• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN USIA, LAMA KERJA, MASA KERJA DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KEJADIAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PETANI DI DESA MUNCA KABUPATEN PESAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN USIA, LAMA KERJA, MASA KERJA DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KEJADIAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PETANI DI DESA MUNCA KABUPATEN PESAWARAN"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

,

ABSTRACT

CORRELATIONS OF AGE, DURATION OF WORK, TIME OF WORK AND BODY MASS INDEX (BMI) WITH INCIDENT OF LOW BACK

PAIN (LBP) AMONG FARMERS IN DESA MUNCA KABUPATEN PESAWARAN

By

MUHAMMAD FARRAS HADYAN

Lampung is one of the province in Indonesia which focused in agroindustry sector area. Most of the civil community are working as a farmers for living. Farmer in daily work activity have some potential hazard that would impact in health and safety workplace risks. One of the most common health risk that happen to farmer is musculoskeletal disorder that almost reach 60% among all of work related diseases. Part of body that often gained is lower back or it usually called low back pain (LBP) which can be inflicted by various risk factors such as individual factor, work factor, and environmental factor. This research is aimed to know the correlation between age, duration of work, time of work, and body mass index (BMI) with LBP incident among farmer in Desa Munca Kabupaten Pesawaran.This research took place in Desa Munca Kabupaten Pesawaran in September-October 2015. This research used cross-sectional method and consecutive sampling as a withdrawal sampling method with 81 samples. This research was analyzed by using univariat and bivariat chi-square test. The data withdrawal technique that used for research were observating and questionnaire filling. The result of this research showed that respondents with LBP are 56.8% and the dominant researched variables distribution are age ≥30, duration of work ≤8 hours, time of work >5 years, and BMI ≥23 (overweight). The conclusion of this study is age (p=0.037), duration of work (p=0.044), and time of work (p=0.042) are significantly related with LBP, but BMI is not significantly related with LBP (p=0.748).

(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN USIA, LAMA KERJA, MASA KERJA DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KEJADIAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA

PETANI DI DESA MUNCA KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

MUHAMMAD FARRAS HADYAN

Sebagian besar penduduk Provinsi Lampung memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani dalam pekerjaannya memiliki bahaya risiko kesehatan dan kecelakaan kerja. Salah satu risiko kesehatan yang sering dialami oleh petani adalah gangguan muskuloskeletal yang mencapai hampir 60% dari angka penyakit akibat kerja. Bagian tubuh yang paling sering terkena adalah pinggang atau yang disebut dengan low back pain (LBP) yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor individu, faktor pekerjaan, dan faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, lama kerja, masa kerja, dan indeks massa tubuh (IMT) terhadap kejadian LBP pada petani di Desa Munca Kabupaten Pesawaran. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2015 di Desa Munca Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling dengan menggunakan 81 sampel. Adapun analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat yang menggunakan uji Chi-square. Pengambilan data dilakukan dengan observasi dan pengisian kuesioner oleh responden yang didapatkan hasil besarnya angka kejadian LBP pada petani di Desa Munca Kabupaten Pesawaran sebesar 56,8%. Adapun distribusi yang lebih besar dari variabel bebas yang diteliti pada responden adalah usia ≥30 tahun, lama kerja ≤8 jam, masa kerja >5 tahun dan IMT ≥23 (overweight). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara usia (p=0,037), lama kerja (p=0,044) dan masa kerja (p=0,042), sedangkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara IMT (p=0,748) terhadap kejadian LBP.

(3)

HUBUNGAN USIA, LAMA KERJA, MASA KERJA DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KEJADIAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA

PETANI DI DESA MUNCA KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

MUHAMMAD FARRAS HADYAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

HUBUNGAN USIA, LAMA KERJA, MASA KERJA DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KEJADIAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA

PETANI DI DESA MUNCA KABUPATEN PESAWARAN

(Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD FARRAS HADYAN 1218011106

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(5)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Gambar 1. Anatomi Tulang Belakang ... 26

Gambar 2. Tes Lassegue ... 33

Gambar 3. Tes Patrick ... 34

Gambar 4. Hasil Foto Lumbar Spine ... 35

Gambar 5. Hasil Foto Spinal Cord ... 36

Gambar 6. Kerangka Teori ... 44

Gambar 7. Kerangka Konsep ... 45

(6)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...i

DAFTAR TABEL...iv

DAFTAR GAMBAR ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ...vii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...6

1.3 TujuanPenelitian ...6

1.4 Manfaat Penelitian ...7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Lingkungan Pertanian ...9

2.2 Penyakit Akibat Kerja Di Lingkungan Pertanian...12

2.3Low Back Pain(LBP) ...14

(7)

ii

2.5 PatologiLow Back Pain...24

2.6 Anatomi Punggung dan Tulang Belakang (Vertebrae)...25

2.7 PemeriksaanLow Back Pain ...29

2.8 Tata LaksanaLow Back Pain ...37

2.9 Lama Kerja...40

2.10 Indeks Massa Tubuh ...40

2.11 Kerangka Pemikiran...42

2.12 Profil Petani Di Desa Munca Kabupaten Pesawaran ...43

2.13 KerangkaTeori...44

2.14 Kerangka Konsep ...45

2.15 Hipotesis...45

III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian...47

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...47

3.3 Populasi dan Sampel ...48

3.5 Identifikasi Variabel...51

3.6 Definisi Operasional...51

3.7 Alat Penelitian dan Cara Pengambilan Data ...53

3.8 Alur Penelitian ...55

3.9 Pengolahan dan Analisis Data...56

(8)

iii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian ...59 4.2 Hasil ...60 4.3 Pembahasan...70

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ...91 5.2 Saran...92 DAFTAR PUSTAKA

(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1. Dummy Table ... Lampiran 2. Lembar Penjelasan ...

Lampiran 3. Lembar Persetujuan ... Lampiran 4. Kuesioner ... Lampiran 5. Hasil Tabulasi SPSS ...

Lampiran 6. Hasil Koding Data Kasar Excel ... Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian ...

(10)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel

Tabel 1. Klasifikasi IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik ... 41

Tabel 2. Definisi Operasional Penelitian ... 51

Tabel 3. Distribusi Rata-Rata Usia, Berat Badan dan Tinggi Badan Responden .

Tabel 4. Distribusi Usia Petani Di Desa Munca Kabupaten Pesawaran.

Tabel 5. Distribusi Lama Kerja Petani Di Desa Munca Kabupaten Pesawaran.

Tabel 6. Distribusi Masa Kerja Petani Di Desa Munca Kabupaten Pesawaran.

Tabel 7. Distribusi Indeks Massa Tubuh (IMT) Petani Di Desa Munca Kabupaten Pesawaran.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Low Back Pain Pada Petani Di Desa Munca Kabupaten Pesawaran.

(11)

v

Tabel 10. Hubungan Lama Kerja dengan Kejadian Low Back Pain (LBP) Pada Petani Di Desa Munca Kabupaten Pesawaran.

Tabel 11. Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian Low Back Pain (LBP) Pada Petani Di Desa Munca Kabupaten Pesawaran.

(12)
(13)

PERSEMBAHAN

Untuk Bunda dan Papi atas segala kasih sayang, doa, motivasi, dan kesabarannya. Semoga Allah selalu memberikan limpahan cahaya karunia-Nya

berupa kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Tiada kata yang bisa ku sampaikan untuk menggambarkan betapa berharganya kalian dalam hidup ini dan semoga karya ananda tercinta ini bisa menjadi suatu kenangan dan wujud

rasa terima kasihku untuk kalian berdua.

Menuntut ILMU adalah TAQWA

Menyampaikan ILMU adalah IBADAH

Mengulang ILMU adalah DZIKIR

Mencari ILMU adalah JIHAD

(Al Ghazali)

Ilmu itu bukan yang dihafal, tetapi yang memberi manfaat (Imam Syafei)

Bersedekahlah dengan ilmu, Beribadahlah dengan ilmu, dan bertindaklah dengan ilmu

(14)
(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Juli 1994, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak H. Dedy Patria, SE.,Ak.,MM.,Macc dan Ibu Hj. Husna Leila Yusran, SE.,MM. Penulis bertempat tinggal di Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Warga Teladan pada tahun 2000, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri Percontohan Gondangdia 01 Pagi pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 216 Jakarta pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 78 Jakarta pada tahun 2012.

(16)
(17)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan dan nabi akhir zaman Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya dan kita selaku umatnya sampai akhir zaman.

Skripsi dengan judul “Hubungan Usia, Lama Kerja, Masa Kerja dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Terhadap Kejadian Low Back Pain (LBP) Pada Petani Di Desa Munca Kabupaten Pesawaran adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada semua pihak yang telah berperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan antara lain kepada :

1. Bapak Dr. dr. Muhartono, M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

(18)

memberi masukan dan perbaikan selama proses bimbingan penelitian, bersabar atas kesalahan dan kekhilafan saya selama proses penyelesaian skripsi ini dan segala keramahan dan keterbukaan dokter selama ini, terima kasih dokter.

3. Ibu Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc, selaku Pembimbing Kedua dan telah memberikan kesempatan meluangkan waktu diantara kesibukan-kesibukannya baik melalui sms maupun pertemuan tatap muka dan tetap sabar dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan, bersedia membagi ilmunya, memberikan kritik, saran, serta nasihat yang tak saya lupakan; 4. Bunda dr. Reihana Wijayanto, M.Kes, selaku Penguji Utama pada Ujian

Skripsi. Terima kasih atas waktu, ilmu, dan saran-saran yang telah diberikan di saat maupun di luar waktu seminar;

5. (Alm) Bapak dr. Masykur Berawi, M.Kes., Sp.A, selaku pembimbing akademik saya selama satu tahun pertama yang akan selalu tetap ada dalam hati saya dan selalu saya ingat segala nasihat dan kebaikan beliau kepada saya;

6. Ibu Dr. Dyah Wulan Sumekar RW, SKM, M.Kes selaku pembimbing akademik saya sampai saya lulus dari Fakultas Kedokteran, atas bimbingan dan masukannya selama ini;

7. Bapak Dr. dr. Asep Sukohar, M.Kes., selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

(19)

bersemangat dalam menuntut ilmu dan beribadah kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang tiada tara untuk papi tercinta dengan memberikan kebahagiaan dan perlindungan di akhirat kelak;

9. Bunda tercinta, Hj Husna Leila Yusran, SE., MM , yang selalu mendengar segala keluh kesah, mendoakan, membimbing, dan memberikan kasih sayangnya sepanjang hayat kepada ananda. Semoga Allah selalu melindungi dan menjadikan ladang pahala di akhirat kelak;

10. Adik-adik saya, Muhammad Fikri Aulia Rahman dan Muhammad Fauzan Naufal Yusran, yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, canda, dan kasih sayangnya. Juga keluarga besar saya di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera yang selalu memberikan dorongan dan doa;

11. Seluruh Staf pengajar Program Studi Pendidikan Dokter Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita;

12. Seluruh Staf Tata Usaha, Akademik, pegawai, dan karyawan FK Unila; Pak Makmun, Mba Lisa, Mba Luthfi, Mba Qori, Mba Ida, Mba Yulis, Mas Heri, Mas Seno, Pak Iskandar, Mas Bayu dan civitas akademik lainnya yang telah memberikan doa, semangat, motivasi, dan nasihat selama pembelajaran di FK Unila;

(20)

14. Seluruh warga Desa Munca Kabupaten Pesawaran atas kesediaannya untuk membantu saya dalam menyelesaikan penelitian saya;

15. Keluarga Anatomi FK Unila, dr. Anggraini Janar Wulan, M.Sc., dr. Rekha Nova Iyos, dr. Catur Ari Wibowo, Pak Habudin, Abdul Rois R., Alexander Dicky, Andrian Prasetya Wicaksono, Andrian Rivanda, Debby Aprilia, Gheavani Legowo, Hambali Humam M., Ika Agustin, Inaz Kemala D., Leon L. Gaya, Karina, Mohammad Syahrezki, Nindriya Kurniandari, Stefani Gista L. Terima kasih atas kerja sama, keceriaan, motivasi, dan ilmunya;

16. Sahabat-sahabatku, Abdul Rois Romdon, Ade Marantika, Airi Firdausia, Alyssa Fairudz Shiba, Deborah Natasha, Karina, Nico Aldrin Avisenna, dan Zygawindi N yang sudah setia mendukung, mendoakan, memberi semangat, berbagi suka duka, dan senantiasa kompak dalam bahu membahu menyelesaikan tahapan demi tahapan menuju cita-cita kita menjadi dokter;

17. Adik-adik Bina Baca Qur’an (BBQ) Ikhwan Super, Fahrezi Fathilla, M. Addin Syakir, M. Ahdi Sidiq, M. Fakih Abdurrahman, M. Yogi Maryadi, dan Naufal Rafif, atas doa dan dukungannya kepada kakak selama berada di FK Unila;

18. Adik-adik BBQ Ikhwan Tangguh dan BBQ Ikhwan Karim, adik-adik “Generasi Emas” serta adik-adik FSI Ibnu Sienna 2014 yang senantiasa

berbagi keceriaan, doa, dan dukungan kepada kakak;

(21)

yang telah memberikan warna serta makna tersendiri. Semoga kebersamaan dan kekompakkan selalu terjalin baik sekarang maupun ke depan nanti;

20. Mbak Shinta, selaku asisten kepala dinas kesehatan yang selalu sabar dan menyisihkan waktunya untuk memerantarai saya dengan Bunda Reihana selama masa skripsi saya.

21. Teman-teman saya yang selalu membantu selama proses penelitian, Abdul Rois Romdon, Andrian Prasetya Wicaksono, Asoly Giovanno I, Bobi Kurnia H, Rahmatullah Rayman, M. Rizki Akbar, M. Yogi Maryadi dan Iqbal Lambara. Terimakasih atas waktu, pikiran, dan tenaga untuk lancarnya proses penelitian;

22. Teman satu kostan saya Ahmad Agus Purwanto, Asoly Giovanno Imartha, Dzulfiqar, Galih Prasetyo E, M. Rizki Akbar, M. Yogi Maryadi, dan Singgih Suhan Nanto yang selalu berbagi cerita, semangat, keluh kesah, dan tawa. Terima kasih atas kebersamaannya;

23. Rekan-rekan BEM Fakultas Kedokteran Kabinet Neural dan Asinar, FSI Ibnu Sienna, Paduan Suara, Lunar, dan keluarga Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) yang sudah memberikan semangat kebersamaan dan pengalaman yang berharga kepada saya;

(22)

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Semoga segala perhatian, kebaikan, dan keikhlasan yang diberikan selama ini mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2016 Penulis

(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

(24)

2

Lampung, 2011). Salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Pesawaran yang merupakan daerah penyangga Ibukota Provinsi Lampung berdasarkan letak geografisnya (Laporan Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UKMK Lampung, 2012)

Kabupaten Pesawaran merupakan sebuah kabupaten Daerah Otonomi Baru yang merupakan daerah pemekaran Kabupaten Lampung Selatan. Kabupaten ini terbagi dalam tujuh kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 403.173 jiwa. Berdasarkan data tahun 2011, pertanian merupakan sektor yang paling mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Pesawaran, dengan hasil panen terbanyak ada pada komoditi melinjo yaitu 57.350 ha (Laporan Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UKMK Lampung, 2012). Oleh karena itu, bila dilihat menurut lapangan usaha, sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak dipilih oleh penduduk Pesawaran dalam mencari nafkah (Laporan Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UKMK Lampung, 2012).

(25)

3

180 jiwa (Data Profil Desa Munca, 2014). Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala desa dan aparat desa, diketahui bahwa komoditas terbesar Desa Munca adalah melinjo yaitu 85% dari hasil pertanian dan perkebunan diikuti dengan cokelat, durian, petai, cengkeh, dan pala.

Berdasarkan hasil survei, petani di Desa Munca, sebagian besar merupakan kelompok usia produktif dengan rata-rata lama kerja sekitar 6-8 jam sehari. Penduduk di desa tersebut melakukan pekerjaan mereka secara konvensional dengan alat-alat tani yang sederhana seperti arit, golok dan sabit tanpa menggunakan alat bantu mesin, kemudian hasil panen mereka dikumpulkan dan dibawa dengan menggunakan kampek (keranjang selempang) atau semunde (keranjang pikul) yang mengakibatkan banyaknya petani yang memiliki keluhan muskuloskeletal akibat pekerjaan manual handling yang mereka lakukan. Selain itu, beban angkat yang berat dan posisi yang tidak ergonomis saat bekerja juga menjadi faktor risiko petani untuk mengalami keluhan tersebut.

(26)

4

Pekerja agrikultur seperti petani juga memiliki risiko kesehatan berupa terpapar agen yang menyebabkan penyakit kulit, termasuk tanaman, serangga, pestisida, sinar matahari, panas, dan agen infeksi lainnya (Burke, 1997). Beberapa penyakit kulit yang dialami petani antara lain dermatitis dan gangguan kulit terkait panas, dingin dan kelembaban. Faktor risiko lainnya adalah terjangkitnya penyakit saluran pernafasan. Petani umumnya terpapar dengan konsentrasi rendah dari substansi-substansi yang membahayakan seperti debu dan gas yang berasal dari aktivitas agrikultur. Kondisi ini menimbulkan beberapa penyakit seperti nonallergic asthma-like condition (NALC), Organic Dust Toxic Syndrome (ODTS) dan pneumonitis (Donham KJ and Thelin A, 2006).

(27)

5

Seseorang yang melakukan bentuk kerja yang kurang ergonomis dapat mengalami gangguan muskuloskeletal pada tubuhnya, terutama bagi mereka yang bekerja di bidang pertanian. Sebagian besar gangguan muskuloskeletal yang dialami oleh petani adalah low back pain (Wilson dan Corlette, 1995). Di samping itu, keluhan muskuloskeletal tersebut juga dipengaruhi oleh stasiun kerja petani yang meliputi beban kerja, kenyamanan dalam bekerja dan frekuensi istirahat petani dalam bekerja dalam satu hari (Wijayanti TS, 2010).

Prevalensi gangguan muskuloskeletal di Indonesia berdasarkan yang pernah didiagnosis atau gejala yang ada yaitu 24,7%, sedangkan di Provinsi Lampung, angka prevalensi gangguan muskuloskeletal yaitu 18,9% (Riskesdas, 2013). Faktor pekerjaan dilaporkan berkontribusi pada beberapa penyakit muskuloskeletal (Barientos MC et al., 2004). Pada tahun 2003 WHO memperkirakan prevalensi gangguan otot rangka mencapai hampir 60% dari semua penyakit akibat kerja. Berbagai bagian tubuh dapat mengalami gangguan otot rangka dengan lokasi tersering pada pinggang (Depkes RI, 2007).

(28)

6

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan usia, lama kerja, masa kerja dan indeks massa tubuh (IMT) terhadap kejadian low back pain (LBP) pada petani di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana hubungan antara usia terhadap kejadian low back pain (LBP) pada petani di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran?

2. Bagaimana hubungan antara lama kerja terhadap kejadian low back pain (LBP) pada petani di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran?

3. Bagaimana hubungan antara masa kerja terhadap kejadian low back pain (LBP) pada petani di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran?

4. Bagaimana hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) terhadap kejadian low back pain (LBP) pada petani di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

(29)

7

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui angka prevalensi LBP pada petani di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran.

2. Mengetahui rata-rata usia pada petani di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran.

3. Mengetahui rata-rata lama kerja pada petani di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran.

4. Mengetahui rata-rata masa kerja pada petani di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran.

5. Mengetahui rata-rata indeks massa tubuh (IMT) pada petani di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, sebagai bahan referensi mengenai informasi ilmiah terhadap kejadian low back pain (LBP) pada petani serta hubungan dengan faktor-faktor risikonya. 2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai sumber referensi dalam

pengambilan data untuk penelitian berikutnya.

(30)

8

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi masyarakat umum yang berada di Kabupaten Pesawaran khususnya Desa Munca dapat digunakan sebagai informasi tambahan mengenai prevalensi kejadian low back pain (LBP) sebagai penyakit akibat kerja pada suatu komunitas tertentu.

2. Bagi masyarakat khusus, dalam hal ini petani, sebagai pengetahuan kesehatan mengenai low back pain (LBP) yang selanjutnya dapat menghindari faktor-faktor risiko tersebut dengan mematuhi standar keselamatan kerja dengan baik.

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Lingkungan Pertanian

Keselamatan kerja merupakan suatu keadaan terhindar dari bahaya saat melakukan kerja. Menurut Suma’mur (1987), keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut semua proses produksi dan distribusi baik barang maupun jasa.

Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Adapun unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja.

(32)

10

Kesehatan berasal dari bahasa inggris‘health´yang dewasa ini tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan demikian, pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis yang berupaya mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat (Milyandra, 2009).

Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting, mengingat lebih dari 40% angkatan kerjanya menggantungkan hidup di sektor ini. Berdasarkan data International Labour Organization(ILO), sekitar 1,3 juta orang bekerja di bidang pertanian di seluruh dunia. Dari angka tersebut, 60% diantaranya bekerja di negara berkembang (Forastieri V, 1999). Tingkat kecelakaan fatal di negara berkembang empat kali lebih besar dari negara industri yang kebanyakan terjadi di bidang pertanian.

(33)

11

binatang dan tumbuhan yang mengakibatkan alergi dan penyakit pernafasan. Faktor lain yang memicu terjadinya kecelakaan kerja di bidang pertanian adalah terbatasnya waktu yang tersedia untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang diakibatkan oleh batasan iklim sehingga petani cenderung bekerja terburu-buru tanpa memperhatikan keselamatan dirinya (Haerani, 2010).

Hal yang mempengaruhi tingginya kecelakaan kerja di negara berkembang (termasuk Indonesia) adalah perspektif masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan dan keselamatan kerja. Di negara maju, kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja sangat tinggi, hal ini diakibatkan oleh adanya perangkat sistem dan hukum yang memadai dan diterapkan hukum secara tegas. Pemerintah Indonesia telah berupaya membuat perangkat hukum keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang cukup lengkap, namun perangkat hukum yang spesifik pada bidang pertanian kurang memadai. Kondisi ini diperparah dengan lemahnya penegakan hukum dan rendahnya kesadaran, perilaku dan sikap untuk menerapkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) (Topobroto HS, 2002).

(34)

12

pestisida di tempat kerja (Republik Indonesia, 1986). Mengingat Indonesia merupakan negara agraris dengan sekitar 70% wilayahnya terdiri dari daerah pedesaan dan pertanian, maka konvensi ILO No. 184 tahun 2001 (ILO, 2001) tentang K3 di bidang pertanian dianggap sebagai perangkat kebijakan yang bermanfaat, namun kendalanya adalah Indonesia dianggap belum siap meratifikasi konvensi ini karena tingkat kesadaran akan K3 oleh masyarakat masih rendah (Markkanen P, 2004).

2.2 Penyakit Akibat Kerja Di Lingkungan Pertanian

Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerjanya, dan diperoleh pada waktu melakukan pekerjaan dan masyarakat umum biasanya tidak akan terkena. Berat ringannya penyakit dan kondisi cacat tergantung dari jenis dan tingkat sakit (Depkes RI, 2008). Terdapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja. Berikut merupakan beberapa jenis penyakit yang digolongkan berdasarkan penyebab yang ada di tempat kerja:

1. Golongan Fisik: bising, radiasi, suhu ekstrem, tekanan udara, vibrasi dan penerangan.

2. Golongan Kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan dan kabut.

(35)

13

4. Golongan Fisiologik/Ergonomik: desain tempat kerja dan beban tempat kerja.

5. Golongan Psikososial: stress psikis, tuntutan pekerjaan dan lain-lain.

(36)

14

Adapun cara mendiagnosis penyakit akibat kerja (PAK), dapat dilakukan melalui pendekatan klinis dengan 7 langkah diagnosis PAK, yaitu:

1. Menentukan diagnosis klinis

2. Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam pekerjaan 3. Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit 4. Menentukan apakah pajanan cukup besar

5. Menentukan apakah ada faktor-faktor individu yang berperan 6. Menentukan apakah ada faktor lain di luar pekerjaan

7. Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja

2.3Low Back Pain(LBP)

2.3.1 DefinisiLow Back Pain(LBP)

(37)

15

Low back pain (LBP) adalah nyeri pada punggung bagian bawah yang dapat diakibatkan oleh berbagai sebab antara lain karena beban berat yang menyebabkan otot-otot yang berperan dalam mempertahankan keseimbangan seluruh tubuh mengalami luka atau iritasi pada diskus intervertebralis dan penekanan diskus terhadap saraf yang melalui antarvertebra (Suzilawati, 2005). LBP juga dianggap sebagai suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah punggung bagian bawah dan merupakanwork related musculoskeletal disorders.

Menurut International Association for the Study of Pain (IASP) yang termasuk dalamlow back painterdiri dari:

1. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosessus spinosus dari vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui prosessus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis. 2. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis

transversal imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imanjiner melalui spina iliaka posterior superior (SIPS) dan inferior (SIPI).

3. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal paindan 1/3 atas daerahsacral spinal pain.

(38)

16

LBP sering dijumpai dalam praktik sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya (Sadeli HA dan Tjahjono, 2001). Oleh karena itu, LBP masih merupakan penyakit yang menjadi permasalahan dalam kesehatan manusia terutama para pekerja serta risikonya dalam mengurangi kualitas bekerja dan membutuhkan pengeluaran biaya yang cukup besar.

2.3.2 EtiologiLow Back Pain

(39)

17

2.3.3 EpidemiologiLow Back Pain

Prevalensi LBP belum diketahui secara pasti walaupun sudah banyak metode penelitian yang dilakukan. Di Amerika keluhan LBP merupakan alasan terbanyak kedua untuk tidak masuk kerja (McGlynn EA and Clark KA, 2000). Prevalensi LBP berkisar antara 60-80% dan setengah dari kalangan pekerja diperkirakan pernah melaporkan keluhan LBP. Setiap tahun prevalensi LBP dilaporkan sebesar 15-45%, sedangkan insiden LBP sekitar 10-15%. Angka kejadian LBP terbanyak didapatkan pada usia 35-55 tahun, dan tidak ada perbedaan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan PERDOSSI (Persatuan Dokter Saraf Seluruh Indonesia) pada tahun 2002 menemukan prevalensi penderita LBP sebanyak 15,6%. Angka ini berada pada urutan kedua tertinggi sesudah sefalgia dan migren yang mencapai 34,8% (Fajrin I, 2009)

2.3.4 Faktor RisikoLow Back Pain

(40)

18

Adapun faktor individu yang mempengaruhi kejadian LBP antara lain masa kerja, usia, jenis kelamin, posisi kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga dan obesitas.

1. Usia

(41)

19

2. Jenis Kelamin

Laki–laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang sampai dengan 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang. Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa rata-rata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% dari kekuatan otot pria, khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki yang menyatakan bahwa perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1:3 (Meliala, 2004).

3. Obesitas

Obesitas bersamaan denganoverweight, yang artinya terjadi peningkatan indeks massa tubuh (IMT), berhubungan dengan keparahan fungsi muskuloskeletal dan kualitas hidup seseorang. Orang dengan obesitas sering mencari penanganan medis terkait dengan keluhan nyeri punggung yang dirasakan (Seidell JCet al., 1986).

(42)

20

(IMT) tidak secara signifikan meningkatkan risiko nyeri punggung bawah. Temuan penelitian ini berbeda dengan hasil metaanalisis yang dilakukan tahun 2010 yang menyatakan bahwa prevalensi nyeri punggung bawah tertinggi ditemukan pada IMT dengan status gizi lebih (overweight) dan obes (Shiri R, Karppinen J, Leino-Arjas Pi, Solovieva S, Viikari-Juntura E, 2010).

(43)

21

4. Kebiasaan Merokok

Dalam laporan resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kematian akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang tahun 2020 mencapai 10 juta orang per tahunnya. Hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Trimunggara, 2010).

5. Kebiasaan Olahraga

Banyak faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani seseorang, salah satunya gaya hidup seperti konsumsi makanan, pola aktivitas, dan kebiasaan merokok. Sekitar 80% kasus nyeri tulang punggung disebabkan karena buruknya tingkat kelenturan (tonus) otot atau kurang berolahraga (Meliala, 2004).

6. Posisi Kerja

(44)

22

pekerja yang dilakukan dengan posisi duduk, tempat duduk yang dipakai harus memungkinkan untuk melakukan variasi perubahan posisi. Ukuran tempat duduk disesuaikan dengan ukuran antropometri pemakainya (Tarwaka, 2004).

Faktor posisi kerja mungkin juga dipengaruhi oleh masa kerja yang sudah lama sehingga meningkatkan faktor risiko LBP selain oleh posisi kerja. Posisi kerja yang tidak ergonomis bisa menyebabkan timbulnya LBP. Sebagai contoh apabila seseorang dalam posisi bekerjanya tidak memiliki sandaran pinggang atau punggung serta posisinya lebih rendah, maka akan cenderung duduk membungkuk (Putri AS, 2013).

7. Masa Kerja

(45)

23

Lingkungan juga berpengaruh terhadap kejadian LBP. Terdapat dua faktor yang menyebabkan keluhan nyeri punggung bawah yaitu getaran dan temperatur ekstrem. Salah satu faktor fisik lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja pada sarana transportasi darat berupa bus adalah paparan getaran mekanis yang berasal dari mesin kendaraan. Getaran ini memapari seluruh tubuh pekerja, sehingga disebut dengan whole body vibration. Whole body vibration dapat menyebabkan efek fisiologis seperti mempengaruhi peredaran darah, gangguan saraf, menurunkan ketajaman pengelihatan dan kelainan pada otot dan tulang (Nusa, 2013).

(46)

24

2.4 KlasifikasiLow Back Pain

LBP diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori berdasarkan durasi gejalanya yaitu: (Carey TS, Garrett J, Jackman Aet al., 1995)

1. Acute back pain. Nyeri yang timbul selama enam minggu atau kurang. Hal ini ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan rentang waktu hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh.

2. Subacute back pain. Nyeri yang dirasakan selama 6 sampai dengan 12 minggu.

3. Chronic back pain. Nyeri yang timbul lebih dari 12 minggu.

2.5 PatologiLow Back Pain

(47)

25

intervertebralis sehingga mengakibatkan peningkatan tegangan pada bagian dari annulus posterior dan penekanan pada nukleus pulposus (Samara, 2004). Hal ini dapat menimbulkan keluhan yang sangat mengganggu bagi pasien sehingga mengurangi kualitas kerja.

Keluhan utama pada pasien LBP yaitu nyeri dan keterbatasan aktivitas fungsional terutama yang berhubungan dengan mobilitas lumbal. Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan pada tubuh, baik aktual maupun potensial yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut, sehingga nyeri dapat bervariasi berdasarkan intensitasnya (ringan, sedang, berat), kualitasnya (tajam, terbakar, tumpul), durasinya (transient, intermitten, persistent) dan penjalarannya (superfisial, profunda, lokal, difus) (Meliala, 2004).

2.6 Anatomi Punggung dan Tulang Belakang (Vertebrae)

(48)
[image:48.612.262.399.84.268.2]

26

Gambar 1. Anatomi Tulang Belakang (Snell, 2005)

Struktur tulang belakang pada manusia tersusun atas :

a. Tulang belakangcervical: terdiri atas 7 tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil denganspinaatau procesus spinosus(bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini merupakan tulang yang mendukung bagian leher.

b. Tulang belakang thorax: terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai tulang dorsal. Procesus spinosus pada tulang ini terhubung dengan tulang rusuk. Kemungkinan beberapa gerakan memutar dapat terjadi pada tulang ini.

(49)

27

d. Tulang sacrum: terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya tidak memiliki celah dan bergabung (intervertebral disc) satu sama lainnya. Tulang ini menghubungkan antara bagian punggung dengan bagian panggul.

e. Tulang belakangcoccygeus: terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa celah antara 1 dengan yang lainnya. Tulang coccygeus dan sacrum tergabung menjadi satu kesatuan dan membentuk tulang yang kuat.

Pada tulang punggung dikenal istilah columna vertebralis yang disusun oleh vertebrae dan discus intervertebralis. Struktur ini bersifat fleksibel walaupun hanya dapat membuat suatu gerakan yang terbatas pada tulang punggung. Normalnya ukuran dan ciri khas vertebrae bervariasi untuk setiap regio columna vertebralis, bahkan sampai tingkat yang lebih rendah di dalam setiap regio. Namun, struktur dasarnya sama. Vertebrae tipikal terdiri dari corpus vertebrae, arcus vertebralis dan tujuh prosessus (Moore KL and Dalley AF, 2013).

(50)

28

Arcus vertebrae terletak di sebelah posterior corpus vertebrae dan terdiri dari dua (kanan dan kiri) pediculus dan lamina. Pediculus adalah suatu prosesus silindris pendek dan kiat yang berproyeksi ke posterior dari corpus vertebrae untuk bertemu dua lempeng tulang yang lebar dan rata yang disebut lamina, yang menyatu di garis tengah. Arcus vertebrae dan permukaan posterior corpus vertebrae membentuk dinding foramen vertebrae.

Pada vertebrae terdapat beberapa persendian yang dirancang untuk menahan berat tubuh dan memberi kekuatan. Permukaan yang berartikulasi dengan vertebrae yang berdekatan dihubungkan dengan discus intervertebralis yang memungkinkan terjadinya gerakan di antara vertebrae serta berperan dalam menyerap benturan. Setiap discus intervertebralis terdiri dari annulus fibrosus, suatu bagian fibrosa luar, yang tersusun atas lamela konsentrik fibrokartilago, dan massa sentral gelatinosa yang disebutnucleus pulposus.

(51)

29

discus intervertebralis serta columna vertebralis sebagai keseluruhan (Moore KL and Dalley AF, 2013).

Vertebrae disuplai oleh cabang ekuatorial dan periosteal arteria segmentalis dan cervicalis utama dan cabang spinalisnya yang meliputi beberapa arteri yaitu arteri servikalis asenden dan desenden, arteri segmentalis utama, arteri intercostalis posterior, arteri lumbalis, arteri subcostalis dan arteri-arteri sekitar pelvis. Adapun inervasi untuk columna vertebralis sendiri berasal dari ramus meningeus (recurrens) nervi spinales yang berasal dari jaras saraf-saraf dari medula spinalis yang terdapat di dalam columna vertebralis itu sendiri ((Moore KL and Dalley AF, 2013).

2.7 PemeriksaanLow Back Pain

a) Inspeksi :

(52)

30

Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita: (1) Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.

(2) Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.

(3) Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai, karena adanya ketegangan pada saraf yang mengalami inflamasi di atas suatudiskus protusio sehingga meningkatkan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).

(4) Lokasi biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateralmenandakan pada sisi yang sama.

(5) Nyeri LBP pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak patognomonik.

b) Palpasi

(53)

31

nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan pada palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.

Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada diagnosis LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan. Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.

Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.

Pemeriksaan motoris: harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang mempersarafinya.

(54)

32

penting arti diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris (Lubis, 2003).

Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pingggang meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeletal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.

a) Motorik

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : (1)Berjalan dengan menggunakan tumit

(2)Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit

(3)Jongkok dan gerakan bertahan (seperti mendorong tembok) b) Sensorik

(1)Nyeri dalam otot (2)Rasa gerak c) Refleks

(55)

33

d) Test-test Test Lassegue

[image:55.612.261.431.277.393.2]

Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien (dalam posisi 00) didorong ke arah muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 400 dan sejauh 900. Percobaan ini untuk merenggangkan nervus ischiadicus dan radiks-radiksnya. Penderita dalam posisi terlentang dan tidak boleh tegang (Harsono, 2009).

Gambar 2.Tes Lassegue (Harsono, 2009)

Test Patrick

(56)
[image:56.612.207.487.87.261.2]

34

Gambar 3. Tes Patrick (Harsono, 2009)

Test Kebalikan Patrick

Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kebalikan Patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri disakroiliaka.

Pemeriksaan Penunjang Low Back Pain a) X-ray

(57)

35

[image:57.612.209.447.166.409.2]

tes penunjang lain seperti MRI atau CT scan. Foto x-raydilakukan pada posisi anteroposterior (AP), lateral, dan bila perluobliquekanan dan kiri.

Gambar 4. Hasil foto lumbar spine

b) Myelografi

(58)
[image:58.612.147.509.85.318.2]

36

Gambar 5. Hasil foto spinal cord

c) CT (Computed Tomography) Scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) CT-Scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstremitas. Gambar CT-scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.

(59)

37

d) Electro Miography (EMG) / Nerve Conduction Study (NCS)

EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.

EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang : (1) Adanya kerusakan pada saraf

(2) Lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik)

(3) Lokasi terjadinya kerusakan saraf (bagian proksimalis atau distal) (4) Tingkat keparahan dari kerusakan saraf

(5) Memantau proses penyembuhan dari kerusakan saraf

Hasil dari EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi fisik pasien dimana mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu pembedahan.

2.8 Tata LaksanaLow Back Pain

(60)

38

Penanganan terbaik terhadap penderita LBP adalah dengan menghilangkan penyebabnya (kausal) walaupun tentu saja pasien pasti lebih memilih untuk menghilangkan rasa sakitnya terlebih dahulu (simptomatis). Jadi perlu digunakan kombinasi antara pengobatan kausal dan simptomatis. Secara kausal, penyebab nyeri akan diatasi sesuai kasus penyebabnya. Misalnya untuk penderita yang kekurangan vitamin saraf akan diberikan vitamin tambahan. Para perokok dan pecandu alkohol yang menderita LBP disarankan untuk mengurangi konsumsinya. Pengobatan simptomatik dilakukan dengan menggunakan obat untuk menghilangkan gejala-gejala seperti nyeri, pegal atau kesemutan. Pada kasus LBP karena tegang otot dapat dipergunakan Tizanidine yang berfungsi untuk mengendorkan kontraksi otot (central muscle relaxan). Untuk pengobatan simptomatis lainnya kadang-kadang memerlukan campuran antara obat-obat analgesik, anti inflamasi, NSAID, obat penenang dan lain-lain. Apabila dengan pengobatan biasa tidak berhasil, mungkin diperlukan tindakan fisioterapi dengan alat-alat khusus maupun dengan traksi (penarikan tulang belakang). Tindakan operasi mungkin diperlukan apabila pengobatan dengan fisioterapi ini tidak berhasil misalnya pada kasus HNP atau pengapuran yang berat (Sunarto, 2005).

(61)

39

menyatakan bahwa aktivitas yang kurang tidak akan mengurangi gejala LBP (Wichaksana,dkk. 2009).

Beragamnya penyebab LBP memiliki penatalaksanaan yang bervariasi pula. Meski demikian, pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi LBP yaitu:

1. Terapi Konservatif (tirah baring, medikamentosa dan fisioterapi). 2. Terapi Operatif

Kedua tahapan ini memiliki tujuan yang sama yaitu rehabilitasi. Pengobatan nyeri punggung sangat tergantung penyebabnya.Terdapat beragam tindakan untuk nyeri punggung, dari yang paling sederhana yaitu istirahat (bedrest), misalnya untuk kasus otot tertarik atau ligamen sprain, sampai penanganan yang sangat canggih seperti mengganti bantal tulang belakang. Jika denganbedresttidak juga sembuh, maka harus ditingkatkan dengan pemeriksaan sinar X atau dengan MRI (magnetic resonance imaging). Setelah itu, bisa dilakukan fisioterapi, pengobatan dengan suntikan, muscle exercise, hingga operasi. Masih ada lagi teknik pengobatanlain, misalnya melalui pembedahan dengan endoskopi(spinal surgery), metode pasang pen, sampai penggantian bantalan tulang (Subhan, 2008).

(62)

40

Latihan itu menggunakan alat-alat pelatihan medis untuk melatih otot-otot utama yang berperan dalam menstabilkan serta mengokohkan tulang punggung (Sunarto, 2005).

2.9 Lama Kerja

Menurut Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991) menyatakan bahwa, “Lama kerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan”. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2001) pengalaman kerja didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk menuntut kebutuhan hidupnya.

Lamanya seseorang bekerja yang optimal dalam sehari pada umumnya 6 sampai dengan 8 jam. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai dengan efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan dalam bekerja (Suma’mur, 2009).

2.10 Indeks Massa Tubuh (IMT)

(63)

41

tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al., 2002). IMT merupakan alterrnatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan.

Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun ke atas, IMT diinterpretasikan menggunakan kategori status berat badan standar yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita. Untuk anak – anak dan remaja, interpretasi IMT adalah spesifik mengikuti usia dan jenis kelamin (CDC, 2009).

Klasifikasi IMT

Berat badan kurang Kisaran normal Berat badan lebih Berisiko

Obes I Obes II

< 18.5 18.5-22.9

≥ 23 23 -24.9

[image:63.612.201.444.439.542.2]

25-29.9 ≥ 30

(64)

42

2.11 Kerangka Pemikiran

Manusia dalam menjalankan pekerjaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, ada yang bersifat menguntungkan maupun merugikan yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja seperti low back pain. Faktor tersebut antara lain adalah faktor fisiologis. Faktor fisiologis yang disebabkan oleh sikap badan yang kurang baik dan lama kerja yang melebihi normal, menimbulkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat menimbulkan keluhan.

Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik, biomekanika, fisiologi dan epidemiologi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat tiga faktor yang menyebabkan terjadinyalow back painakibat bekerja (Armstrong, 2009) yaitu : a. Faktor pekerjaan (work factors) seperti lama kerja, postur tubuh,

repetisi, pekerjaan statis dan pekerjaan yang memaksakan tenaga. b. Faktor individu (personal factors) seperti masa kerja, usia, jenis

kelamin, posisi kerja, kebiasaan merokok dan obesitas.

(65)

43

2.12 Profil Petani Di Desa Munca Kabupaten Pesawaran

(66)

44

[image:66.612.107.561.77.639.2]

2.13 Kerangka Teori

Gambar 6. Hubungan Faktor Risiko Terhadap KeluhanLow Back Pain(LBP) (Sumber: Armstrong & Chaffin, 2009)

Faktor Pekerjaan

(work factors) :

1. Postur tubuh

2. Repetisi

3. Pekerjaan statis

4. Pekerjaan yang memaksakan tenaga 5. Lama Kerja

Faktor Individu

(personal factors) :

1. Masa kerja

2. Usia

3. Jenis kelamin

4. Posisi Kerja

5. Kebiasaan Merokok

6. Obesitas

Faktor Lingkungan

(environmental factors) :

1. Getaran

2. Temperatur ekstrem

KeluhanLow Back Pain (LBP)

Keterangan :

: Terdapat faktor yang diteliti

(67)

45

[image:67.612.126.564.174.399.2]

2.14 Kerangka Konsep

Gambar 7. Kerangka Konsep Hubungan Usia, Lama Kerja, Masa Kerja dan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap KejadianLow Back Pain(LBP).

2.15 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat dirumuskan suatu hipotesis bahwa :

1. Terdapat hubungan antara usia terhadap kejadianlow back pain(LBP) pada petani di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran.

2. Terdapat hubungan antara lama kerja terhadap kejadian low back pain (LBP) pada petani di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran.

Usia

KejadianLow Back Pain (LBP)

Indeks Massa Tubuh (IMT) Lama Kerja

Variabel Pengganggu Trauma, penyakit

tulang belakang, menopause Variabel Bebas

Variabel Terikat

(68)

46

3. Terdapat hubungan antara masa kerja terhadap kejadian low back pain (LBP) pada petani di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran.

(69)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu (Notoatmodjo, 2007) dengan tujuan untuk mencari hubungan usia, lama kerja, masa kerja dan indeks massa tubuh (IMT) terhadap kejadianlow back painpada petani di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan Desa Munca, Kabupaten Pesawaran.

3.2.2 Waktu Penelitian

(70)

8

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah sejumlah subjek besar yang mempunyai karakteristik tertentu. Karakteristik subjek ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian (Sastroasmoro, 2007). Populasi terjangkau (accessible population) suatu penelitian adalah bagian dari populasi yang dapat dijangkau oleh peneliti. Dengan perkataan lain populasi terjangkau adalah bagian populasi yang dibatasi oleh tempat dan waktu (Sastroasmoro, 2007). Populasi terjangkau untuk penelitian ini adalah semua orang yang bekerja sebagai petani yang ada di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran pada bulan September dan Oktober 2015 sebanyak 204 petani.

3.3.2 Sampel

(71)

49

yang sama untuk dilakukan penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan sebagai sampel penelitian.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menandatanganiinformed consent.

2. Bekerja sebagai petani dan menetap di Desa Munca, Kabupaten Pesawaran.

Kriteria eksklusi sebagai berikut:

1. Menggunakan alat canggih (mesin) dalam bekerja. 2. Mengalami menopause.

3. Mengalami trauma maupun penyakit tulang belakang.

Adapun rumus besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi yang terdiri atas 3 informasi (Sastroasmoro S dan Ismael S, 2011):

a) Proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari, (P) [dari pustaka] b) Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki, d [ditetapkan]

c) Tingkat kemaknaan,ɑ [ditetapkan]

=

Keterangan:

n = besar sampel.

(72)

50

tingkat kesalahan yang diharapkan peneliti adalah 0,05 dengan satuan sebesar 1,960.

P = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari sebesar 0,7 (Theodora K,et al., 2010; Sopajareeya C,et al., 2009; Smith DR,et al., 2008). Q = 1-P yaitu sebesar 0,3.

d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki yaitu 0,1.

Maka,

=3,8416 0,7 0,3

0,01

= 80,6736 = 81

(73)

51

3.4 Identifikasi Variabel

3.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah usia, lama kerja, masa kerja dan indeks massa tubuh (IMT).

3.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kejadian low back pain(LBP).

3.4.3 Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu (confounding variable) dalam penelitian ini adalah riwayat trauma atau penyakit tulang belakang, menopause serta gangguan saraf dan sendi.

[image:73.612.110.532.539.697.2]

3.5 Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala

Usia Umur responden dalam tahun dihitung dari waktu kelahiran sampai tahun penelitian berdasarkan data Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kuesioner Observasi dan Wawancara

1 =≥ 30tahun 2 = < 30 tahun (Docking RE et al., 2011; Umamiet al., 2014)

(74)

52

Lama Kerja Lamanya seseorang bekerja di suatu instansi atau organisasi dihitung dalam kurun waktu 24 jam

Kuesioner Observasi dan

Wawancara

1 =≤8jam 2 = >8 jam (Warapsari DL, Sugiyanto Z, Hartini E, 2014)

Ordinal

Masa Kerja Kurun waktu atau lamanya responden bekerja yang dihitung dalam satuan tahun (M.A Tulus, 1992) Kuesioner Observasi dan Wawancara

1 =≤5 tahun 2 = >5 tahun (Rahmaniyah, 2007) Ordinal Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dalam kilogram (Kg) dan tinggi badan (TB) dalam meter persegi (m2) Microtoise dan Timbangan berat badan (BB)

Pengukuran 1 =

(normoweight) < 23

2 =

(overweight) ≥ 23 (Kriteria Asia Pasifik) Ordinal Lowback pain(LBP) Sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah Kuesioner Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

1 = Ya apabila hasil kuesioner dan tes laseque positif LBP 2 = Tidak apabila hasil kuesioner dan tes laseque negatif LBP

[image:74.612.112.518.86.708.2]
(75)

53

(Chou R, Huffman LH, 2007; Masoudi A, Taghadosi M, Sharifi H, Afzali H, 1985)

3.6 Alat Penelitian dan Cara Pengambilan Data

3.6.1 Alat Penelitian a) Alat Tulis

Adalah alat yang digunakan untuk mencatat, melaporkan hasil penelitian. Alat tersebut adalah pulpen, kertas, pensil dan komputer. b) Kuesioner Terstruktur

Adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. c) Lembarinformed consent

Adalah lembar persetujuan untuk menjadi responden penelitian. d) Alat Ukur

Adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat badan dan tinggi badan responden dengan menggunakan timbangan analog dan Microtoise.

e) Alat Hitung

Adalah alat yang digunakan untuk menghitung indeks massa tubuh (IMT) dalam hal ini kalkulator.

(76)

54

3.6.2 Cara Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, seluruh data diambil secara langsung dari responden (data primer) yang meliputi :

a) Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian b) Pengisianinformed consent

c) Pemberian pertanyaan kuesioner kepada responden d) Pemeriksaan fisik dengan melakukan tes lassegue

(77)

55

[image:77.612.131.501.138.488.2]

3.7 Alur Penelitian

Gambar 8. Alur Penelitian 1. Tahap Persiapan

2. Tahap Pelaksanaan

3. Tahap Pengolahan Data

Pembuatan Proposal, Perizinan, Pengajuan Kaji Etik Penelitian dan Koordinasi

Pengisianinformed consent

Pengisian kuesioner, observasi dan

pemeriksaan fisik (BB dan TB) dan Tes Lassegue

Pencatatan

(78)

56

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah ke dalam bentuk tabel – tabel kemudian data diolah menggunakan program komputer yaitu SPSS.

Kemudian proses pengolahan data menggunakan program SPSS ini terdiri dari beberapa langkah :

a) Coding, untuk mengkonversikan (menejermahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

b) Data entry, memasukkan data ke dalam komputer.

c) Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan ke dalam komputer.

d) Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.

2. Analisis Data

(79)

57

a. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk menentukan distribusi dan frekuensi variabel bebas dan variabel terikat.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik.

(80)

58

3.9 Etika Penelitian

a. Informed Consent(lembar persetujuan)

Yaitu lembar persetujuan untuk menjadi responden yang diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan pada seluruh responden yang bersedia diteliti. Jika responden bersedia untuk diteliti maka responden harus mencantumkan tanda tangan pada lembar persetujuan menjadi responden, dengan terlebih dahulu diberi kesempatan untuk membaca isi persetujuan tersebut. Jika responden menolak untuk diteliti maka penulis tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

b. Anonimity(tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka dalam lembar pengumpulan data penelitian tidak dicantumkan nama tapi nomor.

c. Confidentally(kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga oleh peneliti. Data hanya akan disajikan atau dilaporkan dalam bentuk kelompok yang berhubungan dengan penelitian ini.

d. Protection From Discomfort

Responden mendapat perlindungan dan merasa nyaman. e. Persetujuan

(81)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Besarnya angka prevalensi LBP pada petani di Desa Munca Kabupaten Pesawaran sebesar 56,8%.

2. Rata-rata usia pada petani di Desa Munca Kabupaten Pesawaran adalah 39,19±11,469.

3. Rata-rata lama kerja pada petani di Desa Munca Kabupaten Pesawaran

adalah ≤8 jam (81,5%) dengan rentang waktu 6-8 jam dalam periode

satu hari kerja.

4. Rata-rata masa kerja pada petani di Desa Munca Kabupaten Pesawaran adalah lebih dari 5 tahun (77,8%) dengan rentang masa kerja kebanyakan 10-15 tahun.

5. Rata-rata indeks massa tubuh (IMT) pada petani di Desa Munca

Kabupaten Pesawaran adalah petani dengan IMT ≥23 atau status gizi

(82)

92

6. Terdapat beberapa faktor risiko yang memiliki hubungan terhadap kejadian low back pain (LBP) pada petani di Desa Munca Kabupaten Pesawaran antara lain usia, lama kerja, dan masa kerja.

7. Tidak terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) terhadap kejadian low back pain (LBP) pada petani di Desa Munca Kabupaten Pesawaran.

5.2 Saran

1. Bagi petani di Desa Munca Kabupaten Pesawaran, diharapkan mampu memperhatikan faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi keluhan nyeri punggung bawah seperti mengurangi lama kerja dalam satu hari, memperbaiki posisi kerja, serta memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beristirahat ketika sudah lelah. Disamping itu, informasi yang terdapat dalam penelitian ini, harapannya dapat digunakan baik dalam tindakan pencegahan maupun pengobatan apabila mengalami keluhan serupa. Selain itu, perlu melakukan peregangan otot atau olahraga ringan minimal 30 menit di pagi hari dan disela-sela waktu kerja dan segera berobat ke dokter apabila keluhan nyeri punggung semakin berat.

(83)

93

masih bekerja secara konvensional sehingga dapat meminimalkan penyakit akibat kerja terutama LBP.

3. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi yang dapat menambah pengetahuan mengenai kejadian LBP, sehingga bagi masyarakat yang memiliki pekerjaan serupa dapat mengetahui dan mencegah berbagai faktor risiko yang dapat menimbulkan kejadian LBP.

(84)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Data Profil Desa Munca Tahun 2014. Bandar Lampung.

Armstrong and Chaffin. 2009. Elements of Ergonomics Programs a Primer Based On Workplace Evaluations of Musculoskeletal Disorders. US Departement of Health And Human Service NIOSH. America.

Arya, RK. 2014. Low Back Pain-Sign, Symptoms, and Management. 15(1): 30-41: JIACM.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2011. Penyerapan Tenaga Kerja pada Berbagai Lapangan Usaha Tingkat Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2010.Lampung: Lampung Dalam Angka.

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.

Barientos MC, Nelson DI, Driscoll T, Steenland NK, Punnet L, dan Fingerhut MA. 2004. Selected Occupational Risk Factor. Chapter 21. In: Ezzati M, Lopez AD, Rodgers A, Murray CJL, editors. World Health Organization. Comparative Quantification of Health Risk. Global and Regional Burden of Disease. Attributable to selected major risk factors. Vol 1. Geneva. P.1651-2.

Borenstein D. 1991. Low Back Pain : Epidemiology, Etiology, Diagnostic Evaluation, and Therapy. Current Opinion in Rheumatology. 3(2) 207 – 17

Budiono S et al., 2003. Bunga Rampai HIPERKES dan Kesehatan Kerja. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Burke W. 1997. Skin Disease in Farmers. In: Langley R, McLymore R, Meggs W, Roberson G, editors. Safety and Health in Agriculture, Forestry, and Fisheries. Rockville, MD: Government Institutes, Inc. p 322-352.

(85)

Chiropractors, and Orthopedic Surgeons. The North Carolina Back Pain Project. N. Engl J Med; 333(13): 913-7

CDC. 2009. Overweight and Obesity. Available from; http://www.cdc.gov. Diakses: 11 Agustus 2015.

Chaffin. 2005. American Elements ofErgonomics Programs a Primer Based on Workplace Evaluations of Musculoskeletal Disorders. US Departement of Health And Human Service NIOSH. Amerika.

Chou R, Huffman LH. 2007. No Pharmacologic Therapies for Acute and Chronic Low Back Pain: A Review of The Evidence for An American Pain Society/American College of Physcians Clinical Practice Guideline. ANN INTERN MED. 147. 492-504.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Kesehatan Kerja 2007. Seri pedoman tatalaksana penyakit akibat kerja bagi petugas kesehatan. Penyakit otot rangka akibat kerja. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat 2008. Strategi nasional kesehatan kerja di Indonesia. Jakarta.

Dinas Pertanian Provinsi Lampung. 2011. Lampung Dalam Angka. Lampung. Dinas Pertanian Provinsi Lampung

Docking RE, Fleming J, Brayne C. 2011. Epidemiology of Back Pain In Order Adults: Prevalence and Risk Factors For Back Pain Onset. Rheumatology. 50 (153-64). Donham KJ and Thelin A. 2006. Agricultural Medicine: Occupational and

Environmental Health for the Health Professions. USA: Blackwell Publishing Professional.

Fajrin, Inayati. 2009. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back Pain Karena Spondylosis Lumbal Dengan Infra Red, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation Dan Terapi Latihan William Flexion Exercise.Surakarta.

Fathoni H. 2009. Hubungan Sikap dan Posisi Kerja dengan Low Back Pain pada Perawat di RSUD Purbalingga. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4, No.3, November 2009. http://jurnalonline.unsoed.ac.i/inex.php/keperawatan/article/view/192. Diakses Pada Tanggal 16 Agustus 2015.

(86)

Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 5(2):162-163: Yogyakarta.

Forastieri V. 1999. Improvement of Working Conditions and Environment in The Informal Sector Through Safety and Health Measures. International Labour Office.

Fuller G. 2009. Panduan Praktis Pemeriksaan Neurologis. Jakarta: Buku Ked

Gambar

Gambar 1. Anatomi Tulang Belakang
Gambar 2.Tes Lassegue (Harsono, 2009)
Gambar 3. Tes Patrick (Harsono, 2009)
Gambar 4. Hasil foto lumbar spine
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk melihat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT)

Penelitian ini merupakan studi observasi yang memakai rancangan deskriptif analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Artinya dalam penelitian ini hanya

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriftif analitik, menggunakan pendekatan cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui hubungan

Skripsi yang berjudul Hubungan Lama Duduk, Posisi Duduk, dan IMT (Indeks Massa Tubuh) Dengan Kejadian LBP (Low Back Pain) Pada Mahasiswa ini tidak akan dapat

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi cross- sectional yang dilaksanakan dari Juli hingga Oktober 2014 dengan pengambilan data dari rekam

Rancangan penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analitik korelasi dengan desain studi cross sectional yaitu untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan

Metode Penelitian:Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik dengan pendekatan studi cross sectional,yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada