peningkatan@aktivitas@dan@hasil@belajar@@berhitung@perkalian dengan@@menggunakan@pendekatan@teknik@tangan@pintar@bagi siswa@kelas@iii@@sd@xaverius@S@bandarlampung@tahun@pelajaran
RPQRORPQS
oleh
pN@kN@joko@dwi@atmoko sォイゥーウゥ
s・「。ァ。ゥ@s。ャ。ィ@s。エオ@sケ。イ。エ@m・ョ」。ー。ゥ@g・ャ。イ sarjana@pendidikan
p。、。
jオイオウ。ョ@iャュオ@p・ョ、ゥ、ゥォ。ョ
f。ォオャエ。ウ@k・ァオイオ。ョ@、。ョ@iャュオ@p・ョ、ゥ、ゥォ。ョ
fakultas@keguruan@dan@ilmu@pendidikan universitas@lampung
peningkatan@aktivitas@dan@hasil@belajar@@berhitung@perkalian dengan@@menggunakan@pendekatan@teknik@tangan@pintar@bagi siswa@kelas@iii@@sd@xaverius@S@bandarlampung@tahun@pelajaran
RPQRORPQS oャ・ィ
pN@kN@jッォッ@dキゥ@aエュッォッ
p・ョ・ャゥエゥ。ョ@ゥョゥ@、ゥャ。エ。イ「・ャ。ォ。ョァゥ@ッャ・ィ@ュ。ウゥィ@イ・ョ、。ィョケ。@。ォエゥカゥエ。ウ@、。ョ@ィ。ウゥャ@「・ャ。ェ。イ@ウゥウキ。@、。ャ。ュ ー・ュ「・ャ。ェ。イ。ョ@エ・ュ。エゥォ@、・ョァ。ョ@エ・ュ。@ャゥョァォオョァ。ョ@、ゥ@sd@x。カ・イゥオウ@S@b。ョ、。イ@l。ューオョァ@k・ャ。ウ@iii bN@tオェオ。ョ@ー・ョ・ャゥエゥ。ョ@ゥョゥ@オョエオォ@ュ・ョゥョァォ。エォ。ョ@。ォエゥカゥエ。ウ@、。ョ@ィ。ウゥャ@「・ャ。ェ。イ@「・イィゥエオョァ@ー・イォ。ャゥ。ョ 、。ャ。ュ@ー・ュ「・ャ。ェ。イ。ョ@エ・ュ。エゥォ@、・ョァ。ョ@エ・ュ。@ャゥョァォオョァ。ョ@、ゥ@k・ャ。ウ@iii@b@sd@x。カ・イゥオウ@S@b。ョ、。イ l。ューオョァ@@ュ・ャ。ャオゥ@ー・ョ、・ォ。エ。ョ@エ・ォョゥォ@エ。ョァ。ョ@ーゥョエ。イN@
p・ョ・ャゥエゥ。ョ@ゥョゥ@ュ・ョァァオョ。ォ。ョ@p・ョ・ャゥエゥ。ョ@tゥョ、。ォ。ョ@k・ャ。ウ@ュ・ャ。ャオゥ@ウゥォャオウ@「・イ、。オイ@オャ。ョァN@s・エゥ。ー ウゥォャオウョケ。@エ・イ、ゥイゥ@。エ。ウZ@HQI@ー・イ・ョ」。ョ。。ョL@HRI@エゥョ、。ォ。ョL@HSI@ッ「ウ・イカ。ウゥL@、。ョ@HTI@イ・ヲャ・ォウゥN
h。ウゥャ@ ー・ョ・ャゥエゥ。ョ@ ー・ュ「・ャ。ェ。イ。ョ@ エ・ュ。エゥォ@ 、・ョァ。ョ@ エ・ュ。@ ャゥョァォオョァ。ョ@ ュ・ョァァオョ。ォ。ョ@ ー・ョ、・ォ。エ。ョ エ・ォョゥォ@エ。ョァ。ョ@ーゥョエ。イ@ュ・ョオョェオォォ。ョ@HQI@エ・イ、。ー。エ@ー・ョゥョァォ。エ。ョ@。ォエゥカゥエ。ウ@ウゥウキ。@ー。、。@ウゥォャオウ@i@、。ョ ウゥォャオウ@iiN@d。イゥ@ィ。ウゥャ@ッ「ウ・イカ。ウゥ@。ォエゥカゥエ。ウ@ウゥウキ。@ー。、。@ウゥォャオウ@i@、。ョ@ウゥォャオウ@ii@エ・イェ。、ゥ@ー・ョゥョァォ。エ。ョ 。ォエゥカゥエ。ウ@ ウ・「・ウ。イ@ RPLYSE@ @ 、。イゥ@ VWLTTE@ ュ・ョェ。、ゥ@ XXLSWE@ L@ HRI@ ィ。ウゥャ@ ー・ュ「・ャ。ェ。イ。ョ@ エ・ュ。エゥォ ォィオウオウョケ。@ ュ。エ・イゥ@ 「・イィゥエオョァ@ ー・イォ。ャゥ。ョ@ ュ・ョオョェオォォ。ョ@ ー・ョゥョァォ。エ。ョ@ ィ。ウゥャ@ 「・ャ。ェ。イ@ ウゥウキ。@ ウ・」。イ。 ォャ。ウゥォ。ャ@ 、・ョァ。ョ@ ョゥャ。ゥ@ イ。エ。Mイ。エ。@ ウ・「・ウ。イ@ U@ ケ。ゥエオ@ 、。イゥ@ ョゥャ。ゥ@ イ。エ。Mイ。エ。@ ォ・ャ。ウ@ WSLRV@ ー。、。@ ウゥォャオウ@ i ュ・ョェ。、ゥ@ョゥャ。ゥ@イ。エ。Mイ。エ。@ォ・ャ。ウ@WXLRV@ー。、。@ウゥォャオウ@iiN@
bab@v@kesimpulan@dan@saran@NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN@ @@@@@@@@UV@@@@@@ @@@@@@@@@@@@@UNQ@k・ウゥューオャ。ョNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN@ @@@@@@@@UV @@@@@@@@@@@@@UNR@s。イ。ョ@NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN@ @@@@@@@@UW daftar@pustaka@NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN@@@@@@@@@@@@@@VP
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam
Pembukaaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
alinea keempat adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karenanya
penyelenggara negara, dalam hal ini pemerintah berkewajiban dan berusaha untuk
mewujudkan tujuan tersebut.
Demikian pula menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan Amandemennya pada batang tubuhnya, tepatnya pasal 31 ayat 1
diyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”.
Berdasarkan pasal ini jelas bahwa semua warga negara tanpa terkecuali berhak
mendapatkan pendidikan. Bahkan pada pasal 31 ayat 2 ditegaskan bahwa “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.” Tujuan utamanya agar generasi muda penerus bangsa memiliki
pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan kemampuan serta akhlak mulia untuk
memajukan negara Indonesia ini.
Sehubungan dengan hal di atas disebutkan pula pada pasal 31 ayat 3 bahwa
2
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.” Pasal inilah yang dipakai oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia sebagai dasar atau landasan penyelenggaraan pendidikan nasional
melalui Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan., pengendalian diri , kepribadian, keceerdasan, akhlak, mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.
Sebagai upaya untuk mencerdaskan bangsa, pemerintah dalam hal ini melalui
Departemen Pendidikan Nasional , mencanangkan kurikulum yang baru,
kurikulum yang sesuai dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Keberadaan Kurikulum tersebut,
memberikan warna yang lain dari kurikulum sebelumnya, di mana sekolah dengan
segala kemampuannya harus berusaha untuk membuat dan menyusun
kurikulumnya sendiri.
Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi 5
akhlak mulia, 2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, 3)
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, 4) Kelompok mata
pelajaran estetika, 5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
ditambah kelompok mata pelajaran muatan lokal.
Berdasarkan KTSP Sekolah Dasar penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan
menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan mata pelajaran untuk tingkat
kelas tinggi (kelas IV, V, dan VI) dan pendekatan tematik untuk kelas rendah
(kelas I, II, dan III).
Berikut ini merupakan pilihan tema yang dikembangkan dalam pembelajaran
tematik di kelas rendah yaitu 1) diri sendiri, 2) keluarga, 3) lingkungan, 4) tempat
umum, 5) pengalaman, 6) budi pekerti, 7) kegemaran, 8) tumbuhan, 9) hiburan,
10) binatang, 11) transportasi, 12) kesehatan, 13) gejala alam, 14) makanan, 15)
pendidikan, 16) pekerjaan, 17) peristiwa, 18) pariwisata, 19) kejadian sehari-hari,
20) pertanian, 21) negara, dan 22) komunikasi.
Materi-materi yang dipelajari dan disampaikan kepada siswa melalui
pembelajaran tematik merupakan keterpaduan materi dari berbagai disiplin ilmu
yang terhubung dalam suatu tema yang sama. Namun secara mendasar materi
yang diajarkan agar dikuasai oleh siswa sekolah dasar terutama di kelas rendah
yaitu “Calistung” atau “Membaca, Menulis, dan Berhitung”.
Keterampilan membaca dan menulis sudah jelas merupakan aspek keterampilan
berbahasa yang merupakan bagian dari materi mata pelajaran Bahasa Indonesia,
4
materi mata pelajaran Matematika.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan tentang pelaksanaan dan penerapan
pembelajaran di Sekolah Dasar Xaverius 3 Bandarlampung khususnya kegiatan
pembelajaran tematik di kelas III, tampak jelas bahwa aktivitas belajar siswa
sangat rendah, sehingga berpengaruh pada hasil belajar yang rendah pula.
Berdasarkan observasi awal ditemukan data bahwa hasil belajar berhitung
perkalian masih rendah, hal ini terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa pada
aspek berhitung perkalian semester ganjil tahun 2012/2013 ini adalah 61,32.
Berdasarkan analisis awal, maka diperoleh data hasil belajar berhitung perkalian
tersebut bahwa di antara 43 siswa hanya terdapat 6 siswa atau 13,95 % siswa yang
tuntas dengan nilai tinggi, 17 siswa atau 39,53 % siswa yang tuntas dengan nilai
sedang, dan masih terdapat 20 siswa atau 46,51 % siswa yang belum tuntas atau
mendapat nilai rendah. Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran Matematika adalah 65,00.
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar berhitung perkalian siswa kelas III SD
Xaverius 3 Bandarlampung ini disebabkan antara lain: 1) Kecenderungan peserta
didik yang lambat dalam belajar berhitung seringkali membuat guru menjadi
mudah putus asa dan tidak sabar dalam usaha menyampaikan dasar-dasar operasi
hitung, 2) Teknik penyampaian materi yang dilakukan guru masih konvensional
dan monoton sehingga kurang tepat, yaitu dengan menyajikan tabel perkalian
berikut hasil kalinya dan siswa cukup diminta untuk menghafalkan begitu saja, 3)
Kurangnya kreatifitas guru dalam pengunaan media sehingga menimbulkan
pengertian yang diuraikan secara panjang lebar sehingga justru membingungkan
dan menyulitkan siswa.
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah itu maka salah satunya peneliti
menggunakan suatu cara yaitu pendekatan teknik Tangan Pintar yang hendak
dilakukan dalam penelitian ini guna mencari solusi memperbaiki pembelajaran
dan memperbaiki hasil belajar siswa.
Peneliti memilih menggunakan pendekatan teknik Tangan Pintar ini karena
pendekatan teknik Tangan Pintar memiliki kelebihan antara lain 1) Lebih mudah
dipahami oleh siswa, 2) Lebih cepat dalam melakukan berhitung perkalian, 3) Jari
tangan selalu tersedia bagi orang yang normal atau tidak cacat, sehingga tidak
memerlukan alat hitung atau kalkulator, 4) Dapat digunakan juga untuk
menyelesaikan perkalian bilangan dua angka, 5) Setiap tahap hanya memerlukan
lima peragaan dasar posisi jari, sehingga mudah dihafalkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengganggap perlu untuk diadakan
sebuah penelitian. Peneliti menentukan judul penelitian sebagai berikut:
“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Berhitung Perkalian dengan
Menggunakan Pendekatan Teknik Tangan Pintar Bagi Siswa Kelas III SD
Xaverius 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013 ”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, selanjutnya dapat diidentifikasikan
6
1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
2) Guru dalam menyampaikan materi pelajaran belum menggunakan metode
pembelajaran yang tepat dan cenderung masih bersifat konvensional dan
monoton.
3) Kurangnya kreatifitas guru dalam penggunaan media sehingga menimbulkan
kejenuhan bagi siswa.
4) Teknik menghitung perkalian yang membutuhkan pengertian yang diuraikan
secara panjang lebar sehingga justru membingungkan dan menyulitkan siswa.
5) Guru belum dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan.
1.3 Perumusan Masalah
Adapun masalah yang hendak diteliti dan dipecahkan dalam penelitian tindakan
kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah penerapan pendekatan
teknik Tangan Pintar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berhitung
perkalian bagi siswa kelas III SD Xaverius 3 Bandarlampung?”
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
1) Meningkatkan aktivitas belajar berhitung perkalian siswa kelas III SD Xaverius
3 Bandarlampung.
2) Meningkatkan hasil belajar berhitung perkalian siswa kelas III SD Xaverius 3
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain :
1.5.1 Bagi siswa
1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar berhitung perkalian dengan mengguna-
kan teknik tangan pintar.
2) Dapat meningkatkan hasil belajar berhitung perkalian dengan menggunakan
teknik tangan pintar.
1.5.2 Bagi guru
dapat memberikan manfaat memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
1.5.3 Bagi sekolah
dapat memberikan manfaat bagi sekolah dalam memberikan konstribusi
meningkatkan kualitas pendidikan.
1.5.4 Bagi peneliti
dapat memberikan manfaat bagi peneliti untuk mengembangkan kompetensi
diri dalam memecahan suatu permasalahan serta sebagai bahan referensi dan
refleksi diri dalam meningkatkan kualitas pelayanan di bidang pendidikan di
samping sebagai pelaksanaan tugas akhir studi dalam persyaratan penyelesaian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari
pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya
sekedar menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri
seseorang. (Rusman, 2012: 134)
Menurut Saud,dkk (2006:3) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.
Perubahan sebagai hasil dari belajar dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk,
seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan
serta kemampuan.
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa pada laman http://pusatbahasa.diknas.go.id/
kbbi/index.php).
Belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu
de-ngan lingkude-ngan. Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari
Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar di atas, dapat peneliti simpulkan
bahwa belajar itu adalah sebuah proses menuju “perubahan” yang terjadi pada diri
seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu maupun akibat dari pengalamannya
langsung.
2.2 Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan siswa, karena
pada dasarnya belajar adalah berbuat. Menurut Poerwodarminto (dalam Sugiharto,
2011:98) aktivitas adalah kegiatan atau kesibukan. Nasution (dalam Sugiharto,
2011:102) mengemukakan aktivitas adalah keaktifan jasmani dan rohani dan
kedua-duanya harus dihubungkan.
Sardiman (2008:100) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun
mental. Dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus saling berkaitan.
Menurut Dimyati & Mudjiono (2006:236) aktivitas fisik adalah peserta didik
giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak
hanya duduk, dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Dan aktivitas belajar
dialami siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu yang merupakan
kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman lain.
Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi,
antara lain Paul D. Dierch (dalam Hamalik 2011:90-91) membagi kegiatan belajar
menjadi 8 kelompok, sebagai berikut:
a. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau
10
b. Kegiatan-kegiatan lisan atau oral: mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan suatu pertanyaan, memberi
saran, mengemukakan suatu pendapat, berwawancara, berdiskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu
permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa
karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa atau rangkuman,
mengerjakan tes, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram,
peta, pola.
f. Kegiatan-kegiatan matrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan
(simulasi), menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan,
membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan
sebagainya.
Berdasarkan beberapa definisi tentang aktivitas belajar di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan atau proses keaktifan
yang bersifat fisik, yaitu giat-aktif dan tidak hanya bersifat pasif dalam proses
masalah, membantu teman, mengerjakan tes, kerja sama, tanggung jawab,
keterampilan serta kreativitas.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran media tertentu ke penerima
pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang
dan menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat
peraga/media tentu kurang merangsang/menantang siswa untuk belajar. Apalagi
bagi siswa SD yang perkembangan intelektualnya masih membutuhkan media/alat
peraga. (Gagne dalam Sungkono, 2008:6)
Menurut peneliti pembelajaran adalah suatu usaha guru dalam menciptakan
kondisi proses kegiatan belajar bagi siswa yang interaktif, kondusif, intensif,
efektif, dan bermakna sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
2.3 Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran (Kemp, 1995 dalam Rusman, 2012:132) adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran (Dick and Carey, 1985, dalam Rusman, 2012:132) juga
menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan
prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan
hasil belajar pada peserta didik atau siswa.
Menurut peneliti, strategi pembelajaran adalah suatu cara yang memadukan antara
12
digunakan dalam proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan mencapai hasil
belajar yang optimal bagi siswa atau peserta didik.
2.4 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa dari suatu interaksi
dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne hasil belajar merupakan kapabilitas.
Setelah belajar akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Ideal-nya orang yang telah belajar memiliki perubahan kemampuan menjadi lebih baik.
(Dimyati dan Mujiono, 1999:10)
Menurut Ahmadi (1984) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu
usa-ha, dalam hal ini usaha belajar untuk mewujudkan prestasi belajar siswa yang
dapat dilihat pada setiap mengikuti tes.
Hasil belajar pada hakekatnya merupakan kompetensi-kompetensi yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses
belajar. (Saud, Rukmana, dan Resmini, 2006:58)
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan pengertian hasil belajar
adalah suatu perubahan kemampuan yang bersifat baru dan maju (progressive)
dalam aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang diperoleh akibat
2.5 Pendekatan Pembelajaran
2.5.1 Pengertian Pendekatan
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Terdapat dua
pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru
(teacher centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student
centered approaches) (Roy Kellen, 1998, dalam Rusman, 2012:132)
Pandangan teori Vygotsky tentang pembelajaran dan pengajaran mengatakan
bahwa guru dan anak-anak dapat bekerja dan bermain bersama untuk membangun
pengetahuan dan pemahaman. (Jaipaul L. Roopnarine dan James E. Johnson,
2011)
2.5.2 Macam-macam Pendekatan
Menurut Roy Kellen (dalam Rusman, 2012:381) Ada dua macam pendekatan
dalam kegiatan pembelajaran yang sangat mendasar yaitu: 1) Pendekatan
Pembelajaran Berorientasi pada Guru (Teacher Centered Approaches) dan 2)
Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Siswa (Student Centered
Approaches).
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru yaitu pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar dan kegiatan bersifat klasik.
14
sumber belajar. Sedangkan pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa
adalah pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar
dan kegiatan belajar bersifat modern.
Menurut peneliti, pendekatan pembelajaran teknik tangan pintar termasuk ke
dalam jenis pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa, karena pada proses
pembelajarannya sangat dibutuhkan keterlibatan siswa untuk aktif dan kreatif
dalam membentuk pengetahuannya sendiri, menemukan konsep, serta
mengembangkan kemampuannya, dan dapat mengatasi kesulitannya dalam
melakukan berhitung perkalian.
2.6 Pembelajaran Tematik
2.6.1 Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu
(integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali,
dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna,
dan autentik. (Rusman, 2012:254)
Menurut Hadi Subroto, 2000 (dalam Munowaroh, 2012:6), pembelajaran tematik
adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu tema tertentu yang mengaitkan
dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain yang
dilakukan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang studi atau
lebih dan dengan beragam pengalaman belajar sehingga pembelajaran menjadi
Menurut Sukandi dkk , 2001 (dalam Munowaroh, 2012:7), pembelajaran tematik
pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran dengan memadukan
materi dari beberapa mata pelajaran dalam suatu tema.
Menurut tim Pusat Kurikulum (Puskur) Depdikbud. pembelajaran tematik
merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan
atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar (KD) dan indikator dari kurikulum/
Standar Isi dari beberapa mata pelajaran (mapel) menjadi satu kesatuan untuk
dikemas dalam satu tema.
2.6.2 Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut (Tim Puskur, 2006
dalam Munowaroh, 2012:14): 1) Berpusat pada siswa/peserta didik, 2)
Memberikan pengalaman langsung pada siswa, 3) Pemisahan mata pelajaran tidak
begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, 5) Bersifat
fleksibel, 6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, 7)
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
2.6.3 Rambu-rambu Pembelajaran Tematik
Rambu-rambu pembelajaran tematik antara lain: 1) Tidak semua mata pelajaran
dapat dipadukan atau dikaitkan, 2) Kompetensi Dasar yang tidak dapat dipadukan
jangan dipaksakan, sebaiknya dibelajarkan secara sendiri-sendiri, 3) Kompetensi
Dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui
16
pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai
moral, 5) Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik peserta didik,
minat, lingkungan, daerah setempat,dan cukup problematik atau populer.
2.7 Keterampilan Berhitung
Keterampilan berhitung merupakan suatu kecakapan atau kemampuan dalam
mengoperasikan bilangan-bilangan baik penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian secara cepat dan benar. Guru dalam program pengembangan
keterampilan melaksanakan aktivitas-aktivitas utamanya. Hal ini dipandang
sebagai model pembelajaran yang paling efisien dan efektif. (Chourmain, 2011).
Belajar berhitung sebenarnya telah dimulai sejak anak belum bersekolah (masa
pra sekolah) dan berawal dari pendidikan orang tua atau keluarga. Secara dasar
dan sederhana sekali baik disadari maupun tidak, orang tua di rumah pasti pernah
mengajarkan anak berhitung menggunakan jari-jari tangan. Contohnya dengan
menghitung banyaknya jari pada tangan pertama, lalu dilanjutkan banyaknya jari
pada tangan kedua, dan seterusnya sampai menjumlahkan jari-jari kedua tangan.
Tindakan mengajarkan demikian adalah tepat karena anak memang dalam taraf
berpikir konkret, maka perlu adanya media nyata yang dapat dilihat, diamati,
disentuh, diraba, dan dipegang langsung, yaitu jari-jari tangan.
Kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar memiliki tiga ciri yaitu konkret,
integratif, dan hierarkis. Anak usia SD (7-11 tahun) berada pada tahapan operasi
Demikian juga seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya, ketika anak
memasuki pendidikan pra sekolah misalnya kelompok bermain ( play group ),
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), maupun TK (Taman Kanak-kanak) maka
sambil bermain mereka juga mempelajari berbagai keterampilan dasar, di
antaranya adalah keterampilan dasar berhitung. Selain jari tangan, ada banyak
media mainan yang tersedia, yang dapat digunakan anak dalam belajar berhitung
seperti misalnya sempoa, bola, balok-balok kayu, potong lidi, mainan bongkar
pasang, puzzle, dan sebagainya.
Anak yang masih berusia 12 tahun ke bawah mendapatkan 80% informasi dari
indera penglihatannya. Selain mata, terdapat indera pendengaran dan peraba yang
juga turut menyumbangkan sejumlah informasi yang dikirim ke otak. Jika ketiga
indera ini bekerja dengan baik maka pengoptimalan kinerja otak secara visual pun
akan dapat dilakukan ( Tri Gunadi, 2010:44).
2.8 Teknik Tangan Pintar
2.8.1 Pengertian Teknik Tangan Pintar
Menurut Misni (2011) Teknik Tangan Pintar adalah sebuah cara atau teknik
berhitung praktis yang bersifat audidaktif, simulatif, dan keterampilan pembiasaan
dengan menggunakan jari-jari kedua tangan sebagai alat bantu hitung (tanpa alat
bantu tulis atau kalkulator, dan termasuk ke dalam teknik jarimatika atau jari
aritmitika; peneliti).
Yang dimaksud dengan audidaktif yaitu bahwa teknik tangan pintar ini dapat
18
dimaksud dengan simulatif yaitu dapat dipahami melalui peragaan langsung.
Keterampilan pembiasaan artinya teknik jarimatika ini dapat dikuasai dengan cara
membiasakan diri menggunakannya pada saat dibutuhkan dan harus kontinyu atau
terus-menerus mempelajarinya.
2.8.2 Karakteristik Teknik Tangan Pintar
Menurut Misni (2011) Teknik Tangan Pintar pada dasarnya adalah teknik
jarimatika karena menggunakan jari-jari kedua tangan dalam berhitung sebagai
alat bantu hitung. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum
mempelajari teknik tangan pintar perkalian, yaitu: 1) Pahami dahulu bahwa
perkalian adalah penjumlahan berulang, 2) Hafalkan dan pahami perkalian dasar
sampai dengan bilangan 5, 3) Pahami terlebih dahulu prinsip-prinsip dasar dari
teknik tangan pintar yang dimuat di awal peragaan, 4) Pelajari terlebih dahulu
tahap-tahap perhitungan dengan bilangan kecil, dan 5) Tinggalkan kebiasaan lama
berhitung menggunakan kalkulator dan alat-alat lain karena membuat otak kita
menjadi malas.
2.8.3 Kelebihan Teknik Tangan Pintar
Kelebihan menggunakan Teknik Tangan Pintar dalam mengajarkan keterampilan
berhitung perkalian antara lain : 1) Lebih mudah dipahami oleh siswa, 2) Lebih
cepat dalam melakukan berhitung perkalian terutama perkalian dasar dengan
bilangan 6, 7, 8, dan 9, 3) Jari tangan selalu tersedia bagi orang yang normal atau
digunakan juga untuk menyelesaikan perkalian bilangan dua angka, 5) Setiap
tahap hanya memerlukan 5 peragaan dasar posisi jari, sehingga mudah dihafalkan.
(Misni, 2011)
2.8.4 Kelemahan Teknik Tangan Pintar
Kelemahan atau kekurangan Teknik Tangan Pintar antara lain: 1) Siswa harus
lebih dahulu menguasai atau hafal perkalian dasar dengan bilangan 0, 1, 2, 3, 4,
dan 5, 2) Pada awalnya membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi dalam
mempelajarinya, 3) Membutuhkan ketekunan siswa untuk terus-menerus
membiasakan diri menggunakannya dalam berhitung perkalian. (Misni, 2011)
2.8.5 Langkah-langkah Menggunakan Teknik Tangan Pintar
Menurut Misni (2011) langkah-langkah pada teknik tangan pintar dibagi menjadi
19 tahap berdasarkan besar kecilnya kelompok bilangan, sebagai berikut:
1) tahap perkalian bilangan 6 sampai 10,
2) tahap perkalian bilangan 11 sampai 15,
3) tahap perkalian bilangan 16 sampai 20,
4) tahap perkalian bilangan 21 sampai 25,
5) tahap perkalian bilangan 26 sampai 30,
6) tahap perkalian bilangan 31 sampai 35,
7) tahap perkalian 36 sampai 40,
8) tahap perkalian 41 sampai 45,
9) tahap perkalian 46 sampai 50,
20
11) tahap perkalian 56 sampai 60,
12) tahap perkalian 61 sampai 65,
13) tahap perkallian 66 sampai 70,
14) tahap perkalian 71 sampai 75,
15) tahap perkalian 76 sampai 80,
16) tahap perkalian 81 sampai 85,
17) tahap perkalian 86 sampai 90,
18) tahap perkalian 91 sampai 95, dan
19) tahap perkalian 96 sampai 100.
Setiap tahap hanya memerlukan 5 peragaan dasar posisi jari, namun yang
membedakan hanyalah rumus penghitungannya saja. Berikut ilustrasi posisi jari
yang diajarkan sebagai peragaan dasar:
Gambar 2.1 Ilustrasi Posisi Jari Dasar Teknik Tangan Pintar
Jari terbuka adalah jari puluhan (satu jari bernilai 10) dan jari tertutup (ditekuk)
adalah jari satuan (satu jari bernilai 1)
Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan Teknik Tangan Pintar untuk
tahap pertama (perkalian dasar antar bilangan 6, 7, 8 , dan 9) yaitu:
1) Siswa diharapkan sudah menguasai perkalian dasar dengan bilangan 0, 1, 2, 3,
4, dan 5 terlebih dahulu, jika belum, maka guru wajib mengajarinya terlebih
dahulu hingga siswa bisa.
2) Siswa diajarkan untuk memahami lima peragaan dasar yang diperlukan untuk
semua tahap.
3) Secara berurutan dan sistematis, siswa diajak menghitung perkalian dasar mulai
dengan bilangan 6 hingga bilangan 9 melalui peragaan bersama-sama.
4) Secara klasikal, siswa diberi soal latihan perkalian dasar dengan bilangan 6
hingga 9 dengan memperagakan sendiri menggunakan teknik tangan pintar.
5) Secara individual, siswa diberi soal latihan perkalian dasar dengan bilangan 6
hingga 9.
6) Bila siswa sudah menguasai tahap pertama ini, maka dapat dilanjutkan ke tahap
berikutnya. Begitu seterusnya.
2.9 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas bahwa “Apabila dalam pembelajaran materi matematika
menggunakan pendekatan teknik tangan pintar dengan langkah-langkah yang
tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berhitung perkalian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) dengan alasan bahwa PTK (Penelitian Tindakan
Kelas) sangat sesuai diterapkan untuk mengadakan penelitian ini karena peneliti
terlibat langsung dalam proses penelitian baik sebagai pelaksana sekaligus sebagai
observer, serta menguntungkan bagi peneliti karena peneliti sehari-harinya bekerja
sebagai guru di kelas yang diteliti. Sehingga guru mengenal situasi dan karakter
siswa yang diteliti dan sebaliknya siswa mengenal peneliti sebagai gurunya.
Berikut ini bagan yang menggambarkan desain pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ( Sumber: Arikunto, 2011):
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
? Pengamatan
Pelaksanaan
Refleksi SIKLUS II
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 minggu yaitu pada bulan Januari 2013
minggu kedua sampai dengan bulan Pebruari 2013 minggu kedua.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Xaverius 3 Bandarlampung Kecamatan Way Halim
dengan alasan bahwa peneliti bekerja pada sekolah tersebut, sehingga
memudahkan penelitian terutama dalam pencarian dan pengumpulan data, serta
peluang waktu yang luas.
3.2.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III B SD Xaverius 3 Bandarlampung
tahun pelajaran 2012-2013 pada pembelajaran matematika berhitung perkalian
dengan jumlah siswa 43 anak yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 20 siswa
perempuan.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Langkah-langkah Penelitian
Pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan pada
akhir tiap siklus diadakan tes.
Siklus 1.
24
dengan membuat RPP, kemudian rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan teknik tangan pintar dalam materi
perkalian dasar yang meliputi :
1. Kegiatan Persiapan
a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b. Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi tersebut.
c. Mengidentifikasi sumber-sumber pembelajaran.
d. Menyusun teknik-teknik penyampaian materi pembelajaran.
2. Kegiatan Pelaksanaan
a. Kegiatan membuka pelajaran :
1). Melaksanakan apersepsi
2). Memotivasi
3). Mengemukakan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti Pelajaran
1). Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari
2). Menjelaskan dan memperagakan penggunaan teknik tangan
pintar untuk menghitung perkalian dasar.
3.) Menyajikan soal perkalian dasar secara lisan kepada siswa lalu
menugaskan siswa menggunakan teknik tangan pintar untuk
menghitung perkalian dasar secara klasikal, lalu dilanjutkan
secara individual.
4.) Mengadakan bimbingan bagi siswa yang masih mengalami
c. Kegiatan Mengakhiri Pelajaran
1). Memberi penguatan materi dan kesimpulan
2). Melakukan evaluasi hasil dan proses.
3). Melaksanakan tindaklanjut.
Siklus 2
Pada siklus dua melanjutkan materi pembelajaran siklus satu, pada akhir siklus
dilakukan refleksi untuk mengkaji selama pembelajaran berlangsung sebagai
acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran berikutnya.
3.3.2 Cara Pengamatan / Monitoring
Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai akhir diamati oleh
obser-ver dengan menggunakan lembar observasi yang telah disepakati bersama sebagai
instrumen penelitian.
3.3.3 Analisis Data dan Refleksi
Pada akhir kegiatan guru dan siswa membuat kesimpulan serta dilakukan tes
formatif untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan.
Pada akhir siklus dilakukan refleksi oleh semua tim peneliti untuk mengkaji
proses pembelajaran yang dilakukan guru dan mengkaji aktifitas siswa selama
pembelajaran berlangsung sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan
26
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data ( Arikunto, 2002:125). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data
tentang daftar nama siswa, jumlah siswa, dan data lain yang diperlukan untuk
kepentingan penelitian.
2) Metode Tes
Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar
siswa dengan menggunakan pendekatan teknik tangan pintar dalam berhitung
perkalian.
3) Metode Observasi
Metode observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh observer untuk
mengamati aktivitas belajar siswa dan kegiatan guru dalam pembelajaran
3.4.2 Alat Pengumpul Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui tes tertulis pada setiap
akhir siklus pembelajaran. Tes hasil belajar atau instrument ini digunakan untuk
menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya keterampilan
berhitung perkalian dasar.
3.5 Instrument Penelitian
Pengamatan yang dilakukan secara kolaborasi yang melibatkan rekan sejawat
sebagai observer dalam setiap proses pembelajaran di kelas menggunakan
instrumen penelitian sebagai berikut:
3.5.1 Lembar Observasi
Lembar obsevasi siswa dan guru digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
untuk mengetahui aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran berhitung
perkalian dengan menggunakan pendekatan teknik tangan pintar.
3.5.2 Tes Hasil Belajar
Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam penelitian ini terdapat 2 siklus berarti ada 2 tes tertulis yang berupa tes
objektif. Hasil tes ini digunakan untuk mengukur atau mengetahui sejauh mana
tingkat keberhasilan penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan dalam
28
3.5.3 Analisis Data Hasil Belajar
Analisis data hasil belajar diperlukan untuk memudahkan peneliti dalam
mengetahui tingkat daya serap siswa tentang materi yang dipelajarinya dalam
berhitung perkalian dengan menggunakan pendekatan teknik tangan pintar, baik
secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
1) Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif ini diambil berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap
aktifitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan
indikator yang tercantum dalam lembar observasi yang telah disusun sebelumnya
kemudian dihitung persentasenya. Rumus yang digunakan untuk menghitung
persentase hasil observasi siswa yaitu:
∑ skor perolehan
∑ total skor
x 100% =
P
Keterangan : P adalah tingkat keberhasilan
∑ adalah sigma atau jumlah
Kriteria yang dipakai dalam pengelompokan tingkat aktifitas siswa sebagai hasil
observasi dapat dilihat pada tabel berikut:
No Tingkatan Predikat
2) Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil penilaian tes tertulis dengan dua tahap
yaitu menentukan rata-rata nilai (rerata) dan menentukan persentase nilai
ketuntasan belajar baik secara individual maupun klasikal.
a. Penentuan Rata-rata Nilai (rerata)
Peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
∑Xi
N = jumlah siswa yang mengikuti tes
(Sumber: Arikunto, 2007:264)
b. Penentuan Ketuntasan Belajar
Penentuan ketuntasan belajar siswa secara individu dinyatakan sebagai
berikut:
KKM atau SKBM untuk mata pelajaran matematika yang ditetapkan oleh
sekolah adalah 65, maka nilai hasil belajar siswa di bawah 65 dinyatakan
belum tuntas.
Sedangkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal digunakan rumus
sebagai berikut:
∑ siswa yang mendapat nilai ≥ 65
∑ siswa yang mengikuti tes x 100%
= P
30
Keterangan: P = Persentase ketuntasan
∑ = sigma / jumlah
Ketuntasan belajar secara klasikal dinyatakan berhasil jika persentase
siswa yang tuntas belajar atau siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
jumlahnya lebih besar atau sama dengan 85% dari jumlah siswa
seluruhnya.
Hasil analisis ini dapat dipakai sebagai bahan refleksi untuk melakukan
perencanaan tindakan lanjutan dala siklus pembelajaran berikutnya.
3.6. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah meningkatnya prestasi belajar
siswa kelas III B SD Xaverius 3 Bandarlampung dalam keterampilan berhitung
perkalian dengan menggunakan pendekatan teknik tangan pintar.
Pendekatan tangan pintar dalam pembelajaran berhitung perkalian dikatakan
berhasil apabila:
1. Persentase aktifitas belajar siswa meningkat setiap siklusnya dan mencapai
predikat tinggi atau > 80% dari kriteria keberhasilan yang digunakan
2. Adanya peningkatan rata-rata nilai setiap siklusnya.
3. Tingkat ketuntasan siswa secara klasikal mencapai ≥ 75% dari total jumlah
siswa, atau siswa yang telah lulus KKM dengan nilai ≥ 65 mencapai ≥ 75%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan refleksi dan diskusi peneliti dengan observer pada bab sebelumnya,
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1. Penerapan pendekatan teknik tangan pintar dalam pembelajaran berhitung
perkalian dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas III B SD Xaverius
3 Bandarlampung tahun pelajaran 2012/2013. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil perbandingan pengamatan proses pembelajaran mulai dari siklus I dan
siklus II terdapat peningkatan aktivitas belajar.
2. Hasil belajar melalui pendekatan teknik tangan pintar dalam pembelajaran
berhitung perkalian menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa secara individu, hal ini terlihat dari hasil
perbandingan tes awal dan tes akhir, yaitu meningkatnya perolehan hasil tes
pada siswa kelas III B SD Xaverius 3 Bandarlampung. Pada siklus I diperoleh
nilai rata-rata kelas hasil belajar para siswa 73,26 dan pada siklus II
meningkat menjadi 78,26. Terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 5.
Di samping itu pada siklus I diperoleh temuan sebanyak 27 orang siswa atau
62,79% telah berhasil mencapai nilai ketuntasan minimal dan pada siklus II
meningkat menjadi 36 orang siswa atau 83,72% yang berhasil mencapai nilai
57
kelas III B SD Xaverius 3 Bandarlampung yaitu 43 orang siswa, terdapat
siswa yang belum tuntas sebanyak 7 orang. Penggunaan pendekatan teknik
tangan pintar dalam pembelajaran berhitung perkalian terbukti efektif untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas III B SD
Xaverius 3 Bandarlampung tahun pelajaran 2012/2013.
5.2Saran Kepada Siswa, Guru, dan Sekolah
Proses pembelajaran yang terancang, terprogram dengan baik dan menyenangkan
adalah hal yang semestinya diciptakan dan dilakukan oleh pendidik dalam
membimbing dan memberi motivasi kepada siswa di kelas. Pendidik tentunya
memiliki keinginan agar siswa dapat dengan mudah dan cepat menguasai serta
mengaplikasikan materi pelajaran yang dipelajarinya secara langsung, menjadi
tujuan pembelajaran. Hal yang paling penting adalah pendidik hendaknya selalu
melakukan pengamatan sejauh mana peningkatan belajar siswa di kelas.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat
mengemukakan beberapa saran dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan teknik tangan pintar dalam pembelajaran berhitung
perkalian untuk perbaikan di masa mendatang sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Siswa usia SD Kelas III yang mengalami kesulitan dalam tugas perkembangan
konsep berpikir dari konkrit menuju abstrak dapat berusaha meningkatkan ke-
mampuan dan keterampilan dalam berhitung perkalian dengan menggunakan
b. Sebaiknya siswa usia SD Kelas III mempelajari dan terus menggunakan teknik
Tangan Pintar dalam belajar berhitung perkalian secara terus-menerus dan ber-
kesinambungan mulai dari tahap 1 hingga tahap 19 yang terdapat pada teknik
Tangan Pintar.
2. Bagi Guru
a. Dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru yang
menggunakan pendekatan teknik tangan pintar dalam pembelajaran berhitung
perkalian, dalam penelitian tindakan kelas ini, untuk selanjutnya dapat meng-
gunakan pendekatan teknik tangan pintar dalam pembelajaran berhitung per-
kalian dalam proses pembelajaran di kelas terutama untuk materi perkalian
lanjutan di kelas yang lebih tinggi.
b. Agar penerapan pendekatan teknik tangan pintar dalam pembelajaran berhi-
tung perkalian menjadi lebih efektif, maka guru harus mempersiapkan dengan
sungguh-sungguh dan memperhatikan bahan ajar, metode, sarana dan prasa-
rana serta kondisi siswa, agar siswa dapat terlibat ke dalam proses pembelajar-
an dan dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan.
c. Kemampuan guru dalam melaksanakan variasi gaya mengajar hendaknya sela-
lu dicoba sebagai upaya menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, dan menyenangkan sesuai dengan prinsip pembelajaran PAIKEM.
3. Bagi Sekolah
Perlunya kepedulian dari pihak kepala sekolah dan guru untuk bersama-sama satu
59
didik dengan mencari media-media pembelajaran, pendekatan-pendekatan
pembelajaran, teknik-teknik pembelajaran, dan metode-metode pembelajaran, serta
strategi-strategi pembelajaran yang sesuai untuk dilaksanakan dalam proses
Agip, Zainal dkk, 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya Bandung.
Arikunto, Suharsimi, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara, Jakarta.
Chourmain, 2011. Pendekatan-pendekatan Alternatif Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) : RIMEKA CIPTA
Hananto, Senno, 2011. Pengertian Hasil Belajar . Diunduh dari website: http://
www.scrib.com/doc/51282702/Pengertian-Hasil-Belajar-Menurut-Para-Ahli. Tanggal akses 29 Oktober 2012, pukul 13.00wib.
Misni, 2011. Tapin(Tangan Pintar) Teknik Berhitung Pintar dan Pembelajaran Kurikulum: CV Mandiri Cipta Harini
Munawaroh, 2012. Pembelajaran Tematik dan Aplikasinya di Sekolah Dasar. Pdf, diunggah 16 Mei 2012 dan diakses tanggal 8 Januari 2012 pk.10.23 wib dari website http://www.ebookbroswe.com/pengertian-pembelajaran-tematik-menurut-para-ahli-pdf-d376693796
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1991. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi ke-2.Departememn Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta
Roopnarine dan Johnson, 2011. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Berbagai Pendekatan: Kencana Prenada Media Group
Rusman., 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Saud, 2006. Manajemen Kelas Bahan Ajar Mahasiswa S1-PGSD-PJJ. UPI, Jakarta.
Subagyo, 2011. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik : Rimeka Cipta
Sukayati, 2009. Modul Matematika SD Program Bermutu Pembelajaran Tematik di SD. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK)
2013 dari website http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pembelajaran-tematik-di-sekolah-dasar
Sungkono, 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Suryana, Asep, 2006. Manajemen Kelas. Bahan Ajar PGSD, UPI.