang, strategi pengembangan kambing perah antara

lain meliputi pencapaian pubertas yang lebih awal, penyediaan pejantan

unggul, pemanfaatan betina prolifik, dan perkawinan yang efisien. Di samping

itu, diperlukan adanya kelembagaan produksi dan pemasaran yang kuat serta

diseminasi dan promosi.

C. Kerangka Pemikiran

Pengolahan merupakan salah satu industri yang menggunakan hasil – hasil

(produk) pertanian dan mengubahnya dari bahan mentah menjadi barang setengah

jadi ataupun barang jadi yang dapat langsung dikonsumsi atau digunakan dalam

proses produksi. Kegiatan pengolahan bertujuan untuk meningkatkan nilai dari

produk pertanian yang dihasilkan, sehingga mampu meningkatkan pendapatan

(46)

30

berlokasi di daerah pedesaan mengingat kedekatannya dengan bahan baku,

sehingga berkaitan dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk

memperoleh bahan baku.

Kambing Etawa merupakan komoditas unggulan peternakan Kabupaten Tulang

Bawang Barat. Usaha pengolahan produksi Susu Kambing Etawa yang terdapat di

Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang

Barat merupakan progam unggulan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat

untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui produk Susu Kambing Etawa.

Progam unggulan yang memiliki nama RSMW “Ragem Sai Mangi Wawai”

tersebar di setiap UPK Kecamatan di Seluruh Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Namun dalam pelaksanaanya masih terdapat kendala, sehingga usaha yang

dilakukan belum maksimal. Baik kendala dalam aspek internal perusahaan seperti

manajemen, pemasaran, keuangan, produksi maupun kendala dalam aspek

eksternal perusahaan seperti ekonomi,sosial,budaya,teknologi,dan politik.

Keuntungan pengolahan Susu Kambing Etawa dengan usaha komersilnya

ditentukan oleh besarnya biaya produksi di satu pihak dan besarnya penerimaan di

pihak lain. Besarnya keuntungan yang diterima digunakan sebagai tolak ukur

dalam melihat perkembangan peternakan kambing etawa tersebut dalam jangka

panjang. Selain itu, penelitian ini juga melihat kondisi lingkungan internal dan

eksternal yang dihadapi oleh pengolahan Susu Kambing Etawa, guna

merumuskan strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha lebih

(47)

Gambar 1. Bagan Alir Pengolahan Susu Kambing Etawa

Lingkungan Pengolahan

Lingkungan Internal : 1. Produksi

2. Manajemen dan pendanaan 3. Sumber daya Manusia 4. Lokasi pengolahan 5. Pemasaran

Lingkungan Eksternal : 1. Ekonomi, sosial, budaya 2. Teknologi

3. Sosial 4. Iklim, cuaca

5. Kebijakan pemerintah Pengolahan Susu Kambing Etawa

Pengadaan Bahan Baku

Pemasaran Pengolahan

Produk

Pendapatan

(48)

32

III. METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang

dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan

penelitian.

1. Faktor internal merupakan semua faktor yang mempengaruhi pengolahan

Susu Kambing Etawa yang berasal dari dalam perusahaan seperti kondisi

keuangan, sumberdaya manusia, produksi, pemasaran, manajemen

2. Faktor eksternal merupakan semua faktor yang mempengaruhi pengolahan

Susu Kambing Etawa yang berasal dari luar perusahaan seperti pesaing,

pelanggan, pemasok, keadaan alam, kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi,

sosial budaya dan teknologi.

3. Manajemen strategi merupakan sebagai kumpulan keputusan dan tindakan

yang merupakan hasil rumusan dan implementasi pada rencana yang dibuat

untuk mencapai tujuan perusahaan serta bagaiamana mengevaluasi dan

melaksanakan tindakan tersebut demi tercapainya tujuan perusahaan, yang

mencangkup perumusan, implementasi, dan evaluasi rencana strategi

4. Pendapatan adalah balas jasa yang diterima perusahaan dari pengolahan Susu

(49)

penerimaan pengolahan Susu Kambing Etawa dengan biaya-biaya yang

dikeluarkan, diukur dengan satuan rupiah (Rp).

5. Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja, baik di dalam maupun

luar anggota keluarga, yang digunakan dalam proses pengolahan Susu

Kambing Etawa dan diukur dalam satuan hari kerja (HOK).

6. Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun alat selama digunakan, terhitung

sejak tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur

dalam satuan tahun.

7. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yg

dikeluarkan dan dinyatakan dengan rupiah.

8. Penerimaan merupakan hasil perkalian yang dinyatakan dengan rupiah antara

harga jual per liter Susu Kambing Etawa dengan jumlah produksinya.

9. R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total

atau disebut dengan R/C ratio atas biaya total.

10. R/C ratio atas biaya tunai merupakan perbandingan antara penerimaan total

dengan biaya tunai yg dikeluarkan.

11. Analisis lingkungan internal pengolahan adalah suatu cara untuk

mengidentifikasi faktor-faktor strategis dari dalam pengolahan yang

mempengaruhi keberhasilan misi, tujuan, dan kebijakan pengolahan, seperti

kondisi keuangan, sumberdaya manusia, produksi, pemasaran, manajemen

12. Analisis lingkungan eksternal pengolahan adalah suatu cara untuk

mengidentifikasi faktor-faktor strategis dari luar pengolahan yang

(50)

34

pesaing, pelanggan, pemasok, keadaan alam, kebijakan pemerintah, kondisi

ekonomi, sosial budaya dan teknologi.

B. Lokasi, Waktu Penelitian, dan Responden

Penelitian ini dilakukan di lokasi pengolahan Susu Kambing Etawa Unit

Pelaksana Kegiatan (UPK) Kecamatan Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang

Barat, Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi ini secara sengaja (purposive)

dilakukan dengan pertimbangan bahwa lokasi pengolahan Susu Kambing Etawa

Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Kecamatan Tumijajar ini merupakan Progam

Unggulan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat “Ragem Sai Mangi

Wawai” yang bergerak di bidang pengolahan dan penjualan Susu Kambing Etawa

dan memiliki potensi untuk dikembangkan . (Penelitian dilaksanakan pada Bulan

November 2014 sampai dengan Bulan Januari 2015).

Responden dalam penelitian ini adalah Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Susu

Kambing Etawa di Kecamatan Tumijajar.

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study)

dengan satuan kasusnya adalah pengolahan Susu Kambing Etawa di UPK

Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat. Menurut Rahardjo (2010)

penelitian studi kasus memusatkan perhatian pada satu objek tertentu yang

diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam sehingga mampu

(51)

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dan

lokasi penelititan melalui observasi dan wawancara dengan responden

menggunakan kuisioner yang terkait dengan semua faktor baik faktor internal

perusahaan seperti kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal perusahaan

seperti peluang dan ancaman. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari

bahan bacaan seperti buku, jurnal, artikel.

D. Metode Analisis dan Pengujian Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

kuantitatif dan deskriptif.

1. Metode analisis kuantitatif

Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu

mengetahui pendapatan pengolahan Susu Kambing Etawa.

a. Pendapatan

Pendapatan pengolahan diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan

dari hasil usaha dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu bulan,

dirumuskan sebagai berikut :

Π = Y .Py - ∑Xi .Pxi – BTT

Keterangan :

Π = Pendapatan (Rp) Y = Produksi (liter)

(52)

36

∑Xi = Jumlah faktor produksi ke i (i = 1,2,3,....n) Px = Harga produksi ke i (Rp)

BTT = Biaya tetap total (Rp)

Untuk mengetahui apakah pengolahan Susu Kambing Etawa menguntungkan atau

tidak, maka digunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya yang dirumuskan:

R/C =

Keterangan :

R/C = Nisbah antara penerimaan dengan biaya PT = Penerimaan total

BT = Biaya total

 Jika R/C > 1, maka pengolahan Susu Kambing Etawa yang diusahakan

mengalami keuntungan.

 Jika R/C < 1, maka pengolahan Susu Kambing Etawa yang diusahakan

mengalami kerugian.

2. Metode analisis deskriptif

Metode analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis tujuan kedua. Tujuan

kedua dianalisis dengan mengidentifikasi aspek faktor internal dan faktor

eksternal perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor

internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengolahan Susu Kambing

(53)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Historis Kabupaten Tulang Bawang Barat

Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan pemekaran dari Kabupaten Tulang

Bawang. Kabupaten Tulang Bawang sendiri mempunyai luas wilayah ± 6.851,32

km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 berjumlah 860.854 jiwa, terdiri

atas 28 (dua puluh delapan) kecamatan. Kabupaten ini memiliki potensi yang

dapat dikembangkan untuk mendukung peningkatan penyelenggaraan

pemerintahan daerah. Dengan luas wilayah dan besarnya jumlah penduduk

seperti tersebut, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat

belum sepenuhnya terjangkau. Kondisi demikian perlu diatasi dengan

memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah

otonom baru sehingga pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Pembentukan Kabupaten Tulang Bawang Barat yang merupakan pemekaran dari

Kabupaten Tulang Bawang terdiri atas 8 (delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan

Tulang Bawang Tengah, Kecamatan Lambu Kibang, Kecamatan Gunung Terang,

Kecamatan Tumijajar, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kecamatan Gunung

(54)

38

Tulang Bawang Barat memiliki luas wilayah keseluruhan 1.201,00 km2 dengan

jumlah penduduk 255.833 jiwa pada tahun 2012.

Kabupaten Tulang Bawang Barat diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri

Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008 berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten

Tulang Bawang Barat Di Provinsi Lampung tanggal 26 November 2008.

B. Gambaran Umum Industri

Industri di Kabupaten Tulang Bawang Barat umumnya jenis Pengolahan atau

Industri pengolahan yang bahan bakunya dari hasil pertanian karena wilayah

Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah daerah Agraris. Industri besar dan sedang

yang beroperasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat ada 8 (delapan) perusahaan

yang seluruhnya bergerak di bidang Pengolahan yaitu : 1 (satu) perusahaan

bergerak di industri makanan jadi yakni pengolahan keripik pisang alami, 1 (satu)

perusahan bergerak di industri pengolahan getah karet, dan 6 (enam) perusahaan

lainnya bergerak di pengolahan ubi kayu dengan hasil industry utama tepung

tapioka. Kedelapan industri besar dan sedang tersebut mampu menyerap tenaga

kerja sebanyak 2.726 orang. Secara rinci perusahaan industri besar dan sedang di

(55)

Tabel 7. Nama Perusahaan Industri Besar dan Sedang Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2013

Nama Perusahaan Alamat (Kampung)

Kripik Pisang Alami Murni Jaya Kripik Pisang 35 2002 PT. Budi Acid Jaya

PT.Budi Acid Jaya Kibang Yekti Jaya

Setia Bumi Tepung Tapioka

120 1992

PA Menggala C Suka Jaya Tepung Tapioka

38 2001

Bumi Tapioka Jaya Karta Tepung Tapioka

Sumber : BPS Kabupaten Tulang Bawang Barat 2013

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa industri tepung tapioka merupakan industri

paling banyak jumlahnya. Kabupaten Tulang Bawang Barat juga potensial akan

hasil pertaniannya, hasil pertanian ini dimanfaatkan sebagai bahan baku industri

olahan seperti tepung tapioka.

C. Keadaan Umum Kecamatan Tumijajar

1. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Tumijajar

Kecamatan Tumijajar merupakan pemekaran dari Kecamatan Tulang Bawang

Udik, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ttulang Bawang No. 01 tahun

2001 dan diresmikan pada tanggal 21 januari 2001 dengan Ibukota Murni Jaya.

(56)

40

Daya Murni, Margo Mulyo, Daya Sakti, Makarti, Margo Dadi, Sumber Rejo,

Gunung Menanti, Daya Asri, Murni Jaya . Perkembangan selanjutnya setelah

masuk program transmigrasi terjadi penambahan satu kampung yakni Kampung

Gunung Timbul, sehingga pada 2005 mejadi 9 (sembilan) kampung dan satu

kelurahan, yaitu : Daya Murni, Margo Mulyo, Daya Sakti, Makarti, Margo Dadi,

Sumber Rejo, Gunung Timbul, Gunung Menanti, Daya Asri, dan Murni Jaya.

2. Keadaan Geografis

Berdasarkan Kecamatan Tumijajar dalam angka (2013), secara geografis

Kecamatan Tumijajar merupakan bagian wilayah Kabupaten Tulang Bawang

Barat dengan perbatasan :

a. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Tulang Bawang Tengah

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tulang Bawang Udik

Berdasarkan BPS Tulang Bawang Barat (2013) luas Kecamatan Tumijajar

mencapai 19.459 Ha. Luas daerah ini didominasi di Desa makarti dengan 8.543

Ha, data ini menunjukan bahwa Desa makarti adalah desa terluas di Kecamatan

Tumijajar. Luas Kecamatan Tumijajar menurut kampung/kelurahan disajikan

(57)

Tabel 8. Luas Kecamatan menurut Kampung/Kelurahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat 2013

No Nama kampung/kelurahan Luas (Ha)

1 Gunung Menanti 1.025

Sumber : Badan Pusat Statistik Tulang Bawang Barat 2013

3. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk Kecamatan Tumijajar adalah 40.548 jiwa, terdiri dari laki-laki

adalah 20.587 jiwa, sedangkan penduduk perempuan adalah 19.960 jiwa, seperti

disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Sebaran penduduk berdasarkan kampung/kelurahan di Kecamatan Tumijajar Tahun 2013.

Sumber : Kecamatan Tumijajar Dalam Angka, 2013

(58)

42

4. Tataguna Lahan

Sebagian besar wilayah Kecamatan Tumijajar merupakan dataran rendah dengan

ketinggian berkisar antara 0-450 m di atas permukaan laut. Penggunaan lahan di

Kecamatan Tumijajar meliputi persawahan, peladangan, perkebunan, pemukiman,

dan lahan lain-lain, seperti disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran Penggunaan lahan di Kecamatan Tumijajar Tahun 2013

No Penggunaan

Sumber : Kecamatan Tumijajar Dalam Angka, 2013

D. Potensi Ekonomi Kecamatan

Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani padi dan palawija. Kondisi

mata pencaharian ini dirasakan petani masih kurang dalam mencukupi kebutuhan

sehari-hari. Namun di Kecamatan ini memilki potensi dalam pengembangan

agrondustri Susu Kambing Etawa yang merupakan salah satu Unit Pelaksana

Kegiatan Progam Ragem Sai Mangi Wawai yang sampai saat ini masih produktif

mengelola pengolahan Susu Kambing Etawa. Apabila potensi ini dikelola secara

maksimal, diharapkan dapat membantu memperbaiki kesejahteraan masyarakat

setempat dan menjadikan kabupaten Tulang Bawang Barat terkenal dengan

(59)

E. Latar Belakang Pengolahan Susu Kambing Etawa

Pengolahan Susu Kambing Etawa di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang

merupakan progam unggulan Kabupaten Tulang Bawang Barat “Progam Ragem

Sai Mangi Wawai” untuk meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam

proses pembangunan. Masyarakat memiliki kesempatan untuk berpartisipasi

dalam progam kemandirian kampung dengan peningkatan produktifitas

masyarakat secara nyata dalam peningkatan kesejahteraan.

Kampung sebagai institusi masyarakat yang memiliki wilayah otonomi sendiri

perlu diperkuat, dengan adanya penguatan institusi kampung pada akhirnya akan

mendorong penguatan kemandirian kampung yang tetap bertumpu terhadap

kemandirian masyarakat.

Kabupaten Tulang Bawang Barat memiliki luas wilayah 1201 km2 dengan jumlah

penduduk ± 258.435 jiwa yang tersebar di delapan kecamatan. Seiring dengan

perkembangan Kabupaten Tulang Bawang Barat pada awal peluncuran Progam

Ragem Sai MAngi Wawai tahun 2012, saat itu baru 79 kampung dan 3 kelurahan,

maka pada tahun 2014 jumlah kampung yang mendapatkan Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM) Progam RSMW berjumlah 93 kampung dan 3 kelurahan,

penambahan tersebut merupakan hasil pemekaran kampung yang berjumlah 114

Gambar

Tabel 1.  Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Lampung 2009-2013
Tabel 2. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembentukan PDRB, 2009-2013 (persen)
Tabel 3.  Produksi Daging, Telur, Susu dan Kulit Tahun 2003-2012
Tabel 4. Populasi Ternak Besar dan Kecil Menurut Kecamatan Kab.Tulang Bawang Barat Tahun 2012
+6

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi yang berjudul PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KOMPLIT (COMPLETE FEED) TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA

dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul ” Pemanfaatan Susu Kambing Etawa dan Kedelai dalam Pembuatan Dangke Keju Khas.. Indonesia dengan

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah tingkat cemaran mikroba pada susu Kambing Peranakan Etawa (PE) di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten

kadar asam total dadih susu kambing etawa dengan variasi penutup dan. lama fermentasi

Pelaksanaan penelitian diawali dengan pembuatan dadih susu kambing etawa dengan variasi penutup dan lama fermentasi yang berbeda, kemudian diuji kadar protein, asam total

Pengaruh Pasteurisasi dan Lama Penyimpanan terhadap Karakteristik Fisikokimia dan Mikrobiologis Susu Kambing Peranakan Etawa (PE).. Ira

Dari Gambar 4 menunjukkan bahwa masyarakat lebih menyukai dangke dari 100% susu kedelai dan 20% susu kambing etawa: 80% susu kedelai. Kadar protein, lemak, dan

Daya terima masyarakat terhadap dangke yang banyak disukai pada 100% susu kedelai dan 20% susu kambing etawa dengan 80% susu kedelai. Kata kunci: dangke, susu kedelai,