KINERJA PRODUKSI BENIH IKAN NILA
Oreochromis niloticus
UKURAN 4-5 CM DENGAN
Hydrilla verticillata
SEBAGAI
FITOREMEDIATOR
ZULSUSYANTO
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kinerja Produksi Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus ukuran 4-5 cm dengan Hydrilla verticillata sebagai Fitoremediator” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
ZULSUSYANTO. Kinerja Produksi Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus ukuran 4-5 cm dengan Hydrilla verticillata sebagai Fitoremediator. Dibimbing oleh KUKUH NIRMALA dan DANIEL DJOKOSETIYANTO.
Peningkatan produksi ikan nila (Oreochromis niloticus) dilakukan dengan sistem intensif. Intensifikasi budidaya melalui peningkatan padat penebaran dan laju pemberian pakan yang tinggi berakibat pada menurunnya kualitas air, menghambat pertumbuhan ikan, dan membahayakan kelangsungan hidup ikan. Salah satu upaya untuk menanggulangi masalah tersebut melalui sistem fitoremediasi dengan menggunakan tanaman Hydrilla verticillata. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bobot Hydrilla verticillata yang optimal terhadap kinerja produksi benih ikan nila. Benih ikan nila berukuran panjang rata 4,64±0,1 cm dan bobot rata-rata 1,73±0,06 g dengan padat tebar 3 ekor/L. Ikan nila dipelihara selama 30 hari di dalam akuarium berukuran 493230 cm yang diisi air sebanyak 30 L dengan perlakuan pemberian Hydrilla verticillata sebanyak 25 g, 50 g, dan 75 g serta kontrol (Hydrilla verticillata 0 g). Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan Hydrilla verticillata 75 g memberi hasil yang terbaik terhadap tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak, dan konversi pakan dibandingkan dengan perlakuan lainya.
Kata kunci: Fitoremediasi, Hydrilla verticillata, Oreochromis niloticus
ABSTRACT
ZULSUSYANTO. Performance of Production Tilapia Fry Oreochromis niloticus Size 4-5 cm By Hydrilla verticillata as Phytoremediation. Supervised by KUKUH NIRMALA and DANIEL DJOKOSETIYANTO.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
KINERJA PRODUKSI BENIH IKAN NILA
Oreochromis niloticus
UKURAN 4-5 CM DENGAN
Hydrilla verticillata
SEBAGAI
FITOREMEDIATOR
ZULSUSYANTO
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah “Kinerja Produksi Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus ukuran 4-5 cm dengan Hydrilla verticillata sebagai Fitoremediator”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Halimatussadiah dan Khaidir atas doa, kasih sayang, dukungan, dan motivasinya;
2. Bapak Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc dan Bapak Prof Dr Ir Daniel Djokosetiyanto selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, dan nasehat;
3. Ibu Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi MSi dan Bapak Dr Ir Eddy Supriyono, MSc selaku dosen penguji tamu dan komisi pendidikan departemen atas saran bagi perbaikan skripsi;
4. Dr Ir Sukenda, MSc selaku ketua departemen Budidaya Perairan;
5. Bapak Jajang, Kang Abe, Dessy, Nurul, Rini dan teman teman Malingers atas dukungan, bantuan dan kerjasamanya;
6. Keluarga besar BDP 48 atas bantuan dan kerjasamanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkannya.
Bogor, September 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL………... viii
DAFTAR GAMBAR……….. viii
DAFTAR LAMPIRAN………... viii
PENDAHULUAN……….. 1
Latar Belakang……… 1
Tujuan………. 2
METODE……… 2
Rancangan Penelitian……….. 2
Prosedur Penelitian……….. 2
Persiapan Wadah………..2
Ikan Uji……… 2
Sampling……….. 3
Pengelolaan Kualitas Air………. 3
Parameter Uji………...3
Tingkat Kelangsungan Hidup……….. 3
Laju Pertumbuhan Harian……… 4
Pertumbuhan Panjang Mutlak………. 4
Konversi Pakan……… 4
Keuntungan Usaha……….. 4
Analisis Data………... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 5
Hasil……… 5
Pembahasan………. 9
KESIMPULAN DAN SARAN……….. 13
Kesimpulan………. 13
Saran……… 13
DAFTAR TABEL
1 Alat dan metode pengukuran parameter kualitas air. ... 3
2 Laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, dan konversi pakan ikan nila selama penelitian ... 6
3 Hasil pengamatan kualitas air media pemeliharaan ikan nila selama penelitian ... 7
4 Analisis usaha pendederan ikan nila dalam satu siklus produksi ... 9
DAFTAR GAMBAR
1 Kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian ... 52 Bobot rata-rata ikan nila selama penelitian dengan perlakuan penambahan bobot Hydrilla verticillata yang berbeda. ... 6
3 Panjang rata-rata ikan nila selama penelitian dengan perlakuan penambahan bobot Hydrilla verticillata yang berbeda. ... 7
4 Pengamatan parameter kualitas air ikan nila selama penelitian dengan perlakuan penambahan bobot Hydrilla verticillata yang berbeda. ... 9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Desain wadah pemeliharaan ikan nila menggunakan fitoremediasi tanaman Hydrilla verticillata selama penelitian ... 152 Anova dan hasil uji Duncan kelangsungan hidup ... 16
3 Anova dan hasil uji Duncan laju pertumbuhan harian ... 16
4 Anova dan hasil uji Duncan pertumbuhan panjang mutlak ... 16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas budidaya air tawar yang bernilai ekonomis dan banyak dikembangkan di Indonesia. Ikan nila menjadi komoditas unggulan dikarenakan cepat berkembangbiak, mudah dibudidayakan, tahan terhadap perubahan lingkungan, mampu mencerna makanan secara efisien, memiliki pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap serangan penyakit (Suyanto 2010). Produksi ikan nila mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014), produksi ikan nila pada tahun 2011 sebanyak 567.078 ton, pada tahun 2012 sebanyak 695.063 ton, dan 903.016 ton pada tahun 2013. Peningkatan produksi ikan nila dapat dicapai melalui aplikasi sistem budidaya secara intensif. Intensifikasi budidaya melalui peningkatan padat penebaran dan laju pemberian pakan yang tinggi kepada ikan dapat mengakibatkan penumpukan bahan organik dalam wadah baik dari sisa metabolisme ikan maupun sisa pakan yang terbuang (Djokosetiyanto et al. 2006). Akumulasi bahan organik dapat menyebabkan terjadinya pembentukan senyawa-senyawa yang beracun bagi ikan, sehingga mempercepat penurunan kualitas air seperti berkurangnya oksigen terlarut dan konsentrasi amonia semakin meningkat. Kondisi tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat atau bahkan mengakibatkan kematian. Salah satu solusi untuk mengatasi penurunan kualitas air adalah dengan menerapkan teknologi fitoremediasi.
2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pemanfaatan Hydrilla verticillata sebagai fitoremediator terhadap kinerja produksi benih ikan nila (Oreochromis niloticus) ukuran 4-5 cm dengan kepadatan 3 ekor/L.
METODE
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri atas empat perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbedaan bobot Hydrilla verticillata pada media air bervolume 30 liter. Perlakuan tersebut adalah: Kontrol : Tanpa penambahan Hydrilla verticillata
Perlakuan A : Penambahan Hydrilla verticillata sebesar 25 g bobot basah Perlakuan B : Penambahan Hydrilla verticillata sebesar 50 g bobot basah Perlakuan C : Penambahan Hydrilla verticillata sebesar 75 g bobot basah
Prosedur Penelitian Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan berupa akuarium berukuran 493230 cm sebanyak 12 unit. Akuarium dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran yang menempel dan didesinfeksi dengan cara direndam menggunakan kalium permanganat (KMnO4). Setelah 24 jam, akuarium dibilas menggunakan air bersih
dan dikeringkan. Setelah kering, akuarium diisi air sampai ketinggian 20 cm atau hingga volume 30 L. Selanjutnya dilakukan pemasangan aerasi dan top filter di setiap akuarium (Lampiran 1). Filter yang digunakan adalah kapas sebagai filter fisik dan zeolit 500 g sebagai filterkimia dan biologi.
Ikan Uji
3 Pemberian Pakan
Selama 30 hari pemeliharaan, ikan nila diberi pakan berupa pakan komersil dengan kandungan protein 37–38%. Pakan diberikan dengan feeding rate 5% dari biomassa ikan setiap akuarium. Pemberian pakan dilakukan setiap tiga kali sehari yaitu pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB.
Sampling
Kegiatan sampling panjang dan bobot dilakukan setiap tujuh hari sekali dengan jumlah sampel ikan sebanyak 30 ekor setiap akuarium. Alat yang digunakan dalam sampling panjang yaitu penggaris dengan ketelitian 0,1 cm dan alat yang digunakan dalam sampling bobot yaitu timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g. Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air selama pemeliharaan dilakukan dengan cara penyiponan kotoran dan pergantian air setiap satu minggu sekali setelah pengukuran kualitas air. Pergantian air dilakukan sebanyak 30% dari volume awal. Serta dilakukan pembersihan kotoran yang menempel pada tanaman setiap seminggu sekali agar proses fitoremediasi tanaman Hydrilla verticillata berjalan dengan baik. Pengamatan parameter kualitas air dilakukan setiap seminggu sekali sebelum pergantian air. Parameter kualitas air yang diamati selama penelitian meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, amonia, nitrit, nitrat, fosfat, bahan organik total, dan kekeruhan. Alat dan metode yang digunakan untuk mengukur kualitas air disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Alat dan metode pengukuran parameter kualitas air.
Parameter Satuan Metode/alat ukur
Suhu oC Termometer digital
Oksigen terlarut mg/L DO-meter
pH Unit pH-meter
Amonia mg/L Spektrofotometer
Nitrit mg/L Spektrofotometer
Nitrat mg/L Spektrofotometer
Fosfat mg/L Spektrofotometer
Bahan organik total mg/L Titrimetri
Kekeruhan NTU Turbidimeter
Parameter Uji Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup (TKH) merupakan persentase jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. TKH dihitung berdasarkan persamaan (Effendie 1979).
TKH (%) = ∑total ikan akhir (ekor)
4
Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian (LPH) merupakan persentase dari selisih berat akhir dan berat awal ikan dibagi dengan lamanya waktu pemeliharaan (Handajani dan Widodo 2010).
LPH % = In Wt − In Wot x Keterangan:
LPH = Laju pertumbuhan harian (%/hari)
Wt = Bobot rata-rata ikan pada waktu ke-t pemeliharaan (g/ekor) Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (g/ekor) t = Waktu pemeliharaan (hari)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak merupakan perubahan panjang rata-rata individu pada tiap perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan. Pengukuran panjang mutlak menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Effendi (1979) yaitu.
Pm = Lt − Lo Keterangan:
Pm = Pertumbuhan mutlak ikan (cm)
Ĺt = Panjang rata-rata akhir ikan (cm)
Ĺ0 = Panjang rata-rata awal ikan (cm)
Konversi Pakan
Nilai konversi pakan (KP) merupakan jumlah pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan untuk menghasilkan satu kg daging. KP dihitung dengan menggunakan rumus (Handajani dan Widodo 2010).
KP = [ Bt + Bm − Bo]x F Keterangan:
F =Jumlah pakan (g)
Bt =Biomassa ikan pada waktu ke-t pemeliharaan (g) Bm =Biomassa ikan mati (g)
Bo =Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g) Keuntungan Usaha
Keuntungan usaha diperoleh berdasarkan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan selama masa pemeliharaan. Total penerimaan bergantung pada jumlah ikan dan harga produk yang dijual. Total penerimaan dapat dihitung menggunakan rumus (Nurmalina et al. 2010):
TR = Q x P Keterangan:
TR = Total penerimaan (Rp)
Q = Jumlah ikan yang dijual (Ekor) P = Harga (Rp/ekor)
5
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2013 dan SPSS versi 20. Uji lanjut yang digunakan untuk melihat perbedaan pada tiap perlakuan adalah uji Duncan. Parameter yang dianalisis secara statistik kuantitatif adalah tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, dan konversi pakan. Parameter uji yang dianalisis secara deskriptif adalah parameter kualitas air dan perhitungan keuntungan usaha.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil pengamatan kelangsungan hidup ikan nila menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Nilai kelangsungan hidup ikan nila pada perlakuan bobot Hydrilla verticillata 25 g, 50 g, dan 75 g serta kontrol berturut-turut adalah 71,5±7,56%, 68,5±2,3%, 78,1±3,9%, dan 57,8±5,77% tersaji pada Gambar 1.
Keterangan : Nilai yang tertera pada ujung grafik merupakan rata-rata± standar deviasi dan huruf di belakang standar deviasi yang berbeda menunjukan perbedaan nyata (P<0,05) (Lampiran 2)
Gambar 1 Kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian
Kinerja pertumbuhan ikan nila terdiri atas laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, dan konversi pakan selama 30 hari masa pemeliharaan dicantumkan pada Tabel 2. Pengamatan laju pertumbuhan harian menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara perlakuan penambahan Hydrilla
6
verticillata sebanyak 75 g dan kontrol. Pertumbuhan panjang mutlak tidak berbeda nyata antara perlakuan namun pada perlakuan penambahan Hydrilla verticillata sebanyak 75 g lebih baik dari perlakuan lainnya. Nilai konsumsi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol sebesar 2,34±0,23 dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Tabel 2 Laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, dan konversi pakan ikan nila selama penelitian
Parameter Perlakuan penambahan bobot Hydrilla verticillata (g)
0 25 50 75
LPH1) (%) 2,42±0,20b 2,75±0,12ab 2,82±0,32ab 3,08±0,18a PM2) (cm) 1,76±0,44a 2,13±0,16a 2,29±0,24a 2,30±0,14a KP3) 2,34±0,23b 1,59±0,12a 1,64±0,22a 1,29±0,15a
Keterangan: Nilai yang tertera merupakan rata-rata ± standar deviasi dan huruf standar deviasi yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) (Lampiran 3,4,dan 5).
1)Laju pertumbuhan harian (LPH), 2)Pertumbuhan panjang mutlak (PM), 3)Konversi pakan (KP)
Gambar 2 menunjukkan pertambahan bobot rata-rata ikan nila yang dipelihara selama 30 hari. Pada akhir penelitian nilai rata-rata bobot tubuh ikan berkisar antara 4,63–5,59 g.
Gambar 2 Bobot rata-rata ikan nila selama penelitian dengan perlakuan penambahan bobot Hydrilla verticillata yang berbeda.
7
Gambar 3 Panjang rata-rata ikan nila selama penelitian dengan perlakuan penambahan bobot Hydrilla verticillata yang berbeda.
Kualitas Air
Hasil pengamatan parameter kualitas air pada media pemeliharaan ikan nila selama penelitian disajikan pada Tabel 3. Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), pH, amonia, nitrit, nitrat, fosfat, bahan organik total (BOT), dan kekeruhan.
Tabel 3 Hasil pengamatan kualitas air media pemeliharaan ikan nila selama penelitian
Parameter Perlakuan Bobot Hydrilla verticillata (g)
0 25 50 75
Parameter suhu selama penelitian cenderung stabil berkisar antara 26,7– 27,4oC. Nilai kekeruhan berkisar antara 2,3–30,7 NTU dan cenderung meningkat
8
2,12 mg/L. Konsentrasi fosfat berkisar antara 0,40–2,09 mg/L dan cenderung meningkat hingga pengukuran hari ke-22. Konsentrasi bahan organik total berkisar antara 23,55–140,3 mg/L dan cenderung meningkat sampai akhir penelitian.
9
(i)
─○─
0 g─
□
─
25 g─
Δ
─
50 g─
◊
─
75 gGambar 4 Pengamatan parameter kualitas air ikan nila selama penelitian dengan perlakuan penambahan bobot Hydrilla verticillata yang berbeda. (a) suhu, (b) oksigen terlarut, (c) bahan organik total, (d) amonia, (e) nitrit, (f) fosfat, (g) nitrat, (h) pH, (i) kekeruhan.
Keuntungan Usaha
Keuntungan usaha dihitung menggunakan asumsi jumlah akuarium 100 unit, tiap akuarium berisi 90 ekor benih, harga benih ukuran 3–5 cm Rp 150,00 dan harga jual saat panen Rp. 300,00 serta harga pakan Rp. 8.000/kg. Tabel 3 menunjukkan hasil perhitungan analisis usaha pendederan ikan nila. Keuntungan tertinggi didapat pada perlakuan tanaman Hydrilla verticillata 75 g sebesar Rp 613.102,-.
Tabel 4 Analisis usaha pendederan ikan nila dalam satu siklus produksi parameter
satuan
Perlakuan bobot Hydrilla verticillata (g)
0 25 50 75 Total Pemasukan Rp 1.566.000 1.944.000 1.863.000 2.106.000 Total pengeluaran Rp 1.473.869 1.488.414 1.487.222 1.492.897
Keuntungan Rp 92.130 455.585 375.777 613.102
Selisih Rp 363.455 283.647 520.972
Pembahasan
Pemanfaatan tanaman Hydrilla verticillata sebagai fitoremediator untuk memperbaiki kualitas air pada media budidaya berpengaruh terhadap kinerja produksi ikan nila selama penelitian. Kelangsungan hidup ikan pada akhir penelitian dengan perlakuan penambahan bobot Hydrilla verticillata berkisar antara
10
68,52 – 78,15%, sedangkan pada perlakuan kontrol sebesar 57,78%. Hal ini menunjukkan tanaman Hydrilla verticillata berpengaruh dalam meningkatkan kelangsungan hidup ikan nila. Nilai kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Abdel dan Tawwab (2012) dengan padat penebaran 0,3 ekor/Lyaitu berkisar antara 93,3–96,7%. Menurut Nugroho (2013), kepadatan yang tinggi mengakibatkan naiknya konsentrasi amonia dan menurunkan kualitas air. Penurunan kualitas air merupakan tekanan lingkungan yang menyebabkan ikan stres, daya tahan tubuh ikan menurun, dan menyebabkan kematian.
Penyebab kematian ikan selama penelitian diduga akibat penurunan kualitas air seperti konsentrasi nitrit yang tinggi selama penelitian. Menurut Boyd (1990), ketika nitrit diserap dan masuk ke dalam pembuluh darah ikan, nitrit dapat bereaksi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin yang dapat menyebabkan brown blood disease. Methemoglobin tidak efektif sebagai pembawa oksigen dan nitrit terus menerus masuk ke dalam pembuluh darah ikan, sehingga dapat menimbulkan hypoxia dan cyanosis pada ikan.
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran baik bobot maupun panjang dalam satuan waktu (Effendi 1997). Pemanfaatan tanaman Hydrilla verticillata sebagai fitoremediator diakhir penelitian menghasilkan laju pertumbuhan bobot harian dan panjang mutlak lebih baik dibandingkan kontrol. Perlakuan Hydrilla verticillata 75 g menghasilkan laju pertumbuhan bobot harian dan pertumbuhan panjang mutlak yang terbaik sebesar 3,08% dan 2,3 cm. Perlakuan kontrol menghasilkan laju pertumbuhan harian dan pertumbuhan panjang mutlak ikan nila sebesar 2,42% dan 1,76 cm. Laju pertumbuhan ikan nila pada perlakuan Hydrilla verticiillata lebih tinggi dibandingkan kontrol menandakan bahwa ikan nafsu makan dan dapat memanfaatkan makanan dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah makanan. Pemberian makanan yang maksimum dapat meningkatkan pertumbuhan ikan (Handajani dan Widodo 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio konversi pakan dengan nilai terbaik pada perlakuan Hydrilla verticillata 75 g sebesar 1,29% dan pada kontrol sebesar 2,34%. Konversi pakan pada perlakuan kontrol menunjukkan makanan yang diberikan kurang efisien sehingga pertumbuhan ikan lambat. Hal ini diduga karena perbedaan kualitas air antara perlakuan Hydrilla verticillata dan kontrol selama penelitian. Tanaman Hydrilla verticillata dapat memanfaatkan limbah budidaya yang berasal dari hasil metabolisme atau sisa pakan sehingga dapat memperbaiki kualitas air. Menurut Effendi (1979), beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah jumlah ikan, sumber makanan yang tersedia, dan kualitas air. Penurunan kualitas air dapat mempengaruhi nafsu makan ikan (Effendi et al. 2008). Saat nafsu makan berkurang, ikan tidak dapat memanfaatkan pakan yang diberikan dengan baik. Sehingga nutrisi yang terdapat pada pakan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh ikan. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya nilai konversi pakan dan menurunkan laju pertumbuhan.
11 didapatkan. Tabel 4 menunjukkan bahwa penambahan Hydrilla verticillata sebanyak 75 g menghasilkan keuntungan sebesar Rp 613.102,-./siklus, sedangkan pada perlakuan tanpa penambahan Hydrilla verticillata sebesar Rp 92.130,-./siklus. Hal ini menunjukkan bahwa media pemeliharaan dengan Hydrilla verticillata memberi keuntungan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Aspek penting dalam pemanfaatan Hydrilla verticillata di media budidaya ikan adalah perbaikan kualitas air. Bahan organik dan anorganik yang berasal dari metabolisme ikan dan sisa pakan yang tidak termakan menyebabkan pembentukan senyawa-senyawa beracun bagi ikan seperti amonia dan nitrit. Pemanfaatan Hydrilla verticillata sebagai filter biologis dapat merubah bentuk nitrogen anorganik yang berbahaya bagi ikan (amonia dan nitrit) menjadi bentuk yang tidak berbahaya bagi ikan (nitrat). Tanaman Hydrilla verticillata menjadi substrat sebagai tempat penempelan bakteri sehingga proses nitrifikasi berjalan dengan baik. Bakteri nitrifikasi memanfaatkan amonia dan nitrit sebagai bahan makanannya yang menghasilkan produk akhir berupa nitrat (Djokosetiyanto et al. 2006). Selanjutnya nitrat dimanfaatkan tanaman akuatik berupa Hydrilla verticillata sebagai sumber hara untuk pertumbuhannya. Penyerapan unsur-unsur hara oleh Hydrilla verticillata diduga dilakukan oleh bulu-bulu akar yang membentuk lapisan biofilm dan bagian tubuh lainnya seperti daun. Penelitian Sumiyati et al. (2009), menyatakan bahwa akar tanamanan Hydrilla verticillata efektif menyerapkan logam Cu. Mikroorganisme yang terdapat pada bagian akar dapat berperan penyediaan unsur hara bagi tanaman.
Hasil pengamatan kualitas air diperoleh bahwa suhu pada saat pemeliharaan cenderung stabil yaitu berkisar antara 26,7–27,40C. Hal ini menunjukkan bahwa suhu selama pemeliharaan berada dikisaran optimal pemeliharaan ikan nila karena masih dikisaran 23–300C (BSN 2009).
Kandungan oksigen terlarut pada awal penelitian relatif cukup tinggi untuk semua perlakuan berkisar antara 5,77–6,13 mg/L dan cenderung menurun hingga akhir penelitian berkisar antara 3,63–4,33 mg/L. Nilai ini dikatakan kurang layak untuk pemeliharaan ikan nila karena masih dibawah 5,0 mg/L (BSN 2009). Rata-rata kandungan oksigen terlarut di media pemeliharaan ikan nila pada perlakuan tanaman Hydrilla verticillata lebih tinggi dibandingkan kontrol. Hal ini diduga tanaman Hydrilla verticillata efektif meningkatkan konsentrasi oksigen dalam air melalui proses fotosintesis. Hydrilla verticillata termasuk tanaman yang seluruh bagian tubuhnya tenggelam dalam air. Hasil fotosintesis tanaman ini yang berupa oksigen dilepaskan langsung ke dalam perairan, sehingga konsentrasi oksigen terlarut meningkat. Menurut Puspitaningrum et al. (2012), Hydrilla verticillata dapat memproduksi oksigen 0,26 mg/L dalam waktu satu jam.
Nilai pH pada awal pemeliharaan berkisar antara 7,76–7,83 dan cenderung menurun hingga akhir penelitian berkisar antara 5,46–6,02. Menurut Badan Standar Nasional (2009), ikan nila tumbuh dengan baik pada kisaran pH 6,5–8,5. Nilai pH selama penelitian dikatakan kurang optimum untuk pemeliharaan ikan nila, karena nilai pH diakhir pemeliharaan cenderung menurun dibawah kisaran optimal untuk pemeliharaan ikan nila. Nilai pH memegang peran penting dalam budidaya ikan karena berhubungan dengan kemampuan untuk hidup, tumbuh, dan reproduksi. Nilai pH berpengaruh terhadap konsentrasi amonia di perairan. Menurut Boyd (1990), amonia yang tidak terionisasi (NH3) berada dalam kesetimbangan ion
12
pH, konsentrasi amonia semakin menurun sedangkan konsentrasi amonium semakin meningkat. Reaksi kesetimbangan antara NH3 dan NH4 sebagai berikut:
NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH–
Konsentrasi amonia pada awal penelitian berkisar antara 0,0354–0,0788 mg/L dan cenderung menurun hingga akhir penelitian berkisar antara 0,0006– 0,0053 mg/L. Hal ini diduga pada awal penelitian proses nitrifikasi belum berlangsung secara optimal sehingga menyebabkan konsentrasi amonia meningkat. Secara umum pada semua perlakuan konsentrasi amonia yang terukur cenderung menurun setiap minggunya. Menurut Putra (2010), pemberian zeolit sebagai medium filter pada pemeliharaan ikan nila dalam sistem resirkulasi dapat menurunkan konsentrasi amonia. Hal ini dikarenakan zeolit mempunyai kemampuan cukup besar dalam mengikat amonia yang mengakibatkan konsentrasi amonia pada media pemeliharaan berkurang.
Hasil pengamatan konsentrasi nitrit dalam media budidaya cenderung meningkat pada semua perlakuan khusus pada pemeliharaan hari ke-8. Peningkatan nilai nitrit selama penelitian menunjukkan adanya aktivitas bakteri nitrifikasi namun proses nitrifikasi terjadi secara lambat. Hal ini diduga menurunnya kandungan oksigen terlarut selama penelitian. Oksigen terlarut di media penelitian cukup untuk mengubah amonia menjadi nitrit tapi relatif kurang untuk mengubah nitrit menjadi nitrat sehingga terjadi peningkatan nitrit. Konsentrasi nitrit pada perlakuan Hydrilla verticillata cenderung lebih rendah dibandingkan kontrol. Hal ini diduga tanaman Hydrilla verticillata menjadi substrat biofilter tempat penempelan bakteri sehingga proses nitrifikasi berjalan dengan baik. Menurut Joseph et al. (1993), konsentrasi nitrit yang baik untuk budidaya harus kurang dari 0,1 mg/L. Nilai nitrit selama penelitian dikatakan kurang optimum untuk pemeliharaan ikan nila, karena nilai nitrit selama penelitian cenderung diatas kisaran optimal untuk pemeliharaan ikan nila. Nilai nitrit yang tinggi selama penelitian berpengaruh negatif terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan selama penelitian.
Konsentrasi nitrat selama penelitian berkisar antara 0,44–2,12 mg/L. Menurut Tatanggidatu (2013), nilai nitrat yang didapat masih dalam kisaran optimal untuk pemeliharaan ikan air tawar. Secara keseluruhan, nilai nitrat pada perlakuan Hydrilla verticillata lebih rendah dibandingkan kontrol. Pada awal penelitian, Hydrilla verticillata lebih banyak memanfaatkan nitrat sehingga nilai nitrat yang didapat cenderung menurun hingga pemeliharaan hari ke-22. Hal ini diduga tanaman Hydrilla verticillata memanfaatkan nitrat dari wadah pemeliharaan sebagai nutrisi untuk mendukung pertumbuhannya.
Konsentrasi fosfat selama penelitian berkisar antara 0,40–2,09 mg/L. Menurut UNESCO (1992), nilai fosfat yang didapat berada diluar kisaran kadar fosfat di perairan alami. Nilai fosfat yang didapat cenderung meningkat hingga pemeliharaan hari ke-22. Pada akhir penelitian nilai fosfat yang didapat pada perlakuan Hydrilla verticillata mengalami penurunan karena fosfat dimanfaatkan oleh Hydrilla verticillata sebagai sumber nutrien untuk pertumbuhannya. Fosfat merupakan salah satu nutrisi penting bagi tanaman yang berperan untuk pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah (Purwaningsih 2009)..
13 23,55–32,44 mg/L dan cenderung meningkat hingga akhir penelitian berkisar antara 109,55–140,30 mg/L. Peningkatan konsentrasi BOT mempengaruhi nilai kekeruhan. Nilai kekeruhan selama pemeliharaan berkisar antara 2,3–30,7 NTU. Menurut Lloyd (1985), nilai rata-rata kekeruhan optimal untuk pemeliharaan ikan nila dibawah 25 NTU.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penambahan Hydrilla verticillata dengan bobot 75 g memberi hasil yang terbaik terhadap peningkatan kinerja produksi benih ikan nila dibanding dengan perlakuan yang lain dan kontrol.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan fitoremediator tanaman Hydrilla verticillata yang dikombinasi dengan tanaman lainya yang memiliki perakaran yang banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdel M, Tawwab. 2012. Effects of diatary protein level and rearing density on growth performance and stress response of Nile tilapia, (Oreochromis niloticus). International Aquatic Research 4:1-13.
Artiyani A. 2011. Penurunan kadar N-Total dan P-Total pada limbah cairan tahu dengan metode fitoremediasi aliran Batch dan kontinyu menggunakan tanaman Hydrilla verticillata. Jurnal Spectra 9: 9-14.
[BSN] Badan Standar Nasional. 2009. Produksi induk ikan nila (Oreochromis niloticus). Kelas induk pokok. Jakarta (ID): BSN.
Boyd CE. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama (US): Auburn University Agriculture Eksperiment Station.
Djokosetiyanto D, Sunarman A, Widanarni. 2006. Perubahan ammonia (NH3-N),
nitrit (NO2-N), dan nitrat (NO3-N) pada media pemeliharaan ikan nila merah
Oreochromis sp. di dalam sistem resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia 5: 13-20.
Effendi I, Ratih TD, Kadarini T. 2008. Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan balakshark (Balantiocheilus melanopterus Blkr) di dalam sistem resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia 7: 189-197.
Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. Effendie MI.1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
14
Handajani H, Widodo W. 2010. Nutrisi Ikan. Malang: UMM Press.
Joseph K, Richard W, Daniel E. 1993. An introduction to water chemistry in freshwater aquacuture. Northeastern Regional Aquaculture center. Dartmouth (US): Universitas Massachusetts.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Kelautan dan Perikanan dalam Angka Tahun 2014. Jakarta (ID): KKP.
Lloyd DS. 1985. Turbidity in Freshwater Habitats of Alaska. A Review of Published and Unpublished Literature Relevant to the use of Turbidity as a water Quality Standard. Juneau, Alaska: Alaska Departement of Fish and Game Habitat Division.hlm 3-4.
Nugroho A, Arini E, Eifitasari T. 2013. Pengaruh kepadatan yang berbeda terhadap kelulusan hidupan dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada sistem resirkulasi dengan filter arang. Journal of Aquaculture Management and Technology 2: 95-100.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press.
Purwaningsih, IS. 2009. Pengaruh penambahan nutrisi terhadap efektivitas fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) terhadap limbah orto-klorofenol. Jurnal Rekayasa Proses 3: 5-9.
Puspitaningrum M, Izzati M, Haryanti S. 2012. Produksi dan konsumsi oksigen terlarut oleh beberapa tumbuhan air. Buletin Anatomi dan Fisiologi 20: 47-55. Putra I. 2010. Efektifitas penyerapan nitrogen dengan medium filter berbeda pada
pemeliharaan ikan nila Oreochromis niloticus dalam sistem resirkulasi. [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Sumiyati S, Handayani DS, Hartanto W. 2009. Pemanfaatan hydrilla (Hydrilla verticillata) untuk menurunkan logam tembaga (Cu) dalam limbah elektroplating studi kasus: industri kerajinan perak Kelurahan Citran, Kotagede. Jurnal Presipitasi 7: 23-26.
Suyanto R. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Tatangidatu F, Kalesaren O, Rompas R. Studi parameter fisika kimia air pada areal budidaya ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. Budidaya Perairan 1: 8-19
UNESCO. 1992. Water Quality Assesment. Edited by Chapman, D. Chapman and Hall Ltd. London (GB): hlm 92-97.
15 Lampiran 1 Desain wadah pemeliharaan ikan nila menggunakan fitoremediasi
tanaman Hydrilla verticillata selama penelitian
16
Lampiran 2 Anova dan hasil uji Duncan kelangsungan hidup Anova
Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan. Lampiran 3 Anova dan hasil uji Duncan laju pertumbuhan harian
Anova
Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan. Lampiran 4 Anova dan hasil uji Duncan pertumbuhan panjang mutlak
Anova
17 Lampiran 5 Anova dan hasil uji Duncan konversi pakan
Anova
Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas
Kuadrat
Tengah Nilai F Nilai P Perlakuan 1,786 3 0,595 17,022 0,001 Sisa 0,280 8 0,035
Total 2,065 11
Uji Duncan
Perlakuan N α = 0,05 a b
0 g 3 2,3440
25 g 3 1,5836 50 g 3 1,6353 75 g 3 1,2947
Sig, 0,065 1,000
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Riau pada tanggal 25 Mei 1993, merupakan anak ke-6 dari enam bersaudara ( Arifai, Arjab, Azumar, Jefri Lianda, dan Nanang Erizon) dari keluarga Bapak Khaidir dan Ibu Halimatussadiah. Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis yaitu SD Negeri 1 Siak Kecil, SMP Negeri 1 Siak Kecil, dan SMA Negeri 1 Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, Riau. Pada tahun 2011, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Undangan Daerah (BUD) pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama menjalani masa kuliah, penulis pernah menjadi asisten Manajemen Kualitas Air pada tahun ajaran 2014/2015 dan Fisika Kimia Perairan pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan Praktikum Lapang Akuakultur (PLA) di Balai Perikanan Budidaya Laut Batam dengan komoditas bawal bintang (Trachinotus blochii). Penulis juga aktif dalam kepengurusan Rumpun Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Bengkalis (RKPMB) pada tahun 2012/2013 sebagai ketua. Tugas akhir dalam pendidikan perguruan tinggi
diselesaikan dengan menulis skripsi berjudul “ Kinerja Produksi Benih Ikan Nila
Oreochromis niloticus ukuran 4-5 cm dengan Memanfaatkan Hydrilla verticilata
sebagai Fitoremediator” dibawah bimbingan Bapak Dr Ir Kukuh Nirmala, Msc dan