• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan Identifikasi Bakteri dari Susu Kambing Peranakan Etawa Terindikasi Mastitis Klinis pada Beberapa Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolasi dan Identifikasi Bakteri dari Susu Kambing Peranakan Etawa Terindikasi Mastitis Klinis pada Beberapa Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI DANIDENTIFIKASI BAKTERI DARI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA TERINDIKASI MASTITIS KLINIS DIBEBERAPA KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUWANGI

SKRIPSI

DiajukanuntukMelengkapiTugas-tugasdanMemenuhiPersyaratanuntukMencapaiGelarSarjanaKedokteranHewan

Diajukanoleh M. Hasan Isnan NIM.1009005062

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI DARI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA TERINDIKASI MASTITIS KLINIS DI BEBERAPA KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUWANGI

SKRIPSI

DiajukanuntukMelengkapiTugas-TugasdanMemenuhi PersyaratanuntukMencapaiGelarSarjanaKedokteranHewan

Oleh

M.HASAN ISNAN NIM.1009005062

Menyetujui/Mengesahkan Pembimbing I

Drh. KetutTono PG., M.kes NIP. 19591231 198601 1 001

Pembimbing II

Drh.IGustiKetutsuarjana, MP NIP. 19601111 198803 1 001

DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

Dr. drh. NyomanAdiSuratma, MP NIP. 19600305 198703 1 001

(3)

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa tulisan ini baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan sebagai skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan.

Ditetapkan di Denpasar, tanggal ...

PanitiaPenguji

Drh.KetutTono PG., M.kes NIP. 19591231 198601 1 001

Drh.IGustiKetutSuarjana, MP NIP. 19601111 198803 1 001

Sekretaris

Dr. drh. Ida BagusNgurahSwacita, MP NIP. 19581007 198702 1 001

Anggota

Drh. I Made Sukada, M.si NIP. 19621024 198903 1 003

Anggota

Drh.KetutSuada, M.si NIP. 19601225 198803 1 001

(4)

ABSTRACT

Mastitis is a general term that refers to inflammation of the mammary gland caused by a variety of causes. It is characterized by changes in physical, chemical, and usually bacteriological changes in the milk and pathological changes in the udder. The economic impact of mastitis include a decrease in milk production, a decrease in the quality of milk, premature culling and ultimately cost control programs are relatively high. The purpose of this study was to determine the types of bacteria as a cause of clinical mastitis in goats Peranakanetawa in Banyuwangi. In this study, the sample used is goat milk in the district Pesanggaran, Rogojampi, Songgon and Srono in Banyuwangi regency. Samples taken as many as 11 samples, then analyzed in the laboratory Microbiology Laboratory Faculty of Veterinary Medicine University of Udayana. Phase isolation and identification of the sample to the identification of clinical mastitis-causing bacteria through several stages of growth on sheep blood agar (SBA), Gram stain, catalase test, oxidase test, as well as continued growth in TSIA test indole, methyl red, VogesProskauer and citrate (IMViC ). Of the overall sample were examined obtained mastitis-causing bacteria such as: Staphylococcus sp, Pseudomonas sp, Neisseria sp, E. coli, Corynebcateriumsp, Listeria sp.

(5)

ABSTRAK

Mastitisadalahistilahumumyang mengacupadaperadangankelenjarsusuyang disebabkanolehberbagaipenyebab. Hal iniditandaidenganperubahanfisik, kimia, danbiasanyaperubahanbakteriologisdalamsususertaperubahanpatologispadaambin

g. Dampakekonomimastitis antara lain

penurunanproduksisusu,penurunankualitassusu, pemusnahandinidanakhirnyabiaya program pengendalian yang relatiftinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis bakteri sebagaipenyebab mastitis klinispadakambingperanakanetawa di KabupatenBanyuwangi. Padapenelitianinisampel yang digunakanadalahsusukambingperanakanetawa di

KecamatanPesanggaran, Rogojampi, SonggondanSrono di

KabupatenBanyuwangi. Sampel yang diambilsebanyak 11 sampel,

kemudiandianalisislaboratorik di

laboratoriumMikrobiologiFakultasKedokteranHewanUniversitasUdayana. Tahapisolasidanidentifikasisampelsampaiteridentifikasinyabakteripenyebab mastitis klinismelaluibeberapatahapyaitupenumbuhanpadasheep blood agar (SBA), pewarnaan Gram, ujikatalase, ujioksidase, penumbuhanpada TSIA sertadilanjutkanuji indol, methyl red, voges proskauer dan citrat (IMVIC). Dari keseluruhansampel yang diperiksadidapatkanbakteripenyebab mastitis antaralain :Staphylococcus sp, Pseudomonas sp, Neisseria sp, E.coli, Corynebcateriumsp, Listeria sp.

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiratTuhan Yang Maha Esa yang telahmemberikansegalanikmat, rahmatdan kasihsayang-Nya sehinggapenulisanskripsiinidapatdiselesaikan. Skripsi yang berjudul“IsolasidanIdentifikasiBakteridariSusuKambingPeranakanEtawaTer

indikasi Mastitis Klinisdi beberapaKecamatandi

KabupatenBanyuwangi”disusunberdasarkanhasilpenelitiansebagaisalahsatusyara tuntukmemperolehgelarSarjanaKedokteranHewan di FakultasKedokteranHewan Universitas Udayana. Melaluikesempataninipenulismengucapkanterimakasih yang setulus-tulusnyakepada :

1. Bapak Dr. drh. Nyoman Adi Suratma,

MP,selakuDekanFakultasKedokteranHewanUniversitasUdayana,

2. Bapakdrh. KetutTono PG., M.kesselakupembimbing I atas waktu, bimbingan, nasehat, danmotivasi yang telahdiberikandalam proses penyusunanskripsi, 3. Bapak drh. I GustiKetutSuarjana, M.Pselakupembimbing IIatasbimbingan,

nasehat danmotivasi yang telahdiberikandalam proses penyusunanskripsi, 4. BapakDr.drh. Ida BagusNgurahSwacita, MP, drh. I Made Sukada, M.si, drh.

KetutSuada, M.si selakupenguji yang

(7)

5. BapakProf.Dr.Drh. Ida BagusKomangArdana,

M.kesselakupembimbingakademik yang

memberikanarahanselamamasaperkuliahan,

6. KepalaBalaiBesarVeteriner –Denpasar atasbantuan yang telahdiberikan 7. Orang tua tersayang,bapakMuhyi, ibuSugiarni, IbuTuminahdan mas dian,

mas yayang, ekoirawan, gadingsandiserta seluruh keluarga besar sayaatasdoarestu, kasihsayang, serta dukungan moral dan materil

8. Peternak kambingPeranakanEtawa diKabupatenBanyuwangi yang sudah membantu kelancaran dalam pengambilan sampel penelitian,

9. Teman-temanseperjuangandalampenelitianini, FikiAgus, HanestyJantiko, SentralPemilu, danRestuIlhamatassemangatdankerjasamanya,

10. Sahabat baik penulis, Bayusetiabudi, Khamid, Wanto, Luhung, Fahmi, Ayuni, Egi, Andikasertaseluruhangkatan2010, kakakdanadikangkatan, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

telahbanyakmemberikan ilmu danpengalaman,

terimakasihataspersahabatandandorongansemangatsehinggaskripsiinidapatter selesaikandenganbaik.

11.Teman-teman KKN Candikusuma yang selalumemberisemangat

Dalam penyusunanskripsiinimasihbanyakkekurangannya,

danuntukitusegala saran dankritik yang

(8)

Denpasar, Februari 2015

Penulis DAFTAR ISI

Halaman

RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 RumusanMasalah ... 5

1.3 TujuanPenelitian ... 5

1.4 ManfaatPenelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KambingPeranakanEtawa (PE) ... 6

2.2 Mastitis ... 7

2.3 Penyebab Mastitis ... 8

2.3.1Staphylococcus sp ... 8

2.3.2 Streptococcus sp ... 9

2.3.3 Pseudomonas spp ... 10

2.3.4 Escherichia coli ... 11

2.4. KerangkaKonsep ... 12

BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Materi ... 14

3.1.1 Sampelpenelitian ... . 14

3.1.2 Bahanpenelitian ... 14

(9)

3.2 Metode ... 15

3.2.1Pengambilansampel di lapangan ... 15

3.2.2 Tahapisolasidanidentifikasi ... 15

3.2.2.1 Pewarnaan Gram ... 16

3.2.2.2 Ujikatalase ... 16

3.2.2.3 Ujioksidase ... 17

3.2.3 Media ... 19

3.2.3.1Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) ... 19

3.2.3.2Triple Sugar Iron Agar (TSIA) ... 19

3.2.3.3Methyl Red –VogesProskauer (MR-VP) ... 20

3.2.3.4Simon Citrate Agar ... 20

3.2.3.5SulphideIndol Motility (SIM) ... 21

3.3 Analisis Data ... 21

3.4 LokasidanWaktuPenelitian ... 21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HasilIsolasidanIdentifikasiBakteri ... 22

4.2 Pembahasan ... 28

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. HasilPenanamanpada Media Sheep Blood Agar (SBA)...23

2. HasilPenanamanpada Media TSIA ...24

3. HasilPewarnaan Gram, KatalasedanOksidase ...25

4. HasilUji IMVIC ...26

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Barrow, G.I. danFeltham R.K.A. 1993. Cowan and Steel's Manual for the identification of Medical Bacteria. 3rd. Cambridge, Cambridge University Press

Bergonier, D., CremouxR., Rupp R., LagriffoulR., Lagriffoul G., Berthelot X. 2003. Mastitis of dairy smallruminants. Vet Res. 34:689-716

Carter, G.R and Darla J. Wise. 2004. Essentials of Veterinary Bacteriology and Mycology. Sixth Edition. Lowa States Press. Lowa. USA

Ceballos L.S, Morales E.R, Adarve G.D.L.T, Castro J.D, Martinez L.P, Sampelayo M.R.S. 2009. Composition ofgoat and cow milk produced under similar conditionsand analyzed by identical methodology. J Food CompAnal. 22:322-329

Contreras, A., Corrales J.C., Sanches A., and Sierra D. 1997. Persistence of Subclinical Intramammary Pathogen in Goats Throughout Lactation. J.Dairy Sci. 80 : 2815-2819

Contreras, A., Luengo C., Sanchez A., Corrales J.C. 2003. The role of intramamarypathogens in dairy goats. LivestProd Sci. 79:273-283

Dewi, A.K. 2013. Isolasi,IdentifikasidanUjiSensitivitasStaphylococcus aureusterhadapAmoxicillindariSampelSusuKambingPeranakanEttawa (PE) PenderitaMatitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. JSV. 31(2)

Ebrahimi, A., Lotfalian Sh., Karimi S. 2007. Drug Resistance in Isolated Bacteria from Milk of Sheep and Goats with Subclinical Mastitis in Shahrekord District. Iranian Journal of Veterinary research. 8

(13)

Hawari, A.D., Maher O., Saddam Sh., Awaisheh, Hala I., Al-Daghistani, Amal A.A., Sharaf S.O., Issam M.Q., Hanee M.A., Jafar E.Q. 2014. Prevalence of Mastitis Pathogens and Their Resistance Againts Antimicrobial Agents in Awassi Sheep in Al-BAlqa Province Of Jordan. American Journal of Animal and Veterinary Sciences. 9(2) : 116-121

Hemraj, V., Diksha and Avneet. 2013. A review on commonly used Biochemichal Test for bacteria. Innovare. Journal of Life Science. Vol.1(10 : 1-7

Hirsh, D.C., Yuan C.Z. 1999. Veterinary Microbiology. Blackwell Science, Inc. USA

Islam, M.A., Samad, M.A., AnisurRahman, A.K.M. 2011. Bacterial Pathogens and Risk Factors Associated With Mastitis In black Bengal Goats IN Bangladesh. Bangl.J.Vet.Med. 9(2) : 155-159

Islam, M.R., Ahamed M.S., Alam M.S., Rahman M.M., Sultana T., Roh Y.S and Kim B. 2012.Identification and antibiotic sensitivity of the causative organisms of sub-clinical mastitis in sheep and goats. Pak VetJ, 32(2): 179-182.

Isnel, N.B., and Sukru K. 2012. Isolation of Microorganism from Goats with Subclinical Mastitis and Detection of Antibiotics Susceptibility. Animal Health, Prod. And Hyg. 1(2) : 106-112

Kismiyati, Sri S., Wahid N.Y, danWahyu K. 2009. IsolasidanIdentifikasiBakteri Gram

NegatifPadalukaIkanMaskoki(Carassiusauratus)AkibatInfestasiEktoparasi tArgulus sp.JurnalIlmiahPerikanandanKelautan. 1 (2)

Leitner, G., Merin U., Silanikove N.2004 . Changes in Milk Composition As Affected by Subclinical Mastitis in Goats. J.dairy Sci. 87:1719-1726 Leitner, G., SilanikoveN., and Merin U. 2008. Estimate of milk and curd yield

loss of sheep andgoats with intramammary infection and itsrelation to somatic cell count.Small Rumin. Res.74: 221-225

Lumantouw, S.F., Febby E.F.K., Sendy, B.R., dan Marina F.O.S. 2013.

IsolasidanIdentifikasiBakteri yang

ToleranTerhadapFungisidaMankozebpadaLahanPertanianTomat di

DesaTempok, KecamatanTompaso, Sulawesi Utara.

(14)

Marimuthu, M., danFaez F.J.A. 2014. Prevalence and Antimicrobial Resistance Assessment of Subclinical Mastitis in Milk Samples from Selected Farms. American Journal of animal and veterinary sciences 9 (1) : 65-70, 2014 Moroni, P., Pissoni G., Ruffo, and Boetter P.J. (2005). Risk factors for

intramammary infections andrelationship with somatic cell counts in Italiandairy goats. Prev. Vet. Med. 69: 163-173

Najeeb, M.F., Anjum A.A, Ahmad M.U.D., Khan H.M., Ali M.A., Sattar M.M.K. 2013. Bacterial Etiology of Subclinical Mastitis in Dairy Goats and Multiple Drug Resistance of the Isolates. The journal of animal & plant sciences. 23(6) : 1541-1544

Nofu, K., Siti K., danIrwan L. 2014.

IsolasidanKarakteristikBakteriPendegradasiSelulosapadaAmpasTebuKuni ng(Bagasse).JurnalProtobionat. 3(1) : 25-33

Pelczar, M.J., danChan, E.C.S. 2008. Dasar-dasarmikrobiologi. UI-Press. Jakarta Purnomo, A., Hartatik K., Siti I.O.S., Soegiyono. 2006.

IsolasidanKarakterisasiStaphylococcus

aureusAsalSusuKambingPeranakanEtawa. Media KedokteranHewan. 22

Putra, R.R., Masdiana C.P., danDyah K.W. 2012.

PengaruhPenggunaanBiosurfaktanAsalPseudomonas spdengan Media Tumbuh AirRendamanKedelaiTerhadap Kadar Total Suspended Solid(TSS) danLemakpadaBioremediasiLimbahCairRumahPotongAyam (RPA). PendidikanSarjanaKedokteranHewan. Malang

Quinn, P.J., Markey, B.K., Carter M.E., Donnelly W.J, Leonard, F.C. 2002. Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Blackwell Science, inc. USA

Sharif, A., Muhammad U., Ghulam M. 2009. Mastitis Control in Dairy Production. J.Agric.Soc.Sci. 5 : 102 - 105

Shearer, J.K., danB.Harris Jr. 2003. Mastitis in Dairy Goats. University of Florida Singh, P., danAlka P. 2008. Isolation of Escherichia coli, Staphylococcus aureus

(15)

Sutama, IK. 2011. KambingPeranakanEtawahSumberdayaTernakPenuhBerkah. BadanLitbangPertanian

Suwito, W., Wahyuni A.E.T.H., Widagdo S.N., Bambang S. 2013.

IsolasidanIdentifikasiBakteria Mastitis

KlinispadaKambingPeranakanEtawah. JSV. 31

Suwito, W., danIndarjulianto S. 2013. Staphylococcus aureusPenyebab Mastitis PadaKambingPeranakanEtawah :Epidemiologi, SifatKlinis,Patogenesis, Diagnosis danPengendalian. Wartazoa. 23

Syukur, A., danBambang S. 2014. BisnisPembibitanKambing. PenebarSwadaya. Jakarta.

(16)
(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Banyuwangi secara astronomis terletak di antara 113°53’00” – 114°38’00”

Bujur Timur dan 7°43’00” – 8°46’00” Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten

Banyuwangi yang mencapai 5.782,50 km2 terbagi menjadi 24 Kecamatan (BPS

Kabupaten Banyuwangi, 2015). Ketinggian wilayah Kabupaten Banyuwangi yang

cukup beragam membuat kabupaten ini menjadi daerah yang potensial bagi segala

jenis pertanian dan peternakan.

Beberapa sentra peternakan di Kabupaten Banyuwangi antara lain :

Kecamatan Pesanggaran, Kecamatan Songgon, Kecamatan Srono, dan Kecamatan

Rogojampi. Masing-masing populasi kambing peranakan etawa adalah 110 ekor, 239

ekor, 60 ekor, 160 ekor. Berternak kambing merupakan mata pencaharian sampingan

dan dijadikan sebagai penunjang ekonomi rumah tangga.

Kambing peranakan etawa (PE) merupakan keturunan silang (hibrida)

kambing etawa dengan kambing lokal (Syukur dan Bambang, 2014). Kambing PE

merupakan salah satu ternak yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan

mempunyai potensi tinggi sebagai penghasil daging maupun susu, serta mampu

menghasilkan anak lebih dari satu ekor setiap kelahiran (Purnomo, dkk., 2006).

(18)

2

susu. Susu adalah minuman ideal untuk manusia tanpa batasan usia dan paling utama

di antara bahan asal hewan (Islam, et al., 2011). Kelebihan susu kambing salah

satunya memiliki butir lemak yang lebih kecil bila dibandingkan dengan susu sapi

serta memiliki proporsi asam lemak rantai pendek dalam jumlah yang relatif tinggi

sehingga susu kambing mudah dicerna(Ceballos, et al., 2009)

Penyakit yang sering dijumpai dalam budidaya kambing PE adalah mastitis

(Suwito, et al., 2013). Mastitis adalah istilah umum yang mengacu pada peradangan

kelenjar susu yang disebabkan oleh berbagai penyebab. Hal ini ditandai dengan

perubahan fisik, kimia, dan biasanya perubahan bakteriologis dalam susu serta

perubahan patologis pada ambing (Shearer dan Harris, 2003). Menurut Isnel dan

Sukru, (2012), mastitis adalah peradangan kelenjar susu yang disebabkan oleh bakteri

atau jamur yang patogen. Berdasarkan gejala klinis, mastitis dikelompokkan menjadi

tiga yaitu mastitis sub klinis, klinis dan kronis (Suwito, et al., 2013).

Penelitian yang dilakukan Sharif, dkk., (2009) menyatakan bahwa bakteri

yang terlibat dalam mastitis bervariasi dari kelompok ke kelompok. Bakteri penyebab

paling umum dari penyakit ambing meliputi : Staphylococus (S. aureus dan S.

epidermidis.), Streptococcus sp (Streptococcus agalactiae, Streptococcus

dysgalactiae, Streptococcus uberis dan Streptococcus bovis) dan Coliform (terutama

E. coli dan Klebsiella pneumoniae). Beberapa bakteri patogen bisa menyebabkan

mastitis, tetapi Staphylococcus sp. adalah mikroba penyebab yang paling sering

didiagnosis infeksi intramamary pada kambing. Patogen lain seperti Streptococcus

(19)

3

Corynebacteria dan jamur dapat menghasilkan infeksi mamary di ruminansia kecil

(Ebrahimi, et al., 2010). Pada penelitian sebelumnya ditemukan beberapa macam

bakteri yang ada di dalam susu kambing peranakan etawa yang terkena mastitis,

adapun jenis bakteri tersebut antara lain : Staphylococcus aureus (55.55%),

Pseudomonas sp.(27.77%), Streptococcus sp.(8.3%). Sedangkan Pseudomonas sp

(77.77%) dan Bacillus sp (22.23%) diisolasi dari air yang digunakan untuk

membasuh ambing (Suwito, et al., 2013).

Mastitis merupakan penyakit paling sering dijumpai dan multifaktor pada

kambing yang menyebabkan turunnya tingkat produksi susu (Najeeb, et al., 2013).

Hasil susu dari bagian yang terinfeksi secara signifikan lebih rendah daripada bagian

yang tidak terinfeksi (Leitner, et al., 2004 ). Mastitis yang berhubungan dengan

domba adalah gangren dan biasanya menyebabkan kematian (Ebrahimi, et al., 2007).

Selain mastitis gangrenosa, juga dijumpai ada mastitis toksemia dengan gejala

depresi, nafsu makan turun, suhu tubuh meningkat, otot lemah, pembengkakan

kelenjar mamae disertai kelainan air susu yang dihasilkan (Widodo dan Indarjulianto,

2013). Penyakit ini yang paling penting dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi

dari industri susu. Dampak ekonomi mastitis antara lain penurunan produksi susu,

penurunan kualitas susu karena jumlah somatik sel (JSS) yang tinggi, pemusnahan

dini dan akhirnya biaya program pengendalian yang relatif tinggi. Hal ini sebagian

besar disebabkan oleh bakteri yang hidup di kulit ambing dan di dalam ambing

(20)

4

penyebabnya adalah akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh anak yang baru lahir.

Anak kambing PE sangat tergantung pada antibodi induk yang terdapat di dalam

kolustrum dan kelangsungan hidup berikutnya tergantung pada jumlah susu yang

diproduksi oleh induknya (Purnomo, dkk., 2006). Beberapa kerugian akibat mastitis

klinis antara lain penurunan produksi susu, kematian anak karena tidak mendapatkan

kolostrum, peningkatan biaya pengobatan yang cukup mahal, dan meningkatnya

jumlah hewan yang harus dikeluarkan (Leitner, et al., 2008). Menurut Bergonier,

dkk., (2003) ternak kambing, sekitar 18% dimusnahkan atau mati karena mengalami

mastitis. Perubahan kelenjar susu dan sifat kimia susu adalah penyebab utama

pemusnahan untuk alasan kesehatan, hal ini lebih sering dilakukan selama 2-3 bulan

laktasi pertama.

Karena komponen berharga dari susu seperti laktosa, lemak dan kasein yang

menurun sementara komponen yang tidak diinginkan seperti ion dan enzim

meningkat dan membuat susu tidak layak untuk pengolahan (Shitandi, 2004 dalam

Sharif, et al., 2009). Kerugian akibat mastitis pada kambing di beberapa negara Eropa

sebesar 36 Euro per kambing dalam satu tahun (Contreras, et al., 2003)

Penelitian tentang isolasi dan identifikasi bakteri dari susu kambing peranakan

etawa menderita mastitis klinis di beberapa kecamatan tersebut yang ada di kabupaten

Banyuwangi belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan

(21)

5

1.2Rumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : bakteri apa

saja yang dapat diisolasi dan diidentifikasi di dalam susu kambing peranakan etawa

yang terindikasi mastitis klinis di Kabupaten Banyuwangi?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bakteri yang terdapat pada

susu kambing peranakan etawa yang terindikasi mastitis klinis di Kabupaten

Banyuwangi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mendapat informasi tentang bakteri yang terdapat pada susu kambing

peranakan etawa yang terindikasi mastitis klinis di Kabupaten Banyuwangi

(22)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kambing Peranakan Etawa (PE)

Kambing merupakan bagian penting dari sistem usaha tani bagi sebagian

petani di Indonesia, bahkan di beberapa negara Asia, dan tersebar luas di berbagai

kondisi agro-sistem dari daerah dataran rendah di pinggir pantai sampai dataran tinggi

di pegunungan. Menurut produk yang dihasilkan, ternak kambing dikelompokkan

menjadi 4 yaitu penghasil daging (tipe daging), penghasil susu (tipe perah),

penghasil bulu (tipe bulu), serta penghasil daging dan susu (Sutama, 2011)

Sampai saat ini ada beberapa jenis kambing di Indonesia, antara lain :

kambing kacang, peranakan etawah, boer, manggala serta kambing batang. Beberapa

jenis kambing yang ada, peranakan etawa (PE) merupakan salah satu jenis kambing

yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. PE merupakan persilangan antara

kambing kacang dengan kambing etawa, yang terjadi puluhan tahun yang lalu. Hasil

silangan tersebut telah mampu beradaptasi dengan kondisi Indonesia. Kambing PE

memiliki ciri – ciri : telinganya panjang dan terkulai dengan panjang 18-30 cm, warna

bulu bervariasi dari coklat muda sampai hitam, bulu kambing PE jantan bagian atas

leher, pundak lebih tebal dan agak panjang. Sedangkan betina bulu panjangnya hanya

terdapat pada bagian paha, dan bobot badan jantan dewasa ± 40 kg dan betina ± 35 kg

serta tinggi pundaknya 76-100 cm (Wijoseno, et al., 2009). Sedangkan menurut

(23)

7

cembung, telinga relatif panjang (18-30 cm) dan terkulai. Jantan dan betina bertanduk

pendek. warna bulu bervariasi dari kream sampai hitam, bulu pada bagian paha

belakang, leher dan pundak lebih tebal dan lebih panjang daripada bagian lainnya,

warna putih dengan belang hitam atau belang coklat cukup dominan. Tinggi badan

untuk jantan 70-100 cm, dengan berat badan dewasa mencapai 40-80 kg untuk jantan

dan 30-50 kg untuk betina.

2.2Mastitis

Mastitis adalah istilah umum yang mengacu pada peradangan kelenjar susu

yang disebabkan oleh berbagai penyebab. Hal ini ditandai dengan perubahan fisik,

kimia, dan biasanya perubahan bakteriologis dalam susu serta perubahan patologis

pada ambing (Shearer dan Harris, 2003). Menurut Isnel dan Sukru, (2012) mastitis

adalah peradangan kelenjar susu yang disebabkan oleh bakteri atau jamur yang

patogen. Berdasarkan gejala klinis, mastitis dikelompokkan menjadi tiga yaitu

mastitis sub klinis, klinis dan kronis (Suwito, et al., 2013).

Mastitis klinis, terjadi perubahan warna susu, ada gumpalan pada susu, dan

ditemukan sejumlah leukosit besar pada susu. Pembengkakan, panas, nyeri, dan

indurations dapat teramati pada kelenjar susu pada kasus klinis. Gejala ini biasa

dideteksi dengan pengamatan visual pada ambing. Kasus mastitis subklinis, tidak ada

tanda-tanda klinis penyakit selain peningkatan jumlah sel somatik (JSS) dalam susu,

(24)

8

yang telah berlangsung selama berbulan-bulan dan terjadi dari satu laktasi ke laktasi

yang lain (Islam, et al., 2012).

2.3Penyebab Mastitis

Kejadian mastitis berhubungan dengan faktor risiko seperti manajemen

pemerahan yang kurang higienis, pemerahan yang tidak tuntas, dan sanitasi kandang

yang kurang baik (Suwito dan Indarjulianto, 2013). Menurut Isnel dan Sukru, (2012),

ada banyak mikroorganisme yang menyebabkan mastitis pada kambing. Teknik

pemerahan tidak tepat dan tidak cocok serta kondisi kebersihan dapat meningkatkan

infeksi. Dalam kebanyakan ternak, bakteri penyebab mastitis yang paling umum

ditemukan adalah Staphylococcus aureus.

Sumber S.aureus berasal dari kulit di sekitar ambing, tangan pemerah, kain

yang digunakan untuk mengeringkan ambing, mesin pemerah dan lingkungan sekitar

kandang. Infeksi terjadi saat kondisi otot dari puting susu terbuka dan S.aureus

masuk melalui teat canal. Sebanyak 10 colony forming unit (cfu). S. aureus dapat

menimbulkan mastitis dan S.aureus koagulase negatif paling banyak dilaporkan

sebagai penyebab mastitis subklinis pada kambing (Moroni, et al., 2005)

2.3.1 Staphylococcus sp

Staphylococcus sp termasuk bakteri Gram positif berbentuk kokus

berpasangan, rantai pendek, dan cluster. Bakteri ini termasuk anaerob fakultatif,

(25)

9

dan Darla, 2004). Bakteri ini ada pada saluran pernapasan atas dan permukaan epitel

lainnya dari semua hewan berdarah panas. 5 dari sekitar 20 spesies, penting pada

hewan yaitu : S. aureus, S.intermedius, S.epidermis, S.hyicus, dan S.scheiferi sp.

coagulans. (Hirsh dan Yuan, 1999)

Staphylococcus aureus membentuk warna abu-abu sampai kuning emas tua.

Pigmen kuning keemasan timbul pada pertumbuhan pada suhu 37°C selama 18-24

jam, tetapi pembentukan pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25°C). Pigmen

kuning keemasan tidak timbul pada pembiakan anaerobik atau pada kaldu.

Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada banyak media pertumbuhan bakteri

(Dewi, 2013)

2.3.2 Streptococcus sp

Streptococcus sp adalah bakteri Gram positif, nonmotile, non-spora kokus

yang terjadi secara tunggal, berpasangan, atau dalam rantai. Sebagian dari spesies

menyebabkan penyakit penting pada hewan dan manusia. Streptococcus sp termasuk

bakteri anaerobik fakultatif, fermentatif dan katalase serta oksidase negatif (Carter

dan Darla, 2004).

Streptococcus sp adalah sekelompok bakteri yang dapat menginfeksi banyak

spesies hewan, menyebabkan kondisi supuratif seperti pada mastitis, metritis,

polyarthritis dan meningitis. Kelompok bakteri ini memiliki tiga genera yaitu :

Streptococcus, Enterococcus dan Peptostreptococcus. Kebanyakan spesies pathogen

berada di genus Streptococcus. Organisme ini Gram positif cocci, diameter sekitar 1.0

(26)

10

katalase negatif anaerob fakultatif, berasal dari energi fermentasi. Streptococcus sp

memiliki sifat pertumbuhan yang cukup sulit, membutuhkan media terbaik yang

mengandung darah atau serum sebagai media pertumbuhan. Beberapa varian nutrisi

Streptococci (VNS) diperlukan, di samping suplementasi hidroklorida piridoksal

(0,002%) (Hirsh and Yuan, 1999).

Spesimen harus dikultur pada agar darah dan MacConcey. Cawan Petri

diinkubasikan secara aerob pada 37°C selama 24 sampai 48 jam. Kriteria identifikasi

isolat : kecil, koloni tembus cahaya, beberapa berlendir, jenis hemolisis pada agar

darah, rantai Gram positif cocci, uji katalase negatif (Quinn, et al., 2002).

2.3.3 Pseudomonas sp

Pseudomonas sp adalah bakteri Gram negatif, aerobik atau fakultatif anerobic,

batang berukuran sedang. Bakteri ini motil oleh satu atau beberapa flagella polar,

katalase dan oksidase positif, dan beberapa spesies menghasilkan pigmen larut dalam

air. Pseudomonas sp hidup bebas, ditemukan secara luas di tanah dan air (Carter dan

Darla, 2004). Anggota dari genus Pseudomonas adalah aerob obligat, berasal dari

energi oksidasi bahan organik dan menggunakan oksigen sebagai akseptor terminal

elektron. Pseudomonas tumbuh pada semua media umum pada rentang suhu : 4 ° C

sampai 41 ° C (Hirsh dan Yuan, 1999)

Pseudomonas aeruginosa tumbuh dengan baik pada media agar darah. Koloni

agak besar, berdiameter >1 mm, abu-abu kasar, biasanya dengan zona hemolisis.

Selain oksidasi positif, suatu sifat yang lain yang membedakannya dengan keluarga

(27)

11

memanfaatkan oksidatif glukosa, tumbuh 42°C dan membentuk warna hijau-biru

(Hirsh dan Yuan, 1999)

2.3.4 Escherichia coli

Genus Escherichia terdiri beberapa spesies, tetapi hanya E. coli merupakan

patogen penting pada hewan. Spesies ini, fakultatif negatif yang terdiri dari flora

normal saluran pencernaan, dapat menjadi penyebab penyakit septicemia pada anak

kuda, sapi, babi, anjing, domba, dan penyakit edema pada babi (Hirsh dan Yuan,

1999).

Bakteri enterik merupakan bakteri oxidase negatif, katalase positif (beberapa

pengecualian), tidak membentuk spora, fermentasi (sering dengan gas) dan biasanya

motil. Hewan muda sangat rentan, dan sering terinfeksi pada saluran kemih.

Colibacillosis adalah istilah umum yang menunjukkan infeksi E.coli ditandai dengan

satu atau lebih hal berikut: diare, enteritis, bacterimia, atau septicemia. Rota dan

coronavirus, virus diare pada sapi, koksidia, dan cryptosporidia kadang-kadang dapat

terlibat juga. Dari sudut pandang mekanisme patogen dan penyakit, lima kategori

utama dari E.coli yang diakui antara lain : enterotoksigenik (ETEC),

enteropathogenic (EPEC), enteroinvasif (EIEC), enterohemorrhagic (EHEC), dan

faktor nekrosis cytotoxin. Kategori diwakili oleh serotipe yang berbeda. Serotipe

tertentu lebih sering ditemui dibeberapa sindrom penyakit (Carter dan Darla, 2004)

Koloni E. coli biasanya gelap dan memiliki kemilau hijau metalik. Koloni

bakteri fermentasi non-laktosa tidak berwarna dan transparan pada media Eosin

(28)

12

2.4 Kerangka Konsep

Kambing peranakan etawa merupakan salah satu ternak yang banyak

dibudidayakan di Indonesia dan mempunyai potensi tinggi sebagai penghasil daging

maupun susu, serta mampu menghasilkan anak lebih dari satu ekor setiap kelahiran

(Purnomo, dkk., 2006).

Susu kambing memiliki kandungan protein yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan susu sapi dan sebagai sumber mineral, kalsium serta fosfor

yang baik untuk pertumbuhan bayi (Isnel and Sukru, 2012).

Mastitis adalah istilah umum yang mengacu pada peradangan kelenjar susu

yang disebabkan oleh berbagai penyebab. Hal ini ditandai dengan perubahan fisik,

kimia, dan biasanya perubahan bakteriologis dalam susu serta perubahan patologis

pada ambing (Shearer dan Harris, 2003).

Susu disubkultur pada media sheep blood Agar (SBA) kemudian pada media

Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) diinkubasikan pada suhu 370C selama semalam.

Koloni yang tumbuh dalam media Sheep blood agar (SBA) dan EMBA dilakukan

pewarnaan Gram, selanjutnya diuji biokimia untuk dilakukan identifikasi bakteri

(Barrow dan Feltham, 1993).

Menurut hasil penelitian Najeeb et al., (2013), 146 isolat bakteri diperoleh

dari 90 sampel susu yang positif dengan uji WST (white side test). Bakteri penyebab

mastitis dengan persentase tertinggi adalah S.aureus (61,64) diikuti oleh E. coli

(29)

13

Corynebacterium sp. (4,11). Sedangkan penelitian yang dilakukan Suwito dkk.,

(2013) : Staphylococcus aureus (55.55%), Pseudomonas sp.(27.77%), Streptococcus

sp.(8.3%). Sedangkan Pseudomonas sp (77.77%) dan Bacillus sp (22.23%) diisolasi

dari air yang digunakan untuk membasuh ambing.

Berdasarkan permasalahan di atas diketahui jika kasus mastitis disebabkan

oleh bakteri, maka dalam isolasi dan identifikasi berpeluang untuk ditemukannya

jenis-jenis bakteri penyebab mastitis dengan jenis berbeda-beda. Hal ini didukung

penelitian Sharif, dkk., (2009) bahwa bakteri yang terlibat dalam mastitis bervariasi

Referensi

Dokumen terkait

Antropometri menurut (Nurmianto 1996) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik tubuh manusia seperti ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan

Saat tubuh manusia mengalami penuaan, beberapa bagian juga mengalami penurunan fungsi berupa pertumbuhan sel epidermis lebih lambat, fibroblasts pada lapisan dermis

menentang kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sedikit dari mereka hanya mementingkan diri sendiri dan sulit bekerja sama dengan partner yang lainnya.

.- Peserta didik teramil dalam menya!ikan dasar emrograman $er$asis o$!ek se2ara indi5idu dengan 2eat dan teat serta sika !u!ur0 disilin0 tanggung !a+a$0 eduli0

[r]

Hal ini disebabkan karena pada P3 dosis mol nasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman kacang hijau serta unsur N yang dibutuhkan dalam fase

Gambar 1.3 Tampilan Instagram Online Shop The Kanza Accesories

Kerangka layanan publik yang dikembangkan dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar 7 telah disesuaikan dengan Diagram Alir Permintaan Layanan Masyarakat pada gambar 6..