• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Volume 04, Nomor 1 ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Volume 04, Nomor 1 ISSN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional Volume 04, Nomor 1 ISSN 2443-1109

Halaman 273 dari 451 INVENTARISASI NEMATODA PARASIT TUMBUHAN YANG

BERSASOSIASI DENGAN TANAMAN WORTEL ASAL JAWA BARAT DAN SULAWESI SELATAN

Hishar Mirsam1

Universitas Cok roaminoto Palopo1 hisharmirsam@yahoo.co.id1

Abstrak

Nematoda parasit tumbuhan atau sering disebut fitonematoda merupakan salah satu golongan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dapat menyebabkan kerugian pada tanaman budidaya.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi nematoda parasit yang beraosiasi de ngan tanaman wortel asal Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel berdasarkan metode purposive sampling dilakukan di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dan Pertanaman Wortel di Dataran Tinggi Malino, Sulawesi Sealatan. Ekstraksi nematoda dilakukan berdasarkan metode flotasi sentrifugasi dan metode Baerman. Identifikasi dilakukan berdasarkan karakter morfologi nematoda dan tipe gejala pada tanaman wortel. Tipe gejala nematoda pada wortel yang ditemukan, yaitu umbi bercabang, bulat dan bercabang, pendek dan membulat, pecah, serta berambut, selain itu juga ditemukan gejala lesion dan puru pada umbi mulai dari ukuran kecil, sedang, dan besar. Tujuh genus nematoda parasit yang berasosiasi dengan tanaman wortel, yaitu Meloidogyne spp., Pratylenchus spp., Rotylenchulus spp., Helicotylenchus spp., Haplolaimus spp., Criconemoides, dan Xiphinema. Tipe gejala dan jenis nematoda pada wortel yang ditemukan di daerah Jawa Barat lebih bervariasi dibanding di Sulawesi Selatan.

Kata kunci: Fitonematoda, Karakter morfologi, Jawa Barat, Meloidogyne, Sulawesi Selatan

1. Pendahuluan

Nematoda parasit tumbuhan atau sering disebut fitonematoda merupakan salah satu golongan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dapat menyebabkan kerugian pada tanaman budidaya. Di Indonesia kerusakan tanaman karena nematoda parasit, kurang disadari oleh para petani maupun para petugas yang bekerja di bidang pertanian. Hal ini disebabkan gejala yang disebabkan oleh nematoda parasit pada umumnya tidak spesifik, berjalan sangat lambat, dan sering bercampur dengan gejalan oleh patogen lain.

Nematoda parasit ini telah dilaporkan berasosiasi dengan tanaman wortel di daerah Jawa Timur, Yogjayakarta, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan (Hikmia et al. 2012; Taher et al. 2012; Nurjayadi et al. 2015; Utami et al. 2017; Mirsam et al.

2015). Lebih dari 90 spesies nematoda parasit tanaman diketahui berasosiasi dengan tanaman wortel, tetapi hanya sedikit yang sudah dipelajari secara rinci (Hay dan Perthybridge, 2005). Menurut Merrifield (2000) terdapat 5 genus nematoda parasit yaitu Meloidogyne, Pratylenchus, Rotylenchulus, Longidorus, dan Xiphinema yang berasosiasi dengan tanaman wortel di daerah tropis. Kerusakan tanaman karena nematoda parasit, kurang disadari oleh para petani maupun para petugas yang bekerja

(2)

Halaman 274 dari 451

di bidang pertanian. Kehilangan hasil tanaman wortel akibat infeksi nematoda puru akar mencapai 15–95% (Kurniawan 2010).

Gejala penyakit oleh nematoda parasit yang ditemukan di Jawa Barat lebih bervariasi dibandingkan di Sulawesi Selatan. Variasi gejala di Jawa Barat antara lain umbi bercabang, hairy root, puru akar dengan ukuran yang bervariasi, lesio, serta malformasi umbi yang lain. Sedangkan gejala nematoda parasit pada tanaman wortel di Sulawesi Selatan menurut Mirsam, et al. (2015) yaitu pertumbuhan tanaman tidak merata, tanaman kerdil, daun menguning dan tanaman yang bergejala mudah tercabut.

Umbi wortel yang terinfeksi memperlihatkan gejala umbi bercabang, bintil-bintil berukuran kecil hingga bentuk distorsi yang besar, dan luka pada umbi dan akar. Oleh karena itu, perlu adanya kajian tentang inventarisasi jenis nematoda parasit yang berasosiasi dengan tanaman wortel sebagai langkah awal penentuan teknik pengendalian nematoda parasit tanaman dalam upaya peningkatan produksi tanaman wortel.

2. Metode Penelitian Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dan di Pertanaman Wortel di Dataran Tinggi Malino, Sulawesi Sealatan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposif dengan memilih sampel berdasarkan pada kriteria gejala penyakit spesifik. Sampel yang diambil berupa tanah di sekitar tanaman yang menunjukkan gejala penykit. Sampel disimpan dalam kantong plastik secara terpisah dan dibungkus dengan pelepah pisang agar kelembapannya terjaga sehingga nematoda dapat bertahan hidup, kemudian disimpan dalam kontak pendingin.

Ekstraksi Nematoda dari Tanah

Metode Flotasi Sentrifugasi. Sampel tanah dipisahkan dari gumpalan. Tanah yang halus diambil sebanyak 100 mL dan dicampurkan dengan 800 mL air dalam ember A, lalu diendapkan selama 1 menit. Air dari ember A disaring ke dalam ember B dengan menggunakan saringan kasar. Air dalam ember B disaring di atas saringan bertumpuk dengan posisi miring 30o, yaitu berturut-turut saringan 20 mesh dan 400 mesh. Substrat tanah dan nematoda yang tertinggal di saringan 400 mesh dituang ke dalam tabung sentrifus. Substrat disentrifugasi selama ± 5 menit dengan kecepatan 1 500 rpm, kemudian supernatan dibuang. Endapan ditambahkan dengan larutan gula 40% dan diaduk sampai merata. Selanjutnya disentrifugasi selama ± 1 menit dengan

(3)

Halaman 275 dari 451 kecepatan 1 700 rpm. Supernatan yang terbentuk disaring dengan saringan 500 mesh dan dibilas dengan air yang mengalir sehingga diperoleh suspensi nematoda, lalu dimasukkan dalam botol koleksi untuk diamati dan diidentifikasi.

Metode Baerman. Tanah sebanyak 25 g ditempatkan di atas saringan kecil yang dilapisi kertas saring. Saringan tersebut diletakkan tepat di atas gelas penampung yang berisi air. Dasar saringan diusahakan menyentuh permukaan air di dalam gelas penampung sampai tanah tergenang, lalu diinkubasi selama 48 jam. Suspensi yang terkumpul kemudian disaring menggunakan saringan 500 mesh dan dimasukkan dalam tabung koleksi nematoda. Nematoda dalam suspensi diamati dan dihitung di bawah mikroskop stereo.

Pembuatan Preparat Semipermanen

Lingkaran parafin dibuat di atas gelas obyek menggunakan bor gabus dengan ketebalan yang sama, kemudian diteteskan laktofenol pada bagian tengah lingkaran parafin. Sebanyak 3–5 ekor nematoda juvenil 2 diletakkan pada larutan laktofenol dengan posisi yang sama sejajar, selanjutnya ditutup dengan kaca penutup. Preparat kemudian dipanasi sampai cincin parafin meleleh kembali dan kaca penutup merekat bersama parafin. Bagian tepi kaca penutup direkatkan dengan kuteks transparan.

Identifikasi Morfologi

Pengamatan secara morfologi dilakukan dengan melihat ciri dari tiap fase perkembangan nematoda tersebut. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop compound dan mendokumentasikan dengan menggunakan kamera.

Identifikasi dilakukan dengan mengacu pada buku identifikasi nematoda yaitu: buku Plant Parasitic Nematodes : a Pictorial Key to Genera (May dan Lyon 1996) dan dengan mencocokkan beberapa gambar – gambar pada beberapa literatur.

3. Hasil dan Pembahasan

Gejala Serangan oleh Nematoda Parasit Tanaman

Umbi wortel yang terinfeksi oleh nematoda mengalami malformasi bentuk dan variasi gejala yang lain. Tipe gejala yang ditemukan di Jawa Barat, yaitu variasi malformasi umbi seperti umbi bercabang, bulat dan bercabang, pendek dan membulat, pecah, serta akar berambut (hairy root), selain itu juga ditemukan gejala lesio dan puru pada umbi mulai dari ukuran kecil, sedang, dan besar. Sedangkan tipe gejala di Sulawesi Selatan ditemukan tidak sebanyak di Jawa Barat, yaitu malformasi umbi, lesion, dan puru ukuran kecil (Tabel 1). Variasi gejala malformasi dapat disebabkan

(4)

Halaman 276 dari 451

oleh perbedaan varietas tanaman, strain nematoda, dan umur tanaman saat terinfeksi.

Menurut Kurniawan (2010) umbi membulat, bercabang, pecah, dan berambut merupakan bentuk malformasi umbi wortel yang terinfeksi nematoda puru akar. Umbi pecah disebabkan karena hormone IAA merangsang terjadinya hipertropi dan hiperplasiasehingga permukaan kulit umbi tidak dapat mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan umbi wortel secara keseluruhan.

Tabel 1. Variasi gejala serangan oleh nematoda parasit pada tanaman wortel di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan

Tipe Gejala Lokasi/Keberadaan Gejala

Jawa Barat Sulawesi Selatan

Malfomasi umbi:

Umbi bercabang Ada Ada

Umbi bulat dan bercabang Ada Ada

Umbi pendek dan membulat Ada Ada

Umbi pecah Ada Ada

Umbi berambut (hairy root) Ada Tidak ada

Lesio Ada Ada

Puru kecil Ada Ada

Puru sedang Ada Tidak ada

Puru besar Ada Tidak ada

Selain gejala malformasi, juga ditemukan lesio gelap pada umbi. Gejala tersebut memiliki kesamaan gejala yang dilaporkan oleh Wesemael dan Moens (2008) serta Finley (1981). Wesemael dan Moens (2008) menjelaskan bahwa gejala yang disebabkan oleh Meloidogyne spp. bervariasi sesuai dengan inang, kepadatan populasi nematoda, dan kondisi lingkungan. Gejala lain pada umbi yang lebih spesifik yaitu keberadaan puru yang meruapakan gejala khas dari Meloidogyne spp. Tipe puru bermacam-macam mulai dari puru yang berbentuk kecil, puru bergerombol, maupun puru berbentuk bulat dan besar.

Jenis Nematoda Parasit Tanaman Wortel

Hasil identifikasi nematoda yang berasosiasi dengan tanaman wortel asal Jawa barat dan Sulawesi Selatan menemukan tujuh genus nematoda parasit tanaman.

Nematoda parasit yang berasosiasi dengan tanaman wortel asal Jawa Barat lebih beragam dibanding dengan nematoda tanaman wortel asal Sulawesi Selatan, antara lain Meloidogyne spp., Pratylenchus spp., Rotylenchulus spp., Helicotylenchus spp., Haplolaimus spp., Criconemoides, dan Xiphinema. Sedangkan nematoda parasite pada tanaman wortel asal Sulawesi Selatan hanya ditemukan tiga genus, yaitu Meloidogyne spp., Pratylenchus spp., dan Helicotylenchus spp. (Tabel 2).

(5)

Halaman 277 dari 451 Tabe 2. Jenis nematoda parasit pada tanaman wortel di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan

Jenis Nematoda Parasit Lokasi/Keberadaan Nematoda

Jawa Barat Sulawesi Selatan

Meloidogyne spp.* + +

Pratylenchus spp.* + +

Rotylenchulus spp.** + -

Helicotylenchus spp.* + +

Haplolaimus spp.** +

-

Criconemoides** +

-

Xiphinema** +

-

Keterangan: *) Sampel penelitian; **) Isolat Trianada (2015)

Meloidogyne spp. Meloidogyne yang teridentifikasi adalah fase juvenil 2 dan memperlihatkan bentuk tubuh yang relatif lurus, tipe bibir tidak set-off atau tidak memiliki lengkungan bibir dan dilengkapi stilet yang relatif panjang dengan tipe stomato stylet, anulasi halus, dan ujung ekor terlihat bergerigi (Gambar 1). Ciri tersebut sama dengan yang dilaporkan oleh Hunt et al. (2005) bahwa Meloidogyne juvenil 2 memiliki pajang tubuh total berkisar antara 0.3 mm dan 0.7 mm atau sekitar 300 µm dan 700 µm, stilet relatif panjang, dan bentuk ekor yang sangat khas.

Gambar 1. Morfologi Meloidogyne spp. dengan pembesaran mikroskop 1000x. a, penampakan seluruh tubuh; b, bagian anterior; c, bagian posterior (sampel penelitian).

Pratylenchus spp. Bentuk tubuh Pratylenchus fase istirahat berbentuk huruf C dan agak ramping, daerah kepala rendah, bibir datar dan tidak set-off, stilet pendek, tebal dan mempunyai basal knob (stomato stylet), kelenjar esofagusnya tumpang

(6)

Halaman 278 dari 451

tindih dengan usus pada bagian ventral, mempunyai anulasi yang relatif halus, serta ekornya panjang dan agak tumpul (Gambar 2). Karakter morfologi yang diperoleh menunjukkan karakter yang mirip dengan yang dilaporkan oleh Dropkin (1991) yaitu genus Pratylenchus memiliki panjang tubuh antara 340 µm dan 800 µm, anulasi halus, kelenjar esofagus tumpang tindih dengan usus, serta ekornya meruncing dengan ujung membulat.

Gambar 2. Morfologi Pratylenchus spp. dengan pembesaran mikroskop 1000x. a, penampakan seluruh tubuh; b, bagian anterior; c, bagian posterior (sampel penelitian).

Rotylenchulus spp. Nematoda Rotylenchulus spp. memiliki tubuh berbentuk cacing daerah bibir menonjol, konoid dan tidak berlekuk terhadap tubuhnya, kerangka daerah bibir bersklerotin yang kuat, memiliki stilet yang panjang, ekornya berbentuk kerucut dan ujungnya tumpul (Gambar 3). Karakter nematoda tersebut mirip dengan laporan Luc et al. (1993), yaitu Rotylenchulus memiliki ciri vermiform, bibir menonjol, stilet panjang, serta ekornya runcing dan tumpul

(7)

Halaman 279 dari 451 Gambar 3. Morfologi Rotylenchulus spp. dengan pembesaran mikroskop 1000x. a, penampakan seluruh tubuh; b, bagian anterior; c, bagian posterior (sampel penelitian).

Helicotylenchus spp. Nematoda ini berukuran kecil, bagian kepala berbentuk kerucut tumpul. Stilet panjang, bibir dan knobnya berbentuk bulat atau seperti mangkuk. Ekornya pendek dan pada umumnya bagian dorsal seperti kerucut sampai cembung tau setengah bola (Gambar 4). Luc et al. (1993) melaporkan karakter nematoda Helicotylenchus fase istirahat berbentuk spiral, bagian kepala berbentuk kerucut tumpul, stilet kuat dan panjang dengan knobnya berbentuk bulat, serta ekor pendek dan pada bagian dorsal seperti kerucut.

Gambar 4. Morfologi Helicotylenchus spp. dengan pembesaran mikroskop 1000x. a, penampakan seluruh tubuh; b, bagian anterior; c, bagian posterior (sampel penelitian).

Haplolaimus spp. Nematoda ini bebentuk silindris dan agak gemuk. Daerah bibir berlekuk dan anulasi terbagi oleh striasi memanjang. Kerangka kepala tebal, stilet pejal dengan knop yang besar dan jelas serta mencuat ke depan. Ekor nematode pendek dan membulat dengan anulasi meluas sampai ke ujungnya (Gambar 5).

Dropkin (1988) bahwa Genus Hoplolaimus mempunyai tanaman inang yang sangat luas, termasuk rumput-rumputan, serealia, kedelai, jagung, kapas, dan pohon- pohonan. Ditemukannya Hoplolaimus pada saat isolasi diduga karena pada saat tanah terkikis oleh aliran air hujan nematoda ini ikut dalam aliran air tersebut.

(8)

Halaman 280 dari 451

Gambar 5. Morfologi Hoplolaimus spp. dengan pembesaran mikroskop 1000x. a, penampakan seluruh tubuh; b, bagian anterior; c, bagian posterior (sampel penelitian).

Criconemoides spp. Nematoda ini sering disebut nematoda cincin karena memiliki bentuk anulasi yang lebar tampak seperti cincin-cincin yang melingkari tubuhnya. Nematoda ini memiliki ciri morfologi yang khas yaitu bertubuh gemuk, ujung bagian anterior dan posterior membulat, anulasi kasar, stilet kuat dengan basal knob yang jelas (Gambar 6). Menurut Dropkin (1991) Criconemoides biasanya banyak dijumpai di tanah-tanah berpasir yang kelengasannya yang dapat dipertahankan. Populasi yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan akar yang parah.

Luka nekrotik akibat dari sel-sel kosong yang mati.

Gambar 6. Morfologi Criconemoides dengan pembesaran mikroskop 1000x. a, penampakan seluruh tubuh; b, bagian anterior; c, bagian posterior (Trianada, 2015).

Xiphineama spp. Nematoda Xiphinema memiliki ciri morfologi tubuh berbentuk silinder memanjang. Bagian kepala lurus atau berlekuk, stilet sangat panjang yang terdiri atas bagian anterior berupa odontostil yang berbentuk seperti jarum dengan pangkalnya berbentuk seperti garpu, dan bagian stilet posterior berupa odontofor dengan tiga tonjolan basal yang sangat jelas. Bagian ekor sangat bervariasi dari yang pendek membulat sampai yang panjang dan meruncing (filiform) (Gambar 7).

(9)

Halaman 281 dari 451 Gambar 7. Morfologi Xiphinema spp. dengan pembesaran mikroskop 1000x. a, penampakan seluruh tubuh; b, bagian anterior; c, bagian posterior (Trianada, 2015).

4. Kesimpulan

Tipe gejala nematoda pada wortel yang ditemukan di daerah Jawa Barat lebih bervariasi dibanding dari Sulawesi Selatan, yaitu umbi bercabang, bulat dan bercabang, pendek dan membulat, pecah, serta akar berambut, selain itu juga ditemukan gejala lesion dan puru pada umbi mulai dari ukuran kecil, sedang, dan besar. Tipe gejala akar berambut, puru kecil, dan besar tidak ditemukan di Sulawesi Selatan

Nematoda parasit yang berasosiasi dengan tanaman wortel asal Jawa Barat lebih beragam dibanding dengan nematoda tanaman wortel asal Sulawesi Selatan, antara lain Meloidogyne spp., Pratylenchus spp., Rotylenchulus spp., Helicotylenchus spp., Haplolaimus spp., Criconemoides, dan Xiphinema. Sedangkan nematoda parasit pada tanaman wortel asal Sulawesi Selatan hanya ditemukan tiga genus, yaitu Meloidogyne spp., Pratylenchus spp., dan Helicotylenchus spp.

Daftar Pustaka

[1] Z. Hikmia, Supramana, dan G. Suastika, Identifikasi spesies Meloidogyne spp.

penyebab umbi bercabang pada tanaman wortel di Jawa Timur. Bogor, Indonesia: Jurnal Fitopatologi Indonesia, 2012, vol. 8.

[2] M. Taher, Supramana, dan G. Suastika, Identifikasi jenis Meloidogyne spp., penyebab penyakit umbi bercabang pada wortel Daucus carota (L.) di Jawa Tengah. Bogor, Indonesia: Jurnal Fitopatologi Indonesia, 2012, vol. 8.

[2] M.Y. Nurjayadi, A. Munif, dan G. Suastika, Identifikasi Nematoda Puru Akar, Meloidogyne graminicola, pada Tanaman Padi di Jawa Barat. Bogor, Indonesia: Jurnal Fitopatologi Indonesia, 2015, vol. 11.

(10)

Halaman 282 dari 451

[3] B.S. Utami, Supramana, dan Giyanto, Deteksi dan Identifikasi Spesies Meloidogyne Penyebab Umbi Berbintil pada Tanaman Kentang Asal Sulawesi Utara. Bogor, Indonesia: Jurnal Fitopatologi Indonesia, 2017, vol. 13.

[4] H. Mirsam, Supramana, dan G. Suastika, Deteksi dan Identifikasi Spesies Meloidogyne pada Tanaman Wortel dari Dataran Tinggi Malino, Gowa, Sulawesi Selatan. Bogor, Indonesia: Jurnal Fitopatologi Indonesia, 2015, vol.

11.

[5] H. Mirsam, Supramana, dan G. Suastika, Identifikasi Nematoda Parasit pada Tanaman Wortel di Dataran Tinggi Malino, Sulawesi Selatan Berdasarkan pada Ciri Morfologi dan Morfometrik. Bogor, Indonesia: Jurnal Fitopatologi Indonesia, 2015, vol. 11.

[6] F.S. Hay and S.J. Perthybridge, Nematodes associated with carrot production in Tasmania, Australia, and the effect of Pratylenchus crenatus on yield and quality of Kuroda-type carrot. America: Journal of Plant Diseases. 2005, vol. 89.

[7] K. Merrifield. (2000) Root-Parasitic Nematode Host Range and Demage Levels on Oregon Vegetable Crops: A Literature Survey [internet]. Available:

http://www.science.oregonstate.edu/bpp/Nematodes/vegetable_crops.pdf [8] W. Kurniawan, “Identifikasi penyakit umbi bercabang pada wortel, Daucus carota

(L.) di Indonesia,” thesis, Bogor Agricultural University, Bogor, Indonesia.

2010.

[9] W.F. May and H.H. Lyon, Pictorial Key to Genera of Plant Parasitic Nematodes Edition. New York, United State of America: Cornel University, 1996.

[10] L. Wesemael and M. Moens, Quality demage on carrot (Daucus carota L.) caused by the root-knot nematode Meloidogyne chitwoodi. Canada: Journal of Nematology, 2008, vol 10.

[11] A.M. Finley, Histopathology of Meloidogyne chitwoodi (Golden et al.) on Russet Burbank Potato. Canada: Journal of Nematology, 1981, vol 13.

[12] D.J. Hunt, M. Luc, and R.H. Manzanilla-López, Identification, morphology, and biology of plant parasitic nematodes. M. Luc, R.A. Sikora, J. Bridge, Ed. Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture 2nd Edition.

Wallingford, United State of America: 301 CAB International, 2005.

[13] V.H. Dropkin, Pengantar Nematologi Tumbuhan. Ed ke-2. Supratoyo, editor.

Yogyakarta, Indonesia: Gadjah Mada University Press, 1991.

[14] M. Luc, D.J. Hunt, and J.E. Machon, Morphology, anatomy and biology of plant parasitic nematodes-a synopsis. M. Luc, R.A. Sikora, J. Bridge, Ed. Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture. United Kingdom:

CAB International, 1991.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan analisis SWOT ini, diharapkan peneliti dapat mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang dimiliki rumah sakit sehingga dapat merumuskan

Berdasarkan dari hasil analisa perhitungan uji statistik, dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemakaian sepatu hak tinggi dengan

Hipotesis yang diteliti dalam penelitian ini adalah bahwa volume segmen tubuh dipengaruhi oleh panjang segmen, tinggi tubuh, dan lingkar segmen.Karena itu, pengembangan

Biotipe 3 memiliki aktivitas makan yang tidak berbeda nyata dengan IR26, IR42 dan IR64, sedangkan pada Inpari13, PTB33, IR74, aktivitas makan biotipe ini lebih tinggi (Tabel 2)..

Bimbingan sosial pada dasarnya menyangkut pengembangan, pemahaman tentang keragaman budaya atau adat istiadat, sikap-sikap sosial (sikap.. Untuk memberikan motivasi

Hasil penelitian diperoleh 80% peserta memiliki keterampilan dalam membuat peta digital dengan kategori Tinggi sedangkan 20% peserta dalam kategori Sangat Tinggi,

Forum Pengurangan Risiko Bencana di setiap desa bisa menjadi mediator kalu tidak menjadi konsultan kecil di desa itu, bagaimana kriteria pemimpinn ke depan memiliki

Mengetahui bahwa memberikan pelatihan terhadap tenaga kerja merupakan kewajiban bagi setiap pemilik usaha dan perusahaan pun menyadari bahwa betapa pentingnya