ABSTRACT
ANALYSIS OF DIFFERENT C:N RATIO ON RED TILAPIA
(Oreochromis niloticus) GROWTH IN BIOFLOC SYSTEM
BY
NASYIR HUSAIN
The development of tilapia farming processes affect the increase in waste waters. Biofloc technology is an alternative to overcome the problem of water quality in aquaculture and utilized as an additional food source for tilapia. This study was conducted to analyze the growth and the survival rate of red tilapia in biofloc system with different C:N ratio. The design of the research was a completely randomized design (CRD) with four treatments and three replications. The treatments were tested, namely (A) control, (B) C:N ratio of 15, (C) C:N ratio of 20, and (D) C:N ratio of 25. Study was done using red tilapia fingerlings 3 cm with an average weight 2 ± 0.4 g were kept in an aquarium measuring 40x30x35 cm³. Key measurements include absolute growth, specific growth rate, survival, Feed Conversion Ratio (FCR), Protein Efficiency Ratio (PER), and water quality. The range of tilapia specific growth rate was 12,17% - 16,33% and the range of survival rate of tilapia was 53,33% -80%. The best treatment was treatment of B (C:N ratio of 15).
ABSTRAK
ANALISIS RASIO C:N BERBEDA PADA SISTEM BIOFLOK
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH
(Oreochromis niloticus)
OLEH NASYIR HUSAIN
Berkembangnya proses budidaya ikan nila berpengaruh terhadap peningkatan limbah diperairan. Tekhnologi bioflok merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi masalah kualitas air di akuakultur dan dimanfaatkan sebagai sumber pakan tambahan untuk ikan nila. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan nila merah pada sistem bioflok dengan rasio C:N yang berbeda. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang diuji yaitu (A) kontrol, (B) rasio C:N 15, (C) rasio C:N 20, (D) rasio C:N 25. Penelitian dilakukan menggunakan benih ikan nila merah 3 cm dengan bobot rata-rata 2 ± 0,4 gram yang dipelihara di akuarium berukuran 40x30x35 cm³. Parameter penelitian meliputi pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik, kelangsungan hidup, Feed Convertion Ratio (FCR),
Protein Efficiency Ratio (PER), dan kualitas air. Kisaran laju pertumbuhan spesifik ikan nila 12,17%-16,33% dan tingkat kelangsungan hidup ikan nila 53,33%-80%. Perlakuan terbaik adalah perlakuan B (rasio C:N 15).
ANALISIS RASIO C:N BERBEDA PADA SISTEM BIOFLOK
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH
(Oreochromis niloticus)
(Skripsi)
Oleh
NASYIR HUSAIN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Nasyir Husain dilahirkan di Pringsewu, Lampung pada
tanggal 16 Februari 1990, anak pertama dari tiga
bersaudara pasangan Bapak Bintanto, S.Pd. dan Ibu
Riwati, S.Pd. Penulis mengawali pendidikan dari Taman
Kanak-kanak di Dharma Wanita Keputran pada tahun
1994.
Pada tahun 1996 Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2
Keputran dan lulus pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sukoharjo, Pringsewu pada tahun 2005,
kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Usaha Perikanan Menengah
(SUPM) Negeri Kota Agung. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi UM.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di kegiatan organisasi kampus dan
mengikuti berbagai kegiatan. Penulis menjadi pengurus HIDRILA sebagai
anggota Bidang Minat dan Bakat periode 2010-2011. Penulis menjadi pengurus
UKM Sepak bola sebagai Ketua Umum Periode 2010-2011 dan Periode
Unila dengan tema “Pembinaan Kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM)” di desa Karangrejo Kecamatan Metro Utara Kabupaten Metro, dan
mengikuti Praktik Umum pada tahun 2012 di Kelompok Unit Pembenihan Rakyat
Batara Mina Sejahtera, Ciluar-Bogor, Jawa Barat dengan judul ”Pembenihan Ikan
Sterbai’s Corydoras (Corydoras sterbai)”. Pada tahun 2011 untuk mencapai gelar
Sarjana Perikanan (S.Pi.), penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan
tugas akhirnya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Rasio C:N Berbeda
pada Sistem Bioflok Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis
MOTTO
DOA dan KERJA KERAS adalah kunci
dari kekuatan dan kemajuan diri kita
Dalam hidup ini banyak orang gagal
karena tidak menyadari betapa mereka
mendekati
sukses di saat mereka menyerah.
“Tomas A Edison”
Tak ada yang namanya rahasia sukses,
sukses adalah hasil persiapan, kerja keras, siap
gagal
dan belajar dari kegagalan.
Kupersembahkan karyaku ini
kepada :
Ayah, Ibu, dan kedua adikku
tercinta..
Sahabat hatiku,
Teman-temanku tercinta
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Rasio C:N Berbeda pada Sistem Bioflok terhadap Pertumbuhan Ikan
Nila Merah (Oreochromis niloticus)” yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Universitas Lampung.
Selama proses penyelesaian skripsi, penulis telah memperoleh banyak
bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kesabaran hati kepada
penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Binanto, S.Pd. dan ibu Riwati, S.Pd. tercinta untuk setiap doa,
motivasi, kasih sayang, materi, dan tetes keringat yang selalu menjadi
semangat dalam setiap langkah kakiku.
3. Adikku Yusuf Dwi Nata dan adikku Daru Autha untuk setiap doa, dukungan,
keceriaan, kebersamaan, dan kebahagiaan kita yang menjadi motivasi terbesar
dalam hidupku.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
5. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan Universitas
Lampung.
6. Ibu Henny Wijayanti, S.Pi., M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik.
7. Ibu Berta Putri, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing utama yang telah
membimbing dengan penuh keuletan dan kesabaran dari awal hingga
selesainya skripsi ini serta memberi motivasi yang besar.
8. Bapak Dr. Supono, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing kedua yang
membimbing dengan penuh semangat sehingga skripsi ini menjadi semakin
baik.
9. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembahas yang telah
memberikan saran bagi kesempurnaan skripsi.
10.Seluruh Dosen dan karyawan (mas Bambang, bu ismini dan mba nanda)
Jurusan Budidaya Perairan, Pertanian. Atas semua curahan ilmu serta
dukungan moril hingga terselesaikannya skripsi ini.
11.Pihak Laboratorium THP Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Uji
BBPBBL Hanura terimakasih untuk tempat dan segala bantuan yang diberikan
selama penelitian berjalan.
12.Teman-teman seperjuangan : Afad, Yayu, Nani, Lagen, Ucup, hendra, Aldi,
Alwan, Rudi, Dahlia, Selpiana, Susi dan angkatan 08 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu terimakasih perhatian, kebersamaan, dan semangat.
13.Aprilia Kusumawati, terimakasih atas kasih sayang, suport, perhatian,
pengertian dan do’anya. Thanks you very much.
14.Kak Bayu, kak arif, mba qori dan Angkatan 2004 sampai dengan 2013 yang
15.Teman-teman Wasit futsal : Andre, Rico, Hengki, Vikri, Adit, kak Dede dan
UKM Sepak Bola yang telah memberikan semangat.
Bandar Lampung, Juli 2014
i
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) ... 6
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 16
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Mutlak ... 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 39
B. Saran ... 39
iii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Kualitas Air Selama Penelitian ... 34
iv DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ... 4
2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ... 6
3. Penempatan Akuarium Selama Penelitian ... 17
4. Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Nila Merah ... 23
5. Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Nila merah ... 26
6. Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila ... 30
7. Rasio Konversi Pakan ... 31
v DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pembuatan Bioflok ... 45
2. Data Pertumbuhan Mutlak ... 46
3. Data Laju Pertumbuhan Spesifik ... 49
4. Data Kelangsungan Hidup ... 52
5. Data Feed Convertion Ratio ... 55
6. Data Protein Efficiency Ratio... 58
7. Data Pengukuran Suhu ... 61
8. Data Pengukuran Kadar Oksigen ... 62
9. Data Pengukuran pH ... 63
10. Data Pengukuran Amoniak ... 64
11. Data Pengukuran Kepadatan Bioflok ... 65
12. Perhitungan Rasio C:N ... 66
1 I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ikan nila merupakan salah satu komoditas perikanan di Indonesia yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Secara umum produksi ikan nila terus meningkat
dengan pasar yang luas dan terbuka. Permintaan pasar yang terus meningkat
mengakibatkan tingginya nilai produksi budidaya ikan nila. Berkembangnya
proses budidaya ikan nila juga berpengaruh terhadap peningkatan limbah
diperairan. Limbah akuakultur yang mengandung unsur hara yang tinggi
berpotensi merusak lingkungan budidaya. Manajemen budidaya yang berwawasan
lingkungan sangat dibutuhkan untuk membantu mengatasi permasalahan limbah
akuakultur. Salah satu teknologi yang dapat mengatasi permasalahan limbah
akuakultur adalah sistem bioflok.
Bioflok merupakan kumpulan organisme autotrof dan heterotrof serta
limbah yang berintegrasi cukup baik di dalam air (Sahidir, 2011). Proses kerja
pembentukan bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik yang
mengandung senyawa karbon (C), hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N)
dengan sedikit adanya posfor (P) menjadi masa endapan berupa “bioflocs”. Selain
itu juga, terbentuknya bioflok dibantu oleh bakteri pembentuk flok
2 Terbentuknya bioflok dihasilkan dari sisa pakan, metabolisme dan feses
dari kegiatan budidaya. Sisa pakan dan feses yang terbuang di perairan akan
menghasilkan nitrogen anorganik. Nitrogen anorganik dapat diubah menjadi
protein sel tunggal dengan adanya penambahan materi karbon di perairan dan
dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ikan atau udang (Avnimelech, 1999).
Pakan yang dicerna oleh ikan hanya sekitar rata-rata 25% dan sisanya sekitar 75%
baik berupa N-organik maupun N-anorganik di buang keperairan sebagai limbah
di perairan (De Schryver et al., 2008 dan Crab et al., 2007 dalam Purnomo, 2012).
Menurut De Schryver et al. (2008), pada kondisi C:N yang seimbang
dalam media budidaya, bakteri heterotrof akan memanfaatkan N, baik dalam
bentuk organik maupun anorganik untuk pembentukan biomassa sehingga
konsentrasi N dalam air menjadi berkurang. Penggunaan bioflok di perairan dapat
memberi manfaat seperti sumber pakan tambahan untuk ikan/udang (Rangka dan
Gunarto, 2012), mengatasi limbah akuakultur (Riani, 2012), dan mengurangi
nitrogen anorganik (amoniak, nitrit dan nitrat) sehingga dapat memperbaiki
kualitas air (Ekasari, 2009).
Untuk itu, perlu dikembangkan suatu sistem budidaya efektif dalam
mengatasi permasalahan kualitas air melalui analasis rasio C:N yang berbeda pada
sistem bioflok. Pada analisis tersebut diharapkan dapat menentukan rasio C:N
3 B.Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan dan tingkat
kelangsungan hidup ikan nila merah pada sistem bioflok dengan rasio C:N yang
berbeda.
C.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada
mahasiswa dan pelaku budidaya mengenairasio C:N yang tepat untuk budidaya
ikan nila merah pada sistem bioflok.
D.Kerangka Pemikiran
Permasalahan yang sering dihadapi oleh pembudidaya adalah kandungan
unsur hara yang tinggi dalam limbah berpotensi merusak lingkungan. Limbah
dihasilkan dari kegiatan budidaya seperti : sisa-sisa pakan, feses, dan
metabolisme. Limbah tersebut dalam budidaya ikan akan menjadi toksik dan
dapat merugikan, karena akan menimbulkan penyakit yang diakibatkan oleh virus,
bakteri dan organisme lain. Bakteri heterotrof yang terdapat dalam media mampu
mengubah nitrogen anorganik yang berasal dari feses maupun sisa pakan, dengan
penambahan materi karbon menjadi protein sel tunggal dan kemudian
dimanfaatkan sebagai sumber pakan ikan atau udang. Permasalahan limbah dalam
budidaya ikan dapat diatasi dengan menggunakan teknologi bioflok (Avnimelech,
1999).
Penggunaan bioflok diharapkan dapat membantu memperbaiki kualitas air
4 yangterbentuk juga dapat mengurangi permasalahan pemenuhan kebutuhan
protein sehingga dapat mengurangi ketergantungan ikan terhadap pakan buatan.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Budidaya ikan nila
Feses Metabolisme Daging
5 E.Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah:
H0 : i =0 ; Tidak ada pengaruh rasio C:N yang berbeda terhadap pertumbuhan
dan tingkat kelangsungan hidup ikan nila merah dengan sistem
bioflok.
H1: i ≠ 0 ; Ada pengaruh rasio C:N yang berbeda terhadap pertumbuhan
6 II.TINJAUAN PUSTAKA
A.Biologi Ikan Nila Merah
Ikan nila yang digunakan dalam penelitian ini adalah strain nila merah.
Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai
berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
7 Secara morfologi ikan nila merah memiliki bentuk tubuh pipih lebar,
tubuhnya lebih kecil dari pada panjang tubuh, sisik besar dan kasar, serta kepala
relatif kecil. Berdasarkan jenis siripnya, ikan nila merah memiliki sirip dada
(pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip punggung (dorsal fin), sirip
ekor (caudal fin), dan sirip anal (anal fin). Selain itu ada gurat sisi (Linea
lateralis) pada ikan nila tidak terputus (Affandi et al., 1992).
Bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping dengan sisik berukuran besar.
Matanya besar dan menonjol, bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea
literalis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih
kebawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip punggung,
sirip perut dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam
seperti duri. Sirip punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak
hitam (Khairuman dan Amri, 2007).
Perbedaan jenis kelamin pada ikan nila merah adalah sebagai berikut :
ikan nila merah jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan nila
merah betina. Alat kelamin ikan nila merah jantan berupa tonjolan yang agak
runcing yang berfungsi sebagai muara saluran urin dan saluran sperma yang
terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila merah jantan akan
mengeluarkan cairan bening. Sedangkan ikan nila merah betina mempunyai
lubang genital terpisah dengan lubang saluran urine yang terletak di depan anus
8 1. Habitat dan Kebiasaan Makan Ikan Nila Merah
Ikan nila hidup di tempat-tempat yang airnya tidak begitu dalam dengan
arus air yang tidak deras. Ikan nila lebih suka hidup didaerah tepi perairan
(Djarijah, 1995). Menurut Khairuman dan Amri (2007), ikan nila merupakan ikan
yang kurang suka menantang arus dan biasa hidup di tepi-tepi sungai atau kolam.
Ikan nila dapat memijah sepanjang tahun dengan frekuensi pemijahan paling
banyak pada musim penghujan. Ikan nila dapat memijah sebanyak 6-7 kali dalam
setahun. Pertumbuhan ikan ini tergolong cepat karena pada umur 4-5 bulan sudah
mencapai fase dewasa. Sedangkan untuk fase produktif dalam pemijahan berumur
1,5-2 tahun dengan bobot diatas 500 g/ekor.
Ikan nila merupakan ikan pemakan segala (omnivora), karena hal tersebut
ikan ini mudah dalam pemeliharaanya. Pada stadia benih ikan ini diberi pakan
zooplankton seperti : Rotifer sp., Moina sp., atau Daphnia sp. Selain zooplankton,
ikan ini dapat diberi pakan berupa alga atau lumut. Pada stadia dewasa ikan ini
dapat diberi pakan tambahan berupa pelet (Khairuman & Amri, 2007).
B.Kebutuhan Nutrisi Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)
Ikan memiliki kebutuhan yang spesifik terhadap nutrien baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Satu bahan pakan tidak ada yang mengandung
seluruh nutrien yang dibutuhkan dalam proporsi yang tepat, sehingga formula
pakan yang seimbang menggunakan berbagai bahan dan masing-masing bahan itu
memberikan kontribusi terhadap satu atau lebih nutrien penting. Pakan yang baik
dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan. Pada kebutuhan ikan tertentu
9 seimbang, didalamnya terkandung bahan-bahan seperti : protein, karbohidrat,
mineral, vitamin, dan lemak (Gusrina, 2008).
1. Protein
Protein merupakan salah satu nutrien yang sangat diperlukan bagi
kehidupan semua organisme termasuk ikan nila. Protein dibutuhkan sebagai
sumber energi utama karena protein terus menerus diperlukan dalam makanan
untuk pertumbuhan, pembentukan jaringan, serta penggantian jaringan-jaringan
tubuh yang rusak. Kebutuhan protein pada ikan budidaya berkisar antara 27%
sampai 60% (Gusrina, 2008). Sedangkan menurut Nuraeni (2004), pakan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan nila mengandung protein 25-35%.
2. Lemak
Lemak adalah senyawa organik yang mengandung unsur karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O) sebagai unsur utama. Beberapa diantaranya ada
yang mengandung nitrogen (N) atau fosfor (P). Sumber lemak bagi ikan dapat
berasal dari berbagai bahan pakan yaitu minyak hewani atau minyak nabati,
keduanya telah ditemukan dan bisa digunakan dalam makanan ikan. Kadar lemak
yang mencukupi dalam pakan yaitu 5% untuk kebutuhan ikan nila dan untuk
pertumbuhan yang maksimal memerlukan kadar lemak 12% (Chou dan Shiau,
1996 dalam Tyas 2009).
Menurut Mudjiman (2000), lemak merupakan bahan cadangan energi yang
utama bagi ikan. Cadangan energi ini akan digunakan pada saat ikan kekurangan
10 sumber energi dan sebagai sumber asam lemak. Asam lemak didalam tubuh
dibagi menjadi dua diantaranya asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis
oleh tubuh hewan yang memakannya dan asam lemak non esensial.
3. Karbohidrat
Karbohidrat dalam pakan merupakan sumber energi bagi ikan. Ketidak
tersediaan karbohidrat dan lemak dalam pakan dapat menyebabkan proses
metabolisme dan penggunaan protein tidak efisien sehingga dapat mengganggu
fungsi alat tubuh serta pertumbuhan ikan. Kadar karbohidrat dalam pakan belum
ada batasan, akan tetapi apabila berlebihan akan mengalami gangguan pada
beberapa jenis ikan. selain itu juga kekurangan karbohidrat atau lemak
mengkibatkan kurangnya efisien penggunaan protein dalam pakan
(Suryaningrum, 2012).
Kadar karbohidrat dalam pakan ikan berkisar antara 10-50%. Kemampuan
ikan dalam memanfaatkan karbohidrat bergantung pada enzim pemecah
karbohidrat yang dihasilkan. Kebutuhan ikan akan zat tersebut bermacam-macam
bergantung pada golongan. Ikan karnivora membutuhkan karbohidrat sekitar
12%, sedangkan untuk omnivora dan herbivora membutuhkan karbohidrat hingga
50% dalam pakannya (Masyamsir, 2001).
C.Nitrogen
Nitrogen adalah komponen utama dalam semua asam amino, yang
nantinya dimasukkan ke dalam protein, protein adalah zat yang sangat dibutuhkan
11 nitrogen organik dan anorganik. Nitrogen organik berupa protein, asam amino dan
urea. Sedangkan nitrogen anorganik terdiri atas amonia (NH3), amonium (NH4+),
nitrit (NO2-), nitrat (NO3-) dan molekul nitrogen dalam bentuk gas (N2) (Effendi,
2003).
Sumber utama nitrogen dalam sistem akuakultur adalah pupuk, pakan dan
sel-sel dengan sisa tanaman/hewan mati. Nitrogen yang dihasilkan dari sisa pakan
dalam perairan budidaya berupa pakan buatan. Pakan buatan menjadi satu-satunya
sumber makanan bagi organisme yang dipelihara pada budidaya intensif (Tacon,
1987 dalam Ekasari 2009). Pakan buatan biasanya mengandung protein dengan
kisaran 13-60%, bergantung pada kebutuhan dan stadia organisme yang
dibudidayakan (Avnimelech dan Ritvo, 2003).
Menurut Brune et al.(2003), dalam Ekasari (2009) proses metabolisme
pakan yang dikonsumsi pada tubuh organisme budidaya akan menghasilkan
biomasa serta sisa metabolisme berupa urine dan feses. Protein yang terkandung
dalam pakan akan dicerna oleh ikan hanya berkisar 20-30% dari total nitrogen
dalam pakan yang dimanfaatkan menjadi biomasa ikan.
D.Bioflok
Bioflok berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan floc (flok) adalah
gumpalan. Biofllok merupakan kumpulan dari berbagai macam mikroalga,
bakteri, fungi dan organisme lain yang tersuspensi dengan detritus dalam air
media budidaya (Suryaningrum, 2012). Bioflok tersusun atas berbagai organisme
12 sirkulasi yang membentuk gumpalan yang saling berintegrasi cukup baik dalam
air (Jorand et al., 1995 dalam Ekasari 2009).
Prinsip dasar dalam teknologi bioflok adalah mengubah senyawa organik
dan anorganik menjadi massa endapan berupa “bioflocs” dengan menggunakan
bakteri pembentuk floks. Selain flok bakteri, berbagai jenis organisme lain juga
ditemukan dalam bioflok seperti protozoa dan rotifer (Ekasari, 2009). Menurut
Rangka dan Gunarto (2012), prinsip teknologi bioflok yaitu menumbuhkan
mikroorganisme terutama bakteri heterotrof di air budidaya yang digunakan untuk
menyerap komponen polutan serta ammonia yang ada di air budidaya. Supaya
dapat terbentuk bioflok, rasio C:N yang terdapat dalam perairan budidaya pola
intensif harus >10:1.
Bakteri pembentuk flok dipilih dari bakteri nonpatogen, memiliki
kemampuan mensintesis PHA (Poly Hidroksi Alkanoat), memproduksi enzim
ekstraselular, memproduksi bakteriosin (zat yang dihasilkan bakteri probiotik)
untuk menekan populasi bakteri patogen, mengeluarkan metabolit sekunder yang
menekan pertumbuhan serta menetralkan toksin dari plankton merugikan
(Suryaningrum, 2012).
Pertumbuhan bioflok dalam budidaya dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu biologi, fisika dan kimia. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk
mendorong pembentukan bioflok dalam sistem budidaya diantaranya adalah
pergantian air seminimal mungkin. Volume pergantian air hanya untuk mengganti
penyusutan karena penguapan. Volume pergantian air maksimal 5% per hari
13 Karakteristik bioflok adalah membutuhkan oksigen yang tinggi dan
produksi biomasa bakteri. Oleh karena itu, diperlukan aerasi yang berfungsi untuk
pengadukan serta memastikan bahwa bioflok tetap tersuspensi dalam air dan tidak
mengendap. Oksigen yang diperlukan untuk pengoksidasikan bahan organik
sekitar 4-5 ppm (Suryaningrum, 2012).
Intensitas pengadukan dan kandungan oksigen yang terdapat dalam air
budidaya juga mempengaruhi struktur dan komposisi. Intensitas pengadukan yang
terlalu tinggi dapat mempengaruhi ukuran bioflok sedangkan kandungan oksigen
yang terlalu rendah dapat menyebabkan bioflok cenderung terapung. Kondisi
lingkungan abiotik juga berpengaruh terhadap pembentukan bioflok seperti rasio
C/N, pH, temperatur serta kecepatan pengadukkan (De Scryver et al., 2008).
E. Pertumbuhan
Menurut Effendie (2003), pertumbuhan adalah penambahan ukuran
panjang dan bobot ikan dalam kurun waktu tertentu yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu pakan yang tersedia, ukuran ikan, kepadatan ikan, umur dan
kualitas air. Laju pertumbuhan ikan nila yang dibudidayakan bergantung pada
pengaruh fisika dan kimia perairan serta interaksinya. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan yaitu tingkat kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh manajemen
budidaya yang baik antara lain padat tebar, kualitas pakan, kualitas air, parasit
atau penyakit (Fajar, 1988).
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi: keturunan, umur, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan
14 kuantitas makanan, serta ruang gerak (Gusrina, 2008). Menurut Mudjiman (2000),
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan akan dapat dipercepat jika pakan yang
diberikan memiliki nutrisi yang cukup. Untuk memacu Pertumbuhan, jumlah
nutrisi pada pakan yang dicerna dan diserap oleh ikan lebih besar dari jumlah
yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuhnya.
F. Kualitas Air
Kegiatan budidaya harus memperhatikan kualitas air budidaya karena
kondisi air yang tidak sesuai dengan kondisi optimal maka akan menyebabkan
pertumbuhan terhambat. Beberapa hal yang dapat menurunkan kualitas
lingkungan perairan adalah pencemaran limbah organik, limbah zat kimia pabrik,
serta pestisida dari penyemprotan di sawah dan kebun. Kekeruhan air yang
disebabkan oleh pelumpuran juga mempengaruhi pertumbuhan ikan. Akan tetapi
berbeda dengan kekeruhan air yang disebabkan oleh plankton. Karena plankton
baik untuk makanan ikan nila (Hidayati, 2009).
Pada kegiatan budidaya pemeliharaan kualitas air dapat dilakukan dengan
penyiponan, pergantian air, dan penggunaan filter air. Ikan nila dapat hidup pada
kisaran suhu yang lebar yaitu antara 14-38ºC. Secara alami ikan nila dapat
memijah pada suhu 22-37ºC, namun suhu optimal berkisar antara 25-30ºC.
Kisaran pH antara 5-11 dapat ditoleransi oleh ikan nila, tetapi untuk pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal adalah berkisar antara 7-8 (Arie, 2000).
Konsentrasi oksigen terlarutyang optimum untuk pertumbuhan ikan adalah
5,0 mg/L, namun DO minimum yang harus dipertahankan dalam pemeliharaan
15 mempunyai toleransi yang tinggi terhadap salinitas berkisar 0-35 permil ikan nila.
Amonia merupakan bentuk nitrogen anorganik yang bersifat toksik terhadap
organisme budidaya. Menurut Boyd (1991), konsentrasi NH3 bukan ion pada air
kolam sekitar 0,1-0,3 mg/l. Berpengaruh mematikan dan konsentrasi ammonia
16 II. METODE PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus
2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
B.Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan antara lain : akuarium berukuran 40x30x35 cm
sebanyak 12 buah, aerator, selang aerasi, batu aerasi, pH meter, termometer, DO
meter, timbangan digital, penggaris, ember plastik, imhofcone, scoopnet dan
kertas label. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi gula, air limbah lele,
pellet, ikan nila merah berukuran 3 cm dengan bobot rata-rata 2± 0,4 gram
sebanyak 180 ekor, pelet, dan air.
C.Desain Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL), yang terdiri atas satu kontrol dan tiga perlakuan yang
masing-masing tiga kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Perlakuan A = Kontrol
17 3. Perlakuan C = Rasio C:N 20
4. Perlakuan D = Rasio C:N 25
Model linear yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL)
adalah sebagai berikut :
Yij = µ + τi + ∑ij
Keterangan :
i : Perlakuan A, B, C, D
j : Ulangan 1, 2, dan 3
Yij : Nilai pengamatan dari pemberian bioflok dengan persentase rasio yang
berbeda ke-i terhadap pertumbuhan ikan nila pada ulangan ke-j
µ : Nilai tengah umum
i : Pengaruh pemberian bioflok dengan persentase rasio yang berbeda ke-i
terhadap pertumbuhan ikan nila
∑ij : Pengaruh galat percobaan pada pemberian bioflok dengan persentase
rasio yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan ikan nila merah pada
ulangan ke-j
Adapun penempatan akuarium yang digunakan dalam penelitian sebagai
berikut:
Gambar 3. Penempatan akuarium selama penelitian
18
Wadah pemeliharaan yang digunakan berupa akuarium berukuran
40x30x35 cm. Akuarium terlebih dahulu dibersihkan dengan cara disikat
kemudian dikeringkan selama 24 jam, akuarium diisi air tawar masing-masing
sebanyak 20 liter dan diberi aerasi.
2. Pembuatan Bioflok
Pembuatan bioflok didahului dengan menambahkan 3 gram pakan (pelet)
dan 200 ml air limbah lele kedalam akuarium berisi 10 liter air tawar.
Penambahan air limbah kolam lele diharapkan bakteri yang tersedia pada air
limbah lele lebih cepat membantu dalam pembentukan struktur bioflok.
Selanjutnya ditambahkan 4,8 gram gula pada perlakuan C:N 15 dan 7,56 gram
gula pada perlakuan C:N 20, serta 10,35 gram gula untuk C:N 25. Campuran
tersebut diberi aerasi selama 24‐48 jam. Pembentukan bioflok dilakukan selama
10 hari, jika bioflok sudah terbentuk tambahkan 10 liter air dan ikan dimasukkan
19 3. Persiapan Ikan Uji
Ikan uji yang akan digunakan dalam penelitian adalah ikan nila merah
yang berasal dari Desa Natar dengan bobot 2± 0,4 gram. Ikan uji terlebih dahulu
diaklimatisasi selama 3 hari untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Setiap akuarium dimasukkan ikan uji sebanyak 15 ekor.
4. Pemeliharaan dan Pemberian Pakan
Pemeliharaan ikan nila dilakukan selama 40 hari dengan pemberian pakan
tiga kali sehari pada pukul 08.00 WIB, 13.00 WIB dan 17.00 WIB dengan feeding
rate (FR) 5% bobot tubuh ikan nila per hari. Sampling dilakukan 10 hari sekali
dengan mengukur panjang dan berat ikan nila secara acak.
5. Pengelolaan Kualitas Air
Dalam pemeliharaan kualitas air untuk menjaga bioflok terbentuk yaitu
dengan tanpa ganti air dan penambahan air dilakukan apabila terjadi berkurangnya
volume air akibat penguapan. Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal,
tengah, dan akhir pemeliharaan. Parameter kualitas air yang diamati meliputi
suhu, pH, kadar oksigen terlarut (DO), dan amoniak (NH3).
E.Parameter Penelitian
Selama penelitian berlangsung parameter yang diamati adalah
pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik, kelangsungan hidup, Feed
20 1. Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan berat mutlak adalah selisih berat total tubuh ikan pada akhir
pemeliharaan dan awal pemeliharaan. Perhitungan pertumbuhan berat mutlak
dapat dihitung dengan rumus (Effendi, 2003) :
Wm = Wt – Wo
Keterangan :
Wm : Pertumbuhan berat mutlak (g)
Wt : Bobot rata-rata akhir (g)
Wo : Bobot rata-rata awal (g)
2. Laju pertumbuhan spesifik
Laju pertumbuhan spesifik dihitung dengan menggunakan rumus
(Effendie, 2003) :
SGR = Ln Wt – Ln Wo × 100% t
Keterangan :
SGR : Specific Growth Rate/pertumbuhan berat spesifik
Wt : Berat tubuh rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (gram)
Wo : Berat tubuh rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (gram)
21 3. Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup
dari awal hingga akhir penelitian. Kelangsungan hidup dapat dihitung dengan
rumus (Effendie, 2003) :
Survival Rate = Nt x 100 %
4. Feed Convertion Ratio (FCR)
Feed Convertion Ratio (FCR) adalah perbandingan antara jumlah pakan
yang diberikan dengan daging ikan yang dihasilkan. Menurut Effendi (2003),
FCR dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
FCR =
Wo Wt
F
Keterangan :
FCR : Feed Convertion Ratio
F : Jumlah pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan (kg)
Wt : Biomassa akhir (kg)
22 5. Protein Efficiency Ratio (PER)
Berat tubuh dan nitrogen digunakan sebagai ukuran untuk mutu protein
dimana metode biologi lebih akurat dibanding metode kimia. Menurut Millamena
et al.(2002), perhitungan Protein Efficiency Ratio (PER) adalah sebagai berikut :
PER = penambahan bobot (g) kandungan protein dalam pakan (g)
6. Kualitas Air
Parameter kualitas air yang ukur selama penelitian adalah pH, Suhu, DO
(oksigen terlarut), amoniak (NH3). Parameter diukur setiap 10 hari sekali dimulai
dari awal pemeliharaan.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengamatan akan dianalisis menggunakan uji
normalitas untuk mengetahui apakah sampel yang didapat berdistribusi normal
atau tidak. Analisis dilanjutkan dengan uji homogenitas untuk mengetahui apakah
beberapa varian populasi adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai
prasyarat dalam Anova. Analisis ragam (Anova) digunakan untuk menguji
perbedaan antar perlakuan digunakan pada taraf kepercayaan 95% dan akan
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) jika perlakuan berbeda
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aplikasi bioflok
dengan C:N rasio yang berbeda memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B dengan rasio C:N
15 merupakan perlakuan yang terbaik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai kandungan nutrisi dari bioflok yang menggunakan sumber karbon dari
40 DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., Sjafei, D.S., Rahardjo, M.F. dan Sulistiono. 1992. Ikhtiologi. Departemen Pendidikan dan Kebudidayaan,IPB.
Aiyushirota, 2009. Konsep Budidaya Udang Sistem Heterotroph dengan Bioflok.
Biotechnology Consulting and TradingKomp, Bandung, Jawa Barat. Diambil 18 Februari 2013, dari situs World Wide Web
http://www/aiyushirota.com/wpcontent/uploads/2009/06/bioflocs indonesia
Arie, U. 2000. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya, Jakarta. 128 hal.
Avnimelech, Y. 1999. C/N Ratio As a Control Element in Aquaculture Systems.
Aquaculture, 176: 227-235.
Avnimelech, Y. and Ritvo, G. 2003. Shrimp and fish pond soils: processes and management. Aquaculture, 220: 549-567.
Azim, M. E. and D.C. Little. 2008. The Biofloc Technology (BFT) In Indoor Tanks: Water Quality, Biofloc Composition, and Growth and Welfare of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus).Aquaculture, 283: 29–35.
Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University, Alabama USA, 482 pp.
Boyd, C. E. 1991. Water Quality Management and Aeration in Shrimp Farming. Water Harvesting Project of Auburn University, Alex Bocek Editor p: 5-19.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2009. Produksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Pembesaran di Kolam Air Tenang. BSN (Badan Standardisasi Nasional). SNI 7550:2009. 12 hlm.
41 Crab, R., Avnimelech, Y., Defoird, T., Bossier, P. and Verstrate, W. 2007.
Nitrogen removal Techniques in Aquaculture for Sustainble Production.
Aquaculture, 270: 1-14.
De Schryver, P., Crab, R.,Defoirdt, T., Boon, N. and Verstraete, W., 2008. The Basics of Bio-Flocs Technology: The Added Value for
Aquaculture.Aquaculture, 277: 125–137.
Djarijah, A. S. 1995. Nila Merah, Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif. Kanisius. Yogyakarta: 87.
Durborow, R. M., Crosby and Brunson. 1997. Amonia In Fish Ponds. Southern Regional Aquaculture Centre, SRAC Publication 463.
Effendi. 2003. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 157 hlm.
Ekasari, J. 2009. Teknologi Bioflok: Teori dan Aplikasi dalam Perikanan Budidaya Sistem Intensif. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(2): 117-126.
Fajar, M. 1988. Budidaya Perairan Intensif. Nuffic/ Unibraw/ Luw/ Fish. Fish Project. Universitas Brawijaya Malang.
Gunadi, B. dan Hafsaridewi, R. 2007. Pemanfaatan Limbah Budidaya Ikan Lele (Clarias gariepenus) Insentif dengan Sistem Heterotrofik untuk
Pemeliharaan Ikan Nila. Laporan akhir Kegiatan Riset 2007 sukamandi : Lokal Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar.18 hal.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta. 355 hlm.
Hariadi, B. Agus. H. dan Untung, S. 2005. Evaluasi Efisiensi Pakan dan Efisiensi Protein pada Ikan Karper Rumput (Ctenoharyngodon idella Val.) yang diberi Pakan dengan Kadar Karbohidrat dan Energi yang Berbeda. LIPI. Ichtyos, Vol.4, No. 2, Juli 2005: 87-92.
Haryono. 2001. Pertumbuhan Ikan Nila Gift yang Diberi Pakan dengan Sumber Protein Hewani Berbeda. LIPI, Bengkulu Selatan
Hidayat, R., M. Fuadi. dan D. S. Budi. 2009. Program KreativitasMahasiswa: Akuakultur Berbasis Trophic Level: Pemanfaatan Limbah Budidaya Ikan Lele Clarias sp. oleh Ikan Nila Oreochromis Niloticus Melalui
Penambahan Molase. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 11 hlm.
42 Khairuman dan Amri. K. 2007. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Masyamsir. 2001. Membuat Pakan Ikan Buatan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Millamena, O. M., Relicado M. C. and Felicitas P. P. 2002. Nutrition in Tropical Aquaculture. Southeast Asian Fisheries Development Center. Tigbauan, Iloilo, Philippines
Mudjiman, A. 2000. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta:190.
Novitasari, D. 2008. Optimasi pH dan Salinitas terhadap Pembentukan Bioflok untuk Uji Kualitas Air pada Sistem Akuakultur. Bandung: Program Sarjana Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Padjajaran
Nuraeni, C. 2004. Pengaruh Lemak Patin sebagai Sumber Lemak dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Orechromis niloticus). Skripsi, Institut Pertanian Bogor. 40 hlm.
Purnomo, P. D., 2012. Pengaruh Penambahan Karbohidrat pada Media Pemeliharaan terhadap Produksi Budidaya Intensif Nila (Oreochromis niloticus). Journal of Aquaculture Management and Technology. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Halaman 161-179.
Rangka, A. N. dan Gunarto, 2012. Pengaruh Penumbuhan Bioflokpada Budidaya Udang Vannamei Pola Intensifdi Tambak. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 4, No. 2, November 2012 : 141-149
Retnaningsih, C., Zuheld-Noor, dan Marsono, Y. 2001. Sifat Hipoglisemik Pakan Tinggi Protein Kedelai pada Model Diabetik Induksi Alloxsan. Jurnal Teknol. dan Industri Pangan, Vol. X11, No. 2.
Retnosari, D. 2007. Pengaruh Substitusi Tepung Ikan oleh Tepung Belatung terhadap Pertumbuhan Benih Nila (Oreochromis niloticus)Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan, Universitas Panjadjaran, Jatinangor, Bandung.
Riani, H., Rostika, R. dan Lili, W. 2012. Efek Pengurangan Pakan terhadap Pertumbuhan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) PL – 21 Yang Diberi Bioflok. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 3, No, 3 September 2012:207-211
Sahidir, I. 2011. Teknologi Bioflok: Teori dan Praktek. http/www.bioteknologi- tambak-info.com. diakses 10 Maret 2011
43 Sudjana. 2005. Metode Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung.
Suryaningrum, M. F. 2012. Aplikasi Teknilogi Bioflok pada Pemeliharaan BenihIkan Nila (Oreochromis nilotics). (Tesis). Universitas terbuka. Jakarta.110 hlm.
Tyas, M. K. D. 2009. Penggunaan Meat and Bone Meal (MBM) sebagai Sumber Protein Utama dalam Pakan untuk Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Skripsi, IPB. 44 hlm
Yudhistira, A., Antono, Dwi, R. dan Hendriyanto. 2007. Respon Organisme Akuatik terhadap Variabel Lingkungan (pH, suhu, kekeruhan, dan
detergen). Bogor. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Zakaria, M. W. 2003. Pengaruh Suhu Media yang Berbeda terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Nilem