• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Volume 04, Nomor 1 ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Volume 04, Nomor 1 ISSN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman 305 dari 451

PENGARUH PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) NASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

Putu Andri Purwanto1, Sulis Maida2, Mei Kristiani Manulang3, Nining Triani Thamrin4 Universitas Cok roaminoto Palopo1,2,3,4

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi mikroorganisme lokal nasi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) yang dilaksanakan di Lahan Percobaan Kampus 2 Universitas Cokroaminoto Palopo, jln Lamaranginang, Kecamatan Wara Utara, Kota Palopo. Penelitian ini dimulai pada bulan April sampai Juni 2018 dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 20 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis mikroorganisme lokal nasi berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau. Namun pada perlakuan P3 (200ml mol/500ml air) menunjukkan pertumbuhan dan jumlah produksi terbaik dengan rata-rata tinggi tanaman mencapai 30,392cm, rata-rata jumlah daun mencapai 32,125 helai, dan rata-rata jumlah polong mencapai 29,125 polong.

Kata kunci : nasi basi, mikroorganisme lokal, tanaman kacang hijau.

1. Pendahuluan

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia, seperti bubur kacang hijau, isionde-onde dan jenis bahan makanan lainnya. Tanaman ini mengandung zat-zat gizi antara lain, amilum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, vitamin dan lainnya. Manfaat lain dari tanaman ini adalah dapat melancarkan buang air besar dan menambah semangat hidup, juga digunakan untuk pengobatan (Atman, 2007).

Kacang hijau adalah jenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas didaerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ke-3 terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah.

Produksi kacang hijau Indonesia pada tahun 2015 meningkat mencapai 271.463 ton, pada tahun 2016 produksi menurun menjadi 252.985 ton dan pada tahun 2017 produksi kacang hijau kembali menurun menjadi 241.323 ton (BPS, 2017). Penurunan produksi kacang hijau dapat disebabkan oleh teknik budidaya yang belum optimal, pemupukan dan persediaan air kurang memadai, masih rendahnya produksi dan produktifitas yang dicapai petani dalam pengembangan budidaya kacanag hijau adanya serangan hama dan penyakit serta adanya gangguan gulma yang merupakan pesaing dari kacanghijau (Rukmana, 1997).

(2)

Halaman 306 dari 451

Pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh media tanam (tanah) yang subur serta pupuk yang digunakan, pemanfaatan pupuk organik sebagai salah satu komponen penting dalam mengatasi tanaman yang kekurangan nutrisi dibidang pertanian serta aman bagi lingkungan salah satunya adalah penggunaan MOL (Mikroorganisme Lokal) sebagai nutrisi (vitamin) bagi tanah agar tetap subur.

MOL (Mikroorganisme Lokal) adalah cairan yang mengandung organisme yang terdiri dari bahan bahan alami yang ada di sekitar kita, dan mudah didapat tanpa harus mengeluarkan banyak biaya. Peran mol sebagai dasar komponen pupuk, mikroorganisme tidak hanya bermanfaat bagi tanaman namun juga bermanfaat sebagai agen dekomposer bahan organik limbah pertanian, limbah rumah tangga dan limbah industri. Upaya mengatasi ketergantungan terhadap pupuk dan pestisida buatan, dapat dilakukan dengan meningkatkan peran mikroorganisme tanah yang bermanfaat melalui berbagai aktivitasnya yaitu meningkatkan kandungan beberapa unsure hara didalam tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara didalam tanah, dan meningkatkan efisiensi penyerapan unsur hara dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang bermanfaat melalui aplikasi bahan organik (Rao, 1994 dalam Kementrian Pertanian 2014).

Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama mol terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan mol dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Salah satu bahan yang dapat dijadikan sebagai mikroorganisme lokal adalah nasi basi. Nasi basi merupakan salah satu limbah rumah tangga yang hampir setiap hari diproduksi, nasi basi biasanya digunakan sebagai pakan ternak. Nasi basi dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman karena nasi basi memiliki kandungan unsur hara N 0,7 %, P2O5 0,4%, K2O

0,25%, kadar air 62%, bahan organik 21%, CaO 0,4% dan nisbah C/N 20-25 (Lingga : 1991). Proses pembuatan nasi basi menjadi mol dilakukan dengan proses fermentasi dengan menggunakan wadah sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme dari nasi basi. Penggunaan mol nasi pada tanaman tidak merusak lingkungan dan juga tidak berbahaya bagi manusia dan hewan serta mol nasi dapat berfungsi sebagai dekomposer dan pupuk hayati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan dosis Mikroorganisme Lokal (MOL) nasi yang tepat

(3)

Halaman 307 dari 451

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau, dan sebagai informasi untuk masyarakat tentang manfaat Mikroorganisme Lokal (MOL) nasi untuk pertumbuhan dan produktifitas tanaman kacang hijau.

2. Metode Penelitian Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Kampus 2 Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo, Jln Lamaranginang, Kecamatan Wara Utara, Kota Palopo. Dimulai pada bulan April-Juni 2018.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang hijau, nasi basi dan air.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah tugal, cangkul, meteran, pulpen, buku, kamera, gelas ukur, kamera, ember, jirigen dan label.

Metode Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 20 unit percobaan, dimana tiap satuan percobaan terdapat 2 tanaman sehingga diperoleh 40 tanaman.

P0 = Kontrol (tanpa perlakuan) P1 = 100 ml mol nasi/500 ml air P2 = 150 ml mol nasi/500 ml air P3 = 200 ml mol nasi/500 ml air P4 = 250 ml mol nasi/500 ml air

Selanjutnya data pengamatan yang diperoleh diolah melalui Analisis Sidik Ragam. Apabila dari analisis tersebut mendapatkan hasil berbeda sangat nyata, maka data selanjutnya akan dilanjutkan dengan Uji Beda NyataJujur (BNJ) pada taraf 5%. Pelaksanaan Percobaan

1. Pembuatan Mol Nasi

Bahan pokok yang diperlukan adalah nasi basi, nasi yang telah basi dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian ditutup dengan cara diikat. Buat lubang sedalam 40cm di atas permukaan tanah, pendam nasi basi yang telah di bungkus kedalam tanah dan tutup kembali menggunakan tanah. Diamkan selama 2 minggu untuk mendapatkan hasil fermentasi yang lebih baik, setelah terjadi fermentasi selama 2 minggu nasi diambil kemudian dilarutkan ke dalam air dengan perbandingan 1:2.

(4)

Halaman 308 dari 451

Setelah tercampur, dilakukan penyaringan untuk mendapatkan larutan mol nasi. Masukkan larutan mol nasi kedalam jirigen, larutan mol siap digunakan.

2. Persiapan Lahan

Persiapan lahan meliputi pembersihan lahan dari gulma, kemudian dilakukan pembuatan bedengan. Bedengan dibuat dengan ukuran panjang 60cm dan lebar 30cm dengan jarak antar bedengan 45cm. Setelah itu dibuat lubang tanaman dengan kedalaman 3 cm dengan jarak antara tanaman 25cm. Dalam satu bedengan terdapat dua tanaman.

3. Persiapan Benih dan Penanaman

Sebelum benih ditanam, benih terlebih dahulu direndam untuk mematahkan masa dormansi benih. Setelah direndam benih kacang hijau siap ditanam ke lahan yang telah ditugal sedalam 3 cm, setiap lubang tanam diisi 2-3 biji.

4. Waktu Aplikasi

Aplikasi pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam, aplikasi MOL nasi dilakukan seminggu sekali sampai tanaman memasuki fase generatif. Pengaplikasian dilakukan dengan cara menyiram larutan mol nasi keseluruh tanaman kacang hijau menggunakan gelas ukur.

5. Pemeliharaan

Satu minggu setelah tanam, benih tanaman kacang hijau sangat membutuhkan air untuk berkecambah. Pada periode tersebut pengairan harus diberikan sehingga tanah selalu lembab, apabila musim hujan, penyiraman tidak perlu dilakukan. Sebaliknya, pada musim kemarau penyiraman sangat diperlukan agar tanaman tidak layu.

Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan dalam praktikum yang di lakukan adalah sebagai berikut:

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman menggunakan meteran, dilakukan dari pangkal batang sampai titik tumbuh. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu dimulai pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam sampai fase generatif. 2. Jumlah Daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung daun yang sudah terbuka sempurna. Pengamatan jumlah daun dimulai pada umur 2 minggu setelah tanam sampai fase generatif.

(5)

Halaman 309 dari 451

3. Jumlah Polong

Pengamatan jumlah polong dilakukan dengan cara menghitung setiap polong berdasarkan masing-masing perlakuan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

1. Tinggi Tanaman

Rata-rata tinggi tanaman kacang hijau dapatdilihatpada diagram berikut:

Gambar 1. Diagram Rata-Rata Tinggi Tanaman Kacang Hijau (cm) dengan Pemberian Mol Nasi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)

Dari hasil diagram diatas memperlihatkan bahwa rata-rata tinggi tanaman kacang hijau dengan pemberian Mol nasi menunjukkan pada perlakuan P3 rata-rata tinggi tanaman 30,3925cm memperlihatkan kondisi tanaman kacang hijau yang paling tinggi. Sedangkan rata-rata tinggi tanaman kacang hijau yang memperlihatkan pertumbuhan rendah, terjadi pada perlakuan P1 rata-rata tinggi tanaman 24,575cm. Hal ini disebabkan karena pada P3 dosis mol nasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman kacang hijau serta unsur N yang dibutuhkan dalam fase pertumbuhan dan perkembangan.

0 20 40 P0 P1 P2 P3 P4 25,3325 24,575 26,065 30,3925 25,1075 Tinggi Tanaman

(6)

Halaman 310 dari 451

2. Jumlah Daun

Rata-rata jumlah daun tanaman kacang hijau dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 2. Diagram Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau (helai) dengan Pemberian Mol Nasi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.).

Dari hasil diagram diatas memperlihatkan pada perlakuan P3 menunjukkan rata-rata jumah daun yang paling baik yang menunjukkan rata-rata-rata-rata jumlah daun 32,125 helai sedangkan nilai rata-rata jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan P1 (22,875helai). Hal ini di sebabkan karena mol nasi mengandung unsur hara N 0,7 %, P2O5 0,4%, K2O 0,25%, kadar air 62%, bahan organik 21%, CaO 0,4% dan nisbah

C/N 20-25 (Lingga : 1991). 3. JumlahPolong

Rata-rata jumlah polong tanaman kacang hijau dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 3.Diagram Rata-Rata Jumlah Polong Tanaman Kacang Hijau dengan Pemberian Mol Nasi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)

Dari hasil diagram diatas memperlihatkan dosis perlakuan yang paling baik untuk jumlah polong tanaman kacang hijau yaitu pada perlakuan P3, yang

0 20 40 P0 P1 P2 P3 P4 28 22,875 28,8 32,125 23,55 Jumlah Daun 0 10 20 30 P0 P1 P2 P3 P4 14,5 9,375 19,875 29,125 10,25 Jumlah Polong

(7)

Halaman 311 dari 451

menunjukkan rata-rata jumlah polong 29,125 buah, sedangkan nilai rata-rata jumlah polong terendah terdapat pada perlakuan P1 dengan jumlah polong 9,375. Hal ini karena peran unsur hara P dalam pembentukan bunga mempengaruhi pembentukan dan ukuran polong.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa efektifitas pemberian mol nasi tidak berpengaruh nyata pada semua parameter pengamatan. Meskipun tidak berpengaruh nyata, namun pada Perlakuan P3(200 mol nasi/500 ml air) memperlihatkan hasil yang lebih baik pada tinggi tanaman 30,3925cm, jumlah daun yaitu sebesar 32,125 helai dan jumlah polong yaitu sebanyak 29,125 buah. Hal ini disebabkan karena dosis mol nasiyang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman kacang hijau serta unsurN yang dibutuhkan dalam fase pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marvelia dkk (2006), bahwa unsur hara N dibutuhkan pada fase pertumbuhan tanaman seperti pada daun dan ikut berperan dalam proses pembungaan, namun peran N tidak terlalu besar seperti halnya peran P dalam pembentukan bunga. Peran P dalam pembentukan bunga mempengaruhi pembentukan dan ukuran polong, karena polong merupakan perkembangan dari bunga.

Pada perlakuan P2 (150ml Mol nasi/500 ml air) ternyata dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau diantaranya tinggi tanaman sebesar 26,065cm, jumlah daun 28,8 helai dan jumah polong 19,875 buah. Hal ini di sebabkan karena Mol nasi mengandung unsur hara N 0,7%, P2O5 0,4%, K2O 0,25%, kadar air

62%, bahan organik 21%, CaO 0,4% dan nisbah C/N 20-25 (Lingga : 1991).

Sedangkan pada pemberian 100 ml mol nasi/500 ml air (P1) dan 250 ml mol nasi/500 ml air (P4) kurang memberikan pengaruh pertumbuhan dan perkembangan kacang hijau dimana tinggi tanaman hanya mencapai 24,575cm dan 25,1075cm dengan jumlah daun 22,875helai dan 23,55 helai serta jumlah polong 9,375 buah dan 10,625 buah. Hal ini disebabkan unsur N lebih banyak diserap oleh tanaman kacang hijau dibandingkan unsur K dan P. Pertambahan jumlah daun berkaitan dengan peranan N sebagai komponen klorofil didaun sehingga meningkatkan proses fotosintesis yang memacu pertumbuhan jumlah daun tanaman dan peranan P sebagai komponen esensial ADP dan ATP yang bersama-sama berperan penting dalam fotosintesis dan penyerapan ion inilah yang diduga mampu meningkatkan pertambahan jumlah daun (Kastalani dkk, 2017). Unsur K berperan dalam

(8)

Halaman 312 dari 451

pembentukan dan pengangkutan karbohidrat kebagian tanaman lain juga mengaktifkan enzim-enzim yang penting untuk reaksi fotosintesis. Sehingga fotosintesis dapat berjalan dengan cepat serta pembentukan dan pengangkutan hasil-hasil fotosintat dapat meningkatkan berat padatan yang terkandung pada jaringan tanaman sehingga dapat meningkatkan berat tanaman kacang hijau hal ini sesuai dengan pernyataan Pandey dan Syuha (2002) yang menyatakan bahwa unsur kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi fotosintesis dan respirasi.

4. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengaruh pemberian mol nasi terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau tidak memberikan pengaruh nyata pada semua parameter pengamatan, dimana rata-rata tinggi terbaik ditunjukkan pada perlakuan (P3)30,3925cm, untuk rata-rata-rata-rata jumlah daun terbaik ditunjukkan pada perlakuan (P3) 32,125 helai, sedangkan pertumbuhan terbaik untuk rata-rata jumlah polong diperlihatkan pada (P3) 29,125 buah.

2. Konsentrasi dosis mol nasi yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau yang terbaik ditunjukkan pada perlakuan (P3) dengan dosis 200ml mol/500ml air untuk semua parameter pengamatan.

[1] Daftar Pustaka

[2] Andrianto, T.,T. dan N.Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Absolute. Jakarta.

[3] Andrianto, T.T., dan N. Indarto. 2014. Budidaya Dan Analisis Tani Kedele,

Kacang Hijau, Kacang Panjang. Penerbit Absolute. Yogyakarta.

[4] Atman, 2007. Tanaman Kacang Hijau. Jakarta. Diakses 29 Juni 2018.

[5] Fachruddin, 2000:64. Budidaya dan Analisis Tani Kedele Kacang Hijau,

Kacang Panjang. Penerbit Absolut. Yogyakarta.

[6] Kastalani, dkk. 2017 Pengaruh Pemberian Mikroorganisme Lokal (Mol) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum). Fakultas Pertanian Universitas Kristen Palangkaraya E-Issn 2355-3545. [7] Lingga. 1991 Nutrisi Organik Dari Hasil Fermentasi. Pupuk Buatan

Mengandung Nutrisi Tinggi. Yogyakarta.

[8] Marfelia., S. Darmanti 2006. Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L Saccharata) Yang Diperlakukan Dengan Kompos Kascing Dengan Dosis Yang

Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. X1V: Oktober Yogyakarta 2006.

[9] Marzuki, A. R., dan HS. oerapto,. 2004. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.

(9)

Halaman 313 dari 451

[10] Panday, S.H And Syuha B,K. 2002.Plante Physiology Third Edition. Vikash Publ. House, New Delhi, India. Diakses 10 Juli 2018.

[11] Purnomo & Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya : Jakarta. Diakses 29 Juni 2018.

[12] Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau, Budidaya dan Pasca Panen. Penerbitkanisius. Yogyakarta. Diakses 29 Juni 2018.

[13] Rukmana, 1997. Morfologi Tanaman Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Diakses 29 Juni 2018.

[14] Sunantara, I. Made. M. 2000. Teknik produksi benih kacang hijau. Instansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Denpasar.

Gambar

Gambar  1.  Diagram  Rata-Rata  Tinggi  Tanaman  Kacang  Hijau  (cm)  dengan  Pemberian  Mol  Nasi  Terhadap  Pertumbuhan  dan  Perkembangan  Tanaman  Kacang  Hijau  (Vigna radiata L.)
Gambar  3.Diagram  Rata-Rata  Jumlah  Polong  Tanaman  Kacang  Hijau  dengan  Pemberian  Mol  Nasi  Terhadap  Pertumbuhan  dan  Perkembangan  Tanaman  Kacang  Hijau  (Vigna radiata L.)

Referensi

Dokumen terkait

Bimbingan sosial pada dasarnya menyangkut pengembangan, pemahaman tentang keragaman budaya atau adat istiadat, sikap-sikap sosial (sikap.. Untuk memberikan motivasi

Hasil penelitian diperoleh 80% peserta memiliki keterampilan dalam membuat peta digital dengan kategori Tinggi sedangkan 20% peserta dalam kategori Sangat Tinggi,

Keputuskan alternatif mana yang diperlukan oleh manajemen yang berkaitan dengan pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus dapat menggunakan

Model fit diperoleh setelah mengeliminasi beberapa variabel observed yang tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel laten seperti persepsi terhadap sarana

Mengacu kepada deskripsi pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka dapat disarankan (a) guru hendaknya membiasakan siswa untuk mengerjakan soal

Tipe gejala nematoda pada wortel yang ditemukan di daerah Jawa Barat lebih bervariasi dibanding dari Sulawesi Selatan, yaitu umbi bercabang, bulat dan bercabang,

Gambar 3 di atas memperlihatkan skema pengendalian mesin penggulung kumparan motor listrik berbasis mikrokontroler. Mesin penggulung ini dikontrol dengan input dari

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik, pembelajaran matematika menggunakan model