• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK MENGGUNAKAN SOSIAL MEDIA PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMK KOTA METRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK MENGGUNAKAN SOSIAL MEDIA PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMK KOTA METRO"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

BAHASA INGGRIS DI SMK KOTA METRO

Oleh:

FUAD MARDI AL ROSYID

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) potensi dan kondisi, (2) proses dan langkah-langkah pengembangan model pembelajaran sinektik, (3) efektifitas model, (4) efisiensi model dan (5) kemenarikan penerapan model pembelajaran sinektik menggunakan media sosial pada pelajaran bahasa Inggris di SMK se-kota Metro.

Pendekatan penelitian yang digunakan penelitian dan pengembangan, dilaksanakan di SMK Kartikatama, SMK Negeri 3, SMK Muhammadiyah 1 kelas XI (sebelas) dengan jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). Data diambil menggunakan angket, test, kemudian dianalisis dengan paired t-test.

Hasil penelitian ini: (1) hasil analisis kebutuhan dari sisi sifat dan materi dan karakteristik siswa, SMK di Metro memiliki potensi dan kondisi untuk dikembangkan model pembelajaran sinektik dengan menggunakan media sosial, (2) proses dan langkah-langkah pengembangan model pembelajaran sinektik melibatkan ahli media, materi dan desain pembelajaran, (3) penggunaan model pembelajaran sinektik dengan menggunakan media sosial efektif dibuktikan dengan 0,001 thitung < t 0,95(50) maka H0 ditolak, (4) penggunaan model pembelajaran sinektik dengan menggunakan media sosial efesien dibuktikan dengan nilai rasio efesiensi pembelajaran sebesar 1,00 , dan (5) penggunaan model pembelajaran sinektik dengan menggunakan media sosial menarik digunakan dengan skor presentasi kemenarikan sebesar 83,26 %.

(2)

ABSTRACT

DEVELOPING SYNECTIC TEACHING MODEL THROUGH SOCIAL MEDIA IN ENGLISH LESSON

IN VOCATIONAL SCHOOL OF METRO CITY By:

FUAD MARDI ALROSYID

The research is aimed to analize : (1)The potentials and conditions, (2) the developement process, (3) the effectiveness, (4) the efficiency and (5) the attractiveness of the application of synectic model through social media in the vocational school of Metro city.

The research used research and development (R and D) aproach which was held at SMK Kartikatama, SMK Negeri 3, SMK Muhammadiyah 1 in XI (eleven) class with a major in Computer Engineering and Networking (TKJ). Data was collected using questionnaire, test then analyzed by t-test.

(3)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK MENGGUNAKAN SOSIAL MEDIA PADA PELAJARAN BAHASA

INGGRIS DI SMK KOTA METRO Oleh

FUAD MARDI AL ROSYID

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro Propinsi Lampung pada tanggal 31 Maret1987 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan bapak Sutarno dan ibu Siti Chosifah.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) penulis selesaikan di SD Al Qur’an Metro pada tahun 1998. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di MTs Assalam Solo pada tahun 2001 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Kartikatama Metro pada tahun 2004.

(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat

menyelesaikan tesis ini dengan baik. Karya sederhana ini penulis

persembahkan untuk :

 Kedua Orantua yang telah mendukung dan memberi motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih sayang yang teramat besar yang tak mungkin bisa penulis balas dengan apapun.

 Isteri dan anak tercinta yang telah menjadi motivasi dan semangat serta memberikan waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

(9)
(10)

T

he great learners are not only to find what they like,

but to like what they find.

I

It is impossible for us to learn

(11)

Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini penulis susun sebagai syarat

untuk mencapai gelar Magister pendidikan pada program studi Pasca Sarjana

Teknologi Pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis sadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari pihak lain tidak mungkin

tesis ini dapat terselesaikan. Untuk itu dengan rendah hati dan rasa hormat,

ucapan terimakasih yang paling dalam penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo,M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung

4. Ibu Dr. Riswanti Rini,M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

5. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Teknologi

Pendidikan.

6. Bapak Prof. Ag. Bambang Setiyadi,M.A.,Ph.D. sebagai pembimbing I.

7. Ibu Dr. Herpratiwi, M. Pd selaku Pembimbing II.

8. Ibu Dr. Flora M.Pd. Selaku Dosen Penguji

9. Bapak ibu dosen pengajar terimakasih atas segala bantuan dan ilmu yang

telah diberikan.

10.Bapak /ibu kepala sekolah SMK Kartikatama Metro, SMKN 03 Metro,

dan SMK Muhammadiya 1 Metro yang telah mengijinkan penulis untuk

(12)

11.Seluruh staf administrasi ( Mba Yesi, Mba Yuyun, Mas Arifin ),

terimakasih atas seluruh bantuan yang mba-mba dan mas berikan sehingga

penulis bisa menyelesaikan tesis ini.

12.Seluruh rekan mahasiswa angkatan 2012 yang telah memberi dukungan

dan motifasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

13.Isteri dan anak (Cintia Diah Pitaloka, Ayota Bima Alfaruq) tercinta, yang

telah merelakan waktunya terbagi untuk menyelesaikan tesis ini.

14.Bapak dan Ibu serta adik penulis, atas doa kasih sayang dan perhatian

yang tak terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan

baik.

15.Sahabat di pratita (Soson dan Dapit) terima kasih atas segala bantuannya

selama penulis menyelesaikan studinya.

16.Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dan

semoga tesis ini dapat berguna.

Bandar Lampung, Juni 2015

Penulis

(13)

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 12

1.3.Pembatasan Masalah ... 12

1.4.Perumusan Masalah ... 13

1.5.Tujuan Penelitian Tindakan ... 14

1.6.Manfaat Penelitian ... 15

1.7.Spesifikasi Produk yang Dihasilkan... 16

1.8.Definisi Istilah ... 16

II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar dan Pembelajaran ... 18

2.1.1. Teori Belajar... 24

2.1.2. Teori Pembelajaran ... 27

2.2. Karekteristik Pembelajaran Bahasa Inggris SMK... 32

2.3. Desain Assure... 36

2.4. Model Pembelajaran Sinektik Menggunakan Sosial Media ... 46

2.4.1. Sosial Media ... 50

2.4.2. Analogi ... 52

(14)

2.5.1. Tujuan dan Asumsi ... 57

2.5.2. Sintakmatik ... 59

2.5.3. Sistem Sosial ... 60

2.5.4. Perinsip Pengelolaan ... 61

2.5.5. Sistem Pendukung ... 61

2.5.6. Dampak Instruksional dan Pengiring ... 61

2.6. Kreatifitas ... ... 62

2.7. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan ... 67

2.8. Kerangka Pikir ... 69

2.9. Hipotesis ... 73

III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ... 74

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 75

3.3. Prosedur Pengembangan dan Uji Coba Model Pembelajaran... .. 75

3.3.1. Analisis Kebutuhan dan Identifikasi Sumber Daya untuk Memenuhi Kebutuhan ... 78

3.3.2. Perencanaan Pengembangan Model Pembelajaran Sinektik Menggunakan Sosial Media ... 78

3.3.3. Pengembangan Produk Awal ... 79

3.3.4. Prosedur Uji Coba Draft Model ... 93

3.3.5. Revisi Produk ... 98

3.3.6. Penyempurnaan Produk Utama ... 98

3.4. Kisi-Kisi Instrumen ... 98

3.5. Teknik Analsisi Data ... 101

3.6. Definisi Konseptual dan Devinisi Operasional ... 118

3.6.1. Definisi Konseptual ... 118

(15)

4.1.3. Revisi Produk I ... 130 4.1.4. Analisis Data Hasil Uji Coba Model, Saran dan Revisi .... 130 4.1.5. Kajian Produk Akhir ... 135 4.2. Pembahasan ... 147 4.3. Kelebihan Pengembangan Model Pembelajaran Sinektik dengan

Menggunakan Media Sosial ... 161 4.4. Kekurangan Pengembangan Model Pembelajaran Sinektik dengan

Menggunakan Media Sosial ... 162 4.5. Keterbatasan Penelitian ... 162

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 163 5.2. Implikasi ... 165 5.3. Saran ... 166

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Persentase Penggunaan Media Pembelajaran ... 3

Tabel 1.2 Persentase Minat Siswa Terhadap Bahasa Inggris ... 6

Tabel 1.3 Persentase Pengunaan Sosial Media ... 11

Tabel 2.1 Cara Pandang Belajar Menurut Piaget dan Vygotsky ... 22

Tabel 2.2 Sintakmatik Model Pembelajaran ... 60

Tabel 3.1 Hasil Analisis Validitas angket kemenarikan ... 88

Tabel 3.2 Hasil Analisis Reliabilitas angket kemenarikan ... 88

Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas soal Pretest ... 89

Tabel 3.4 Hasil Analisis Reliabilitas soal Pretest ... 90

Tabel 3.5 Hasil Analisis Validitas soal Postest ... 91

Tabel 3.6 Hasil Analisis Reliabilitas soal Postest ... 92

Tabel 3.7 Hasil Analisis Angket Uji Coba Satu-satu ... 95

Tabel 3.8 Hasil Analisis Uji Coba Kelompok Kecil ... 96

Tabel 3.9 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Desain Pembelajaran ... 99

Tabel 3.10 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Media ... 99

Tabel 3.11 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi Bahasa Inggris ...100

Tabel 3.12 Kisi-Kisi Uji Kemenarikan Siswa... 101

Tabel 3.13 Nilai Efisiensi Pembelajaran dan Klasifikasinya ...102

Tabel 3.14 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest) Kelas Kontrol SMK Kartikatama Metro ... 103

Tabel 3.15 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen SMK Kartikatama Metro ...105

Tabel 3.16 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest) Kelas Kontrol SMKN 3 Metro ...106

Tabel 3.17 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir(Posttest) Kelas Eksperimen SMKN 3 Metro ...108

(17)

Tabel 3.21 Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretest) KelasEksperimen dan Kelas Kontrol SMKN 3 Metro ...114 Tabel 3.22 Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretest) KelasEksperimen dan

Kelas Kontrol SMK Muhamadiah 1 Metro ...115 Tabel 3.23 Nilai Efisiensi dan Klasifikasinya ... ...120 Tabel 3.22 Persentase dan Klasifikasi Kemenarikan dan Kemudahan Penggunaan Model Sinektik Menggunakan Media Sosial ...121 Tabel 4.1 Hasil Analisis Angket Kebutuhan Siswa ...123 Tabel 4.2 Langkah – Langkah Model Pembelajaran Sinektik dengan

Menggunakan Sosial Media yang Dikembangkan ...127 Tabel 4.3 Hasi Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK di

Metro ...136 Tabel 4.4 Uji-t Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK

Kartikatama Metro ...138 Tabel 4.5 Uji-t Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK

Kartikatama Metro ...139 Tabel 4.6 Uji-t Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMKN 3 Metro ...140 Tabel 4.7 Uji-t Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMKN

3 Metro ...141 Tabel 4.8 Uji-t Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMKN 3 Metro ...142 Tabel 4.9 Uji-t Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMKN

(18)
(19)

Halaman

Lampiran 1 Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 171

Lampiran 2 Hasil Analisis Kebutuhan Siswa SMK Kartikatama ... 174

Lampiran 3 Hasil Analisis Kebutuhan Siswa SMKN 3 Metro ... 175

Lampiran 4 Hasil Analisis Kebutuhan Siswa SMK Muhamadiah 1 Metro ... 176

Lampiran 5 Kisi-kisi Angket Ahli Desain Pembelajaran ... 177

Lampiran 6 Angket Validasi Ahli Desain Pembelajaran ... 178

Lampiran 7 Kisi-kisi Angket Ahli Materi ... 181

Lampiran 8 Angket Validasi Ahli Materi ... 182

Lampiran 9 Kisi-kisi Angket Ahli Media ... 185

Lampiran 10 Angket Validasi Ahli Media ... 186

Lampiran 11 Kisi-kisi Angket Kemenarikan Uji Satu-satu dan Kelompok Kecil ... 190

Lampiran 12 Angket Kemenarikan Uji Satu-satu dan Kelompok Kecil ... 191

Lampiran 13 Analisis Kemenarikan Uji Satu-satu ... 193

Lampiran 14 Analisis Kemenarikan Uji Kelompok Kecil ... 194

Lampiran 15 Kisi-kisi Angket Kemenarikan ... 195

Lampiran 16 Angket Kemenarikan ... 196

Lampiran 17 Analisis Kemenarikan Kelas Eksperimen dan Kontrol 200 Lampiran 18 Kisi-kisi Pretest dan Postest ... 201

Lampiran 19 Soal Giving Opinion Pretest ... 204

Lampiran 20 Soal Giving Opinion Postest ... 209

Lampiran 21 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kemenarikan ... 220

(20)

Lampiran 24 Hasil Pretest Kelas Eksperimen SMK Kartikatama ... 228

Lampiran 25 Hasil Pretest Kelas Kontrol SMK Kartikatama ... 229

Lampiran 26 Hasil Postest Kelas Eksperimen SMK Kartikatama ... 230

Lampiran 27 Hasil Postest Kelas Kontrol SMK Kartikatama ... 231

Lampiran 28 Hasil Pretest Kelas Eksperimen SMKN 3 Metro ... 232

Lampiran 29 Hasil Pretest Kelas Kontrol SMKN 3 Metro ... 233

Lampiran 30 Hasil Postest Kelas Eksperimen SMKN 3 Metro ... 234

Lampiran 31 Hasil Postest Kelas Kontrol SMKN 3 Metro ... 235

Lampiran 32 Hasil Pretest Kelas Eksperimen SMK Muhammadiah 1 236 Lampiran 33 Hasil Pretest Kelas Kontrol SMK Muhammadiah 1 ... 237

Lampiran 34 Hasil Postest Kelas Eksperimen SMK Muhammadiah 1 238 Lampiran 35 Hasil Postest Kelas Kontrol SMK Muhammadiah 1 .... 239

Lampiran 36 Surat Balasan dari SMK Kartikatama Metro ... 240

Lampiran 37 Surat Balasan dari SMKN 03 Metro ... 241

(21)

Grafik 3.1 Uji Normalitas dengan Q-Q Plot Data Tes Awal (Pretest)

Kelas Kontrol ... 104 Grafik 3.2 Uji Normalitas dengan Q-Q Plot Data Tes Akhir (Posttest)

Kelas Kontrol ... 104 Grafik 3.3 Uji Normalitas dengan Q-Q Plot Data Tes Awal (Pretest)

Kelas Eksperimen ... 105 Grafik 3.4 Uji Normalitas dengan Q-Q Plot Data Tes Akhir (Posttest)

Kelas Eksperimen ... 106 Grafik 3.5 Uji Normalitas dengan Q-Q Plot Data Tes Awal (Pretest)

Kelas Kontrol ... 107 Grafik 3.6 Uji Normalitas dengan Q-Q Plot Data Tes Akhir (Posttest)

Kelas Kontrol ... 107 Grafik 3.7 Uji Normalitas dengan Q-Q Plot Data Tes Awal (Pretest)

Kelas Eksperimen ... 109 Grafik 3.8 Uji Normalitas dengan Q-Q Plot Data Tes Akhir (Posttest)

Kelas Eksperimen ... 109 Grafik 3.9 Uji Normalitas dengan Q-Q Plot Data Tes Awal (Pretest)

Kelas Kontrol ... 110 Grafik 3.10 Uji Normalitas dengan Q-Q Plot Data Tes Akhir (Posttest)

Kelas Kontrol ... 111 Grafik 3.11 Uji Normalitas dengan Q-Q Plot Data Tes Awal (Pretest)

Kelas Eksperimen ... 112 Grafik 3.12 Uji Normalitas dengan Q-Q Plot Data Tes Akhir (Posttest)

(22)
(23)
(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Langkah-Langkah Pokok Skenario Pembelajaran Sinektik 48

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian... 72

Gambar 3.1. Bagan Langkah-Langkah Pengembangan Model

Pembelajaran ... 76

(25)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan dari suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu dan kualitas pendidikan bangsa tersebut. Sebagai bangsa yang masih berkembang, pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara di kawasan Asia maupun diantara negara berkembang lainnya. Globalisasi menjadi sebuah tantangan dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menghadapi persaingan dunia kerja, dan salah satu upaya untuk merespon dampak globalisasi adalah pentingnya mempertimbangkan suatu paradigma baru bagi pendidikan (Sidi, 2008: 23-25).

Salah satu persoalan yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan adalah rendahnya mutu proses pembelajaran. The Learning Curve Pearson 2014, memaparkan jika Indonesia menduduki posisi bontot alias akhir dalam mutu pendidikan di seluruh dunia. Indonesia menempati posisi ke-40 dengan indeks rangking dan nilai secara keseluruhan yakni minus 1,84.

(26)

manusia-2

manusia yang tidak tahu apa-apa. Guru sebagai pemberi mengarahkan kepada para siswa untuk menghafal secara mekanis apa isi pelajaran yang diceritakan. Guru sebagai pengisi dan siswa sebagai yang diisi. Otak siswa dipandang sebagai safe deposit box, dimana pengetahuan dari guru ditransfer kedalam otak siswa dan bila sewaktu-waktu diperlukan, pengetahuan tersebut tinggal diambil saja. siswa hanya menampung apa saja yang disampaikan guru.

Proses pembelajaran seperti ini mengakibatkan aktivitas guru lebih dominan daripada siswa, sehingga seringkali dalam proses pembelajaran, siswa hanya menghafal ilmu pengetahuan yang disampaikan guru, bukan memahaminya. Proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang membosankan dan kurang menyenangkan. Sehingga pendidikan seakan-akan hanya menjadi tempat mencari nilai tertinggi, bukan sebagai tempat belajar untuk memahami dan menemukan sendiri ilmu pengetahuan. Selain itu keberhasilan pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal materi. Walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam materinya.

(27)

memudahkan seorang pendidik menguasai kelas dan membantu peserta didik untuk tetap fokus dengan apa yang diterangkan oleh seorang pendidik.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar, Yusufhadi (2010: 78). Agar media pembelajaran dapat dimanfaatkan dengan baik, guru perlu mengetahui kebutuhan pembelajarannya dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa tentang materi yang akan diajarkan. Terkait dengan itu, media perlu dikembangkan berdasarkan relevansi antara kompetensi dasar, materi dan karakteristik siswa serta perkembangan teknologi.

Media pembelajaran memiliki banyak jenis dan klasifikasinya. Masing-masing jenis media tersebut memiliki kelebihan dan keterbatasan, oleh karena itu ketika pendidik menggunakan media dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, karakter materi, ketersediaan, biaya dan lain sebagainnya. Begitu juga dari sisi peserta didik, harus menjadi pertimbangan utama dalam memilih media yang akan digunakan.

Tabel 1.1 Persentase Penggunaan Media Pembelajaran

No. SEKOLAH SS S CS JS TP

1 SMK Kartikatama Metro 100% 0% 0% 0% 0%

2 SMK Negeri 3 Metro 24% 59% 17% 0% 0%

(28)

4

Keterangan :

SS : Sangat Sering S : Sering

CS : Cukup sering JS : Jarang Sekali TP : Tidak Pernah

Berdasarkan hasil wawancara sementara dari tiga SMK yang berada di Metro, diketahui bahwa penggunaan Microsoft Powerpoint sebagai media pembelajaran yang sangat sering digunakan guru dalam mempresentasikan pelajaran, karena dianggap sangat sesuai dengan kebutuhan guru dan peserta didik. Hal ini terlihat dari beberapa kelebihan Microsoft Powerpoint itu sendiri.

Menurut Sanaky (2009: 45), Microsoft Powerpoint 2007 memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan adalah sebagai berikut:

1. Keunggulan Microsoft Powerpoint antara lain:

2. Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas;

3. Memberikan kemungkinan tatap muka dan mengamati respons siswa 4. Memiliki variasi teknik penyajian yang menarik dan tidak membosankan; 5. Dapat menyajikan berbagai kombinasi clipart, picture, warna,

6. Animasi dan suara, sehingga membuat siswa lebih tertarik. 7. Dapat dipergunakan berulang-ulang

Selain kelebihan dari Microsoft Powerpoint juga memiliki kelemahan diantaranya adalah:

1. Pengadaannya mahal dan tidak semua sekolah dapat memiliki;

(29)

3. Membutuhkan keterampilan khusus untuk menuangkan pesan atau ide-ide yang baik pada desain program komputer microsoft powerpoint sehingga mudah dicerna oleh penerima pesan;

4. Memerlukan persiapan yang matang, bila menggunakan teknik-teknik penyajian (animasi) yang kompleks.

Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa media Powerpoint juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Salah satu kelemahan media Powerpoint

adalah tidak semua materi pembelajaran dapat disajikan dengan menggunakan media powerpoint. Pada kenyataannya, hampir semua materi pembelajaran menggunakan media powerpoint karena dianggap sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Kecenderungan pembelajaran bahasa Inggris hanya mempelajari kosakata dan menghafal tata bahasa. Cara pembelajaran seperti ini mangakibatkan siswa pada umumnya hanya mengenal kosakata dan menghafal tata bahasa tanpa mereka memahami apa yang mereka hafalkan tersebut. Cara belajar seperti ini yang menyebabkan munculnya kejenuhan siswa pada pelajaran bahasa Inggris.

(30)

6

Tabel 1.2 Persentase Minat Siswa Terhadap Bahasa Inggris

No. SEKOLAH SM M CM KM TM

1 SMK Kartikatama Metro 55% 6% 13% 26% 0%

2 SMK Negeri 3 Metro 66% 10% 7% 17% 0%

3 SMK Muhammadiyah Metro 41% 21% 17% 21% 0%

Keterangan :

SM : Sangat Minat M : Minat

CM : Cukup Minat KM : Kurang Minat TM : Tidak Minat

Berdasarkan hasil wawancara sementara siswa dari tiga SMK yang berada di Metro menunjukan bahwa sebagian besar siswa menyukai pelajaran Bahasa Inggris, Hanya saja sebagian dari mereka mengalami kesulitan dalam mempelajarinya dan menggunakan atau mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kegiatan komunikasi. Melihat permasalahan tersebut maka dapat dikatakan bahwa materi pembelajaran Bahasa Inggris tidak cukup hanya disajikan dengan menggunakan media Powerpoint dalam proses pembelajarannya, tetapi dibutuhkan strategi-strategi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

(31)

menjadi sangat penting mengingat tujuan dari SMK yaitu menciptakan SDM yang siap kerja.

Seorang siswa belum dapat dikatakan menguasai Bahasa Inggris kalau dia belum dapat menggunakan Bahasa Inggris untuk keperluan komunikasi, meskipun dia mendapat nilai yang bagus pada penguasaan kosakata dan tata bahasanya. Memang diakui bahwa seseorang tidak mungkin akan dapat berkomunikasi dengan baik kalau pengetahuan kosakatanya rendah. Oleh karena itu, penguasaan kosakata memang tetap diperlukan tetapi yang lebih penting bukan semata-mata pada penguasaan kosakata tersebut tetapi memanfaatkan pengetahuan kosakata tersebut dalam kegiatan komunikasi dengan Bahasa Inggris.

Agar dapat menguasai keterampilan dalam berkomunikasi tersebut di atas dengan baik, peserta didik perlu dibekali dengan unsur-unsur bahasa, misalnya kosakata. Penguasaan kosakata hanya merupakan salah satu unsur yang diperlukan dalam penguasaan keterampilan berbahasa. Unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah penguasaan tatabahasa. Telah dipahami bahwa tata bahasa membantu seseorang untuk mengungkapkan gagasannya dan membantu si pendengar untuk memahami gagasan yang diungkapkan oleh orang lain. Oleh karenanya, pengajaran yang menekankan semata-mata pada pengetahuan tata bahasa hendaknya ditinggalkan. Tata bahasa hendaknya diajarkan dalam rangka memfasilitasi penguasaan keempat keterampilan yang telah disebutkan di muka.

(32)

8

secara lisan, ada unsur yang lain yang perlu diperhatikan oleh pendidik, dan tentu saja perlu diajarkan kepada peserta didik, yaitu mengenai ucapan atau

pronunciation. Dalam Bahasa Inggris, intonasi mempunyai peranan yang sangat

penting dalam berkomunikasi. Suatu kata dapat diucapkan dengan pola intonasi yang berbeda dan intonasi yang berbeda memberi makna yang berbeda kepada kata tersebut. Penguasaan kosakata, tatabahasa, dan ucapan perlu dilengkapi pula dengan penguasaan tentang tatatulis dalam Bahasa Inggris.

Melihat dari penjabaran tentang karakteristik mata pelajaran Bahasa Inggris diatas, dapat disimpulkan bahwa diperlukan media pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris. Selain itu diperlukan segala komponen dalam lingkungan belajar peserta didik yang dipergunakan oleh pendidik agar pembelajaran berlangsung lebih efektif. Sehingga pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan, keahlian, ide, pengalaman dan sebagainya pada saat proses penyampaian informasi dari pendidik ke peserta didik dapat berjalan lancar.

(33)

diharapkan mampu mengembangkan dan menerapkan ilmu tanpa melupakan solidaritas, kerjasama dan kompetisi secara sehat.

Pendidikan diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi pribadi-pribadi anggota masyarakat yang mandiri. Pribadi yang mandiri adalah pribadi-pribadi yang mampu berpikir, menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, melihat permasalahan serta menemukan cara pemecahan baru yang bernalar dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku peserta didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada (Sagala,2007:3), dan juga mampu melakukan perubahan dan menciptakan sesuatu yang baru.

Kemandirian terbentuk melalui kemampuan berpikir nalar dan kreatif yang mewujudkan kreativitas. SDM seperti itu sungguh diperlukan oleh bangsa kita dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi supremasi hukum, egalitarian, dan religius.

(34)

10

pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang menarik. Guru harus mengetahui akan kebutuhan media yang dapat membantu siswa mengembangkan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran.

Perkembangan teknologi informatika saat ini sangatlah pesat dan memberikan banyak dampak bagi para siswa. Media sosial merupakan hasil dari perkembangan teknologi informatika yang mana selain memiliki banyak kelebihan dalam membantu kegiatan pembelajaran dan mengembangkan kreatifitas siswa juga memiliki kekurangan yang dapat memberikan efek negatif yang cukup besar bagi para siswa.

Hal ini harus dipahami oleh setiap guru Bahasa Inggris agar lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran. Agar peserta didik termotivasi untuk belajar, maka model yang diterapkan guru serta pemilihan media pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan belajar para siswanya.

(35)

Tabel 1.3 Persentase Pengunaan Sosial Media

NO SEKOLAH SS S CS JS TP

1 SMK Kartikatama Metro 61% 26% 13% 0% 0%

2 SMK Negeri 3 Metro 72% 14% 3% 10% 0%

3 SMK Muhammadiyah Metro 31% 38% 21% 10% 0%

Keterangan :

SS : Sangat Sering S : Sering

CS : Cukup Sering JS : Jarang Sekali TP : Tidak Pernah

Berdasarkan hasil uraian tersebut diatas, alternatif pemecahan masalah dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kreatifitas siswa. Berdasarkan data diatas dapat ditentukan kompetensi mata pelajaran bahasa inggris SMK dapat diterapkan menggunakan sosial media, dan perlunya pengembangan model pembelajaran, yang lebih efektif, efisien dan menarik. Fakta dilapangan menunjukan bahwa proses pembelajaran bahasa inggris masih belum mencapai target ketuntasan minimal (KKM) yang diharapkan, terutama pada materi giving

opinion, hal tersebut juga didasari pada hasil belajar siswa di SMK Kartikatama

Metro di mana hanya 42% siswa yang hasil belajarnya mencapai KKM pada materi tersebut.

(36)

12

menulis. Dalam proses pengajaran bahasa, pengembangan dimensi kreativitas sangat penting dan dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan berbahasa. Kreativitas merupakan hal yang penting dan menjadi salah satu ciri manusia yang berkualitas. Munandar (2009:46) mengatakan bahwa kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk mencapai hal itu, perlulah sikap dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah pada penelitian pengembangan ini adalah:

1. Dalam proses pembelajaran guru masih mengunakan model pembelajaran yang kurang menarik.

2. Pada saat proses pembelajaran, penggunaan media Powerpoint dan video sebatas pendalaman teori saja.

3. Guru belum melibatkan penggunaan media sosial dalam pembelajaran.

4. Keterbatasan penyajian materi yang biasa digunakan membuat siswa sulit mengaitkan antara teori dengan praktiknya.

5. Siswa tidak mendapat kesempatan untuk berkreativitas dalam kegiatan pembelajaran.

(37)

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka batasan masalah pada penelitian pengembangan ini adalah:

1. Adanya potensi dan kondisi pengembangan model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media di SMK Kartikatama, SMK Negeri 03, SMK Muhammadiyah 3 pada kelas XI (sebelas) dengan jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) yang ketiganya berada di Kota Metro.

2. Proses pengembangan model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada materi giving opinion.

3. Langkah-langkah pengembangan model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada materi giving opinion.

4. Uji efektifitas dan efisiensi pada model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada materi giving opinion.

5. Uji kemenarikan pengembangan model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada materi giving opinion.

1.4 Rumusan Masalah

(38)

14

1. Bagaimanakah kondisi dan potensi awal SMK di Kota Metro menerapkan model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada materi giving

opinion?

2. Bagaimanakah proses pengembangan model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada materi giving opinion di SMK di Kota Metro?

3. Seperti apakah langkah-langkah model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada materi giving opinion?

4. Seperti apakah efektifitas dan efisiensi penerapan model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada materi giving opinion?

5. Seperti apakah kemenarikan penerapan model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada materi giving opinion?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian pengembangan ini adalah: 1. Menganalisis potensi untuk pengembangan model pembelajaran sinektik

menggunakan sosial media pada materi giving opinion?

2. Menganalisis proses pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada materi giving opinion?

(39)

4. Megetahui efektifitas dan efisiensi dari upaya pengembangan model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada materi giving

opinion?

5. Menganalisis kemenarikan untuk pengembangan model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada materi giving opinion?

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian pengembangan ini adalah: 16.1 Teoritis

1. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan pada desain dan pengembangan model pembelajaran sinektik khususnya.

2. Sebagai pertimbangan untuk menggunakan sosial media sebagai media dalam pembelajaran.

1.6.2 Praktis

1. Produk hasil penelitian yang dikembangkan, yaitu untuk pengembangan model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada pelajaran bahasa inggris di SMK Metro, dapat menjadi salah model pembelajaran yang menarik dan bermanfaat dalam mengaitkan antara teori atau konsep dengan percobaan langsung yang dilakukan siswa sehingga hasil belajar meningkat dan pembelajaran menjadi semakin efektif dan efisien.

(40)

16

konstruktivis yang dapat menjadi salah satu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa selama melakukan kegiatan belajar.

3. Menjadi dasar pertimbangan bagi guru untuk merancang dan mengembangkan model pembelajaran pada materi-materi yang lain. 4. Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian

pengembangan selanjutnya.

1.7 Spesifikasi Produk yang Dihasilkan

Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini berupa model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada mata pelajaran bahasa Inggris materi giving opinion yang diharapkan hasilnya dapat meningkatkan penguasaan konsep dan melatih siswa untuk belajar secara mandiri. Melalui pengembangan langkah-langkah pembelajaran sinektik yang telah diperbaharui oleh peneliti dan dilengkapi dengan menggunakan sosial media sehingga siswa diharapkan dapat belajar mandiri tanpa ditemani oleh guru.

1.8 Definisi Istilah

Dalam menghindari kerancuan dipandang perlu adanya penjelasan istilah yang diamati dalam penelitian ini. Penjelasan istilah dalam penelitian pengembangan meliputi:

1. Sinektik berasal dari bahasa Greek “synectikos”, synectics (Inggris) yang

(41)

model pembelajaran yang mempertemukan berbagai macam unsur menggunakan kiasan untuk memperoleh satu pandangan baru

2. Sosial Media adalah interaksi antara orang-orang di mana mereka membuat, berbagi atau bertukar informasi dan ide-ide dalam komunitas virtual dan jaringan (Ahlqvist, et all 2008) . Andreas Kaplan dan Michael Haenlein (2010: 45) mendefinisikan media sosial sebagai "kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun ideologi dan dasar teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten yang dibuat pengguna. Selain itu, media sosial tergantung pada teknologi mobile dan berbasis web untuk menciptakan platform yang sangat interaktif melalui mana individu dan masyarakat berbagi, bekerjasama, mendiskusikan dan memodifikasi

user-generated content. Mereka memperkenalkan perubahan besar dan luas untuk

(42)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran

Menurut Arsyad (2010: 1) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.

Salah satu petanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya. Menutut Gagne dalam Sagala (2007: 13 ), “ belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar berupa kapabilitas.“ Setelah belajar orang memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi lapabilitas baru.

(43)

belajar dalam arti sempit adalah belajar yang menekankan perolehan informasi baru dan pertambahan. Belajar disebut belajar figuratif, sesuatu bentuk belajar yang pasif (hapalan). Sedangkan belajar dalam arti luas yang disebut juga perkembangan adalah belajar untuk memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan bermacam situasi.

Anderson (2011: 35) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif menetap terjadi dalam tingkah laku potensial sebagai hasil dari pengalaman. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Wittrock dikutip Good dan Brophy mendefenisikan : “ learning is the term we use to describe the process

involve in changing through experience. It is the process of acquiring relatively permanent change in understanding, attitude, knowledge, information, ability, and skill through experiene”.

(44)

20

Pengertian belajar dikaitkan dengan tingkah laku diartikan sebagai sesuatu perubahan tingkah laku seseorang sebagai akibat dari pengalaman yang dirasakan, dijiwai dan diaktualisasikan dengan pola tingkah laku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar merupakan ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri perubahan perilaku seperti yang dikemukakan Maksum (2008 : 67), sebagai berikut : Perubahan bersifat intensional, dalam arti pengalaman atau praktek latihan yang dilakukan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan. Dengan demikian, perubahaan dengan kematangan, keletihan atau penyakit tidak dapat dipandang sebagai hasil belajar.

Perubahan bersifat positif, dalam arti sesuai dengan yang diharapkan atau kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi peserta didik maupun dari segi pendidik. Perubahan bersifat efektif, dalam arti perubahan hasil belajar itu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah, ujian, maupun dalam penyesuaian diri di kehidupan sehari-hari untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

(45)

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peserta didik dikatakan belajar ketika terjadi perubahan dalam dirinya mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. Piaget dalam Cahyo (2011: 1) menjelaskan tentang penerapan model belajar konstruktivis di mana peserta didik yang aktif menciptakan struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan belajar. Dengan bantuan struktur kognitif ini, peserta didik menyusun pengertian mengenai realitasnya. Peserta didik berpikir aktif serta mengambil tanggung jawab atas proses pembelajaran dirinya. Piaget juga menjelaskan bahwa pengetahuan diperoleh dari tindakan. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa aktif anak berinteraksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan penjelasan Piaget tersebut, pengetahuan diperoleh dari tindakan dan ditentukan dari keaktifan peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan belajarnya. Peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dari tindakan dan berinteraksi aktif dengan lingkungan belajarnya salah satunya dengan belajar di lingkungan sekolah maupun diluar melalui diskusi.

(46)

22

Tabel 2.1 Cara Pandang Belajar Menurut Piaget dan Vygotsky

Konstruktifitas sendiri dan orang lain, pemikir aktif, pemberi keterangan, penerjemah, penanya, partisipasi aktif sosial.

(47)

didik lain dalam kelompoknya melalui serangkaian kegiatan dan pertanyaan yang disajikan di sosial media sebagai sarana/media peserta didik untuk berdiskusi.

Belajar akan diperkuat jika peserta didik diberikan penugasan-penugasan. Melalui penugasan-penugasan tersebut pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik dapat dikembangkan sehingga peserta didik akan semakin paham dan mengingat pengetahuan tersebut. Miarso (2010: 3) mengemukakan bahwa belajar akan diperkuat jika peserta didik ditugaskan untuk (1) menjelaskan sesuatu dengan bahasa sendiri, (2) memberikan contoh mengenai sesuatu, (3) mengenali sesuatu dalam berbagai keadaan dan kesempatan, (4) melihat hubungan antara sesuatu dengan fakta atau informasi lain, (5) memanfaatkan sesuatu dalam berbagai kesempatan, (6) memperkirakan konsekuensinya, dan (7) menyatakan hal yang bertentangan.

(48)

24

2.1.1 Teori Belajar

2.1.1.1 Teori Jean Piaget

Jean Piaget (dalam Karwono, 2010:81) adalah ahli psikologi yang pertama menggunakan filsafat konstruktivisme dalam proses pembelajaran. Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu 1) Asimilasi : proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. 2) Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. 3) Equilibrasi: penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui peserta didik. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu dengan tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu, guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.

2.1.1.2 Teori Belajar Bermakna David P.Ausubel

Menurut David P.Ausubel (dalam Suyono, 2012: 100) peserta didik akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada peserta didik (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar peserta didik.

Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh

(49)

memberikan tiga manfaat yaitu: 1) Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari, 2) berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari, 3) dapat membantu peserta didik untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

Berdasarkan teori belajar Ausubel, menjembatani peserta didik untuk menghubungkan kerangka konseptual suatu materi yang akan dipelajari sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki peserta didik yang berkaitan dengan pengalaman-pengalaman yang dimiliki dan berada di lingkungan sekitar dengan konsep yang akan dipelajari. Dengan menggunakan pembelajaran model sinektik, peserta didik mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki peserta didik sebelumnya untuk menyelesaikan secara nyata dari permasalahan yang ada.

2.1.1.3 Teori Penemuan Jerome Bruner

Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (diskovery learning), Bruner (dalam Karwono, 2010:75) berpendapat bahwa pembelajaran dapat dilakukan kapan saja tanpa harus menunggu seorang anak sampai mencapai tahap perkembangan tertentu.

Apabila bahan pembelajaran didesain secara baik, individu dapat belajar meskipun usahanya belum memadai. Bruner mengusulkan teori yang disebutnya

(50)

26

dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya. Keuntungan belajar menemukan adalah: menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk menemukan jawabannya serta menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan peserta didik untuk menganalisis dan memanipulasi informasi.

2.1.1.4 Teori Belajar Robert Gagne

Gagne (dalam Suyono, 2012: 92), bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Gagne berpendapat bahwa tahapan proses pembelajaran meliputi Sembilan peristiwa belajar, sebagai berikut :

1. Memberikan perhatian (gain attention).

2. Memberi tahu peserta didik tentang tujuan pembelajaran (informlearner of

objectives), biarkan peserta didik mengetahui apa yang akan dipelajari.

3. Dibangun atas pengetahuan yang telah lalu (recall priorknowledge), fase ini mengingat kembali informasi yang ada dalam memori.

4. Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan (present material).

(51)

6. Menampilkan kinerja (elicit performance), mintalah para peserta didik mengerjakan apa – apa yang baru dipelajari.

7. Memberikan umpan balik (provide feedback), beritahu peserta didik kinerjanya masing – masing.

8. Menilai kinerja (assess performance), nilailah peserta didik tentang pengetahuannya mengenai topik pembelajaran.

9. Meningkatkan retensi/ingatan dan transfer pengetahuan (enhance retention

and transfer), bantulah peserta didik dalam mengingat–ingat dan menerapkan

keterampilan baru itu.

Berdasarkan uraian tersebut belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutkan pada yang lebih komplek, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep, sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan masalah).

2.1.2 Teori Pembelajaran

Pengembang teori – teori pembelajaran Bruner membuat perbedaan antara pembedaan antara teori belajar dan teori pembelajaran. Teori belajar adalah deskriptif, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif. Teori belajar adalah mendeskripsikan adanya proses belajar, teori pembelajaran mempreskripsikan strategi atau metode pembelajaran yang optimal yang dapat mempermudah proses belajar. Perspektif lain, Simon (dalam Arikunto, 2006:67) mengemukakan perbedaan serupa dengan memaparkan persamaan karakteristik dari “a

(52)

28

descriptive science”. Dalam kerangka ini nyata sekali bahwa teori pembelajaran

termasuk teori preskriptif yang berpasangan dengan teori belajar yang termasuk teori deskriptif.

Ilmu deskriptif dan ilmu preskriptif memiliki perbedaan peranan. Aspek penting yang membedakan adalah hanya ada satu jenis profesi dalam ilmu deskriptif, yaitu ilmuan. Sedangkan dalam ilmu preskriptif terlibat tiga jenis profesi, yaitu (1) ilmuan; (2) teknolog dan (3) teknisi. Ilmuwan berurusan dengan pengembangan prinsip dan teori. Teknolog yang menggunakan prinsip dan teori untuk mengembangkan prosedur. Sedangkan teknisi yang menggunakan prosedur yang dikembangkan teknolog untuk menciptakan sesuatu (Reigeluth, Bunderson, dan Merril dalam Degeng, 2007: 11).

Pembelajaran adalah usaha – usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber – sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik. Pembelajaran merupakan susunan dari informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi belajar. Penggunaan lingkungan ini bukan hanya di mana pembelajaran berlangsung, melainkan juga metode, media, peralatan yang diperlukan untuk memberi informasi, dan membimbing peserta didik. Proses pembelajaran melibatkan juga pemilihan, penyusunan dan pengiriman informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara peserta didik berinteraksi dengan lingkungan tersebut (Yudhi Munadi, 2008:4).

(53)

terhadap materi pelajaran. Pendidik dalam hal ini adalah sebagai fasilitator peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Miarso (2010:545) menyatakan bahwa :

“Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar, atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang tersebut, yang dilakukan oleh seseorang atau tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan mengembangkan sumber belajar yang diperlukan” .

Beberapa pendapat diatas memberikan pandangan bahwa pembelajaran adalah segala sesuatu dengan usaha sadar, mempunyai tujuan, cara untuk mengupayakan pengetahuan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil belajar yang optimal. Oleh karenanya pembelajaran juga dapat dirancang dengan berbagai model, dan pemanfaatan media sehingga pembelajaran menjadi efektif efisien dan memiliki daya tarik.

(54)

30

menerima pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik tahu apa yang diharapkan dalam pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk kerja peserta didik, memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas, mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat referensi dan transfer belajar.

Menurut Reigeluth (dalam Pramono 2007:27), teori Gagne terdiri atas tiga komponen utama: a) metode seleksi materi yang menghasilkan identifikasi materi-materi yang bersifat pre-requisite (strategi mikro), b) metode mengurutkan materi pembelajaran sehingga materi yang bersifat prasyarat akan diajarkan terlebih dahulu (strategi mikro), dan c) suatu preskripsi yang berupa Sembilan peristiwa pembelajaran (nine events of

instruction) untuk mengajarkan tiap tujuan pembelajaran (strategi mikro), termasuk

preskripsi jenis media yang akan digunakan (suatu strategi penyampaian).

(55)

penyajian pembelajaran. Sedangkan hasil pembelajaran meliputi (1) efektivitas, (2) efisiensi, dan (3) daya tarik. Menurut teori elaborasi Reigeluth mengenai pembelajaran, yaitu tentang menselaraskan dan mengintegrasikan system teknologi yang mendukung paradigma pendidikan yang berpusat pada peserta didik. Teori elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang terintegrasi. Konsep ini memiliki tiga kata kunci yang fokus pada urutan elaborasi konsep, elaborasi teori, dan penyederhanaan kondisi. Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana dan pekerjaan yang mudah. Bagaimana mengajarkan secara menyeluruh dan mendalam, serta menerapkan prinsip agar menjadi lebih rinci. Prinsipnya harus menggunakan topik dengan pendekatan spiral.

Sejumlah konsep dan tahapan belajar harus dibagi dalam “episode belajar”. Selanjutnya

(56)

32

dasarnya adalah peserta didik perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan keterampilan yang berasimilasi.

2.2 Karakteristik Pelajaran Bahasa Inggris SMK

Pembelajaran bahasa Inggris untuk Pendidikan Menengah Kelas XI disusun untuk meningkatkan kemampuan berbahasa. Penyajiannya adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis teks, baik lisan maupun tulisan, dengan menempatkan Bahasa Inggris sebagai wahana komunikasi. Pemahaman terhadap jenis, kaidah dan konteks suatu teks juga menyajian gagasan dalam bentuk teks yang mudah dipahami makna kandungannya dan diapresiasi keindahan pilihan rangkaian katanya. Sebagai bagian dari kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan, kemampuan bahasa inggris yang dituntut dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan, dimulai dengan meningkatkan kompetensi pengetahuan tentang jenis, kaidah dan konteks suatu teks, dilanjutkan dengan kompetensi keterampilan menyajikan suatu teks tulis dan lisan baik terencana maupun spontan dengan pelafalan dan intonasi yang tepat, dan bermuara pada pembentukan sikap kesantunan berbahasa dan sikap menghargai keindahan bahasa.

Materi pelajaran yang menjadi objek penelitian adalah materi giving opinion

(57)

strange familiar yang terdiri dari tujuh tahap yaitu : input substantif, analogi langsung, analogi personal, membandingkan analogi-analogi, menjelaskan perbedaan-perbedaan, eksplorasi, dan membuat analogi.

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosial media. dalam pendidikan, sosial media menjadi konsep yang relatif baru telah menjadi pusat perhatian banyak pendidik, pengajar dan orang tua. Sosial media telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, demikian pula oleh para peserta didik. Mereka menciptakan kehidupan online yang berbaur dengan dunia offline mereka. Tanggung jawab sebagai pengajar untuk membantu mereka lebih memanfaatkan sosial media ini. Seorang pengajar sebaiknya mampu mengadaptasi metode pengajaran sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan peserta didik. Penggunaan Sosial media di bidang pendidikan merupakan tantangan besar, Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari penggunaan yang efektif sosial media antara pengajar dengan peserta didik. Santai, ramah dan mengundang suasana yang mendorong partisipasi dan keterlibatan peserta didik. Sosial media dapat meningkatkan kerjasama dan interaksi sosial antara peserta didik. Peserta didik dapat merasa nyaman belajar melalui sosial media karena kebanyakan dari mereka menggunakannya sehari-hari. Peserta didik merasa terus terlibat untuk belajar meskipun di luar kelas. Tetapi tidak terelakkan, kemudian mengubahnya menjadi alat belajar yang hebat bagi para peserta didik.

Penggunaan model pembelajaran sinektik menggunakan sosial media pada topik

(58)

34

mengaitkan antara topik pembelajaran dengan analogi mereka masing-masing baik dalam pembelajaran didalam kelas atau di dalam sosial media yang guru sediakan. Sehingga dengan penggunaan model pembelajaran sinektik dengan menggunakan sosial media dapat menciptakan kreatifitas berfikir siswa.

Reigeluth (dalam Uno B, 2008: 141) menyatakan klasifikasi variable strategi pembelajaran dalam tiga kelompok, yaitu : (1) strategi pengorganisasian

(organizational strategy), (2) strategi penyampaian (delivery strategy), dan (3)

strategi pengelolaan (management strategy). Model pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran sinektik, karena model ini terdiri dari tahap-tahap pembelajaran yang merupakan pengorganisasian pembelajaran dengan strategi pengelolaan dan penyampaian yang melibatkan keaktifan peserta didik dalam belajar.

Sistem evaluasi kurikulum 2013 menggunakan asesmen autentik. Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dalam Newton

Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan

(59)

mampu menggabarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengamati, menalar, mencoba. Asesmen autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim dan guru bersama peserta didik. Dalam asesmen autentik, pelibatan peserta didik sangat penting. Asumsinya peserta didik dapat melakukan aktifitas belajar dengan lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.

Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Asesmen autentik terdiri dari berbagai tehnik penilaian, yaitu : (1) pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan, (2) penilaian atas tugas yang memerlukan kinerja yang kompleks, (3) analisis proses yang digunakan untuk menimbulkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang ada.

(60)

36

1. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari input, proses serta output pembelajaran.

2. Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan. 3. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan menggunakan beragam

sumber, pada saat/setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari pembelajaran.

4. Penilaian autentik merupakan proses pengamatan, perekaman dan pendokumentasian karya peserta didik.

5. Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai tehnik penilaian.

2.3 Teory Desain Asure

Model ASSURE dicetuskan oleh Heinich, dkk. Sejak tahun 1980-an, dan terus dikembangkan oleh Smaldino hingga sekarang (Prawiradilaga, 2007: 35). Satu hal yang perlu dicermati dari model ASSURE ini, walaupun berorientasi pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), model ini tidak menyebutkan strategi pembelajaran secara eksplisit. Strategi pembelajaran dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta peserta didik di kelas.

(61)

tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Model assure ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik.

Model pembelajaran ASSURE sangat membantu dalam merancang program dengan menggunakan berbagai jenis media. Model ini menggunakan beberapa langkah, yaitu Analyze Learners, State Objectives, Select Methods, Media and

Materials, Utilize Media and Materials, Require Learner Participation, dan

Evaluate and Revise. Kesemua langkah itu berfokus untuk menekankan

pengajaran kepada peserta didik dengan berbagai gaya belajar, dan konstruktivis belajar dimana peserta didik diwajibkan untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka dan tidak secara pasif menerima informasi. Menurut Smaldino (2011: 112) pembelajaran dengan menggunakan Model Assure mempunyai beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Analyze Learner ( menganalisis peserta didik )

(62)

38

General Characteristics (Karakteristik Umum)

Karakteristik umum peserta didik dapat ditemukan melalui variable yang konstan, seperti, jenis kelamin, umur, tingkat perkembangan, budaya dan faktor sosial ekonomi serta etnik. Semua variabel konstan tersebut, menjadi patokan dalam merumuskan strategi dan media yang tepat dalam menyampaikan bahan pelajaran.

Specific Entry Competencies ( Mendiagnosis kemampuan awal pembelajar)

Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa pengetahuan awal peserta didik merupakan sebuah subyek patokan yang berpengaruh dalam bagaimana dan apa yang dapat mereka pelajari lebih banyak sesuai dengan perkembangan psikologi peserta didik. Hal ini akan memudahkan dalam merancang suatu pembelajaran agar penyamapain materi pelajaran dapat diserap dengan optimal oleh peserta didik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Learning Style (Gaya Belajar)

(63)

Berkenaan dengan gaya belajar ini, kita sebagai guru sebaiknya menyesuaikan metode dan media pembelajaran yang akan digunakan.

2. State Standards and Objectives ( menentukan standard dan tujuan )

Tahap selanjutnya dalam ASSURE model adalah merumuskan tujuan dan standar. Standar diambil dari Standar Kopetensi yang sudah ditetapkan. Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat memperoleh suatu kemampuan dan kompetensi tertentu dari pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan dan standar pembelajaran perlu memperhatikan dasar dari strategi, media dan pemilihan media yang tepat. Pentingnya merumuskan tujuan dan standar dalam pembelajaran dasar dalam penilaian pembelajaran ini menujukkan pengetahuan dan kompetensi seperti apa yang nantinya akan dikuasai oleh peserta didik. Selain itu juga menjadi dasar dalam pembelajaran peserta didik yang lebih bermakna. Sehingga sebelumnya peserta didik dapat mempersiapkan diri dalam partisipasi dan keaktifannya dalam pembelajaran.

Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu program pembelajaran seperti yang dijelaskan oleh Sanjaya (2008 : 122-123) berikut ini :

 Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas

keberhasilan proses pembelajaran.

 Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan

kegiatan belajar peserta didik

(64)

40

 Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan

batas-batas dan kualitas pembelajaran.  Tujuan Pembelajaran yang Berbasis ABCD

Menurut Smaldino setiap rumusan tujuan pembelajaran ini haruslah lengkap. Kejelasan dan kelengkapan ini sangat membantu dalam menentukan model belajar, pemanfaatan media dan sumber belajar berikut asesmen dalam KBM. Rumusan baku ABCD tadi dijabarkan sebagai berikut:

A = audience

Pebelajar atau peserta didik dengan segala karakterisktiknya. Siapa pun peserta didik, apa pun latar belakangnya, jenjang belajarnya, serta kemampuan prasyaratnya sebaiknya jelas dan rinci.

B = behavior

Perilaku belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran. Perlaku belajar mewakili kompetensi, tercermin dalam penggunaan kata kerja. Kata kerja yang digunakan biasanya kata kerja yang terukur dan dapat diamati.

C = conditions

(65)

D = degree

Persyaratan khusus atau kriteria yang dirumuskan sebagai dibaku sebagai bukti bahwa pencapaian tujuan pembelajaran dan proses belajar berhasil. Kriteria ini dapat dinyatakan dalam presentase benar (%), menggunakan kata-kata seperti tepat/benar, waktu yang harus dipenuhi, kelengkapan persyaratan yang dianggap dapat mengukur pencapaian kompetensi. Ada empat kategori pembelajaran, yaitu:  Domain Kognitif

Domain kognitif, belajar melibatkan berbagai kemampuan intelektual yang dapat diklasifikasikan baik sebagai verbal / informasi visual atau sebagai ketrampilan intelektual.

 Domain Afektif

Dalam domain afektif, pembelajaran melibatkan perasaan dan nilai-nilai.  Domain Skill

Dalam domain ketrampilan motorik, pembelajaran melibatkan atletik, manual, dan ketrampilan seperti fisik.

 Domain Interpersonal

Belajar melibatkan interaksi dengan orang-orang.

(66)

42

3. Select Strategies, Technology, Media, and Materials ( memilih, strategi, teknologi, media dan bahan ajar )

Langkah selanjutnya dalam membuat pembelajaran yang efektif adalah mendukung pembelajaran dengan menggunakan teknologi dan media dalam sistematika pemilihan strategi, teknologi, media dan bahan ajar.

Memilih strategi pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajarn disesuaikan dengan standar dan tujuan pembelajaran. Selain itu juga memperhatikan gaya belajar dan motivasi peserta didik yang nantinya dapat mendukung pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat mengandung ARCS model . ARCS model dapat membantu strategi mana yang dapat membangun Attention (perhatian) peserta didik, pembelajaran berhubungan yang Relevant dengan keutuhan dan tujuan, Convident , desain pembelajaran dapat membantu pemaknaan pengetahuan oleh peserta didik dan Satisfaction dari usaha belajar peserta didik. Strategi pembelajaran dapat terlebih dahulu menentukan metode yang tepat. Beberapa metode yang dianjurkan untuk digunakan ialah (Prawiradilaga, 2007: 89):

Belajar Berbasis Masalah (problem-based learning), metode belajar berbasis masalah melatih ketajaman pola pikir metakognitif, yakni kemampuan stratregis dalam memecahkan masalah.

(67)

pebelajar mampu berlatih menjadi pimpinan dan membina koordinasi antar teman sekelasnya.

Memilih teknologi dan media yang sesuai dengan bahan ajar. Kata Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Menurut Lesle J.Brigges dalam Sanjaya (2008 : 204) menyatakan bahwa media adalah alat untuk perangsang bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Selanjutnya Rossi dan Breidle dalam Sanjaya (2008 : 204) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Sedangkan menurut Gerlach, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, tetapi hal-hal lain yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan. Media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Memilih sebuah bentuk media bisa menjadi sebuah tugas yang kompleks-merujuk kepada cakupan yang luas dari media yang tersedia, keanekaragaman peserta didik dan banyak tujuan yang akan dicapai. Memilih format media dan sumber belajar yang disesuaikan dengan pokok bahasan atau topik. Peran media pembelajaran yaitu :

 memilih , mengubah, dan merancang materi

 memilih materi yang tersedia

(68)

44

 menyurvei panduan referensi sumber dan media  mengubah materi yang ada

 merancang materi baru

4. Utilize Technology, Media and Materials ( menggunakan teknologi, media dan bahan ajar )

Menggunakan teknologi, media dan bahan ajar adalah sebagai berikut :

 Preview materi. Pendidik harus melihat dulu materi sebelum

mennyampaikannya dalam kelas dan selama proses pembelajaran pendidik harus menentukan materi yang tepat untuk audiens dan memperhatikan tujuannya.

 Menyiapkan bahan. Pendidik harus mengumpulkan semua materi dan media

yang dibutuhkan pendidik dan peserta didik. Pendidik harus menentukan urutan materi dan penggunaan media. Pendidik harus menggunakan media terlebih dahulu untuk memastikan keadaan media.

 Menyiapkan lingkungan Pendidik harus mengatur fasilitas yang digunakan

peserta didik dengan tepat dari materi dan media sesuai dengan lingkungan sekitar.

 Mempersiapakan peserta didik. Memberitahukan peserta didik tentang tujuan

pembelajaran. Pendidik menjelaskan bagaimana cara agar peserta didik dapat memperoleh informasi dan cara mengevaluasi materinya.

 Memberikan pengalaman belajar. Mengajar dan belajar harus menjadi

Gambar

Tabel 1.2 Persentase Minat Siswa Terhadap Bahasa Inggris
Tabel 2.1 Cara Pandang Belajar Menurut Piaget dan Vygotsky
Gambar 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Sinektik Menurut Gordon
Tabel 2.2   Sintakmatik Model Pembelajaran Sinektik Menggunakan Sosial Media
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi pengetahuan awal siswa tentang SMK maka akan dapat meningkatkan minat siswa SMP untuk melanjutkan ke SMK, selain itu

Hongkong, Korea, Belanda, Perancis, dan Amerika serikat. Industri Kampoeng Batik Laweyan dalam 5 tahun terakhir ini dapat dikatakan mengalami perkembangan meskipun

Penelitian ini dilakukan melalui website yaitu www.idx.co.id, https://finance.yahoo.com, www.bi.go.id dan www.bps.go.id pada Desember 2018 sampai dengan Maret

GAMSIR, DRS, M.Si.. ROSNAWINTANG,

Dalam usaha universiti untuk melahirkan pendidik yang cemerlang, Pusat Pembelajaran Gunaan dan Multimedia (CAI. M) yang merupakan penyelaras untuk program ini

(2)Modal awal Perusahaan adalah senilai dengan seluruh kekayaan Negara yang tertanam dalam Pusat Produksi Departemen Kesehatan di Manggarai

Berdasarkan hasil uji validitas seperti yang terangkum dalam Tabel 4.5 diatas, dapat diketahui bahwa nilai cronbach’s alpha pada masing-masing variabel lebih besar dari 0,6,

Gaya kepemimpinan demokratis dapat diterapkan dan efektif diterapkan di sebuah universitas karena bawahan atau pengikut dari rektor tersebut merupakan individu