• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN CITRA MEREK BATU BACAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI TOKO MANTO SILVER GEMSTONE BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN CITRA MEREK BATU BACAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI TOKO MANTO SILVER GEMSTONE BANDAR LAMPUNG"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN CITRA MEREK BATU BACAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

DI TOKO MANTOSILVER GEMSTONEBANDAR LAMPUNG

Oleh

Ardinan Asri Megatama

Kualitas produk dan citra merek batu Bacan lebih populer dalam dunia batu akik di Indonesia. Untuk mendapatkan batu yang berkualitas haruslah mempunyai Bentuk (Form), Fitur (Feature) Penyesuaian (Customization), Kualitas Kinerja (Performance Quality), Kualitas Kesesuaian (Conformance Quality), Ketahanan (Durability) Keandalan (Reliability), Kemudahan Perbaikan (Repairability), Gaya (Style). Dalam membeli produk batu Bacan, konsumen memperhatikan citra merek produk tersebut agar persepsi konsumen terhadap batu tersebut baik. Komponen yang terdapat di citra merek terdiri dari Citra Pembuat (Corporate Image), Citra Pemakai (User Image), Citra Produk (Product Image). Untuk itu penjual perlu mengenali lima tahap konsumen dalam membeli sesuatu yaitu: Pengenalan Masalah, Pencarian Informasi, Penilaian Alternatif, Keputusan Pembeli, Prilaku Setelah Membeli.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh kualitas produk dan citra merek batu Bacan terhadap keputusan pembelian di Toko Manto Silver Bandar Lampung. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hipotesis yang diajukan adalah diduga Pengaruh Kualitas Produk (X1) Citra Merek (X2) terhadap keputusan pembelian (Y) Batu Bacan

Nilai F hitung lebih besar dibandingkan nilai F tabel (73,299 > 3,06) maka Ho ditolak dan Ha diterima, nilai signifikansi hasil print out ternyata dibawah alpha yang ditentukan 5% maka secara statistik bahwa secara keseluruhan variabel bebas (Kualitas Produk dan Citra Merek) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian Batu Bacan di Toko Manto Silver Gemstone Bandar Lampung.

Nilai t hitung pada variabel Kualitas Produk (X1) sebesar 5,952 lebih besar dari t tabel yaitu 1,978. Hal ini berarti Kualitas Produk (X1) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian (Y) Batu Bacan di Toko Manto Silver Gemstone Bandar Lampung sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.

(2)

Oleh

ARDINAN ASRI MEGATAMA Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER MANAJEMEN

Pada

Program Studi Magister Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG

(3)

BANDAR LAMPUNG (Tesis)

Oleh

Ardinan Asri Megatama

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

Tabel Halaman Tabel 1.1 Jumlah Penjualan Batu Akik Berdasarkan Merek Batu dan

Ukuran Batu perbulan Tahun 2015 di Toko Batu dan Spesialis pembuatan perak Manto Silver Gemstone Bandar

Lampung... 5

Tabel 3.6 Operasional Variabel Penelitian... 48

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas... 57

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 59

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 60

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan... 61

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 61

Tabel 4.7 Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Kualitas Produk (X1)... 62

Tabel 4.8Tanggapan Responden Terhadap Variabel Citra Merek (X2) ... 68

Tabel 4.9 Total Rata-rata Skor Variabel ... 70

Tabel 4.10 Tanggapan Tentang Variabel Keputusan Pembelian (Y) ... 72

Tabel 4.11 Analisis Determinasi (R )... 77

(5)
(6)
(7)

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT. atas segala limpahan karunia-Nya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

Sebuah karya kecil ini akan penulis persembahkan kepada : Mami dan Papi,

Terima kasih atas segala doa yang kalian hanturkan tanpa henti, semua peluh yang menitik dan dukungan yang terus diberikan. Maaf jika aku selalu berbuat salah, namun percayalah bahwa aku dapat berjalan di atas kakiku sendiri dengan segala nasehat dan doa kalian sebagai

pedoman.

Aku persembahkan karya tulis ini kepada Istri ku dan anak ku,

yang selalu memberikan doa dan dukungan. Terima kasih atas kasih sayang yang kalian berikan, selalu menemani dan memberikan semangat kepada ku.

Untuk kedua adik ku,

(8)

Nama : Ardinan Asri Megatama Tempat, tanggal lahir : Bandar Lampung, 19 Juli 1991

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Anak ke : 1 (satu)

Nama Ayah : Hi. Bodi Suranto, S.E. Nama Ibu : Hj. Herlina, B.Sc.

Alamat : Jl. Beruang nomor 2 Sukamenanti Kedaton, Bandar Lampung

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung, lulus tahun 1997

2. SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung, lulus tahun 2003

3. SMP Negeri 25 Bandar Lampung, lulus tahun 2006

4. SMA Negeri 3 Bandar Lampung, lulus tahun 2009

5. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, lulus tahun 2013

(9)
(10)
(11)

I. PENDAHULUAN Halaman

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Kerangka Pemikiran... 8

1.6 Hipotesis... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran... 15

2.2 Bauran Pemasaran (7P) ... 16

2.3 Kualitas Produk... 20

2.3.1 Hal-hal yang mempengaruhi Kualitas Produk ... 21

2.4 Pengertian Merek ... 24

2.5 Pengertian Ekuitas Merek ... 27

2.6 Pengertian Citra... 29

2.7 Pengertian Citra Merek ... 30

(12)

2.9.1 Jenis Batu Bacan ... 40

2.9.2 Harga Batu Bacan ... 40

2.9.3 Warna Batu Bacan dan Kelebihannya ... 41

III. METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian ... 43

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

3.3 Sumber Data ... 45

3.4 Jenis Penelitian ... 46

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 46

3.6 Definisi Operasional Variabel ... 47

3.7 Skala Pengukuran ... 52

3.8 Uji Instrumen Penelitian ... 53

3.9 Teknik Analisis Data ... 54

3.10 Pengujian Hipotesis ... 55

3.11 Analisis Kualitatif ... 56

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 57

4.1.1 Uji Validitas ... 57

4.1.2 Uji Reliabilitas ... 59

4.2 Hasil Analisis Demografi Responden ... 60

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 60

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

(13)

4.4 Analisis Kuantitatif ... 77

4.4.1 Uji Parsial ... 78

4.4.2 Uji Komprehensif Fisher ( F ) ... 80

4.5 Pembahasan ... 81

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 85

5.2 Saran ... 86

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Memasuki era perdagangan bebas seperti pada saat ini, persaingan produk semakin marak, perkara kualitas produk dan merek menjadi sangat penting untuk ditonjolkan. Sebab bila hal ini tidak ditonjolkan maka kualitas produk dan merek yang ditawarkan bisa tergeser oleh kualitas produk dan merek lain yang sejenis yang lebih meyakinkan konsumen.

Tampaknya masyarakat atau konsumen semakin kritis dalam menilai suatu produk. Stanton (1985:285-286) memberi pengertian kualitas produk mengatakan suatu jaminan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen dalam memilih suatu produk dan dalam masalah ini citra rasa pribadi sangat berperan. Tujuan umum pembentukan kualitas produk itu sendiri adalah untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang terbaik menurut kebutuhan konsumen. Bahkan untuk lebih meyakinkan ada perusahaan-perusahaan yang berani memberi jaminan ganti rugi bila produknya tidak berkualitas atau tidak sesuai dengan promosi yang disampaikan.

(15)

yang dipertukarkan, sedangkan merek menjelaskan spesifikasi pelanggannya. Merek berfungsi mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penyaji dan membedakannya dari produk sejenis dari penyaji lain. Lebih dari itu, merek adalah sesuatu yang dibentuk dalam pikiran pelanggan dan memiliki kekuatan membentuk kepercayaan pelanggan. Jika perusahaan mampu membangun merek yang kuat dipikiran pelanggan melalui strategi pemasaran yang tepat, perusahaan akan mampu membangun mereknya.

Citra merek atau lebih dikenal dengan sebutan brand image memegang peranan penting dalam pengembangan sebuah merek karena citra merek menyangkut reputasi dan kredibilitas merek yang kemudian menjadi “pedoman” bagi khalayak konsumen untuk mencoba atau menggunakan suatu produk barang atau jasa sehingga menimbulkan pengalaman tertentu (brand experience) yang akan menentukan apakah konsumen tersebut akan menjadi loyalis merek atau sekadar oportunis (mudah pindah ke lain merek). Citra merek merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengetahuan terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi, 2003: 180).

(16)

Maluku Utara. Pulau Kasiruta yang terletak di sebelah barat Bacan sebenarnya tempat asal muasal diketemukan dan ditambang batu Bacan ini. Kenapa diberi nama batu Bacan bukan batu Kasiruta, karena kesultanan Bacan yang merupakan salah satu dari Kie Raha Maluku yang pertama kali dibangun di pulau Kasiruta sebelum dipindahkan ke pulau Bacan dan batu Bacan diperdagangkan pertama kali di pulau bacan. Makanya batu ini sejak dahulu lebih dikenal dengan predikat nama batu Bacan. Batu Bacan ikut menghiasi mahkota kesultanan ternate. Mahkota Sultan memiliki 113 batu permata antara lain Batu Bacan, safir, intan, berlian, zamrud, dan batu – batu dari seluruh penjuru dunia. Mahkota tersebut di pakai oleh empat kesultanan yaitu kesultanan bacan, kesultanan Jailolo, kesultanan Tidore, kesultanan Ternate.

(17)

Batu ini harus sering terkena suhu dari tubuh manusia untuk mempercepat proses batu ini menjadi kristal.

Batu Bacan dapat dikatakan sebuah merek karena menurut UU Merek No.15 Tahun 2001 Pasal 1 Ayat 1: Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Batu Bacan memiliki daya pembeda karena ditemukan di Pulau Kasiruta dan diperdagangkan di Pulau Bacan tepatnya di Halmahera Selatan Maluku Utara sehingga dinamakan batu Bacan sesuai dengan penjualan pertama kali batu tersebut. Selain itu batu Bacan memiliki daya pembeda lainnya berupa warna yang tidak sama dengan batu akik lainnya, warna hijau yang terdapat di bacan doko akan bertambah bersih dan kristal seiring dengan bertambahnya waktu. Berdasarkan penjelasan di atas Batu Bacan dapat diidentifikasi dengan batu akik lainnya karena memiliki daya pembeda tersebut sehingga dapat dikatakan sebuah merek.

(18)

merek karena sejak dahulu digunakan oleh Empat Kesultanan Yaitu Kesultanan Bacan, Kesultanan Jailolo, Kesultanan Tidore, Kesultanan Ternate sebagai mahkota. Mahkota tersebut memiliki 113 batu permata yang salah satu terdapat batu bacan. Kenapa diberi nama batu Bacan bukan batu Kasiruta, karena kesultanan Bacan yang merupakan salah satu dari Kie Raha Maluku yang pertama kali dibangun di pulau Kasiruta sebelum dipindahkan ke pulau Bacan. Berikut adalah data pesaing dan data penjualan batu akik:

Tabel 1.1 Jumlah Penjualan Batu Akik Berdasarkan Merek Batu dan Ukuran Batu perbulan Tahun 2015 di Toko Batu dan Spesialis pembuatan perak Manto Silver Gemstone Bandar Lampung

No. Merek Batu

Data Penjualan (Sesuai Ukuran) Kecil Sedang Besar

1. Batu Bacan 6 buah 4 buah 2 buah

2. Batu Pancawarna Garut 4 buah 2 buah 2 buah 3. Batu Hijau Garut 3 buah 1 buah 1 buah 4. Batu Biru Langit Batu Raja 2 buah 1 buah 1 buah

Sumber : Toko Batu dan Spesialis pembuatan perak Manto Silver Gemstone Bandar Lampung Tahun 2015

(19)

Manto Silver Gemstone Bandar Lampung terdapat juga Pancawarna Garut, Batu Hijau Garut, dan Batu Biru Langit Batu Raja. Batu Pancawarna Garut banyak di hasilkan dari Desa Caringin di wilayah Garut Selatan merupakan pusat penghasil batu berkualitas. Salah satu batu pancawarna yang melegenda adalah Garut Edong, batu dengan ciri khas lima warna dalam satu batu ini disebut Batu Panca Warna Batu tersebut warna-warni seolah-olah merupakan Lukisan Abstrak pada Batu dan ada juga yang menyebut Batu Gambar Edong. Batu hijau garut begitulah orang menyebutnya merupakan satu bongkahan dari Batu Pancawarna, batu hijau garut memiliki kualitas terbaik adalah jenis chrysoprase yang terdapat pada batu hijau garut ohen, batu dengan jenis chrysoprase ini sangat langka sekali jenis ini paling banyak di buru para kolektor. Batu anggur spritus batu raja warna biru langit atau blue chalcedony, sudah terkenal dan ternama. Batu anggur asal batu raja ini menjadi salah satu primadona bagi kalangan kolektor batu akik, batu ini termasuk dalam jenisChalcedonywarna biru langit sangat eksotis.

(20)

Berdasarkan penelitian diatas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui pengaruh kualitas produk dan citra merek batu bacan terhadap keputusan pembelian. Oleh karena itu judul dari penelitian ini adalah “Pengaruh Kualitas Produk dan Citra Merek Batu Bacan Terhadap Keputusan Pembelian di Toko Manto Silver GemstoneBandar Lampung”.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah hal yang penting di dalam menjelaskan dan mengarahkan penelitian dalam melaksanakan analisa yang akan dilakukan. Dari latar belakang yang sudah dijelaskan, maka perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Respon/Penilaian Konsumen atas kualitas batu Bacan di Toko MantoSilver GemstoneBandar Lampung ?

2. Bagaimana penilaian konsumen terhadap citra merek batu Bacan ?

3. Bagaimana Konsumen menetapkan Keputusan Pembelian Terhadap batu Bacan ?

4. Bagaimana Pengaruh Kualitas Produk dan Citra Merek batu Bacan terhadap keputusan pembelian batu Akik jenis Bacan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan hal yang cukup penting dalam sebuah penelitian, untuk itu tujuan dalam penelitian ini adalah:

(21)

2. Untuk mengetahui penilaian konsumen terhadap citra merek batu Bacan. 3. Untuk mengetahui Konsumen menetapkan Keputusan Pembelian Terhadap

batu Bacan.

4. Untuk mengetahui Pengaruh Kualitas Produk dan Citra Merek batu Bacan terhadap keputusan pembelian batu Akik jenis Bacan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Bermanfaat bagi peneliti dalam menerapkan ilmu pengetahuan tentang batu mulia asli Indonesia yang diterima dengan kenyataan yang terjadi di

masyarakat.

b. Sebagai bahan informasi (masukan) bagi peneliti yang lain apabila akan mengadakan penelitian tentang batu mulia asli Indonesia dan memberikan sumbangan berupa ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang manajemen pemasaran.

1.5 Kerangka Pemikiran

(22)

merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antara variabel penelitian. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Kerangka Pemikiran dimaksudkan untuk menggambarkan paragdigma sebuah penelitian sebagai jawaban atas masalah penelitian. Dalam kerangka pemikiran tersebut terdapat dua variabel independen (Citra Merek dan Kualitas Produk) yang mempengaruhi variabel dependen (keputusan pembelian).

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian batu Bacan, sehingga dengan adanya dua hal tersebut akan mendorong pelanggan atau pembeli untuk memutuskan pembelian produk batu Bacan. Berbicara masalah citra, akan tergambarkan dalam benak kita suatu gambaran mengenai penilaian terhadap sesuatu yaitu seseorang, barang atau jasa, dll. Baik tidaknya gambaran tersebut tergantung dari pengalaman dan informasi yang kita peroleh. Berdasarkan pengertian-pengertian tentang citra yang telah dipaparkan dari berbagai sumber, peneliti menyimpulkan bahwa citra merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi bagaimana suatu produk diterima oleh konsumen.

(23)

Sedangkan estetika, konsumen diharapkan dapat menjawab sejauh mana ketertarikan mereka terhadap produk batu Bacan.

Peneliti menyimpulkan keputusan pembelian adalah tahap dimana pembeli menentukan pilihannya dan melakukan pembelian produk. Dalam mengambil keputusan pembelian terdapat beberapa pilihan alternatif, dengan kata lain pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan jika seseorang mempunyai pilihan antara melakukan pembelian dan tidak melakukan pembelian.

Menurut Kotler (2009:235) “Dalam mempelajari bagaimana konsumen mengambil keputusan pembelian terdapat proses keputusan pembeli yang terdiri dalam lima tahap yaitu : pengenalan masalah, pencarian Informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku pasca pembelian.”

Dalam penelitian ini, yang menjadi pengukuran dalam keputusan pembelian batu Bacan pada konsumen yaitu batu Bacan tersebut sesuai kebutuhan konsumen, batu Bacan yang dibeli mempunyai daya tarik, konsumen percaya pada kualitas batu Bacan, dan konsumen merasa mantap membeli produk tersebut. Keputusan pembelian ini, dipengaruhi oleh citra dan kualitas produk terhadap konsumen. Dengan adanya upaya bersama melalui upaya meningkatkan citra merek yang positif dan peningkatan kualitas produk yang baik kepada konsumen maka diharapkan dapat meningkatkan keputusan pembelian batu Bacan pada konsumen.

(24)

Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut.

Menurut Simamora (2004:65) komponen citra merek (brand image) terdiri atas tiga bagian, yaitu:

1. Citra Pembuat (Corporate Image)

Yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa. Citra pembuat meliputi: popularitas, kredibilitas, serta jaringan perusahaan.

2. Citra Pemakai (User Image)

Yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa. Meliputi : pemakai itu sendiri, gaya hidup/kepribadiaan, serta status sosialnya.

3. Citra Produk (Product Image)

Yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Meliputi atribut produk tersebut, manfaat bagi konsumen penggunaanya, serta jaminan.

(25)

• Bentuk (Form) yaitu dapat diferensiasikan berdasarkan bentuk (form) atau

struktur fisik produk. Batu Bacan memiliki bentuk cembung memumbul keatas.

• Fitur (Feature) yaitu produk dapat ditawarkan dengan memvariasikan fitur

(feature) yang melengkapi fungsi dasar produk itu sendiri. Produk batu Bacan mempunyai fitur warna yang banyak, khas dan menarik.

• Penyesuaian (Customization) yaitu mendiferensiasikan produk dengan

menyesuaikan produk tersebut dengan keinginan perorangan. Produk batu Bacan memiliki harga yang berbeda-beda dari yang murah sampai yang mahal karena disesuaikan menurut kualitas batu tersebut.

• Kualitas Kinerja (Performance Quality) yaitu tingkat dimana karakteristik

utama produk beroperasi. Karakteristik batu Bacan dapat berubah dari hitam menjadi kristal.

• Kualitas Kesesuaian (Conformance Quality) berguna agar produk mempunyai

kualitas kesesuaian (conformance quality) yang tinggi, yaitu tingkat dimana semua unit yang diproduksi identik dan memenuhi spesifikasi yang dijanjikan. Produk batu Bacan akan terasa berminyak jika dipakai manusia karena suhu tubuh manusia dan dapat menyerap senyawa dari emas apabila diikat di cincin emas dalam jangka waktu yang lama sehingga warna batu Bacan terdapat bintik-bintik emas

• Ketahanan(Durability)yaitu umur operasi harapan produk dalam kondisi biasa

(26)

• Keandalan (Reliability) yaitu berguna agar produk tidak mengalami malfungsi

atau gagal dalam periode waktu tertentu. Batu Bacan memiliki nilai jual tinggi di pasaran

• Kemudahan Perbaikan (Repairability) yaitu berguna untuk memudahkan

perbaikan produk ketika produk itu tidak berfungsi atau gagal. Batu Bacan yang tergores dapat diperbaiki dengan serbuk intan.

• Gaya (Style) menggambarkan penampilan dan rasa produk kepada pembeli

agar pembeli tertarik untuk membeli. Batu Bacan yang sudah berwarna kristal membuat pelanggan merasa tertarik untuk memilikinya.

Berdasarkan penjelasan diatas, kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran

• • • • • • • • • • •

Kualitas Produk(X1) (X1.1)Bentuk(Form)

(X1.2)Fitur(Feature)

(X1.3)Penyesuaian(Customization)

(X1.4)Kualitas Kinerja(Performance Quality) (X1.5)Kualitas Kesesuaian(Conformance Quality)) (X1.6)Ketahanan(Durability)

(X1.7)Keandalan(Reliability)

(X1.8)Kemudahan Perbaikan(Repairability) (X1.9)Gaya(Style)

Keputusan Pembelian (Y1) (Y1.1) Pengenalan Masalah (Y1.2) Pencarian Informasi (Y1.3) Penilaian Alternatif (Y1.4) Keputuaan Membeli (Y1.5) Prilaku setelah pembelian Citra Merek (X2)

X2.1Citra Pembuat(Corporate Image) X2.2 Citra Pemakai(User Image)

(27)

1.6 Hipotesis

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pemasaran

Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, di mana secara langsung berhubungan dengan konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar.

Kotler (2001) mengemukakan definisi pemasaran berarti bekerja dengan pasar sasaran untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan pemasaran merupakan kunci kesuksesan dari suatu perusahaan.

(29)

Dari definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran merupakan usaha terpadu untuk menggabungkan rencana-rencana strategis yang diarahkan kepada usaha pemuas kebutuhan dan keinginan konsumen untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan melalui proses pertukaran atau transaksi.

2.2 Bauran Pemasaran (7P)

Dalam komunikasi pemasaran diperlukan suatu pendekatan yang mudah dan fleksibel yang terdapat pada bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran adalah strategi produk, promosi, dan penentuan harga yang bersifat unik serta dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pasar yang dituju. Namun kini hal tersebut semakin berkembang tidak hanya dalam hal product, promotion, dan price. Namun juga mengenai place, people, process, dan physical evidence. Saya kurang paham siapa yang duluan mengemukakan konsep 7P ni, tapi yang jelas, sangat berguna bagi penerapan konsep ini dalam komunikasi pemasaran.

(30)

pertimbangan pengambilan keputusan dalam pembuatan strategi komunikasi pemasaran, yaitu 4P ditambah 3P : product, price, place, promotion, people, process, and physical evidence.

1.Product (The Services)

Produk jasa merupakan produk yang dapat memberikan manfaat, memenuhi kebutuhan konsumen, dan dapat memuaskan konsumen. Sesungguhnya pelanggan tidak membeli barang atau jasa, tetapi membeli manfaat dari sesuatu yang ditawarkan. Pengertian yang ditawarkan menunjukkan sejumlah manfaat yang didapat oleh konsumen, baik barang atau jasa maupun kombinasinya.

2.Price

Penetapan harga merupakan suatu hal penting . Perusahaan akan melakukan hal ini dengan penuh pertimbangan karena penetapan harga akan dapat mempengaruhi pendapatan total dan biaya. Harga merupakan faktor utama penentu posisi dan harus diputuskan sesuai dengan pasar sasaran, bauran ragam produk, dan pelayanan, serta persaingan.

3.Place

(31)

menjadi daya tarik tersendiri bagi para target konsumen. Kondisi bangunan juga menjadi persyaratan yang memberikan kenyamanan.

4.Promotion

Promosi merupakan suatu aktivitas dan materi yang dalam aplikasinya menggunakan teknik, dibawah pengendalian penjual/produsen, yang dapat mengkomunikasikan informasi persuasif yang menarik tentang produk yang ditawarkan oleh penjual/produsen, baik secara langsung maupun melalui pihak yang dapat mempengaruhi pembelian. Tujuan kegiatan promosi antara lain :

•Mengidentifikasi dan menarik konsumen baru

•Mengkomunikasikan produk baru

•Meningkatkan jumlah konsumen untuk produk yang telah dikenal secara luas

•Menginformasikan kepada konsumen tentang peningkatan kualitas produk

•Mengajak konsumen untuk mendatangi tempat penjualan produk

•Memotivasi konsumen agar memilih atau membeli suatu produk.

5.People

(32)

industri jasa. Moment of truth akan terjadi pada saat terjadi kontak antara karyawan dan konsumen. Attitude sangat penting, dapat diaplikasikan dalam berbagai bentuk, seperti penampilan karyawan, suara dalam bicara, body language, ekspresi wajah, dan tutur kata. Sedangkan motivasi karyawan diperlukan untuk mewujudkan penyampaian pesan dan jasa yang ditawarkan pada level yang diekspetasikan.

6.Process

Process, mutu layanan jasa sangat bergantung pada proses penyampaian jasa kepada konsumen. Mengingat bahwa penggerak perusahaan jasa adalah karyawan itu sendiri, maka untuk menjamin mutu layanan (quality assurance), seluruh operasional perusahaan harus dijalankan sesuai dengan sistem dan prosedur yang terstandarisasi oleh karyawan yang berkompetensi, berkomitmen, dan loyal terhadap perusahaan tempatnya bekerja.

7.Physical Evidence

(33)

2.3. Kualitas Produk

Menurut Philip Kotler (2002:407) definisi produk adalah: “A product is anything that can be offered to a market to satisfy a want or need”. Artinya, produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk memuaskan sebuah keinginan.

Sedangkan menurut W. J. Stanton yang kutip oleh Paulus Lilik Kristianto (2011:98) menyatakan produk adalah suatu sifat yang kompleks, baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya.

Arti kualitas menurut Goeth dan Davis seperti yang dikutip Tjiptono (2000:51) yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Kotler and Armstrong (2004:283) menyatakan kualitas produk sebagai “the ability of a product to perform its functions. Iit includes the product’s overall

(34)

2.3.1. Hal-hal yang mempengaruhi Kualitas Produk

Sembilan diferensiasi produk yang mempengaruhi kualitas produk, produk tersebut adalah batu Bacan, Yaitu : Bentuk (Form), Fitur (Feature)Penyesuaian (Customization), Kualitas Kinerja (Performance Quality), Kualitas Kesesuaian (Conformance Quality), Ketahanan (Durability), Keandalan (Reliability), Kemudahan Perbaikan (Repairability), Gaya (Style).(Kotler and Keller Edisi 13, 2009 : 8)

• Bentuk(Form) yaitu dapat diferensiasikan berdasarkan bentuk(form)atau

struktur fisik produk. Batu Bacan memiliki bentuk cembung memumbul keatas.

• Fitur(Feature)yaitu produk dapat ditawarkan dengan memvariasikan fitur

(feature) yang melengkapi fungsi dasar produk itu sendiri. Produk batu Bacan mempunyai fitur warna yang banyak, khas dan menarik.

• Penyesuaian (Customization) yaitu mendiferensiasikan produk dengan

menyesuaikan produk tersebut dengan keinginan perorangan. Produk batu Bacan memiliki harga yang berbeda-beda dari yang murah sampai yang mahal karena disesuaikan menurut kualitas batu tersebut.

• Kualitas Kinerja (Performance Quality)yaitu tingkat dimana karakteristik

utama produk beroperasi. Karakteristik batu Bacan dapat berubah dari hitam menjadi kristal.

• Kualitas Kesesuaian (Conformance Quality) berguna agar produk

(35)

spesifikasi yang dijanjikan. Produk batu Bacan akan terasa berminyak jika dipakai manusia karena suhu tubuh manusia dan dapat menyerap senyawa dari emas apabila diikat di cincin emas dalam jangka waktu yang lama sehingga warna batu Bacan terdapat bintik-bintik emas

• Ketahanan (Durability) yaitu umur operasi harapan produk dalam kondisi

biasa atau penuh tekanan, merupakan atribut berharga untuk produk-produk tertentu. Batu Bacan memiliki ketahan terhadap cuaca dan benturan karena memiliki kekerasan 7,5 skala mohs.

• Keandalan (Reliability) yaitu berguna agar produk tidak mengalami

malfungsi atau gagal dalam periode waktu tertentu. Batu Bacan memiliki nilai jual tinggi di pasaran

• Kemudahan Perbaikan (Repairability) yaitu berguna untuk memudahkan

perbaikan produk ketika produk itu tidak berfungsi atau gagal. Batu Bacan yang tergores dapat diperbaiki dengan serbuk intan.

• Gaya(Style)menggambarkan penampilan dan rasa produk kepada pembeli

agar pembeli tertarik untuk membeli. Batu Bacan yang sudah berwarna kristal membuat pelanggan merasa tertarik untuk memilikinya.

Hubungan antara Kualitas Produk dan Keputusan Pembelian

(36)

menyatakan bahwa evaluasi konsumen terhadap kualitas produk akan dapat membantu mereka untuk mempertimbangkan produk mana yang akan mereka beli.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Mittal dan Leonard (1999) menunjukkan bahwa fungsi dari behavioral intention atau minat konsumen merupakan fungsi dari kualitas produk atau jasa, maka konsumen akan semakin berminat terhadap produk tersebut. Dalam Jurnal penelitian oleh Bambang Munas D, Suryono BudiS, dan Iwan Kurniawan tentang “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang produk serta dampaknya terhadap loyalitas pelanggan ”menunjukkan bahwa pengaruh kualitas produk terhadap minat beli ulang

menunjukkan nilai CR sebesar 3.170 dengan probabilitas sebesar 0.002. Oleh karena nilai probabilitas < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas produk berpengaruh terhadap minat beli. Menurut Zeithaml, Berry, dan Parasuraman (1996) terdapat lima dimensi dari behavioral intentions atau minat konsumen ini yaitu loyalty, switch, pay more, external response, dan internal response.

(37)

2.4 Pengertian Merek

Sebagaimana diketahui bahwa merek merupakan pembeda antar satu produk dengan produk lainnya. Kita menyimpan memori dibenak kita akan suatu produk dengan isi mengenai mengenal produk tersebut, bukan tentang produk-produk apa yang fungsi dan kegunaanya sama. Merek telah menjadi elemen yang sangat krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik perusahaan bisnis maupun penyedia jasa, organisasi lokal maupun global.

Menurut UU Merek No.15 Tahun 2001 Pasal 1 Ayat 1: Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Definisi ini memiliki kesamaan dengan definisi versi American Marketing Associationyang menekankan peranan merek sebagai identifier dan differentiation. Merek sangat bermanfaat bagi konsumen dan produsen. Menurut Kotler (2003 : 38), bagi produsen merek berperan penting sebagai :

a. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan.

b. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik.

c. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu.

(38)

e. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang berbentuk dalam benak konsumen. f. Sumberfinancial returnsterutama menyangkut pendapatan masa depan.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa batu Bacan dapat dikatakan sebuah merek karena menurut UU Merek No.15 Tahun 2001 Pasal 1 Ayat 1: Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Batu Bacan memiliki daya pembeda karena ditemukan di Pulau Kasiruta dan diperdagangkan di Pulau Bacan tepatnya di Halmahera Selatan Maluku Utara sehingga dinamakan batu Bacan sesuai dengan penjualan pertama kali batu tersebut. Selain itu batu Bacan memiliki daya pembeda lainnya berupa warna yang tidak sama dengan batu akik lainnya, warna hijau yang terdapat di bacan doko akan bertambah bersih dan kristal seiring dengan bertambahnya waktu. Berdasarkan penjelasan di atas Batu Bacan dapat diidentifikasi dengan batu akik lainnya karena memiliki daya pembeda tersebut sehingga dapat dikatakan sebuah merek.

(39)

nama Bacan diambil dari suatu pulau bernama Bacan di Halmahera Selatan Maluku Utara. Persamaan diantara dua produk tersebut adalah sama – sama mengambil nama merek dari asal suatu tempat. Batu bacan juga dikatakan sebuah merek karena sejak dahulu digunakan oleh Empat Kesultanan Yaitu Kesultanan Bacan, Kesultanan Jailolo, Kesultanan Tidore, Kesultanan Ternate sebagai mahkota. Mahkota tersebut memiliki 113 batu permata yang salah satu terdapat batu bacan. Kenapa diberi nama batu Bacan bukan batu Kasiruta, karena kesultanan Bacan yang merupakan salah satu dari Kie Raha Maluku yang pertama kali dibangun di pulau Kasiruta sebelum dipindahkan ke pulau Bacan.

Menurut Kotler (2004 : 460) “Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.” Sedangkan bagi konsumen, merek berfungsi sebagai identifikasi sumber produk, penetapan tanggung jawab pada pemanufaktur atau distributor tertentu, pengurangan resiko, penekanan biaya pencarian internal dan eksternal, janji dan ikatan khusus dengan produsen, alat simbolis yang memproyeksi citra diri,dengan signal kualitas.

(40)

merupakan suatu simbol yang kompleks yang dapat menyampaikan enam tingkat pengertian, antara lain :

1. Atribut (Attributes), suatu merek mendatangkan atribut tertentu ke dalam pikiran konsumen

2. Manfaat (Benefits), atribut yang ada harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional

3. Nilai (values), merek juga menyatakan suatu tentang nilai pembuat atau produsen

4. Budaya(Culture),merek dapat mempresentasikan budaya

5. Kepribadian(Personality),merek dapat menjadi proyeksi dan pribadi tertentu

6. Pengguna (User),merek dapat mengesankan tipe konsumen tertentu (Kapfefer, 1992 dalam Kotler, 2003).

2.5 Pengertian Ekuitas Merek

(41)

perusahaan (Keller, 2001b). Sedang Kotler (2006) memberikan definisi brand equity sebagai pemberian nilai tambah kepada barang atau jasa. Nilai merefleksikan bagaimana pikiran, perasaan dan tindakan konsumen menghargai sebuah merek, sama seperti harga, pangsa pasar, dan keuntungan yang merek perintahkan kepada perusahaan. Brand equity sebagai asset yang tak berwujud yang penting dimana memiliki nilai financial dan psikologi.

Keller (1993) menjelaskan ada dua manfaat besar (motivasi) mempelajari brand equity. Pertama, secara financial berdasarkan motivasi untuk menghitung nilai sebuah merek lebih tepat untuk tujuan akutansi (dalam bentuk perhitungan asset daam neraca) atau untuk merger, akuisisi, atau tujuan divestasi. Kedua, belajar brand equity akan meningkatkan produktivitas pemasaran (harga yang lebih tinggi, persaingan yang lebih baik, meningkatkan permintaan di pasar, perusahaan mampu meningkatkan efisiensi pada biaya pemasarannya.

Ditinjau dari perspektif pemasaran, ekuitas merek dirumuskan sebagai nilai tambah yang dimiliki sebuah produk (Furquhar, 1989). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Erdem & Swait (dalam Fandi Tjiptono 2005:39) bahwa ekuitas merek merupakan nilai sebuah produk yang terkirim kepada konsumen.

(42)

David A. Aaker (dalam Andi M. Shadat; 2009:163) memberikan pengertian bahwa ekuitas merek adalah serangkaian aset dan kewajiban yang terkait dengan sebuah merek, nama, dan symbol yang menambah atau nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan dan atau pelanggan.

2.6 Pengertian Citra

Menurut Philip Kotler (2009:299) “memberikan definisi atau pengertian citra sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek.”

Sedangkan menurut Buchari Alma (2007:375) “Citra adalah kesan yang dipikirkan dan yang diketahui oleh seseorang atau kelompok mengenai suatu hal,baik perusahaan maupun produknya yang diperoleh melalui pengalaman.”

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa citra perusahaan adalah gambaran singkat mengenai suatu organisasi atau perusahaan yang diciptakan melalui akumulasi pesan-pesan yang diterima melalui pengalaman yang dirasakan oleh seluruh indera.

Sedangkan citra yang diungkapkan oleh konsumen yang dialih bahasakan oleh Hermawan Kartajaya (2005:484) yaitu :

1. Reputation (reputasi); yaitu suatu tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah brandkarena mempunyai track record yang baik (Nama/Logo)

(43)

3. Affinityyaitu hubungan emosional yang terjadi antara brand dengan konsumen (ketertarikan)Brand Loyaltyyaitu derajat / kesetiaan pelanggan menggunakan produk atau jasa perusahaan.

2.7 Pengertian Citra Merek

Pengertian citra merek (brand image) menurut Fandy Tjiptono (2005:49) adalah deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu.Brand image itu sendiri memiliki arti kepada suatu pencitraan sebuah produk dibenak konsumen secara massal. Setiap orang akan memiliki pencitraan yang sama terhadap sebuah merek. Menurut Kotler (2005) brand image yang efektif dapat mencerminkan tiga hal, yaitu :

1. Membangun karakter produk dan memberikan value proposition.

2. Menyampaikan karakter produk secara unik sehingga berbeda dengan para pesaingnya.

3. Memberi kekuatan emosional dari kekuatan rasional.

(44)

image) adalah gebyar dari seluruh asosiasi yang terkait pada suatu merek yang sudah ada dibenak konsumen. Ukuran yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih atau menilai citra merek adalah merek harus memiliki kesan positif dibidangnya, reputasi tinggi, dan keunggulan mudah dikenali. Citra dipengaruhi oleh banyak faktor yang di luar kontrol perusahaan. Citra yang efektif akan berpengaruh terhadap tiga hal yaitu : pertama, memantapkan karakter produk dan usulan nilai. Kedua, menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga tidak dikacaukan dengan karakter pesaing. Ketiga, memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekadar citra mental. Supaya bisa berfungsi citra harus disampaikan melalui setiap sarana komunikasi yang tersedia dan kontak merek. Simamora (2004:63) mendefinisikan citra merek sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek. Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut.

Menurut Simamora (2004:65) komponen citra merek (brand image) terdiri atas tiga bagian, yaitu:

1. Citra Pembuat (Corporate Image)

Yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa. Citra pembuat meliputi: popularitas, kredibilitas, serta jaringan perusahaan.

2. Citra Pemakai (User Image)

(45)

3. Citra Produk (Product Image)

Yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Meliputi atribut produk tersebut, manfaat bagi konsumen penggunaanya, serta jaminan.

Pengertian Citra merek (Keller, 2003:166) bahwa:

1. Anggapan tentang merek yang direfleksikan konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen.

2. Cara orang berpikir tentang sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran mereka, sekalipun pada saat mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan langsung dengan produk.

Elemen–elemen dari merek (Kotler, 2009:405) adalah: nama, logo, symbol, desain, slogan, dan kemasan.

Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan elemen merek:

1. Mudah diingat, artinya elemen merek yang dipilih hendaknya yang mudah diingat, dan disebut/diucapkan. Simbol, logo, nama yang digunakan hendaknya menarik, unik sehingga menarik perhatian masyarakat untuk diingat dan dikonsumsi.

2. Memiliki makna, artinya elemen merek hendaknya mengandung sebuah makna maupun penjelasan/ deskripsi dari produk. Diharapkan makna ini dapat mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut. Deskripsi makna yang terkandung dapat berupa :

(46)

b. Informasi tentang komposisi penting yang ditonjolkan produk dan manfaat dari produk.

3. Menarik dan lucu, artinya pendekatan lain untuk menarik perhatian konsumen adalah dengan variasi elemen merek yang unik, lucu, pemilihan elemen yang kaya akan visualisasi dan imajinasi. Dalam hal ini yang ditonjolkan adalah desain yang menarik dan lucu. Sebuah merek membutuhkan citra untuk mengkomunikasikan kepada khalayak dalam hal ini pasar sasarannya tentang nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

Bagi perusahaan citra berarti persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Persepsi ini didasarkan pada apa yang masyarakat ketahui atau kira tentang perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itulah perusahaan yang memiliki bidang usaha yang sama belum tentu memiliki citra yang sama pula dihadapan orang atau konsumen. Citra merek menjadi salah satu pegangan bagi konsumen dalam mengambil keputusan penting.

(47)

baik dari elemen-elemen yang mendukung (seperti yang telah dijelaskan sebelumnya) dapat menciptakan citra merek yang kuat bagi konsumen.

Citra merek yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk dengan merek yang bersangkutan dikemudian hari., sedangkan bagi produsen citra merek yang baik akan membantu kegiatan perusahaan dalam bidang pemasaran. Agar citra merek dapat terbentuk sesuai atau mendekati brandidenty yang diharapkan oleh perusahaan, maka perusahaan sebagai produsen harus mampu untuk memahami dan mengeksploitasi unsur-unsur yang membentuk suatu merek yang akhirnya membentuk citra perusahaan yang baik.

Citra merek ini diharapkan dapat menghasilkan sesuatu kualitas yang tinggi atas apa yang diharapkan atau dipersepsikan dengan yang diterima oleh konsumen, yang terakhir ini yang dikenal dengan pelayanan diterima. Hal ini harus didukung oleh kenyataan dan bukan sekedar pernyataan sebagai hal yang dikomunikasikan tanpa adanya bukti nyata. Bila pada mulanya, sebuah merek adalah nama, logo, simbol, maka dengansemakin meningkatnya usaha, sebuah merek harus memperjuangkan awareness atau tingkat kesadaran merek dibenak konsumen. Brand awareness memilikiempat tingkatan yaitu : Top of mind, brand recall, brand reqonition, danunreqnitiion brand,slanjutnya merek harus diusahakan agar memiliki citra yang positif yang dipersepsikan sebagai merek yang berkualitas tinggi menurut kriteria konsumen. Citra merek konsumen tentang merek dapat dibuat untuk beberapa manfaat,antara lain :

1. Citra yang baik dapat sebagai tujuan dalam strategi pemasaran. 2. Citra dapat dipakai sebagai suatu dasar untuk bersaing.

(48)

Hubungan antara Citra Merek dan Keputusan Pembelian

Stigler dalam Cobb-Walgren (1995) menyatakan bahwa suatu merek yang dikenal oleh pembeli akan menimbulkan minatnya untuk mengambil keputusan pembelian. Dampak dari simbol suatu produk memberikan arti didalam pengambilan keputusan konsumen sebab simbol dan image merupakan hal penting dalam periklanan dan mempunyai pengaruh dalam minat untuk membeli. Penelitian yang dilakukan oleh Dodds dan Monroe (1991), secara khusus melakukan kajian ulang mengenai pengaruh harga, merek, dan informasi toko pada evaluasi produk.

Pada penelitian terdahulu yang diusung oleh Bambang Pujadi, SE (2010) yang meneliti tentang “Studi Tentang Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli Melalui Sikap Terhadap Merek”. Diperoleh hasil nilai P (Probability) sebesar 0,000 dibawah 0,05. Ini menunjukkan bahwa Brand Image mempengaruhi minat beli konsumen. Kaitan antara citra merek dengan minat beli dikemukakan Häubl (1996). Dikemukakan bahwa citra merek akan berpengaruh langsung terhadap tingginya minat beli terhadap suatu produk. Hal tersebut didukung oleh pendapat Gaeff (1996) yang menyatakan bahwa perkembangan pasar yang demikian pesat mendorong konsumen untuk lebih memperhatikan citra merek dibandingkan karakteristik fisik suatu produk dalam memutuskan pembelian.

(49)

Cues on Consumers’ Product Evaluations” menyatakan bahwa citra merek berpengaruh sekali dalam minat beli konsumen.

2.8 Keputusan Pembelian

Definisi Keputusan pembelian adalah suatu keputusan seseorang dimana dia memilih salah satu dari beberapa alternatif pilihan yang ada (Schiffman dan Kanuk, 2000 :437).

Menurut Kotler (2005:202) yang dialih bahasa oleh Benyamin Molan, “Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusannya akan menimbulkan

keputusan pembelian”.

Menurut Belch (2004:105) keputusan pembelian adalah : “The result of a long,

detailed process that include an extensive information search, brand comparisons and evaluations, and other activities”.

Menurut Kotler & Armstrong (2001: 226) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli.

2.8.1 Hal-hal yang mempengaruhi Keputusan Pembelian

(50)

1. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenai masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Dalam kasus internal, salah satu kebutuhan umum seseorang, rasa lapar, rasa haus, mencapai ambang batas tertentu dan mulai jadi pendorong. Dalam kasus eksternal dicontohkan seseorang yang mengagumi mobil baru tetangganya atau menonton televisi tentang hiburan di Hawaii yang memicu pemikiran tentang kemungkinan melakukan suatu pembelian. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Mereka kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua level rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian. Pada level ini, orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu akan mulai aktif mencari informasi, mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjung toko. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok berikut ini :

- Sumber pribadi berasal dari keluarga, teman, tetangga dan kenalan.

- Sumber komersil berasal dari iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko.

(51)

- Sumber pengalaman berasal dari penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.

3. Evaluasi Alternatif

Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh konsumen dalam situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model terbaru yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

4. Keputusan Pembelian

(52)

mengambil keputusan untuk secara tidak formal mengevaluasi setiap merek. Dalam kasus lain, faktor-faktor yang mengintervensi bisa memengaruhi keputusan final.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Perilaku pasca pembelian memiliki tiga poin penting yaitu : - Kepuasan Pasca Pembelian

Yang menentukan kepuasan pelanggan dari suatu pembelian adalah jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, maka pelanggan akan kecewa, dan jika ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas.

- Tindakan Pasca Pembelian

Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan memengaruhi perilaku konsumen selanjutnya. Jika puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi utuk membeli produk tersebut.

- Pemakaian dan Pembuangan Pasca Pembelian

Pemasar harus memantau cara pembeli memakai dan membuang produk tertentu. Pendorong utama frekuensi penjualan adalah tingkat konsumsi produk semakin cepat pembeli mengkonsumsi produk, semakin cepat mereka bisa kembali ke pasar untuk membelinya lagi.

2.9 Batu Bacan

(53)

Kasiruta yang jaraknya tidak jauh dengan pulau bacan. Sejak tahun 1994 batu bacan menjadi salah satu batu yang banyak dicari oleh kolektor batu mulia dari luar negeri. Sedang di Indonesia sendiri batu bacan mulai populer tahun 2005. Pada tahun 1960 dikatakan bahwa Presiden pertama RI, Soekarno pernah dihadiahi batu bacan ketika berkunjung ke pulau bacan. Yang lebih menarik lagi, batu bacan ini adalah perhiasan penting yang digunakan oleh para warga dimasa empat kesultanan yaitu Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan.

2.9.1 Jenis Batu Bacan

Ada beberapa jenis batu bacan yang beredar di pasaran dan pada umumnya terbagi menjadi 3 jenis yang pertama jenis batu bacan doko yang mempunyai ciri khas pada warna hijau, disebut doko karena memang berasal dari sebuah daerah di Maluku Utara yang bernama Doko. Jenis batu bacan yang kedua yaitu batu bacan palamea dengan warna khas yaitu biru, seperti namanya maka batu ini juga berasal dari daerah yang bernama Palamea. Dan jenis batu bacan yang ketiga disebut batu bacan obi yang berwarna merah yang ditemukan di pulau obi.

2.9.2 Harga Batu Bacan

(54)

langka sehingga banyak orang yang mencoba membuat batu bacan palsu atau imitasi.

Karena kelebihan yang dimiliki batu bacan, maka harga yang ditawarkannya pun lumayan mahal. Oleh karenanya tidak heran apabila banyak pecinta batu mulia dari China, Arab, dan Eropa yang mencarinya. Di Taiwan batu bacan terkenal dengan sebutan blue jade atau batu berwarna biru. Selain itu, mahalnya batu bacan juga karena memang sejarah asal usul batu bacan yang sudah digunakan selama empat kesultanan sebagai perhiasan. Disisi lain, pencarian batu bacan yang semakin sulit bahkan hingga melakukan penggalian tanah lebih dari 10 meter. Sedangkan batu bacan yang berkualitas baik ada juga yang harus digali hingga 135 meter dibawah permukaan laut.

Harga batu bacan yang telah jadi atau dalam bentuk perhiasan seperti cincin dan liontin per crat berkisar Rp 200 ribu hingga Rp 2,5 juta atau Rp 1 juta hingga Rp 12,5 juta per gram. Sedangkan harga batu bacan yang masih dalam bentuk bahan atau bongkahan mencapai Rp 40 juta sampai Rp 100 juta perkg dengan kualitas super. Sebuah harga yang bagi orang awam tidak masuk diakal. Tetapi itulah faktanya, batu bacan yang memiliki potensi ekonomi menguntungkan.

2.9.3 Warna Batu Bacan dan Kelebihannya

(55)
(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksplanatori (exsplanatory research). Penelitian eksplanatori adalah penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis tentang adanya hubungan variabel-variabel (sebab akibat).

(57)

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Nazir (2009:273) populasi adalah kumpulan dari ukuran–ukuran tentang sesuatu yang ingin kita buat referensi. Populasi adalah berkenaan dengan data, bukan dengan orangnya ataupun bendanya. Maka dari itu target populasi dari penelitian ini adalah konsumen batu Bacan di Toko Manto Silver Gemstone Bandar Lampung.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008). Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yag memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap dapat mewakili populasi. Agar sampel yang diambil dapat representativeatau mewakili populasi, maka pengambilan sampelnya harus tepat.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode non-probability samplingdengan teknikPurposive Judgement Sampling yaitu sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan penelitian. Teknik ini merupakan teknik pemilihan sampel berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut yang dipertimbangkan memiliki hubungan yang sangat erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

(58)

berbentuk batu cincin di Toko Manto Silver Gemstone Bandar Lampung. Teknik ini dipilih oleh peneliti karena peneliti juga memiliki keterbatasan dana dan waktu.

Hair (2006) menyarankan bahwa jumlah sampel penelitian yang tidak diketahui jumlah populasi pastinya, minimal berjumlah lima kali variabel yang dianalisa atau indikator pertanyaan. Jumlah pertanyaan dari penelitian ini berjumlah 28, maka diperoleh hasil perhitungan ukuran sampel ditetapkan dengan cara sebagai berikut:

Ukuran Sampel = 5 x 28 = 140 sampel

Dengan berdasarkan uraian di atas, maka jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 140 responden yang dapat mewakili konsumen pemakai batu Bacan di Toko Manto Silver Gemstone Bandar Lampung yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti.

3.3 Sumber Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dari sumber yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari konsumen batu Bacan yang ada di Toko Manto Silver Gemstone Bandar Lampung yang menjadi responden penelitian, melalui pengisian kuesioner.

(59)

peneliti, misalnya literatur terkait, majalah, internet, keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. Jadi , data sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya, artinya melewati satu atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri.

3.4 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitianexplanatory.Menurut Singarimbun dan Effendi (2006:5) penelitianexplanatoryyang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengajuan hipotesis dengan menggunakan data-data yang sama. Penelitian ini menggunakan jenisexplanatory researchkarena peneliti ingin menjelaskan hubungan kausal yang terjadi antara variabel-variabel kualitas produk dan citra merek terhadap pengambilan keputusan pembelian batu Bacan dengan melakukan pengujian hipotesis yang telah diajukan sebelumnya.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adapun cara pengambilan data dalam penelitian ini dengan menggunakan dua macam cara, yaitu :

1. Kuisioner

Metode pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis pada responden untuk menjawab.

(60)

Toko Manto Silver Bandar Lampung. Adapun cara yang digunakan adalah dengan penyebaran kuisioner kepada konsumen di Toko Manto Silver Bandar Lampung.

2. Dokumentasi

Mengumpulkan data-data sekunder dengan mempelajari dan mengumpulkan teori-teori dari berbagai literatur dan buku bacaan yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.6 Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini secara garis besar di bagi menjadi dua yaitu variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent). Untuk lebih memperjelas, beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Variabel Citra Merek (X2)

Dalam menyusun penelitian ini variabel bebas (independent) yang digunakan adalah citra merek yang terdiri dari sub variabel : X2.1 Citra Pembuat (Corporate Image), X2.2 Citra Pemakai (User Image), X2.3 Citra Produk (Product Image).

2. Variabel Kualitas Produk (X1)

(61)

Ketahanan (Durability), X1.7 Keandalan (Reliability), X1.8 Kemudahan Perbaikan(Repairability), X1.9Gaya(Style).

3. Variabel Keputusan Pembelian (Y)

[image:61.595.109.516.272.764.2]

Variabel terikat (dependent) yang digunakan adalah keputusan pembelian.

Tabel 3.6 : Operasional Variabel Penelitian Kualitas Produk batu Bacan

Variabel Sub Variabel Indikator Item

Kualitas Produk Philip Kotler (2002:407) definisi produk adalah segalasesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk memuaskan sebuah keinginan

1. Bentuk (Form),

2. Fitur (Feature)

3. Penyesuaian

(Customization),

4. Kualitas Kinerja

(Performance Quality),

5. Kualitas

1. Bentuk Produk

2. Tampilan Warna Produk

3. Penyesuaian harga produk

4. Tampilan produk dapat berubah

5. Produk terasa berminyak dan

Batu Bacan secara khusus dibentuk menjadi berbentuk cembung memumbul keatas dan berukuran besar agar

mendapatkan nilai jual yang tinggi.

Batu Bacan memiliki warna yang banyak dan berkarakter berbeda dengan batu lain.

Harga batu Bacan disesuaikan dengan kualitas kekristalan masing-masing batu. Batu Bacan mempunyai karakteristik dapat berubah dari hitam menjadi hijau (kristal)

(62)

Kesesuaian (Conformance Quality)

6. Gaya (Style)

menyerap senyawa

Tampilan produk

manusia dan dapat menyerap senyawa dari emas apabila diikat di cincin emas dalam jangka waktu yang lama sehingga warna batu Bacan terdapat bintik-bintik emas.

Batu Bacan yang sudah berwarna kristal membuat pelanggan merasa tertarik untuk memilikinya. 7. Ketahanan

(Durability)

8. Keandalan (Reliability),

Kelebihan Produk 1. Tingkat kekerasan

batu cukup tinggi. 2. Produk mempunyai

daya tahan yang kuat.

3. Produk mempunyai daya tahan terhadap cuaca.

4. Produk mempunyai nilai jual.

Batu Bacan memiliki kekerasan 7,5 skala mohs.

Batu Bacan tahan terhadap benturan sehingga tidak cepat pecah..

Batu Bacan tahan terhadap cuaca panas maupun dingin sehingga tidak merusak fisik dari batu tersebut. Batu Bacan memiliki nilai jual tinggi di pasaran sehingga konsumen tidak kecewa. 9. Kemudahan

Perbaikan (Repairability),

Produk mudah diperbaiki

(63)

Citra Merek batu Bacan

Variabel Sub Variabel Indikator Item

Citra Merek (X)

Citra merek sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek. Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut. Simamora (2004:63)

(X1) Citra Produsen

Batu Bacan

(X2) Citra Pemakai

batu Bacan

(X3) Citra Produk

batu Bacan 1) Popularitas batu Bacan 2) Kredibilitas batu Bacan 3) Jaringan penjualan batu bacan

Batu Bacan lebih populer di banding batu akik lainnya.

Batu Bacan digunakan menjadi aksesoris seperti cincin, liontin, dan gelang.

Penjualan batu Bacan terdapat di banyak tempat, dalam negeri maupun luar negeri.

1) Citra bagi pemakai

2) Gaya hidup/ kepribadian bagi pemakai

3) Status sosial bagi pemakai

Pemakai batu Bacan merasa lebih percaya diri saat memakainya. Pemakai batu Bacan mempunyai gaya hidup yang mewah.

Pemakai batu Bacan dari kalangan menengah keatas.

1) Manfaat bagi konsumen penggunanya

Batu bacan membuat konsumen lebih percaya diri dalam

(64)

Keputusan pembelian batu Bacan

Variabel Sub Variabel Item

Keputusan pembelian (Y)

Definisi Keputusan pembelian adalah suatu keputusan seseorang dimana dia memilih salah satu dari beberapa alternatif pilihan yang ada

(Schiffman dan Kanuk, 2000 :437).

-Pengenalan Masalah

Kebutuhan Konsumen

1. Rangsangan Internal.

2. Rangsangan eksternal.

- Pencarian Informasi

Dua level rangsangan

1. Penguatan perhatian.

2. Aktif mencari Informasi.

- Evaluasi Alternatif Proses evaluasi konsumen 1. Konsumen berusaha

memenuhi kebutuhan 2. Konsumen memandang

produk untuk memuaskan kebutuhan tersebut.

Konsumen ingin memiliki batu Bacan karena keindahan batu alam tersebut.

Konsumen melihat lingkungan sekitar seperti orang tua, teman, saudara dan lain-lain memakai batu Bacan.

Konsumen hanya lebih peka terhadap informasi batu Bacan.

Konsumen mulai aktif mencari informasi tentang batu Bacan melalui bahan bacaan, media masa, mengunjungi toko batu, dan lingkungan sekitar.

Konsumen memandang batu Bacan adalah untuk kebutuhan pribadi yang harus terpenuhi.

(65)

- Keputusan Pembelian Konsumen memutuskan untuk membeli produk

-Perilaku Pasca Pembelian

-Kepuasan pasca pembelian produk.

- Tindakan pasca pembelian produk

Pemakaian produk.

Pemakai batu Bacan dalam membeli batu tersebut tidak terlalu berpikir seberapa mahal batu tersebut karena

menganggap itu adalah sebuah kebutuhan pribadi.

Konsumen puas terhadap batu Bacan yang berkualitas karena sesuai dengan harapannya.

Konsumen akan terus membeli batu Bacan dan berusaha untuk mengkoleksinya.

Konsumen memakai batu Bacan saat di dalam rumah maupun di luar rumah sebagai aksesoris.

3.7 Skala Pengukuran

Di dalam melakukan penelitian, peneliti memberikan skala untuk mengukur variable-variabel yang akan diteliti melalui anggapan responden dengan menggunakan skala likert. “Skala Likert” digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2002).

(66)

yang lain dapat diketahui. Skor yang diberikan terhadap alternatif jawaban sebagai berikut :

1. Variabel bebas (X)

1. Jawaban sangat setuju diberi bobot 5

2. Jawaban setuju diberi bobot 4

3. Jawaban netral diberi bobot 3

4. Jawaban tidak setuju diberi bobot 2

5. Jawaban sangat tidak setuju diberi bobot 1

2. Variabel terikat (Y)

a. Jawaban ya diberi bobot 1

b. Jawaban tidak diberi bobot 2

3.8 Uji Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui reliabilitas dan validitas variabel-variabel yang diteliti menggunakan teknik pengujian sebagai berikut :

1. Uji Validitas

(67)

tersebut benar-benar mampu menguak data sehingga mampu menjawab permasalahan hingga tujuan penelitian tercapai.

Uji validitas dimaksudkan untuk memastikan seberapa baik suatu instrumen mengukur konsep yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat dan benar. Dengan mempergunakan instrumen penelitian yang memiliki validitas yang tinggi, hasil penelitian mampu menjelaskan masalah penelitian sesuai dengan keadaan atau kejadian yang sebenarnya dengan signifikansi dibawah 0,05 dan Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) serta Measure of Sampling Adequacy (MSA) minimal 0.5 dinyatakan valid dan sampel bisa di analisis lebih lanjut.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menggunakan koefisien Croanbach’s Alpa dengan bantuan SPSS Pengujian reliabilitas dilakukan dalam tahapan yaitu dengan membandingkan nilai pada Croanbach’s Alpa dengan nilai pada Croanbach’s Alpa if item deleted. Apabila ada pernyataan yang memiliki nilai Croanbach’s Alpa if item deleted lebih besar dari pada Croanbach’s Alpa maka pernyataan tersebut tidak reliabel dan harus dilakukan pengujian selanjutnya sehingga tidak ada pernyataan yang memiliki nilai Croanbach’s Alpa if item deleted yang lebih besar dari Croanbach’s Alpa.

3.9 Teknik Analisis Data

1. Analisis Kuantitatif

(68)

rumus statistik. Dalam penelitian ini analisis kuantitatif yang digunakan adalah:

Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui dan mengukur pengaruh variabel bebas terhadap loyalitas konsumen. Analisis kuantitatif yang digunakan yaitu regresi linear berganda dengan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution) dengan rumus :

Y = a + + + e

Keterangan :

Y = Keputusan Pembelian

X =Kualitas Produk

X =Citra Merek

a = bilangan konstanta

b = koefisien regresi

e = error (variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model

3.10 Pengujian Hipotesis

1. Uji F

(69)

Dengan kriteria pengujian :

Ho diterima dan Ha ditolak bila F hitung≤ F tabel Ho ditolak dan Ha diterima bila F hitung > F tabel

2. Uji t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen X1, X2, dan X3 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 5%

Dengan kriteria pengujian :

Ho diterima dan Ha ditolak bila t hitung≤ t tabel

Ho ditolak dan Ha diterima bila t hitung > t tabel

3.11 Analisis Kualitatif

(70)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah dilakukan, maka simpulan pada penelitian ini adalah :

1. Rata-rata hasil jawaban responden terhadap variabel kualitas produk (X1) yaitu memilih jawaban kolom 4 artinya setuju bahwa responden beranggapan kualitas batu Bacan lebih unggul dari batu akik lainnya, dan rata-rata hasil jawaban tanggapan responden terhadap variabel citra merek (X2) yaitu memilih jawaban 5 artinya sangat setuju bahwa pandangan orang terhadap konsumen yang menggunakan batu Bacan terlihat lebih percaya diri.

2. Uji Determinasi R2 pada sumbangan variabel (X) yaitu Kualitas Produk

dan Citra Merek sebesar R2= 0.517. Hal ini berarti sumbangan dimensi-dimensi variabel X berperan dalam mempengaruhi variabel Keputusan Pembelian (Y) sebesar 51,7%, sisanya sebesar 48,3% dipengaruhi oleh faktor lain.

(71)

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian (Y) Batu Bacan di Toko Manto Silver Gemstone Bandar Lampung sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. 4. Nilai t hitung pada variabel Citra Merek (X2) sebesar 8,668 lebih besar

dari t tabel yaitu 1,978. Hal ini berarti Citra Merek (X1) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian (Y) Batu Bacan di Toko Manto Silver Gemstone Bandar Lampung sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.

5. Nilai F hitung lebih besar dibandingkan nilai F tabel (73,299 > 3,06) maka Ho ditolak dan Ha diterima, nilai signifikansi hasilprint outternyata dibawah alpha yang ditentukan 5% maka secara statistik bahwa secara keseluruhan variabel bebas (Kualitas Produk dan Citra Merek) berpengaruh secara positif dan sig

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Penjualan Batu Akik Berdasarkan Merek Batu dan
Tabel 3.6 : Operasional Variabel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa “skripsi” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam negeri (UIN) Maulana Malik

MoU dengan beberapa perusahaan dan Lembaga pemerintah, diantaranya, GIZ Jerman, Perguruan Tinggi (ITS, Unity Malaysia, BSI, UNY), industri rumah tangga di sekitar

Kusnanto, S.Kp., M.Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya sekaligus selaku pembimbing I yang telah memberikan saran dan masukan yang

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa praktik pengelolaan keuangan desa yang dimulai dari prosedur perencaanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

Magister Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini.. Bapak dan Ibu dosen di

Berhubung kekuatan (mirrah) dalam hadith ini yang didatangkan secara mutlak, ia di’kait’kan (muqayyad) dengan hadith ke 3 yang mengaitkan kekuatan itu dengan kekuatan

Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan untuk operasi perusahaan sehari- hari yang meliputi kebutuhan dana yang tertanam dalam harta lancar dalam bentuk piutang usaha,

Penelitian ini akan membandingkan antara distribusi UBUNTU 9.10 versi dekstop dengan distribusi hasil pengembangan yang di beri nama SOHO iServer, dimana