• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014

ISSN: 2302-3600

© e-JRTBP Volume 2 No 2 Februari 2014

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI

PAKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Nani Septiani*†, Henni Wijayanti Maharani‡ dan Supono‡

ABSTRAK

Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan air tawar yang mudah dibudidayakan secara intensif. Limbah dari budidaya lele dumbo dapat berdampak pada penurunan kualitas air tetapi dapat digunakan sebagai sumber media tumbuh organisme yang bermanfaat sebagai pakan alami ikan. Teknologi bioflok merupakan salah satu alternatif dalam efisiensi pakan dan penyangga kualitas air dalam akuakultur yang diadaptasi dari teknik pengolahan limbah domestik secara konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penambahan bioflok sebagai pakan alami dari limbah budidaya lele dumbo terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup nila (Oreochromis niloticus). Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap, dengan empat perlakuan (penambahan bioflok sebanyak 0, 5, 10 dan 15 ml/l) dan tiga kali ulangan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan benih nila berukuran 2-3 cm yang dipelihara dengan akuarium berukuran 40 x 30 x 30 cm. Parameter dalam penelitian meliputi suhu, pH, amonia, laju pertumbuhan harian dan kelangsungan hidup. Hasil penelitian menunjukan penambahan bioflok tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup nila. Kisaran laju pertumbuhan nila 0,21- 0,24 g/hari dan tingkat kelangsungan hidup nila 57-88%. Hasil pengukuran parameter kualitas air untuk suhu pagi berkisar 26– 27oC sedangkan pada sore hari berkisar 27- 28oC, pH relatif stabil pada kisaran 6, sedangkan kandungan amonia terjadi peningkatan pada akhir penelitian pada setiap perlakuan.

Kata kunci : limbah budidaya ikan, bioflok, pertumbuhan, rasio C/N, kualitas air

*

Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung, Jl. Soemantri Brojonegoro Gedong Meneng No. 1 Bandar Lampung 35145

Email: septianinani89@gmail.com

(2)

© e-JRTBP Volume 2 No 2 Februari 2014 Pendahuluan

Salah satu permasalahan dalam budidaya intensif adalah air buangan budidaya yang berdampak pada penurunan kualitas perairan di lingkungan sekitar lokasi budidaya, karena akumulasi bahan organik dari sisa pakan maupun feses (Darmawan, 2010). Air buangan budidaya lele dumbo banyak memiliki kandungan N dan NH3 (amonia) sebagai hasil perombakan protein dan asam amino dari sisa pakan dan feses.

Teknologi bioflok merupakan salah satu alternatif mengatasi masalah kualitas air dalam akuakultur yang diadaptasi dari teknik pengolahan limbah domestik secara konvensional (Ekasari, 2008). Bioflok merupakan atau activated sludge (lumpur aktif) yang diadopsi dari proses pengolahan biologis air limbah (biological wastewater treatment), yaitu pemanfaatan bakteri pembentuk flok (flocs forming bacteria) untuk pengolahan limbah dengan meningkatkan C/N. Salah satu bakteri yang dapat membentuk bioflok adalah genera Bacillus (Aiyushirota, 2009). Kadar protein bioflok berkisar antara 37-38%, sehingga berpotensi sebagai sumber pakan alami dan pakan alternatif bagi ikan (Purnomo, 2012). Salah satu ikan yang dapat memanfaatkan bioflok adalah nila (Oreochromis niloticus), karena dihabitat aslinya dapat memanfaatkan plankton dan perifiton (Ghufran, 2010). Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh penambahan bioflok dari air buangan budidaya lele dumbo terhadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup nila.

Bahan dan Metode

Bahan yang digunakan adalah nila berukuran panjang total 2-3 cm dengan berat total 1-1,5 gr, gula pasir sebagai sumber karbon dan air buangan budidaya lele dumbo. Sedangkan peralatan yang digunakan terdiri dari akuarium ukuran 40 x 30 x 35 cm termometer, DO meter, pH meter dan timbangan digital.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan pemberian jumlah bioflok yang berbeda ( 0, 5, 10 dan 15 ml/l) sebagai perlakuan dan tiga kali ulangan. Pembuatan bioflok dilakukan dengan memasukkan 25 liter air buangan budidaya lele dumbo ke dalam akuarium ukuran 60 x 40 x40 cm, kemudian ditambahkan gula pasir sebanyak 5,36 g untuk setiap liter air buangan lele dumbo hingga C/N menjadi 15 kemudian diaerasi kuat, penambahan gula pasir dilakukan setiap 5 hari. Setiap akuarium diisi 15 ekor benih ikan nila dan ditambahkan bioflok sesuai perlakuan dan dipelihara selama 40 hari. Pengukuran kepadatan bioflok setiap 3 hari, jika kepadatan bioflok meningkat dari jumlah yang ditentukan maka dilakukan pengenceran mengikuti rumus sebagai berikut:

Y = xV M

A

D

Keterangan :

Y = Volume bioflok yang diinginkan (liter)

D = Kepadatan bioflok yang diinginkan (ml/l)

(3)

© e-JRTBP Volume 2 No 2 Februari 2014 M = Kepadatan bioflok dalam media

produksi bioflok (ml/l)

V = Volume wadah pemeliharaan larva (liter)

Benih inila diberi pakan sebanyak 3 kali/hari pada pukul 09.00, 13.00 dan 16.00 dengan feeding rate 5%. enyiponan dan penggantian sebanyak 30 % dilakukan pada kontrol jika media pemeliharaan terlihat mulai kotor.

Parameter kualitas air yang diukur meliputi amonia, suhu dan pH yang dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Pengukuran pertumbuhan dan kelansungan hidup dilakukan setiap sepuluh hari. Data dianalisa dengan analisis sidik ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Uji lanjut Duncan dilakukan jika terdapat perbedaan antar perlakuan.

Hasil dan Pembahasan

Suhu media pemeliharaan pada pagi berkisar 26- 27oC sedangkan pada sore hari berkisar 27-280C, pH relatif stabil

pada kisaran 6, sedangkan kandungan amonia terjadi peningkatan pada akhir penelitian pada setiap perlakuan (Tabel 1).

Tabel 1. Kualitas air pada saat penelitian

Parameter Perlakuan Kisaran Optimal*

A B C D

Suhu (oC) 26-28 26-28 26-28 26-28 25-33

pH 6 6 6 6 7-8

NH3(mg/l)

Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir

0,19 0,65 0,19 0,83 0,09 1,11 0,09 0,93 0 -0,08

*Dirjen Perikanan (1991)

Hasil pengamatan pertumbuhan mutlak berdasarkan berat rata-rata nila selama penelitian dari yang tertinggi sampai terendah adalah: 9,5 ; 8,8 dan 8,5 gr. Hasil analisis ragam dengan uji F (α=0,05) pada selang kepercayaan 95% menunjukan bahwa penambahan bioflok tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan mutlak nila (Gambar 1). Laju pertumbuhan benih ikan nila hitam selama penelitian dari yang tertinggi sampai terendah adalah sebagai berikut: 0,24; 0,22; dan 0,21 g/hari ( Gambar 2). Hasil penelitian laju pertumbuhan selama 40 hari menunjukan bahwa nila pada penambahan 0 ml bioflok dan 5 ml bioflok mengalami peningkatan

(4)

© e-JRTBP Volume 2 No 2 Februari 2014 kelangsungan hidup nila terendah yaitu

57% dengan penambahan bioflok sebesar 10 ml. Sedangkan tingkat kelangsungan hidup nila tertinggi yaitu 88 % dengan penambahan bioflok sebesar 5 ml (Gambar 4). Kematian ikan pada setiap perlakuan mulai terjadi hari

ke-11 setelah ikan ditebar. Dari hasil analisis ragam dengan uji F (α=0,05) pada selang kepercayaan 95% menunjukan bahwa penambahan bioflok tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup nila.

Gambar 1. Pertumbuhan mutlak nila (Oreochromis niloticus) selama penelitian. Huruf superscript yang sama menunjukkan tidak beda nyata.

Gambar 2. Laju pertumbuhan harian nila (Oreochromis niloticus) selama

penelitian. Huruf superscript yang sama menunjukkan tidak beda nyata.

8,8±1,7

9,5±1,5

8,8±1,8 8,5±1,6

7.5 8 8.5 9 9.5 10

A B C D

Pe

rt

u

m

b

u

h

a

n

M

u

tl

a

k

(

g

)

Penambahan bioflok (ml/l)

A = kontrol B = 5 ml/l C = 10 ml/l D = 15 ml/l

a a a a

0,22±0,04

0,24±0,04

0,22±0,05

0,21±0,04

0.18 0.19 0.2 0.21 0.22 0.23 0.24 0.25

A B C D

L

a

ju P

er

tum

bu

ha

n

H

a

ria

n

(g

/ha

ri)

Penambahan bioflok (ml/l)

A = kontrol B = 5 ml/l C = 10 ml/l D = 15 ml/l

(5)

© e-JRTBP Volume 2 No 2 Februari 2014 Gambar 3. Laju pertumbuhan nila (Oreochromis niloticus) selama penelitian.

Gambar 4. Kelangsungan hidup nila (Oreochromis niloticus) selama penelitian. Huruf superscript yang sama menunjukkan tidak beda nyata.

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

0 10 20 30 40

L

a

ju P

er

tum

bu

ha

n

H

a

ria

n (

g

/ha

ri)

Hari pemeliharaan

ke-A(kontrol) B(Bioflok 5 ml) C(Bioflok 10 ml)

84±10,18

88±13,88

57±20,37

86±13,34

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

A B C D

Kea

n

g

su

n

g

a

n

Hi

d

u

p

(

%

)

Penambahan bioflok (ml/l)

A= kontrol B = 5 ml/l C = 10 ml/l D = 15 ml/l

(6)

© e-JRTBP Volume 2 No 2 Februari 2014 Daftar Pustaka

Aiyushirota. 2009. Konsep Budidaya Udang Sistem Bakteri Heterotrof dengan Bioflocs. Dikutif dari www.aiyushirota.com diakses pada 9 februari 2013.

Darmawan, W. P. J. 2010. Pemanfatan Air Buangan Lele Dumbo Sebagai

Media Budidaya Daphnia sp.

Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung. 56 Hal.

Direktorat Jenderal Perikanan.1991. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila. Bekerja sama dengan IDRC (International Development Resarch Centre) Canada .

Ekasari. J. 2008. Bio-Flocs Technology: The Effect Of Different Carbon Source, Salinity And The Addition of Probiotics on The Primary Nutritional Value Of The Bio-Flocs. Faculty of Bioscience Engineering. Ghent University. Food and Agricultural Organization.

2007. The State of World Fisheries. Ghufran. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar Di

Kolam Terpal. Ed. 1. Lily

Publisher. Yogyakarta. Hal 8-15. Halver, J.E. 2002. Fish Nutrition. 3rd Ed.

Chapter 2: The Vitamins. Edited by J.E. Halver and R.W. Hardy. Academic Press. San Diego. 62-143 p.

Gambar

Gambar 2. Laju pertumbuhan harian nila (Oreochromis niloticus)  selama penelitian. Huruf superscript yang sama menunjukkan tidak beda nyata
Gambar 4. Kelangsungan hidup nila (Oreochromis niloticus) selama penelitian. Huruf superscript yang sama menunjukkan tidak beda nyata

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai optimasi formula gel UV protection endapan perasan umbi wortel ( Daucus carota , L.): tinjauan terhadap humektan propilen glikol dan sorbitol dilakukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri;

Bentuk segi delapan memiliki keunggulan dalam hal base shear yang kecil dalam arah X, momen maksimum (kolom dan balok) serta gaya geser kolom yang lebih kecil

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi implementasi apa saja faktor dominan green construction yang dilakukan pengembang yang berpengaruh terhadap

KAMIS 2 Gedung E Lantai III E-13 4 AB S1 Ekonomi Pembangunan EKU1441 MANAJEMEN KEUANGAN BANK 3 S1 Ekonomi Pembangunan Vietha Devia SS., SE.,ME 21.. KAMIS 2 Gedung E Lantai III E-16 4

Jika perbandingan antara hasil pengenceran tertinggi dan terendah hasilnya lebih dari 2 maka yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil..  Jika digunakan dua cawan petri (duplo)

Bentuk unit pelayanan institusional adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas berbasis Rumah Sakit dan unit pelayanan kesehatan jiwa komunitas

cukup efektif terhadap program pengembangan simantri, dengan rata-rata pencapain skor mencapai 77,31 %. Walaupun pemahaman petani masih belum optimal dalam penerapan