• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERHITUNG PERKALIAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEKNIK TANGAN PINTAR BAGI SISWA KELAS III SD XAVERIUS 3 BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERHITUNG PERKALIAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEKNIK TANGAN PINTAR BAGI SISWA KELAS III SD XAVERIUS 3 BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

peningkatan@aktivitas@dan@hasil@belajar@@berhitung@perkalian dengan@@menggunakan@pendekatan@teknik@tangan@pintar@bagi siswa@kelas@iii@@sd@xaverius@S@bandarlampung@tahun@pelajaran

RPQRORPQS

oleh

pN@kN@joko@dwi@atmoko sォイゥーウゥ

s・「。ァ。ゥ@s。ャ。ィ@s。エオ@sケ。イ。エ@m・ョ」。ー。ゥ@g・ャ。イ sarjana@pendidikan

p。、。

jオイオウ。ョ@iャュオ@p・ョ、ゥ、ゥォ。ョ

f。ォオャエ。ウ@k・ァオイオ。ョ@、。ョ@iャュオ@p・ョ、ゥ、ゥォ。ョ

fakultas@keguruan@dan@ilmu@pendidikan universitas@lampung

(2)

peningkatan@aktivitas@dan@hasil@belajar@@berhitung@perkalian dengan@@menggunakan@pendekatan@teknik@tangan@pintar@bagi siswa@kelas@iii@@sd@xaverius@S@bandarlampung@tahun@pelajaran

RPQRORPQS oャ・ィ

pN@kN@jッォッ@dキゥ@aエュッォッ

p・ョ・ャゥエゥ。ョ@ゥョゥ@、ゥャ。エ。イ「・ャ。ォ。ョァゥ@ッャ・ィ@ュ。ウゥィ@イ・ョ、。ィョケ。@。ォエゥカゥエ。ウ@、。ョ@ィ。ウゥャ@「・ャ。ェ。イ@ウゥウキ。@、。ャ。ュ ー・ュ「・ャ。ェ。イ。ョ@エ・ュ。エゥォ@、・ョァ。ョ@エ・ュ。@ャゥョァォオョァ。ョ@、ゥ@sd@x。カ・イゥオウ@S@b。ョ、。イ@l。ューオョァ@k・ャ。ウ@iii bN@tオェオ。ョ@ー・ョ・ャゥエゥ。ョ@ゥョゥ@オョエオォ@ュ・ョゥョァォ。エォ。ョ@。ォエゥカゥエ。ウ@、。ョ@ィ。ウゥャ@「・ャ。ェ。イ@「・イィゥエオョァ@ー・イォ。ャゥ。ョ 、。ャ。ュ@ー・ュ「・ャ。ェ。イ。ョ@エ・ュ。エゥォ@、・ョァ。ョ@エ・ュ。@ャゥョァォオョァ。ョ@、ゥ@k・ャ。ウ@iii@b@sd@x。カ・イゥオウ@S@b。ョ、。イ l。ューオョァ@@ュ・ャ。ャオゥ@ー・ョ、・ォ。エ。ョ@エ・ォョゥォ@エ。ョァ。ョ@ーゥョエ。イN@

p・ョ・ャゥエゥ。ョ@ゥョゥ@ュ・ョァァオョ。ォ。ョ@p・ョ・ャゥエゥ。ョ@tゥョ、。ォ。ョ@k・ャ。ウ@ュ・ャ。ャオゥ@ウゥォャオウ@「・イ、。オイ@オャ。ョァN@s・エゥ。ー ウゥォャオウョケ。@エ・イ、ゥイゥ@。エ。ウZ@HQI@ー・イ・ョ」。ョ。。ョL@HRI@エゥョ、。ォ。ョL@HSI@ッ「ウ・イカ。ウゥL@、。ョ@HTI@イ・ヲャ・ォウゥN

h。ウゥャ@ ー・ョ・ャゥエゥ。ョ@ ー・ュ「・ャ。ェ。イ。ョ@ エ・ュ。エゥォ@ 、・ョァ。ョ@ エ・ュ。@ ャゥョァォオョァ。ョ@ ュ・ョァァオョ。ォ。ョ@ ー・ョ、・ォ。エ。ョ エ・ォョゥォ@エ。ョァ。ョ@ーゥョエ。イ@ュ・ョオョェオォォ。ョ@HQI@エ・イ、。ー。エ@ー・ョゥョァォ。エ。ョ@。ォエゥカゥエ。ウ@ウゥウキ。@ー。、。@ウゥォャオウ@i@、。ョ ウゥォャオウ@iiN@d。イゥ@ィ。ウゥャ@ッ「ウ・イカ。ウゥ@。ォエゥカゥエ。ウ@ウゥウキ。@ー。、。@ウゥォャオウ@i@、。ョ@ウゥォャオウ@ii@エ・イェ。、ゥ@ー・ョゥョァォ。エ。ョ 。ォエゥカゥエ。ウ@ ウ・「・ウ。イ@ RPLYSE@ @ 、。イゥ@ VWLTTE@ ュ・ョェ。、ゥ@ XXLSWE@ L@ HRI@ ィ。ウゥャ@ ー・ュ「・ャ。ェ。イ。ョ@ エ・ュ。エゥォ ォィオウオウョケ。@ ュ。エ・イゥ@ 「・イィゥエオョァ@ ー・イォ。ャゥ。ョ@ ュ・ョオョェオォォ。ョ@ ー・ョゥョァォ。エ。ョ@ ィ。ウゥャ@ 「・ャ。ェ。イ@ ウゥウキ。@ ウ・」。イ。 ォャ。ウゥォ。ャ@ 、・ョァ。ョ@ ョゥャ。ゥ@ イ。エ。Mイ。エ。@ ウ・「・ウ。イ@ U@ ケ。ゥエオ@ 、。イゥ@ ョゥャ。ゥ@ イ。エ。Mイ。エ。@ ォ・ャ。ウ@ WSLRV@ ー。、。@ ウゥォャオウ@ i ュ・ョェ。、ゥ@ョゥャ。ゥ@イ。エ。Mイ。エ。@ォ・ャ。ウ@WXLRV@ー。、。@ウゥォャオウ@iiN@

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

bab@v@kesimpulan@dan@saran@NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN@ @@@@@@@@UV@@@@@@ @@@@@@@@@@@@@UNQ@k・ウゥューオャ。ョNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN@ @@@@@@@@UV @@@@@@@@@@@@@UNR@s。イ。ョ@NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN@ @@@@@@@@UW daftar@pustaka@NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN@@@@@@@@@@@@@@VP

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam

Pembukaaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada

alinea keempat adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karenanya

penyelenggara negara, dalam hal ini pemerintah berkewajiban dan berusaha untuk

mewujudkan tujuan tersebut.

Demikian pula menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan Amandemennya pada batang tubuhnya, tepatnya pasal 31 ayat 1

diyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”.

Berdasarkan pasal ini jelas bahwa semua warga negara tanpa terkecuali berhak

mendapatkan pendidikan. Bahkan pada pasal 31 ayat 2 ditegaskan bahwa “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya.” Tujuan utamanya agar generasi muda penerus bangsa memiliki

pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan kemampuan serta akhlak mulia untuk

memajukan negara Indonesia ini.

Sehubungan dengan hal di atas disebutkan pula pada pasal 31 ayat 3 bahwa

(9)

2

nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.” Pasal inilah yang dipakai oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia sebagai dasar atau landasan penyelenggaraan pendidikan nasional

melalui Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan., pengendalian diri , kepribadian, keceerdasan, akhlak, mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.

Sebagai upaya untuk mencerdaskan bangsa, pemerintah dalam hal ini melalui

Departemen Pendidikan Nasional , mencanangkan kurikulum yang baru,

kurikulum yang sesuai dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) yaitu

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Keberadaan Kurikulum tersebut,

memberikan warna yang lain dari kurikulum sebelumnya, di mana sekolah dengan

segala kemampuannya harus berusaha untuk membuat dan menyusun

kurikulumnya sendiri.

Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi 5

(10)

akhlak mulia, 2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, 3)

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, 4) Kelompok mata

pelajaran estetika, 5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

ditambah kelompok mata pelajaran muatan lokal.

Berdasarkan KTSP Sekolah Dasar penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan

menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan mata pelajaran untuk tingkat

kelas tinggi (kelas IV, V, dan VI) dan pendekatan tematik untuk kelas rendah

(kelas I, II, dan III).

Berikut ini merupakan pilihan tema yang dikembangkan dalam pembelajaran

tematik di kelas rendah yaitu 1) diri sendiri, 2) keluarga, 3) lingkungan, 4) tempat

umum, 5) pengalaman, 6) budi pekerti, 7) kegemaran, 8) tumbuhan, 9) hiburan,

10) binatang, 11) transportasi, 12) kesehatan, 13) gejala alam, 14) makanan, 15)

pendidikan, 16) pekerjaan, 17) peristiwa, 18) pariwisata, 19) kejadian sehari-hari,

20) pertanian, 21) negara, dan 22) komunikasi.

Materi-materi yang dipelajari dan disampaikan kepada siswa melalui

pembelajaran tematik merupakan keterpaduan materi dari berbagai disiplin ilmu

yang terhubung dalam suatu tema yang sama. Namun secara mendasar materi

yang diajarkan agar dikuasai oleh siswa sekolah dasar terutama di kelas rendah

yaitu “Calistung” atau “Membaca, Menulis, dan Berhitung”.

Keterampilan membaca dan menulis sudah jelas merupakan aspek keterampilan

berbahasa yang merupakan bagian dari materi mata pelajaran Bahasa Indonesia,

(11)

4

materi mata pelajaran Matematika.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan tentang pelaksanaan dan penerapan

pembelajaran di Sekolah Dasar Xaverius 3 Bandarlampung khususnya kegiatan

pembelajaran tematik di kelas III, tampak jelas bahwa aktivitas belajar siswa

sangat rendah, sehingga berpengaruh pada hasil belajar yang rendah pula.

Berdasarkan observasi awal ditemukan data bahwa hasil belajar berhitung

perkalian masih rendah, hal ini terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa pada

aspek berhitung perkalian semester ganjil tahun 2012/2013 ini adalah 61,32.

Berdasarkan analisis awal, maka diperoleh data hasil belajar berhitung perkalian

tersebut bahwa di antara 43 siswa hanya terdapat 6 siswa atau 13,95 % siswa yang

tuntas dengan nilai tinggi, 17 siswa atau 39,53 % siswa yang tuntas dengan nilai

sedang, dan masih terdapat 20 siswa atau 46,51 % siswa yang belum tuntas atau

mendapat nilai rendah. Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran Matematika adalah 65,00.

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar berhitung perkalian siswa kelas III SD

Xaverius 3 Bandarlampung ini disebabkan antara lain: 1) Kecenderungan peserta

didik yang lambat dalam belajar berhitung seringkali membuat guru menjadi

mudah putus asa dan tidak sabar dalam usaha menyampaikan dasar-dasar operasi

hitung, 2) Teknik penyampaian materi yang dilakukan guru masih konvensional

dan monoton sehingga kurang tepat, yaitu dengan menyajikan tabel perkalian

berikut hasil kalinya dan siswa cukup diminta untuk menghafalkan begitu saja, 3)

Kurangnya kreatifitas guru dalam pengunaan media sehingga menimbulkan

(12)

pengertian yang diuraikan secara panjang lebar sehingga justru membingungkan

dan menyulitkan siswa.

Oleh karena itu untuk mengatasi masalah itu maka salah satunya peneliti

menggunakan suatu cara yaitu pendekatan teknik Tangan Pintar yang hendak

dilakukan dalam penelitian ini guna mencari solusi memperbaiki pembelajaran

dan memperbaiki hasil belajar siswa.

Peneliti memilih menggunakan pendekatan teknik Tangan Pintar ini karena

pendekatan teknik Tangan Pintar memiliki kelebihan antara lain 1) Lebih mudah

dipahami oleh siswa, 2) Lebih cepat dalam melakukan berhitung perkalian, 3) Jari

tangan selalu tersedia bagi orang yang normal atau tidak cacat, sehingga tidak

memerlukan alat hitung atau kalkulator, 4) Dapat digunakan juga untuk

menyelesaikan perkalian bilangan dua angka, 5) Setiap tahap hanya memerlukan

lima peragaan dasar posisi jari, sehingga mudah dihafalkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengganggap perlu untuk diadakan

sebuah penelitian. Peneliti menentukan judul penelitian sebagai berikut:

“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Berhitung Perkalian dengan

Menggunakan Pendekatan Teknik Tangan Pintar Bagi Siswa Kelas III SD

Xaverius 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013 ”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, selanjutnya dapat diidentifikasikan

(13)

6

1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

2) Guru dalam menyampaikan materi pelajaran belum menggunakan metode

pembelajaran yang tepat dan cenderung masih bersifat konvensional dan

monoton.

3) Kurangnya kreatifitas guru dalam penggunaan media sehingga menimbulkan

kejenuhan bagi siswa.

4) Teknik menghitung perkalian yang membutuhkan pengertian yang diuraikan

secara panjang lebar sehingga justru membingungkan dan menyulitkan siswa.

5) Guru belum dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan

menyenangkan.

1.3 Perumusan Masalah

Adapun masalah yang hendak diteliti dan dipecahkan dalam penelitian tindakan

kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah penerapan pendekatan

teknik Tangan Pintar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berhitung

perkalian bagi siswa kelas III SD Xaverius 3 Bandarlampung?”

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

1) Meningkatkan aktivitas belajar berhitung perkalian siswa kelas III SD Xaverius

3 Bandarlampung.

2) Meningkatkan hasil belajar berhitung perkalian siswa kelas III SD Xaverius 3

(14)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain :

1.5.1 Bagi siswa

1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar berhitung perkalian dengan mengguna-

kan teknik tangan pintar.

2) Dapat meningkatkan hasil belajar berhitung perkalian dengan menggunakan

teknik tangan pintar.

1.5.2 Bagi guru

dapat memberikan manfaat memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses

pembelajaran yang efektif dan efisien.

1.5.3 Bagi sekolah

dapat memberikan manfaat bagi sekolah dalam memberikan konstribusi

meningkatkan kualitas pendidikan.

1.5.4 Bagi peneliti

dapat memberikan manfaat bagi peneliti untuk mengembangkan kompetensi

diri dalam memecahan suatu permasalahan serta sebagai bahan referensi dan

refleksi diri dalam meningkatkan kualitas pelayanan di bidang pendidikan di

samping sebagai pelaksanaan tugas akhir studi dalam persyaratan penyelesaian

(15)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari

pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya

sekedar menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri

seseorang. (Rusman, 2012: 134)

Menurut Saud,dkk (2006:3) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.

Perubahan sebagai hasil dari belajar dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk,

seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan

serta kemampuan.

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah

tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa pada laman http://pusatbahasa.diknas.go.id/

kbbi/index.php).

Belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu

de-ngan lingkude-ngan. Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari

(16)

Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar di atas, dapat peneliti simpulkan

bahwa belajar itu adalah sebuah proses menuju “perubahan” yang terjadi pada diri

seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu maupun akibat dari pengalamannya

langsung.

2.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan siswa, karena

pada dasarnya belajar adalah berbuat. Menurut Poerwodarminto (dalam Sugiharto,

2011:98) aktivitas adalah kegiatan atau kesibukan. Nasution (dalam Sugiharto,

2011:102) mengemukakan aktivitas adalah keaktifan jasmani dan rohani dan

kedua-duanya harus dihubungkan.

Sardiman (2008:100) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun

mental. Dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus saling berkaitan.

Menurut Dimyati & Mudjiono (2006:236) aktivitas fisik adalah peserta didik

giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak

hanya duduk, dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Dan aktivitas belajar

dialami siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu yang merupakan

kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman lain.

Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi,

antara lain Paul D. Dierch (dalam Hamalik 2011:90-91) membagi kegiatan belajar

menjadi 8 kelompok, sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati

eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau

(17)

10

b. Kegiatan-kegiatan lisan atau oral: mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan suatu pertanyaan, memberi

saran, mengemukakan suatu pendapat, berwawancara, berdiskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu

permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa

karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa atau rangkuman,

mengerjakan tes, mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram,

peta, pola.

f. Kegiatan-kegiatan matrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan

(simulasi), menari, berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan

masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan,

membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan

sebagainya.

Berdasarkan beberapa definisi tentang aktivitas belajar di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan atau proses keaktifan

yang bersifat fisik, yaitu giat-aktif dan tidak hanya bersifat pasif dalam proses

(18)

masalah, membantu teman, mengerjakan tes, kerja sama, tanggung jawab,

keterampilan serta kreativitas.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses

penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran media tertentu ke penerima

pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang

dan menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat

peraga/media tentu kurang merangsang/menantang siswa untuk belajar. Apalagi

bagi siswa SD yang perkembangan intelektualnya masih membutuhkan media/alat

peraga. (Gagne dalam Sungkono, 2008:6)

Menurut peneliti pembelajaran adalah suatu usaha guru dalam menciptakan

kondisi proses kegiatan belajar bagi siswa yang interaktif, kondusif, intensif,

efektif, dan bermakna sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

2.3 Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran (Kemp, 1995 dalam Rusman, 2012:132) adalah suatu

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Strategi pembelajaran (Dick and Carey, 1985, dalam Rusman, 2012:132) juga

menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan

prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan

hasil belajar pada peserta didik atau siswa.

Menurut peneliti, strategi pembelajaran adalah suatu cara yang memadukan antara

(19)

12

digunakan dalam proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan mencapai hasil

belajar yang optimal bagi siswa atau peserta didik.

2.4 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa dari suatu interaksi

dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne hasil belajar merupakan kapabilitas.

Setelah belajar akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

Ideal-nya orang yang telah belajar memiliki perubahan kemampuan menjadi lebih baik.

(Dimyati dan Mujiono, 1999:10)

Menurut Ahmadi (1984) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu

usa-ha, dalam hal ini usaha belajar untuk mewujudkan prestasi belajar siswa yang

dapat dilihat pada setiap mengikuti tes.

Hasil belajar pada hakekatnya merupakan kompetensi-kompetensi yang mencakup

aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam

kebiasaan berpikir dan bertindak. Hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses

belajar. (Saud, Rukmana, dan Resmini, 2006:58)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan pengertian hasil belajar

adalah suatu perubahan kemampuan yang bersifat baru dan maju (progressive)

dalam aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang diperoleh akibat

(20)

2.5 Pendekatan Pembelajaran

2.5.1 Pengertian Pendekatan

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap

proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Terdapat dua

pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru

(teacher centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student

centered approaches) (Roy Kellen, 1998, dalam Rusman, 2012:132)

Pandangan teori Vygotsky tentang pembelajaran dan pengajaran mengatakan

bahwa guru dan anak-anak dapat bekerja dan bermain bersama untuk membangun

pengetahuan dan pemahaman. (Jaipaul L. Roopnarine dan James E. Johnson,

2011)

2.5.2 Macam-macam Pendekatan

Menurut Roy Kellen (dalam Rusman, 2012:381) Ada dua macam pendekatan

dalam kegiatan pembelajaran yang sangat mendasar yaitu: 1) Pendekatan

Pembelajaran Berorientasi pada Guru (Teacher Centered Approaches) dan 2)

Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Siswa (Student Centered

Approaches).

Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru yaitu pembelajaran yang

menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar dan kegiatan bersifat klasik.

(21)

14

sumber belajar. Sedangkan pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa

adalah pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar

dan kegiatan belajar bersifat modern.

Menurut peneliti, pendekatan pembelajaran teknik tangan pintar termasuk ke

dalam jenis pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa, karena pada proses

pembelajarannya sangat dibutuhkan keterlibatan siswa untuk aktif dan kreatif

dalam membentuk pengetahuannya sendiri, menemukan konsep, serta

mengembangkan kemampuannya, dan dapat mengatasi kesulitannya dalam

melakukan berhitung perkalian.

2.6 Pembelajaran Tematik

2.6.1 Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu

(integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang

memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali,

dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna,

dan autentik. (Rusman, 2012:254)

Menurut Hadi Subroto, 2000 (dalam Munowaroh, 2012:6), pembelajaran tematik

adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu tema tertentu yang mengaitkan

dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain yang

dilakukan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang studi atau

lebih dan dengan beragam pengalaman belajar sehingga pembelajaran menjadi

(22)

Menurut Sukandi dkk , 2001 (dalam Munowaroh, 2012:7), pembelajaran tematik

pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran dengan memadukan

materi dari beberapa mata pelajaran dalam suatu tema.

Menurut tim Pusat Kurikulum (Puskur) Depdikbud. pembelajaran tematik

merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan

atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar (KD) dan indikator dari kurikulum/

Standar Isi dari beberapa mata pelajaran (mapel) menjadi satu kesatuan untuk

dikemas dalam satu tema.

2.6.2 Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut (Tim Puskur, 2006

dalam Munowaroh, 2012:14): 1) Berpusat pada siswa/peserta didik, 2)

Memberikan pengalaman langsung pada siswa, 3) Pemisahan mata pelajaran tidak

begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, 5) Bersifat

fleksibel, 6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, 7)

Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

2.6.3 Rambu-rambu Pembelajaran Tematik

Rambu-rambu pembelajaran tematik antara lain: 1) Tidak semua mata pelajaran

dapat dipadukan atau dikaitkan, 2) Kompetensi Dasar yang tidak dapat dipadukan

jangan dipaksakan, sebaiknya dibelajarkan secara sendiri-sendiri, 3) Kompetensi

Dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui

(23)

16

pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai

moral, 5) Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik peserta didik,

minat, lingkungan, daerah setempat,dan cukup problematik atau populer.

2.7 Keterampilan Berhitung

Keterampilan berhitung merupakan suatu kecakapan atau kemampuan dalam

mengoperasikan bilangan-bilangan baik penjumlahan, pengurangan, perkalian,

dan pembagian secara cepat dan benar. Guru dalam program pengembangan

keterampilan melaksanakan aktivitas-aktivitas utamanya. Hal ini dipandang

sebagai model pembelajaran yang paling efisien dan efektif. (Chourmain, 2011).

Belajar berhitung sebenarnya telah dimulai sejak anak belum bersekolah (masa

pra sekolah) dan berawal dari pendidikan orang tua atau keluarga. Secara dasar

dan sederhana sekali baik disadari maupun tidak, orang tua di rumah pasti pernah

mengajarkan anak berhitung menggunakan jari-jari tangan. Contohnya dengan

menghitung banyaknya jari pada tangan pertama, lalu dilanjutkan banyaknya jari

pada tangan kedua, dan seterusnya sampai menjumlahkan jari-jari kedua tangan.

Tindakan mengajarkan demikian adalah tepat karena anak memang dalam taraf

berpikir konkret, maka perlu adanya media nyata yang dapat dilihat, diamati,

disentuh, diraba, dan dipegang langsung, yaitu jari-jari tangan.

Kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar memiliki tiga ciri yaitu konkret,

integratif, dan hierarkis. Anak usia SD (7-11 tahun) berada pada tahapan operasi

(24)

Demikian juga seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya, ketika anak

memasuki pendidikan pra sekolah misalnya kelompok bermain ( play group ),

PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), maupun TK (Taman Kanak-kanak) maka

sambil bermain mereka juga mempelajari berbagai keterampilan dasar, di

antaranya adalah keterampilan dasar berhitung. Selain jari tangan, ada banyak

media mainan yang tersedia, yang dapat digunakan anak dalam belajar berhitung

seperti misalnya sempoa, bola, balok-balok kayu, potong lidi, mainan bongkar

pasang, puzzle, dan sebagainya.

Anak yang masih berusia 12 tahun ke bawah mendapatkan 80% informasi dari

indera penglihatannya. Selain mata, terdapat indera pendengaran dan peraba yang

juga turut menyumbangkan sejumlah informasi yang dikirim ke otak. Jika ketiga

indera ini bekerja dengan baik maka pengoptimalan kinerja otak secara visual pun

akan dapat dilakukan ( Tri Gunadi, 2010:44).

2.8 Teknik Tangan Pintar

2.8.1 Pengertian Teknik Tangan Pintar

Menurut Misni (2011) Teknik Tangan Pintar adalah sebuah cara atau teknik

berhitung praktis yang bersifat audidaktif, simulatif, dan keterampilan pembiasaan

dengan menggunakan jari-jari kedua tangan sebagai alat bantu hitung (tanpa alat

bantu tulis atau kalkulator, dan termasuk ke dalam teknik jarimatika atau jari

aritmitika; peneliti).

Yang dimaksud dengan audidaktif yaitu bahwa teknik tangan pintar ini dapat

(25)

18

dimaksud dengan simulatif yaitu dapat dipahami melalui peragaan langsung.

Keterampilan pembiasaan artinya teknik jarimatika ini dapat dikuasai dengan cara

membiasakan diri menggunakannya pada saat dibutuhkan dan harus kontinyu atau

terus-menerus mempelajarinya.

2.8.2 Karakteristik Teknik Tangan Pintar

Menurut Misni (2011) Teknik Tangan Pintar pada dasarnya adalah teknik

jarimatika karena menggunakan jari-jari kedua tangan dalam berhitung sebagai

alat bantu hitung. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum

mempelajari teknik tangan pintar perkalian, yaitu: 1) Pahami dahulu bahwa

perkalian adalah penjumlahan berulang, 2) Hafalkan dan pahami perkalian dasar

sampai dengan bilangan 5, 3) Pahami terlebih dahulu prinsip-prinsip dasar dari

teknik tangan pintar yang dimuat di awal peragaan, 4) Pelajari terlebih dahulu

tahap-tahap perhitungan dengan bilangan kecil, dan 5) Tinggalkan kebiasaan lama

berhitung menggunakan kalkulator dan alat-alat lain karena membuat otak kita

menjadi malas.

2.8.3 Kelebihan Teknik Tangan Pintar

Kelebihan menggunakan Teknik Tangan Pintar dalam mengajarkan keterampilan

berhitung perkalian antara lain : 1) Lebih mudah dipahami oleh siswa, 2) Lebih

cepat dalam melakukan berhitung perkalian terutama perkalian dasar dengan

bilangan 6, 7, 8, dan 9, 3) Jari tangan selalu tersedia bagi orang yang normal atau

(26)

digunakan juga untuk menyelesaikan perkalian bilangan dua angka, 5) Setiap

tahap hanya memerlukan 5 peragaan dasar posisi jari, sehingga mudah dihafalkan.

(Misni, 2011)

2.8.4 Kelemahan Teknik Tangan Pintar

Kelemahan atau kekurangan Teknik Tangan Pintar antara lain: 1) Siswa harus

lebih dahulu menguasai atau hafal perkalian dasar dengan bilangan 0, 1, 2, 3, 4,

dan 5, 2) Pada awalnya membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi dalam

mempelajarinya, 3) Membutuhkan ketekunan siswa untuk terus-menerus

membiasakan diri menggunakannya dalam berhitung perkalian. (Misni, 2011)

2.8.5 Langkah-langkah Menggunakan Teknik Tangan Pintar

Menurut Misni (2011) langkah-langkah pada teknik tangan pintar dibagi menjadi

19 tahap berdasarkan besar kecilnya kelompok bilangan, sebagai berikut:

1) tahap perkalian bilangan 6 sampai 10,

2) tahap perkalian bilangan 11 sampai 15,

3) tahap perkalian bilangan 16 sampai 20,

4) tahap perkalian bilangan 21 sampai 25,

5) tahap perkalian bilangan 26 sampai 30,

6) tahap perkalian bilangan 31 sampai 35,

7) tahap perkalian 36 sampai 40,

8) tahap perkalian 41 sampai 45,

9) tahap perkalian 46 sampai 50,

(27)

20

11) tahap perkalian 56 sampai 60,

12) tahap perkalian 61 sampai 65,

13) tahap perkallian 66 sampai 70,

14) tahap perkalian 71 sampai 75,

15) tahap perkalian 76 sampai 80,

16) tahap perkalian 81 sampai 85,

17) tahap perkalian 86 sampai 90,

18) tahap perkalian 91 sampai 95, dan

19) tahap perkalian 96 sampai 100.

Setiap tahap hanya memerlukan 5 peragaan dasar posisi jari, namun yang

membedakan hanyalah rumus penghitungannya saja. Berikut ilustrasi posisi jari

yang diajarkan sebagai peragaan dasar:

Gambar 2.1 Ilustrasi Posisi Jari Dasar Teknik Tangan Pintar

Jari terbuka adalah jari puluhan (satu jari bernilai 10) dan jari tertutup (ditekuk)

adalah jari satuan (satu jari bernilai 1)

Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan Teknik Tangan Pintar untuk

tahap pertama (perkalian dasar antar bilangan 6, 7, 8 , dan 9) yaitu:

1) Siswa diharapkan sudah menguasai perkalian dasar dengan bilangan 0, 1, 2, 3,

4, dan 5 terlebih dahulu, jika belum, maka guru wajib mengajarinya terlebih

dahulu hingga siswa bisa.

(28)

2) Siswa diajarkan untuk memahami lima peragaan dasar yang diperlukan untuk

semua tahap.

3) Secara berurutan dan sistematis, siswa diajak menghitung perkalian dasar mulai

dengan bilangan 6 hingga bilangan 9 melalui peragaan bersama-sama.

4) Secara klasikal, siswa diberi soal latihan perkalian dasar dengan bilangan 6

hingga 9 dengan memperagakan sendiri menggunakan teknik tangan pintar.

5) Secara individual, siswa diberi soal latihan perkalian dasar dengan bilangan 6

hingga 9.

6) Bila siswa sudah menguasai tahap pertama ini, maka dapat dilanjutkan ke tahap

berikutnya. Begitu seterusnya.

2.9 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas bahwa “Apabila dalam pembelajaran materi matematika

menggunakan pendekatan teknik tangan pintar dengan langkah-langkah yang

tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berhitung perkalian

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research) dengan alasan bahwa PTK (Penelitian Tindakan

Kelas) sangat sesuai diterapkan untuk mengadakan penelitian ini karena peneliti

terlibat langsung dalam proses penelitian baik sebagai pelaksana sekaligus sebagai

observer, serta menguntungkan bagi peneliti karena peneliti sehari-harinya bekerja

sebagai guru di kelas yang diteliti. Sehingga guru mengenal situasi dan karakter

siswa yang diteliti dan sebaliknya siswa mengenal peneliti sebagai gurunya.

Berikut ini bagan yang menggambarkan desain pelaksanaan penelitian tindakan

kelas ( Sumber: Arikunto, 2011):

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

? Pengamatan

Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS II

(30)

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 minggu yaitu pada bulan Januari 2013

minggu kedua sampai dengan bulan Pebruari 2013 minggu kedua.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Xaverius 3 Bandarlampung Kecamatan Way Halim

dengan alasan bahwa peneliti bekerja pada sekolah tersebut, sehingga

memudahkan penelitian terutama dalam pencarian dan pengumpulan data, serta

peluang waktu yang luas.

3.2.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III B SD Xaverius 3 Bandarlampung

tahun pelajaran 2012-2013 pada pembelajaran matematika berhitung perkalian

dengan jumlah siswa 43 anak yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 20 siswa

perempuan.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Langkah-langkah Penelitian

Pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan pada

akhir tiap siklus diadakan tes.

Siklus 1.

(31)

24

dengan membuat RPP, kemudian rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran

matematika dengan menggunakan pendekatan teknik tangan pintar dalam materi

perkalian dasar yang meliputi :

1. Kegiatan Persiapan

a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b. Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi tersebut.

c. Mengidentifikasi sumber-sumber pembelajaran.

d. Menyusun teknik-teknik penyampaian materi pembelajaran.

2. Kegiatan Pelaksanaan

a. Kegiatan membuka pelajaran :

1). Melaksanakan apersepsi

2). Memotivasi

3). Mengemukakan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti Pelajaran

1). Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari

2). Menjelaskan dan memperagakan penggunaan teknik tangan

pintar untuk menghitung perkalian dasar.

3.) Menyajikan soal perkalian dasar secara lisan kepada siswa lalu

menugaskan siswa menggunakan teknik tangan pintar untuk

menghitung perkalian dasar secara klasikal, lalu dilanjutkan

secara individual.

4.) Mengadakan bimbingan bagi siswa yang masih mengalami

(32)

c. Kegiatan Mengakhiri Pelajaran

1). Memberi penguatan materi dan kesimpulan

2). Melakukan evaluasi hasil dan proses.

3). Melaksanakan tindaklanjut.

Siklus 2

Pada siklus dua melanjutkan materi pembelajaran siklus satu, pada akhir siklus

dilakukan refleksi untuk mengkaji selama pembelajaran berlangsung sebagai

acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran berikutnya.

3.3.2 Cara Pengamatan / Monitoring

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai akhir diamati oleh

obser-ver dengan menggunakan lembar observasi yang telah disepakati bersama sebagai

instrumen penelitian.

3.3.3 Analisis Data dan Refleksi

Pada akhir kegiatan guru dan siswa membuat kesimpulan serta dilakukan tes

formatif untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang

disampaikan.

Pada akhir siklus dilakukan refleksi oleh semua tim peneliti untuk mengkaji

proses pembelajaran yang dilakukan guru dan mengkaji aktifitas siswa selama

pembelajaran berlangsung sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan

(33)

26

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data ( Arikunto, 2002:125). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data

tentang daftar nama siswa, jumlah siswa, dan data lain yang diperlukan untuk

kepentingan penelitian.

2) Metode Tes

Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar

siswa dengan menggunakan pendekatan teknik tangan pintar dalam berhitung

perkalian.

3) Metode Observasi

Metode observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh observer untuk

mengamati aktivitas belajar siswa dan kegiatan guru dalam pembelajaran

(34)

3.4.2 Alat Pengumpul Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui tes tertulis pada setiap

akhir siklus pembelajaran. Tes hasil belajar atau instrument ini digunakan untuk

menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya keterampilan

berhitung perkalian dasar.

3.5 Instrument Penelitian

Pengamatan yang dilakukan secara kolaborasi yang melibatkan rekan sejawat

sebagai observer dalam setiap proses pembelajaran di kelas menggunakan

instrumen penelitian sebagai berikut:

3.5.1 Lembar Observasi

Lembar obsevasi siswa dan guru digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

untuk mengetahui aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran berhitung

perkalian dengan menggunakan pendekatan teknik tangan pintar.

3.5.2 Tes Hasil Belajar

Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam penelitian ini terdapat 2 siklus berarti ada 2 tes tertulis yang berupa tes

objektif. Hasil tes ini digunakan untuk mengukur atau mengetahui sejauh mana

tingkat keberhasilan penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan dalam

(35)

28

3.5.3 Analisis Data Hasil Belajar

Analisis data hasil belajar diperlukan untuk memudahkan peneliti dalam

mengetahui tingkat daya serap siswa tentang materi yang dipelajarinya dalam

berhitung perkalian dengan menggunakan pendekatan teknik tangan pintar, baik

secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

1) Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif ini diambil berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap

aktifitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan

indikator yang tercantum dalam lembar observasi yang telah disusun sebelumnya

kemudian dihitung persentasenya. Rumus yang digunakan untuk menghitung

persentase hasil observasi siswa yaitu:

skor perolehan

total skor

x 100% =

P

Keterangan : P adalah tingkat keberhasilan

∑ adalah sigma atau jumlah

Kriteria yang dipakai dalam pengelompokan tingkat aktifitas siswa sebagai hasil

observasi dapat dilihat pada tabel berikut:

No Tingkatan Predikat

(36)

2) Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil penilaian tes tertulis dengan dua tahap

yaitu menentukan rata-rata nilai (rerata) dan menentukan persentase nilai

ketuntasan belajar baik secara individual maupun klasikal.

a. Penentuan Rata-rata Nilai (rerata)

Peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

∑Xi

N = jumlah siswa yang mengikuti tes

(Sumber: Arikunto, 2007:264)

b. Penentuan Ketuntasan Belajar

Penentuan ketuntasan belajar siswa secara individu dinyatakan sebagai

berikut:

KKM atau SKBM untuk mata pelajaran matematika yang ditetapkan oleh

sekolah adalah 65, maka nilai hasil belajar siswa di bawah 65 dinyatakan

belum tuntas.

Sedangkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal digunakan rumus

sebagai berikut:

∑ siswa yang mendapat nilai ≥ 65

siswa yang mengikuti tes x 100%

= P

(37)

30

Keterangan: P = Persentase ketuntasan

∑ = sigma / jumlah

Ketuntasan belajar secara klasikal dinyatakan berhasil jika persentase

siswa yang tuntas belajar atau siswa yang memperoleh nilai ≥ 65

jumlahnya lebih besar atau sama dengan 85% dari jumlah siswa

seluruhnya.

Hasil analisis ini dapat dipakai sebagai bahan refleksi untuk melakukan

perencanaan tindakan lanjutan dala siklus pembelajaran berikutnya.

3.6. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah meningkatnya prestasi belajar

siswa kelas III B SD Xaverius 3 Bandarlampung dalam keterampilan berhitung

perkalian dengan menggunakan pendekatan teknik tangan pintar.

Pendekatan tangan pintar dalam pembelajaran berhitung perkalian dikatakan

berhasil apabila:

1. Persentase aktifitas belajar siswa meningkat setiap siklusnya dan mencapai

predikat tinggi atau > 80% dari kriteria keberhasilan yang digunakan

2. Adanya peningkatan rata-rata nilai setiap siklusnya.

3. Tingkat ketuntasan siswa secara klasikal mencapai ≥ 75% dari total jumlah

siswa, atau siswa yang telah lulus KKM dengan nilai ≥ 65 mencapai ≥ 75%.

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan refleksi dan diskusi peneliti dengan observer pada bab sebelumnya,

maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Penerapan pendekatan teknik tangan pintar dalam pembelajaran berhitung

perkalian dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas III B SD Xaverius

3 Bandarlampung tahun pelajaran 2012/2013. Hal tersebut dapat dilihat dari

hasil perbandingan pengamatan proses pembelajaran mulai dari siklus I dan

siklus II terdapat peningkatan aktivitas belajar.

2. Hasil belajar melalui pendekatan teknik tangan pintar dalam pembelajaran

berhitung perkalian menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan

terhadap hasil belajar siswa secara individu, hal ini terlihat dari hasil

perbandingan tes awal dan tes akhir, yaitu meningkatnya perolehan hasil tes

pada siswa kelas III B SD Xaverius 3 Bandarlampung. Pada siklus I diperoleh

nilai rata-rata kelas hasil belajar para siswa 73,26 dan pada siklus II

meningkat menjadi 78,26. Terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 5.

Di samping itu pada siklus I diperoleh temuan sebanyak 27 orang siswa atau

62,79% telah berhasil mencapai nilai ketuntasan minimal dan pada siklus II

meningkat menjadi 36 orang siswa atau 83,72% yang berhasil mencapai nilai

(39)

57

kelas III B SD Xaverius 3 Bandarlampung yaitu 43 orang siswa, terdapat

siswa yang belum tuntas sebanyak 7 orang. Penggunaan pendekatan teknik

tangan pintar dalam pembelajaran berhitung perkalian terbukti efektif untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas III B SD

Xaverius 3 Bandarlampung tahun pelajaran 2012/2013.

5.2Saran Kepada Siswa, Guru, dan Sekolah

Proses pembelajaran yang terancang, terprogram dengan baik dan menyenangkan

adalah hal yang semestinya diciptakan dan dilakukan oleh pendidik dalam

membimbing dan memberi motivasi kepada siswa di kelas. Pendidik tentunya

memiliki keinginan agar siswa dapat dengan mudah dan cepat menguasai serta

mengaplikasikan materi pelajaran yang dipelajarinya secara langsung, menjadi

tujuan pembelajaran. Hal yang paling penting adalah pendidik hendaknya selalu

melakukan pengamatan sejauh mana peningkatan belajar siswa di kelas.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat

mengemukakan beberapa saran dalam melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan teknik tangan pintar dalam pembelajaran berhitung

perkalian untuk perbaikan di masa mendatang sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Siswa usia SD Kelas III yang mengalami kesulitan dalam tugas perkembangan

konsep berpikir dari konkrit menuju abstrak dapat berusaha meningkatkan ke-

mampuan dan keterampilan dalam berhitung perkalian dengan menggunakan

(40)

b. Sebaiknya siswa usia SD Kelas III mempelajari dan terus menggunakan teknik

Tangan Pintar dalam belajar berhitung perkalian secara terus-menerus dan ber-

kesinambungan mulai dari tahap 1 hingga tahap 19 yang terdapat pada teknik

Tangan Pintar.

2. Bagi Guru

a. Dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru yang

menggunakan pendekatan teknik tangan pintar dalam pembelajaran berhitung

perkalian, dalam penelitian tindakan kelas ini, untuk selanjutnya dapat meng-

gunakan pendekatan teknik tangan pintar dalam pembelajaran berhitung per-

kalian dalam proses pembelajaran di kelas terutama untuk materi perkalian

lanjutan di kelas yang lebih tinggi.

b. Agar penerapan pendekatan teknik tangan pintar dalam pembelajaran berhi-

tung perkalian menjadi lebih efektif, maka guru harus mempersiapkan dengan

sungguh-sungguh dan memperhatikan bahan ajar, metode, sarana dan prasa-

rana serta kondisi siswa, agar siswa dapat terlibat ke dalam proses pembelajar-

an dan dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan.

c. Kemampuan guru dalam melaksanakan variasi gaya mengajar hendaknya sela-

lu dicoba sebagai upaya menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif,

kreatif, dan menyenangkan sesuai dengan prinsip pembelajaran PAIKEM.

3. Bagi Sekolah

Perlunya kepedulian dari pihak kepala sekolah dan guru untuk bersama-sama satu

(41)

59

didik dengan mencari media-media pembelajaran, pendekatan-pendekatan

pembelajaran, teknik-teknik pembelajaran, dan metode-metode pembelajaran, serta

strategi-strategi pembelajaran yang sesuai untuk dilaksanakan dalam proses

(42)

Agip, Zainal dkk, 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya Bandung.

Arikunto, Suharsimi, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara, Jakarta.

Chourmain, 2011. Pendekatan-pendekatan Alternatif Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) : RIMEKA CIPTA

Hananto, Senno, 2011. Pengertian Hasil Belajar . Diunduh dari website: http://

www.scrib.com/doc/51282702/Pengertian-Hasil-Belajar-Menurut-Para-Ahli. Tanggal akses 29 Oktober 2012, pukul 13.00wib.

Misni, 2011. Tapin(Tangan Pintar) Teknik Berhitung Pintar dan Pembelajaran Kurikulum: CV Mandiri Cipta Harini

Munawaroh, 2012. Pembelajaran Tematik dan Aplikasinya di Sekolah Dasar. Pdf, diunggah 16 Mei 2012 dan diakses tanggal 8 Januari 2012 pk.10.23 wib dari website http://www.ebookbroswe.com/pengertian-pembelajaran-tematik-menurut-para-ahli-pdf-d376693796

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1991. Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi ke-2.Departememn Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta

Roopnarine dan Johnson, 2011. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Berbagai Pendekatan: Kencana Prenada Media Group

Rusman., 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Saud, 2006. Manajemen Kelas Bahan Ajar Mahasiswa S1-PGSD-PJJ. UPI, Jakarta.

Subagyo, 2011. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik : Rimeka Cipta

Sukayati, 2009. Modul Matematika SD Program Bermutu Pembelajaran Tematik di SD. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Peningkatan Mutu

Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK)

(43)

2013 dari website http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pembelajaran-tematik-di-sekolah-dasar

Sungkono, 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Suryana, Asep, 2006. Manajemen Kelas. Bahan Ajar PGSD, UPI.

Gambar

Gambar 2.1 Ilustrasi Posisi Jari Dasar Teknik Tangan Pintar
Gambar 3.1 Bagan Desain Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 1. Kriteria Aktifitas Siswa

Referensi

Dokumen terkait

KEPUTUSAN DEKAN TIK UN]VSRSITAS NEOERI YOCYAX.ARTA TENTANc DOSEN PENGA.'AR DAN PENCL]JI MATA KULIAH FAKULTER DAN KEPROD'AN PADA irocn'rNr s-r eensugsror oAN SwADANA

Motivasi kerja karyawan dalam suatu organisasi dapat dianggap sederhana dan dapat pula menjadi masalah yang kompleks, karena pada dasarnya manusia mudah untuk dimotivasi

Acara penandatanganan kerjasama tersebut akan langsung ditindaklanjuti oleh Program Presentasi Internasional atas rencana penelitian skripsi para mahasiswa Jurusan

Berdasarkan hasil tabel masihadadiantara Bapak/Ibu yang menjalankan tugas tidak sesuai dengan urutan dalam prosedur kerja mayoritas mengatakan tidak sebanyak 32

It was reported that by increasing the surfactin concentration, mostly increases the foam capacity but not to their stability (C-L Hu, 2008).The experimental

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui citraan dana bahasa figuratif yang terdapat dalam buku antologi puisi “Suluk, Nang, Ning, Nung” karya Handoko F. Metode

Berdasarkan hasil temuan penelitian ini telah diketahui bahwa observasi lapangan dapat meningkatkan hasil belajar IPS SD, yang ditunjukkan dengan lebih tingginya rata-rata nilai

Ada tiga temuan penting pada penelitian ini, yaitu (1) menemukan langkah-langkah yang tepat dalam penerapan teknik menyelesaikan cerita dalam pembelajaran