ABSTRAK
KAJIAN EFEKTIVITAS PEMANFAATAN BIOFLOK SEBAGAI PAKAN PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DAN IKAN LELE
SANGKURIANG (Clarias gariepinus)
Oleh
Ahadiftita Hafsha Khairunnisa
Sistem bioflok merupakan teknologi yang memanfaatkan limbah terutama dalam bentuk nitrogen anorganik dalam budidaya ikan. Nitrogen anorganik akan dirubah menjadi protein dalam bentuk biomassa bakteri oleh bakteri heterotrof. Pertumbuhan bakteri heterotrof dirangsang dengan penambahan sumber karbon. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan harian, laju pertumbuhan spesifik serta kelangsungan hidup ikan nila dan ikan lele sangkuriang yang diberi pakan bioflok. Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua perlakuan dan empat kali ulangan. Penelitian berlangsung selama 40 hari, dengan frekuensi pemberian pakan bioflok tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Sampling pertumbuhan dilakukan setiap 10 hari sekali, pengamatan kualitas air 8 hari sekali, serta uji amoniak pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan nila yang diberi pakan bioflok memiliki pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan harian, laju pertumbuhan spesifik, serta kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan ikan lele sangkuriang.
ABSTRACT
THE STUDY OF BIOFLOC EFFECTIVENESS
AS FEED ON TILAPIA (Oreochromis niloticus) AND SANGKURIANG CATFISH (Clarias gariepinus)
By
Ahadiftita Hafsha Khairunnisa
Biofloc system is a technology in aquaculture which utilize waste mainly in form of anorganic nitrogen. The anorganic nitrogen will be converted into protein in the form of bacterial biomass by heterotrophic bacteria. The growth of heterotrophic bacteria is stimulated by the addition of a carbon source. This research goals were to study the absolute growth, daily growth rate, specific growth rate and survival rate of tilapia and sangkuriang catfish which fed on biofloc. The research used Completely Randomized Design (CRD) which consisted of two treatments and four replication. The study lasted for 40 days, with the frequency of feeding biofloc was three times a day ie morning, afternoon and evening. Growth sampling was done every 10 days, observation of water quality every 8 days, and ammonia test was done at the beginning, middle and end of research. The results showed that tilapia which fed on biofloc had absolute growth, daily growth rate, specific growth rate, and survival rate better than those of sangkuriang catfish.
KAJIAN EFEKTIVITAS PEMANFAATAN BIOFLOK SEBAGAI PAKAN PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DAN IKAN LELE
SANGKURIANG (Clarias gariepinus)
Oleh
AHADIFTITA HAFSHA KHAIRUNNISA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN
Pada
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Batu Sangkar pada tanggal 27 Maret
1994 sebagai anak pertama dari pasangan bapak Ir. Ifhendri dan ibu Suryati.
Penulis memulai pendidikan formal dari Sekolah Dasar Negeri
(SDN) 1 Beringin Raya Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 14 Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 16 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan kejenjang S1 di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas
Pertanian (FP) Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan telah menyelesaikan
studinya pada tahun 2015.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif sebagai staff ahli Kominfo BEM U pada tahun 2013/2014. Penulis juga aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa
Budidaya Perairan UNILA (HIDRILA) sebagai anggota bidang Pengabdian Masyarakat pada tahun 2012/2013 dan menjadi sekretaris bidang Kewirausahaan
“Pembenihan Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang, Jawa Barat” pada tahun 2014. Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari
di Desa Tambah Subur, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2014.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Ikhtiologi pada tahun
2012/2013, asisten praktikum Oceanografi pada tahun 2012/2013 dan 2013/2014, asisten praktikum Mikrobiologi Akuatik tahun 2013/2014, asisten praktikum
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT,
kupersembahkan skripsi ini untuk abi, umi, adik-adikku
serta seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat
di setiap hariku..
Untuk seseorang yang kelak menjadi imam bagiku dan
juga sahabat-sahabatku yang selalu bersama menjalani
suka duka kehidupan kampus serta untuk almamaterku
tercinta,
“Kampus ini menyimpan banyak cerita. Dikampus ini pula aku berjumpa
dengan dirimu, mas Ahmad
Mustawa. Disini, berkumpul kembali dengan teman-teman SMA, Ristiani, Anggun Savitri, Cindy Ria Nuari,
Utami Wijaya serta Surya Edma Syaputra. Berjumpa kembali dengan adik-adik tingkat semasa SMA, duaD alias
Doni Putra Pradana dan Doni Nurlisa. Memiliki sahabat-sahabat terbaik, Bestania Putri, Ristiani, Anggun
Savitri, Glycine Astika dan Restu Annisa. Semua ini perjalanan. Ini bukan akhir, tapi ini awal. Sejuta impian,
sebuah harapan dan satu tujuan, SUKSES. Kenangan bersama kalian akan mengukir indahnya masa depan
kita. Semoga. Terimakas
ih untuk semuanya..”
-
Teteh -
“Barangsiapa ingin mutiara,
harus berani terjun di lautan yang dalam”
- Soekarno
“O
rang yang bahagia bukanlah mereka
yang selalu mendapatkan keinginannya
melainkan mereka yang tetap bangkit
ketika mereka jatuh”
- Khalil Gibran
“Gantungkan
cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi
langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara
bintang-bintang” –
Soekarno
“Cobalah untuk tidak menjadi seorang yang SUKSES, tapi jadilah
seorang yang BERNILAI” –
Albert Einstein
“Jika kita mempu
nyai keinginan yang kuat dari dalam hati, maka
seluruh alam semesta akan bahu membahu mewujudkannya”
-
Soekarno
“Ada saatnya dalam hidupmu engkau ingin sendiri saja bersama
angin menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata”
-
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Kajian Efektivitas Pemanfaatan Bioflok Sebagai Pakan Pada Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) dan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) pada Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Abi, Umi dan adik-adikku (Jia, Ina, Pia, Iik) serta seluruh keluarga yang
selalu memberikan doa, motivasi serta dukungan kepada penulis.
2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Supono, S.Pi., M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan serta saran dalam penulisan skripsi.
4. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku dosen pembimbing Akademik
serta sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta saran dalam penulisan skripsi.
5. Ibu Rara Diantari, S.Pi., M.Sc., selaku dosen penguji yang telah
6. Teman-teman satu tim penelitian (Cindy dan Melinda) yang saling
menyemangati dan mengingatkan baik selama penelitian maupun dalam penyelesaian skripsi ini. Serta teman-teman yang penelitiannya juga dalam
waktu yang sama, Novi dan Rizky.
7. Sahabat-sahabatku Bestania Putri, Ristiani, Anggun Savitri, Glycine Astika,
dan Restu Annisa yang selalu membantu dan menyemangati hingga penelitian dan skripsi ini dapat diselesaikan. Terimakasih untuk bantuannya dan dengan senang hati menjadi tempat curhat untuk penulis.
8. Ahmad Mustawa, terima kasih untuk perhatian, motivasi, dukungan,
bantuan serta dengan sabar menjadi tempat cerita untuk penulis.
9. Mustawa, Rahmadi, Lukman, Suryo yang telah banyak membantu dalam
penelitian dan juga seluruh teman-teman Budidaya Perairan 2011 yang tak terlupakan kebersamaannya serta adik tingkat angkatan 2012 yang telah
banyak membantu dalam penelitian ini khususnya Doni Putra Pradana, Edo, Thomas, Khanif, Triando, Auliyan, serta Doni Nurlisa, Ayu Novi, Shohib, Weni, Desy, dan Haryanti yang selalu memberikan candaan.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dan tidak dapat disebutkan satu
persatu atas doa dan dukungannya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, Oktober 2015
Penulis,
i
1.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.3 Manfaat ... 3
2.1.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup... 8
2.1.4 Pakan dan Kebiasaan Makan ... 9
2.2 Ikan Lele Sangkuriang ... 9
2.2.1 Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang ... 9
2.2.2 Morfologi Ikan Lele Sangkuriang ... 9
2.2.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup... 11
2.2.4 Pakan dan Kebiasaan Makan ... 11
2.3 Teknologi Bioflok ... 12
2.4 Kondisi Pendukung Pembentukan Bioflok ... 13
2.5 Indikator Keberhasilan Pembentukan Bioflok ... 14
ii
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 15
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 15
3.3 Rancangan Penelitian ... 15
3.4 Prosedur Penelitian ... 16
3.4.1 Pembuatan Bioflok ... 16
3.4.2 Persiapan Wadah dan Ikan Uji ... 16
3.4.3 Pemeliharaan Ikan Uji ... 17
3.4.4 Pengukuran Kualitas Air ... 17
3.4.5 Sampling Pertumbuhan ... 17
3.5 Pengambilan Data ... 18
3.5.1 Pertumbuhan Mutlak ... 18
3.5.2 Laju Pertumbuhan Harian ... 18
3.5.3 Laju Pertumbuhan Spesifik ... 19
3.5.4 Kelangsungan Hidup ... 19
3.6 Analisis Data ... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
4.1 Hasil Penelitian ... 21
4.1.1 Pertumbuhan ... 21
4.1.1.1 Pertumbuhan Mutlak ... 21
4.1.1.2 Pertumbuhan Harian ... 22
4.1.1.3 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) ... 23
4.1.2 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) ... 25
4.1.3 Kualitas Air ... 26
4.2 Pembahasan ... 27
4.2.1 Pertumbuhan ... 27
4.2.2 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) ... 34
4.2.3 Kualitas Air ... 36
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
iii DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian ... 5 2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ... 8
3. Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) ... 10 4. Grafik Pertumbuhan Mutlak Ikan Nila dan Ikan Lele Sangkuriang Selama
Pemeliharaan ... 21 5. Grafik Pertumbuhan Harian Ikan Nila dan Ikan Lele Sangkuriang Selama
Pemeliharaan ... 22 6. Grafik Pertumbuhan Harian Ikan Nila dan Ikan Lele Sangkuriang Per Sepuluh
Hari ... 23 7. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Nila dan Ikan Lele Sangkuriang Selama
Pemeliharaan ... 24 8. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila dan Ikan Lele Sangkuriang Selama
iv DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Kualitas Air ... 47
2. Data Pertumbuhan Harian ... 49
3. Pertumbuhan Mutlak Ikan Nila dan Ikan Lele Sangkuriang ... 52
4. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan Nila dan Ikan Lele Sangkuriang ... 53
5. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila dan Ikan Lele Sangkuriang ... 55
6. Analisis Uji Proksimat ... 57
7. Hasil Uji Amoniak ... 58
8. Alat yang Digunakan dalam Penelitian ... 64
9. Bahan yang Digunakan dalam Penelitian ... 65
10. Perhitungan Rasio C/N ... 66
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya ikan merupakan suatu kegiatan dengan tujuan pemeliharaan ikan dalam suatu sistem yang terkontrol sehingga pertumbuhan dan perkembangan ikan dapat dimonitor. Kegiatan budidaya tidak terlepas dari pemberian pakan,
namun tidak semua pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Avnimelech dan Ritvo (2003), yaitu hanya 25%
nitrogen dari pakan yang dapat diasimilasi menjadi daging, sedangkan 75% dibuang ke lingkungan. Pakan yang terbuang ke perairan akan menjadi limbah. Salah satu langkah pengelolaan yang potensial untuk memanfaatkan limbah
diperairan dan sebagai sumber pakan tambahan adalah dengan memanfaatkan bakteri yang ada di perairan yaitu dengan penerapan teknologi bioflok yang
didasarkan pada manipulasi rasio C/N.
Penggunaan bakteri dalam sistem budidaya telah banyak dilakukan, baik untuk manajemen kualitas air maupun sebagai campuran pakan. Dalam teknologi
bioflok, peran bakteri heterotrof sangat dominan. Menurut Avnimelech (2009), bakteri heterotrof dapat menghasilkan substansi polyhydroxy alkanoat sebagai
2 protein pada pakan. Material karbon ini akan mengikat nitrogen anorganik yang
digunakan untuk pertumbuhan sel bakteri (Hargreaves, 2013).
Jika rasio karbon dan nitrogen sekitar 15-20 atau pasokan sumber karbon tambahan seperti glukosa, sukrosa dan pati ke kolam cukup, maka komponen
nitrogen anorganik (amonia, nitrit dan nitrat) di kolam akan dikonversi menjadi biomassa bakteri (Avnimelech, 1999). Dengan demikian nutrien dari hasil
ekskresi dan sisa pakan yang telah didaur ulang menjadi biomassa bakteri dan bioflok dapat diambil sebagai pakan tambahan untuk organisme budidaya. Akan tetapi, penerapan teknologi bioflok belum diiringi dengan pengetahuan yang baik
terkait efektivitas penggunaannya terhadap berbagai jenis ikan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai efektivitas beberapa jenis ikan dalam
memanfaatkan bioflok sebagai pakan.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari efektivitas pemanfaatan bioflok sebagai pakan oleh ikan nila (Oreochromis niloticus) dan
ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus). Sedangkan tujuan khususnya yaitu : 1. Mempelajari pertumbuhan mutlak, pertumbuhan harian, serta laju pertumbuhan
spesifik ikan nila dan ikan lele sangkuriang terkait dengan kemampuannya
dalam memanfaatkan bioflok sebagai pakan.
2. Mempelajari tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan nila dan ikan lele
3
1.3 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keefektivan ikan dalam memanfaatkan bioflok sebagai pakan sehingga penerapan bioflok kedepannya dapat efektif dan efisien.
1.4 Kerangka Pikir
Pakan yang diberikan dalam budidaya ikan tidak semuanya termanfaatkan. Sebagian besar terbuang sia-sia ke perairan sebagai limbah dan hanya 25% yang dikonversi menjadi daging ikan. Limbah yang terbuang ke lingkungan ini
didominasi oleh nitrogen anorganik (sebagian besar dalam bentuk amoniak). Limbah nitrogen anorganik ini mempunyai potensi untuk dijadikan protein
sebagai pakan ikan dalam bentuk biomassa bakteri (bioflok). Sistem bioflok merupakan penerapan teknologi dalam kegiatan budidaya dimana dalam penerapannya akan terbentuk ikatan berupa gumpalan atau “flok” antara
mikroalga, nitrogen, karbon dan bakteri untuk kemudian dapat dimanfaatkan oleh ikan sebagai pakan.
Penerapan teknologi bioflok sendiri sangat dipengaruhi oleh keberadaan bakteri heterotrof. Hal ini dikarenakan bakteri heterotrof dapat mengubah nutrien-nutrien yang ada dalam limbah budidaya menjadi biomassa bakteri yang potensial
sebagai bahan pakan ikan (Suryaningrum, 2012). Menurut Crab et al. (2007), komunitas bakteri yang terakumulasi dalam sistem akuakultur heterotrofik akan
4 Bakteri menghasilkan substansi polyhidroxyalkanoat sebagai pembentuk
ikatan flok (Avnimelech, 2009). Polyhidroxyalkanoat akan mengikat suspensi yang ada dalam air yang mengandung partikel organik, alga, bakteri, terutama bakteri heterotrof serta organisme yang lebih tinggi tingkatannya seperti protozoa
dan rotifer. Pertumbuhan bakteri heterotrof dalam sistem bioflok dipengaruhi oleh karbon organik yang terlarut dalam air. Pertumbuhan bakteri heterotrof dapat
dirangsang dengan meningkatkan rasio C/N melalui penambahan karbohidrat atau penurunan kandungan protein pada pakan. Material karbon ini akan mengikat nitrogen anorganik yang digunakan untuk pertumbuhan sel bakteri (Hargreaves,
2013).
Sistem bioflok dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas air dan
mengurangi cemaran limbah budidaya ke perairan sekitarnya. Menurut Gunadi dan Hafsaridewi (2007), sistem heterotrofik memiliki potensi untuk diterapkan dalam pemanfaatan limbah amoniak pada pemeliharaan ikan. Berkembangnya
penerapan teknologi bioflok ternyata tidak diiringi dengan pengetahuan yang baik terkait efektivitas penggunaannya terhadap berbagai jenis ikan. Berdasarkan
6 1.5 Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. H0 : Ikan nila (O.niloticus) dan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) yang diberi pakan bioflok tidak memiliki pertumbuhan yang berbeda.
H1 : Ikan nila (O.niloticus) dan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) yang diberi pakan bioflok memiliki pertumbuhan yang berbeda.
2. H0 : Ikan nila (O.niloticus) dan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) yang diberi pakan bioflok tidak memiliki tingkat kelangsungan hidup
yang berbeda.
H1 : Ikan nila (O.niloticus) dan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)
7 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila
2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila
Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan
(1991) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Sub Kingdom : Metazoa Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Osteichtyes Sub.Class : Acanthopterygii Ordo : Percomorphy Sub Ordo : Percoidei Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus
2.1.2 Morfologi Ikan Nila
Ikan nila memiliki bentuk tubuh pipih memanjang ke samping. Mempunyai garis vertikal 9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor
8 agak besar dengan bagian tepi berwarna hijau kebiru-biruan. Letak mulut ikan nila
terminal, posisi sirip perut terhadap sirip dada thorochis, gurat sisi (linea lateralis) terputus menjadi dua bagian. Jumlah sisik pada gurat sisi 34 buah dan tipe sisik
stenoid (ctenoid). Bentuk sirip ekor berpinggiran tegak (Kordi, 1997). Morfologi ikan nila dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
2.1.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup
Ikan nila mempunyai habitat di perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk dan rawa. Tetapi karena toleransinya yang tinggi terhadap salinitas, maka
ikan dapat hidup dan berkembang biak di perairan payau dan laut. Salinitas yang disukai antara 0 - 35 ppt. Ikan nila yang masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibanding dengan ikan yang sudah besar (Suyanto, 2003).
Menurut Panggabean (2009), kualitas air yang sesuai dengan habitat ikan nila adalah pH optimal antara 7 - 8, suhu optimal antara 25 - 30°C, dan salinitas 0 - 35
9 2.1.4 Pakan dan Kebiasaan Makan
Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan. Pakan yang disukainya ketika
masih benih adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp., Moina sp., atau Daphnia sp. Selain itu benih nila juga memakan alga atau lumut yang menempel di bebatuan yang ada di habitat hidupnya. Ketika dibudidayakan, nila
juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan ini bisa diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet (Amri
dan Khairuman, 2008).
2.2 Ikan Lele Sangkuriang
2.2.1 Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang
Klasifikasi ikan lele sangkuriang menurut Lukito (2002), adalah sebagai
berikut :
Spesies : Clarias gariepinus
2.2.2 Morfologi Ikan Lele Sangkuriang
Lele sangkuriang merupakan hasil perkawinan antara induk betina
10 Keunggulan lele sangkuriang dibanding lele dumbo adalah fekunditas telur yang
lebih banyak. Keunggulan paling penting adalah nilai konversi pakan atau FCR (Feed Conversion Ratio) lele sangkuriang yang berada pada kisaran 0,8 – 1
sedangkan untuk lele dumbo nilai konversi pakannya lebih dari 1 (Khairuman et al., 2008).
Lele sangkuriang memiliki ciri morfologi yang identik dengan lele dumbo,
sehingga sulit dibedakan. Sebagaimana umumnya, ikan lele sangkuriang memiliki tubuh yang licin dan tidak bersisik namun berlendir. Mulutnya lebar dilengkapi
sungut sebanyak 4 pasang yang berfungsi sebagai alat peraba pada saat mencari makan. Untuk memudahkan berenang, lele sangkuriang dilengkapi sirip tunggal
dan sirip berpasangan, sirip tunggal yang dimiliki adalah sirip punggung, dirip ekor, dan sirip dubur, sedangkan sirip berpasangan adalah sirip perut dan sirip dada Sirip dada yang runcing dan keras disebut patil, berguna sebagai senjata dan
alat bantu untuk bergerak. Ikan lele memiliki organ pernapasan tambahan yang disebut arborescent sehingga memungkinkannya untuk mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu bertahan hidup dengan kadar oksigen terlarut
yang rendah.
11 2.2.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup
Habitat atau lingkungan hidup ikan lele sangkuriang adalah air tawar. Meskipun air yang terbaik untuk memelihara lele sangkuriang adalah air sungai,
air saluran irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur, tetapi lele sangkuriang relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang baik. Lele sangkuriang juga dapat hidup dengan padat
penebaran tinggi maupun dalam kolam yang kadar oksigennya rendah, karena ikan lele sangkuriang mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut labirin
yang memungkinkan lele sangkuriang mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernapasan (Himawan, 2008). Menurut Djoko (2006), faktor-faktor yang
berhubungan dengan lingkungan hidup ikan senantiasa harus dijaga dan diperhatikan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: suhu berkisar antara 24 – 30°C, pH 6,5 – 7,5, oksigen terlarut 5 – 6 mg/l. Dengan kondisi perairan tersebut,
ikan lele dapat hidup dengan baik.
2.2.4 Pakan dan Kebiasaan Makan
Menurut Kordi (2010), ikan lele sangkuriang termasuk ikan pemakan segala (omnivora). Pakan alami lele sangkuriang adalah binatang-binatang renik,
seperti kutu air dari kelompok Daphnia, Cladocera, atau Copepoda. Sementara itu, ikan lele sangkuriang juga memakan larva jentik nyamuk, serangga atau siput-siput kecil. Meskipun demikian, jika telah dibudidayakan misalnya dipelihara di
12 Menurut Lukito (2002), pakan buatan pabrik dalam bentuk pellet sangat
digemari induk lele, tetapi harga pellet relatif mahal sehingga penggunaannya harus diperhitungkan agar tidak rugi. Ikan lele sangkuriang dapat memakan segala
macam makanan, tetapi pada dasarnya bersifat karnivora (pemakan daging), maka pertumbuhannya akan lebih pesat bila diberi pakan yang mengandung protein hewani dari pada diberi pakan dari bahan nabati.
2.3 Teknologi Bioflok
Bioflok diartikan sebagai sekumpulan dari beberapa mikroorganisme yang menyatu karena adanya ikatan yang disebut biopolymer. Bioflok terdiri dari algae, yeast, plankton, protozoa dan beberapa hewan renik lainnya seperti cacing dan
lain-lain. Bioflok terbentuk oleh bermacam-macam organisme, dengan adanya bakteri dalam bioflok maka proses degradasi bahan organik akan lancar, sehingga
menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi pertumbuhan plankton (Avnimelech, 2009). Menurut Azim dan Little (2008), komposisi bioflok dalam kadar berat kering mengandung protein sebesar 38%, lemak 3%, serat 6%, abu 12% dan
energi 19 kJ/g.
Teknologi bioflok merupakan salah satu alternatif baru dalam mengatasi
masalah kualitas air dalam akuakultur yang diadaptasi dari teknik pengolahan limbah domestik secara konvensional (Avnimelech, 2006; de Schryver et al., 2008). Prinsip utama yang diterapkan dalam teknologi ini adalah manajemen
13 Tujuan utama teknologi bioflok dalam budidaya perairan adalah
memanfaatkan nitrogen anorganik dalam kolam budidaya menjadi nitrogen organik yang tidak bersifat toksik. Sistem bioflok dalam budidaya menekankan
pada pertumbuhan bakteri pada kolam untuk menggantikan komunitas autotrofik yang didominasi oleh fitoplankton (McIntosh, 2000). Dominasi bakteri dalam suatu sistem dipengaruhi oleh rasio C/N media. Bioflok akan terbentuk jika rasio
C/N dalam kolam budidaya lebih dari 15 (Avnimelech, 2009).
2.4 Kondisi Pendukung Pembentukan Bioflok
Oksigen diperlukan dalam pengondisian bahan organik. Kondisi optimum
yaitu sekitar 4-5 ppm oksigen terlarut. Pergerakan air diatur sedemikian rupa agar daerah mati arus (death zone) tidak terlalu luas, sehingga daerah yang memungkinkan jatuh dan mengendap relatif kecil. Menurut Jenie dan Rahayu
(1993) dalam Suryaningrum (2012), adanya oksigen yang mencukupi kebutuhan aktivitas bakteri heterotrof (golongan aerob) dapat lebih meningkat dan akan membentuk flok-flok (gumpalan-gumpalan) bakteri bersama dengan lumpur atau
senyawa organik lainnya. Dalam bentuk ini proses degradasi akan berlangsung secara sempurna tanpa menimbulkan bau (metan dan H2S).
Lebih lanjut, menurut Maulani (2009) dalam Suryaningrum (2012), suplai oksigen harus tercukupi karena bakteri tersebut bersifat heterotrof sehingga membutuhkan oksigen. Jika suplai oksigen kurang, maka pertumbuhan bakteri
14 2.5 Indikator Keberhasilan Pembentukan Bioflok
Menurut Aiyushirota (2009) dalam Suryaningrum (2012), bioflok berhasil terbentuk jika secara visual air kolam berwarna coklat muda (krem) berupa
gumpalan yang bergerak bersama arus air. Nilai pH air cenderung berada pada kisaran 7 (antara 7,2 – 7,8) dengan kenaikan pH pagi dan sore yang kecil yaitu antara 0,02 – 0,2. Ion NH4+ , ion NO2-, dan ion NO3- mulai mengalami kenaikan
15 III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di Laboratorium Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, wadah pemeliharaan ikan berupa kolam terpal berukuran 0,5x0,5x0,6 m sebanyak 8 buah, bak fiber volume 1.000 liter 1 buah, blower, termometer, DO
meter, pH meter, scoop net, alat tulis, imhoffcone, ember plastik, penggaris, dan kertas label. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih
ikan nila berukuran 3-5 cm sebanyak 120 ekor, benih ikan lele berukuran 3-5 cm sebanyak 120 ekor, air tawar, pakan, molase, dan air limbah budidaya lele.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Rancangan Acak
16 1. Perlakuan A = Pemberian bioflok sebagai pakan pada ikan nila
2. Perlakuan B = Pemberian bioflok sebagai pakan pada ikan lele sangkuriang
3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pembuatan Bioflok
Pembuatan bioflok dilakukan dengan menggunakan wadah bak fiber
berukuran 1000 liter yang diisi air sebanyak 500 l. Sebanyak 250 gram pakan (protein 28%) ditambah dengan 236 gram molase dimasukkan ke dalam bak fiber
dan diaerasi menggunakan blower. Kemudian dimasukkan air limbah budidaya lele sebanyak 500 ml ke dalam bak fiber tersebut. Air limbah budidaya lele didapatkan dari kolam praktikum yang terdapat di belakang Laboratorium
Budidaya Perikanan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Proses pembentukan bioflok berlangsung selama 15 hari.
3.4.2 Persiapan Wadah dan Ikan Uji
Wadah pemeliharaan yang akan digunakan berupa kolam terpal berukuran
0,5x0,5x0,6 m dan tinggi air 0,3 m sebanyak 8 unit. Kolam pemeliharaan ikan terlebih dahulu dibersihkan. Setelah bersih, kolam diberi label dan kemudian
dilakukan pengacakan posisi masing-masing kolam.
Benih ikan nila dan ikan lele yang akan digunakan berukuran 3-5 cm/ekor masing-masing sebanyak 30 ekor, sehingga total benih yang digunakan yaitu
17 dimasukan ke dalam wadah pemeliharaan, benih ikan terlebih dahulu
diaklimatisasi dengan cara membiarkan benih ikan selama beberapa menit sehingga benih ikan masuk ke dalam wadah pemeliharaan dengan sendirinya.
3.4.3 Pemeliharaan Ikan Uji
Benih ikan dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan dengan kepadatan
30 ekor/kolam. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 40 hari. Pemberian pakan diberikan 3 kali sehari yaitu pagi hari pukul 08.00 WIB, siang hari pukul 12.00
WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB. Pemberian pakan dilakukan dengan cara memberikan bioflok sebanyak 8 ml/L pada pagi hari, 8 ml/L di siang hari serta 8 ml/L di sore hari sehingga jumlah bioflok yang diberikan sebanyak 24 ml/L per
harinya.
3.4.4 Pengukuran Kualitas Air
Kualitas air yang diamati selama penelitian meliputi suhu, pH dan DO yang dilakukan setiap 8 hari sekali dan uji amoniak pada awal, tengah dan akhir
pemeliharaan.
3.4.5 Sampling Pertumbuhan
Sampling pertumbuhan dilakukan setiap 10 hari sekali dengan mengambil sembilan ekor sampel ikan pada masing-masing unit percobaan. Sampling
18 W = Wt - Wo
3.5 Pengambilan Data 3.5.1 Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan mutlak ditetapkan berdasarkan pertambahan biomassa mutlak ikan uji pada setiap unit percobaan. Pertumbuhan mutlak dihitung
dengan menggunakan rumus (Effendi, 1997):
Keterangan:
W = pertumbuhan mutlak
Wt = biomassa ikan uji pada akhir pemeliharaan
Wo = biomassa ikan uji pada awal pemeliharaan
3.5.2 Pertumbuhan Harian
19 SR = ��
��x 100 % 3.5.3 Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan spesifik atau Spesific Growth Rate (SGR) adalah persentase penambahan bobot ikan selama pemeliharaan (Purnomo, 2012). Laju pertumbuhan spesifik dapat dihitung dengan rumus Castell & Tiews (1980) :
Keterangan :
SGR : Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Wt : Bobot ikan pada hari ke-t (g) Wo : Bobot ikan pada awal penelitian (g)
t : Waktu pemeliharaan (hari)
3.5.4 Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup dari awal hingga akhir penelitian. Kelangsungan hidup dapat dihitung dengan
20 3.6 Analisis Data
Pengaruh perlakuan terhadap variabel pengamatan pertumbuhan mutlak, pertumbuhan harian, laju pertumbuhan spesifik dan kelangsungan hidup (SR) dianalisis dengan mengunakan uji nilai tengah (t-test) pada selang kepercayaan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Ikan nila (O.niloticus) memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan ikan lele sangkuriang (C.gariepinus).
2. Ikan nila (O.niloticus) dan ikan lele sangkuriang (C.gariepinus) yang diberi pakan bioflok memiliki tingkat kelangsungan hidup yang sama.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan
mengenai pemberian dosis bioflok yang optimal terhadap pertumbuhan mutlak, pertumbuhan harian, laju pertumbuhan spesifik dan tingkat kelangsungan hidup ikan nila (O.niloticus). Selain itu, juga disarankan untuk dilakukan penambahan pakan
DAFTAR PUSTAKA
Almatser, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Ambarsari, H. 1999. Karakteristik dan Peran Bakteri Penitrifikasi dalam Usaha Minimalisasi Amonia yang Terakumulasi di Dalam Sistem Akuakultur. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 1 (2): 43-52.
Amri, K. dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Avnimelech. Y. 1999. C/N Ratio as A Control Element in Aquaculture Systems. Aquaculture: 227-235.
Avnimelech, Y. and G. Ritvo. 2003. Shrimp and Fish Pond Soils : processes and management. Aquaculture, 220 : 549-567.
Avnimelech, Y. 2006. Bio-filters: The Need for An New Comprehensive Approach. Aquacultural Engineering. 34, 172-178.
Avnimelech, Y. 2009. Biofloc Technology – A Practical Guide Book. The World Aquaculture Society, Baton Rounge, Lousiana, United State, 182 hal. Azim, M.E; Little, D.C; and Bron, I.E. 2007. Microbial Protein Production in
Activated Suspension Tanks Manipulating C/N Ratio in Feed and Implications for Fish Culture. Bioresource Technology 99, 3590-3599. Azim, M.E and D.C. Little. 2008. The Biofloc Technology (BFT) in Indoor
Tanks: Water Quality, Biofloc Composition, and Growth and Welfare of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus). Aquaculture, 283:29-35.
Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam. Netherlands.
Boyd, C.E. dan Lichkoppler, F.L. 1979. Water Quality Management In Pond Culture. Research and Development Series No. 22 Project AID/Desangoo. Infis Manual Seri No. 36. Ditjenkan. Jakarta.
Castell, J.D & Tiews. K. 1980. Report of the EIFAC, IUNS, and ICES working group on the standardization of methodology in fish nutrition research. Hamburg. Germany EIFAC Tech. Paper, 24 pp.
Cholik F., Artati dan R.Arifudin. 1986. Pengelolaan kualitas air kolam. INFIS Manual seri nomor 26. Dirjen Perikanan. Jakarta. 52 hal.
Cholik. 1991. Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan. Terjemahan. Jakarta: Direktorat Jendral Perikanan.
Chou, B.S., dan Shiau, S.Y. 1996. Optimal Dietary Lipid Level for Growth of Juvenile Hybrid Tilapia Oreochromis niloticus x Oreochromis aureus in Nutrien Requirement and Feeding of Finfish for Aquaculture. CABI Publishing. New York. USA .
Cowey, C.B. and J.R. Sargent.1972. Fish Nutrition. Advance Marine Biology. 10: 303 – 388.
Crab, R, Avnimelech, Y, Defoirdt, T, Bossier P, Verstraete, W. 2007. Nitrogen Removal Techniques in Aquaculture for A Sustainable Production. Aquaculture, 270: 1-14.
De Schryver P, Crab, R, Detroit, T. Boon, N., Verstrate, W. 2008. The Basic of Bioflock Technology : The Added Value for Aquaculture, 227: 125-137.
De Schryver P, Sinha AK, Kunwarr PS, Baruah K, Verstraete W, Boon N, De Boeck G, Bossier P. 2010. Poly-beta-hydroxybutyrate (PHB) increases growth performance and intestinal bacterial range-wighted richness in juvenile European sea bass, Dicentrarchus labrax. Appl. Microbio. Biotecnol 86: 1535–1541.
Direktorat Jenderal Perikanan (INFIS). 1991. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila. Bekerja sama dengan IDRC (International Development Research Centre) Canada.
Djoko. 2006. Lele Sangkuriang Alternatif Kualitas di Tanah Priangan. Trobos, edisi Agustus, hal 80-81. Jakarta.
Effendie. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 Hal. . 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 159
hal.
. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan pustaka nusantara. Yogyakarta.157 hal.
.2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Ghufran, 2009. Budidaya Perairan. Buku Kedua. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Gunadi, B. dan Hafsaridewi, R. 2007. Pemanfaatan Limbah Budidaya Ikan Lele (Clarias gariepenus) Intensif Dengan Sistem Heterotrofik Untuk Pemeliharaan Ikan Nila. Laporan Akhir Kegiatan Riset 2007 Sukamandi: Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air tawar.18 hal.
Hargreaves J.A. 2013. Biofloc Production System for Aquaculture. Southern Regional Aquaculture Center Publication No: 4503.
Hepher, B. 1988. Nutrition of Ponds Fishes. Cambridge University Press. New York.
Himawan. 2008. Budidaya Lele Sangkuriang.
http://IndonesiaIndonesia.com/f/18253-budidaya-lele-sangkuriang-clarias-sp/. Diakses pada 06 Desember 2014 pukul 20.00 WIB
Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture, Breeding and Cultivation of Fish. Fising News. Ltd. London.
Khairuman., Amri, K. dan Sihombing, T. 2008. Budidaya Lele Dumbo di Kolam Terpal. Agromedia Pustaka. Jakarta
Kordi, K. 1997. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang.Hal 180-181;182. Kordi, K. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Penerbit lily Publisher.
Yogyakarta
Lukito, AM. 2002. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia. Jakarta
McIntosh, R. P. 2000. Changing Paradigms in Shrimps Farming. The Advocate, April: 44-50.
Meyer, D.E., P. Pena. 2001. Ammonia excretion rates and protein adequacy in diets for tilapia Oreochromis sp. World Aquaculture Society, 1: 61-70. Mudawarmah. 2005. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan yang Mengandung
Tepung Ampas Tahu Fermentasi Tehadap Laju Pertumbuhan Nila Merah. Skripsi. Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Nofyan, E. 2005. Pengaruh Pemberian Pakan dari Sumber Nabati dan Hewani Terhadap Berbagai Aspek Fisiologi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Jurnal Ikhtiologi Indonesia volume 5 nomor 1. Universitas Sriwijaya. Ogan Ilir. 1-3 hal.
Panggabean, A. 2009. Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian. Sumatra Utara. Hal 2; 3 ;8 ; 12-14
Supono, J.Hutabarat, S.B.Prayitno, dan Y.S. Darmanto. 2014. White Shrimp (Litopenaeus vannamei) Culture using Heterotrophic Aquaculture System on Nursery Phase. International Journal of Waste Resources. Vol 4 (2) : 1
– 4.
Suryaningrum, F. M. 2012. Aplikasi Teknologi Bioflock pada Pemeliharaan Benih Ikan Nila. Thesis. Universitas Terbuka. Jakarta. 89 hal.
Suyanto, S. R., 2003. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 halaman
Stickney R. R. 1993. Culture of Nonsalmonid Freshwater Fishes. Second Edition. CRC Press Inc. Florida.
Wedemeyer, G. A. 2001. Fish Hatchery Management, 2nd Edition. Bethesda, Maryland: American Fisheries Society.
47 Lampiran 1. Data Kualitas Air
Rata-rata DO selama penelitian
Hari ke- A B
Pagi siang sore pagi siang sore
1 8,0 9,1 7,6 7,4 9,0 8,6
8 9,1 8,1 4,8 9,1 6,9 5,0
16 7,7 6,8 7,2 7,9 7,4 7,0
24 8,4 13,0 7,2 8,8 13,5 8,6
32 5,3 11,0 8,0 5,4 12,9 9,3
40 9,3 8,5 7,7 9,2 7,5 8,1
Rata-rata pH selama penelitian
Hari ke- A B
Pagi siang sore pagi siang sore
1 8,1 6,0 8,3 8,1 6,0 8,3
8 8,0 8,7 8,6 8,0 8,2 8,3
16 7,5 8,7 8,8 7,8 9,1 9,0
24 9,4 9,3 9,4 8,3 9,6 9,4
32 9,4 9,5 9,4 8,6 9,5 9,8
48 Rata-rata suhu selama penelitian
Hari ke- A B
Pagi Siang sore pagi siang sore
1 28 30 30 28 30 30
8 27 28 30 27 29 30
16 28 29 28 28 29 28
24 27 28 28 28 28 28
32 28 28 30 28 28 30
40 28 28 28 28 28 28
Rata-rata amoniak selama penelitian
Perlakuan Awal Tengah Akhir Rata-rata
A1 0,015 0,112 0,33 0,15233
A2 0,021 0,251 0,24 0,17067
A3 0,042 0,096 0,18 0,106
A4 0,005 0,146 0,49 0,21367
B1 0,008 0,079 0,28 0,12233
B2 0,079 0,059 0,23 0,12267
B3 0,047 0,108 0,12 0,09167
49 Lampiran 2. Data Pertumbuhan Harian
Data Pertumbuhan
Hari ke- A1 A2 A3 A4 Rata-rata B1 B2 B3 B4 Rata-rata
50 Lampiran 2. Uji t Pertumbuhan harian
Group Statistics
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
LPH IKAN NILA 4 .01150 .003697 .001848
IKAN LELE 4 .00250 .000577 .000289
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
assumed 15.000 .008 4.811 6 .003 .009000 .001871 .004422 .013578
Equal variances
51 Lampiran 3. Pertumbuhan mutlak ikan nila dan ikan lele selama penelitian
perlakuan Wo (gram) Wt (gram) Δ W (gram) rata-rata biomassa (gram)
A1 0,73 1,06 0,33 0,45 ± 0,14
A2 0,86 1,21 0,35
A3 0,82 1,32 0,50
A4 0,76 1,39 0,63
B1 0,38 0,50 0,12 0,10 ± 0,03
B2 0,36 0,48 0,12
B3 0,45 0,51 0,06
B4 0,41 0,50 0,09
Keterangan : A : Ikan nila
52 Lampiran 3. Uji t Pertumbuhan mutlak
Group Statistics
perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pertumbuhan mutlak Ikan nila
4 .4525 .14056 .07028
Ikan lele 4 .0975 .02872 .01436
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
10.681 .017 4.949 6 .003 .35500 .07173 .17947 .53053
Equal
variances
not
assumed
53 Lampiran 4. Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan nila dan Ikan Lele sangkuriang
selama penelitian
Perlakuan Wo (gram) Wt (gram) Δ W (gram) rata-rata biomassa (gram)
54 Lampiran 4. Uji t Laju Pertumbuhan Spesifik
Group Statistics
perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
SGR Ikan nila 4 1.1214 .29589 .14795
Ikan lele 4 .5536 .18816 .09408
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
assumed 1.058 .343 3.239 6 .018 .56782 .17533 .13881 .99683
Equal variances
55 Lampiran 5. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) ikan nila dan ikan lele selama
penelitian
Perlakuan N0 (ekor) Nt (ekor) SR (%) Rata-rata
A1 30 14 47 47
A2 30 15 50
A3 30 14 47
A4 30 13 43
B1 30 9 30 43
B2 30 12 40
B3 30 15 50
B4 30 15 50
Keterangan : A : Ikan nila
56 Lampiran 5. Uji t Tingkat Kelangsungan Hidup
Group Statistics
perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
SR Ikan nila
4 46.25 2.872 1.436
Ikan lele 4 42.50 9.574 4.787
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
assumed 6.256 .046 .750 6 .481 3.750 4.998 -8.479 15.979
Equal variances
64 Lampiran 8. Alat yang digunakan selama penelitian
Termometer Scoopnet Timbangan digital Blower
65 Lampiran 9. Bahan yang digunakan selama penelitian
66 Lampiran 10. Perhitungan rasio C/N
Protein = 28% Karbon = 48%
N pakan = 28% : 6,25 = 4,48%
Untuk 250 gram pakan:
Jumlah N = 4,48% x 250gram = 11,2 gram Jumlah C = 48 x 250 gram = 120 gram Untuk rasio C/N = 20, maka :
20 =
,
224 = 120 + Tambahan C
Tambahan C = 224–120 = 104 gram
kandungan C molase = 44%
Maka, molase yang ditambahkan = = 236,36 gram
Jadi, setiap penggunaan pakan 250 gram perlu ditambahkan molase sebanyak 236