• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KEWENANGAN JABATAN NOTARIS TERHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKALAH KEWENANGAN JABATAN NOTARIS TERHA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“KEWENANGAN JABATAN NOTARIS TERHADAP MASYARAKAT SERTA AKIBAT HUKUM TERHADAP

AKTA OTENTIK YANG DIBUAT MELAWAN HUKUM” (Berdasarkan Undang-undang Jabatan Notaris No 2 Tahun 2014 &

Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia (INI)

NAMA : NPM

1. DESY SUKARIYANTI (124215551)

2. INDAH RAHMAWATI (124215522)

3. NUR AIN (124215546)

4. SUZAN RISKI ASADHA (124215520)

5. SITI QOMARIAH BREKAT (124215530)

6. YUDHA ARDHYA FIRMANIE (124215550)

UNIVERSITAS SURABAYA

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

(2)

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Kata Notaris besal dari kata “NOTA LITERARIA” yaitu tanda tulisan atau karakter yang digunakan untuk myang ditugaskan oleh menuliskan atau menggambarkan ungkapan kalimat yang disampaikan nara sumber. Pada awalnya Notaris hakikatnya adalah pejabat umum kekuasan umum untuk melayani kebutuhan masyarakat akan alat bukti otentik yang memberikan kepastian hubungan keperdataan, sepanjang alat bukti otentik tetap memperlukan eksistensi ditengah masyakarat.

Pada tanggal 27 Agustus 1620,yaitu beberapa bulan setelah dijadikanya Jacatra sebagai ibu kota(tanggal 4 Maret 1621 dinamakan “Batavia”).Melchior Kerchem Sekertaris dari College van Schepenen di Jacatra diangkata sebagai notais pertama di Indonesia. Didalam akta pengakatan Melcior Kerchem sebagai notaris sekaligus secara singkat dimuat suatu intruksi yang menguraikan bidang pekejaan dan wewenang,yakni untuk menjalankan tugas jabatan di kota Jacatra untuk kepentingan publik.

Lima tahun kemudian,yakni pada tanggal 16 Juni 1625,setelah jabatan “ Notaris Publik” dipisahka dari jabatan “secretaries van den gereche” dengan surat keputusan Gubenur Jendral tanggal 12 November 1620,maka dikelurkanlah intruksi pertama untuk para Notaris di Indonesia yang hanya berisikan 10 pasal.

Pada tahun 1822 notaris ini diatur 2 buah reglemen yang agak terperinci dari tahun 1625 dan 1765.Ditahun 1822(Sbt.No 11)dikeluarkan “intructire voor de notarissen di indonesia, yang terdiri dari 34 pasal.

Notaris bertindak sebagai pelayanan umum masyarakat sebagai pejabat yang diangkat oleh pemerintahan yang memperoleh kewenangan secara atributif dari Negara untuk melayani masyarakat dalam hubungan hukum yang terjadi antara mereka yangn digunakan sebagai alat bukti akan dokumen- dokumen lehgal yang sah yang memiliki kekuatan pembuktian yng sempurna.

(3)

umum, sehingga akta yang dibuat oleh notaris karena kedudukanya tersebut memperoleh sifat akta otentik.

Peraturan mengenai notaris mengacu pada ketentuan (Stl,1860 Nomor 3) atau Peraturan Jabatan Notaris yang berlaku pada 1Juli 1860.Inilah yang menjadi dasar yang kuat bagi pelembagaan Notaris di Indonesia yang merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda, berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan tersebut sudah tidah sesuai dengan perkembngan dan kebutuhan hukum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu,perlu adanya pembaharuan dan penganturan kembali dalam satu Undang-Undang yang mengatur tentang Jabatan Notaris.

Dengan diudangkan Undang-Undang No.30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris pada tanggal 6 Oktober 2004.Pasal 91 UUJN telah menecabut dan menytakan tidak belaku lagi.

1. Reglement of Het Notaris Ambt in Indonesia (Sbt 1860.3) sebagaimana telah diubah terahir dalam Lembaran Negara Tahun 1945 Nomor 101;

2. Ordonantie 16 September 1931 tetang Honorium Notaris;

3. Undang- Undang Nomor 33 tahun 1954 teatng Wakil Notaris dan Wakil Notaris sementara(Lemabaran Negara Tahun 1945 Nomor 101,Tambahan Lembaran Negara Tahun 1954

Pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat menetapkan Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (untuk selanjutnya disebut UUJN), sebagai bagian dari hukum positif di Indonesia. Notaris sebagai Pejabat Umum,dalam hal ini dihubuingan denagn pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa “Suatu akta yang sedemikian,yang dibuat dalm bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu,di tempat dimana akta itu dibuat.”

Dalam kewenangan Notaris ini meliputi 4 hal,yaitu:

1. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyakut akat yang dibuatnya. 2. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang(- orang), untuk

(4)

3. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat,dan dimana akta itu dibuat

4. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembutan akta itu.

Terlepas dari wewenang Notaris yang dikemukakan oleh G.H.S Lumbang Tobing mengenani kewenangan Notaris utama,Notaris terkait kedudukanya sebagai penjabat umum yang membuat akta otentik.Menurut Habib Adje dalam bukunya Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris)

Berdasarkan bunyi pasal 1 PJN (Stbl.1860 Nomoe 3) bahwa yang dimaksud dengan Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik menegenai perbuatan,pejanjian,dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikendaki untuk dinyatakan dalam satu akta otentik,mejamin kepastian tanggal,penyimpanan aktanya dan memberikan grosse,salinan dan kutipannya,semua sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada penjabat atau orang lain.

Sedangkan dalam pasal 1 angka 1 UUJN,yang dimaksud dengan Notaris adalah Pejabat umum yang berwenang umtuk membuat akta otentik dan kewengan lainya yang dimaksud dalam UUJN.

Wewenang (atau sering pula ditulis dengan istilah Kewenangan) merupakan suatu tindakan hukum yang diatur dan diberikan kepada suatu jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur jabatan yang bersangkutan.Dengan demikian setiap wewenang ada batasanya sebagaimana yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.Wewenang Notaris terbatas sebagaimana peraturan perundang-undangan yang mengatur jabatan Penjabat yang bersangkutan. Wewenang yang diperoleh suatu jabatan mempunyai sumber asalnya.Dalam Hukum Administrasi wewenang bisa diperoleh secara Atribusi,Delegasi atau Mandat.

(5)
(6)

PERMASALAHAN

Bagaimana kewenangan Notaris sebagai Penjabat Umum dalam memberikan pelayanan pada masyarakat serta akibat hukum dari pembuatan akta otentik yang dibuat melawan hukum ?

Notaris dalam menjalankan profesinya memberikan pelayanan kepada masyarakat sepatutnya bersikap sesuai aturan yang berlaku. Ini penting karena Notaris melaksanakan tugas jabatannya tidaklah semata-mata untuk kepentingan pribadi, melainkan juga untuk kepentingan masyarakat, serta mempunyai kewajiban untuk menjamin kebenaran dari akta-akta yang dibuatnya, karena itu seorang Notaris dituntut lebih peka, jujur, adil dan transparan dalam pembuatan suatu akta agar menjamin semua pihak yang terkait langsung dalam pembuatan sebuah akta otentik. Dalam melaksanakan tugas jabatannya seorang Notaris harus berpegang teguh kepada kode etik jabatan Notaris, karena tanpa itu, harkat dan martabat profesionalisme akan hilang dan tidak lagi mendapat kepercayaan dari masyarakat.

Notaris juga dituntut untuk memiliki nilai moral yang tinggi, karena dengan adanya moral yang tinggi maka Notaris tidak akan menyalahgunakan wewenang yang ada padanya, sehingga Notaris akan dapat menjaga martabatnya sebagai seorang pejabat umum yang memberikan pelayanan yang sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak merusak citra Notaris itu sendiri. Sebagaimana harapan Komar Andasasmita, agar setiap Notaris mempunyai pengetahuan yang cukup luas dan mendalam serta keterampilan sehingga merupakan andalan masyarakat dalam merancang, menyusun dan membuat berbagai akta otentik, sehingga susunan bahasa, teknis yuridisnya rapi, baik dan benar, karena disamping keahlian tersebut diperlukan pula kejujuran atau ketulusan dan sifat atau pandangan yang objektif.

(7)

mengalami perubahan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 3 (untuk selanjutnya disebut UU Perubahan Atas UUJN). Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menentukan “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya.” Notaris dikatakan sebagai pejabat umum karena Notaris diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah. Meskipun Notaris diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, namun Notaris tidak dapat disamakan dengan pegawai negeri yang juga diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah. Yang membedakannya adalah Notaris merupakan pegawai pemerintah tanpa menerima gaji dari pemerintah.

(8)

seorang Notaris kebanyakan dibutuhkan oleh masyarakat dalam hal pembuatan akta otentik.

Akta otentik yang dibuat oleh Notaris pada hakekatnya sesuai dengan apa yang diberitahukan para pihak kepada Notaris. Notaris berkewajiban untuk memasukkan ke dalam akta mengenai apa saja yang dikehendak para pihak dan selanjutnya menuangkan pernyataan atau keterangan para pihak tersebut ke dalam akta Notaris. Sedangkan tulisan di bawah tangan atau biasa disebut dengan akta dibawah tangan dibuat tidak dibuat dihadapan Notaris dan dalam bentuk yang tidak ditentukan oleh undang-undang serta tanpa adanya perantara berdasarkan ketentuan Pasal 1874 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Menurut Pasal 1 angka 7 UU perubahan atas UUJN menentukan bahwa “akta Notaris adalah akta autentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang ini”. Akta otentik yang dimaksud adalah akta otentik sesuai dengan rumusan Pasal 1868 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (untuk selanjutnya disebut KUHPerdata) yaitu : “Suatu akta otentik ialah akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta itu dibuat.”

Berdasarkan pasal tersebut Notaris mempunyai wewenang untuk membuat akta otentik. Terdapat dua golongan akta otentik yang dibuat oleh Notaris yaitu akta otentik yang dibuat oleh Notaris dimana merupakan suatu akta yang dibuat oleh Notaris mengenai suatu tindakan yang dilakukan atas suatu keadaan yang disaksikan oleh Notaris dan akta otentik yang dibuat di hadapan Notaris yaitu akta yang dibuat dihadapan Notaris yang memuat uraian mengenai hal-hal yang diterangkan oleh pihak yang menghadap kepada Notaris.

(9)

Kekuatan pembuktian formil (formele bewijskracht) yang memberikan kepastian bahwa sesuatu kejadian dan fakta tersebut dalam akta betul-betul diketahui dan didengar oleh Notaris dan diterangkan oleh para pihak yang menghadap. Kekuatan pembuktian Materiil (materiele bewijskracht) yang merupakan kepastian tentang materi atau isi suatu akta.

Notaris sebagai pejabat umum (openbaar ambtenaar) berwenang membuat akta otentik, sehubungan dengan kewenangannya tersebut Notaris dapat dibebani tanggung jawab atas perbuatannya dalam membuat akta otentik yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau dilakukan secara melawan hukum. Pertanggungjawaban merupakan suatu sikap atau tindakan untuk menanggung segala akibat dari perbuatan yang dilakukan atau sikap untuk menanggung segala resiko ataupun kosekuensinya yang ditimbulkan dari suatu perbuatan.

Pertanggungjawaban itu ditentukan oleh sifat pelanggaran dan akibat hukum yang ditimbulkannya. Secara umum pertanggungjawaban yang biasa dikenakan terhadap Notaris adalah pertanggungjawaban pidana, administrasi dan perdata. Pertanggungjawaban secara pidana dijatuhi sanksi pidana, pertanggungjawaban administrasi dijatuhi sanksi administrasi, dan pertanggungjawaban perdata dijatuhi sanksi perdata. Itu merupakan konsekuensi dari akibat pelanggaran atau kelalaian yang dilakukan oleh Notaris dalam proses pembuatan akta otentik. Menentukan adanya suatu pertanggungjawaban secara perdata atau pidana yang dilakukan oleh seorang Notaris harus dipenuhi tiga syarat, yaitu harus ada perbuatan Notaris yang dapat dihukum yang unsur-unsurnya secara tegas dirumuskan oleh undang-undang. Perbuatan Notaris tersebut bertentangan dengan hukum, serta harus ada kesalahan dari Notaris tersebut.

Kesalahan atau kelalaian dalam pengertian pidana meliputi unsur-unsur bertentangan dengan hukum dan harus ada perbuatan melawan hukum. Sehingga pada dasarnya setiap bentuk pelanggaran atau kelalaian yang dilakukan Notaris selalu mengandung sifat melawan hukum dalam perbuatan itu.

(10)

dengan ketentuan-ketentuan hukum yang tidak tertulis. Ketentuan perundang-undangan dari perbuatan melawan hukum bertujuan untuk melindungi dan memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.

(11)

PEMBAHASAN A. Kewenangan Notaris

Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,perjanjian,dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/ atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik,menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,penyimpanan akta,memberikan grosse,salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanajang pembuuatan akta-akta itu juga tidak ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orng lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

Berdasarkan UUJN tersebut ternyata Notaris sebagai Penjabat Umum memperoleh wewenang secara Atribusi, karena wewenag tersebut diciptakan dan diberikan oleh UUJN sendiri. Di wewenang yang diperoleh Notaris bukan berasal dari lembaga lainya. Misalnya dari Departemen Hukum dan HAM.

Notaris sebagai sebuah jabatan (bukan profesi atau profesi jabatan), dimana jabatan apapun yang ada dinegeri ini mempunyai wewenang tersendiri.setiap wewengan harus ada dasar hukumnya. Kalau kita berbicara mengenai wewenang, maka wewenang serang pejabat apapun harus jelas dan tegas dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tetang pejabat atau jabatan tersebut. Sehingga jika seorang Pejabat melakukan suatu tindakan diluar wewenag disebut sebagai peraturan melanggar hukum. Oleh karena itu,suatu wewenang tidak muncul begitu saja sebagai hasil dari suatu diskusi atau pembicara di belakang meja ataupun karena pembahasan-pembahasan ataupun pendapat-pendapat dilembaga legeslatif ,tapi wewenang harus dinyatakan dengan tegas dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

Kewenangan Notaris tersebut dalam pasal 15 dari ayat (1) sampai dengan sampai dengan ayat (3) UUJN, yang dapat dibagi menjadi :

1. Kewenangan Umum Notaris 2. Kewenangan Khusus Notaris

(12)

1. Kewenangan Umum Notaris

Tercantum pada pasal ayat (1) UUJN menegaskan bahwa salah satu kewengan Notaris,yaitu membuat akta secara Umum .Hal inin disebutkan sebagaian Kewenangan Umum Notaris deangan batasan sepanjang :

1. Tidak dikecualikan kepada penjabat lain yang ditetapkan oleh Undang-undang 2. Menyangkut akta yang harus dibuat atau berwenang membuat akta otentik

mengenai smua perbuatan,perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh aturan hukum atau dikehendaki oleh yang bersangkutan.

3. Mengenai subyek hukum (orang atau badan hukum) untuk kepentingan siapa akta itu dibuat atau dikehendaki oleh yang berkepentingan.

Menurut pasal 15 ayat (1) bahwa wewenang notaris adalah membuat akta bukan membuat surat,seperti Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) atau mebuat surat lain,seoerti Surat keterangan waris juga ada beberapa akta otentik yang nerupakan wewenang Notaris dan juga menjadi wewenang penjabat atau instalasi lain,yaitu:

1. Akta pengakuan anak diluar kawin (pasal 281BW)

2. Akta berita acara tetang kelalaian penjabat penyimpanan hipotek(pasal 1227 BW)

3. Akta berita acara tentang penawaran pembayaran tunai dan konsinyasi (pasal 1405-1406 BW)

4. Akta protes wesel dan cek (pasal 143 dan 218 Wvk)

5. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) Undang-undang Nomor 4 tahun 1996

(13)

2. Kewenangan Khusus Notaris

Pasal 15 ayat (2) mengatur kewengan khusus notaris untuk melakukan tindakan hukum tertentu:

1. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus

2. Membukukan surat-surat dibawah tangan dengan mendaftarkan dalam buku khusus.

3. Membuat copy dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan.

4. Melakukan pengesahan kecocokan foto copy dengan surat asli

5. Memberi penyuluhan hukum sehubungan dengan membuat akta

6. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan atau

7. Membuat akta risalah lelang

Sebenarnya ada kewenangan khusus lainya, yaitu membuat akta dalam bentuk original,yaitu:

1. Pembayaran uang sewa,bunga,dan pensiun

2. Penawaran pembayaran tunai

3. Akta kuasa

4. Keterangan pemilikan

5. Akta lain berdasarkan peraturan perundang-undangan

(14)

Notaris juga mempunyai kewenangan khusus lainya seperti yang tersebut dalm pasal 51 UUJN, yaitu berwenang untuk membetulkan kesalahan tulis atau kesalahan ketik yang terdapat dalam Minuta akta yang telah ditanda tangani, dengan cara membuat Berita Acara Pembetulan dan Salinan atas Berita Acara pembetulan tersebut Notaris wajib menyampaikan kepada para pihak.

3. Kewenangan Notaris yang akan ditentukan Kemudian

Kewenangan yang akan ditentukan kemudian berdasakan aturan hukum lain yang akan datang kemudian (ius constituendum). Berkaitan dengan wewenang tersebut, jika Notaris melakukan tindakan diluar wewenang yang telah ditentukan, maka Notaris telah melakukan tindakan diluar wewenang, maka produk atau akta Notaris tersebut tidak mengikat secara hukum atau tidak dapat dilaksanakan (nonexecutable), dan pihak atau mereka yang merasa dirugikan oleh tindakan Notaris diluar wewenang tersebut,maka Notaris dapat digugat secara perdata ke pengadilan Negeri.

Wewenang Notaris yang akan ditentukan kemudian,merupakan wewenang yang akan muncul akan ditentukan berdasakan peraturan peraturan undangan.Dalam kaiatan ini perlu diberikan batasan mengenai peraturan perundang-undangan yang dimaksud Batasan perundang-perundang-undangan dapat diliat pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,bahwa:

Yang dimaksudkan denagn peraturan perundang-undangan dalam undang-undang ini ialah semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintahan baik ditingkat pusat maupun daerah,yang juga besifat mengikat secara umum.

Dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tetang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,bahwa:

Peraturan perundang-undangan adalah peraturan yang tertulis yang akan dibentuk oleh

(15)

Dengan konstruksi kesimpulan seperti tersebut diatas,maka ketentuan pasal 50 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP),dapat diterapkan kepada Notaris dalam menajalankan tugas jabatan.Sepanjang pelaksanakan tugas jabatan tersebut sesuai dengan cara yang sudah ditentukan dalam UUJN,hal ini sebagian perlindungan hukum terhadap Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya atau merupakan suatu immunitas terhadap Notaris dalam menjalankan tugas jabatan sesuai aturan hukum yang berlaku.

Terdapat pebedaan antara pengertian notaris yang terrcantum dalam PJN dan UUJN.Menurut pasal 1 PJN,disebutkan bahwa notaris adalah pejabat umumyang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik.Sedangkan pasal 1 angka 1 UUJN menyebutkan bahwa Notaris adalah penjabat umum.

Pejabat umum yang buat akta otentik.Tidak disebukan bahwa Notaris adalah penjabat umum yang satu-satunya berwenagn membuat akta otentik.

Perbedaan tersebut terletak pada wewenang Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatanya,dan ynag menjadi dasar darin kewenangan Notaris tersebut adalah pasal 15 angka (1),(2) dan (3) UUJN yang menyebutnya bahwa:

Notaris berwenang membuat akta otentik mengenal sebuah pebuatan,perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/ atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untu dinyatakan dalam akta otentik,menajamin,salinan dan kepastian tanggal pembuatanakta,menyimpan akta,memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya sepanjang pembuatan akta-akta itu juga ditugaskan atau dikecualikan kepada penjabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

Notaris berwenang pula:

a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah tangan dengan mendaftarkan dalam buku khusus.

(16)

c. membuat copydari asli surat-surat dibawah tangan beruapa salianan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan ddigambarkan dalam surat yang bersangkutan

d. melakukan pengesahan kecocokan pfoto kopi denah surat aslinya.

e. memberikan penyuluhan hubungan dengan perbuatan akta

f. membuat akta yang berkaitan denagan pertanahan;

g. membuat akta risalah lelang.

Selain kewenangan sebagaimana dimaksud Notaris mempunyai kewengan lainya yang diatur dalam peraturan perudang-undangan.Kewenangan lainya tersebut diantaranya adalah membuat Akta Pendirian Perseroan Terbatas(diatur dalam pasal 7 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas).

Akta Jaminan Fidusia diatur dalam pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan Fidusia, Hak Tngguangna Atas Tanah beserta kebenda-benda yangberkaitan dengan tanah,Akta pendirinan yayasan diatur dalam pasal 9 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan junto Undang-Undang 28 tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan.

B. Akibat Hukum

Akibat hukum terhadap terhadap akta otentik yang dibuat oleh seorang Notaris yang melakukan perbuatan melawan hukum adalah hilangnya keotentikkan akta tersebut dan menjadi akta dibawah tangan serta akta otentik tersebut dapat dibatalkan apabila pihak yang mendalilkan dapat membuktikannya dalam persidangan di pengadilan, karena pembuatan suatu akta otentik harus memuat tiga unsur yaitu lahiriah, formal dan materiil atau salah satu unsur tersebut tidak benar dan menimbulkan perkara pidana atau perdata yang kemudian dapat dibuktikan ketidakbenarannya.

(17)

serta akta tersebut dapat dibatalkan telah sejalan dengan teori kewenangan dan konsep perlindungan hukum. Seperti dikemukakan dalam teori kewenangan, Notaris dalam membuat akta otentik termasuk dalam kewenangan secara atribusi, berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat (1) UU perubahan atas UUJN.

Terjadinya suatu akibat hukum yaitu berupa akta otentik menjadi akta dibawah tangan dan akta tersebut dibatalkan diakibatkan oleh penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh Notaris, dimana Notaris dalam menjalakan wewenangnya telah melanggar ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian bagi para pihak dan mengakibatkan berubahnya kekuatan pembuktian akta dan adanya pembatalan akta otentik tersebut oleh pengadilan.

Akibat hukum ini juga telah sejalan dengan konsep perlindungan hukum yang dikemukan Satijipto Raharjo yang menjelaskan bahwa perlindungan hukum memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Serta bahwa perlindungan hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial. Sesuai dengan pengertian konsep perlindungan hukum yang dikemukan oleh para sarjana maka akibat hukum berupa pembatalan akta otentik dapat melindungi para pihak yang merasa dirugikan oleh perbuatan melawan hukum seorang Notaris dalam proses pembuatan akta otentik.

Adapun kedudukan akta Notaris dapat dibagi menjadi 5 macam yaitu dapat dibatalkan, batal demi hukum, mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan, dibatalkan oleh para pihak sendiri dan dibatalkan oleh putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena penerapan asas praduga sah.

(18)

Akibat hukum terhadap terhadap akta otentik yang dibuat oleh seorang Notaris yang melakukan perbuatan melawan hukum adalah hilangnya keotentikkan akta tersebut dan menjadi akta dibawah tangan sesuai dengan ketentuan Pasal 41 UU perubahan atas UUJN serta akta otentik tersebut dapat dibatalkan apabila pihak yang mendalilkan dapat membuktikannya dalam persidangan di pengadilan, karena pembuatan suatu akta otentik harus memuat ketiga unsur tersebut di atas (lahiriah, formil dan materiil) atau salah satu unsur tersebut tidak benar dan menimbulkan perkara pidana atau perdata yang kemudian dapat dibuktikan ketidakbenarannya. Sehingga dalam menjalankan jabatanya seorang Notaris harus tunduk pada ketentuan undang-undang dan akta tersebut dibuat oleh dan dihadapan Notaris sesuai dengan prosedur dan tata cara pembuatan akta otentik agar keotentikannya tidak menjadi akta di bawah tangan atau akta tidak sampai dibatalkan.

(19)
(20)

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Sehubungan dengan tindakan profesionalitas notaris dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka tentunya seorang notaris tidak boleh menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya berdasarkan UUJN.

Penyalahgunaan wewenang dalam hal ini mempunyai pengertian yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh notaris di luar dari wewenang yang telah ditentukan. Jika notaris membuat suatu tindakan di luar wewenang yang telah ditentukan, maka tindakan notaris dapat disebut sebagai tindakan penyalahgunaan wewenang. Jika tindakan seperti itu merugikan para pihak, maka para pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut notaris yang bersangkutan dengan kualifikasi sebagai suatu tindakan hukum yang merugikan para pihak. Para pihak yang menderita kerugian dapat menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada notaris.

Notaris dalam menjalankan profesinya tersebut, harus benar-benar mampu memberikan jasanya secara baik kepada masyarakat sehingga tidak ada masyarakat yang dirugikan. Oleh karena itu, seorang notaris dituntut lebih peka, jujur, adil dan transparan dalam pembuatan sebuah akta agar menjamin semua pihak yang terkait langsung dalam pembuatan sebuah akta otentik.

Notaris yang merupakan suatu profesi tentunya memerlukan suatu aturan etika profesi dalam bentuk kode etik. Kedudukan kode etik bagi notaris sangatlah penting, bukan hanya karena notaris merupakan suatu profesi, melainkan juga karena sifat dan hakikat pekerjaan notaris yang berorientasi pada legalisasi, sehingga dapat menjadi fundamen hukum utama tentang status harta benda, hak dan kewajiban seorang klien yang menggunakan jasa notaris tersebut.

Dalam melaksanakan tugas jabatannya seorang notaris harus berpegang teguh kepada kode etik jabatan notaris, karena tanpa itu, harkat dan martabat profesionalisme akan hilang sama sekali. Menurut Bertens, kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat.

(21)

(INI). Dalam Kode Etik Notaris Indonesia telah ditetapkan beberapa kaidah yang harus dipegang oleh notaris (selain UUJN), di antaranya adalah :

1. Kepribadian Notaris, hal ini dijabarkan kepada :

a. Dalam melaksanakan tugasnya dijiwai Pancasila, sadar dan taat kepada hukum peraturan jabatan notaris, sumpah jabatan, kode etik notaris dan berbahasa Indonesia yang baik.

b. Memiliki perilaku profesional dan ikut serta dalam pembangunan nasional, terutama sekali dalam bidang hukum.

c. Berkepribadian baik dan menjunjung tinggi martabat dan kehormatan notaris, baik di dalam maupun di luar tugas jabatannya. 2. Dalam menjalankan tugas, notaris harus :

a. Menyadari kewajibannya, bekerja mandiri, jujur tidak berpihak dan dengan penuh rasa tanggung jawab.

b. Menggunakan satu kantor sesuai dengan yang ditetapkan oleh undangundang, dan tidak membuka kantor cabang dan perwakilan dan tidak menggunakan perantara.

c. Tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi. 3. Hubungan notaris dengan klien harus berdasarkan :

a. Notaris memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan jasanya dengan sebaik-baiknya.

b. Notaris memberikan penyuluhan hukum untuk mencapai kesadaran hukum yang tinggi, agar anggota masyarakat menyadari hak dan kewajibannya.

c. Notaris harus memberikan pelayanan kepada anggota masyarakat yang kurang mampu.

4. Notaris dengan sesama rekan notaris haruslah :

a. Hormat-menghormati dalam suasana kekeluargaan.

b. Tidak melakukan perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesama.

(22)

Seorang notaris dalam menjalankan tugasnya dibatasi oleh koridor-koridor aturan. Pembatasan ini dilakukan agar seorang notaris tidak kebablasan dalam menjalankan praktiknya dan bertanggung jawab terhadap segala hal yang dilakukannya. Tanpa ada pembatasan, seseorang cenderung akan bertindak sewenang-wenang. Demi sebuah pemerataan, pemerintah membatasi kerja seorang notaris .

Bentuk pertangggungjawaban terhadap Notaris yang melakukan perbuatan melawan hukum dalam pembuatan akta otentik adalah seorang Notaris dapat dikenakan pertanggungjawaban secara perdata berupa sanksi untuk melakukan penggantian biaya atau ganti rugi kepada pihak yang dirugikan atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Notaris.

Pertanggungjawaban secara administrasi berupa pemberian sanksi teguran lisan, teguran tertulis, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat dan pemberhentian dengan tidak hormat sebagai seorang Notaris. Pertanggungjawaban terhadap kode etik profesi Notaris berupa pemberian sanksi teguran, peringatan, pemecatan sementara (schorsing), pemecatan (Onzetting) dan pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan perkumpulan. Sedangkan pertanggungjawaban secara pidana seorang dapat berupa pemberian sanksi pidana penjara atau kurungan atas perbuatan melawan hukum yang dilakukannya. Hal-hal tersebut berdasarkan temuan-temuan dalam yurisprudensi mengenai pertanggungjawaban terhadap Notaris yang melakukan perbuatan melawan hukum.

Referensi

Dokumen terkait

Beliau mengatakan bahwa, dalam membentuk budaya sholat dhuha, membaca asmaul husna, dan membaca surat pendek al Qur’an, guru pendidikan agama Islam pada awalnya ikut

Selain itu pisang ambon memiliki kandungan kalium lebih tinggi dan natrium lebih rendah dibandingkan dengan buah pisang lainnya, dalam 100 g pisang ambon mengandung 435

Maka agar yang dipotret persis dengan potretnya, alat potret itu harus memakai film negatif yang belum terpakai (belum ada gambarnya), yang masih bersih.. Begitu pula

Kemudian untuk kebutuhan irisan transversal, daun yang diambil adalah daun ke 5 dari pucuk pada 3 percabangan yang berbeda dengan 3 ulangan pohonc. Masing-masing daun

Pemberian kualifikasi Notaris sebagai pejabat umum berkaitan dengan wewenang Notaris sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 15 ayat (1) UUJN, bahwa Notaris berwenang

Adapun pengertian notaris berdasarkan bunyi Pasal 1 butir 1 jo Pasal 15 ayat 1 UUJN menyatakan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan

Tinggi tanaman pada kemiringan 3% juga berbeda nyata (signifikan) dengan kemiringan 7%. Besarnya panjang akar rata-rata tanaman pada masing-masing kemiringan dan

kredit yang diberikan oleh perusahaan sebagai pembeli kepada pemasok (supplier) dari bahan mentahnya atau barang-barang lainnya. Di sini pembeli membayar harga barang yang